Hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X : studi kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce

2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.

Teknik penarikan sampel adalah

purposive sampling

. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik

analisis

chi square

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

(

hitung 1,241 <

tabel 7,81); (2) tidak ada hubungan kecerdasan intelektual

terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X (

hitung

0,904 <

tabel 3,84); (3) tidak ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X (

hitung 4,809 <

tabel

9,49).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND

SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN

STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS

A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Sanata Dharma

2011

This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in

studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students.

This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2

Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella

Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are

selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire

and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square

analysis.

This results shows that: (1) there is no relationship of emotional intelligence

on student achievement in studying economics of the tenth grade students (x

2

count

1,241 <x

2

table 9,488); (2) there is no relationship of intellectual intelligence on

students achievement in studying economic of the tenth grade students (x

2

count

7,665 <x

2

table 14,067); (3) and there is no relationship of spiritual intelligence on

student achievement in studying economic of the tenth grade students (x

2

count 4,809

<x

2

table 9,488)


(3)

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN

EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X

(Studi Kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Mahdalena S. Ginting

NIM : 061334005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

iv

PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI SEBAGAI UCAPAN

SYUKUR DAN TERIMAKASIH KEPADA:

 

 

Tuhan Jesus dan bunda Maria

Bapak ras Nandeku

Kakak dan adikku


(7)

v

MOTTO

Apa saja yang Kau minta dalam Doa, percayalah bahwa Kamu telah

menerimanya, maka hal itu akan diberikan padaMu

†Markus 11:24

Jangan mencari kawan yang membuat Anda merasa nyaman tetapi

carilah kawan yang memaksa Anda terus berkembang

Thomas J.Watson

Manusia tidak dapat

melakukan segala yang Baik,

tetapi selalu dapat melakukan

sesuatu yang Baik, dan inilah

yang harus dilakukan

FX. Prajasuta MSF

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

(9)

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce

2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.

Teknik penarikan sampel adalah

purposive sampling

. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik

analisis

chi square

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

(

hitung 1,241 <

tabel 7,81); (2) tidak ada hubungan kecerdasan intelektual

terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X (

hitung

0,904 <

tabel 3,84); (3) tidak ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X (

hitung 4,809 <

tabel

9,49).


(11)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND

SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN

STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS

A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Sanata Dharma

2011

This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in

studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students.

This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2

Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella

Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are

selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire

and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square

analysis.

This results shows that: (1) there is no relationship of emotional intelligence

on student achievement in studying economics of the tenth grade students (x

2

count

1,241 <x

2

table 9,488); (2) there is no relationship of intellectual intelligence on

students achievement in studying economic of the tenth grade students (x

2

count

7,665 <x

2

table 14,067); (3) and there is no relationship of spiritual intelligence on

student achievement in studying economic of the tenth grade students (x

2

count 4,809

<x

2

table 9,488)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN

KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada:

1.

Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2.

Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3.

Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4.

Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik

maupun saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5.

Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik, maupun saran

untuk kesempurnaan skripsi ini;


(13)

xi

6.

Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik, maupun saran

untuk kesempurnaan skripsi ini;

7.

Ibu Dra. Anna Harsanti. selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8.

Ibu Susi, Ibu Tuti dan Bapak Himawan. Selaku guru pembimbing penelitian di

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah telah banyak meluangkan waktu

untuk membantu saya dalam menjalankan proses penelitian;

9.

Ibu Rina. guru akuntansi SMS Bopkri 2 Yogyakarta, yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian;

10.

Dosen-dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Akuntansi yang

telah meberikan banyak pengetahuan dalam proses perkuliahan;

11.

Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu

proses kelancaran belajar selama ini;

12.

Bapak Sedar Ginting dan Nandeku Manita Kaban yang paling aku sayangi.

Terima kasih selalu memberikan Doa, kasih sayang, dukungan baik moril

maupun material, serta semangat kepada penulis

13.

Kakakku Maria Eka Nova Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah

memberikan semangat dan doa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan juga;

14.

Adikku Istepanusta Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah

memberikan semangat, doa dan bantuannya, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan juga;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xii

15.

Keluargaku: terutama Biringku (nenek) yang tercinta yang selalu mendoakan dan

memberi aku semangat supaya cepat lulus... (semoga biring selalu sehat...dan

diberi umur panjang). Dan terimakasih buat keluargaku yang ada di tanah karo

(Sumatera Utara), Jakarta, dan Sampit, yang selalu memberikan motivasi;

16.

Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terimakasih atas dukungannya dan kebersamaannya...semangat kita

semua pasti Bisa;

17.

Teman-teman seperjuangan Skripsi: Yosep, Ninin dan Wahyu terima kasih atas

dukungan serta bantuannya dalam memberikan kritik maupun saran, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Buat, Ninin dan wahyu, tetap semangat dan cepet

nyusul;

18.

Sahabat-sahabatku:

™

Fransisca Budianni, (makasih ndutz atas waktu, dukungan, motivasi dan

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan makasih juga udah menjadi

teman tempat suka dan dukaku);

™

Retno dan lina (makasih atas bantuan ya dalam menyelesaikan skripsi ini),

Mela, Deta, Inggit, Robin, Umi, Siska kecil, Dwi gedhe (makasih atas

dukungan dan motivasinya );

™

Buat ika (Cirebon) makasih atas bantuannya dan dukungannya...tetap

semangat kuliahnya;

™

Mbk Prima dan Mas Nardi (makasih atas bantuannya dalam membuat

kuesioner dan pelaksanaan penelitian),


(15)

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

HALAMAN MOTO ...

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC

... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

3

C.

Tujuan Penelitian ...

4

D.

Manfaat Penelitian ...

5

BAB II KAJIAN TEORITIK ...

6

A. Tinjauan Teoritik ...

6

1. Prestasi Belajar ...

6

a. Pengertian Prestasi Belajar ...

6

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Beajar ...

6

2. Kecerdasan Intelektual ... 12

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual ... 12

b. Faktor yang Mempengaruhi Intellegensi ... 13

c. Indikator Kecerdasan Intelektual... 15

d. Bakat dan Inteligensi ... 17

3. Kecerdasan Emosional ... 18

a. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 18

b. Faktor Kecerdasan Emosional... 20

c. Komponen Kecerdasan Emosional ... 22

4. Kecerdasan Spiritual ... 22

a. Pengertian Kecerdaan Spiritual ... 22

b. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual ... 24


(17)

xv

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A.

Jenis Penelitian ... 31

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C.

Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D.

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

E.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.

Uji Instrument Penelitian ... 39

H.

Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 46

A.

Sejarah Berdirinya SMA Stella Duce 2 ... 46

B.

Visi, Misi, Semboyan dan Tujuan Sekolah ... 48

C.

Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 ... 50

D.

Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 .... 54

E.

Siswa SMA Stella Duce 2 ... 56

F.

Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 57

G.

Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 59

H.

Hubungan Antara Sekolah dengan Instansi Lain ... 59

I.

Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 60

BAB V ANALISIS DATA ... 65

A.

Deskripsi Data ... 65

1.

Kecerdasan Emosional ... 65

2.

Kecerdasan Spiritual ... 66

3.

Kecerdasan Intelektual ... 67

4.

Prestasi Belajar ... 69

B.

Pengujian Hipotesis ... 70

C.

Pembahasan ... 76

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITI DAN SARAN ... 79

A.

Kesimpulan ... 79

B.

Keterbatasan Peneliti ... 80

C.

Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan

Emosional

...

34

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan

Spiritual

...

35

Tabel 3.3.

Operasional Kecerdasan Intelektual ... 36

Tabel 3.4.

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 37

Tabel 3.5.

Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional ... 38

Tabel 3.6.

Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual ...

38

Tabel 3.7.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional ... 40

Tabel 3.8.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual ... 41

Tabel 3.9.

Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 3.10 Kontingensi ... 44

Tabel 3.11. Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 45

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional ... 65

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Spiritual ... 66

Tabel 5.3.

Kategori Kecerdasan Intelektual ... 67

Tabel 5.4.

Interprestasi Kecerdasan Intelektual Siswa ... 68

Tabel 5.5.

Distribusi Data Prestasi Belajar ... 69

Tabel 5.6.

Kontigensi Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Belajar ... 70

Tabel 5.7.

Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 71

Tabel 5.8.

Kontigensi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar ... 72

Tabel 5.9.

Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 73

Tabel 5.10. Kontigensi Kecerdasan SpiritualTerhadap Prestasi Belajar ... 74


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian... 84

Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas... 87

Lampiran 3. Data Induk... 103

Lampiran 4. Chi Kuadrat... 123

Lampiran 5. Distribusi Frekuensi... 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Menurut Nurhadi (dalam Yohanes, 2008:1) pendidikan memegang peran yang penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan kata lain tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal yang merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai macam kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya berbeda.

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan


(21)

2

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa setelah kecerdasan intelektual (IQ).

Kecerdasan intelektual tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah Goleman (dalam Amalia, 2004:3). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa.

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) khususnya pada orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Berangkat dari hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran ekonomi Kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta?

2. Apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta?


(23)

4

3. Apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Manfaat penelitian ini bagi Universitas Sanata Dharma adalah menambah referensi karya tulis ilmiah dengan tujuan menambah aktivitas akademik Universitas Sanata Dharma mengenai hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

3. Bagi Penelitian Lain

Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai dasar dalam melakukan penelitian berikutnya. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan apa yang sudah di tulis di penelitian sebelumnya.

4. Bagi Sekolah

Hasil Penelitian ini di harapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk mengetahui mengenai hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.


(25)

6 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoritik 1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Sedangkan menurut Marsun (dalam Amalia, 2004:12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Menurut Shertzer (dalam Amalia, 2004:13) secara garis besar faktor-faktor yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

a) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera, yaitu:

(1) Kesehatan badan.

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.

(2) Pancaindera.

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran.


(27)

8

b) Faktor psikologis.

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

(1) Inteligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (dalam Amalia, 2004:15) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi dan juga sebaliknya jika siswa dengan taraf inteligensi tinggi memiliki prestasi belajar yang rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

(2) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (dalam Amalia, 2004:16) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

(3) Motivasi

Menurut Irwanto (dalam Amalia, 2004:16) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.

2) Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

a) Faktor lingkungan keluarga.

(1) Sosial ekonomi keluarga.

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang


(29)

10

lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

(2) Pendidikan orang tua.

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

b) Faktor lingkungan sekolah.

(1) Sarana dan prasarana.

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, Over Head Project (OHP) akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

(2) Kompetensi guru dan siswa.

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

(3) Kurikulum dan metode mengajar.

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Wirawan (dalam Amalia, 2004:19) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar


(31)

12

siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

c) Faktor lingkungan masyarakat.

(1) Sosial budaya.

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/ pengajar.

(2) Partisipasi terhadap pendidikan.

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2. Kecerdasan Intelektual

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual

Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan intelligensi. Istilah ini di populerkan kembali pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yang terkemuka dari Inggris. Menurut Galton (dalam Fabiola, 2005:15) Intelligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik.

Raven (dalam Fabiola, 2005:15) memberikan pengertian yang lain. Ia mendefinisikan intelligensi sebagai kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan secara rasional. Intelligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berpikir. Anastasi (dalam Fabiola, 2005:16) Wechsler seorang ilmuwan dari Amerika adalah orang yang membuat test intelligensi WAIS (Wecshler Adult Intelligence Scole) dan WISC (Wecshler Intelligence Scale For Children) yang banyak digunakan diseluruh dunia. Ia mengemukakan bahwa intelligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien.

b. Faktor yang Mempengaruhi Intelligensi

Menurut Alim (2010). Intelligensi dapat dikembangkan, namun hanya sebatas segi kualitasnya, yaitu pengembangan akan terjadi sampai pola pada batas kemampuan saja. Terbatas pada segi peningkatan mutu intelligensi dan cara-cara berpikir secara metodis. Adapun faktor yang mempengaruhi intelligensi yaitu:


(33)

14

1) Faktor Bawaan

Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

3) Faktor Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelligensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

4) Faktor Kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

5) Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Indikator Kecerdasan Intelektual

Menurut Wiramiharja (dalam Fabiola, 2005:17) mengemukakan indikator-indikator dari kecerdasan intelektual. Penelitiannya tentang kecerdasan ialah menyangkut upaya untuk mengetahui keeratan besarnya kecerdasan dan kemauan terhadap prestasi belajar. Ia meneliti kecerdasan dengan menggunakan alat tes kecerdasan dengan menggunakan alat tes kecerdasan yang diambil dari tes intelligensi yang dikembangkan oleh Peter Lauster, sedangkan pengukurannya sedangkan pengukuran besarnya kemauan dengan menggunakan alat tes Pauli dari Richard Pauli, khusus menyangkut besarnya penjumlahan. Ia menyebutkan tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif. Ketiga indikator tersebut adalah:

1) Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar


(35)

16

2) Kemampuan Verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar

dibidang bahasa.

3) Pemahaman dan nalar dibidang numeric atau yang berkaitan

dengan angka biasa disebut dengan kemampuan numerik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiramihardja ini menunjukkan hasil korelasi positif yang signifikan untuk semua hasil tes dari indikator kecerdasan terhadap prestasi kerja dan variabel kemauaan, baik itu kecerdasan figural, kecerdasan verbal, maupun kecerdasan numerik. Istilah kecerdasan intelektual lebih dikhususkan pada kemampuan kognitif. Behling (dalam Fabiola, 2005:17) mendefinisikan kemampuan kognisi yang diartikan sama dengan kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan yang didalamnya mencakup belajar dan pemecahan masalah, menggunakan kata-kata dan simbol.

Menurut Moustafa (dalam Fabiola, 2005:18) pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan menggunakan tiga pengukuran yaitu kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan ruang. Pengukuran lain yang termasuk penting seperti kemampuan mekanik, motorik dan kemampuan artistik tidak diukur dengan tes yang sama, melainkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal ini berlaku pula dalam pengukuran motivasi, emosi dan sikap.

d. Bakat dan Intelligensi

Menurut Dewa (1990:108) intelligensi dan bakat mempunyai sifat yang hampir mirip, sama-sama dapat dipelajari dan dilatih, tapi intelligensi itu sifatnya lebih umum. Intelligensi merupakan kemampuan umum pada diri seseorang, sedangkan bakat adalah kemampuan khusus dalam bidang tertentu atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kemampuan umum dan kemampuan khusus itu sangat berkaitan erat satu sama lainya dan saling isi mengisi. Intelligensi dapat dianggap sebagai fungsi dasar. Dapat pula dikatakan intelligensi itu merupakan kemampuan mental, sedangkan bakat cenderung merupakan kemampuan fisik atau kemampuan mental yang sudah dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat setempat maupun lingkungan yang lebih luas lagi.

Tes Potensi Akademik dan Psikotes merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (akademis) secara kognitif dan verbal. Tes ini juga identik dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi Akademik ini juga identik dengan tes GRE (Graduate Record Examination) yang sudah menjadi standar internasional (http://Tes-Potensi-Akademik-Psikotes.com).


(37)

18

3. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian kecerdasan emosional

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence) menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan, kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Salovey (dalam Goleman, 2003:512-514) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan. Ada lima dasar kecakapan emosi dan sosial yaitu:

1) Kesadaran diri: mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri: menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

3) Motivasi: menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, inisiatif, bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

4) Empati: merasakan yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5) Keterampilan sosial: menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial berinteraksi dengan lancar menggunakan keterampilan-keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan untuk bekerja sama dalam tim.

Menurut Shapiro (dalam Amalia, 2004:25) keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Sedangkan menurut Salovey (dalam Amalia, 2004:27) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri,


(39)

20

mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

b. Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman (dalam Amalia, 2004:28) menempatkan kecerdasan pribadi dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

1) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

2) Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita Goleman (dalam Amalia, 2004:28).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

3) Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antu sianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

4) Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:29) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

5) Membina Hubungan

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:30) keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain.


(41)

22

c. Komponen Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:31) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu:

1) Pengenalan diri (self awareness)

2) Pengendalian diri (self regulation)

3) Motivasi (motivation)

4) Empati (empathy)

5) Keterampilan social (Social skills).

4. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar (2001:135) kecerdasan spiritual yang di singkat SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlakuan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif.

Kecerdasan spiritual memberi rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang berlaku, dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya. Menggunakan kecerdasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

spiritual untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi. Kesimpulannya bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadi kreatif ketika dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Menurut Zohar (2000:14) Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut:

1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi.

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampau rasa sakit.

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan “holistic”).

8) Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau

“Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang

mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvesi.


(43)

24

Seseorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain. Menurut Zohar (2001:135) ada tiga sebab yang membuat seseorang dapat terhambat secara spiritual:

1) Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama

sekali.

2) Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak

proporsional, atau dengan cara yang negatif atau destruktif.

3) Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian

Menurut Zohar (2001:136) berpendapat bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Agama formal hanya seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal. Sedangkan SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu) tetapi SQ tidak bergantung pada agama.

b. Faktor-Faktor Kecerdasan Spiritual

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual menurut Tn Agustian. (2009). adalah inner value (nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab), accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagian.

Tn Zohar. (2009). Mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu:

1) Sel saraf otak

Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan lahiriah. Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasikan diri.

2) Titik Tuhan (God Spot)

Menurut penelitian Rama (dalam Tn Zohar, 2009) menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religious atau spiritual berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik Tuhan atau God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan bukan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi antara seluruh bagian otak. Seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.


(45)

26

c. Aspek-aspek dalam Kecerdasan Spiritual

Tn Sinetar. (2001). Menuliskan beberapa aspek dalam kecerdasan spiritual yaitu:

1) Kemampuan seni untuk memilih, kemampuan untuk memilih dan

menata hingga ke bagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya berdasarkan suatu visi batin yang tetap dan kuat yang memungkinkan hidup mengorganisasikan bakat.

2) Kemampuam seni untuk melindungi diri. Individu mempelajari

keadaan dirinya, baik bakat maupun keterbatasannya untuk menciptakan dan menata pilihan terbaiknya.

3) Kedewasaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti tidak

menyembunyikan kekuatan-kekuatan, ketakuan dan sebagian konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan terbaik.

4) Kemampuan mengikuti cinta. Memilih antara harapan-harapan

orang lain di mata kita penting atau kita cintai.

5) Disiplin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang

lain, pemaaf tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang lain dan selalu ingin membuat orang lain bahagia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kecerdasan Intelektual terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Menurut Binet (dalam Amalia, 2004:15) hakikat intelligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan intelligensi.

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak keberhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Menurut Amalia (2004:2) banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi


(47)

28

memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relativ rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relativ tinggi .

Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai macam kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya berbeda.

2. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:33) keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman.

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Para peserta didik harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi agar dia dapat benar-benar menjadi pintar. Kecerdasan spiritual juga dibutuhkan dalam mencapai prestasi, karena menurut Zohar (2001:135) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan


(49)

30

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlakuan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif. Bukan, kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan tertinggi kita. Namun, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa setelah kecerdasan intelektual. Apabila ketiga kecerdasan tersebut dapat berfungsi secara efektif maka dia akan menampilkan hasil Prestasi yang menonjol.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

2. Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

3. Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di SMA tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian di lakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terletak di Jalan Dr. Sutomo No. 16.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Objek penelitian ini adalah hubungan kecerdasan Intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.


(51)

32

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 399 siswa.

2. Sampel

Menurut Sudjana (2002:6) sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan cara-cara tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 135 siswa. Rinciannya sebagai berikut: kelas X A sebanyak 33 siswa, kelas X B sebanyak 35 siswa, kelas X C sebanyak 31 siswa, kelas X D sebanyak 36 siswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang diteliti seluruh siswa kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan pertimbangan siswa tersebut telah mengikuti mata pelajaran ekonomi yang diajarkan di bangku kelas X dan siswa tersebut telah mengikuti tes IQ potensi akademik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3

variabel bebas (independent variable), yang meliputi pengaruh

kecerdasan emosional (X 1), pengaruh kecerdasan intelektual (X 2), pengaruh kecerdasan spiritual (X 3). Variabel terikat (dependent variable) adalah prestasi belajar ekonomi.

2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)

a. Kecerdasan emosional.

Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan emosional menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item pernyataan dinyatakan dalam lima skala pendapat sebagai berikut: 1) Sangat Setuju (SS)

2) Setuju (S) 3) Ragu-ragu (RR) 4) Tidak Setuju (TS)


(53)

34

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional

No

Faktor kecerdasan

emosional

Indikator Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Mengenali emosi Mengenali dan memahami penyebab timbulnya emosi 1,2,6 2 Mengelola Emosi Engendalikan dan mengekspresikan emosi dengan tepat 3,4,5 3 Memotivasi diri sendiri Optimis dan dorongan meraih prestasi

7,8 15

4 Mengenali emosi orang lain

Peka terhadap perasaan orang lain dan mau mendengarkan masalah orang lain 9,10,11 5 Membina hubungan Dapat menjalin kerja sama dan berkomunikasi.

12,13,14

Jumlah 14 1

b. Kecerdasan spiritual.

Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan spiritual dengan

menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item pernyataan dinyatakan dalam lima skala pendapat sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

1) Sangat Setuju (SS) 2) Setuju (S)

3) Ragu-ragu (RR) 4) Tidak Setuju (TS)

5) Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Spiritual

No Faktor kecerdasan

spiritual

Indikator Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

1 Keterbukaan Keterbukaan

siswa terhadap orang

disekitarnya

1,2,3

2 Tanggung

jawab

Tanggung jawab siswa akan tugasnya dan pada diri sendiri

4,5,6

3 kepercayaan Kepercayaan

siswa terhadap kenyakinan dan kemampuannya

7,8,9

4 Keadilan Memiliki sikap

adil dalam diri 13,14,15

5 Kepedulian

sosial

Memiliki kepedulian sosial

10,11,12


(55)

36

c. Kecerdasan Intelektual

Tabel 3.3.

Operasionalisasi Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan Intelektual Skor

10 11

9.00 – 9.99 10

8.00 – 8.99 9

7.00 – 7.99 8

6.50 – 6.99 7

6.00 – 6.49 6

5.50 – 5.99 5

5.00 – 5.49 4

4.00 – 4.99 3

3.00 – 3.99 2

1.00 – 2.99 1

Sumber: Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi Universitas Sanata Dharma

d. Pengukuran Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Pengukuran prestasi belajar menggunakan nilai raport semester ganjil tahun ajaran 2010-2011.

Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.

2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam

kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan diberi skor sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

Tabel 3.4.

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar

Kategori Syarat Pengukuran Skor

Tinggi Lebih dari mean 1

Rendah Kurang / sama dengan

mean

2

Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):

Mean =

N fx

Keterangan:

fx = total Skor N = jumlah Sampel

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Soemardjan (Zulganef, 2008:166) mengungkapkan pengertian kuesioner sebagai daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara tertulis. Kuesioner digunakan untuk mengungkap variabel bebas yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Kuesioner disusun berdasarkan skala Likert, yang dinyatakan dengan ungkapan sebagai berikut:


(57)

38

Tabel 3.5.

Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional

No Keterangan Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

b. Alternatif jawaban atas pertanyaan kecerdasan spiritual.

Tabel 3.6.

Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual

No keterangan Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

2. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan catatan suatu subjek yang dilakukan individu atau lembaga-lembaga (Suharsimi, 2006:158). Metode ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.

Peneliti menyelidiki hasil nilai raport siswa dan hasil tes IQ potensi akademik yang telah dilakukan di sekolah tersebut untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu data mengenai prestasi belajar ekonomi untuk siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

dan variabel bebas yaitu data mengenai tes IQ potensi akademik untuk siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

G. Uji Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah alat atau instrumen yang digunakan itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur terutama instrumen kuesioner, maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Kesahihan (Validitas) Kuesioner

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian validitas

kuesioner dapat dilakukan dengan perhitungan korelasi Product

Moment (Suharsimi, 2006:168).

r =

(

) (

)

(

)

(

)

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y Y = skor total dari seluruh item

X = skor total dari setiap item n = jumlah responden


(59)

40

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r

hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r

hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.

Pengujian item instrument dilakukan di SMA Bopkri 2 Yogyakarta, dengan jumlah responden sebanyak 40 responden. Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas terhadap variabel kecerdasan emosional dan variabel kecerdasan spiritual yang dilakukan sebelum penelitian.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional No item soal rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0.441 0,312 Valid

Item 2 0.453 0,312 Valid

Item 3 0.224 0,312 Tidak valid

Item 4 0.623 0,312 Valid

Item 5 0.514 0,312 Valid

Item 6 0.484 0,312 Valid

Item 7 0.482 0,312 Valid

Item 8 0.054 0,312 Tidak valid

Item 9 0.556 0,312 Valid

Item 10 0.416 0,312 Valid

Item 11 0.504 0,312 Valid

Item 12 0.635 0,312 Valid

Item 13 0.187 0,312 Tidak valid

Item 14 0.458 0,312 Valid

Item 15 0.440 0,312 Valid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

Tabel 3.8.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual No item soal rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0.415 0,312 Valid

Item 2 0.458 0,312 Valid

Item 3 0.348 0,312 Valid

Item 4 0.378 0,312 Valid

Item 5 0.346 0,312 Valid

Item 6 0.497 0,312 Valid

Item 7 0.276 0,312 Tidak valid

Item 8 0.226 0,312 Tidak valid

Item 9 0.377 0,312 Valid

Item 10 0.386 0,312 Valid

Item 11 0.107 0,312 Tidak valid

Item 12 0.389 0,312 Valid

Item 13 0.417 0,312 Valid

Item 14 0.214 0,312 Tidak valid

Item 15 0.400 0,312 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil uji validitas ada 7 item pertanyaan yang tidak valid dan 23 item pertanyaan dinyatakan valid.

Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara rhitung

dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 40 responden dan α = 5% diperoleh rtabel sebesar 0,312. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa 23 item pertanyaan mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual adalah valid.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi,


(61)

42

2002: 236). Koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus Alpha, sebagai berikut:

11

r =

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

2

2 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

2

t

σ = varian total

2

b

σ = jumlah varian butir

Menurut Nunally, instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien Alpha Cronbach > 0,6. Sebaliknya apabila hasil nilai koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian tersebut dikatakan belum reliabel (Imam Ghozali, 2007: 42).

Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung Kriteria Reliabilitas Status

Kecerdasan emosional 0,814 0,6 Reliabel

Kecerdasan spiritual 0,746 0,6 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa instrumen atau kuesioner untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diperoleh hasil koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,814, 0,746 yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut adalah reliabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

H. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Rumusan Hipotesis a. Hipotesi I

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan intelaktual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

b. Hipotesis II

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

c. Hipotesis III

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis ke 1,2 dan 3, diuji dengan menggunakan teknik analisis

Chi-kuadrat. Langkah-langkahnya:

a. Menghitung nilai Chi-kuadrat, dengan rumus sebagai berikut:

=


(63)

44

: Chi-kuadrat

fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data fh : Frekuensi yang diharapkan

untuk menghitung , terlebih dahulu harus diketahui fo dan fh dengan menggunakan tabel berikut ini:

Tabel 3.10. Kontingensi Kriteria Kecerdasan Intelektual Jumlah Lebih dari Cukup Cukup

Plus Cukup Ragu-ragu

Tidak

Cukup Rendah

Amat Rendah Amat Sangat Rendah Tinggi Rendah Jumlah

Untuk memperoleh fh menggunakan rumus:

Fh =

b. Menentukan statistik uji dengan derajat kebebasan df = (Baris -1) (Kolom-1) maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom sebanyak 2, derajat kebebasan (2-1)(2-1) = 1. Ini berarti hanya perlu menghitung satu sel saja, dan sel-sel yang lain akan terisi sendirinya.

c. Berdasarkan tabel fo dan fh yang ada dapat dihitung dengan taraf signifikan 5% serta df = 1, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1) Apabila hitung < tabel, maka Ho diterima

2) Apabila hitung > tabel, maka Ho ditolak

Untuk mempermudah analisis data dipergunakan tabel sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

Tabel 3.11.

Penolong Menghitung Chi Kuadrat

Kriteria

Kecerdasan Intelektual

Jumlah Lebih

dari Cukup

Cukup

Plus Cukup Ragu-ragu

Tidak

Cukup Rendah

Amat Rendah

Amat Sangat Rendah fo fh fo fh fo fh fo fh fo fh fo fh fo fh fo fh Tinggi

Rendah Jumlah

Syarat-syarat Chi-Kuadrat:

1. Chi-Kuadrat hanya dapat menunjukkan apakah korelasi antara dua gejala atau lebih signifikan atau tidak.

2. Chi-Kuadrat dapat digunakan untuk menganalisa data yang

berwujud frekuensi.

3. Chi-Kuadrat paling tepat digunakan pada data yang diperoleh dari sampel dan kategori-kategori yang terpisah satu sama lain.


(65)

46 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah Berdirinya SMA Stella Duce 2

Sejarah berdirinya SMA Stella Duce 2 diawali dari kedatangan para suster CB untuk pertama kalinya di Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 1929. Kedatangan para suster CB tersebut bertujuan untuk membantu tugas misi pastor van Driessche, SJ dan pastor Strater, SJ di bidang kesehatan, yaitu RS Onder de Bogen (Panti Rapih). Rumah sakit ini didirikan oleh bapak J. Schmutzer, pemilik pabrik gula Ganjuran, Bantul, dan karya tersebut berhasil.

Keberhasilan karya ini mendorong pastor dan Strater selaku pimpinan Yayasan Kanisius untuk menawarkan karya pendidikan. Tarekat menanggapi secara positif, demi tujuan untuk semakin masuk ke hati rakyat, berkontak batin dengan para siswa, menanamkan nilai-nilai kristiani dan menyuburkan benih panggilan.

Ketika Jepang menduduki Indonesia dan para suster ditawan dalam kamp tawanan Jepang di Muntok, Bangka, munculah ide untuk mendirikan sekolah menengah di Yogyakarta. Gagasan untuk mendirikan sekolah menengah ini muncul dalam diri Sr. Laurentia de Sain, CB dan Sr. Catharinia Leidmeier, CB. Bekerja sama dengan suster-suster OSF dan pimpinan Gereja setempat, akhirnya rencana tersebut terealisir.

Berawal dari jerih payah pastor Drs. Loeft, SJ berdirilah SGA Katolik putra-putri pada tanggal 1 April 1949 di pastoran Kidul Loji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

Yogyakarta, di bawah Yayasan Kanisius. Namun Sr. Catharinia berpendapat bahwa kurang baiklah pendidikan guru putra-putri dicampur menjadi satu. Maka pada tanggal 29 April dalam tahun yang sama, beliau menyiapkan berdirinya SGA Katolik putri dengan meminjam garasi milik dr. Yap di tepi sungai Code (sekarang Gedung RRI Yogyakarta). Jumlah siswi pertama ada 7 orang. Selanjutnya pada tanggal 1 Mei 1949 secara resmi pendidikan putri-putri calon guru diambil alih oleh sr. Cathatarinia dengan memberinya nama SGA Stella Duce, artinya Bintang Pembimbing atau Bintang Samudra yaitu Bunda Maria. Pada tanggal 1 September 1949 SGA tersebut pindah ke Jalan Sumbing (sekarang Jalan Sabirin 1) untuk bergabung dengan saudari-saudarinya siswi SMA Stella Duce.

Dalam perkembangan kemudian, gedung di Jl. Sumbing kian terasa sempit, karena semakin membanjirnya calon siswi SMA maupun SGA yang membutuhkan penampungan pendidikan. Dalam kesulitan itu, Mgr. Soegijapranata, SJ menghadiahkan sebidang tanah di lapangan trenggono untuk pembangunan gedung SGA atas biaya tarekat. Pada tanggal 23 Januari 1962, gedung baru SGA diresmikan oleh Mgr. Soegijapranata, SJ dan sejak saat itu SGA resmi pindah ke tempat yang baru. Nama SGA bertahan sampai tahun 1965 dan sesudah itu berganti nama menjadi SPG.

SPG berakhir pada tahun 1989, karena ada kebijakan pemerintah supaya lembaga-lembaga pendidikan menutup sekolah calon guru tingkat menengah. Atas kebijaksanaan Yayasan Tarakanita, SPG Stella Duce beralih fungsi menjadi SMA. Selama 2 tahun, di gedung Trenggono terjadi


(67)

48

dua macam pendidikan, yaitu SPG kelas-kelas penghabisan dan SMA Stella Duce kelas-kelas awal. Melalui suratnya yang bernomor 011/I 13/Kpts/1989, Kakanwil Depdikbud Propinsi DIY atas nama menteri Pendidikan Republik Indonesia meresmikan alih fungsi SPG Stella Duce menjadi SMA Stella Duce 2.

Sejak saat itu SMA Stella Duce 2 mulai mengukir perjuangannya tanpa status apapun, dengan jumlah siswi sebanyak 63 orang dan dibagi dalam 3 kelas. Para guru bersatu hati dan bekerja keras seraya berpasrah kepada kehendak Tuhan untuk mewujudkan cita-cita para pendahulu. Kerja keras tersebut ternyata tidak sia-sia, tiga tahun kemudian tepatnya pada bulan September 1991 Depdikbud mengadakan akreditasi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Berdasarkan akreditasi tersebut maka pada tanggal 31 Desember 1991 SMA Stella Duce 2 mendapatkan status disamakan dengan nomor akreditasi 476/C/Kep/I/1991 yang berlaku selama 5 tahun. Akreditasi kedua berlangsung pada tanggal 1 November 1997 dengan hasil memuaskan dan status tetap : disamakan.

B. Visi, Misi, Semboyan dan Tujuan Sekolah 1. Visi

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai bagian dari Yayasan Tarakanita bercita-cita menjadi lembaga pendidikan yang didasari oleh relasi yang berbelarasa untuk membantu peserta didik membentuk diri menjadi pribadi yang utuh--bermoral baik, berkemampuan intelektual memadai, cerdas, mandiri, kreatif, terampil, memiliki wawasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(68)

kebangsaan dan semangat berbelarasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan menderita.

2. Misi

a. Ambil bagian dalam misi pendidikan Yayasan Tarakanita

b. Membantu peserta didik agar dalam dirinya tumbuh semangat

berbelarasa tinggi terhadap sesama terutama yang miskin, tersisih, dan menderita

c. Menciptakan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik

mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya sendiri secara optimal.

d. Mengupayakan terjadinya komunikasi dan kerjasama yang harmonis

antara sekolah, orangtua, dan masyarakat dalam rangka mengoptimalkan pendampingan terhadap peserta didik.

e. Memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan nilai khususnya

nilai-nilai Kristiani agar terbentuk watak baik, sikap jujur, adil, dan berbudi pekerti luhur.

f. Membantu peserta didik agar memiliki kemampuan akademik yang

memadai untuk bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi.

g. Mendampingi peserta didik agar mampu mengembangkan semangat

persaudaraan sejati dengan melatih diri untuk mengelola perbedaan di antara mereka.

h. Membantu peserta didik agar memiliki keterampilan khusus di luar

akademik sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat.

i. Membantu peserta didik agar mampu ambil bagian dalam gerakan

penegakan keadilan, perdamaian, dan penyelamatan lingkungan hidup.


(69)

50

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Struktur Kurikulum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Mata Pelajaran

Muatan Mata pelajaran yang diberikan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam standar isi.

Kelas X

Komponen

Alokasi Waktu

Semester 1 Semester 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 5 5

5. Matematika 5 5

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2

9. Sejarah 2 2

10. Geografi 2 2

11. Ekonomi 2 2

12. Sosiologi 2 2

13. Seni Budaya 2 2

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 15. Teknologi Informasi dan

Komunikasi

2 2 16. Keterampilan Bahasa Asing

: Bahasa Jerman

1 2

B. Muatan Lokal : Bhs. Jawa 1 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Bimbingan Konseling 1 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(70)

Komponen Alokasi Waktu

Semester 1 Semester 2

A. Mata Pelajaran

Vita Communika 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran

40 40

Kelas XI dan XII Program IPA

Komponen Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 6 6 6 6

6. Fisika 4 4 4 4

7. Biologi 4 4 4 4

8. Kimia 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan

2 2 2 2 12. Teknologi Informasi dan

komunikasi

2 2 2 2 13. Keterampilan/Bahasa

Asing-Bahasa Jerman

1 1 1 1

B. Muatan Lokal : Bhs Jawa 1 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Bimbingan Konseling 1 1 1 1

Vita Communika 1 1 1 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran


(71)

52

Kelas XI dan XII Program IPS

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 1

Smt 2 Smt 1 Smt2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

8. Ekonomi 6 6 6 6

9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan

Komunikasi

2 2 2 2

13. Ketrampilan/Bahasa

Asing-Bahasa Jerman

1 1 2 2

B. Muatan Lokal : Bhs Jawa 1 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Bimbingan & Konseling 1 1 1 1

Vita Communika 1 1 1 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran

40 40 40 40

Kelas XI dan XII Program Bahasa

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahasa Ingris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

 

1.

EQ-Prestasi

Frequency Table

prestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 101 74.8 74.8 74.8

Rendah 34 25.2 25.2 100.0

Total 135 100.0 100.0

emosional

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 3 2.2 2.2 2.2

Cukup 28 20.7 20.7 23.0

Tinggi 82 60.7 60.7 83.7

Sangat Tinggi 22 16.3 16.3 100.0

Total 135 100.0 100.0

2.

SQ-Prestasi

Frequency Table

Prestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 101 74.8 74.8 74.8

Rendah 34 25.2 25.2 100.0


(2)

spiritual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Rendah 1 .7 .7 .7

Rendah 2 1.5 1.5 2.2

Cukup 15 11.1 11.1 13.3

Tinggi 87 64.4 64.4 77.8

Sangat Tinggi 30 22.2 22.2 100.0

Total 135 100.0 100.0

3.

IQ-Prestasi

prestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 101 74.8 74.8 74.8

Rendah 34 25.2 25.2 100.0

Total 135 100.0 100.0

intelektual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Amat Sangat Rendah 2 1.5 1.5 1.5

Amat Rendah 15 11.1 11.1 12.6

Rendah 36 26.7 26.7 39.3

Tidak Cukup 25 18.5 18.5 57.8

Ragu-ragu 22 16.3 16.3 74.1


(3)

1.

Mean, Median, Modus

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Statistics

emosional spirual

N Valid 135 135

Missing 0 0

Mean 46.52 43.75

Median 47.00 44.00

Mode 1

Std. Deviation 3.855 4.239


(4)

(5)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)

0 7 97

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar dan Latar Belakang Pendidikan Menengah Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntans

0 3 15

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar dan Latar Belakang Pendidikan Menengah Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntans

0 2 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SEKOLAH MEN

0 1 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

0 0 18

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bulu Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 19

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECERDASAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SISWA SMK NEGERI 4 KLATENTAHUN 2015

0 0 21