MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH : Studi tentang Pengaruh rekrutmen, Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan kerja terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur.
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
(STUDI TENTANG PENGARUH REKRUTMEN, KOMPETENSI,MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH DI PRIANGAN TIMUR)
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan
dalam Bidang Administrasi Pendidikan
Promovendus :
Yohamir Syamsu, Drs. M.Pd.
NIM 0907803
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM DOKTOR (S3) SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
PERNYATAAN
Dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohiim, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Yohamir Syamsu, menyatakan bahwa disertasi dengan judul
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH, studi tentang pengaruh rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan Kerja terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur, ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan,
Yohamir Syamsu., Drs.,M.Pd. NIM : 0907803
(3)
YOHAMIR SYAMSU
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
(STUDI TENTANG PENGARUH REKRUTMEN, KOMPETENSI,MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH DI PRIANGAN TIMUR)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA
DISERTASI
Promotor Merangkap Ketua,
Prof. H. Udin Syaefudin S
a’ud
, Ph.D.
Ko-Promotor Merangkap Sekretaris,
Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsudin Makmun, M.A.
Anggota,
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd.
Diketahui dan Disetujui oleh
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
(4)
Diketahui dan Disetujui oleh
Penguji
Prof. DR. H. Muhammad Zarkasy, M.Ak.
Diketahui dan Disetujui oleh
Penguji
(5)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH Studi tentang Pengaruh rekrutmen, Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan kerja terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur
Yohamir Syamsu, NIM :0907803
Pentingnya memahami tupoksi pengawas dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan, menuju sekolah efektif, melalui peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan yang merupakan tupoksi pengawas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Karena itulah penting untuk melihat kinerja pengawas dengan sejumlah variabel-variabel determinan yang mempengaruhinya. Masalah pokok penelitian ini adalah Seberapa besar Pengaruh rekrutmen, Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan kerja Pengawas terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur?. Penelitian ini dibatasi dan hendak menjawab pokok masalah tentang pengaruh Rekrutmen, Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan Kerja Pengawas, terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang Rekrutmen, Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan Kerja Pengawas serta pengaruhnya terhadap kinerja pegawas sekolah baik secara persial maupun simultan. Menganalisis secara kritis temuan hasil penelitian serta merekomendasikan suatu model manajemen alternatif pengembangan kinerja pengawas. Penelitian ini meggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode survai. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kompetensi, serta instrumen model inventori. Pengujian instrumen dilakukan dengan cara Uji Validitas dan Reliabilitas. Untuk uji prasyarat digunakan Uji Normalitas dan Uji Linieritas dan untuk pengolahan Data Regresi Korelasi digunakan Analisis Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a).gambaran tentang Rekrutmen Pengawas sekolah tinggi; (b).Kompetensi pengawas sekolah pada kategori sedang; (c).Motivasi dipersepsikan tinggi, (d).dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah dipersepsikan tinggi. Sedangkan gambaran kinerja pengawas dipersepsikan tinggi. Secara parsial, proses rekrutmen pengawas memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pengawas. demikian juga variable kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pengawas. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa secara simultan rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pengawas. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan agar keberadaan pengawas tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap dalam sebuah sistem pengelolaan pendidikan bagi pemerintah daerah. Hasil kerja pengawas dalam bentuk rekomendasi, hendaknya dijadikan sebagai salah satu landasan pengelolaan lembaga dalam melakukan perbaikan atau peningkatan mutu pendidikan. Diperlukan kerja sama antara pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan menempatkan posisi yang sejajar, tetapi tetap mengedepankan terwujudnya kinerja pengawas yang memberikan arti bagi pengelolaan sekolah. Bagi guru interaksi dan komunikasi dengan pengawas merupakan salah satu bagian dari proses refleksi kritis dalam upaya memperbaiki pendidikan.
Kata Kunci: Rekrutmen , Kompetensi, Motivasi, Kepuasan Kerja, dan Mutu Kinerja Pengawas Sekolah Menengah.
(6)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abstract
The Job Performance Quality of Senior High School Supervisor, (A case study of the influence of recruitment, competency, motivation, and job satisfaction through the
performance of senior high school supervisor in East Priangan). By : Yohamir Syamsu, NIM : 0907803
It is important to understand the main duty of school supervisor in order to increase the quality of education management to become effective schools. In addition, effective school can be gained through increasing professionalism of teachers and education personnel. The main duty of school supervisor is to improve the quality of education. That's the reason why it is important to evaluate the school supervisor’s performance and a number of determinant variables which influence the performance. The subject matter of this research is "how much the influence of recruitment, competency, motivation and job satisfaction through the performance of senior high school supervisor in East Priangan). This research is limited and subject to answer the main problem about the influence of recruitment, competence, motivation and job satisfaction through the performance of senior high school supervisor in East Priangan. The purpose of the study is to describe the recruitment, competency, motivation and job satisfaction of supervisor’s work and its influence on the performance of supervisory school supervisor either partially or simultaneously. In addition, it is critically analyze the research findings and recommend a model or management or school supervisor performance development of alternative strategies. The result of the study shows that: (a). overview of the recruitment towards school supervisor is perceived high; (b). the competency of school supervisor are perceived average; (c). motivation is perceived high, (d). and job satisfaction of supervisor’s is perceived high. Meanwhile, the overview of the performance of school supervisor’s is perceived high. Partially, school supervisor’s recruitment has significant impact on school supervisor’s performance. Likewise variable competence, motivation, and job satisfaction has significant impact on the performance of the school supervisor. The result of the study also shows that the simultaneous recruitment, competency, motivation, and job satisfaction of supervisor’s work give significant impact on the performance of school supervisor’s. Based on the results of the study, it is recommended that the presence of the supervisor is not only used as a supplement in an education management system for local governments. The work supervisor in the form of recommendations should be used as one of cornerstones in the management of the institution to correct or improve the quality of education. Cooperation between supervisors, principals, and teachers by placing equal footing, is needed but it still put forward the realization of supervisory performance that gives value to the school management. For teachers interaction and communication between teachers and supervisors can be seen as part of the process of critical reflection as an effort to improve education.
Keywords: Recruitment, Competency, motivation, Job satisfaction, and Job Performance Quality of School Supervisor.
(7)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian. 13 1. Identifikasi Masalah ... 2. Batasan dan Rumusan masalah ……….. 13 15 a. Batasan Masalah ... 15
b. Rumusan Masalah ……… 3. Pertanyaan Penelitian ... 15 16 C. Tujuan Penelitian ... 17
1. Tujuan Umum ... 17
2. Tujuan Khusus ... 17
D. Manfaat Penelitian ... 18
(8)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN... 21
A. Kajian Kinerja Pengawas dalam Konteks Administrasi Pendidikan... 21
B. Efektivitas Kinerja Pengawas …………... 26
1. Konsepsi Tentang Efektifitas ……... 26
2. Pengertian Kinerja Pengawas ……... 33
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pengawas ………... 35
a. Faktor dari dalam diri sendiri ……... 38
b. Faktor dari luar diri sendiri ……... 40
4. Penilaian Kinerja ………... 42
5. Dimensi kinerja Pengawas ... 44
C. Proses Rekrutmen Pengawas ... 45
1. Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Administrasi Pendidikan …………... 45
2. Aktifitas Sumber Daya Manusia Pendidikan ... 48
3. Konsepsi tentang Rekrutmen ... 50
4. Dimensi proses rekrutmen ………... 51
D. Kompetensi Pengawas ... 51
1. Konsep Kompetensi ……... 51
2. Dimensi Kompetensi Pengawas ... 54
E. Motivasi Berprestasi ... 58
1. Pengertian Motivasi …... 58
2. Teori-teori Motivasi ………... 60
3. Karakteristik Motivasi Berprestasi ………... 68 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ...
5. Dimensi Motivasi Berprestasi ………
71 75
(9)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Kepuasan Kerja ………...
1. Defenisi Kepuasan Kerja ………..
2. Defenisi Kepuasan Kerja Pengawas ……….
3. Teori Psikologi yang Mendasari Kepuasan Kerja ……… 4. Faktor-faktor Kepuasan Kerja Pengawas ………. 5. Dimensi-dimensi Kepuasan Kerja Pengawas …………..
75 75 77 77 84 89
G. Kerangka Berpikir ………... 89
H. Asumsi ... 95
I. Hipotesis Penelitian ... 97
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 99
A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel... 99
1. Lokasi Penelitian... 99
2. Populas dan Sampel ... 99
B. Desain Penelitian ... 103
C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 1. Pendekatan Penelitian ………... 2. Metodologi ……… 105 105 110 D. Definisi Operasional... 110
E. Kisi-kisi Penelitian... 116
F. Instrumen Penelitian ... 128
G. Pengembangan Instrumen Penelitian …... 129
1. Uji Validitas Instrumen ……... 130
2. Uji Reliabilitas Instrumen …... 132
H. Teknik Pengumpulan Data ……….. 138
I. Teknik Analisis Data …... 140
1. Menghitung Gambaran Umum Jawaban Responden.. 140
2. Uji Persyaratan Analisis... 141
a. Uji Normalitas Data ………... 141
(10)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Pengolahan dan Analisi Data ………...
4. Pengujian Hipotesis ………..
143 145
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 147
A. Hasil Penelitian ... 147
1. Deskripsi Rekrutmen Pengawas, Kompetensi Pengawas, Motivasi Berprestasi, Kepuasan kerja, dan Efektifitas Kinerja Pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur ... 147 a. Gambaran Umum rekrutmen Pengawas ……... 147
b. Gambaran Umum Kompetensi Pengawas ... 153
c. Gambaran Umum Motivasi Berprestasi ... 158
d. Gambaran Umum Kepuasan Kerja …... 165
e. Gambaran Umum Kinerja Pengawas ... 2. Uji Distribusi Normal ………. 171 178 3. Uji Hipotesis ... 183
B. Pembahasan ... 224
C. Model Hipotetik Strategi Pengembangan Kinerja Pengawas ……... 246
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 259
A. Kesimpulan ... 259
B. Rekomendasi... 260
DAFTAR PUSTAKA ... 264
(11)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data hasil uji kompetensi pengawas tingkat Jawa Barat ... 6
1.2 Data pelaksanaan kerja lapangan pengawas sekolah di binaan ... 8
1.3 Data hasil motivasi internal pengawas sekolah di lapangan ... 8
1.4 Data hasil motivasi eksternal pengawas sekolah ... 9
2.1 Dimensi kinerja pegawai ………... 36
3.1 Populasi Penelitian... 100
3.2 Sampel Penelitian... 102
3.3 Kisi-kisi penelitian variable rekrutmen pengawas (X1)... 118
3.4 Kisi-kisi penelitian variable kompetensi pengawas ( X2) ... 119
3.5 Kisi-kisi penelitian variable motivasi berprestasi pengawas ( X3). 123 3.6 Kisi-kisi penelitian variable kepuasan kerja pengawas ( X4) ... 125
3.7 Kisi-kisi Penelitian Variabel kinerja pengawas (Y) ………... 126
3.8 Hasil uji coba Instrumen penelitian Variabel Kinerja Pengawas ... 134
3.9 Hasil uji coba Instrumen penelitian Variabel Rekrutmen ……….. 135
3.10 Hasil uji coba Instrumen penelitian Variabel Kompetensi ... 136
3.11 Hasil uji coba Instrumen penelitian Variabel Motivasi berprestasi 137
3.12 Hasil uji coba Instrumen penelitian Variabel Kepuasan Kerja ... 138
4.1 Gambaran umum rekrutmen pengawas sekolah menengah di Priangan Timur………... 148
4.2 Gambaran umum kompetensi pengawas sekolah di Priangan Timur ………... 153 4.3 Gambaran umum kompetensi pengawas sekolah di Priangan
(12)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Timur tingkat SMP………... 155
4.4 Gambaran umum kompetensi pengawas sekolah di Priangan Timur tingkat SMA………... 156
4.5 Gambaran umum kompetensi pengawas sekolah di Priangan Timur tingkat SMK………... 157
4.6 Gambaran umum motivasi pengawas sekolah menengah di Priangan Timur …... 158
4.7 Gambaran umum kepuasan kerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur………... 166
4.8 Gambaran umum kinerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur………... 172
4.9 Gambaran proporsi lima variable penelitian menurut rata-rata persepsi responden, dan hasil tes berdasarkan kategori pengawas. 176 4.10 Hasil uji coba Autokorelasi………... 179
4.11 Aturan pengujian hasil Autokorelasi ………... 180
4.12 Hasil uji Multikolinieritas………... 180
4.13 Matrik koefisien korelasi……… 181 4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah
menengah terhadap efektivitas kinerja pengawas………...
Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah
menengah terhadap kompetensi pengawas……….
Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah
menengah terhadap kompetensi pengawas……….
Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah menengah terhadap motivasi berprestasi...………. Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah
menengah terhadap motivasi berprestasi...……….
Hasil uji regresi sederhana rekruitmen pengawas sekolah
menengah terhadap kepuasan kerja pengawas………
185
186
187
187
188
(13)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36 4.37 4.38 4.39
Hasil uji anova………
Hasil uji regresi sederhana kompetensi pengawas sekolah
menengah terhadap efektifitas kinerja pengawas………..
Hasil uji regresi sederhana kompetensi pengawas sekolah
menengah terhadap motivasi berprestasi………...………..
Hasil uji regresi sederhana kompetensi pengawas sekolah
menengah terhadap motivasi berprestasi………..……….. Hasil uji anova………
Hasil uji regresi sederhana kompetensi pengawas sekolah
menengah terhadap kepuasan kerja………..………..
Hasil uji regresi sederhana kompetensi pengawas sekolah
menengah terhadap kepuasan kerja………..……….. Hasil uji anova………
Hasil uji regresi sederhana motivasi berprestasi pengawas
sekolah menengah terhadap efektifitas kinerja pengawas ………
Hasil uji regresi sederhana motivasi berprestasi pengawas
sekolah menengah terhadap efektifitas kinerja pengawas ……… Hasil uji anova………
Hasil uji regresi sederhana kepuasan kerja pengawas sekolah
menengah terhadap efektifitas kinerja pengawas ……….
Hasil uji regresi sederhana motivasi kepuasan kerja pengawas
sekolah menengah terhadap efektifitas kinerja pengawas ……… Hasil uji anova……… Hasil regresi berganda ……… Hasil uji kelayakan model ………..
Hasil uji anova ………...
Koefisien korelasi………... Korelasi antar variable ………...
Anova model1-sub struktur satu ………
189 190 191 192 192 193 193 194 194 195 196 196 197 197 198 199 200 201 205 207
(14)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.40 4.41 4.42 4.43 4.44 4.45 4.46 4.47 4.48 4.49 4.50 4.51 4.52 4.53 4.54 4.55 4.56 4.57 4.58
Koefisien model 1- sub struktur satu……….. Summary model 1- sub struktur satu ……….
Koefisien model ……….
Anova model1-sub struktur dua ……….
Koefisien model 1- sub struktur dua ……….. Summary model 1- sub struktur dua ……….
Rangkuman model summarymodel 1,2 sub stuktur satu………… Koefisien model………..
Anova model 1-sub struktur tiga ……… Koefisien model 1- sub struktur tiga ……….. Summary model 1- sub struktur tiga ……….
Rangkuman model summarymodel 1,2 sub stuktur dua …………
Anova model1-sub struktur empat ……….
Koefisien model sub struktur empat ………..
Summary model 1- sub struktur empat ….……….
Rangkuman model summarymodel 1,2,3,4 sub stuktur dua .……
Koefisien masing-masing variable ……….
Model summary ……….
Koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak langsug, pengaruh total, dan pengaruh bersama-sama ……….
207 207 209 210 210 210 212 212 213 214 214 216 217 217 218 218 219 219 224
(15)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Grafik rata-rata skor kompetensi pengawas persatuan pendidikan. 5
1.2 Grafik rerata skor kompetensi pengawas berdasarkan pendidikan. 6
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas ……… 14
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja………... 35
2.2 Dimensi kinerja individu ………... 36
2.3 Kinerja individu dari sudut pimpinan ………... 38
2.4 Ruang lingkup manajemen Pendidikan... 46
2.5 Proses rekrutmen………. 50
2.7 Kerangka pikir penelitian dan hubungan antar variabel…………. 97
3.1 Desain Penelitian ………... 104
3.2 Siklus Proses Penelitian Survei Model Wallace (1973)... 107
3.3 Siklus Proses Penelitian Survei Model Wallace ……... 108
4.1 Grafik dimensi proses rekruitmen pengawas Sekolah Menengah.. 149
4.2 Diagram Kompetensi pengawas sekolah ... 154
4.3 Grafik Dimensi Motivasi berprestasi……….. 159
(16)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.5 Grafik Dimensi Kinerja Pengawas Sekolah Menengah... 172
4.6 Gambar distribusi Normal………... 178
4.7 Histogram distribusi Normal………... 179
4.8 Kerangka hubungan antar variabel ……… 206
4.9 Hubungan kausal empiris dari koefisien jalur pada sub struktur satu variable X1, X2, ………... 209
4.9 Hubungan kausal empiris dari koefisien jalur pada sub struktur dua variable X1, X2, X3………... 213
4.10 Hubungan kausal empiris dari koefisien jalur sub struktur tiga variable X1, X4 ... 216
4.12 Hubungan kausal empiris variable X1, X2, X3, X4, dan Y ... 220
(17)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN: Halaman
1 Riwayat Hidup Penulis... 2 SK Pembimbing Disertasi ... 3 Izin Observasi/Penelitian ... 4 Populasi Penelitian... 5 Sampel Penelitian ... 6 Kisi-Kisi Penelitian ... 7 Instrumen Penelitian ... 8 Data Statistik Uji Validitas dan Reliabilitas ……... 9 Data Skor ... 10 Data Statistik Uji Normalitas, Linieritas dan Korelasi... 11 Rangkuman Gambaran Data Variabel dan Korelasi ...
(18)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
(19)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada sumber daya manusia (SDM), dimana sumber daya manusia berkorelasi positif dengan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus ada dalam pendidikan. Komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, dan keluaran. Mutu pendidikan tercapai apabila komponen-komponen masukan, proses, dan keluaran, telah memenuhi syarat tertentu. Tenaga kependidikan adalah salah satu komponen masukan yang banyak berperan dalam peningkatan mutu, dan mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan penuh tanggung jawab.
Tenaga kependidikan pada masa sekarang dituntut tenaga kependidikan yang senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensi, budaya kerja dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Dengan demikian pendidikan mesti terus diupayakan agar menjadi kepedulian semua pihak, sehingga kualitasnya semakin bermutu dan semakin demokratis, yang akhirnya anak bangsa Indonesia menjadi semakin kompetitif. Kita mengetahui bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan dan pembangunan, oleh karena itu harus selalu dalam posisi strategis yang harus dipahami dengan benar oleh segenap pengambil kebijakan.
Pentingnya peranan pendidikan yang dikemukakan Fattah (2004: 27) yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di segala bidang.
(20)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkaitan dengan sumber daya manusia ternyata indeks pembangunan sumber daya manusia Indonesia bila dibandingkan dengan Negara-negara lain di dunia, khususnya di Asia Tenggara, Indonesia masih mendapat peringkat yang memprihatinkan. Indonesia ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand, yaitu peringkat ke 110 dari 117 negara yang disurvey. Negara tetangga kita seperti Singapura, Brunei, Malayasia dan Thailand masing-masing mendapat ranking 25, 33, 61, dan 73. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian UNDP yang dikemukakan Furqon dalam (International Journal of Education, vol 1, 2007. 125-138) bahwa:
HDI (Human Development Index) of Indonesia ranks 110 out of 117 surveyed countries, far below some other South Asian countries such as Singapore, Brunei, Malaysia, and Thailand ranking 25, 33, 61, and 73 respectively.
Fenomena yang terjadi di masyarakat menurut Suyanto HD dkk. (2005: 43) yang menyatakan bahwa angkatan kerja Indonesia yang berpendidikan sebesa r 53 %; yang berpendidikan SD 43 %; yang berpendidikan sekolah menengah 11 %, sedangkan yang berpendidikan tinggi hanya 2 %. Rendahnya SDM Indonesia diperkuat juga laporan dai Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dengan menunjuk pada rendahnya pendidikan angkatan kerja kita. Kutipan laporan tersebut adalah sebagai berikut: “Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun”. Meski demikian, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini, dikarenakan sering terjadi mismatch dalam pasar kerja. Pada Agustus 2006, dari total angkatan kerja sebesar 106,39 juta, sekitar 89,72 persen dari mereka telah bekerja. Sebagian dari mereka yang bekerja 73,72 persen berpendidikan rendah Yaitu dibawah SLTA, (BPS,2007: 49).
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, harus diakui bahwa kualitas sumber daya Indonesia dari waktu ke waktu belum mengalami perbaikan yang signifikan, dimana jumlah angkatan kerja kita hampir setengahnya tidak
(21)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpendidikan dan hanya sebagaian kecil saja yang berpendidikan (terdidik) terutama berasal dari perguruan tinggi.
Keberhasilan pembelajaran dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kerja keras dari guru-guru yang mengampu mata pelajarannya, dan keberhasilan guru merupakan cermin keberhasilan pengawas yang bertugas membina dan mengarahkan guru khususnya pada peran akademik pengawas, hal ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah (pedoman Permendiknas No. 12). Fenomena sumber daya manusia sebagai produk pendidikan seperti dikemukakan di atas, salah satu penyebabnya adalah karena faktor kinerja pengawas sekolah yang belum mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga berdampak terhadap mutu proses dan efektivitas layanan pembelajaran. Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008). Kegiatan pengawas sekolah adalah menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pelatihan profesional guru. Dalam konteks ini peran pengawas sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan (PP 19 Tahun 2005, pasal 55). Peran pengawas sekolah setidaknya sebagai teladan bagi sekolah dan sebagai rekan kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolah binaannya.
Pengawas sekolah merupakan komponen dalam sistem pendidikan yang harus turut bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan, karena keberhasilan penyelenggaraan pendidikkan yang berkualitas sangat terkait erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan tanpa menafsirkan faktor-faktor lainnya seperti sarana prasarana dan pembiayaan. Pengawas sekolah merupakan suatu subsistem penting dari keseluruhan sistem pendidikan nasional yang memiliki peranan kuat dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Pengawas sekolahpun merupakan salah satu tenaga kependidikan yang posisinya memegang peran yang signifikan
(22)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah.
Pengawas sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai untuk dapat menjalankan tugas kepengawasannya. Dengan demikian, menjadi seorang pengawas sekolah yang professional dituntut dapat melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan manjerial serta kegiatan pembimbingan dan pelatihan professional guru dengan optimal. Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme pengawas sekolah maka perlu dilaksanakan pengembangan profesi secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks dan untuk lebih mengarahkan sekolah kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional yang efektif, efesien dan produktif.
Begitu pentingnya peran pengawas sekolah dalam memajukan mutu pendidikan nasional hingga tak terasa tuntutan dan tanggung jawab yang harus dipikul pengawas sekolah juga menjadi besar pula, seluruh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas pada saat era globalisasi ini terkait erat dengan motivasi kerja dalam melakukan peran kepengawasannya yang disesuaikan dengan perkembangan kemajuan pesat pada bidang kurikulum, metodologi, peralatan dan penilaian. Begitu juga, telah terjadi perubahan pada bidang administrasi, organisasi dan personil atau sumber daya manusia, dan supervisi pendidikan. Maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi merupakan pembaharuan dalam sistem pendidikan yang menyangkut semua aspek atau komponen yang ada.
Kinerja pengawas sekolah banyak ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah regulasi tentang proses rekrutmen pengawas. Diakui selama ini proses rekrutmen pengawas sekolah belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana dipersyaratkan dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah. Selama ini dalam beberapa kasus, rekrutmen pengawas tidak sesuai dengan prosedur, bahkan terdapat beberapa kebijakan rekrutmen pengawas sebagai “terminal dari suatu jabatan”.
(23)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain proses rektutmen, kinerja pengawas sekolah juga ditentukan oleh kompetensi dasar seorang pengawas sekolah. Charles E. Johnson (1974) dalam Wina Sanjaya (2010: 17) menyatakan “Competency as rational performance which satisfactirity meets the objective for a desired condition”. Kompetensi merupakan kinerja rational guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dari data yang ada, (BSNP, 2009: 16-18) berdasarkan hasil uji kompetensi pengawas menunjukkan bahwa kompetensi pengawas sekolah pada umumnya masih rendah.
Berikut adalah data hasil uji kompetensi pengawas sekolah yang dilaksanakan Direktorat Tenaga Kependidikan tahun 2009 pada 33 provinsi di seluruh Indonesia.
Grafik 1.1
Grafik Nilai Rata-rata Skor Kompetensi Pengawas di Setiap Satuan Pendidikan Berdasarkan Dimensi Kompetensi
Sumber : Profil kompetensi pengawas satuan pendidikan ( 2009:16-18)
Bersamaan dengan uji publik standar kualifikasi dan kompetensi pengawas satuan pendidikan yang dilaksanakan BSNP di 33 provinsi. Direktorat Tenaga Kependidikan melaksanakan uji coba tes kompetensi pengawas pendidikan menengah dengan menggunakan instrumen uji kompetensi yang telah disusun berdasarkan enam dimensi kompetensi, hasil uji kompetensi tersebut diperlihatkan oleh grafik 1.1 di atas.
0 10 20 30 40 50 60
TK/SD SMP SMA/SMK TOTAL
kepribadian manajerial evaluasi sosial akademik penelitian
(24)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari enam dimensi kompetensi pengawas satuan pendidikan, kompetensi yang nilainya paling tinggi adalah kompetensi kepribadian, kemudian dibawahnya kompetensi supervisi manajerial, dan kompetensi supervisi akademik sedangkan kompetensi yang paling rendah adalah kompetensi social. Kompetensi lain yang juga rendah adalah kompetensi penelitian dan evaluasi pendidikan.
Grafik 1.2
Grafik Nilai Rata-rata Skor Kompetensi Pengawas di Satuan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : Profil kompetensi pengawasan satuan pendidikan (2009:16-18)
Berdasarkan Grafik 1.2, hasil uji coba tes kompetensi pengawas satuan pendidikan menunjukkan bahwa nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengawas jejang TK/SD adalah yang tertinggi, dimana pengawas dengan latar belakang S2 memiliki penguasaan kompetensi tertingi. Penguasaan kompetensi terendah terdapat pada jenjang pengawas SMP. Dari grafik diatas dapat juga disimpulkan bahwa masih terdapat pengawas dengan kualifikasi akademik diploma, pada hal aturan yang berlaku mempersyaratkan kualifikasi akademik pengawas sekolah minimal adalah S2.
0 10 20 30 40 50 60
TK/SD SMP SMA/SMK TOTAL
DIPLOMA S1 S2
(25)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini adalah data tentang hasil uji kompetensi pengawas sekolah provinsi Jawa Barat Angkatan 1 yang diselenggarakan di Bandung tahun 2011, dengan hasil sebagaimana tercantum pada Tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Hasil Uji Kompetensi Pengawas Sekolah Angkatan 1 Tingkat Jawa Barat Tahun 2011
No Kota / Kabupaten Pre Test Post Test
1 Bandung Barat 42.12 40.85
2 Depok 46.16 41.46
3 Bekasi 34.67 37.84
4 Bogor 44.57 42.37
5 Cirebon 45.96 80.84
6 Ciamis 47.44 70.56
7 Indramayu 38.70 81.30
8 Karawang 39.46 75.23
9 Majalengka 46.67 81.92
10 Kuningan 36.67 80.46
11 Karawang 39.90 80.03
Rata-rata 42.29 64.81
Kategori Kurang sekali Kurang
Sumber : Laporan Diklat Pengawas Sekolah Provinsi Jawa Barat Angkatan 1 Tahun 2011
Kriteria Nilai Akhir
92.46 – 100 = Sangat memuaskan 85.00 – 92.45 = Memuaskan
(26)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71.80 – 84,99 = Baik Sekali 71.00 – 77.46 = Baik 51.00 – 70.99 = Kurang 00.00 – 50.99 = Kurang Sekali
Dari hasil data uji kompetensi pengawas sekolah angkatan 1 tingkat Jawa Barat Tahun 2011 seperti terlihat diatas ternyata belum cukup menggembirakan, sehubungan dengan masih rendahnya kompetensi yang dimiliki oleh para pengawas dengan nilai awal saat pre test sebesar 42,29 point dengan kategori kurang sekali, dan nilai akhir saat post test sebesar 64,81 point masih dengan kategori kurang, dan hanya memiliki nilai peningkatan kompetensi sebesar 22.32 point saja.
Selain oleh kedua hal tersebut di atas, rendahnya kinerja pengawas sekolah juga ditentukan oleh rendahnya motivasi berprestasi. Data empirik tentang motivasi kerja pengawas sekolah di Kabupaten Ciamis mengacu kepada teori motivasi kerja pengawas sekolah M.C Donald dalam Tabrani Rusyan (1989:100) yaitu dorongan dan daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seorang pengawas sekolah, sehingga mampu bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah binaannya, yang dipengaruhi oleh aspek internal dan eksternal dirinya.
Tabel 1.2
Data Pelaksanaan Kerja Lapangan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis pada Sekolah Binaannya
No Uraian Presentase Jumlah Keterangan
1
Membuat Program Pengawasan 1.1 Program Tahunan
1.2 Program Semester 57 % 24 org
Jumlah Pengawas = 42 orang 2
Melaksanakan Program 2.1 Menilai Sekolah Binaan 2.2 Mensupervisi Sekolah
Binaan
2.3 Mengevaluasi Sekolah Binaan
54 % 73 % 46 %
23 org 31 org 20 org 3 Membuat Laporan Pengawasan 49 % 21 org
Sumber : Laporan Tahunan Pengawas Sekolah Tahun Pelajaran 2010-2011
Sebagai data penunjang untuk variabel motivasi kerja pengawas sekolah, maka penulis melakukan observasi lapangan berupa survey melalui penyebaran
(27)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kuisioner tentang persepsi kepala sekolah sekabupaten Ciamis terhadap Pengawas Sekolah SMA/SMK dengan sampel sebanyak 76 orang.
Sebagai suatu studi pendahuluan, kuisioner yang kembali penulis dapatkan sebanyak 52 set dari 76 set kuisioner yang disebar, kemudian diolah dan menghasilkan data seperti pada tabel berikut :
Tabel 1.3
Data Hasil Motivasi Internal Pengawas Sekolah di Lapangan
No Motivasi Internal Aplikasi di Lapangan Prosentase 1 Menjalankan peran sebagai
agen of change di sekolah
Berusaha lebih keras untuk memperbaiki proses KBM
26,3 % 2 Menjalankan peran sebagai
inovator di sekolah binaan nya.
Berinisiatif sebagai teladan dalam pembinaan
68,6 % Sumber : diolah dari hasil kuisioner.
Dari Tabel 1.3 di atas, berdasarkan persepsi dari 76 kepala sekolah di indikasikan bahwa, motivasi internal pengawas sekolah dalam aplikasinya sebagai agent of change pada sekolah binaannya (menjadi pribadi yang selalu berusaha lebih keras untuk memperbaiki proses KBM), hanya berkisar 26,3%. Artinya pengawas yang mampu membina perbaikan proses KBM untuk seluruh mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran hanya 26,3 %, sedangkan 73,7 % adalah pengawas sekolah yang mungkin hanya mampu memperbaiki proses KBM berdasarkan mata pelajaran yang diampunya saja. Menurut kompetensi yang harus dikuasai oleh pengawas (Kompetensi Supervisi Akademik), pengawas sekolah harus mampu membina guru dalam hal perbaikan proses KBM untuk seluruh mata palajaran atau rumpun mata pelajaran di sekolah binaanya.
Demikian pula dalam menjalankan peran sebagai inovator di sekolah binaannya untuk berinisiatif sebagai teladan dalam pembinaan berkisar 68,6 % diaplikasikan melalui pembinaan yang disesuaikan dengan jadwal kunjungan, 15,3 % melakukan pembinaan tanpa dimintakan oleh pihak sekolah, 7,3 % melakukan pembinaan saat terjadi masalah, dan 8,8 %elakukan pembinaan sewaktu-waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi internal pengawas sekolah di Kabupaten Ciamis, belum cukup signifikan sebagaimana tersirat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 dalam dimensi
(28)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompetensi kepribadian untuk memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan.
Tabel 1.4
Data Motivasi Eksternal Pengawas Sekolah
No Motivasi Eksternal Aplikasi di Lapangan Prosentase
1 Pengawas menekan kan adanya koordi nasi dan aturan yang bersifat dinamis dari semua komunitas kerja sekolah
Ada upaya menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Ada kebutuhan akan pengakuan dan status
Menggunakan segenap kemampuan dalam melaksana kan tugas
Membandingkan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh
70,1 %
56,9 % 40,9 %
42,3 %
Sumber : diolah dari hasil kuisioner
Dari data Tabel 1.4 berdasarkan persepsi dari 76 kepala sekolah diindikasikan bahwa data tentang motivasi eksternal pengawas sekolah di Kabupaten Ciamis, dalam menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berkisar 70,1 % dengan menyatakan “siap” sisanya “tidak siap” sebesar 2 %, “kurang siap” sebesar 19,7 % dan “sangat siap” sebesar 8,8 %. Sedangkan kebutuhan akan pengakuan dan status sebesar 56,9 % menyatakan “perlu” dan aplikasi pengawas sekolah untuk menggunakan segenap kemampuan dalam melaksanakan tugas yang diapresiasikan dengan kemampuan pengawas sekolah dalam bergaul dengan lingkungan kerja sebesar 40,9 % yaitu mengenal dan akrab dengan seluruh stake holder di sekolah binaan, sisanya adalah mengenal dan akrab hanya dengan sebagian stake holder. Untuk upaya pengawas sekolah dalam membandingkan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh sebesar 42,3 % dinyatakan dengan “menerima insentif yang diperoleh meskipun tidak sesuai” dan 32,8 % “menerima insentif kalau sudan sesuai”, 15,3 % “mempertanyakkan kalau sudah sesuai” dan 9,5 % “selalu melihat kesesuaian”.
Kalau mengambil retata pada motivasi eksternal pengawas sekolah di Kabupaten Ciamis berkisar 52,55 %, hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa motivasi eksternal pengawas sekolah belum cukup optimal apabila dikaitkan
(29)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kompetensi kepribadian dimana pengawas sekolah harus mampu menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stake holder pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007.
Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan masalah produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). T.R. Mitchell dalam Sedarmayanti (2009: 51), menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek yaitu :1) Quality of Work, 2) Promptness, 3) Initiative, 4) capability, dan 5) communication yang dijadikan ukuran dalam mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Di samping itu pengukuran profesionalisme juga ditetapkan : performance = Ability x motivation.Jadi dari pernyataan tersebut, telah jelas bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja seseorang, maka perlu pengkajian khusus tentang kemampuan atau kompetensi dan motivasi.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan.Memang diakui bahwa banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga tetap tidak menghasilkan.Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga tetap tidak menghasilkan kinerja apa-apa.
Menurut penelitian lain yang diambil dari (Nana Sudjana: 2006, Standar Mutu Pengawas, Jakarta: Depdiknas) yang dilakukan terhadap sejumlah pengawas dari seluruh provinsi ternyata pengawas sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan kinerjanya boleh dikatakan belum berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan para pengawas yang dilaksanakan secara terencana dan bersinambungan yang mengarah pada kemampuan profesional para pengawas dan pengembangan karirnya sebagai tenaga fungsional berlum banyak dilaksanakan. Lemahnya pembinaan para pengawas diduga berkaitan dengan sumberdaya yang terbatas pada setiap dinas pendidikan, baik sumber daya manusia, sumber daya keuangan maupun sumber daya informasi. Selain itu komitmen dinas pendidikan terhadap pentingnya peran pengawas dalam
(30)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan mutu pendidikan terkesan kurang optimal, sehingga program pembinaan bagi para pengawas belum menjadi prioritas, optimalisasi kinerja pengawas tidak menjadi indikator kinerja kepala daerah. Di sisi lain, peran pengawas sekolah dalam konteks kelembagaan sebagai pembuat rekomendasi kebijakan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Salah satu kelemahannya karena pengawas tidak berhasil mengelola informasi hasil pekerjaannya untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan kebijakan pemerintah. Masalah lain yang tidak kalah runyam adalah rendahnya daya kolaborasi pengawas sekolah. Dalam hal ini kerja sama antara korwas maupun kinerja APSI belum terlihat manfaatnya terhadap peningkatan kinerja kolaboratif dalam tataran teknis. Hal ini terlihat dari belum adanya program yang tercermin pada kalender kegiatan pengawas, prosedur operasi standar, bahkan penyeragaman perangkat administrasi standar yang wajib dipenuhi oleh pengawas sekolah untuk menjamin seluruh pengawas dapat memenuhi criteria minimal. Pada sisi lain, hasil kerja yang dicapai para pengawas dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya belum begitu signifikan terhadap kemajuan-kemajuan sekolah binaannya. Oleh karena itu, posisi, peran dan eksistensi pengawas kurang mendapat perhatiian dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah.
Hal yang sangat keliru jika terjadi jabatan pengawas sekolah hanya dijadikan transit para kepala sekolah atau birokrat atau pejabat bermasalah, sakit-sakitan, atau dijadikan tempat parkir bagi para birokrat yang hendak memperpanjang masa pensiun. Hal tersebut diatas bisa jadi sangat berpengaruh terhadap rekrutmen dan motivasi kerja. Motivasi kerja adalah salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas disamping faktor-faktor lainnya. Sebagaimana dikatakan Robbins (2008: 187) Kinerja merupakan interaksi antara kemampuan dan motivasi. Sungguh ironis sekali kalau hal itu terjadi, karena di satu sisi pengawas sekolah sebagai penjamin mutu (quality control)tapi disisi lain lembaga kepengawasan tidak ditempatkan dalam posisi yang proposional. Berkaitan dengan tugas kepengawasan, di Departemen Pendidikan Nasional terdapat bagian yang bertugas melakukan pengawasan fungsional, yaitu
(31)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inspektur Jenderal dalam kaitan dengan audit control. Sedangkan pengawasan yang berkaitan dengan quality control pada satuan pendidikan dilakukan oleh aparat pengawasan pendidikan, yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah.
Nampaknya sangat sulit meningkatkan kinerja pengawas sekolah tanpa dukungan kompetensi dan motivasi kerja yang memadai. Kurangnya kinerja pengawas sekolah dalam melakukan tugas pokok kepengawasannya dipredikasi menjadi salah satu penyebab rendahnya profesionalisme pengawas sekolah.
Kepuasan kerja pengawas menentukan kinerja pengawas sekolah. Tiffin (1994:40) mengatakan bahwa: kepuasan kerja behubungan erat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, makin tinggi kepuasan kerja seseorang akan tercermin dari sikap kerja ke arah yang positif. Sebaliknya ketidak puasan kerja akan menimbulkan sikap kerja yang negatif. Bahwa positif dan negatifnya sikap kerja seseorang, mengikuti tingkat kepuasan kerja yang dirasakan.
Berdasarkan kajian dan hasil penelitian serta data-data yang disebutkan di atas, kinerja pengawas sekolah merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti mengingat pengawas sekolah; (1) merupakan front terdepan dalam menjaga mutu pendidikan, hal ini sesuai dengan tugas pokoknya yaitu membina dan menilai sekolah, (2) jika pengawas sekolah tidak disertai dengan kompetensi yang memadai dan motivasi kerjanya, maka pembinaan dan penilaian sekolah tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengawas sekolah dapat meningkatkan atau ditingkatkan kinerjanya sesuai harapannya sendiri atau lembaga, (3) pengawas sekolah diharuskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pengawas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan di atas, maka dirasakan penting untuk melakukan penelitian tentang : MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH, studi tentang pengaruh rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur.
(32)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dengan data-data empirik yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi bahwa masalah pokok yang dihadapi pengawas sekolah menengah adalah rendahnya kinerja pengawas sekolah. Adapun faktor-faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kinerja pengawas ialah proses rekrutmen pengawas sekolah menengah, kompetensi pengawas sekolah menengah, motivasi berprestasi, kepuasan kerja, dan fasilitas/sarana-prasarana. Sedangkan Gibson et. Al. (1995:56), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap performance/kinerja, yaitu : variabel individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat social, pengalaman, demografi (umur, asal-usul, jenis kelamin); variabel organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, desain pekerjaan, kepuasan kerja; dan variabel psikologis yang meliputi persepsi, peran, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Gambaran aspek-aspek yang menjadi variable-variabel yang ikut mempengaruhi mutu kinerja pengawas sekolah menengah, sebagaimana digambarkan pada gambar 1.1 berikut ini :
Mutu Kinerja Pengawas
Sekolah menengah Kepemimpinan
sekolah
Kompetensi Pengawas
Komitme n Pe ngawas
Rekrutmen Pengawas Fasilitas/Sarana-prasarana Kesejahteraan Pengawas
Faktor Internal Faktor eksternal
Budaya Organisasi Faktor-faktor yang mempengaruhi
(33)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GAMBAR 1.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Kinerja Pengawas Sekolah Diambil dari Berbagai Sumber dan Hasil Penelitian
(Tiffin:1994, Gibson et al:1995, T.R. Mitchell:2001, Nana Sudjana:2006, Robbins:2008 )
Dalam penelitian ini dilakukan kajian deskriptif analitik terhadap mutu kinerja pengawas sekolah menengah dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Berdasarka data-data dan indikator mutu kinerja pengawas sekolah menengah, maka variabel-variabel rekrutmen pengawas sekolah menengah, kompetensi pengawas sekolah menengah, motivasi berprestasi pengawas sekolah menengah, dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah merupakan variabel-variabel determinan yang mempengaruhi mutu kinerja pengawas sekolah menengah.
2. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasi di atas, dalam penelitian ini penulis secara konseptual membatasi penelitian pada masalah mutu kinerja pengawas sekolah menengah dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhinya yaitu: rekrutmen pengawas sekolah menengah (X1), kompetensi pengawas sekolah menengah (X2), motivasi pengawas sekolah menengah (X3), dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah (X4). Sedangkan secara kontektual penelitian ini dibatasi pada mutu kinerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur.
Motivasi
Kualifikasi Akademik
Kepuasan Kerja
Pe rse psi Pe ngawas Iklim ke rja Pe ngawas
Kolegial dan Kemitraan
(34)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dilihat dari tingkat kepentingannya, proses rekrutmen, kompetensi pengawas, motivasi berprestasi, dan kepuasan kerja pengawas merupakan faktor yang paling penting yang dapat meningkatkan kinerja seorang pengawas. Keempat faktor tersebut diduga merupakan faktor determinan yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah di Wilayah Priangan Timur.
b. Rumusan Masalah
Secara sistematika kaitan antara variabel penelitian rekrutmen pengawas sekolah menengah, kompetensi pengawas sekolah menengah, motivasi berprestasi pengawas sekolah menengah, dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah serta pengaruhnya terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di priangan Timur.
Adapun penelitian akan dilakukan pada pengawas sekolah Menengah yang berada di wilayah Priangan Timur. Berdasarkan batasan konseptual (rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja, serta pengaruhnya terhadap mutu kinerja pengawas sekolah menengah), dan batasan kontekstual (pengawas sekolah menengah di Priangan Timur) secara umum rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
Seberapa besar pengaruh rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur?.
3. Pertanyaan Penelitian
Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut :
a. Bagaimana gambaran rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur ?”.
b. Bagaimana pengaruh parsial rekrutmen terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur ?”.
(35)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagaimana pengaruh parsial rekrutmen terhadap kompetensi pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
d. Bagaimana pengaruh parsial rekrutmen terhadap motivasi pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur ?”.
e. Bagaimana pengaruh parsial rekrutmen terhadap kepuasan kerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
f. Bagaimana pengaruh parsial kompetensi terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
g. Bagaimana pengaruh parsial kompetensi terhadap motivasi pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
h. Bagaimana pengaruh parsial kompetensi terhadap kepuasan kerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
i. Bagaimana pengaruh parsial motivasi terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
j. Bagaimana pengaruh parsial kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
k. Bagaimana pengaruh parsial motivasi terhadap kepuasan kerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur?”.
l. Bagaimana pengaruh simultan (bersama-sama) rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur ?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:
Secara umum penelitian ini disusun dengan tujuan Mendeskripsikan gambaran empiris, deskriptif analitik mengenai variable-variabel rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur baik secara parsial maupun secara simultan.
(36)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tujuan Khusus:
Secara khusus, penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui tentang:
a) Deskripsi rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
b)pengaruh parsial rekrutmen terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
c) pengaruh parsial rekrutmen terhadap kompetensi pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
d)pengaruh parsial rekrutmen terhadap motivasi pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
e) pengaruh parsial rekrutmen terhadap kepuasan kerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
f) pengaruh parsial kompetensi terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
g) pengaruh parsial kompetensi terhadap motivasi pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
h) pengaruh parsial kompetensi terhadap kepuasan kerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
i) pengaruh parsial motivasi terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
j) pengaruh parsial kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
k)pengaruh parsial motivasi terhadap kepuasan kerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
l) pengaruh simultan (bersama-sama) rekrutmen, kompetensi, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
(37)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
m)Merekomendasikan suatu model hipotetik strategi alternatif rekrutmen dan pengembangan mutu kinerja pengawas Sekolah menengah di wilayah Priangan Timur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peneliti dan pengembangan kinerja pengawas Sekolah menengah, khususnya telaah teoretik administrasi pendidikan mengenai proses rekrutmen pengawas sekolah menengah, kompetensi pengawas sekolah menengah, motivasi pengawas sekolah menengah, dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah.
Secara praktik, penelitian dan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas mutu kinerja pengawas Sekolah menengah, menciptakan dan memelihara iklim kerja yang kondusif di lingkungan kerja pengawas sekolah menengah di Priangan Timur.
Selanjutnya model konseptual yang dilahirkan melalui hasil penelitian ini dan rekomendasi penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan kualitas mutu kinerja pengawas Sekolah menengah di masa depan, dan meningkatkan perhatian pemerintah pusat dan daerah dan dukungan
stakeholder lainnya, dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja pengawas Sekolah menengah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
E. Struktur Organisasi Disertasi
Penulisan disertasi ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu : Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang penelitian yang memuat alasan-alasan rasional dan esensial yang mendorong peneliti tertarik melakukan penelitian berdasakan fakta-fakta, data referensi serta temuan penelitian sebelumnya; identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah
(38)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
serta pertanyaan penelitian; tujuan penelitian; manfaat penelitian baik teoritis maupun praktis; dan struktur organisasi penelitian.
Sebagai referensi ilmiah, dalam Bab II penulis menguraikan mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Pada bagian kajian pustaka disajikan teori-teori, konsep dan dali-dalil yang bersumber dari pendapat para pakar peneliti serta hasil riset terdahulu yang berkaitan dengan variabel rekrutmen pengawas sekolah, kompetensi, motivasi berprestasi, kepuasan kerja pengawas, kerangka pemikiran dan hipotesis.
Selanjutnya agar hasil kajian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, penulis uraikan Bab III tentang Metodologi Penelitian yang benar dan relevan. Melalui metodologi penelitian yang penulis rancang, penulis dapat memperoleh hasil penelitian yang teruji kebenarannya. Pada bagian ini, disajikan penjelasan tentang lokasi, populasi dan sampel penelitian, serta justifikasi dari pemilihan lokasi penelitian dan penggunaan sampel; desain penelitian serta justifikasi pemilihan desain penelitian; pendekatan dan metode penelitian, serta justifikasi penggunaan pendekatan dan metode penelitian tersebut; definisi operasional untuk variable pertama (X1) rekrutmen pengawas sekolah menengah, variabel kedua (X2) adalah kompetensi pengawas sekolah menengah, variabel ketiga (X3) adalah motivasi pengawas sekolah menengah, dan variabel keempat (X4) adalah kepuasan kerja pengawas sekolah menengah, serta variabel terikat (Y) yaitu mutu kinerja pengawas sekolah menengah; instrumen penelitian, tujuan, cara serta justifikasi penggunaan instrumen penelitian; proses pengembangan instrumen yang meliputi uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, serta hasil-hasilnya; teknik pengumpulan data dan justifikasi penggunaan teknik pengumpulan data. Pada bagian akhir bab III ini dijelaskan tentang analisa dan pengolahan data, tahapan dan teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data penelitian.
Hasil penelitian tersebut, diuraikan dalam Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian ini disajikan deskripsi/gambaran
(39)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data-data hasil penelitian dari setiap variabel; pengaruh dari rekrutmen pengawas sekolah menengah, kompetensi pengawas sekolah menengah, motivasi berprestasi pengawas sekolah menengah, dan kepuasan kerja pengawas sekolah menengah, terhadap mutu kinerja pengawas Sekolah Menengah di Priangan Timur baik secara parsial maupun simultan.
Selanjutnya dalam Bab V penulis uraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian disertai rekomendasi penelitian yang dikaitkan dengan temuan-temuan yang perlu di tindak lanjuti, saran operasional yang berkaitan dengan variabel determinan, saran untuk pengawas sekolah dan pengambil kebijakan di tingkat Dinas Pendidikan serta saran untuk peneliti lain yang mengkaji atau melakukan riset tentang kinerja pengawas, yang kiranya dapat dimanfaatkan bagi pengembangan Ilmu Adiministrasi Pendidikan lebih lanjut.
(40)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Priangan Timur Propinsi Jawa Barat, yang terdiri dari lima kabupaten/kota, yaitu meliputi: Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Pemilihan wilayah Priangan Timur sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan perkembangan pengawas sekolah cukup banyak dan dengan dinamika yang beragam.
Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kinerja pengawas sekolah menengah di wilayah Priangan Timur Jawa Barat. Faktor-faktor mutu kinerja pengawas yang menjadi fokus kajian adalah faktor eksternal, yaitu rekrutmen pengawas sekolah menengah, dan faktor internal, yaitu kompetensi pengawas sekolah menengah, kepuasan kerja pengawas sekolah menengah, dan motivasi berprestasi pengawas sekolah menengah. Keempat variabel itu ditetapkan sebagai variabel bebas. Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja pengawas sekolah menengah. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode deskriptif analitik. Data dikumpulkan dengan alat pengumpul data (APD) penelitian berupa angket dan studi dokumentasi. Data tersebut diperoleh dari responden pengawas sekolah menengah, yang mewakili pengawas sekolah muda, pengawas madya, dan pengawas utama.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009: 117). Sedangkan Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 84) menyatakan bahwa makna
(41)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
populasi berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.
Creswell, John W., (2008:151) menyatakan “A Population is a group of individuals who have the same characteristic”, suatu populasi adalah suatu
kelompok individu yang memiliki persamaan karakteristik. Sementara itu, Gay dan Diehi, 1992, dalam Satori 2009: 46), “the population is the group of interest to the researcher, to group to with she or he would like to generalize the results of
the study”, populasi merupakan sekumpulan objek yang menarik perhatian peneliti untuk digeneralisasikan atas hasil-hasil studi. Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Margono (2004: 119) membedakan populasi penelitian ke dalam dua sifat yaitu; pertama, populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlanya secara kuantitatif. Kedua, populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kuantitaif maupun secara kualitatif.Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengawas Sekolah menengah di Wilayah Priangan Timur yang berjumlah 152 orang pengawas, tersebar pada lima kabupaten kota, yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No. Kabupaten/Kota Pengawas Jumlah
SMP SMA SMK
1 Kabupaten Garut 35 9 11 55
(42)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 Kabupaten Ciamis 22 15 8 45
4 Kota Tasikmalaya 7 6 3 16
5 Kota Banjar 10 2 3 15
Jumlah 87 35 30 152
S umber: Dapodik Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Banjar
Berdasarkan uraian populasi di atas, subjek penelitian diambil dari jumlah populasi yang ada, dengan menggunakan teknik sampel yang cukup mewakili sifat-sifat populasi (representative). Menurut Arikunto (2006:109), sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sedangkan menurut Sugiyono (2009:118), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada bagian lain, Sugiyono (2009: 91) mengungkapkan bahwa untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah anggota sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Tidak ada ukuran sampel yang pasti, tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Makin besar tingkat kesalahan, maka akan makin kecil jumlah sampel yang diperlukan, demikian sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan makin besar jumlah sampel yang diperlukan sebagai sumber data (Sugiono, 2009: 126).
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
probability sampling yaitu teknik sampling dengan memberikan peluang sama bagai tiap anggota populasi untuk dijadikan sampel, dan teknik penarikan sampel menggunakan Cluster (Area) Random Sampling. Sugiyono (2009: 121) menyatakan bahwa teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data penelitian maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang akan ditetapkan.
(1)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Minner, John B. (1988). Organizational Behavior: Performance and Prductivity,
New York NY: Random House, Bussiness Division.
Mitchell, T.R. & Larson. (1987). People and Organization; An Introduction to
Organization Behavior, Singapore: Mc Graw-Hill Inc.
Mimbar Pendidikan. Jurnal Kependidikan No. 1, Vol. XXXII, Tahun 2008. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Mimbar Pendidikan. Jurnal Kependidikan No. 2, Vol. XXXII, Tahun 2008. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Mitchell, T.R. & Larson. (1987). People and Organization; An Introduction to
Organization Behavior, Singapore: Mc Graw-Hill Inc.
Mondy, W. & Noe, R.M. (2000). Human Resources Management, Texas: Prentice
Hall, Inc.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2007. Manjedi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murdansyah Simanjuntak. 2009. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nazir, Moh. (2004). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurdin Mohamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jojakarta: Ar-Ruzz
Media.
--- 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
--- 2007. Modul: Analisis Kebijakan Pendidikan Dasar. Bandung: SPs.
UPI.
Olaleye, F.O. 2001. Gender Factors in School Administration. Unpublished Ph.D
Thesis. Obafemi Awolowo University.
Ondi Saodih & Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Reflika
Aditama.
Payaman J. Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:
Penerbit UI.
Proctor, Brigid. 2000. Group Supervision, a guide to creative practice. Greet
(2)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Randall S. Schuler. 1987. Personal and Human Resources Management. New
York: West Publishing Company.
Ratna Willis Dahar.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Richard F. Elmore. 2000. Building a New StructureFor School Leadership. The
Albert Shanker Institute.
Riduan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Muda. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2007). Pengantar Statistik untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Riduwan, (2009). Belajar Mudah Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Robert A. Sutermeister. 1976. People and Productivity. New York: McGraw Hill
Book Company.
Robert B. Burns. 1995. Introduction to Research Mthod. Australia: Longman.
Robert R. Blake & Jane S. Mouton. 1994. The Managerial Grid: Leadeship Style
for Achieving Production Through People. Houston: Gulf.
Robbins, Stephen P. (2001). Organizational Behavior, New Jersey: Upper Saddle
River: Prentice Hall. Inc.
Robbins, (2008). Organizational Behavior, New Jersey: Upper Saddle River:
Prentice Hall. Inc.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika
Aditama.
Rochman Natawidjaja. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis Ilmu
Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Saifuddin Anzwar. 1998. Metode Penelitian. Edisi I. Cetakan I. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.
Sagala Saiful. 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
---. 2009. Keammpuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
(3)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi
dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Santoso Singgih. 2001. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara
Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2001). Manajamen Berbasis Sekolah Sebagai Wujud Nyata Desentralisasi Pendidikan, Bandung: UPI.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Schummacher, Sally., dan Millan, James H. Mac. (2001). Research in Education:
A Concept Introduction, New York: Longman.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Satori, Djam’an. (2000). Quality Assurance dalam Desentralisasi Pendidikan, Bandung: UPI.
Satori Djaman. 2007. Modul: Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: SPs. UPI.
Scheerens, Jaap. (1992). Effective Schooling: Research, Theory and Practice,
School Development, Neteherlands: Institute for Educational Research in the Netherlands.
Scheerens, Jaap dan Bosker, Roel. (1997). The Foundation of Education
Effectiveness, New York: Pergamon Press.
Schuler, R.S. & Jackson, S.E., 1990. Human Resource Planning: Challenges for
Industrial/Organization Psychologists. New York, West Publishing Company.
Schummacher, Sally., dan Millan, James H. Mac. (2001). Research in Education:
A Concept Introduction, New York: Longman.
Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sergiovanni, T. J. 1991. The principalship: a reflective practice perspective(2nd
ed). New York: Simon and Schuster.
Singarimbun, Masri. (2002). Metode Penelitian Survei, Cet. 5, Jakarta: LP3ES.
Sondang P. Siagian. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:
(4)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soetjipto. 2007. Administrasi Pendidika , Bandung , Alfabeta.
Sudarwan Danim. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Tilikan Indonesia dan
Mancanegara. Bandung: Alfabeta.
Sudjana Nana. 2006. Teknik Analisi Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sudjana Nana dan Ibrahim. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi: Dilengkapi Metode R&D,
Bandung: Alfabeta.
--- . 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
--- . 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata Sumadi. 1990. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.
Surosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutermeister, Robert A. (1976). People and Productivity, New York: McGraw-
Hill.
Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid 1, 2, 3, 4. Jogjakarta: Penerbit
Andi.
Sujak Abi. 2006. Jurnal Tenaga Kependidikan, vol. 1, No. 02. Jakarta.
Suyanto. 2008. Dialog Interaktif Tentang Pendidikan (dari konseptual
menggelitik sampai ringan dan ringan seklai). Jogjakarta: Multi Pressindo.
Suyanto, dkk. (2005). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
Milenium III, Yogyakarta: Adi Cita.
Suyatno, et al. 2009. Pengembangan Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul
Malik Fadjar. Jakarta: Uhamka Press.
Stephan Gerhard Huber. 2010. School Leadership – International Perspectives.
New York: Springer Science+Business Media B.V.
Stephen Isaac & William B. Michael. 1984. Handbook In Research and
(5)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Stephen Robbins. 2003. Perilaku Organisasi. New Jersey: Person Education Inc.
Stogdill. R. M. (1974). Handbook of leadership. New York: The Free Press.
Tiem Dosen Adpen. 2005. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: UPI.
Tiffin .(1994). Dalam: [email protected]. On-line 2013.
Diunduh 8 Februari 2013.
--- . 2008. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: UPI.
Thomas L. Good. 2008. 21st Century Education : A Reference Handbook.
London: SAGE Publications Ltd.
---. 2008. 21st Century Education : A Reference Handbook.
London: SAGE Publications Ltd.
Thomas R. Hoerr. 2005. The Art of School Leadership. United States:Association
for Supervision and Curriculum Development
Thoriq M. As-Suwaidan & Faishal Umar Basyarahil. 2005. Melahirkan
Pemimpinan Masa Depan. Jakarta: Gema Insani.
Tony Bush. 2008. Leadership and Management Development in Education. Los
Angeles: Sage Publication Ltd.
Toto Tasmara. 2006. Spiritual Centered Leadership. Kepemimpinan Berbasis
Spiritual. Jakarta: Gema Insani.
Tudi M. Tampubolon. 2008. Pedoman Penyusunan Standar Operasi Prosedur
(SOP). Jakarta: Maista Publishing.
Usman, Husaini. (2006). Kepemimpinan Pendidikan: Bahan Belajar Mandiri
Kepala Sekolah, Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK Dir. Bindiklat.
Valerie J. Gawron. 2008. Human Performance, Workload, And Situational
Awareness Measures Handbook. New York: CRC Press.
Vincent Gaspersz. Penerapan Total Management In Education (SMME) Pada
Sekolah di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id. (8 Juni 2009).
Waini Rasyidin. 2007. Modul: Landasan Filosofis Pendidikan Dasar. Bandung: SPs.
UPI.
(6)
Yohamir Syamsu, 2015
MUTU KINERJA PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wayne K. Hoy & Cecil G. Miskel. 2001. Educational Administration, Theory,
Research, and Practice. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Wibowo. 2006. Managing Change: Pengantar Manajemen Perubahan. Bandung:
Alfabeta.
Wood, Wallace & Zeffani. (2001). Organizational Behavior: A Global
Perspective, 2nd Edition, Australia: Jhon Wiley & Son Ltd.
World Bank. (2005). Human Development Report, UNDP.
Yeremis T. Keban. 2008. Enam Dinmensi Strategi Administrasi Publik: Konsep,
Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.
Yudha Andi Asfandiyar. 2009. Kenapa Guru Harus Kreatif. Bandung: PT. Mizan
Pustaka.
Yukl, G. L. 1981. Leadership in organizations. Englewood Cliffs, NJ: