Pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang

valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”,

2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.

Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh.


(2)

ABSTRACT

DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University

2016

This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.

The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.

Keywords: achievement test, valid, reliable, different potency, level of difficulty, distractor.


(3)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan NIM: 121134098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan NIM: 121134098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur, peneliti mempersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Sang Hyang Widhi Wasa yang selalu memberikan rahmat dan berkahnya di setiap langkah yang telah peneliti tempuh.

2. I Gusti Nyoman Gede Sunarbawa dan I Gusti Ayu Nyoman Nilawati, selaku orang tua peneliti yang senantiasa mendoakan kelancaran setiap langkah yang peneliti tempuh.

3. I Gusti Ayu Nyoman Winarti, selaku tante, ibu asuh, dan salah satu orang yang sangat berperan dalam hidup peneliti.

4. I Gusti Ngurah Agung Ade Prabowo Kepakisan, selaku adik peneliti tercinta yang selalu mendukung langkah peneliti.

5. I Gusti Ngurah Agung Raditya Permana Kepakisan, terima kasih telah mengisi hari-hari peneliti sejak 2010 hingga saat ini.

6. Sahabat-sahabatku, Sri Widyanthi, Putri Wirianti, Widiantari, Yogi, Fitri, Desy, dll yang selalu mendukung peneliti menyelesaikan studi dengan sukses. 7. Teman-teman “CAGUR FAMILY” kelas C 2012


(8)

MOTTO

“I don’t regret the things I’ve done.

I regret the things I didn’t do when I had the chance”


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyataakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Februari 2016

Peneliti,


(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Nomor Mahasiswa : 121134098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA UNTUK SISWA KELAS V SD”

Demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam media lain, mengolahnya bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Februari 2016 Yang menyatakan,


(11)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”, 2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi. Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh.


(12)

ABSTRACT

DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University

2016

This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.

The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34 items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.

Keywords: achievement test, valid, reliable, different potency, level of difficulty, distractor.


(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atas segala rahmat dan berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk Siswa Kelas V SD” ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan sepenuh hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

4. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penyusunan skripsi hingga selesai.

5. C.A sebagai validator ahli matematika perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

6. L.A.E sebagai validator ahli evaluasi pembelajaran perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

7. Guru kelas V yang mengampu mata pelajaran matematika di SD Kanisius Sengkan, SD Kanisius Bayat, dan SD Negeri Padukan I yang telah memvalidasi perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

8. Siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, SD Kanisius Tegalmulyo telah membantu peneliti dalam uji coba perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

9. Kedua orang tuaku dan tanteku yang selalu memberikan yang terbaik melalui doa dan dukungan.


(14)

10.Adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan.

11.Teman payungku, Yohana Kurniawati, Vita Kurniawati, Desy, Ecy, Nanda, Wahyu, Ana, dan Sisca.

12.Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberian dukungan dan doa bagi kelancaran skripsi peneliti, CAGUR FAMILY kalian luar biasa.

13.Teman-teman PGSD angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

14.Semua pihak yang telah benyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Demi kesempurnaan skripsi ini peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Yogyakarta, 15 Februari 2016 Peneliti,


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Tes Hasil Belajar ... 9

a) Definisi Tes Hasil Belajar ... 9


(16)

c) Kelebihan dan Kekurangan Tes ... 13

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 16

a) Validitas ... 16

b) Reliabilitas ... 19

c) Karakteristik Butir Soal ... 20

1) Daya Pembeda ... 20

2) Tingkat Kesukaran ... 21

3) Analisis Pengecoh ... 22

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 24

4. Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 29

5. Program TAP (Test Analysis Program) ... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 42

1. Tempat Penelitian ... 42

2. Waktu Penelitian ... 43

3. Subyek Penelitian ... 43

4. Objek Penelitian ... 43

C. Prosedur Pengembangan ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Non-Tes ... 48

a. Wawancara ... 48

b. Kuesioner ... 49

2. Tes ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Non-Tes ... 50


(17)

b. Lembar Kuesioner ... 51

2. Tes ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Data Kualitatif ... 53

2. Analisis Data Kuantitatif ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar ... 62

a. Potensi dan Masalah ... 62

b. Pengumpulan Data ... 63

c. Desain Produk ... 63

d. Validasi Desain ... 64

e. Revisi Desain ... 64

f. Uji Coba Produk ... 65

g. Revisi Produk ... 66

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 67

B. Pembahasan ... 72

1. Validitas ... 72

2. Reliabilitas ... 76

3. Daya Pembeda ... 77

4. Tingkat Kesukaran ... 79

5. Analisis Pengecoh ... 80

6. Produk Akhir ... 82

a. Sampul Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika... 86

b. Isi Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika ... 86

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

C. Saran ... 89


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara untuk Analisis Kebutuhan ... 51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 52

Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Lima ... 54

Tabel 3.4 Kriteria Skor Skala Lima ... 56

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 58

Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda ... 59

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 60

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 64

Tabel 4.2 Nomor Soal Sebelum divalidasi dan Sebaran Nomor Soal untuk Uji Coba ... 65

Tabel 4.3 Hasil Validitas Tipe Soal A ... 67

Tabel 4.4 Hasil Validitas Tipe Soal B ... 67

Tabel 4.5 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal A ... 68

Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal B ... 69

Tabel 4.7 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 70

Tabel 4.8 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 70

Tabel 4.9 Analisis Pengecoh Tipe Soal A... 71

Tabel 4.10 Analisis Pengecoh Tipe Soal B ... 72

Tabel 4.11 Konversi Skor Hasil Validasi ... 73

Tabel 4.12 Pembahasan Validitas Tipe Soal A ... 74

Tabel 4.13 Pembahasan Validitas Tipe Soal B ... 75

Tabel 4.14 Daya Pembeda Tipe Soal A ... 77

Tabel 4.15 Daya Pembeda Tipe Soal B ... 78

Tabel 4.16 Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 79

Tabel 4.17 Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 80

Tabel 4.18 Analisis Pengecoh Tipe Soal A pada Soal yang Valid dengan Daya Pembeda yang Baik ... 81


(19)

Tabel 4.19 Analisis Pengecoh Tipe Soal A pada Soal yang Valid dengan Daya Pembeda yang Baik ... 82 Tabel 4.20 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe Soal A ... 83 Tabel 4.21 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe Soal B ... 84


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan ... 35

Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D Menurut Borg and Gall ... 40

Gambar 3.2 Prosedur R&D yang digunakan peneliti ... 44

Gambar 3.3 Rumus Point Biserial ... 57

Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda ... 58


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... 93

Lampiran 2. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 94

Lampiran 3. Format Validasi Ahli ... 96

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli ... 125

Lampiran 5. Tipe Soal A untuk Uji Coba Terbatas ... 127

Lampiran 6. Tipe Soal B untuk Uji Coba Terbatas ... 132

Lampiran 7. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal A ... 137

Lampiran 8. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal B ... 138

Lampiran 9. r tabel Validitas ... 127

Lampiran 10. Hasil Analisis Tipe Soal A menggunakan Program TAP ... 139

Lampiran 11. Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP 140 Lampiran 12. Hasil Analisis Tipe Soal B menggunakan Program TAP ... 144

Lampiran 13. Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal B menggunakan Program TAP 146 Lampiran 14. Biodata Peneliti ... 149


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini akan menjelaskan tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional serta spesifikasi produk yang diharapkan.

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di institusi pendidikan yang bernama sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh suatu negara. Kualitas SDM suatu negara mencerminkan kualitas pendidikan di negara tersebut.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Hasil evaluasi internasional yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara partisipan (Ratri, 2014: 1). Rata-rata skor yang diperoleh Indonesia pada kemampuan matematika 375, Sains 382, dan membaca 396. Rata-rata ini masih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata kemampuan matematika, Sains, dan


(23)

membaca yang dikemukan oleh pelaksana PISA, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebesar 494, 501, dan 496. Hasil yang diperoleh jelas menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah.

Kualitas pendidikan di Indonesia dapat pula dilihat pada kemampuan lulusan pada jenjang pendidikan yang ditempuh. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 membahas kemampuan lulusan atau yang sering disebut juga sebagai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) siswa dapat diketahui dengan adanya asesmen pembelajaran.

Asesmen pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses pembelajaran dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen, peer assessment, tes, laporan diri, dan lain sebagainya) untuk keperluan evaluasi (Akbar, 2013: 88). Evaluasi yang dimaksudkan ialah untuk membandingkan hasil pembelajaran dengan tolak ukur tertentu. Evaluasi memerlukan sebuah pengukuran yang tepat. Pengukuran dilakukan untuk keperluan penilaian berdasarkan keadaan objek secara kuantitatif. Penilaian hanya akan dilakukan jika pengukuran telah dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan alat ukur atau instrumen berupa tes maupun non-tes. Alat ukur yang baik harus memiliki bukti kesahihan atau yang lebih dikenal validitas dan keandalan atau yang lebih dikenal dengan reliabilitas (Mardapi, 2008: 15). Alat ukur yang memiliki validitas tinggi akan memiliki kesalahan pengukuran yang relatif kecil, dapat dikatakan bahwa setiap subjek yang dimiliki oleh alat ukur


(24)

tersebut tidak jauh berbeda dengan skor yang sesungguhnya (Azwar, 2011: 43). Alat ukur yang reliabel atau memiliki keandalan adalah alat ukur yang memiliki hasil yang tetap (Arikunto, 2010: 56). Hasil tetap yang dimaksud adalah pada saat diujikan dalam kurun waktu yang berbeda memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil yang sebelumnya.

Alat ukur yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional antara soal dalam kategori mudah, sedang, dan sukar. Daya pembeda juga harus dimiliki oleh alat ukur yang baik dalam membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan peserta tes yang kurang pandai (Sulistyorini, 2009: 173-177). Khusus untuk alat ukur berupa tes bentuk pilihan ganda, hal yang harus diperhatikan pula ialah keefektifan pengecoh. Bentuk tes pilihan ganda memiliki option atau alternatif jawaban yang diantaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan kunci jawaban) sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah inilah yang disebut pengecoh. Pengecoh dikatakan efektif ketika 5% peserta tes memilih jawaban tersebut. Oleh sebab itu, penyusunan alat ukur yang baik harus mengikuti aturan penyusunan.

Aturan dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes seringkali lalai dijalankan. Kelalaian dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak tepat, bias, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan (Harijanto, 2006: 17). Wardani (dalam Harijanto, 2006: 18) menyatakan guru dalam pembelajaran di kelas memberikan tes di akhir pembelajaran, namun kadangkala alat ukur atau instrumen berupa tes yang digunakan kurang relevan dengan ketentuan penyusunan tes. Hasil tes yang telah dilakukan


(25)

kemungkinan tidak mengukur kemampuan siswa secara tepat, ketika tes yang diberikan tidak mengikuti ketentuan penyusunan tes.

Penyusunan alat ukur tes yang sesuai dengan ketentuan bertujuan untuk memberikan gambar sejelasnya mengenai kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Agustus 2015 dan 18 September 2015 terhadap dua guru di SDK X dan SD N NK dapat disimpulkan bahwa guru telah mengetahui langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar, namun belum sampai pada tahap menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Kedua guru tersebut juga memerlukan contoh tes hasil belajar yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecohnya sehingga kemampuan siswa dapat terukur dengan tepat.

Peneliti terdorong melakukan penelitian dan pengembangan berdasarkan keterbatasan guru dalam menyusun tes hasil belajar yang valid, reliabel, memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh yang baik. Peneliti mengembangkan perangkat tes hasil belajar untuk membantu guru dalam penerapan langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika pada materi perpangkatan

dan akar sederhana. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengembangan Tes

Hasil Belajar Siswa Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk

Siswa Kelas V SD”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian R&D (Research and Development). Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa perangkat tes hasil belajar yang terdiri dari tabel spesifikasi dan soal tes hasil belajar matematika untuk materi perpangkatan dan akar sederhana.


(26)

B. Pembatasan Masalah

Peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini guna memfokuskan penelitian. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada:

1. Pengembangan alat ukur yang hanya mengukur ranah kognitif atau pengetahuan siswa.

2. Alat ukur yang dikembangkan berupa tes dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

3. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika untuk kelas V dengan Standar Kompetensi 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah, serta Kompetensi Dasar 1.4 Menghitung Perpangkatan dan Akar Sederhana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini menjadi:

1. Bagaimana proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana yang layak untuk siswa kelas V SD?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.


(27)

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dengan mengembangkan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana dapat menambah wawasan dalam penyusunan tes yang benar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Guru terinspirasi dalam menyusun tes hasil belajar untuk siswa yang sesuai aturan penyusunan.

b. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana.

c. Bagi Peneliti

Manfaat yang didapatkan peneliti melalui penelitian ini adalah pengalaman berharga dalam mengembangkan serta menganalisis butir soal tes hasil belajar matematika untuk siswa kelas V SD terutama pada materi perpangkatan dan akar sederhana.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan tes hasil belajar siswa.


(28)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Tes hasil belajar adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

2. Matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara menalar disertai pembuktian yang logis, sehingga materi yang terdapat di dalamnya dapat diterima akal sehat (logika).

3. Siswa kelas V SD adalah individu jenjang pendidikan dasar yang berada pada rentang usia 11-12 tahun.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Produk yang dikembangkan berupa perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD yang terdiri dari (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur, dan (f) tingkat kesukaran.

2. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD telah diuji validitas isi melalui expert judgement, serta validitas empiris dengan menggunakan program TAP.

3. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD telah memenuhi kriteria valid untuk jumlah responden


(29)

sebanyak 32 sebesar 0,35, sedangkan untuk jumlah responden sebanyak 30 sebesar 0,36.

4. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD memiliki reliabilitas yang termasuk tinggi yaitu berada pada rentang 0,61 – 0,80.

5. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD memiliki daya pembeda yang baik minimal cukup membedakan yaitu pada rentang 0,40 – 0,59.

6. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD memiliki tingkat kesukaran yang mudah dan sedang. Soal pada kriteria mudah pada rentang 0,71 – 1,00, dan soal pada kriteria sedang pada rentang 0,31 – 0,70.

7. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik di setiap option. Pengecoh yang berfungsi dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes atau setara 0,05.

8. Perangkat tes hasil belajar matematika disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai EYD yang terbatas pada penggunaan huruf kapital dan tanda baca.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, dan pengembangan tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes Hasil Belajar

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi, 2008: 67). Nurkancana dan Sumartana (Suwandi, 2010: 39) menyatakan hal yang senada bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Widoyoko (2015: 57) memaparkan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan jika tes merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang yang diperoleh melalui respon dari pertanyaan yang diberikan pada orang yang dikenai tes.


(31)

Mudjijo (dalam Kinanthi, 2006: 13) memaparkan bahwa tes hasil belajar adalah bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang diberikan kepada individu yang dites (testee) yang harus dijawab dan atau dipecahkan. Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 64) sama halnya dengan tes penguasaan. Tes hasil belajar berfungsi mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan guru atau materi yang telah dipelajari oleh siswa. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

b. Jenis Tes

Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2009: 40) memaparkan bahwa tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam bergantung pada dasar yang digunakan antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes.

Pertama, tes menurut individu yang dites dibedakan menjadi dua yaitu tes individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas.

Kedua, tes menurut jawaban yang dikehendaki dibedakan menjadi dua yaitu tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon siswa yang berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor. Tes verbal memiliki makna sebaliknya, yaitu tes yang menghendaki


(32)

jawaban siswa yang berupa tingkah laku verbal yang berbentuk bahasa yang berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal jika dilihat dari segi menjawabnya dibagi menjadi dua yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan menghendaki jawaban siswa diberikan secara lisan. Pertanyaan ataupun pernyataan yang diberikan tidak selalu direspon dalam bentuk menulis jawaban namun dapat pula dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai menggambar dan lain sebagainya. Tes tertulis menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang baik soal maupun jawaban diberikan dalam bentuk tulisan.

Ketiga, tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan. Tes standar adalah kebalikan dari tes buatan guru. Tes standar adalah tes yang telah distandarkan. Tes standar dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat (aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Perbedaan antara tes buatan guru dengan tes standar selain dari penjelasan di atas ialah terletak pada kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes (reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).

Keempat, tes menurut bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai tes bentuk esai (Inggris: essay). Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Tes bentuk esai memberi kebebasan yang kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan


(33)

jawabannya sendiri dengan lingkup yang relatif dibatasi. Tes bentuk esai juga menuntut siswa untuk dapat menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep, mengorganisasikannya ke dalam koherensi yang logis dan kemudian menuangkannya dalam bentuk ekspresi tulis dengan bahasa sendiri. Tes objektif memiliki pengertian yang kontras dengan tes bentuk esai. Tes objektif juga disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Sesuai dengan namanya, tes jawab singkat menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jenis tes objektif yang banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).

Keempat jenis tes yang telah dipaparkan di atas ada pula jenis tes sebagai pengukur keberhasilan. Tes pada dasarnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 44) menyebutkan jika tes pengukur keberhasilan yang biasa digunakan terbagi menjadi empat yaitu: (1) tes kemampuan awal, (2) tes diagnostik, (3) tes formatif, dan (4) tes sumatif. Tes kemampuan awal dimaksudkan sebagai tes yang dilakukan sebelum siswa mengalami proses belajar mengajar. Tes diagnostik dilakukan sebelum atau selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk menemukan bahan-bahan pelajaran yang masih menyulitkan siswa. Tes formatif dilakukan selama kegiatan belajar mengajar masih berlangsung, pada setiap akhir suatu bahasan


(34)

untuk mengukur tingkat kemampuan siswa berkaitan dengan pokok bahasan yang baru saja diselesaikan. Tes sumatif dilakukan setelah semua kegiatan belajar mengajar atau program yang direncanakan selesai yang lazimnya dilaksanakan pada akhir semester dengan sebutan Ulangan Umum atau Ulangan Akhir Semester.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tes yang disusun dalam penelitian ini jika ditinjau berdasarkan individu yang dites merupakan tes kelompok, ditinjau dari jawaban yang dikehendaki termasuk tes verbal dengan cara menjawabnya termasuk tes tertulis. Sedangkan jika dilihat dari penyusun tes termasuk tes standar yaitu tes prestasi dengan bentuk tes objektif tipe pilihan ganda.

c. Kelebihan dan Kekurangan Tes

Tes yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Widoyoko, 2015: 57). Tes objektif maupun tes subjektif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Widoyoko (2015: 60- 88) memaparkan kelebihan dan kekurangan tes objektif dan tes subjektif sebagai berikut:

1) Tes Objektif

a) Kelebihan Tes Objektif

(1) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.

(2) Lebih mudah dan cepat dalam memeriksa jawaban karena dapat menggunakan kunci jawaban bahkan dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner.


(35)

(3) Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain.

(4) Pemeriksaan dan penskoran tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi, baik segi guru maupun responden.

b) Kekurangan Tes Objektif

(1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes subjektif karena butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

(2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkapkan ingatan dan pengenalan kembali (memahami), dan sulit untuk mengukur kemampuan berpikir tinggi seperti menganalisa dan mencipta.

(3) Banyak kesempatan bagi responden untuk melakukan spekulasi atau untung-untungan dalam menjawab soal tes.

(4) Kerjasama antar responden pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

2) Tes Subjektif

a) Kelebihan Tes Subjektif

(1) Tes objektif dapat digunakan mengukur hasil belajar yang kompleks seperti menganalisa dan mencipta.

(2) Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif.

(3) Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya.


(36)

(5) Mendorong responden untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang baik.

(6) Memberi kesempatan kepada responden untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

b) Kekurangan Tes Subjektif

(1) Reliabilitas tes rendah karena skor yang dicapai tidak konsisten bila tes yang sama diuji beberapa kali.

(2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengoreksi lembar jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan tes dapat disimpulkan bahwa tes yang biasa digunakan baik tes objektif maupun tes subjektif sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.

Sub-pokok bahasan mengenai tes hasil belajar membahas tiga hal yaitu definisi tes hasil belajar, jenis tes serta kelebihan dan kekurangan tes. Tes hasil belajar merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes dapat dibedakan menjadi empat antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes. Ada pula jenis tes yang digunakan untuk mengukur keberhasilan antara lain tes kemampuan awal, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Tes hasil belajar yang biasa digunakan berupa tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif maupun tes subjektif sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.


(37)

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Konstruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan yaitu: validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal. Penjabaran tiga pokok bahasan tersebut sebagai berikut.

a. Validitas

Masidjo (1995: 242) memaparkan pengertian validitas adalah taraf kemampuan tes mengukur yang seharusnya diukur. Validitas menurut Standard (dalam Mardapi, 2008: 16) merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Penafsiran skor tes tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes yang digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau pemaknaan itu harus divalidasi. Validitas menurut Noor (2012: 132) adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur yang seharusnya diukur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur.

Validitas secara tradisional dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity) (Azwar, 2014: 41).

1) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi merupakan validitas yang diestiminasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (Azwar, 2014: 42). Hal senada juga


(38)

diungkapkan oleh Arikunto (2013: 81) bahwa validitas isi bagi sebuah instrumen menunjukkan kondisi instrumen berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Secara lebih spesifik validitas isi dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu validitas muka (face validity) dan validitas logis (logical validity).

a) Validitas Muka (Face validity)

Validitas muka adalah bukti validitas yang walaupun penting namun paling rendah signifikansinya dikarenakan hanya didasarkan pada penilaian penampilan tes dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan tes (Azwar, 2014: 43).

b) Validitas Logis (Logical Validity)

Validitas logis atau validitas sampling adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana aitem tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2014: 44). Validitas logis menurut Arikunto (2013: 80) adalah kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid dipandang sudah memenuhi jika instrumen yang bersangkutan telah dirancang dengan baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen selesai disusun.

2) Validitas Konstrak (Construct Validity)

Allen&Yen (dalam Azwar, 2014: 45) menyatakan bahwa validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana hasil tes mampu mengungkap sebuah trait atau suatu konstrak teoretik yang hendak diukur. Validitas konstrak menurut Arikunto (2013: 81) adalah kondisi sebuah instrumen ditunjukkan berdasarkan aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.


(39)

3) Validitas Berdasarkan Kriteria

Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).

a) Validitas Prediktif

Validitas prediktif atau predictive validity adalah kemampuan sebuah instrumen untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Arikunto, 2013: 84). Yusuf (2014: 237) menyatakan hal yang yang senada mengenai validitas prediktif yaitu derajat kesesuaian antara hasil pengukuran dan kinerja di masa depan dalam aspek yang diukur. Validitas prediktif didapat dengan mencari korelasi antara skor predictor dengan skor yang ada tentang beberapa kriteria pada suatu waktu kemudian.

b) Validitas Konkuren

Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang layak ditegakkan bila tes tidak dirancang untuk berfungsi sebagai prediktor dan merupakan validitas yang penting dalam situasi diagnostik (Azwar, 2014: 49). Arikunto (2013: 83) memaparkan bahwa concurrent validity lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris ketika hasilnya sesuai

dengan pengalaman. Kata “sesuai” mengkaitkan dua hal yang dipasangkan. Hasil

tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang). Membandingkan sebuah tes memerlukan suatu kriterium atau alat banding. Oleh karena itu, hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.


(40)

Berdasarkan uraian mengenai validitas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur. Validitas secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity). Validitas isi dibedakan menjadi validitas tampang dan validitas logis. Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi validitas prediktif dan validitas konkuren.

b. Reliabilitas

Masidjo (1995: 208) menjelaskan pengertian reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Sudijono (2011: 95) menyatakan reliabilitas sebagai keajegan atau kemantapan tes. Suatu tes yang baik harus memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Suatu tes dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan menggunakan tes tersebut dilakukan berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Arikunto (2013: 100) menyatakan hal yang senada bahwa reliabilitas adalah ketetapan hasil tes. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas terlihat dari hasil sebuah instrumen jika diujikan dalam kurun waktu yang berbeda menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.


(41)

c. Karakteristik Butir Soal

Karakteristik butir soal meliputi tiga pokok bahasan yaitu daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Penjabaran ketiga pokok bahasan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan item soal dalam membedakan kemampuan siswa yang pandai dengan kemampuan siswa yang rendah (Sulistyorini, 2011: 177). Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban benar siswa yang tergolong kelompok atas (pandai = upper group) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item. Siswa yang tergolong kelompok atas (KA) adalah siswa yang mempunyai skor-skor tinggi, sedangkan siswa kelompok bawah (KB) adalah siswa yang mempunyai skor-skor rendah.

Sudjana (2009: 141) menyatakan hal yang senada dengan Sulistyorini dan Masidjo bahwa daya pembeda merupakan kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah prestasinya). Soal memiliki daya pembeda yang baik apabila diberikan pada siswa yang mampu hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, sedangkan apabila diberikan pada siswa yang kurang mampu menunjukkan hasil yang rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan pada siswa yang mampu menunjukkan hasil yang rendah, namun jika dikerjakan oleh siswa yang kurang mampu menunjukkan hasil yang tinggi. Tes yang tidak memiliki


(42)

daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan tes dalam membedakan siswa kelompok atas (siswa dengan prestasi tinggi atau pandai) dengan siswa kelompok bawah (siswa dengan prestasi lemah atau kurang pandai). Tes yang memiliki daya pembeda akan menghasilkan gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya. Sebaliknya tes yang tidak memiliki daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya.

2) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu item soal (butir soal) dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dengan suatu bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK) (Masidjo, 1995: 189). Tingkat kesulitan suatu item soal hendaknya memiliki keseimbangan yang proporsional antara soal dalam kategori mudah, sedang dan sukar (Sulistyorini, 2009: 173). Sudjana (2009: 135) memaparkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal (Sudjana, 2009: 136). Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat


(43)

3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori sukar. Soal dengan kategori sedang menempati proporsi lebih banyak dari soal kategori mudah dan soal kategori sukar.

Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari sudut kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Proporsi soal dengan kategori mudah, sedang, dan sukar juga turut menentukan analisis tingkat kesukaran soal.

3) Analisis Pengecoh

Sudijono (2011: 409-411) memaparkan bahwa tes objektif bentuk pilihan ganda setiap item soal (butir soal) dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban atau yang lebih dikenal dengan option atau alternatif. Option atau alternatif jumlahnya berkisar tiga sampai lima buah. Kemungkinan-kemungkinan yang terpasang pada setiap item soal salah satu di antaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan kunci jawaban) sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang disebut dengan pengecoh atau distraktor (Inggris: distractor).

Tujuan dipasangnya pengecoh pada setiap butir soal adalah agar dari sekian banyak siswa yang mengikuti tes ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka pengecoh yang dipilihnya merupakan jawaban benar. Pengecoh dinyatakan dapat menjalankan fungsinya dengan baik


(44)

apabila memiliki daya tarik atau daya rangsang sedemikian rupa. Daya rangsang atau daya tarik tersebut membuat siswa (khususnya yang termasuk siswa kategori kelompok bawah atau kurang pandai) merasa bimbang dan ragu-ragu sehingga pada akhirnya mereka terkecoh untuk memilih pengecoh sebagai jawaban benar. Pengecoh dinyatakan menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes. Makin banyak siswa yang terkecoh dapat dinyatakan bahwa pengecoh tersebut menjalankan fungsinya dengan baik. Semakin banyak siswa yang menjawab benar sesuai kunci jawaban, maka

pengecoh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik atau pengecoh “tidak laku”.

Daryanto (2007: 193) menyatakan bahwa pengecoh dapat diperlakukan dengan

tiga cara yaitu: “diterima”, “ditolak”, dan “ditulis kembali”. Pengecoh yang “diterima” telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu sekurang-kurangnya 5%

dari seluruh peserta tes. Pengecoh yang “ditolak” tidak menjalankan fungsinya

dengan baik atau seluruh peserta tes tidak memilih pengecoh tersebut. Pengecoh yang

“ditulis kembali” kurang menjalankan fungsinya dengan baik. Pengecoh yang “ditulis

kembali biasanya memiliki kekurangan yang terletak pada rumusan kalimat yang kurang efektif sehingga memerlukan perubahan yang seperlunya.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh digunakan pada tes objektif bentuk pilihan ganda. Pengecoh yang baik dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes. Pengecoh dapat diperlakukan


(45)

Sub-pokok bahasan konstruksi tes hasil belajar dibagi menjadi tiga pokok bahasan yaitu validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yang terdiri dari daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Validitas adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur. Validitas dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan validitas yang berdasarkan kriteria. Apabila validitas menunjukkan ketepatan tes dalam mengukur yang seharusnya diukur, maka reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur yang seharusnya diukur. Keajegan yang dimaksud bukanlah hasil yang sama yang akan diperoleh setiap tes diujikan namun mengikuti perubahan secara ajeg. Tes ketika diujikan akan mengukur kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai yang juga disebut daya pembeda. Tes yang diujikan harus memiliki tingkat kesukaran yang baik yaitu soal pada kategori sedang memiliki proporsi lebih banyak dari soal pada kategori mudan dan sukar. Soal kategori mudah dan sukar memiliki proporsi yang seimbang. Soal objektif bentuk pilihan ganda perlu dianalisis keefektifan pengecohnya. Pengecoh yang baik akan dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Mardapi (dalam Widoyoko, 2015: 90-97) memaparkan ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesembilan langkah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun Spesifikasi Tes

Menyusun spesifikasi tes merupakan langkah awal dalam pengembangan tes. Spesifikasi tes berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus


(46)

dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.

a. Menentukan Tujuan Tes

Tujuan tes yang banyak digunakan oleh lembaga pendidikan antara lain: tes kemampuan awal atau tes penempatan, tes dignostik, tes formatif, dan tes sumatif. b. Menyusun Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal yang akan dibuat. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan kompetensi dasar (KD) dan indikator, pokok dan sub-pokok bahasan, serta uraian materi. Baris menyatakan tujuan yang akan diukur dalam tes.

Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) menulis standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (2) menentukan indikator, (3) membuat daftar pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang akan diujikan, (4) menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.

Kisi-kisi tes dapat disusun secara terpisah antara tes objektif dan tes subjektif (tes esai atau uraian). Tes objektif dan tes subjektif juga dapat dibuat dalam satu kisi-kisi soal. Sumber utama standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, pokok bahasan, dan sub-pokok bahasan adalah silabus mata pelajaran. Jumlah soal yang digunakan bergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang diujikan.


(47)

c. Memilih Bentuk Tes

Bentuk tes dapat ditentukan berdasarkan tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.

d. Menentukan Panjang Tes (Durasi Pengerjaan Tes)

Panjang tes ditentukan berdasarkan cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. Tes tertulis pada umumnya menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, sedangkan tes praktik membutuhkan waktu lebih dari itu. Tes pilihan ganda membutuhkan waktu pengerjaan 2 sampai 3 menit untuk setiap butir soal. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan soal.

2) Menulis Soal Tes

Penulisan soal merupakan penjabaran indikator menjadi pernyataan-pernyataan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan dipengaruhi oleh tingkat kebaikan masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simple. Soal yang tidak jelas dan bertele-tele akan menyebabkan interpretasi tunggal dan membingungkan. Setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas yang ditanyakan dan jawaban yang diharapkan.

3) Menelaah Soal Tes

Soal yang telah dibuat seringkali memiliki kesalahan dan kekurangan yang luput meski telah dipersiapkan dengan baik. Kesalahan dan kekurangan tersebut ditelaah


(48)

oleh orang lain bukan si pembuat soal untuk menghindari bias. Telaah soal diharapkan menghasilkan kualitas soal yang lebih baik.

4) Melakukan Uji Coba Tes

Uji coba soal perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal sebelum soal digunakan. Uji coba dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik mengenai tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Hasil uji coba akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar analisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, efektifitas pengecoh dan lain-lain. Berdasarkan hasil uji coba tersebut apabila soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan maka akan dilakukan perbaikan atau pembenahan butir soal.

5) Menganalisis Butir Soal Tes

Uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Analisis dari hasil coba akan diketahui antara lain: tingkat kesukaran, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.

6) Memperbaiki Tes

Memperbaiki tes dilakukan pada butir soal yang belum mencapai kualitas yang diharapkan. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa soal perlu direvisi, dan beberapa soal mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7) Merakit Tes

Butir soal yang telah dianalisis dan diperbaiki selanjutnya dirakit menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir soal perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan


(49)

soal tes yang terpadu. Perakitan tes perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal, lay out dan sebagainya perlu diperhatikan. Hal ini sangat penting karena jika disusun sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

8) Melaksanakan Tes

Tes yang telah dirakit menjadi satu kesatuan diberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tes yang dilaksanakan perlu dipantau oleh pengawas agar tes benar-benar dikerjakan oleh peserta tes dengan jujur dan ketentuan yang telah digariskan. Pengawasan dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes. Peserta tes tidak boleh terganggu oleh kehadiran pengawas karena berakibat ketidak akuratan hasil tes.

9) Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor yang ditafsirkan menjadi nilai. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan dengan acuan penilaian. Acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang pendidikan ada dua macam yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar serta guru dalam mengajar lebih baik.

Mengembangkan tes hasil belajar memerlukan langkah-langkah pengembangan yang benar. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.


(50)

4. Taksonomi Bloom yang Direvisi

Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus (Anderson&Krathwohl, 2010: 6). Taksonomi dalam dunia pendidikan mengklasifikasi Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau lebih dikenal indikator. Sebuah rumusan TIK berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan sedangkan kata benda mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan untuk dikuasai siswa. Contohnya: Siswa dapat membedakan (proses kognitif) bilangan genap dan bilangan ganjil (pengetahuan) (Anderson&Krathwohl, 2010: 6).

Taksonomi Bloom memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi Bloom yang direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi yang dimaksud adalah proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi disebut dengan Tabel Taksonomi. Dimensi proses kognitif memiliki enam kategori yaitu: Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkatan kognisi yang kompleks (Anderson&Krathwohl, 2010: 6). Dimensi pengetahuan berisi empat kategori yaitu: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang konkret (faktual) dampai dengan abstrak (metakognitif).

Kategori-kategori dalam proses kognitif dan pengetahuan akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang (Anderson&Krathwohl, 2010: 99). Proses mengingat akan cocok


(51)

dengan tujuan pembelajaran yang menghendaki kemampuan untuk meretensi atau menyimpan materi yang pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses mengingat adalah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali (Anderson&Krathwohl, 2010: 103-104).

b. Memahami

Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan, tulisan, maupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson&Krathwohl, 2010: 105). Pengetahuan yang mendasari proses kognitif memahami ialah pengetahuan Konseptual. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson&Krathwohl, 2010: 106).

c. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Pengetahuan yang berkaitan erat dengan pengetahuan Prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi (berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan) dan mengimplementasikan (berkaitan dengan menyelesaikan masalah) (Anderson&Krathwohl, 2010: 116).


(52)

d. Menganalisis

Menganalisis berkaitan dengan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil serta mennetukan hubungan antar bagian-bagian dan antara setiap bagian-bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson&Krathwohl, 2010: 120).

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan- (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal) (Anderson&Krathwohl, 2010: 125).

f. Mencipta

Mencipta berkaitan dengan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses kognitif yang terlibat dalam mencipta sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi Bloom yang direvisi memiliki dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi disebut dengan Tabel Taksonomi. Dimensi proses kognitif memiliki enam kategori


(53)

yaitu: Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.

5. Program TAP (Test Analysis Program)

TAP (Test Analysis Program) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Program TAP digunakan untuk menganalisis (Lewis, dalam Wirastri, 2014: 43):

a. Total nilai yang didapat siswa untuk mengetahui rata-rata (mean), maksimum nilai yang didapatkan, minimum nilai yang didapatkan, dan standar devisiasi. b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

c. Daya pembeda soal untuk membedakan siswa pintar dan siswa kurang pintar dilihat dari skor yang didapatkan siswa.

d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat valid atau tidaknya soal. e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui berfungsi atau

tidaknya pengecoh.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program TAP dapat menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kualitas pengecoh.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan tes hasil belajar matematika untuk kelas V SD merupakan hal yang baru. Sangat sedikit sumber yang bisa diperoleh terkait penelitian yang relevan dengan yang dilakukan peneliti. Sebagai penunjang dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga penelitian yang relevan


(54)

dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Ketiga penelitian itu ialah milik Mardhiyanti, dkk (2011), Duskri, dkk (2014) dan Badriyah (2013).

Mardhiyanti, dkk (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan

Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan dengan mengembangkan prototype perangkat soal yang memiliki efek potensial terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SD. Hasil tes soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa menunjukkan nilai rata-rata 47,89 dari skor maksimal 82. Nilai rata-rata 47,89 termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik.

Duskri, dkk (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes

Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dengan mengembangan tes diagnostik. Hasil analisis dengan program ITEMAN diperoleh tingkat kesukaran butir soal antara 0,192 sampai dengan 0,731, daya beda butir soal antara 0,221 sampai dengan 0,644, dan reliabilitas tes sebesar 0,889 yang tergolong tinggi.

Putri, dkk (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes

Matematika Berbasis SK/KD dengan Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Se-Kecamatan Gianyar”. Penelitian ini termasuk penelitian dan pengembangan dengan mengembangkan tes berdasarkan SK/KD. Hasil penelitiannya menemukan: 1)kisi-kisi (blue print) tes prestasi belajar matematika kelas VI dengan koefisien relevensi sebesar 0.95 dan termasuk soal sangat baik; 2) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari vadilitas butir tsoal erdapat 3 butir soal yakni


(55)

termasuk butir soal tidak valid; 3) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari reliabilitas sebesar 0,68 termasuk soal derajat reliabilitas tinggi sepantasnya untuk disimpan di bank soal; 4) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat kesukaran, butir-butir soal ulangan bersama semester genap yang ditemukan 35% butir soal termasuk kategori sedang dan 65% soal mudah; 5) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat daya pembedanya, 3 butir soal atau 1% butir soal daya beda sangat baik, 37 butir soal atau 99% memiliki daya beda cukup perlu diperbaiki; 6) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dariefektifitas pengecoh dengan 23 butir atau 57,5% termasuk soal memiliki efektifitas pengecoh sangat baik dan 17 butir atau 43% soal dengan efektifitas pengecohnya kurang baik.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, penelitian ini mengambil judul Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk Siswa Kelas V SD. Kebaruan dari penelitian ini adalah pada materi perpangkatan dan akar sederhana.


(56)

Literature Map penelitian yang akan dilakukan:

Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan.

Mardhiyanti, dkk (2011)

Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Duskri, dkk (2014)

Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD”.

Putri, dkk (2013)

Pengembangan Tes Matematika Berbasis SK/KD dengan Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Se-Kecamatan Gianyar”.

Penelitian yang akan dilakukan Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk Siswa


(57)

C. Kerangka Berpikir

Tes merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang yang diperoleh melalui respon dari pertanyaan atau pernyataan yang diberikan pada orang yang dikenai tes. Tes yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan ialah tes hasil belajar. Tes hasil belajar biasa digunakan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Tes hasil belajar harus memiliki spesifikasi agar dapat dijadikan alat ukur yang dapat dipercaya dalam mengukur kemampuan siswa. Tes hasil belajar yang baik ialah tes yang memiliki validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh berfungsi dengan baik. Validitas adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur. Validitas dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan validitas yang berdasarkan kriteria. Apabila validitas menunjukkan ketepatan tes dalam mengukur yang seharusnya diukur, maka reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur yang seharusnya diukur. Keajegan yang dimaksud bukanlah hasil yang sama yang akan diperoleh setiap tes diujikan namun mengikuti perubahan secara ajeg. Tes ketika diujikan akan mengukur kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai yang juga disebut daya pembeda. Tes yang diujikan harus memiliki tingkat kesukaran yang baik yaitu soal pada kategori sedang memiliki proporsi lebih banyak dari soal pada kategori mudan dan sukar. Soal kategori mudah dan sukar memiliki proporsi yang seimbang. Soal objektif bentuk pilihan ganda perlu dianalisis keefektifan pengecohnya. Pengecoh yang baik akan dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes. Oleh sebab itu, tes hasil belajar harus disusun berdasarkan


(58)

langkah pengembangan yang benar guna menghasilkan tes yang tepat untuk mengukur kemampuan siswa.

Penyusunan tes tidak selalu dilakukan sesuai ketentuan penyusunan. Guru dalam pembelajaran di kelas memberikan tes di akhir pembelajaran, namun kadangkala tes yang diberikan kurang relevan dengan ketentuan penyusunan tes. Keterbatasan waktu dalam menyusun tes hasil belajar seringkali menjadi alasan untuk menyusun tes tidak sesuai dengan ketentuan penyusunan tes. Tujuan dari pelaksanaan tes yaitu mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah diberikan tidak akan terukur dengan tepat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan perangkat tes hasil belajar terutama pada materi perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD. Peneliti mengembangkan perangkat tes hasil belajar dengan mengikuti langkah pengembangan tes hasil belajar. Ada sembilan langkah yang ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes. Tes hasil belajar yang peneliti kembangkan ialah tes bentuk pilihan ganda mengacu pada taksonomi Bloom ranah kognitif dari mengingat hingga mencipta. D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD?


(59)

2. Bagaimana validitas isi tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil penilaian ahli?

3. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

5. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

6. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini akan menguraikan enam hal, yaitu jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2012: 297) merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan sutu produk tertentu dan sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Berbeda dengan pendapat dari Sugiyono, Sukmadinata (2011: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada disertai pertanggungjawaban. Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana kelas V SD.

Borg dan Gall (Sugiyono, 2012: 298) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh langkah dalam melakukan penelitian dan pengembangan, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi


(61)

desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produk masal. Berikut pemaparan desain penelitian dan pengembangan berupa gambar dan penjelasannya.

Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D Menurut Borg dan Gall (Sugiyono, 2012: 298)

Berikut adalah penjelasan mengenai sepuluh langkah-langkah penelitian menurut Sugiyono (2012: 298-311).

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi di lapangan. Potensi dan masalah dapat dikenali dengan menggunakan metode survei atau kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif.

Pengumpulan

Data Desain Produk

Validasi Desain Revisi Desain

Uji Coba Produk Potensi dan

Masalah

Revisi Produk Uji Coba

Pemakaian Revisi Produk


(62)

2. Pengumpulan Data

Potensi dan masalah yang ditunjukkan secara faktual selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. 3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan bermacam-macam. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5. Revisi Desain

Desain produk yang telah divalidasi maka akan diketahui kelemahannya. Kelemahan atau kekurangan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan memperbaiki desain.

6. Uji Coba Produk

Pengujian produk dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas sistem kerja lama dengan yang baru. Eksperimen juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru.


(63)

7. Revisi Produk

Apabila dalam hasil validasi dan uji coba dengan sampel terbatas didapatkan hasil yang baik, namun masih terdapat beberapa komentar dari validator maka perlu dilakukan revisi agar kualitas produk dapat meningkat.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, mungkin terdapat revisi selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang lebih luas.

9. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam hasil pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Diperlukan adanya evaluasi kinerja untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan dan pembuatan produk lagi.

10.Produksi Masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak diproduksi masal.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian ini membahas tentang tempat penelitian, waktu penelitian, subyek penelitian, dan objek penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga SD yaitu SD Kanisius Notoyudan I yang beralamat di Jalan Letjend Suprapto no 95 Gedongtengen Yogyakarta, SD Kanisius Kintelan I yang beralamat di Jalan Ireda 18 Mergangsan Yogyakarta, dan SD


(64)

Kanisius Tegalmulyo yang beralamat di Jalan Tegalmulyo RT 11 Wirobrajan Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, dimulai dari bulan Mei 2015 sampai Februari 2016. Kegiatan penelitian dimulai dari wawancara untuk analisis kebutuhan sampai ujian skripsi.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I dan SD Kanisius Tegalmulyo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 62 siswa.

4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

C. Prosedur Pengembangan

Berdasarkan sepuluh langkah pengembangan menurut Borg dan Gall, digunakan tujuh langkah dalam penelitian dan pengembangan ini. Tujuh langkah dipilih dengan alasan keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian dan pengembangan ini. Ketujuh langkah tersebut meliputi (1) potensi masalah yang berkaitan dengan pengembangan tes hasil belajar di sekolah dasar, (2) pengumpulan data melalui wawancara untuk analisis kebutuhan pada dua guru dari sekolah dasar yang berbeda, (3) desain produk berupa perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD, (4) validasi desain yang dilakukan oleh dua orang dosen yaitu ahli matematika dan ahli evaluasi pembelajaran serta tiga


(1)

LAMPIRAN 12


(2)

(3)

LAMPIRAN 13


(4)

(5)

(6)

LAMPIRAN 14

BIODATA PENELITI

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan lahir di Sempidi, 26 Desember 1993. Peneliti menempuh pendidikan dasar di TK Shanti Kumara I, lulus pada tahun 2000 dan dilanjutkan di SD No 1 Lukluk yang lulus pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 2 Mengwi, lulus pada tahun 2009. Pendidikan menengah lanjutan diperoleh di SMA Negeri 1 Mengwi. Tahun 2012, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti.

1. Seksi Acara pada kegiatan Parade Gamelan Anak 2012 2. Koordinator Sub. Bagian PGSD Choir HMPS PGSD 2013

3. Sekretaris Kuliah Umum dengan tema “Mental Health in Children: Theory and Research” tanggal 13 Oktober 2014

4. Sekretaris Kuliah Umum dengan tema “Diseminasi Magang Dosen:

Pendidikan Luar Biasa” tanggal 13 Oktober 2014

5. Sekretaris Kuliah Umum dengan tema “Diseminasi Hasil Magang Dosen: