ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD.

(1)

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Rika Siti Jahara 0909044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Rika Siti Jahara, 2013

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN

PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

Oleh Rika Siti Jahara

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rika Siti Jahara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RIKA SITI JAHARA

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Iyon Suyana, M.Si. NIP. 196208241991031001

Pembimbing II

Ahmad Aminudin, S.Si., M.Si. NIP. 197703312008121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(4)

ii

Rika Siti Jahara, 2013

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

Rika Siti Jahara, NIM. 0909044, Pembimbing I : Drs. Iyon Suyana, M.Si, Pembimbing II: Ahmad Aminudin, S.Si., M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Rata-rata hasil Ujian Nasional (salah satu bentuk implementasi standar penilaian) pada Mata Pelajaran (MP) fisika mendapatkan nilai yang paling rendah diantara MP lainnya dalam rumpun IPA bahkan berada dlam kategori ‘D’. MP fisika masih dianggap MP yang sulit. Komunikasi siswa dengan guru belum berjalan secara efektif, siswa mengeluhkan banyak sekali yang belum dipahami tapi sulit untuk mengkomunikasikannya. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian siswa merasa malu untuk bertanya kepada guru mengenai materi pembelajaran yang belum ia mengerti, sehingga ia lebih memilih bertanya kepada temannya yang dianggap lebih pintar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pencapaian hasil belajar ranah kognitif dan profil aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model cooperative learning tipe STAD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi experiment dengan desain penelitian Pretest and Posttest Group. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA.1 SMA Negeri 2 Garut semester genap tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 39 orang. Pencapaian hasil belajar ranah kognitif diukur dari perolehan skor pretest

dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata gain yang dinormalisasi adalah 0,60 dengan kategori sedang dan untuk aktivitas belajar siswa pada semua aspek (berdiskusi, interaksi, dan melakukan percobaan) umumnya berada pada kategori baik.

Kata kunci: Hasil Belajar Ranah Kognitif, Aktivitas Belajar, Model Cooperative Learning Tipe STAD.


(5)

ANALYSE RESULT LEARN COGNATE DOMAIN AND PROFILE of ACTIVITY LEARN STUDENT of IN STUDY BY USING MODEL of

COOPERATIVE LEARNING of TYPE STAD

Rika Siti Jahara, NIM. 0909044, Counsellor I : Drs. Iyon Suyana, M.Si, Counsellor II: Ahmad Aminudin, S.Si., M.Si., Majors of Education of Physics of

FPMIPA UPI Bandung of Year 2013 ABSTRACTION

Mean of result of National Test (one of form of implementation of assessment standard) at Subject of Physics get lowest value among other Subject in clump of science even reside in dlam categorize 'D'. Subject of Physics still be assumed by difficult subject. Communications of Student with teacher not yet walked effectively, student grip a lot of which not yet been comprehended but difficult to communicate it. Result of study of antecedent indicate that some of student feel small to enquire to teacher hit items of study which he not yet understand, so that he more opting enquire to his/her friend assumed wilier. Target of this Research is to know how attainment of result of learning the cognate domain and profile of activity learn student after applied by model of cooperative learning of type STAD. Method of Research used is method of quasi experiment by desain is research of Pretest and Posttest Group. Sampel of this Research is student of class of XI IPA.1 SMA of Country 2 Garut of even semester of year of teaching 2012/2013 as much 39 people. Attainment of result of learning the cognate domain measured from acquirement of score of pretest and posttest. Result of research show mean of gain which the normalization is 0,60 with category is medium and for the activity learn student at all of aspect (discusing, interaction, and do attempt) generally be at good category.

Keyword: Result Learn Cognate Domain, Activity Learn, Model of Cooperative Learning of Type STAD.


(6)

v

Rika Siti Jahara, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Variabel Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 6

H. Kerangka Penulisan ... 7

BAB II HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF, AKTIVITAS BELAJAR DAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD ... 10

A. Belajar Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 10

1. Definisi Belajar ... 10

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 11

B. Aktivitas Belajar ... 12

1. Konsep Aktivitas Belajar ... 12

2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar ... 14


(7)

D. Model Cooperative Learning Tipe STAD ... 16

E. Keterkaitan model cooperative learning dengan hasil belajar ranah kognitif dan aktivitas belajar ... 19

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

G. Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Sebelumnya ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Teknik Pengambilan Data ... 28

F. Teknik Analisis Uji Intrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif .... 30

G. Teknik Pengolahan Data ... 33

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Keterlaksanaan Model Cooperative Learning Tipe STAD ... 40

B. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 43

1. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C1 ... 43

2. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C2 ... 44

3. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C3 ... 44

4. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C4 ... 45

5. Perbandingan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 45

6. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif untuk Keseluruhan Tingkatan ... 47

7. Perbandingan Jumlah Ketuntasan Siswa Berdasarkan Skor Siswa Sebelum Diberikan Treatment dengan Posttest ... 48


(8)

vii

Rika Siti Jahara, 2013

1. Persentase dan Kategori Aktivitas Belajar Siswa Pada Setiap

Pertemuan ... 49

2. Ketuntasan Siswa dalam Aktivitas Belajar ... 57

3. Analisis Sub-Aspek Pada Masing-masing Aspek Aktivitas Belajar ... 59

D. Pengolahan Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN A ... 73

LAMPIRAN B ... 104

LAMPIRAN C ... 126


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Fase-fase model Cooperative Learning Tipe STAD ... 17

2.2 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ... 18

2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 19

2.4 Keterkaitan Antara Model Cooperative Learning dengan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa ... 19

3.1 Pola Desain Penelitian ... 22

3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.3 Instrumen, Data, dan Alat Ukur Penelitian ... 29

3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 30

3.5 Kriteria Validitas Instrumen Tes ... 31

3.6 Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 32

3.7 Interpretasi Taraf Kesukaran ... 32

3.8 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 33

3.9 Interpretasi Rata-rata Gain yang Dinormalisasi ... 34

3.10 Interpretasi Aktivitas Belajar Siswa ... 35

3.11 Daftar Validitas Item Tes, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda ... 36

3.12 Daftar Validitas Item Tes, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda ... 38

4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Setiap Pertemuan ... 40

4.2 Predikat-Predikat Kelompok Selama Tiga Pertemuan ... 41

4.3 Rata-rata Pretest, Posttest, dan < g > Hasil Belajar Ranah Kognitif Tingkat C1 ... 43

4.4 Rata-rata Pretest, Posttest, dan < g > Hasil Belajar Ranah Kognitif Tingkat C2 ... 44

4.5 Rata-rata Pretest, Posttest, dan < g > Hasil Belajar Ranah Kognitif Tingkat C3 ... 44 4.6 Rata-rata Pretest, Posttest, dan < g > Hasil Belajar Ranah Kognitif


(10)

ix

Rika Siti Jahara, 2013

Tingkat C4 ... 45

4.7 Perbandingan Rata-rata Gain yang dinormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 46

4.8 Rata-rata Pretest, Posttest, dan < g > Hasil Belajar Ranah Kognitif untuk Keseluruhan Tes ... 48

4.9 Skor Aktivitas Berdiskusi Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 50

4.10 Skor Aktivitas Interaksi Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 50

4.11 Skor Aktivitas Melakukan Percobaan Pada Pertemuan Pertama ... 51

4.12 Persentase dan Kategori Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 51

4.13 Skor Aktivitas Berdiskusi Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 52

4.14 Skor Aktivitas Interaksi Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 52

4.15 Skor Aktivitas Melakukan Percobaan Pada Pertemuan Kedua ... 53

4.16 Persentase dan Kategori Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 53

4.17 Skor Aktivitas Berdiskusi Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 54

4.18 Skor Aktivitas Interaksi Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 54

4.19 Skor Aktivitas Melakukan Percobaan Pada Pertemuan Ketiga ... 55

4.20 Persentase dan Kategori Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 55

4.21 Jumlah Siswa yang Tuntas Dalam Aktivitas Berdiskusi Pada Tiap Pertemuan ... 57

4.22 Jumlah Siswa yang Tuntas Dalam Aktivitas Interaksi Pada Tiap Pertemuan ... 58

4.23 Jumlah Siswa yang Tuntas Dalam Aktivitas Melakukan Percobaan Pada Tiap Pertemuan ... 58

4.24 Rubrik Penilaian LKS ... 67


(11)

(12)

xi

Rika Siti Jahara, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Aktivitas Belajar Siswa ... 13

3.1 Alur Penelitian ... 28

4.1 Grafik Rata-rata Skor Siswa Saat Pretest dan Posttest ... 47

4.2 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Semua Pertemuan ... 56

4.3 Grafik Persentase Jumlah Siswa Pada Masing-masing Skor Aktivitas Berdiskusi Pada Tiap Pertemuan ... 61

4.4 Grafik Persentase Jumlah Siswa Pada Masing-masing Skor Aktivitas Interaksi Pada Tiap Pertemuan ... 64

4.5 Grafik Persentase Jumlah Siswa Pada Masing-masing Skor Aktivitas Melakukan Percobaan Pada Tiap Pertemuan ... 67


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 73

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 74

a. RPP Pertemuan Pertama ... 74

b. RPP Pertemuan Kedua ... 83

c. RPP Pertemuan Ketiga ... 90

Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 97

a. LKS ke-1 (Tekanan Hidrostatis) ... 97

b. LKS ke-2 (Hukum Pascal) ... 99

c. LKS ke-3 (Hukum Archimedes) ... 101

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ... 104

Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 105

Lampiran B.2 Analisis Uji Instrumen Tes ... 115

a. Reliabilitas Tes ... 115

b. Validitas Item tes ... 118

c. Taraf Kesukaran Butir Soal ... 122

d. Daya Pembeda ... 123

Lampiran B.3 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 125

LAMPIRAN C DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 126

Lampiran C.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Cooperative Learning Tipe STAD ... 127

a. Pertemuan Pertama ... 127

b. Pertemuan Kedua ... 130

c. Pertemuan Ketiga ... 133

Lampiran C.2 Rekapitulasi Skor Perkembangan dan Predikat Kelompok .. 136

Lampiran C.3 Skor Siswa Sebelum Treatment, Skor Pretest, dan Skor Posttest ... 139


(14)

xiii

Rika Siti Jahara, 2013

Lampiran C.4 Rata-rata Gain yang Dinormalisasi ... 141

a. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C1 ... 141

b. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C2 ... 142

c. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C3 ... 144

d. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C4 ... 146

e. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Keseluruhan Tes ... 147

Lampiran C.5 Rekapitulasi Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa ... 148

LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN ... 153

Lampiran D.1 Foto-foto Penelitian ... 154

Lampiran D.2 Surat Penelitian ... 156


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, sebagai Pendidik dalam melaksanakan tugasnya minimal mengacu pada keempat Permendiknas yaitu; Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses serta Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Mata pelajaran Fisika SMA/MA sebagai bagian dari kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki tujuan diantaranya membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Untuk memenuhi tujuan tersebut kompetensi lulusan yang harus dicapai dalam mata pelajaran Fisika salah satunya dapat dilakukan melalui percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Selain itu, terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa, contohnya adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

Pemenuhan keempat standar nasional pendidikan berdasakan fakta di lapangan tentunya tidak mudah, baru-baru ini hasil Ujian Nasional sebagai salah satu bentuk implementasi standar penilaian khususnya mata pelajaran Fisika nilainya paling rendah di antara mata pelajaran lainnya. Hal ini sebagai salah satu gambaran bahwa fisika masih menjadi mata pelajaran yang sulit. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, baik faktor guru, siswa, fasilitas, proses dan lain sebagainya. Sering kali proses pembelajaran belum dapat dilaksanakan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(16)

2

Rika Siti Jahara, 2013

Komunikasi siswa dengan guru belum berjalan secara efektif. Siswa mengeluhkan banyak sekali yang belum dipahami tapi sulit untuk mengkomunikasikannya.

Dari fakta-fakta di atas, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui proses pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian. Studi pendahuluan tersebut dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumen hasil belajar siswa terhadap kelas XI IPA di salah satu SMA yang ada di Kabupaten Garut. Wawancara dilakukan kepada guru fisika dan dua orang siswa. Observasi proses pembelajaran dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas dan dokumen hasil belajar didapat melalui hasil ulangan siswa. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah. Guru belum melakukan pembelajaran berkelompok secara efektif, dalam arti pembentukan pembelajaran berkelompok dilakukan oleh siswa. Sehingga terjadi pengelompokan siswa pintar dengan siswa pintar dan sebaliknya siswa yang kurang dengan yang kurang. Hal ini memunculkan pengelompokan yang homogen. Sementara siswa lebih tertarik belajar berkelompok dengan kelompok yang heterogen agar dapat menanyakan hal yang belum ia pahami kepada temannya yang lebih pintar. Jumlah siswa di dalam kelas tersebut 39 orang. Dari 39 orang hanya empat orang yang melakukan aktivitas tanya-jawab dengan guru, bila dipersentasikan sekitar 10,26%. Hanya beberapa siswa saja yang melakukan aktivitas dengan guru. Keadaan seperti itu jelas berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan dokumen hasil belajar dari rata-rata seluruh ulangan siswa, ternyata dari 39 orang siswa hanya 2 orang siswa yang lulus dari KKM (KKM sebesar 75) atau sekitar 5,13%.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa komunikasi siswa dengan guru belum berjalan secara efektif. Siswa merasa malu, takut, dan segan kepada guru sehingga siswa jarang mengemukakan apa yang belum siswa pahami kepada guru. Sehingga wajar saja hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Selain itu komukasi siswa dan guru juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Dalam jenis-jenis aktivitas belajar siswa ada yang


(17)

3

disebut oral activities (kemampuan lisan). Bila siswa sulit menjalin komunikasi dengan guru baik itu dalam hal bertanya, mengeluarkan pendapat, berdiskusi, dan lain sebagainya maka dengan pasti oral aktivities-nya tergolong rendah.

Berdasarkan fenomena di atas, untuk membangun komunikasi diantara siswa agar tercipta pembelajaran tutor sebaya yang melahirkan sikap jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain maka pada pelaksanaannya pembelajaran fisika dapat dilakukan secara berkelompok. Kelompok yang dibentuk bersifat heterogen sehingga dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar. Lebih jauhnya pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal di atas dijelaskan oleh Lie (2004:12) “banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata

lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru.” Peng-implementasiannya dapat

melalui pembelajaran berkelompok. Sedangkan menurut Sarwin dalam Takari (2008:122) ada tiga permasalahan yang harus dipecahkan dalam mengupayakan pembelajaran fisika agar efektif, yaitu:

1. Guru fisika mendapatkan tantangan untuk meningkatkan prestasi siswa menggunakan pengajaran yang mampu menghadirkan kejadian-kejadian fisika secara nyata di dalam kelas, tanpa harus keluar dari sekolah.

2. Guru fisika harus bisa menciptakan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.

3. Guru fisika harus mampu melakukan assesment dengan cara yang tepat yang dilakukan sepanjang waktu pembelajaran, baik selama maupun sesudah pembelajaran.

Dari pernyataan Sarwin, terlihat jelas bahwa peran guru untuk dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa sangatlah penting. Guru harus menciptakan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, dengan begitu ada kemungkinan minat siswa akan meningkat sehingga indikasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik dapat diperoleh.


(18)

4

Rika Siti Jahara, 2013

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam belajar salah satunya adalah model

cooperative learning. Menurut Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2005:5) bahwa “model cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar”. Slavin juga menyatakan bahwa “model pembelajaran ini berangkat dari

asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting better

together”, atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama” (Solihatin dan Raharjo, 2005:5). Model ini memandang bahwa belajar tidak semata-mata hanya berasal dari guru, bisa juga dari pihak lain salah satunya adalah teman belajarnya.

Model pembelajaran ini memiliki banyak tipe, salah satunya adalah tipe STAD (Students Team Achievement Division). Pada model cooperative learning tipe STAD, siswa bersama-sama menyelesaikan tugas kelompok, bekerja sama, dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN PROFIL AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hasil belajar ranah kognitif dan profil aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD?”

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian yaitu:

1. bagaimana hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model


(19)

5

2. bagaimana profil aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model

cooperative learning tipe STAD?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dimaksud lebih terfokus, maka yang menjadi batasan masalahnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai hasil belajar melalui tes tertulis atau yang disebut dengan hasil belajar dalam ranah kognitif dalam tingkatan C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis).

2. Aktivitas belajar yang akan diteliti adalah aktivitas belajar dalam kelompok oral activities (diskusi) dan motor activities (melakukan percobaan dan interaksi siswa dengan guru, bahan ajar, teman sekelompok, dan teman diluar kelompok). Profil aktivitas belajar siswa yang dianalisis digambarkan dalam rata-rata persentase dan kategori aktivitas belajar yang diperoleh seluruh siswa pada setiap pertemuan, persentase jumlah siswa yang tuntas dalam setiap aspek aktivitas belajar dan analisis sub-aspek dari masing-masing aspek aktivitas.

3. Model cooperative learning tipe STAD adalah model pembelajaran dimana siswa melakukan proses pembelajaran sesuai perintah dan dibimbing oleh guru serta dilakukan secara berkelompok, untuk kemudian menyelesaikan tugas secara bersama-sama yang berkaitan dengan apa yang telah dilakukan siswa melalui diskusi kelompok.

D. Variabel Penelitian

Hasil belajar ranah kognitif, aktivitas belajar siswa dan model

cooperative learning tipe STAD.

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan pemaparan di atas, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai seperti dijelaskan dalam uraian di bawah ini.


(20)

6

Rika Siti Jahara, 2013

1. Untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran fisika melalui model cooperative learning tipe STAD.

2. Untuk mengetahui profil aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui model cooperative learning tipe STAD pada setiap pertemuannya.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui keunggulan penggunaan model cooperative learning tipe STAD dalam pencapaian hasil belajar ranah kognitif dan aktivitas belajar siswa dalam berdiskusi, interaksi dan melakukan percobaan, dan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

G. Definisi Operasional

1. Hasil belajar siswa menunjukkan ketercapaian siswa dalam tujuan pembelajaran, biasanya hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai dari hasil tes tulis. Indikator peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis sebelum dan sesudah diberikan treatment, alat ukur yang digunakan adalah tes prestasi. Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2010: 194). Tes prestasi yang akan diberikan lebih kepada ranah kognitif. Berdasarkan taksonomi Bloom ada enam tingkatan dalam ranah kognitif untuk menilai kemampuan siswa yaitu C1 (Ingatan), C2 (Pemahaman), C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sistesis), dan C6 (Evaluasi). Namun tes yang diberikan hanya berada pada ranah C1-C4 karena keterbatasan kemampuan siswa untuk sampai pada tingkatan sintesis dan evaluasi. 2. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang siswa lakukan di dalam kelas

akibat adanya interaksi dengan guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Indikator peningkatan aktivitas belajar dapat menggunakan lembaran observasi aktivitas belajar siswa. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang keadaan siswa berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Profil aktivitas belajar siswa


(21)

7

digambarkan dalam ketuntasan yang dicapai oleh siswa dalam aktivitas belajar dan analisis sub-aspek dari masing-masing aspek aktivitas.

3. Model cooperative learning tipe STAD adalah pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama dalam suatu kelompok kecil, didalamnya siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Guru bertindak sebagai motivator dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui keterlaksanaan model cooperative learning tipe STAD dapat digunakan lembaran observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

H. Kerangka Penulisan

Kerangka penulisan hasil penelitian ini dapat terlihat sebagai berikut: HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Variabel Penelitian E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Definisi Operasional H. Kerangka Penulisan


(22)

8

Rika Siti Jahara, 2013

BAB II HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF, AKTIVITAS BELAJAR DAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

A. Belajar dan Hasil Belajar Ranah Kognitif 1. Definisi belajar

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif B. Aktivitas Belajar

1. Konsep Aktivitas Belajar 2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar C. Model Cooperative Learning

D. Model Cooperative Learning Tipe STAD

E. Keterkaitan Model Cooperative Learning Tipe STAD dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Aktivitas Belajar

F. Hasil Penelitian yang Relevan

G. Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Sebelumnya BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Prosedur Penelitian

E. Teknik Pengambilan Data

F. Teknik Analisis Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif G. Teknik Pengolahan Data

H. Hasil Uji Instrumen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keterlaksanaan Model Cooperative Learning Tipe STAD B. Hasil Belajar Ranah Kognitif

1. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C1 2. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C2 3. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C3 4. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi untuk Aspek C4


(23)

9

5. Perbandingan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

6. Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif untuk Keseluruhan Tingkatan

7. Perbandingan Jumlah Ketuntasan Siswa Berdasarkan Skor Siswa Sebelum Diberikan Treatment dengan Posttest

C. Profil Aktivitas Belajar

1. Persentase dan Kategori Aktivitas Belajar Siswa Pada Setiap Pertemuan

2. Ketuntasan Siswa dalam Aktivitas Belajar

3. Analisis Sub-Aspek Pada Masing-masing Aspek Aktivitas Belajar BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D


(24)

22

Rika Siti Jahara, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini memaparkan mengenai metode penelitian, desain penelitian, sampel penelitian, prosedur penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis uji instrumen, teknik pengolahan data, dan pembahasan mengenai hasil dari uji instrumen.

A. Metode Penelitian

Campbell and Stanley (Arikunto, 2010:123) „membagi jenis-jenis desain berdasarkan atas baik buruknya eksperimen, atau sempurna tidaknya eksperimen.‟ Ada dua jenis metode penelitian berdasarkan kriteria tersebut, yaitu pre experimental design atau quasi experiment dan true experiemntal design. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental design. “Pre esxperimenal design dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya, disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah menurut peraturan tertentu” (Arikunto, 2010:123).

B. Desain Penelitian

Salah satu desain penelitian yang termasuk ke dalam kategori pre experimental design yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest and Posttest Group. Pola desain Pretest and Posttest Group bisa dilihat seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pola Desain Penelitian

Pretest Treatment Posttest

01 X 02

(Arikunto, 2010:124) Dengan:


(25)

23

X = treatment (perlakuan) 02 = Posttest (tes akhir)

Dalam desain ini tes dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum

treatment dan sesudah treatment. “Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 02 - 01 diasumsikan merupakan efek dari treatment” (Arikunto, 2010:124). Treatment

yang diberikan berupa penggunaan model cooperative learning tipe STAD dan hanya digunakan pada satu kelas. Pemilihan desain penelitian tipe Pretest and Posttest Group karena tipe ini lebih sederhana dan mudah untuk dilakukan. Peneliti bisa melihat langsung perkembangan variabel terikat (variabel yang ingin diketahui perkembangannya) yaitu hasil belajar ranah kognitif dan aktivitas belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Zuriah (2006:116) menyatakan bahwa “populasi adalah sumber data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.” Sedangkan yang dimaksud dengan “sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan cara-cara tertentu” (Zuriah, 2006:119).

Penelitian ini tidak menggunakan populasi sebagai objek peneliatian karena akan memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang akan menyulitkan peneliti. Sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah sekelompok siswa (sekelas) SMA kelas XI IPA 1 di salah satu sekolah yang ada di kabupaten Garut. Cara pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan sampel bertujuan atau purposive sample. Menurut informasi yang di dapat dari salah satu guru yang mengajar fisika kelas XI IPA di sekolah tersebut, pembagian kelas XI IPA sudah dilakukan secara adil dan merata. Selain itu, guru yang bersedia untuk meminjamkan kelasnya sebagai bahan penelitian hanya mengajar di kelas XI IPA 1 sehingga peneliti menggunakan siswa kelas XI IPA 1 sebagai objek penelitian.


(26)

24

Rika Siti Jahara, 2013

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut penjelasan dari setiap tahapan. 1. Tahap Persiapan Penelitian

Awal persiapan penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan di salah satu SMA. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk menemukan gambaran permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran fisika yang dialami siswa. Kegiatannya dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas, mewawancarai guru dan perwakilan siswa, menganalisis dokumen tes hasil belajar siswa. Selanjutnya beberapa tahap persiapan akan dijabarkan seperti di bawah ini.

a. Merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu Bagaimana hasil belajar kognitif, aktivitas belajar, serta profil aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model cooperative learning tipe

STAD.

b. Studi literatur mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan keperluan penelitian, di antaranya seperti di bawah ini.

1) Melakukan kajian teoritis mengenai model cooperative learning

tipe STAD (mempelajari karakteristik, sintaks pembelajaran, kelebihan dan kekurangan, dan lain sebagainya); hasil belajar ranah kognitif (mempelajari jenis-jenis hasil belajar); dan aktivitas belajar siswa (mempelajari jenis-jenis aktivitas belajar dan memilih aktivitas berdikusi, interaksi, dan melakukan percobaan sebagai variabel yang akan diteliti).

2) Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian. Standar Kompetensi (SK) yang dipilih adalah menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih adalah menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


(27)

25

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian secara bertujuan.

d. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian meliputi Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada sintaks model cooperative learning tipe STAD sebanyak tiga pertemuan (pertemuan pertama tentang tekanan hidrostatis, pertemuan kedua tentang hukum Pascal, dan pertemuan ketiga tentang hukum Archimedes), lembar pengamatan aktivitas siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berbasis eksperimen, alat praktikum sederhana, lembar keterlaksanaan model cooperative learning tipe

STAD.

e. Membuat dan menyusun instrumen penelitian sebagai alat untuk memperoleh data dalam penelitian, dengan langkah-langkah seperti di bawah ini.

1) Membuat daftar kisi-kisi instrumen penelitian (tes hasil belajar ranah kognitif).

2) Men-judgment instrumen penelitian (tes hasil belajar ranah kognitif) oleh dua orang dosen fisika yang sebelumnya telah diperiksa oleh dua dosen pembimbing.

3) Memperbaiki instrumen berdasarkan hasil judgment.

4) Melakukan uji coba intrumen pada salah satu SMA yang ada di kabupaten Garut.

5) Menganalisis hasil uji coba instrumen meliputi reliabilitas tes, validitas item tes, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

6) Memperbaiki soal-soal yang kurang sesuai dengan analisis instrumen dan membuat soal baru untuk indikator pembelajaran yang soal-soalnya tidak lolos berdasarkan hasil coba instrumen pertama.

7) Melakukan uji coba instrumen kedua.

8) Menganalisis hasil uji coba instrumen kedua meliputi reliabilitas tes, validitas item tes, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.


(28)

26

Rika Siti Jahara, 2013

9) Memilih soal-soal yang baik berdasarkan hasil uji intumen pertama dan kedua.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah semua perangkat pembelajaran lengkap, peneliti mulai melaksanakan tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri yang ada di Kabupaten Garut pada bulan Maret-April 2013 dengan sampel penelitian yang digunakan adalah siswa-siswi (sekelas) kelas XI IPA 1 sebanyak 39 orang (16 orang siswa dan 23 orang siswi). Adapun jadwal penelitiannya bisa dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pertemuan

ke- Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1 Senin, 25 Maret 2013 Pkl. 10.30 – 12.00 Pretest

2 Sabtu, 30 Maret 2013 Pkl. 14.30 – 16.00 Pertemuan pertama

3 Kamis, 04 April 2013 Pkl. 14.30 – 16.00 Pertemuan kedua

4 Sabtu, 06 April 2013 Pkl. 14.30 – 16.00 Pertemuan ketiga

5 Senin, 08 April 2013 Pkl. 10.30 – 12.00 Posttest

Beberapa kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini akan dijelaskan seperti di bawah ini.

a. Memberikan pretest kepada siswa. Pretest dihadiri oleh seluruh siswa yang berjumlah 39 orang.

b. Memberikan perlakuan (treatment) dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama materi yang dipelajari mengenai tekanan hidrostatis, pada pertemuan kedua materi yang dipelajari mengenai hokum Pascal dan pada pertemuan ketiga materi yang dipelajari mengenai hukum Archimedes. Aktivitas belajar siswa diobservasi selama proses pembelajaran dalam tiga pertemuan tersebut.

c. Memberikan posttest pada siswa untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa setelah pembelajaran. Posttest dihadiri oleh seluruh siswa yang berjumlah 39 orang.


(29)

27

3. Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap akhir ini dimulai setelah semua tahap pelaksanaan selesai dilaksanakan. Beberapa kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini akan dijelaskan seperti di bawah ini.

a. Mengolah data lembar observasi keterlaksanaan model cooperative learning tipe STAD, data hasil pretest dan posttest, serta data lembar aktivitas belajar siswa untuk setiap pertemuan.

b. Menganalisis hasil penelitian. Analisis hasil penelitian berupa pembahasan mengenai persentase keterlaksanaan model cooperative learning tipe STAD selama tiga pertemuan, persentase pencapaian hasil belajar ranah kognitif siswa dari hasil pengolahan skor pretest

dan posttest (analisis hasil belajar dilakukan pada masing-masing tingkatan aspek kognitif dan tes secara keseluruhan), serta analisis mengenai pencapaian aktivitas belajar siswa untuk setiap pertemuan berdasarkan data dari lembar observasi aktivitas belajar siswa. Selain itu untuk aktivitas belajar, dianalisis profil aktivitas belajar yang meliputi analisis ketuntasan jumlah siswa pada masing-masing aspek aktivitas belajar serta analisis sub-aspek yang paling menonjol pada masing-masing aspek aktivitas belajar.

c. Menarik kesimpulan dan saran. d. Menyusun laporan akhir penelitian.

Alur penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini digambarkan seperti terlihat pada Gambar 3.1.


(30)

28

Rika Siti Jahara, 2013

Gambar 3.1 Alur Penelitian

E. Teknik Pengambilan Data

S. Margono dalam Zuriah (2006:168) menyatakan bahwa „pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah penelitian) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.‟ Dalam hal ini peneliti menggunakan dua jenis instrumen yaitu tes dan observasi. Data yang diperlukan oleh peneliti adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3.3.

Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian hasil belajar ranah kognitif dan aktivitas belajar

siswa

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Studi Literatur

Menentukan Sampel Penelitian

Penyusunan perangkat pembelajaran RPP, Alat Paraktikum sederhana, dan

LKS

Pretest Perlakuan (treatment) Posttest

Observasi Aktivitas Belajar Siswa dan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Pengolahan dan Analisis Data


(31)

29

Tabel 3.3

Instrumen, Data, dan Alat ukur Penelitian

No. Data Instrumen Alat Ukur

1 Kualitatif

 Keterlaksanaan model

pembelajaran

 Aktivitas belajar siswa

 Observasi

 Observasi

 Lembar observasi

 Lembar observasi

2 Kuantitatif

 Hasil belajar ranah

kognitif

 Tes  Soal tes objektif

(pilihan ganda) Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa keterlaksanaan model

cooperative learning tipe STAD dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini untuk mengetahui apakah peneliti telah melaksanakan aktivitas guru sesuai dengan sintaks pembelajaran model

cooperative learning tip STAD atau tidak. Pengisian lembar observasi ini dengan menggunakan cecklist terlaksana atau tidaknya langkah pembelajaran yang ada pada lembar observasi dengan yang dilakukan peneliti.

Selain keterlaksanaan model pembelajaran, aktivitas belajar siswa juga diukur dengan menggunakan lembar observasi hanya tipenya berbeda. Lembar observasi aktivitas belajar menggunakan cecklist untuk memilih skor aktivitas yang diperoleh siswa. Setiap aspek aktivitas belajar siswa (diskusi, interaksi, dan melakukan percobaan) memiliki rentang skor satu sampai empat. Skor satu sampai empat pada masing-masing aspek aktivitas belajar memiliki rubrik penilaian. Rubrik penilaian untuk masing-masing aspek aktivitas belajar bisa dilihat pada lampiran B.3.

Hasil belajar ranah kognitif siswa diukur dengan menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes terlulis dalam bentuk tes objektif (soal pilihan ganda) yang hanya mencakup empat aspek ranah kognitif yang ada pada taksonomi Bloom yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis).


(32)

30

Rika Siti Jahara, 2013

F. Teknik Analisis Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif

Sebelum Instrumen tes hasil belajar digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut harus sudah teruji kelayakan dan kevalidannya. Analisis soal instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal yang digunakan baik atau tidak, dan dapat mengukur kemampuan yang ingin dicapai atau tidak. Sehingga terlebih dahulu instrumen tes diuji coba dan dilakukan analisis terhadap hasil uji coba instrumen tes hasil belajar ranah kognitif yang meliputi reliabilitas tes, validitas item tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal-soal.

1. Reliabilitas Tes

“Reliabilitas tes menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik” (Arikunto, 2010:221). Untuk memperoleh indeks reliabilitas soal bisa dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

⁄ ⁄

( Arikunto, 2010:223) dengan :

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Interpretasi reliabilitas tes dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4

Interpretasi Reliabilitas

Nilai r Interpretasi

0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi

0,61 < r < 0,80 Tinggi

0,41 < r < 0,60 Cukup

0,21 < r < 0,40 Rendah

0,00 < r < 0,20 Sangat rendah


(33)

31

2. Validitas Item Tes

Validitas adalah ukuran menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010: 211). Salah satu cara untuk mengukur validitas tes adalah dengan angka kasar, rumusannya adalah sebagai berikut:

√ } }

(Arikunto, 2010: 213) dengan :

rxy = indeks korelasi antara dua variael

Interpretasi validitas instrumen tes bisa dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai r Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2012: 89) 3. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah bagaimana kemampuan butir soal itu membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok rendah (lower group). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

(Munaf, 2001: 63) dengan :

D = Daya Pembeda

Nt = Jumlah siswa pada kelompok tinggi Nr = Jumlah siswa pada kelompok rendah N = Jumlah seluruh siswa


(34)

32

Rika Siti Jahara, 2013

Kualifikasi daya pembeda tiap butir soal bisa dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6

Kriteria Indeks Daya Pembeda

DP Kualifikasi

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

(Arikunto, 2009:218) Jika daya pembeda yang interpretasinya kurang dari 0,20 maka soal harus dibuang atau diubah. Jika interpetasinya diantara 0,21 – 0,30 maka soal harus direvisi selebihnya jika interpretasi lebih dari 0,30 maka soal baik dan bisa diterima.

4. Taraf Kesukaran Butir Soal

Taraf kesukaran merupakan tingkat kesukaran soal berdasarkan jumlah jawaban benar yang dijawab oleh seluruh siswa. Taraf kesukaran dapat dinyatakan dengan persamaan sebagi berikut:

P =

(Arikunto, 2009: 208) dengan :

P = Taraf kesukaran butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Interpretasi taraf kesukaran bisa dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7

Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai P Tingkat

0,00 – 0,29 Soal Sukar 0,30 – 0,69 Soal Sedang 0,70 – 1,00 Soal Mudah


(35)

33

G. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui lembar keterlaksanaan model cooperative learning Tipe STAD, tes hasil belajar ranah kognitif, dan lembar aktivitas belajar siswa. teknik pengolahan data tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini.

1. Keterlaksanaan Model Cooperative Learning Tipe STAD

Langkah pembelajaran model cooperative learning Tipe STAD

dikatakan telah terlaksana apabila peneliti telah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah pembelajaran yang tercantum dalam lembar observasi. Besar persentase keterlaksanaan model pembelajaran dapat dinyatakan dengan rumusan:

% Keterlaksanaan model pembelajaran = ∑

∑ x 100% Keterlaksanaan model pembelajaran dikatakan baik apabila langkah pembelajaran pada model itu telah terlaksana sedikitnya 60% dari seluruh langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai interpretasi keterlaksanaan model pembelajaran bisa dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Kategori Keterlaksanaan Interpretasi

80% atau lebih Sangat baik

60% - 79% Baik

40% - 59% Sedang

21% - 39% Kurang

0% - 20% Kurang Sekali

(Sugiyono, 2001: 81) 2. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Data hasil belajar tanah kognitif diperoleh melalui tes. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 19 soal. Langkah-langkah pengolahan data hasil belajar ranah kognitif adalah sebagai berikut.


(36)

34

Rika Siti Jahara, 2013

a. Pemberian Skor

Pemberian skor dilakukan dengan menggunakan permasaan seperti berikut.

Skor = x 100 Dengan:

B = Banyaknya butir soal yang dijawab benar N = Banyaknya butir soal

b. Menghitung nilai gain yang dinormalisasi

Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:

G = Sf– Si dengan:

G = Gain

Sf = Skor tes akhir

Si = Skor tes awal

Rata-rata gain yang dinormalisasi (< g > ) dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut (Hake, 1998):

< g > = =

dengan:

< g > = Rata-rata gain yang dinormalisasi

< Sf > = Rata-rata nilai posttest

< Si > = Rata-rata nilai pretest

Nilai ini kemudian diinterpretasikan ke dalam klasifikasi tabel 3.9. Tabel 3.9

Interpretasi Rata-rata Gain yang Dinormalisasi

Nilai < g > Interpretasi

(< g >) > 0,7 tinggi

0,7 > (< g >) > 0,3 Sedang


(37)

35

Nilai rata-rata gain adalah rata-rata gain yang dinormalisasi pada masing-masing tingkatan hasil belajar ranah kognitif (C1, C2, C3 dan C4) dan rata-rata gain yang dinormalisasi untuk keseluruhan tes. 3. Aktivitas Belajar Siswa

Penilaian Aktivitas belajar siswa menggunakan rentang skor satu sampai empat untuk setiap aspek. Masing-masing skor memiliki rubrik penilaian. Langkah-langkah penilaian aktivitas belajar siswa dapat dinyatakan seperti dibawah ini.

a. Membuat daftar rekapitulasi skor aktivitas pada masing-masing siswa. Setiap siswa akan memperoleh skor aktivitas pada masing-masing aspek. Setiap aspek aktivitas (diskusi, interaksi, dan melakukan percobaan) memiliki sub-aspek masing-masing sebanyak empat buah. Jumlah sub-aspek yang dilakukan siswa menjadi jumlah skor yang ia peroleh pada aspek aktivitas tersebut. Misalnya siswa hanya melakukan tiga sub aspek pada aktivitas diskusi berarti siswa tersebut mendapat skor tiga pada aktivitas diskusi. Daftar rekapitulasi skor aktivitas belajar siswa bisa dilihat pada lampiran C.5.

b. Membuat persentase aktivitas belajar setiap aspek untuk tiap pertemuan dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh siswa kemudian membaginya dengan skor maksimum ideal (skor maksimum ideal = 4 x jumlah seluruh siswa) dikalikan dengan 100%, atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.

P = ∑

∑ x 100%

Aktivitas belajar dikategorikan baik apabila telah mencapai paling sedikit 60% dari skor maksimum ideal. Untuk lebih jelasnya, interpretasi aktivitas belajar bisa dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Interpretasi Aktivitas Belajar Siswa

Persentase Kategori

80% atau lebih Sangat baik

60% - 79% Baik


(38)

36

Rika Siti Jahara, 2013

Persentase Kategori

21% - 39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali

Laksmie (Afina, 2011: 40) c. Menentukan persentase jumlah siswa yang tuntas dalam aktivitas belajar. Siswa yang dianggap tuntas adalah siswa yang memperoleh skor tiga dan empat.

d. Menentukan sub-aspek yang paling dominan dilakukan siswa pada masing-masing aspek aktivitas belajar siswa.

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen pertama dilakukan sebanyak dua kali kepada siswa SMA kelas XII dan XI IPA pada sekolah yang sama dengan tempat penelitian. Uji coba pertama dilakukan pada siswa kelas XII IPA dengan jumlah siswa 40 orang dan uji coba kedua dilakukan pada siswa kelas XI IPA dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang.

Soal yang diujikan sebanyak 25 soal dengan rincian 4 soal aspek C1 (16 %), 8 soal aspek C2 (32 %), 8 soal aspek C3 (32 %), dan 5 soal aspek C4 (16 %). Setelah dianalisis didapatkan nilai reliabilitas tes sebesar 0,79 dengan kategori tinggi. Untuk nilai validitas item tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda dapat lihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Daftar Validitas Item Tes, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda

No Soal

Validitas Item Tes TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

1 0,20 Rendah 0,78 Mudah -0,20 Tidak

baik Dibuang

2 0,54 Cukup 0,63 Sedang 0,60 Baik Dipakai

3 0,28 Rendah 0,53 Sedang 0,15 Jelek Dibuang

4 0,44 Cukup 0,53 Sedang 0,35 Cukup Dipakai

5 0,20 Rendah 0,68 Sedang 0,15 Jelek

Dipakai dengan perbaikan


(39)

37

No Soal

Validitas Item Tes TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

7 0,19 Sangat Rendah 0,28 Sukar 0,35 Cukup

Dipakai dengan perbaikan

8 0,04 Sangat Rendah 0,68 Sedang 0,15 Jelek Dibuang

9 0,51 Cukup 0,90 Mudah 0,10 Jelek Dibuang

10 0,54 Cukup 0,15 Sukar 0,30 Cukup

Dipakai dengan perbaikan

11 0,76 Tinggi 0,43 Sedang 0,85 Baik

Sekali Dipakai

12 0,18 Sangat Rendah 0,45 Sedang -0,10 Tidak

baik Dibuang

13 0,25 Rendah 0,70 Mudah 0,10 Jelek Dibuang

14 0,42 Cukup 0,20 Sukar 0,40 Baik

Dipakai dengan perbaikan

15 0,09 Sangat Rendah 0,48 Sedang -0,25 Tidak

baik Dibuang

16 0,14 Sangat Rendah 0,08 Sukar 0,15 Jelek Dibuang

Dibuang

17 0,06 Sangat Rendah 0,63 Sedang 0,05 Jelek Dibuang

18 0,15 Sangat Rendah 0,05 Sukar 0,10 Jelek Dibuang

19 0,61 Tinggi 0,35 Sedang 0,70 Baik

Sekali Dipakai

20 0,29 Rendah 0,18 Sukar 0,15 Jelek Dibuang

21 0,01 Sangat Rendah 0,53 Sedang -0,05 Tidak

baik Dibuang

22 0,45 Cukup 0,13 Sukar 0,25 Cukup

Dipakai dengan perbaikan

23 0,29 Rendah 0,08 Sukar 0,15 Jelek Dibuang

24 0,61 Tinggi 0,65 Sedang 0,30 Cukup Dipakai

25 -0,44 Sangat Rendah 0,20 Sukar -0,30 Tidak

baik Dibuang

Dari 25 soal yang diujikan, bila ditinjau dari validitas item tes hanya 12% (3 soal) yang validitasnya tinggi, 28% (7 soal) yang validitasnya cukup, 32% (8 soal) yang validitasnya rendah, dan 28% (7 soal) yang validitasnya sangat rendah. Bila ditinjau dari taraf kesukaran 32% (8 soal) tergolong soal sukar, 56% (14 soal) tergolong soal sedang, dan 12% (3 soal) tergolong soal mudah. Bila ditinjau dari daya pembeda hanya 24% (6 soal) dengan katagori


(40)

38

Rika Siti Jahara, 2013

baik, 20% (5 soal) dengan kategori cukup, 48% (12 soal) dengan kategori jelek, dan 8% (2 soal) dengan kategori tidak baik.

Berdasarkan data di atas, hanya 11 soal yang bisa digunakan untuk penelitian yaitu 6 soal yang dipakai dan 5 soal yang dipakai dengan perbaikan. Namun, untuk memenuhi kepentingan penelitian maka dibuat beberapa soal baru untuk di ujikan. Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, terdapat 14 indikator pembelajaran untuk 3 pertemuan. Dari 14 indikator pembelajaran tersebut hanya 9 indikator yang soalnya bisa dipakai untuk penelitian. Sehingga peneliti membuat soal sejumlah 9 soal pada 5 indikator pembelajaran yang belum memiliki soal yang layak dipakai untuk penelitian. Soal yang dibuat telah didiskusikan dengan dosen pembimbing.

Pada uji ciba instrumen kedua, terdapat 11 soal lama dan 9 soal yang baru sehingga jumlah semua soal sebanyak 20 soal. Setelah dianalisis, reliabilitas tes pada uji coba instrumen kedua ini adalah 0,85 dengan kategori sangat tinggi. Pengolahan data untuk analisis uji instrument kedua bisa dilihat pada lampiran B.2. Untuk nilai validitas item tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda dapat lihat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12

Daftar Validitas Item Tes, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda

No. Soal

Validitas TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

1 0,59 Cukup 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai

2 0,48 Cukup 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dipakai

3 0,75 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai

4 0,72 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai

5 0,38 Rendah 0,92 Mudah 0,16 Jelek Dibuang

6 0,69 Tinggi 0,79 Mudah 0,32 Cukup Dipakai

7 0,66 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai

8 0,41 Cukup 0,92 Mudah 0,16 Jelek Dipakai

9 0,46 Cukup 0,63 Sedang 0,32 Cukup Dipakai

10 0,49 Cukup 0,84 Mudah 0,21 Cukup Dipakai

11 0,47 Cukup 0,84 Mudah 0,21 Cukup Dipakai

12 0,44 Cukup 0,74 Mudah 0,32 Cukup Dipakai


(41)

39

No. Soal

Validitas TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

14 0,46 Cukup 0,39 Sedang 0,47 Baik Dipakai

15 0,44 Cukup 0,26 Sukar 0,42 Baik Dipakai

16 0,52 Cukup 0,66 Sedang 0,37 Cukup Dipakai

17 0,43 Cukup 0,26 Sukar 0,21 Cukup Dipakai

18 0,65 Tinggi 0,61 Sedang 0,37 Cukup Dipakai

19 0,56 Cukup 0,79 Mudah 0,42 Baik Dipakai

20 0,81 Sangat

Tinggi 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dipakai

Dari 20 soal yang diujikan bila ditinjau dari validitas item tes terdapat 5% (1 soal) yang kategorinya sangat tinggi, 25% (5 soal) yang kategorinya tinggi, 65% (13 soal) yang kategorinya cukup, dan 5% (1 soal) yang kategorinya rendah. Bila ditinjau dari taraf kesukaran 10% (2 soal) tergolong soal sukar, 25% (5 soal) tergolong soal sedang, dan 65% (13 soal) tergolong soal mudah. Bila ditinjau dari daya pembeda hanya 15% (3 soal) dengan katagori baik, 75% (15 soal) dengan kategori cukup, dan 10% (2 soal) dengan kategori jelek.

Berdasarkan data di atas, 1 soal dibuang dan 19 soal dipakai untuk penelitian ( 8 soal baru dan 11 soal lama) dengan termasuk kategori C1 3 soal (15,79%), C2 5 soal (41,67%), C3 8 soal (42,11%), C4 3 soal (15,79%). Kisi-kisi instrument tes yang digunakan saat penelitian bisa dilihat pada lampiran B.1.


(42)

69

Rika Siti Jahara, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Untuk menjawab rumusan masalah, maka peneliti mendapatkan kesimpulan seperti di bawah ini.

1. Setelah diterapkan model cooperative learning tipe STAD, rata-rata gain yang dinormalisasi hasil belajar ranah kognitif adalah 0,60 dengan kategori sedang. Tingkatan C1 (ingatan) mencapai rata-rata gain yang dinormalisasi paling tinggi dan tingkatan C3 (penerapan) mencapai rata-rata gain yang dinormalisasi paling rendah.

2. Pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga persentase aktivitas belajar siswa yang paling tinggi adalah melakukan percobaan dan yang paling rendah adalah berdiskusi. Umumnya kategori untuk setiap aktivitas belajar pada semua pertemuan adalah baik, namun untuk aktivitas melakukan percobaan pada pertemuan ketiga mencapai kategori baik sekali.

 Kategori siswa yang tuntas dari masing-masing aspek aktivitas belajar pada setiap pertemuan tergolong baik.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas berdiskusi adalah berpendapat dan mendengarkan perdapat orang lain.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas interaksi adalah berinteraksi dengan teman sekelompok.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas melakukan percobaan adalah berpartisipasi melakukan pengukuran.

B. Saran

1. Ciri khas dari model cooperative learning tipe STAD adalah memberikan penghargaan/reward pada kelompok. Pemberian penghargaan bisa dilakukan dengan bentuk konkrit untuk lebih memotivasi siswa.


(43)

70

2. Sebaiknya soal untuk kuis untuk menentukan skor perkembangan dibuat dalam jumlah yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak (minimal 10 dalam bentuk pilihan ganda supaya mudah diperiksa). Bila soal terlalu sedikit, maka akan ada perbedaan yang besar antara skor awal dan akhir sehingga mempengaruhi terhadap skor perkembangan siswa. Bila terlalu banyak akan menghabiskan alokasi waktu karena kuis harus diperiksa langsung.

3. Supaya peningkatan hasil belajar kognitif siswa lebih baik lagi, maka diharapkan guru dapat meningkatkan keterampilan menjelaskan, terutama pada saat memberikan konfirmasi, agar konsep dan materi yang dipelajari pada saat itu benar-benar dipahami siswa.

4. Guru diharapkan dapat dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara guru dengan siswa.


(44)

71

Rika Siti Jahara, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Afina. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPBA Siswa SMP. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Ahiri, J dan Hafid, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran dalam Konteks KTSP. Bandung: Humaniora

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. Dalam Journal Of Physics Education Research. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [06 Mei 2013] Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Herianto, D. (2010). Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas VIII SMP

Dua Mei Banjaran. [Online]. Tersedia:

http://www.pdfone.com/ebook/keunggulan-pendidikan-di-kabupaten-bandung.html [06 Mei 2013]

Isjoni. (2012). Cooperatif Learning (Efektifitas Pembelajaran berkelompok). Bandung: ALFABETA

Lie, N. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika UPI.


(45)

72

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Satori, D dkk. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Slavin, R. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset, Dan Praktik). Bandung: Nusa Media

Solihatin, E. dan Raharjo. (2005). Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: PT BUMI AKSARA

Sudjana, N dan Suwariyah, W. (2010). Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Takari, E. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT GENESINDO

Trianto. (2009). Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Surabaya: Prenada media Group.

Wilis Dahar, T. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian (Sosial dan Pendidikan). Jakarta: PT Bumi Aksara


(1)

Rika Siti Jahara, 2013

Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Dan profil Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Cooperative Leraning Tipe STAD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

baik, 20% (5 soal) dengan kategori cukup, 48% (12 soal) dengan kategori jelek, dan 8% (2 soal) dengan kategori tidak baik.

Berdasarkan data di atas, hanya 11 soal yang bisa digunakan untuk penelitian yaitu 6 soal yang dipakai dan 5 soal yang dipakai dengan perbaikan. Namun, untuk memenuhi kepentingan penelitian maka dibuat beberapa soal baru untuk di ujikan. Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, terdapat 14 indikator pembelajaran untuk 3 pertemuan. Dari 14 indikator pembelajaran tersebut hanya 9 indikator yang soalnya bisa dipakai untuk penelitian. Sehingga peneliti membuat soal sejumlah 9 soal pada 5 indikator pembelajaran yang belum memiliki soal yang layak dipakai untuk penelitian. Soal yang dibuat telah didiskusikan dengan dosen pembimbing.

Pada uji ciba instrumen kedua, terdapat 11 soal lama dan 9 soal yang baru sehingga jumlah semua soal sebanyak 20 soal. Setelah dianalisis, reliabilitas tes pada uji coba instrumen kedua ini adalah 0,85 dengan kategori sangat tinggi. Pengolahan data untuk analisis uji instrument kedua bisa dilihat pada lampiran B.2. Untuk nilai validitas item tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda dapat lihat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12

Daftar Validitas Item Tes, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda

No. Soal

Validitas TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

1 0,59 Cukup 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 2 0,48 Cukup 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dipakai 3 0,75 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 4 0,72 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 5 0,38 Rendah 0,92 Mudah 0,16 Jelek Dibuang 6 0,69 Tinggi 0,79 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 7 0,66 Tinggi 0,84 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 8 0,41 Cukup 0,92 Mudah 0,16 Jelek Dipakai 9 0,46 Cukup 0,63 Sedang 0,32 Cukup Dipakai 10 0,49 Cukup 0,84 Mudah 0,21 Cukup Dipakai 11 0,47 Cukup 0,84 Mudah 0,21 Cukup Dipakai 12 0,44 Cukup 0,74 Mudah 0,32 Cukup Dipakai 13 0,42 Cukup 0,32 Sedang 0,32 Cukup Dipakai


(2)

39

No. Soal

Validitas TK DP

Keterangan

rxy Ket TK Ket DP Ket

14 0,46 Cukup 0,39 Sedang 0,47 Baik Dipakai 15 0,44 Cukup 0,26 Sukar 0,42 Baik Dipakai 16 0,52 Cukup 0,66 Sedang 0,37 Cukup Dipakai 17 0,43 Cukup 0,26 Sukar 0,21 Cukup Dipakai 18 0,65 Tinggi 0,61 Sedang 0,37 Cukup Dipakai 19 0,56 Cukup 0,79 Mudah 0,42 Baik Dipakai 20 0,81 Sangat

Tinggi 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dipakai

Dari 20 soal yang diujikan bila ditinjau dari validitas item tes terdapat 5% (1 soal) yang kategorinya sangat tinggi, 25% (5 soal) yang kategorinya tinggi, 65% (13 soal) yang kategorinya cukup, dan 5% (1 soal) yang kategorinya rendah. Bila ditinjau dari taraf kesukaran 10% (2 soal) tergolong soal sukar, 25% (5 soal) tergolong soal sedang, dan 65% (13 soal) tergolong soal mudah. Bila ditinjau dari daya pembeda hanya 15% (3 soal) dengan katagori baik, 75% (15 soal) dengan kategori cukup, dan 10% (2 soal) dengan kategori jelek.

Berdasarkan data di atas, 1 soal dibuang dan 19 soal dipakai untuk penelitian ( 8 soal baru dan 11 soal lama) dengan termasuk kategori C1 3 soal (15,79%), C2 5 soal (41,67%), C3 8 soal (42,11%), C4 3 soal (15,79%). Kisi-kisi instrument tes yang digunakan saat penelitian bisa dilihat pada lampiran B.1.


(3)

69 Rika Siti Jahara, 2013

Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Dan profil Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Cooperative Leraning Tipe STAD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Untuk menjawab rumusan masalah, maka peneliti mendapatkan kesimpulan seperti di bawah ini.

1. Setelah diterapkan model cooperative learning tipe STAD, rata-rata gain yang dinormalisasi hasil belajar ranah kognitif adalah 0,60 dengan kategori sedang. Tingkatan C1 (ingatan) mencapai rata-rata gain yang dinormalisasi paling tinggi dan tingkatan C3 (penerapan) mencapai rata-rata gain yang dinormalisasi paling rendah.

2. Pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga persentase aktivitas belajar siswa yang paling tinggi adalah melakukan percobaan dan yang paling rendah adalah berdiskusi. Umumnya kategori untuk setiap aktivitas belajar pada semua pertemuan adalah baik, namun untuk aktivitas melakukan percobaan pada pertemuan ketiga mencapai kategori baik sekali.

 Kategori siswa yang tuntas dari masing-masing aspek aktivitas belajar pada setiap pertemuan tergolong baik.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas berdiskusi adalah berpendapat dan mendengarkan perdapat orang lain.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas interaksi adalah berinteraksi dengan teman sekelompok.

 Sub-aspek yang paling menonjol dari aktivitas melakukan percobaan adalah berpartisipasi melakukan pengukuran.

B. Saran

1. Ciri khas dari model cooperative learning tipe STAD adalah memberikan penghargaan/reward pada kelompok. Pemberian penghargaan bisa dilakukan dengan bentuk konkrit untuk lebih memotivasi siswa.


(4)

70

2. Sebaiknya soal untuk kuis untuk menentukan skor perkembangan dibuat dalam jumlah yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak (minimal 10 dalam bentuk pilihan ganda supaya mudah diperiksa). Bila soal terlalu sedikit, maka akan ada perbedaan yang besar antara skor awal dan akhir sehingga mempengaruhi terhadap skor perkembangan siswa. Bila terlalu banyak akan menghabiskan alokasi waktu karena kuis harus diperiksa langsung.

3. Supaya peningkatan hasil belajar kognitif siswa lebih baik lagi, maka diharapkan guru dapat meningkatkan keterampilan menjelaskan, terutama pada saat memberikan konfirmasi, agar konsep dan materi yang dipelajari pada saat itu benar-benar dipahami siswa.

4. Guru diharapkan dapat dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara guru dengan siswa.


(5)

71 Rika Siti Jahara, 2013

Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Dan profil Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Cooperative Leraning Tipe STAD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Afina. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep IPBA Siswa SMP. UPI Bandung: tidak

diterbitkan

Ahiri, J dan Hafid, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran dalam Konteks KTSP. Bandung: Humaniora

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. Dalam Journal Of Physics Education Research. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [06 Mei 2013] Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Herianto, D. (2010). Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas VIII SMP

Dua Mei Banjaran. [Online]. Tersedia:

http://www.pdfone.com/ebook/keunggulan-pendidikan-di-kabupaten-bandung.html [06 Mei 2013]

Isjoni. (2012). Cooperatif Learning (Efektifitas Pembelajaran berkelompok). Bandung: ALFABETA

Lie, N. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika UPI.


(6)

72

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Satori, D dkk. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Slavin, R. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset, Dan Praktik). Bandung: Nusa Media

Solihatin, E. dan Raharjo. (2005). Cooperative Learning (Analisis Model

Pembelajaran IPS). Jakarta: PT BUMI AKSARA

Sudjana, N dan Suwariyah, W. (2010). Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Takari, E. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT GENESINDO

Trianto. (2009). Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Surabaya: Prenada media Group.

Wilis Dahar, T. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian (Sosial dan Pendidikan). Jakarta: PT Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 TINGGIMONCONG

0 9 303