Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga T1 162007032 BAB II

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Menurut Asri Budiningsih (2005:61), Teori belajar konstuktivisme mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.

Hal ini berarti pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran siswa harus aktif sehingga siswa menjadi pusat kegiatan belajar di kelas.

Teori belajar konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok – kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan


(2)

konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Menurut Asri Budiningsih (2005:97), Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki sesorang. Konsep belajar konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Menurut Asri Budiningsih (2005:124), dua elemen penting itu adalah: Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial.

Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan siswa kepada teman sebaya. Hal ini nantinya akan membantu siswa untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri.


(3)

2.2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Howey R, Keneth dalam bukunya Rusman (2010:190), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif atau nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Belajar melalui apa yang dialami dan apa yang dipelajari akan lebih bermakna jika dibanding dengan pembelajaran yang berorientasi penguasaan materi. Pembelajaran yang berorientasi dengan penguasaan materi telah terbukti berhasil dalam evaluasi dalam jangka pendek tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning disingkat menjadi CTL adalah model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan.

2.2.1. Prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran sehingga dalam implementasinya memerlukan perencanaan yang mencerminkan konsep dan prinsip Contextual Teaching and Learning


(4)

(CTL). Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik sendiri yang membuat adanya perbedaan dalam membuat desain atau skenario yang sesuai dengan model yang akan diterapkan.

Untuk mewujudkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang ideal menurut Rusman (2010:193), terdapat tujuh prinsip kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :

1. Konstruktivisme (Contructivism)

Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh karena itu, dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing. 3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuasn guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing).

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.


(5)

6. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses belajar dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, mak assessment tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir semester.

Program pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam bentuk tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran siswa harus tercermin penerapannya dari ketujuh komponen CTL dengan jelas. Adanya ketujuh komponen tersebut maka setiap guru memiliki persiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.

2.2.2. Skenario Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Desain atau skenario merupakan pedoman atau alat kontrol dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan CTL guru harus manyusun desain terlebih dahulu. Intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut menurut Rusman (2010:199), dalam pembelajarannya dapat dilakukan sebagai berikut:


(6)

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bida melalui ilustrasi, model, bahkan yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

2.2.3. Tahap-tahap Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran dengan model berbasis CTL terdiri dari lima tahap seperti yang dikemukakan oleh Nurhadi dalam bukunya Kunandar (2007:358) sebagai berikut :

Tabel 2.2.3

Tahap Pembelajaran dengan Model Berbasis CTL Tahapan Kegiatan Guru

Tahap 1 :

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2 :

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.


(7)

Tahap 3 : Membimbing penyelidikan

individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya.

Tahap 4 :

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.


(8)

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.3. Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi Dalam Kurikulum SMK

Melakukan Prosedur Administrasi merupakan salah satu pembelajaran produktif pada program keahlian administrasi perkantoran. Melakukan Prosedur Administrasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai cara menulis berbagai surat baik surat bisnis maupun surat dinas. Tujuan akhir setelah mempelajari Kompetensi “Melakukan Prosedur Administrasi” siswa harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membuat surat dan menyimpannya dengan baik dan benar.

2.3.1. Melakukan Surat Menyurat

Melakukan Surat Menyurat adalah salah satu pokok bahasan di dalam kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi. Pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat menyangkut berbagai jenis surat salah satunya adalah surat bisnis.


(9)

2.3.2. Surat Bisnis

Surat Bisnis adalah surat yang dibuat oleh organisasi yang mencari keuntungan (profit oriented), yang isinya berkaitan dengan kegiatan organisasi dalam melakukan transaksi bisnis.

2.3.3. Surat Permintaan Penawaran

Surat Permintaan Penawaran adalah surat yang berasal dari calon pembeli kepada pihak penjual yang isinya meminta keterangan daftar harga barang-barang atau jasa yang hendak dibeli dari penjual. Di dalam surat permintaan penawaran yang resmi, biasanya calon pembeli meminta keteranga-keterangan tentang: (1). Nama, jenis, tipe, ukuran, kapasitas, model barang; (2). Cara pembayaran; (3). Cara penyerahan/pengiriman barang; (4). Keterangan teknis dan perawatannya; (5). Contoh barang; dan (6). Kemudahan-kemudahan yang mungkin diperoleh pembeli seperti service, garansi, fasilitas, dan lain-lain.

Selain daftar harga, dalam surat permintaan penawaran dapat juga diminta keterangan-keterangan yang lengkap berhubungan dengan barang yang dipesan berupa: sample, leaflet, booklet, brosur/prospectus, dan katalogus.

2.3.4. Surat Penawaran

Surat Penawaran adalah surat dari penjual kepada calon pembeli, yang isinya menawarkan barang atau jasa. Isi pokok sebuah surat


(10)

penawaran yang baik adalah sebagai berikut: (1). Menyebutkan nama, jenis, mutu, kualitas barang yang ditawarkan; (2). Menyebutkan harga satuan; (3). Menyebutkan cara pembayaran yang dikehendaki; (4). Menyebutkan cara penyerahan barang; (5). Menyebutkan besarnya potongan (bila ada); (6). Menyebutkan kemudahan-kemudahan lainnya, misalnya garansi service gratis, dan lain-lain.

2.4. CTL Dalam Pembelajaran Administrasi Perkantoran Pokok Bahasan Melakukan Surat Menyurat

Mata pelajaran yang ada pada program keahlian Administrasi Perkantoran adalah mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajarannya. Khususnya mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat. Pokok bahasan ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok diterapkan pada pokok bahasan ini adalah model pembelajaran CTL. Sesuai dengan pendapat Elaini B. Johnson (2010:57) yang mengatakan bahwa :

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.


(11)

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka konteks layak mendapat perhatian penting. Melalui konteks tersebut pembelajaran akan lebih bermakna dan lebih mudah untuk mengerti karena pengetahuan tidak hanya untuk dihafal.

2.5. Kerangka Pikir

Kerangka dasar penelitian disusun berdasarkan permasalahan pada Bab I, penyusunannya adalah sebagai berikut:

Kondisi Awal

Belum menerapkan model pembelajaran

CTL

Aktivitas dan hasil belajar siswa Tindakan Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model CTL Siklus I Planning, Acting, Observing, Reflecting Siklus II Planning, Acting, Observing, Reflecting Kondisi Akhir

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa

Aktivitas dan hasil belajar siswa Aktivitas dan hasil belajar siswa

Sesuai dengan indicator keberhasilan


(12)

2.6. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi Perkantoran pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran Semester 1 Tahun Pelajaran 2011-2012 SMK Kristen Salatiga untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(1)

Tahap 3 : Membimbing penyelidikan

individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya.

Tahap 4 :

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.


(2)

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.3. Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi Dalam Kurikulum SMK

Melakukan Prosedur Administrasi merupakan salah satu pembelajaran produktif pada program keahlian administrasi perkantoran. Melakukan Prosedur Administrasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai cara menulis berbagai surat baik surat bisnis maupun surat dinas. Tujuan akhir setelah mempelajari Kompetensi “Melakukan Prosedur Administrasi” siswa harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membuat surat dan menyimpannya dengan baik dan benar.

2.3.1. Melakukan Surat Menyurat

Melakukan Surat Menyurat adalah salah satu pokok bahasan di dalam kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi. Pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat menyangkut berbagai jenis surat salah satunya adalah surat bisnis.


(3)

2.3.2. Surat Bisnis

Surat Bisnis adalah surat yang dibuat oleh organisasi yang mencari keuntungan (profit oriented), yang isinya berkaitan dengan kegiatan organisasi dalam melakukan transaksi bisnis.

2.3.3. Surat Permintaan Penawaran

Surat Permintaan Penawaran adalah surat yang berasal dari calon pembeli kepada pihak penjual yang isinya meminta keterangan daftar harga barang-barang atau jasa yang hendak dibeli dari penjual. Di dalam surat permintaan penawaran yang resmi, biasanya calon pembeli meminta keteranga-keterangan tentang: (1). Nama, jenis, tipe, ukuran, kapasitas, model barang; (2). Cara pembayaran; (3). Cara penyerahan/pengiriman barang; (4). Keterangan teknis dan perawatannya; (5). Contoh barang; dan (6). Kemudahan-kemudahan yang mungkin diperoleh pembeli seperti service, garansi, fasilitas, dan lain-lain.

Selain daftar harga, dalam surat permintaan penawaran dapat juga diminta keterangan-keterangan yang lengkap berhubungan dengan barang yang dipesan berupa: sample, leaflet, booklet, brosur/prospectus, dan katalogus.

2.3.4. Surat Penawaran

Surat Penawaran adalah surat dari penjual kepada calon pembeli, yang isinya menawarkan barang atau jasa. Isi pokok sebuah surat


(4)

penawaran yang baik adalah sebagai berikut: (1). Menyebutkan nama, jenis, mutu, kualitas barang yang ditawarkan; (2). Menyebutkan harga satuan; (3). Menyebutkan cara pembayaran yang dikehendaki; (4). Menyebutkan cara penyerahan barang; (5). Menyebutkan besarnya potongan (bila ada); (6). Menyebutkan kemudahan-kemudahan lainnya, misalnya garansi service gratis, dan lain-lain.

2.4. CTL Dalam Pembelajaran Administrasi Perkantoran Pokok Bahasan Melakukan Surat Menyurat

Mata pelajaran yang ada pada program keahlian Administrasi Perkantoran adalah mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajarannya. Khususnya mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat. Pokok bahasan ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok diterapkan pada pokok bahasan ini adalah model pembelajaran CTL. Sesuai dengan pendapat Elaini B. Johnson (2010:57) yang mengatakan bahwa :

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.


(5)

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka konteks layak mendapat perhatian penting. Melalui konteks tersebut pembelajaran akan lebih bermakna dan lebih mudah untuk mengerti karena pengetahuan tidak hanya untuk dihafal.

2.5. Kerangka Pikir

Kerangka dasar penelitian disusun berdasarkan permasalahan pada Bab I, penyusunannya adalah sebagai berikut:

Kondisi Awal

Belum menerapkan model pembelajaran

CTL

Aktivitas dan hasil belajar siswa Tindakan Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model CTL Siklus I Planning, Acting, Observing, Reflecting Siklus II Planning, Acting, Observing, Reflecting Kondisi Akhir

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa

Aktivitas dan hasil belajar siswa Aktivitas dan hasil belajar siswa

Sesuai dengan indicator keberhasilan


(6)

2.6. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi Perkantoran pokok bahasan Melakukan Surat Menyurat Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran Semester 1 Tahun Pelajaran 2011-2012 SMK Kristen Salatiga untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga T1 162007032 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga T1 162007032 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga T1 162007032 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen Salatiga

0 1 76

T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas 4 SD Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

0 0 16