Pengaruh tiga jenis tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso Lafalle.

(1)

ix ABSTRAK

Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan

Anggur Varietas Alfonso Lafalle

Elias Lamanepa 101434007

Universitas Sanata Dharma

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setiap media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.

Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.

Kata kunci : jenis tanah, pertumbuhan tanaman anggur, varietas Alfonso lafalle, pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.


(2)

x ABSTRACT

The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)

Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety

Elias Lamanepa 101434007

Sanata Dharma University

This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.

The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.

There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.

Keywords : soil type, growth of the grape, Alfonso lafalle, pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.


(3)

(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)

TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Elias Lamanepa NIM : 101434007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)

TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Elias Lamanepa NIM : 101434007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

SEMANGAT MENGALAHKAN SKILL “

(ZEM)

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu Raya no’o Inak Yuliana Deran Manuk).

2. Adik-adiku yang terkasih (Dion, Simon dan Ina Boy)

3. Keluarga Bpk. Siprianus Peren Ola di Tangerang dan Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan

4. Tadon Adonara dan suku Lewo Lamanepa 5. Teman-teman P. Biologi angkatan 2010 6. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma


(8)

(9)

(10)

vii

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat yang telah diberikan pada saya, sehingga skripsi saya yang

berjudul “Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soil),

Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap Pertumbuhan

Anggur Varietas Alfonso Lafalle” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun dengan baik atas bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. M. Andi Rudhito S.Pd selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan pendidikan

4. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.

5. Ibu Hartini yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik

6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

7. Keluarga bapak Siprianus Peren Ola dan keluarga bapak Dominkus Ola Rotok yang telah mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi saya.

8. Adik-adiku tercinta, Dion Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan Simon Lamanepa yang selalu mendoakan penulis dalam menjalankan studi. 9. Kakak Fransiska Benga Ola dan Siprianus Snuken Medhon yang selalu

memberikan semangat dan inspirasi yang luar biasa buat penulis selama dibangku kuliah.

10.Segenap dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.


(11)

viii

Vita, Ardy, Veri, Ria Ongabelen, dan teman-teman Pendidikan Biologi 2010 atas kebersamaan dan cerita yang kita alami bersama.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kritik dan saran yang diberikan kepada penulis akan sangat berguna dalam penulis dalam mengerjakan tugas di masa mendatang.


(12)

ix

ABSTRAK

Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soil), Tanah Paingan (Aluvia), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan

Anggur Varitas Alfonso Lafalle

Elias Lamanepa 101434007

Universitas Sanata Dharma

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setip media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.

Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.

Kata kunci : jenis tanah, pertumbuhan tanaman anggur, varietas Alfonso lafalle, pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.


(13)

x

ABSTRACT

The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)

Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety

Elias Lamanepa 101434007

Sanata Dharma University

This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.

The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.

There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.

Keywords : soil type, growth of the grape, Alfonso lafalle, pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.


(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Hipotesa ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Peneliti ... 5

2. Bagi Masyarakat ... 5

3. Bagi Dunia Pendidikan ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Sejarah Tanaman Anggur ... 6

B. Klasifikasi Tanaman Anggur ... 7

C. Morfologi Tanaman Anggur ... 8

D. Syarat Tumbuh ... 9

E. Tipe Anggur... 10


(15)

xii

G. Tanah Paingan ... 26

H. Tanah Gunung Kidul ... 27

I. Pasir Pantai Samas ... 30

J. Hama dan Penyakit ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

1. Variabel Bebas ... 34

2. Variabel Terikat ... 34

3. Variabel Kontrol ... 34

B. Tempat dan Waktu ... 35

1. Tempat ... 35

2. Waktu ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Prosedur Percoaan ... 36

1. Penyiapan Lahan ... 36

2. Penyiapan Media Tanah ... 37

3. Penanaman Anggur ... 38

4. Perawatan dan Pemeliharaan ... 40

E. Pengambilan Data... ... 42

F. Cara Analisis Data ... 42

G. Instrumen Penelitian ... 46

1. Alat ... 46

2. Bahan ... 46

H. Agenda Pelaksanaan ... 46

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil ... 48

1. Tinggi Tanaman ... 49

2. Jumlah Daun ... 50

3. Diameter Batang ... 52

B. Pembahasan ... 54

1. Komposisi Media Tanam ... 58

2. Cuaca ... 61

3. Hama dan Penyakit ... 62

C. Aplikasi Penelitian Dalam Pembelajaran ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan yang Dapat Digunakan

Sebagai Dasar dalam Perwilayahan Pengembangan Anggur ... 9

Tabel 2.2 Perbedaan Tipe Pertumbuhan Anggur ... 10

Tabel. 2.3 Fator-faktor yang Mempengaruhi Kadar Co2 dan O2 Tanah... 22

Tabel. 2.4 Hubungan pH dan Ketersediaan Hara dalam Tanah ... 25

Tabel. 2.5 Sifat Fisik Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY ... 29

Tabel. 2.6 Sifat Kimia Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I DIY ... 30

Tabel. 2.7 Kandungan Beberapa Unsur Hara (%) dan pH Tanah Pasir Pantai (Entisols) ... 32

Tabel. 3.1 Pemupukan Daun dan Batang ... 41

Tabel. 3.2 Pemberantasan Hama ... 41

Tabel. 3.3 Pengamatan Keseluruhan Perlakuan ... 43

Tabel. 3.4 Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun ... 43

Tabel. 3.5 Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman ... 44

Tabel. 3.6 Rata-rata Perlakuan Diameter Batang ... 44

Tabel. 3.7 Analisis Variansi ... 44

Tabel.4.1 Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, Kelembaban, dan pH ... 48


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rancangan CRD/RAL... 36

Gambar 3.2 Skema Peletakan Pot...39

Gambar 3.3 skema sistem pagar...40

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman ...49

Gambar 4.2 Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Setiap Minggu ...49

Gambar 4.3 Diagram Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun...50

Gambar 4.4 Grafik Pertambahan Jumlah Daun Setiap Minggu...51

Gambar 4.5 Diagram Rata-rata Diameter Batang ...52


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian ...69

Lampiran 2 Analisis Data Statistik ...75

Lampiran 3 Hama dan Penyakit ...80

Lampiran 4 Silabus ...95

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

Lampiran 6 Penilaian ... 107

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa ... 116

Lampiran 8 Soal Post Test ... 119

Lampiran 9 Materi Ajar ... 121

Lampiran 10 Kisi-kisi Soal ... 126


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman tanaman buah–buahan. Dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negara tropis mempunyai beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya. Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan kawasan sub tropis. Akan tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa sekali dalam setahun. Indonesia bisa hampir tiga kali, dan saat panennya bisa diatur sepanjang tahun. Namun demikian Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan anggur dari konsumen sehingga masih mengimpor dari luar negeri.

Pengembangan anggur di Indonesia belum tersebar meluas karena masih banyak petani yang belum mengetahui secara tepat teknik budidaya anggur di daerah tropis yaitu dari ketinggian tempat, jenis tanah, perawatan dan pemangkasan untuk pembungaan. Perubahan iklim di Indonesia dengan curah hujan yang tinggi (tidak menentu) saat ini membuat produksi buah anggur menurun, serta banyak terserang penyakit. Budidaya anggur dipengaruhi oleh iklim, jenis tanah dan ketinggian tempat. Peningkatan kejadian iklim ekstrim yang ditandai dengan fenomena banjir, kekeringan dan


(20)

perubahan pola curah hujan yang berdampak pada pergeseran musim dan pola tanam. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat mampu menstimulus pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia (Erni Susanti, F. Ramadhani, E. Runtunuwu, I. Amien, 2009). Angin yang terlalu kencang kurang baik untuk pertumbuhan anggur. Curah hujan yang berlebihan dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit dan dapat merusak bakal bunga. Selain itu tanah yang baik pertumbuhan anggur mengandung pasir, lempung berpasir, dan banyak mengandung humus dan hara yang dibutuhkan

( http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/teknikbudidaya-anggur.html).

Sentral Anggur di Indonesia terdapat di Jawa Timur (Kediri, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT). Bali sampai ke NTB dan NTT sebenarnya potensial sebagai kawasan pengembangan anggur. Sudah banyak varietas anggur yang dikembangkan diantaranya yaitu Alicante, Golden Champion, Muscat V Gross Colman, Carolin, Prabubestari, dan Alfonso lavalle (anggur Bali). Anggur Bali (Alfonso lavalle) pada mulanya berasal dari daerah Probolinggo, karena kalah pesat pengembangannya dengan di daerah Bali sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alfonso lavalle) sangat cocok dibudidayakan di tempat terbuka dengan sinar


(21)

matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis tanah. Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah terlebih dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita, 2011).

Dalam budidaya tanaman anggur yang harus diperhatikan adalah kondisi iklim dan kondisi tanah seperti yang telah diuraikan diatas. Tidak semua jenis tanah dapat ditumbuhi oleh tanaman anggur dengan baik. Maka dalam penelitian ini menggunakan media tanah berbeda yang berasal dari tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (mediteran soil), dan pasir pantai Samas (regosol). Untuk memenuhi pertumbuhan anggur yang baik, ketiga jenis tanah ini dicampur dengan pasir dan pupuk kompos + kascing dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Kompos + kascing sebagai tambahan unsur hara makro dan mikro, sedangkan pasir sebagai aerasi dan drainase terhadap unsur hara secara secara vertikal kearah perakaran. Penelitian ini bermaksud mengetahui dari ketiga jenis tanah tersebut, tanah mana yang lebih baik untuk pertumbuhan dan pekembangan tanaman anggur.

Penelitian ini merupakan penelitian payung yaitu masih menggunakan jenis tanah dan varietas anggur yang sama namun berbeda perlakuan yaitu dengan menambahkan pupuk Nopkor. Dengan penelitian ini menunjukan adanya perbedaan pertumbuhan antara penggunaan Nopkor dan tanpa menggunakan Nopkor. Hasil yang diperoleh pertumbuhan lebih baik dengan menggunakan pupuk


(22)

Nopkor. Sehingga dapat diketahui tanah mana yang lebih baik untuk pertumbuhan anggur dan pengaruh dari pupuk Nopkor terhadap pertumbuhan varietas Alfonso lafalle.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh berbeda dari tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle ?

C.Batasan masalah

Adapun masalah-masalah yang dibatasi untuk diteliti yaitu pengaruh dari ketiga jenis tanah (tanah Paingan, tanah Gunung Kidul, pasir pantai Samas) dengan parameter pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

D. Hipotesis

Ada pengaruh tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan tanaman anggur Bali (Alfonso lafalle) yang diukur dari jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter batang.


(23)

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ketiga jenis tanah yaitu tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

a. Memenuhi tugas akhir

b. Menambah pengetahuan baru dibidang pertanian dan budidaya tanaman khususnya tanaman anggur

2. Bagi masyarakat

Sebagai inovasi baru dalam pemanfaatan lahan kapur dan lahan pasir untuk pembudidayaan anggur

3. Bagi dunia pendidikan

a. Memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah dibidang pertanian.

b. Mengembangkan keterampilan proses ilmiah dalam membantu siswa mengenal dan memahami persoalan biologi.


(24)

6 BAB II

DASAR TEORI

A. Sejarah Tanaman Anggur

Tanaman anggur (Vitis vinivera L) merupakan jenis tanaman buah yang berasal dari Timur Tengah tepatnya di Mezopotania dikenal sejak tahun 4000 sebelum Masehi. Tanaman ini merupakan tanaman buah perdu yang merambat yang termasuk dalam keluarga Vitaceae. Anggur masuk ke Indonesia sejak awal abad ke 18 dan dibawa langsung oleh orang Eropa (Niluh, Waeniati, Muslimin, Suwastika, 2012 : Jurnal Natural Science).

Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Oleh Colombus, tanaman anggur disebarkan ke Meksiko, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia. Penyebaran ini juga menjadikan buah anggur memiliki beberapa sebutan, seperti grape di Eropa dan Amerika, putao di Cina, dan anggur di Indonesia (Garjito dan Saifudin, 2011).

Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor anggur melalui surat keputusan mentri perdagangan dan koperasi No. 505/1982. Pengembangan perkebunan anggur di Indonesia


(25)

cukup propektif karena kondisi iklim dan tanah dapat mendukung tanaman tumbuh dan berproduksi optimal (Nurvita, 2011).

Anggur Bali (Alphonso lavalle) pada mulanya berasal dari daerah Probolinggo. Begitu pesat pengembangannya di daerah Bali sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alphonso lavalle) sangat cocok dibudidayakan di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis tanah. Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah terlebih dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita, 2011).

B. Klasifikasi Tanaman Anggur

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji) Divisi : Magnoliophya (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Rhamnales

Family : Vitaceae


(26)

C. Morfologi Tanaman Anggur Varietas Alfonso Lafalle

Tanaman anggur merupakan salah satu tumbuhan yang berbentuk semak, tinggi tanamannya bisa mencapai 15 meter, berakar tunggang. Batang berkayu, silindris, dan menjalar. Daunnya tunggal, tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat hingga jorong, panjangnya 10–16 cm, lebarnya 8–14 cm, helaian daun tipis tegar, bagian pangkalnya berlekuk (bertoreh), tepi daun bergerigi (dentatus), torehan daunnya agak masuk membagi daun menjadi tiga bagian. Bunga majemuk muncul di ketiak daun (axilaris), kelopak berbentuk mangkuk (urceolatus) berwarna hijau, daun mahkota berlekatan (gamopetelus) (Nurvita, 2011). Bentuk buah bulat, kulit buah matang berwarna ungu kehitaman, mengandung tepung atau lilin yang tebal. Daging buah berwarna putih dan berasa manis. Setiap dompolan berisi sekitar 35 buah dan bobot mencapai 535 gr (Garjito dan Saifudin, 2011).


(27)

D. Syarat Tumbuh

1. Suhu udara optimal 250 C-310 C

2. Kelembaban 40-60 % dan intensitas matahari 50-80 % 10- 12 jam sehari

3. Ketinggian tempat berkisar antara 1-800 m dpl 4. Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun

5. pH tanah 5,5-7,3. Jika pH tanah di bawa 5,5 perlu diberi kapur untuk menaikan pH tanah.

6. Tekstur tanah lempung berpasir dengan kandungan lempung 30-50 %, pasir 30-50 %, dan liat 7-12 %.

Tabel 2.1. Kriteria kelas kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam perwilayahan pengembangan anggur.

Persyaratan

Penggunaan/Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2

Temperatur rata-rata (0C) 22 - 28 28 - 32 18 - 22 Curah hujan tahunan (mm) 1.000 -

2.000

800 – 1000

3000 - 3500 Lama masa kering (bulan) 3 – 4 4 – 6

Drainase Baik Sedang

Tekstur tanah Halus Agak

kasar Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 57 –

100 Kedalaman tanah (cm) > 100 57 –

100 KTK liat (cmol/kg) > 16 ≤ 16 Kejenuhan basa (%) ≥ 35 <35 pH H2O tanah 5,5 – 7,3 5,2 –

5,5

7,3 – 8,0


(28)

Persyaratan

Penggunaan/Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S1

Salinitas (ds/m) < 3 3 – 4 Alkalinitas (%) < 8 8 – 12 Bahaya sulfidik (cm) > 125 < 125 Lereng (%) bahaya erosi <8 8 – 16

Erosi Sangat

rendah

Erosi rendah - sedang Batuan di permukaan (%) < 5 5 – 15 Ketebalan gambut (cm) < 60 60 –

140

E. Tipe Anggur

Pada dasarnya pertumbuhan anggur dibagi menjadi dua tipe yaitu anggur dataran rendah dan anggur dataran sedang.

Tabel 2.2. Perbedaan tipe pertumbuhan anggur Tipe

Pertumbuh an

Ketinggian Tempat

Varietas Karakteristik Buah

Anggur dataran rendah

1-300 mdpl dengan kondisi tanah porus,

lempung berpasir. Iklim yang dikehendaki adalah kering dengan jumlah bulan kering lebih dari 3,5 bulan.

Golden champion, sultana,

probolinggo biru, probolinggo putih, situbondo kuning, gros colman, alphonso lavalle, Delaware, black

Corinth,Thompso

n, muscat

d’alexandria.

Semuanya

termasuk spesies

Vitis vinevera.

Rasa buah manis sehingga sering dijadikan buah konsumsi. Ada beberapa jenis seperti : black corinth,thompso

n, muscat

d’alexandria

lebih sering dibuat kismis karena kulit cendrung tebal, daging buah terasa kenyal dan ukuran buah relatif kecil.


(29)

Tipe Pertumbuh

an

Ketinggian Tempat

Varietas Karakteristik Buah

Angur dataran sedang

Lebih dari 300 mdpl. Iklim yang dikehendaki agak basah dengan jumla bulan kering kurang dari tiga bulan per tahun

Curmen, beacon, white Malaga, isabela, dan brilliant.

Semuanya

termasuk spesies

Vitis labrusca

Rasanya masam sehingga sering dijadikan wine. Kulitnya tipis, tetapi ukuran buahnya relatif besar.

Tidak semua tanaman anggur bisa tumbuh optimal di dalam pot. Hanya bebeberapa varietas di antaranya varietas Probilinggo Biru, Probolinggo Putih, Situbondo Kuning, Isabela, Belgi, Australia, anggur Bali (Alphonso lavalle) dan Delaware.

Menurut sistem informasi manajemen pembangunan di pedesaan, BAPENAS, (2000) TTG budidaya pertanian, perbanyakan tanaman anggur yang paling efektif adalah dengan menggunakan stek. Pemilihan bibit stek yang baik sebagai berikut :

1. Panjang stek sekitar 25 cm, terdiri dari 2-3 ruas tunas yang diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas 1 tahun.

2. Bentuknya bulat dengan diameter berukuran 1 cm 3. Kulit batangnya berwarna coklat muda dan cerah.


(30)

4. Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan tampak memutih seperti kapuk.

Batang stek anggur akan tumbuh dengan baik di tempat teduh dengan kelembaban 60-80 % dan suhu 150C–250C. Akar anggur akan muncul dalam kisaran 28–30 hari jika ditanam dalam kondisi yang sesuai. Setelah tunas tumbuh dan daun-daun mulai tumbuh segar, lakukan pemangkasan daun dari yang paling bawah (tertua) dan sisakan 4–5 daun yang muda untuk meredam penguapan dan menjaga keseimbangan antara kemampuan akar dan perkembangan daun. Jika bibit anggur diperoleh dengan cara membeli, sebaiknya dipersiapkan medianya sebelum pemesanan sehingga setelah bibit sampai segera ditanam ke dalam pot. Bibit stek yang siap ditanam dalam pot berumur 2 bulan setelah pebibitan. Penanaman dilakukan diawal musim kemarau/saat panas tinggi.

Budidaya anggur dapat dilakukan dengan menggunakan pot. Diameter permukaan pot harus lebih besar dari dasar pot. Dari berbagai macam jenis bahan pot yang lebih baik untuk tanaman anggur adalah pot yang berbahan dasar tanah karena pada bagian dasar pot dari tanah memiliki pori-pori yang dapat menyerap air, sehingga akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila terlambat


(31)

menyiram dan tidak akan lembab jika terlalu banyak air saat penyiraman.

Media yang cocok untuk anggur adalah tanah lempung berpasir. Pasir digunakan untuk meningkatkan porositas dan memudahkan akar tanaman untuk berkembang. Untuk menghambat keluarnya air dari pot, bagian dasar pot sepertiganya diisi dengan tanah gembur. Kemudian masukan media yang sudah dicampur rata. Buat lubang ditengahnya untuk menanam bibit. Lepaskan polybag dan masukan ke dalam lubang yang sudah disediakan, atur posisi tanaman agar terlihat tegak, kemudian tutup permukaan dengan media tanam dan menyiramnya. Setelah penyiraman permukaan tanah akan menurun karena pemadatan media tanam. Tempatkan tanaman tersebut di tempat yang terkena sinar matahari secara penuh.

Penyiraman tanaman di dalam pot dilakukan setiap hari, dan waktunya sore hari. Pada waktu penyiraman harus hati-hati agar percikan air tidak merusak tanaman karena kondisi tanaman masih lemah. Tanaman anggur sangat menyukai tanah lembab dan udara yang kering selama masa pertumbuhan, bukan tanah yang basah atau yang airnya menggenang (Nurfita, 2012). Ketika hendak melakukan pemangkasan terapkan perlakuan stress air dimana tanaman tidak disiram hingga media benar-benar kering tetapi tanaman tidak mati. Ketika bunga muncul penyiraman


(32)

dilakukan normal kembali (Rahmat, 2011). Pemberian ajir pada tanaman anggur sangat penting agar bibit tumbuh lurus, dan sebagai penyangga bibit sampai tiba waktu pemangkasan pertama. Ajir bisa berupa kayu/bamboo setebal 1,5 cm dengan panjang 1 m. Dalam pertumbuhan tanaman anggur dengan sendirinya memanjat ajir dengan bantuan sulur.

Pelihara salah satu batang primer, jika tumbuh tunas di ketiak tangkai daun atau cabang sekunder segera dipotong untuk mempercepat pertumbuhan batang primer. Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh setinggi 50 cm dari permukaan media. Dari pemangkasan ini akan tumbuh cabang sekunder. Cabang sekunder dibiarkan tumbuh hingga 20 cm, kemudian dipangkas lagi untuk memperoleh cabang tersier. Untuk dirambatkan pada rambatan (sistem pagar). Dari cabang tersier ini yang akan nantinya muncul buah (Nurfita, 2011). Untuk mempercepat tumbuh buah dilakukan pemangkasan ranting yang menyebabkan bunga keluar dari cabang tersier. Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang tersier dengan mata tunas yang menonjol. Bunga yang keluar setelah pemangkasan akan mekar dan menghasilkan buah-buah kecil berwarna hijau. Buah akan terus berkambang dan mencapai pertumbuhan 105-110 hari setelah pemangkasan.


(33)

Untuk memperoleh buah yang baik dengan ukuran yang besar dilakukan penjarangan buah. Gunting bagian buah yang tidak berkembang sempurna ketika tanaman sudah berumur 50–60 hari setelah pemangkasan untuk memberikan tempat bagi buah yang sehat untuk tumbuh maksimal (Rahmat, 2011). Butiran buah yang dijarangkan 50-70% dari total butiran yang dihasilkan. Bungkus buah dengan menggunakan plastik untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Pada ujung plastik diberi lubang aerasi agar lalulintas udara tetap lancar (Nurfita, 2012).

Umumnya tanaman anggur dipanen ketika buahnya berumur empat bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memegang buah dan menggunting bagian tajuk paling atas dari buah. Waktu panen sebaiknya diatur agar jatuh pada musim kemarau, karena pada musim hujan kualitas buah yang dihasilkan kurang bagus, yakni kulit buah retak, mudah pecah, dan buah mudah membusuk. Dua minggu setelah panen dilakukan pemangkasan lagi untuk mempercepat pembuahan kembali (Rahmat, 2011)

Penggantian media tanam untuk mencegah tanaman kekurangan nutrisi dilakukan 1-2 tahun sekali dengan media yang baru. Komposisi media yang digunakan sama dengan media sebelumnya (Rahmat, 2011).


(34)

F. Tanah

Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon yang berkembang secara genetik. Proses pembentukan tanah atau perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi (Henry, 1988). Bahan-bahan mineral yang tidak padat terletak dipermukaan bumi akan tetap mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi.

Bagi tanaman fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh yaitu sebagai tempat akar berpenetrasi selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersama dengan makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini akan menipis. Untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar mulai menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperti nitrogen, pospor, kalium, magnesium, sulfur, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti vitamin, hormon, dan asam-asam organik (Kemas, 2013). Unsur-unsur hara akan tersedia melalui pelapukan dan pembusukan, bahan organik atau melalui perombaakan. Tanah jarang sekali mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyediakan semua


(35)

elemen esensial sepanjang waktu sesuai dengan kuantitas yang cukup bagi tanaman untuk dapat berproduksi dengan baik (Henry, 1988 ).

Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon-horizon (lapiasan-lapisan) yang berbeda baik dalam morfologi seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik kimiawi dan biologis sebagai bahan induk asal maupun bahan-bahan eksternal berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di atasnya dan mineral yang berasal dari letusan gunung api atau yang terbaawa oleh aliran air. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur), sedangkan sabilitas ukuran ruang terganntung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan air untuk bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Warnah tanah mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian, dan akumulasi bahan-bahan organik. Suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap bahan-bahan penyusun tanah (Kemas, 2013)

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) yang berdiameter 2–0,2 mm atau, debu (slit) berdiameter 0,2–0,002 mm, dan liat (clay) 0,002 mm. Tanah


(36)

yang didominasi pasir lebih banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih disebut poreus, yang didominasi debu, banyak mempunyai pori-pori sedang atau agak poreus, dan yang didomonasi liat banyak mrmpunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.

Semakin poreus tanah akan semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik : air dan udara banyak tersedia bagi tanaman) tetapi makin mudah air untuk hilang dari tanah. Semakin tidak poreus tanah, semakin sulit akar untuk berpenetrasi, serta air dan udara sulit bersirkulasi (darinase dan aerasi buruk : air dan udara sedikit tersedia) tetapi air tidak mudah hilang dari tanah. (Kemas, 2013). Pada umumnya unsur-unsur hara yang lebih besar berisi partikel-partikel debu, pelapukannya lebih cepat dari pada tanah berpasir. Hal ini menyebabkan tanah berdebu lebih subur dari pada tanah berpasir. Tanah dengan kandungan liat tinggi cenderung mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menahan baik air maupun unsur-unsur hara yang tersedia (Henry, 1988).

Faraksi pasir pada umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral fledspar dan mika yang cepat lapuk. Pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir. Tanah yang partikel-partikelnya


(37)

belum bergabung terutama yang bertekstur pasir disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, lembek jika basah, dan keras jika kering) disebut juga tanah tanpa struktur. Oleh karena itu tanah yang berstruktur baik akan mempunyai drainase dan aerasi yang baik, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi (menyerap) hara dan air dengan baik (Kemas, 2013).

Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan kelanturan (plasticity), menjadi gembur (friable) dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku (coherent) pada saat kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, sruktur, dan kadar air tanah. Tanah berliat-silikat akan berplastisitas kuat ketimbang tanah berpasir (Kemas, 2013).

Tanah yang didominasi oleh fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro (5.700 partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.400 pori makro) sehingga daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah keluar masuk, hanya sedikit air yang tertahan. Pori makro


(38)

disebut juga pori aerasi dan drainase. Meskipun ketersediaan air dan udara baik namun ketersediaan nutrisinya rendah.

Dominasi fraksi liat menyebabkan banyak terbentuknya pori mikro (90.250,853 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar 22.500 juta pori mikro), sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik, ketersediaan udara menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan mikroba tanah.

Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam jumlah sedang (5,776 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso), sehingga daya pegang terhadap air cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah keluar masuk tanah, dan sebagian air tertahan. Sebagian besar pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang (Kemas, 2013).

Aerasi tanah berkaitan denagan kondisi tata udara (keluar masuknya udara) dalam tanah. Brave (1951) mengemukakan akan terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanah akibat tertekannya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, respirasi akar, absorpsi (penyerapan) air dan unsur hara. Menurut Lawtoncit Kohnke (1980), serapan hara yang paling terganggu adalah kalium, kalsium, magnesium, nitrogen dan


(39)

fosfor. Hal ini terkait dengan proses respirasi akar tanaman yang menyerap O2 dari udara tanah dan melepaskan CO2, sehingga jika aerasi buruk akan terjadi akumulasi CO2 dan defisit O2. Respirasi akar dan aktivitas mikrobia aerobik (mutlak butuh oksigen) yang terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu, maka penyerapan hara melalui mekanisme aktif yang membutuhkan energi kimiawi (ATP) hasil proses respirasi akan terhambat, sehingga menghambat perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.

Khonke (1980) mengemukakan bahwa kadar CO2 pada udara tanah bervariasi antara 0,1%-5,0% dan jika aerasi buruk dapat mencapai hampir 20%. Pada kondisi tergenang (reduksi) udara tanah juga mengandung banyak gas methan, hidrogen sufilda, dan amoniak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dan O2 akan mneghambat aktivitas akar dan mikrobia, serta diffusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar O2. Henry D. Foth (1984) mengatakan, volume atmosfer berisi sekitar 79% nitrogen (N), 21% oksigen (O2), dan 0,03% karbondioksia (CO2). Respirasi akar dan organisme lain membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbondioksida (CO2). Hal ini menyebabkan konsentrasi karbondioksia (CO2) dalam tanah 10–100 kali lebih besar daripada oksigen. Perbedaan tekanan kedua gas tersebut menyebabkan oksigen (O2) mengalir secara difusi dari atmosfer kedalam tanah dan karbondioksida


(40)

(CO2) mengalir secara difusi dari tanah ke atmosfer. Difusi ini untuk mencegah defisiensi oksigen (O2) maupun kelebihan karbondioksida (CO2) sampai titik yang dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman.

Tabel. 2.3. Fator-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dan O2 tanah

Faktor-faktor

Kadar CO2 Penyebab

Lebih tinggi

Lebih rendah

Musim Musim

panas

Musim dingin

Terhambatnya aktifitas akar dan mikrobia

Perlakuan Pupuk kandang, kapur, pupuk dan ditanami

Tanpa Terhambatnya aktifitas akar dan mikrobia

Kadar air Tanah basah

Tanah kering Terbatasnya diffusi Tekstur

tanah

Tekstur halus

Tekstur kasar Terhambatnya laju diffusi, akibat lebih tinggi kelembaban Struktur

tanah

Agregasi lemah atau massif

Gembur Terhambatnya laju diffusi, akibat lebih tinggi kelembaban Kedalaman

tanah

Subsoil Topsoil Terhambatnya laju diffusi, akibat lebih tinggi kelembaban, akibat adanya topsoil.

Keterangan : Kadar CO2 tinggi = O2 rendah atau sebaliknya (Kemas, 2013).

Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Laju reaksi kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 100 kenikan


(41)

temperatur. Laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada temperatur 180–300C, seperti bakteri pengikat N (nitrogen) pada tanah berdrainase baik. Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperatur sekitar 300C. Pada temperatur di atas 300C, lebih banyak nusur K- tertukar dibebaskan ketimbang pada temperatur yang lebih rendah, sehingga penyerapanya oleh akar juga meningkat. Pada temperatur di atas 400C, mikrobia umumnya menjadi inaktif. Curah hujan yang tinggi akan menurunnkan temperatur tanah (Kemas, 2011).

Keseimbangan panas tanah terdiri dari perolehan dan hilangnya energy panas. Radiasi matahari yang diterima di permukaan tanah, sebagian kembali ke atmosfer dan sebagian lagi diabsorbsi oleh permukaan tanah. Dari total radiasi matahari yang sampai ke bumi kira-kira 34%, 19% diabsorbsi oleh atmosfer, dan 47% diabsorbsi oleh bumi. Panas yang diabsorbsi hilang dari tanah karena (1) evaporasi air, (2) radiasi kembali kedalam atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, (3) pemnasan udara di atas tanah, dan (4) pemanasan tanah. Pada siang hari atau musim panas, perolehan panas melebihi hilangnya panas dan temperatur tanah meningkat (Henry, 1984).

Nilai pH (asam-basa) merupakan inidikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara


(42)

dalam tanah. Ketersediaan hara di dalam tanah memiliki empat pola yaitu :

1. pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R) meliputi unsur N, Ca, Mg, Mn, Cu, dan Zn tetapi dengan kisaran nilai pH pada (T) yang bervariasi. Ketersediaan N maksimum pada pH 6,0–8,0, Ca dan Mg pada pH 7,0–8,5, serta Mn, Cu, Zn pada pH 5,0–6,5.

2. Pola rendah (R)-tinggi (T) terdiri dari unsur K, S, dan Mo, dengan kisaran maksimum untuk K dan S pada pH 6,0 ke atas dan Mo pada pH 7,0 ke atas.

3. Pola tinggi (T)–rendah (R) terdapat unsur Fe dengan ketersediaan maksimum pada pH 6,0 ke bawah.

4. Pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R)–tinggi (T) meliputi unsur P dan B, dengan ketersediaan maksimum untuk keduanya pada pH 8,7 ke atas, tetapi ketersediaan maksimum bawah untuk P pada pH 6,5–7,5, sedangkan untuk B adalah 5,0–6,8 (Kemas, 2013)


(43)

Tabel. 2.4. Hubungan pH dan ketersediaan hara dalam tanah

Keterangan : simbol kotak (unsur mikro) dan kerucut (unsur makro)

Pengaruh terbesar dari pH terhadap pertumbuhan tanaman yaitu ketersediaan unsur hara. pH tanah dihubungkan dengan

Keasaman Kebasaan

Tinggi se-dang

ren-dah

sgt -rend

sgt -rend

ren-dah

se-dang

Tinggi

pH:4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5

Nitrogen (N)

Kalium (K) Sulfur (S)

Magnesium (Mg) Kalsium (Ca)

Besi (Fe)

Mangan (Mn)

Boron (B)

Molibdenum (Mo)

Cu dan Zn


(44)

persentase kejenuhan basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100%, peningkatan pH disertai dengan peningkatan jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam larutan tanah. Unsur hara lain yang ketersediaanya meningkat disertai dengan peningkatan pH adalah molibdenum (Mo). Peningkatan molibdenum (Mo) menyebabkan tanaman keracunan. Ketersediaan kalium (K) biasanya baik pada tanah netral maupun tanah basa (alkali).

Ketersediaan atau kelarutan sejumlah nutrien tanaman menurun dengan meningkatnya pH. besi (Fe) dan mangan (Mn) umumnya kuarang banyak pada tanah berkapur. fosor (P) dan boron (B) juga cendrung tidak tersedia dalam tanah yang sangat masam. tembaga (Cu) dan seng (Zn) ketersediaannya baik pada tanah basa (alkali) maupun tanah yang sangat masam. Secara keseluruhan unsur hara tanaman, ketersediaannya dalam keadaan baik ditemukan pada pH 6,5 pada tanah berstatus basa tinggi. pH tanah basa rendah umumnya tidak melebihi 6,0 (Henry, 1984).

G. Tanah Paingan (Regosol Abu Vulkanik atau Aluvial)

Tanah yang berada di daerah Paingan tergolong dalam jenis tanah abu vulkanik. Yang dimaksud dengan abu vulkanik yaitu semua bahan atau material hasil erupsi gunung berapi/letusan gunung berapi atau lahar, baik itu berupa abu/debu, pasir, kerikil, batu maupun lapili. Warna dari bahan yaitu kelabu, kelabu muda


(45)

sampai hitam. Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor (1982), mengatakan bahwa tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai horizon penciri lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60% pada kedalaman 25–100 cm dari permukaan tanah. Semakin cerah warnanya, semakin banyak kandungan siliknya (SiO2) semakin asam, dan semakin kelam (hitam) warnanya semakin alkalis karena banyak kandungan Mg.

Tanah ini kaya akan unsur hara, tetapi unsur hara N (nitrogen) lebih rendah, karena unsur hara ini banyak berasal dari bahan organik. Pasir dan debu mengandung banyak mineral yang masih dapat lapuk seprti feldspars, cristobalite, volcanic glass, amphiboles, hematite, magnetite/maghemite, quarts, dll (Haryono dan Cahyono, 2009). Setelah mengalami perkembangan yang cukup lama (5000-10.000 tahun), abu vulkanik akan berubah menjadi tanah yang sangat subur yaitu tanah Andosol. Tanah ini memiliki daya pegang air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah keluar-masuk ke dalam tanah, sebagian air akan tertahan (Kemas, 2013).

H. Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils)

Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan gamping/batu kapur. Larutan-larutan besi (Fe) dari batu kapur menyusup ke


(46)

dalam retakan dan lubang-lubang. CO2 bereaksi dengan H2O menghasilkan asam karbonat yang menyebabkan pelindian Ca dan Mg dan menyisakan Fe teroksidasi dan Si mengendap. Dalam sistem klaasifikasi tanah PPT-Bogor (1982), tanah mediteran merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik dengan kejenuhan basa lebih besar dari 50% dan tidak mempunyai horizon albik.

Jenis tanah di Gunung Kidul berkembang dari formasi karang (reefs) dengan tanah berwarna merah-coklat yang terbentuk dari kerak yang tertimbun dalam retakan-retakan dan depresi. Tanah ini merupakan penimbunan lempung (clay) di horizon bawah. Lempung yang tertimbun tersebut berasal dari horizon atas karena adanya gerakan air dari atas ke bawah (vertical), proses eluviasi dan pelindihan (leaching). Selain itu adanya proses liksivisasi dan tekstur lempung (berat) sehingga apabila kering gumpalan sangat keras, dan jika basah sangat lekat.

Tanah tersebut terletak pada topografi berbukit dan gunung. Jika hujan airnya cepat mengalir ke bawah dan tidak menggenang, namun apabila terdapat cekungan airnya akan menggenang dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengering. Pada umumnya memiliki solum yang dalamnya (1m), reaksi tanahnya asam lemah hingga netral/sedikit alkalkis, dan kejenuhan basahnya masih tinggi 35% (Haryono dan Cahyono,


(47)

2009). Tanah ini memiliki daya pegang air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik, ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Kemas, 2013).

Tabel. 2.5. Sifat fisik tanah mediteran dari petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY.

Horiso n

Kedalama n (cm)

Warna

Sifat Fisik Lain Lembab

(moist)

Kering (dry)

Ap 0-19 10 R 2/1

Reddish Black

5 YR 5/3,5 Dull Reddish Brown

Granuler-gumpal, kecil, lemah, sangat lekat dan plastis, banyak poro-pori kecil, akar ukuran kecil-sedang dan lempung 84,9% B22t 19-70 10 R 3/6

Dark Red

5 YR 5/6 Bright

Reddish Brown

Gumpal menyudut, kompak tapi mudah pecah, banyak konkresi Mn dan Fe, akar sedikit, ukuran sedang, dan lempung 94,3% B23t 70-110 + 7,5 YR

4/4 Brown

2,5 YR 5/7 Bright

Reddish Brown

Gumpal

menyudut, kuat, sangat kompak tetapi mudah pecah, banyak konkresi Mn dan Fe, akar sangat sedikit, drainase jelek/lambat, lempung 92,5% Supriyo, 199


(48)

Tabel. 2.6. Sifat kimia tanah mediteran dari petak 17 Wanagama I DIY

Hirison BO (%)

Mn (mg/kg

tanah)

CaCO3 Bebas (%)

KPK/ Lempung

Ap 2,6 1,781 0,4 19

B22t 1,8 578 0,3 16

B23t 1,5 579 0,2 17

I. Pasir Pantai Samas (Regosol)

Tanah ini banyak terdapat di pantai selatan pulau Jawa misalnya pantai Parang Teritis, Samas, Kulon Progo, Kebumen, dan Cilacap yang pasirnya berasal dari vulkanik gunung Merapi. Menurut Dudal dan Suparapthoharjo (1957) tanah regosol merupakan tanah mudah yang berkembang dari bahan induk lepas yamg bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah. Bukit-bukit pasir yang terbenntuk dari pasir pantai berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai ke laut. Pasir yang ringan akan terbawa oleh ombak dan terlempar jauh dari bibir pantai, sedangkan pasir yang berat (partikelnya lebih besar) biasanya lebih hitam teronggok dekat bibir pantai yang landai. Pasir yang kering dan ringan tertiup angin kearah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi, sehingga terbentuk deretan bukit pasir (Haryono dan Cahyono, 2009). Pasir memiliki daya pegangan terhadap air sangat lemah. Kondisis ini menyebabkan air dan udara mudah keluar-masuk dalam tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Meskipun


(49)

ketersediaan air dan udaranya baik, ketersediaan nutrisi sangat rendah (Kemas, 2013).

Kendala pasir pantai jika ditananami tanaman adalah : 1. Kemampuan menyimpan air sangat rendah 2. Unsur hara yang tersedia sangat rendah 3. Kandungan garam sangat tinggi

4. Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi sehingga evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan.

Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan dengan :

1. Pemupukan dengan bahan organik (pupuk kandang, puupk kompos, pupuk hijau) atau material lain yang menyimpan banyak air seperti lempung dan pemberian mulsa pada sekitar tanaman untuk mengurangi penguapan.

2. Membuat sumur untuk mengairi atau menyiram. Selain itu memilih tanaman keras yang tahan terhadap kondisi kering seperti cemara, nyamplung, dan akasia. Tanaman tersebut baik sebagai penghijauan dan penahan angin untuk melindungi tanaman pertanian. Unsur hara yang belum tercukupi dipenuhi dengan cara pemupukan organik terutama pupuk kandang.


(50)

Tabel. 2.7. Kandungan beberapa unsur hara (%) dan pH tanah pasir pantai (Entisols).

No

Tempat

25 % HCl 2 % Asam Sitrrat pH P2O

5

K2O CaO P2O 5

K2O H2O KC L

1 Serayu

(Cilicap) 0,11 1 0,01 3 0,19 7 0,04 5 0,00

3 6,3 5,3 2 Kaliyoso

(Cilacap) 0,11 1 0,04 3 0,40 9 0,05 6 0,01

8 7,6 7,2 3 Plempungan

(Cilacap) 0,09 2 0,03 8 0,34 5 0,03 7 0,00

7 6,9 6,3

4 Cemaara

(Karawang) 0,05 2 0,02 5 0,25 8 0,01 9 0,00

7 6,9 6,2 5 K. Bengawan

(Karawang) 0,07 0 0,02 6 0,22 4 0,01 9 0,01

0 6,1 4,8

6 Adipala

(Kroya) 0,09 8 0,04 7 0,53 7 0,06 1 0,02

7 6,0 5,0

7 Cilacap 0,06

6 0,06 2 0,49 8 0,00 6 0,01

3 6,1 4,5

8 Bolang

(Karawang) 0,16 2 0,13 9 1,23 6 0,01 0 0,02

3 7,8 6,8 Darmawijaya, 1990.

J. Hama dan Penyakit

Perkembangan hama dan penyakit dipengaruhi oleh faktor ilkim baik secara langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban, udara relatif dan fotoperioditas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, serta kemampuan diapause serangga. Iklim ekstrim sering kali menstimulus beberapa hama dan penyakit untuk berkembang dengan cepat. Suhu udara dan kelembaban yang meningkat menyebabkan organisme pengganggu tanaman mudah berkembang biak (Erni, Ramadhani, Runtunuwu, 2013 : Jurnal


(51)

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme Penggangu Tanaman).

Perubahan iklim akan mengacu berbagai pengaruh berbeda terhadap jenis hama dan penyakit. Perkembangan hama dan penyakit tanaman dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk yaitu (1) eskalasi, di mana hama dan penyakit yang dulunya penting menjadi makin merusak, atau tingkat kerusakannya menjadi lebih besar, (2) perubahan status, dan (3) degradasi patogen yang ditularkan melalui vektor perlu mendapat perhatian, kerusakan tanaman akan meningkat akibat pathogen dan serangan vektornya. Peningkatan suhu udara merangsang terjadinya ledakan vektor. Penyakit yang penting ditularkan oleh vektor seperti virus kerdil dan CVPD.

(Anonim,2009:http://hirupbagja.blogspot.com/2009/10/pengaruh-perubahan-iklim terhadap.html).

Gangguan hama dan penyakit pada tanaman anggur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah. Pada serangan yang parah, tidak hanya menurunkan hasil tetapi juga menyebabakan kematian tanaman anggur. Hama dan penyakit tanaman anggur dapat menyerang akar, batang, daun, sulur, bunga, dan buah. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin agar tanaman dan buah terhindar dari kerusakan.


(52)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas adalah :

a. Tanah kapur dari Gunung Kidul b. Tanah pasir dari pantai Samas

c. Tanah lempung berpasir dari Paingan 2. Variabel terikat adalah :

a. Tinggi tanaman b. Jumlah daun c. Diameter batang 3. Variabel kontrol adalah :

Air, suhu udara, kelembaban tanah, pupuk organik, umur bibit, pemeliharaan, penyiraman, hama, dan penyakit.


(53)

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Lahan penelitian terletak di sebelah selatan kampus III Universitas Sanata Dharma, desa Paingan-Maguwoharjo-Depok-Sleman-Yogyakarta

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4-6 bulan, dimulai dari pertengahan Oktober 2013 sampai Februari 2014

C. Desain Penelitian

Desain penalitian ini menggunakan CRD atau disebut juga RAL (Rancangan Acak Lengkap) satu faktorial yaitu faktor tanah yang terdiri dari tiga taraf : tanah kapur Gunung Kidul, tanah pasir pantai Samas, tanah lempung berpasir Paingan, dan kontrol. Tanah merupakan variabel independen (variabel yang mempengaruhi), sedangkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang merupakan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi) (Ilhamzen 29 April 2013 dalam

http://freelearningji.wordpress.com./2013/04/29/uji-anova-untukpercobaan-fktorial-dalam-desain-rancangan-acak-leng)


(54)

Gambar. 3.1. rancangan CRD/RAL

D. Prosedur Percobaan

1. Penyiapan Lahan

a. Pembersihan lahan yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian

b. Lahan penelitian dipagari untuk menghindari gangguan dari luar baik hewan maupun manusia

c. Menyiapkan pot untuk media tanam dengan diameter pot 35 cm dan tinggi pot 40 cm.

PERLAKUAN (variabel independen)

PERTUMBUHAN (variabel dependen Mempengaruhi

T. Kapur.

G.K

T. pasir.

P.S

T. Paingan Kontrol

Tinggi tanama

n

Jmlh. daun

Diameter batang Tanah

Jenis Tanah Factor


(55)

2. Penyiapan Media Tanah

a. Menyiapkan tanah kapur yang berasal dari Gunung Kidul, tanah pasir yang berasal dari pantai Samas, dan tanah lempung berpasir yang berada di sekitar lahan penelitian yaitu desa Paingan.

b. Untuk masing-masing media tanah akan diberi perlakuan yang berbeda seperti ;

a) Tanah Gunung Kidul akan dicampur dengan pupuk kompos dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Misalnya 2 ember tanah kapur, 1 ember pasir, dan 1 ember pupuk kompos.

b) Pasir pantai Samas akan dicampur dengan pupuk kompos dengan perbandingan 3 : 1. Misalnya 3 ember pasir pantai dan 1 ember pupuk kompos c) Tanah Paingan akan dicampur dengan pasir dan dan

pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Misalnya 2 ember tanah lempung berpasir, 1 ember pasir, dan 1 ember pupuk kompos.

d) Pasir pantai Samas dicampur dengan pupuk kompos sebagai media kontrol dengan perbandingan 2 : 2 (1 ember pupuk kompos + pasir 1 ember)

c. Setelah semua media tercampur dengan merata, masukan ketiga jenis tanah tersebut kedalam pot masing-masing


(56)

yang sudah di siapkan dengan takaran yang sama masing-masing pot dua ember.

3. Penanaman Anggur

a. Lepaskan bibit dari polibag secara hati-hati dengan mengikut sertakan medianya. Kemudian letakan bibit tersebut ke dalam pot yang sudah tersedia.

b. Tanamlah bibit anggur tersebut ke dalam media, jangan terlalu dalam, yang terpenting seluruh bagian tertimbun media, kecuali bagian daunnya diusahakan berada di bagian atas media.

c. Setelah ditanam dalam media, siram perlahan-lahan agar semburan air tidak merusak media dan merobohkan bibit yang masih lemah.

d. Tempatkan pot dengan baik, dengan jarak 2 x 2 meter agar semua media dapat menerima cahaya matahari dengan baik.

e. Setelah penanaman langsung di pasang ajir yang terbuat dari bambu sebagai media rambat


(57)

Gambar. 3.2. skema peletakan pot

Keterangan gambar :

A : pasir pantai Samas B : tanah Paingan C : tanah Gunung Kidul

D : kontrol

A1, A2, A3 : replikasi pasir pantai Samas B1, B2, B3 : replikasi tanah Paingan C1, C2, C3 : replikasi tanah Gunung Kidul D1, D2, D3 : replikasi kontrol

U : arah mata angin

B2

B3 C3

C2 C1

D3 D2 D1 B1

A1

A2

A3


(58)

4. Perawatan dan Pemeliharaan

a. Penyiraman rutin dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari tergantung pada kondisi cuaca

b. Jika air yang digunakan mengandung kaporit, diendapkan terlebih dahulu 2 x 24 jam supaya kadar kaporitnya menurun.

c. Hindarkan dari hujan deras jika tanaman masih kecil agar tidak patah.

d. Pemasangan media rambat menggunakan sistem pagar

20 cm

50 cm

Gambar. 3. 3. skema sistem pagar

e. Dalam media tumbuh yang terbatas, kandungan hara dalam media tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman anggur. Sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan dosis sebagai berikut :


(59)

Tabel. 3.1. Pemupukan Daun dan Batang No Jenis

Pupuk

Aturan Pengenceran Waktu

Penyemprota n

Jedah Waktu

1 Lipotril 14 liter air sumur

dicampur dengan 5 tutup botol Lipotril

Dilakukan pagi hari sebelum jam 11.00

 Penyemprotan pertama kali dilakukan 5 hari setelah tanam

 Setela itu

penyemprotan rutin dilakukan 7 hari sekali selama 2 bulan

 Setelah 2 bulan penyemprotan dilakukan 15 hari sekali hingga berbuah

Tabel. 3.2. Pemberantasan Hama No Jenis

Peptisida

Aturan Pengnceran Waktu

Penyemprotan

Jedah Waktu

1 Lanette 1,5 gr Lanette dicampur dengan 1 liter air

Dilakukan sore hari menjelang malam

 Penyemprotan dilakukan ketika tanaman sudah terserang hama dan di berikan 7 hari sekali


(60)

E. Teknik Pengambilan Data

a. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali yaitu setiap hari Rabu dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari titik tumbuh pada pangkal batang primer hingga ujung, kemudian diukur pula setiap cabang sekunder lalu dijumlahkan.

b. Jumlah daun

Menghitung keseluruhan daun yang ada pada tanaman anggur

Alfonso lafalle seminggu sekali tepatnya pada hari Rabu. c. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong yang dilakukan setiap minggu tepatnya pada hari Rabu. Adapun data tambahan yang diambil untuk mendukung hasil penelitian ini yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah yang dilakukan setiap minggu sekali bersamaan dengan pengambilan data di atas.

F. Cara Analisis Data

Analisi data dengan menggunakan uji F Anova dengan cara 1. Kelompokan data menurut perlakuan

2. Setiap perlakuan dihitung total perlakuan, rata-rata perlakuan, dan jumlah total perlakuan


(61)

Tabel. 3.3. Pengamatan Keseluruhan Perlakuan Perlakuan Variabel terikat Total perlakuan Rerata perlakuan Jumlah daun Tinggi tanaman Diameter batang 1 2 3 1 2 3 1 2 3

T1(tanah kapur) T2 (pasir pantai Samas) T3 (Paingan) T3 (Kontrol)

Jumlah total perlakuan

Tabel. 3.4. Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun

Perlakua n

Rata-rata Jumlah Daun

Total Perlaku an Rerata Perlaku an Tanah Kapur Pasir Pantai Samas Lempung Berpasir Kontrol Tanpa Nopkor


(62)

Tabel. 3.5. Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman

Perlakua n

Rata-rata Tinggi Tanaman

Total Perlaku an Rerata Perlaku an Tanah Kapur Pasir Pantai Samas Lempung Berpasir Kontro l Tanpa Nopkor

Jumlah Total Perlakuan

Tabel. 3.6. Rata-rata Perlakuan Diameter Batang

Perlakua n

Rata-rata Diameter Batang Total Perlaku an Rerata Perlaku an Tanah Kapur Pasir Pantai Samas Lempung Berpasir Kontro l Tanpa Nopkor

Jumlah Total Perlakuan

Tabel. 3.7. Analisis Variansi

Sumber variansi Df SS MS F hitung

F table

5% 1%

Perlakuan Galat percobaan Total


(63)

3. Menghitung df

a. Untuk menghitung df total = jumlah semua pengmatan – 1 b. df perlakuan = jumlah perlakuan – 1 c. df galat = df total – df perlakuan 4. Menghitung CF

a. CF total

5. Menghitung SS

b. SS total = ΣX2 - CF

c. SS perlakun = Σ (total perlakuan)2 : r – CF d. SS galat = SS total – SS perlakuan 6. Menghitung MS

a. MS perlakuan = SS perlakuan : df perlakuan b. MS galat = SS galat : df galat

7. F hitung = MS perlakuan : MS galat

8. Setelah mendapat nilai F hitung, bandingkan dengan F tabel. 9. Hitunglah koefisien variasi

Bandingkan F hitung dengan F tabel

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1% maka perbedaan diantara rerata perlakuan sangat signifikan

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara rerata perlakuan signifikan

c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara rerata perlakuan tidak signifikan


(64)

G. Instrumen Penelitian

1. Alat

Pot, gembor, para-para, ember, thermometer, pH meter, hidrometer, penggaris, meteran, skop, cangkul, dan parang.

2. Bahan

Bibit anggur, pupuk kompos, Lipotril, air, tanah kapur, tanah pasir, tanah lempung berpasir dan peptisida (lanette).

H. Agenda Pelaksanaan

WAKTU

KEGIATAN

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MINGGU

KE

MINGGU KE

MINGGU KE

MINGGU KE

MINGGU KE 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan

proposal skripsi dan bimbingan Penyiapan lahan, alat dan bahan


(65)

WAKTU

KEGIATAN

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

MINGGU KE

MINGGU KE

MINGGU KE

MINGGU KE

MINGGU KE

1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2 Perawatan

dan

pemeliharaan Pengamatan dan

pengambilan data

Membuat laporan akhir


(66)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil penelitian di lapangan (lampiran 1) ada beberapa fakta yang ditemukan seperti pada tabel berikut.

Tabel.4.1. Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, Kelembaban, dan pH

Pengukuran pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle,melalui perhitungan menggunakan uji F Anova (lampiran 2) menunjukan tidak ada perbedaan nyata pengaruh ketiga jenis tanah terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso lafalle

baik tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Media Tanam

Rata-rata

Tinggi (cm)

Jumlah Daun

Diameter

(mm) pH

rH (%)

Aluvial 288,67 48,33 5,06 6,38 34,66

Regosol 266,33 40,33 5,76 5,48 55,44

Mediteran 219,8 38,33 4,5 5,56 74,7


(67)

1. Tinggi tanaman

Gambar 4.1. diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman

Dari grafik di atas dapatdiketahui bahwa rata-rata total tinggi tanaman lebih baik terdapat pada tanah Aluvial yaitu 288,67 kemudian diikuti tanah Regosol 266,33, tanah Mediteran 219,8, dan yang terakhir perlakuan kontrol yaitu 152,06.Untuk mengetahui pertumbuhan setiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.2. grafikPertambahan Tinggi Tanaman Anggur setiap Minggu 288,67 266,33 219,8 152,06 0 50 100 150 200 250 300 350

ALUVIAL REGOSOL MEDITERAN KONTROL

T in ggi ( cm )

Jenis Tanah

-10 0 10 20 30 40 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

T in ggi ( cm ) Mingg Ke REGOSOL ALUVIAL MEDITERAN KONTROL


(68)

Dalam minggu pertama keempat media belum menunjukan adanya pertambahan meningkat.Dalam minggu kedua perlakuan kontrol mulai mengalami pertambahan meningkat sedangkan ketiga perlakuan lainnya baru mengalami pertambahan meningkat dalam minggu ketiga.Kemungkinan yang terjadi ketiga media ini (Regosol, Alluvial, dan Mediteran) masih beradaptasi dengan kondisi setempat.Pada minggu kedelapan dan keempat belas perlakuan kontrol mengalami kemerosotan pertumbuhan hingga mencapai minus pertumbuhannya. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Dapat disimpulkan bahwa ketiga perlakuan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik.Kadang pertumbuhanya sangat cepat seperti pada media Aluvial dari minggu kesebelas hingga minggu ketiga belas.Begitupun yang terjadi dengan media Regosol dan media Mediteran.

2. Jumlah daun

Gambar 4.3. diagram rata-rata pertambahan jumlah daun

48,33

40,33 38,33

34,33

0 10 20 30 40 50 60

ALUVIAL REGOSOL MEDITERAN KONTROL

Ju

m

lah

D

a

u

n


(69)

Dari grafik rata-rata pertambahan jumlah daun di atas yang cukup baik terdapat pada tanah Alluvial 48,33, kemudian diikuti dengan tanah Regosol 40,33, tanah Mediteran 38,33, dan kontrol 34,33.Jumlah daun berkaitan erat dengan pertumbuhan tinggi tanaman.Semakin baik perkembangan daun, proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga energi yang dibutuhkan oleh tanaman anggur tersedia dengan baik. Seperti pada hasil penelitian di atas, rata-rata jumlah daun tanaman anggur pada tanah Aluvial lebih tinggi sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibandingkan dengan ketiga jenis perlakuan lainnya. Untuk mengetahui pertambahan jumlah daun tanaman anggur setiap minggu, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.4. grafik Pertambahan jumlah daun setiap minggu

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Ju

m

lah

D

a

u

n

Minggu Ke

REGOSOL ALUVIAL MEDITERAN KONTROL


(70)

Pada minggu pertama media kontrol dan media Aluvial sudah mulai mengalami pertambahan jumlah daun, media Regosol mulai mengalami pertambahan jumlah daun pada minggu kedua, dan media Mediteran pada minggu ketiga.Mulai minggu ketujuh hingga minggu kesembilanpertambahan jumlah daun pada keempat media mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Namun pada minggu kesepuluh mulai terlihat jumlah daun mulai mengalami peningkatan.Pada minggu ketiga belas media Aluvial mulai menunjukan pertambahannyata jumlah daun.Pada minggu keenam belas, keempat perlakuan kembali menunjukan penurunan pertambahan jumlah daun yang cukup besar. Namun dengan cepat terjadi adaptasi kembali untuk melawan hama dan penyakitsehingga pada minggu ketujuh belas mulai terjadipeningkatan pertumbuhan kembali.Hambatan yang paling besar dalam pertambahan jumlah daun ini adalah hamadan penyakit.

3. Diameter batang

Gambar 4.5. diagramrata-rata diameter batang

5,06 5,76 4,5 4,46 0 1 2 3 4 5 6 7

ALUVIAL REGOSOL MEDITERAN KONTROL

D ia m et er ( m m ) Jenis Tanah


(71)

Dari ata-rata pertambahan diameter batang lebih baik terdapat pada media Regosol yaitu 5,76 mm, kemudian diikuti dengan media Aluvial 5,06 mm, media Mediteran 4,50 mm, dan media kontrol 4,46 mm. Dari aspek yang diukur pada tanaman anggur, media Aluvial mengungguli media lain dalam hal pertumbuhan tinggi dan jumlah daun sedangkan untuk diameter batang media Regosol yang lebih baik. Perbedaan diameter batang antara media Regosol dengan media lainnya tidak terlalu besar. Untuk melihat pertambahan diameter batang stiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.3. grafikPertambahan Diameter Batang setiap Minggu

Pada minggu pertama, keempat media (tanah Regosol, tanah Aluvial, tanah Mediteran, dan kontrol) mulai mengalami pertambahan diameter batang.Pada minggu ketiga, keempat perlakuan ini mengalami kemerosotan pertumbuhan diameter batang hingga minggu

-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Di

a

m

e

ter

(

m

m

)

Minggu Ke

REGOSOL ALUVIAL MEDITERA N


(72)

keempat.Pertumbuhan kembali mengalami peningkatan pada minggu kelima hingga minggu ketujuh yang diungguli oleh media Aluvial.Pada minggu kedelapan, semua perlakuan mengalami penurunan pertambahan diameter batang.Penurunan paling besar terdapat pada media Aluvial.Namun terjadi pertumbuhan kembali pada minggu kesembilan.Dari minggu kesembilan hingga minggu ketujuh belas hanya media Regosol yang konsisten dengan pertambahan diameternya.Sementara ketiga perlakuan lainnya, pertambahannya tidak tetap (naik dan turun). Kemungkinan yang terjadi adalah bahwa naik dan turunnya pertambahan dimeter batang lebih berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan serta hama dan penyakit.

B. Pembahasan

Dari rata-rata keseluruhan parameter yang di ukur tanah Paingan (Aluvial) mengalami pertambahan tinggi dan jumlah daun yang lebih baik. Sementara untuk pertambahan diameter batang pasir pantai Samas (Regosol) yang perkembangannnya lebih baik. Kenyataan yang terjadi di lapangan cabang sekunder yang tumbuh lebih banyak pada tanah Regosol sehingga membutuhkan diameter baatang yang besar untuk menahan cabang-cabang yang lain.

Tanah merupakan media tumbuh bagi semua jenis tanaman.Jenis tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dalam penelitian


(73)

ini media tanam yang digunakan terdiri dari tiga jenis tanah yaitu: tanah Regosol (tanah berpasir/pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), dan tanah Latosol (tanah Gunung Kidul).Menurut Rukmana (1999) jenis tanah yang ideal untuk pengembangan tanaman anggur adalah tanah aluvial dan grumosol.Tanah aluvial ditandai dengan karakteristik warna tanah kelabu atau cokelat, teksturnya liat atau berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%, dan produktivitas tanahnya tergolong rendah sampai tinggi.

Hasil pengukuran pH tanah, rata-rata dari masing-masing tanah menunjukan pH tanah Aluvial (Tanah Paingan) rata-rata 5,5, tanah Regosol (tanah berpasir/pantai Samas) rata-rata6, tanah Latosol (tanah Gunung Kidul) rata-rata 5,2, dan kontrol memiliki rata-rata5,4. Dengan adanya nilai pH dari masing-masing media tanam kita dapat mengetahui unsur hara yang terkandung di dalamnya.Menurut Kemas (2013)nilai pH (asam-basa) merupakan inidikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah.Ketersediaan N maksimum terdapat pada pH 6,0–8,0, Ca dan Mg pada pH 7,0–8,5, serta Mn, Cu, Zn pada pH 5,0–6,5.Unsur K, S, dan Mo, dengan kisaran maksimum untuk K dan S terdapat pada pH 6,0 ke atas dan Mo pada pH 7,0 ke atas. Unsur Fe dengan ketersediaan maksimum terdapat pada pH 6,0 ke bawah. Unsur P dan B, dengan ketersediaan maksimum untuk keduanya terdapat pada pH 8,7 ke atas. Tetapi ketersediaan minimum untuk P terdapat pada pH 6,5– 7,5, sedangkan untuk B adalah 5,0–6,8.


(74)

Selain pH, kelembaban tanah juga diukur. Kelembaban rata-rata (rH) tanah Aluvial mencapai 83%, tanah Regosol 60%, tanah Latosol dengan 98%, dan kontrol 77%.Kelembaban tanahyang tinggi dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan konsistensi tanah. Konsistensi tanah yang tinggi lebih mudah menahan air karena banyak mengandung debu(clay) dan liat.Kelembaban dan pH tanah merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur.Kelembaban dan pH dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempercepat masa pertumbuhan tanaman.

Selain pH dan kelembaban tanah, keadaan iklim juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggur. Keadaan iklim yang optimum untuk pertumbuhan tanaman anggur adalah iklim daerah pantai dengan ketinggian 0-300 meter dpl. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 181-193 meter dpl sehingga boleh dikatakan sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur.Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman angggur adalah 25º-30ºC, sedangkan suhu udara lokasi penelitian berkisar 23º-32º C. Kelembaban udara optimum adalah (rH) 40%-80% sedangkan kelembaban udara lokasi penelitian berkisar 66 %-98 %.

Curah hujan yang tinggi merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman anggur.Tanaman anggur membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan dengan hujan lebat, apalagi air sampai menggenang di dalam pot.Curah hujan yang tinggi akan bepengaruh terhadap penurunan temperatur tanah. Laju reaksi kimiawi biota tanah akan lebih cepat terjadi


(75)

pada suhu tertentu. Menurut Kemas (2013) laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada temperatur 180C–300C.Permukaan media tanam (tabulampot) sangat kecil sehingga perolehan lebih tinggi melebihi hilangnya panas.Perolehan panas yang tinggi mempercepat penguapan dan suhu tanah cepat meningkat.

Selain curah hujan yang tinggi, hama dan penyakit yang menyerang tanaman juga merupakan penghambat pertumbuhan tanaman anggur. Serangan hama mulai terlihat ketika masuk minggu ke-2 saat penelitian. Hama yang ditemukan selama penelitian adalah Idioscopus nisveosparsusyang sering menyerang tunas muda, bunga dan buah.Kumbang daun (Holotrichia heleri)memakan daun-daun tanaman anggur kemudian membuat lubang-lubang pada daun tanaman anggur (terlampir).Belalang setan memakan segala jenis tanaman pada malam hari.Jenis penyakit yang menyerang tanaman anggur dilihat dari ciri morfologinya adalah penyakit karat daun, bercak kering, tepung palsu, daun menggulung dan busuk daun. Dari semua penyakit di atas sebagian besar disebabkan oleh cendawan kecuali penyakit daun menggulung yang disebabkan oleh virus Grapevine leafroll associated virus (GLRaV). Selain Virus, penyakit jugadisebabkan oleh cendawan dengan tipe cendawan yang berbeda. Seperti penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan

Hemileia vastratrix B. and Br, penyakit bercak kering disebabkan oleh cendawan Alternaria Solani, penyakit tepung palsu disebabkan oleh


(1)

Filokalin = daun

Kaulokalin = batang


(2)

126 Lampiran 10

KISI-KISI SOAL EVALUASI

Nama Sekolah : Kurikulum :

Kelas/Semester : XII/1 BentukSoal : Uraian

Mata Pelajaran : Biologi Penyusun : Peneliti

Materi Pembelajaran : Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

Indicator Aspek (C1) Pengetahuan (C2) Pemahaman (C3) Penerapan (C4) Analisis (C5) Sintesis (C6) Penilaian 1. Memahami pengertian

pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

B1

2. Mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman


(3)

127

3. Menjelaskan fungsi faktor internal dan faktor eksternal pada pertumbuhan tanaman

4. Memahami proses pertumbuhan danperkembangan pada tanaman

B5

Ket :


(4)

Lampiran 11

SOAL EVALUASI

“Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”

Nama :

Kelas :

Mata Pelajaran :

Tanggal :

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan ? (skor 3)

2. Sebutkan dua factor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ! (skor 1)

3. Apa saja faktor yang termasuk dalam factor luar atau factor eksternal ? (skor 2) 4. Sebutkan fungsi masing-masing faktor yang terdapat dalam factor eksternal ! (skor 5) 5. Apa yang terjadi jika suatu tumbuhan mengalami kekurangan unsur hara ? (skor 3) 6. Hormon merupakan salah satu factor intersel yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan. Apasajahormon-hormon tersebut dan berikan fungsi dari masing-masing hormon tersebut ! (skor 6)

Pedomanpenilaian Skor x 5 = Nilai Akhir Ket:


(5)

Kunci Jawaban

1. Pertumbuhan adalah proses kenaikan massa dan volume yang irreversibel (tidak kembali keasal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selama proses tersebut.

Perkembanganadalah proses menujutercapainyakedewasaanatautingkat yang lebihsempurna. Perkembangantidakdapatdinyatakansecarakuantitatif.

2. Dua factor utama:

- Faktor luar atau factor eksternal - Faktor dalam atau faktor internal

3. Faktor eksternal - Cahaya matahari - Suhu

- Kelembaban

- Air dan unsure hara tanah - pH

4. Fungsi:

- Cahaya berfungsi dalam menentukan proses fotosintesis tumbuhan, selain itu mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap.

- Suhuber pengaruh terhadap kerja enzim-ensim yang membantu metabolisme - Kelembaban berfungsi membantu ketersediaan air tetap berada di sekitar

tanamans ehingga sel-selnya akan dapat menyerap air dalam jumlah banyak - Air berfungsi bagi tumbuhan adalah menentukan laju fotosintesis, sebagai pelarut

universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, mengedarkan hasil-hasil fotosintesis

- pH berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

5. Pertumbuhan dan perkembang tumbuhan akanmengalami hambatan, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik. Selain itu akan berdampak buruk bagi tumbuhan yaitu kematian

6. Hormon:

a. Auksin

- Banyak terdapat pada ujung koleoptil - Mendorong pemanjangan batang/pucuk

- Merangsang pertumbuhan akar adventif pada batang/stek batang - Memacu dominasi tunas apikal (tunas diujung batang)


(6)

b. Giberelin

- Memacu pertumbuhan batang

- Merangsang perkecambahan biji dan tunas - Merangsang pembentukan bunga

- Merangsang perkembangan buah tanpa biji (partenokarpi)

c. Sitokinin

- Memacu pembelahan sel dan pembentukan organ - Menunda penuaan

- Memacu perkembangan kuncup samping - Memacu perbesaran sel pada kotiledon dikotil.

d. Asam Absisat (ABA)

- Menghambat pertumbuhan (dormansi) - Memacu pengguguran daun, bunga, dan buah

e. Gas Etilene

- Mempercepat pematangan buah, merangsang pembungaan, merangsang penuaan dan pengguguran daun serta menghambat pemanjangan batang

f. Kalin

- Merangsang pertumbuhan bagian-bagian tanaman

Rhizokalin = akar

Filokalin = daun

Kaulokalin = batang