Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V sekolah dasar.

(1)

ABSTRAK

Kurniawati, Yohana. (2016). Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan pengembangan tes hasil belajar. Analisis kebutuhan penelitian ini berupa guru membutuhkan contoh tes hasil belajar yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar yang baik. Analisis data hasil uji coba produk diproses melalui software TAP (Test Analysis Program).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Borg dan Gall, namun penelitan ini hanya memakai tujuh langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, dan (7) revisi desain. Prototipe produk divalidasi oleh empat validator dan diujicobakan di SD Negeri Adisucipto I yang memiliki kelas pararel. Produk dari penelitian ini adalah tes hasil belajar yang baik.

Hasil penelitian berupa tujuh langkah pengembangan dan kualitas produk tes. Terdapat 27 soal yang valid dan reliabel dari 40 soal yang dibuat. Sebanyak 7 soal memiliki tingkat kesukaran mudah, 18 soal sedang, dan 2 soal sukar. Hasil analisis daya pembeda dan analisis pengecoh menunjukkan terdapat 2 soal yang kurang membedakan dan 14 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi. Soal yang kurang membedakan dan pengecoh yang kurang berfungsi direvisi supaya dapat digunakan.

Kata Kunci: validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh, dan kualitas tes.


(2)

ABSTRACT

Kurniawati, Yohana. (2016). Development of Mathematics Achievement Test in Materials of Angle Measurement for Fith Grade Students of Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research is based on the fact that there are a potential and problems related to the test development of learning result. The necessary analysis is teacher need a good learning result test. The purpose of this research is to developing good learning result tests and to description the product quality of developing achievement test. The result of the data analysis is processed through the TAP (Test Analysis Program) software.

This research used was Research and Development with developing model by Borg and Gall, but this research just uses seven steps: (1) the potency and the problem, (2) data collection, (3) product prototype design, (4) the design of validation, (5) the revision of design, (6) the trial of design, (7) the revision of design. Product prototype is validated by four developers and the trial done at Adisucipto I Elementary School which owns parallel classes. The product of the investigation is a good learning result test.

The results of the the reseacrh is seven steps of development and the product quality. There are 27 valid and reliable item sout of 40 items made. Among these 27 items, there are 7 items which are of easy-level, 18 items of medium-level, and 2 items of difficult-level. The analysis result of different potentials and deceiver analysis show that there are two items which are less distinguishable, and the 14 items that have the deceivers which do not work properly. The items which are less distinguishable and the dysfunctional deceivers are revised so that they can be used.

Keywords: validity, reliability, the difference potency, level of difficulty, deceiver, the test quality.


(3)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yohana Kurniawati NIM: 121134097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yohana Kurniawati NIM: 121134097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Terselesaikannya skripsi ini bukan karna kerja keras diri sendiri semata, namun juga karena bantuan dan dukungan berbagai pihak dan juga karna pertolonganNYA. Maka dengan bangga saya mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendengar keluhanku dan selalu menyertai setiap langkahku.

2. Yohanes Purwanto dan Dwi Martanti, kedua orangtuaku yang selalu bekerja keras untuk membesarkanku dan kedua saudaraku, memberi kasih dan menceritakan pengalaman mereka serta selalu memberi nasihat yang baik untukku.

3. Adik saya, Abertus Ivan Setiyawan dan Elisabeth Puspita Sari yang selalu memberi saya semangat dengan senyum, canda, tawa, dan ajakan bermain mereka.

4. Teman-teman sepayung saya, khususnya I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan dan Vita Kurniawati yang selalu mendukung saya dan menekan saya agar cepat menyelesaikan skripsi dengan mengajak saya mengerjakan bersama.

5. Sahabat-sahabat saya yang berjumlah 7 orang (Dewi, Dias, Septy, Siska, Sita, Titin, dan Vita) yang selalu menyemangati saya.

6. Sahabat SMA saya (Shella, Sisca, dan Rosa) yang selalu mengajak saya refreshing ketika proses mengerjakan skripsi yang panjang.


(8)

7. Dosen pembimbing, Drs. Puji Purnomo, M.Si dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd yang selalu membimbing dan memberi masukan dalam proses penyusunan skripsi.

8. Keluarga besar SD Negeri Adisucipto I yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam proses penyusunan skripsi.


(9)

MOTO

Selalu ada esok yang lebih indah, namun tetaplah lakukan apa yang

harus dilakukan sekarang karena waktu tetap akan berjalan.

~NN~

Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.

(Filipi, 2:12-16)

Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah

semangat kepada yang tiada berdaya.

(Yesaya, 40:29)

Hidup adalah perjuangan dan kebebasan dalam suatu aturan bahwa

roda akan terus berputar.


(10)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Februari 2016

Peneliti,


(11)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yohana Kurniawati

Nomor Mahasiswa : 121134097

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PENGUKURAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya mapun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Februari 2016 Yang menyatakan,


(12)

ABSTRAK

Kurniawati, Yohana. (2016). Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan pengembangan tes hasil belajar. Analisis kebutuhan penelitian ini berupa guru membutuhkan contoh tes hasil belajar yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar yang baik. Analisis data hasil uji coba produk diproses melalui software TAP (Test Analysis Program).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Borg dan Gall, namun penelitan ini hanya memakai tujuh langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, dan (7) revisi desain. Prototipe produk divalidasi oleh empat validator dan diujicobakan di SD Negeri Adisucipto I yang memiliki kelas pararel. Produk dari penelitian ini adalah tes hasil belajar yang baik.

Hasil penelitian berupa tujuh langkah pengembangan dan kualitas produk tes. Terdapat 27 soal yang valid dan reliabel dari 40 soal yang dibuat. Sebanyak 7 soal memiliki tingkat kesukaran mudah, 18 soal sedang, dan 2 soal sukar. Hasil analisis daya pembeda dan analisis pengecoh menunjukkan terdapat 2 soal yang kurang membedakan dan 14 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi. Soal yang kurang membedakan dan pengecoh yang kurang berfungsi direvisi supaya dapat digunakan.

Kata Kunci: validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh, dan kualitas tes.


(13)

ABSTRACT

Kurniawati, Yohana. (2016). Development of Mathematics Achievement Test in Materials of Angle Measurement for Fith Grade Students of Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University. This research is based on the fact that there are a potential and problems related to the test development of learning result. The necessary analysis is teacher need a good learning result test. The purpose of this research is to developing good learning result tests and to description the product quality of developing achievement test. The result of the data analysis is processed through the TAP (Test Analysis Program) software.

This research used was Research and Development with developing model by Borg and Gall, but this research just uses seven steps: (1) the potency and the problem, (2) data collection, (3) product prototype design, (4) the design of validation, (5) the revision of design, (6) the trial of design, (7) the revision of design. Product prototype is validated by four developers and the trial done at Adisucipto I Elementary School which owns parallel classes. The product of the investigation is a good learning result test.

The results of the the reseacrh is seven steps of development and the product quality. There are 27 valid and reliable item sout of 40 items made. Among these 27 items, there are 7 items which are of easy-level, 18 items of medium-level, and 2 items of difficult-level. The analysis result of different potentials and deceiver analysis show that there are two items which are less distinguishable, and the 14 items that have the deceivers which do not work properly. The items which are less distinguishable and the dysfunctional deceivers are revised so that they can be used.

Keywords: validity, reliability, the difference potency, level of difficulty, deceiver, the test quality.


(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakasih karena berkat penyertaan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Pembuatan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Kaprodi PGSD.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd yang telah mendampingi peneliti selama skripsi..

5. C.A selaku dosen Matematika di PGSD Universitas Sanata Dharma yang bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

6. L.A.E selaku dosen Evaluasi Pembelajaran di PGSD Universitas Sanaa Dharma yang bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

7. Guru kelas V SD Karitas Nandan dan guru kelas V SD Kanisius Kintelan I yang bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, baik berupa materi maupun moril.


(15)

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Meskipun demikian peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna untuk orang lain. Oleh karena itu peneliti meminta kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaikai skripsi yang telah dibuat ini.

Peneliti,


(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

G. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Teori-teori yang Mendukung ... 10

a. Tes Hasil Belajar ... 10

b. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 16

c. Pengembangan Tes Hasil Belajar... 24


(17)

B. Kerangka Berpikir ... 35

C. Pertanyaan penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 45

1. Tempat Penelitian... 45

2. Waktu Penelitian ... 45

3. Subyek Penelitian ... 45

4. Obyek Penelitian ... 45

C. Prosedur Pengembangan ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Wawancara ... 49

2. Kuesioner ... 51

3. Tes ... 51

E. Instrumen Penelitian... 53

1. Wawancara ... 53

2. Kuesioner ... 53

3. Tes ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 55

1. Analisis Data Kualitatif ... 55

2. Analisis Data Kuantitatif ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 62

2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 66

B. Pembahasan ... 71

1. Prosedur Penembangan Tes Hasil Belajar ... 71

2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 74

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81


(18)

C. Saran ... 82 DAFTAR REFERENSI ... 83 LAMPIRAN ... 86


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 53

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes ... 54

Tabel 3.3 Kriteria Skor Klala Empat ... 56

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas ... 59

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 59

Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda ... 60

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 64

Tabel 4.2 Validitas Soal Tipe A ... 66

Tabel 4.3 Validitas Soal Tipe B ... 67

Tabel 4.4 Tingkat Kesulitan Soal Tipe A... 68

Tabel 4.5 Tingkat Kesulitan Soal Tipe B ... 68

Tabel 4.6 Daya Pembeda Soal Tipe A ... 69

Tabel 4.7 Daya Pembeda Soal Tipe B ... 70

Tabel 4.8 Hasil Analisis Pengecoh Soal Valid Tipe A ... 70

Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengecoh Soal Valid Tipe B ... 71

Tabel 4.10 Pengelompokkan Tingkat Kesulitan Soal Valid Tipe A ... 75

Tabel 4.11 Pengelompokkkan Daya Pembeda Soal Valid Tipe A... 76

Tabel 4.12 Penggolongan Pengecoh Soal Valid Tipe A ... 77

Tabel 4.13 Pengelompokkan Tingkat Kesulitan Soal Valid Tipe B ... 78

Tabel 4.14 Pengelompokkkan Daya Pembeda Soal Valid Tipe B ... 79


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mengumpulkan Data dengan Uji Kualitas ... 28 Gambar 2.2 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 35 Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan ... 39


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Wawancara ... 86

Lampiran 2 Format Validasi ... 89

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Validasi ... 114

Lampiran 4 Tipe Soal A ... 116

Lampiran 5 Tipe Soal B ... 121

Lampiran 6 Hasil Pekerjaan Siswa ... 126

Lampiran 7 Hasil Analisis Tipe A ... 130

Lampiran 8 Hasil Analisis Pengecoh Tipe A ... 131

Lampiran 9 Hasil Analisis Tipe B ... 134

Lampiran 10 Hasil Analisis Pengecoh Tipe B ... 135


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tujuh bagian pendahuluan. Ketujuh bagian pendahuluan tersebut yaitu latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

Negara maju adalah negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Dally, 2010: 1). SDM yang memiliki kualitas yang baik dapat mengolah sumber daya alam yang ada di negaranya. Selain itu SDM yang berkualitas juga dapat menunjang kemajuan sebuah negara di dalam bidang elektronik, otomotif, komunikasi, dan lain sebagainya. Tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka negara tersebut tidak dapat bersaing dengan negara lain.

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hasil yang diperoleh dari suatu perjuangan yang panjang. Perjuangan yang dimaksud adalah proses peningkatan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Proses peningkatan kualitas SDM sendiri tidak lepas dari campur tangan lembaga pendidikan yang turut andil dalam mencerdaskan tunas bangsa sehingga menjadi bibit-bibit unggul yang akan memajukan negara. Kemajuan negara dapat terjadi dengan adanya lembaga pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan formal atau yang disebut sekolah dapat dikatakan berkualitas apabila tujuan sekolah tersebut dapat tercapai (Dally, 2010: 2).


(23)

Tujuan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal negara adalah untuk mengembangkan potensi siswa (Muslich, 2007: 2). Pengembangan potensi siswa tidak serta merta di dalam bidang akademik saja. Selain untuk pengembangan potensi siswa, sekolah juga bertujuan menggali potensi siswa secara lebih optimal. Penggalian dan pengembangan potensi siswa secara optimal dilakukan dengan harapan agar siswa mampu bertahan hidup di dalam masyarakat. Tujuan sekolah berdasarkan pengertian-pengertian di atas adalah untuk menggali dan mengembangkan potensi siswa agar mampu menghadapi dunia luas dengan kemampuan untuk bermasyarakat.

Perkembangan potensi siswa dapat dilihat dari kemampuan lulusan pada jenjang pendidikan tertentu. Kemampuan lulusan setiap siswa sendiri merupakan tolak ukur kualitas pendidikan suatu negara. Kualitas pendidikan dapat dikatakan baik apabila kemampuan lulusan siswa juga baik, namun apabila kemampuan lulusan siswa buruk maka kualitas pendidikan negara tersebut juga akan buruk. Hal tersebut yang menunjukkan kemampuan lulusan tiap negara sebagai sebuah acuan dari baik buruknya kualitas pendidikan suatu negara.

Kemampuan lulusan atau sering disebut sebagai kompetensi lulusan itu sendiri merupakan kemampuan untuk melakukan tugas atau pekerjaan tertentu (Muslich, 2007: 22). Kompetensi lulusan dapat terpenuhi apabila siswa dapat melakukan tugas yang diberikan. Siswa dapat melanjukan ke jenjang pendidikan berikutnya apabila siswa sudah memenuhi semua kompetensi lulusan yang harus dilalui di jenjang tersebut. Siswa yang mampu naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi berarti memiliki kemampuan lulusan yang harus dimiliki ketika siswa berada di jenjang yang sudah mereka tempuh.


(24)

Kualitas pendidikan dapat meningkat dengan dilakukannya peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Peningkatan kualitas pembelajaran sendiri memerlukan waktu yang tidak sebentar karena diperlukan uji coba untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat untuk digunakan para pendidik dalam mengajar. Meningkatnya kualitas pembelajaran akan terlihat dari hasil asesmen siswa. Asesmen atau penilaian digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data taraf pengetahuan dan keterampilan siswa (Subali, 2012: 1). Siswa dengan hasil asesmen atau nilai yang baik akan memotivasi siswa untuk semakin giat belajar serta memotivasi seorang pendidik untuk semakin semangat mengajar para siswa. Adanya sistem pembelajaran yang berkualitas akan meningkatkan kualitas pembelajaran serta peningkaan kualitas penilaian untuk memperoleh kualias pendidikan yang tinggi.

Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat setelah diadakan pengujian atau evaluasi. Evaluasi menurut Subali (2012: 1) adalah serangkaian kegiatan yang sistematis dan dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan serta efisiensi dari sebuah program atau pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat ukur berupa tes maupun non-tes (Jihad dan Abdul, 2012: 67). Penyusunan instrumen perlu dilakukan dengan hati-hati karena bersangkutan dengan data yang akan diperoleh dari siswa. Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang baik pula karena disusun dengan pertimbangan yang matang. Data yang didapat melalui instrumen yang baik merupakan tolak ukur kemampuan siswa yang tepat. Tolak ukur yang dimaksud adalah sejauh mana kemampuan siswa dalam belajar.


(25)

Instrumen atau alat ukur yang baik harus memenuhi standar tertentu. Standar tersebut yaitu harus valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut sudah teruji secara pasti dapat memberikan informasi empirik sesuai dengan apa yang diukur (Subali, 2012: 107). Kevalidan sebuah instrumen ada kaitannya dengan tujuan serta interprestasi yang bersifat spesifik. Subali (2012: 107) memaparkan pula bahwa instrumen harus reliabel yang berarti suatu instrumen atau alat ukur jika dipakai secara berulang-ulang akan selalu tetap atau konsisten hasilnya. Instrumen atau alat ukur yang sudah valid dan reliabel dapat digunakan untuk memperoleh data sampai mana kemampuan siswa.

Kualitas tes hasil belajar juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu daya pembeda, tingkat kesulitan, dan analisis pengecoh. Ketiga faktor tersebut sangat diperhatikan dalam pembuatan tes apalagi tes dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang ketiga faktornya baik akan dianggap tepat atau valid untuk diujikan kepada siswa. Setiap faktor memiliki suatu kriteria yang menjadi pedoman untuk melihat sebaik mana tes tersebut apabila dilihat dari faktor daya pembedanya, tingkat kesulitannya, maupun analisis pengecohnya. Faktor-faktor dalam butir soal inilah yang menjadi syarat mutlak sebagai acuan kualitas suatu instrumen atau soal (Purwanto, 2009: 99).

Semua syarat atau ketentuan yang harusnya dimiliki sebuah instrumen atau alat ukur pada kenyataannya tidak benar-benar diperhatikan oleh pendidik. Para guru cenderung hanya memakai soal-soal dari buku atau membuat soal sendiri, tapi soal tersebut tidak diujikan terlebih dahulu untuk melihat kualitas soalnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara kepada guru kelas V di SD Kanisius Kintelan dan SD Karitas Nandan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,


(26)

terdapat beberapa data mengenai masalah pengembangan tes hasil belajar yang baik oleh guru.

Pertama, mengenai pengetahuan guru tentang prosedur pengembangan tes hasil belajar yang baik. Satu dari dua guru ternyata tidak terlalu tahu tentang prosedur pengembangan tes yang baik karena hanya tahu secara sepintas melalui sosialisasi yang ada di SD tempatnya bekerja. Kedua, mengenai pembuatan tes hasil belajar yang baik. Terdapat satu guru yang belum pernah membuat tes hasil belajar yang baik sesuai prosedur pengembangan tes, sedangkan guru yang satu pernah membuat tes hasil belajar yang baik namun hanya sekali saat beliau baru menjadi seorang guru. Ketiga, waktu untuk membuat tes hasil belajar yang baik dan perlunya contoh tes hasil belajar yang sudah teruji kualitasnya. Kedua guru yang diwawancara mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk membuat tes hasil belajar yang baik sesuai prosedur pengembangan, namun mereka juga menyatakan bahwa mereka membutuhkan contoh tes hasil belajar yang sudah teruji kualitasnya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru masih memiliki masalah dalam membuat tes hasil belajar yang baik. Kedua guru tersebut hanya memakai soal dari buku atau membuat soal yang belum teruji untuk sebagai pengukur kemampuan siswanya. Selain itu para guru membutuhkan contoh tes hasil belajar yang baik sebagai pedoman membuat tes hasil belajar sendiri. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.


(27)

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan alat ukur berupa tes hasil belajar. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur ranah kognitif, dan untuk mata pelajaran Matematika dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Tes yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

2. Materi yang dijadikan alat ukur mengacu pada standar kompetensi 2 yaitu menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar 2.3 melakukan pengukuran sudut. 3. Tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut diperuntukkan untuk

kelas V semester I.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini ada dua yaitu :

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar yang baik untuk mata pelajaran matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar yang baik untuk mata pelajaran matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan tes hasil belajar yang baik untuk mata pelajaran matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD.


(28)

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar yang baik untuk mata pelajaran matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD.

E. Manfaat Peneltian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teroritis

Adanya teori dalam penelitian ini memberi manfaat sebagai bahan referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar yang baik tentang materi pengukuran sudut untuk kelas V.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis adanya penelitian ini bagi sekolah, guru, peneliti, dan siswa sebagai berikut:

a. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru kelas V dapat membuat tes hasil belajarnya sendiri seperti contoh tes hasil belajar yang baik yang dibuat peneliti khususnya dalam mata pelajaran matematika.

b. Bagi siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dengan adanya penelitian ini adalah siswa dapat mengukur kemampuan mereka khususnya dalam mata pelajaran matematika kelas V tentang pengukuran sudut. Bagi peneliti

c. Bagi peneliti

Manfaat yang diperoleh peneliti dengan adanya penelitian ini adalah peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dalam proses


(29)

pembuatan tes hasil belajar khususnya mata pelajaran matematika kelas V tentang pengukuran sudut. Peneliti juga dapat menambah wawasan tentang cara membuat tes hasil belajar yang berkualitas sesuai kaidah pembuatan tes yang benar. Selain itu peneliti juga dapat menganalisis soal baik validitas, reliabilitas, dan butir soalnya.

d. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam hal pengembangan tes hasil belajar yang baik.

F. Batasan Istilah

1. Pengembangan adalah langkah untuk menciptakan suatu produk.

2. Tes hasil belajar adalah instrumen yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa.

3. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang selalu berkembang yang mampu meningkatkan daya pikir seseorang dalam pemecahan masalah

4. Materi adalah suatu pokok bahasan yang dijadikan pedoman pembuatan soal. 5. Siswa adalah anak yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah

6. Validitas adalah pengujian untuk menentukan sesuai tidaknya soal dengan materi ajar serta tujuan dibuatnya soal.

7. Reliabilitas adalah ukuran tingkat konsistensi suatu tes.

8. Karakteristik butir soal adalah ciri khas setiap item instrumen yang sesuai dengan kaidah pembuatannya.


(30)

10.Data adalah angka yang menunjukkan sampai di mana kemajuan siswa jika diukur menggunakan sebuah skala.

G. Spesifikasi Produk

Produk tes hasil belajar disusun secara lengkap yang terdiri dari:

1. Instrumen tes hasil belajar kognitif matematika materi pengukuran sudut berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif soal, dan tingkat kesukaran soal.

2. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh 4 ahli dan dinyatakan baik dengan rata-rata skor 3,21.

3. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan validitas soal melebihi rtabel yaitu 0,35 untuk responden 32 siswa dan 0,36 untuk responden 30 siswa.

4. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada kategori cukup yaitu pada rentan 0,41 – 0,60.

5. Instrumen pilihan ganda sudah mememiliki tingkat kesulitan mudah, sedang, dan sukar. Soal pada kriteria mudah pada rentan 0,71 ke atas, kriteria sedang pada rentan 0,30 – 0,71, dan kriteria sukar pada rentan kurang dari 0,30. 6. Instrumen pilihan ganda sudah memenuhi kriteria daya pembeda minimal

cukup membedakan yaitu pada rentan 0,40 – 0,59.

7. Instrumen pilihan ganda sudah memiliki pengecoh yang berfungsi, yang sekurang-kurangnya 5% peserta tes atau setara 0,05 memilih pengecoh setiap soal.

8. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam arti penggunaan huruf besar dan tanda baca yang benar.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II dalam penelitian ini membahas empat pokok bahasan yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori akan membahas empat pokok bahasan. Keempat pokok bahasan yang dibahas yaitu tes hasil belajar, kontruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, dan taksonomi Bloom yang direvisi.

1. Tes Hasil belajar

a) Definisi tes hasil belajar

Tes hasil belajar merupakan penggabungan dari kata tes dan hasil belajar. Tes menurut Sulistyorini (2009: 86) merupakan istilah dari bahasa Prancis kuno yaitu kata testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Bukhori (dalam Sulistyorini, 2009: 86) menjelaskan bahwa tes merupakan suatu percobaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. Pengertian tes lainnya adalah suatu cara unutk melakukan penilaian yang bentuknya seperti tugas yang wajib dikerjakan siswa dengan tujuan mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa yang bersangkutan (Suwandi, 2010: 39). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat pengumpul informasi hasil belajar siswa dengan cara memberikan tugas yang wajib dikerjakan siswa yang bersangkutan.


(32)

Purwanto (2009: 44-45) memaparkan bahwa hasil belajar berasal dari dua kata yang berbeda yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil berarti suatu perolehan yang merupakan akibat dari dilakukannya suatu aktivitas tertentu atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional. Kata “belajar” sendiri merupakan usaha yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku pada orang yang bersangkutan. Hasil belajar menurut arti setiap katanya berarti sebuah perubahan yang terjadi pada seseorang dalam segi sikap dan tingkah laku sebagai dampak dari suatu aktivitas yang dilakukan orang yang bersangkutan tersebut. Hasil belajar sendiri dapat berbentuk nilai atau pun sebuah karya. Purwanto (2009: 56) menambahkan bahwa tes hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang mengukur penampilan maksimal seseorang (dalam hal ini seorang siswa). Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah sebuah alat ukur yang menguji kemampuan siswa setelah melakukan usaha untuk merubah perilaku siswa tersebut.

b) Jenis tes

Suwandi (2010: 40) memaparkan bahwa tes dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada dasar yang digunakan. Dasar yang digunakan dalam menentukan jenis tes antara lain berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusunnya, pengukur keberhasilan, dan bentuk tes. Berikut penjabaran jenis-jenis tes menurut Suwandi:

1. Jenis tes menurut individu yang dites

Tes semacam ini merupakan tes yang berdasar pada jumlah individu yang akan dites. Tes jenis ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tes individual dan tes kelompok. Tes individual berarti kegiatan tes yang hanya akan dihadapi


(33)

oleh seorang siswa, sedangkan tes kelompok berarti tes yang harus dihadapi sejumlah kelompok misalnya satu kelas (Suwandi, 2010: 40).

2. Jenis tes menurut jawaban

Tes menurut jawaban berarti tes ini berdasarkan pada jawaban yang dikehendaki yang diberikan siswa. Tes semacam ini dapat dibedakan ke dalam tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan merupakan tes yang menuntut respon dari siswa berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot dengan kata lain tes ini berkaikan dengan aspek psikomotor. Berbeda dengan tes perbuatan, tes verbal merupakan tes yang menghendaki jawaban siswa berupa tingkah laku verbal yaitu jawaban berupa bahasa yang berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal sendiri dibagi lagi menjadi tes tertulis dan tes lisan (Suwandi, 2010: 40-41).

3. Jenis tes menurut penyusunannya

Tes menurut penyusunnya merupakan tes yang melihat susunan suatu tes. Tes jenis ini dibedakan ke dalam tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru berarti tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri. Tes seperti ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan setelah proses pengajaran selesai. Keunggulan tes semacam ini adalah guru dapat mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi, sedangkan kekurangnya adalah kurangnya pengujian terhadap soal yang diteskan, sehingga taraf ketepercayaan tes yang dibuat guru sering dianggap rendah.

Kebalikan dengan tes buatan guru, tes standar adalah tes yang telah distandarkan. Tes standar sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat (aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Tes bakat dan tes prestasi sendiri sebenarnya saling tumpang tindih, namun tes yang biasanya lebih sering


(34)

dipakai adalah tes prestasi. Tes standar memilki kelebihan yaitu dapat dipergunakan di semua sekolah dan kelayakan, kesahihan, serta kepercayaan tes ini sudah terbukti (Suwandi, 2010: 41-44).

4. Jenistes pengukur keberhasilan

Tes semacam ini umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar (Suwandi, 2010: 44). Ada empat tes yang terdapat dalam jenis tes ini yaitu (a) tes kemampuan awal; (b) tes diagnostik; (c) tes formatif; dan (d) tes sumatif. Penjabaran keempat tes ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Tes kemampuan awal merupakan tes yang dilakukan sebelum siswa mengalam proses belajar. Tes ini dibagi menjadi tiga macam yaitu pretes yang merupakan tes kemampuan awal bagi siswa dengan maksud untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum memulai proses belajar, lalu tes prasyarat yang merupakan tes yang dilakukan sebelum seseorang melakukan pendidikan tertentu dengan maksud untuk mengetahui kemampuan atau keterampilan tertentu yang dimiliki orang tersebut, dan yang terakhir adalah tes penempatan yang bertujuan mengetahui tingkat kemampuan siswa untuk kemudian menempatkannya pada tingkat kemampuan yang sesuai (Suwandi, 2010: 44-45).

(b) Tes diagnostik yang mana dilakukan sebelum atau selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Tes ini bertujuan untuk menemukan bahan-bahan pelajaran yang dirasa masih sulit untuk dipahami siswa. Informasi yang didapat dari tes tentang kelemahan siswa akan menjadi pedoman dasar untuk menyusun program remedial (Suwandi, 2010: 45-46).


(35)

(c) Tes formatif merupakan tes yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar masih berlangsung, lebih tepatnya dilakukan pada setiap akhir satuan bahasan. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur tingkat kemampuan dari siswa dalam mencapai tujuan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang baru diselesaikan. Informasi yang didapat dari tes ini berguna untuk menilai efektivitas kegiatan pengajaran yang dilakukan (Suwandi, 2010: 46).

(d) Tes sumatif yang merupakan tes yang dilakukan setelah semua kegiatan belajar mengajar selesai. Tes semacam ini pada umumnya dilkaukan pada ujian akhir semester. Tes ini mencakup seluruh bahan pelajaran diajarkan pada satu semester. Tes sumatif sendiri dilakukan pada setiap akhir semester sebagai ujian akhir semester (Suwandi, 2010: 46-47).

5. Jenis tes berdasarkan bentuknya

Tes berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua yaitu tes esai dan tes obyektif (Suwandi, 2010: 47). Berikut penjabaran dari kedua tes tersebut:

(a) Tes Esai

Tes esai sendiri merupakan suatu bentuk pertanyaan yang jawabannya dituntut dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tes esai adalah tes ini memungkinan siswa menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, lalu menganalisis, menghubungkan, dan bahkan mengevaluasi sebuah informasi baru. Tes ini juga memungkinan siswa unutk menghubungkan fakta-fakta dan konsep yang mereka punya atau pelajari lalu mengkoherensikannya dengan pemikiran yang logis. Kelemahan dari tes esai ini yaitu cakupan materi yang ditanyakan terbilang terbatas (Suwandi, 2010: 47-48).


(36)

(b) Tes Obyektif

Bentuk tes lainnya adalah tes obyektif yang juga sering disebut sebagai tes jawab singkat. Tes ini memungkinan siswa hanya menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu sebagai perwakilan alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban pada tes obyektif bersifat pasti dengan kata lain hanya ada satu kemungkinan jawaban benar. Siswa yang tidak menjawab jawaban yang sudah seharusnya dengan kata lain jawaban yang benar, maka akan dinyatakan salah. Jenis tes obyektif yang banyak dipergunakan adalah tes jawaban benar-salah (true-false) pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), serta menjodohkan (matching). Tes jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan instrumen yang menilai kemampuan berpikir rendah yaitu kemampuan mengingat, sedangkan tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami (Suwandi, 2010: 48-49).

Materi yang dicakup pada pilihan ganda cenderung luas, namun pilihan ganda memiliki kelemahan yaitu siswa tidak dapat mengembangkan sendiri jawaban mereka namun cenderung hanya memilih jawaban yang benar. Siswa yang tidak tahu jawaban mana yang benar, maka siswa tersebut hanya akan menerka jawaban mana yang benar dan memilihnya. Kelemahan pilihan ganda yang lain adalah kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik bagi guru, sehingga pilihan ganda kurang dianjurkan untuk dipakai dalam penilaian kelas. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes obyektif cukup efisien sebagai alat ukur kemampuan siswa, namun perlu


(37)

adanya modifikasi agar siswa mampu berpikir tingkat tinggi sampai ke tahap create (Suwandi, 2010: 49-50).

2. Konstruksi Tes hasil Belajar

Kontruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan. Ketiga pokok bahasan yang dimaksud adalah validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal. Ketiganya memiliki peran penting dalam pembuatan tes hasil belajar. Tes hasil belajar akan baik tergantung ketiga pokok bahasan konstruksi tes tesebut, penjabaran dari ketiga pokok bahasan dalam konstruksi tes hasil belajar tersebut yaitu:

a) Validitas

Validitas menurut Mardapi (2008: 16) adalah suatu penafsiran skor sebuah tes seperti yang tercantum dalam tujuan penggunaan tes. Berbeda dengan Mardapi, Suwarto (2013: 94) memaparkan bahwa validitas adalah pertimbangan yang paling pokok di dalam pengembangan dan pengevaluasian tes, sedangkan Grondund (dalam Sukardi, 2008: 30) mengatakan bahwa validitas sendiri merupakan ketepatan interprestasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan suatu pertimbangan pokok dalam mengembangkan tes yang terfokus pada ketepatan interprestasi yang dihasilkan dari skor tes tersebut.

Proses validitas sendiri melibatkan pengumpulan bukti untuk menyediakan penjelasan yang ilmiah. Validitas sendiri prosesnya dimulai dari pengajuan sebuah pernyataan yang eksplisit mengenai interprestasi-interprestasi dari suatu skor atau nilai tes. Pernyataan dalam validitas diajukan bersamaan dengan arti relevansi dari interprestasi tersebut. Interprestasi yang diajukan merujuk pada gagasan atau


(38)

konsep yang akan diukur melalui sebuah tes. Saat proses validitas berlangsung, serta semua bukti baru mengenai arti dari suatu nilai tes telah ditemukan, maka tes tersebut mungkin memerlukan suatu revisi. Hal yang memerlukan revisi adalah kerangka kerja konseptual serta semua gagasan yang merupakan dasar suatu tes (Suwarto, 2013: 94-95).

Validitas dibedakan menjadi empat, yaitu (1) validitas isi; (2) validitas konstruk; (3) validitas konkruen atau kesejajaran; dan (4) validitas ramalan atau prediksi (Sukardi, 2012: 122). Widoyoko (2009: 129) memaparkan bahwa keempat validitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (external validity). Validitas internal terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk sedangkan validitas eksternal terdiri dari validitas kesejajaran dan validitas ramalan atau prediksi. (1) Validitas isi

Validitas isi menurut Azwar (2014: 42) adalah validitas yang dilakukan lewat pengujian kelayakan isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement. Pengujian validitas isi sendiri dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Widoyoko, 2009: 129). Validitas isi sendiri sering dijelaskan melalui validitas tampang dan validitas logis. Validitas tampang merupakan proses validasi dari pemeriksaan terhadap butir soal tes untuk membuat kesimpulan bahwa tes tersebut mengukur aspek yang relevan. Validitas logis sering juga disebut validitas pencuplikan yang menuntut batasan terhadap kawasan perilaku yang akan diukur dan suatu desain logis yang mencakup kawasan perilaku yang diukur (Widoyoko, 2009: 130-131). Validitas isi dalam


(39)

sebuah tes berarti menguji dengan cara membandingkan antara indikator dengan soal yang dibuat.

(2) Validitas konstruk

Margono (2010: 187) memaparkan bahwa validitas konstruk adalah alat ukur yang dipakai pada instrumen yang mengandung definisi operasional yang tepat dari suatu konsep teori. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk apabila tes tersebut mengukur aspek berpikir sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Validitas ini mengukur sebuah konsep yang mana berkaitan apa tidaknya antara aspek-aspek dalam tes. Validitas konstruk menurut pengertian diatas berarti merupakan alat ukur yang mengukur kesesuaian tingkat kognitif dengan indikator yang ada.

(3) Validitas kesejajaran

Validitas kesejajaran dapat dikatakan dimiliki oleh sebuah tes apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada (Widoyoko, 2009: 132). Hal ini berarti tes tersebut memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Validitas semacam ini biasanya derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Penentuan validitas kesejajaran dengan membangun analisis hubungan atau pembedaan (Sukardi, 2008: 34). (4) Validitas prediksi

Validitas terakhir adalah validitas prediksi yang berarti memperkirakan mengenai suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang tes (Widoyoko, 2009: 132-133). Perolehan validitas ini melalui pengambilan skor kriteria dan waktunya tidak bersamaan saat pengambilan skor tes. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa validitas kesejajaran


(40)

dan validitas prediksi mengukur suatu instrumen menggunaka acuan sebuah kriteria.

b) Reliabilitas

Suwarto (2013: 101) memaparkan bahwa tes merupakan alat ukur dan alat ukur yang reliabel merupakan suatu alat ukur yang tetap atau tidak berubah-ubah hasil pengukurannya serta dapat diandalkan. Tes dianggap reliabel apabila tes tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur (Kountur, 2003: 156). Reliabilitas menaksir ketelitian serta ketepatan dari sebuah instrumen. Arti reliabilitas sendiri adalah tingkat ketepatan, keajegan, atau kemantapan, dengan kata lain suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai reliabilitas tinggai atau dapat dipercaya apabila alat ukut tersebut mantap. Mantap yang dimaksud adalah alat ukur tersebut stabil dan dapat diandalkan serta dapat digunakan untuk meramalkan.

Suwarto (2013: 101) melanjutkan bahwa realibilitas tidak hanya sebagai tingkat ketepatan, namun juga sebagai tingkat konsistensi suatu alat ukur. Hasil pengukuran yang berulang tentang terhadap konsep materi yang sama namun hasil skor yang didapat sama itu berarti reliabilitas tes tersebut sudah sempurna. Sampai saat ini belum pernah didapatkan alat ukur yang memiliki reliabilitas yang sempurna dalam praktik sehari-hari. Kendati demikian reliabilitas tetap harus diuji agar suatu alat ukur atau tes dapat terbukti mutunya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah faktor penting dalam pembuatan soal yang bermutu sehingga soal tersebut dapat mengukur kemampuan siswa dengan tepat.


(41)

Arikunto (2012: 104) menjelaskan bahwa untuk mengetahui reliabilitas suatu tes dapat dilihat dari kesejajaran hasil uji coba tes tersebut. Cara mencari besar reliabilitas ada tiga yaitu dengan menggunakan metode bentuk pararel, metode tes ulang, dan metode belah dua. Berikut penjelasan ketiga cara mencari besar reliabilitas:

1) Metode bentuk pararel merupakan cara untuk mencari reliabilitas dari tes pararel atau duah buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan sususan, namun butir soalnya berbeda. Kelemahan dari metode ini adalah pengetes harus menyusun dua seri tes. Selain itu pengetes memerlukan waktu yang lama untuk mengujicobakan tes sebanyak dua kali (Arikunto, 2012: 105). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode ini tidak efektif untuk dilakukan apabila terikat oleh waktu.

2) Metode tes ulang dilakukan demi menghindari penyusunan dua seri tes. Pengetes yang menggunakan metode ini melakukan dua kali uji coba tes namun hanya mengujikan satu seri tes. Cara ini kurang baik untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan atau ingatan dan pemahaman. Hasil tes pertama dan kedua umumnya berbeda. Hasil tes kedua akan cenderung lebih baik dari pada hasil tes yang pertama. Meskipun demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi kesejajaran hasil atau ketetapan hasil reliabilitas yang dicari (Arikunto, 2012: 105-106). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode tes ulang kurang efisien apabila terikat oleh waktu dan juga metode ini hanya mengetes pengetahuan dan pemahaman siswa saja.

3) Metode belah dua atau split-half method merupakan cara mencari reliabilitas yang mampu mengatasi kelemahan penggunaan metode bentuk pararel


(42)

dan metode tes ulang. Sama seperti metode tes ulang, pengetes menggunakan sebuah tes namun hanya diujicobakan satu kali. Namun apabila memakai metode ini, banyaknya butir soal harus genap agar dapat dibelah. Pembelahan butir soal sendiri dibagi menjadi dua. Pembelahan butir soal yang pertama yaitu membelah atas item genap dan item ganjil, sedangkan pembelahan butir soal yang kedua adalah membelah atas item awal dan item akhir (Arikunto, 2012: 106-108). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode belah dua cukup efisien untuk dipakai dalam mencari reliabilitas karena waktu yang diperlukan tidak lama.

c) Karakteristik butir soal

Karakteristik dari butir soal akan dibagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut merupakan ciri dari tiap butir soal yang jangan dianggap remeh keberadaannya. Ketiga karakteristik butir soal tersebut ialah:

1) Daya pembeda

Daya pembeda menurut Sudjana (2009: 141) dapat mengkaji butir-butir soal yang berujuan untuk mengetahui seberapa sanggup soal tersebut membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi rendah. Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda merupakan taraf jumlah jawaban benar siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu item tes. Soal atau tes yang memiliki daya pembeda yang baik apabila diujikan kepada siswa yang pintar maka hasilnya akan baik sedangkan apabila diujikan kepada siswa yang dirasa kurang pintar maka hasilnya pun kurang baik. Tes yang tidak mempunyai daya pembeda akan memperoleh hasil yang tidak


(43)

sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah suatu cara untuk membedakan antara orang yang pandai dengan yang kurang pandai dengan memakai alat ukur berupa tes.

Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan tabel kriteria dari Rose dan Stanley (Sudjana, 2009: 141). Pengujian daya pembeda memilki kriteria yaitu bila jawaban salah dari kelompok siswa berprestasi rendah – jawaban salah dari kelompok siswa berprestasi tinggi sama atau lebih besar dari nilai tabel, maka butir soal itu mempunyai daya pembeda (Sudjana, 2009: 143). Butir soal yang setelah diuji namun tidak memilki daya pembeda dapat diperkirakan bahwa soal tersebut terlalu mudah atau terlalu sukar untuk dikerjakan.

2) Tingkat kesulitan

Daryanto (2007: 179) mengatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkan soal tersebut, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menjadi penyebab siswa menjadi putus asa dalam mengerjakan soal. Masidjo (1995: 189) memaparkan bahwa tingkat kesulitan suatu tes dinyatakan dengan sebuah bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK). Cara untuk mendapatkan soal yang baik, harus memenuhi validitas dan reliabilitas serta adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut (Sulistyorini, 2009: 173). Keseimbangan dalam hal ini berarti soal yang termasuk dalam kategori rendah, sedang dan sukar memiliki bobot yang


(44)

proporsional. Berdasarkan pendapat 3 ahli maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan merupakan sebuah bilangan indeks untuk mendapat soal yang baik.

Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan porsi jumlah soal mudah, sedang, dan sukar didasari dengan adanya keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut. Pertimbangan lainya adalah proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut didasarkan pada kurva normal (Sudjana, 2009: 136). Soal sebagian besar memiliki tingkat kesulitan pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, dimana 30% soal berkategori mudah, 40% soal berkategori sedang, dan 30% soal berkategori sukar. Selain perbandingan 3-4-3 soal juga dapat dibuat dengan perbandingan 25-50-25, dimana 25% soal berkategori mudah, 50% soal berkategori sedang, dan 25% soal berkategori sukar (Sulistyorini, 2009: 174).

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan soal sebagian besar harus pada kategori sedang, sebagian lagi pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Proporsi yang demikian berarti menuntut untuk membuat jumlah soal dengan kategori sedang dalam jumlah lebih banyak dari pada kategori mudah dan sukar, sedangkan kategori mudah dan sukar harus dibuat sama jumlah soalnya.

3) Analisis pengecoh

Analisis pengecoh umumnya digunakan pada tes berbentuk pilihan ganda. Pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban (Purwanto, 2009: 108). Pola jawaban yang ada dalam soal diperoleh dengan menghitung banyaknya siswa yang tidak memilih pilihan antara jawaban a, b, c,


(45)

atau d dan tidak memilih pilihan manapun. Pola jawaban soal dapat menentukan apakah pengecoh (distractor) dapat berfungsi atau tidak sebagai pengecoh yang baik. Pengecoh yang sama sekali tidak dipilih oleh siswa akan dianggap sebagai pengecoh yang jelek. Pengecoh tersebut dikatakan jelek karena tidak berfungsi sama sekali sebagai pengecoh sehingga tidak seorangpun yang memilih jawaban itu (Daryanto, 2007: 192). Berdasarkan pendapat 2 ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi menyesatkan siswa dalam memilih jawaban.

Pengecoh yang berfungsi baik dapat dilihat melalui jumlah siswa yang memilih pengecoh tersebut. Daya tarik dari pengecoh yang besar akan membuat siswa yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan memilih pengecoh tersebut. Hal ini akan berarti pengecoh tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Daryanto (2007: 192-193) memaparkan bahwa sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh tersebut minimal dipilih 5% siswa. Siswa yang umumnya terkecoh oleh pengecoh mempunyai kemampuan sedang atau di bawah rata-rata (Suryabrata, 1997: 105). Berdasarkan pendapat 2 ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata pada umumnya tidak gampang terkecoh oleh pengecoh pada soal pilihan ganda.

3. Pengembangan tes hasil belajar

Tes hasil belajar adalah dasar untuk memberikan penilaian hasil belajar yang seharusnya memiliki kemampuan secara nyata dan menimbang secara adil tingkat kemampuan siswa (Purwanto, 2009: 81). Tes ini dapat dijadikan acuan bagi siswa untuk mengukur kemampuan mereka masing-masing tentang suatu meteri


(46)

tertentu. Semua alat ukur yang akan digunakan untuk menguji siswa termasuk tes hasil belajar perlu dipastikan kemampuannya mengukur secara baik. Demi mendapatkan tes hasil belajar yang berkualitas maka diperlukan prosedur pengembangan yang menjamin dalam membuat tes tersebut. Tes hasil belajar yang baik akan memperoleh data yang akurat dari siswa, maka tujuan dari pada tes hasil belajar akan tercapai.

Pengumpulan data tes hasil belajar merupakan model pengumpulan data yang mana dipengaruhi cara kerja pengumpulan data tersebut dalam ilmu alam dengan cara mengukur (Purwanto, 2009: 82-83). Cara kerja dalam tes berhubungan dengan prosedur dari pada pengembengan tes hasil belajar. Prosedur pengembagan tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 84) sendiri melibatkan tujuh kegiatan, antara lain:

a. Identifikasi hasil belajar

Bidang studi yang hendak diukur harus diidentifikasi terlebih dahulu dari hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan agar peneliti tahu materi apa yang akan diteskan sesuai dengan pengetahuan yang telah diterima siswa, dengan kata lain memberikan tes hasil belajar setelah siswa tersebut belajar atau sudah mempelajari materi yang akan diteskan. Selain itu hasil belajar harus diidentifikasikan aspek apa yang akan diukur, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotornya (Purwanto, 2009: 84). Jadi identifikasi hasil belajar dilaukan untuk mengetahui masalah yang dihadapi siswa sebagai dasar pembuatan tes.

b. Deskripsi materi

Objek kajian dalam hasil belajar dalam pendidikan adalah perilaku siswa dalam suatu hasil belajar. Untuk mengukur objek diperlukan pengetahuan hasil


(47)

belajar siswa yang hendak diukur. Materi tentang hasil belajar dalam hal ini memegang peran penting dalam usaha memahami hasil belajar siswa yang hendak diukur kemampuannya. Data dari hasil belajar yang dikumpulkan didasarkan pada informasi yang berkaitan hasil belajar yang mana sudah dideskripsikan di dalam materi. Macam data sangat ditentukan oleh uraian materi tentang hasil belajar tersebut yang mana akan diukur datanya.

Pengembangan tes hasil belajar sangat ditentukan pada materi. Data dari hasil belajar yang ingin dikumpulkan didasarkan pada semua informasi mengenai hasil belajar yang mana sudah dideskripsikan terlebih dahulu di dalam materi. Hal itu berarti uraian materi tentang hasil belajar yang akan diukur datanya akan menentukan data yang bervariasi. Materi sendiri akan menjadi acuan dalam pengumpulan data serta dalam memahami hasil belajar(Purwanto, 2009: 84-85). Oleh karena itu apabila data yang dikumpulkan merupakan data tentang hasil belajar maka materi yang bersangkutan akan dikembangkan.

c. Pengembangan spesifikasi

Pengembangan spesifikasi tes hasil belajar oleh dua atau lebih pengembang (developer) akan menghasilkan tes hasil belajar yang sama kualitasnya. Adanya spesifikasi akan memungkinkan bagi satu pengembang tes hasil belajar membuat dua atau lebih perangkat tes yang setara atau sama sehingga pengujian tes hasi belajar dari segi kemampuan pengukuran dapat memperoleh hasil ukur yang relatif stabil dan konsisten (reliabel). Hal yang dikembangkan pada spesifikasi seperti penentuan jenis tes hasil belajar, banyaknya butir soal, waktu ujia coba, peserta uji coba, aturan penskoran, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes (Purwanto, 2009: 85-86).


(48)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan spesifikasi dilakukan dengan mempertimbangkan masalah yang dihadapi siswa.

d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban.

Pembuatan tes membutuhkan sebuah rancangan sebagai dasar penulisan butir-butir tes. Rancangan dalam pembuatan tes dinamakan kisi-kisi tes. Butir soal ditulis untuk mengukur variabel dengan berpedoman pada kisi-kisi tes tersebut. Suryabrata (dalam Purwanto, 2009: 87) menjelaskan bahwa pedoman-pedoman dalam tes ada delapan, yaitu (1) menyatakan soal sejelas mungkin; (2) memilih kata yang sesuai; (3) menghindari pengaturan kata yang dirasa janggal dan terlalu kompleks atau berbelit-belit; (4) memasukkan semua keterangan yang dibutuhkan dalam membuat jawaban; (5) merumuskan soal dengan tepat; (6) menghindari kata-kata yang tidak berfungsi agar tidak dimasukkan; (7) menyesuaikan taraf kesukaran soal dengan kelompok serta tujuan yang dimaksudkan; dan (8) menghindari isyarat ke arah jawaban benar yang tidak seharusnya.

Spesifikasi tes hasil belajar menentukan kunci jawaban agar perolehan hasil belajar dari responden dapat objektif. Kunci jawaban setiap jenis soal berbeda tergantung bagaimana soal tersebut. Kunci jawaban untuk soal esai akan berupa uraian, namun untuk soa objektif dapat berupa pilihan dari beberapa alternatif jawaban. Kunci jawaban sendiri dibuat dengan perhitungan yang tepat disesuaikan dengan soal dari jawaban tersebut (Purwanto, 2009: 91-92). Jadi harus ada kesinkronan antara soal dengan kunci jawaban yang dibuat, sehingga pembuatan kunci jawaban sendiri harus benar-benar teliti.


(49)

e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar.

Data uji coba hasil belajar dikumpulkan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar. Instrumen tes hasil belajar sendiri dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Data dalam uji coba berbentuk skor yang mana dihitung menurut aturan skoring uji coba. Skor-skor yang telah terkumpul akan diolah dan menjadi data uji coba hasil belajar yang dapat menjadi pedoman dalam mengukur kemampuan siswa (Purwanto, 2009: 92-93). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa data uji coba akan menjadi tolak ukur dalam menentukan baik tidaknya suatu tes.

f. Uji kualitas tes hasil belajar

Purwanto (2009: 93-94) menjelaskan bahwa tes hasil belajar yang dibuat berdasarkan kisi-kisi umumnya mempunyai butir soal yang secara teori baik. Butir soal harus diuji coba kualitasnya agar mendapat bukti secara empiris bahwa memang butir soal tersebut baik. Uji coba kualitas ini juga dilakukan agar tes hasil belajar dijamin kelayakannya sebagai sebuah alat ukur. Hasil dari uji kualitas tes hasil belajar sebagai pemenuhan syarat dari kelayakan tes hasil belajar dan barulah tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data hasil belajar. Apabila dibuat bagan, maka pengumpulan data hasil belajar dengan menguji kualitas dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mengumpulkan Data dengan Uji kualitas

Tes yang belum jelas kualitasnya

Uji coba

Tes

berkualitas Testing

Skor/ Nilai


(50)

g. Kompilasi tes

Kompilasi tes berarti memilah butir soal yang telah diuji coba lalu membuang butir soal yang jelek dan menyusun tes dengan butir soal yang baik. Butir-butir yang terbukti baik adalah butir kompilasi yang mana butir ini siap digunakan dalam mengumpulkan data hasil belajar. Tahap akhir ini akan menjadi penyaring bagi butir soal yang baik dan yang tidak baik untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Pemilihan butir soal yang baik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kekeliruan (Purwanto, 2009: 94). Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompilasi tes merupakan kegiatan akhir yang berperan menentukan baik tidaknya sebuah butir soal untuk menjadi sebuah alat ukur.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan tes hasil belajar harus melalui prosedur pengembangan tes yang meliputi tujuh kegiatan. Ketujuh kegiatan tersebut adalah identifikasi masalah, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban, mengumpulkan data uji coba hasil belajar, uji kualitas tes hasil belajar, dan kompilasi tes.

4. Taksonomi Bloom yang Direvisi

Taksonomi menurut Anderson & Krathwohl (2010: 6) merupakan sebuah kerangka berpikir yang khusus. Taksonomi dapat mengklasifikasikan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau indikator secara bertahap. Rumusan TIK atau indikator terdiri dari satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja merupakan deskripsi dari proses kognitif yang diharapkan, sedangkan untuk kata benda dideskripsikan sebagai pengetahuan yang diinginkan untuk dikuasai siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 6). Taksonomi dengan kata lain merupakan


(51)

sebuah tingkatan dari pengetahuan yang menjadi acuan pembuatan TIK atau indikator.

Taksonomi Bloom yang sudah direvisi memiliki dua dimensi yang merupakan proses kognitif dan pengetahuan. Terdapat enam kategori dalam dimensi proses kognitif, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk dimensi pengetahuan terdapat empat kategori, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dimensi proses kognitif sendiri mengandung dimensi pengetahuan dalam setiap kategorinya (Anderson & Krathwohl, 2010: 6). Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedua dimensi tersebut saling berkaitan sehingga terbentuklah taksonomi Bloom yang direvisi. Berikut tingkatan taksonomi Bloom yang sudah direvisi:

a. Mengingat

Anderson & Krathwohl (2010: 99) menjabarkan bahwa mengingat merupakan proses pengambilan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang diperlukan selama proses mengingat dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 103-104). Berdasarkan pengertian diatas maka mengingat dapat diartikan sebagai proses penggalian informasi kembali yang pernah diterima baik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedura, metakognitif, bahkan kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut.


(52)

b. Memahami

Memahami menurut Anderson & Krathwohl (2010: 105) adalah proses mengkonstruksi makna dari pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan, tulisan, maupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses memahami didasari oleh pengetahuan konseptual. Anderson & Krathwohl (2010: 106) menambahkan bahwa proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasikan

Mengaplikasikan menurut Anderson & Krathwohl (2010: 116) merupakan proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatau masalah atau mengerjakan soal latihan. Pengetahuan yang berkaitan erat dengan pengetahuan Prosedural. Terdapat dua kategori mengaplikasikan, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Proses kognitif mengeksekusi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan, sedangkan mengimplementasikan berkaitan dengan menyelesaikan masalah.

d. Menganalisis

Menganalisis merupakan kegiatan memecah-mecah materi menjadi irisan kecil. Irisan kecil tersebut menentukan hubungan antar bagian dengan bagian lain yang membentuk materi tersebut (Anderson & Krathwohl, 2010: 120). Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengitribusikan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


(53)

menganalisis merupakan kegiatan menyoroti suatu hal/materi dengan cara melihat hubungan antar bagian materi tersebut.

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kegiatan mengevaluasi memiliki beberapa ketegori yang mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Proses kognitif memeriksa berarti memeriksa keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal, sedangkan mengkritik berarti mengkritik keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal. Kegiatan mengevaluasi menurut uraian di atas berarti merupakan kegiatan untuk mencari kelemahan dengan cara memeriksa dan mengkritik.

f. Mencipta

Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan proses penyusunan elemen-elemen menjadi sesuatu yang utuh dan koheren ataun fungsional. Kegiatan ini menuntut siswa dapat membuat produk baru dengan merakit kembali sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur. Proses mencipta dapat dibagi menjadi tiga tahap kognitif yaitu merumuskan, merencakan, dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-130). Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa mencipta adalah suatu kegiatan yang bertujuan membuat suatu produk baru dengan cara mengaitkan dan menyusun elemen-elem menjadi satu.


(54)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada tiga buah. Ketiga penelitian dipilih oleh peneliti berdasarkan adanya kesamaan jenis penelitian, tujuan penelitian, serta penghitungan hasil data menggunakan TAP. Berikut ketiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini:

1. Penelitian milik Duskri, dkk (2014) yang berjudul “Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD” merupakan penelitian relevan yang pertama. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dengan mengembangan tes diagnostik. Hasil analisis dengan program ITEMAN diperoleh tingkat kesukaran butir soal antara 0,192 sampai dengan 0,731, daya beda butir soal antara 0,221 sampai dengan 0,644, dan reliabilitas tes sebesar 0,889 yang tergolong tinggi. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pengembangan tes matematika di SD.

2. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah milik Mardhiyanti, dkk (2011) yang melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan dengan mengembangkan prototype perangkat soal yang memiliki efek potensial terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SD. Hasil tes soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa menunjukkan nilai rata-rata 47,89 dari skor maksimal 82. Nilai rata-rata 47,89 termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pengembangan tes matematika di SD.


(55)

3. Penelitian relevan yang terakhir merupakan penelitian milik Wirastri (2014) dengan judul Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif non experimental. Hasil pekerjaan siswa dalam bentuk dokumen menjadi data penelitian yang diambil pada tanggal 31 Maret menggunakan bantuan software TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23 yang dipetakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas soal ulangan tengah semeser II kelas I mata pelajaran matematika cenderung belum baik, masalah-masalah yang ditemukan dalam soal tersebut adalah tidak menggunakan struktur kata dan kalimat yang baik, tidak terdapat kisi-kisi soal, soal banyak yang tidak valid dilihat dari kadar validitas dan validitas isi, tingkat kesukaran soal tidak seimbang proporsinya, dan daya pembeda soal rendah.

Ketiga penelitian yang relevan diatas masing-masing memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Adanya beberapa hal yang sama membuat peneliti menjadi tertarik dengan ketiga penelitian relevan diatas. Penelitian-penelitian yang relevan di atas membahas mengenai tes hasil belajar, baik itu pengembangannya atau analisis kualitasnya, sehingga peneliti menjadikan penelitian tersebut sebagai dasar bagi peneliti menyusun penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Kelas V Sekolah Dasar”. Peneliti mencoba membandingkan antara ketiga penelitian yang relevan dan memeriksa hasil dari setiap penelitian tersebut. Selain itu juga memeriksa saran dari pada ketiga penelitian yang relevan sebagai sebuah masukan dalam membuat


(56)

penelitian ini. Secara gamblang keterkaitan ketiga penelitian yang relevan diatas dengan penelitian milik peneliti dapat dilihat di literature map pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir

Tes hasil belajar merupakan suatu alat yang dapat mengukur kemampuan siswa dalam bidang akademik. Tes semacam itu harus memiliki spesifikasi agar dapat dijadikan alat ukur yang dapat dipercaya. Demi mendapatkan suatu tes yang terpercaya perlu diadakan pengujian atau melakukan uji coba terhadap tes hasil belajar yang akan di kerjakan siswa. Tes yang memiliki butir soal yang memenuhi standar yang dapat digunakan sebagai alat ukur. Standar dalam sebuah tes adalah valid tidaknya butir soal tersebut. Tes sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Salah satu jenis tes yang menurut siswa mudah dijawab adalah tes pilihan ganda.

Pengembangan Tes Wirastri (2014) Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 2013/2014 Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Kelas V Sekolah Dasar Mardhiyanti, dkk (2011) Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Duskri, dkk (2014)

Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD

Pengembangan

Tes Analisis

Kualitas Tes


(57)

Tes pilihan ganda memang mudah dikerjakan siswa karena siswa hanya harus memilih salah satu jawaban yang dianggap benar dari beberapa opsi pilihan. Tes semacam ini dianggap sebagai tes yang buruk karena lebih menekankan pada daya ingat siswa saja. Hal ini dikarenakan soal tes pilihan ganda biasanya hanya akan menanyakan pengetahuan dari tingkat mengingat dan memahami saja.

Kekurangan tes pilihan ganda yang lain adalah jawaban siswa tidak berkembang. Jawaban siswa tidak berkembang karena memang sudah ada opsi pilihan dan tinggal memilih salah satu saja. Selain itu siswa yang tidak belajar sebelum mengerjakan tes pilihan ganda akan dapat menjawab pertanyaan dengan cara memilih yang dianggap benar atau memilih acak jawabannya. Atas kekurangan-kekurangan tersebut maka tes pilihan ganda dianggap tidak cocok digunakan dalam tes hasil belajar. Selain itu beberapa guru menganggap bahwa membuat tes pilihan ganda tidaklah mudah, karena disamping harus membuat opsi jawaban yang berbeda para guru harus mengujikan terlebih dahulu tes tersebut supaya dapat teruji kualitas tes tersebut. Namun karena para guru tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan uji coba, maka guru biasanya hanya memakai soal-soal dari buku atau membuat soal sendiri namun tidak diuji terlebih dahulu. Karena guru menggunakan tes yang belum teruji secara langsung, maka kemampuan anak secara nyata tidak dapat teruji atau tidak dapat diukur dengan baik.

Berbagai alasan dan pandangan tadi membuat peneliti membuat rpenelitian tentang pengembangan tes hasil belajar. Peneliti ingin membuktikan bahwa tes jenis pilihan ganda dapat digunakan dalam menilai hasil belajar siswa. Tes pilihan ganda juga dapat dimodifikasi agar dapat menguji kemampuan siswa pada tingkat


(58)

yang lebih tinggi dari pada mengingat dan memahami saja. Peneliti akan membuat tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan tingkat kesulitan dari tahap mengingat sampai tahap mengkreasi. Pembuatan penelitian yang menghasilkan produk berupa tes ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk para guru dalam membuat tes hasil belajar yang baik.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas maka peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengembangkan tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana validitas isi tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil penilaian ahli?

3. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

5. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?

6. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uj icoba empiris?

7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III akan membahas enam pokok bahasan. Keenam pokok bahasan yang akan dibahas adalah jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian dan pengembangan atau reseacrh and development. Borg & Gall (dalam Setyosari, 2013: 222) mengemukanan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai dengan tujuan mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Terdapat beberapa langkah di dalam penelitian ini. Langkah dari penelitian ini terdiri dari kajian tentang temuan penelitian produk yang ingin dikembangkan, lalu mengembangkan produk tersebut bedasarkan temuan tersebut, setelah itu menguji cobakan produk di lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, baru setelah itu dilakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

Langkah-langkah dari proses penelitian dan pengembangan akan menunjukkan suatu siklus (Sukmadinata, 2008: 165). Siklus dimulai dengan adanya kebutuhan, lalu permasalahan yang membutuhkan pemecahan yang menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya yaitu menentukan karakteristik yang menjadi spesifikasi dari produk yang akan dihasilkan. Materi yang dipilih harus diseuaikan dengan kondisi, latar belakang dan kemampuan guru yang akan mempelajarinya serta sumber belajar yang ada di tempat atau


(60)

dahulu atau dibuat kasarannya. Kualitas produk harus diuji terlebih dahulu sehingga produk akan terlihat tinggi rendahnya kualitas produk tersebut.

Sugiyono (2012: 298) menjelaskan bahwa terdapat sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg & Gall. Kesepuluh langkah ini merupakan langkah yang harus dilakukan dalam penelitian pengembangan. Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan yaitu (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk; dan (10) produk masal. Secara urut langkah-langkah tersebut dapat dibuat bagan seperti pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan (research and

development) Menurut Borg & Gall Potensi dan

Masalah

Pengumpula n Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba

Produk Revisi

Produk Uji Coba

Pemakaian

Revisi Produk

Produk Masal


(61)

Kesepuluh langkah pada gambar 3.1 saling berkaitan satu sama lain dan merupakan tahapan yang sistematis. Penjabaran langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah merupakan dasar dari adanya penelitian pengembangan. Potensi sendiri merupakan hal-hal yang apabila digunakan akan memiliki nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah apabila tidak dilakukan maka tidak mengurangi apapun namun apabila dilakukan akan menguntungkan. Masalah sendiri merupakan suatu hal yang menyimpang dari apa yang diharapkan. Potensi dan masalah adalah suatu hal yang harus ditunjukkan lewat data empirik. Data dari potensi dan masalah dapat dicari melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain yang dapat mengumpulkan informasi. Pengumpulan data potensi dan masalah sendiri sebenarnya tidak harus dicari sendiri, namun dapat berasal dari laporan penelitan orang lain atau sebuah dokumentasi laporan kegiatan (Sugiyono, 2012: 298-300).

2. Pengumpulan Data

Sugiyono (2012: 300) memaparkan bahwa pengumpulan data atau informasi harus dilakukan setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up-to-date. Pengumpulan data ini digunakan sebagai bahan dalam proses perencanaan pembuatan suatu produk yang mana diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Mengatasi sebuah masalah membutuhkan metode penelitian dan metode apa yang akan digunakan tergantung pada permasalahan yang ditemukan. Fungsi dari pengumpulan data bagi penelitian sendiri sebagai indikator pemilihan


(62)

metode yang akan dipilih dan penentuan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan seorang peneliti.

3. Desain Produk

Penelitan research and development menghasilkan produk yang bermacam-macam. Produk dari pada penelitan pengembangan ini tergantung dari bidang apa masalah itu timbul. Demi menghasilkan suatu sistem yang baru untuk mengatasi masalah yang ditemukan, maka peneliti harus membuat rancangan kerja baru. Rancangan atau desain ini dibuat dengan berdasar pada rancangan atau desain yang lama sehingga kelemahan dari pada desain yang lama dapat diketemukan. Pembuatan desain baru ini mengharuskan peneliti mengkaji referensi yang mutakhir dan berkaitan dengan sistem kerja yang modern. Hasil akhir dari kegiatan tersebut akan menghasilan sebuah desain produk baru yang spesifikasinya lebih dari produk yang lama. Desain produk harus diwujudkan secara visual agar pencipataan atau pembuat produk yang baru dapat berjalan lancar (Sugiyono, 2012: 300-301).

4. Validasi Desain

Validasi desain menurut Sugiyono (2012: 302) merupakan suatu serangkaian kegiatan yang bertujuan menilai apakah rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Rasional yang dimaksud adalah penilaian berdasarkan pemikiran rasional semata bukan berdasarkan fakta lapangan. Kegiatan validasi dapat dilakukan dengan bantuan beberapa pakar atau seorang ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang. Nilai dari para pakar atau ahli dapat dijadikan sumber informasi baru mengenai kelemahan dan kelebihan produk baru yang dihasilkan.


(63)

5. Revisi Desain

Revisi desain berhubungan dengan hasil validasi desain. Revisi sendiri dilakukan ketika ada kelemahan yang ada pada produk baru. Revisi desain diharapkan dapat memperbaiki kelemahan. Perbaikan ini tidak serta merta tanpa pertimbangan apapun, tetapi perbaikan ini harus didasari pada hasil validasi yang berupa data empiris ataupun komentar dari para pakar dan ahli. Revisi desain ini harus dilakukan oleh peneliti selaku sang pembuat desain produk yang akan dihasilkan untuk mengatasi masalah yang telah diidentifikasi (Sugiyono, 2012: 302).

6. Uji Coba Produk

Pengujian produk dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data berupa informasi apakah sistem kerja yang baru dapat lebih efektif digunakan dan lebih efisien dari pada sistem yang lama. Hasil uji coba produk akan dibandingkan dengan produk lama atau sistem kerja yang lama setelah itu baru diukur indikator keberhasilan dari produk baru tersebut. Uji coba produk juga dapat disebut sebagai eksperimen dimana melakukan kegiatan pembandingan dengan kelompok yang menggunakan produk lama dengan kelompok yang menggunakan produk baru (Sugiyono, 2012: 302-303).

7. Revisi Produk

Revisi produk pada langkah ini sebagai pembenahan dari produk yang sudah diujikan. Tentu saja revisi produk kali ini tidak akan separah dengan revisi produk sebelum apabila dipikirkan secara rasional. Namun sekali lagi dikatakan bahwa revisi sebelumnya merupakan revisi dari kekurangan sebagai pemikiran rasional


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

LAMPIRAN 11

BIODATA PENELITI

Yohana Kurniawati lahir di Klaten, 12 Juni 1994. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius Murukan pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Pangudi Luhur Wedi terhitung dari tahun 2006 hingga 2009. Kemudian melanjutkan studi di tingkat menengah atas di SMA Negeri Jogonalan I pada tahun 2009 dan dinyatakan lulus pada tahun 2012.

Peneliti mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2012, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti beberapa macam kegiatan sebagai pengembangan keterampilan di luar perkuliahan wajib. Beberapa kegiatan yang diikuti seperti Kursus Mahir Dasar Pramuka tahun 2013, Pelatihan Pengembangan Kepribadian 1 dan 2 pada tahun 2013, serta Pandu Konservasi Lingkungan tahun 2014. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.