PERANCANGAN CERGAM LUDRUK OF SURABAYA SENI MENGHIBUR RAKYAT.

(1)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN CERGAM

LUDRU K OF SU RABAY A

SEN I M EN GHI BUR RAKY AT

Disusun oleh:

WI ESK E ARI ESDH ANY 0954010050

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2013


(2)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN CERGAM

LUDRU K OF SU RABAY A

SEN I M EN GHI BUR RAKY AT

Disusun oleh:

WI ESK E ARI ESDH ANY (0954010050)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2013


(3)

PERANCAN GAN CERGAM

LUDRU K OF SU RABAY A

SEN I M EN GHI BUR RAKY AT

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Disusun oleh :

WI ESK E ARI ESDH ANY (0954010050)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2013


(4)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN CERGAM

LU DRU K OF SU RABAY A

SEN I M ENGH I BU R RAK Y AT

Dipersiapkan dan disusun oleh WI ESK E ARI ESDH AN Y

0954010050

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 11 Desember 2013

Pembimbing I Penguji I

Septi Asri Finanda, S.Pd., M.Sn. Aditya Rahman Yani, ST, M.Med.Kom

NPT. 3 8709 13 0363 1 NPT. 3 8109 10 0303 1

Pembimbing II Penguji II

Aryo Bayu W, ST., M.Med.Kom Aris Sutejo, S.Sn., M.Sn

NPT. 3 8312 10 0304 1 NPT. 3 8511 13 0353 1

Ketua Jurusan Koordinator

Heru Subiyantoro, ST., MT. Aditya Rahman Yani, ST, M.Med.Kom

NPT. 3 7102 96 0061 1 NPT. 3 8109 10 0303 1 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Tanggal : ………..

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni Juliardi AR., M.Kes.


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Surabaya, 10 Desember 2013


(6)

ABSTRAKSI

Surabaya sangat dikenal dengan kesenian drama Ludruk, walaupun Kota Surabaya bukan menjadi tempat lahirnya kesenian Ludruk tetapi mendjadi Kota yang mengembangkan nama Ludruk. Remaja Kota Surabaya mulai mengenal Ludruk dengan baik. Hingga remaja membentuk sebuah komunitas Ludruk remaja untuk mengenalkan kembali kepada masyarakat luas. Sayangnya, cara yang digunakan oleh remaja membuat lunturnya kesenian yang sangat tradisional ini. Remaja pecinta Ludruk kurang memahami bagaimana pertunjukkan Ludruk yang sebenarnya. Maka dari itu pentingnya terdapat sebuah wadah informasi baru untuk remaja. Inovasi yang membuat remaja tertarik sehingga mau kembali mempelajari bagaimana kesenian Ludruk.

Buku cergam merupakan salah satu media yang membantu mengembalikan kembali informasi yang benar mengenai Ludruk. Dengan sentuhan ilustrasi membuat buku bacaan lebih attractive. Menggunakan jenis ilustrasi realis dengan teknik coloring composite. Tone warna yang digunakan dalam perancangan buku cergam menggunakan tone warna pastel atau vintage.

Buku cergam ditujukan kepada remaja pecinta Ludruk. Remaja dengan rentan usia 18 hingga 21 tahun, yaitu remaja akhir. Remaja pada usia ini merupakan remaja pada fase beranjak dewasa. Sifat fase remaja akhir lebih aktif dan menyukai hal yang baru. Pria maupun wanita menjadi target segmen dari buku cergam.

Hasil analisis riset ditemukan bahwa keyword yang digunakan dalam perancangan cergam adalah “Seni Menghibur Rakyat”. Dari keyword yang diturunkan menjadi konsep perancangan dan judul buku adalah “Ludruk of Surabaya”. Isi buku menjelaskan informasi mengenai Ludruk. typografi yang digunakan untuk headline menggunakan typografi vernacular. Ukuran buku cergam Ludruk Surabaya adalah 15x22 cm dengan 144 halaman 72 lembar. Dengan tone warna vintage. Media pendukung dala perancangan ini adalah pembatas buku, kaos, cd, dan ballpoint.


(7)

ABSTRACT

Surabaya is known for the drama Ludruk. although Surabaya not be the birthplace of art Ludruk but become cities that develop the name of Ludruk. Teens getting to know the city of Surabaya Ludruk well. To young people to form a community ludruk theater teenagers to introduce returned to the society widely. Unfortunately, the way that is used by young people to erase art that is very traditional. Young people lover ludruk theater hard to understand how ludruk theater performances that actually. Hence the importance of new information there is a container for teens.Innovation that make young people are interested in that want to come back to learn how arts ludruk theater.

The storybook is one of the media, which help restore information is the truth about ludruk theater. With a touch illustrations make reading books more attractive. Using this type of realist illustration techniques with coloring composite. Tone colors used in the design books storybook using tone pastel colors or vintage.

The storybook aimed to teach teenagers ludruk theater lovers. Young people with more vulnerable age of 18 to 21 years, the young people the last hit. Young people in this age group is young people in the second phase were growing adults. The last phase teenagers more active and loves it would be a new one. Men and women to target segment of the book storybook.

Results of the analysis research found that which is used in the design storybook is "Art Entertain People". From the sent down to design concept and the title is "Ludruk of Surabaya". The contents of the book explains information about ludruk typographic tools that are used to. headline typographic tools using vernacular. Book size storybook ludruk theater Surabaya is 15x22 cm with 144 main 72 sheets. With tone colors vintage. Media explored in supporting design is book dividers, t-shirts, cd, and ballpoint tip.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-mu ya Allah, atas segala limpahan rahmat dan berkahnya, sehingga atas izin-Nya, laporan Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan Tugas Akhir yang saya lakukan dengan judul “Perancangan Buku Cergam Ludruk of Surabaya Seni Menghibur Rakyat”. Dalam Penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil yang tidak lepas dengan adanya dukungan dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan tersebut, penulis benar-benar mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Heru Subiyantoro, ST., MT. selaku Kepala Jurusan Desain Komunikasi Visual yang selalu memberi semangat penulis untuk menjalani proses Tugas Akhir sebagai bentuk penyelesaian dalam pendidikan yang bergelar S1.

3. Ibu Septi Asri Finanda, SPd., M.Sn. selaku Dosen pembimbing pertama yang membantu saya untuk memperjuangkan perancangan yang telah penulis ambil sebagai judul Tugas Akhir.

4. Seluruh Dosen Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” Jawa Timur dan seluruh staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Keluarga besar penulis yang banyak memberi bantuan materi dan selalu menyemangati serta mendoakan penulis selama dalam proses pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.

6. Seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi UPN “Veteran” Jawa Timur khususnya jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2009 yang telah banyak membantu dan memberi support dalam menyelesaikan Tugas Akhir.


(9)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun bagi penulis sangat diharapkan. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 10 Desember 2013 Penyusun


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……….…….…..……. vi

DAFTAR GAMBAR ………..….…….. x

DAFTAR TABEL ………...……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..…... 1

1.1.1 Buku Cerita Bergambar Perkembangan Ludruk di Surabaya ……….…. 3

1.2 Identifikasi Masalah ..……….…... 8

1.3 Rumusan Masalah ….………..…... 9

1.4 Tujuan ………..………..….. 9

1.5 Batasan Masalah ……...………..………. 9

1.6 Manfaat ………...………..……. 10

1.6.1 Manfaat Akademis ……….………..…….. 10

1.6.2 Manfaat Praktis ……….………….…..…….. 10

1.7 Metode Perancangan ………..….... 10

1.8 Skema Perancangan ………..…… 11

BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ………..……… 12

2.1.1 Buku ………..……….………... 12

2.1.2 Jenis-Jenis Buku ………..….………. 13

2.1.3 Struktur Buku ………..……….………. 14

2.2 Cergam ………...……….……….. 15

2.2.1 Definisi Cergam ……….……….……….. 15

2.2.2 Fungsi dan Peranan Cergam ………..……… 16

2.2.3 Jenis-jenis Cergam ……….……….….. 16

2.3 Tinjaun Desain Komunikasi Visual ……….…….……… 17

2.3.1 Definisi Desain Komunikasi Visual ……….……….……… 17


(11)

2.4.1 Gestalt ………..……….. 20

2.5 Teori Layout ………...……….……….. 22

2.6 Tipografi ……….………...……… 24

2.7 Teori Warna …………...………..……… 25

2.8 Ilustrasi ………..………..………….. 30

2.8.1 Unsur-unsur Ilustrasi ………...……….………. 30

2.9 Realisme ……….……….……….. 33

2.9.1 Sejarah realism ……….………. 33

2.10.2 Perkembangan Ludruk di Surabaya ……….………...……... 33

2.10 Studi Literatur Tentang Ludruk ………..……….…….. 33

2.10.1 Pengertan Ludruk ……….….……… 34

2.11 Studi Eksisting ………..………. 35

2.11.1 Childcraft Holiday and Birthdays ………...……..… 35

2.12 Studi Komparator ……….……… 37

2.12.1 Ludruk “Lakon Ludruk Jawa Timur” ……….…..… 37

2.13 Studi Kompetitor ……….. 38

2.13.1 Srimulat ……….…...……… 38

BAB III METEDOLOGI PERANCANGAN 3.1 Definisi Judul dan Sub Judul ………. 41

3.1.1 Definisi Judul ………..………..…. 41

3.1.2 Definisi Buku Cerita Bergambar ………..………. 41

3.1.3 Definisi Ludruk Surabaya ………..…… 42

3.2 Teknik Sampling ………..……….. 43

3.2.1 Target Audiens ………....……….. 43

3.1.4 Definisi Remaja Pecinta Budaya ………...…..….. 43

3.2.2 Populasi ……….………….……….…….. 44

3.2.2.1 Target audience Primer ………...……….………….. 44

3.2.2.2 Target audience Skunder ………...……… 45

3.2.3 Sample ………..……….………… 46


(12)

3.4 Metode Perancangan ……….………….. 49

3.4.1 Sumber Data ……….…………... 50

3.3.2 Data Sekunder ………..……….. 50

3.4 Kerangka Berpikir ………..……….……….. 51

BAB IV KONSEP DESAIN 4.1 Hasil Analisa riset ……….….……… 52

4.1.2 Hasil Analisa Wawancara ……….. 53

4.2 Segmentasi ………...………..……… 54

4.3 Unique Selling Preposition ... 58

4.4 Konsep Keyword ………...……..……….. 59

4.5 Penjabaran Konsep ………..………..…… 60

4.5.1 Deskripsi Konten/Isi ………...……….…….…. 60

4.6 Ukuran Buku ……….….…… 62

4.7 Strategi Komunikasi ……….……. 62

4.8 Strategi Visual ……….…….. 63

4.8.1 Layout ………..…... 63

4.9 Warna ………...…………... 65

4.10 Tipografi ………...…. 66

4.11 Ilustrasi ……….…. 67

4.12 Konsep Perancangan Media Pendukung ………... 68

4.13 Studi Visual ……….……….…. 69

4.13.1 Gaya Gambar ………...……. 69

4.13.2 Alternatif Gambar ………..………... 75

4.14 Estimasi Harga Penerbit Bentang Pustaka ……… 80

4.15 Estimasi Harga Cetak Pribadi dalam Satuan ……… 81

BAB V IMPLEMENTASI DESAIN 5.1 Cover Buku ………..…… 82

5.2 Sub Cover ……….... 83

5.3 Halaman Buku ………..………. 83

5.3.1 Halaman Sub bab ………..………….……… 83


(13)

5.3.3 Daftar Isi ………..………….. 85

5.3.4 Opening ………..………..…… 85

5.3.5 Isi Buku ………....……….. 86

5.3.6 Isi Buku Perkembangan ……….……… 87

5.3.7 Isi Buku Ciri Pertunjukkan ……….…….. 88

5.3.8 Isi Buku Cerita ……….… 89

5.3.9 Isi Buku Item Ludruk ………...…. 90

5.3.10 Potret Tokoh Ludruk ………. 91

5.3.11 Ucapan Terimakasih dan Daftar Pustaka ……….. 92

5.3.12 Biografi Penulis ……….…………...…. 92

5.4 Media Pendukung ……….……….……. 93

5.4.1 Poster ……….………. 93

5.4.2 Pembatas Buku ……….……….. 94

5.4.3 Cd video Ludruk ………..……….………….. 94

5.5 Marchendise ……….……….……….….… 95

5.5.1 Ballpoint ……….……….…... 95

5.5.2 Notes atau Buku Catatan ……….………..…. 95

5.5.3 Kaos ……….... 96

5.6 X – Banner ……….. 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………...………. 98

6.2 Saran ………...………... 98

KEPUSTAKAAN ………..………….. 99


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 12

Gambar 2.1 Similaity ... 22

Gambar 2.2 Proximity ... 23

Gambar 2.3 Closure ... 23

Gambar 2.4 Continuity ... 24

Gambar 2.5 Figure - Ground ... 24

Gambar 2.6 Teori warna ... 30

Gambar 2.7 Harmoni warna vintage ... 31

Gambar 2.8 Contoh foto ludruk dan warna ... 32

Gambar 2.9 Contoh ilustrasi realis ... 34

Gambar 2.10 Contoh ilustrasi teknik gambar tangan ... 35

Gambar 2.11 Contoh ilustrasi teknik gambar tangan ... 36

Gambar 2.12 Childcraft Holiday and Birthdays ... 39

Gambar 2.13 Contoh isi buku ilustrasi Childcraft ... 39

Gambar 2.14 Buku Henrikus Supriyanto ... 40

Gambar 2.15 Buku James Danandjaja ... 42

Gambar 2.16 Ilustrasi dan foto dari buku James Danandjaja ... 43

Gambar 4.1 Dokumentasi Consumer Journey ... 61

Gambar 4.2 layout majalah coca-cola ... 68

Gambar 4.3 Sample Warna Ludruk ... 69

Gambar 4.4 Hasil Survey kuisioner ... 72

Gambar 4.5 Contoh gambar realis tokoh ludruk ... 73

Gambar 4.6 Contoh gambar realis tokoh ludruk ... 75

Gambar 4.7 Contoh gambar anatomi tangan ... 76


(15)

Gambar 4.9 Typografi Ludruk of Surabaya ... 78

Gambar 4.10 Ornamen ... 79

Gambar 4.11 Alternatif gaya gambar ... 80

Gambar 4.12 Alternatif anatomi tangan ... 81

Gambar 4.13 Alternatif typografi ... 82

Gambar 4.14 Alternatif ornamen ... 83

Gambar 4.15 Layout ... 83

Gambar 4.16 Alternatif cover ... 84

Gambar 5.1 Cover ... 87

Gambar 5.2 Sub cover... 88

Gambar 5.3 Sub bab... 89

Gambar 5.4 Introduction ... 89

Gambar 5.5 Daftar isi ... 90

Gambar 5.6 Opening ... 91

Gambar 5.7 Sejarah... 92

Gambar 5.8 Perkembangan ... 93

Gambar 5.9 Ciri pertunjukkan ... 94

Gambar 5.10 Cerita Ludruk ... 95

Gambar 5.11 Introduction ... 96

Gambar 5.12 Potret tokoh Ludruk ... 96

Gambar 5.13 Ucapan terimakasih dan datar pustaka ... 97

Gambar 5.14 Biografi penulis ... 97

Gambar 5.15 Poster... 98

Gambar 5.16 Pembatas buku ... 99

Gambar 5.17 Cd ... 99


(16)

Gambar 5.20 Kaos ... 101


(17)

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Tabel Kerangka Berpikir ... 55


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di pulau Jawa. Kota Surabaya merupakan ibukota dari provinsi Jawa Timur. Surabaya yang ramai akan penduduk, baik dari dalam hingga di luar Kota Surabaya lebih mengetahui sebutan Kota tersebut dengan sebutan Kota Pahlawan. Nama Kota Pahlawan didapatkan atas kegigihan perjuangan para pahlawan pada zaman penjajahan. Selain itu, di kota besar ini merupakan salah satu pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan.

Surabaya tidak diketahui sebagai Kota Pahlawan. Surabaya menjadikan salah satu kota yang turut melestarikan budaya turun temurun yang wajib untuk tetap dilestarikan. Budaya yang hingga saat ini dilestarikan, menjadikan para penerus bangsa yang tetap mengetahui keberadaan kebudayaan Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya tetap mendirikan sebuah panggung pertunjukan untuk para pecinta budaya untuk mengapresiasikan budaya yang dimiliki Kota Surabaya ini.

Kesenian Ludruk merupakan salah satu kesenian yang dimiliki oleh Kota Surabaya. Pada era modern, banyak diantara penerus bangsa yang mengetahui keberadaan Ludruk karena Pemerintah Kota Surabaya yang mulai aktif kembali dengan mengadakan event kebudayaan dan menghadirkan Ludruk salah satunya sebagai pengisi acara. Berdasarkan hasi wawancara mendalam dengan Mas Deden pada Rabu 3 Maret 2013 di Taman Hiburan Rakyat, salah satu pengurus Ludruk THR Surabaya mengatakan bahwa, isu tentang remaja yang kurang memperhatikan budaya itu kurang tepat, karena banyak diantara remaja tahu dan peduli akan perkembangan kesenian kota yang terus ada sampai saat ini di era modern. Tetapi bagaimana cara para remaja mengembangkan kembali budaya yang dimiliki bagi tiap kota yang patut untuk tetap dilestarikan keberadaannya.


(19)

Ludruk merupakan salah satu kesenian tradisonal yang berkembang cukup pesat di Kota Surabaya. Sejarah ludruk sampai saat ini menjadikan sebuah pertanyaan. Pak Susanto merupakan salah satu travesty Ludruk THR pada tanggal 3 Maret 2013 sebagai salah satu narasumber mengatakan diantaranya bahwa Ludruk berasal dari kota Surabaya, tetapi ada yang mengatakan bahwa ludruk berasal dari Kota Jombang. Menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya yang berjudul Soerabaia Tempo Doeloe ‘(2002 : 99),

“Ludruk berasal dari bahasa Belanda. Pada masa itu banyak anak-anak Belanda muda yang senang menonton. Mereka berkata kepada teman-temanya ”Mari kita leuk en druk.” Artinya yang penting enjoy, happy sambil menonton pertunjukan yang luar biasa ini.”

Nama Ludruk di era modern mulai terkikis. Tokoh ludruk menganggap bahwa tidak ada lagi generasi yang akan meneruskan perjuangan para tokoh Ludruk mempertahankan kesenian tradisional. Tidak ada penerus membuat tokoh Ludruk menjadi pasrah akan keadaan. Saat ini banyak generasi muda kota Surabaya yang sanggup menggantikan tokoh ludruk yang telah terlebih dahulu mengenal panggung ludruk. Tetapi sangat disayangkan, tidak sedikit juga para tokoh ludruk yang terlebih dahulu bergabung dalam kesenian Ludruk tidak menyukai gaya panggung daripada generasi muda, karena dianggap terlalu modern dan tidak sesuai dengan kaidah Ludruk yang sudah ada. Menjadikan pola pikir untuk seniman ludruk senior bahwa tak ada lagi generasi muda yang mampu menggantikan aksi panggung Ludruk kembali.

Pemain remaja Ludruk mempunyai cara panggung tersendiri saat menunjukan penampilan diatas panggung Ludruk. Dengan pertunjukan yang lebih modern membuat citra ludruk terkesan modern dan tidak lagi terlihat tradisional. Penampilan modern membuat berbeda dengan penampilan ludruk yang sudah ada dan lebih tradisional. Anggapan masyarakat bahwa, remaja telah merubah identitas ludruk yang asli. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang penggemar ludruk, Yuli penjaga perpustakaan C2O Surabaya, pada


(20)

“Ludruk sekarang lebih pada ludruk modern, mereka menggunakan lagu-lagu berbahasa inggris dan ada iringan band saat penampilannya. Berbeda dengan apa yang ada pada zaman dahulu, yang menggunakan gending-gending dari gamelan. Yang ditakutkan anak muda lebih mengenal ludruk yang modern, bukan yang tradisional”.

Pemain remaja Ludruk ingin mengubah image ludruk yang terkesan kuno dan tradisional. Tidak mengurangi unsur tradisional yang ada pada identitas Ludruk. Tetapi menjadi banyak kritikan untuk seniman Ludruk yang lebih dahulu terjun dalam dunia Ludruk dan juga para penggemar Ludruk yang tidak ingin identitas tradisional Ludruk terkikis sampai era mendatang.

1.1.1 Buku Cerita Bergambar Perkembangan Ludruk di Surabaya

Buku dapat didefinisikan sebagai bendel kertas, lembar kertas yang berjilid, bendel kertas yang bertuliskan yang berisi disiplin ilmu tertentu (Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2003 : 86). Buku memiliki berbagai jenis. Salah satu diantara jenis buku adalah buku cerita bergambar. Sering kali buku cerita bergambar atau lebih sering disingkat dengan cergam disebut juga sebagai komik. Definisi yang menjelaskan antara kedua jenis buku tersebut memiliki kesamaan, hanya saja dalam isi yang dihadirkan narasi pada cergam lebih banyak dibandingkan komik.

Buku cerita bergambar merupakan buku yang berisi sebuah narasi yang divisualisasikan oleh gambar atau ilustrasi yang mendiskripsikan mengenai narasi yang dituliskan. Saat membaca isi teks dalam cergam, pembaca tidak perlu berimajinasi kembali saat seperti membaca novel. Melainkan pembaca dapat langsung mengetahui bagaimana gambaran yang didiskripsikan dalam narasi. Selain sebagai penunjang imajinasi, ilustrasi yang dihadirkan dalam cergam juga sebagai penjelas maksud dan tujuan dari penulis.

Penggabungan antara teks dan ilustrasi akan mempemudah pembaca untuk memahami lebih baik mengenai isi buku, karena terdapat ilustrasi yang menggambarkan bagaimana kejadian tersebut dapat berlangsung. Selain itu,


(21)

dapat menunjukkan ekspresi dari sebuah ilustrasi yang mendukung teks. Tujuan dari ilustrasi adalah mendramatisir sebuah cerita. Selain itu tujuan ilustrasi pada gambaran di tiap buku berfungsi sebagai penjelas. Buku yang membahas tentang sejarah budaya lebih didominasi oleh teks. Hal tersebut membuat para pembaca sedikit jenuh, cepat lelah dan memilih alternate lain dibandingkan membaca. Terutama bagi remaja yang memiliki karakteristik berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Buku yang lebih banyak didominasi oleh teks tidak menjadi pilihan remaja untuk membaca. Remaja lebih menyukai buku yang attractive dan lebih banyak gambar dibandingkan teks. Hal ini menjadi ide baru bagi saya untuk merancang buku agar remaja yang menggemari membaca buku menjadi tidak mudah jenuh pada saat sedang membaca. Dengan cara merancang sebuah buku cerita bergambar yang mengangkat Ludruk sebagai tema dalam perancangan buku cerita bergambar dan menjelaskan kembali mengenai Ludruk.

Perancangan buku cergam akan mengangkat tema perkembangan ludruk di Surabaya. Isi dalam buku cerita bergambar ini, akan menjelaskan seperti apa Ludruk yang kita kenal dengan ketradisionalannya. Mengenalkan kembali sejarah perjalanan hingga perkembangannya di Kota Surabaya. Kemudian menjelaskan pula ciri penting yang menjadi pakem pada penampilan Ludruk. Cerita yang digemari oleh penggemar Ludruk juga dihadirkan sebagai penghibur dalam perancangan buku cerita bergambar. Karena selama ini minim bagi masyarakat khususnya remaja pecinta budaya yang kurang memahami bagaimana Ludruk tradisional yang sesungguhnya.

Remaja pecinta budaya membuat sebuah komunitas baru, yaitu Ludruk remaja. Komunitas Ludruk remaja beranggotan anak muda yang memiliki jiwa seni dan ingin agar kesenian yang ada pada wilayahnya tetap dilestaikan hingga di era modern. Cara yang digunakan oleh komunitas remaja memiliki perbedaan saat mereka harus menampilkan pertunjukkan tradisional. Pertunjukkan Ludruk yang dikenal dengan kuno dan sangat


(22)

menampilkan pertunjukkan Ludruk diatas panggung. Perbedaan ini yang membuat hilangnya nilai budaya yang patut untuk dilestarikan. Pertunjukkan tradisional akan tergeser dan kepahaman generasi penerus bangsa akan berubah apabila yang mereka ketahui adalah penampilan Ludruk modern. Identitas Ludruk yang tradisional lambat laun akan hilang.

Tidak sedikit seniman yang terlebih dahulu berkecimpung di dunia ludruk memberi kritikan, karena menganggap adanya ketidak sesuainan dengan penampilan Ludruk yang seharusnya, karena akan menghilangkan ciri khas dari ludruk yang sudah turun temurun di Kota Pahlawan ini. Menjadi sebuah permasalahan apabila para penerus bangsa ini salah paham dengan penampilan Ludruk yang ada di zaman berkembang, yang dianggap sudah modern. Maka dari itu, pentingnya sebuah media yang menjelaskan bagaimana penampilan Ludruk yang sebenarnya. Buku cerita bergambar menjadi salah satu alternatif bagi remaja dalam upaya menginformasi sekaligus mengedukasi bahwa pentingnya menjaga nilai budaya yang tradisional agar tidak terkikis oleh hal modern. Dengan cara informasi yang dihadirkan dalam perancangan buku cerita bergambar ini mengenai sejarah Ludruk yang belum pernah diketahui sebelumnya, perkembangan Ludruk di Kota Surabaya, ciri dan pakem yang ada pada Ludruk dan cerita yang menjadi momen yang paling ditunggu oleh masyarajat ketika melihat pertunjukkan Ludruk.

Perancangan buku cerita bergambar merupakan sebuah media yang akan membantu meluruskan kembali kesalah pahaman dalam pemahaman remaja mengenai Ludruk. Khususnya remaja pecinta budaya. Isi dalam perancangan buku cerita bergambar ini tidak bertujuan menghentikan kreatifitas dari remaja yang memiliki inovasi baru bagi kesenian di Kota Surabaya. Melainkan hanya menginformasi sekaligus mengedukasi agar tidak terjadi kesalah pahaman akan teater tradisional.

Isi didalam buku ilustrasi yang akan dirancang akan menjelaskan bagaimana munculnya Ludruk sampai pada perkembangan Ludruk di era modern khususnya di kota Surabaya. Selain itu menginformasikan bagimana


(23)

ciri khas yang utama dalam pertunjukkan Ludruk. Konsep yang diangkat disesuaikan dengan karaketeristik dari Ludruk yang tradisional dengan menggunakan jenis ilustrasi realis yang membuat gambar atau ilustrasi di dalam buku cerita bergambar menjadi lebih nyata dan imaginative. Ilustrasi yang digunakan akan menggunakan teknik ilustrasi Composite. Menggabungkan antara gambar manual dan coloring menggunakan digital dengan warna vintage yaitu menggunakan warna tradisional guna mengingatkan kembali remaja pecinta Ludruk akan identitas ludruk yang asli.

Merancang buku cerita bergambar bertujuan sebagai media untuk mengangkat Ludruk, dikarenakan remaja yang kurang suka terhadap buku yang lebih banyak didominasi oleh teks. Remaja lebih menyukai membaca buku yang terdapat gambar didalam penjelasan buku. Berdasarkan kuisioner pada tanggal 16-18 April 2013 yang dibagikan kepada 100 responden remaja dari mahasiswa jurusan ilmu sejarah dan sastra Inggris Universitas Airlangga (UNAIR) dan mahasiswa jurusan sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA), 80 dari 100 responden setuju apabila perkembangan Ludruk diulas kembali dalam bentuk buku cergam.

Dapat disimpulkan bahwa perancangan buku cergam adalah media yang sesuai untuk mengangkat identitas Ludruk. Fungsi dibuat media buku cergam tersebut agar remaja, baik pecinta Ludruk dan yang ingin mengetahui lebih dalam bagaimana penampilan Ludruk untuk lebih menyukai membaca, karena terdapat gambar atau ilustrasi didalam buku yang membuat remaja lebih paham dan tertarik saat dibaca. Sedangkan karakteristik dari buku sendiri merupakan media komunikasi visual yang dikenal secara umum didalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber, Mbak Yuli dan Mbak Titan sebagai pegawai di perpustakaan C2O pada tanggal 19 April 2013 kesimpulannya bahwa, buku lebih diminati oleh masyarakat luas karena sifat yang praktis, dapat dibawa kemana saja, dapat dibaca kapan saja, dan kelebihan dari buku dapat dibaca sewaktu-waktu saat ingin membaca buku dan buku adalah sarana yang efektif


(24)

untuk mengembangkan pendapat atau gagasan. Selain itu buku juga dapat menyalurkan ilmu dari satu orang ke orang lain tanpa harus bertemu.

Penggunaan ilustrasi dalam tiap lembar halaman juga berfungsi sebagai penunjang daya imagination pembaca dan informasi bagaimana gambaran Ludruk sesungguhnya. Ilustrasi didalam buku Ludruk tersebut menggambarkan sosok para pemain Ludruk, setiap tokoh yang mengharumkan nama Ludruk, penampilan Ludruk, serta cerita yang paling ditunggu oleh masyarakat. Teknik penggambaran ilustrasi menggunakan teknik gambar realis. Penggunaan teknik ilustrasi realis ini digunakan agar ilustrasi yang ditampilkan tidak terlalu kaku dan sesuai dengan karakteristik dari remaja, sesuai dengan hasil kuisioner pada tanggal 16-18 April 2013 yang dibagikan kepada 100 responden remaja dari mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah dan Sastra Inggris Universitas Airlangga (UNAIR) dan mahasiswa jurusan Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA)

Layout dan ornament yang terdapat dalam buku cerita bergambar ini akan disesuaikan dengan karakteristik dari identitas ludruk. Layout mempengaruhi kesenangan dalam membaca sebuah buku, apabila layout tersebut sesuai dengan karakteristik dari pembahasan yang dirancang. Semua unsur tersebut akan ditampilkan, bertujuan untuk pembaca agar lebih menikmati dan lebih memahami dalam keadaan dan situasi dari Ludruk. Membuat para pembaca memahami betul bagaimana karakteristisk dari Ludruk.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Buku cerita bergambar adalah sebuah media yang sesuai dalam desain komunikasi visual untuk mengangkat identitas dari Ludruk. Karena karakteristik dari buku memiliki sifat yang praktis, dapat dibawa kemana saja, dapat dibaca kapan saja, dan kelebihan dari buku dapat dibaca sewaktu-waktu saat ingin membaca buku dan buku adalah sarana yang efektif untuk mengembangkan pendapat atau gagasan. Selain itu buku


(25)

juga dapat menyalurkan ilmu dari satu orang ke orang lain tanpa harus bertemu.

2. Belum ada buku cerita bergambar yang mengangkat kebudayaan di Surabaya. Buku yang beredar lebih pada buku sejarah yang berupa teks tanpa ada ilustrasi.

3. Berdasarkan hasil kuisioner pada tanggal 16-18 April 2013, 74 dari 100 remaja dari mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah dan Sastra Inggris Universitas Airlangga (UNAIR) dan mahasiswa jurusan Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA) anak remaja yang peduli dengan kebudayaan setuju akan pembuatan media buku cergam dalam pengangkatan identitas Ludruk Surabaya.

4. Perlu ada modifikasi dari buku yang berupa teks menjadi buku bacaan yang terdapat ilustrasi didalam guna menjadikan ketertarikan untuk para pembaca terkhususkan bagi remaja pecinta Ludruk.

5. Hasil dari wawancara mendalam dengan tokoh ludruk, masyarakat yang berkecimpung di dunia Ludruk sampai dengan penggemar Ludruk menemukan bahwa remaja pecinta ludruk menjadi target audience dari perancangan buku cergam Ludruk.

6. Berdasarkan hasil dari 100 kuisioner remaja dari mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah dan Sastra Inggris Universitas Airlangga (UNAIR) dan mahasiswa jurusan Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA), 82 suara menginginkan teknik ilustrasi realis, dan menginginkan kejelasan gambar bertujuan untuk menarik saat dibaca.

7. Kuisioner yang dibagikan oleh remaja dari mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah dan SastraI Universitas Airlangga (UNAIR) dan mahasiswa jurusan Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (UNESA) hasil kuisioner, 70 suara menyukai membaca buku dan menyukai buku yang lebih attractive.


(26)

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang media komunikasi visual buku cerita bergambar mengenai perkembangan Ludruk di Surabaya periode Ludruk Ngamen – 2013, yang disesuaikan dengan remaja pecinta Ludruk dengan konsep tradisional ?.

1.4 Tujuan

1. Sebagai sarana informasi kepada remaja bagaimana identitas ludruk yang asli.

2. Untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia terutama kesenian tradisional Surabaya.

3. Mengangkat kembali citra ketradisionalan Ludruk dari sisi sejarah, perkembangan, ciri khas dan cerita yang mulai terkikis.

4. Mengubah pola pikir remaja tentang penampilan Ludruk yang modern untuk tetap melestarikan penampilan ludruk yang tradisional.

1.5 Batasan Masalah

1. Bentuk pengaplikasian dari perancangan komunikasi visual cergam ini berupa buku.

2. Hanya membahas perkembangan ludruk di daerah Surabaya periode Ludruk Ngamen – 2013.

3. Isi didalam buku cergam ini menjelaskan perkembangan ludruk dan unsur apa saja yang digunakan oleh Ludruk.

4. Buku ini ditujukan bagi para pecinta ludruk yang belum tahu bagaimana pertunjukkan Ludruk yang asli, meluruskan penampilan Ludruk yang modern dan sejarah perkembangan ludruk di Surabaya periode Ludruk Ngamen – 2013.


(27)

1.6 Manfaat

1.6.1 Manfaat Akademis

1. Menambah referensi untuk mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur dalam melakukan perancangan terutama perancangan buku cerita bergambar.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bertambah informasi tentang Ludruk di Surabaya.

2. Kembalinya generasi muda yang peduli akan nilai kebudayaan.

3. Sebagai bentuk informasi dan edukasi bahwa kesenian ludruk tetap berdiri sampai era modern ini.

4. Menjaga nilai budaya yang sudah ada dan berkembang dimasyarakat. 5. Meningkatkan pengembangan kebudayaan dalam media buku cerita

bergambar.

1.7 Metode Perancangan

1. Studi pustaka : Yaitu mengumpulkan informasi yang diperlukan mengenai perkembangan ludruk di Surabaya serta mengenai buku cerita bergambar melalui literatur buku, buku elektronik, forum diskusi di internet, dan surat kabar.

2. Observasi lapangan : Mencari dan meneliti data–data berupa informasi secara verbal maupun non verbal langsung kepada objek yang dituju. 3. Wawancara mendalam : Melakukan inteview langsung kepada

narasumber yang berkaitan guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai perkembangan ludruk di Surabaya.


(28)

1.8 Skema Perancangan

Gambar 1.1: Skema Perancangan (Sumber : wieske ariesdhany, 20 April 2013)


(29)

BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Buku

Seperti yang dipaparkan oleh Kartini Rosmala Tahun 2009, pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, doa-doa maupun syair, disampaikan secra lisan dari mulut ke mulut. Karenanya, hafalan merupakan ciri yang menandai tradisi ini. Semakin banyak yang dihafal, orang merasa kewalahan alias tidak mampu menghafalkannya kembali. Hingga terfikirkan untuk menuangkannya dalam tulisan. Buku kuno ketika itu belum berupa tulisan yang terctak diatas kertas modern seperti sekarang ini melainkan, tulisan-tulisan di atas keeping-keping atu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus.

Buku adalah lembar kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong atau dapat juga disebut dengan kitab (kamus besar bahasa Indonesia). Buku merupakan sebuah media yang tahan lama. Media buku juga dapat dicetak dalam jumlah yang sangat banyak. Buku merupakan salah satu sumber informasi yang cukup lengkap, karena didalam sebuah buku dipusatkan dan dihimpun lebih banyak hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada di dalam sarana komunikasi lainnya. Dalam era modern ini masih banyak penulis yang masih menggunakan buku padahal sudah banyak media yang dapat pula membagi informasi karena sifat buku yang berjangka panjang dan yang paling berpengaruh dalam pekembangan kebudayaan manusia.

Banyak tempat di mana pembaca membeli buku toko buku retail besar, toko buku retail kecil, mail-order, atau toko buku diskon, umumnya menunjukkan bahwa faktor terbesar keputusan membeli buku para calon pembaca adalah subjek dan reputasi penulis atau pengarang. Lebih dari 44% keputusan pembelian buku oleh orang dewasa didasarkan pada subjek dan


(30)

sekitar 24% pada reputasi penulis atau pengarang. Hanya 2% yang berpikir bahwa harga itu penting, 2% berpikir tentang penampilan cover dan endorsement penting dan kurang dari 1% berpikir tentang memiliki buku dalam daftar best seller itu penting. Pada fakta lain, dua kriteria tadi tetap tampak meskipun pada survey berikut dua hal tersebut dihapus dari daftar pilihan. Pada survey 1999, misal, desain cover menjadi motivasi terkuat sebanyak 13%, diikuti oleh harga buku sekitar 12,8%. Dua puluh delapan persen memilih lain-lain pada daftar yang ditampilkan (Bambang Trim. Direktur MQS Publishing, Dosen Unpad, ketua Forum Editor Indonesia. 1998. Praktisi Perbukuan Nasional. Erlangga).

Manfaat yang dapat diambil dari sebuah buku sangat banyak. Buku merupakan media yang paling efektif. Dengan buku, dapat berbagi informasi tanpa harus bertatap muka. Manfaat buku juga dapat dirasakan saat pembaca. Membaca isi cerita, informasi, sejarah dan sebagainya dari sebuah buku dapat dirasakan tanpa kita langsung terjun seperti yang dtiuliskan dalam isi buku. Informasi yang terdapat dalam buku dapat juga menjadikan bertambah wawasan saat membaca. Buku tidak hanya memberikan informasi yang benar saja, melainkan buku juga dapat memberi informasi yang salah dikarenakan penulis mengurangi atau menutupi fakta, hanya karena urusan pribadi. Maka dari itu, pentinglah merancang isi dalam buku yang sesuai akan fakta yang terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman bagi pembaca yang ingin mengetahui isi buku.

Buku yang layak di baca adalah buku yang dituliskan sesuai fakta, kebenaran yang terjadi. Penulis tidak boleh memikirkan perasaan indivual saja, melainkan penulis harus memikirkan jangka panjang kedepan tentang isi yang harus pembeli pertanggung jawabkan. Ringkas kata penulis lebih baik meilhat dari sisi untuk menulis karya, agar tidak terjadi sebuah kesalahpahaman dari banyak masyarakat yang membaca.

2.1.2 Jenis-Jenis Buku


(31)

1. Buku fiksi

Buku fiksi adalah buku yang isinya tidak nyata atau ditulis berdasarkan cerita khayalan/ imajinasi sang penulisnya. Contoh buku fiksi adalah novel dan komik.

2. Buku non-fiksi

Buku non-fiksi adalah jenis buku yang banyak digunakan sebagai buku referensi dan memberikan informasi seperti buku pelajaran, ensiklopedia, buku alamat, jurnal pribadi, dan lain-lain.

2.1.3 Struktur Buku

Dalam pembuatan buku, terdapat pula struktur-struktur atau aturan yang perlu diperhatikan dan digunakan. Struktur-struktur tersebut juga akan diterapkan dalam pembuatan buku ilustrasi perkembangan ludruk di Surabaya. Seperti yang dijelaskan oleh (Iyan Wb,2007 : 65),

1. Cover atau kulit buku, cover dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pembuka, berfungsi sebagai penempatan judul, penarik perhatian konsumen serta pelindung dari buku. Cover belakang adalah sampul buku yang melapisi dibagian belakang. Kedua cover berperan sangat penting bagi sebuah buku apabila diterbitkan.

2. Halaman kosong, bagian kedua setelah cover. Fungsi halaman kedua setelah sampul buku atau cover ini berfungsi sebagai pembatas buku antara cover dengan isi buku.

3. Halaman baru, hampir sama dengan halaman kosong. Letaknya berhadapan dengan belakang halaman sampul.

4. Halaman judul, merupakan halaman yang menjadikan point of interest dari sebuah buku karena terdapat judul dibagian halaman tersebut. 5. Daftar isi, terdapat daftar halaman yang telah diurutkan. Berfungsi


(32)

6. Ucapan terima kasih, bagian penulis mengucapkan rasa syukur dan isi hatinya karena telah menyelesaikan buku yang telah ditulis dengan baik.

7. Kata pengantar, halaman kata pengantar akan berisikan kata-kata yang telah disusun oleh penulis dan ditujukan oleh pembaca.

8. Pendahuluan

9. Teks, bagian isi buku berupa tulisan yang menjelaskan tentang judul yang diangkat.

10. Ilustrasi, gambar yang disuguhkan berfungsi sebgai hiasan memperindah buku dan memberikan contoh gambaran sesuai tema yang diangkat.

11. Daftar pustaka, daftar buku-buku yang menjadi kajian dan literatur dari penulis.

12. Penutup, halaman terakhir dari isi buku beserta penutupan dari buku tersebut. Penerbit serta biografi dari penulis, tertulis dihalaman ini.

2.2 Cergam

2.2.1 Definisi Cergam

Cergam, sudah mengalami perjalanan panjang hingga era modern. Awal kemerdekaan Indonesia, bahkan jauh sebelumnya di tahun 1930-an, cergam sudah ada, banyak tampil sebagai komik strip di media massa dengan genre yang kurang lebih sudah tanggap terhadap perkembangan komik dunia: ada Roman, Detektif, Horor, Fiksi ilmiah, humor dan lain-lainnya, dan tentunya genre yang khas lokal seperti “wayang” dan cerita rakyat juga sudah disadur menjadi karya cergam. Dalam perjalanan panjang cergam ini tentunya ada cerita sukses dan ada cerita yang kurang menggembirakan. Periode-periode tertentu dari cergam menunjukkan pertumbuhan pesat, yaitu sejak 1950-an hingga tahun 1970-an. Belum ada literatur yang bisa secara lengkap membabarkan sejarah cergam (dgi-indonesia.com, 3 oktober 2013).

Cergam merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian


(33)

semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami. Definisi cergam adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya cergam dicetak diatas kertas dan dilengkapi teks.

2.2.2 Fungsi dan Peranan Cergam

Cergam merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas (Achmad, 2010 : 16).

1. Cergam untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya ”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan”.

2. Cergam sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.

3. Cergam sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.

2.2.3 Jenis-jenis Cergam

Adapun jenis-jenis cergam berdasarkan isi dari cerita antara lain (Achmad, 2010 : 18) :


(34)

1. Cerita mengenai hewan

Adalah cerita realis yang bertokoh utamakan hewan/binatang atau benda-benda mati. Hewan-hewan diceritakan bisa berbicara, berjalan, berpakaian dan berkelakuan layaknya manusia. Biasanya menyertakan kemampuan/hal-hal magis baik itu dalam porsi sedikit atau bahkan tidak ada, karena hewan atau benda mati digambarkan memiliki karakteristik manusia yang membawakan kemampuan luar biasa. Setting cerita bisa nyata maupun fiksi.

2. Cerita kehidupan sehari-hari atau nyata

Menampilkan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati dari anak-anak. Topik yang biasa diangkat seperti sejarah, persahabatan, cinta. 3. Cerita petualangan fantasi

Adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan dimasukan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi, seperti seorang anak laki-laki mengambil sebuah crayon ungu dan menciptakan dunia impian yang indah, suatu permainan bisa menjadi nyata, atau sebuah perahu yang membawa seorang anak ke suatu pulau impian.

4. Cerita Tradisional

Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang monster, cerita pembentukan, mother goose, dan fable. Cerita ini menampilkan pola-pola bercerita,kaya akan bahasa dan elemen-elemen fantasi. Setting cerita bisa fiksi dan nyata.

2.3 Tinjaun Desain Komunikasi Visual

2.3.1 Definisi Desain Komunikasi Visual

Komunikasi sangat penting untuk seseorang. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, seseorang harus mengerti apa yang dikatakan orang lain. Kemampuan mengerti sangat dipengaruhi oleh cara mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya, apabila seseorang berbicara dengan lambat dan jelas, dengan menggunakan kata-kata yang sekiranya


(35)

dapat dimengerti, hal ini dapat mendorong seseorang untuk mendengarkan dengan baik (Rakhmat Jalaludin,2002 : 76).

Keterkaitan dengan waktu, Desain Komunikasi Visual sangat besar dipengaruhi oleh dunia bisnis, teknologi, teori atau konsep baru, media baru dan gaya hidup dengan segala tuntutannya. Lingkup dunia Desain Komunikasi Visual semakin luas dan kompleks dalam kurun waktu 15 tahun belakangan ini, terutama sejak adanya krisis global 2008. Untuk itu, untuk mencapai optimasi hasil Desain Komunikasi Visual yang berkualitas, dibutuhkan strategi dan taktik baru. Etika desain sebagai satu konsep untuk pencapaian hasil yang berkualitas tersebut (Yongky Safanayong, 2012).

Desain Komunikasi Visual adalah media berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah ide, cerita, konsep, dan informasi secara visual. Para desainer komunikasi visual melakukan usaha mempengaruhi target audiens, agar memberikan respon atau tanggapan positif kepada pesan visual yang disampaikan.

2.4 Teori Persepsi

Berasal dari kata bahasa Inggris yaitu perception dan juga bahasa latin perceptio, dan juga percipere yang berarti menerima. Yaitu proses– proses dan obyek–obyek dunia material dari ciri–ciri struktural luar atas gambaran indrawi yang langsung mempengaruhi organ-organ indrawi (Yongky Safanayong, 2005: 36). Persepsi di dasarkan dari pencerapan yaitu persepsi sebagai interpretasi dan organisasi atas data dasar indrawi. Beberapa teori persepsi :

a. Teori kausal : persepsi mempunyai dan disebabkan oleh obyek-obyek yang ada secara eksternal yang merangsang indra kita.

b. Teori kreatif, konstruktif : persepsi yang muncul karena pikiran dan hanya sebatas pikiran memlikinya.

c. Teori selektif : persepsi merupakan kumpulan hasil penginderaan (komplek sensa) yang diseleksi oleh pikiran sadar ataupun tidak sadar dan


(36)

1. Proporsi

Proporsi adalah hubungan antara ukuran dan bagian suatu bentuk. Proporsi menciptakan harmoni dan proporsi juga dapat membantu kita mengerti tempat kita di alam semesta. Proporsi juga dapat meningkatkan fungsi dan komunikasi makna untuk membujuk dan menciptakan impresi tertentu.

2. Geometri dan Rasio

Dalam seni Fibonacci, geometri dan rasio angka dapat dikalkulasi guna untuk membentuk struktur bentuk rasio. Jumlah dari dua angka sebelumnya dan dibagi oleh angka sebelumnya maka hasilnya kira-kira 1.1618. Rasio ini biasa disebut dengan Golden Section yang juga mendasari bentuk-bentuk geometri dalam sejarah.

Le Corbusier menciptakan The Modulor yang memadukan logis, fungsi, dan estetis proporsi matematis dengan proporsi manusia. Teori ini telah mendukung desain komunikasi visual modern dalam dua hal :

1. Dapat diaplikasikan secara langsung pada desain halaman

2. Dapat mengembangkan desain asimetris dari bentuk simetris dan menjadi inspirasi bagi desainer grafis untuk perancangan sistem grid dan layout pada halaman cetak.

3. Sifat-sifat Figur atau Bentuk Figur yang Baik

a. Sederhana. b. Mudah dikenal. c. Mudah diingat. d. Teratur.

e. Familiar. f. Seimbang. g. Proporsional.


(37)

4. Kulitas visual sebuah pesan

Kontras antara unsur-unsur atau kelompok unsur dengan pengaturannya adalah ukuran, masa, keteraturan, tekstur, value atau nada, arah, warna, shape, irama, repetisi, kontinuitas, kesederhanaan, orientasi.

5. Dominasi dan Emphasis

Berkaitan dengan hirarki. Unsur-unsur primer dan sekunder membentuk suatu kepentingan visual :

1. Susunan hirarki 2. Kronologis

3. Dari umum ke khusus 4. Dari khusu ke umum 5. Berdasarkan urutan baca

2.4.1 Gestalt

Menurut Yongky Safanayong dalam buku Desain Komunikasi Visual Terpadu (2006: 43) teori Gestalt melibatkan isu tentang persepsi visual, memori dan asosiasi pikiran dan pengetahuan, psikologi sosial dan psikologi seni. Gestalt adalah kata yang berasal dari bahasa Jerman yang berarti bentuk, arti secara meluas adalah utuh (whole), konfigurasi atau bentuk.

Yongky Safanayong menjelaskan dalam buku Desain Komunikasi Visual Terpadu (2006: 44)

“Para psikolog Gestalt telah mengajukan aturan pengelompokan visual yang menggambarkan persepsi visual beberapa kelompok bentuk, dengan cara orang memandang dan interpretasi informasi visual. Desainer akan mendapatkan hasil lebih dalam memberi makna komposisi dan bentuk.”

Berikut aturan – aturan dasar mengenai komposisi seni visual, 1 – 4 termasuk dalam aturan pengelompokan (grouping laws) :

1. Kemiripan (Similarity)

Obyek yang mirip dengan yang lainnya cenderung dilihat sebagai kesatuan bentuk. Kemiripan dapat mempermudah pengelompokan.


(38)

Gambar 2.1 : Similaity

(Sumber: http://gestalttheorysam.blogspot.com/20 April 2013)

2. Kedekatan (Proximity)

Obyek yang diletakkan berdekatan dan akan membentuk suatu bentuk.

Gambar 2.2 : Proximity

(Sumber : http://abecline.deviantart.com/art/Gestalt-Book-Proximity/ 20 April 2013)

3. Penutupan (Closure)

Sebuah bentuk yang unsur – unsurnya terpisah ditempatkan sebagai suatu kesatuan daripada bagian – bagian yang berlainan.

Gambar 2.3 : Closure


(39)

4. Kontunuitas (Continuity)

Sebagian dari bentuk yang saling menumpuk atau bersentuhan, mata akan mengikuti bentuk yang dominan melintasi bentuk lainnya tanpa terputus.

Gambar 2.4 : Continuity

(Sumber : http://tafein2009.wordpress.com/gestalt-psychology/20 April 2013)

5. Figur – Latar (Figure – Ground)

Kecenderungan untuk menginterpretasi data visual sebagai obyek dengan latar belakang atau figur dengan latar.

Gambar 2.5 : Figure - Ground

(Sumber : http://09034bobby.wordpress.com/2010/01/30/gestalt/20 April 2013)

Aspek tersebut secara individual atau kolektif membantu untuk memahami bentuk sebagai suatu kesatuan penuh dengan arti dan bukan merupakan bagian terpisah, unsur yang tidak berdiri sendiri melainkan kesatuan yang utuh.

2.5 Teori Layout

Menurut Amborse dan Harris (2011:56) dalam bukunya yang berjudul Layout, Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif


(40)

dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Dalam me-layout, tidak mutlak harus menggunakan grid, namun grid pada dasarnya berfungsi sebagai penjaga konsistensi dan unity serta mampu menciptakan layout yang terstruktur dan juga rapi (Surianto Rustan, 2009:20) .

Ada pun prinsip-prinsip dalam layout yang juga prinsip dasar desain grafis, seperti yang dikatakan Surianto Rustan (2009:37) di antaranya yaitu:

a. Sequence (urutan)

Sequence bisa juga disebut dengan hierarki, flow, atau aliran. Adalah sebuah tugas desainer untuk membuat prioritas dengan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama sampai yang terakhir. Jika semua informasi ditampilkan sama kuatnya, pembaca akan kesulitan untuk menangkap pesan utamanya. Melalui sequence, pembaca akan mengurutkan pandangan matanya sesuai dengan flow yang diinginkan.

b. Emphasis (penekanan)

Emphasis adalah vocal point atau point of interest. Emphasis bisa diciptakan melalui berbagai cara misalnya dengan memberikan ukuran yang jauh lebih besar pada sebuah elemen layout pada sebuah halaman, menggunakan warna yang kontras dengan latar belakang, menggunakan bentuk yang berbeda, atau meletakkan sebuah elemen di posisi yang strategis. Pada umumnya kebiasaan membaca adalah dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah, maka posisi yang paling pertama dilihat biasanya adalah sebelah kiri atas.

c. Balance (keseimbangan)

Balance yaitu pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pembagian berat yang merata berarti menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya pengaturan letak tapi


(41)

juga arah, ukuran, warna, dan elemen-elemen lainnya. Ada dua macam keseimbangan pada layout yaitu keseimbangan yang simetris (symetrical balance/ formal balance) dan keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/ informal balance)

d. Unity (kesatuan)

Agar sebuah layout memiliki kesan kuat bagi pembacanya, sebuah layout harus mempunyai kesan unity. Prinsipnya yaitu teks, gambar, warna, ukuran, komposisi, style, dan setiap elemen-elemen desain harus saling berkaitan dan disusun secara tepat. Tidak hanya dalam hal penampilan, tetapi kesatuan disini juga mencakup selarasnya elemen-elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya.

2.6 Tipografi

Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif (Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001). Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menerjemahkan atmosfir-atmosfir yang terseirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya.

Ada dua jenis typeface di dalam tipografi modern, yaitu serif dan sans serif. Serif mempunyai perbedaan ketebalan dan mempunyai lidah pada ujung-ujungnya. Sans serif merupakan typeface yang sederhana, tidak mempunyai perbedaan ketebalan pada lidah ujung-ujungnya. Huruf serif lebih mudah dibaca di atas kertas, misalnya untuk membedakan ‘i’ dan ‘l’, yang


(42)

monitor memiliki resolusi yang lebih rendah daripada printer, font sans serif lebih mudah dibaca pada layar monitor. Untuk desain print dengan tulisan yang kecil, font serif lebih terbaca, dan untuk desain digital, font sans serif lebih mudah keterbacaanya.

Dalam tipografi, ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Legibilty adalah fungsi dari sebuah perancangan typeface, sebuah perhitungan informal tentang bagaimana mudahnya untuk membedakan satu huruf dengan yang lainnya dalam jenis huruf tertentu. Sedangkan readabilty merupakan standar ukuran bagaimana mudahnya kata, kalimat atau sebuah paragraf mudah dibaca. Visibility adalah kemampuan font tersebut mudah terlihat atau tidak. Sedangkan clearity yaitu huruf harus memperlihatkan kejelasan.

Menentukan tipografi dalam unsur pembuatan buku juga sangat penting untuk diperhatikan. Pasalnya tipografi sangat penting untuk membangun point of interest dalam sebuah pembuatan buku. Pemilihan tipofrafi baiknya disesuaikan dengan konsep atau tema yang diangkat dalam sebuah penulisan. Adapun cara untuk memperdalam ilmu tipografi.

1. Melalui pengenalan sejarah tentang huruf. 2. Mengenali anatomi bentuk huruf.

3. Mengenali jenis huruf.

4. Membandingkan ciri masing-masing bentuk huruf. 5. Mempelajari tata letak huruf.

6. Mempelajari komposisi penggabungan huruf. 7. Mempelajari ilmu warna.

8. Mempelajari ciri bentuk huruf dengan emosi pesan yang hendak.

2.7 Teori Warna

Manusia menggunakan cara mereka berkomunikasi dengan berbagai macam cara. Berbicara merupakan sebuah media berkomunikasi yang sudah sangat umum dimasyarakat. Berkomunikasi menggunakan mulut, tangan, gaya tubuh selalu digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. Melalui media benda, manusia juga dapat berkomunikasi. Contohnya seperti memberkan


(43)

sebuah kado untuk seseorang, atau sebuah bunga. Warna juga dapat dijadikan sebuah media dalam berkomunikasi. Dalam tiap warna menyampaikan makna tersendiri. Makna dari tiap warna berbagai macam ragam. Ada warna yang menyampaikan rasa kecerian, kegembiraan, cinta dan semangat. Tetapi ada juga warna-warna yang menyampaikan pesan kemarahan, sedih dan buruk.

Warna adalah hal terpenting dalam menentukan respon seseorang dan hal pertama yang dilihat seseorang, setiap warna memberikan suatu identitas tertentu. Terkadang respon dari kesan warna tergantung dari latar belakang pengamatnya.

Teori warna ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad (Lizard Wijanarko, 2010) yaitu :

1. Warna Primer

Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna-warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah:

1. Merah(seperti darah)

2. Biru(seperti langit atau laut) 3. Kuning (seperti kuning telur)

Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tertier. Akan tetapi secara teknis, merah – kuning – biru, sebenarnya


(44)

kuning dan cyan. Biru dan hijau adalah warna sekunder dalam pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam cahaya, bersama dengan merah.

2. Warna Sekunder

Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru, contoh :

a. Warna sekunder adalah hasil pencampuran dari dua warna primer. b. Misalnya :

c. Merah + Kuning = Orange d. Kuning + Biru = Hijau e. Biru + Merah = Ungu

3. Warna Tersier

Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

Gambar 2.6. teori warna

(Sumber : http://www.smartpustakablogspot.com/20 April 2013)

Warna tidak hanya dibagi dalam beberapa kategori saja. Melainkan dalam warna juga memiliki psikologis yang dapat digunakan


(45)

dalam desain. Pembagian psikologis dapat dilihat dengan warna apa yang akan digunakan. Sangat penting bagi seorang designer mengetahui psikologi yang terkandung dalam tiap warna yang ada. Berikut beberapa sample warna beserta psikologis yang terkandung (Lizard Wijanarko, 2010) :

1. Merah mengartikan : kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresif, semangat, dan berbahaya.

2. Biru mengartikan : kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.

3. Hijau mengartikan : alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan.

4. Kuning mengartikan : optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran atau kecurangan, pengecut, penghianat.

5. Ungu berarti : spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan.

6. Orange berarti : energi, keseimbangan, kehangatan.

7. Coklat mengartikan : bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. 8. Abu – abu berarti : Intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.

9. Putih berarti : kemurnian atau kesucian, bersih, kecermatan, innocent, steril, kematian.

10. Hitam mengartikan : kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidak bahagiaan, keanggunan

Dalam perancangan buku cerita bergambar Ludruk ini lebih mengarah pada warna-warna yang lebih vintage (warna pastel). Warna-warna vintage ini diadopsi dari warna-warna panggung, pakaian, pencahayaan Ludruk. Karakteristik dari ludruk terlihat sangat tradisional. Unsur warna vintage yang digunakan memberikan kesan yang tradisional. Pembaca yang melihat warna-warna yang akan dicoretkan pada buku akan merasakan kesan yang lama. Unsur warna tersebut akan memberikan kesan untuk lebih meresap pada ludruk. Warna klasik mempunyai makna dan tujuan sendiri.


(46)

Gambar 2.7 : harmoni warna vintage

(Sumber : http://www.mylaughinglion.blogspot.com/ 20 April 2013)

Sedangkan warna-warna yang akan digunakan dalam buku ilustrasi ludruk ini mengambil dari gambar-gambar ludruk yang sudah ada. Dari contoh gambar yang diambil, dapat dilihat warna yang biasanya digunakan dalam gaya panggung ludruk. Warna-warna cerah tetapi lembut menunjukkan kesan yang tradisional.

Gambar 2.8 : contoh foto ludruk dan warna (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)

Tiap-tiap warna yang terdapat dalam gambar tersebut mempunyai makna tersendiri dalam filosofi warna. Berikut adalal filosofi warna dalam ludruk :

1. Warna merah : Kemasyhuran, asmara, sukses, kemenangan, keberanian, kebahagiaan.


(47)

2. Warna hijau : Kesuburan, keremajaan, penghargaan,kesegaran. 3. Warna biru : Kesetiaan, renungan, ketenangan, kebenaran,idealisme

tinggi.

4. Warna coklat : Hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, sentosa, rendah hati.

5. Warna kuning : Optimis, harapan, pencerahan, intelektualitas, keceriaan.

6. Warna oranye : Energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan sebuah produk yang tidak mahal.

7. Warna merah muda: Cinta, kasih sayang, kelembutan.

2.8 Ilustrasi

Pengertian ilustrasi menurut Dedi Nurhadiat dalam bukunya Pendidikan Seni Rupa (2004 : 49) Ilustrasi berasal dari kata Ilutrate (latin) yang artinya menerangkan atau menjelaskan. Oleh karena itu, gambar yang berfungsi untuk memberikan penjelasan atau memperindah penampilan suatu tulisan disebut gambar ilustrasi. Gambar demikian dapat kita temukan dalam majalah, buku pelajaran atau media cetak pada umumnya. Bentuknya bermacam-macam mulai dari vignette, ilustrasi cerita, sampul buku, gambar penjelasan atau peraga, hingga ilustrasi dalam bentuk komik.

Objek gambarnya, ilustrasi terdiri dari gambar benda mati, gambar tumbuhan, gambar binatang, gambar manusia, atau gambar objek dekoratif. Syarat yang utama dalam menggambar ilustrasi adalah indah dan menarik untuk dinikmati, sedangkan untuk ilustrasi cerita atau buku pelajaran merupakan isi buku. Orang yang pekerjaannya menggambar ilustrasi disebut dengan illustrator.

2.8.1 Unsur-unsur Ilustrasi

Dalam ilustrasi, juga dibagi unsur-unsur seperti jenis dari ilustrasi, teknik dan syarat dalam menggambar ilustrasi. Berikut adalah unsur-unsur


(48)

a. Jenis-jenis Ilustrasi

Gambar ilustrasi dapat dikelompokkan menjadi 4 diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Ilustrasi gambar ilmiah, seperti buku pelajaran, buku pengetahuan dan tabloid. Karya ilmiah umumnya bentuk realis, simbolis dan ada juga yang berupa bagan, skema dan tabel.

2. Ilustrasi karya sastra, seperti puisi, cerpen dan novel. 3. Ilustrasi karya komik atau cerita bergambar.

4. Ilustrasi karya karikatur yaitu gambar-gambar sindiran atau kritikan.

5. Ilustrasi karya kartun yaitu gambar yang sifatnya lucu.

Gambar 2.9 : contoh ilustrasi realis

(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl/20 April 2013)

b. Teknik menggambar ilustrasi

Berbagai macam cara dalam pembuatan gambar ilustrasi antara lain sebagai berikut :

1. Teknik gambar tangan, yaitu ilustrasi yang dibuat dengan sentuhan 2 Teknik topografi, yaitu teknik menggambar melalui kamera.


(49)

3 Teknik gabungan yaitu perpaduan antara gambar dengan teknik topografi.

Gambar 2.10 : contoh ilustrasi teknik gambar tangan (Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/20 April 2013)

c. Syarat-syarat gambar ilustrasi

Gambar ilustrasi harus memenuhi beberapa syarat, agar ilustrasi yang dimaksudkan menjadi komunikatif dan efektif dalam penyampaian pesannya terhadap masyarakat :

1. Komunikatif, gambar ilustrasi yang disajikan harus yang mudah dipahami.

2. Informatif, memberikan informasi tentang pesan yang akan disampaikan.

3. Gambar ilustrasi tidak rumit.

4. Gambar ilustrasi yang disajikan sesuai dengan tema.


(50)

2.9 Realisme

2.9.1 Sejarah realisme

Idealisme adalah filsafat Barat yang berpengaruh pada akhir abad ke-19. Dengan memasuki abad ke-20, realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realism berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapka atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam arti yang lebih teknis.

Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realism berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata Realism dipakai dalam arti yang lebih teknis.

Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya (PDF Staff Uny,2005).

2.10 Studi Literatur Tentang Ludruk 2.10.1 Pengertan Ludruk

Literatur tentang arti ludruk diperoleh dari hasil penelusuran makna kata ludruk berdasarkan studi naskah dan kamus kuno oleh Saripan Sadi Hutomo. Kamus kuno pertama yang dipelajari adalah Javanansch


(51)

Nederduitrch Woordenbock karya I.F.G.Gencho dan T.Roorda, tahun 1847 dan dicetak ulang pada tahun 1875, 1886 dan terakhir tahun 1901. Pada cetakan terkhir itulah makna kata ludruk diartikan sebagai badut (badhut,jawa). Kemudian kamus karya D.Van Hinloopen Lannerfon, yang dicetak tahun 1900, ludruk juga diartikan badut (Kasianto Kasenim, Ludruk Sebagai Teater Sosial, 2005 : 12).

2.10.2 Perkembangan Ludruk di Surabaya

Sezaman dengan masa perjuangan Dokter Soetomo di bidang politik yang mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya) pada tahun 1923, seniman ludruk, Durasim, telah mendirikan perkumpulan Ludruk Organisatie (LO). Ludruk itu amat terkenal pada zaman Jepang karena keberaniannya menyindir pemerintahan Jepang. Akibat menyindir melalui kidungan, Durasim dan kawan-kawan sewaktu mengadakan pertunjukan di Desa Mojorejo (Kabupaten Jombang) ditangkap Jepang. Durasim dan kawan-kawan dipenjara. Sesudah dikeluarkan dari penjara, Durasim meninggal dunia pada bulan Agustus tahun 1944, demikian penuturan Satri, bekas sri panggung ludruk Organisatie yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut.

Sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, seni Ludruk tumbuh pesat di kota Surabaya. Pelawak Rukun Astari, Wibowo dan Samsudin pada tanggal 19 Juni 1949 mendirikan Ludruk Marhaen. Rukun Astari mengatakan bahwa ludruk Marhaen tidak berbau politik. Perkumpulan ludruk Marhaen pada masa jayanya berulang kali mendapat undangan presiden RI, Dr. Ir, Soekarno, untuk melakukan pementasan di Instana Negara. Berdasarkan pengakuan Rukun Astari, tercatat 16 kali ludruk Marhaen menerima undangan Presiden Soekarno. Beberapa lakon ludruk yang pernah dipentaskan ludruk Marhaen yang kemudian difilmkan ialah Ku nanti di Yogya, Memburu Menantu, Mawar Merah di Lereng Bukit, dan lakon Pak Sakerah (Henri Supriyanto. Lakon Ludruk Jawa Timur, 2001 : 5).


(52)

2.11 Studi Eksisting

2.11.1 Childcraft Holiday and Birthdays

Buku cerita bergambar ini adalah salah satu karya dari childcraft. Childcraft adalah sebuah produksi buku yang khusus membahas tentang perayaan bagi anak-anak. Buku ilustrasi ini sesuai dengan namanya, terdapat ilustrasi yang menggambarkan setiap tema dan bahasan yang dibahas disetiap halaman buku. Tidak hanya ilustrasi, melainkan terdapat teks pendukung yang menjelaskan tentang tema yang sedang diangkat disandingkan dengan ilustrasi yang memperjelas bentuk tulisan tersebut.

Childcraft tidak hanya mengangkat tema tentang “Holiday and Birthdays” saja. Tetapi banyak bahasan-bahasan menarik untuk anak-anak diseluruh dunia yang mereka angkat. Seperti tentang perayaan, makanan, kesukaan dan sebagainya. Jenis ilustrasi yang digunakan dalam buku ini bermacam-macam. Terdapat ilustrasi Realis dan Surealis disesuaikan dengan kebutuhan pembahasan.

Gambar 2.12 : Childcraft Holiday and Birthdays (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)


(53)

Gambar 2.13 : contoh isi buku ilustrasi Childcraft (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)

Strength :

1. Jenis ilustrasi yang bermacam-macam. 2. Banyak variasi warna.

3. Isi buku menjelaskan dengan baik tema yang diangkat. 4. Keragaman tema pembahasan yang cukup banyak. 5. Ilustrasi yang dihadirkan cukup jelas.

6. Ilustrasi menggambarkan deskripsi dari teks. Weakness :

1. Terlalu banyak jenis ilustrasi membuat tidak fokusnya karakter didalam buku. 2. Jenis ilustrasi yang digunakan tidak sesuai dengan target audience.

3. Penempatan ilustrasi pada layout buku tidak beraturan.

4. Jenis coloring yang berbeda pada tiap ilustrasi membuat tidak fokusnya karakter didalam buku.

5. Dominasi teks lebih banyak dibandingkan dengan ilustrasi untuk target audience anak-anak.


(54)

2.12 Studi Komparator

2.12.1 Ludruk “Lakon Ludruk Jawa Timur”

Buku karya Henrikus Supriyanto adalah buku yang menangkat tentang Ludruk, dari awal berdiri, perkembangan, gaya panggung hingga cerita yang diringkas dalam bentuk buku. Buku yang berjudul Lakon Ludruk Jawa Timur ini lebih menjelaskan perkembangan Ludruk menggunakan teks. Hampir tidak adanya ilustrasi pada tiap-tiap halaman buku tersebut. Hanya beberapa foto yang kurang begitu jelas terlihat. Kebanyakan dari buku yang mengupas tentang sejarah masih banyak menggunakan teks yang lebih dominan. Buku karya Henrikus Supriyanto ini termasuk menulis buku dengan teks yang lebih banyak mendominasi.

Gambar 2.14 : buku Henrikus Supriyanto (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)

Strength :

1. Dalam isi buku banyak menguak hal tentang Ludruk. 2. Informasi dalam buku sangat jelas dan terinci.

3. Membahas Ludruk dari periode ngamen hingga era modern.

4. Terdapat potret pemain Ludruk dari beberapa daerah di Jawa Timur. Weakness :


(55)

2. Tidak adanya gambar atau foto yang tampak jelas ludruk pada masa lampau 3. Terlalu banyak teks yang mendominasi

4. Bahasa yang digunakan sangat rumit

2.13 Studi Kompetitor

2.13.1 Srimulat

Srimulat merupakan salah satu teater tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Srimulat juga merupakan salah satu kelompok drama komedi yang beberapa pemainnya berasal dari Surabaya. Asal muasal srimulat berasal dari Solo, tetapi srimulat berkembang hingga kota Surabaya dan sekitarnya. Hanya saja, nama srimulat lebih dikenal dibandingkan Ludruk di pulau Jawa. Nama srimulat sampai pada telinga masyarakat yang berada di Jakarta. Srimulat yang dipelopori oleh R. A. Srimulat mulai berdiri sejak tahun 1950. Nama kelompok srimulat juga diadopsi dari took pendirinya yaitu, R. A. Srimulat seperti yang dipaparkan dalam buku Indonesia Tertawa Srimulat karya James Danandjaja.

Dalam buku karya James Danandjaja ini menjelasakan perjalanan srimulat dari awal berdiri, perkembangan, hingga kemerosotan srimulat didunia hiburan tanah air. Kasus sama yang dihadapi oleh grup lawak srimulat ini dengan ludruk. Era modern yang membuat mereka merosot dan kalah dengan perkembangan zaman yang sekarang. Buku “Tertawa Indonesia Srimulat” ini hampir sama dengan karya Henrikus Supriyanto dalam bukunya “Lakon Ludruk Jawa Timur”, perbedaanya buku yang lebih banyak didominasi oleh teks ini juga menyantumkan ilustrasi yang menggambarkan dua tokoh ternama dari srimulat, yaitu Raden Ayu Srimulat dan sumainya yang bernama Teguh Slamet Rahardjo.

Banyak pula foto-foto dokumentasi perjalanan srimulat dan para pemainnya yang diletakkan pada halaman belakang. Namun foto-foto dan ilustrasi yang diberikan pada isi buku tersebut kurang mewakili bagaimana karakteristik dari srimulat. Karena hampir sama dalam setiap pertunjukkan


(56)

Gambar 2.15 : buku James Danandjaja (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)

Gambar 2.16 : ilustrasi dan foto dari buku James Danandjaja (Sumber: Dokumen Wieske, 20 April 2013)

Strength :

1. Menceritakan tentang sejarah perkembangan srimulat dengan lengkap 2. Informasi tentang srimulat yang lengkap


(57)

4. Gambar foto perjalan srimulat yang jelas

Weakness :

1. Ilustrasi yang dicantumkan tidak mewakili dari karakteristik maupun cerita yang disampaikan

2. Buku yang menggunakan teks yang mendominasi 3. Bahasa yang digunakan cukup rumit

4. Foto-foto yang dihasilkan tidak memberikan sisi lain dari srimulat, melainkan sama saja dengan teater-teater tradisional yang ada.


(58)

BAB III

METEDOLOGI PERANCANGAN

3.1 Definisi Judul dan Sub Judul

3.1.1 Definisi Judul

Perancangan buku cerita bergambar yang membahas mengenai Ludruk membutuhkan sebuah judul buku yang sesuai dengan isi yang di bahas, berfungsi sebagai daya tarik untuk minat pembaca agar mengetahui lebih dalam isi buku, cerita dan ilustrasi yang terdapat didalam buku. Judul buku cerita bergambar dalam perancangan adalah Ludruk of Surabaya. Judul perancangan buku cergam menyampaikan makna dan isi dalam buku. Menyampaikan aspek budaya yang dapat dijadikan wacana serta informasi bagi remaja khususnya remaja pecinta budaya yang peduli akan kelestarian dan perkembangan Ludruk di Surabaya.

Media yang digunakan dalam perancangan ini adalah buku cerita bergambar, karena merupakan media yang tepat bagi penyebaran kembali bagaimana Ludruk tradisional sebenarnya. Karena buku merupakan media efektif dalam berbagi informasi yang cukup banyak. Selain itu, buku cergam juga berfungsi mengajak remaja, khususnya remaja pecinta budaya untuk menyukai dan peduli terhadap buku yang berisikan sejarah perkembangan ludruk di Surabaya, bagaimana penampilan panggung Ludruk tradisional, pakaian Ludruk dan cerita hingga iringan dimana akan berguna bagi remaja pecinta budaya untuk lebih mengetahui bagaimana budaya asli yang dimiliki oleh Surabaya.

3.1.2 Definisi Buku Cerita Bergambar

Tulisan kisah atau cerita yang digabungkan dengan ilustrasi yang menggambarkan suatu cerita atau gambaran seseorang. Buku cergam memiliki kelebihan dibandingkan buku yang isinya terdapat teks saja. Kelebihan yang ditunjukkan adalah visual berupa ilustrasi yang


(59)

menggambarkan keadaan yang sedang dituliskan dalam sebuah cerita dalam buku. Bagi pembaca, akan berimajinasi dan dapat membayangkan langsung bagaimana bentuk atau cerita yang dituliskan didalam buku.

Ilustrasi memberikan kesan menarik dan memberikan gaya yang berbeda dalam visual buku yang terkesan membosankan. Teknik ilustrasi yang digunakan juga sesuai dengan karakteristik dari target segmen yaitu remaja, khususnya remaja pecinta budaya yang lebih tertarik dengan buku yang lebih attractive dan lebih memiliki daya imajinasi.

3.1.3 Definisi Ludruk Surabaya

Henri Supriyanto mengungkapkan dalam bukunya Lakon Ludruk Jawa Timur bahwa, pada tanggal 21 s.d. 22 Juni 1968, musyawarah Ludruk se-Jawa Timur yang berlangsung di Surabaya telah merumuskan bahwa masa awal Ludruk di Jawa Timur dirintis oleh Pak Santik. Pak Santik merupakan seorang petani desa yang mengembangkan kesenian Ludruk di Jawa Timur. Perkembangan Ludruk dari tahun 1907 hingga era modern tergolong cukup pesat.

Surabaya bukan salah satu kota cikal bakal berdirinya sebuah komunitas Ludruk. Tetapi Surabaya salah satu kota yang ikut mengharumkan nama Ludruk dan ikut mengembangkan nama kesenian tradisional Ludruk. Banyak seniman Ludruk yang berasal dari kota Surabaya dan ikut menyebarkan hingga di provinsi selain Jawa Timur. Nama Ludruk sangat kental dengan kota Surabaya. Banyak yang mengira kelahiran Ludruk berasal dari kota Surabaya.

Dalam studi perancangan ini menggunakan kota Surabaya karena, kota Surabaya merupakan salah satu kota yang ikut mengembangkan nama Ludruk hingga era modern. Kota Surabaya mampu meneruskan tradisi leluhur yang penting untuk dilestarikan. Surabaya memiliki banyak komunitas Ludruk yang cukup terkenal dan banyak pendatang yang mengunjungi kota Surabaya ingin mengetahui lebih dalam mengenai Ludruk Surabaya.


(1)

LAMPIRAN

1. Buku Ludruk of Surabaya

Gb. 1. Cover buku tampak depan + tampak belakang, tampak samping + isi buku (Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013)


(2)

2. Stand pameran Tugas Akhir

Gb. 2. Stand pameran di East Cost Center Surabaya (Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013) 3. Video Ludruk Dokumen Pribadi

Gb. 3. Video Ludruk


(3)

4. Brainstorming Keyword “Seni Menghibur Rakyat”

Gb. 4. Brainstorming keyword

(Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013)

5. Hasil wawancara

Gb. 5. Wawancara dengan Mas Deden selaku pengurus Ludruk Irama Budaya

(Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013)

Analisa

Analisa hasil wawancara dengan salah satu pengurus Ludruk Irama Budaya menyatakan bahwa, pentingnya menanamkan kepada remaja tentang pentingnya melestarikan kebudayaan. Dengan cara mempunyai inovasi baru mengenai


(4)

informasi tentang Ludruk. Mas Deden sangat setuju dengan pengembangan yang dilakukan oleh Ludruk remaja untuk mengembangkan kembali nama Ludruk, hanya saja cara yang remaja gunakan salah. Mas Deden berharap ada sebuah wadah dimana menginformasikan kepada masyarakat bagaimana penampilan Ludruk sesungguhnya.

Gb. 6. Wawancara dengan Susanto

(Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013)

Analisa

Susanto merupakan salah satu tokoh Ludruk Surabaya. Dalam hasil wawancara dengan Susanto menyebutkan bahwa, Susanto menginginkan pertunjukkan drama Ludruk selalu hadir di tiap pertunjukkan di Kota Surabaya. Tetapi, pertunjukkan yang menunjukkan karakteristik dari Ludruk tradisional. Berjalannya era modern membuat penampilan Ludruk yang terbilang kuno semakin memudar. Susanto hanya ingin penampilan yang kuno itu tetap terus berjalan seiringnya waktu. Agar pertunjukkan Ludruk yang tradisional tetap dikenal oleh remaja di era modern.


(5)

Gb. 7. Wawancara dengan Penerbit Bentang Pustaka (Sumber gambar : Dokumentasi Wieske A., 18 Desember 2013) 6. Video Ludruk

Gb. 8. Capture video Ludruk Irama Budaya


(6)

7. Hasil Kuisioner

Gb. 9. Lampiran hasil kuisioner Cergam Ludruk of Surabaya