Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo 2016
TEKNOLOGI
TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawal tahun kemerdekaan, ketidak mampuan menyediakan beras bagi rakyat Indonesia telah menimbulkan instabilitas politik. Pada tahun 1984, Indonesia telah mampu mencapai swasembada beras, tetapi setelah itu penyediaan beras bersumber dari produksi dalam negeri tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga penyediaan beras dari impor menjadi alternatif untuk mengurangi resistensi sosial dan politik. Namun sejak tahun 2008 sampai saat ini, penyediaan beras telah kembali mencapai swasembada. Melihat realitas tersebut, beras menjadi komoditas yang fundamental dan strategis. Untuk itu, pengelolaan perpadian (perberasan) memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di sisi lain luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat konversi lahan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena itu untuk mengimbangi kebutuhan akan beras nasional, upaya peningkatan produksi padi setiap tahunnya harus terus dilakukan. Dalam konteks tersebut diperlukan berbagai terobosan-terobosan peningkatan produksi.
Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi. Pada tahun 2016
(6)
TAHUN 2016
selain difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) juga dirancang kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dalam pelaksanaannya diharapkan mengadopsi Teknologi Tanam Jajar Legowo. Untuk itulah maka diperlukan Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi.
Buku Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi Tahun 2016 berisi kebijakan, strategi dan langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi dan
kabupaten/kota) bersama stakeholders dalam melaksanakan kegiatan
peningkatan produksi padi secara sinergis dan berkesinambungan baik pada lokasi kegiatan peningkatan provitas (intensifikasi) maupun perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dengan tetap mengadopsi teknologi tanam jajar legowo, sehingga target produksi yang telah ditetapkan dapat tercapai seiring dengan upaya mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan.
Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan penerapan teknologi tanam jajar legowo baik pada lokasi intensifikasi dan apabila memungkinkan diterapkan di lokasi ekstensifikasi. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Sasaran ……… ... 7
C. Pengertian-Pengertian ... 9
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 ... 19
A. Keragaan Produksi ... 19
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2016 ... 20
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ... 21
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 ... 23
A. Strategi Pencapaian Produksi Padi Tahun 20 ... 23
B. Upaya Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016 ... 25
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016 ... 30
A. Kriteria Calon Lokasi Budidaya Padi Provitas, Perluasan Padi Teknologi Hazton dan Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi ... 30
B. Kriteria Calon Petani Pelaksana Budidaya Padi Provitas, Perluasan Padi Teknologi Hazton dan Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi ... 34
C. Fasilitasi Bantuan Dalam Pelaksanaan Budidaya Padi Provitas, Perluasan Padi Teknologi Hazton dan Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi ... 36
(8)
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI ... 48
A. Pengorganisasian ... 48
B. Operasionalisasi ... 50
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ... 53
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 55
A. Pengendalian ... 55
B. Monitoring ... 56
C. Evaluasi ... 57
D. Pelaporan ... 58
PENUTUP ... 63
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2016 .... 66
Lampiran 2. Rekapitulasi Alokasi Kegiatan Budidaya Padi
Tahun 2016 ... 68
Lampiran 3. Alokasi Kegiatan Budidaya Padi Per Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2016 ... 69
Lampiran 4. Daftar Calon Petani dan Lokasi Penerima
Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ... 82
Lampiran 5. Contoh Surat Keputusan Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) ... 84
Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan
Pemerintah Tahun 2016 ... 87
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan
Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ... 88
Lampiran 8. Form Isian Hasil Ubinan ... 89
Lampiran 9. Jarak Tanam Jajar Legowo ... 90
Lampiran 10. Rencana Jadwal Pelaksanaan Teknologi
Tanam Jajar Legowo Tahun 2016 ... 98
Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan
(10)
Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ... 100
Lampiran 13. Blangko Laporan Bulanan Provinsi
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ... 101
Lampiran 14. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten
(11)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia
membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna
mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi.
(12)
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2016 sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai sasaran produksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya peningkatan produksi yang luar biasa.
Masih terdapatnya senjang hasil di areal yang selama ini sudah dimanfaatkan serta masih tersedianya areal pertanian dan lahan potensial yang belum termanfaatkan secara optimal seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut, lahan sementara tidak diusahakan dan lainnya, merupakan peluang bagi peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi. Potensi sumberdaya lahan ini harus dirancang dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, salah satunya melalui kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan peningkatan luas tanam (ekstensifikasi).
Berbagai upaya peningkatan produksi baik melalui kegiatan peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas tanam, telah dilaksanakan antara lain melalui Penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Upaya ini telah terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun kedepan akan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam, oleh karena itu diperlukan penyempurnaan dan atau peningkatan
(13)
kualitas baik pada tatanan perencanaan maupun operasionalisasi di lapangan.
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) bukan merupakan paket teknologi, tetapi adalah pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dalam penerapannya, PTT bersifat partisipatif, dinamis, spesifik lokasi, terpadu dan sinergis antar komponen teknologi yang diterapkan.
Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi tanam budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (Tabela), sistem tanam tanpa oleh tanah (TOT) maupun sistem tanam jajar legowo (Jarwo). Salah satu penciri pendekatan melalui PTT adalah komponen sistem tanam jajar legowo. Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut disamping dapat mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah permalai berkurang bila dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang lebar (potensial). Fakta di lapangan membuktikan bahwa penampilan
(14)
individu tanaman padi pada jarak tanam yang lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak tanam rapat antara lain : persaingan dalam penerimaan cahaya matahari, pengurasan unsur hara yang intensif, peluang berkembangnya penyakit endemik
sebagai akibat dari kondisi lingkungan mikro yang
menguntungkan perkembangan penyakit, dll.
Dengan teknologi tanam jajar legowo maka pada barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pemahaman terhadap teknologi tanam jajar legowo padi menjadi penting agar manfaat yang akan diperoleh dari penerapannya akan lebih optimal.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) melalui penerapan teknologi tanam
jajar legowo. Untuk itu, seluruh kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) diwajibkan menerapkan
teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan
(15)
menerapkan teknologi tanam jajar legowo tersebut atau
disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk mendukung
penerapan teknologi tanam jajar legowo maka akan difasilitasi bantuan benih dan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya
kepada petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH pelaksana
kegiatan. Selain itu juga difasilitasi biaya pembuatan papan nama, kegiatan ubinan, gerakan tanam dan panen, pembinaan, bimbingan, pemantauan dan evaluasi.
Melalui upaya ini maka petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahatani secara spesifik lokasi, sehingga petani mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian, wilayah di luar program (pertanaman swadaya petani) tetap dilakukan pembinaan, bimbingan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat, mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan meningkat dari tahun sebelumnya.
Dengan berbagai fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah, diharapkan pelaksanaan penerapan teknologi tanam jajar
legowo padi pada kegiatan peningkatan produktivitas
(intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam
(16)
Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi melalui kegiatan penerapan teknologi tanam jajar legowo padi pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat tercapai, maka perlu disusun Petunjuk Teknis sebagai acuan umum bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Dengan adanya petunjuk teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi padi. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan
adopsi inovasi teknologi, maka Petunjuk Teknis ini dilengkapi
oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut dapat
dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, dan selanjutnya dirinci
secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai
dengan kondisi spesifik lokasi agar lebih operasional sesuai
kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir.
Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut. Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan).
(17)
B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar legowo baik pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) padi, bagi Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam rangka
mendukung peningkatan produksi padi tahun 2016.
b. Mendorong dan meningkatkan koordinasi dan
keterpaduan pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi baik di lokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun pada lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna mempercepat penerapan teknologi tanam jajar legowo padi dalam usahataninya baik di lokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun
pada lokasi kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi).
(18)
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar legowo padi baik di lokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi), bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi tahun 2016.
b. Terkoordinasinya pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi baik di lokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi), antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq Direktorat Serealia, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani sehingga pelaksanaan penerapan teknologi tanam jajar legowo padi baik di lokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat berjalan lebih cepat dan berlanjut.
d. Meningkatnya produktivitas padi melalui penerapan teknologi tanam jajar legowo minimal 1,50 ton/ha GKG.
(19)
C. Pengertian – Pengertian
1. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi adalah pola bertanam
padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong. Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang berarti luas
dan “dowo” yang berarti panjang. Legowo juga diartikan
sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
2. Peningkatan produktivitas (intensifikasi) dimaksudkan
peningkatan produktivitas padi yaitu usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia (existing). Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian akan fokus pada upaya penanganan masalah terkait : pengelolaan tanah, penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.
3. Perluasan Areal Tanam (PAT) Padi adalah upaya untuk
menambah luas areal pertanaman padi di lahan sawah, lahan sawah non irigasi, lahan pertanian bukan sawah dan lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena bencana).
(20)
4. Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperoleh atau status lahan tersebut.
5. Lahan Sawah Irigasi Teknis adalah lahan sawah yang
mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalah sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU).
6. Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis adalah lahan sawah
yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasi oleh PU.
7. Lahan Sawah Irigasi Sederhana adalah lahan sawah yang
memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU.
(21)
8. Lahan Sawah Irigasi Desa/Non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat.
9. Lahan Sawah Tadah Hujan adalah lahan sawah yang
bergantung pada air hujan.
10. Lahan Sawah Pasang Surut adalah lahan sawah yang
pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
11. Lahan Sawah Lebak adalah lahan sawah yang
pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut).
12. Polder dan Sawah Lainnya adalah lahan sawah yang
terdapat di delta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut. Sedangkan sawah lainnya antara lain rembesan-rembesan rawa yang biasanya ditanami padi.
13. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan
pertanian selain lahan sawah. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan.
14. Tegal/Kebun adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan
kering) yang ditanami tanaman semusim atau tahunan dan
terpisah dengan halaman sekitar rumah serta
(22)
15. Ladang/Huma adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman semusim dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi (berpindah-pindah). Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur.
16. Lahan Yang Sementara Tidak Diusahakan adalah lahan
yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (lebih dari 1 (satu) tahun tetapi kurang dari atau sama dengan 2 (dua) tahun) tidak diusahakan, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan selama lebih dari 2 (dua) tahun.
17. Lahan Kering adalah hamparan lahan yang tidak
mempunyai pematang dan sumber airnya berasal dari air hujan.
18. Lahan Tidur adalah lahan pertanian yang sudah tidak
digunakan selama lebih dari 2 (dua) tahun dan lahan tidur
umumnya merupakan sebuah bagian dari sistem
peladangan berpindah dimana petani membuka hutan, menanamnya selama beberapa musim tanam, dan meninggalkannya untuk membuka lahan baru.
19. Lahan Alang-Alang/Padang Penggembalaan adalah
lahan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut
(23)
penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak
20. Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah sebidang
lahan yang sengaja ditanami dengan tanaman industri, yaitu tanaman berkayu dengan tipe sejenis untuk mencapai tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami, pertanaman padi dapat ditanam pada lahan HTI selama tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
21. Lahan Perkebunan (Tanaman Belum Menghasilkan,
Replanting) yaitu penggantian suatu macam tanaman
perkebunan, karena sudah tua/tidak produktif dengan tanaman perkebunan yang sama dan dapat dilakukan secara selektif maupun menyeluruh.
22. Lahan Kritis merupakan suatu kondisi lahan tidak dapat lagi
mengatur fungsinya sebagai media pengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik. Lahan kritis merupakan lahan yang sudah tidak produktif ditinjau dari segi pertanian, karena pengelolaan dan penggunaan yang kurang memperhatikan syarat-syarat pengolahan tanah maupun kaidah konservasi.
(24)
23. Indeks Pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman pada sebidang lahan pertanian untuk memproduksi bahan pangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
24. Teknologi Hazton adalah adalah cara bertanam padi
dengan menggunakan bibit tua 25 – 30 hari setelah semai
dengan jumlah bibit padat yaitu 20 - 30 batang per lubang tanam. Komponen yang lain kurang lebih sama dengan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi yang direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
25. Desa Pertanian Organik Padi adalah desa yang di
dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian organik padi atau lebih yang menerapkan sistem pertanian organik padi, yang siap disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang diakui pemerintah.
26. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat spesifik lokasi,
(25)
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan
bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment). Komponen teknologi PTTdasar/compulsory
adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat
menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan
dan Peluang) memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
27. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi
kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga
pemerintah/non pemerintah. Bentuk Bantuan Pemerintah
meliputi: Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan
profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional;
Bantuan sarana prasarana; Bantuan
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA).
28. Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran
(26)
satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.
29. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta
mengembangkan usaha anggota. Gabungan Kelompok
tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
30. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana
kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya (bantuan alat tanam jajar legowo) dan lainnya.
31. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan kegiatan.
(27)
32. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan.
33. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah
kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan pencapaian target tanam (produksi) padi di lapangan. Dalam pelaksanaannya Babinsa secara berkala hadir di lokasi kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok tani,
Babinsa bersama penyuluh lapangan melaporkan
pelaksanaan tanam sampai produksi di wilayah masing-masing.
34. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
(28)
melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan teknologi.
35. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam penerapan teknologi.
36. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT).
37. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas
Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutu benih.
38. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan
mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
39. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah
(29)
40. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi.
41. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani
dengan sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri.
42. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
43. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
44. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa
PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
(30)
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG
PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016
A. Keragaan Produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,48%/tahun, dari 66,47 juta ton GKG pada tahun 2010 menjadi 74,99 juta ton GKG pada tahun 2015 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai rata-rata 1,08%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 1,37 %/tahun, sebagaimana
terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2010-2015
*) ARAM II BPS
Ha
%
Ku/Ha
%
Ton
%
2010
13.253.450
50,15
66.469.394
2011
13.203.643
(0,38)
49,8
(0,70)
65.756.904
(1,07)
2012
13.445.524
1,83
51,36
3,13
69.056.126
5,02
2013
13.835.252
2,90
51,52
0,31
71.279.709
3,22
2014
13.797.307
(0,27)
51,35 (0,33)
70.846.465
(0,61)
2015*
14.178.172
2,76
52,89
3,00
74.997.788
5,86
1,37
1,08
2,48
PRODUKSI
PRODUKTIVITAS
LUAS PANEN
TAHUN
(31)
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2016
Sasaran produksi padi tahun 2016 sejumlah 76,23juta ton GKG atau meningkat 3,79% dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya sebesar 73,44 ton GKG. Sasaran sejumlah tersebut diperoleh dari sasaran luas tanam 15,02 juta ha, sasaran luas panen 14,27 juta hadan sasaran produktivitas 53,40 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2015 (ARAM II), sasaran produksi tahun 2016 meningkat 1,65%, sasaran luas panen meningkat 0,63%, produktivitas meningkat 0,96 %, seperti
pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2016 Terhadap ARAM II 2015 (BPS)
Sasaran indikatif luas tanam, panen, produktivitas dan produksi
padi tahun 2016 per Provinsi, disajikan pada Lampiran 1.
KOMODITAS
URAIAN
ARAM II
2015
SASARAN
2016
%
Luas Tanam (jt Ha)
14,69
15,02
2,26
Luas Panen (jt Ha)
14,18
14,27
0,63
Produktivitas (Ku/Ha)
52,89
53,40
0,96
Produksi (jt ton GKG)
74,99
76,23
1,65
PADI
(32)
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang
semakin kompleks karena berbagai perubahan dan
perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global, 2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 3). Belum optimalnya sistem perbenihan nasional, 4). Terbatasnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian, serta 7). Kurang harmonisnya koordinasi kerja antar
sektor terkait pembangunan pertanian. Disamping itu,
(33)
tersekat-sekat oleh batasan administratif serta berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu menjadi faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, pasang surut, lahan kering (perkebunan, kehutanan) dan lahan sementara tidak diusahakan masih luas, 4).
Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, Penyuluh/PPL,
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan/POPT, Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik.
(34)
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
PRODUKSI PADI TAHUN 2016
Mengingat komoditi serealia khususnya beras merupakan komoditas pangan strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah maka upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi terus dilakukan, antara lain dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, air, pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani untuk berusahatani lebih optimal, sehingga pada akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas padi dapat dicapai.
A. Strategi Pencapaian Produksi Padi 2016 a.1. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)
Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mengoptimalkan
lahan pertanian yang sudah tersedia (existing). Dalam
pelaksanaan kegiatan intensifikasi padi akan difokuskan pada upaya penanganan masalah terkait: pengelolaan tanah,
penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan,
pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.
(35)
Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul spesifik lokasi dengan produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya dan disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
a.2. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar pertanian. Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam upaya peningkatan produksi padi, maka Kementerian Pertanian melalui APBN TA.
2016 melaksanakan kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman padi pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, lahan gambut, lahan rawa,
(36)
lahan pasang surut, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan marginal, dan lahan lainnya.
Guna mendukung kegiatan tersebut, maka pelaksana kegiatan akan diberikan fasilitasi/bantuan prasarana dan sarana pertanian yang terdiri dari: benih padi, alat dan mesin pertanian baik pra panen maupun pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang tersedia dilokasi, sebagai stimulan.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2016.
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016
adalah peningkatan produktivitas padi melalui penerapan teknologi tanam jajar legowo. Sejalan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan intensifikasi (peningkatan produktivitas)
dan kegiatan ekstensifikasi (perluasan areal tanam). Seluruh
kegiatan intensifikasi diwajibkan menerapkan teknologi
tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan ekstensifikasi
diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Rekapitulasi alokasi
kegiatan budidaya padi tahun 2016 disajikan pada Lampiran 2
sedangkan rincian per provinsi dan kabupaten/kota disajikan pada Lampiran 3.
(37)
Untuk mendukung penerapan teknologi tanam jajar legowo maka akan difasilitasi bantuan benih dan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya untuk mempermudah terjadinya jajar legowo kepada petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan serta fasilitasi biaya pembuatan papan nama, dukungan pembinaan, bimbingan, pemantauan, evaluasi pengelolaan produksi padi, kegiatan ubinan bersama serta gerakan tanam dan panen.
Sedangkan di luar fokus utama melalui berbagai upaya dan
dukungan anggaran guna peningkatan produksi dan produktivitas pada areal tanam seluas 10,5 juta ha. Upaya penambahan luas tanam tahun 2016 antara lain diperoleh dari pertambahan luas tanam dari pembangunan waduk antara lain Waduk Jati Gede, pembangunan bendungan di Kabupaten Aceh Barat, serta rencana pertambahan luas tanam melalui pembangunan bendungan baru. Selain itu potensi tambah tanam juga diperoleh dari pemanfaatan cetak sawah tahun 2015 seluas 31 ribu ha serta pemanfaatan lahan rawa/gambut seluas 2 ribu ha. Skenario pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016 sebagaimana
(38)
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016
I Tambahan Pengembangan Lahan 602.600 406.950 406.950 386.603 2.005.445 2 Pertambahan Luas Tanam dari
pembangunan Bendungan Jati Gede 98.000 2,00 196.000 196.000 186.200 5,78 1.076.236
3 Pertambahan luas tanam dari Cetak
Sawah Baru Tahun 2015 31.140 1,00 31.140 31.140 29.583 3,75 110.936
4 Pertambahan luas tanam dari Pemb.
Bendungan di Aceh Barat Tahun 2015 500 2,00 1.000 1.000 950 3,75 3.563 5 Perluasan Sawah (DIPA PSP 2016) 200.600 1,00 70.210 70.210 66.700 3,75 250.123
6 Rehab Jaringan Irigasi (DIPA PSP 2016) 400.000 0,30 108.000 108.000 102.600 5,48 562.248
7 Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut (DIPA PSP 2016) 2.000 0,30 600 600 570 4,10 2.339 II Pengembangan Produktivitas Lahan 5.044.300 2.386.450 5.044.300 4.792.085 24.833.139 1 PAT 1.988.000 1.988.000 1.988.000 1.888.600 4,50 8.498.700 2 Ekstensifikasi 398.450 398.450 398.450 378.528 4,50 1.703.374 3 Intensifikasi 1.622.850 1.622.850 1.541.708 5,78 8.911.069 4 Bantuan Benih 500.000 500.000 475.000 5,78 2.745.500 5 Pengembangan Teknologi Hazton (DIPA TP
2016) 49.000 49.000 46.550 7,28 338.884 6 Pengembangan Desa Pertanian Padi
Organik 4.000 4.000 3.800 5,43 20.634 7 Pengembangan Padi Hibrida (DIPA TP 2016) 40.000 40.000 38.000 8,28 314.640
8 Pengembangan Padi Varietas Baru (IPB 3S) 40.000 40.000 38.000 5,53 210.140
9 Rehab Jaringan Irigasi (DIPA PSP 2016) 400.000 - 400.000 380.000 5,48 2.082.400
10 Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut (DIPA PSP 2016) 2.000 2.000 1.900 4,10 7.798 III Dukungan Lainnya 9.574.573 - 9.574.573 9.095.844 49.388.337
1 Pengembangan Padi Hibrida (Dana Subsidi 2016) 150.000 45.000 42.750 - 8,46 361.451 2 Pengantian Varietas Unggul Inbrida (Dana Subsidi 2016) 5.000.000 1.000.000 950.000 - 6,78 6.441.000 3 Dukungan Alat dan mesin Pertanian (DIPA 2016) 19.300 19.300 18.335 - 5,48 100.476 4 Reguler/Swadaya Petani (Pembinaan) 4.405.273 8.510.273 8.084.759 - 5,26 42.485.410
15.025.823 2.793.400 15.025.823 14.274.532 53,40 76.226.921 Jumlah
No. Kegiatan Volume
Kegiatan ∆ IP
Peningkata n Areal Luas Tanam Luas Panen (Ha) Produktivit as (ton/ha) Produksi (Ton)
(39)
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di luar wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan pemanfaatan bantuan benih, benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk organik), alsintan, pemanfaatan cetak sawah tahun 2016, rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2016, dukungan APBD Provinsi/APBD Kabupaten/Kota, dan swadaya murni petani melalui KKP-E/KUR, Dukungan Penyuluh/PPL Swadaya dan lainnya.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain: (1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan tanam dan panen serentak, (3). gerakan pemupukan berimbang, (4). gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan pengendalian OPT, (6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta dana masyarakat dan
stakeholder.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
(40)
Kabupaten/Kota dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi baik di areal program maupun di luar areal non program.
Pos simpul koordinasi (POSKO) pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dapat memanfaatkan Pokja yang ada di masing-masing daerah antara lain seperti Pokja UPSUS. Sedangkan mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga dalam rangka UPSUS peningkatan produksi padi dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi mengacu pada Permentan 131/Permentan/OT.140/12/2014 tentang Mekanisme dan Hubungan Kerja antar Lembaga yang Membidangi Pertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional.
(41)
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016
Upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Seluruh kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) diwajibkan menerapkan teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat.
A. Kriteria Calon Lokasi Budidaya Padi Provitas, Perluasan, Padi Teknologi, Hazton, Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi
A.1. Kriteria Umum
a. Merupakan daerah yang berpeluang untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau indeks pertanamannya.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.
c. Diusahakan berada dalam satu hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
d. Penetapan lokasi hendaknya memperhatikan
(42)
akan dihasilkan dan oleh karena itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi terhadap calon lokasi dengan cermat dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar prasyarat dimaksud dapat terpenuhi.
e. Lokasi kegiatan diberi papan nama sebagai
tanda/identitas lokasi pelaksanaan kegiatan.
A.2. Kriteria Khusus
A.2.1. Lokasi Budidaya Padi Provitas (Intensifikasi) a. Lokasi dapat berupa persawahan yang
beririgasi, dan/atau sawah tadah hujan, dan/atau pasang surut dan/atau lebak yang produktivitasnya masih dapat ditingkatkan. b. Lokasi yang belum menerapkan teknologi
tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1 secara sempurna, dengan tetap memperhatikan kondisi di lapangan.
A.2.2. Lokasi Budidaya Padi Perluasan (Ekstensifikasi)
a. Lokasi kegiatan dimaksudkan untuk
menambah luas areal tanam padi di lahan sawah (sawah irigasi setengah teknis, sawah
(43)
irigasi sederhana, sawah irigasi desa), lahan sawah non irigasi (lahan sawah tadah hujan, lahan sawah lebak, polder dan lahan sawah lainnya), lahan pertanian bukan sawah (tegal/kebun, ladang/huma, lahan perkebunan dan lahan HTI) dan lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena bencana serta lahan yang belum diusahakan/ditinggalkan).
b. Lokasi yang mampu meningkatkan IP minimal 100%.
c. Status lahan tidak dalam sengketa.
d. Luas satu kawasan minimal 150 ha dan dapat terdiri dari beberapa lokasi hamparan yang mudah dijangkau alat mesin pertanian atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spot
parsial namun terhubung dengan aksesbilitas yang memadai).
e. Lokasi kegiatan memiliki potensi sumber air (sungai, waduk, sumur tanah dalam/dangkal dll) untuk dapat memenuhi kebutuhan air
(44)
selama pertanaman padi utamanya pada musim kemarau.
A.2.3. Lokasi Budidaya Padi Perluasan (Ekstensifikasi) Melalui Peningkatan IP.
a. Lokasi kegiatan dimaksudkan untuk menambah luas tanam padi melalui peningkatan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan, dan/atau lahan kering, dan/atau pasang surut dan/atau lebak, yang masih berpeluang untuk dapat ditingkatkan indeks pertanamannya. b. Lokasi bukan lahan baru tetapi sebelumnya
tidak ditanami padi seperti: tegalan, kebun,
ladang, huma, lahan sementara tidak
diusahakan, lahan hutan tanaman industri, lahan
perkebunan (replanting), dan lahan kritis.
c. Lokasi kegiatan dapat berupa pula lahan yang sebelumnya ditanami selain padi (penggantian komoditas).
(45)
A.2.4. Lokasi Budidaya Padi dengan Teknologi Hazton. a. Lokasi dapat pada lahan eksisting dan/atau
lokasi baru (Perluasan Areal Tanam/PAT) dan/atau Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP). b. Lokasi kegiatan dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering, pasang surut dan lebak yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat ditingkatkan.
A.2.5. Lokasi Budidaya Padi Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi.
a. Lokasi diutamakan pada daerah dimana pertanian organik padi sudah berkembang (Kelas Eksportir dan Domestik) dan/atau daerah pertumbuhan (Kelas Pemula).
b. Lokasi diprioritaskan berada pada lokasi ekspelaksanaan kegiatan SL-PHT dan/atau; lokasi eks pelaksanaan kegiatan SRI dan/atau lokasi eks pelaksanaan kegiatan UPPO.
Format daftar calon petani dan calon lokasi penerima bantuan
pemerintah Tahun 2016, disajikan pada Lampiran 4.
A.2.5. Lokasi Budidaya Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi.
(46)
B. Kriteria Calon Petani Pelaksana Budidaya Padi Provitas, Perluasan, Padi Teknologi Hazton dan Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi.
a. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan merupakan kelompok yang dinamis, proaktif dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan/atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan, diusulkan oleh Kepala Desa dan/atau KCD dan/ atau Petugas Lapangan/Penyuluh.
b. Kelompok tani/Petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan atau pun penggarap/penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
c. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bagi Satker Mandiri (TP). Apabila Satker melekat di Provinsi (TP
Provinsi) maka kelompok tani/petani/gapoktan/LMDH
penerima diusulkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
(47)
Anggaran (KPA). Contoh format surat keputusan PPK,
disajikan pada Lampiran 5.
d. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan bersedia melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya dan bersedia menambah sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan yang diberikan tidak mencukupi. Selanjutnya seluruh bantuan yang telah diterima petani pelaksana kegiatan tidak untuk diperjualbelikan.
e. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan diharapkan membuat surat pernyataan bersedia dan
sanggup menggunakan bantuan tersebut sesuai
peruntukannya (contoh usulan RUK disajikan pada
Lampiran 6) dan sanggup mengembalikan bantuan apabila
tidak sesuai peruntukannya sebagaimana disajikan pada
Lampiran 7. Mekanisme pengembalian, sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
f. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar
(48)
diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi. C. Fasilitasi Bantuan Dalam Pelaksanaan Budidaya Padi
Provitas, Perluasan, Padi Teknologi Hazton dan
Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi.
Bantuan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah bantuan pemerintah yang diberikan kepada Kelompok Masyarakat dalam bentuk uang atau barang. Dalam operasionalnya mengikuti peraturan perundangan yang berlaku (antara lain: Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 168/PMK.05/2015 tanggal 3 September 2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 62/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Petunjuk Teknis Pengelolaan Program dan Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016 Nomor: 13/KPA/SK.310/C/1/2016 tanggal 4 Januari 2016, dan peraturan-peraturan perundangan lainnya.
(49)
C.1. Fasilitasi Secara Umum
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan
merupakan stimulan kepada kelompok
tani/petani/gapoktan/LMDH dalam bentuk uang atau barang. Fasilitasi untuk pelaksanaan seluruh kegiatan
berupa pembelian benih bermutu (varietas unggul dan
bersertifikat) dengan harga non subsidi. Tidak
dibolehkan memanfaatkan/menggunakan benih
bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan/atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan/atau BPTP setempat. Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas, dll. Selanjutnya kemasan dan label benih agar disimpan dengan baik untuk monitoring/pemeriksaan.
Selain itu juga diberikan bantuan dana untuk pembelian/pengadaan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya untuk mempermudah terjadinya jajar
legowo yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
(50)
dapat disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan anjuran teknologi setempat. Untuk itu koordinasi dan komunikasi dengan BPTP setempat dan atau dengan instansi terkait lainnya sangat diperlukan agar bantuan pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien oleh penerima bantuan guna meningkatkan produktivitas dan produksi.
Kebutuhan benih maupun kebutuhan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok) masing-masing kelompok tani/petani/ gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan.
C.1.1. Fasilitasi untuk Budidaya Padi Produktivitas (Intensifikasi)
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan budidaya padi produktifitas / provitas adalah benih dan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya. C.1.2. Fasilitasi untuk Budidaya Padi Perluasan Areal
Tanam (ekstensifikasi)
Perluasan areal tanam (ekstensifikasi) padi bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi padi nasional melalui upaya penambahan luas
(51)
areal tanam dan atau peningkatan indeks pertanaman padi.
Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam padi yang dialokasikan pada lahan kering, apabila varietas unggul padi gogo bersertifikat tidak tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu dari padi varietas unggul lainnya yang biasa ditanam di lahan kering sesuai dengan kebiasaan petani dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau BPTP.
Anggaran untuk alat tanam dapat digunakan untuk pembelian alat tanam atau alat bantu tanam lainnya yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi.
Bantuan lainnya terkait pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Alat Mesin Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempersiapkan alat mesin pertanian untuk mempermudah olah tanah (traktor roda-2 dan
(52)
roda-4; Pompa air, Rice transplanter) sesuai kebutuhan.
� Alsintan yang diadakan melalui e-Purchasing
sudah mempunyai SPPT SNI
� Pengolahan tanah dilakukan melalui pola
“brigade alsin“ untuk mengoptimalkan operasionalisasi alsin
2. Direktorat Pasca Panen, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempersiapkan bantuan
Combine Harvester dan Power Thresher. 3. Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian untuk bantuan prasarana irigasi baik itu irigasi sumur tanah
dalam/dangkal maupun irigasi perpipaan
maupun bangunan konservasi air sesuai kebutuhan lokasi pertanaman padi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kepala Dinas yang menangani tanaman pangan, hendaknya segera melakukan koordinasi dengan Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
(53)
Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian guna mensinergikan program penyaluran bantuan alat dan mesin pertanian dan bantuan prasarana irigasi tahun 2016.
Penerima bantuan pelaksana kegiatan tersebut diatas, dapat menerima lebih dari satu jenis bantuan yang berbeda, kecuali bantuan alsintan dengan jenis yang sama yang telah diterima pada tahun 2015.
C.1.3. Fasilitasi untuk Kegiatan Budidaya Padi Perluasan (ekstensifikasi) di luar Point C.1.2. Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) melalui peningkatan indeks
pertanaman padi apabila varietas unggul padi gogo, rawa, pasang surut bersertifikat tidak tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu dari padi varietas unggul lainnya yang biasa ditanam di lahan kering/rawa/pasang surut sesuai dengan kebiasaan petani dan diketahui oleh kepala
(54)
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau BPTP.
Penggunaan anggaran untuk alat tanam dapat digunakan untuk pembelian alat tanam atau alat bantu tanam lainnya sesuai dengan kondisi spesifik lokasi.
C.1.3. Fasilitasi untuk Kegiatan Budidaya Padi Dengan Teknologi Hazton
Fasilitasi pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan budidaya padi dengan teknologi Hazton selain bantuan benih dan alat tanam atau alat bantu tanam lainnya, juga diberikan bantuan berupa
pupuk organik, pupuk organik cair (POC) lengkap, decomposer dan agensia hayati. Penggunaan bantuan sarana produksi tersebut, jenis dan jumlah/dosis, di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan anjuran teknologi di lokasi masing-masing.
(55)
C.1.5. Fasilitasi untuk Budidaya Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan desa pertanian organik padi selain benih dan alat tanam atau alat bantu
tanam lainnya, juga diberi bantuan berupa pupuk
organik, pestisida nabati, MOL, dan fasilitasi pendukung pertanian organik. Penggunaan bantuan sarana produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida nabati (jenis dan jumlah/dosis, dll) disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi).
Demikian pula dengan anggaran untuk fasilitasi pertanian organik, pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan tingkat perkembangan pertanian organik di lokasi masing-masing. Untuk itu, Dinas Pertanian Provinsi
dan/atau Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
berkoordinasi dengan BPTP setempat dan atau instansi terkait lainnya untuk terlebih dahulu melakukan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP)
(56)
dalam rangka memanfaatkan anggaran fasilitasi pendukung lainnya yang disediakan tersebut. Selain fasilitasi yang langsung diberikan ke kelompok tani/petani/gapoktan/LMDH, juga difasilitasi dengan kegiatan yang dananya dialokasikan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi berupa :
1. Bantuan penyediaan papan nama yang merupakan
identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha) dan atau disesuikan dengan kondisi di lapangan. Bahan dan ukuran disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi. Apabila dipandang perlu menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
2. Bantuan pendampingan dan pengawalan di lapangan oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai
kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades
(57)
oleh aparat, keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah
kunjungan/pendampingan dan atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian Provinsi dan/atau Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan Bakorluh, Bapeluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa.
3. Bantuan pelaksanaan ubinan bersama antara Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dan Kantor Statistik Kabupaten yang pelaksanaannya dilakukan oleh Mantri dan KSK, guna mengetahui tingkat produktivitas yang dicapai. Pada setiap 25 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan difasilitasi 1 unit ubinan yang dilaksanakan oleh Mantri Tani dan KSK. Selain itu juga difasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke Pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota/ Provinsi sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut.
Format hasil ubinan, dikemukakan pada Lampiran 8.
Teknologi budidaya yang akan diterapkan pada lokasi peningkatan produktivitas maupun lokasi perluasan areal tanam hendaknya
(58)
dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan dengan BPTP setempat dan sesuai dengan kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas dan produksi
padi. Jarak tanam pada Jajar Legowo, disajikan pada Lampiran 9.
Hal-hal lainnya yang bersifat lebih teknis dapat berpedoman kepada panduan yang telah diterbitkan oleh Badan Litbang Kementerian dan Instansi terkait lainnya.
Selanjutnya agar kegiatan peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam tersebut berkontribusi pada produksi tahun 2016, maka diharapkan pelaksanaannya sudah dilaksanakan pada awal tahun 2016 (Akhir MH 2015/2016 sampai MK II 2016), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan dilaksanakan. Untuk itu, penyaluran/ penyerapan dana bantuan pemerintah diharapkan dapat terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2016.
Guna mendukung pencapain tujuan tersebut di atas, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian
(59)
Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di
masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan dan penerapan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.
(60)
VI. PENGORGANISASIAN DAN
OPERASIONALISASI
A. Pengorganisasian 1. Struktur Organisasi.
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan
sesuai prinsip pelaksanaan Pemerintah yang baik (good
governance) dan pemerintah yang bersih (clean goverment), maka pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia (Padi) harus memenuhi prinsip-prinsip:
a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan;
b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);
c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi;
d. Memenuhi asas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman padi berada pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan Kabupaten/Kota, sedangkan tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung jawab atas program dan kegiatan berada pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
(61)
dengan memberikan fasilitasi program dan kegiatan kepada
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan koordinasi
pembinaan lintas Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksanaan teknis
operasional difasilitasi oleh Kabupaten/Kota. Untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman padi maka di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.
2. Penanggung Jawab Program.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi
koordinasi persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Bantuan Pemerintah antara lain :
a. Menyusun petunjuk teknis sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan;
b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait
serta seluruh pemangku kepentingan, dalam
pelaksanaan, pemantauan/pengendalian dan evaluasi kegiatan;
(62)
B. Operasionalisasi
Agar pelaksanaan pengelolaan produksi tanaman padi
terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompok
tani/gapoktan/LMDH, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pembina tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi dan tim teknis tingkat kabupaten/kota.
1. Tim Pembina Pusat
Dalam rangka peningkatan produksi tanaman padi dibentuk Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai di tingkat Pusat, melalui Surat keputusan Menteri Pertanian, dengan uraian tugas sebagai berikut:
a. Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dan sarana pendukungnya.
b. Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan kerja Perangkat daerah pelaksana program.
c. Menyusun laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, dan sarana pendukungnya.
2. Tim Pembina Provinsi
Tim Pembina Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Pertanian, Bakorluh Provinsi dan Kodam/Korem ditunjuk dan ditetapkan oleh Gubernur atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan, dengan tugas :
(63)
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan yang mengacu pada petunjuk teknis yang disusun oleh Pusat;
b. Melakukan koordinasi lintas sektoral antara-instansi di tingkat Provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan;
c. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam pemantauan dan pengendalian serta membantu mengatasi permasalahan di lapangan;
d. Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan laporan ke tingkat Pusat.
3. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur Dinas Pertanan, Bakorluh Kabupaten dan Kodim ditunjuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan, dengan tugas : a. Menyusun petunjuk secara lebih rinci yang disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing daerah dengan mengacu pada Petunjuk Teknis yang disusun oleh Pusat dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat;
b. Mengesahkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai dengan rekomendasi setempat.
(64)
d. Melakukan bimbingan teknis, pemantauan/pengendalian dan evaluasi;
e. Membuat laporan hasil pemantauan/pengendalian dan evaluasi.
Tim pembina tingkat Provinsi dan tim teknis tingkat
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi pelaksanaan
Pengembangan Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi.
Frekuensi pelaksanaan pembinaan oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut:
1. Pembinaan dilakukan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa.
2. Provinsi melakukan pembinaan pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi di Kabupaten/Kota 2 kali per musim tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
3. Kabupaten/Kota melakukan pembinaan pelaksanaan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi di tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi 4 kali per musim tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
(65)
VII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN
PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa seperti terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada
Lampiran 10.
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta penyusunan laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi padi di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana. B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan
pengawalan serta penyusunan laporan hasil pemantauan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi padidi kabupaten/kota diharapkan minimal 2(dua) kali selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana. Laporan disampaikan ke Pusat.
C. Kabupaten melakukan koordinasi, bimbingan, pematauan dan pengendalian serta evaluasi, atas pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi padi di tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi diharapkan minimal 4(empat) kali selama musim tanam
(66)
pendampingan kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.
E. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti pada areal program pengembangan teknologi tanam jajar legowo dan areal non program yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP setempat. Pendampingan dan pengawalan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi perlu mengedepankan teknologi spesifik lokasi dan musim yang sinergisitas, yakni teknologi yang mengutamakan peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil serta pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem setempat. Untuk itu perlu dipastikan bahwa teknologi spesifik lokasi yang rekomendasikan dan akan diterapkan di lapangan dibuat/disusun oleh BPTP setempat.
Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/ BPTP dapat melakukan display varietas dan teknologi baru berdampingan dengan lokasi pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi.
(1)
Lampiran 10
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES
1 Penyusunan Juklak dan Petunjuk Lainnya 2 Pembentukan Tim Teknis
3 Sosialisasi 4 Finalisasi CP/CL
5 Penyusunan dan Pengiriman RUK, Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/ Kota, Provinsi, dan Pusat
6 Proses Administrasi Keuangan 7 Penyerapan dan Penyaluran Dana
Bantuan Pemerintah ke Rekening Kelompok 8 Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah 9 Pelaksanaan
1. Tanam 2. Pemeliharaan 3. Panen 10 Pembinaan 11 Monitoring 12 Evaluasi 13 Pelaporan
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
(2)
Lampiran 11
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP……… Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16
(Ha) Keterangan (Ha) (%) Luas (Ha)
No
Jumlah Luas Areal
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP……… Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16
(Ha) Keterangan (Ha) (%) Luas (Ha)
No
Jumlah Luas Areal
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP……… Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16
(Ha) Keterangan (Ha) (%) Luas (Ha)
No
Jumlah Luas Areal
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP………
Provitas
(ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16
(Ha) Keterangan (Ha) (%) Luas (Ha)
No
Jumlah Luas Areal
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :
Budidaya Padi Peningkatan Produktiitas, Budidaya Padi Perluasan Melalui PIP, Budidaya Padi Perluasan Padi Hibrida, Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi,
Pengembangan Padi dengan Teknologi Budidaya Hazton *)
16/17
Nama
Desa Poktan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP……… Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16 (Ha)
Keterangan (Ha) (%) Luas
(Ha) No Jumlah Areal Luas
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5 2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5 3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……… NIP……… Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan
MH 15/16 (Ha)
Keterangan (Ha) (%) Luas
(Ha) No Jumlah Areal Luas
(Ha) KECAMATAN :
Jumlah (Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………. TAHUN 2016
BULAN :
16/17
Nama
(3)
Lampiran 12
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 1 1 2 50 50 50 100.00 50 80.00 80 0
2 dst
1 2 50 50 50 100.00 50 80.00 80 0
KABUPATEN :
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI KEGIATAN ……… TAHUN 2016
BULAN :
No Kecamatan Jumlah Areal Luas (Ha)
Nama……… NIP………
Provitas (ku/ha) Produksi (ton)
Jumlah
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota / Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota SK
Penetapan CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi Panen Dilaksanakan MH 15/16
(Ha) Keterangan (Ha) (%) Luas (Ha)
*) Pilih sesuai kegiatan
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN REALISASI KEGIATAN
Budidaya Padi Peningkatan Produktiitas, Budidaya Padi Perluasan Melalui PIP, Budidaya Padi Perluasan Padi Hibrida, Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi,
Pengembangan Padi dengan Teknologi Budidaya Hazton *) TAHUN 2016
16/17
Nama
(4)
Lampiran 13
Kecamatan Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 A 4 8 8 200 200 195 97,50 100 75,00 750 5
2 B 5 9 10 250 250 245 98,00 150 80,00 1200 5
3 4
5 dst
9 17 18 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 10
BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI REALISASI KEGIATAN ……….
TAHUN 2016 PROVINSI :
(Ha) (%) Luas (Ha)
BULAN :
No Kabupaten Jumlah Areal Luas
(Ha)
Nama……… NIP………
Provitas
(ku/ha) Produksi (ton)
Jumlah
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi SK
Penetapan CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi Panen
Dilaksanakan MH 15/16
(Ha) Keterangan BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI KEGIATAN
Budidaya Padi Peningkatan Produktiitas, Budidaya Padi Perluasan Melalui PIP, Budidaya Padi Perluasan Padi Hibrida, Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi,
Pengembangan Padi dengan Teknologi Budidaya Hazton *) TAHUN 2016
16/17
(5)
Lampiran 14
Unit Luas Area (Ha)
(1) (2) (3) (4) (7) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) 1 A 4 8 200 200 195 97,50 Mar,Apr, 100 75,00 750 70,00 70,00
2 B 5 9 250 250 245 98,00 Apr, Jun 150 80,00 1200 73,00 70,00 3
4 5 dst
9 17 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 71,50 70,00
Jumlah
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten
Nama……… NIP……… Realisasi Panen Provitas sebelum (ku/Ha) Tidak Dilaksana
kan (Ha) Ket Luas
(Ha) Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Bulan
Tanam
Provitas diluar program pada MT yang sama (ku/Ha) No Kab/Kec Target SK Penetapan CPCL (Ha) Realisasi Tanam Unit (Ha) (%)
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN REALISASI KEGIATAN……….
TAHUN 2016
PROV/KAB : BULAN :
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI / KABUPATEN REALISASI KEGIATAN
Budidaya Padi Peningkatan Produktiitas, Budidaya Padi Perluasan Melalui PIP, Budidaya Padi Perluasan Padi Hibrida, Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi,
Pengembangan Padi dengan Teknologi Budidaya Hazton *) TAHUN 2016
Unit Luas Area (Ha)
(1) (2) (3) (4) (7) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) 1 A 4 8 200 200 195 97,50 Mar,Apr, 100 75,00 750 70,00 70,00
2 B 5 9 250 250 245 98,00 Apr, Jun 150 80,00 1200 73,00 70,00 3
4 5 dst
9 17 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 71,50 70,00
Jumlah
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten
Nama……… NIP……… Realisasi Panen Provitas sebelum (ku/Ha) Tidak Dilaksana
kan (Ha) Ket Luas
(Ha) Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Bulan
Tanam
Provitas diluar program pada MT yang sama (ku/Ha) No Kab/Kec Target SK Penetapan CPCL (Ha) Realisasi Tanam Unit (Ha) (%)
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN REALISASI KEGIATAN……….
TAHUN 2016
PROV/KAB : BULAN :
Unit Luas Area (Ha)
(1) (2) (3) (4) (7) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) 1 A 4 8 200 200 195 97,50 Mar,Apr, 100 75,00 750 70,00 70,00
2 B 5 9 250 250 245 98,00 Apr, Jun 150 80,00 1200 73,00 70,00 3
4 5 dst
9 17 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 71,50 70,00
Jumlah
………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten
Nama……… NIP……… Realisasi Panen Provitas sebelum (ku/Ha) Tidak Dilaksana
kan (Ha) Ket Luas
(Ha) Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Bulan
Tanam
Provitas diluar program pada MT yang
sama (ku/Ha) No Kab/Kec Target SK Penetapan CPCL (Ha) Realisasi Tanam Unit (Ha) (%)
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN REALISASI KEGIATAN……….
TAHUN 2016
PROV/KAB : BULAN :
Luas Areal (Ha)
(6)