Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Tematik Di Sekolah Dasar. (Kuasi Eksperimen pada siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Islam Al-Amanah).

(1)

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK DI

SEKOLAH DASAR

(Studi Kuasi Eksperimen pada siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Islam Al-Amanah)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

oleh : Fika Tiara Shanti

1001977

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK DI

SEKOLAH DASAR

Oleh Fika Tiara Shanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fika Tiara Shanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

FIKA TIARA SHANTI 1001977

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK DI SEKOLAH

DASAR

(Kuasi Eksperimen pada siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Islam Al-Amanah)

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. Rusman, M.Pd

NIP. 197205051998021001

Pembimbing II

Dr. Cepi Riyana, M.Pd


(4)

Mengetahui,

Kepala Departemen Ketua Prodi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan

Dr. Rudi Susilana, M.Si Dr. Hj. Riche Cynthia, M.Si


(5)

ABSTRAK

Fika Tiara Shanti (1001977), Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Tematik Di Sekolah Dasar. (Kuasi Eksperimen pada siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Islam Al-Amanah)

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar domain kognitif siswa pada tema pelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar. Adapun permasalahan khusus dalam penelitin ini dapat dirumuskan, sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif pada aspek mengingat peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran langsung pada tema pelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar?. (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif pada aspek memahami peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran langsung pada tema pelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar?. (3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar domain kognitif pada aspek menerapkan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran langsung pada tema pelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar?. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent control group design dalam bentuk pretest posttest. Instrumen yang digunakan adalah jenis tes objektif. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih efektif dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran langsung pada tema pembelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar. Secara khusus, kesimpulan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih efektif meningkatkan hasil belajar domain kognitif aspek mengingat (C1) peserta didik di Sekolah Dasar. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih efektif meningkatkan hasil belajar domain kognitif aspek memahami (C2) peserta didik di Sekolah Dasar. (3) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih efektif meningkatkan hasil belajar domain kognitif aspek menerapkan (C3) peserta didik dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran langsung dalam tema pembelajaran “Sejarah Peradaban Indonesia” di Sekolah Dasar.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Model Pembelajaran Kooperatif, Teams Games Tournament, Hasil Belajar Siswa.


(6)

ABSTRACT

Fika Tiara Shanti (1001977). The Effectiveness of Cooperative Learning Model

With Teams Games Tournament Type For Learning Outcomes at Elementary Schools. (Quasi-Experiments on the Fifth Grade Studentas at Al-Amanah Islamic Elementary School)

The purpose of this study is to determine the effectiveness of the use of Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament Type affects the cognitive domain of learning outcomes of the students on "The History of Indonesian Civilization" lesson’s theme at Elementary Schools. The problems in this experiment can be formulated as: (1) Are there any differences in the cognitive domain of learning outcomes on the remembering aspect between the learners who use The Cooperative Learning Model Teams with Games Tournament Type with the learners who use the traditional teaching model on "The History of Indonesian Civilization" lesson’s theme at Elementary Schools? (2) Are there any differences in the cognitive domain of learning outcomes on the understanding aspect between the learners who use The Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament Type with the learners who use the direct instruction lessons on "The History of Indonesian Civilization" lesson’s theme at Elmentary Schools? (3) Are there any differences in the cognitive domain of learning outcomes on the implementing aspect between the learners who use Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament Type with the learners who use direct instruction on " The History of Indonesian Civilization" lesson’s theme at Elementary Schools? The method which used in this study is a quasi-experimental research method with Nonequivalent control group design in the form of pretest posttest. The instrument used is the type of objective test. Based on the results of data processing in this study, it can be concluded that learning by using cooperative learning model with Teams Games Tournament Type is more effective than the students who use direct instruction "The History of Indonesian Civilization” lesson’s theme at Elementary Schools. Particularly, the conclusions in this study can be describe as: (1) The use of Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament Type is effectively improve the learning outcomes on the remembering aspect of cognitive domains (C1) students at Elementary Schools. (2) The use of Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament Type is effectively improve the learning outcomes on the understanding aspect of cognitive domain (C2) students at Elementary Schools. (3) The use of Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament is effectively improve the learning outcomes on the implementing aspect of cognitive domain (C3) students compared with the students who use direct instruction "The History of Indonesia Civilization" lesson’s theme at Elementary schools.

Keywords: Learning Models, Cooperative Learning Model, Teams Games Tournament, Learning Outcomes.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Ciri-Ciri Belajar ... 12

3. Prinsip Belajar ... 14

4. Jenis-jenis Belajar ... 14


(8)

1. Pengertian Pembelajaran ... 15

2. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

4. Unsur-unsur Pembelajar Kooperatif ... 24

5. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif...25

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) . 26 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ... 26

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) ... 27

3. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT...27

4. Kelebihan Kekurangan Model Kooperatif TGT...29

E. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)...30

F. Hasil Belajar ... 31

1. Pengertian Hasil Belajar ... 31

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 32

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33

G. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 35

H. Pembelajaran Tematik ... 35

1. Pengertian Pembelajaran Tematik... 35

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 36

4. Fungsi Pembelajaran Tematik ... 37

5. Prinsip dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 37

I. Hipotesis Penelitian ... 38


(9)

2. Hipotesis Khusus ... 38

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 40

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

1. Lokasi penelitian ... 40

2. Populasi Penelitian ... 40

3. Sample Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 41

C. Metode Penelitian ... 42

D. Definisi Operasional ... 43

1. Efektivitas ... 43

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments ... 43

3. Pembelajaran Tematik ... 44

4. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Observasi ... 44

2. Tes ... 45

F. Teknik Pengembangan Instrumen ... 45

1. Uji Validitas Instrumen ... 46

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

3. Tingkat Kesukaran Soal ... 50

4. Uji Daya Pembeda... 53

5. Kesimpulan Hasil Uji Coba Instrumen ... 56

G. Teknik Pengumpulan Data... 57

H. Teknik Analisis Data ... 58

1. Uji Normalitas ... 58

2. Uji Homogenitas ... 58

3. Uji Hipotesis ... 58


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

2. Analisis Data Hasil Penelitian ... 71

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa aspek mengingat ... 85

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa aspek memahami ... 86

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa aspek menerapkan. ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Rekomendasi ... 90

1. Guru ... 90

2. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ... 90

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 91

DAFTAR PUSTAKA……….……….……….92


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan perpaduan antara belajar dan mengajar. Seperti tercantum pada Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran memiliki arti yang sangat luas dan dipandang sebagai sebuah sistem. Dalam Pembelajaran tidak hanya antara seorang guru dan peserta didik saja, pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen yang dimaksud, diantaranya adalah tujuan pembelajaran, kurikulum, strategi pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran , evaluasi, siswa, dan guru.

Proses pembelajaran menuntut guru dan peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif yaitu komunikasi dua arah, dimana terdapat feed back dari peserta didik ketika guru menyampaikan materi, dalam proses pembelajaran peran guru sangat diperlukan tetapi bukan berarti hanya guru saja yang aktif, siswa juga harus aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika kedua belah pihak bertindak sebagai subjek pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah terciptanya suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaranan, guru dapat memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin, dan mencapai hasil belajar setinggi-tingginya. Dengan itu maka pembelajaran bukan hanya efektif, tetapi juga efisien.

Pada Sekolah Dasar, mendidik peserta didik agar berani melakukan eksplorasi dan berani menunjukan autentik gagasan-gagasan dan penemuannya, adalah hal yang sangat penting dan sangat mendasar. Hal ini sesungguhnya menjawab mengapa tingkat pertama pendidikan anak dinamakan dengan sekolah dasar. Sekolah dasar adalah siswa diberi bekal, ditanamkan nila-nilai, baik itu moralitas, tetapi terutama nilai-nilai tentang cara memperoleh pengetahuan.


(12)

Seiring dengan perkembangan kurikulum pendidikan, sistem pembelajaran yang diterapkan pun mengikuti arah perkembangan kurikulum yang sedang ditetapkan. Untuk kurikulum saat ini adalah kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan di sebagian sekolah khususnya jenjang sekolah dasar untuk kelas I dan IV. Permendikbud UU No. 57 Tahun 2014 menyatakan bahwa “kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Proses pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah pembelajaran berbasis tematik. Pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Mata pelajaran di sekolah dasar yang awalnya terpisah kedalam sepuluh mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Agama, PKN, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya, IPA, IPS, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri dalam kurikulum 2013 dipadatkan kedalam enam mata pelajaran yaitu Agama, PKN, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Sedangkan untuk IPA dan IPS diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran tersebut. Begitu pula untuk Muatan Lokal dan Pengembangan Diri diintegrasikan dalam mata pelajaran seni budaya. Sehingga materi pembelajaran di sekolah dasar saat berdasarkan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi siswa.

Kurikulum 2013 pada tinggat dasar SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas 1 sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan pelararan induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif. Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan adaptasi dari metode ilmiahnya ilmu sains. Dari metode ilmiah inilah lahir langkah-langkah pembelajaran yang menuntut siswa aktif. Langkah-langkah


(13)

pembelajaran pada pendekatan saintifik ini pada dasarnya berbasis pada fakta dari objek yang diamati, diolah, dianalisis, dan diuji.

Pada tingkat Sekolah Dasar SD/MI, kurikulum 2013 lebih difokuskan pada pembentukan sikap dan keterampilan hidup, sedangkan keilmuannya lebih ringan di bandingkan dengan KTSP. Kurikulum 2013 dari sudut pandang psikologis, kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak, sedangkan untuk kelas I, II, dan III peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran terpisah.

Pada tingkat Sekolah Dasar SD/MI, kurikulum 2013 lebih difokuskan pada pembentukan sikap dan keterampilan hidup, sedangkan keilmuannya lebih ringan di bandingkan dengan KTSP. Sikap sosial yang dimaksud dalam kurikulum 2013 terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab. Sikap sosial sangatlah penting ditanamkan pada diri peserta didik, karena kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2 : menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,gotong-royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jagkauan pergaulan dan keberadaanya.

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id. sebagai berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

Seorang guru dituntut untuk dapat melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin dan membuat inovasi-inovasi terbaru dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat lebih mengerti materi pelajaran, tujuan pembelajaran tercapai dan menjadikan siswa kreatif dan aktif. Banyak inovasi yang bisa diciptakan oleh guru, seperti penggunaan strategi pembelajaran, model pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran.

Dalam UU No. 14 tahun 2005 dijelaskan “peran guru adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) yaitu guru berperan sebagai fasilitator, motivator,


(14)

pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.” Oleh karena itu, guru harus memikirkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kompetensi materi yang akan disampaikan, sehingga meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan minat belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran akan sangat berpengaruh kepada pemahaman materi yang diberikan kepada siswa dan berdampak pada hasil belajar siswa. Sehingga menjadikan proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.

Sering kita temui di kelas banyak guru yang menggunakan model pembelajaran lansung (Direct Instruction) secara penuh selama proses pembelajaran berlangsung, terutama pada pelajaran yang banyak menyajikan materi berupa konsep, sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa. Pembelajaran akan lebih efektif ketika siswa bisa melakukan aktifitas lebih banyak didalam kelas. Dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) mengakibatkan siswa kurang memahami pelajaran dan tidak adanya semangat dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang kreatif biasanya akan selalu menemukan jalan untuk dapat menjelaskan materi dengan cara sesederhana mungkin, dengan mengaitkan materi-materi tersebut ke dalam kegiatan keseharian siswa, sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Guru belum memahami sepenuhnya bahwa siswa bukanlah gelas kosong yang bisa diisi begitu saja. Siswa harus diberi stimulus agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Sementara stimulus yang bisa diterima oleh siswa jenisnya beragam, tergantung kepada modalitas belajar dan tipe kecerdasan dominan yang dimilikinya.

Kebutuhan siswa sekolah dasar yang masih senang bermain, maka menuntut guru untuk merancang model-model pembelajaran yang memiliki unsur permainan di dalamnya. Guru mengembangkan model pembelajaran yang bersifat serius tapi santai agar siswa menyukai suasana dalam proses pembelajaran. Guru pun harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa bergerak dan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam proses pembelajaran, karena siswa sekolah dasar dalam pergaulannya dengan teman kelompok mereka belajar


(15)

aspek-aspek yang penting seperti mematuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar bertanggung jawab, belajar keadilan, demokrasi dan belajar bersaing, hal tersebut sesuai dengan sifat model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournament. Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) ini diharapkan dapat menciptakan suasana baru dalam pembelajaran yang menyenangkan, dapat meningkatkan kemandirian belajar, meningkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar.

Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik terhadap meningkatkan hasil belajar siswa maupun motivasi siswa. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, peserta didik dituntut aktif, berani dan kreatif dalam menjawab soal-soal yang diajukan oleh guru agar kelompok mereka mendapatkan point dan memenangkan turnamen. Peserta didik juga dituntut untuk konsentrasi ketika guru menyampaikan materi dan aturan turnamen, siswa dituntut untuk memahami semua materi yang akan dibahas dalam turnamen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berpijak pada paham konstruktivisme Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar siswa, seperti orang-orang, kebudayaan dan termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam pelaksanaan model ini yaitu berkerjasama dan berkolaborasi dengan teman kelompok yang sudah


(16)

ditentutkan dan kesepakatan untuk diskusi, menyampaikan ide-ide pokok materi, saling mengingatkan jika terdapat kesalahan kesalahan dan menjelaskan kepada teman satu kelompok jika salah satu ada yang tidak mengerti. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament peserta didik dituntut untuk kritis dan mengaktualisasikan pengetahuan yang kreatifitas siswa.

Untuk itulah dalam hal ini peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen dalam pelajaran tematik di SD Al-Amanah dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Atas dasar itulah penulis mencoba mengkaji efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan model belajar ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa, yang nantinya tentu akan berpengaruh kepada hasil belajar khususnya pada domain kognitif siswa. Penelitian ini sendiri berjudul “Efektifitas Penggunaan Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada tema “Sejarah Peradaban Indonesia”.”

B. Identifikasi Masalah

Kurikulum 2013 dari sudut pandang psikologis, kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak, sedangkan untuk kelas I, II, dan III peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran terpisah. Setiap proses pembelajaran selalu terjadi masalah-masalah yang muncul, terutama yang terjadi pada peserta didik.

1. Kebutuhan peserta didik sekolah dasar senang bermain, maka guru sekolah dasar harus merancangkan model pembelajaran yang terdapat unsur permainan.

2. Siswa sekolah dasar tidak bisa diam ditempat, maka seorang guru harus membuat proses pembelajaran semenarik mungkin dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(17)

3. Kurang adanya komunikasi antara siswa, seorang guru sangat berperan penting untuk menumbuhkan sikap sosial pada diri siswa. Pendidik bisa memanfaatkan penggunaan model pembelajaran untuk menumbuhkan proses interaksi dan sosialisasi yang baik dalam diri setiap siswa dan untuk membantu berjalannya kegiatan proses belajar mengajar.

Dengan adanya model pembelajaran yang bervariasi dan penggunaan model pembelajaran yang tepat maka dapat meningkatan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam Sekolah Dasar tersebut, penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut karena sesuai dengan karakteristik sdan kebutuhan siswa Sekolah Dasar. Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament maka harus dilakukan suatu penelitian.

Agar penelitian ini lebih terarah, dan lebih fokus maka penulis membatasi penelitan ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament yang sesuai dengan kebutuhan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan senang bergerak, dan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament bisa menjadi jembatan bagi siswa dalam berkomunikasi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar pada tema “Sejarah Peradaban Indonesia”?

Berdasarkan rumusan masalah umum, maka dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah khusus:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar siswa ranah pengetahuan pada pembelajaran tematik?


(18)

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif aspek pemahaman pada pembelajaran tematik?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif aspek penerapan pada pembelajaran tematik.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh infomasi mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar pada tema “Sejarah Peradaban Indonesia”. Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada ranah kognitif aspek pengetahuan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar pada pembelajaran tematik.

2. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada ranah kognitif aspek pemahaman dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar pada pembelajaran tematik.

3. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada ranah kognitif aspek penerapan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar pada pembelajaran tematik.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Dalam penelitian “apakah terdapat efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar pada tema “Sejarah Peradaban Indonesia” di kelas 5 Sekolah


(19)

Dasar Islam Alamanah” diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan secara langsung maupun tidak langsung.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan dan gambaran yang jelas dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaatkan dan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, sekolah, guru dan siswa tersebut.

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada sekolah. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan serta dapat dijadikan evaluasi yang dianggap positif untuk perbaikan proses kegiatan pembelajaran kedepannya, baik dari segi teori, metode, maupun media yang digunakan.

b. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang positif, terutama sebagai pengembang kurikulum dan pembelajaran. Penelitian ini juga termasuk ke dalam bagian teknologi pendidikan, yaitu pada implementasi kegiatan pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe yang efektif.

c. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan yang lebih luas dan menjawab rasa keingintahuan peneliti mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam kegiatan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.


(20)

d. Bagi Peserta Didik

Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sifat kerjasama, tanggung jawab, teliti dan menuntut siswa untuk kreatif dan berani dalam mengemukakan pendapat.

F. Struktur Organisasi

1. Bab I Pendahuluan

Dalam bab I akan dibahas mengenai uraian tentang pendahuluan yaitu latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

2. Bab II Landasan Teori

Pada bab II berisi mengenai tentang konsep-konsep dan landasan teori yang mendukung data penelitian serta menjadi acuan dalam penyusunan skripsi. Dalam bab ini akan membahas konsep model pembelajaran, konsep model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, konsep pembelajaran tematik, dan konsep hasil belajar ranah kognitif. Pada bab II ini juga berisi mengenai hipotesis dan kerangka berakhir. 3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab III ini berisi mengenai metodologi dari penelitian yang akan dilaksanakan, berupa lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi oprasional, teknik pengumpulan data, teknik pengembangan instrumen, teknik analis data, dan uji coba instrumen. 4. Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian

Dalam bab IV berisi mengenai deskripsi dari penelitian dan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab V dipaparkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pandangan dari peneliti serta saran dan rekomendasi.


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Proses pembelajaran dapat terjadi dilingkungan mana saja, seperti keadaan alam, manusia, tumbuhan, hewan dan hal lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009. hlm. 10) menyatakan “belajar merupakan kegiatan yang melibatkan banyak unsur sehingga dapat disebut juga sebagai kegiatan yang kompleks.” Sedangkan menurut Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2009. hlm. 10) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun.”

Bell-Gredler (Baharuddin, 2007. hlm. 12) menyatakan bahwa :

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan diri generasi ke generasi.

Dalam setiap aktivitas sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar merupakan suatu bagian terpenting bagi kehidupan seseorang. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan dengan Cronbach (Baharuddin, 2007. hlm. 13) menyatakan bahwa “belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman belajar menggunakan seluruh pancaindranya”. Belajar melalui pengalaman juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Spears (Baharuddin, 2007. hlm. 12) bahwa “belajar untuk


(22)

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan dan mengikuti arah”.

Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan agar tujuan dalam pendidikan tercapai. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, model dan evaluasi. Belajar adalah sebuah proses interaksi terhadap semua situasi.

2. Ciri-Ciri Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang didalamnya terdapat sistem yang saling berkaitan. Belajar mengubah seseorang tidak tahu menjadi tahu, selalu terjadi perubahan dalam diri seseorang setelah melakukan proses pembelajaran. Banyak hal yang menandakan bahwa seseorang tersebut telah melakukan proses belajar, hal tersebut sesuai dengan Baharuddin, dkk (2011. hlm. 15) menyimpulkan adanya beberapa ciri belajar, sebagai berikut :

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan

tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial; d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.


(23)

Selain Baharuddin yang mengungkapkan ciri-ciri seseorang telah melakukan proses pembelajaran, Slameto (2003. hlm. 3) juga menyimpulkan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar meliputi :

a. Perubahan terjadinya secara sadar berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya;

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya;

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya;

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Contohnya kecakapan yang dimiliki seseorang akan terus berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih;

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya belajar mengetik;

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan.

Seseorang yang telah melakukan proses belajar selalu mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sifat perubahannya relatif permanen sehingga tidak akan kembali kepada keadaan semula. Seperti yang dijelaskan di atas mengenai ciri-ciri orang belajar, perubahan akibat belajar terjadi dalam berbagai bentuk dan perilaku, baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera


(24)

terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. Proses perubahan selalu berubah kearah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

3. Prinsip Belajar

Di dalam melaksanakan proses belajar mengajar, banyak hal yang harus diperhatikan agar tujuan belajar dapat tercapai. Guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa secara optimal, dengan itu guru harus bisa membuat proses pembelajaran berjalan efektif agar potensi siswa lebih berkembang. Salah satu hal yang harus diperhatikan seorang guru dalam proses belajar adalah memperhatikan beberapa prinsip belajar. Soekamto dan Winataputra (Baharuddin, 2007. hlm. 16) menyatakan bahwa :

a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif;

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar;

d. Penguasaan yang sempurnadari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti;

e. Motivasi belajar siswa akan lebih mengingkat apa bila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dengan adanya prinsip belajar dan guru memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka proses pembelajaran akan berjalan secara menyenangkan, efektif dan efesien. Hasil belajar yang diperoleh siswa pun akan maksimal sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

4. Jenis-jenis Belajar

Manusia memiliki beragam potensi, karakter dan kebutuhan dalam melaksanakan proses belajar. Karena itu banyak jenis-jenis belajar yang dapat


(25)

dilakukan oleh manusia. Menurut Gagne (Sudjana, 1989. hlm. 46) berpendapat bahwa jenis-jenis belajar dilihat dari prosesnya dibagi menjadi 8 jenis, yaitu :

a. Belajar signal yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang;

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan;

c. Belajar membentuk rangkaian yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/faktor/yang satu dengan yang lain, sehingga manjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti;

d. Belajar asosiasi verbal yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya;

e. Belajar memberikan hal yang majemuk yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya;

f. Belajar konsep yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu;

g. Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep;

h. Belajar memecahkan masalah yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan.

Seorang guru harus mengerti dengan jelas jenis-jenis belajar karena akan sangat penting digunakan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton sehingga siswa lebih semangat dalam belajar.

B. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam desain instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses antara guru dan siswa, guru memberikan materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dari tidak tahu menjadi tahu mengenai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam proses


(26)

pembelajaran bukan hanya guru saja yang aktif melainkan siswa pun harus aktif, pembelajaran yang baik menuntut keaktifan dari guru dan siswa.

Menurut Gagne (Nazarudin, 2007. hlm. 162) pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang sifatnya internal. Menurut Nazarudin (2007. hlm. 163) pembelajaran adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa.

Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai tujuan belajar.

2. Komponen-Komponen Pembelajaran

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari komponen-komponen yang ada didalamnya, menurut Moedjiono dan Dimyati (1993. hlm. 23) komponen-komponen proses belajar megajar tersebut adalah peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evalusi.

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang dengan segala potensi yang ada pada dirinya untuk senantiasa dikembangkan baik melalui proses pembelajaran formal, non formal, dan maupun ketika sedang berinteraksi dengan segala sesuatu. Sedangkan menurut Nazarudin (2007. hlm. 49) mengemukakan bahwa :

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaaan dan fikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu sandang, pangan, papan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk


(27)

mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya sesuai dengan potensinya.

Menurut undang-undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah subjek yang bersifat unik yang mencapai kedewasaan secara bertahap.

b. Guru

Pengertian guru menurut Muhammad Ali (Nazarudin, 2007. hlm. 161) merupakan “pemegang peranan sentral proses belajar mengajar”. Guru setiap hari berhadapan langsung dengan siswa yang memiliki karakteristik siswa yang berbeda-beda dan problem mengajar yang mereka hadapi berkaitan dengan proses belajar mengajar, maka dari itu peran guru dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mochtar Buchori (1994. hlm. 24) menyatakan bahwa “yang akan dapat memperbaiki situasi pendidikan pada akhirnya berpulang kepada guru yang sehari-hari bekerja dilapangan.”

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa guru adalah seseorang dengan fitrahnya sebagai manusia berkepribadian yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan berpartisipasi penuh dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru dalam kegiatan belajar mengajar harus tau bagaimana membuat kegiatan mengajar berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan sebaik mungkin.

c. Tujuan Pembelajaran

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 mengenai standar proses pembelajaran menyatakan bahwa :

Tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran,


(28)

serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Tujuan pembelajaran adalah suatu rancangan yang menitik beratkan terhadap pencapaian yang akan didapat oleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran itu sendiri. Berkaitan dengan penelitian ini tujuan pembelajaran untuk kompetensi dasar membuat pola yaitu siswa dapat menguraikan macam-macam teknik pembuatan pola, dan siswa dapat membuat pola.

d. Materi/isi

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Dalam penelitian ini materi pelajaran yang diajarkan adalah membuat pola bagian-bagian busana yakni membuat pola macam-macam lengan.

e. Metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan, salah satu komponen dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran. Nana Sudjana (1996. hlm. 76) menyatakan bahwa “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan interaksi atau hubungan dengan


(29)

siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran”. Metode pembelajaran yang bisa digunakan guru beraneka ragam sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan, hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soetopo (1993. hlm. 148) bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

1) Metode ceramah

Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melaui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta diklat;

2) Metode tanya jawab

Suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab atau sebaliknya murid bertanya kepada guru dan guru menjawab pertanyaan murid tersebut;

3) Metode diskusi

Merupakan suatu metode pembelajaran yang mana guru memberi suatu persoalan (masalah) kepada murid dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya;

4) Metode pemberian tugas (resitasi)

Merupakan bentuk interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok sesuai dengan perintah guru;

5) Metode demonstrasi dan eksperimen

Metode demonstrasi adalah metode dimana seorang guru memperlihatkan sesuatu proses kepada seluruh anak didiknya. Sedangkan metode eksperimen adalah guru atau siswa mengerjakan sesuatu serta mengemati proses hasil percobaan itu;


(30)

6) Metode simulasi

Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau ketrampilan sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh guru dalam melakukan hubungan atau interaksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

f. Media Pembelajaran

Sudarwan Danim (1995. hlm. 7) menyatakan “media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media dapat digunakan bagi guru sebagai penyalur pesan, alat berkomunikasi kepada siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif.

Media pembelajaran merupakan komponen yang mampu menunjang proses keberhasilan belajar mengajar, sesuai dengan pendapat Miarso (2005, hlm. 458) bahwa:

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu yang dapat digunakan sebagai sumber belajar oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa atau peserta didik. Dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Media sangat berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga penyaluran informasi atau materi yang di sampaikan guru terhadap siswa dapat mudah diterima.


(31)

g. Evaluasi

Menurut Nana Sudjana (2009. hlm. 3) evaluasi merupakan “proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.” Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, hasil praktik, tugas harian, atau pengamatan oleh guru. Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa evaluasi adalah sebagai satu upaya untuk melihat, memberikan nilai pada objek tertentu dengan menggunakan alat dan kriteria tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, komponen pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat alat atau cara dari berbagai proses yang kemudian menjadi satu kesatuan yang utuh dalam sebuah pembelajaran demi tercapainya suatu tujuan.

C. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok dalam belajar, sehingga siswa dapat bertukar pendapat dengan rekan sekelompok saat proses pembelajaran demi mencapai tujuan bersama. Roger (Miftahul Huda, 2011. hlm. 29) menyatakan bahwa :

Model pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Slavin (Rusman, 2011. hlm. 201) menyatakan “pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dan pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaan materi.”


(32)

Slavin (Rusman, 2011. hlm. 202) mengatakan ide utama dari belajar kooperatif adalah :

Siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemampuan belajar temannya, sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.

Dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran berkelompok, siswa dapat belajar dan bekerja sama dalam kelompok belajar tersebut. Kelompok yang di bentuk 4-6 siswa, siswa dalam kelompoknya dapat berinteraksi satu sama lain demi mencapai tujuan belajar bersama. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif terletak pada kerja sama dalam kelompok. Tugas siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif adalah mencapai ketuntasan belajar dan berkewajiban membantu siswa lain dalam mempelajari suatu materi pelajaran.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, et al (Isjoni, 2010. hlm. 27) menyatakan tiga tujuan pembelajaran penggunaan model pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaraan kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaraan kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik;


(33)

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah menerima secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, kelas sosial, budaya, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagis siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk berekja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain; c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga model pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketarampilan-keterampilan siswa penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berfikir dan kreatif dalam proses pembelajaran., belajar bekerja kelompok dengan cara saling menghargai pendapat teman dan berani mengungkapkan gagasan.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Tiga karakteristik belajar kooperatif yang dikemukan Slavin (Rusman, 2001. hlm. 206) sebagai berikut :

a. Tujuan kelompok (group goals)

Menghargai anggota kelompok dari kemampuan yang berbeda untuk bekerja bersama dan membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran; 


b. Tanggung jawab individual (individual accountability)

Mempunyai pengertaian bahwa setiap anggota kelompok memberikan keinginan untuk menguasai materi, dan setiap anggota diakses oleh anggota yang lain. Hal ini merupakan ide yang sangat penting. Pebelajar yang terlibat dalam belajar kooperatrif akan memahami bahwa mereka


(34)

diharapkan untuk belajar dan melakukan aktivitas bersama-sama serta 
dapat menunjukkan bahwa mereka dapat memahami isi materi;

c. Kesempatan yang sama untuk sukses (equal oppurtunity for success) Mempunyai pengertian bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk menguasai materi pelajaran dan mendapatkan penghargaan dari kemampuan yang dicapainya.

4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2010. hlm. 208) menyatakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama;

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri;

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompok anggota;

e. Siswa akan dikenalan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok;

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses pembelajarannya;

g. Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangin dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2010. hlm. 31) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah :

a. Saling ketergantungan positif antara guru dengan peserta didik. b. Interaksi tatap muka;

c. Akuntabilitas individual;


(35)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran kooperatif siswa harus saling ketergantungan positif, saling bertanggung jawab baik individu maupun kelompok, saling berkomunikasi dengan kelompok anggota, dan memiliki tujuan yang sama.

5. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, seperti yang diungkapkan oleh Stahl (Taniredja, 2012. hlm. 59) bahwa :

a. Belajar bersama dengan teman;

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman;

c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok; d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok;

e. Belajar dalam kelompok kecil;

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat; g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri;

h. Siswa aktif.

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2010. hlm. 212) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pengalaman siswa terhadap pokok materi pembelajaran; b. Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya;

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan diberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan


(36)

memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya (2006. hlm. 247) bahwa :

Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi 2. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompoknya;

d. Pengakuan Tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian di berikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotifasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournamen (TGT)

Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games-Tournament (TGT) termasuk ke dalam metode-metode Student Teams Learning. Menurut Saco (Rusman 2010. hlm. 224) menyatakan “dalam penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.” Sedangkan menurut Rusman (2010. hlm. 224) menyatakan “Teams Games Tournamen adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda”.

Inti dari model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen ini adalah adanya permainan dan turnamen akademik dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang heterogen, baik dalam hal akademis, jenis kelamin, ras maupun etnis. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen dikembangkan oleh slavin dan TGT fokus pada level kemampuan siswa.


(37)

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games

Tournamen (TGT).

Ada beberapa langkah dalam penggunaan model pembelajaran TGT yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran TGT menurut Trianto (2010. hlm. 84) langkah-langkah pembelajaran TGT secara runtut, yaitu:

a. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku; b. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi pelajaran tersebut;

c. Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

3. Komponen-komponen Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams

Games Tournamen (TGT).

Menurut Slavin (Rusman, 2010. hlm. 25) komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ada lima tahap, yaitu:

a. Presentasi di kelas

Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi. Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Agar lebih menarik, penyajian materi disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini. b. Tim / Kelompok

Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja


(38)

dengan baik dan optimal. Guru bisa menjadikan LKS sebagai alat bantu dalam model TGT ini, guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.

c. Game (Permainan)

Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.

d. Turnamen

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah.


(39)

Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

e. Rekognisi Tim

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.

Tabel 2.1

Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan 40

45 50

Tim baik Tim sangat baik

Tim super

Menurut hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah setiap siswa ditempatkan dalam suatu kelompok dengan kemampuan yang berbeda-beda, dengan begitu kelompok yang terbentuk memiliki komposisi anggota yang dapat dibandungkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Teams Games Tournamen (TGT).

Model pembelajran kooperatif tipe Teams Games Tournamen mempunyai kelebihan, seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (Istiqomah, 2006. hlm. 72) bahwa :

a. Lebih meningkatkanpencurahan waktu untuk tugas; b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu;

c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan kearifan dari siswa;


(40)

e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; f. Motivasi belajar lebih tinggi;

g. Hasil belajar lebih baik;

h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Sedangkan kelemahan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (Istiqomah, 2006. hlm. 74) bahwa :

a. Sulitnya mengelompokan siswa yang berkemampuan heterogen dari segi akademis;

b. Adanya siswa yang berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit dalam menyampaikan materi kepada rekan satu kelompoknya.

E. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pembelajaran. Menurut Sofan Amri & Lif Khoiru Ahmadi (2010. hlm. 39) pengertian model pembelajaran langsung adalah “model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratifyang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.” Sedangkan menutut Arends (Sugiarto, 2008. hlm. 49) menyatakan : “Model pembelajaran langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal memahami sesuatu (pemahaman) dan menjelaskan secara utuk sesuai pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan secara bertahap.”

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) memiliki 5 fase yang sangat penting dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Sofan Amri & Lif Khoiru Ahmadi (2010. hlm. 43) bahwa :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan; 3. Menyediakan latihan terbimbing;


(41)

5. Memberikan latihan mandiri.

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2007. hlm. 189) kelebihan Direct Instruction adalah :

1. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian dapat dengan mudah mengetahui sejauh mana siswa menguasi bahan pelajaran yang disampaikan;

2. Sangat efektif jika materi yang dipelajari sangat luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar sangat terbatas;

3. Siswa dapat mendengar tentang materi pembelajaran, juga sekaligus siswa dapat melihat;

4. Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) menurut Wina Sanjaya (2007. hlm. 189) bahwa :

1. Hanya untuk mendengar dan menyimak yang baik; 2. Tidak membedakan kemampuan belajar siswa; 3. Hanya menekankan pada komunikasi satu arah.

F. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa akan terdapat hasil belajar. Hasil belajar dijadikan suatu tolak ukur bagi siswa dalam melihay hasil kemampuan belajar yang dimiliki siswa dalam jangka waktu tertentu, hasil belajar siswa dapat dilihat melalui nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui tes yang diberikan oleh guru.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalankan proses belajar, dimana siswa diukur melalui kemampuan-kemampuan siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(42)

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Aspek-aspek kemampuan hasil belajar di bagi dalam tiga golongan yaitu ranah kognitif, efektif dan psikomor. Ranah kognitif merupakan ranah yang berhubungan dengan pengetahuan. Bloom (Munaf, 2001. hlm. 67) menjelaskan bahwa domain kognitif terdiri atas enam kategori yaitu sebagai berikut :

a. Ingatan (C1), merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep prosedur yang telah dipelajari. Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat ke tungkat selanjutnya;

b. Pemahaman (C2), merupakan salah satu jenjang kemampuan proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain, misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus;

c. Penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru atau pada situasi kongkrit. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman;

d. Analisis (C4), usaha untuk memilih integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan susunannya. Analisi merupakankecakapan yang kompleks yang memanfaatkan dari ketiga tipe sebelumnya;

e. Sintesis (C5), merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, sehingga menjadi pola yang berkaitan secara logis;

f. Evaluasi (C6), merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, materi dan kriteria tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Untuk dapat membuat suatu penelitian, seseorang harus memahami, menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu.


(43)

Berikut taksonomi ranah kognitif yang dikemukanan oleh Lorin Anderson (Rusman. 2012. hlm. 126) sebagai berikut :

Tabel 2.2

Taksonomi Ranah Kognitif

Mengingat Mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb.

Memahami Menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, memaparkan dsb.

Menerapkan Melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb.

Menganalisis Menguraikan, membandingkan, mengorganisasikan, menyusun ulang, mengubah struktur, menggerakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan dsb.

Mengevaluasi Menyusun, hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan dsb.

Berkreasi Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah dsb.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak hal yang mempengaruhi pada saat proses belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar yang diperoleh siswa baik. Faktor-faktor hasil belajar pun bukan hanya pada saat proses pembelajaran, tetapi


(44)

faktor internal pun sangat mempengaruhi. Seperti yang diungkapkan Slameto (2003. hlm. 47) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

a. Faktor Internal 1) Faktor Biologis

Kondisi fisik normal turutama meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.

2) Faktor Psikologis

Meliputi segala hal yang berkaitan dengan mental seseorang, seperti intelensi, kemauan, dan bakat.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan Keluarga

Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap proses perkembangan belajar siswa.

2) Faktor Lingkungan Sekolah

Mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisten.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

Lembaga pendidikan non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja, dll.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktir intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, minta, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri atas faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Proses belajar mengajar terjadi bukan hanya antara guru dan siswa, melainkan keluarga dan orang tua pun sangat berperan penting dalam mendapatkan hasil belajar yang baik.


(45)

G. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Pada masa ini, siswa usia SD memiliki karakteristik utama yaitu menampilkan perbedaan-perbedaan individual dan personal dalam banyak segi dan bidang diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa, serta perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008. hlm. 116), menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas rendah Sekolah Dasar adalah:

1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; 2. Suka memuji diri sendiri;

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting. Suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya;

4. Suka meremehkan orang lain.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008. hlm. 116) menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah:

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari; 2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis;

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

H. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadua. Pembelajaran tematik terpadu merupakan model pembelajaran terpadu webbed dari Robin Fogarty. Pembelajaran terpadu model webbed ini memadukan tema untuk menyatukan beberapa mata pembelajaran yang akan dipelajari dan untuk memberikan pengalaman yang lebih bermakna kepada siswa. Hal tersebut sesuai menurut Depdiknas 2006 (Trianto, 2011. hlm. 147) adalah “model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk


(46)

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.”

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan pembelajaran tematik dengan pembelajaran lainnya. Depdiknas (Trianto. hlm. 163) menyebutkan karakteristik pembelajaran tematik yaitu :

a. Berpusat pada peserta didik. Pembelajaran tematik menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar atau sebagau pusat aktivitas. Peran guru lebuh difokuskan sebagai fasilitator untuk membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar;

b. Memberikan pengalaman langsung. Memberikan pengalaman langsung berarti peserta didik dihadapkan pada pembelajaran konkret bukan hanya melalui keterangan guru atau dari buku pelajaran. Hal tersebut sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak;

c. Tidak terjadi pemisahan mata pelajaran secara jelas. Berbagai mata pelajaran dalam pelbelajarn tematik tergabung dalam suatu tema yang berkitan dengan kehidupan peserta didik sehingga tidak terlihat lagi sekat antara mata pelajaran. Hal tersrbut juga dijelaskan oelh Kurniawan (2011. hlm. 78) bahwa :

Dalam pembelajaran terpadu materi disajikan dalam satu fokus tema tertentu yang dipelajari dari berbagai sisi pandang dengan menggunakan informasi yang ada dalam sejumlah mata pelajaran sehingga pengetahuan peserta didik atas tema tersebut bisa lebih komperhensif dan lengkap;

d. Menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat memahami konsep yang dipelajari secara utuh; e. Fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat fleksibel. Fleksibel berarti

kegiatan pembelajaran yang luwes atau tidak kaku dalam arti guru dituntut untuk melakukan variasi kegiatan belajar yang baik dari segi metode, sumber belajar ataupun keragaman komponen-komponen pembelajaran lainnya;


(1)

38 8 1 7 9 0.78 Very Good Items

39 4 0 4 9 0.44 Very Good Items

40 6 8 -2 9 -0.22 Poor Items

Dari hasil analisis butir soal untuk daya pembeda bahwa diperoleh 6 soal yang termasuk kedalam kategori jelek (poor items), 4 soal yang termasuk kedalam kategori cukup (marginal items), 6 soal yang termasuk kedalam kategori baik (reasonably good), dan 24 soal yang termasuk kedalam kategori sangat baik (very good items). Berdasarkan tabel hasil analisis uji daya pembeda diatas didapat data bahwa terdapat 6 soal yang memiliki nilai uji daya pembeda dibawah. 0,20 yaitu soal nomor 2, 10, 13, 35, 36 dan 40. Soal yang memiliki nilai daya pembeda kategori poor items atau jelek tidak digunakan dalam penelitian.

5. Kesimpulan Hasil Uji Coba Instrumen

Berdasarkan hasil uji coba terhadap instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda tiap butir soal instrumen, maka dapat diketahui jumlah soal yang memenuhi syarat berjumlah 32 soal yaitu nomor1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 37, 38, dan 39. Dari soal yang digunakan tersebut dapat dikelompokkan terhadap aspek kognitif hasil belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 3.11

Klasifikasi Soal Berdasarkan Aspek Kognitif

C1 C2 C3

Nomor Soal

1, 3, 4, 8, 9, 13, 18, 19, 20, 21, 27,

2, 5, 10, 14, 16, 22, 23, 24, 29, 31

6, 7, 11, 12, 15, 17, 25, 26, 30, 32


(2)

Jumlah Soal 12 10 10

Adapun bila diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran soal adalah adalah sebagai berikut :

Tabel 3.12

Klasifikasi Hasil Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah

Mudah (<=27%) 1, 12, 16, 20, 39 5 (15,6 %)

Sedang (28% - 72%) 3, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 37, 38

24 (75%)

Sukar (=>73%) 4, 15, 27 3 (9,4%)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam mendapatkan data yang diperoleh dari penelitian. Data yang diperoleh harus benar-benar valid dan relevan. Seperti yang dikemukan oleh Sugiyono (2011.

hlm. 308) bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan

data”.

Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid dan relevan, instrumen yang digunakan harus benar-benar layak. Dalam penelitian ini menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data. Tes digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan siswa dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Tes yang digunakan terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajarn berlangsung, sedangkan posttest diberikan setelah


(3)

proses pembelajaran berlangsung. Dengan diberikan nya pretest dan posttest maka peneliti akan mengetahui hasil perbedaan pemahaman siswa.

Maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa hasil belajar dalam bentuk tes terhadap kelas V A dan kelas V B di Sekolah Dasar Islam

Al-Amanah pada pembelajaran tematik tema “Sejarah Peradaban Indonesia”. Tes hasil belajar dalam bentuk objektif dengan model pilihan ganda (multiple choices). soal dalam bentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks. Instrumen tes dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dari kedua kelas sampel berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan program pengolahan data SPSS 20 (Statistical Product and Service Solution) dengan menguji normalitas melalui uji normalitas One Sample Kolomogorov Smirnov.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians kedua data sampel homogen atau tidak. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-F, dengan membagi varians terbesar dengan varians terkecil.

F = Varians terbesar Varians terkecil

(Zainal Arifin, 201. hlm. 286) Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program pengolahan data


(4)

varians kedua data sampel dapat dinyatakan homogeny. Sebaliknya jika F

hitung lebih besar atau sama dengan ( ≥ ) F tabel, maka varians kedua sampel dinyatakan tidak homogen. F tabel disini 0.05.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau penolakan dari suatu hipotesis. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji t. Uji t dilakukan untuk membandingkan skor post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji-t, yaitu:

a. Jika thitung < ttabel, maka hipotesis H0 diterima, H1 ditolak b. Jika thitung > ttabel, maka hipotesis H0 ditolak, H1 diterima

Uji t hipotesis ini dengan rumus sebagai berikut:

t = X1 – X2

√� − � ²+ � − � ² � +� − � �

(Sugiono, 2009. hlm. 265) Keterangan :

T : nilai test yag dicari

X1 : nilai rata-rata kelompok sampel 1 X2 : nilai rata-rata kelompok sampel 2 S : simpangan baku gabungan

S12 : simpangan baku sampel 1 yang dikuadratkan (varians 1) S22 : simpangan baku sampel 2 yang dikuadratkan (varians 2) n1 : jumlah sampel 1

n2 : jumlah sampel 2


(5)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program pengolahan data

Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk membantu dalam penghitungan uji t dan mempermudah mengolah data hasil penelitian ini.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti selama menempuh penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti selama melaksanakan penelitian ini antara lain:

1. Melaksanakan observasi awal ke sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian yaitu Sekolah Dasar Islam Al-Amanah Bandung

2. Melakukan studi literatur terhadap materi yang diajarkan pada tema Sejarah Peradaban Indonesia untuk kelas VI

3. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan untuk penelitian. 4. Menyusun proposal penelitian

5. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

6. Menyusun kisi-kisi instrumen untuk penelitian

7. Membuat instrumen penelitian berupa soal tes objektif model pilihan ganda yang mengacu pada kisi-kisi instrumen penelitian yang telah ditetapkan 8. Melakukan expert judgement terhadap media dan instrumen penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian

9. Melakukan uji coba instrumen terhadap siswa diluar sampel penelitian 10.Menganalisis hasil ujicoba instrumen penelitian, kemudian merevisi dan

menentukan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian 11.Melakukan tahap eksperimen dengan tahapan:

a. Mengambil sampel untuk penelitian dari populasi kelas untuk dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen


(6)

c. Memberikan perlakuan kepada kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian, untuk kelompok eksperimen menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament. Sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament

d. Memberikan tes akhir (pretest) kepada kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian pada akhir perlakuan

12.Menganalisis dan mengolah data hasil penelitian 13.Melaporkan hasil dari penelitian.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI

0 9 229

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA.

0 2 28

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 1 11