ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI.

(1)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

SARANITA KENCANA SARI NPM. 0642010035

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA 2010


(2)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) Oleh :

SARANITA KENCANA SARI 0642010035

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 10 Juni 2010

Menyetujui,

TIM PENGUJI 1. Ketua

Dra. Hj. Suparwati, M.Si. NIP 195507181983022001

2. Sekretaris

Drs. Nurhadi, M.Si.

PEMBIMBING PENDAMPING NIP 196902011994031001

3. Anggota

Drs. Eddy Poernomo, S.E., M.M NIP 19540825198403001

Mengetahui, DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP 195507181983022001 R.Y. Rusdianto, S.Sos., M.Si.

NPT 3 7206 95 00461 PEMBIMBING UTAMA

Dra. Hj. Suparwati, M.Si. NIP 195507181983022001


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PASAR

TRADISIONAL

Nama Mahasiswa : Saranita Kencana Sari

NPM : 0642010035

Jurusan : Administrasi Bisnis

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. R.Y. Rusdiyanto, S.Sos., M.Si. NIP 030 175 349 NPT. 957 200 046

Mengetahui Ketua Program Studi

Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. NIP. 030 134 635


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta tidak lupa sholawat dan salam penulis ucapkan kepada baginda Rasul nabi Muhammad SAW. Karena karunia – Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepadaNya – lah rasa syukur yang dipanjatkan atas selesainya skripsi ini yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen yang Berbelanja pada Pasar Tradisional”.

Penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing utama yakni Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. dan dosen pembimbing pendamping yakni Bapak R. Y. Rusdianto, S.Sos., M.Si. yang telah bersedia memberi masukan dan meluruskan kesalahan-kesalahan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Kepada pihak yang sengaja maupun yang tidak sengaja telah memberikan sumbangasihnya, maka penulis “wajib” mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


(5)

2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis, terima kasih banyak atas ilmu yang diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua serta adik-adik penulis yang selalu mendukung atas terselesainya proposal ini.

6. Po yang selalu mendukung dan menemani penulis.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima kasih.

Surabaya, Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pemasaran ... 8

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ... 8

2.1.1.2 Manajemen Pemasaran ... 10

2.1.1.3 Konsep Pemasaran ... 11


(7)

2.1.2 Perdagangan Eceran (Retailing) ... 14

2.1.2.1 Pengertian Perdagangan Eceran ... 14

2.1.2.2 Fungsi Perdagangan Eceran ... 15

2.1.2.3 Karakteristik Perdagangan Eceran ... 16

2.1.2.4 Bauran Eceran (Retailing Mix) ... 17

2.1.2.5 Tipe Bisnis Perdagangan Eceran ... 27

2.1.3 Perilaku Konsumen ... 33

2.1.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 33

2.1.3.2 Model Perilaku Konsumen... 34

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 36

2.1.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian ... 36

2.1.4.2 Peranan Pembelian... 37

2.1.4.3 Tahap-Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 38

2.2 Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42

3.1.1 Pendekatan Penelitian... 42

3.1.2 Jenis Penelitian... 42

3.2 Batasan Masalah Penelitian ... 43

3.3 Lokasi Penelitian ... 44


(8)

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.1 Populasi ... 45

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6.1 Jenis Data... 47

3.6.2 Sumber Data... 48

3.6.3 Pengumpulan Data ... 48

3.7 Teknik Analisis Data ... 48

3.8 Pengujan Keabsahan Data... 49

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 51

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 51

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.2 Visi dan Misi... 54

4.2 Penyajian Data ... 54

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 55

4.2.2 Karakteristik Responden... 55

4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 58

4.2.3.1 Produk ... 59

4.2.3.2 Harga... 61

4.2.3.3 Lokasi... 63

4.2.3.4 Pelayanan ... 65


(9)

4.2.3.6 Kebersihan... 69

4.2.3.7 Fasilitas ... 71

4.3 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

5.1 Kesimpulan... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen………....36 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ………40


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin………..54

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden………...55

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Status Responden………..…………..55

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden………...56

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Tiap Bulan Responden………...57

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden………....57

Tabel 1.7 Produk apa yang biasa dibeli di Pasar Soponyono Rungkut...58

Tabel 1.8 Kelengkapan Produk di Pasar Soponyono Rungkut...59

Tabel 1.9 Kualitas Produk di Pasar Soponyono Rungkut...60

Tabel 1.10 Harga Produk di Pasar Soponyono Rungkut...60

Tabel 1.11 Pernah Menawar Harga Produk...61

Tabel 1.12 .. Selalu Menawar Produk yang akan dibeli...61

Tabel 1.13 Memperoleh Produk dengan Harga yang ditawar...62

Tabel 1.14 Harga yang di Tawar Merupakan Alasan Berbelanja Di Pasar Tradisional...62

Tabel 1.15 Lokasi di Pasar Soponyono Rungkut...63

Tabel 1.16 Jarak Rumah responden denga Pasar Soponyono Rungkut...63

Tabel 1.17 Akses Menuju Pasar Soponyono Rungkut Menjadi Pertimbangan Berbelanja...64


(12)

Tabel 1.19 Kejujuran Penjual di Pasar Soponyono Rungkut...65

Tabel 1.20 Keramahan Penjual di Pasar Soponyono Rungkut...65

Tabel 1.21 Kecepatan dalam Pelayanan Penjual...66

Tabel 1.22 Kecewa dengan Sikap Penjual...66

Tabel 1.23 Aman Berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut...67

Tabel 1.24 Petugas terkoordinasi dengan Baik...67

Tabel 1.25 Keamanan Fasilitas Parkir Kendaraan...68

Tabel 1.26 Faktor Keamanan Menjadi Pertimbangan dalam Berbelanja...68

Tabel 1.27 Kondisi Kebersihan Pasar Soponyono Rungkut...69

Tabel 1.28 Kondisi Lingkungan Pasar Soponyono Rungkut...69

Tabel 1.29 Faktor Kebersihan Menjadi Pertimbangan dalam Berbelanja...70

Tabel 1.30 Fasilitas Tempat Parkir di Pasar Soponyono Rungkut...70

Tabel 1.31 Fasilitas Toilet di Pasar Soponyono Rungkut...71

Tabel 1.32 Faktor Utama yang Mendorong Berbelanja...72

Tabel 1.33 Kepuasan Responden Berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut...72


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rekapitulasi Data ………83

Lampiran 2 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden...84

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi Produk………....86

Lampiran 4 Distribusi Frekuensi Harga ……….87

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Lokasi ………....89

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Pelayanan ………...90

Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Keamanan ………..92

Lampiran 8 Distribusi Kebersihan ………..93

Lampiran 9 Distribusi Fasilitas ...94

Lampiran 10 Distribusi Frekuensi lain – lain...95


(14)

ABSTRAKSI

SARANITA KENCANA SARI. ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen di Pasar Tradisional)

Dewasa ini pembangunan ekonomi semakin tinggi ditandai dengan persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa. Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya salah satunya melalui perantara yang digunakan dalam penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran (retailing). Perdagangan eceran dapat dijumpai pada pasar tradisional yang menyediakan bermacam-macam produk dengan berbagai kualitas dan harga. Dan pada saat ini, banyak perdagangan eceran lain yang bermunculan dengan berbagai macam bentuk yaitu mini market dan supermarket baik yang dikelola oleh individu maupun perusahaan serta hypermarket sebagai pengecer asing. Dengan munculnya pengecer asing di pasar domestik akan mengancam kelangsungan hidup dari pasar tradisional tersebut khususnya Pasar Soponyono Rungkut yang terletak disebalah Pasar rungkut Baru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang ”karakteristik dan perilaku konsumen yang berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut”’

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu yang digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang yang dapat diamati. Dalam penelitian ini digunakan 97 responden dengan menggunakan kuesioner. Dimana

responden diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.

Dari hasil Analisis Perilaku Konsumen yang Berbelanja Pada Pasar Tradisional (Studi Kasus pada Konsumen di Pasar Soponyono) menyimpulkan bahwa sebagian besar konsumen yang berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut adalah wanita dengan usia 44-52 tahun dengan status sudah menikah dan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, penghasilan tiap bulan sebesar diatas Rp 1.000.001,00-Rp 3.000.000,00. Produk yang biasa dibeli oleh konsumen Pasar Soponyono Rungkut adalah kebutuhan pokok, produk di Pasar Soponyono Rungkut lengkap dengan kualitas yang baik. Harga produk di Pasar Soponyono Rungkut masih wajar atau normal, konsumen pernah dan selalu menawar produk yang akan dibeli dan sering memperoleh produk yang sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Lokasi Pasar Soponyono Rungkut strategis dan rata-rata jarak rumah responden dengan pasar berjarak kurang dari 1 km. Pelayanan penjual Pasar Soponyono Rungkut baik dengan pertimbangan kejujuran, keramahan dan kecepatan dalam pelayanan penjualan, sebagian responden tidak pernah kecewa dengan sikap penjual. Keamanan lingkungan maupun fasilitas parkir Pasar Soponyono Rungkut baik dengan petugas keamanan yang telah terkoordinasi dengan baik. Kondisi kebersihan dan kondisi lingkungan Pasar Soponyono Rungkut baik. Fasilitas tempat parkir dan fasilitas toilet di Pasar Soponyono Rungkut cukup baik. Keyword : Produk, Harga, Lokasi, Pelayanan, Keamanan, Kebersihan, Fasilitas


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan ekonomi semakin tinggi ditandai dengan persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa atau produk-produk sejenis dengan berbagai macam kelebihan dari produk yang dihasilkan oleh produsen. Dalam hal ini, tentulah konsumen yang paling diuntungkan karena konsumen diberikan kesempatan lebih luas untuk memilih dan membeli produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Namun pada dasarnya, konsumen akan membeli suatu produk yang dapat memuaskan keinginan tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi juga manfaat dari produk tersebut.

Saat ini konsumen semakin pandai di dalam membelanjakan uangnya. Konsumen membeli barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu konsumen juga menyesuikan harga barang dengan kemampuan ekonomi mereka, karena konsumen semakin sadar akan kebutuhan yang harus didahulukan dan yang harus ditunda terlebih dahulu. Oleh karena itu, konsumen ditempatkan sebagai titik sentral yang diperhatikan oleh pemasar. Setidaknya terdapat dua alasan, mengapa pemasar perlu memahami perilaku belanja konsumennya.

Pertama, dengan pesatnya perkembangan perdagangan saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan pada konsumen


(16)

daripada permintaan. Kelebihan dari penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kecilnya permintaan daripada penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain secara umum adalah keadaan ekonomi dari konsumen itu sendiri. Selain itu, naiknya harga yang ditetapkan oleh produsen yang tidak sesuai dengan kualitas produknya, kurangnya produsen dalam mengkomunikasikan produk serta kurangnya penyebaran produk di pasar sehingga konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.

Kedua, pemasar perlu mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya. Karena mengetahui secara tepat kebutuhan dan keinginan konsumennya, perusahaan akan mampu memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang unggul sebagaimana yang diinginkan konsumennya. Serta akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.

Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya, salah satunya melalui perantara (saluran distribusi) yang digunakan dalam

penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran (retailing).

Dimana perdagangan eceran merupakan rantai terakhir saluran distribusi di dalam menyampaikan suatu produk yang dihasilkan produsen sehingga sampai ke tangan konsumen.

Perdagangan eceran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelancaran penjualan produk produsen, karena melalui pengecer dapat diperoleh informasi berharga tentang produknya. Antara lain bagaimana


(17)

pandangan konsumen mengenai kualitas produk, kepuasan konsumen atas produknya serta produsen dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaingnya. Selain itu dengan adanya pengecer, konsumen dapat membeli produk yang dibutuhkan dalam harga dan jumlah barang yang sesuai dengan kebutuhannya.

Perdagangan eceran dapat dijumpai pada pasar tradisional yang menyediakan bermacam-macam produk dengan berbagai kualitas dan harga. Pada krisis ekonomi saat ini, berbelanja di pasar tradisional lebih diminati oleh konsumen karena harga yang lebih terjangkau dan dapat ditawar. Dalam pasar tradisional terdapat beberapa pedagang eceran yang menempati kios-kios yang telah disediakan oleh pengelola pasar.

Pada saat ini, banyak perdagangan eceran lain yang bermunculan dengan berbagai macam bentuk yaitu mini market dan supermarket baik yang dikelola oleh individu maupun perusahaan serta hypermarket sebagai pengecer asing. Pengecer-pengecer tersebut menjalankan bermacam-macam strategi untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada serta dapat menarik konsumen sebanyak-banyaknya dengan memberikan pelayanan dan produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan timbul suatu kepuasan dan loyalitas pada tempat belanja tersebut.

Dengan munculnya pengecer asing di pasar domestik akan mengancam kelangsungan hidup dari pasar tradisional tersebut. Persaingan antara pasar tradisional dengan pengecer asing akan terus berlanjut hingga kebutuhan konsumen terpenuhi. Semua itu juga mempengaruhi perubahan


(18)

pola konsumsi dan perilaku konsumen. Hal ini dapat diminimalkan, apabila pasar tradisional dapat memperbaiki kinerja manajemennya terutama dari sudut pemasaran dengan tetap memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumennya agar mampu bertahan dengan masuknya dan semakin berkembangnya pengecer asing di pasar domestik.

Situasi seperti diatas, sebelumnya di antisipasi oleh Pasar Soponyono

Rungkut. Dimana Pasar Soponyono Rungkut merupakan retailing yang

langsung berhubungan dengan konsumen akhir yang bertujuan melayani kebutuhan sehari-hari konsumen. Pemilihan lokasi menjadi strategi utama awal berdirinya Pasar Soponyono Rungkut yang berada pada Jalan Rungkut Asri Utara no 2 Surabaya, dimana jalan tersebut akses menuju jalan raya rungkut yang sering dilalui kendaraan. Pasar Soponyono Rungkut berdiri pada tahun 1982, pada saat itu keberadaan Pasar Soponyono Rungkut sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun pada kenyataannya, saat ini Pasar Soponyono Rungkut tidak hadir sendiri di wilayah rungkut karena telah berdiri Carrefour selaku pengecer asing di wilayah tersebut. Yang membedakan Pasar Soponyono dari pesaingnya adalah sistem yang digunakan masih sederhana dan tradisional.

Munculnya beberapa hypermarket di sekitar Pasar Soponyono Rungkut berdampak pada pasar bersangkutan. Karena pihak hypermarket memberikan promosi dalam bentuk diskon besar-besaran pada awal berdirinya hypermarket tersebut. Kondisi tersebut tentunya tidak akan pernah diharapkan oleh pengelola, walaupun kenyataannya hal tersebut


(19)

hanya berdampak sekitar 3 bulan, namun Pasar Soponyono Rungkut tetap harus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja manajemennya dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan menjalankan strategi-strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penurunan omzet pendapatan serta tetap memperhatikan perilaku belanja konsumennya dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumennya. Karena sebagian besar perilaku belanja konsumen pada Pasar Soponyono Rungkut lebih berorientasi pada suasana lingkungan tempat berbelanja, dimana perilaku belanja ini lebih dipengaruhi oleh strategi pemasaran dari tempat berbelanja.

Berdasarkan uraian diatas, maka penting bagi pengelola untuk memahami perilaku belanja konsumen dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Melalui penelitian ini, peneliti memfokuskan pada perilaku konsumen pada pasar tradisional berkaitan dengan semakin banyaknya hypermarket yang berdiri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:


(20)

2. Bagaimanakah perilaku konsumen Pasar Soponyono Rungkut disaat situasi persaingan dengan pengecer asing seperti hypermarket?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut

2. Mendekripsikan dan menganalisis perilaku konsumen di Pasar

Soponyono Rungkut

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan teori yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah dengan praktek secara langsung.

2. Bagi Pengelola Pasar

Memberikan informasi dan masukan bagi pengelola pasar sebagai dasar perbaikan kinerja manajemen sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mampu bertahan serta bersaing dalam bisnis


(21)

3. Bagi Fakultas

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang administrasi bisnis khususnya ilmu perilaku konsumen dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengambil topik sejenis.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1Pengertian Pemasaran

Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli) barang atau jasa yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membahas semua sistematika yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana untuk tujuan jangka pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, dan untuk tujuan jangka panjangnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharap guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan yaitu pemasaran. Dimana menurut Ma’ruf (2005:3), fungsi pemasaran adalah mewujudkan sasaran perusahaan dengan cara :

1. Menetapkan basis pelanggan (customer bases) secara strategis, rasional, dan lengkap informasinya.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang sekarang dan yang akan dating.

3. Menciptakan produk yang akan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan pas dan menguntungkan dan yang mampu membedakan perusahaan dari pesaingnya.


(23)

4. Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar sasarn (target market).

5. Memimpin personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang disiplin, profesional, dan berpengetahuan serta punya dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (2000:4), pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan dari suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok melalui pertukaran. Kebutuhan adalah suatu keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan ini timbul bukan diciptakan dari para ahli pemasaran atau masyarakat itu sendiri, tetapi kebutuhan-kebutuhan itu telah ada dalam diri manusia sesuai dengan kehidupannya dan setiap orang akan selalu memenuhi kebutuhan akan yempat tinggal, makanan, pakaian, keamanan, dan beberapa hal lain untuk bertahan hidup.


(24)

Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan yang lebih mendalam dan keinginan diciptakan oleh para ahli pemasaran yang terbentuk sesuai dengan kebudayaan dan perkembangan seseorang. Manusia mempunyai banyak keinginan tetapi tidak semuanya dapat dipenuhi karena harus disesuaikan dengan pendapatan, waktu dan tenaga yang ada sehingga harus menentukan pilihan keinginan yang mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dengan membuat prioritas pertama terhadap keinginan yang akan dipenuhi terlebih dahulu

Perusahaan selaku produsen apabila dapat merealisir kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar akan menciptakan permintaan yang efektif bagi perusahaan dan akan timbul suatu kepuasan dan loyalitan konsumen terhadap produk perusahaan. Oleh karena itu pemasaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak suatu perusahaan.

2.1.1.2Manajemen Pemasaran

Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Sedangkan menurut Radiosunu (2003:3), manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar


(25)

yang dijadilan sasaran dengan maksud untuk mencapai objective

organisasi pemasaran.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pada suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.

2.1.1.3Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha (2000:17), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran berientasi pada konsumen, dimana konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan baginya. Implikasinya, focus aktivitas pemasaran


(26)

dalam mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan fungsional lainnya secara efisisen dan efektif dibandingkan para pesaing.

Menurut Swastha (2001:18), selain berientasi pada konsumen terdapat dua faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran yaitu koordinasi dan integritas dalam perusahaan serta mendapatkan laba melalui perusahaan konsumen.

Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha (2001:18), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka. e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.


(27)

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan diintegrasikan. Dengan kata lain, setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

3. Mendapatkan laba melaui pemuasan konsumen

Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalh mengoptimalkan laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian.

2.1.1.4Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.

Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6), strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan


(28)

program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Sedangkan menurut Hawkins, Best dan Coney (2001:12),

marketing strategy is formulated in term of the marketing mix. This is, it envolves determining the product features, price, communications, distribution and services that will provide customers with superior value.

Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi bauran pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri-ciri (keistimewaan) produk, harga, komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan memberikan pelanggan nilai lebih.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam memberikan arah untuk mencapai tujuan perusahaan melaui bauran pemasaran yaitu produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling berkaitan untuk melayani pasar sasarannya.

2.1.2 Perdagangan Eceran (Retailing) 2.1.2.1Pengertian Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran atau distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Secara harfiah kata eceran atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran, dan peritel atau retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha pedagang eceran.


(29)

Menurut Kotler (2000:402), pedagang eceran adalah semua kegiatan penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen untuk keperluan pribadi, bukan untuk tujuan bisnis.

Sedangkan menurut Lamb, Hair dan Mcdaniel (2001:70), perdagangan eceran adalah semua aktivitas yamg langsung berhubungan dengan penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir.

2.1.2.2Fungsi Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran sangat penting artinya bagi produsen, karena melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga tentang produknya. Menurut Tjiptono (2002:191), retailing memiliki empat fungsi utama, yaitu :

1. Membeli dan menyimpan barang

2. Memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir 3. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian barang

tersebut

4. Memberikan kredit kepada konsumen (dalam kasus tertentu)

Sedangkan menurut Sujana (2005:13), secara spesifik perdagangan eceran (retailing) merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai :


(30)

1. Perantara antara distributor (wholesaler ataupun importer) dengan konsumen akhir.

2. Penghimpun berbagai kategori atau jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.

3. Tempat rujukan untuk mendapatkan (to choose, to find) barang yang dibutuhkannya.

4. Penentu eksistansi barang dari manufacture di pasar konsumsi (consumption market).

2.1.2.3Karakteristik Perdagangan Eceran

Menurut Berman dan Evans yang dikutip oleh Sujana (2005:15), perdagangan eceran (retailing) memiliki tiga karakteristik yang membedakannyadengan entitas bisnis lainnya, yaitu :

1. Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity

Partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu. Meskipun retailer mendapatkan barang dari

supplier dalam bentuk kartonan (cases), namun retailer mendisplay dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit.

2. Impulse buying

Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanjanya.


(31)

3. Store condition

Yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko yang dipengaruhi oleh:

a. Lokasi toko

b. Efektivitas penanganan barang c. Jam buka toko

d. Tingkat harga yang bersaing

2.1.2.4Bauran Eceran (Retailing Mix)

Strategi pemasaran pada umumnya terdiri dari bauran pemasaran 4P yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi. Strategi ini dijalankan oleh perusahaan yang menghasilkan barang. Sedangkan para pengecer menggabungkan unsur-unsur bauran eceran untuk menciptakan suatu metode eceran tunggal untuk menarik pasar sasaran. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:96-111), bauran eceran (retailing mix) terdiri dari enam P, empat P kombinasi pemasaran (product, place, promotion

dan price) ditambah dengan personnel dan presentation.

Kombinasi dari enam P ini memproyeksikan citra toko, yang mempengaruhi persepsi para konsumen. Dengan menggunakan kesan-kesan atas toko ini, para shopper memposisikan toko yang satu terhadap yang lain. Menurut Ma’ruf (2005:113), bauran pemasaran dalam strategi pemasaran retailing yang dijalankan oleh pengecer terdiri dari :


(32)

1. Lokasi

Memilih lokasi yang baik merupakan keputusan yang penting. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan dengan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya setiing/ambiance yang bagus. Dalam memilih lokasi yang baik si pengecer harus memperhatikan beberapa hal, pertama-tama menentukan komitmen sumber daya jangka panjang, apakah si pengecer menyewa atau membeli (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:101).

Keputusan lokasi mempunyai implikasi yang permanen. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan keberlangsungan toko semula dan toko-toko di masa mendatang. Terakhir, lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu. Jika nilai lokasi memburuk, toko tersebut mungkin saja harus dipindahkan atau ditutup. Lokasi dimulai dengan memilih suatu komunitas. Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas dan stabilitas persaingan iklim politik, dan sebagainya.

Dalam pencarian sebuah lokasi dimana toko akan didirikan, pengelola perlu memperhatikan beberapa hal, seperti :


(33)

a. Akses

Lokasi yang strategis yang dilalui atau mudah dijangkau oleh konsumen baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan sarana transportasi umum.

b. Fasilitas parkir

Tempat parkir yang luas, nyaman dan aman baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. (Tjiptono, 2005:147)

Jenis-jenis lokasi terdiri atas : a. Gerai tunggal

Adalah toko yang berdiri sendiri tanpa ada toko lain di dekatnya. Bahkan ada toko yang menjadi satu-satunya gerai yang berdiri di suatu jalan.

b. Pertokoan

Yaitu deretan toko yang berdiri tanpa melalui perencanaan terpadu. Toko-toko yang belakangan didirikan dibangun pada lahan yang masih kosong sehingga setelah beberapa tahun atau dasawarsa membentuk area pertokoan.

c. Central business discrict

Yaitu toko yang didirikan pada wilayah padat perkantoran. Di area itu muncul gerai-gerai eceran yang menguntungkan karena berlokasi ditempat yang kepadatan lalu lintasnya (kendaraan dan pejalan kaki) sangat tinggi dibandingkan lokasi lain.


(34)

d. Pusat belanja

Pusat belanja terdiri atas suatu bangunan komersial yang memiliki atau dikelola oleh satu manajemen, dengan kombinasi penyewa atau peeceran yang seimbang (tidak cenderung pada satu kategori produk), dan memiliki lahan parkir (baik berupa tanah lapang yang ditata atau berupa bangunan parkir).

Selain itu ada beberapa faktor dalam mempertimbangkan pilihan letak atau tempat gerai akan didirikan, yaitu :

1. Lalu lintas pejalan kaki 2. Lalu lintas kendaraan 3. Fasilitas parkir 4. Transportasi umum 5. Komposisi toko 6. Letak berdirinya gerai

7. Syarat dan ketentuan pemakaian ruang 8. Penilaian keseluruhan

2. Merchandise (produk)

Unsur yang kedua dalam bauran eceran adalah produk yang juga disebut keragaman produk (product assortment) atau bauran barang dagangan (merchandise mix). Para pengecer memutuskan apa yang akan dijual berdasarkan apa yang ingin di beli oleh pasar sasaran mereka. Mereka dapat mendasarkan keputusan mereka pada riset


(35)

pasar, penjualan sebelumnya, trend mode, permintaan pelanggan dan sumber-sumber lain (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:97).

Menurut Ma’ruf (2005:135), merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah tangga, produk umum, dan lain-lain atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan eceran. Merchandise toko meliputi : a. Kualitas produk

Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut dan ketepatan produk.

b. Keragaman produk

Menurut Ma’ruf (2005:144), keragaman produk dapat dilihat dari dua hal, yaitu :

1. Wide atau lebar, yaitu banyaknya variable kategori produk yang dijual.

a) Lebar : banyak ragam kategori produk b) Sempat : sedikit ragam kategori produk

2. Deep atau dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam masing-masing kategori produk.

a) Dalam : banyak pilihan (warna, ukuran, bahan, dan lain-lain) dalam setiap kategori produk.


(36)

c. Variasi merk produk

Dengan adanya variasi merk produk yang dijual atau ditawarkan, maka akan bermanfaat bagi konsumen di dalam mengidentifikasi produk yang diinginkan atau dibeli konsumen.

d. Brand (merk)

Pengecer dapat membuat merk sendiri, atau yang sering disebut dengan private label. Apabila berhasil dijalankan, maka akan memperoleh keuntungan bagi perusahaan (Ma’ruf, 2005:151). 3. Harga (pricing)

Unsur penting lain dalam bauran eceran adalah harga. penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit di antara unsur-unsur dalam bauran pemasaran eceran. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran eceran yang akan mendatangkan laba bagi pengecer. Harga juga merupakan elemen kunci bagi strategi toko eceran dalam memposisikan diri dan pengklasifikasian.

Didalam penetapan harga, terdapat tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan oleh sebuah perusahaan perdagangan eceran yaitu konsumen, pengecer sendiri dan pesaing. Pengecer perlu memperhatikan keinginan konsumen yaitu membayar harga yang sepadan dengan nilai yang diperoleh (disebut value for money), lalu keinginannya untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, dan faktor penetapan harga oleh pesaing.


(37)

4. Promosi

Strategi promosi eceran mencakup pengiklan, hubungan masyarakat, publisitas publik dan promosi penjualan. Masing-masing promosi tersebut dapat diterapkan dengan memanfaatkan berbagai alat yang tersaji, alat tersebut antara lain :

1) Periklanan (Advertising)

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : iklan cetak dan siaran, film, brosur dan buklet, poster dan selebaran, billboard

serta simbol dan logo.

2) Hubungan masyarakat (public relation)

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kotak pers, pidato, seminar, laporan tahunan, donasi atau sumbangan, sponsor, publikasi, hubungan masyarakat, lobbying, majalah perusahaan, peringatan peristiwa tertentu, berita, dan aktifitas layanan masyarakat.

3) Publisitas Publik

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : koran, tabloid, majalah, radio dan televisi.

4) Promosi Penjualan

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kontes, permainan, undian, lotere, premium dan hadiah, produk sampel, pasar malam dan pameran dagang, pameran, demonstrasi, pemberian kupon, potongan rabat atau tawaran pengembalian


(38)

uang, pendanaan dengan bunga rendah, hiburan, kelonggaran tukar tambah, hadiah bagi pelanggan, coba gratis, jaminan produk, promosi silang dan diskon.

Adapun tujuan dari promosi adalah untuk membantu memposisikan suatu toko dalam benak para konsumen. Para pengecer merancang iklan yang memancing, panggung acara khusus, dan mengembangkan promosi yang diarahkan ke pasar sasaran mereka. (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:99)

5) Atmosfer dalam gerai

Atmosfer toko berperan penting untuk memikat pembeli, membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka pada produk apa yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Gerai kecul yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja. Untuk itu, perlu diketahui hal-hal apa saja yang dapat menunjang terbentuknya suasana dalam gerai yang sesuai dengan harapan konsumen. Suasana yang dimaksud dalam arti atmosfer yaitu terciptanya dari gabungan antara display barang (etalase barang), layout toko serta penampilan fisik toko atau bentuk fisik.

a. Display barang

Penataan barang pada rak-rak barang yang rapi dan semenarik mungkin dapat mempermudah konsumen di dalam


(39)

pengambilan produk. Apalagi dengan penataan ruang rak yang besar dan display dalam toko dapar meningkatkan penjualan. (Peter dan Olson, 2000:261)

b. Layout toko (tata letak toko)

Layout toko direncanakan sehingga semua ruang toko tersebut digunakan secara efektif, termasuk lorong-lorongnya, perlengkapan tetap, pemajangan barang dagangan, dan wilayah bukan penjualan. Tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin keamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lali lintas pelanggan dan perilaku belanja. (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:105)

c. Bentuk fisik

Bentuk bangunan toko yang didukung dengan warna dan cahaya lampu yang akan memberikan kenyamanan bagi konsumennya untuk berbelanja.

6) Pelayanan toko (Retail service)

Retail service (pelayanan toko) bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanana pelanggan,

personal selling, layanan transaksi berupa cara pembayaran yang mudah, layanan keuangan berupa penjualan dengan kredit, dan


(40)

fasilitas-fasilitas seperti contoh toilet, tempat mengganti pakaian bayi, food court, telepon umu dan sarana parkir.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja. Jenis-jenis pelayanan toko adalah :

a. Customer Service

(1)Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG/sales promotion girl) yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu.

(2)Personal shopper, yaitu staf perusahaan eceran yang melayani pembelian melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh pelanggan.

b. Terkait fasilitas gerai

Fasilitas ini terdiri atas jasa pengantaran (delivery), gift certificate (voucher), jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan), cara pembayaran dengan credit card atau debit card, antrian pembayarab di kasir, fasilitas tempat makan (food corner), fasilitas kredit, fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat, fasilitas telepon dan mail orders, lain-lain seperti fasilitas kredit.


(41)

c. Terkait jam operasional toko

Service terkait dengan jam operasional toko seperti jam buka yang panjang atau buka 24 jam nonstop.

d. Fasilitas-fasilitas lain

Fasilitas yang berkaitan denagn ruang atau lahan parkir, gerai laundry, gerai cuci cetak film.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dala berbelanja. Meskipun yang dijual oleh sebuah toko berupa barang tangible, pada hakikatnya pembeli mencari barang untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, air minum dalam kemasan yang dibeli sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan “menghilangkan rasa haus”.

2.1.2.5Tipe Bisnis Perdagangan Eceran

Menurut Davidson, Evans dan Berman yang dikutip oleh Sujana (2005:16), klasifikasi tipe bisnis retail berdasarkan :

1. Kepemilikan (ownership)


(42)

Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umunya dibawah 100 m², mulai dari kios atau toko pasar tradisional sampai dengan minimarket modern dengan kepemilikan individual.

b. Rantai toko retail

Adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh suatu instansi bisnis buka perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan. Bentuknya mulai dari toko mini market dengan mega hyperstore.

c. Toko waralaba (franchise store)

Adalah toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchise) yakni pengusaha investor perseorangan (independent bussines person)

dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi bendera atau nama toko, sponsor dan pengelola usaha. Bentuknya sangat beragam mulai dari fast food restaurant, bengkel. Toko optikal sampai supermarket.

2. Kategori barang dagangan (merchandise category)


(43)

Merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relative sempit atau sedikit. Contohnya apotik, pasar seni, toko perhiasan, toko buku, dan sebagainya.

b. Toko serba ada

Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang kebutuhan sehari-hari, umumnya toko

retail modern yang sudah mapan adalah berbasis sebagai grocery retailer, dimana yang mereka jual lebih dari assortment (bauran produk) adalah merupakan kebutuhan pokok (basic needs) harian pribadi, keluarga atau rumah tangga. Contohnya Carrefour, Makro, dan sebagainya.

c. Department store

Sebagian besar dari assortment yang dijual adalah merupakan

non-basic items (bukan kebutuhan pokok), fashionables, dan

branded items (bermerek) dengan lebih dari 80% pola

consignment (konsiyasi). Item-item grocery, kalaupun dijual hanya sebagai pelengkap (complementary). Contohnya Ramayana, Sogo Department store, Matahari, dan sebagainya.


(44)

d. Hyperstore

Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile,

optical, dan lainnya dengan konsep one stop shopping

(everything in one roof), bahkan ganti oli dang anti ban mobil dapat dilayani di dalam toko retail sejenis ini. Paling tidak dibutuhkan sedikitnya 10.000 m² luasan sales area. Toko-toko

retail di Indonesia tampaknya belum ada yang dapat

dikategorikan dalam tipe hyperstore, bahkan Carrefour sekalipun. Meskipun di negaranya (Perancis), Carrefour juga telah mengoperasikan model ini.

3. Luasan area penjualan (sales area)

a. Kios (small store)

Adalah sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko

retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area kurang dari 100 m².

b. Minimarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m².


(45)

c. Supermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 m².

d. Hypermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m². 4. Retailer tanpa toko (non-store retailer)

a. Multi Level Marketing (MLM)

Adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct

selling) dengan sistem komisi penjualan berperingkat

berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi)

b. Mail and phone order retailer

Yakni perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon. Perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost pengoperasian sebuah toko (secara fisik) dengan pengoperasian delivery services.

Perusahaan ini sangat mengandalkan sifat kekhasan atau spesifikasi produk dan penerapan kebijakan above the line promotion (promosi di media cetak atau elektronik) yang gencar. Contoh dari model non-store retailer ini, antara lain TV Media, DRTV, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, contoh


(46)

dengan dibukanya showroom-showroom (konter) di hamper seluruh kota besar.

c. Internet/online store (e-commerce)

Perkembangan teknologi informasi khususnya internet, telah memungkinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya. Menurut Colombo yang dikutip oleh Sujana (2005:21) menyebutkan bahwa penyebab utama kegagalan banyak e-commerce adalah karena bagitu didewakannya internet sehingga memunculkan anggapan atau keyakinan semu e-commerce bisa menggantikan kedudukan offline retail store. Padahal menurutnya ada hal dari offline retail store yang tidak tergantikan dengan online retailing.

Sedangkan e-commerce yang berhasil adalah yang mampu membuat keseimbangan antara online dan offline business processes. Yaitu keseimbangan antara aktifitas promosi dan penjualan secara online di internet dengan aktifitas follow-op

(tindak lanjut)-nya secara fisik di dunia nyata. Proses follow-up

tersebut antara lain melalui penyediaan pusat layanan informasi dan konsumen, serta sistem layanan pesan antar yang memadai.


(47)

2.1.3 Perilaku Konsumen

2.1.3.1Pengertian Perilaku Konsumen

Konsumen adalah raja. Inilah ungkapan yang sering dikemukakan oleh para produsen. Ungkapan ini tidak berlebihan, karena konsumen adalah salah satu elemen yang paling penting dalam sistem perekonomian modern. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan produsen, sehebat apaun pelayanan yang diberikan produsen, barang dan jasa tersebut tidak akan dibeli oleh konsumen jika konsumen tidak membutuhkannya. Konsumen sebagai raja memiliki makna bahwa produsen harus memahami perilaku konsumennya. Selanjutnya produsen hendaknya membuat barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut.

Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan konsumsi dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan menurut Ma’ruf (2005:50), perilaku konsumen adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika ia memutuskan membeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya.

Secara lebih luas Schiffman dan Kanuk (2001:16), menyatakan bahwa studi perilaku konsumen merupakan studi bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan dimilikinya (waktu luang dan usaha) terhadap barang yang berkaitan dengan komsumsi. Termasuk didalamnya mengenai apa yang mereka beli,


(48)

mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana mereka menggunakannya.

2.1.3.2Model Perilaku Konsumen

Menganalisis perilaku konsumen merupakan hal yang sangat kompleks, terutama banyak variable yang mempengaruhi dan kecenderungannya untuk saling berinteraksi. Untuk memudahkan dalam menganalisis konsumen perlu dibuat suatu model.

Zaltman dan Wallendorf yang dikutip oleh Mangkunegaran (2001:21), mengemukakan bahwa suatu model adalah sesuatu yang mewakili sesuatu dalam hal ini adalah suatu proses. Loundon dan Bitta mengemukakan bahwa suatu model dapat didefinisikan sebagai suatu wakil realitas yang disederhanakan. Sehingga dari beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahwa model perilaku konsumen adalah suatu bagan, skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas konsumen dalam keputusan membeli.

Menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002:6), model perilaku konsumen menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan konsumennya. Pada model perilaku konsumen ini terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor pertama adalah konsumen individual, artinya pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Faktor yang kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen.


(49)

Pilihan-pilihan konsumen terhadap produk dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya serta adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi pola pilihan produk yang dibeli.

Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau disebut juga strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan satu-satunya variable dalam model perilaku konsumen ini yang dikendalikan pemasar. Pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan strategi pemasarannya.

Selanjutnya, pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan dengan melihat respon konsumen untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa depan. Sementara itu konsumen individual akan mengevaluasi pembelian yang telah dilakukannya. Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya, atau dengan kata lain mampu memuaskan apa yang diinginkan dan dibutuhkannya maka dimasa akan datang akan terjadi pembelian ulang.


(50)

Gambar 2.1

Model Perilaku Belanja Konsumen

Umpan balik bagi konsumen (Evaluasi pasca pembelian)

Umpan balik bagi pemasaran

Sumber : Henry Assael “Consumer Behavior and Marketing Action” dikutip oloh Sutisna (2002:6)

2.1.4 Keputusan Pembelian

2.1.4.1Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Tjiptono (2003:20), proses pengambilan keputusan sangat bervariasi. Proses pengambilan keputusan dimana konsumen mengenal masalahnya kemudian diambil keputusan, suatu tindakan keputusan mengkonsumsi.

Menurut Sunarto (2003:150), keputusan membeli adalah suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan untuk menetapkan barang Konsumen Individu

Pengaruh-Pengaruh Lingkungan Penerapan dari Perilaku Konsumen pada Strategi

Pemasaran


(51)

dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih di antara alternatif merk.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif dimana dilakukan untuk suatu proses pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai perilaku konsumen.

2.1.4.2Peranan pembelian

Menurut Angipora (2002:140-141), peran yang dilakukan oleh masing-masing orang dalam suatu keputusan pembelian, yaitu :

1. Inisiator (pemrakarsa), adalah orang yang pertama-tama memberikan pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

2. Influencer (pemberi pengaruh), adalah orang yang pandangan atau nasehatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Decider (pengambilan keputusan), adalah orang yang sangat

menentukan sebagian atau keseluruhan pembelian , apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana membeli atau dimana akan membeli.

4. Buyer (pembeli), adalah orang yang akan melakukan pembelian nyata. 5. User (pemakai), adalah orang yang mengkonsumsi produk atau jasa.


(52)

2.1.4.3Tahap-tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Swastha (2000:103). Proses perilaku konsumen dalam mengambil keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli sesuatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk, sama untuk setiap orang hanya seluruh proses tersebut tidak selalu dilaksanak oleh konsumen. Tahap dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli suatu produk adalah sebagai barikut :

1. Menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan

Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum dapat terpenuhi atau terpuaskan jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum terpenuhi atau masih ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Sebagai contoh sebelum seseorang memutuskan untuk membeli kipas angin tersebut lebih penting daripada kebutuhan lain yang harus dipenuhinya.

2. Pencarian informasi dan penelitian sumber-sumber

Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan. Pencarian informasi bersifat aktif dan pasif. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan kebeberapa toko elektronik yang ada untuk mencari dan


(53)

membuat perbandingan harga dengan kualitas. Sedangkan pencarian informasi secara pasif saat dilakukan hanya dengan membaca suatu iklan di surat kabar atau majalah tanpa mempunyai tujuan khusus dalam pemikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan. 3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian

Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembeli dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Jadi, selain konsumen dihadapkan kepada suatu alternatif berdasarkan tujuan pembelian.

4. Keputusan untuk pembeli

Adalah proses dalam pembelian yang nyata. Jadi selain konsumen harusmengambil keputusan apakah membeli atau tidak.

5. Perilaku setelah pembeli

Adalah tahap bersifat operatif. Selain penting bagi konsumen juga merupakan hal yang penting bagi perusahaan, sebab perilaku konsumen dapat mempengaruhi pendapatan bersih secara langsung dan juga mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain tentang produk perusahaan atau memberikan gambaran yang buruk mengenai produk perusahaan tersebut. Untuk memperhatikan hal tersebut hendaknya perusahaan dapat bertindak dengan menekan kepada segi-segi tertentu dari produknya.


(54)

2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir

Seseorang yang akan membeli sebuah produk, mereka akan melihat kebutuhan saat ini, oleh karena itu kebutuhan merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. Namun dalam realita seseorang ingin memenuhi kebutuhan tersebut, hal ini menjadi sulit. Berbagai produk yang ada di pasar pada dasarnya ditujukan untuk kebutuhan konsumen. Namun pada sisi konsumen hal ini justru menambah kesulitan merka untuk menambah produk mana yang harus mereka beli.

Konsumen menentukan pilihan, hal ini pada dasarnya seorang konsumen telah mengubah kebutuhan mereka menjadi sebuah keinginan, suatu kebutuhan yang dipengaruhi fakor budaya, sosial, pribadi, maupun psikologis akan menjadi suatu keinginan.

Individu

Menentukan Lokasi belanja

- Produk

- Harga - Lokasi - Pelayanan

- Keamanan

- Kebersihan - Fasilitas


(55)

Hal yang sama akan dilakukan oleh seseorang ketika akan memtuskan lokasi dimana mereka akan berbelanja, berbagai alternatif lokasi belanja akan mereka peringkat dalam persepsi mereka sebagai alternatif dalam menentukan lokasi tersebut.

Dari alternatif lokasi tersebut seorang akan menentukan pilihan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu lokasi, produk, harga, kebersihan, keamanan, pelayanan dan fasilitas dan pada akhirnya pengalaman mereka ketika berbelanja ini akan menjadi timbal balik bagi individu tersebut, dalam menentukan lokasi belanja dikemudian hari.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran antara variabel X dan Y. Penelitian ini difokuskan pada perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya, sehingga peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

3.1.2 Jenis Penelitian

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahasa bias peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah penelitian lapangan

(field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan ilmiah


(57)

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers:1978). Sedangkan menurut (Guy:1076), metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses riset. Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas dari metode yang lain. Memberikan informasi yang mutakhir, sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai macam masalah.

3.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada perilaku konsumen dan karakteristik konsumen di Pasar Soponyono. Maka dalam hal ini peneliti akan menyajikan definisi operasional yang akan diteliti.

1. Lokasi merupakan kondisi fisik pasar, kondisi penerangan serta akses bagi konsumen untuk menuju ke pasar.

2. Produk merupakan kualitas produk yang ditawarkan serta tersedianya variasi produk yang dicari oleh konsumen.

3. Harga merupakan pertimbangan konsumen dalam membeli produk yang diharapkan setelah proses tawar menawar.

4. Keamanan merupakan kondisi keamanan Pasar Soponyono Rungkut.


(58)

5. Kebersihan merupakan kondisi kebersihan fisik gedung dan lingkungan Pasar Soponyono Rungkut.

6. Pelayanan merupakan pedagang dalam melayani konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Fasilitas merupakan kondisi tempat parkir dan toilet dalam pasar.

3.3 Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2010 2. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya. Obyek penelitian ini adalah konsumen di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya

3.4 Unit Analisis Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dengan tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya akan dikembangkan atau digeneralisasikan.

Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Di dalam teknik purposive ini ditandai dengan ciri-ciri antara lain :


(59)

1. Rancangan sampel yang muncul, sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

2. Pemilihan sampel secara berurutan : Tujuan memperoleh variasi yang sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau di sisi lain adanya kesengajaan informasi yang ditemui. Darimana atau dari siapa ia memulai tidak menjadi persoalan , tetapi bila hal itu sudah berjalan maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti.

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dari jawaban responden melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang berkaitan dengan perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja lebih dari 1 kali di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya.


(60)

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2005:73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, Sugiyono (2005:78). Pertimbangan disini antara lain :

1. Konsumen Pasar Soponyono Rungkut Surabaya 2. Konsumen yang berumur diatas 17 tahun 3. Konsumen yang berbelanja lebih dari 1 kali

Penulis menentukan bahwa besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 97 responden dengan menggunakan rumus sampel yang tidak diketahui populasinya (Unknow Population).

Rumus :

n ≥ p.q (Zα / 2)² ………(Husein Umar, 2002 :109)

Dimana :

n : jumlah sampel p : proporsi

q : proporsi sisa dalam populasi (1- p) e


(61)

p × q : karena proposisi dalam populasi yang tersedia tidak diketahui, maka variasi p dan q dapat diganti dengan harga maksimum yakni (0,5 × 0,5 = 0,25)

Zα/2 : derajat koefisien kontingensi (1,96) e : standar error (0,01)

Perhitungan : n ≥ p.q (Zα / 2)²

e

n ≥ 0,5.0,5 (1,96)² 0,01 n ≥ 96,04 → 97

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Dimana data primer di dapat dari sumber pertama, misalnya individu atau perorangan. Data ini bisa berwujud pengisian kuisioner oleh responden. (Umar, 2002:84)

3.6.2 Sumber Data

Data yang diambil dari penelitian merupakan data primer, data yang berdasarkan hasil jawaban para responden melalui penyebaran angket yang berisikan item-item pertanyaan, serta data yang dikumpulkan


(62)

melaui pengamatan secara langsung dan pencatatan segala yang tampak pada obyek penelitian.

3.6.3 Pengumpulan Data

1. Kuisioner (Quesioner)

Serangkaian pertanyaan dalam bentuk angket yang diserahkan langsung kepada responden. Dalam hal ini penelitian menggunakan jenis pertanyaan terstruktur, yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban dari beberapa pertanyaan, mengenai perilaku konsumen dalam keputusan memilih berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya.

2. Wawancara (Interview)

Merupakan komunikasi langsung di mana peneliti ada dalam situasi bertatap muka dan melakukan proses tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak terkait.

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara dan kuisioner yang berkaitan dengan perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik dan perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik focused synthetis yaitu dengan menggunakan


(63)

teori-teori yang relevan dari literature yang relevansi digunakan untuk menjelaskan fenomen yang diamati.

3.8 Pengujian Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka faktor validitas sangat penting bagi sebuah penelitian Maxwell dalam Alwasillah (2006:171) menyebutkan terdapat empat jenis validitas yaitu, deskripsi, interpretasi, teori dan generalisasi. Adapun upaya menjaga validitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan deskripsi dan interpretasi.

Uji deskripsi dituntut untuk menampilkan dekripsi kental atauthick description dalam penelitian, yaitu deskripsi secara literal manusia, kejadian, atau proses yang diamati. Deskripsi ini juga harus menyajikan interpretasi bukan sekedar fakta-fakta yang teramati. Mendekripsikan masyarakat harus menampilkan interpretasi atas norma budaya yang inheren. Ancamana terhadap validasi deskripsi ini adalah ketidaktepatan (inaccuracy) dan ketidaklengkapan (incompleteness) data. Untuk menghalaunya, interview seyogianya direkam kemudian ditranskripsi. Observasipun divideo agar dapat dilihat ulang. Tanpa ini semua data menjadi tidak valid akibatnya segala interpretasi dan konklusi terhadap data ini tidak valid juga. Bila demikian halnya, paling tidak memiliki catatan observasi (observational notes) atau catatan lapangan


(64)

serinci mungkin, selengkap, sekongkret, dan sekronologis mungkin. (Alwasilah, 2002:171). Uji interpretasi data dalam penelitian kualitatif dicapai melalui interaksi antara peneliti dan responden. Ancaman terhadap validitas interpretasi ini adalah responden yang diteliti dan makna yang bergayut kata-kata dan tindakan mereka.

Maka ancaman validitas interpretasi ini muncul antara lain karena peneliti :

a. Tidak mencari pemahaman responden terhadap perilakunya. b. Tidak meninggalkan kerangka teoritis dan asumsi yang diyakininya c. Mengajukan pertanyaan yang mengarah, tertutup, atau yang

menghendaki jawaban singkat sehingga responden tidak diberi kesempatan untuk berbicara secara emik dan sebebas mungkin.

Maka dari itu cara terbaik untuk menghindari ancaman tersebut dengan mempelajari bagaimana responden memaknai apa yang mereka lakukan atau katakana. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan teknik member checks, yaitu melakukan pengeceekan kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan.


(65)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pasar Soponyono Rungkut merupakan retail bisnis yang berdiri pada tahun 1982 dengan kepemilikan swasta di bawah Yayasan Tholabuddin. Pasar yang terletak di sebelah Pasar Rungkut Baru memiliki letak yang strategis yang mudah dijangkau oleh konsumen untuk berbelanja.

Penentuan lokasi perusahaan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk kelancaran usaha. Lokasi Pasar Soponyono berada di Jalan Rungkut Asri Utara nomor 2 Surabaya, dengan alasan tepat yang dianggap strategis serta didukung oleh pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Diarea pemukiman padat penduduk yang mempunyai daya beli tinggi 2. Terletak di jalur strategis karena ditunjang oleh sarana transportasi

yang mudah untuk menuju lokasi dan tempat parkir yang luas sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja.

Struktur organisasi perusahaan berhubungan dengan penyusunan semua personil yang saling berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang sesuai. Untuk lebih jelasnya ditujukan pada bagan struktur organisasi Pasar Soponyono Rungkut.


(66)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pasar Soponyono Rungkut

Sumber : Pasar Soponyono Rungkut, 2009 Keterangan :

Pelindung : Pemilik Pasar Soponyono Rungkut

Penasehat : Tokoh yang menasehati Dirut Pasar Soponyono Rungkut Dirut pasar : Memimpin dan mengkoordinasikan semua kinerja kepala kantor

dan seluruh karyawan Pasar SoponyonoRungkut dan bertanggung jawab langsung kepada Penasehat.

Pelindung Yayasan Tholabuddin

Penasehat Tokoh Masyarakat

Dirut

Pasar Soponyono Rungkut Pengawas

Kepala Kantor

Tata Usaha Keuangan


(67)

Pengawas : Mengawasi tugas Dirut Pasar Soponyono Rungkut dalam memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan dalam pasar.

Kepala kantor : Mengendalikan kegiatan dalam pasar dan bertanggung jawab kepada Dirut pasar..

Tata Usaha : Tempat yang biasanya didatangi calon pedagang yang ingin mulai berdagang

Keuangan : Mencatat pengeluaran dan pemasukan serta memegang keuangan Pasar Soponyono Rungkut, bertanggung jawab kepada kepala kantor.

Kamtib : Menjaga keamanan dan ketertiban Pasar Soponyono Rungkut dan bertanggung jawab kepada kepala kantor.

Parkir : Menjaga tempat parkir dalam pasar dan bertanggung jawab secara langsung kepada kepala kantor.

Litbang : Mengadakan penelitian dan pengembangan dalam pasar dan bertanggung jawab kepada kepala kantor.

Teknis : Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharaan pasar dan bertanggung jawab kepada kepala kantor.

Kebersihan : Menjaga kebersihan dalam pasar dan bertanggung jawab kepada kepala kantor.


(68)

4.1.2 Visi dan Misi

Visi :

Menjadikan Yayasan Tholabuddin sebagai penyedia fasilitas perdagangan yang mandiri, maju, professional dan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat Kota Surabaya serta merupakan alternatif sumber pendapatan yang handal bagi Pemerintah Kota Surabaya.

Misi :

1. Memberdayakan pedagang pasar dengan melibatkan secara aktif di dalam pelaksanaan program-program Yayasan Tholabuddin. 2. Optimasi kinerja Yayasan Tholabuddin dengan meningkatkan

pelayanan terhadap masyarakat pengguna pasar secara professional.

3. Meningkatkan keamanan, ketertiban pasar dan lingkungan pasar sehingga tercipta kondisi pasar yang tertib, aman, bersih dan lengkap.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mempercepat perkembangan pasar.

4.2 Penyajian Data

Penelitian ini menggunakan jumlah responden atau sampel sebanyak 97 responden. Hal ini disebabkan karena dalam metode penelitian, jumlah sampel yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan populasi yaitu sebayak 97 responden. Jadi dengan menyebarkan 97


(69)

kuesioner tersebut diharapkan dapat terkumpul 97 kuesioner yang telah dijawab secara lengkap dan benar. Penyebaran kuesioner dilakukan selama 2 minggu mulai tanggal 12 Mei sampai 26 Mei 2010 dengan jumlah kuesioner sebanyak 97 kuesioner, setelah dilakukan pengecekan ternyata yang valid untuk dianalisis sebanyak 97 kuesioner.

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dalam penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

4.2.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan faktor demografi yang meliputi : jenis kelamin, usia, status, pekerjaan dan pengeluaran tiap bulan. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden tersebut :

Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase ( % )

Pria 25 26%

Wanita 72 74%

Total 97 100%

Sumber : Lampiran 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin wanita lebih banyak daripada responden pria. Responden jenis kelamin wanita sebanyak 72 orang (74%) dan responden pria sebanyak 25


(70)

orang (26%). Perbedaan jumlah responden jenis kelamin pria dan wanita, di sebabkan karena biasanya responden yang sering berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut adalah responden wanita.

Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi Prosentase (%)

17-25 12 12%

26-34 19 19%

35-43 22 23%

44-52 24 25%

>52 20 20%

Total 97 100%

Sumber : Lampiran 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa prosentase tertinggi terletak pada responden yang berusia 44 – 52 tahun yaitu sebesar 24 orang (25%) sedangkan prosentase tertinggi kedua terletak pada responden yang berusia 35-43 tahun yaitu sebesar22 orang (23%), yang berusia >52 tahun sebesar 20 orang (20%), yang berusia 26-34 tahun sebesar 19 orang (19%) dan yang terakhir responden yang berusia 17-25 tahun sebesar 12 orang (12%).

Tabel 1.3

Distribusi Frekuensi Status Responden

Status Frekuensi Prosentase ( % )

Sudah Menikah 66 68%

Belum Menikah 31 32%

Total 97 100%


(71)

Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat diketahui bahwa responden yang sudah menikah lebih banyak yaitu sebesar 66 responden (68%) sedangkan yang belum menikah sebesar 31 responden (32%).

Tabel 1.4

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

Pegawai Negeri 8 8%

Karyawan 19 20%

Ibu Rumah Tangga 37 38%

Wiraswasta 26 27%

Lain-lain 7 7%

Total 97 100%

Sumber : Lampiran 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan pekerjaan ibu rumah tangga memiliki prosentase tertinggi yaitu sebesar 37 responden (38%), sebanyak 26 responden (27%) adalah wiraswasta, sedangkan karyawan sebanyak 19 responden (20%), pegawai negeri sebanyak 8 responden (8%) dan yang terakhir lain-lain sebanyak 7 responden (7%)

Tabel 1.5

Distribusi Frekuensi Pengeluaran tiap bulan Responden

Pengeluaran Frekuensi Prosentase (%)

< Rp 1.000.000,00 15 15%

> Rp 1.000.001,00 – Rp 3.000.000,00 54 56%

> Rp 3.000.001,00 – Rp 5.000.000,00 18 19%

> Rp 5.000.001,00 10 10%


(72)

Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat dijelaskan bahwa prosentase tertinggi terletak pada responden yang memiliki pendapatan sebesar > Rp 1.000.001,00 – Rp 3.000.000,00 yaitu sebanyak 54 responden (56%) sedangkan prosentase terendah terletak pada responden yang memiliki pendapatan > Rp 5.000.001,00 yaitu sebanyak 10 responden (10%).

Tabel 1.6

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Prosentase

Perguruan Tinggi 8 8%

SMA 71 73%

SMP 0 0%

SD 4 4%

Tidak Sekolah 14 15%

Total 97 100%

Sumber : Lampiran 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1.6 diatas ditunjukkan bahwa prosentase tertinggi terletak pada responden dengan pendidikan SMA sebanyak 71 responden (73%) sedangkan yang tidak sekolah sebanyak 14 responden (15%), perguruan tinggi sebanyak 8 responden (8%) dan yang terakhir SD sebanyak 4 responden (4%)

4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap perilaku konsumen yang berbelanja pada Pasar Soponyono Rungkut, terlebih dahulu dianalisis jawaban responden terhadap variabel Produk, Harga, Lokasi, Pelayanan, Keamanan, Kebersihan, Fasilitas dan lain-lain.


(73)

4.2.3.1 Produk

Tabel 1.7

Produk apa yang biasa dibeli di Pasar Soponyono Rungkut

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Kebutuhan Pokok 30 31%

Sayuran 17 18%

Ikan/ayam 26 27%

Pakaian 6 6%

Buah-buahan 12 12%

Lainnya 6 6%

Total 97 100%

Sumber : Lampiran 3 Distribusi Frekuensi Produk

Dari tabel 1.7 dapat dilihat produk yang dibeli responden tertinggi adalah kebutuhan pokok yaitu sebesar 30 responden (31%), ikan/ayam berada pada urutan kedua yaitu sebanyak 26 responden (27%), sayuran berada pada pada urutan ketiga yaitu 17 responden (18%), sedangkan buah-buahan sebanyak 12 responden (12%), yang terakhir yaitu pakaian dan lainnya yang memiliki prosentase yang sama yaitu 6%. Kolom lainnya disini untuk responden yang menjawab membeli semua produk di Pasar Soponyono Rungkut dan membeli produk selain produk yang disebutkan diatas. Disini semua responden yang menjawab lainnya adalah responden yang membeli semua produk yang disebutkan diatas.


(1)

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Pelayanan

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 15 15%

Baik 47 49%

Cukup baik 35 36%

Kurang baik 0 0%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat jujur 11 11%

Jujur 31 32%

Cukup jujur 44 46%

Kurang jujur 11 11%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 0 0%

Baik 34 35%

Cukup baik 51 53%

Kurang baik 12 12%


(2)

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat cepat 0 0%

Cepat 97 100%

Lamban 0 0%

Sangat lamban 0 0%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Pernah 39 40%

Tidak 58 60%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Pernah 39 40%

Tidak 58 60%


(3)

Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Keamanan

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Ya 78 80%

Tidak 19 20%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 1 1%

Baik 58 60%

Buruk 38 39%

Sangat buruk 0 0%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Ya 67 69%

Tidak 30 31%


(4)

Lampiran 8 Distribusi Kebersihan

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 0 0%

Baik 70 72%

Buruk 27 28%

Sangat buruk 0 0%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 0 0%

Baik 70 72%

Buruk 27 28%

Sangat buruk 0 0%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Ya 65 67%

Tidak 32 33%


(5)

Lampiran 9 Distribusi Fasilitas

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat strategis 0 0%

Strategis 33 34%

Cukup strategis 51 53%

Kurang strategis 13 13%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Sangat baik 0 0%

Baik 28 29%

Cukup baik 56 58%

Kurang baik 13 13%


(6)

Lampiran 10 Distribusi Frekuensi lain - lain

Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

Lokasi dekat 34 35%

Produk lengkap 25 26%

Harga murah 26 27%

Nyaman untuk berbelanja 12 12%

Total 97 100%

Jawaban Frekuensi Prosentase

Puas 97 100%