UPAYA MEMINIMALISASI PENGGUNAAN PIDANA PENJARA BAGI ANAK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

(1)

i

UPAYA MEMINIMALISASI

PENGGUNAAN PIDANA PENJARA BAGI ANAK

Tesis

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister Ilmu Hukum

Oleh : SUSILOWATI, SH.

B4A 099 162

Pembimbing :

I. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. II. Eko Soponyono, SH. MH.

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2008


(2)

ii

UPAYA MEMINIMALISASI

PENGGUNAAN PIDANA PENJARA BAGI ANAK

Oleh : SUSILOWATI, SH.

B4A 099 162

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal ...

Tesis ini telah diterima

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum

Pembimbing :

I. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. II. Eko Soponyono, SH. MH. NIP. 130 131 702 NIP. 138 675 155

Mengetahui Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. NIP. 130 131 702


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberikan serta melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara bagi Anak”

Penulis menyadari meskipun penyusunan tesis ini telah dilakukan dengan sungguh-sungguh, tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang ada maka tesis ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran demi perbaikan tesis ini sangat diharapkan.

Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. Selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, sekaligus pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan sehingga tulisan ini dapat terwujud. 2. Bapak Prof. Dr. Barda Nawawi Arief, SH. yang dengan pengetahuannya yang luas

telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini

3. Bapak Eko Soponyono, SH.MH. yang dengan pengetahuannya telah memberikan arahan dan masukannya dalam penulisan tesis ini

4. Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk


(4)

iv

melakukan wawancara dengan hakim anak pada Pengadilan Negeri yang hasilnya dapat bermanfaat bagi kelengkapan data bagi penyusunan tesis ini .

5. Bapak Heri Supriyono, SH.MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.

6. Bapak Ridwan Ramli, SH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat, yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.

7. Bapak Sulthoni, SH.MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.

8. Ibu Ely Maryani, SH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis.

9. Ibu Siti Farida, SH. MH. Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara, yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis

10.Ibu Cut Henny, SH. Kasi Bimbingan dan Pembinaan Anak, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dari Dirjenpas.

11.Bapak dan Ibu staf administrasi Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang yang telah membantu selama penulis menjadi peserta dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum.

12.Teman-teman peserta Program Studi Magister Ilmu Hukum angkatan tahun 1999 atas segala dorongan yang telah diberikan.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ibunda tercinta atas segala asuhan dan didikannya dan sampai sekarang masih merupakan pedoman bagi penulis. Dan terima kasih yang tak terhingga


(5)

v

kepada almarhum ayahanda tercinta, semoga Allah SWT menerima ayahanda yang telah membesarkan dan mengasuh penulis dengan tulus dan suci.

Semoga Allah SWT, memberikan imbalan kepada beliau atas amal baiknya yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis hanya berharap mudah-mudahan tesis ini bermanfaat, terutama bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Oktober 2008


(6)

vi

EFFORT TO MINIMIZE UTILIZATION

OF IMPRISONMENT TO CHILD

By : Susilowati, SH.

Magister of Law Science Postgraduate Program Diponegoro University

ABTRACT

Child is not adult miniature, hence with characteristic and nature of the typical child reqire different of treatment. The Act No. 3 year 1997 on Juvenile Court have given alternative of sanction to the child, that is crime commited sentence of child of. It is not good if then happened if cannot help fallen by prison crime.

Fundamental of problem of this thesis is : How effort of minimize utilization of imprisonment to child ? Whats factors is just which become consideration of judge in dropping crime serve a sentence to child ? and How to policy of criminal law in the effort of minimize utilization of imprisonment to child.

Utilized research method here is approach ofsociologic juridical to know effort of minimize utilization of imprisonment to child to done child with field study and bibliography. Obtained to be data to be analyzed with decomposition descriptively and prescriptive.

One of the effort done for the minimize utilization of imprisonment to child in this time by throwing idea “Restorative Justice” to perpetrator of doin an injustice. This effort can be done with cure deliberation model by entangling victim and perpetrator of child doing an injustice along with its and also role of society.

Factors becoming consideration of judge in punish imprisonment to child beside guide at confidence of judge, in judging the case of child is obligrd to consider the existence of research of made by social officer from Balai Pemasyarakatan (BAPAS), what in it contain data concerning personal self the child, conclusion or suggestion of counselor of social officer. Penal policy in the effort of minimize utilization of imprisonment to child by phase of formulas, application and execute.

Effort of minimize utilization of imprisonment to child can be conducted with approach of restorative justice. Restorative justice is modern punishing model which is more of humanity to children. Principal of restorative justice represent result of comparison and explores between approach of prosperity with approach of justice. Judge in decision to child have to consider social report of made by social research officer. Fact of field, indicating that judge only just use social research when to give sanction of imprisonment to child. Decision judge tend to flange at give of crime sanction in the form of prison of child. Penal policy to effort of minimize utilization of imprisonment to child, can be gone through to pass step by phase of formulas, application and execute. Considering negative impact of arising out in consequence of crime fallout serve a imprisonment to child of doing an injustice later on day, hence judge shall to give to effort of minimize utilization of imprisonment to child as last choice and for the duration of which as brief as possible. As according to principle of “Ultimum Remedium”.


(7)

vii

ABSTRAK

Anak bukanlah miniatur orang dewasa, maka dengan ciri dan sifat anak yang khas tersebut perlu ditentukan perbedaan perlakuan. Undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah memberikan alternatif pemberian sanksi hukum bagi anak, yaitu berupa tindakan. Hal inilah yang harus dipertimbangkan oleh hakim sebelum menjatuhkan pidana penjara bagi anak pelaku tindak pidana. Harus dipikirkan dampak buruk yang terjadi jika terpaksa harus dijatuhi pidana penjara.

Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah Bagaimanakah upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak ? Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara bagi anak ? dan Bagaimana kebijakan hukum pidana dalam upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak

Metode penelitian yang dipergunakan disini adalah pendekatan yuridis sosiologis untuk mengetahui Upaya meminimalisasi Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak yang dilakukan dengan kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif.

Salah satu usaha yang dilakukan untuk meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak saat ini adalah dengan melontarkan ide “Restorative Justice” terhadap pelaku tindak pidana. Usaha ini dapat dilakukan dengan model musyawarah pemulihan dengan melibatkan korban dan pelaku tindak pidana anak beserta keluarganya serta peran masyarakat.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara bagi anak selain berpedoman pada keyakinan hakim, dalam memutus perkara anak wajib mempertimbangkan adanya penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh petugas kemasyarakatan dari BAPAS (Balai Pemasyarakatan), yang didalamnya berisi data mengenai diri pribadi si anak juga berisi saran atau kesimpulan dari pembimbing kemasyarakatan terhadap tindak pidana yang telah dilakukan oleh anak tersebut. Kebijakan hukum pidana dalam upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak adalah dengan melakukan upaya-upaya melaluui tahap formulasi, aplikasi, dan Eksekusi dalam pemberian perlindungan untuk meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak.

Upaya meminimalisasi penggunaan pidana penjara bagi anak, dapat dilakukan dengan pendekatan restorative justice. Restorative justice dipandang sebagai model penghukuman modern yang lebih manusiawi bagi anak-anak. Prinsip restorative justice merupakan hasil eksplorasi dan perbandingan antara pendekatan kesejahteraan dengan pendekatan keadilan. Hakim dalam menjatuhkan putusan/ vonis terhadap anak harus mempertimbangkan Laporan Penelitian Kemasyarakatan yang disusun atau dibuat oleh Petugas Penelitian Kemasyarakatan dari Balai Pemasyarakatan. Kenyataan di lapangan, menunjukkan bahwa Hakim hampir tidak menggunakan penelitian kemasyarakatan ketika menjatuhkan pidana terhadap anak. Putusan Hakim cenderung mengarah pada pemberian sanksi pidana berupa penjara terhadap anak.Kebijakan hukum pidana dalam rangka meminimalkan penggunaan pidana penjara terhadap anak, dapat ditempuh melalui tahapan kebijakan pidana pada umumnya, yaitu sejak tahap formulasi, tahap aplikasi dan tahap eksekusi. Mengingat dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari penjatuhan pidana penjara bagi anak pelaku tindak pidana di kemudian hari, maka hendaknya hakim lebih seksama untuk menjatuhkan sanksi pidana penjara sebagai pilihan terakhir dan untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin. Sesuai dengan prinsip ultimum remedium.


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 12

C. Tujuan Penelitian ………. 13

D. Kerangka Pemikiran ... 13

E. Metode Penelitian ... 19

F. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak.………... 28

B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Anak…………... 31

C. Pengertian Anak Pelaku Tindak Pidana……... 37

D. Pengertian Pidana Penjara... 43

E. Instrumen International Yang Berkaitan Dengan Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak ... 52

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Meminimalisasi Penggunaan Pidana


(9)

ix

B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Hakim Dalam

Menjatuhkan Pidana Penjara Bagi Anak... 67 C. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Meminimalisasi

Penggunaan Pidana Penjara Bagi Anak yang Akan Datang... 74

BAB IV : P E N U T U P

A. Kesimpulan ... 148 B. Saran ... ... 152


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Perbadingan Sanksi Pidana Menurut Ketentuan

UU No. 3/1997 dengan Rancangan KUHP ... 63 Tabel 2 : Rata-rata per Tahun Jumlah Anak Didik

Pada Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan Se-Indonesia Tahun 1999-2001 ... 67 Tabel 3 : Rekapitulasi Rekomendasi Litmas dan Jumlah

Putusan Hakim Untuk Anak tahun 2000-September

2008 di BAPAS Jakarta Barat... ... 70 Tabel 4 : Rekapitulasi Rekomendasi Litmas dan Jumlah

Putusan Hakim Untuk Anak tahun 2000-Agustus

2008 di BAPAS Jakarta Timur-Utara... 72 Tabel 5 : Usia Minimal TanggungJawab Pidana di Berbagai

Negara ... 84 Tabel 6 : Jumlah penghuni lembaga Pemasyarakatan Anak

Pria di Tangerang menurut jenis pelanggarannya,

pada posisi Oktober 2002 ... 105 Tabel 7 : Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak

TangerangBerdasarkan Status dan Lamanya


(11)

xi BA B I

PENDA HULUA N

A . La ta r Be la ka ng Ma sa la h

Ana k a d a la h a m a na h d a n ka runia Tuha n Ya ng Ma ha Esa , ya ng d a la m d irinya m e le ka t ha rka t d a n m a rta b a t se b a g a i m a nusia se utuhnya . Se rta a na k a d a la h b a g ia n d a ri g e ne ra si m ud a d im a na a na k m e rup a ka n sum b e r d a ya m a nusia ya ng na ntinya a ka n m e ne rim a to ng ka t e sta fe t se rta m e ne ruska n c ita -c ita p e rjua ng a n b a ng sa .1

Ana k b uka nla h minia tur o ra ng d e w a sa , m a ka d e ng a n c iri d a n sifa t a na k ya ng kha s te rse b ut p e rlu d ite ntuka n p e mb e d a a n p e rla kua n. Ha l te rse b ut d im a ksud untuk le b ih m e lind ung i d a n m e ng a yo mi a na k a g a r d a p a t m e nyo ng so ng m a sa d e p a nnya .

De ng a n se g a la p o te nsi ya ng d imiliki, tid a k m usta hil a na k-a na k p a d a m a sa se ka ra ng a ka n b e rp e ra n d a la m m e ning ka tka n la ju p e m b a ng una n b a ng sa d i m a sa ya ng a ka n d a ta ng . Untuk ke la ng sung a n p e rtum b uha n a na k b a ik m e nta l m a up un fisik se rta inte ra ksi d a la m p e rg a ula n b e rm a sya ra ka t, m a ka a na k ha rus b e na r-b e na r m e nd a p a t p e rha tia n khusus. Jug a p e rla kua n te rha d a p a na k ha rus b e na r-b e na r d ip e rha tika n d a n d ip e rla kuka n se c a ra ha ti-ha ti d a n ko nse p tua l se hing g a p o te nsi ya ng m e le ka t d a la m d iri a na k d a p a t tum b uh d a n b e rke m b a ng d e ng a n b a ik d a n se im b a ng .

1


(12)

xii

Ko nsid e ra ns Und a ng -Und a ng No m o r 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k m e nye b utka n b a hw a :

“ Ana k a d a la h b a g ia n d a ri g e ne ra si m ud a se b a g a i sa la h sa tu sum b e r d a ya m a nusia ya ng m e rup a ka n p o te nsi d a n p e ne rus c ita -c ita p e rjua ng a n b a ng sa , ya ng m e miliki p e ra na n stra te g is d a n m e m p unya i c iri d a n sifa t khusus m e m e rluka n p e m b ina a n d a n p e rlind ung a n d a la m ra ng ka m e nja m in p e rtum b uha n d a n p e rke m b a ng a n fisik, m e nta l d a n so sia l se c a ra utuh, se ra si d a n se im b a ng ” .

Da la m b e rb a g a i ha l up a ya p e m b ina a n d a n p e rlind ung a n te rse b ut, d iha d a p ka n p a d a p e rm a sa la ha n d a n ta nta ng a n d a la m m a sya ra ka t d a n ka d a ng -ka d a ng le b ih d a ri itu te rd a p a t a na k ya ng m e la kuka n p e rb ua ta n m e la ng g a r hukum , ta np a m e ng e na l sta tus so sia l d a n e ko no mi 2.

Pe nyim p a ng a n ting ka h la ku a na k a ta u p e rb ua ta n m e la ng g a r hukum ya ng d ila kuka n o le h a na k, d ise b a b ka n o le h b e rb a g a i fa kto r, a nta ra la in a d a nya d a m p a k ne g a tif d a ri p e rke m b a ng a n p e m b a ng una n ya ng c e p a t, a rus g lo b a lisa si d ib id a ng ko m unika si d a n info rm a si. Ke m a jua n ilm u p e ng e ta hua n d a n te kno lo g i se rta p e rub a ha n g a ya d a n c a ra hid up se b a g ia n o ra ng tua , te la h m e m b a w a p e rub a ha n so sia l ya ng m e nd a sa r d a la m ke hid up a n m a sya ra ka t ya ng sa ng a t b e rp e ng a ruh te rha d a p nila i d a n p e rila ku a na k.

2 Erna So fw a n Syukrie , "Tinda k Pid a na Ya ng Me nya ng kut A na k Se sua i RUU KUHP

Na sio na l," (Ka jia n tind a k p id a na ya ng m e nya ng kut a na k se sua i RUU KUHP Na sio na l), Ja ka rta , 17 Se p te m b e r 2003), ha l. 1.


(13)

xiii

Ana k a d a la h sub je k ya ng m e m p unya i p e ra sa a n, p ikira n, ke ing ina n d a n ha rg a d iri. Me re ka ha rus d ib e ri p e lua ng untuk d id e ng a r d a n d iha rg a i p e nd a p a tnya d a la m ha l-ha l m e nya ng kut ke p e nting a n m e re ka .3

Be g itu c e p a t p e rke m b a ng a n d unia , a d a la h tid a k la in ha sil d a ri p e rke m b a ng a n p e mikira n m a nusia , b a ik ya ng m e m b e rika n d a m p a k p o sitif, m a up un d a m p a k ne g a tif. Da la m za m a n ya ng se m a kin c a ng g ih sa ng a tla h sulit m e nye le ksi b a g ia n-b a g ia n p e rke m b a ng a n m a na ya ng p a tut d ite rim a a ta up un ya ng ha rus d ib ua ng . Ma nusia ya ng sud a h d e w a sa m e milih m a na ya ng p a ling b a ik b a g i ke hid up a nnya ka re na p e mikira nnya ya ng m a ta ng se rta m e m p unya i ting ka t p e ng a la m a n ya ng b a nya k, na m un tid a kla h d e mikia n d e ng a n m a nusia ya ng b e lum d e w a sa . Ma nusia ini ma sih d ia ng g a p b e lum d e w a sa o le h c a ra b e rp ikirnya ya ng b e lum m a ta ng se rta b e lum m e m p unya i p e ng a la m a n hid up ya ng b a nya k, se hing g a m a nusia ini b e lum m a m p u m e m b e d a ka n a p a ya ng b a ik d a n b uruk a ta up un ya ng tid a k b a ik b a g i d irinya se nd iri.

Ad a p e mikira n b a hw a a na k d a n re m a ja a d a la h tuna s-tuna s ha ra p a n b a ng sa ya ng a ka n m e la njutka n e ksiste nsi nusa d a n b a ng sa Ind o ne sia se la m a la m a nya . Da la m p e rke m b a ng a n ta ta na n ke hid up a n b a ng sa -b a ng sa d i d unia ma sa la h a na k p a d a sa a t ini -b uka n la g i ha nya ta ng g ung ja w a b ke lua rg a , Pe m e rinta h, te ta p i jug a m a sya ra ka t d a n b a hka n m a sya ra ka t d unia O le h ka re na itu, a na k d a n re m a ja m e m e rluka n

3 Irwa nto , Ke b utuha n A na k d a la m Situa si Sulit, Lo ka ka rya Na sio na l te nta ng


(14)

xiv

p e m b ina a n, b im b ing a n khusus a g a r d a p a t b e rke m b a ng fisik, m e nta l d a n sp iritua lnya se c a ra m a ksima l. Da la m p e rund a ng -und a ng a n p e rha tia n te rha d a p a na k d a n re ma ja sud a h d irum uska n se ja k ta hun 1925, d ita nd a i d e ng a n la hirnya stb 1925 No . 647 junc to o rd o na nsi 1949 ya ng m e ng a tur p e m b a ta sa n ke rja a na k d a n w a nita . Ta hun 1926 la hir p ula stb No . 87 ya ng m e ng a tur p e m b a ta sa n a na k d a n o ra ng m ud a ya ng b e ke rja d i a ta s ka p a l. Di d a la m Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pid a na (KUHP) jug a a d a b e b e ra p a p a sa l ya ng m e ng a tur se p e rti Pa sa l 45, 46 d a n 47 te nta ng p e m b e ria n p e rlind ung a n te rha d a p a na k ya ng m e la kuka n tind a k p id a na .4

Da rw a n Prinst m e ng a ta ka n, b a hw a p e rlind ung a n a na k a d a la h sua tu ke g ia ta n b e rsa m a ya ng b e rtujua n m e ng usa ha ka n p e ng a m a na n, p e ng a d a a n d a n p e m e nuha n ke se ja hte ra a n ja sm a ni d a n ro ha ni a na k ya ng se sua i d e ng a n ke p e nting a n d a n ha k a sa sinya .5 Di sisi la in, Arie f G o sita m e ng a ta ka n b a hw a , ja d i m e m b e rika n p e rlind ung a n ke p a d a a na k a ta u re m a ja m e rup a ka n se sua tu ya ng w a ja r d a n ta ng g ung ja w a b kita b e rsa m a . Pe rlind ung a n ke p a d a a na k d a ri re m a ja ini tid a k la in tujua nnya ia la h a g a r ke se ja hte ra a n a na k d a n re m a ja te rja min se rta p e rlind ung a n te rha d a p ke p e nting a n-ke p e nting a n a na k itu d a p a t te rc a p a i. Se m ua ini ha rus d ila kuka n o le h se luruh a ng g o ta m a sya ra ka t d a n m e nja d i ta ng g ung ja w a b

b e rsa m a .6

4

Darwan Prinst. SH. Hukum Anak Indonesia, Bandung, 1997, hal 4.

5

Arief, Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta Akademika Pressindo, Tahun 1985, hal 226.

6


(15)

xv

Da la m ha l m e nim b a ng , b utir d . Und a ng -Und a ng No . 4 Ta hun 1979 te nta ng Ke se ja hte ra a n Ana k d ika ta ka n :

"Ba hw a p e m e liha ra a n ke se ja hte ra a n a na k b e lum d a p a t d ila ksa na ka n o le h a na k se nd iri"

De ng a n d e mikia n se m a kin je la s b a hw a p e rlind ung a n a na k justru d ila kuka n o le h o ra ng ya ng b uka n a na k d a n m e nja d i ta ng g ung ja w a b b e rsa m a . Ma sa la h p e rlind ung a n a na k ini se m a kin se rius m e ng ing a t a na k a d a la h tuna s-tuna s ha ra p a n b a ng sa ya ng na ntinya a ka n m e ng g a nti p o sisi g e ne ra si ya ng a d a sa a t ini.

Sa la h sa tu usa ha untuk m e nc a p a i p e rlind ung a n ini ia la h d a la m b id a ng hukum , se hing g a d ip e rluka n sua tu hukum p e rlind ung a n a na k. Hukum p e rlind ung a n a na k. ini ia la h hukum ya ng m e m b e rika n p e rlind ung a n ke p a d a a na k, khususnya ya ng te rlib a t m a sa la h hukum . Di d a la m nya m e nc a kup se luruh b id a ng hukum khususnya hukum p e rd a ta d a n hukum p id a na . Da la m hukum p id a na , p e rlind ung a n a na k d itujuka n untuk m e lind ung i a na k d a la m ta ng g ung ja w a b nya ya itu :

1. Se b a g a i Sub je k Tind a k Pid a na

Artinya se b a g a i sub je k tind a k p id a na ini, a d a la h a na k te rse b ut me nja d i p e la ku d a ri sua tu tind a k p id a na .


(16)

xvi

Artinya a na k se b a g a i o b je k tind a k p id a na a d a la h a na k m e nja d i sa sa ra n d ila kuka nnya sua tu tind a k p id a na a ta u a na k d ip e rg una ka n se b a g a i a la t sua tu tind a k p id a na o le h o ra ng d e w a sa .

De ng a n m e ng ing a t b a hw a a na k d a p a t m e nja d i sub je k tind a k p id a na d a n o b je k tind a k p id a na , se rta a na k ha rus m e nd a p a t p e na ng a na n hukum ya ng khusus ya ng b e rb e d a d e ng a n o ra ng d e w a sa , m a ka p e rlu d ia d a ka n sua tu p e ra d ila n khusus b a g i a na k ya ng b e rm a sa la h d e ng a n hukum , ya itu : a na k ya ng m e la kuka n tind a k p id a na d a n d ise b ut a na k na ka l. Pe m e rinta h m e la lui Me nte ri Ke Ha kim a n RI m e ng a tur Ta ta C a ra Pe m e riksa a n Ana k d e ng a n Pe ra tura n No . M. 06UM.01 Ta hun 1983, ta ng g a l 16 Se p te m b e r 1983 sa m b il me nung g u Und a ng -Und a ng te nta ng p e ra d ila n a na k ya ng p a d a w a ktu itu b e lum d ib e ntuk. Se b e tulnya id e te nta ng la hirnya Pe ra d ila n Ana k d i Ind o ne sia sud a h a d a se ja k ta hun 1970 se p e rti te rm a suk d a la m p e nje la sa n Pa sa l 10 UU No . 14 Ta hun 1970 te nta ng Po ko k-Po ko k Ke kua sa a n Ke Ha kima n. Ke m ud ia n d e ng a n Pe ra tura n Me nte ri Ke Ha kim a n RI No . M. 000M.01 Ta hun 1983 d a n Sura t Ed a ra n Ma hka m a h Ag ung RI ta ng g a l 17 No ve m b e r 1987 No . MA/ KUMDIL/ 10348/ X1/ 87. Untuk m e re a lisa sika n la hirnya UU Pe ra d ila n Ana k d i Ind o ne sia , m a ka p a d a ta ng g a l 10 No ve m b e r 1995 Pe m e rinta h d e ng a n a m a na t Pre sid e n RI No . 12/ PU/ XII/ 1995 m e ng a juka n Ra nc a ng a n Und a ng -Und a ng Pe ra d ila n Ana k ke p a d a De w a n Pe rw a kila n Ra kya t untuk m e nd a p a tka n p e m b a ha sa n d a n p e rse tujua n. Se te la h m e la lui p ro se s p e m b a ha sa n a khirnya m e nd a p a t ta ng g a p a n d a ri DPR, la lu p a d a ta ng g a l


(17)

xvii

11 Ma re t 1996 Pe m e rinta h m e nya m p a ika n ke te ra ng a nnya m e ng e na i usula n d ib e ntuknya UU Pe ng a d ila n Ana k d i Ind o ne sia .7

Pe rha tia n te rha d a p a na k-a na k d i Ind o ne sia te la h la m a a d a , te rb ukti d a ri b e rb a g a i p e rte m ua n ilm ia h ya ng d ise le ng g a ra ka n, b a ik o le h Pe m e rinta h m a up un b a d a n so sia l, se p e rti Ya ya sa n Pra yuw a na d a n Wism a Pe rm a d i Siswi. Se c a ra inte r De p a rte m e n a nta ra Me nd ikb ud , De p na ke r, De p ke s d a n Ma hka ma h Ag ung p a d a ta ng g a l 13 O kto b e r 1970 d ise le ng g a ra ka n w o rksho p m e ng e na i m a sa la h a na k d a n p e nd id ika n so sia l, ke se ha ta n d a n ke te na g a ke rja a n.8 Se la njutnya p a d a ta ng g a l 30 Me i sa m p a i d e ng a n 4 Juni 1977 Pra yuw a na m e nye le ng g a ra ka n se mina r m e ng e na i Pe rlind ung a n Ana k/ Re m a ja . Pa d a ta hun 1967 De p a rte m e n Ke Ha kim a n RI m e m p ra ka rsa i p e nyusuna n RUU p e ra d ila n a na k, a ka n te ta p i b a ru d ia juka n ke DPR RI p a d a ta hun 1995.

Pa d a ta ng g a l 19 De se m b e r 1996 DPR Ind o ne sia m e nye tujui RUU Pe ng a d ila n Ana k. De ng a n d e mikia n p a d a ta ng g a l 3 Juli 1997 Pe m e rinta h m e ng und a ng ka n UU Pe ng a d ila n Ana k, ya itu UU No . 3 Ta hun 1997.

Se te la h d iund a ng ka n Und a ng -Und a ng Pe ng a d ila n Ana k, ta ta te rtib p e rsid a ng a n a na k jug a te la h d ite ntuka n khusus b a g i a na k, se p e rti sid a ng a na k d i la kuka n d e ng a n Ha kim tung g a l ke c ua li d a la m ha l te rte ntu Ke tua Pe ng a d ila n Ne g e ri d a p a t m e ne ntuka n p e m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n

7

Darwan Prinst. Op.Cit. hal. 10

8 Risa la h Ra nc a ng a n Und a ng - Und a ng No . 3 Ta hun 1997 Buku I, Se kre ta ria t Je nd ra l

DPR-RI, Ja ka rta ,1997, ha l. 83.


(18)

xviii

Ha kim m a je lis. Pe m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n p intu te rtutup , se m e nta ra p utusa n d iuc a p ka n d a la m sid a ng te rb uka untuk um um . Ha kim , Ja ksa Pe nuntut Um um d a n Pe na se ha t Hukum b e rsid a ng ta np a to g a d a n p e m e riksa a n d ila kuka n d e ng a n ke ha d ira n O ra ng Tua / Wa li / O ra ng Tua Asuh.

Untuk m e ng e ta hui la ta r b e la ka ng a na k, Ha kim a na k b isa m e nug a ska n p e m b im b ing ke m a sya ra ka ta n ya itu p e tug a s ke m a sya ra ka ta n p a d a Ba la i Pe m a sya ra ka ta n (BAPAS) ya ng m e la kuka n b im b ing a n w a rg a b ina a n p e m a sya ra ka ta n, untuk m e m b ua t La p o ra n Pe ne litia n Ke m a sya ra ka ta n (Litm a s).

La p o ra n itu b e risi ke a d a a n a na k m e lip uti fisik, p sikis, so sia l, e ko no mi ke a d a a n rum a h ta ng g a O ra ng Tua / w a li/ O ra ng Tua Asuh d a n p e ng a suhnya . Di sa m p ing itu jug a b e risi ke te ra ng a n m e ng e na i ke la kua n a na k d i se ko la h a ta u d i ling kung a n te mp a t b e ke rja d a n p e rg a ula n a na k d e ng a n ling kung a n, rukun te ta ng g a a ta u ke g ia ta n la innya . Tug a s p e mb im b ing ke m a sya ra ka ta n a d a la h untuk m e m p e rla nc a r tug a s p e nyid ik, p e nuntut um um , d a n Ha kim a na k d a la m p e rka ra a na k na ka l. La p o ra n p e ne litia n ke m a sya ra ka ta n inila h ya ng na ntinya a ka n m e nja d i b a ha n p e rtimb a ng a n Ha kim se b e lum m e nja tuhka n p utusa nnya .

Up a ya p e ng e m b a ng a n g e ne ra si m ud a te rse b ut a c a p ka li d iha d a p ka n p a d a b e rb a g a i m a sa la h d a n ta nta ng a n ya ng sulit d ihind a rka n. Tid a k ja ra ng


(19)

xix

d ijum p a i a d a nya p e nyim p a ng a n sika p p e rila ku d i ka la ng a n a na k-a na k ya ng te rp a ksa ha rus m e m a suki Siste m Pe ra d ila n Pid a na .

Pro se s p e ra d ila n p id a na m e rup a ka n se b ua h p ro se s p e ra d ila n ya ng d ila kuka n untuk m e ne ra p ka n ke te ntua n hukum p id a na te rha d a p se se o ra ng a ta u se ke lo m p o k o ra ng ya ng te la h m e la kuka n ke ja ha ta n. Pro se s ini m e nunjukka n ta ha p a n-ta ha p a n ya ng ha rus d ila lui d a la m m e ne ra p ka n ke te ntua n hukum p id a na te rse b ut. Pro se s te rse b ut d ila ta rb e la ka ng i o le h se b ua h siste m , ya ng se ring d ise b ut d e ng a n Siste m Pe ra d ila n Pid a na (C rimina l Justic e Syste m), ya ng b e ra rti d a la m siste m te rse b ut te rd a p a t sub -sub siste m . Ko nse kue nsinya te rd a p a t le m b a g a le mb a g a ya ng te rka it d a la m p e ne g a ka n hukum p id a na te rse b ut. Ta ha p a nta ha p a n ya ng te rd a p a t p a d a le m b a g a -le m b a g a ya ng te rka it e ra t te rse b ut a d a la h ta ha p p e nyid ika n d i Ke p o lisia n, ta ha p p e nuntuta n d i Ke ja ksa a n, ta ha p p e ra d ila n d a n p e ng a m b il ke p utusa n a d a d i Pe ng a d ila n, d a n p e la ksa na a n hukum a n d i Le m b a g a Pe m a sya ra ka ta n.

Ad a p un ta ha p a n-ta ha p a n p a d a m a sing -m a sing le m b a g a te rse b ut, b e rm a ksud untuk me ng e m uka ka n b a hw a a d a nya ke w e na ng a n d a ri tia p --tia p le m b a g a untuk m e la kuka n p ro se s hukum se hub ung a n d e ng a n tind a ka n krimina l ya ng te la h d ila kuka n se se o ra ng .

Pe mid a na a n se la lu m e nja d i sua tu isu ya ng p ro b le m a tik, ka re na p id a na a ta u hukum a n se la lu b e rke na a n d e ng a n tind a ka n-tind a ka n, ya ng a p a b ila b uka n d ila kuka n o le h ne g a ra d e ng a n b e rla nd a ska n p a d a hukum , m e rup a ka n tind a ka n ya ng m e la ng g a r m o ra l. Ba ya ng ka n a p a b ila se se o ra ng


(20)

xx

m e ra m p a s ke m e rd e ka a n o ra ng la in, m e m b a ta si g e ra k o ra ng , d a n m e ng a m b il nya w a o ra ng la in, p a stila h tind a ka n m a c a m ini a ka n m e nd a p a t re a ksi ya ng ke ra s d a ri m a sya ra ka t. Tind a ka n ne g a ra m e nja tuhka n p id a na m e nim b ulka n p e rta nya a n ya ng p a ling a w a l : a p a ka h tind a ka n-tind a ka n m e m a ksa se m a c a m ini sud a h m e miliki p e m b e na ra n, a nta ra la in sud a hka h m e m p e rha tika n ha k-ha k a sa si m a nusia ? Fa lsa fa h p e mid a na a nla h ya ng uta m a nya m e nc a ri p e m b e na ra n b a g i tind a ka n ne g a ra se m a c a m ini.9

Pe mid a na a n d ia rtika n se b a g a i sua tu up a ya untuk m e nya d a rka n p a ra p e la ku tind a k p id a na a g a r m e nye sa li p e rb ua ta nnya , d a n m e ng e m b a lika nnya m e nja d i w a rg a m a sya ra ka t ya ng b a ik, ta a t p a d a hukum , m e njunjung ting g i nila i-nila i mo ra l so sia l d a n ke a g a m a a n, se hing g a te rc a p a i m a sya ra ka t ya ng a m a n, te rtib d a n d a m a i.10

Pid a na p e nja ra m e rup a ka n sa la h sa tu je nis p id a na p o ko k d ia nta ra p id a na ke hila ng a n ke m e rd e ka a n. Ad a p un tujua n d a ri p id a na p e nja ra ini se m a ta -m a ta tid a k ha nya m e m b e rika n p e m b a la sa n te rha d a p p e rb ua ta n ya ng te la h d ila kuka n d e ng a n me m b e rika n p e nd e rita a n ke p a d a te rp id a na . Di sa m p ing itu jug a m e m p unya i tujua n la in ya itu untuk m e m b ina d a n m e m b im b ing te rp id a na a g a r d a p a t ke m b a li ke m a sya ra ka t.

9 Ha rkristuti Ha rkrisno w o , Re ko nstruksi Ko nse p Pe m id a na a n : Sua tu G ug a ta n

Te rha d a p Pro se s Le g isla si d a n Pe m ida na a n d i Ind o ne sia, Pid a to Pe ng ukuha n G uru Be sa r, Ja ka rta . 8 Ma re t 2003.

10

Erna Sofwan Syukri, Pemahaman Visi dan Misi Pengadilan Anak Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, Lokakarya Reformasi Nasional Dalam Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Yang Berpihak Kepada Anak dan Keadilan, Jakarta, 25-26 Pebruari 2004, hal.34.


(21)

xxi

Se la in se b a g a i sa la h sa tu usa ha p e m b e ra nta sa n d a n p e ng ura ng a n ke ja ha ta n ya ng te rp e nting b uka nnya p id a na a ta u tind a ka n a p a ya ng ha rus d ike na ka n ke p a d a p e la ng g a ra n hukum sa ja , te ta p i te ruta m a p e rla kua n se sud a hnya ya ng a ka n m e ne ntuka n a p a ka h si p e la ng g a r hukum a ka n m e nja d i b a ik a ta u tid a k. Be g itu p ula d e ng a n p e nja tuha n p utusa n ha rus m e ng ing a t a ka n p e rla kua n ya ng d ia la m i p e la ng g a r hukum d e ng a n m a ksud a g a r p utusa n p id a na a ta u tind a ka n itu b e rm a nfa a t.

Ha l ini a ka n m e nja d i p e rso a la n te rha d a p a na k p e la ku tind a k p id a na ya ng d ija tuhi p id a na p e nja ra o le h Ha kim . Se b e tulnya tujua n Ha kim d a la m m e nja tuhka n p utusa n p id a na p e nja ra ini tid a k la in a d a la h untuk m e m p e rb a iki p e rila ku. Aka n me nja d i p e rso a la n jika p e nja tuha n p id a na p e nja ra ini d ib e rika n ke p a d a a na k p e la ku tind a k p id a na . Ha rus d ip e rtim b a ng ka n d e ng a n se ksa m a se b e lum m e nja tuhka n p id a na p e nja ra te rse b ut. Me ng ing a t d a m p a k ya ng a ka n m unc ul b a g i a na k d i ke m ud ia n ha ri. Ja d i ja ng a n sa m p a i tujua n uta m a untuk p e rb a ika n p e rila ku ini tid a k te rc a p a i, ya ng te rja d i justru se b a liknya , b uka nla h b e rta m b a h b a ik justru b e rta m b a h b uruk.

Me ng ing a t ke khususa n ya ng d imiliki a na k a ta s p e rila ku d a n tind a ka nnya , m a ka ha rusla h d iusa ha ka n a g a r p e mid a na a n te rha d a p a na k, te ruta m a p e nja tuha n p id a na p e nja ra m e rup a ka n up a ya a khir b ila m a na up a ya la in tid a k b e rha sil. Sa nksi p id a na ya ng d a p a t d ija tuhka n ke p a d a a na k p e la ku tind a k p id a na p a d a d a sa rnya te ta p ha rus me ng a c u p a d a p rinsip -p rinsi-p ya ng d ike m uka ka n d a la m Sta nd a rd Minimum Rule s fo r The


(22)

xxii

Ad ministra tio n o f Juve nile Justic e d a n C o nve ntio n o n The C hild o f The Rig ht,

khususnya b e rke na a n d e ng a n p e ne m p a ta n the b e st inte re st o f the c hild

se b a g a i la nd a sa n b e rp ikir uta m a d a la m m e ne ntuka n sa nksi d a n p e nja tuha n p id a na p e nja ra m e rup a ka n me a sure o f the la st re so rt.

Pe ra n Le m b a g a Pe m a sya ra ka ta n Ana k itu se nd iri tid a k b a nya k m e m p e ng a ruhi ke b e rha sila n p e m b ina a n a na k. Ka re na kita jug a m e ng e ta hui b a hw a p e ng huni d a ri LP Ana k ini se b e tulnya tid a k ha nya a na k p id a na sa ja , na m un m a sih a d a a na k ne g a ra d a n a na k sip il ya ng no ta b e ne m a sing -m a sing -m e -m e rluka n p e na ng a na n khusus.

Da la m Und a ng -Und a ng No . 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k sud a h a d a d ib e rika n a lte rna tif p e m b e ria n sa nksi hukum b a g i a na k. Ha l inila h ya ng ha rus d ip e rtimb a ng ka n o le h Ha kim se b e lum m e nja tuhka n p utusa nnya b a g i a na k te ruta m a p e nja tuha n p id a na p e nja ra . Ha rus d ip ikirka n d a m p a k b uruk ya ng te rja d i jika te rp a ksa ha rus m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k d i ke m ud ia n ha ri.

Me ng ing a t ke khususa n ya ng d imiliki a na k, b a ik d a ri se g i ro kha ni d a n ja sm a ni, m a up un d a ri se g i p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na a ta s p e rila ku d a n tind a ka nnya , m a ka ha rusla h d iusa ha ka n a g a r p e mid a na a n te rha d a p a na k m e rup a ka n Ultimum Re me d ium.

Sa la h sa tu usa ha ya ng d ila kuka n untuk m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k sa a t ini a d a la h d e ng a n m e lo nta rka n id e “Re sto ra tive Justic e ” te rha d a p p e la ku tind a k p id a na . Usa ha ini d a p a t


(23)

xxiii

d ila kuka n d e ng a n m o d e l m usya w a ra h p e m uliha n d e ng a n m e lib a tka n ko rb a n d a n p e la ku tind a k p id a na a na k b e se rta ke lua rg a nya se rta p e ra n m a sya ra ka t. Na m un ya ng te rp e nting a d a la h te rha d a p a na k ya ng b e rko nflik d e ng a n hukum ini d a p a t la ng sung b e la ja r m e ng e na i hub ung a n ya ng nya ta a nta ra p e rb ua ta nnya d e ng a n re a ksi so sia l ya ng tim b ul a kib a t p e rb ua ta nnya te rse b ut.

Untuk itu a d a b e b e ra p a ha l ya ng ha rus d ip e nuhi untuk d a p a t m e ne ra p ka n id e re sto ra tive justic e ini, ya itu :11

a . Ad a nya p e ng a kua n b e rsa la h d a ri a na k p e la ku tind a k p id a na ; b . Pe rse tujua n d a ri ko rb a n untuk m e la kuka n re sto ra tive justic e;

c . Ad a nya p e rse tujua n d a ri Ke p o lisia n ya ng m e m p unya i w e w e na ng

d iskre si a ta u Ke ja ksa a n ya ng m e m p unya i w e w e na ng o p o rtunita s; d . Ad a nya d ukung a n ko m unita s se te m p a t untuk m e la ksa na ka n

re sto ra tive justic e.

Be rtitik to la k d a ri g a m b a ra n-g a m b a ra n ya ng d iura ika n d i a ta s, d a la m p e nyusuna n Te sis ini, p e nulis m e m fo kuska n p a d a p e rso a la n a na k, ya itu m e nc o b a untuk m e ng a na lisis Up a ya Me minima lisa si Pe ng g una a n Pid a na Pe nja ra Ba g i Ana k.

11


(24)

xxiv B. Pe rum usa n Ma sa la h

Pe rm a sa la ha n ya ng m unc ul b e rka ita n d e ng a n la ta r b e la ka ng te rse b ut a d a la h :

1. Ba g a im a na ka h ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na b a g i a na k sa a t ini ?

2. Fa kto r-fa kto r a p a sa ja ka h ya ng m e nja d i p e rtim b a ng a n Ha kim d a la m m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k ?

3. Ba g a im a na ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k ya ng a ka n d a ta ng ?

C . Tujua n d a n Ke g una a n Pe ne litia n

Da ri se g i te o ritis p e ne litia n ini b e rtujua n untuk :

1. Untuk me ng e ta hui up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

2. Untuk m e ng e ta hui fa kto r-fa kto r ya ng m e nja d i p e rtimb a ng a n Ha kim d a la m m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

3. Untuk me ng e ta hui d a n m e ng a na lisis ke b ija ka n hukum p id a na d a la m m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.


(25)

xxv

1. Me m b e rika n sum b a ng a n b a g i p e g e m b a ng a n ilm u p e ng e ta hua n hukum p id a na .

2. Me m b e rika n sum b a ng a n b a g i p e ng e m b a ng a n hukum p e rlind ung a n a na k.

3. Me m b e rika n w a c a na ta m b a ha n te nta ng stud i hukum p e rlind ung a n a na k, khususnya d a la m up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

D. Ke ra ng ka Pe m ikira n

Pe rso a la n up a ya m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k ini te rka it e ra t d e ng a n p e rso a la n Siste m Pe ra d ila n Pid a na (Ana k). Siste m Pe ra d ila n Pid a na itu se nd iri m e rup a ka n sa tu ke sa tua n d a ri le m b a g a -le m b a g a ya ng te rd iri d a ri Ke p o lisia n, Ke ja ksa a n d a n Pe ng a d ila n ya ng te rka it e ra t d a la m fung si d a n ta ng g ung ja w a b untuk me ne g a kka n hukum p id a na . Ma sing -m a sing le m b a g a ini d ia tur o le h Und a ng -Und a ng , Ke p o lisia n d e ng a n Und a ng -Und a ng No 2 Ta hun 2002 te nta ng Ke p o lisia n Ne g a ra Re p ub lik Ind o ne sia , Ke ja ksa a n d e ng a n Und a ng -Und a ng No . 16 Ta hun 2004 te nta ng Ke ja ksa a n Re p ub lik Ind o ne sia se rta Pe ng a d ila n d e ng a n Und a ng -Und a ng No . 4 Ta hun 2004 te nta ng Po ko k-Po ko k Ke kua sa a n Ke Ha kim a n.


(26)

xxvi

Siste m Pe ra d ila n Pid a na sa m a ha lnya d e ng a n siste m ya ng la in m e m p unya i c iri-c iri ya ng sa m a se b a g a i sua tu o rg a nisa si, ya itu :12

1. Ad a nya p e m b a g ia n p e ke rja a n, ke kua sa a n d a n ta ng g ung ja w a b ko m unika si ya ng m e rup a ka n b e ntuk-b e ntuk p e m b a g ia n ya ng tid a k d ip o la ka n b e g itu sa ja a ta u d isusun m e nurut c a ra -c a ra ya ng tra d isio na l, m e la inka n se ng a ja d ire nc a na ka n untuk d a p a t le b ih m e ning ka tka n usa ha untuk m e w ujud ka n tujua n te rte ntu. 2. Ad a nya sa tu a ta u b e b e ra p a p usa t ke kua sa a n ya ng b e rfung si

m e ng a w a si p e ng e nd a lia n usa ha -usa ha o rg a nisa si se rta m e ng a ra hka n m e nc a p a i tujua nnya , p usa t ke kua sa a n ha rus jug a se c a ra ko ntinyu m e ng ka ji ha sil ya ng te la h d ic a p a i o le h o rg a nisa si, a p a b ila p e rlu m e nyusun p o la -p o la b a ru g una m e ning ka tka n e fisie nsi.

3. Pe ng g a ntia n te na g a ya ng d ia ng g a p tid a k b e ke rja se b a g a ima na d iha ra p ka n, d a p a t d ig a nti o le h te na g a ya ng la in.

Siste m Pe ra d ila n Pid a na untuk p e rta m a ka li d ip e rke na lka n o le h p a ka r hukum p id a na d a n p a ra a hli d a la m c rimina l justic e sc ie nc e d i Am e rika Se rika t se ja la n d e ng a n ke tid a kp ua sa n te rha d a p m e ka nism e ke rja a p a ra tur p e ne g a k hukum d a n institusi p e ne g a ka n hukum ke tid a kp ua sa n ini te rb ukti d a ri m e ning ka tnya krimina lita s d i Am e rika Se rika t p a d a ta hun 1960-a n. Pa d a m a sa itu p e nd e ka ta n ya ng d ip e rg una ka n d a la m p e ne g a ka n hukum a d a la h hukum d a n ke te rtib a n (la w a nd o rd e r a p p ro a c h) d a n p e nd e ka ta n hukum d a la m ko nte ks p e nd e ka ta n ya ng d ike na l d e ng a n istila h “la w e nfo rc e me nt” . Re ka ya sa a d ministra si p e ra d ila n ini m e la lui p e nd e ka ta n syste m p e rta m a ka li d ip e rke na lka n o le h Fra nk Re m ing to n d a la m Pilo t Pro ye k ta hun 1958, d a n g a g a sa n ini d ile ka tka n p a d a m e ka nism e a d ministra si

12


(27)

xxvii

p e ra d ila n p id a na d a n d ike na l d e ng a n na m a “C rimina l Justic e Syste m” 13

Da la m Siste m Pe ra d ila n Pid a na te rka nd ung g e ra k siste mik d a ri sub siste m -sub siste m p e nd ukung nya ya itu : Ke p o lisia n, Ke ja ksa a n, Pe ng a d ila n d a n Le m b a g a Ko re ksi (Le m b a g a Pe m a sya ra ka ta n) ya ng se c a ra ke se luruha n d a n m e rup a ka n sa tu ke sa tua n (to ta lita s) b e rusa ha me ntra nsfo rm a sika n m a suka n (inp ut) m e nja d i ke lua ra n (o utp ut) ya ng me nja d i tujua n Siste m Pe ra d ila n Pid a na ya ng b e rua p a re so sia lisa si p e la ku tind a k p id a na (ja ng ka p e nd e k), p e nc e g a ha n ke ja ha ta n (ja ng ka m e ne ng a h), d a n ke se ja hte ra a n so sia l (ja ng ka p a nja ng ). Se b a g a i sua tu syste m p a d a d a sa rnya m e rup a ka n sua tu o p e n syste m, sua tu siste m ya ng d i d a la m g e ra knya m e nc a p a i tujua n b a ik tujua n ja ng ka p e nd e k, ja ng ka m e ne ng a h m a up un p a nja ng sa ng a t d ip e ng a ruhi o le h ling kung a n m a sya ra ka t d a n b id a ng -b id a ng ke hid up a n m a nusia , m a ka Syste m Pe ra d ila n Pid a na d a la m g e ra knya a ka n se la lu inte rfa c e ( inte ra ksi, to le ra nsi, d a n inte rd e p e nsi) d e ng a n ling kung a nnya d a la m p e ring ka t-p e ring ka t, m a sya ra ka t : e ko no m i, p o litik, p e nd id ika n d a n te kno lo g i; se rta sub siste m -sub siste m d a ri siste m p e ra d ila n p id a na itu se nd iri (sub syste m o f c rimina l justic e syste m).14

Se d a ng ka n c iri p e nd e ka ta n Siste m Pe ra d ila n Pid a na se b a g a im a na d ike m uka ka n o le h Ro m li Atm a sa smita a d a la h :15

1. Titik b e ra t p a d a ko o rd ina si d a n sinkro nisa si ko m p o ne n p e ra d ila n p id a na (Ke p o lisia n, Ke ja ksa a n, Pe ng a d ila n d a n Le m b a g a Pe m a sya ra ka ta n).

2. Pe ng a w a sa n d a n p e ng e nd a lia n ke kua sa a n o le h ko m p o ne n Pe ng a d ila n p id a na .

3. Efe ktifita s siste m p e na ng g ula ng a n ke ja ha ta n le b ih uta m a d a ri e fisie nsi p e nye le sa ia n p e rka ra .

4. Pe ng g una a n hukum se b a g a i instrum e n untuk m e m a nta p ka n “the a d ministra tio n o f justic e” .

13

Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Perspektif Eksisitensialisme dan Abolisionisme, Binacipta, Bandung, 1996, hal. 7-8.

14

Muladi. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP UNDIP, Semarang, 1995, hal vii.

15


(28)

xxviii

Istila h Siste m Pe ra d ila n Pid a na m e nurut Ma rd jo no d ia rtika n se b a g a i sua tu siste m d a la m m a sya ra ka t untuk me na ng g ula ng i ma sa la h ke ja ha ta n. Me na ng g ula ng i d ia rtika n se b a g a i m e ng e nd a lika n ke ja ha ta n a g a r b e ra d a d a la m b a ta s-b a ta s to le ra nsi m a sya ra ka t. Tujua n d a ri Siste m Pe ra d ila n Pid a na a d a la h se b a g a i b e rikut 16 :

1. Me nc e g a h m a sya ra ka t m e nja d i ko rb a n ke ja ha ta n.

2. Me nye le sa ika n ka sus ke ja ha ta n ya ng te rja d i se hing g a m a sya ra ka t p ua s b a hw a ke a d ila n te la h d ite g a kka n d a n ya ng sa la h te la h d ip id a na .

3. Me ng usa ha ka n a g a r m e re ka ya ng te la h m e la kuka n ke ja ha ta n tid a k m e ng ula ng i la g i ke ja ha ta nnya .

Se la in p e ra na n p e rund a ng -und a ng a n d a n le m b a g a -le m b a g a d a la m Siste m Pe ra d ila n Pid a na te rse b ut, m a ka ke m a m p ua n d a n ke b e ra d a a n a p a ra t ya ng m e nja la nka n p ro se s te rse b ut, m e rup a ka n sa la h sa tu p e ne ntu ke b e rha sila n siste m itu se nd iri. Be g itu jug a d a la m up a ya untuk m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra a na k. Ta np a a d a nya d ukung a n p ro fe sio na lisme a p a ra t untuk m e w ujud ka n id e re sto ra tive justic e, ini tid a k a ka n b e rha sil d e ng a n b a ik.

Me nurut To ny Ma rsha ll, re sto ra tive justic e ia a p ro c e ss whe re b y a ll the p a rtie s with a sta ke in a p a rtic ula r o ffe nc e c o me to g e the r to re so lve c o lle c tive ly ho w to d e a l with the a fte rma th o f the o ffe nc e a nd its imp lic a tio ns fo r the future .17 Re sto ra tive justic e is mo st c o mmo nly

d e fine d b y wha t it is a n a lte rna tive to juve nile justic e , fo r e xa mp le , is se e n a s se e sa wing b a c k a nd fo rth d uring the p a st c e ntury b e twe e n a justic e a nd a we lfa re mo d e l, b e twe e n re trib utio n a nd re ha b ilita tio n. Re sto ra tive justic e is to ute d a s lo ng a s o ve rd ue third mo d e l o r a ne w

16

Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, UI Press, Jakarta, 1994, hal 84-85.

17

Tony Marshall, dikutip dari Jhon Braithwaite, Restorative Justice & Responsive Regulation, Oxford University Press, New York, 2002, hal. 11.


(29)

xxix

le ns, a wa y o f ho p p ing o ff the se e sa w, o f he a d ing mo re c o nsiste ntly in a ne w d ire c tio n while e nro lling b o th lib e ra l p o litic ia ns who sup p o rt the we lfa re mo d e l a nd c o nse rva tive s who sup p o rt the justic e mo d e l.18

Ma rc Anc e l m e ng e m uka ka n p e ng e rtia n p e na l p o lic y se b a g a i sua tu ilm u se ka lig us se ni ya ng p a d a a khirnya me m p unya i tujua n p ra ktis untuk m e m ung kinka n p e ra tura n hukum p o sitif d irum uska n se c a ra le b ih b a ik d a n untuk m e m b e ri p e d o m a n tid a k ha nya ke p a d a p e m b ua t Und a ng -Und a ng , te ta p i jug a ke p a d a Pe ng a d ila n ya ng m e ne ra p ka n Und a ng -Und a ng d a n jug a ke p a d a p a ra p e nye le ng g a ra a ta u p e la ksa na p utusa n Pe ng a d ila n.19

Pe ng e rtia n ke b ija ka n a ta u p o litik hukum p id a na d a p a t d iliha t d a ri p o litik hukum m a up un p o litik krimina l. Me nurut So e d a rto , p o litik hukum a d a la h :

1. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat. 20

2. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.21

Se b a g a i b a g ia n d a ri p o litik hukum , m a ka p o litik hukum p id a na me ng a nd ung a rti b a g a im a na m e ng usa ha ka n a ta u m e m b ua t d a n

18

Ibid, hal. 10.

19

Marc Ancel, dikutip dari Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy), tanpa penerbit dan tanpa tahun, hal, 1.

20

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981, hal. 159

21


(30)

xxx

me rum uska n sua tu p e rund a ng -und a ng a n p id a na ya ng b a ik. Ha l ini se sua i d e ng a n d e finisi p e na l p o lic y d a ri Ma rc Anc e l. Me nurut A. Muld e r, stra fre c htsp o litie k ia la h g a ris ke b ija ka n untuk m e ne ntuka n :22

1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau diperbaharui;

2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;

3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan.

(Strafrechtspolitiek is de beleidslijn om te bepalen :

- In welk opzicht de bestaande strafbepalengen herzein dienen te worden;

- Wat gedaan kan worden om strafrechtelijk gegrag te voorkomen;

- Hoe de opsporing, vervolging, berechting en tenuivoerlegging van straffen dient te verlopen)

Te rha d a p tind a ka n ya ng d ila kuka n o le h a p a ra t-a p a ra t p e ne g a k hukum te rse b ut b uka n m e rup a ka n tind a ka n ya ng b e rd iri se nd iri. Me la inka n d ip e ng a ruhi o le h nila i-nila i, b a ik ya ng m e le ka t d a la m d irinya se b a g a i m a nusia , m a up un nila i-nila i ya ng b e ra sa l d a ri lua r d irinya . Ko nd isi d e mikia n ini te rja d i ka re na tia p -tia p o ra ng d i d a la m ke hid up a nnya m e miliki p e ra n d a n sta tus g a nd a . Be g itu jug a a p a ra t p e ne g a k hukum , o le h ka re na nya d i d a la m m e w ujud ka n sua tu tind a ka n d im ung kinka n te rja d i p e rte nta ng a n d ia nta ra p e ra n d a n p o sisi ya ng d imilikinya .23

22

A. Mulder, dikutip dari Barda Nawawi Arief, Ibid.

23


(31)

xxxi E. Me to d o lo g i Pe ne litia n

So e rjo no So e ka nto m e ng e m uka ka n m e ng e na i p e ne litia n, b a hw a p e ne litia n m e rup a ka n sua tu ke g ia ta n ilmia h, ya ng b e rka ita n d e ng a n a na lisa d a n ko nstruksi, ya ng d ila kuka n se c a ra m e to d o lo g is, siste m a tis, d a n ko nsiste n. Me to d o lo g is b e ra rti se sua i d e ng a n m e to d e a ta u c a ra te rte ntu, siste m a tis a d a la h b e rd a sa rka n sua tu siste m , se d a ng ka n ko nsiste n b e ra rti tid a k a d a nya ha l-ha l ya ng b e rte nta ng a n d a la m sua tu ke ra ng ka te rte ntu.24 Me nurut Mo rris L C o he n, Le g a l Re se a rc h is the p ro c e ss o f find ing the la w tha g o ve rns a c tivitie s in huma n so c ie ty. Se la njutnya C o he n jug a m e ng a ta ka n b a hw a “ it invo lve s lo c a ting b o th the rule s whic h a re e nfo rc e d b y the sta te s a nd c o mme nta rie s whic h e xp la in o r a na lyze the se rule s”.25

Da la m ke se m p a ta n la in So e rjo no So e ka nto m e ng e m uka ka n istila h m e to d o lo g i b e ra sa l d a ri ka ta m e to d e ya ng b e ra rti “ ja la n ke ” , na m un d e mikia n m e nurut ke b ia sa a n m e to d e d irum uska n d e ng a n ke m ung kina n-ke m ung kina n sua tu tip e p e mikira n ya ng d ip e rg una ka n d a la m p e ne litia n a ta u sua tu te knik ya ng um um b a g i ilm u p e ng e ta hua n a ta u se b a g a i c a ra te rte ntu untuk m e la ksa na ka n sua tu p ro se d ur.26 De d y Mulya na m e ng e m uka ka n m e to d o lo g i a d a la h p ro se s, p rinsip d a n p ro se d ur ya ng kita g una ka n untuk me nd e ka ti p ro b le m d a n m e nc a ri ja w a b a n. De ng a n ung ka p a n la in m e to d o lo g i a d a la h sua tu p e nd e ka ta n um um untuk m e ng ka ji

24

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hal. 42.

25

Morris L Cohen & Kent C. Olson, Legal Research, West Publishing Company, St. Paul Minn, 1992, hal 1, dikutip dari Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 29.

26


(32)

xxxii

to p ik p e ne litia n. Me to d o lo g i d ip e ng a ruhi a ta u b e rd a sa rka n p e rsp e ktif te o ritis ya ng d ig una ka n untuk m e la kuka n p e ne litia n, se m e nta ra p e rsp e ktif te o ritis se nd iri a d a la h sua tu ke ra ng ka p e nje la sa n a ta u inte rp re ta si ya ng m e m ung kinka n p e ne liti m e m a ha mi d a ta d a n m e ng hub ung ka n d a ta ya ng rumit d e ng a n p e ristiw a d a n situa si la in.27

Me to d e d a n siste m m e m b e ntuk ha kika t ilm u. Siste m b e rhub ung a n d e ng a n ko nse p d a n isi ilm u, se d a ng ka n m e to d e b e rka ita n d e ng a n a sp e k fo rm a l. Te p a tnya siste m b e ra rti ke se luruha n p e ng e ta hua n ya ng te ra tur a ta u to ta lita s isi d a ri ilm u. Se m e nta ra itu me to d e se c a ra ha rfia h m e ng g a m b a rka n ja la n a ta u c a ra to ta lita s ilm u te rse b ut d ic a p a i a ta u d ib a ng un. Pe nd e ka ta n sua tu b id a ng p e ng e ta hua n d ika ta ka n m e to d is a p a b ila c a ra m e m p e la ja rinya d ila kuka n se sua i d e ng a n re nc a na , b id a ng -b id a ng nya d ike rja ka n se c a ra te rte ntu, m e nyusun b e rb a g a i te m ua n se c a ra lo g is, d a n m e ng ha sila kn se b a nya k m ung kin hub ung a n. Se la njutnya se o ra ng p e ne liti a ka n m e nc o b a m e ng e ta hui ha sil te m ua nnya tid a k te rb a ta s untuk m e nya m p a ika n info rm a si b a hw a ha l itu a d a , te ta p i le b ih ja uh la g i ha rus m a m p u me nja w a b p e rta nya a n m e ng a p a ha l itu a d a se b a g a ima na nya . Ja d i b uka n ha nya ing in m e ng ung ka p fa kta -fa kta , te ta p i jug a a la sa n a ta u d a sa r ya ng m e m unc ulka n fa kta -fa kta te rse b ut. 28

Mengadakan suatu penelitian ilmiah harus menggunakan metode, karena ciri khas ilmu adalah dengan menggunakan metode. Metode berarti penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu. menempuh suatu jalan tertentu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu metode ilmiah timbul dengan membatasi secara tegas bahasa yang dipakai oleh ilmu tertentu.

Jo hnny Ib ra him m e ng e m uka ka n, b a hw a d a la m d unia rise t, p e ne litia n m e rup a ka n a p lika si a ta u p e ne ra p a n m e to d e ya ng te la h d ite ntuka n d e ng a n p e rsya ra ta n ya ng ke ta t b e rd a sa rka n ke ilm ua nnya . Se hing g a ha sil p e ne litia n ya ng d ila kuka n m e miliki nila i ilmia h ya ng d iha rg a i o le h b id a ng ilm u te rse b ut. Dua sya ra t uta m a ya ng ha rus d ip e nuhi se b e lum m e ng a d a ka n p e ne litia n

27

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 145.

28


(33)

xxxiii

ilmia h d e ng a n b a ik d a n d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a d a la h p e ne liti ha rus le b ih d ulu me m a ha mi ko nse p d a sa r ilm u p e ng a ta hua n d a n m e to d o lo g i p e ne litia n d isip lin ilm u te rse b ut. Le b ih je la snya d a la m sua tu p e ne litia n hukum , ko nse p d a sa r te nta ng ilm u hukum m e nya ng kut siste m ke rja d a n isi ilmu hukum ha rusla h sud a h d ikua sa i. Se la njutnya b a ru p e ng ua sa a n m e to d o lo g i p e ne litia n se b a g a i p e rta ng g ung ja w a b a n ilmia h te rha d a p ko m unita s p e ng e m b a n ilm u hukum . 29

Me to d o lo g i d iukur b e rd a sa rka n ke m a nfa a ta nnya , d a n tid a k b isa d inila i a p a ka h sua tu me to d e ya ng b e na r a ta u sa la h. Untuk m e ne la a h ha sil p e ne litia n se c a ra b e na r, kita tid a k c ukup se ke d a r m e liha t a p a ya ng d ite m uka n p e ne liti, te ta p i jug a b a g a im a na p e ne liti sa m p a i p a d a p e ne m ua nnya b e rd a sa rka n ke le b iha n d a n ke te rb a ta sa n m e to d e ya ng d ig una ka n. Me to d e p e ne litia n a d a la h te knik-te knik sp e sifik d a la m p e ne litia n. Se b a g ia n o ra ng me ng a ng g a p b a hw a m e to d e p e ne litia n te rd iri d a ri b e rb a g a i te knik p e ne litia n, d a n se b a g ia n la g i m e nya m a ka n m e to d e p e ne litia n d e ng a n te knik p e ne litia n. Te ta p i ya ng je la s, m e to d e a ta u te knik p e ne litia n a p a p un ya ng kita g una ka n, misa lnya a p a ka h kua ntita tif a ta u kua lita tif ha rusla h se sua i d e ng a n ke ra ng ka te o ritis ya ng kita a sum sika n.30

1. Me to d e Pe nd e ka ta n

Pe ne litia n the sis ini d im a ksud ka n untuk m e liha t d a n m e ng g a m b a rka n up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k ya ng d ila ta rb e la ka ng i o le h ha k-ha k a na k ya ng ha rus d ilind ung i ka re na se c a ra yurid is sud a h d irum uska n d a la m p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, d a n

29

Ibid., hal. 25.

30


(34)

xxxiv

p e m b e ria n p e rlind ung a n te rha d a p ha k-ha k a na k ya ng d ija tuhi p id a na p e nja ra d a la m p ro se s p e ra d ila n p id a na a d a la h ta ng g ung ja w a b b e rsa m a d a ri le m b a g a ya ng te rka it d a la m p ro se s Siste m Pe ra d ila n Pid a na se rta e fe ktif tid a knya p e nja tuha n p id a na p e nja ra b a g i a na k ini ha rus d ika ji ke m b a li d e mi p e rlind ung a n ha k-ha k a na k m e ng ing a t d a m p a k ya ng tim b ul d i ke m ud ia n ha ri.

Untuk itu d ua ha l m e nd a sa r ya ng tid a k m ung kin lup ut d a ri p e ne litia n ini, a d a la h :

a. Substansi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak-hak anak dan mekanisme bekerjanya Sistem Peradilan Pidana; dan

b. Ke nya ta a n d a la m up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

Dua ha l d i a ta s m e ne m p a tka n p e ne litia n ini p a d a p e rp a d ua n je nis p e ne litia n hukum ya ng b e rsifa t yurid is e m p iris 31. Be rto la k d a ri sifa t p e ne litia n d i a ta s, m a ka m e to d e p e nd e ka ta n ya ng d ite ra p ka n, a d a la h Pe nd e ka ta n Yurid is So sio lo g is. Pe nd e ka ta n ini d ig una ka n untuk m e ne la a h sub ta nsi p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rka ita n d e ng a n ko nse p up a ya

31 Ro nny Ha nitijo So e m itro ,1, Me to d o lo g i Pe ne litia n Hukum , C e t. II, G ha lia Ind o ne sia ,

Ja ka rta , 1985, ha l 14. Liha t Ro nny Ha nitijo So e m itro , II, Me to d o lo g i p e ne litia n Hukum d a n Jurim e tri, C e t. V, G ha lia Ind o ne sia , Ja ka rta , ha l 10. Liha t jug a So e rjo no So e ka nto , O p .C it., UI-Pre ss. Ja ka rta , 2006, ha l. 52. Ba nd ing ka n d e ng a n Ba rd a Na w a w i Arie f, Pe ne litia n Hukum No rm a tif (Sua tu Up a ya Re o rie nta si Pe m a ha m a n),

Pe na ta ra n Me to d o lo g i Pe ne litia n Hukum Unive rsita s Je nd e ra l So e d irm a n, Purw o ke rto , ta ng g a l 11-15 De se m b e r 1995, ha l 1.


(35)

xxxv

m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k d a n untuk m e ne la a h se g i-se g i so sia l d a ri p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n te nta ng up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

De ng a n d e mikia n, d a la m m e m b a ha s up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k jug a d ila kuka n d e ng a n m e m p e rg una ka n p e nd e ka ta n- p e nd e ka ta n hum a nistik, ya itu sisi-sisi ke m a nusia a n ya ng m e m p e ng a ruhi a p a ra t (Ha kim ) d a la m p e nja tuha n p id a na p e nja ra .

2. Lo ka si Pe ne litia n

Pe ne litia n ini m e ng a m b il lo ka si w ila ya h DKI Ja ka rta .

3. Je nis d a n Sum b e r Da ta

Da ta ya ng d ip e rg una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h je nis d a ta p rime r d a n d a ta se kund e r. Da ta ya ng d ip e ro le h la ng sung d a ri m a sya ra ka t d ise b ut d a ta p rime r se d a ng ka n d a ta ya ng d ip e ro le h m e la lui b a ha n ke p usta ka a n d ise b ut d a ta se kund e r.32 Da ta p rim e r, d a ta d a sa r (p rima ry d a ta a ta u b a sic

d a ta) d ip e ro le h la ng sung d a ri sum b e r p e rta m a ya kni na ra sum b e r ya ng d ip ilih m e la lui p e ne litia n. Da ta se kund e r a nta ra la in m e nc a kup d o kum e


(36)

xxxvi

d o kum e n re smi, b uku-b uku, ha sil-ha sil p e ne litia n ya ng b e rujud la p o ra n ha ria n d a n se te rusnya .33 Na m un d e mikia n p e ne litia n ini me nitikb e ra tka n p a d a d a ta se kund e r, se d a ng ka n d a ta p rim e r le b ih b e rsifa t m e nunja ng d a n d ip e rg una ka n se b a g a i ukura n untuk m e nila i up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

4. Te knik Pe ng um p ula n Da ta

Da ta ya ng d ip e ro le h a ta u d ikum p ulka n m e ng e na i m a sa la h-m a sa la h ya ng b e rhub ung a n d e ng a n p e ne litia n ini d ila kuka n d e ng a n c a ra :

a . Stud i Ke p usta ka a n

Stud i ke p usta ka a n ini d ila kuka n untuk m e nc a ri ko nse p si-ko nse p si, te o ri-te o ri, p e nd a p a t-p e nd a p a t a ta u p e ne m ua n-p e ne m ua n ya ng b e rhub ung a n e ra t d e ng a n p o ko k p e rm a sa la ha n. Anta ra la in d o kum e n-d o kum e n, p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, ha sil-ha sil ka rya ilmia h, ya ng b e rhub ung a n d e ng a n up a ya me minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

b . Stud i La p a ng a n

Stud i la p a ng a n a d a la h c a ra m e m p e ro le h d a ta p rim e r d a la m ha l ini a ka n d iusa ha ka n ta nya ja w a b (w a w a nc a ra ). Je nis w a w a nc a ra ya ng

33 So e rjo no So e ka nto , O p .C it. ha l. 12. Liha t jug a So e rjo no So e ka nto d a n Sri Ma rnud ji,

Pe ne litia n Hukum No rm a tif Sua tu Tinja ua n Sing ka t, Ra ja w a li Pe rs, Ja ka rta , 1985, ha l 12.


(37)

xxxvii

d ila ksa na ka n d a la m b e ntuk w a w a nc a ra ta k b e rstruktur,34 d e ng a n tujua n untuk m e m p e ro le h info rm a si ya ng le b ih b a nya k m e ng e na i up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

Wa w a nc a ra d ila kuka n se c a ra m e nd a la m (d e p th inte rvie w)35 d e ng a n tujua n untuk m e m b a ng kitka n p e rta nya a n-p e rta nya a n se c a ra b e b a s ya ng d ike m uka ka n d e ng a n sung g uh-sung g uh.

5. Sa m p e l d a n Te knik Sa m p e l

Sa m p e l d a la m p e ne litia n ini d ila kuka n se c a ra p urp o sive ra sio na l (lo g ic a l p urp o sive sa mp ling).36 Be rd a sa rka n m e to d e ini, na ntinya d ip ilih info rm a n ya ng b e na r-b e na r m e ng e ta hui d a n m e m a ha mi situa si so sia l ya ng m e nja d i p e rm a sa la ha n d a ri o b je k ya ng d ite liti. Sa m p e l ya ng a ka n d ia m b il se b a g a i info rm a n ini te rd iri d a ri sa m p e l ya ng d ia m b il d a ri ka la ng a n hukum se b a nya k 5 ya kni a p a ra t ya ng p e rna h m e na ng a ni ka sus a na k, d e ng a n a sumsi b a hw a re sp o nd e n d ia ng g a p m e m a ha mi p e rm a sa la ha n ya ng a d a ya itu Ha kim a na k. Ap a b ila p e ne liti m e ng a ng g a p b a hw a va ria si info rma si ya ng d id a p a tka n d a ri sa m p e l te rse b ut b e lum c ukup , p e miliha n sa mp e l la njuta n a ka n d ila kuka n untuk m e nd a p a tka n va ria si info rm a si ya ng m ung kin a d a . Se m ua sa m p e l ya ng d ip e rg una ka n te rse b ut m e rup a ka n sa sa ra n ya ng d ituju

34

Lihat Sanafiah Faisal, Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, akan tetapi peneliti mempunyai cadangan masalah yang dimunculkan secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara. Sanafiah Faisal,

Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Yayasan A3, Malang. 1990, hal. 62. 23

Ronny Hanitijo Soemitro. II, Op.Cit, hal. 61.

36


(38)

xxxviii

d a la m m e nd a p a tka n info rma si se b a nya k-b a nya knya . Sa m p e l te rse b ut a ka n "b e rg ulir-m e ng g e lind ing " la ksa na b o la sa lju (sno w b a lls) d a n p iliha n sa m p e l b e ra khir se te la h a d a ind ika si tid a k a d a nya info rm a n b a ru.37

6. A na lisis Da ta

Da ta ya ng te la h d ip e ro le h d ia na lis se c a ra kua lita tif d e ng a n p e ng ura ia n se c a ra d e skrip tif d a n p re skrip tif. Da sa r p e m b e na ra n a na lisis d a ta ini a d a la h b a hw a p e ne litia n ini tid a k ha nya m e ng ung ka p ka n d a n m e ng g a m b a rka n d a ta se b a g a im a na a d a nya , m e la inka n jug a d iung ka p ka n re a lita s ya ng a d a d ib a lik ke b ija ka n p e rund a ng -und a ng a n d a la m ra ng ka m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.

Da ta ya ng te la h d ise le ksi d ib ua t d a la m sua tu d a fta r d a la m b e ntuk ring ka sa n, untuk d a p a t d ig a b ung ka n se hing g a te rsusun d a la m b e ntuk ka ta -ka ta ya ng siste ma tis. Se b a g a i ke g ia ta n te ra khir p e ne liti m e la ku-ka n p e m e riksa a n ula ng untuk d a p a t m e la kuka n p e nyim p ula n-p e nyim p ula n m e la lui sua tu p e nutura n d e skrip si te nta ng a p a ya ng b e rha sil d im e ng e rti d a ri m a sa la h p e ne litia n.

Pe nd e ka ta n ya ng d ip e rg una ka n d a la m a na lisis d a ta d i a ta s a d a la h ind uksi ko nse p tua lisa si 38, d im a na p e ne liti b e rusa ha m e na rik d a ta a ta u info rm a si e m p irik ke ting ka t a b stra ksi ya ng b e rb e ntuk p e rnya ta a n-p e rnya ta a n ya ng b e rm a kna te o ritis.

37 Sa na fia h Fa isa l. Ib id, ha l. 44.

38


(39)

xxxix

Da ri d e skrip si d a ta d a n a na lisis ya ng d ila kuka n b e rd a sa rka n te o ri-te o ri ya ng se sua i, m a ka d a p a t d itunjukka n se b e ra p a ja uh up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k te la h d ila ksa na ka n a ta s d a sa r filo so fis d e mi p e rlind ung a n d a n ke se ja hte ra a n a na k.

F. Siste m a tika Pe ne litia n

Te sis ini te rd iri d a ri e m p a t b a b . Pa d a Ba b Pe rta m a se b a g a i Pe nd a hulua n se b a g a im a na te la h d iura ika n m e ng e na i La ta r Be la ka ng Ma sa la h, Pe rum usa n Ma sa la h, Tujua n Pe ne litia n, Ke ra ng ka Pe mikira n, Me to d e Pe ne litia n d a n Siste m a tika Pe nulisa n. Ba b Ke d ua m e rup a ka n Tinja ua n Pusta ka b e risi te nta ng p e ng e rtia n ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rm a sa la ha n d a la m te sis ini. Dia nta ra nya Pe ng e rtia n Ana k, Pe ng e rtia n Pe rta ng g ung ja w a b a n Pid a na Ana k, Pe ng e rtia n Ana k Pe la ku Tind a k p id a na , Pe ng e rtia n Pid a na Pe nja ra , Instrum e n Inte rna sio na l Ya ng Be rka ita n De ng a n Pe ng g una a n Pid a na Pe nja ra Ba g i Ana k.

Ba b Ke tig a , b e risi ha sil p e ne litia n d a n p e m b a ha sa n a ta s p e rm a sa la ha n ya ng d ite liti. Te rd a p a t tig a b a ha sa n ya itu p e rta m a m e ng e na i up a ya m e minim a lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k, ke d ua fa kto r-fa kto r ya ng m e nja d i p e rtim b a ng a n Ha kim d a la m m e nja tuhka n p id a na p e nja ra b a g i a na k d a n ke tig a ke b ija ka n hukum p id a na d a la m up a ya m e minima lisa si p e ng g una a n p id a na p e nja ra b a g i a na k.


(40)

xl

Ba b Ke e m p a t m e rup a ka n Pe nutup ya ng m e m ua t ke simp ula n se rta sa ra n ya ng d a p a t d ib e rika n b e rd a sa rka n a na lisis te rha d a p ha sil p e ne litia n ya ng d ila kuka n.

BA B II


(41)

xli A . Pe ng e rtia n A na k

Pengertian anak dalam Konvensi Hak Anak diartikan sebagai : “For purpose of present Convention, a child means every human being below the age eighteen years, under the law applicable to the child; majority is attained earlier”. (Yang dimaksud dalam Konvensi ini, adalah setiap orang yang berusia di bawah delapan belas tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak, ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal). Dengan demikian batasan usia dewasa menurut Konvensi Hak-Hak Anak adalah 18 tahun dengan pengecualian bahwa kedewasaan tersebut dicapai lebih cepat.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan definisi tentang anak sebagai berikut : setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum pernah menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberikan batasan mengenai siapa yang dimaksud dengan anak yaitu seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dengan demikian pengertian menurut kedua peraturan ini luas sekali, karena termasuk anak dalam kandunganpun diakui sebagai seorang anak. Tentunya jika kepentingan hukum itu menghendaki.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa “Anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin”. Penegasan ini diuraikan lagi dalam penjelasannya bahwa batas usia dewasa 21 tahun ditetapkan karena berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak mencapai pada umur tersebut. Melihat batasan usia dalam peraturan ini maka kita dapat melihat bahwa


(42)

xlii

batasan seorang anak sampai dengan usia 21 tahun, artinya kematangan anak ini akan lebih sempurna. Pertimbangan usia 21 tahun ini sebetulnya didasarkan pada ketentuan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai kedewasaan seseorang adalah setelah mencapai usia 21 tahun.

Pe ng e rtia n a na k d a la m Bla k's La w Dic tio na ry d ia rtika n se b a g a i se se o ra ng ya ng usia nya b e lum m e nc a p a i e m p a t b e la s ta hun, d a la m ha l ini d ia kuinya va ria si um ur ya ng b e rb e d a d i b e rb a g a i ne g a ra untuk p e nye b uta n se o ra ng a na k.39 Na m un d a la m ka m us p e ristila ha n hukum d a la m p ra kte k m e ng a rtika n a na k se b a g a i turuna n ya ng ke d ua40. Se d a ng ka n Sura t Ed a ra n Ja ksa Ag ung No . SE-002/ JA/ 4/ 1989 m e minta a g a r te rha d a p a na k ya ng b e lum b e rusia 18 ta hun d ip e rla kuka n ta ta te rtib sid a ng a na k.

Ka m us Hukum m e ng g una ka n istila h p up il a ta u mind e rja rig e o nd e r vo o g d ij se b a g a i p e rg e rtia n d a ri a na k ya ng d i b a w a h p e ng a m p ua n 41, la in ha lnya d a la m Ka m us Hukum Be la nd a Ind o ne sia m e ng g una ka n istila h

stra fre c hte lijke mind e rja rig he id a rtinya ke b e lum d e w a sa a n me nurut hukum p id a na . 42

Und a ng -Und a ng No . 3 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng a d ila n Ana k m e m b e rika n d e finisi te nta ng a na k d a la m Pa sa l 1 b utir 1 ya itu a na k a d a la h o ra ng d a la m p e rka ra a na k na ka l te la h m e nc a p a i um ur 8 (d e la p a n) ta hun

39

Henry Campbell Blak Blak's Law Dictionary, fifth edition, St. Paul Minn West Publishing Co. USA, 1979, hal. 217.

40Pe ristila ha n Hukum Da la m Pra kte k. Ke ja ksa a n Ag ung RI, Ja ka rta , 1985, ha l. 16.

41

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 1977, hal. 694.

42


(43)

xliii

te ta p i b e lum m e nc a p a i um ur 18 (d e la p a n b e la s) ta hun d a n b e lum p e rna h ka w in.

Be ijing Rule s tid a k m e nye b utka n se c a ra p a sti te nta ng c a kup a n a na k te rse b ut d iliha t d a ri b a ta s usia nya . Be ijing Rule s m e ng g una ka n istila h a juve nile untuk m e nye b ut a na k ta np a m e nye b utka n usia nya . A juve nile is a c hild o r yo ung p e rso n who , und e r the re sp e c tive le g a l syste m, ma y b e d e a lt with fo r a n o ffe nc e in a ma nne r whic h is d iffe re nt fro m a n a d ult. (a na k na ka l a d a la h se o ra ng a na k a ta u m a nusia m ud a ya ng jika m e la kuka n sua tu p e la ng g a ra n hukum d i sua tu ne g a ra a ka n d ip e rla kuka n se c a ra b e rb e d a d a ri c a ra ya ng b e rla ku b a g i o ra ng d e w a sa ).

Istilah anak dalam WJS Poerwadarminto diartikan sebagai manusia yang masih kecil karena keadaannya 43.

ST. Sularto mengemukakan :

Konsep “dunia anak” itu sendiri baru muncul dalam wacana resmi lembaga-lembaga internasional seperti UNICEF dan WHO. Pada saat yang sama berbagai kelompok masyarakat Barat mulai mengkonfrontasikan konsep ideal mengenai masa kanak-kanak dengan kenyataan di mana lebih dari separuh anak di dunia bermukim di negara berkembang, belum berkembang dan pemukiman miskin di perkotaan. Masa kanak-kanak sebenarnya belum terlalu lama dikenali sebagai suatu konsep yang terpisah dari tahapan kehidupan. Sejarawan sosial Philipe Aries dalam Centuries of Childhood antara abad 15 sampai 18, anak-anak di Eropa masih dianggap sebagai miniatur orang dewasa. Baru kemudian disadari bahwa anak-anak memiliki hal-hal khusus dan setiap masyarakat memiliki konsep serta tanggung jawabnya yang membedakan anak-anak dari orang dewasa untuk menjamin pemeliharaan fisik dan sosialisasi bagi manusia yang secara biologis belum matang. 44

Dalam kesempatan lain ST. Sularto mengatakan, bahwa :

“Konsep modern mengenai masa kanak-kanak merupakan tahapan berjarak dari siklus kehidupan manusia yang dikristalisasi dalam konsep pemikiran Barat pada abad ke-19, yang ditandai dengan elaborasi ruang konseptual. Konsep-konsep ini pada dasarnya

43

WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi-VII, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal 38. Kata “anak” diartikan sebagai manusia yang kecil (keadaannya) dan kata “kecil” diartikan karena keadaannya sehingga jangan ditafsirkan kepada ukuran fisik tetapi juga non fisik, yaitu umur dan pemikiran.

44


(44)

xliv

mendeskripsikan masa kanak-kanak sebagai suatu proses “menjadi”; sebagai tabula rasa; sebagai pondasi dalam pembentukan manusia, sesuatu yang menuntut tanggungjawab, sesuatu yang mentah, tidak berpengalaman, yang sebenarnya semua itu dibentuk dari pemahaman orang dewasa terhadap anak-anak dan masa kanak-kanak. 45

Melihat batasan-batasan usia terhadap siapa yang dapat disebut sebagai seorang anak dalam hukum yang tertulis seperti dikemukakan di atas ternyata tidak ada keseragaman. Masing-masing peraturan mempunyai batasan usia tersendiri, namun tidak tertutup kemungkinan adanya kesamaan antara peraturan yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian semua peraturan yang ada mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan perlindungan sepenuhnya kepada anak.

B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Anak

Be rb ic a ra m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na b a g i a na k p e la ku tind a k p id a na , te ntunya ini te rka it d e ng a n b a ta s usia minima l se o ra ng a na k untuk d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya . Untuk itu p e nting se ka li d ia tur me ng e na i b a ta s usia minim um b a g i a na k d a la m p e rlind ung a n a na k d i b id a ng hukum p id a na . Artinya ka p a n se o ra ng a na k d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya te rse b ut.

Unite d Na tio n De p a rte m e n o f Pub lic Info rm a tio n m e ng a ta ka n b a hw a :

“ Usia minim um p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l b e rb e d a se c a ra lua s o le h ka re na se ja ra h d a n b ud a ya . Pe nd e ka ta n mo d e m a ka n m e mp e rtim b a ng ka n a p a ka h se o ra ng a na k d a p a t b e rb ua t se sua i d e ng a n ko m p o ne n-ko m p o ne n m o ra l d a n p siko lo g is d a ri p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l; a rtinya a p a ka h se o ra ng a na k b e rd a sa rka n a ta s ke je rniha n p ikira n d a n p e m a ha m a n ind ivid u d a p a t d ia ng g a p b e rta ng g ung ja w a b ja w a b a ta s p e rila ku ya ng p a d a d a sa rnya a nti so sia l. Jika usia p e rta ng g ung ja w a b a n krimina l d ite ta p ka n

45


(45)

xlv

te rla lu re nd a h a ta u jika tid a k a d a b a ta s usia ya ng le b ih re nd a h sa m a se ka li, p e ng e rtia n ta ng g ung ja w a b tid a k a ka n m e miliki a rti. Pa d a um um nya te rd a p a t sua tu hub ung a n ya ng d e ka t a nta ra p e ng e rtia n ta ng g ung ja w a b te rha d a p p e rila ku krimina lita s a ta u ya ng m e la ng g a r hukum p id a na d e ng a n ha k-ha k se rta ta ng g ung ja w a b so sia l la innya .46

Be ijing Rule s tid a k m e nye b utka n se c a ra p a sti te nta ng ka p a n se o ra ng a na k d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n a ta s p e rb ua ta nnya . Pe ng a tura n m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na se o ra ng a na k p e la ku tind a k p id a na d ia tur d a la m Rule 4.1 : in tho se le g a l syste ms re c o g nising the c o nc e p t o f the a g e o f c rimina l re sp o nsib ility fo r juve nile s , the b e g inning o g the a g e sha ll no t b e fixe d a t to o lo w a n a g e le ve l, b e a ring in mind the fa c ta o f e mo tio na l, me nta l a nd inte le c tua l ma turi. (d a la m siste m hukum ya ng m e ng a kui ko nse p b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n p id a na untuk a na k p e la ku tind a k p id a na , p e rm ula a n b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n itu ja ng a nla h d ite ta p ka n te rla lu re nd a h, d e ng a n m e nya ng kut fa kto r ke m a ta ng a n e m o sio na l a na k, m e nta l d a n inte le ktua lita s a na k.47 De ng a n d e mikia n Be ijing Rule s ini m e m b e rika n ke b e b a sa n b a g i tia p -tia p ne g a ra untuk m e ne ntuka n se nd iri m e ng e na i b a ta s usia p e rta ng g ung ja w a b a n se o ra ng a na k ya ng d a p a t d ip e rta ng g ung ja w a b ka n, na mun ha rus m e liha t ke nya ta a n e mo sio na l d a ri a na k, m e nta l d a n p ikira nnya te rse b ut. Da la m

c o mme nta ry rule 2.2 Be ijing Rule s ini d ise b utka n b a hw a b a ta s usia a na k

46 Pe nje la sa n Standard Minim um Rule s fo r The A dm inistratio n o f Juve nile Justic e

(Be ijing Rule s), Unite d Na tio n De p a rte m e n o f Pub lic Info rm a tio n, Ne w Yo rk 1986, ha l 4.


(1)

c lxxxii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arief, Barda Nawawi, Sari Kuliah Perbandingan Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta, 2002.

---, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1998.

---, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti. Bandung, 1996.

---, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy), tanpa penerbit dan tanpa tahun.

Atmasasmita, Romli, Sistem Peradilan Pidana Perspektif Eksisitensialisme dan Abolisionisme, Binacipta, Bandung, 1996.

Blak, Henry Campbell, Blak's Law Dictionary, fifth edition, St. Paul Minn West Publishing Co. USA, 1979.

Bonger,WA, Pengantar Tcntang Kriminologi, PT. Pembangunan, Jakarta, 1962,

Braithwaite, Jhon, Restorative Justice & Responsive Regulation, Oxford University Press, New York, 2002.

Clusster VIII/2 : Children in Conflict With the Law, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Jakarta 1999.

Cohen, Morris L. & Kent C. Olson, Legal Research, West Publishing Company, St. Paul Minn, 1992

Cross, Rupert & P. Asterlev Jones, An Introduction To Criminal Law, Butterworth, London, 1953.

Etzioni, Etzioni, Organisasi-Organisasi Modern, Alih Bahasa Suryatim, UI Press, Jakarta, 1985.

Faisal, Sanafiah, Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Yayasan A3, Malang. 1990.


(2)

c lxxxiii

Gosita, Arief, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta Akademika Pressindo, Tahun 1985. Hamzah, Andi, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta. Jakarta. 1994.

Harkrisnowo, Harkristuti, Rekonstruksi Konsep Pemidanaan : Suatu Gugatan Terhadap Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Jakarta. 8 Maret 2003.

Hadisuprapto, Paulus, Delinkuensi Anak, Pemahamanan dan Penanggulangan, Bayumedia, Jakarta, 2008.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2005.

Karni, Ringkasan Tentang Hukum Pidana, Djambatan, Surabaya, 1950.

Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Mandar Maju, Bandung, 1990.

---,Kartini, Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1986.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006.

Muladi. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP UNDIP, Semarang, 1995.

---, Proyeksi Hukum Pidana Materiil Indonesia di Masa Datang. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Semarang. 24 Pebruari 1990.

---,Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 1985.

---,dan Barda Nawawi Arief, Pidana dan Pemidanaan, BP UNDIP, Semarang, 1984.

Mulyana, Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. Panggabean, Mompang L., Pokok-Pokok Hukum Penitensier di Indonesia, Penerbit UKI Press, Jakarta, 2005.

Panjaitan, Petrus Irwan, Lembaga Pemasyarakatan, Dalain Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.


(3)

c lxxxiv

Poernomo, Bambang, Kapita Selekta Hukum Pidana. Liberty, Yogyakarta, 1988.

---,Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, 1986.

---, Operasi Pemberantasan Kejahalan dan Kemanfaatan Ahli Kedokteran Jiwa, Bina Aksara, Jakarta, 1984.

Poerwadarminto,WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi-VII, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1999.

Prinst, Darwan, Hukum Anak Indonesia, Bandung, 1997.

Projodikoro,Wirjono, Azas-Azas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco. Bandung, 1989.

Puspa,Yan Pramadya, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 1977.

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta,2004.

Reksodiputro, Mardjono, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, UI Press, Jakarta, 1994..

Remmelink, Jan, Hukum Pidana, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Risalah Rancangan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Buku I, Sekretariat Jendral DPR-RI, Jakarta,1997.

Sahardjo, Pohon Beringin Pengayoman Hukum Pancasila Manipol Usdek. Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa, Jakarta, 5 Juli 1963.

Sakidjo,Aruan, dan Bambang Poemomo. Hukum Pidana, Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kondifikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1990.

Sianturi, SR, Hukum Penitensia Indonesia, Alumni AHAEM-PETEHAEM. Jakarta. 1996


(4)

c lxxxv Soedarto, Hukum Pidana, BP UNDIP, Semarang, 1990.

---, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, 1983. ---, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981.

---, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006.

---, dan Sri Marnudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1985.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi penelitian Hukum dan Jurimetri, Cet. V, Ghalia Indonesia, Jakarta.1995.

---, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. II, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985. Soesilo. R, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1964.

Subekti, Kamus Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1978.

Sudjono, Hukuman Dalam Perkembangan Hukum Pidana, Tarsito, Bandung, 1974, Sulatro, St.( ed), Seandainya Aku Bukan Anakmu, Kompas Publishing, Jakarta, 2003.

Sutoyo, Johannes,(ed) Anak dan Kejahatan, Jurusan Kriminologi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta,1998.

Termorshuizen, Marjanne, Kamus Hukum Belanda Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2002.

Tresna, R. Asas-Asas Hukum Pidana, Tiara Limited, Jakarta, 1959.

Unicef, Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) di Indonesia. Jakarta: Tanpa Tahun.


(5)

c lxxxvi

Makalah :

Arief, Barda Nawawi, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Upaya Reorientasi Pemahaman), Penataran Metodologi Penelitian Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, tanggal 11-15 Desember 1995.

Efendy, Rusli, & A.S. Alam, Langkah-Langkah Kongkrit Untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja, Seminar Kriminologi III, Semarang 26-27 Oktober 1976.

Ikhsan, Edy, Non Humanitis dan Penanganan anak yang Berkonflik dengan Hukum, Beberapa Catatan Lapangan, Semiloka Anak yang Berkonflik dengan Hukum, Jakarta, 5-6 Agustus 1998.

Irwanto, Kebutuhan Anak dalam Situasi Sulit, Lokakarya Nasional tentang Perlindungan Anak, Jakarta 1998.

Purnianti, Masalah Perlindungan Bagi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum, Semiloka Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum. Jakarta 5-6 Agustus 1998.

Soedarto, Pengertian dan Ruang Lingkup Peradilan Anak, Lokakarya Tentang Peradilan Anak, Semarang 8 -10 Agustus, 1977.

Syukri, Erna Sofwan, Pemahaman Visi dan Misi Pengadilan Anak Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, Lokakarya Reformasi Nasional Dalam Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Yang Berpihak Kepada Anak dan Keadilan, Jakarta, 25-26 Pebruari 2004.

---,"Tindak Pidana Yang Menyangkut Anak Sesuai RUU KUHP Nasional," (Kajian tindak pidana yang menyangkut anak sesuai RUU KUHP Nasional), Jakarta, 17 September 2003.

Koran :


(6)

c lxxxvii

Peraturan :

Standard Minimum Rules for The Administration of Juvenile Justice (Beijing Rules),

United Nation Departemen of Public Information, New York 1986.

Rules for The Protection of Juveniles Deprived of Their Liberty. United Nation

Resolution 45/113, New York, 1990.

International Covenant on Civil and Political Rights.

United Nations Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency (Riyadh Guidelines)

United Nations Standard Minimum Rules for Non-Custodial Measures (The Tokyo Rules)

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang no. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman