PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN KALIJATEN KECAMATAN TAMAN SIDOARJO.

(1)

DI KELURAHAN KALIJATEN KECAMATAN TAMAN SIDOARJO

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

SKRIPSI

Oleh :

ADITYA BAGUS PERMADHI NPM : 0441010046

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA 2010


(2)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT karena hanya atas Berkah dan Rakhmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO”, tak lupa terima kasih sebesar – besarnya juga penulis panjatkan buat baginda agung Muhammad SAW, karena dengan perasaan sayang yang tulus kepada umatnya-lah penulis mampu memahami segala sesuatu yang hak dan yang batil, hingga mampu mengamalkan semua yang bermanfaat, termasuk dalam penulisan Skripsi ini.

Dalam menyusun Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ertien Rining. N, MSi selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Skripsi ini. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi selaku Ketua Program Studi Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Diana Hertati, MSi selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu guru dosen pengajar Program Studi Administrasi Negara dan seluruh jurusan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang selama ini telah


(3)

dengan ‘Surga’, dan semoga apa yang dikorbankan selama ini mampu menjadikan penulis sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa. Amin. Love u so much.

6. Keluarga besar yang selalu memberi support dengan tulus dan ikhlas. I love you all.

7. Semua teman – teman FISIP UPN “VETERAN” JATIM, terutama teman – teman Administrasi Negara, khusunya “cak mat’s gangster”. Apakah anda hebat ??. Futsal pangkal sehat, sehat pangkal damai, damai pertanda beriman, beriman pangkal surga. So, rajin-rajinlah futsal biar bisa masuk surga. Hehehe… ;), buat yang belum nyelesaiin skripsi, ayo donk…semangat…semangat…!!!. Terima kasih juga buat teman – teman yang lain (Rellitha, teman – teman TK – SMA, ‘ The Gendjer’ fans club, and all my friend). Maaf nggak bisa disebut satu pesatu.

Semoga Skripsi ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang pelaksanaan kebijakan pemerintah, khususnya dalam hal Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), maupun dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya dalam disiplin Ilmu Administrasi Negara.


(4)

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Agustus 2010

Aditya Bagus Permadhi


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 15

1.4. Kegunaan Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1. Penelitian Terdahulu ... 17

2.2. Landasan Teori... 19

2.2.1. Partisipasi ... 19

2.2.2. Bentuk Partisipasi ... 20

2.2.3. Tingkatan Partisipasi... 22

2.2.4. Jenis Partisipasi ... 23

2.2.5. Dampak Kegiatan Partisipatif ... 25

2.2.6. Masyarakat ... 26

2.2.7. Unsur – Unsur Masyarakat... 27

2.2.8. Syarat Timbulnya Masyarakat ... 28

2.2.9. Kriteria Masyarakat... 28

2.2.10.Faktor – Faktor Manusia Bermasyarakat ... 29


(6)

2.2.13. Kebijakan Publik ... 31

2.2.14.Demam Berdarah Dengue (DBD)... 37

2.2.15.Cara Penyebaran Penyakit DBD ... 38

2.2.16. Gejala pada DBD ... 38

2.2.17. Nyamuk Aedes... 39

2.3. Kerangka Berpikir... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian... 44

3.2. Fokus Penelitian ... 45

3.3. Lokasi Penelitian... 47

3.4. Sumber Data... 48

3.5. Pengumpulan Data ... 49

3.6. Analisis Data ... 51

3.7. Keabsahan Data... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Gambaran Umum ... 57

4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Taman ... 57

4.1.2. Keadaan Monografis Kecamatan Taman ... 58

4.1.3. Keadaan Demografis Kecamatan Taman ... 62

4.1.4. Keadaan Administratif Kantor Kecamatan Taman ... 66

4.1.5. Keadaan Geografis Kelurahan Kalijaten... 71

4.1.6. Visi, Misi, dan Motto Kelurahan Kalijaten ... 73


(7)

4.1.9. Struktur Organisasi dan Tupoksi Kel. Kalijaten ... 76

4.1.10. Komposisi Pegawai Kelurahan Kalijaten... 79

4.1.11. Puskesmas Taman ... 82

4.1.12. Motto, Visi, dan Misi Puskesmas Taman... 84

4.1.13. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Taman ... 87

4.1.14. Riwayat Penyakit Pasien Puskesmas Taman ... 89

4.2. Hasil Penelitian ... 92

4.3. Pembahasan... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran... 123


(8)

Tabel 1.1. Data Program Pemberantasan Penyakit DBD Tahun 2009... 10

Tabel 1.2. Laporan Pemeriksaan Jentik Berkala Tahun 2009... 12

Tabel 1.3. Laporan Pemeriksaan Jentik Berkala Januari – Juni 2010... 13

Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana Kecamatan Taman (Keagamaan) ... 56

Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Kecamatan Taman (Pemerintah)... 57

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Taman (Lalu lintas)... 58

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Taman (Pendididikan)... 59

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana Kecamatan Taman (Kesehatan) ... 60

Tabel 4.6. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendididikan... 61

Tabel 4.7. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 62

Tabel 4.8. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaan ... 63

Tabel 4.9. Sarana dan Prasarana Kantor Kecamatan Taman ... 65

Tabel 4.10. Karakteristik Pegawai Kecamatan Taman (Golongan)... 66

Tabel 4.11. Karakteristik Pegawai Kecamatan Taman (Pendidikan)... 67

Tabel 4.12. Pembagian Wilayah RT dan RW Kelurahan Kalijaten... 71

Tabel 4.13. Jumlah Penduduk Kelurahan Kalijaten (Jenis Kelamin) ... 72

Tabel 4.14. Jumlah Penduduk Kelurahan Kalijaten (Usia)... 73

Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Kelurahan Kalijaten (Pendidikan) ... 74

Tabel 4.16. Jumlah Penduduk Kelurahan Kalijaten (Mata Pencaharian) .... 75

Tabel 4.17. Komposisi Pegawai Kelurahan Kalijaten (Jenis Jabatan)... 79

Tabel 4.18. Komposisi Pegawai Kelurahan Kalijaten (Pendidikan)... 80

Tabel 4.19. Komposisi Pegawai Kelurahan Kalijaten (Pangkat & Gol)... 81 vii


(9)

Tabel 4.22. Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Taman... 89 Tabel 4.23. Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Taman... 90 Tabel 4.24. Laporan Pemeriksaan Jentik Berkala Puskesmas Taman ... 91


(10)

ix

Gambar 1. Kerangka Berpikir... 42

Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Taman ... 68

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelurahan Kalijaten ... 76

Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas Taman... 87

Gambar 5. Pemeriksaan Jentik Berkala oleh Jumantik... 94

Gambar 6. Kerja bakti rutin warga di Kecamatan Taman ... 96

Gambar 7. Keadaan Sungai di Kecamatan Taman ... 102

Gambar 8. Rapat warga mengenai perbaikan sungai ... 103


(11)

Kantor Kecamatan Taman


(12)

Papan jenis layanan di Puskesmas Taman Sidoarjo


(13)

Kantor Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo

Wawancara Penulis dengan Bapak Iswadi selaku Sekretaris Camat Kecamatan Taman


(14)

Wawancara Penulis dengan Bapak Samsul selaku Kepala Puskesmas Taman Sidoarjo

Wawancara Penulis dengan Kepala Puskesmas dan Bapak Imam Sholeh selaku Pengelola Program Pemberantasan Penyakit DBD di Kecamatan Taman


(15)

Wawancara Penulis dengan Ibu Fatmawati

selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Kalijaten

Wawancara Penulis dengan Kepala Seksi Kesra Kelurahan Kalijaten dan Ibu Ratna Galih Selaku pegawai Seksi Kesra Kelurahan Kalijaten


(16)

Pasien Rawat Inap DBD di Puskesmas Taman


(17)

Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo

Seiring dengan berjalannya pembangunan di daerah, maka semakin berkembang pula perindustriannya. Hal itu pada akhirnya membawa dampak negatif, yaitu tingkat kepadatan penduduk di daerah semakin tinggi. Seiring itu pula, fenomena geografis seperti semakin banyaknya daerah – daerah dengan sungai – sungai kumuh dan kondisi musim yang tidak menentu juga semakin bermunculan. Sehingga muncul fakta yang mengatakan bahwa di Indonesia setiap Tahun selalu terdapat penderita Demam Berdarah dalam jumlah yang banyak, terutama di saat musim penghujan. Seperti yang telah terjadi di Kabupaten Sidoarjo, termasuk di Kecamatan Taman yang memiliki penduduk terbanyak serta perekembangan industrinya cukup pesat sehingga menjadikan daerah ini sebagai daerah semi urban dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sidoarjo Ika Harnasti, munculnya penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungannya. Sementara dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.581 Tahun 1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebutkan bahwa tujuan diadakannya Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat supaya bersedia berpartisipasi dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan fokus tentang pasrtisipasi masyarakat antara lain partisipasi tenaga, partisipasi pendapat, dan partisipasi berdasarkan kesadaran. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.

Hasil analisa penelitian menunjukkan, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman Sidoarjo berjalan dengan cukup baik, karena diantara 3 jenis partisipasi, 2 diantaranya yaitu partisipasi pendapat dan partisipasi berdasarkan kesadaran telah dilaksanakan sebagai dukungan dalam pelaksanaan program.


(18)

1. 1. Latar Belakang

Pemerintah telah melakukan pembangunan di segala bidang. Termasuk salah satu di antaranya adalah pembangunan kesehatan yang merupakan bidang pembangunan yang sangat penting.

Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, telah menyebutkan dengan jelas bahwa tujuan pembangunan kesehatan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Adapun adanya Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai pengganti Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mampu menjadi pendukung hal yang telah tersebut di atas, karena di dalamnya terdapat prosedur pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah dalam rangka otonomi daerah, termasuk kewenangan dalam bidang kesehatan. Sehingga sangatlah jelas bahwasannya masing – masing daerah di seluruh Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap pelayanan kesehatan.

Pemerintah bukanlah satu – satunya pihak yang mampu mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, tetapi juga mengikutsertakan partisipasi


(19)

masyarakat, terutama dalam berperilaku hidup sehat, seperti yang tertuang dalam Pasal 11 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009.

Partisipasi menurut Mubyarto dalam Ndraha (1990:102) adalah sesuatu yang dilakukan seseorang sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampauan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Mubyarto (1984:30), terdapat dua macam partisipasi, antara lain : (1) Partisipasi tenaga, yaitu partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan daerah yang diwujudkan dalam bentuk sumbangan kerja. Tenaga kerja di desa sejauh ini masih dijiwai oleh rasa gotong royong yang telah berakar dalam jiwa masyarakat desa. Walaupun tenaga kerja di desa belum sebaik yang dibutuhkan; dan (2) Parisipasi pendapat, yaitu sumbangan yang diberikan masyarakat dalam bentuk sumbangan pikiran atau pendapat.

Kemudian jika ditinjau dari segi motivasi, menurut Khairuddin (2006:126), partisipasi anggota masyarakat terjadi karena:

1. Takut atau terpaksa

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan sehingga masyarakat seakan – akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan. 2. Ikut – ikutan

Partisipasi dengan ikut – ikutan hanya didorong oleh solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat.


(20)

3. Kesadaran

Partisipasi yang timbul kehendak diri pribadi anggota masyarakat. Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri, dalam hal ini masyarakat dapat menerima pembangunan karena mereka sadar bahwa pembangunan tersebut semata – mata untuk kepetingan mereka juga.

Berdasarkan pada hal – hal yang dijumpai selama observasi, peneliti menemukan hubungan antara teori yang telah tersebut di atas dengan misi yang terkandung dalam Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwasannya partisipasi tenaga yang tertera dalam teori Mubyarto (1984:30) adalah jenis partisipasi yang sesuai dengan misi program tersebut, yang mana partisipasi tersebut juga harus dilaksankan dengan dasar kesadaran dari masyarakat untuk peduli terhadap kebersihan lingkungannya, sebagaimana tercantum dalam teori Khairuddin (2006:126).

Yang dimaksud disini adalah jenis partisipasi inilah yang bisa diharapkan dari masyarakat, karena dalam hal ini, jiwa gotong royong masyarakat masih relatif tinggi, tanpa terkecuali gotong royong untuk merawat dan menjaga kebesihan lingkungan, termasuk juga dalam wilayah masyarakat Ke;urahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo, sehingga jika hal tersebut mampu dimanfaatkan dengan baik, maka apa yang menjadi tujuan daripada partisipasi tenaga bisa terwujud sebagaimana mestinya.


(21)

Berdasarkan hal – hal di atas, terdapat berbagai faktor yang meresahkan kehidupan masyarakat pada umumnya, yang sangat memrlukan peran serta masyarakat, yaitu supaya masyarakat memiliki kesadaran untuk memelihara dan menjaga lingkungan supaya selalu dalam keadaan bersih, sehingga bebas dari ancaman sarang nayamuk yang bisa mennyebabkan munculnya penyakit DBD.

Sementara jika berpacu dari fenomena – fenomena yang tampak, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang seringkali membuat masyarakat resah, yang mana hampir disetiap daerah di seluruh Indonesia selalu dan tidak pernah luput merasakan dampak negatifnya, terutama di saat musim hujan. Hal ini juga diperkuat dengan adanya Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular yang menyatakan bahwa DBD adalah jenis penyakit yang mudah menular dan dapat menimbulkan wabah.

Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk vector penularnya sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Hal ini diperparah dengan kondisi musim yang tidak menentu sehingga DBD dapat ditemui di berbagai wilayah di Indonesia, hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, hampir diseluruh pelosok tanah air,


(22)

serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (www.tempointeraktif.com).

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi munculnya kasus – kasus DBD. Namun pemerintah tidak dapat melaksanakan sendiri tanpa peran dari berbagai pihak untuk melaksanakan tugasnya, baik itu Puskesmas maupun masyarakat.

Penyakit DBD atau Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictu. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat – tempat yang ketinggiannya melebihi 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD juga sering di diagnosis dengan dengan penyakit lain seperti tifoid. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat tanpa atau tidak jelas gejalanya. Pasien DBD juga sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare, mirip dengan gejala penyakit infeksi lain. Masalah bisa bertambah karena virus rersebut bisa masuk bersamaan dengan penyakit lain. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis.

Adapun timbulnya penyakit ini adalah disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1 sampai dengan 4. Virus tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang


(23)

banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue tipe 1 dan 3 (Hukum-Kesehatan.web.id).

Gejala – gejala DBD sendiri antara lain, demam tinggi (38-40 derajat celcius) yang berlangsung dua sampai tujuh hari, sakit kepala, rasa sakit yang sangat besar pada otot dan persendian, bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, pendarahan pada hidung dan gusi, mudah timbul memar pada kulit shock yang ditandai oleh rasa sakit pada perut, mual, muntah, jatuhnya tekanan darah, pucat, rasa dingin yang tinggi terkadang disertai pendarahan dalam tubuh.

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk aedes aegepty atau aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk aedes aegepty berasal dari Brasil dan Ethiopia, dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak – anak berusia dibawah 15 tahun, dan tinggal di daerah lembab serta daerah kumuh (www.Tempointeraktif.com). Penyakit ini sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan (Hukum-Kesehatan.web.id).

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah disebutkan bahwasannya dalam menyikapi penyakit ini, pihak pemerintah memang telah mengadakan sejumlah upaya, seperti dikeluarkannya Keputusan Dirjen Departemen Kesehatan Nomor 914-I/PD.03.04.PB/1992 tentang petunjuk teknis Program


(24)

Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang kemudian dalam rangka otonomi daerah telah dilengkapi dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/121/KPTS/013/2006 tentang Tim Pengendali PSN DBD (Progam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue) Jawa Timur, serta Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 440/442/031/2004 tentang Pembentukan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap Desa.

Kemudian realisasi dari kebijakan – kebijakan yang saling bersinergi tersebut adalah dengan terbentuknya Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terdiri sebagai berikut :

1. Dilaksanakan oleh Puskesmas

a. Larvasidasi, yaitu penaburan bubuk larvasida sebagai pembasmi nyamuk di dalam rumah atau bangunan yang terdapat Jentik.

b. Fogging Fokus, yaitu pengasapan yang dulakukan untuk membunuh nyamuk dengan intektisida, dilakukan setelah ada laporan dari Jumantik (Juru Pemantau Jentik) bahwa terdapat nyamuk atau jentik di dalam rumah atau bangunan tertentu dalam suatu wilayah desa atau kelurahan.

c. Fogging swadaya, sama dengan Fogging Fokus, tetapi dilakukan secara prefentif atau setelah ada permintaan dari masyarakat atau Jumantik.

d. Penyuluhan, Puskesmas membentuk Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang terdiri dari perwakilan masyarakat yang melaksanakan


(25)

penyuluhan ini. Dilaksanakan bersamaan dengan pemeriksaan jentik di setiap rumah atau bangunan.

e. Penanganan, yaitu perawatan pasien penderita DBD di Puskesmas. 2. Dilaksanakan oleh masyarakat

a. Jumantik (Juru Pemantau Jentik), dibentuk oleh Puskesmas yang terdiri dari 5 kader per desa, bertugas melaksanakan pemeriksaan jentik secara berkala dan harus melaporkan hasil ABJ (Angka Bebas Jentik) setiap satu bulan sekali kepada Puskesmas. Dan masing kader tersebut memeriksa 6 rumah, sesuai dengan desanya masing – masing. Target ABJ berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit DBD adalah diatas 95 %.

b. PSN DBD (Penberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue), dilaksanakan langsung oleh masyarakat melalui 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) maupun 3M Plus (memelihara ikan, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, kawat kasa, kelambu, pakaian panjang, dan sebagainya).

Menurut www.beritajatim.com, Senin tanggal 5 April 2010, dengan judul “ Penderita DB meningkat, empat meniggal dunia” menyatakan bahwa :

“Jumlah penderita demam berdarah memasuki musim pancaroba di Kabupaten Sidoarjo meningkat tajam. Tahun 2010 ini tercatat empat diantaranya telah meninggal dunia. Dari data pasien DB di RSUD Sidoarjo, angka penderita terus bertambah. Bulan Januari tercatat 31 penderita DB, bulan Februari bertambah menjadi 48, bulan maret terdapat 92 penderita, dan pada awal april sudah terdapat 14 pasien dirawat akibat DB”.


(26)

Dari pernyataan di atas, maka sangatlah jelas bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan belum mampu tercapai secara maksimal, tetapi yang ada justru keresahan masyarakat semakin bertambah, sehingga hal itu mampu menjadi batu sandungan bagi pencapaian tujuan itu sendiri.

Sementara menurut www.Tempointerkatif.com, selasa tanggal 6 April 2010 dengan judul “Penderita DB melonjak, empat tewas di Sidoarjo” menyatakan bahwa :

“Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sidoarjo Ika Harnasti mengatakan penyebaran nyamuk terutama terjadi di daerah di kawasan padat penduduk dengan mobolitas warga yang relatif tinggi. Terutama di daerah perkotaan dan pemukiman padat”.

Kecamatan Taman Sidarjo sendiri adalah daerah dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Sidoarjo yang juga merupakan daerah semi urban, kondisi ini menyebabkan mobilitas warga disini relatif tinggi sehingga memungkinkan penderita DBD di daerah ini cenderung untuk tinggi. Hal – hal tersebut juga dapat kita lihat dalam tabel – tabel dibawah ini.


(27)

Tabel 1.1

Data Program Pemberantasan Pemyakit DBD Tahun 2009

Kabupaten Sidoarjo


(28)

Mengenai partisipasi sendiri, berdasarkan sumber yang sama beliau menyebutkan :

“Dari kebanyakan fenomena tentang penyakit ini (DBD) sebagian besar disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungannya, dalam artian partisipasi masyarakat dalam hal ini sangatlah kurang”.

Adapun yang mampu mendukung hal – hal di atas, adalah seperti yang sesuai dalam Tempointeraktif.com, dengan judul “Sidoarjo wapada demam berdarah”, yang menyebutkan bahwa :

“Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo mewaspadai penyebaran penyakit DBD. Sebanyak 12 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) disiagakan untuk mendeteksi penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegepty ini”.

Upaya – upaya yang telah dilakukan Pemerintah tersebut tidak akan berhasil secara maksimal tanpa adanya dukungan Partisipasi Masyarakat, karena dalam Keputusan Menteri Kesehatan telah disebutkan bahwa tujuan dari Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) sendiri adalah agar masyarakat mampu berpartisipasi dalam hal menjaga kebersihan lingkungannya masing – masing supaya dapat terhindar dari jentik Nyamuk Aedes Aegepty, dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan kemauan tinggi.

Dalam Kebijakan tersebut telah disebutkan partisipasi tersebut dapat direalisasikan dengan Program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Hal tersebut lebih ditekankan karena fogging fokus hanyalah mampu membunuh nyamuk dewasa saja, sedangkan sarang dan jentik tidak akan mampu terbunuh dan


(29)

akan terus – menerus ada dan berkembang biak jika lingkungan kotor tetap ada

Tabel 1.2

Laporan Pemeriksaan Jentik Berkala Puskesmas Taman Tahun 2009

NO BULAN ABJ RATA – RATA

KECAMATAN (%)

1 JANUARI 86,75

2 FEBRUARI 86,55

3 MARET 84,79

4 APRIL 88,39

5 MEI 86,98

6 JUNI 88,68

7 JULI 88,97

8 AGUSTUS 86,74

9 SEPTEMBER 88,30

10 OKTOBER 89,23

11 NOVEMBER 88,63

12 DESEMBER 90,84


(30)

Tabel 1.3

Laporan Pemeriksaan Jentik Berkala Puskesmas Taman Periode Januari – Juni 2010

NO NAMA DESA ABJ KECAMATAN (%)

ABJ SEKOLAH (%)

1 TAMAN 90,14 100

2 KEDUNGTURI 86,01 91,7

3 KETEGAN 84,9 70,41

4 SEPANJANG 91,18 76,7

5 WONOCOLO 87,96 98,24

6 BEBEKAN 80,82 96,33

7 NGELOM 91,14 74,52

8 KALIJATEN 77,30 76,9

9 KLETEK 84,62 72,4

10 GELURAN 97,10 97,6

11 JEMUNDO 83,42 82,76

12 SADANG 88,38 98,1

13 TAWANGSARI 88,7 97,44

14 BOHAR 86,4 100

15 WAGE 86 96,83

JUMLAH 87,98 93,20

Sumber : Puskesmas Taman Sidoarjo

Berdasar pada tabel – tabel di atas, maka dapat diketahui bahwasannya pada setiap bulan di Kecamatan Taman Sidoarjo memiliki jumlah Angka Bebas Jentik (ABJ) di bawah 95%, dan Kelurahan yang memiliki ABJ terendah adalah Kelurahan Kalijaten dengan jumlah 77,30% saja, bahkan kenyatan itu terjadi dalam periode hampir dua tahun (sejak Januari 2009), sehingga hal itu tidaklah sesuai dengan yang ditargetkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit DBD, yaitu ABJ harus diatas 95%.


(31)

Dengan adanya tabel diatas sekaligus juga mampu menunjukkan kinerja Jumantik dalam memberi laporan ABJ telah berjalan dengan semestinya.

Berdasar alasan – alasan itulah penulis memilih Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman sebagai obyek penelitian, yang pada akhirnya penulis juga tertarik untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Masyrakat dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo. Karena hal tersebut telah penulis sesuaikan pada tujuan daripada Program Pemberantasan Penyakit DBD itu sendiri, yang mana yang lebih lebih ditekankan adalah partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungannya dengan penuh kesadaran dan kemauan tinggi.

1. 2. Perumusan Masalah

Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo memiliki jumlah ABJ terendah, sehingga hal tersebut berpengaruh pada jumlah penderita DBD yang relatif tinggi. Sedangkan dalam Program Pemberantasan Penyakit DBD telah disebutkan bahwa ada dua pihak yang menjalankannya, yaitu peran dari Puskesmas – Puskesmas di seluruh daerah Tingkat II, dan juga masyarakat, lebih tepatnya realisasi PSN DBD (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue) melalui 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) maupun 3M Plus (memelihara ikan, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, kawat kasa, kelambu, pakaian panjang, dan sebagainya) dengan sebaik – baiknya.


(32)

Puskesmas Taman yang mana juga berperan sebagai pelaksana Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terdiri dari Larvasidasi, Fogging Fokus, Fogging Swadaya, Penyuluhan, serta penanganan penderita telah melaksanakan program sesuai target, tetapi kenyataannya Kecamatan Taman masih memiliki jumlah penderita yang relatif banyak, bahkan hingga bulan Juni 2010, Kecamatan Taman telah memiliki jumlah penderita sebanyak 51 orang, dengan 2 kematian, yang melebihi tahun sebelumnya, yaitu 46 orang penderita sepanjang tahun, dan disertai dengan 1 kematian. Hal ini sangatlah riskan dikarenakan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) telah melaksanakan tugasnya dengan sebaik – baiknya.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti merumuskan pokok permasalahan dalam penelititan yaitu : “Bagaimana Partisipasi Masyarakat, yang berupa Partisipasi Tenaga dan Pendapat serta Partisipasi yang didasarkan Pada Kesadaran, Takut atau Terpaksa, dan Ikut-ikutan dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo”.

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Partisipasi Masyarakat, yang berupa Partisipasi Tenagadan Pendapat serta Partisipasi yang didasarkan Pada Kesadaran, Takut atau Terpaksa, dan Ikut-ikutan dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di


(33)

Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo sesuai dengan pedoman pelaksanaan program yang ada di Puskesmas Taman Sidoarjo.

1. 4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dalam penelititian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang Pelaksanaan Program Pemberantaasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman Sidoarjo, dan juga sebagai bahan untuk membandingkan antara hasil penelitian dengan teori yang pernah diperoleh melaui pendidikan formal sehingga mampu menambah wawasan berfikir.

2. Bagi Instansi

Diharapkan mampu memberikan sumbangan, masukan, dan bahan pertimbangan bagi Puskesmas Taman dalam rangka meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam peaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Sebagai bahan referensi yang dapat berguna bagi penelitian yang sejenis di masa yang akan datang dan juga sebagai penambah koleksi perpustakaan.


(34)

2. 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman Sidoarjo” adalah sebagai berikut :

1. Ridwan Amiruddin dan Muchlis (Jurnal, 2008) dari Unhas, Program Magister Epidemiologi FKM Unhas, yang melakukan penelitian dengan judul “Epidemiologi DBD dan Pelayanannya”.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian yang lebih mendalam tentang penyakit DBD sehingga pembaca mampu menghindari, karena didalamnya juga terdapat anjuran – anjuran dan cara – cara yang terbaik dalam mencegah penyakit ini.

2. Hendra Novianto (Skripsi, 2008) dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, yang melakukan penelitian dengan judul : “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Plus di Dusun Cabean Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu Kabupaen Nganjuk”.

Penelitian ini bertujuan menjelaskan bagaimana Partisipasi Masyarakat Dusun Cabean Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu Kabupaten


(35)

Nganjuk dalam pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Plus. Sedangkan responden yang daiambil adalah mereka masyarakat desa sekitar hutan yang mengikuti Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Plus.

Hasil dari penelitian ini adalah partisipasi masyarakat di Dusun Cabean dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Plus ini cenderung terjadi karena kesadaran.

3. Nita Prameswari (Skripsi, 2008) dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, yang melakukan penelitian dengan judul : “Peranan Dinas Kesehatan Dalam Mengatasi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pemerintah Kota Surabaya”.

Penelitiannya bertujuan untuk menjelaskan tentang peranan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya dalam mengatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

Penelitian ini menggunakan metode kualitataif yang meneliti satu variabel yaitu Peranan Dinas Kesehatan di wilayah Pemerintah Kota Surabaya.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan bentuk sosialisasi – sosialisasi kepada masyarakat melalui kepanjangan tangannya yaitu Puskesmas – Puskesmas dengan cara peyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Bedarah Dengue (PSN DBD) dan Pemeriksaan Jentik Berkala


(36)

(PJB), akan tetapi tugas yang diberikan kepada Ibu – Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) dalam melaksanakan Jumantik tiap minggunya telah diabaikan, dan mereka telah merekayasa data – data dari puskesmas.

Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang pernah ada. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain. Maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode yang bersifat deskriptif dengan maksud untuk mempelajari secara intensif mengenai partisipasi masyarakat yang berupa partisipasi tenaga terhadap pelaksanaan Program Pemberantasan PenyakitDemam Berdarah Dengue (DBD), khusunya yang diperuntukkan bagi masyarakat, yatiu Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN-DBD). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bukanlah duplikasi atau replikasi.

2. 2. Landasan Teori 2.2.1. Partisipasi

Davis dalam Tangkilisan (2005:321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut : “Participation is defined as an individual as mental and emotional involvement in agroe situation that encourages him to contribute to group goals and share responsibility for them”, (partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang – orang dalam situasi yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada kelompok dan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan).


(37)

Seorang dikatakan berpartisipasi dalam suatu kegiatan pemabangunan (termasuk pembangunan kesehatan) apabila orang tersebut benar – benar melibatkan diri secara utuh dengan mental dan emosinya dan bukan secara hadir, serta bersifat pasif dalam aktivitas tersebut.

Menurut Sihombing dalam Khairuddin (2002:127), adalah “partisipasi dalam konteks pembangunan yang memerdekakan bukan semata – mata kebaikan hati para elit pemgambil keputusan, akan tetapi partisipasi adalah hak dasar yang sah dari umat manusia untuk turut serta merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan yang menyajikan harapan pemerdekaan dirinya”.

Pendapat Mubyarto dalam Ndraha (1990:102) mendifinisikan : “partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampauan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri”.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan mental dan emosional individu yang merupakan hak dasar yang sah bagi setiap individu dalam kesediaanya untuk turut serta dan menentukan keberhasilan setiap program pembangunan sesuai dengan kemampuan setiap individu.

2.2.2. Bentuk Partisipasi

Agar dapat memahami bagaimana bantuk partisipasi di masyarakat maupun dalam organisasi, sebaiknya diuraikan terlebih dahulu bagaimana bentuk partisipasi yang dimaksud.


(38)

Pendapat Nelson dalam Tangkilisan (2005:323-324) menyebtkan dua macam bentuk partisipasi, yaitu :

1. Partisipasi Horisontal

Yaitu partisipasi diantara sesame warga atau anggota masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan.

2. Partisipasi Vertikal

Partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Sedangkan menurut menurut Ndraha (1990:103-104), partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat juga memiliki bentuk atau tahapan – tahapan seperti yang dikemukakan antara lain :

1. Partisipasi dalam atau melalui kontak dengan pihak lain (contact change) sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.

2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi, dan melaksanakan), mengiyakan menerima dengan syarat maupun dalam arti menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembagunan termasuk pengambilan keputusan .

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan.


(39)

6. Partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.2.3. Tingkatan Partisipasi

Menurut Hoofsteede dalam Khairuddin (2005:125) membagi partisipasi menjadi tiga tingkatan antara lain : 1. Partisipasi inisialisasi (inisialisation participation)

Adalah partisipasi yang mengandung inisiatif dari pemimpin desa, naik formal maupun informal ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya merupakan kebutuhan bagi masyarakat. Disini penduduk tidak hanya menjadi obyek pembangunan saja, tetapi juga sudah dapat menentukan dan mengusulkan suatu rencana yang dilaksanakan.

2. Partisipasi legitimasi (legitimation participation)

Adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.

3. Partisipasi eksekusi (execution participation)

Adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan. Dimana partisipasi ini masyarakat hanya turut serta dalam pelaksaaan program proyek saja.

Kemudian jika ditinjau dari segi motivasi, menurut Khairuddin (2006:126), partisipasi anggota masyarakat terjadi karena:


(40)

1. Takut atau terpaksa

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan sehingga masyarakat seakan – akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan. 2. Ikut – ikutan

Partisipasi dengan ikut – ikutan hanya didorong oleh solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat.

3. Kesadaran

Partisipasi yang timbul kehendak diri pribadi anggota masyarakat. Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri, dalam hal ini masyarakat dapat menerima pembangunan karena mereka sadar bahwa pembangunan tersebut semata – mata untuk kepetingan mereka juga.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya motivasi yang positif, masyarakat mau ikut berpartisipasi dan hasil dari partisipasi tersebut dapat dinikmati langsung oleh kasyarakat itu sendiri. 2.2.4. Jenis partisipasi

Menurut Mubyarto (1984:30), jenis partisipasi itu antara lain: 1. Partisipasi Tenaga

Partisipasi tenaga adalah partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan daerah yang diwujudkan dalam bentuk sumbangan kerja. Tenaga kerja di desa sejauh ini masih dijiwai oleh rasa gotong royong yang telah berakar dalam jiwa masyarakat desa, walaupun tenaga kerja di desa belum sebaik yang dibutuhkan.


(41)

2. Partisipasi Pendapat

Partisipasi pendapat yakni sumbangan yang diberikan masyarakat dalam bentuk sumbangan pikiran atau pendapat, saran yang menyangkut suatu kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di desa. Biasanya diberikan pada waktu pertemuan atau musyawarah desa untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Dalam hal ini masyarakat desa perlu dilibatkan dalam berbagai pertemuan tingkat desa sehingga seluruh aspirasi dan kehendak rakyat dapat ditempuh dalam pembangunan desa. Partisipasi ini merupakan partisipasi dalam menyerap memberi tanggapan trerhadap informasi baik dalam arti menerima dengan syarat maupun dalam arti menolaknya.

Selain bentuk dan tingkatan partisipasi, dikenal juga tipe – tipe partisipasi, untuk itu perlu dikemukakan agar dalam memahami tentang partisipasi lebih mengarah pada apa yang menjadi kebutuhan penelitian, maka dapat diuraikan tentang tipe partisipasi.

Koentjaraningrat dalam Tangkilisan (2005:324) mengemukakan bahwa partisipasi rakyat, terutama rakyat dalam pembangunan menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda satu sama lain, yaitu : 1. Partisipasi dalam aktivitas bersama dalam proyek – proyek

pembangunan khusus.

Dalam tipe ini rakyat diajak dan dipesuasi untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga atau hartanya dalam pada proyek – proyek pembangunan yang khusus yang biasanya bersifat fisik.


(42)

2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas – aktivitas bersama dalam pembangunan.

Dalam tioe ini tidak ada proyek aktivitas bersama yang khusus tetapi ada proyek – proyek pembangunan yang biasanya tidak bersifat fisik dan memerlukan suatu partisipasi atas dasar kemauan sendiri.

2.2.5. Dampak Kegiatan Partisipatif

Dampak merupakan suatu akibat dari pelaksanaan suatu kegiatan dan hanya pihak – pihak yang terkaitlah yang bisa merasakan dampak dari kegiatan tersebut. Berikut adalah dampak dari pendekatana partisipatif secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi, dan budaya yang sudah ada sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini menyiratkan kebijakan desentralisasi.

2. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab diantara semua pihak terkait dalam merencanakan dan melasanakan program sehingga program itu berkesinambungan.

3. Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat dalam proses khususnya dalam hal pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban keputusan sehingga memberdayakan semua orang yang terlibat.

4. Kegiatan – kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan lebih fleksibel berdasarkan keadaan setempat.

5. Transparansi semakin terbuka lebar akibat penyebaran informasi dan wewenang.


(43)

6. Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus pada kebutuhan masyarakat.

2.2.6. Masyarakat

Menurut pendapat Mansyur (1999:22), masyarakat adalah pengumpulan manusia yang banyak dan bersatu dengan cara tertentu oleh karena adanya hasrat kemasyarakatan bersama.

Lysen (1996:5), menyatakan bahwa masyarakat adalah hubungan antara kekuatan – kekuatan dari bentuk masyarakat dan dengan kehidupan individu.

Sedangkan menurut Bowmen (1996:22), masyarakat adalah pergaulan hidup yang akrab antara manusia, dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat – hasrat kemasyarakatan mereka.

Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah yang terkait oleh aturan – aturan atau norma – norma.

Partisipasi masyarakat menurut Tjokroaminoto (1994:30) adalah keterlibatan dalam penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang diterapkan dalam penentuan, keterlibatan masyarakat dalam memikul beban dan keterlibatan dalam memetik hasil atau manfaat pembangunan secara berkeadilan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat turut mempengaruhi arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan sesuai dengan mekanisme dan proses politik yang berlangsung dalam suatu negara. Selain itu partisipasi masyarakat


(44)

sebagai masukan pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan.

Sedangkan Menurut Bookman dan Morgen dalam Prijono dan Pranaka (1996:177) mengemukakan bahwa “pemberdayaan sebagai kosep yang sedang populer mengacu pada usaha menumbuhkan keinginan pada seseoarang untuk megaktualisasikan diri, melakukan mobilitas ke atas, serta memberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang merasa berdaya”.

Pendapat Ife (1995:56) tentang pemberdayaan adalah “meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung”, “empowerment aims to increase the power of disadvantage”.

Penjelasan Suhendra (2006:74) mengenai pemberdayaan adalah “suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong kemauan masyarakat”.

2.2.7. Unsur – Unsur Masyarakat

Agar dapat memahami masyarakat secara utuh dan menyeluruh, maka perlu diperhatikan hal – hal yang berhubungan dengan unsur yang membentuk terjadinya sebuah kelompok yang disebut masyarakat.

Dengan memperhatikan pengertian dari masyrakat, maka dapat dikemukakan unsur – unsur masyarakatyang merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan juga untuk dapat bertahan. Menurut Soekanto (1990:24), unsur – unsur masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :


(45)

1. Manusia Yang Hidup Bersama

Di dalam Ilmu Sosial tidak ada ukuran yang mutlak maupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Ada tetapi secara teoritis, angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

2. Bercampur Dalam Waktu Yang Cukup Lama

Kumpulan dari manusia tidaklah sam dengan kumpulan benda – benda mati seperti meja, kursi, dan sebagainyamanusia juga dapat bercakap – cakap, merasa, dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan – kesan atau perasaannya.

3. Mereka Sadar Bahwa Mereka Merupakan Satu Kesatuan 4. Mereka Merupakan Satu Sistem Hidup Bersama

Sisitem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terkait satu denagn yang lainnya. 2.2.8. Syarat Timbulnya Masyarakat

Syarat – syarat timbulnya masyarakat menurut Cholil (1997:12) adalah :

1. Harus ada pengumpulan manusia yang banyak

2. Telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam waktu yang lama

3. Adanya aturan – aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama 2.2.9. Kriteria Masyarakat

Menurut Levy dalam Sunarto (2000:56) ada empat kriteria agar satu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu :


(46)

1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu 2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi 3. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama

4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada

Sedangkan cara terbentuknya masyrakat menurut Cholil (1997:12) dapat dibagi dalam :

1. Masyarakat Paksaan, missal : Negara 2. Masyarakat Merdeka, terdiri dari :

a. Masyarakat terjadi dengan sendiri, missal : menonton pertandingan b. Masyrakat kultur, missal : Koperasi

2.2.10. Faktor – Faktor Manusia Bermasyarakat

Faktor – faktor yang mendorong manusia bermasyarakat menurut Cholil (1997:12) dapat dibagi dalam :

1. Hasrat Sosial

Adalah merupakan hasrat untuk menghubungkan dirinya dengan individu lainnya atau kelompok.

2. Hasrat Meniru

Adalah hasrat untuk menyatakan secara diam – diam atau terang – terangan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan.

3. Hasrat Berjuang

Dapat dilihat adanya persaingan mengalahkan lawan. 4. Hasrat Bergaul

Hasrat untuk bergabung dengan orang – orang atau kelompok tertentu. Missal : Organisasi, Club, dan lain – lain.


(47)

5. Hasrat Untuk Memberitahukan

Hasrat untuk menyampaikan perasaaan – perasaan kepada orang lain. Biasanya disampaikan dengan suara, bintang jasa, dan bertujuan untuk menciptakan hubungan dengan orang lain.

6. Hasrat Untuk Mendapat Kebebasan

Yaitu hasrat untuk menghindarkan diri dari tekanan atau pembatasan. 7. Hasrat Seksual

Hasrat adanya untuk mengembangkan keturunan.

8. Hasrat bersatu adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah makhluk lemah, maka dari itu mencari kekuatan bersama, sehingga mereka belindung bersama – sama.

9. Adanya kesamaan keturunan, keyakinan, dan sebagainya. 2.2.11. Jenis Partisipasi Masyarakat

Menurut Mubyarto (1998:126) dalam pelaksanaan berbagai program di desa, partisipasi dapat terwujud berkat adanya beberapa jenis partisipasi sebagai berikut :

1. Partisipasi Pendapat / Sumbangan pikiran

Yang dimaksud partisipasi pendapat / sumbangan pikiran adalah sumbangan yang diberikan masyarakat dalam bentuk pikiran atau saran menyangkut suatu kegiatan yang dilakukan di desa.

2. Partisipasi Tenaga

Yang dimaksud partisipasi tenaga adalah partisipasi masyarakat dalam kegiatan desa yang diwujudkan dalam bentuk sumbangan tenaga kerja. Partisipasi tenaga kerja di desa sejauh ini masih dijiwai oleh mental


(48)

gotong royong yang telah berakar dalam jiwa masyarakat. Kendati tenaga kerja di desa masih belum sebaik yang dibutuhkan namun secara nyata merupakan potensi yang dapat dikerahkan untuk membantu berbagai kegiatan pembangunan.

2.2.12.Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Degue (DBD) Menurut Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sidoarjo Ika Harnasti, yang dimaksud Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu kegiatan pemutusan hubungan dengan tujuan membunuh vector (baik larva atau jentik sampai nyamuk dewasa) yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah.

Sedangkan yang dimaksud Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) dalam Kepmenkes No.581 Tahun 1986 adalah seluruh kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit DBD.

2.2.13.Kebijakan Publik

Menurut R. Nugroho (2003 : 51), kebijakan publik adalah penggerak seluruh kehidupan bersama, seluruh organisasi, baik Pemerintahan, bisnis, maupun nirlaba, di setiap Negara.

Menurut Dye dalam Alisjahbana (2004 : 3), kebijakan publik adalah suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, kenapa mereka melakukan hal itu, dan apa yang menyebabkan mereka melakukan secara berbeda-beda.


(49)

a. Merupakan rangkaian keputusan politik.

b. Melibatkan seorang aktor politik dan atau sekelompok lain. c. Sebagai proses pemilihan tujuan dan sarana untuk mencapainya. d. Berlangsung dalam situasi tertentu.

e. Ada dalam lingkup atau batas-batas kekuasaaan para aktor.

Menurut Anderson dalam Tangkilisan (2003 : 2), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan publik itu yaitu : a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan. b. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

c. Kebijakan publik merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

d. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehudupan masyarakat.

Menurut Winarno (2004 : 28-30), proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik


(50)

yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan public membagi proses-proses penyusunan kebijakan public ke dalam beberapa tahap, antara lain : 1. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda public. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahan untuk masalah tesebut ditunda untuk waktu yang lama. 2. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternative kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan ari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan


(51)

oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

5. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasikan untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Kemudian jika didasarkan pada pendapat Van Mater dan Van Horn, serta Edward III dalam Joko Widodo (2001:197), diidentifikasikan variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam implementasi kebijakan antara lain adalah :

1. Standart dan Tujuan

Dalam setiap kebijakan publik, standart dan tujuaqn harus senantiasa dicantumkan dengan jelas pada tiap – tiap program, karena dengan jelasnya standart dan tujuan tadi, maka akan dengan mudah untuk melaksanakan kebijakan tadi, begitu pula sebaliknya.

Penetapan standart dan tujuan tersebut dapat berupa suatu peraturan, garis petunjuk program, yang didalamnya juga terdapat kriteriamya untuk kepentingan evaluasi suatu kebijakan.

2. Komunikasi

Supaya kebijakan publik tadi dapat tercapai secara efektif, maka apa yang menjadi standart dan tujuan tadi harus dipahami oleh idividu – individu dan (implementors) yang bertanggung jawab atas pencapaian


(52)

tujuan dan standart tadi, oleh karenanya perlu dikomunikasikan kepada pelaksana tadi secara konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.

Komunikasi kebijakan mencakup dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi (consistency).

Dimensi transmisi menghendaki agar kebijakan publik disampaikan tidak hanya saja kepada pelaksana (implementors), tetapi kepada kelompok sasaran kebijakan, dan pihak lain yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan publik tadi.

Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada pelaksana dapat diterima dengan jelas, sehingga mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan, dan sasaran serta substansi dari kebijakan publik tersebut.

3. Sumber Daya

Sumber – sumber penting dalam implementasi kebijakan yang dimaksud antara lain mencakup :

a. Staf

Dalam konteks ini seriap staf harus memiliki keahlian dan kemamapuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Selain itu jumlah staf yang dibutuhkan dan keahliannya juga harus sesuai dengan tugas pekerjaan yang ditanganinya.


(53)

b. Dana

Diperlukan untuk membiayai implementasi kebijakan. c. Informasi

Informasi yang relevan dan cukup dalam bagaimana cara pengimplementasian kebijakan sangat diperlukan, karena para pelaksana tidak melakukan kesalahan.

d. Kewenangan

Diperlukan untuk menjamin dan meyakinkan bahwa kebijakan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan yang mereka kehendaki.

e. Fasilitas

Merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi antara lain gedung, tanah, dan sarana yang kesemuanya akan memudahkan dalam memmberi pelayanan dalam implementasi kebijakan.

4. Disposisi

Disposisi dalam implementasi kebijakan publik ini diartikan sebagai kecenderungan, keinginan, atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Implementasi kebijakan ini jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, maka pelaksana tidak hanya harus memahami apa yang harus dilakukan dan harus mempunyai kemampuan untuk melakukan saja, tetapi juga mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.


(54)

5. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi adalah menyangkut masalah standart prosedur operasi yang akan memudahkan dan menyeragamkan tindakan dari para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan apa yang menadi tugasnya.

Struktur birokrasi ini mencakup struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit – unit organisasi, dan hubungan antara organisasi dengan organisasi lain atau luar.

6. Pendekatan Kontrol Diri Sendiri

Pendekatan ini didasarkan pada lemahnya kontrol eksternal yang disampaikan kepadanya. Pendekatan ini juga menegaskan bahwa oleh karena kurangnya pembatasan, dalam bentuk birokrat harus melayani publik, namun mereka sering sendiri dalam posisi yang menentukan bagaimana mereka melakukan, maka kontrol Pendekatan ini didasarkan pada lemahnya kontrol eksternal yang disampaikan kepadanya. Pendekatan ini juga menegaskan bahwa oleh karena kurangnya pembatasan, dalam bentuk birokrat harus melayani publik, namun mereka sering sendiri dalam posisi yang menentukan bagaimana mereka melakukan, maka kontrol kerja lebih bersifat politis dalam mencapai apa yang menjadi tujuan kontrol.

2.2.14. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Di dalam www.dinaskesehatanjawatimur.com telah disebutkan bahwa Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang saat ini diketahui disebabkan oleh salah satu dari emapat strain virus, yaitu Den – 1,Den – 2,


(55)

Den – 3, dan Den – 4. Virus tersebut masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue. Spesies nyamuk yang dapat menyebarkan virus ini adalah aedes aegypti dan aedes albopictus.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu bentuk infeksi yang berat yang juga disebabkan oleh virus dengue. DBD ini dapat menjadi fatal jika tidak segera dikenali dan ditangani dengan benar. Dengan penanganan medis yang baik, angka kematian akibat DBD dapat kurang dari 1%.

2.2.15. Cara Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar melalui gigitan nyamuk aedes betina yang sebelumnya tela terinfeksi oleh virus dengue. Nyamuk tersebut terinfeksi setelah satu minggu yang sebelumnya menghisap dan menggigit darah seseorang yang menderita DBD. Bila nyamuk ini menggigit darah orang lain yang sehat,maka orang itu bisa menderita DBD. Virus dengue tidak dapat menyebar langsung dari seseorang ke orang lain.

2.2.16. Gejala pada Demam Berdarah Dengue (DBD)

Gejala utama yang sering ditemui pada penderita DBD antara lain : 1. Demam tinggi secara tiba – tiba

2. Sakit kepala berat 3. Nyeri punggung 4. Nyeri persendian 5. Mual dan muntah


(56)

6. Nyeri bila menggerakkan bola mata 7. Ruam

Demam tinggi itu biasanya terjadi selama 2 – 7 hari, disertai tanda – tanda yang serupa dengan penyakit lain, seperti mual, muntah, dan sakit perut.

Selain itu DBD juga akan disertai dengan tanda – tanda bintik – bintik pendarahan berwarna merah pada kulit, pendarahan dari hidung dan gusi, dan pendarahan dari dalam tubuh, misalnya muntah darah dan berak darah. Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang paling kecil (yaitu pembuluh kapiler) menjadi bocor, sehingga darah tersebut keluar ke jaringan.

Akibatnya sistem sirkulasi darah di dalam tubuh bisa gagal, dan bila tidak segera ditangani akan terjadi kematian.

2.2.17. Nyamuk Aedes

Aedes aegypti umumnya berkembang biak di rumah penduduk, aedes albopictus lebih suka di cekungan dahan pohon yang menampung air. Oleh karena itu nyamuk jenis ini lebih kerap ditemukan di kebun – kebun. ditemukan hal – hal ganjil, terdapat angka pnderita cukup tinggi meskipun jumlah penduduknya jarang di daerah tertentu. Setelah ditelusuri ternyata penyebabnya adalah banyaknya nyamuk aedes albopictus terdapat di kebun – kebun warga. Persamaannya, kedua jenis nyamuk ini sama – sama menyukai air bersih dan nyaris terdapat di seluruh Indonesia, terkecuali yang mempunyai ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut.


(57)

Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir yang kemudian menyebar di seluruh dunia, melalui kapal udara dan laut. Nyamuk ini hidup dan berkembang baik di di belahan dunia yang beriklim tropis dan subtropics seperti Asia, Australia, Amerika, dan Afrika. Secara fisik nyamuk ini adalah hitam putih pada kaki dan badannya. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah, serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari buah tumbuh – tumbuhan. Umur nyamuk betina berkisar antara 2 minggu – 3 bulan, atau rata – rata satu setengah bulan dan tergantung suhu kelembaban udara sekelilingnya.

Kepadatan nyamuk akan meningkat saat musim hujan. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang memiliki sifat yang khas, antara lain : 1. Menggigit pada waktu siang, yaitu pada pagi dan sore hari.

2. Hinggap antara lain di gantungan baju.

3. Berkembang biak ditempat penampungan air bersih, antara lain bak mandi, tempayan, tempat minum burung, dan sebagainya.

Untuk berkembang biak, nyamuk dewasa bertelur di air, hsri pertama langsung menjadi jentik sampai hari keempat, lalu menjadi pupa (kepompong), lalu akan meninggalkan rumah pupanya dan menjadi nyamuk dewasa.

Kajian ilmiah terkini mendapatkan bahwa nyamuk Aedes dewasa yang bertelur akan menurunkan virusnya secara langsung kepada keturunannya. Apabila ia dewasa kelak, ia tidak perlu menggigit manusia


(58)

yang ada jangkitan virus untuk membawa virus dengue. Masalah lain yang mengkhawatirkan adalah, bahwa telur aedes dapat bertahan sehingga enam bulan, sekalipun ditempat yang kering dan bukan di dalam air. Apabila telur – telur tersebut terkena air dalam waktu tertentu, ia tetap akan membiak menjadi jentik – jentik.

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala obyek permasalahan dalam penelitian, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori yang mengarah pada pemecahan masalah.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan teori, dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :


(59)

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Sumber : Teori yang telah diolah

Puskesmas Partisipasi Masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD

1. Larvasidasi 2. Fogging fokus 3. Fogging Swadaya 4. Penanganan

penderita (pasien) 5. Penyuluhan

Terwujudnya lingkungan bersih sehingga masyarakat terhindar dari jentik dan sarang nyamuk aedes aegepty dan

terbebas dari ancaman penyakit DBD 1. Jumantik

2. PSN DBD melalui

3M dan 3M Plus

1. Surat keputusan Gubernur Jatim No. 188/121/KPTS/013/2006 tentang tim pengendali PSN DBD Jawa Timur.

2. Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. 440/442/031/2004 tentang pembentukan Jumantik di setiap desa.

1. Kepmenkes Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2. Keputusan Dirjen Depkes Nomor 914-I/PD.03.01.PB/1992 tentang petunjuk teknis Program Pemberantasan Penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD)


(60)

Dari alur kerangka berpikir diatas, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman Sidoarjo didasarkan pada UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang kemudian diperjelas dengan munculnya Kepmenkes No.581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Program Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kemudian ditambah Peraturan lain yang saling berkesinambungan. Kemudian tujuan daripada keseluruhan itu adalah guna terwujudnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut sehingga lingkungan bersih dapat tercapai dan mampu memperkecil adanya Demam Berdarah Dengue dalam lingkungan masyarakat, bahkan mampu menghilangkan sama sekali.

Sementara dalam penelitian ini, yang menjadi fokus adalah partisipasi masyarakat dalam Program yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat itu sendiri, yaitu PSN DBD (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue) melalui 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) maupun 3M Plus (memelihara ikan, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, kawat kasa, kelambu, pakaian panjang, dan sebagainya), bukan program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan lima program tersebut. Lebih khususnya adalah partisipasi tenaga dan pendapat sebagaimana tertuang dalam teori Mubyarto (1984:30), yang didasari dengan kesadaran seperti halnya yang ada dalam teori Khairuddin (2006:126).


(61)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Hal ini selaras dengan pendapat Hadi (1993 : 3) bahwa penelitian deskriptif sebagai suatu penelitian yang bertujuan untuk melukiskan keadaan obyek atau peristiwa tertentu tanpa maksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Taman Sidoarjo.

Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor dalam Moleong (2002 : 3) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan nawawi (2005 : 63), mengartikan penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.


(62)

Ciri – ciri dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :

1. Penelitian deskriptif diupayakan untuk menggambarkan fenomena tertentu secara terperinci.

2. Hasil akhir dari penelitian adalah suatu kesimpulan yang tidak berlaku umum, tetapi hanya berlaku pada lokasi penelitian saja.

3. Menggambarkan subyek atau obyek penelitian bedasarkan fakta sebagaimana adanya.

Dalam penelitian deskriptif hanya menitikberatkan pada pengembangan konsep dan penghimpunan data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Adakalanya penelitian ini menggunakan hipotesa, tetapi tidak untuk diuji secara statistik. Singarimbun (1989 : 4-5).

3.2. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah, dimana masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo.


(63)

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo, Yang dimaksud disini adalah :

1. Partisipasi tenaga

Jenis partisipasi ini didasarkan pada teori Mubyarto (1984:30), jenis ini sangat bisa diharapkan dalam pelaksanaan Program ini karena memang yang dibutuhkan adalah sumbangan kerja masyarakat berupa pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) guna menjaga dan merawat kebersihan lingkungannya, sehingga terbebas dari jentik dan saranag nyamuk aedes aegepty.

2. Partisipasi pendapat

Partisipasi ini dibutuhkan karena tidak menutup kemungkinan akan keinginan – keinginan masyarakat baik berupa saran, kritik, maupun keluhan menyangkut pelaksanaan program ini, seperti misalnya adanya usulan agar dilaksanakannya gotong royong membersihkan lingkungan desa, baik di masing – masing Rukun Warga (RW) maupun Rukun Tetangga (RT) yang rutin diadakan setiap minggu.

3. Partisipasi yang didasarkan Kesadaran, Takut atau Terpaksa, dan ikut-ikutan saja.

Jenis partisipasi yang telah tertera dalam teori Khairuddin (2006:126) ini, jenis partisipasi yang diharapkan dalam program ini adalah Partisipasi berdasarkan kesadaran, karena Puskesmas tidak mungkin melakukan kontrol secara langsung terhadap masyarakat dan secara


(64)

terus menerus, melainkan kesadaran masyarakatlah yang diharapkan agar masyarakat mau dan bersedia dengan suka hati untuk mempedulikan kebersihan lingkungannya agar terhindar dari jentik dan sarang nyamuk aedes aegpty.

Disini pada akhirnya memang muncul pembedaan dalam unsur masyarakat, yaitu Jumantik sebagai masyarakat khusus. Hal ini dikarenakan Jumantik adalah perwakilan masyarakat yang dipilih oleh Puskesmas sehingga jumlahnya juga relatif sedikit. Sedangkan masyarakat Kelurahan yang lain adalah sebagai masyarakat umum. Tetapi dalam sikon tertentu Jumantik juga bisa menjadi masyarakat umum, seperti misalnya saat pelaksanaan kerja bakti, karena para kader Jumantik juga ikut melaksanakannya dan berfungsi sebagai masyarakat umum.

Oleh karenanya, walaupun Puskesmas, Jumantik, dan masyarakat memiliki fungsi sendiri – sendiri dalam Program ini, tetapi Peneliti tetap melakukan observasi partisipasi masyarakat secara keseluruhan, dalam artian tugas – tugas yang dilakukan oleh Puskesmas dan Jumantik bilamana dalam pelaksanaannya membutuhkan partisipasi masyarakat, maka hal tersebut akan muncul dalam Hasil dan Pembahasan dalam penelitian ini.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat


(65)

atau mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo yang merupakan bagian dari wilayah Puskesmas Taman Sidoarjo.

Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara ”purposive” yaitu didasarkan pada pertimbangan bahwa di wilayah Kelurahan Kalijaten memiliki jumlah ABJ tereandah di Kecamatan Taman, yang mana Kecamatan Taman sendiri memiliki penduduk terbanyak di Kabupaten Sidoarjo, seperti yang telah ditunjukkan dalam Tabel 1.1, sedangkan Program Pemberantasan Penyakit DBD yang dilaksanakan oleh Puskesmas Taman telah berjalan dengan baik, tetapi masyarakat Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman masih memiliki penderita DBD yang relatif banyak dikarenakan angka ABJ di wilaayah ini masih dibawah 95%, atau masih dibawah target yang ditetapkan dalam program ini. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Masyarakat, yang berupa Partisipasi Tenaga dan Pendapat serta Partisipasi yang didasarkan Pada Kesadaran, Takut atau Terpaksa, dan Ikut-ikutan dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kecamatan Taman Sidoarjo

3.4. Sumber Data 1. Informan.

Informan adalah orang yang sangat memahami betul tentang permasalahan sosial tentang kajian yang akan diteliti. Informan ini biasanya disebut dengan Key Person atau informan kunci. Penentuan


(66)

Key Person dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan orang yang paling berwenang, antara lain :

1. Formal (pemerintahan), yang mana yang dimaksud disini adalah : a. Kepala Puskesmas Taman sebagai penanggung jawab Program. b. Staf Puskesmas Taman sebagai pelaksana Program (Pengelola

Program Pemberantasan Penyakit DBD).

c. Kepala Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo. 2. Non formal (masyarakat) :

a. Ketua RW atau RT di Kelurahan Kalijaten.

b. Beberapa perwakilan masyarakat dari Kelurahan di atas. 2. Tempat dan Peristiwa.

Berbagai peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan masalah atau fokus penelitian antara lain adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman Sidoarjo.

3. Dokumen.

Berbagai dokumen yang memiliki relevansi dengan fokus penelitian, seperti Undang – Undang tentang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan, serta Surat Keputusan Dirjen sebagai petunjuk teknis pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Tim Pengendali PSN DBD (Progam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue) Jawa Timur, serta Surat Edaran Gubernur Jawa Timur tentang


(67)

Pembentukan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap Desa di seluruh Jawa Timur.

3.5. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, terdapat 3 (tiga) proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Proses Memasuki Lokasi (Geeting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan dengan baik, penulis terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administartif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, penulis menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan yang akrab dengan informan ( Moleong 2002 : 96).

2. Ketika Berada Di Lokasi Penelitian (Geeting Along)

Ketika berada di lokasi penelitian, penulis melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena merupakan kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian. Selain itu dalam proses ini penulis berusaha untuk memperoleh informan selengkapnya dari lokasi penelitian (Moleong 2002 : 88).


(68)

3. Pengumpulan Data

Ada 3 (tiga) teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data yaitu :

a. Wawancara Mendalam

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan sturktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan perasaan, sikap dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi penelitian terutama untuk mendapat data yang valid guna menjawab masalah penelitian.

b. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh penulis dengan cara observasi partisipan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Taman Sidoarjo.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen-dokumen yang berkaitan


(69)

dengan pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Taman Sidoarjo, seperti Undang – Undang tentang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan, serta Surat Keputusan Dirjen sebagai petunjuk teknis pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, dan lain sebagainya (Moleong 2002 : 135, 160).

3.6. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1993 : 15-21) sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap an terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksi, dirangkum, dipilh hal-hal yang pokok, dofokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan).


(70)

Reduksi data ini dilakukan terus menerus selama proses penelitian ini berlangsung.

3. Penyajian Data

Penyajian data (display date) dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.

4. Penarikan Kesimpulan

Verifikasi Data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisa dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpulan tentative. Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, barulah ditarik kesimpulan yang bersifat “grounded”. Dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

3.7. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln


(71)

dan Guba dalam Moleong (2002 : 174) untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas sifat criteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan criteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari non kualitatif criteria ini berfungsi untuk melakukan inquiri (penyelidikan) sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang waktu penelitian sehingga data dapat diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali dilapangan. b. Pengamatan yang Terus Menerus

Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontiyu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terperinci dan mendalam.

c. Membicarakanya dengan orang lain (peer debriefing)

Sebagai usaha untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan, hal ini sebagai usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.


(72)

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan data yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaaan Ulang (member check)

Yaitu memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan penelitian.

2. Keterlatiahan (Tranferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediaakan data deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha menyajikan hasil penelitian dengan memperkaya wacana ilmiah melalui deskripsi secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa antara lain proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti harus perlu menyediakan bahan-bahan sebagai berikut :

a. Data mentah, seperti catatan lapangan sewaktu observasi dan wawancara, hasil rekaman (bila ada), dokumen dan lain-lain yang disajikan dalam bentuk laporan lapangan.


(1)

Pada pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Taman sendiri menunjukkan bahwa partisipasi berdasarkan kesadaran telah berjalan cukup baik. Hal ini khusunya dapat dilihat dengan diadakannya kerja bakti rutin selama satu bulan sekali, dan telaksananya PSN DBD dengan cukup baik. Sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan teori partisipasi menurut Khairuddin (2006:126) dan Keputusan Menteri Kesehatan No.581 Tahun 1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah.

Partisipasi masyarakat dalam pelasksanaan tugas Puskesmas dan Jumantik sebagian besar memang didasarkan pada Kesadaran, tetapi pada pelaksanaan Larvasidasi, mereka terkesan terpaksa dalam berpartisipasi.

Mengenai hal tersebut di atas, berdasarkan pendapat Khairuddin (2006:126) telah disebutkan bahwa sebaik – baiknya partisipasi adalah partisipasi yang didasarkan pada kesadaran, sehingga partisipasi yang dilakukan masyarakat Kelurahan Kalijaten dalam pelaksanaan Laravasidasi berjalan dengan tidak semestinya.


(2)

   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil temuan di lapangan, dilakukan pembahasan dengan analisa dari landasan teori dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Partisipasi tenaga selama ini berjalan cukup baik Hanya Jumantik yang belum melaksanakan tugasnya dengan optimal, karena mereka hanya melakukan pemeriksaan jentik berkala setiap 3 bulan sekali, padahal seharusnya 1 bulan sekali.

2. Masyarakat sangat aktif dalam memberikan saran baik kepada Jumantik atau Puskesmas dalam melaksanakan tugas – tugasnya. Sehingga partisipasi pendapat masyarakat Kelurahan Kalijaten sudah berjalan dengan baik.

3. Sebagian besar masyarakat memang telah memiliki kesadaran yang tinggi untuk berpartisipasi, hanya ada beberapa partisipasi yang dilakukan secara terpaksa dan ikut - ikutan. Sehingga partisipasi ini telah berjalan cukup baik di Kelurahan Kalijaten Kecamatan Taman. 4. Partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan

Demam Berdarah di Kecamatan Taman sudah berjalan cukup baik, karena diantara 3 jenis partisipasi, 2 diantaranya yaitu partisipasi pendapat dan partisipasi berdasarkan kesadaran, takut atau terpaksa, dan ikut – ikutan saja telah dilaksanakan sebagai dukungan dalam pelaksanaan program.


(3)

5.2. Saran

Berdasar pada pembahasan serta kesimpulan di atas, adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Hendaknya bagi kader Jumantik yang belum melakukan tugas dengan optimal, sesegera mengkin memperbaikinya. Bila ada rumah atau bangunan yang belum diperiksa jentiknya, maka hendaknya diperiksa dengan sebaik – baiknya, setidaknya di atas 60 % dari jumlah keseluruhan rumah atau bangunan yang ada. Dan untuk masyarakat pada umumnya, hendaknya partisipasi berupa kerja bakti rutin dan sebagainya dipertahankan untuk kelangsungan kondisi kebersihan lingkungan.

2. Bagi kader Kelurahan atau Kecamatan, sebaiknya melakukan usaha untuk menyikapi ambiguitas Komunikasi dengan warga tentang pendapat atau permintaan mereka mengenai perbaikan sungai. Tetapi di satu sisi, warga hendaknya juga tidak terburu – buru menilai negatif para kader Kelurahan, dengan cara menanyakan kejelasannya baik kepada Ketua RT atau kepada kader Kelurahan secara langsung.

3. Masyarakat sendiri hendaknya juga kompak dalam pemikirannya mengenai kondisi kebesihan lingkungannya. Juga dibantu dengan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga dalam hal ini semua masyarakat dapat memiliki kesadaran tinggi.

4. Puskesmas hendaknya menyikapi saran masyarakat mengenai pelaksanaan fogging fokus atau fogging swadaya supaya lebih teratur,


(4)

124   

dan Jumantik hendaknya juga menyikapi saran masyarakat supaya pelaksanaan PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) bisa lebih teratur pula. 5. Masyarakat hendaknya lebih memperhatikan partisipasi dalam

pelaksanaan Larvasidasi supaya didasarkan pada kesadaran, sehingga Program ini bisa berjalan sebagaimana mestinya.


(5)

Khairudiin, 2002, Pembangunan Masyrakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal

Landas, Cetakan ke II, Jakarta : Rineka Cipta

Alisyahbana, 2004, Kebijakan Publik Sektor Informal, Surabaya : ITS Press

Mansyur. M. Cholil, 1997, Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota, Surabay : Usaha Nasional

Tangkilisan, 2005, Manajemen Publik, Jakarta : Gasindo

Ndraha, 1990, Pemabangunan Masyarakat (Membangun Masyarakat Tinggal

Landas), Jakarta : Rineka Cipta

Meleong, Lexy. D, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosakarya

Miles, Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI Press

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1991, Manajemen Pemabangunan, Jakarta : CV. Haji Masagung

Mubyarto, 1984, Strategi Pemabangunan Pedesaan, Yogyakarta

Nawawi, Hadari, 2003, Organisasi Non Profit bidang Pemerintahan, Yogyakarta : Gajah Mada UP

Joko Widodo, 2002, Good Governance, Jakarta

Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 581/Menkes/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Demam Berdarah


(6)

Keputusan Dirjen Departemen Kesehatan No. 914-I/PD.03.04.PB/1992 Tentang Petunjuk Teknis Program Pemberantasan Demam Berdarah

Keputusan Dirjen Nomor HK.00.06.3.112 Tambahan Petunjuk Teknis Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tentang Gerakan PSN-DBD

Surat Keputusan Gubernur No. 188/121/KPTS/013/2006 Tentang Tim Pengendali Program PSN-DBD Jawa Timur

Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. 440/442/031/2004 Tentang Pembentukan Jumantik di setiap Desa di Jawa Timur

www.dinaskesehatanjawatimur.com, Dengue, Informasi dan Pencegahannya, 25 Februari 2005

www.dinaskesehatanjawatimur.com, Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya, Widodo Judarwanto, 5 Februari 2007

www.hukum-kesehatan.web.id, Aspek Hukum Pemberantasan DBD, 18 Maret 2008 www.tempointeraktif.com, Sidoarjo Waspada Demem Berdarah, 21 Februari 2010 www.antaranews.com, Penderita Demam Berdarah Sidoarjo Meningkat, 5 April 2010 www.beritajatim.com, Penderita DB meningkat, empat meninggal dunia, 5 April