Meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang 2012/2013.

(1)

viii

ABSTRAK

Meningkatkan Keterampilan Bertanya Jawab dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan Model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini

Grabag Kabupaten Magelang 2012/2013

Sriharni

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag, Kabupaten Magelang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II perlakuan model pembelajarannya sama yaitu melempar bola kertas berisi pertanyaan yang harus dijawab siswa lain. Perbedaan kedua siklus adalah pada pada pembentukan kelompok. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 6-7 siswa. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 4-5 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar bertanya jawab dari kondisi awal 21,43% menjadi 63,10%, pada siklus I dan meningkat menjadi 75,71% pada siklus II. Hasil belajar siswa kondisi awal rata-rata nilai 63,93 meningkat menjadi 66,43 pada siklus I dan menjadi 76,07 pada siklus II.

Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran snowball throwing.


(2)

ix Sriharni, Increasing know-how question and answer in Social Science Instruction Economy with the Snowball Throwing Instructional Model of Grabag Islam Sarbini Junior High School Magelang Regency 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2013.

ABSTRACT

This research aimed at describing how the snowball throwing instructional model could increase students’ active participation and learning results in studying social science economy among the eighth A graders of Grabag Islam Sarbini Junior High School, Magelang Regency.

The method was an action research which was conducted in two cycles. In both cycles, the same instructional model was applied, that is throwing paper-ball who contained question, those that must be answered the others person. The difference both cycle was in a grouping. In Cycle I, the group was amount 6-7 person. In Cycle II, the group was amount 4-5 person.

The research results show that the application of the snowball throwing instructional model increased the students’ learning activities question and answer from the initial level of 21,43% to 63.10% in Cycle I and in Cycle II it increased to 75,71%. The students’ learning result increased from the initial average of 63,93 to 66,43 in Cycle I and to 76,07% in Cycle II.

Key word: learning activities, learning result, snowball throwing instructional model.


(3)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA JAWAB

DALAM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI

DENGAN MODEL SNOWBALL THROWING

SMP ISLAM SARBINI GRABAG

KABUPATEN MAGELANG 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: SRIHARNI NIM: 101322005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

 Skripsi ini kami persembahkan kepada suami dan anak-anak tercinta yang telah memberi dorongan baik materiil maupun spirituil dalam menyelesaikan tugas perkuliahan ini.


(7)

v

MOTTO

 Lebih baik ada sesuatu yang kurang sempurna daripada tidak ada sama sekali.


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

Meningkatkan Keterampilan Bertanya Jawab dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan Model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini

Grabag Kabupaten Magelang 2012/2013

Sriharni

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag, Kabupaten Magelang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II perlakuan model pembelajarannya sama yaitu melempar bola kertas berisi pertanyaan yang harus dijawab siswa lain. Perbedaan kedua siklus adalah pada pada pembentukan kelompok. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 6-7 siswa. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 4-5 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar bertanya jawab dari kondisi awal 21,43% menjadi 63,10%, pada siklus I dan meningkat menjadi 75,71% pada siklus II. Hasil belajar siswa kondisi awal rata-rata nilai 63,93 meningkat menjadi 66,43 pada siklus I dan menjadi 76,07 pada siklus II.

Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran snowball throwing.


(11)

ix Sriharni, Increasing know-how question and answer in Social Science Instruction Economy with the Snowball Throwing Instructional Model of Grabag Islam Sarbini Junior High School Magelang Regency 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2013.

ABSTRACT

This research aimed at describing how the snowball throwing instructional model could increase students’ active participation and learning results in studying social science economy among the eighth A graders of Grabag Islam Sarbini Junior High School, Magelang Regency.

The method was an action research which was conducted in two cycles. In both cycles, the same instructional model was applied, that is throwing paper-ball who contained question, those that must be answered the others person. The difference both cycle was in a grouping. In Cycle I, the group was amount 6-7 person. In Cycle II, the group was amount 4-5 person.

The research results show that the application of the snowball throwing instructional model increased the students’ learning activities question and answer from the initial level of 21,43% to 63.10% in Cycle I and in Cycle II it increased to 75,71%. The students’ learning result increased from the initial average of 63,93 to 66,43 in Cycle I and to 76,07% in Cycle II.

Key word: learning activities, learning result, snowball throwing instructional model.


(12)

(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan Masalah ... C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bertanya ... B. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran ... C. Metode Pembelajaran Snowball Throwing ... D. Prestasi Belajar ... E. Kerangka Berpikir ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xiii xiv xv 1 7 7 8 8 10 18 34 37 38 39 39


(14)

xii C. Tempat Penelitian ... D. Waktu Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Teknik Analisis Data ... I. Indikator keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Sarbini Grabag ... B. Hasil Penelitian ... C. Pembahasan ... BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ... C. Keterbatasan Penelitian ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

40 40 40 46 56 58 59

61 63 78

82 83 84 85 87


(15)

xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.1 Tabel I.2 Tabel I.3 Tabel III.1 Tabel III.2 Tabel III.3 Tabel III.4 Tabel III.5 Tabel III.6 Tabel IV.1 Tabel IV.2 Tabel IV.3 Tabel IV.4 Tabel IV.5 Tabel IV.6 Tabel IV.7 Tabel IV.8 Tabel IV.9 Tabel IV.10 Tabel IV.11

Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Pratindakan ... Daftar Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII A

Pratindakan ... Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas

VIII A Pratindakan ... Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I IPS Ekonomi

Semester I Tahun pelajaran 2012/2013 ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab ...

Lembar Observasi Aktivitas Guru ... Kisi-kisi Soal Tes Formatif ... Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Uji Coba ... Kuisioner Sikap Siswa Terhadap Metode Snowboll

Throwing ... Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Siklus I ... Daftar Nilai Tes Formatif I IPS Ekonomi Kelas VIII A

Siklus I ... Rekapitulasi Hasil Tes Formatif I IPS Ekonomi Kelas

VIII A ... Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Siklus II ... Perbandingan Aktivitas Tanya Jawab Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ... Daftar Nilai Tes Formatif II IPS Ekonomi Kelas VIII A

Siklus II ... Rekapitulasi Hasil Tes Formatif II IPS Ekonomi Kelas

VIII A ... Rekapitulasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa pada

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I, dan

Siklus II ... Pengamatan Aktivitas Guru ... Kesimpulan Sementara Peningkatan Aktivitas Bertanya

Jawab dan Prestasi Belajar ... 4 5 6 39 47 48 50 51 56 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 78


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(17)

xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12

Silabus Pembelajaran IPS ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... Daftar Kelompok Siklus I ... Daftar Kelompok Siklus II ... Soal Uji Coba ... Analisis, Validitas, Uji Daya Beda, Tingkat Kesukaran ... Soal Tes Formatif I ... Soal Tes Formatif II ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

Pratindakan ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

Siklus I ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

Siklus II ... 88 90 96 102 103 104 108 110 113 116 117 118


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah interaksi antara guru dan anak didik yang dapat melestarikan serta mengembangkan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatkan produksivitas tenaga terdidik. Di samping itu, pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa.

Perkembangan zaman yang semakin moderen terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global harus dapat memberi dan menfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta didik. Keterampilan intelektual, sosial, dan personal tidak hanya dibangun secara rasio dan logika saja tetapi juga inspirasi, kreatifitas, moral intuisi (emosi), dan spiritual. Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global.


(19)

2

Pembelajaran diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Sidi, 2004: 4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk dikembangkan agar selalu kreatif dan berkembang.

Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut, para guru belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya


(20)

3

sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa menuju hal yang positif secara terencana, baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Proses pembelajaran formal dengan berbagai metode dan model pembelajaran akan menjadikan tujuan pembelajaran lebih terarah.

Berdasarkan pengamatan pratindakan terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.


(21)

4

Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang “Pasar” sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara seperti, memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta berdiskusi kelompok. Namun, dalam pratindakan, siswa yang terlibat aktif dalam tanya jawab masih sedikit sehingga yang terlihat aktif hanya guru memberikan materi pelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran khususnya tanya jawab dapat dilihat pada tabel I.1 di bawah ini.

Tabel I.1

Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Pratindakan

No. Aktivitas Frekuensi Persentase

1. Bertanya kepada teman tentang

materi pelajaran 24 85,71%

2. Bertanya pada guru tentang

materi pelajaran 14 50,00%

3. Menjawab pertanyaan teman

tentang materi pelajaran 24 85,71%

4. Menjawab pertanyaan guru

tentang materi pelajaran 12 42,86%

5. Menanggapi jawaban siswa lain 11 39,29%

Rata-rata 17 60,71%

Sumber: Observasi Pratindakan, 2012

Selain aktivitas tanya jawab yang kurang, hasil belajar pun juga belum mencapai harapan. Hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 tentang “Pasar” belum begitu memuaskan. Sebagian besar nilai ulangan belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu sebesar 65 (Dokumen KTSP SMP Islam Sarbini). Hal tersebut dapat dilihat dari daftar nilai Ilmu Pengetahuan


(22)

5

Sosial pada tabel I.2 dan rekapitulasi nilai ulangan harian IPS Ekonomi kelas VIII A pratindakan pada tabel I.3.

Tabel I.2

Daftar Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII A Pratindakan

No NIS Nama Siswa Nilai

Tuntas

Belajar Ket. Ya Tidak

1 3333 Achmad Chambali 60 V KKM 65

2 3334 Agus Budi Cahyono 50 V

3 3337 Ahmad Nafi’in 60 V

4 3342 Andri Ristanto 60 V

5 3343 Anida Khasanah 75 V

6 3346 Arifa Muliyana 70 V

7 3347 Ayub Budi Nugroho 50 V

8 3349 Bayu Safi’i 60 V

9 3417 Cindy Wijayanti 60 V

10 3358 Eko Apriyandi 75 V

11 3359 Eri Fan Hadad 55 V

12 3362 Fatchurohman 80 V

13 3365 Febri Wicaksono 80 V

14 3368 Fitria Rahayu 60 V

15 3371 Ihsan Nur Rohman 75 V

16 3375 Khobiyatul Akholin 60 V

17 3376 Lukman Adi Nugroho 60 V

18 3378 Maghfiroh 70 V

19 3380 Miftachul Solikhun 70 V

20 3382 Miyati 60 V

21 3385 Muhamad Suryono 75 V

22 3387 Muhammad Ma’sum 80 V

23 3388 Muhammad Supranoto 60 V

24 3397 Risda Mardiana 60 V

25 3240 Robhi Firman Pamungkas 60 V

26 3405 Sus Hariyanto 50 V

27 3407 Tri Ulfia 55 V

28 3411 Yunita 60 V

Jumlah 1790 10 18

Nilai rata-rata 63,93 Sumber : Dokumen Guru, 2012


(23)

6

Tabel I.3

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII APratindakan

Jumlah

Siswa KKM

Tidak Tuntas Tuntas

Siswa Persentase Siswa Persentase

28 65 18 64,29 10 35,71

Sumber: Observasi Pratindakan, 2012

Terkait belum optimalnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar di SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang. Faktor-faktor tersebut berasal dari siswa dan guru.

Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar yang berasal dari siswa yaitu, (1) siswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dikelas, terutama pada jam terakhir, (2) kurangnya minat belajar siswa, (3) input siswa yang rendah, (4) latar belakang siswa sebagian besar dari keluarga ekonomi rendah dan keluarga broken home sehingga orang tua kurang mendukung aktivitas belajar.

Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar yang berasal dari guru yaitu, (1) guru belum menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan materi sehingga menyebabkan pembelajaran monoton dan tidak menyenangkan, (2) guru masih menggunakan media yang sederhana sehingga pembelajaran kurang menarik.

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas agar keadaan tersebut menjadi lebih baik. Penulis


(24)

7

merencanakan penelitian dengan judul "Meningkatkan Keterampilan Bertanya Jawab dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan Model Snowball Throwing Siswa Kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang".

Penulis memilih model pembelajaran snowball throwing karena dalam model ini terdapat kegiatan yang mengharuskan siswa untuk membuat pertanyaan berkaitan dengan materi. Pertanyaan yang dibuat siswa harus dijawab siswa lain. Menurut penulis, kegiatan bertanya jawab ini merupakan kegiatan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasahan yang ditemukan, penulis akan membatasi penelitian pada peningkatan aktivitas belajar siswa khususnya keterampilan bertanya jawab dan penerapan model pembelajaran snowball throwing. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan model pembelajaran snowball throwing pada upaya meningkatkan keterampilan bertanya jawab sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi “Pasar”, kelas VIIII A SMP Islam Sarbini Grabag.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam belajar Ilmu


(25)

8

Pengetahuan Sosial Ekonomi materi Pasar, siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi Pasar, siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi pasar, melalui model pembelajaran snowball throwing, bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi pasar, melalui model pembelajaran snowball throwing, bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, dan lembaga sekolah.

1. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan kepada guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya dan menyelesaikan masalah pembelajaran tentang aktivitas bertanya jawab dan memberi wacana baru


(26)

9

tentang pembelajaran aktif melalui model pembelajaran snowball throwing.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan oleh guru, membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif dengan bertanya jawab, meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan SMP Islam Sarbini Grabag agar menerapkan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif.


(27)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bertanya

1. Pengertian Keterampilan Bertanya

Bertanya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1628) adalah meminta keterangan, penjelasan; meminta supaya diberi tahu tentang sesuatu. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan.

Menurut Browne (1990), bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri peserta didik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu, sebagai pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar bertanya.

Keterampilan dasar bertanya dapat kita kelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan dasar bertanya tingkat dasar dan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. Keterampilan dasar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.

Sementara itu, keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat


(28)

11

dasar, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, memperbesar partisipasi mereka dan mendorong mereka agar dapat mengambil inisiatif sendiri.

2. Komponen Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut tergantung pada tingkatannya, yaitu tingkat dasar dan tingkat lanjut.

a. Keterampilan bertanya tingkat dasar

1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya. Tingkatan ini jarang digunakan pada peserta didik kecuali untuk beberapa disiplin ilmu yang memang masih baru atau masih asing sehingga pertanyaan yang diberikan masih bersifat dasar.

2) Pemberian acuan

Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang kita perlu memberikan acuan berupa pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari peserta didik. Kita mengetahui bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat banyak komponen.


(29)

12

3) Pemindahan giliran

Ada kalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang peserta didik, karena jawaban yang diberikan belum benar atau belum memadai. Untuk itu kita dapat menggunakan teknik pemindahan giliran. Mula-mula kita mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian memilih salah seorang peserta didik untuk menjawab, dengan cara menyebut namanya, atau dengan menunjuk salah seorang dari mereka. Sangat mungkin jawaban yang muncul pertama kali baru satu perspektif, maka kita dapat menawarkan kembali kepada peserta didik lain tentang pertanyaan yang kita ajukan tersebut.

4) Penyebaran

Untuk melibatkan peserta didik sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, kita perlu menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan secara acak. Kita hendaknya berusaha melontarkan pertanyaan ke semua peserta didik agar semua mendapat giliran yang sama.

5) Pemberian waktu berpikir

Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelaas, kita perlu memberi waktu beberapa saat untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang seorang peserta didik untuk menjawabnya.


(30)

13

6) Pemberian tuntunan

Bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang rasional atau kurang tepat, kita hendaknya memberikan beberapa batasan atau catatan kepada peserta didik itu, agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar baik dengan mendiskusikan bersama sesama teman atau melalui penelusuran di perpustakaan.

b. Komponen-komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut

1) Pengubahan tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan Pertanyaan yang kita kemukakan dapat mengandung proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan, kita hendaknya berusaha mempertimbangkan tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yan paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan, aplikasi. Tentu kita harus membedakan tingkat berpikir yang hanya mengetahui dengan yang tingkat menganalisis.

2) Pengaturan urutan pertanyaan

Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, kita hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik. Misalnya, pertama-tama kita mengajukan pertanyaan yang bersifat


(31)

14

ingatan, setelah itu pertanyaan kita naikkan ke pemahaman, penerapan, analisis, dan akhirnya evaluasi.

3) Penggunaan pertanyaan pelacak

Jika jawaban yang diberikan peserta didik kita nilai benar, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi labih sempurna, maka kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada mereka. 4) Peningkatan terjadinya interaksi

Agar peserta didik lebih terlibat secara keseluruhan, jawaban yang mungkin belum sempurna diberikan oleh salah seorang siswa tidak harus langsung kita jawab tetapi kita lontarkan kembali ke semua orang agar memberikan komentar atau jawaban.

5) Prinsip keterampilan bertanya

Kalau kita ingin mempunyai keterampilan bertanya yang baik kita dapat mencermati prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya berikut ini.

a) Kehangatan dan antusias

Kita perlu menunjukkan kepada seluruh peserta didik bahwa kita menguasai persoalan yang dibahas dan pertanyaan yang kita ajukan memang sangat menarik, bukan asal-asalan bertanya. Hal ini dapat kita buktikan melalui sikap, baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Sikap dan gaya kita termasuk suara, ekspresi wajah,


(32)

15

gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan antusiasme kita.

b) Kebiasaan yang perlu dihindari

(1) Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan munurunnya perhatian dan partisipasi.

(2) Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.

(3) Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.

(4) Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah. (5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum

mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan diajukan terlebih dahulu kepada seluruh siswa. Baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab. (6) Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan

yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.

3. Tujuan Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya perlu kita pelajari sebagai pendidik. Ada beberapa tujuan keterampilan bertanya, yaitu:


(33)

16

a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan.

Dengan memberikan pertanyaan kita akan dapat menarik minat peserta didik dalam pembelajaran. Terlebih jika pertanyaan yang kita berikan tidak sembarangan, memerlukan pemikiran dan renungan mendalam karena cukup pelik dan tidak dapat dilihat secara hitam putih. Untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik kita perlu memilih pertanyaan terkait dengan isu-isu baru dan sesuai dengan dunia peserta didik.

b. Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.

Dengan bertanya kita dapat menarik perhatian siswa terhadap satu persoalan. Kita dapat mempersiapkan berbagai jenis pertayaan yang relevan dengan topik pembelajaran yang kita sampaikan. Ada cara tertentu agar semua peserta didik fokus pada pertanyaan. Sebagai contoh, di tengah kita sedang menjelaskan topik secara tiba-tiba kita lemparkan sebuah gulungan kertas yang sudah kita siapkan kepada salah seorang peserta didik yang kita anggap kurang memperhatikan. Peserta didik yang kita lempar itu langsung kita berikan pertanyaan terkait dengan topik. Biasanya peserta didik lainnya akan diam dan semua fokus ke kejadian ini dan juga ke pertanyaan yang kita ajukan. Ini sebagai bagian dari shock therapy. Pada pertemuan berikut


(34)

17

biasanya sudah berkurang orang yang tidak memperhatikan pembelajaran.

c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik dalam belajar.

Dengan melontarkan pertanyaan kita akan mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik tentang topik pembelajaran. Jika sudah paham, kita dapat meneruskan topik pembelajaran berikutnya, namun jika belum paham kita dapat mengulangi pembahasan atau mendiskusikan lebih jauh, atau mengulangi lagi pada pertemuan berikutnya. Selain itu, jika peserta didik belum paham terhadap materi pembelajaran, kita dapat segera mengidentifikasi berbagai penyebabnya sehingga akan kita tawarkan solusinya.

d. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.

Bertanya pada dasarnya ada proses memahami yang pro-aktif. Bertanya berarti memahami sebagian materi. Bertanya dapat melatih peserta didik aktif mencari dan menemukan pengetahuan baru.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.

Dengan kita memberikan pertanyaan sebenarnya menuntut peserta didik merenungkan kembali informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan pertanyaan kita dapat melatih peserta didik melakukan proses seleksi pengetahuan untuk menjawab persoalan yang kita ajukan.


(35)

18

f. Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.

Dengan kita memberikan pertanyaan kepada seluruh anak, mereka dibiasakan mengemukakan pendapat di muka umum. Di samping itu, jika terjadi perbedaan pandangan mereka akan dilatih menghargai pandangan orang lain.

g. Menguji dan mengukur hasil belajar.

Tujuan terakhir dari keterampilan bertanya adalah untuk menguji dan mengukur hasil belajar. Ini berarti kegiatan bertanya dikaitkan dengan tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

B. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

1. Definisi Pendekatan CTL

Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Definisi ini menekankan pentingnya pengaitan antara bahan ajar dengan kehidupan nyata siswa. Bahan ajar harus bermanfaat bagi siswa dan bermakna dalam arti dapat menambah pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal siswa (priorknowledge) melalui pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh dari proses mengalami, menemukan, memperluas, dan memperkuat (constructivism). Dengan konsep itu, hasil


(36)

19

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam pembelajaran kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbasis CTL adalah guru harus dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat menghubungkan apa saja yang ada di sekolah atau kelas dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata siswa. Dengan demikian siswa akan merasakan dan menyadari manfaat belajar dengan pergi ke sekolah. Siswa juga dapat membuktikan sendiri dan menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di luar kelas yang penuh tantangan dan masalah.

Dalam proses belajar di kelas, siswa dibiasakan untuk saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community). Dalam proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar dengan melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesis,


(37)

20

mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (reflection).

2. Karakteristik Pendekatan CTL

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). Dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (reflection).

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing).

d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group).


(38)

21

e. Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to know each other deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

g. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa CTL memiliki kesesuaian dengan roh Kurikulum Berbasis Kompetensi dan merupakan salah satu strategi yang sangat tepat untuk mengoperasionalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Nur, 2001).

3. Prinsip-Prinsip CTL

CTL adalah segala hal yang berurusan dengan bagaimana mengelola pembelajaran dan bagaimana memotivasi siswa, yang tujuan akhirnya adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Dalam upaya mengelola pembelajaran dan memotivasi siswa inilah digunakan beragam prinsip atau dasar berpikir. CTL memadukan beragam prinsip yang dianggap terbaik yang direkomendasikan oleh ahli-ahli pendidikan masa kini dan diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, membuat siswa kompeten dan sekaligus kreatif, serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.


(39)

22

Kehadiran CTL diharapkan dapat mengubah pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran tradisional biasanya diasosiasikan dengan pembelajaran yang bercirikan (1) siswa pasif karena gurunya yang dominan, (2) guru hanya mengandalkan materi dari buku teks, buku teks merupakan satu-satunya sumber belajar, (3) siswa hanya diajak menghafal, mencatat, melakukan pengulangan-pengulangan yang sifatnya mekanis, dan (4) siswa bekerja secara individual, dan tes hanya bersifat hafalan. Jika masih ada guru yang demikian diharapkan pembelajarannya diubah ke arah pembelajaran kontekstual yang bercirikan: berbasis pemecahan masalah, memberdayakan konteks alamiah, menggunakan beragam sumber yang relevan, menggunakan penilaian otentik dengan beragam alat ukur yang sesuai, guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, siswa diajak untuk bekerja sama,dan siswa belajar bukan diberitahu tetapi dari mengalami, menemukan, dan akhirnya memperkuat temuannya.

4. Pilar CTL

Terdapat tujuh prinsip (pilar) CTL yang diharapkan dapat mengubah pembelajaran dari tradisional ke pembelajaran kontekstual. Ketujuh prinsip CTL tersebut diuraikan berikut ini.

a. Konstruktivisme

Paradigma pembelajaran konstruktivistik telah disuarakan dengan lantang oleh Degeng (1989) sebagai hal yang wajib untuk merevolusi pembelajaran di Indonesia apabila kita ingin menghasilkan


(40)

23

sumber daya manusia yang ideal. Paradigma behavioristic yang dipegang guru selama ini, yang wujudnya dalam proses pembelajaran berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa, telah menunjukkan kegagalannya dalam menghasilkan lulusan pendidikan yang ideal. Cara pandang behavioristic ini harus secara radikal diganti dengan cara pandang konstruktivistik.

Ciri khas paradigma konstruktivistik adalah aktivitas dan keterlibatan siswa dalam upaya proses belajar dengan memanfaatkan pengetahuan awal dan gaya belajar masing-masing siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya. Dalam kaitannya dengan pemberian bantuan, guru hanya membantu siswa dengan memberikan arahan atau media dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dikuasai siswa. Namun, tanggung jawab penyelesaian tugas tetap pada diri siswa. Ada kemungkinan dalam mengerjakan tugas, siswa melakukan beberapa kesalahan tetapi dengan mediasi atau bantuan baik berupa umpan balik, bimbingan maupun petunjuk yang diberikan guru, siswa dapat mengerjakan tugas-tugas tersebut dan mencapai tujuan. Pemberian bantuan semacam ini dikenal dengan istilah scaffolding.

Melalui pentahapan atau scaffolding ini diharapkan setiap siswa dapat menguasai kompetensi yang kompleks secara mudah dan tahan lama. Guru yang telah menerapkan paham konstruktivisme


(41)

24

memahami benar bahwa pengetahuan itu dibangun sedikit demi sedikit, dan diperluas atau diperdalam melalui kegiatan mengalami dalam konteks alamiah/nyata. Hal ini akan tercermin dalam skenario pembelajarannya yang didesain secara bertahap dalam bentuk fase-fase untuk membantu siswa mencapai kompetensi optimal yang harus dikuasai.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa inti dari konstruktivistik adalah membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

b. Inkuiri

Inquiri adalah kegiatan inti dari pembelajaran berbasis CTL. Inquiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiri adalah sebagai berikut: mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data , dan merumuskan teori.

Ada yang beranggapan bahwa inkuiri hanya cocok diterapkan untuk pembelajaran sains. Pendapat ini tentunya kurang tepat. Inkuiri dapat diterapkan dalam pembelajaran apa saja, tergantung kreativitas guru. Di tangan guru yang kompeten dan kreatif, semuanya dapat


(42)

25

diselesaikan dengan baik. Hal yang perlu ditegaskan dalam inquiri adalah harus terjadi proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

c. Bertanya (Questioning)

Questioning atau bertanya adalah salah satu prinsip pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan mengetahui kemampuan berpikir siswa. Bertanya merupakan bagian yang sangat penting dalam belajar. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa merupakan indiaktor bahwa siswa sudah mulai belajar. Tanpa pertanyaan, siswa dapat dikatakan belum belajar. Jika seseorang siswa bertanya, maka ia sudah melihat permasalahan atau masalah pada sesuatu yang sedang dipelajari. Pemunculan masalah menandakan bahwa siswa sudah mulai berpikir, dan jika masalah itu dirumuskan menjadi pertanyaan berarti siswa itu berkehendak untuk menemukan jawaban atas masalah yang ditemukan; berarti pula siswa berkehendak untuk mengembangkan pikiran lebih lanjut. Itulah belajar.

Pertanyaan juga sangat penting dalam proses pembelajaran, Socrates (Hasibuan, 1988) mengutarakan bahwa pertanyaan merupakan “the very core of teaching”. Dalam model pembelajaran konvensional (“pembelajaran berbasis pengetahuan”), guru pada


(43)

26

umumnya mengajukan pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang diceramahkan guru sudah dipahami siswa, atau hanya untuk membawa siswa ke pamahaman materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun, pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran kontekstual mempunyai tujuan lebih dari itu. Ada tiga tujuan pokok dari dikemukakannya pertanyaan dalam proses pembelajaran, yaitu: meningkatkan tingkat berpikir siswa, mengecek pemahaman siswa, dan meningkatkan partisipasi belajar siswa. Pada pembelajaran berbasis kompetensi, khususnya pada pembelajaran yang menggunakan model belajar penemuan (discovery-inquiry learning), tujuan diajukannya pertanyaan dalam kelas lebih banyak lagi, yang utama adalah:

1) mendorong siswa untuk menggali informasi, 2) merangsang rasa ingin tahu,

3) melatih siswa untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah, 4) membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis,

5) membimbing siswa untuk mengolah data,

6) membimbing siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan data 7) membimbing siswa untuk mentransfer pengetahuan atau konsep

ke masalah baru atau ke penerapan dalam pemecaham masalah. Aspek penting yang perlu ditekankan dari prinsip bertanya ini adalah bagaimana guru memfasilitasi siswa agar siswa mau dan bisa


(44)

27

bertanya, tukar pengalaman, dan berbagi ide. Pertanyaan kreatif diharapkan muncul dari siswa. Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

d. Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar atau learning community adalah kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan kerja sama yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community. Hal yang berbeda dan mendapatkan penekanan dalam pembelajaran yang menerapkan prinsip masyarakat belajar adalah pentingnya membangun tim atau kelompok yang tangguh. Kelompok yang tangguh adalah kelompok yang tiap anggotanya mau saling berbagi, saling mendukung, saling mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

Selain tim yang tangguh, dalam masyarakat belajar juga dituntut adanya pemilihan tugas yang kompleks dan jelas sehingga layak untuk didiskusikan, diperlukan pengelolaan yang baik agar kegiatan diskusi dapat dipertanggungjawabkan kualitas hasilnya, jelas penilaiannya. Dan satu aspek lagi yang perlu dipegang teguh adalah dalam masyarakat belajar kualitas individual tetap menjadi perhatian meskipun bekerja dalam kelompok. Dengan demikian, anggota yang hanya bergantung pada orang lain tanpa inisiatif dan partisipasi tentu


(45)

28

tidak harus dihindari dengan menggunakan teknik diskusi atau pembelajaran yang benar-benar kooperatif bukan sekadar kolaboratif. Masyarakat belajar adalah salah satu kecakapan hidup yang perlu dilatihkan sejak dini karena pada kenyataannya dalam hidup bermasyarakat, 99% sukses hidup seseorang ditentukan oleh kemampuannya dalam bekerja sama dengan orang lain.

e. Pemodelan

Teori tentang pentingnya pemodelan dalam pembelajaran kontekstual diadopsi dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura (Dahar, 1988). Dalam teorinya, Bandura berpendapat bahwa manusia itu belajar dari suatu model dan belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Sebagai contoh, guru-guru olah raga mendemontrasikan loncat tinggi dan para siswa menirunya. Bandura menyebut ini no-trial learning, karena siswa tidak harus melalui proses pembentukan (shaping process), tetapi dengan segera menghasilkan respons yang benar (Dahar, 1989).

Dalam teori pemodelan ini, dikemukakan empat fase belajar dari model yaitu, fase perhatian (attention phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi (motivational phase). Fase pertama dalam belajar melalui model adalah memberikan perhatian pada suatu model. Pada umumnya orang akan memperhatikan apabila model yang ditampilkan itu menarik, aktual, dan populer. Oleh karena itu, dalam menerapkan


(46)

29

pembelajaran dengan teknik pemodelan, seorang guru harus menampilkan model yang benar-benar menarik, aktual, dan populer agar mendapatkan perhatian dari para siswa, mendapatkan apresiasi positif, dan dapat menumbuhkan minat atau motivasi siswa untuk mengembangkan yang lebih baik lagi. Fase kedua dalam belajar melalui model adalah fase retensi. Retensi adalah kemampuan mengingat sesuatu dalam jangka waktu yang lama dalam memori jangka panjang, bukan memori jangka pendek yang mudah dilupakan. Sebuah model yang menarik, aktual, populer, dan dikuatkan dengan simbol-simbol, media, kata-kata, dan nama-nama yang menarik, memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang terkait dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan secara konkrit biasanya lebih tahan lama daripada diteorikan atau diceramahkan secara abstrak. Ingatan jangka panjang terkait dengan aspek-aspek yang dimodelkan akan mendorong siswa untuk menemukan ciri-ciri dari aspek-aspek yang dimodelkan, menemukan kelebihan dan kekurangan dari model, dan sekaligus dapat memproduksi model lain yang lebih menarik dan inovatif. Fase ketiga dalam belajar melalui model adalah fase reproduksi. Fase reproduksi ini akan menepis anggapan yang melemahkan teori pemodelan yang memandang bahwa pemodelan akan melahirkan plagiatisme, melahirkan pembelajar yang hanya pandai meniru. Justru dari model yang ditampilkan inilah para pembelajar belajar dan


(47)

30

menciptakan model baru yang jauh lebih baik. Buah dari reproduksi adalah reinforcement atau penguatan berupa pujian atau bentuk-bentuk yang lain. Penguatan ini akan memberikan motivasi atau semangat untuk membuat model yang lebih baik. Fase keempat dalam belajar melalui model adalah fase motivasi. Dari penguatan atau motivasi inilah seorang pembelajar akan berani menampilkan model yang dibuatnya dengan penuh keberanian.

Teknik modeling adalah penggunaan model untuk memperkaya stuktur pengetahuan atau skemata isi terkait dengan aspek yang akan dikembangkan. Melalui model ini siswa diajak untuk menganalisis dan mensintesis kelebihan dan kekurangan model dan mengembangkan model lain yang lebih baik.

Pemodelan atau modeling adalah salah satu prinsip penting dalam pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Pemodelan diartikan sebagai kegiatan guru dalam memberikan contoh, memeragakan, atau mendemontrasikan. Tujuan pemodelan adalah agar siswa mengetahui, melihat, dan dapat melakukan dengan baik hal yang dicontohkan oleh si pemodel. Tujuan pemodelan juga untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. Ketiga pengertian tentang modeling di atas memiliki prinsip yang sama, yaitu pemberian model untuk dianalisis


(48)

31

kelebihan atau kekurangannya dan untuk menciptakan model yang lebih baik.

f. Penilaian Otentik

Di samping istilah penilaian otentik, akhir-akhir ini juga sedang marak dibicarakan istilah penilaian kelas. Apakah sebenarnya penilaian otentik itu dan apa kaitannya antara penilaian otentik dengan penilaian kelas atau sering juga disebut penilaian berbasis kelas? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di sini akan dijelaskan pengertian dan hubungan dari kedua istilah tersebut.

Penilaian adalah proses pengumpulan data/bukti untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka penilaian kelas dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Definisi ini selaras dengan definisi yang dikemukakan oleh O’Malley dan Valdez Pierce (1996) yang menyatakan bahwa penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang merefleksikan proses belajar siswa, kemampuan siswa, motivasi dan sikap-sikap siswa dalam pembelajaran. Definisi ini menyatakan bahwa fokus penilaian kelas adalah proses dan hasil belajar siswa.

Berkaitan dengan penilaian kelas, akhir-akhir ini telah terjadi perubahan paradigma dalam penilaian kelas. Perubahan tersebut adalah dari penilaian yang bersifat diskrit atau fragmentaris (terpisah-pisah) ke penilaian yang bersifat otentik atau holistik. Dan penilaian


(49)

32

diri sendiri (self-evaluation) adalah aspek penting, karena siswa harus mengetahui dengan sadar letak keberhasilan atau kemajuannya. Penilaian kinerja ini dimaksudkan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Penilaian yang demikian inilah yang disebut dengan penilaian otentik.

Penilaian otentik dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik pengukuran yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah dikuasai dan dicapai (O’Malley dan Valdez Pierce, 1996). Penilaian otentik untuk mendeskripsikan berbagai bentuk penilaian yang merefleksikan proses pembelajaran yang dialami siswa, kemampuan siswa, motivasi siswa, dan sikap yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian otentik menuntut siswa mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuannya dalam konteks yang bermakna. Penilaian otentik mengamanatkan agar instrumen penilaian benar-benar dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kelas dan penilaian otentik memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keterkaitannya adalah penilaian kelas, yang fokusnya mengukur


(50)

33

proses dan hasil belajar siswa, harus dilaksanakan dengan menggunakan paradigma/prinsip penilaian otentik.

Penilaian otentik yang dilaksanakan dalam pembelajaran didasarkan atas prinsip-prinsip sesuai yang dikemukakan oleh Nurhadi, dkk. (2004: 52), yakni: 1) harus mengukur semua aspek pembelajaran, 2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, 3) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, 4) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, 5) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari, dan 6) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan hanya sekadar keluasannya (kuantitas).

Proses penilaian otentik harus dilaksanakan secara terus-menerus, yaitu guru secara terus-menerus berinteraksi dan mengamati aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Untuk mewujudkan penilaian yang seperti itu, akhir-akhir ini telah dikembangkan beragam alat penilaian otentik, yaitu portofolio, performasi/kinerja, lembar observasi, jurnal, log, dan tes.

g. Refleksi

Refleksi atau reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas


(51)

34

atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.

Dalam menerapkan prinsip refleksi ini diperlukan keterbukaan dari guru untuk menerima kritik dan saran terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan guna perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Dengan memperhatikan prinsip ini sebenarnya guru dituntut untuk menyiapkan pembelajaran secara baik dan seksama agar respon balik yang kita terima juga baik.

C. Metode Pembelajaran Snowball Throwing

1. Pengertian Snowball Throwing

Selama ini pembelajaran di kelas didominasi oleh pemahaman strukturalis/objektivisme/behaviorisme yang bertujuan siswa mengingat informasi, lalu terjadi memorasi. Pembelajaran dengan metode snowball throwing tidak demikian, dalam hal ini peserta didik diberikan kebebasan untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan yang dialaminya. Siswa diberi pemahaman bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu yang tidak stabil dan hanya berupa rekaman. Ilmu pengetahuan adalah konstruksi manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru yang menyebabkan pengetahuan terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Prinsip pembelajaran dengan metode snowball throwing termuat di dalam prinsip pendekatan kooperatif yang didasarkan pada lima prinsip, yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning), belajar kerjasama


(52)

35

(cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning).

Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pengalaman semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget manusia memilki struktur pengetahuan dalam otaknya, yang masing-masing individu memilki kemampuan yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru (struktur pengetahuan) dihubungkan dan disimpan di dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah struktur pengetahuan dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan pengalaman baru yang diperoleh.

Pembelajaran dengan metode snowball throwing menerapkan pembelajaran dengan pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.


(53)

36

Di dalam metode pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

2. Kelebihan Pembelajaran Metode Snowball Throwing

a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis, dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

c. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

d. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

e. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

f. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

g. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

h. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat, dan intelegensia.


(54)

37

i. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. 3. Kelemahan Pembelajaran Metode Snowball Throwing

a. Terciptanya suasana kelas yang ramai yang dapat mengganggu kelas lain.

b. Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain/ kurang mandiri dalam membuat pertanyaan yang akan dilemparkan kepada kelompok lain.

D. Prestasi Belajar

Menurut Sardiman (2001: 46), prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 186), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Winkel (1996: 165), prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di

dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang

prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study. Kalimat tersebut mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standar test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang di dalam satu atau lebih dari


(55)

38

garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus popular, prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979: 251).

E. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Melalui model pembelajaran snowball throwing, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya. Snowball throwing merupakan metode pembelajaran yang kegiatannya menekankan kepada siswa untuk aktif menuliskan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dengan demikian, siswa aktif terlibat dalam mengemukakan pertanyaan. Pertanyaan tersebut nantinya harus dijawab oleh siswa yang lain secara bergantian. Kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa telah aktif dalam kegiatan belajar dengan bertanya jawab.


(56)

39

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Ebbut dalam Wiriaatmadja (2005), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan tindakan-tindakan tersebut. PTK diterapkan pada mata pelajaran ekonomi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dengan jumlah siswa 28 orang. Penulis memilih kelas VIII A dengan pertimbangan hasil belajarnya paling rendah dibandingkan kelas lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perbandingan rekapitulasi hasil ulangan harian I Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Semester I Tahun pelajaran 2012/2013.

Tabel III.1

Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I

IPS Ekonomi Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013

Kelas Jumlah

Siswa KKM

Tidak Tuntas Tuntas

Siswa Persentase Siswa Persentase

VIII A 28 65 18 64,29 10 35,71

VIII B 25 65 10 40 15 60


(57)

40

2. Objek Penelitian

Objek penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang akan diterapkan guru untuk meningkatkan keterampilan bertanya jawab dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Hal ini didasari pada prestasi belajar yang rendah, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, membaca materi pembelajaran, kemampuan bertanya jawab, dan kerja sama dalam tim/berdiskusi.

C. TempatPenelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dengan pertimbangan penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas, dan subjek penelitian yang sesuai dengan profesi penulis. Selain itu, input siswa SMP Islam Sarbini Grabag yang rendah.

D. WaktuPenelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2012.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (kolaborator) yaitu Bapak Barzah, S.E. yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur


(58)

41

yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai observer untuk mengamati serta mendata aktivitas guru dan siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan empat kegiatan utama yang ada di setiap siklus, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan dan pengumpulan data, dan 4) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar III.1

Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006).

Secara operasional penelitian tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Pelaksanaan Tindakan (Aksi)

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan (Aksi)

Refleksi Perencanaan

Tindakan Observasi

Perencanaan Tindakan


(59)

42

1. Kegiatan pratindakan

a. Observasi pada guru

Observasi terhadap guru meliputi kegiatan pra-pembelajaran meliputi apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan inti meliputi penguasaan materi pelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa, dan kegiatan penutup meliputi refleksi, rangkuman, tindak lanjut setelah pembelajaran.

b. Observasi pada siswa

Observasi terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati pada saat pembelajaran (siswa siap mengikuti proses pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik, secara pribadi maupun dalam kelompok).

c. Observasi padakelas

Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu,


(60)

43

observasi ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. 2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Setelah ditemukan permasalahan, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan yang akan dilakukan, meliputi model pembelajaran yang akan digunakan, waktu dan hari pelaksanaan. 2) Membuat kesepakatan bersama guru bidang studi Ilmu

Pengetahuan Sosial untuk menetapkan materi yang akan diajarkan.

3) Merancang program pembelajaran berupa silabus, rencana program pembelajaran (RPP), materi “Pasar”, bola-bola yang berisi soal, dan soal posttest (ulangan harian) serta lembar pengamatan untuk penilaian aktivitas siswa.

4) Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru berlatih bersama untuk menyamakan persepsi mengenai proses pembelajaran yang telah direncanakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru melakukan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam usaha ke arah perbaikan. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses


(61)

44

pelaksanaan di lapangan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru, sedangkan kolaborator berperan sebagai observer. Langkah-langkah penbelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang dilakukan sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian menyuruh siswa untuk membaca materi pembelajaran tentang “Pasar” kemudian guru mempresentasikan inti dari materi “Pasar”.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

3) masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,

4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,

6) pada akhir kegiatan dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.


(62)

45

c. Observasi dan Monitoring

Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran (pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang berperan sebagai observer/pengamat yang bertugas mengamati aktivitas siswa dalam kerjasama dalam kelompok dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Observer juga mengamati aktivitas peneliti ketika peneliti melakukan tindakan.

d. Refleksi

Data hasil observasi berupa data kuantitatif yang berupa penguasaan materi (nilai posttest) dan tanggapan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Karena dengan adanya suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Data yang diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi dengan peneliti untuk mengetahui (a) Apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana, (b) Kemajuan apa yang dicapai siswa, terutama dalam hal peningkatan aktivitas bertanya jawab, motivasi, dan hasil belajar siswa. Jika setelah refleksi terdapat masalah, dilakukan tindakan lanjutan yang meliputi perencanaan,


(63)

46

tindakan dan observasi, sehingga masalah tersebut dapat teratasi dan tercapainya hasil yang optimal.

e. Evaluasi

Setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan, tahap terakhir sebagai penentu hasil belajar maka dilakukan evaluasi. Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan diantara dialog awal, perencanaan tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan proses yang terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujukan pada penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag tahun ajaran 2012/2013.

3. Siklus II

Tahap-tahap kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, tetapi tindakannya yang berbeda. Perbedaan tindakan pada penelitian ini adalah jumlah siswa tiap kelompok. Jika pada siklus I jumlah anggota kelompok 6 sampai 7 siswa, pada siklus II jumlah anggota kelompok 4 sampai 5 siswa. Tindakan pada siklus kedua ini dasarnya perbaikan siklus pertama dan didasarkan atas refleksi siklus pertama.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, tes tertulis, dan quisioner.


(64)

47

1. Lembar Observasi

Tabel III.2

Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab

No Nama Siswa Indikator Bertanya kepada teman tentang materi pelajaran Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran Menjawab pertanyaan teman tentang materi pelajaran Menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran Menanggapi jawaban siswa lain Jumlah/ frekuensi Persentase

Lembar observasi digunakan sebagai lembar penilaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan. Persentase aktivitas siswa selama pembelajaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Ali, 1992: 104, sebagai berikut:

x100% maksimum Skor perolehan Skor Persentase

Pada analisis data skala sikap, digunakan perhitungan kategori tingkatan: persentase tertinggi adalah (4/4 x 100%) = 100% dan terendah adalah (¼ x 100 %) = 25% sehingga rentangan skor persentasenya adalah 100% - 25% = 75%. Banyaknya kategori 3, jadi interval kelas persentasenya 75% : 3 = 25% (panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada kriteria Penilaian Deskriptif Persentase di bawah ini:


(65)

48

1) Persentase aktivitas 25% ≤ 50%: aktivitas siswa dalam pembelajaran “Rendah”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa tidak pernah bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau dari kelompok lain.

2) Persentase aktivitas 50% ≤ 75%: aktivitas siswa dalam pembelajaran “Sedang”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa hanya sesekali bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain.

3) Persentase aktivitas 75% ≤ 100% : aktivitas siswa dalam pembelajaran “Tinggi”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa sering bertanya kepada guru dan mampu menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain. Selain aktivitas siswa, aktivitas guru juga diamati dengan instrumen berikut ini.

Tabel III.3

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Elemen yang dinilai Pratindakan Siklus I Siklus II Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1.

Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif dengan tipe snowball throwing

2.

Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit dan membantu siswa dalam pembelajaran snowball throwing 3.

Guru memberikan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar melalui presentasi kelas. 4.

Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.


(66)

49

No Elemen yang dinilai Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

5. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok. 6.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok

7.

Guru memberdayakan pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berfikir.

8.

Guru mendorong siswa untuk mendiskripsikan masalah, mengkaji teori, konsep, prinsip, dan

mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan jawaban. 9.

Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar kegiatan.

10.

Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran melalui latihan soal dan tes formatif

11. Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam turnamen.

12.

Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor terbaik.

13.

Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Persentase 2. Tes Tertulis

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Untuk menyusun soal tes formatif digunakan kisi-kisi soal sebagai berikut.


(1)

LAMPIRAN 9

SOAL TES FORMATIF II

Sekolah : SMP Islam Sarbini Grabag

Kelas/ semester : VIII/ 1

Pilihlah jawaban yang tepat dengan menyilang a, b, c, atau d!

1. Uraian berikut yang bukan definisi pasar secara ekonomi yaitu ....

a. pasar adalah sarana bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli

b. pasar adalah suatu mekanisme pertukaran sehingga terjadi transaksi jual beli c. pasar adalah titik potong antara fungsi permintaan dan penawaran

d. pasar adalah tempat pembeli menjual barang dagangan

2. Konsekuensi dari banyaknya pedagang/produsen dalam pasar persaingan sempurna adalah ....

a. pedagang terpaksa menjual dengan harga rendah b. produk menjadi berdiferensiasi

c. produsen menguasai konsumen

d. produsen tidak bisa memengaruhi harga pasar

3. Hal yang membedakan antara pasar lokal dan pasar nasional adalah …. a. jumlah pedagang

b. daya beli konsumen

c. sifat barang yang diperjualbelikan d. jumlah barang yang diperjualbelikan 4. Peranan pasar bagi produsen adalah .…

a. sarana bersaing

b. membuka kesempatan kerja c. memperkenalkan produk barang d. sumber daya produksi

5. Pasar berfungsi dalam pembentukan harga dapat dijumpai dalam bentuk .... a. proses tawar menawar

b. proses pembelian barang c. barang yang dijualbelikan d. proses pembayaran

6. Pasar sebagai tempat promosi dapat dibuktikan dalam bentuk …. a. banyaknya iklan terpasang

b. tempat pembelian barang c. banyaknya benda dijual


(2)

7. Berikut merupakan syarat sebuah pasar, kecuali ….

a. ada pembeli b. ada penjual

c. ada barang yang diperjualbelikan d. ada tempat untuk berjualan

8. Pembelian barang-barang tertentu secara on line yang sekarang banyak dilakukan pada kehidupan masyarakat modern merupakan contoh pasar ….

a. internasional b. konkret c. abstrak d. regional

9. Berdasarkan wilayah kegiatannya, bursa tenaga kerja merupakan contoh pasar …. a. abstrak

b. distribusi c. produksi d. nasional

10.Pekan Raya Jakarta termasuk jenis pasar …. a. abstrak

b. regional c. tahunan d. lokal

11.Timbulnya pasar di suatu tempat karena adanya .... a. penjual dan pembeli

b. penjual dan barang dagangan

c. pembeli dan barang yang dibutuhkan

d. penjual, pembeli, barang, harga kesepakatan

12.Pasar berfungsi memperlancar proses penyaluran atau jasa dari produsen ke konsumen, fungsi pasar tersebut sebagai ....

a. promosi b. informasi c. distribusi

d. pembentukan harga

13.Terbentuknya harga di pasar karena adanya .... a. patokan harga dari pemerintah


(3)

14.Menjual barang di pasar akan dikenai pungutan yang disebut .... a. retribusi

b. sanksi c. denda d. pajak

15.Salah satu peranan pasar bagi konsumen adalah .... a. mudah memperoleh alat-alat produksi

b. mudah memperoleh alat-alat komunikasi c. mudah mendapatkan barang-barang konsumsi d. mudah menemukan barang-barang yang dibutuhkan


(4)

LAMPIRAN 10

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS TANYA JAWAB SISWA VIII A PRATINDAKAN

Sekolah : SMP Islam Sarbini Nama Peneliti : Sriharni

Pertemuan : Pra tindakan Observer : Barzah, S.E.

No Nama Siswa

Indikator Sikap Bertanya

kepada teman tentang

materi pelajaran

Bertanya pada guru tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

teman tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

guru tentang

materi pelajaran

Menanggapi jawaban siswa lain

1 Achmad Chambali - - - - -

2 Agus Budi Cahyono - - - - -

3 Ahmad Nafi’in - - - - -

4 Andri Ristanto - - - - -

5 Anida Khasanah V - V V -

6 Arifa Muliyana V - - V -

7 Ayub Budi Nugroho V - - V -

8 Bayu Safi’i - - - - -

9 Cindy Wijayanti - - - V -

10 Eko Apriyandi V - - - -

11 Eri Fan Hadad - - - V -

12 Fatchurohman V - V V -

13 Febri Wicaksono - - - - -

14 Fitria Rahayu - - - - -

15 Ihsan Nur Rohman V - - - -

16 Khobiyatul Akholin V - V V -

17 Lukman Adi N - - - - -

18 Maghfiroh V - - V -

19 Miftachul Solikhun V - - - -

20 Miyati - - - V -

21 Muhamad Suryono V - V V -

22 Muhammad Ma’sum V - - V -

23 Muhammad Supranoto - - - - -

24 Risda Mardiana - - - - -

25 Robhi Firman P V - - - -

26 Sus Hariyanto - - V V -

27 Tri Ulfia - - - - -

28 Yunita - - - - -

Jumlah Skor 12 0 6 12 0


(5)

LAMPIRAN 11

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS TANYA JAWAB SISWA VIII A SIKLUS I

Sekolah : SMP Islam Sarbini Nama Peneliti : Sriharni

Pertemuan : Siklus I Observer : Barzah, S.E.

No Nama Siswa

Indikator Sikap Bertanya

kepada teman tentang

materi pelajaran

Bertanya pada guru tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

teman tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

guru tentang

materi pelajaran

Menanggapi jawaban siswa lain

1 Achmad Chambali V - V - -

2 Agus Budi Cahyono V V V - -

3 Ahmad Nafi’in - - - - -

4 Andri Ristanto V - V - -

5 Anida Khasanah V V V V V

6 Arifa Muliyana V V V V V

7 Ayub Budi Nugroho V V V V V

8 Bayu Safi’i - - - - -

9 Cindy Wijayanti V - V V -

10 Eko Apriyandi V V V - V

11 Eri Fan Hadad V - V V -

12 Fatchurohman V V V V V

13 Febri Wicaksono V - V - -

14 Fitria Rahayu V - V - -

15 Ihsan Nur Rohman V V V - V

16 Khobiyatul Akholin V V V V V

17 Lukman Adi N V - V - -

18 Maghfiroh V V V V -

19 Miftachul Solikhun V V V - V

20 Miyati - - - V -

21 Muhamad Suryono V V V V V

22 Muhammad Ma’sum V V V V V

23 Muhammad Supranoto V - V - -

24 Risda Mardiana - - - - -

25 Robhi Firman P V V V - V

26 Sus Hariyanto V V V V -

27 Tri Ulfia V - V - -

28 Yunita V - V - -

Jumlah Skor 24 14 24 12 11


(6)

LAMPIRAN 12

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS TANYA JAWAB SISWA VIII A SIKLUS II

Sekolah : SMP Islam Sarbini Nama Peneliti : Sriharni

Pertemuan : Siklus II Observer : Barzah, S.E.

No Nama Siswa

Indikator Sikap Bertanya

kepada teman tentang

materi pelajaran

Bertanya pada guru tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

teman tentang

materi pelajaran

Menjawab pertanyaan

guru tentang

materi pelajaran

Menanggapi jawaban siswa lain

1 Achmad Chambali V - V V V

2 Agus Budi Cahyono V V V - V

3 Ahmad Nafi’in V - V - V

4 Andri Ristanto V - V - -

5 Anida Khasanah V V V V V

6 Arifa Muliyana V V V V V

7 Ayub Budi Nugroho V V V V V

8 Bayu Safi’i V - V - -

9 Cindy Wijayanti V - V V V

10 Eko Apriyandi V V V - V

11 Eri Fan Hadad V - V V V

12 Fatchurohman V V V V V

13 Febri Wicaksono V - V - -

14 Fitria Rahayu V - V - -

15 Ihsan Nur Rohman V V V V V

16 Khobiyatul Akholin V V V V V

17 Lukman Adi N V - V - -

18 Maghfiroh V V V V V

19 Miftachul Solikhun V V V V V

20 Miyati V - V V V

21 Muhamad Suryono V V V V V

22 Muhammad Ma’sum V V V V V

23 Muhammad Supranoto V - V - -

24 Risda Mardiana V - V - -

25 Robhi Firman P V V V V V

26 Sus Hariyanto V V V V V

27 Tri Ulfia V - V - -

28 Yunita V - V - V

Jumlah Skor 28 14 28 16 20