Hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA ONLINE PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPsikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Gusti Bagus Bayu Ambara

099114095

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(2)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA ONLINE PADA REMAJA

Disusun oleh : Gusti Bagus Bayu Ambara

NIM : 099114095

Telah Disetujui Oleh:

DosenPembimbing Skripsi


(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA ONLINE PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Gusti Bagus Bayu Ambara

NIM : 099114095

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal : 16 Januari 2014

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

1. Ketua :P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A ... 2. Penguji 1 :Dewi Soerna Anggraeni , M.Psi ... 3. Penguji 2 : Dr.T.Priyo Widiyanto, M.Si ...

Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(4)

iv

HALAMAN MOTTO

”Setiap orang berlari dengan tempo yang berbeda, kamu adalah yang terbaik dan dengan caramu sendiri”

-Gusti Bagus Bayu-

“Sometimes 1 % is better than 99 %, because that keeps me trying harder”

-Gusti Bagus Bayu-

Lelah?Jujur iya. Tapi setiap saya ingin menyerah, hati meminta berjuang lagi, dan logika berkata “masa cuma segini?”. Jadi saya

kembali (anonim)

“ Ayo keluarkanlah kapal baru, kembangkanlah layar mimpi” (New Ship)


(5)

SAYA PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

TUHAN YANG SELALU MENGUATKAN DAN

MENEMANI, PAPA DAN MAMA TERCINTA, DIRI

SAYA YANG TIDAK PERNAH LELAH BERJUANG,

DAN SELURUH INDIVIDU YANG PERCAYA AKAN


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Februari 2014 Penulis,


(7)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF

SECARA ONLINE PADA REMAJA Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Gusti Bagus Bayu Ambara ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja. Penelitian ini menggunakansubjek sejumlah 70 individu remaja ( 40 perempuan, 30 laki-laki ). Instrument penelitian ini menggunakan skala intensitas mengunjungi toko onlineyang terdiri dari 6 item dengan (r) = 0,887 dan skala kecenderungan pembelian impulsif secara onlineyang terdiri dari 36 item dengan (r) = 0,929. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel intensitas mengunjungi toko online berkorelasi secara positif, sangat kuat dan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online (N= 70, r= 0,883, p= 0,000 <0,01).Penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki intensitas mengunjungi toko online yang rendah ( 11,09< 15), p = 0,000 dan kecenderungan pembelian impulsif secara online rendah (80,2 < 90), p = 0,000. Hasil analisis tambahan, berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek laki-laki dan perempuan dalam hal intensitas mengunjungi toko onlinet(68) = - 1,880; p > 0,05 serta kecenderungan pembelian impulsif secara online t(68) = -1,310; p > 0,05.

Kata kunci: intensitas mengunjungi toko online, kecenderungan pembelian impulsif secara online, remaja


(8)

viii

THE RELATION BETWEEN INTENSITY TO VISITONLINESTORE WITH ONLINE IMPULSIVE BUYINGTENDENCY IN ADOLESCENCE

Study in Psychology in Sanata Dharma University Gusti Bagus Bayu Ambara

ABSTRACT

The research aimed to know correlation between intensity to visitonline store withonlineimpulsive buying tendency in adolescences. This research uses 70 individual (40 women, 30 men ). The instrument used on this research areintensity to visitonline store scale consisting of 6 items with reliability (r)= 0,887 and online impulsive buying tendency scale consisting of 36 items with reliability (r)= 0,929. The result showed that the variableintensity to visit online store correlated positively, very strong and significant with variable onlineimpulsive buying tendency (N= 70, r= 0,883, p= 0,000 <0,01). This research also showed that subject had low intensity to visit online store ( 11,09< 15), p = 0,000 and onlineimpulsive buying tendency (80,2 < 90), p = 0,000. In addition, based on gender, there was no significant difference between men and women in terms of intensity to visit online store t(68) = - 1,880; p > 0,05 and online impulsive buying tendency t(68) = -1,310; p > 0,05.

Keywords: intensity to visit online store, onlineimpulsive buying tendency, adolescence


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :

Nama :Gusti Bagus Bayu Ambara Nomor Mahasiswa : 099114095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA ONLINE PADA REMAJA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Februari 2014 Yang menyatakan,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Ida Sang Hyang Widhi atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini.Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Dosen pembimbing skripsi saya ibuP.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A yang selalu sabar dan memberi arahan selama proses skripsi ini. Terima kasih sekali ibu, yang diajarkan akan selalu saya ingat.

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi dan Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dosen penguji yang telah membagikan ilmunya dan membantu proses pengerjaan revisi.

5. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernahsaya miliki.

6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, pak Gi, mas Muji (Glory Glory Man.United) dan mas Doni. Terima kasih untuk keramahannya. Maaf kalau sering merepotkan dan bertanya urusan


(11)

kuliah.Terima kasis sudah membantu segala macam praktikum tes yang cukup merepotkan.

7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan mendoakan keberhasilan saya. Cepat besar ya teman-teman semoga bisa masuk SMA, Perguruan Tinggi dan Perusahaan yang diimpikan.

8. Matur suksmaPapa dan Mama yang selalu mendoakan, memberikan support, menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai. Terima kasih karena memberikan saya kebebasan untuk hidup dan mengajarkan perbedaan. Skripsi ini hadiah kecil dari saya untuk kalian.

9. Mba Diah dan Mas Panjul, saudara-saudara ku yang terpisah provinsi dan pulau yang memberikan doa dan dukungan.

10. Keluarga besar Demangan House yang selalu memberikan hiburan dan membuat saya tertawa dan begadang hingga pagi hari. Makasi juga eyang atas pemberkatannya setiap malam. Selamat ya Jekek dapat pacar juga. 11. Sahabat yang luar biasa; Anggita, Ruthi, Cik Steph, Panjul, Yatim,

Moundry, Albert, Jekek, Made, Keyor, Mayang, Gaby. Terima kasih untuk dukungan, bantuan, dan tempat berkeluh kesah. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk selalu mengerjakan skripsi. Kita adalah satu keluarga. Teruslah berjuang untuk cita-cita kita.

12. Menot, Brigit, Mba Sherly, Mba Krinyol yang sudah membantu memberi referensi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya.

13. Freud, Blacky, Kripto yang selalu menggerakkan ekor dan melompat-lompat menyambutku pulang kerumah.


(12)

xii

14. Teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009. Terima kasih untuk waktu yang singkat selama ±4 tahun. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu dan kesempatan.

15. Keluarga besar UKF PSYNEMA, terima kasih pengalaman baru yang telah diberikan. Semangat terus untuk berkarya.

16. Keluarga besar Playboy Sudirman, Kris ,Azizi skripsinya dikerjain ya. 17. Jessica Veranda Tanumihardja, terima kasih atas semangatnya, terima kasih

sudah meyakinkan kalau aku bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Walaupun pemalu kamu tetap fashionable.

18. Noella Sisterina, sekali lihat senyum kamu ga akan pernah lupa. Terima kasih sudah menjadi idola yang memberi warna dalam hidup saya.

19. Keluarga besar SMA Kolese De Britto dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan.

Semoga Tuhan membalas dan memberikan berkatnya kepada semua orang yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.Penulis juga dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.Terima kasih.

Yogyakarta, 16 Februari 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11 BAB II LANDASAN TEORI


(14)

xiv

A. Pembelian Impulsif ... 12

1. Definisi Pembelian Impulsif ... 12

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif ... 17

B. Intensitas Mengunjungi Toko Online... 23

1. Definisi Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 23

2. Kelebihan dan Kelemahan yang Ditawarkan Toko Online ... 25

3. Dampak Intensitas Mengunjungi Toko Online Resmi dan Jejaring Sosial yang Dimodifikasi Menjadi Toko Online ... 27

C. Remaja... 28

1. Definisi Remaja ... 28

2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 30

3. Pembelian Impulsif pada Remaja ... 33

D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Mengunjungi Toko Online dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online pada Remaja ... 34

E. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44


(15)

1. Variabel Bebas ... 44

2. Variabel Tergantung ... 44

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

1. Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 45

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online pada Remaja... 46

D. Subjek Penelitian ... 47

E. Metode dan Alat Pengambilan Data ... 47

1. Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 48

2. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online ... 49

F. Validitas dan Reliabilitas ... 52

1. Validitas ... 52

2. Seleksi Aitem ... 52

3. Reliabilitas ... 56

G. Metode Analisa Data ... 56

1. Uji Asumsi ... 56

2. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Deskripsi Data Penelitian ... 60

1. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik ... 60


(16)

xvi

C. Hasil Penelitian ... 63

1. Uji Normalitas ... 63

2. Uji Linieritas ... 65

3. Uji Hipotesis ... 65

4. Analisis Data Tambahan ... 67

D. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 76

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 76

2. Bagi Remaja sebagai Subjek Penelitian ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline ... 48

Tabel 2 Skor Favorable Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 49

Tabel 3 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online ... 50

Tabel 4 Skor Favorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online... 51

Tabel 5 Skor Unfavorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online... 51

Tabel 6 Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline Setelah Seleksi Aitem... 54

Tabel 7 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online Setelah Seleksi Aitem ... 55

Tabel 8 Identitas Subjek Penelitian ... 60

Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian ... 61

Tabel 10 One-Sample Test ... 62

Tabel 11 Uji Normalitas ... 64

Tabel 12 Uji Hipotesis ... 66


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 82

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 90

Lampiran 3 Skala Penelitian ... 94

Lampiran 4 Deskripsi Subjek ... 102

Lampiran 5 Uji Asumsi ... 104

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 107


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persaingan di pasar global mendorong pengusaha ritel berlomba memasarkan produk mereka dengan menggunakan tampilan kemasan produk yang menarik serta desain tempat berbelanja yang semakin nyaman. Hal tersebut mendorong peningkatan pembelian impulsif yang terjadi di masyarakat (Jones et al dalam Lin & Lin, 2005). Hasil temuan oleh Point of Purchase Industry Bodymenunjukkan bahwa di Canada hampir 75 % keputusan untuk membeli suatu produk terjadi di tempat berbelanja dan dikategorikan sebagai pembelian impulsif (Miller dalam Jeffrey & Hodge, 2007).Bahkan pembelian impulsif mencapai lebih dari 80 % pada kategori produk tertentu di Amerika (Lin & Chuang 2005).

Beberapa temuan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di dunia menjadi semakin impulsif. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Negara maju seperti Amerika, tetapi mulai merambah ke Negara berkembang termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada bulan Desember 2010 hingga Januari 2011 memberikan fakta menarik bahwa konsumen di Indonesia telah tumbuh menjadi semakin impulsif (Pop Survey, 2011).

Pada konsumen yang melakukan pembelian impulsif, keputusan membeli barang lebih didasari oleh dorongan emosi, keinginan untuk


(20)

memenuhi hasrat, serta keadaan mood seseorang dibandingkan dengan pertimbangan kebutuhan dan kegunaan akan barang tersebut. Konsumen impulsif akan membeli suatu produk tanpa alasan yang penting ataupun untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan untuk mencari kesenangan dan bagian dari gaya hidup modern(Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Mereka hanya menggunakan sedikit pertimbangan ketika membeli suatu produk (Verplanken & Herabadi, 2001). Konsumen yang cenderung spontan dan kurang menggunakan pertimbangan ini akan cenderung melakukan pembelian impulsif(Herabadi et al., 2009).

Pembelian impulsif dideskripsikan sebagai perilaku membeli seseorang yang tidak menggunakan perencanaan yang baik terlebih dahulu dan terjadi secara tiba-tiba, serta munculnya dorongan yang sangat kuat untuk membeli dengan segera tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan lebih didasarkan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Herabadi et al., 2009). Beberapa literatur dan konsumen itu sendiri menyadari bahwa perilaku membeli impulsif tidak sesuai dengan norma karena keputusan untuk membeli suatu barang tidak didasari oleh kegunaan dan kebutuhan akan barang tersebut (Rook and Fisher dalam Guiterrez, 2004). Ketika individu bertindak impulsif mereka akan bertindak dengan sangat cepat tanpa pemikirian yang baik sehingga kemungkinan mendapatkan hasil yang tidak disengaja atau tidak diinginkan ( Rook and Fisher, 1995). Pembelian impulsif dihubungkan dengan masalah finansial sebelum melakukan pembelian, kekecewaan akan produk yang dibeli, perasaan bersalah dan ejekan sosial (


(21)

Rook and Fisher, 1995) Pembelian impulsif melibatkan pengambilan keputusan yang relatif cepat dan merupakan bias subyektif yang mendukung keinginan untuk bisa memiliki dengan segera (Kacen & Lee, 2002).

Perilaku membeli secara impulsif yang tidak sesuai dengan norma menyebabkan konsumen hanya membeli produk tanpa pertimbangan yang jelas. Hal ini terjadi karena konsumen tidak menggunakan pertimbangan atau memikirkan terlebih dahulu dengan baik sebelum berbelanja.Mereka cenderung tertarik secara emosional terhadap suatu barang atau objek dan berusaha dengan segera untuk memenuhi kepuasan sehingga kurang memperhatikan dampak negatif dari hal yang dilakukan (Kacen & Lee, 2002).Perasaan senang dan kondisi mood yang baik sangat berperan dalam pembelian impulsif.Menurut Rook (1987) faktor emosional menyebabkan konsumen berbelanja diluar kontrol mereka. Perasaan senang saat berbelanja akan membuat konsumen belanja diluar kontrol dan berpotensi melakukan pembelian impulsif.

Rook (1987) berpendapat bahwa rasionalitas dan kemampuan untuk menahan keinginan berbelanja meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini membuat orang dewasa memiliki kontrol dan regulasi yang lebih baik dibandingkan para remaja. Hubungan antara usia dengan perilaku impulsif telah diteliti dalam beberapa studi. Wood (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun. Rawling, Boldero dan Wiseman (dalam Ghani et al., 2011) menemukan


(22)

orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua. Penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang menggunakan subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil remaja dengan usia 19 tahun lebih impulsif dibandingkan remaja usia lainnya.

Pada masa perkembangan remaja muncul pergolakan yang dipenuhi dengan konflik dan perubahan suasana hati.Minat, karir, pacaran dan eksplorasi identitas diri sering muncul pada masa ini (Santrock, 2007).Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki kontrol terhadap keinginan untuk melakukan pembelian secara spontan dibandingkan mereka yang lebih tua. Hal ini terjadi karena para remaja berusaha mengadopsi gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka suka untuk membeli berbagai produk baru serta menikmati berbelanja di toko-toko baru (Mai, Kwon, Loeb, & Lantz, 2003). Para remaja juga cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua ( Lin& Lin, 2005).Kemenkominfo mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang pada akhir 2012 dimana sebanyak 95 % menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial dan sebagian besar pengguna aktif berada pada rentang usia 12 hingga 25 tahun (Kementrian Komunikasi dan Informatika, 2013). Hasil Penelitian Yahoo dan Taylor Nelson Sofres Indonesia menunjukkan pengakses internet terbesasr di Indonesia adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun (Kompas, 2009).

Pembelian impulsif juga berbeda dalam hal jenis kelamin. Pada pasar retail tradisional beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan memiliki


(23)

kecenderungan melakukan pembelian impulsif lebih tinggi dan melakukan pembelian impulsif lebih sering dibandingkan laki-laki. Perempuan juga menikmati proses berbelanja dan senang untuk menghabiskan banyak waktu dan energi, sedangkan laki-laki akan berusaha berbelanja secapat mungkin dan menghindari upaya yang berlebihan saat berbelanja (Gasiorowska, 2011).Perempuan lebih memiliki kedekatan dengan kebiasaan berbelanja.Mereka suka berjalan pelan sambil melihat-lihat berbagai macam barang yang berada di sepanjang toko, membandingkan harga, kualitas barang, berinteraksi dengan penjual dan pembeli yang lain, banyak bertanya, mencoba berbagai macam pakaian dan akhirnya membeli.Pada dasarnya laki-laki tidak terlalu dekat dengan kebiasaan berbelanja, sedangkan bagi perempuan berbelanja merupakan salah satu cara memperoleh pengalaman emosional serta melihat barang sebagai suatu simbol (hedonic) (Bakewell & Mitchel dalam Gasiorowska, 2011).

Penelitian yang dilakukan Kollat dan Willet, Bellenger et al., Ditmar et al., dan Wood (dalam Ghani et al., 2011) menunjukkan hasil bahwa remaja perempuan cenderung lebih impulsif dibandingkan remaja laki-laki. Lin dan Lin (2005) menemukan bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan berperilaku impulsif lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.Namun studi yang dilakukan di Vietnam menemukan fakta yang sebaliknya dimana laki-laki lebih cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan perempuan (Mai et al., 2003).Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Cobb dan Hoyer (dalam Ghani et al., 2011) yang menemukan hasil serupa.Konsumen


(24)

laki-laki menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja secara online dibandingkan perempuan (Zhou et al., 2007). Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa pada konteks online laki-laki juga melakukan pembelian impulsif sama seperti perempuan.

Perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh banyak hal.Secara garis besar faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dikategorikan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud berfokus pada perbedaan kepribadian individu yang mendorong mereka untuk dekat dengan pembelian impulsif. Hal ini mencakup beberapa hal seperti motif hedonis, kegemaran mengikuti perkembangan fashion, evaluasi normatif konsumen, serta faktor demografis (Muruganantham & Bhakat, 2003)

Faktor eksternal yang dimaksud mengarah pada isyarat pemasaran atau stimulus yang dikontrol sepenuhnya oleh penjual dengan tujuan menarik konsumen berbelanja.Stimulus eksternal ini berkaitan dengan ukuran toko, suasana dan desain tempat belanja, harga menarik yang ditawarkan, serta media iklan (Muruganantham & Bhakat, 2003; Virvilaite et al., 2011).Stimulus eksternal inilah yang menjadi target utama penjual untuk mendorong konsumen berbelanja ke toko online serta meningkatkan pembelian impulsif pada konsumen baru ataupun lama (Dawson & Kim, 2009). Strategi pemasaran agresif yang dilakukan oleh berbagai macam toko online mampu mendorong peningkatan penjualan secara online hingga mencapai 30% pada tahun 2005 (Dawson & Kim, 2009)


(25)

Riset yang dilakukan lembaga riset swasta Dailysosial menunjukkan bahwa transaksi onlineshopping di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 8,5 triliun dan diprediksi mengalami peningkatan menjadi 95 triliun pada tahun 2015 (dalam Perdana, 2013). Konsumen onlineakan cenderung lebih impulsif dibandingkan dengan konsumen yang berbelanja pada pasar retail tradisional, walaupun hal tersebut belum dimengerti dengan baik (Madhavaram dan Laverie, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Madhavaram dan Laverie menunjukkan bahwa 22 % dari responden yang melakukan pembelian impulsif pada pasar retail tradisional juga melakukan pembelian impulsif melalui internet(Madhavaram & Laverie, 2004). Bukti tersebut menunjukkan bahwa fenomena pembelian impulsif tidak hanya terjadi pada konteks tradisional (offline) melainkan sudah merambah ke konteks online.

Perkembangan teknologi seperti saluran belanja televisi dan perkembangan internet memperluas kemungkinan terjadinya pembelian impulsif (Kacen and Lee, 2002).Keberadaan toko-toko online telah memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memperbesar kemungkinan konsumen mencari dan membeli barang dalam situasi apapun tanpa harus terkendala waktu.Kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai macam supplier produk dan pelayanan yang berbeda juga menyebabkan konsumen menyukai berbelanja secara online(Zhou, Dai, & Zhang, 2007).

Potensi kelebihan lain dari berbelanja online adalah ketersediaan berbagai macam pilihan produk dengan harga yang murah serta pemberian


(26)

diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia kartu kredit jika berbelanja secara online (Zhou et al., 2007). Keberadaan toko online juga memungkinkan barang yang diperdagangkan bisa diakses 24 jam oleh pembeli, memberikan efisiensi waktu terkait akses mudah ke berbagai toko dalam satu tempat serta memberikan privasi pada konsumen yang merasa malu berbelanja di tempat umum seperti pasar dan mal (Sulianta, 2012). Toko online yang dimaksud dapat berupas situs resmi ataupun jejaring sosial yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa (Sulianta, 2012). Data terakhir yang dihimpun internet world stats (2012 Q2), pengguna Facebook di Indonesia mencapai lebih dari 40 juta pengguna sedangkan Twitter lebih dari 30 juta pengguna (Puspito, 2013). Menurut survei global terbaru Nielsen Online, di Indonesia setengah dari pembeli online menggunakan Facebook (50%) untuk membeli barang. Dari jumlah tersebut 33,5 % responden pernah melakukan pembelian online (Puspito, 2013)

Persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan toko online memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan konsumen untuk berbelanja secara online (Muruganantham & Bhakat, 2003). Intensitas mengunjungi toko online mengacu pada tindakan untuk mengunjungi tempat membeli dan menjual produk menggunakan perangkat elektronik yang terhubung dengan koneksi internet. Semakin tinggi intensitas seseorang mengunjungi toko online maka akan semakin besar kemungkinan untuk berhadapan dengan kelebihan yang ditawarkan oleh toko onlineyang akan memperbesar kemungkinan melakukan pembelian secara


(27)

online(Muruganantham & Bhakat, 2003). Apabila seseorang menghabiskan waktu lebih dari 10 jam dalam seminggu untuk mengunjungi toko online,dapat dikatakan bahwa ia memiliki intensitas penggunaan internet yang tergolong tinggi (SWA-Mark Plus & Co dalam Abrar, 2003). Batasan ini yang menjadi dasar peneliti untuk menentukan tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online.

Karakteristik hedonis dari konsumen online sesuai dengan kecenderungan pembelian impulsif yang melibatkan konsumen yang mengutamakan kesenenangan dan hedonisme (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009).Keberadaan internet yang dekat dengan remaja memperbesar kemungkinan para remaja melakukan pembelian impulsif secara online. Penelitian yang dilakukan kompas pada tahun 2012 menunjukkan bahwa belanja online diminati pelajar dan mahasiswa sebesar 19,9 % (Kompas, 2012).Toko online menyebabkan para remaja cenderung berperilaku impulsif karena di dalam toko online terdapat berbagai macam produk yang menarik dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik serta mendukung trend dan mode saat ini (Rachmadhany, 2013).Namun pada dasarnya situs online juga memiliki kekurangan seperti akses konsumen yang terbatas untuk bisa memegang produk, mencium aroma produk, dan kesegeraan untuk memiliki produk setelah melakukan pembayaran yang merupakan faktor penting pada pembelian impulsif (Jeffrey & Hodge, 2007).


(28)

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara intensitas mengunjungi situs onlineshop dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara onlinepada remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi konsumen dan psikologi perkembangan serta sebagai kajian teori mengenai kecenderungan perilaku pembelian impulsif secara online pada remaja.


(29)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan evaluasi mengenai kebiasaan remaja mengunjungi atau mengakses situs online yang dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja.Para remaja dapat mengatur waktu yang mereka dengan lebih baik ketika menggunakan internet untuk mengakses atau mengunjungi toko online sehingga dapat memanfaatkan perkembangan internet dengan lebih hati-hati.


(30)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelian Impulsif

1. Definisi Pembelian Impulsif

Rook (1987) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba, seringkali bersifat sangat kuat dan menetap serta mendorong untuk membeli sesuatu dengan segera. Rook (1987) juga menambahkan bahwa pembelian impulsif muncul karena keinginan membeli atas dasar kesenangan semata tanpa memikirkan cara yang ditempuh untuk memperolehnya. Rook dan Gadner (dalam Kacen & Lee, 2002)mendeskripsikan kembali pembelian impulsif sebagai suatu pembelian yang tidak terencana yang dikarakteristikkan oleh pengambilan keputusan yang berlangsung relatif cepat, serta bias subjektif dalam hal ingin memiliki dengan segera suatu barang. Secara ringkas Hoch dan Loewenstein; Thompson, Locander, danPollio (dalam Rook & Fisher, 1995) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan dandengan seketika.

Betty dan Ferrell (dalam Kacen & Lee, 2002), mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa munculnya keinginan untuk berbelanja sebelumnya, dimana salah satunya untuk membeli kategori produk tertentu atau untuk memenuhi


(31)

tugas membeli tertentu.Konsumen cenderung tertarik secara emosional terhadap suatu barang atau objek dan berusaha dengan segera untuk memenuhi kepuasan sehingga kurang memperhatikan dampak negatif dari hal yang dilakukan (Kacen & Lee, 2002).Herabadi et al (2009) mendeskripsikan pembelian impulsif sebagai perilaku membeli seseorang yang tidak menggunakan perencanaan yang baik terlebih dahulu dan terjadi secara tiba-tiba, serta munculnya dorongan yang sangat kuat untuk membeli dengan segera tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan lebih didasarkan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Pembelian impulsif juga ditandai dengan kurangnya perencanaan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian serta munculnya perasaan senang dan puas setelah membeli suatu barang yang diinginkan tanpa mengetahui dengan pasti alasan membeli barang tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001). Rook (dalam Verplanken & Sato, 2011)juga menambahkan definisi yang lebih luas tentang pembelian impulsif yang memiliki tiga ciri yakni pembelian yang tidak direncanakan, sulit untuk melakukan kontrol atas keinginan tersebut, serta berlandaskan akan respon emosional.

Bayley dan Nancarrow ( dalamMuruganantham& Bhakat, 2003) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai dorongan yang tiba-tiba, memaksa, serta perilaku membeli yang bersifat hedonis atau berusaha memenuhi kesenangan dan kepuasan semata tanpa melibatkan pemikiran dan pertimbangan alternatif informasi dan pilihan lainnya.


(32)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelianimpulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba dan berlangsung relatif cepat tanpa menggunakan perencanaan serta pertimbangan yang matang tanpa mempedulikan akibat yang mungkin ditimbulkan melainkan didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk kesenangan serta kepuasan hasrat pembeli untuk memiliki suatu barang dengan segera.

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (2001) mengidentifikasi dua aspek utama dari pembelian impulsif yaitu aspek kognitif dan aspek afektif : a. Aspek kognitif (lack of planning and deliberation)

Definisi dari aspek kognitif ini mengarah kepada tidak adanya perencanaan dan pertimbangan yang baik sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.Verplanken dan Aarts (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) menyatakan bahwa pembelian mungkin tidak direncanakan ataupun dipertimbangkan terlebih dahulu karena beberapa alasan tertentu.Misalnya ketika pembelian yang tampak tidak direncanakan justru telah direncanakan jauh sebelumnya atau dalam hal ini terjadi pengulangan dari kebiasaan membeli maka tidak dapat dinyatakan sebagai pembelian impulsif.Verplanken dan Herabadi (2001) juga menjelaskan bahwa aspek kognitif yang dimaksud adalah tidak adanya pertimbangan serta perencanaan dan alasan pembelian suatu barang.


(33)

Rook (dalam Cinjarevic, 2010) menyatakan bahwa pembelian impulsif biasanya merupakan pembelian yang tidak direncanakan serta melibatkan kurangnya evaluasi dari sisi pembeli. Lee dan Kacen (dalam Cinjarevic, 2010) menyebutkan perbedaan utama dari pembelian impulsif dan pembelian yang direncanakan terletak pada kuantitas dan kualitas dari informasi yang dianalisis sebelum pembelian dilakukan serta waktu yang dibutuhkan diantara melihat produk dan keputusan untuk membelinya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian impulsif lebih singkat dibandingkan pembelian yang direncanakan karena sedikitnya jumlah informasi yang perlu diproses oleh konsumen dan tanpa adanya evaluasi jangka panjang terhadap konsekuensi dari pembelian yang dilakukan.

b. Aspek afektif (emotional aspect)

Aspek kedua yang dimaksud oleh Verplanken dan Herabadi (2001) adalah aspek afektif atau aspek emosional.Aspek afektif ini meliputi respon emosional yang muncul terlebih dahulu, secara serentak, ataupun setelah terjadinya pembelian yang tidak direncanakan. Emosi paling menonjol yang biasanya berhubungan dengan pembelian impulsif adalah perasaan gembira dan kesenangan. Selain itu muncul perasaan tiba-tiba dan keinginan untuk segera memiliki sesuatu sebelum melakukan pembelian impulsif.Hal ini bisa saja diakibatkan oleh perilaku kompulsif ringan (Verplanken


(34)

&Herabadi, 2001). Ditmar and Drury (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) juga menyebutkan bahwa penyesalan mungkin baru akan dirasakan belakangan setelah melakukan pembelian, seperti perasaan menyesal karena telah membelanjakan uang yang banyak hanya untuk kesenangan semata.

Verplanken dan Herabadi (2001) juga menyatakan bahwa aspek afektif yang dimaksud mencakup kegembiaraan, perasaan kompulsif, dan dorongan untuk menyentuh atau memiliki produk.Pembelian impulsif terkait dengan respon emosional yang kuat. Kollat dan Willett, Hausman dan Silvera et al. (dalam Činjarević, 2010) menyatakan bahwa konsumen secara umum menggambarkan bahwa mereka merasakan pengalaman seperti kegembiaraan, kesenangan, perasaan takut dan kepuasan hati pada saat mereka sedang berbelanja. Youn (dalam Dawson & Kim, 2009) menyebutkan bahwa kondisi emosional seseorang, mood dan perasaan pribadi dapat dikatakan sebagai aspek afektif seseorang. Perasaan yang dimaksud adalah dorongan tak tertahankan untuk membeli serta emosi membeli yang positif. Ketika konsumen merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk maka akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian impulsif.

Jadi aspek pembelian impulsif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif sebagai acuan skala kecenderungan pembelian impulsif.


(35)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda.Muruganantham dan Bhakat (2003) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dalam empat faktor utama yakni : a. Stimuli eksternal dan lingkungan belanja

Youn dan Faber dalam (Muruganantham dan Bhakat, 2003) menjelaskan stimuli eksternal berkaitan dengan hal-hal dalam dunia marketing yang sepenuhnya dikontrol dan diatur oleh penjual. Stimuli eksternal ini sangat terkait dengan lingkungan tempat berbelanja yang mencakup ukuran toko, suasana, desain tempat belanja, harga menarik yang ditawarkan, serta media iklan. Schiffman dalam (Muruganantham dan Bhakat, 2003) berpendapat pembelian impulsif sangat relevan saat ini, sesuai dengan skenario belanja yang melibatkan promosi penawaran yang semakin inovatif, kreatif, dan toko retail yang mulai menerima perkembangan teknologi.

Verplanken dan Herabadi (2001) berpendapat bahwa tampilan dan penyajian produk serta penambahan latar belakang musik dalam sebuah toko dapat meningkatkan kenyamanan konsumen pada saat berbelanja yang mengarahkan konsumen pada perilaku impulsif. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Kaur dan Singh (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) yang menemukan bahwa stimulus eksternal seperti penambahan musik, bau dan aroma, serta rasa dari suatu produk dapat memunculkan perilaku pembelian


(36)

impulsif pada konsumen. Stimulus eksternal ini dapat ditemui dalam berbagai bentuk tempat berbelanja. Gupta et al (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menemukan bahwa keberadaan keluarga dan teman saat berbelanja memperkecil kemungkinan pembelian impulsif, sedangkan kerumunan pembeli pada pasar retail dapat menarik perhatian konsumen untuk ikut melakukan pembelian tanpa perencanaan

Harmanciouglu (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyebutkan bahwa teknik promosi yang dilakukan pelayan dapat meningkatkan terjadinya pembelian impulsif. Sedangkan Micael et al (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyatakan bahwa dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dapat memberikan berbagai macam alternatif tempat berbelanja kepada konsumen. Perkembangan teknologi juga memungkinkan konsumen melakukan self serviceyang membuat pembeli menjadi lebih impulsif.

b. Stimuli internal

Stimuli internal yang dimaksud adalah perbedaan kepribadian individu yang dapat mendorong mereka untuk dekat dengan perilaku pembelian impulsif. Youn dan Faber (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) berpendapat bahwa pembelian impulsif mungkin diakibatkan oleh sifat konsumen seperti impulsifness umum, orientasi sementara, kesenangan dalam berbelanja, atau kurangnya regulasi diri.


(37)

Rook dan Hoch (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyatakan bahwa orang-orang yang merasa puas, senang, antusias, dan menikmati kegiatan berbelanaja dan menyukai fashion dekat dengan pembelian impulsif. Rook (1987) menghubungkan pembelian impulsif dengan sikap materialisme, mencari sensasi dan kepuasan, dan rekreasi berbelanja.Verplanken dan Herabadi (2001) juga menambahkan bahwa pembelian impulsif seringkali terjadi karena individu ingin menghindar dari persepsi psikologis yang negatif seperti penerimaan diri yang rendah, perasaan negatif, serta mood. c. Faktor situasional dan keterkaitan dengan produk

Shapiro (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyatakan bahwa faktor situasional yang berkaitan dengan pembelian impulsif mencakup lokasi retail atau pasar, waktu berbelanja, musim berbelanja dan kebiasaan berbelanja. Senada dengan hal ini, Beatty dan Farell (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyatakan bahwa kesedian waktu untuk berbelanja serta keinginan berbelanja yang besar merupakan faktor situasional yang dapat memicu pembelian impulsif. Semakin banyak waktu berbelanja yang dimiliki juga menyebabkan semakin sering konsumen menemukan barang-barang yang dapat menimbulkan pembelian impulsif.

Yu dan Bastin (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) juga menemukan bahwa pembelian impulsif terjadi pada kategori


(38)

produk yang luas mencakup pakaian, buku, serta alat-alat olahraga. Kegemaran mengikuti trend dan perkembangan produk fashion juga mendorong konsumen melakukan pembelian impulsif. Keinginan untuk memiliki barang model terbaru dengan segera juga mendorong terjadinya pembelian impulsif.

d. Faktor demografis dan sosial budaya

Vohs dan Faber (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menemukan bahwa kondisi pasar lokal dan kebudayaan juga memiliki dampak pada kecenderungan konsumen melakukan pembelian impulsif. Dittmar (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) juga menemukan bahwa gender memiliki peran dalam pembelian impulsif. Ia menemukan bahwa laki-laki cenderung melakukan pembelian impulsif ketika membeli produk yang dapat menunjang kemandirian dan aktivitasnya. Sedangkan perempuan melakukan pembelian impulsif pada produk yang menggambarkan dan mengekspresikan dirinya serta berkaitan dengan penampilan dan aspek emosional dirinya.

Matilla dan Writz (2006) menambahkan beberapa faktor sosial yang dapat menyebabkan perilaku pembelian impulsif seperti keramahan pegawai toko ataupun pengaruh konsumen lain yang sedang berbelanja. Kacen dan Lee (2002) menyebutkan bahwa budaya individualis dan kolektif merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku impulsif konsumen.


(39)

Wood (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyebutkan bahwa pendapatan mempengaruhi pembelian impulsif. Mereka yang memiliki pendapatan tinggi memiliki kesempatan lebih untuk melakukan pembelian impulsif. Sedangkan faktor personal seperti pengalaman pendidikan juga mempengaruhi perilaku dari pembelian impulsif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh interaksi stimulus internal dan eksternal. Interaksi tersebut menghasilkan empat faktor penting yang mempengaruhi pembelian impulsif seperti stimuli eksternal, stimuli internal, faktor situasional dan keterkaitan dengan produk, faktor demografis dan sosial budaya.

Dawson dan Kim (2009) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dalam konteks online menjadi dua faktor yakni :

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud mengarah pada isyarat marketing atau stimulus yang ditempatkan dan dikontrol secara langusung oleh penjual dengan tujuan untuk dapat menarik konsumen berbelanja. Marketing yang dilakukan tidak hanya mengarahkan konsumen menuju berbagai macam toko online saja namun juga mempromosikan dan menjual pada konsumen lama dan baru dengan


(40)

cara mengingkatkan pembelian impulsif melalui penyajian item-item pengganti yang sejenis maupun item-item yang lebih baik.

Studi yang dilakukan Shop.org pada tahun 2005 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penjualan secara online hingga mencapai 30 % setelah suatu situs online melakukan strategi pemasaran yang agresif dengan cara promosi langsung melalui akun email, pemberian potongan harga dan hadiah utama, serta memberi sugesti langsung kepada konsumen mengenai barang-barang baru yang dijual(Dawson & Kim, 2009). Berkembangnya retail online yang menggunakan strategi cross and up selling seperti memunculkan link terkait produk sejenis pada produk yang sedang dilihat konsumen telah menyebabkan perilaku membeli impulsif secara online mengalami peningkatan. Dawson dan Kim (2009) memprediksi bahwa perkembangan teknologi telah membuka kesempatan bagi konsumen untuk melakukan pembelian impulsif secara online.

b. Faktor internal

Faktor internal dari pembelian impulsif berfokus pada individu seperti tingkat emosional seseorang, evaluasi normatif konsumen terhadap peperangan dengan pembelian impulsif, serta faktor demografis (Dawson & Kim, 2009).

Berdasarkan faktor-faktor dari beberapa tokoh tersebut, secara umum pembelian impulsif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang dimaksud adalah perbedaan kepribadian


(41)

dalam diri individu yang mendorong mereka untuk dekat dengan pembelian impulsif. Faktor internal ini mencakup keadaan emosional seseorang, evaluasi normatif, karakteristik pribadi konsumen seperti motif hedonism, mencari kepuasan dan kegemaran mengikuti perkembangan trend serta faktor demografis seperti usia, gender, pendidikan dan budaya. Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang sepenuhnya dikontrol oleh penjual seperti tampilan produk dan tempat belanja yang menarik, pemberian diskon dan keuntungan lainnya,promosi penawaran yang semakin kreatif serta penggunaan strategi cross up and selling.

B. Intensitas Mengunjungi Toko Online

1. Definisi Intensitas Mengunjungi Toko Online

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran intensnya, intens berarti hebat atau sangat kuat yang mengacu pada kekuatan atau efek (kbbi.web.id). Andarwati dan Sankarto (2005) menyatakan bahwa intensitas mengacu pada frekuensi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (per hari, per minggu, atau per bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu ( per menit atau per jam).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,mengunjungi berarti mendatangi atau menjumpai, termasuk juga menengok atau melawat (kbbi.web.id).Online shoping adalah proses seorang konsumen


(42)

membeli produk atau jasa di internet. Bisnis online adalah bisnis yang dilakukan secara online dengan memajang barang dagangan secara virtual di internet, menggunakan media internet dan layanan komunikasi jarak jauh dan berbagai prosesnya melibatkan sebagian besar internet (Sulianta,2012). Dalam melakukan bisnis online maka penjual perlu memiliki toko online.

Menurut Kamus Besar Bahasa IndonesiaOnline, toko berarti sebuah tempat permanen untuk menjual barang-barang (baju, makanan dan sebagainya).Dunia IT mendefinisikan online sebagai terhubung, terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi, dapat berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer(Sulianta, 2012).Selain itu bisa juga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, online artinya dalam jaringan atau disingkat daring.Kesimpulannya toko online adalah suatu tempat seseorang dapat menjual produk dan pembeli dapat memesan produk sehingga terjadi transaksi jual-beli yang dilakukan melalui perangkat elektronik yang terhubung dan terkoneksi dengan internet. Toko online dapat berupa situs jual beli resmi ataupun jejaring sosial dengan menyajikan fitur yang diadaptasi sedemikian rupa (Sulianta,2012).

Berdasarkan temuan SWA-Mark Plus & Co (dalam Abrar, 2003) pada 1.100 orang pengguna internet, maka dapat digolongkan beberapa tipe penggunan internet berdasarkan lama waktu yang digunakan. Pengguna berat merupakan individu yang menggunakan internet lebih


(43)

dari 10 jam per minggu, pengguna sedang 2,5 -10 jam per minggu dan pengguna ringan kurang dari 2,5 jam per minggu. Penggolongan tipe pengguna internet ini kemudian menjadi dasar acuan peneliti untuk menggolongkan tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online pada penelitian. Hal ini dilakukan karena belum adanya batasan yang pasti mengenai intensitas mengunjungi toko online itu sendiri.

Intensitas mengunjungi toko online berarti suatu tindakan menunjungi tempat menjual dan membeli produk dengan perangkat elektronik yang terhubung dengan koneksi internet dan memiliki jumlahpola tindakan yang sama dari segi durasi dan frekuensi serta melibatkan usaha tertentu untuk mendapatkan pemuas kebutuhannya.Berdasarkan pengelompokkan intensitas penggunaan internet oleh SWA-Mark Plus & Co (dalam Abrar, 2003), maka peneliti menggunakan batasan tersebut untuk menentukkan tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online. Penggunaan batasan ini dipilih karena belum adanya batasan yang spesifik mengenai intensitas mengunjungi toko online.

2. Kelebihan dan Kelemahan yang Ditawarkan Toko Online

Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dalam berbisnis melalui toko online antara lain (Sulianta, 2012):

a. Ketersediaan online yang memungkinkan barang yang diperdagangkan bisa diakses 24 jam oleh pembeli.


(44)

c. Transaksi bisa jadi berlangsung aman karena tanpa harus membawa uang secara fisik.

d. Efisiensi waktu dimana pembeli dapat dengan mudah menelusuri berbagai macam toko online dengan cepat.

e. Prosesnya murah dimana konsumen dapat menghemat pengeluaran seperti penghematan uang transportasi.

f. Memberikan privasi, beberapa orang yang malu dan takut untuk membeli barang tertentu , namun dengan membeli melalui toko online maka konsumen tidak perlu malu untuk terlihat dimata penjual ataupun konsumen lain.

Zhou et al. (2007) juga menambahkan bahwa kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai macam supplier produk dan pelayanan yang berbeda juga menyebabkan konsumen menyukai berbelanja secara online.Potensi kelebihan lain dari berbelanja online adalah ketersediaan berbagai macam pilihan produk dengan harga yang murah serta pemberian diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia kartu kredit jika berbelanja secara online.

Pada dasarnya, ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh toko online antara lain (Sulianta, 2012):

a. Keterbatasan atau kesulitan konsumen untuk melihat barang secara benar dan nyata. Hal ini mencakup warna, tekstur, aroma, rasa, dan besaran yang tepat.


(45)

b. Barang tidak dapat diterima realtime atau langsung segera setelah pembelian

c. Memerlukan berbagai rangkaian proses berbelanja yang melibatkan beberapa pihak seperti jasa kurir dan penyedia jasa keuangan.

d. Hilangnya sentuhan manusia serta rentan terjadi penipuan.

Jeffrey dan Hodge (2007) juga menjelaskan bahwa situs online juga memiliki kekurangan seperti akses konsumen yang terbatas untuk bisa memegang produk, mencium aroma produk, dan kesegeraan untuk memiliki produk setelah melakukan pembayaran yang merupakan faktor penting terjadinya pembelian impulsif.

3. Dampak Intensitas Mengunjungi Toko OnlineResmi dan Jejaring

Sosial yang Dimodifikasi Menjadi Toko Online.

Intensitas mengunjungi toko online mengacu pada frekuensi dan durasi dari suatu pola perilaku tindakan yang sama yang dilakukan seseorang untuk mengunjungi tempat jual beli barang sehingga dapat memuaskan kebutuhannya. Toko online menawarkan berbagai kelebihan yang meliputi kenyamanan, ketersediaan berbagai macam pilihan, harga yang murah, servis original, perhatian personal, dan kemudahan akses untuk berbagai informasi. Semakin sering konsumen mengunjungi suatu toko online, maka semakin besar kesempatan untuk merasakan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh toko online.apabila konsumen menghabiskan waktu untuk mengunjungi toko online melebihi 10 jam


(46)

dalam seminggu maka akan semakin besar kemungkinan untuk melakukan pembelian impulsif secara online.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menunjukkan bahwa dari sisi psikologis, persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan toko online memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan konsumen untuk berbelanja secara online. Brown et al., (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menambahkan bahwa frekuensi berbelanja onlinememiliki dampak yang positif dengan kecenderungan berbelanja online dan memiliki dampak yang negatif terhadap kemungkinan pembatalan transaksi online.Cho (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menemukan bahwa tingkat kepuasan terhadap transaksi online sebelumnya memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan berbelanja online.

C. Remaja

1. Definisi remaja

Menurut Hall (dalam Santrock, 2007)masa remaja adalah masa dimana usia berkisar antara 12 hingga 23 tahun dan merupakan masa yang diwarnai pergolakan. Pandangan mengenai badai dan stress adalah konsep dari Hall yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati.


(47)

Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.Masa remaja awal kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi dimasa ini.Masa remaja akhir kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan.Minat, karir, pacaran dan eksplorasi identitas seringkali menonjol di masa ini. Periode perkembangan masa remaja terjadi antara usia 10-13 tahun sampai 18-22 tahun.

Di Indonesia sendiri batasan usia remaja secara umum berada pada rentang usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut (Sarwono, 2007) :

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana biasanya tanda-tanda seksual sekunder mulai muncul.

b. Masyarakat Indonesia menganggap usia 11 tahun sebagai akil balik baik menurut adat ataupun agama.

c. Pada masa itu mulai tercapai penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan puncak perkembangan kognitif maupun moral.

d. Usia 24 tahun merupakan batas akhir dimana mereka yang hingga batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua dan


(48)

belum memenuhi persyaratan kedewasaan baik secara sosial maupun psikologi masih dapat digolongkan sebagai remaja.

e. Status perkawinan sangat menentukan karena pada masyarakat Indonesia hal ini sangat penting.

Sarwono (2007) mendefinisikan batasan remaja menurut WHO sebagai berikut :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan biologis atau fisik, kognitif dan sosioemosional.Pada masa ini remaja mengalami krisis identitas serta konflik dan perubahan suasana hati. Batasan usia pada remaja secara keseluruhan berada pada rentang 12 sampai 22 tahun.

2. Karakteristik Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan yang pertama kali dirasakan remaja adalah perubahan fisik dimana terjadi pubertas. Pubertas merupakan proses


(49)

perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan sering terlalu focus dengan kondisi fisiknya. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan yang diinginkan maka dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri (Gunarsa, 1981; Papalia, Old & Feldmen, 2008)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Piaget dalam (Gunarsa, 1981; Papalia, Old & Feldmen, 2008) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif , yaitu interaksi struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap ini sebagai tahap operasi formal (Gunarsa, 1981; Papalia, Old & Feldmen, 2008).Pada tahap ini remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual serta pengalaman yang benar-benar terjadi melainkan sudah berpikir dengan fleksibel dan kompleks.Setelah memperoleh informasi maka remaja mencoba mengartikan dengan prespektif yang dimiliki sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan pilihannya (Santrock, 2007).


(50)

Pada masa ini, remaja cenderung belum memiliki pemikiran yang matang ketika mendapatkan suatu informasi atau stimulus.Oleh karena itu ketika remaja memiliki permasalahan yang harus dipecahkan, mereka cenderung gegabah dalam penyelesaian (Santrock, 2002).Masa remaja juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis serta peningkatan kemampuan remaja dalam mengkombinasikan berbagai pengetahuan dan memiliki strategi serta spontan mempertimbangkan berbagai alternatif perencanaan (Santrock, 2011).

c. Perkembangan Sosial dan Emosi

Perkembangan dalam relasi sosial pada remaja berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya.Remaja memiliki hubungan dengan teman sebaya yang lebih intim dibandingkan dengan orang tua (santrock, 2002).Dengan demikian pada remaja maka teman peran sebaya lebih besar.Pada masa ini remaja tidak hanya berkumpul dengan sesama jenis melainkan juga dengan lawan jenis.bagi remaja, teman-teman merupakan sumber informasi baik itu dalam cara berpakaian, musik, film ataupun informasi lainnya.

Perkembangan aspek emosional pada remaja terjadi ketika merika berhadapan dengan situasi yang menuntut mereka untuk bisa lebih mandiri.Remaja memiliki pengalaman emosional pada dirinya yang mengandung perasaan senang, sedih, khawatir, keinginan untuk melakukan sesuatu dan memiliki pengamatan tertentu.Selain itu


(51)

remaja cenderung melakukan pengambilan keputusan berdasarkan situasi emosi. Pada emosi yang tenang remaja akan membuat keputusan yang bijaksana, senadangkan pada emosi yang tidak tenang keputusan yang diambil menjadi kurang bijaksana (Santrock, 2011)

3. Pembelian Impulsif pada Remaja

Para remaja biasanya tidak memiliki tanggung jawab keuangan yang luas sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan pembelian impulsif.Rasionalitas dan kemampuan untuk menahan keinginan untuk berbelanja juga meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rook, 1987). Penelitian yang dilakukanKacen dan Lee (2002) juga menunjukkan bahwa perilaku pembelian impulsif cenderung meningkat pada usia diantara 20 tahun dan menurun ketika melewati usia 30 tahun. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang menggunakan subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil bahwa remaja pada usia 19 tahun memiliki kecenderungan pembelian impulsif paling tinggi.

Wood (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun. Rawling, Boldero dan Wiseman (dalam Ghani et al., 2011) menemukan orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua. Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki kontrol terhadap keinginan untuk melakukan pembelian secara spontan


(52)

dibandingkan mereka yang lebih tua. Hal ini terjadi karena para remaja berusaha mengadopsi gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka suka untuk membeli berbagai produk baru serta menikmati berbelanja di toko-toko baru (Mai et al., 2003)

Dittmar (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menemukan bahwa laki-laki cenderung melakukan pembelian impulsif pada barang-barang yang dapat menunjang kemandirian dan aktifitasnya. Perempuan akan cenderung melakukan pembelian impulsif pada barang-barang yang dapat menunjukkan simbol dan ekspresi dirinya baik yang berhubungan dengan penampilan maupun emosional. Lin & Lin (2005) menemukan bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan berperilaku impulsif lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.Namun studi yang dilakukan di Vietnam menemukan fakta yang sebaliknya dimana laki-laki lebih cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan perempuan (Mai et al., 2003).Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Cobb dan Hoyer (dalam Ghani et al., 2011) yang menemukan hasil serupa.

D. Dinamika Hubungan Antara Intesitas Mengunjungi Toko Online dengan

Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Onlinepada Remaja

Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari jumlah 63 juta pengguna internet sebanyak 95 % menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, dimana sebagian


(53)

besar pengguna aktif berada pada rentang usia 12 hingga 25 tahun (Kominfo, 2013). Menurut survei yang dilakukan Subramanian, dari 2000 responden yang mengikuti survei tentang penggunaan internet diperoleh hasil sebanyak 64% adalah anak muda yang berusia 15 hingga 19 tahun (Kompas, 2009). Hasil penelitian Yahoo dan TNS Indonesia menunjukkan pengakses internet terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia 15-19 tahun. Keberadaan internet yang dekat dengan remaja memperbesar kemungkinan para remaja melakukan pembelian secara online.

Intensitas mengunjungi toko online mengacu pada frekuensi dan durasi dari suatu pola perilaku tindakan yang sama dari seseorang untuk mengunjungi tempat jual beli barang. SWA Mark-Plus & Co (dalam Abrar, 2003) menyatakan apabila seseorang menghabiskan waktu untuk mengunjungi toko online hingga mencapai lebih dari 10 jam setiap minggunya maka digolongkan memiliki intensitas penggunaan internet yang tinggi. Konsumen yang menghabiskan waktu 2,5 hingga 10 jam setiap minggunya termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan konsumen yang menghabiskan waktu kurang dari 2,5 jam setiap minggunya tergolong kategori rendah. Hal ini yang menjadi batasan dan acuan mengenai tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online pada konsumen.

Kebiasaan berbelanja secara online telah mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir.Toko onlinemerupakan suatu tempat dimana seseorang dapat menjual produk dan pembeli dapat memesan produk sehingga terjadi transaksi jual-beli yang dilakukan melalui komputer yang


(54)

terhubung dan terkoneksi dengan internet.Toko online yang dimaksud dapat berupas situs jual beli online resmi ataupun jejaring sosial yang telah dimodifikasi (Sulianta,2012).Kelebihan dari berbelanja online adalah ketersediaan berbagai macam pilihan produk dengan harga yang murah serta pemberian diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia kartu kredit jika berbelanja secara online (Zhou et al., 2007).

Pada kenyataannya, toko onlinejuga menawarkan berbagai macam kelebihan yang meliputi kenyamanan, ketersediaan berbagai barang dengan harga murah, pemberian diskon serta kemudahan akses dan informasi. Persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan oleh toko online akan menyebabkan konsumen nyaman untuk melakukan pembelian secara online dan meningkatkan intensitas kunjungan konsumen ke toko online. Stern (1962) menyatakan bahwa kenyamanan dan kemudahan konsumen dengan tempat berbelanja dapat meningkatkan terjadinya pembelian impulsif.

Sulianta (2012) menyebutkan ada banyak kelebihan dari toko online seperti akses internet yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian selama 24 jam dengan jangkauan luas antar Negara. Konsumen tidak harus membawa uang secara fisik dan dapat menghemat waktu serta uang transport.Toko online juga memberikan privasi kepada konsumen yang malu untuk membeli barang tertentu ataupun malu karena harus bertatap muka dengan penjual dan konsumen lainnya.Donthu dan Gargia (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menyebutkan bahwa konsumen yang melakukan pembelian online adalah mereka yang menyukai kenyamanan.


(55)

Kelebihan dan kenyamanan yang ditawarkan toko onlineakan mendorong konsumen rekreasional cenderung melakukan pembelian online.

Rook (1987) menghubungkan pembelian impulsif dengan sikap materialisme, mencari sensasi dan kepuasan, dan rekreasi berbelanja. Joines et al., (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menambahkan bahwa konsumen hedonis selalu mendapatkan lebih banyak kesenangan dan kepuasan dalam lingkungan interaktif yang ditawarkan toko online. Hal ini sesuai dengan kecenderungan pembelian impulsif yang melibatkan konsumen yang lebih mengutamakan kesenangan dan hedonisme dibandingkan menggunakan pertimbangan akan kegunaan sutau barang (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009).

Perkembangan teknologi seperti saluran belanja televisi dan perkembangan internet turut memperluas kemungkinan terjadinya pembelian impulsif ( Kacen dan Lee, 2002). Schiffman (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) berpendapat pembelian impulsif sangat relevan saat ini, sesuai dengan skenario belanja yang melibatkan promosi penawaran yang semakin inovatif, kreatif, dan toko retail yang mulai menerima perkembangan teknologi. Dawson dan Kim (2009) memprediksi bahwa perkembangan teknologi telah membuka kesempatan bagi konsumen untuk melakukan pembelian impulsif secara online.

Pembelian impulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba dan berlangsung relatif cepat tanpa menggunakan perencanaan serta pertimbangan yang matang melainkan didasari oleh respon emosional


(56)

yang bertujuan untuk kesenangan serta kepuasan hasrat pembeli untuk memiliki suatu barang dengan segera. Pemberian diskon, bonus kupon ataupun lotre, kejutan, kesenangan baru, dan kemudahan mengikuti perkembangan trends merupakan beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh toko online yang dapat meningkatkan pembelian impulsif (Virvilaite et al., 2011) Penggunaan strategi cross and up selling yang diterapkan oleh berbagai tokoonline terbukti dapat meningkatkan perilaku pembelian impulsif (Virvilaite et al., 2011).

Toko online menyebabkan para remaja untuk cenderung berperilaku impulsif .Hal ini terjadi karena toko online menawarkan berbagai macam produk yang menarik dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik serta mendukung trend dan mode saat ini (Rachmadhany, 2013).Para remaja berusaha mengadopsi gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka suka untuk membeli berbagai produk baru serta menikmati berbelanja di toko-toko baru (Mai et al., 2003).

Penelitian yang dilakukan Kacen dan Lee (2002) menunjukkan bahwa perilaku pembelian impulsif cenderung meningkat pada usia diantara 20 tahun dan menurun ketika melewati usia 30 tahun. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang menggunakan subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil bahwa remaja pada usia 19 tahun memiliki kecenderungan pembelian impulsif paling tinggi.Wood (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah


(57)

melewati usia 39 tahun. Rawling, Boldero dan Wiseman (dalam Ghani et al., 2011) menemukan orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua. Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki kontrol terhadap keinginan untuk melakukan pembelian secara spontan dibandingkan mereka yang lebih tua.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan ditemukan bahwa konsumen remaja atau yang lebih muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua (Virvilaite et al., 2011). Rasionalitas dan kemampuan untuk menahan keinginan untuk berbelanja juga meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rook, 1987). Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki kontrol terhadap keinginan untuk melakukan pembelian secara spontan dibandingkan mereka yang lebih tua. Hal ini terjadi karena para remaja berusaha mengadopsi gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka suka untuk membeli berbagai produk baru serta menikmati berbelanja di toko-toko baru (Mai et al., 2003)

Remaja juga memiliki minat yang tinggi akan penampilan yang mencakup pakaian, perhiasan,daya tarik dan bentuk tubuh yang sesuai jenis kelamin. (Virvilaite et al., 2011).Han (dalam Virvilaite et al., 2011) menyebutkan bahwa kebiasaan seseorang untuk mengikuti perkembangan fashion memiliki relasi yang positif dengan kecenderungan pembelian impulsif.Hausman (dalam Virvilaite et al., 2011) menyebutkan bahwa motif dasar dari perilaku hedonis pada pembelian impulsif meliputi kesenangan, kepuasan, sesuatu yang baru, kejutan, dan kedekatan emosional.


(58)

Lingkungan yang interaktif dalam dunia onlinemampu menarik minat konsumen hedonis untuk melakukan pembelian online.Dittmar dalam (Muruganantham & Bhakat, 2003) menemukan bahwa laki-laki cenderung melakukan pembelian impulsif pada barang-barang yang dapat menunjang kemandirian dan aktifitasnya.Perempuan akan cenderung melakukan pembelian impulsif pada barang-barang yang dapat menunjukkan simbol dan ekspresi dirinya baik yang berhubungan dengan penampilan maupun emosional.Lin & Lin (2005) menemukan bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan berperilaku impulsif lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.Sedangkan pada dunia online laki-laki cenderung laki-laki lebih sering melakukan pembelian secara online dan menghabiskan uang lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini tidak lepas sikap skeptis perempuan pada bisnis online(Muruganantham & Bhakat, 2003).

Pada intinya, remaja memiliki kedekatan dengan dunia online.Hal ini menyebabkan mereka memiliki kemungkinan untuk mengunjungi toko online. Semakin sering remaja mengunjungi toko online maka akan semakin besar kemungkinan menghadapi berbagai kelebihan yang ditawarkan toko online.Karakteristik konsumen online yang cenderung bersikap hedonis dan rekreasional sangat sesuai dengan karakteristik konsumen yang memiliki kecenderungan impulsif.Para remaja menyukai dunia online yang interaktif, mereka juga cenderung bersikap hedonis.Karakteristik konsumen remaja yang cenderung hedonis dan menyukai dunia online yang interaktif ini


(59)

menyebabkan remaja sangat mungkin melakukan pembelian impulsif secara online.

Hal ini juga berlaku sebaliknya, semakin jarang remaja mengunjungi toko online maka semakin kecil kemungkinan menghadapi kelebihan yang ditawarkan toko online. Konsumen remaja yang bersikap hedonis dan menyukai dunia online yang interaktif tidak akan merasakan kelebihan yang ditawarkan oleh toko online. Keadaan ini menyebabkan mereka memiliki kecenderungan melakukan pembelian impulsif secara online yang rendah.


(60)

Skema 1. Dinamika Hubungan Antara Intesitas Mengunjungi Toko Online Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Onlinepada Remaja

Semakin sering menghadapi faktor-faktor eksternal seperti

lingkungan online yang interaktif,promosi penawaran

yang semakin kreatif dan inovatif, serta akses penuh

terhadap informasi dan perkembangan trends yang

dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif Kecenderungan pembelian impulsif secara onlinepada remajarendah Kecenderungan pembelian impulsif secaraonline pada remaja tinggi Remaja Memiliki Kedekatan Dengan Dunia Online Intensitas Mengunjungi Toko Online Tinggi Intensitas Mengunjungi Toko Online Rendah

Semakin jarang menghadapi faktor -faktor eksternal seperti

lingkungan online yang interaktif,promosi penawaran

yang semakin kreatif dan inovatif, serta akses penuh

terhadap informasi dan perkembangan trends yang

dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian


(61)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara onlinepada remaja.Hipotesis ini bersifat positif. Remaja yang memiliki intensitas mengunjungi toko online yang tinggi akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif secara onlineyang tinggi. Remaja yang memiliki intensitas mengunjungi toko online yang rendah akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif secara onlineyang rendah.


(62)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara intensitas seseorang mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik ( Azwar, 2004). Data angka tersebut berasal dari pengukuran dengan skala terhadap variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang variasinya dapat menpengaruhi variabel lainnya (Prasetyo & Jannah, 2008).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas mengunjungi toko online.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Prasetyo & Jannah, 2008).Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah


(63)

kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja yang mengunjungi toko online.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Mengunjungi Toko Online

Intensitas mengunjungi toko online berarti suatu tindakan mengunjungi tempat menjual dan membeli produk dengan perangkat elektronik yang terhubung dengan koneksi internet dan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu yang memiliki jumlah pola tindakan dan perilaku yang sama dari segi kuantitas atau frekuensi yang didalamnya melibatkan usaha tertentu dari remaja tersebut untuk mendapatkan pemuas kebutuhannya. Toko onlineyang dimaksud dapat berupa situs resmi seperti toko bagus, berniaga, amazon, rakuten ataupun toko online di jejaring sosial seperti facebook dan twitter.

Variabel ini meliputi tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online yang diukur melalui skala yang mencakup dua aspek yakni durasi (seberapa lama mengunjungi toko online) dan frekuensi (seberapa sering mengunjungi toko online) dalam 1 minggu.Batasan intensitas mengunjungi toko online yang digunakan mengacu pada waktu penggunaan internet menurut SWA Mark-Plus & Co ( dalam Abrar, 2003) yang menggolongkan pengguna unternet berdasarkan lama waktu yang digunakan menjadi tiga macam. Pengguna berat yaitu individu yang menggunakan internet selama lebih dari 40 jam per bulan atau lebih dari


(64)

10 jam per minggu. Pengguna sedang yaitu individu yang menggunakan internet 10-40 jam per bulan atau 2,5–10 jam per minggu. Pengguna ringan yaitu individu yang menggunakan internet tidak lebih dari 10 jam per bulan atau 2,5 jam per minggu. Semakin tinggi skor maka menunjukkan bahwa semakin tinggi pula intensitas subjek mengunjungi toko online.

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online pada Remaja

Kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan pembelian barang yangdilakukan melalui situs resmi jual beli online ataupun toko online pada jejaring sosial dimana pembelian tersebut terjadi spontan atau tiba-tiba dan berlangsung relatif cepat tanpa menggunakan perencanaan serta pertimbangan yang matang tanpa mempedulikan akibat yang mungkin ditimbulkan melainkan didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk kesenangan serta kepuasan hasrat remaja untuk memiliki suatu barang dengan segera. Pembelian impulsif secara online pada remaja diukur dengan skala kecenderungan pembelian impulsif secara online.

Variabel ini diukur dengan skala kecenderungan pembelian impulsif secaraonline yang meliputi aspek kognitif (seperti tidak direncanakan (spontan), tanpa pertimbangan serta tidak peduli akibat) dan aspek afektif (seperti perasaan senang, perasaan puas, serta dorongan tak tertahankan untuk menyentuh dan memiliki produk). Semakin tinggi


(65)

skor yang diperoleh maka semakin besar kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia antara 12 hingga 22 tahun. Karakteristik lain dari subjek adalah remaja yang minimal pernah melakukan transaksi atau pembelian barang apapun secara online serta memiliki akun jejaring sosial seperti facebook atau twitter.

Penelitian ini menggunakan metode sampling Convenience Sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan sesuka peneliti berdasarkan pada ketersediaan sampel atau kemudahan sampel untuk diperoleh (Prasetyo, 2008).

E. Metode dan Alat Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran skala. Metode skala merupakan suatu metode pengumpulan data yang berbentuk laporan diri sendiri berisi daftar atau kumpulan pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu (Azwar, 2005)

Skala yang digunakan adalah skala Intensitas mengunjungi toko online dan skala kecenderungan pembelian impulsif secara online. Skala menggunakan metode Summated Rating yang merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan suatu metode penskalaan suatu


(66)

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya ( Gable dalam Azwar, 2005).

1. Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online

Skala intensitas mengunjungi toko online terdiri dari dua aspek yaitu frekuensi dan durasi ketika mengunjungi toko online.Skala intensitas mengunjungi toko online terdiri dari enamaitem yang dibagi ke dalam dua aspek tersebut.Seluruh aitem berbentuk favorable sehingga tidak ada aitem yang diberi penilaian terbalik.Aitem skala terdiri dari empat jawaban alternatif yang tersedia.

Tabel 1

Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline

No. Aspek

No. Aitem Favorable

Jumlah Bobot

1. 2.

Frekuensi Durasi

1, 3, 5 2, 4, 6

3 3

50 % 50 %

Total 6 100%

Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online hanya terdiri dari pernyataan favorable. Pada Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online pilihan jawaban (a) akan mendapatkan nilai 4, jawaban (b) bernilai 3, jawaban (c) bernilai 2 dan jawaban (d) bernilai 1.


(67)

Tabel 2

Skor Favorable Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online

Jawaban Skor

(a) 4

(b) 3

(c) 2

(d) 1

2. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online

Skala kecenderungan pembelian impulsif secara online terdiri dari 2 aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.Skala ini terdiri dari 20 aitem tiap aspeknya.Masing-masing aspek terdiri dari dua kelompok aitem yaitu aitem yang berbentuk positif atau favorable dan aitem yang berbentuk negatif atau unfavorable. Aitem skala terdiri dari empat jawaban alternatif yang tersedia.


(68)

Tabel 3

Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online

No. Aspek

Nomer Aitem

Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1. 2. Aspek Kognitif Aspek Afektif

1, 2, 4, 10, 12, 17, 19, 23, 28, 40

8, 9, 13, 14, 20, 25, 31, 33, 34, 37

5, 6, 11, 16, 18, 24, 29,30,35, 36 3, 7, 15, 21, 22, 26, 27, 32, 38, 39

20

20

50%

50%

Total 40 100%

Pada Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Onlinesetiap aitem memiliki empat alternatif jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pertanyaan favorable nilai tertinggi 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3 diberikan untuk jawaban Sesuai (S), nilai 2 diberikan untuk jawaban Tidak Sesuai (TS) dan nilai 1 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada pernyataan unfavorable nilai tertinggi 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), nilai 3 diberikan


(1)

106

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 42.367 2.589 16.366 .000

intensitas 3.413 .220 .883 15.516 .000

a. Dependent Variable: IB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

107

Lampiran 6

Uji Hipotesis


(3)

108

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

intensitas 11.09 3.981 70

IB 80.20 15.385 70

Correlations

intensitas IB

intensitas Pearson Correlation 1 .883**

Sig. (1-tailed) .000

N 70 70

IB Pearson Correlation .883** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

109

Lampiran 7

Hasil Tambahan


(5)

A. Perbandingan Intensitas Mengunjungi Toko

Online

Subjek Laki-Laki Dan Perempuan

Group Statistics

subjek N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

intensitas 1 40 10.32 3.467 .548

2 30 12.10 4.436 .810

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

intensitas Equal variances

assumed 2.196 .143 -1.880 68 .064 -1.775 .944 -3.659 .109

Equal variances not

assumed -1.815 53.333 .075 -1.775 .978 -3.736 .186

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

B. Perbandingan Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara

Online

Subjek Laki-Laki Dan Perempuan

Group Statistics

subjek N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IB 1 40 78.12 13.685 2.164

2 30 82.97 17.248 3.149

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

IB Equal variances

assumed 1.078 .303 -1.310 68 .195 -4.842 3.697 -12.219 2.535

Equal variances not