ANALISIS PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN IKLAN HUMOR YAMAHA JUPITER MX VERSI JEMBATAN AMBRUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI SURABAYA (Studi Kasus Pada Konsumen Yamaha Di Rungkut Surabaya Timur.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

Riza Ikhtia Sari

0612010211 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat

dan HidayahNya telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

guna memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi

jurusan Manajemen dalam jenjang strata satu fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur dengan judul “ Analisis Pengaruh

Celebrity Endorser dan Iklan Humor Yamaha Jupiter MX Versi Jembatan

Ambruk Terhadap Minat Beli Konsumen di Surabaya”.

Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak yang telah memberikan motivasi , bimbingan , saran serta dorongan moril

yang baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan

skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr . Ir Teguh Soedartono, MP selaku Rektor Universitas

Pembagunan Nasional ‘Veteran” Jawa Timur

2.

Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Ec. Gendut . S, MS selaku ketua Jurusan Manajemen Universitas

Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4.

Bapak Drs. Ec. Supriyono, SE, MM. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini sehingga

dapat terselesaikan dengan baik.


(3)

ii

6.

Bapak dan mama tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan

restu, dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan

menyelesaikan skripsi.

7.

Teman-teman yang membantu baik berupa waktu, pikiran, maupun dukungan

secara moril dari awal menulis skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah, rahmat dan

hidayahNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini ,

untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat

membangun karena hal tersebut sangat membantu menghantarkan pada

kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, Juni 2010


(4)

DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

ABSTRAKSI ………. xi

BAB I PENDAHULUAN ………...………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….………….. 7

1.3 Tujuan Penelitian ………..…….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ………....……….……. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...……… 9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu …...………...….. 9

2.2. Landasan Teori ……… 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ………... 11

2.2.2. Manajemen Pemasaran ……… 12

2.2.3. Konsep Pemasaran ………. 12

2.2.4. Iklan ....……… 15

2.2.4.1. Pengertian Iklan ….. ……… 15

2.2.4.2 Fungsi Periklanan ……… 16

2.2.4.3. Tujuan Periklanan ….……….. 18

2.2.4.4. Media Periklanan ………..……….. 19

2.2.5. Iklan Televisi ……….. 20


(5)

2.2.5.1. Kekuatan Televisi ………... 20

2.2.6. Humor dan Periklanan Humor .……….………. 21

2.2.6.1. Keuntungan Humor Dalam Periklanan ……..……… 22

2.2.6.2. Iklan Humor ……… 23

2.2.7. Celebrity Endorser ……….. 26

2.2.7.1. Pengertian Celebrity Endorser ………...…………. 26

2.2.7.2. Public Figure Sebagai Endorser ……...……….... 28

2.3.

Minat Beli ………. 29

2.3.1. Pengertian Minat Beli ……….. 29

2.3.2. Indikator Minat Beli ……….………... 29

2.3.3. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Konsumen 30

2.3.4. Pengaruh Iklan Humor Terhadap Minat Beli Konsumen ...…. 30

2.4.

Kerangka Konseptual ………... 32

2.5.

Hipotesis ……….. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 34

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 34

3.1.1. Celebrity Endorser…………..……… 34

3.1.2. Iklan Humor ……….……….. 36

3.1.3 Minat Beli …………...……… 37

3.2.

Skala Pemgukuran Variabel………. 38

3.3. Teknik Penentuan Sampel ……… 39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 41

3.4.1. Jenis Data ……… 41

3.4.2. Sumber Data ……… 41

3.4.3. Pengumpulan Data ……….. 41


(6)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ….……… 42

3.5.1. Teknik Analisis SEM ………. 42

3.5.2. Asumsi Model (Struktur Equation Model) ………. 44

3.5.3. Pengujian Hipotesis Kausalitas ………...… 46

3.5.4. Pengujian Model dengan One Step Approach ……… 46

3.5.5. Pengujian Model dengan One Step Approach-Modification... 47

3.5.6. Evaluasi Model ……… 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 52

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ..……… 52

4.1.1. Sejarah Singkat Yamaha Motor Indonesia ……… 52

4.1.2 Analisis Karakteristik Responden ….………... 54

4.1.3. Deskripsi Kredibilitas …………..………. 56

4.1.4. Deskripsi Kecocokan dengan Khalayak ……… 57

4.1.5. Deskripsi Kecocokan dengan Merek ……… 58

4.1.6. Deskripsi Daya Tarik ……… 59

4.1.7. Deskripsi Surprise …………...………. 60

4.1.8. Deskripsi Easy of Incongruity Resolution ……… 61

4.1.9. Deskripsi Warmth ………..……….. 62

4.1.10. Deskripsi Minat Beli ……….……… 63

4.2. Analisis Data ………. 64

4.2.1. Evaluasi Outlier ………. 64

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ……… 65

4.2.3. Evaluasi Validitas ……… 67

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted …….. 68

4.2.5. Evaluasi Normalitas ……… 69


(7)

vi

4.2.6. Analisis Model One-Step Approach to SEM ………. 70

4.2.7. Uji Kausalitas ……….. 73

4.2.8. Analisis Undimensi First Order………..…………. 74

4.2.9. Analisis Undimensi Second Order ………. 74

4.3. Pembahasan ……… 75

4.3.1. Pembentuk Variabel Laten ... 75

4.3.2.

Pembahasan Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli ……... 81

4.3.3. Pembahasan Iklan Humor Terhadap Minat Beli ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 83

5.1. Kesimpulan ………. 83

5.2. Saran ……… 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

Tabel 1.1. Data Penjualan Sepeda Motor Bulan Januari-Juli tahun 2009 ...… 5

Tabel 2.1. Data Penjualan Jupiter MX Tujuh Bulan Pertama Tahun

2009………. 6

Tabel 3.1. Goodness fit index ………. 51

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 54

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...……… 54

Tabel 4.3 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 55

Tabel 4.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ……… 56

Tabel 4.5. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kredibilitas …….. 56

Tabel 4.6. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kecocokan dengan

Khalayak ...….……….. 57

Tabel 4.7. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kecocokan dengan

Merek ………... 58

Tabel 4.8. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Daya Tarik ..…….. 59

Tabel 4.9. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Surprise ………….. 60

Tabel 4.10. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Easy of Incongruity

Resolution ………..…...…... 61

Tabel 4.11. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Warmth ... 62

Tabel 4.12. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Minat Beli …..….… 63

Tabel 4.13. Outlier Data ………..……… 65

Tabel 4.14. Reliabilitas data ……… 66

Tabel 4.15. Validitas data ………...………. 67

Tabel 4.16. Construct reliability dan Variance extracted ………..….. 68


(9)

Tabel 4.19. Evaluasi criteria Goodness of fit indices Model One-Step

Approach-Modifikasi ……… 72

Tabel 4.20. Hasil uji kausalitas ………...……….. 73

Tabel 4.21. Undimensi First Order ………... 74

Tabel 4.22. Undimensi Second Order... 74

Tabel 4.23. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ………...……….. 75

Tabel 4.24. Frekuensi dan Faktor Loading Kredibilitas ………... 75

Tabel 4.25. Frekuensi dan Faktor Loading Kecocokan dengan Khalayak ….... 76

Tabel 4.26. Frekuensi dan Faktor Loading Kecocokan dengan Merek …... 77

Tabel 4.27. Frekuensi dan Faktor Loading Daya Tarik ………….………... 77

Tabel 4.28. Frekuensi dan Faktor Loading Surprise ……….……... 78

Tabel 4.29. Frekuensi dan Faktor Loading Easy of Incongruity Resolution .... 79

Tabel 4.30. Frekuensi dan Faktor Loading Warmth ………..………... 79

Tabel 4.31. Frekuensi dan Faktor Loading Minat Beli ………..…... 80


(10)

Gambar 1.1. Konsep Inti Pemasaran………... 13

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ……… 32

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural One Step Approach –

Base Model ………... 71

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural One Step Approach-

Modifikasi ……….. 72


(11)

x

LAMPIRAN 1. Kuisioner


(12)

Oleh :

RIZA IKHTIA SARI

ABSTRAKSI

Perkembangan perekonomian saat ini telah tumbuh dengan pesat. Dalam

bidang ekonomi, pemasaran menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam suatu

usaha. Lewat strategi periklanan dalam hal ini PT. Yamaha Kencana Motor

Indonesia selaku produsen produk Jupiter MX ingin mengkomunikasikan

produknya melalui strategi periklanan dengan memilih artis Komeng sebagai

celebrity endorser dan dengan iklan yang bertema humor untuk menarik perhatian

konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Celebrity

Endorser dan Iklan Humor terhadap Minat Beli Yamaha Jupiter MX. Ada dua

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Diduga celebrity endorser

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. 2. Diduga iklan humor

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu Celebrity Endorser

(X1), Iklan Humor (X2) dan satu variabel terikat yaitu Minat Beli (Y). Dalam

penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari

menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan

Yamaha Jupiter MX versi jembatan ambruk, sesuai dengan sampel semua

konsumen Yamaha yang melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX versi

jembatan ambruk di wilayah rungkut Surabaya timur, jumlah responden sebanyak

102 orang. Teknik pengukuran variabel menggunakan skala interval, dengan

memakai metode perbedaan semantic (semantic differentials scale). Model yang

digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural

Equation Modeling (SEM)

Dari hasil uji kausalitas didapatkan hasil bahwa faktor celebrity endorser

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen, dan faktor iklan humor

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.

Kata Kunci : Celebrity Endorser, Iklan Humor, dan Minat Beli Konsumen


(13)

1

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin pesat telah mengalami begitu banyak perubahan, sehingga saat ini semakin disadari bahwa pemasaran tidak hanya usaha menjual produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara agresif tetapi lebih dari itu, perusahaan harus memberikan perhatian lebih untuk menciptakan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang berhasil memuaskan pelanggannya, sehingga tercipta loyalitas terhadap produk yang ditawarkan serta merupakan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Tetapi tentu saja hal tersebut tidak mudah dilakukan mengingat persaingan yang semakin ketat antara para produsen untuk merebut dan menguasai pasar. Dengan adanya persaingan tersebut, perusahaan harus menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan efektif mulai dari mencari produk apa yang menjadi kebutuhan konsumen sampai setelah produk itu terjual. Menyadari akan hal tersebut, jelas bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya bermula dari perkembangan serta mendapatkan laba dan dapat memperkuat posisi dalam menghadapi perusahaan pesaing.

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memasarkan produk yang mereka hasilkan adalah dengan melakukan


(14)

kegiatan periklanan, selain menyediakan informasi mengenai produk juga berfungsi untuk mempersuasi potential buyer atas produk yang ditawarkan. Secara sederhana pengertian periklanan dapat diidentifikasikan sebagai berikut : “Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, dan jasa.” (Kotler, Armstrong, 2001:153) dan menurut Institut praktisi Periklanan inggris mendefinisikan istilah tersebut sebagai berikut :“Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya.”(Jefkins, 1995:5). Dengan adanya iklan diharapkan konsumen tertarik terhadap suatu produk atau jasa untuk mengadakan pembelian terhadap produk atau jasa yang baru atau mengadakan pembelian ulang untuk produk atau jasa yang telah dikenal. Adapun beberapa media iklan yang digunakan : media radio, televisi, majalah, surat kabar dan lain-lain. Salah satu media elektronik yang efektif adalah televisi. Media televisi saat ini menarik perhatian perusahaan untuk mengiklankan produknya karena mampu menjangkau wilayah secara nasional. Agar sebuah iklan dapat efektif perlu dirancang sedemikian rupa dan dilakukan melalui media yang tepat agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima serta dimengerti dan menjangkau pelanggan sasaran. Dibutuhkan suatu pendekatan pada deferensiasi periklanan dan salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan celebrity endorser.


(15)

Selebriti dipandang sebagai individu yang digemari oleh masyarakat dan memiliki keunggulan atraktif yang membedakannya dari individu lain, sehingga terkadang hanya sekedar kharisma hingga perkataan yang diucapkan seorang selebriti mampu mempengaruhi seseorang untuk berhenti dan mengarahkan perhatian kepadanya. “Menurut definisi, selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung” (Shimp, 2003:460). Penggunaan selebriti sebagai endorser atau pendukung dalam kegiatan promosi sudah berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, dengan menggunakan selebriti sebagai endorser dipercaya dapat mempengaruhi minat beli konsumen yang kemudian dapat mendongkrak penjualan produk.

Menurut Ohanian (1991), mengemukakan bahwa hanya selebriti yang dipersepsikan dengan keahlian dibidangnya, yang secara signifikan mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk. Sedangkan menurut O'Mahony dan Meenaghan (1998) dalam Sukmawati dan Suyono (2005), mengemukakan bahwa karakteristik selebriti sebagai endorser produk berpengaruh besar pada minat beli konsumen.

Perlu adanya ide kreatif agar dapat membuat suatu iklan yang tepat. Adapun para peneliti menemukan bahwa unsur humor yang sukses sebagai alat komunikasi dalam periklanan di Amerika juga dapat sukses di negara lain. Karena humor bersifat universal itu sebabnya perlu bagi


(16)

pemasar internasional untuk dapat mempelajari aspek-aspek komunikasi humor yang dapat di terima secara global, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Menurut Shimp (2003:471) para pengiklan beralih menggunakan humor dengan harapan akan bisa mencapai berbagai tujuan komunikasi untuk memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen tentang penyataan-pernyataan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan reliabilitas dan pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan tindakan pembelian oleh pelanggan. Sedangkan menurut Sutisna (2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah iklan yang menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh mood yang positif sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik akan lebih besar, dan sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Penelitian ini mengambil iklan pada media televisi yang cukup populer yaitu iklan humor “Jupiter MX” dengan menggunakan selebriti endorser “komeng” versi “Jembatan Ambruk”. Yamaha Jupiter MX merupakan motor bebek berkapasitas mesin paling besar diantara motor bebek lainnya yaitu 135 cc dengan berbahan bakar irit serta kelebihan pada kecepatan, akselerasi, dan handling. Yamaha Jupiter MX ditujukan pada segmen pria karena kapasitas mesin yang dimilikinya, dengan harga Rp. 15.630.000 serta kepada mereka usia dewasa tetapi berjiwa muda, mulai dari usia 25 tahun sampai 40 tahun dikarenakan usia tersebut merupakan usia produktif untuk membeli kendaraan bermotor. Dalam


(17)

iklan Yamaha Jupiter MX ini menampilkan komeng sebagai celebrity endorser yang menggambarkan sifat yang humoris. Terdapat banyak versi dalam iklan Yamaha Jupiter MX, dalam penelitian kali ini diambil versi “Jembatan Ambruk” dimana tampil si Komeng yang mengendarai Jupiter MX menerobos ditengah-tengah acara desa cibebek, seperti biasa, karena kecepatannya, beberapa bangunan di desa cibebek termasuk jembatan dan menara air, jadi ambruk, baju si komeng juga sobek tercabik-cabik. Maksud dari iklan versi “Jembatan Ambruk’ tersebut adalah kecepatan Yamaha Jupiter MX dan alur cerita yang lucu disertai dengan aksi humor. Idenya menarik dan dapat menghibur serta menarik perhatian konsumen yang melihat tayangan iklan tersebut dikarenakan mengundang tawa sehingga konsumen dapat dengan mudah mengingat iklan tersebut. Dengan adanya iklan tersebut diharapkan dapat mendongkrak penjualan tetapi pada tahun 2009 Yamaha belum mampu mengalahkan pesaing utamanya, seperti yang terlihat dibawah ini :

Tabel 1.1 : Tabel data penjualan sepeda motor bulan Januari-Juli

tahun 2009

Merek Total Penjualan Presentase

Honda 1.698.558 45.74%

Yamaha 1.683.778 45.34%

Suzuki 293.440 7.9%

Kawasaki 37.021 1.02 %

Data : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Sumber : www.dark-blood-896.blogspot.com


(18)

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya dua perusahaan yang bersaing secara signifikan di tahun 2009. Yamaha yang menjual produknya sebesar 1.683.778 atau sekitar 45.34% mengalami penurunan penjualan terutama jenis Jupiter MX.

Penurunan penjualan Yamaha khususnya Jupiter MX diduga oleh celebrity endorser dan humor yang terdapat dalam iklan tersebut, sehingga Yamaha sangat meyakini bahwa perlu adanya pembenahan pada celebrity endorser dan humor yang terdapat dalam iklan agar dapat meningkatkan penjualan produk. Hal tersebut dibuktikan dengan data penjualan dibawah ini :

Tabel 1.2 : Tabel data penjualan Yamaha Jupiter MX selama tujuh

bulan pertama tahun 2009

Data : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Sumber : www.detikOto.com

Berdasarkan uraian diatas, menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang celebrity endorser dan iklan humor mempengaruhi

Bulan Total Penjualan

Januari 18.726 unit

Februari 17.323 unit

Maret 17.754 unit

April 15.368 unit

Mei 18.814 unit

Juni 16.251 unit


(19)

minat beli konsumen. Sehingga penelitian ini mengambil judul “Analisis

Pengaruh Celebrity Endorser dan Iklan Humor Yamaha Jupiter MX Versi Jembatan Ambruk terhadap Minat Beli Konsumen di Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah :

1. Apakah Celebrity Endorser pada iklan Yamaha Jupiter MX berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Surabaya?

2. Apakah iklan humor Yamaha Jupiter MX berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Celebrity Endorser terhadap minat beli konsumen di Surabaya

2. Untuk menganalisis pengaruh iklan humor Yamaha Jupiter MX terhadap minat beli konsumen di Surabaya


(20)

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan di bidang pemasaran dan sebagai salah satu bekal selain teori yang di dapat selama perkuliahan pada penerapannya di dunia riil.

b. Bagi Peneliti Mendatang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca kajian ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan bidang pemasaran.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan celebrity endorser, iklan humor, dan minat beli konsumen adalah sebagai berikut :

a. “Analisis Pengaruh Karakteristik Bintang Idola Iklan (Celebrity Endorser) Terhadap Minat Beli Konsumen Sebuah Merek Multivitamin” (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret) yang diteliti oleh Andriastika Sukmawati dan Joko Suyono dalam jurnal Fokus Manajerial Vol.3 No.1 Tahun 2005. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil pengujian secara parsial, thitung menunjukkan bahwa karakteristik bintang idola iklan yang paling dominan pengaruhnya terhadap minat beli konsumen multivitamin adalah attraction yaitu sebesar 9,853 dan dari hasil uji Ftabel adalah 2,46 jadi dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Visibility, Credibility, Attraction, dan Power berpengaruh secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen multivitamin yang dibintangi oleh seseorang bintang iklan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Andriastika Sukmawati dan Joko Suyono dengan penelitian ini adalah obyek penelitian dan analisis yang digunakan. Penelitian oleh Andriastika Sukmawati dan Joko


(22)

Suyono menggunakan analisis regresi berganda sedangkan penelitiaan saat ini menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM). b. “Pengaruh Iklan Humor di Televisi terhadap Brand Image Produk”

yang diteliti oleh Edi Sukamto dalam jurnal Manajemen dan Bisnis Vol.6 No.1 Tahun 2008. Latar belakang dari penelitian ini adalah penggunaan promosi yang menuntut perusahaan untuk kreatif yang salah satunya adalah periklanan, penggunaan emotional appeals semakin marak, hal ini dapat dilihat pada iklan-iklan dalam berbagai media. Humor merupakan salah satu emotional appeals yang paling sering digunakan dalam iklan. Populasi dalam penelitian ini adalah individu-individu yang telah melihat tayangan iklan humor diwilayah Sidoarjo kota. Pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling, dengan banyaknya responden sebanyak 100 responden dan model yang digunakan dalam menganalisis data yaitu analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian yang dilakukan Edi Sukamto dengan penelitian ini adalah teknik analisis yang digunakan adalah analisis structural equation models (SEM) dan variabel dependen yang digunakan adalah minat beli konsumen, sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.


(23)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Pemasaran

Saat ini dunia usaha mengalami perkembangan dan persaingan yang ketat, oleh sebab itu peranan pemasaran sangatlah penting. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh para pengusaha dalam menjalankan usahanya, agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Adapun beberapa defenisi dari pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu :

Menurut Kotler dan Armstrong (2001:7) definisi dari pemasaran adalah : “Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.”

Sedangkan defenisi pemasaran menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2001:6) “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi, dan ditribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.”

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu interaksi yang berusaha menciptakan hubungan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maupun produsen.


(24)

2.2.2 Manajemen Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan inti dari tiap perusahaan sehingga perlu adanya pengelolaan dan koordinasi secara baik serta professional, oleh sebab itu diperlukan manajemen pemasaran. Kotler, menyatakan pengertian manajemen pemasaran sebagai berikut :

“Manajemen Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.” (Kotler dan Armstrong, 2001:18)

Sedangkan menurut Ben M. Enis yang dikutip oleh Alma (2004 : 130) manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.

Dari definisi tersebut mengandung arti bahwa manajemen pemasaran sebagai suatu proses yang meningkatkan efisiensi pengeluaran atau biaya yang digunakan bertujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat.

2.2.3 Pengertian Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (2001:23) konsep pemasaran adalah falsafah manajemen pemasaran mengatakan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran


(25)

(target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.

Gambar 1.1 Konsep Inti Pemasaran

a. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Kebutuhan adalah suatu pernyataan dari perasaan kekurangan.

Keinginan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang.

Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli. (Kotler dan Armstrong, 2001:8).

b. Produk dan Jasa

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Jasa adalah segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh suatu kelompok kepada yang lainnya, yang pada dasarnya tidak nyata dan tidak berakibat pada kepemilikan apapun. (Kotler dan Armstrong, 2001:11).

Produk, Jasa Kebutuhan,

keinginginan, permintaan

Nilai, Kepuasan,

Mutu

Pasar Pertukaran,

transaksi, hubungan


(26)

c. Nilai, Kepuasan, dan Mutu

Nilai adalah selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu produk dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. (Kotler dan Armstrong, 2001:12). Kepuasan adalah suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja produk sesuai dengan harapan pembeli. (Kotler dan Armstrong, 2001:13). Mutu menurut The American Society For Quality Control (Lembaga pengendalian mutu di AS) mendefinisikan mutu sebagai sifat dan karakteristik total dari sebuah produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya memuaskan kebutuhan pelanggan. (Kotler dan Armstrong, 2001:13).

d. Pertukaran, Transaksi, dan Hubungan

Pertukaran adalah suatu tindakan untuk memperoleh obyek yang diharapkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai penggantinya. (Kotler dan Armstrong, 2001:13).

Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak yang melibatkan: paling sedikit dua bentuk nilai, persetujuan mengenai kondisi, persetujuan mengenai waktu, persetujuan mengenai tempat. (Kotler dan Armstrong, 2001:14).

Hubungan pemasaran adalah proses menciptakan, memelihara, dan meningkatkan hubungan timbal balik dengan pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan. (Kotler dan Armstrong, 2001:15).


(27)

e. Pasar

Pasar adalah seperangkat pembeli aktual dan potensial dari sebuah produk. (Kotler dan Armstrong, 2001:15).

2.2.4 Iklan

2.2.4.1 Pengertian Iklan

Institut periklanan inggris mendefinisikan istilah tersebut sebagai berikut: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. (Jefkins, 1995:5).

Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2001:153). Periklanan adalah “Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan persentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa”.

Jadi, iklan sebagai salah satu bagian dari komunikasi pemasaran, merupakan suatu bentuk komunikasi massa dan dibiayai oleh sponsor, dalam hal ini perusahaan produsen barang atau jasa, yang di dalamnya menyediakan informasi mengenai produk atau jasa yang dihasilkan, bersifat persuasif sehingga membangkitkan minat beli dari target audience


(28)

2.2.4.2 Fungsi Periklanan

Fungsi Periklanan adalah sebagai berikut (Shimp, 2003:357) 1. Informing (Memberi Informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per kontak yang relative rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek yang telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA – top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang. Periklanan menampilkan peran informasi bernilai lainnya, baik untuk merek yang diiklankan maupun konsumennya, dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek-merek yang telah ada.

2. Persuading (Mempersuasi)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang, persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.


(29)

3. Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. Periklanan, lebih jauh, didemonstrasikan untuk mempengaruhi pengalihan merek (brand switching) dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung atribut-atribut yang menguntungkan.

4. Adding Value (Memberikan Nilai Tambah)

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan lebih unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting (Bantuan untuk Upaya Lain Perusahaan)

Pada saat-saat lainnya, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari periklanan, adalah membantu perwakilan penjualan. Iklan mengawali


(30)

proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan (klaim) oleh perwakilan penjualan menjadi lebih kredibel (lebih dapat dipercaya). Periklanan juga meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya, dan selain itu periklanan juga bisa meningkatkan efektivitas dari transaksi harga. Jadi dapat dikatakan bahwa periklanan mempunyai fungsi bisnis yang teramat penting bagi perusahaan, sebagai suatu bentuk komunikasi yang efektif dalam memberikan informasi dan memepengaruhi benak konsumen sehingga melakukan pembelian atas produk yang ditawarkan.

2.2.4.3 Tujuan Periklanan

Menurut Shimp (2003:365).Tujuan-tujuan periklanan (advertising objectives) adalah tujuan-tujuan yang diupayakan untuk dicapai oleh periklanan. Penyusunan tujuan periklanan yang baik merupakan tugas yang paling sulit dari manajeman periklanan, namun tujuan-tujuan tersebut menjadi fondasi bagi seluruh keputusan periklanan yang ditetapkan. Terdapat tiga alasan utama mengapa sedemikian esensialnya untuk menyusun tujuan-tujuan periklanan terlebih dahulu sebelum membuat keputusan yang berhubungan dengan seleksi pesan dan penetapan media, yang merupakan jiwa dari program periklanan


(31)

a. Tujuan-tujuan periklanan merupakan ekspresi dari konsensus manajemen. Proses penyusunan tujuan benar-benar memaksa personil puncak dibidang pemasaran dan periklanan untuk menyepakati bahwa periklanan suatu merek akan dilakukan sesuai periode yang direncanakan sebagaimana tuga-tugas yang harus dicapainya untuk suatu merek yang spesifik.

b. Penyusunan tujuan memandu aspek-aspek penganggaran, pesan, dan media dari strategi periklanan suatu merek. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan itu menentukan berapa banyak uang yang harus dihabiskan serta memberikan panduan bagi jenis-jenis strategi pesan dan pilihan media yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran merek.

c. Tujuan-tujuan periklanan menyadiakan standar-standar sehingga hasil-hasil periklanan dapat diukur. Sebagaimana akan dijelaskan kemudian, tujuan-tujuan yang baik menetapkan, standar perbandingan yang bersifat kuantitatif dan pasti terhadap apa yang diharapkan yang hendak dicapai oleh suatu iklan. Hasil-hasil berikutnya kemudian bisa dibandingkan dengan standar-standar tersebut untuk menentukan apakah periklanan sudah mencapai tujuan.

2.2.4.4 Media Periklanan

Iklan sebagai suatu bentuk promosi yang bertujuan memberikan informasi harus dikembangkan melalui media dari sponsor kepada seluruh


(32)

masyarakat, sebagai bentuk dari komunikasi massa, periklanan yang dilakukan oleh sponsor tersebut juga bersifat massa sehingga menggunakan media massa seperti radio, televisi, surat kabar, papan nama, majalah dan sebagainya. Menurut Tjiptono (1997:271) Media adalah sarana komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan dan menyebarluaskan pesan-pesan iklan, antara lain radio, televisi, bioskop, surat kabar, majalah, papan iklan, pos langsung, petunjuk penjualan, selebaran, pengantar penawaran, dan alat peraga.

2.2.5 Iklan Televisi

Menurut Shimp (2003:529) Televisi secara praktis ada dimana-mana, di Amerika Serikat dan di seluruh bagian dunia industri. Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan (clutter) dalam persaingan.

2.2.5.1 Kekuatan Televisi

Periklanan di televisi mempunyai sejumlah kekuatan (Shimp, 2003:535) : a. Mendemonstrasikan penggunaan produk

Tidak ada media lain yang dapat menjangkau konsumen secara serempak melalui indera pendengaran dan penglihatan.

b. Muncul tanpa diharapkan

Iklan televisi menggunakan indra seseorang dan menarik perhatiannya bahkan pada saat orang tersebut tidak menonton iklan.


(33)

c. Memberikan hiburan dan menghasilkan kesenangan

Produk-produk yang diiklankan dapat dihidupkan atau ditampilkan lebih besar dari aslinya. Produk-produk yang diiklankan ditelevisi dapat didramatisir dan ditayangkan lebih menggairahkan dan kurang lazim dari keadaan sesungguhnya.

d. Menjangkau para konsumen satu persatu

Pada saat seorang pembicara atau pendukung (endorser) mendukung keunggulan suatu produk tertentu. Seperti presentasi penjualan perorangan, interaksi antara pembicara dan konsumen, terjadi pada tingkat perorangan.

e. Dapat menggunakan humor

Sebagai strategi periklanan yang efektif, banyak iklan-iklan yang paling diingat adalah iklan yang menggunakan format humor.

f. Efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan perdagangan.

Para penjual akan lebih mudah untuk menjual merek-merek baru atau yang telah ada kepasar bila kampanye periklanan utama telah disusun. g. Kemampuan untuk mencapai dampak yang diinginkan

Dampak adalah mutu/media periklanan yang mengaktifkan kesadaran konsumen dan ”mengaktifkan ingatannya untuk menerima pesan penjualan.”


(34)

2.2.6 Humor dan Periklanan Humor

Di dalam kamus modern Bahasa Indonesia, Humor di definisikan sebagai ”kualitas dan kemampuan menggelikan atau sebagai keadaan pikiran, sikap, suasana hati dan semangat”. Humor kemudian mengalir mengakibatkan karakteristik dasar ekspresi individu, emosi dan semangat. Anton prawironegoro (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, 2005:276)

Menurut Shimp (humor dalam periklanan, 2006.

www.erlangga.com) Humor adalah bahasa universal, sedangkan dalam

wikipedia indonesia humor diartikan sebuah cerita pendek yang menceritakan suatu kejadian yang lucu dengan harapan dapat membuat pembacanya tertawa. Kelucuan sebuah humor dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kelakuan para pelaku, kejadian yang umum akan tetapi diplesetkan, kritik terhadap keadaan, kebodohan, kesalahpengertian, benturan antar budaya dan hal-hal lain. (www.wikibook.com).

Humor adalah State. Humor adalah kemampuan yang diduga hanya dikembangkan oleh Manusia. Humor melibatkan aktifitas fisik, emosi, dan terlebih adalah pemikiran. Humor menggunakan pemikiran lateral yang juga digunakan dalam pembuatan karya-karya kreatif dan pengalaman para penemu. Humor punya silogisme tersendiri. Dalam humor ada ketimpangan, ada kesenjangan, ada loncatan, ada kekurangan, ada kontradiksi, ada kekagetan, ada keterkejutan, ada wawasan, ada kesadaran baru, dan hal yang penting ada riang (www.NLP.com)


(35)

2.2.6.1 Keuntungan Humor dalam Periklanan

Menurut Weinberger dan Gulas (1992), keuntungan humor dalam periklanan adalah:

1. Humor attracts attention

Humor dalam periklanan, biasa dipakai untuk menarik perhatian pemirsa atau penonton.

2. Humor does not harm comprehension

Humor tidak memiliki efek negative apabila digunakan di dalam periklanan. Bahkan, humor dapat mempermudah dalam memberikan pemahaman dari iklan.

3. Humor enhances liking

Humor dapat meningkatkan mood positif. Suasana hati sangat berpengaruh dalam penerimaan dari tujuan periklanan.

4. Related humor is superior to unrelated humor

Iklan yang menggunakan humor lebih unggul bila dibandingkan dengan iklan yang tidak menggunakan humor

5. The nature of the product affects the appropriateness of a humor treatment

Penggunaan humor dalam periklanan dapat menunjukan iklan yang dimaksud terlihat lebih alami.

2.2.6.2 Iklan Humor

Iklan Humor didefinisikan berbeda di berbagai negara, yang sampai sekarang masih hangat diperbincangkan oleh praktisi periklanan.


(36)

Selain perbedaan demografis dalam daya respons terhadap humor, bukti riset juga menunjukkan bahwa iklan yang bersifat humor hanya bila evaluasi konsumen terhadap merek yang diiklankan sudah positif. Bila evaluasi terdahulu adalah negatrif terhadap merek yang diiklankan, iklan yang bersifat humor akan kurang efektif dibandingkan iklan non humor. Hasil temuan ini mempunyai pengimbang di dalam hubungan antarpribadi: Bila kita menyukai seseorang, Anda akan cenderung untuk menganggap humornya lucu, daripada bila Anda tidak menyukai orang tersebut. Namun Sutisna (2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah iklan yang menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh mood positif, sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik akan lebih besar dan sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Menurut Speck (1991). Berdasarkan sejumlah penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan humor pada iklan membuktikan bahwasanya penggunaan humor sangat berpengaruh secara dramatis dalam proses evaluasi konsumen terhadap konten-konten humor.

Menurut Alden, Mukherjee, dan Hoyer (2000) humor yang dirasakan oleh konsumen (perceived humor) dalam iklan meliputi:

1. Surprise (kejutan)

Surprise merupakan suatu perasaan yang timbul disebabkan oleh adanya suatu keadaan yang terjadi secara tiba-tiba atau diluar dugaan (Homby, 1995). Indikatornya :


(37)

a. Perubahan Psikologis secara spesifik adalah perubahan sikap secara tiba-tiba yang membuat konsumen terkejut

b. Pola perilaku adalah ekspresi seseorang yang timbul diluar dugaan. 2. Ease of incongruity resolution (kemudahan dalam memahami

pemecahan yang ganjil)

Keganjilan-keganjilan dalam iklan tidak jarang menimbulkan kerumitan tersendiri bagi penonton, sehingga humor pada iklan yang semula bertujuan untuk mendapatkan perhatian penonton menjadi tersamar dan justru menyerang balik perusahaan dengan citra yang negatif (Weinberger dan Gulas, 1992). Indikatornya : a. Iklan mudah dimengerti.

b. Setelah melihat iklan membuat konsumen berkeinginan untuk membeli.

3. Warmth (kehangatan)

Menurut Homby (1995), warmth adalah suatu perasaan (feelings) yang menunjukkan afeksi atau sikap bersahabat atas suatu kondisi. Penelitian yang dilakukan oleh Edell dan Burke (1987) menemukan bahwasanya feelings of warmth yang secara berkala ditimbulkan oleh iklan, dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap ad liking, brand beliefs, brand attitudes, dan purchase likelihood. Indikatornya :

a. Tayangan iklan dapat melibatkan emosi penonton. b. Tayangan iklan menarik.


(38)

2.2.7 Celebrity Endorser

2.2.7.1 Pengertian Celebrity Endorser

“Menurut definisi, selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung.” (Shimp, 2003:460)

Penggunaan selebriti sebagai endorser (pendukung) dalam iklan suatu produk dipercaya dapat mendongkrak penjualan. Pasalnya, selain meningkatan brand awareness, sang selebriti juga sekaligus mewakili kepribadian merek yang mereka bawakan dan diharapkan dapat mendekati target konsumen dengan baik Menurut Shimp (2003:457), asosiasi berulang dari suatu merek dengan seorang selebriti akhirnya membuat konsumen berpikir bahwa mereka tersebut memiliki sifat-sifat menarik yang serupa dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh si selebriti. Lebih umum lagi, para konsumen mungkin menyukai merek hanya karena mereka menyukai selebriti yang mendukung produk tersebut. Pada saat ini sudah banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan selebriti dalam menyampaikan pesan-pesan iklan dari produk yang mereka hasilkan. Mulai dari bintang televisi, aktor film, para atlet terkenal dan lain sebagainya digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, radio dan iklan di televisi untuk mendukung produk. Iklan haruslah menampilkan sesuatu yang mudah di ingat, dan salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan selebriti, yang selanjutnya dapat meningkatkan penjualan.


(39)

Meskipun begitu besar pengaruh dari penggunaan selebriti sebagai endorser suatu produk, tetapi tidak semua dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diperhatikan berbagai aspek dalam penentuan selebriti sebagai endorser.

2.2.7.2 Public Figure sebagai Endorser

Menurut Shimp (2003:460), para public figure digunakan secara luas didalam iklan-iklan di majalah, di radio, dan di televisi sebagai product endorser. Para public figure banyak diminta sebagai juru bicara produk. Kemungkinan, sebagai 1/4 dari semua iklan menggunakan dukungan public figure.

Para pengiklan dan biro-biro iklan bersedia membayar harga yang tinggi kepada kaum public figure tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang menjadi sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukung.

Menurut Shimp (2003:464) ada beberapa dimensi yang dipertimbangkan dalam menyeleksi public figure sebagai endorser, yaitu :

1. Kredibilitas

Kemampuan dan prestasi seseorang yang dapat dipercaya untuk meyakinkan orang lain. Memiliki kesan yang positif di mata masyarakat juga harus ada. Indikatornya :

a. Keahlian adalah kemampuan selebriti dalam menarik simpati penonton.


(40)

b. Ketrampilan adalah tingkat kreativitas bintang iklan tersebut dalam membintangi suatu iklan.

2. Kecocokan dengan khalayak

Penampilan yang disukai oleh khalayak. Indikatornya :

a. Berjiwa muda adalah semangat yang dimiliki bintang iklan yang seperti anak muda.

b. Humoris adalah sikap dari bintang iklan yang suka bercanda dalam iklan tersebut.

3. Kecocokan dengan merek

Seseorang yang mempunyai citra, nilai dan perilaku yang sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan. Indikatornya :

a. Gaul adalah mengikuti perkembangan mode dan bahasa dalam membintangi suatu iklan.

b. Enak dilihat adalah proporsi penampilan dan kostum yang sesuai dalam iklan tersebut.

4. Daya tarik

Sesuatu yang menonjol dari seseorang yang disukai oleh orang lain yang meliputi sikap dan fisik. Indikatornya :

a. Menjadi inspirasi konsumen yang membeli produk, hal tersebut dikarenakan setelah konsumen melihat iklan tersebut.


(41)

2.3 Minat Beli

2.3.1 Pengertian Minat Beli

Menurut Howard (1994:41), ” Intention to buy is defined as a mental state that reflects the buyer’s plan to buy some specified number of unit a particular brand in some specified time period.” Minat untuk membeli didefinisikan sebagai keadaan mental yang merefleksikan rencana pembeli untuk membeli suatu jumlah merek tertentu pada waktu tertentu. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian.

2.3.2 Indikator Minat Beli

Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk menarik konsumen. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus stimulasi yang menarik perhatian konsumen. Menurut Ferdinand (2006:242) indikator dari minat beli konsumen yaitu:

1. Intensitas pencarian informasi

Seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk 2. Keinginan segera membeli

Seseorang yang berkeinginan segera membeli atau memiliki suatu produk yang diinginkan.

3. Keinginan Preferensial

Produk tertentu inilah yang diinginkan seseorang bersedia mengabaikan produk lain.


(42)

2.3.3 Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Konsumen

Menurut Shimp (2003:460), Celebrity endorser dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen, maka kualitas akan meningkat dan secara tidak langsung minat para konsumen untuk membeli produk tersebut akan timbul.

Menurut Ohanian (1991), mengemukakan bahwa hanya selebriti yang dipersepsikan dengan keahlian dibidangnya, yang secara signifikan mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk.

Menurut O'Mahony dan Meenaghan (1998), mengemukakan bahwa karakteristik selebriti sebagai endorser produk berpengaruh besar pada minat beli konsumen.

Berdasarkan pengertian diatas maka celebrity endorser yang berkarakteristik serta image baik yang mengacu pada pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan mempunyai keahlian di bidangnya sehingga dapat menggugah emosi serta sikap dan perilaku konsumen untuk membeli produk yang didukungnya. Maka apabila selebriti yang digunakan sesuai dengan produk yang diiklannkan akan dapat mempengaruhi minat konsumen untuk membeli serta meningkatkan penjualan produk.

2.3.4 Pengaruh Iklan Humor Terhadap Minat Beli Konsumen

Menurut Shimp (2003:471) para pengiklan beralih menggunakan humor dengan harapan akan bisa mencapai berbagai tujuan komunikasi


(43)

untuk memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen tentang penyataan-pernyataan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan reliabilitas dan pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan tindakan pembelian oleh pelanggan. Bila dilakukan dengan benar dan pada keadaan yang tepat, humor dapat merupakan teknik periklanan yang sangat efektif. Maka iklan humor dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang diiklankan.

Menurut Sutisna (2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah iklan yang menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh mood yang positif sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik akan lebih besar, dan sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Dari pendapat yang disampaikan oleh para ahli dapat diartikan bahwa penggunaan humor dalam iklan dapat menarik perhatian konsumen serta memberikan pemahaman terhadap produk sehingga penyampaian dan penerimaan pesan dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka akan menimbulkan minat untuk membeli.


(44)

2.4 Kerangka Konseptual

Celebrity Endorser

(X1)

Iklan Humor

(X2)

Minat Beli

(Y) Kecocokan

dengan khalayak Kredibilitas

Kecocokan dengan

merek

Daya tarik

Surprise

Easy of incongruity

resolution


(45)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga celebrity endorser berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen

2. Diduga iklan humor berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran, maka variabel – variabel yang berkaitan dengan penelitian yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

3.1.1 Celebrity Endorser (X1)

Celebrity endorser adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung.

Menurut Shimp (2003:464) ada beberapa dimensi yang dipertimbangkan dalam menyeleksi public figure, dimensi-dimensi tersebut adalah :

1. Kredibilitas

Kemampuan dan prestasi seseorang yang dapat dipercaya untuk meyakinkan orang lain. Memiliki kesan yang positif di mata masyarakat juga harus ada. Indikatornya :

a. Keahlian adalah kemampuan selebriti dalam menarik simpati penonton.


(47)

b. Ketrampilan adalah tingkat kreativitas bintang iklan tersebut dalam membintangi suatu iklan.

2. Kecocokan dengan khalayak

Penampilan yang disukai oleh khalayak. Indikatornya :

a. Berjiwa muda adalah semangat yang dimiliki bintang iklan yang seperti anak muda.

b. Humoris adalah sikap dari bintang iklan yang suka bercanda dalam iklan tersebut.

3. Kecocokan dengan merek

Seseorang yang mempunyai citra, nilai dan perilaku yang sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan. Indikatornya :

a. Gaul adalah mengikuti perkembangan mode dan bahasa dalam membintangi suatu iklan.

b. Enak dilihat adalah proporsi penampilan dan kostum yang sesuai dalam iklan tersebut.

4. Daya tarik

Sesuatu yang menonjol dari seseorang yang disukai oleh orang lain yang meliputi sikap dan fisik. Indikator :

a. Menjadi inspirasi konsumen yang membeli produk, hal tersebut dikarenakan setelah konsumen melihat iklan tersebut.

b. Disukai konsumen saat menonton iklan.


(48)

3.1.2 Iklan Humor (X2)

Iklan humor adalah iklan yang menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh mood positif, sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik akan lebih besar dan sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Menurut Alden, Mukherjee, dan Hoyer (2000) dimensi humor yang dirasakan oleh konsumen (perceived humor) dalam iklan meliputi:

1. Surprise (kejutan)

Surprise merupakan suatu perasaan yang timbul disebabkan oleh adanya suatu keadaan yang terjadi secara tiba-tiba atau diluar dugaan (Homby, 1995). Indikatornya :

a. Perubahan Psikologis secara spesifik adalah perubahan sikap secara tiba-tiba yang membuat konsumen terkejut

b. Pola perilaku adalah ekspresi seseorang yang timbul diluar dugaan. 2. Ease of incongruity resolution (kemudahan dalam memahami

pemecahan yang ganjil)

Keganjilan-keganjilan dalam iklan tidak jarang menimbulkan kerumitan tersendiri bagi penonton, sehingga humor pada iklan yang semula bertujuan untuk mendapatkan perhatian penonton menjadi tersamar dan justru menyerang balik perusahaan dengan citra yang negatif (Weinberger dan Gulas, 1992). Sedangkan menurut Alden, Mukherjee, dan Hoyer (2000), ease of incongruity resolution merujuk pada suatu upaya yang diperlukan oleh seorang individu untuk


(49)

menemukan solusi atas situasi yang ganjil yang terdapat pada iklan. Indikatornya :

a. Iklan mudah dimengerti.

b. Setelah melihat iklan membuat konsumen berkeinginan untuk membeli.

3. Warmth (kehangatan)

Menurut Homby (1995), warmth adalah suatu perasaan (feelings) yang menunjukkan afeksi atau sikap bersahabat atas suatu kondisi. Penelitian yang dilakukan oleh Edell dan Burke (1987) menemukan bahwasanya feelings of warmth yang secara berkala ditimbulkan oleh iklan, dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap ad liking, brand beliefs, brand attitudes, dan purchase likelihood. Indikatornya :

a. Tayangan iklan dapat melibatkan emosi penonton. b. Tayangan iklan menarik.

3.1.3 Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan keadaan mental yang merefleksikan rencana pembeli untuk membeli suatu jumlah merek tertentu pada waktu tertentu. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian.

Minat Beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan di


(50)

upayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk menarik konsumen. Karena itu, seseorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus stimulus yang menarik perhatian konsumen. Menurut Ferdinand (2005:190) indikator minat beli konsumen yaitu :

1. Intensitas pencarian informasi

Seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk. 2. Keinginan segera membeli

Seseorang yang berkeinginan segera membeli atau memiliki suatu produk yang diinginkan.

3. Keinginan Preferensial

Produk tertentu inilah yang diinginkan, seseorang bersedia mengabaikan produk lain.

3.2 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik penyusunan skala menggunakan tujuh poin skala semantic differential. Skala perbedaan semantic merupakan metode pengukuran sikap dengan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar). Skala bipolar adalah skala yang berlawanan seperti : Baik-buruk, Cepat-lambat, dan sebagainya (Moh. Nazir 2005:344). Responden diminta untuk menilai suatu obyek atau konsep pada suatu


(51)

skala yang mempunyai dua kata ajektif yang berlawanan menurut urutan angka yaitu 1-7, misalnya:

1 7 Sangat Tidak Baik Sangat Baik

3.3 Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi dari penelitian ini adalah semua konsumen Yamaha yang telah melihat tayangan iklan Jupiter MX di wilayah Surabaya.

2. Sampel

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004:56) menjelaskan bahwa sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling (penarikan sampel tidak secara acak) yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang mempunyai ciri atau sifat sudah diketahui


(52)

sebelumnya, dimana ditentukan terlebih dahulu siapa saja yang menjadi sampel, bila dipandang sesuai maka subyek tersebut menjadi sumber data., dalam penelitian ini penyebaran kuisoner hanya kepada konsumen Yamaha yang telah melihat tayangan iklan Jupiter MX di wilayah Rungkut Surabaya Timur karena telah mewakili seluruh konsumen di Surabaya.

Pedoman pengukuran sampel menurut (Ferdinand, 2002:48) sebagai berikut:

1. 100-200 sampel untuk teknik Maximal Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 dikali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10 kali. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200. 4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2500, tehnik estimasi ADFE (Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dari konsumen Yamaha yang telah melihat iklan humor Jupiter MX di wilayah Rungkut Surabaya Timur dengan jumlah minimal 17 indikator X 6 = 102 responden.


(53)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner yang diberikan pada responden berkaitan dengan variabel penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari situs www.dark-blood-896.blogspot.com yaitu data penjualan sepeda motor bebek di Indonesia pada tahun 2009 yang mendukung dalam penelitian ini, dan www.detikOto.com yaitu data penjualan Yamaha Jupiter MX.

2.4.1. Sumber Data

Merupakan asal mula pengambilan suatu data, dalam penelitian ini data yang diambil dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2.4.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai obyek yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai variabel penelitian secara langsung terhadap pihak-pihak yang bersangkutan


(54)

dalam hal ini adalah konsumen Yamaha yang telah melihat iklan Jupiter MX

b. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi menurut pendapat pribadi sehubungan dengan masalah yang diteliti dan kemudian tiap jawaban diberikan nilai (skor). Kuesioner dilakukan di dalam area kota Surabaya, khususnya di wilayah Rungkut Surabaya Timur. Kuesioner diberikan pada konsumen Yamaha yang telah melihat iklan Jupiter MX dan bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner. c. Metode Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.

3.5 Teknis Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1 Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran faktor Kredibilitas, Kecocokan dengan khalayak, Kecocokan dengan merek, Daya tarik, Surprise (kejutan), Ease of incongruity resolution (kemudahan dalam memahami pemecahan yang ganjil), Warmth (kehangatan), Intensitas pencarian informasi, Keinginan segera membeli, Keinginan preferensial menggunakan Confirmatory Factor Analysis.


(55)

Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor Kredibilitas dilakukan sebagai berikut:

X1.1 = 1 Kredibilitas + er_1 X1.2 = 2 Kredibilitas + er_2

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor Analysis, maka model pengukuran dengan contoh Faktor Kredibilitas akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Model Pengukuran Faktor Kredibilitas

Keterangan :

X1.1.1 : Pertanyaan tentang kemampuan Celebrity Endorser dalam menarik simpati penonton.

Kredibilitas

X 1.1.1

er_2 er_1


(56)

X1.1.2 : Pertanyaan tentang kretivitas Celebrity Endorser dalam membintangi suatu iklan.

Er_1 : Error term X1j

Demikian juga dengan faktor lain Kecocokan dengan khalayak, Kecocokan dengan merek, dan faktor pendukung lainnya.

3.5.2 Asumsi Model Structural Equation Modelling a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas.

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan critical rasio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. 3.Normal Probability Plot [SPSS 10.1]

4.Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas

b. Evaluasi Atas Outlier


(57)

2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [X] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x adalah multivariate outlier. Menurut Hair (1995) dalam Ferdinand (2002:97) Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi.

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Menurut Tabachnick & Fidell (1998,p.76) dalam Ferdinand (2002:109) Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variable dan latent variable.


(58)

Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :

[ Standardize Loading]2 Construct Reliability =

[( Standardize Loading)2 + j]  [Standardize Loading2] Variance-Extracted =

[ (Standardize Loading2) + j]

Sementara j dapat di hitung dengan formula j = 1 – [Standardize Loading]. Secara umum, nilai Construct Reliability yang dapat diterima adalah > 0,7 dan Variance-Extracted > 0,5 (Ferdinand, 2002:63). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap Construct Reliability regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.5.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.5.4 Pengujian Model Dengan One Step Approach

Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak


(59)

mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Step Approach to SEM digunakan apabila model diyakini dan dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik

3.5.5. Pengujian Model dengan One Step Approach-Modification

Apabila dengan One Step Approach-Base Model tidak dapat dihasilkan evaluasi model yang baik terhadap keseluruhan criteria goodness fit of index maka akan dilanjutkan dengan One Step Approach-modification.

3.5.6 Evaluasi Model

Hair et al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor jit” dengan data Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural Equation Modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan


(60)

data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two Step Approach to Structural Equation Modelling (SEM).

Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian dan cut off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah model dapat diterima atau ditolak.

1. X2 – Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Dalam pengujiannya ini nilai X2 yang rendah yang menghasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi.

2. RMSEA-The Rood Mean Square Error of Appoximation

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasikan chi-square statistic dalam sampel yang besar nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila


(61)

model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI-Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit) nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI-Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit index ini dapat didjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,09 perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria yang diperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel.


(62)

5. CMIN / DF

The minimum sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN / DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI-Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan > 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI-Comparative Fit Index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.


(63)

Tabel 3.1: Goodness Fit Index Goodness of fit

index

Keterangan Cut-off-value X2 – Chi Square Menguji apakah

covariance yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2 atau > 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sampel besar

< 0,08

GFI Menghitung proporsi

tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda).

> 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan

terhadap DF

> 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan

model

< 2,00

TLI Pembandingan antara

model yang diuji terhadap baseline model

> 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model.

> 0,94


(64)

Dengan hormat,

Penulis memohon kesediaan anda meluangkan sedikit waktu untuk

menjawab beberapa pertanyaan guna melengkapi penulisan tugas akhir (Skripsi)

yang berjudul “Analisis pengaruh celebrity endorser dan iklan humor

Yamaha Jupiter MX versi “Jembatan Ambruk” terhadap minat beli

konsumen di Surabaya”.

Identitas Responden :

1. Umur

: a. 17-20 Tahun

c. 26-30 Tahun

b. 21-25 Tahun

d. 31 Tahun Keatas

2. Jenis Kelamin

: a. Pria

b. Wanita

3. Pekerjaan

: a. Pelajar/Mahasiswa

c. Wiraswasta

b.

Pegawai

d.

Lainya....

4. Pendapatan

: a. Kurang dari Rp. 1.000.000

b. Rp 1.000.000 – Rp. 2.000.000

c. Rp. 2.000.001 – Rp 3.000.000

d. Lebih dari Rp. 3.000.000

e.

Lainya....

Petunjuk Pengisian :

Berilah nilai pada kotak yang tersedia, untuk tiap pertanyaan yang menurut

Anda paling sesuai, yang terdiri dari rentang pilihan 1 sampai dengan 7.

Contoh :

1. Iklan Yamaha Jupiter MX di televisi sangat bagus

5

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju


(65)

konsumen.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” kreatif membintangi iklan

tersebut.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

b. Kecocokan dengan khalayak (X1.2)

1. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng”berjiwa muda.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” bersikap humoris dalam iklan

tersebut.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju


(66)

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” berpenampilan sesuai produk

yang diiklankan.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

d. Daya tarik (X1.4)

1. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” dapat menarik konsumen untuk

membeli produk yang diiklankan.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” dalam iklan tersebut digemari

konsumen.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju


(67)

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX menimbulkan ekspresi konsumen yang

diluar dugaan.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

b. Easy of incongruity resolution (X2.2)

1. Menurut saya iklan Jupiter MX mudah dimengerti.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX membuat konsumen berkeinginan untuk

membeli.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju


(68)

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX dapat menarik perhatian konsumen.

1 7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

3. Minat Beli (Y)

a. Intensitas pencarian informasi (Y1)

1. Saya akan mencari informasi tentang Jupiter MX sebelum melakukan

pembelian.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

b. Keinginan segera membeli (Y2)

1. Saya akan melakukan pembelian setelah saya mendapatkan informasi

tentang Jupiter MX.

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju

c. Keinginan preferensial (Y3)


(69)

1

7

Sangat Tidak Setuju

Sangat Setuju


(70)

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in

Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach,

Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,

Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modelling, Dalam Penelitian

Manajemen, Penerbit Fakultas Ekonomi, UNDIP, Semarang.

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Penerbit Fakultas

Ekonomi, UNDIP, Semarang.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall

International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of

Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of

Marketing. 60 (4) : 52-70.

Howard, J.A., 1994, Buyer Behavior In Marketing Strategi, Second Edition,

Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, Edisi Ketiga, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Kotler, Philip, and Amstrong, Gary, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,

Edisi kedelapan, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Kotler, Philip, and Amstrong, Gary, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 2,

Edisi kedelapan, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Lamb C.W., Hair J.F., and McDaniel C., 2001, Pemasaran, Edisi Pertama,

Penerbit SALEMBA EMPAT, Jakarta.

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on

Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of

Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen,

Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN

"Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit ALFABETA,

Bandung.

Shimp, T.A., 2003, Periklanan Promosi, Jilid 1, Edisi kelima, Penerbit

ERLANGGA, Jakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third


(71)

Sukmawati, Andriastika, dan Suyono, Joko, 2005, Analisis Pengaruh

Karakteristik Bintang Idola Iklan (Celebrity Endorser) Terhadap Minat

Beli Konsumen Sebuah Merek Multivitamin, Jurnal Fokus Manajerial,

Vol.3 No.1,

Hal 21-33

.

Sukamto, Edi, 2008, Pengaruh Iklan Humor di Televisi terhadap Brand Image

Produk, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.6 No.1, Hal 23-36

.

Situs :

www.dark-blood-896.blogspot.com

(Download

2 Februari 2010)


(1)

c. Kecocokan dengan merek (X1.3)

1. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” dalam iklan tersebut, gaya dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan zaman.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” berpenampilan sesuai produk yang diiklankan.

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

d. Daya tarik (X1.4)

1. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” dapat menarik konsumen untuk membeli produk yang diiklankan.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

2. Menurut saya Celebrity Endorser ”Komeng” dalam iklan tersebut digemari konsumen.

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju


(2)

2. Iklan Humor (X2) a. Surprise (X2.1)

1. Menurut saya iklan Jupiter MX dapat membuat konsumen terkejut.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX menimbulkan ekspresi konsumen yang diluar dugaan.

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

b. Easy of incongruity resolution (X2.2)

1. Menurut saya iklan Jupiter MX mudah dimengerti.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX membuat konsumen berkeinginan untuk membeli.

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju


(3)

c. Warmth (X2.3)

1. Menurut saya iklan Jupiter MX dapat membawa emosi penonton.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

2. Menurut saya iklan Jupiter MX dapat menarik perhatian konsumen.

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

3. Minat Beli (Y)

a. Intensitas pencarian informasi (Y1)

1. Saya akan mencari informasi tentang Jupiter MX sebelum melakukan pembelian.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju b. Keinginan segera membeli (Y2)

1. Saya akan melakukan pembelian setelah saya mendapatkan informasi tentang Jupiter MX.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju c. Keinginan preferensial (Y3)


(4)

1. Saya akan menggunakan Jupiter MX dan akan berminat untuk membelinya.

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modelling, Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit Fakultas Ekonomi, UNDIP, Semarang.

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Penerbit Fakultas Ekonomi, UNDIP, Semarang.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Howard, J.A., 1994, Buyer Behavior In Marketing Strategi, Second Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, Edisi Ketiga, Penerbit ERLANGGA, Jakarta. Kotler, Philip, and Amstrong, Gary, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,

Edisi kedelapan, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Kotler, Philip, and Amstrong, Gary, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi kedelapan, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Lamb C.W., Hair J.F., and McDaniel C., 2001, Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit SALEMBA EMPAT, Jakarta.

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Shimp, T.A., 2003, Periklanan Promosi, Jilid 1, Edisi kelima, Penerbit ERLANGGA, Jakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit ALFABETA, Bandung. Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third


(6)

Tjiptono, Fandy, 1997, Strategi Pemasaran, Edisi kedua, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Jurnal :

Sukmawati, Andriastika, dan Suyono, Joko, 2005, Analisis Pengaruh Karakteristik Bintang Idola Iklan (Celebrity Endorser) Terhadap Minat Beli Konsumen Sebuah Merek Multivitamin, Jurnal Fokus Manajerial, Vol.3 No.1, Hal 21-33.

Sukamto, Edi, 2008, Pengaruh Iklan Humor di Televisi terhadap Brand Image Produk, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.6 No.1, Hal 23-36.

Situs :

www.dark-blood-896.blogspot.com (Download 2 Februari 2010) www.detikOto.com (Download 8 Februari 2010)