FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL.(Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh : DESI SUCI NURANI

NPM : 0642010094

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Oleh Konsumen Dalam Berbelanja Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya)”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyempaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih pada Bapak DR. Jojok D. S.Sos, M.Si dan Bapak R.Y. Rusdianto. S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, Ec, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Alm. Sadjudi, Drs, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Nurhadi, Drs M. Si., selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

6. Buat sahabatku Donat, Tya, Vita and adik-adik Ad-Bisnis -07 “one for all” yang tidak bisa aku sebutin satu-satu yang sudah memberi semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

7. Terima kasih banyak kepada “LuphyKu” selama ini selalu memberikan semangat, doa serta selalu menemani penulis hingga terselesainya laporan skripsi ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 14 Juni 2011


(4)

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ………. vii

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

ABSTRAKSI ………. x

BAB I : PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 5

1.3. Tujuan Penelitian ………. 6

1.4. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ……… 7

2.1 Landasan Teori ……… 7

2.1.1 Pemasaran ………... 7

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ………. 7

2.1.1.2 Manajemen Pemasaran ……… 8

2.1.1.3 Konsep Pemasaran ………. 9

2.1.1.4 Strategi Pemasaran ... 11


(5)

2.1.5.1 Pengertian Perdagangan Eceran ……….. 16

2.1.5.2 Fungsi Perdagangan Eceran ……… 17

2.1.5.3 Karakteristik Perdagangan Eceran ……….. 18

2.1.5.4 Bauran Eceran (Retailing Mix) ……… 19

2.1.5.5 Tipe Bisnis Perdagangan Eceran ………. 29

2.1.6 Definisi Sikap Konsumen ……… 34

2.1.6.1 Sikap Konsumen ... 35

2.1.6.2 Perilaku Pembelian Konsumen ... 35

2.1.6.3 Persepsi Konsumen ... 35

2.1.6.4 Fungsi-fungsi Sikap Konsumen ... 37

2.1.6.5 Motif dan Perilaku Konsumen ... 38

2.1.6.6 Motif Pembelian ... 38

2.1.6.7 Perilaku Pembeli ... 39

2.1.6.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen ... 40

2.1.7 Keputusan Pembelian dan Konsumen ... 42

2.1.7.1 Proses Pencarian Konsumen ... 42


(6)

2.2 Kerangka Berpikir ……… 45

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 47

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ……….... 47

3.2 Lokasi Penelitian ………... 48

3.3 Definisi Operasional………... 48

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……… 49

3.4.1 Populasi ……… 49

3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……… 49

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……… 50

3.5.1 Jenis Data ………. 50

3.5.2 Sumber Data ……… 50

3.5.3 Pengumpulan Data ……….. 50

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 51

3.6.1 Uji Validitas ……… 51

3.6.2 Uji Reliabilitas ……… 51

3.7 Teknik Analisis Data ……… 52

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 53

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ………….. 53


(7)

4.3.2 Analisis Deskriptif Jawaban Responden ... 58

4.4 Analisis Tabulasi Silang ... 72

4.5 Pembahasan ... 82

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………... 88

5.1 Kesimpulan ……… 88

5.2 Saran ………. 89

DAFTAR PUSTAKA ………... 90


(8)

(9)

4.2 Deskripsi Usia Responden ………. 54

4.3 Deskripsi Status Responden ……….. 54

4.4 Deskripsi Pekerjaan Responden ……… 55

4.5 Deskripsi Penghasilan Responden ……… 56

4.6 Deskripsi Pengeluaran Tiap Bulan Responden ………. 56

4.7 Analisis Deskriptif Variabel Produk (X1) ………. 58

4.10 Analisis Deskriptif Variabel Harga (X2) ………. 60

4.15 Analisis Deskriptif Variabel Lokasi (X3) ………... 62

4.18 Analisis Deskriptif Variabel Pelayanan (X4) ……….. 64

4.24 Analisis Deskriptif Variabel Keamanan (X5) ………. 67

4.28 Analisis Deskriptif Variabel Kebersihan (X6) ………... 69

4.29 Analisis Deskriptif VAriabel Fasilitas (X7) ……… 70


(10)

Lampiran 2 Jawaban Responden ... 100 Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 105 Lampiran 4 Tabulasi Silang ... 114


(11)

(Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya)

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Tempat jual beli yang aman, nyaman, dan dengan harga yang bersaing merupakan harapan pembeli. Kondisi tersebut tentunya diharapkan oleh pengelola, manajemen pasar Candi Lontar Manukan tetap harus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja manajemennya dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan menjalankan strategi-strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penurunan omzet pendapatan serta tetap memperhatikan perilaku belanja konsumennya dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumennya.

Objek penelitian dalam studi ini adalah konsumen yang berbelanja di Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya yang berjumlah 100 orang. Data yang dibutuhkan adalah data primer, yaitu data yang diambil dari responden dengan menggunakan kuisoner yang harus diisi konsumen yang berbelanja di Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya. Dan variabel yang digunakan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian (keputusan berbelanja) yang terdiri dari Desain fisik, harga, lokasi, pelayanan, keamanan, kebersihandan fasilitas.

Berdasarkan hasil deskriptif tabulasi silang dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan oleh konsumen dalam berbelanja di Pasar Tradisional Candi Lontar, Manukan-Surabaya berdasarkan tingkat pendapatan responden menyatakan bahwa mayoritas responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,- melakukan pembelian pada produk kebutuhan pokok sedangkan yang minoritas melakukan pembelian pada produk pakaian. Dan berdasarkan jenis pekerjaan ibu rumah tangga mayoritas melakukan pembelian pada produk kebutuhan pokok dan yang minoritas melakukan pembelian pada produk pakaian dan buah-buahan.


(12)

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan pembangunan ekonomi saat ini yang semakin tinggi ditandai dengan persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa atau produk-produk sejenis dengan berbagai macam kelebihan dari produk yang dihasilkan oleh produsen. Dalam hal ini, tentulah konsumen yang paling diuntungkan karena konsumen diberikan kesempatan lebih luas untuk memilih dan membeli produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Namun pada dasarnya, konsumen akan membeli suatu produk yang dapat memuaskan keinginan tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi juga manfaat dari produk tersebut.

Pada saat ini konsumen semakin pandai di dalam membelanjakan uangnya. Konsumen membeli barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu konsumen juga menyesuaikan harga barang dengan kemampuan ekonomi mereka, karena konsumen semakin sadar akan kebutuhan yang harus didahulukan dan yang harus ditunda terlebih dahulu. Oleh karena itu, konsumen ditempatkan sebagai titik sentral yang diperhatikan oleh pemasar.

Pesatnya perkembangan perdagangan saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan kepada konsumen daripada permintaan. Kelebihan dari penawaran ini menyebabkan banyak produk


(13)

yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kecilnya permintaan daripada penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain secara umum adalah keadaan ekonomi dari konsumen itu sendiri. Selain itu, dengan naiknya harga yang ditetapkan oleh produsen yang tidak sesuai dengan kualitas produknya, kurangnya produsen dalam mengkomunikasikan produk serta kurangnya penyebaran produk di pasar sehingga konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.

Seorang pemasar perlu mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya. Karena dengan mengetahui secara tepat kebutuhan dan keinginan konsumennya maka, perusahaan akan mampu memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang unggul sebagaimana yang diinginkan konsumennya. Serta akan menuntun pemasar pada pembuatan strategi pemasaran yang tepat dan efisien.

Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya, salah satunya melalui perantara (saluran distribusi) yang digunakan dalam penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran (retailing). Dimana perdagangan eceran merupakan rantai terakhir saluran distribusi di dalam menyampaikan suatu produk yang dihasilkan produsen sehingga sampai ke tangan konsumen.

Perdagangan eceran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelancaran penjualan produk produsen, karena melalui pengecer dapat


(14)

produknya serta produsen dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaingnya. Selain itu dengan adanya pengecer, konsumen dapat membeli produk yang dibutuhkan dalam harga dan jumlah barang yang sesuai dengan kebutuhannya.

Perdagangan eceran dapat dijumpai pada pasar tradisional yang menyediakan bermacam-macam produk dengan berbagai kualitas dan harga. Pada krisis ekonomi saat ini, berbelanja di pasar tradisional lebih diminati oleh konsumen karena harga yang lebih terjangkau dan dapat ditawar. Dalam pasar tradisional terdapat beberapa pedagang eceran yang menempati kios-kios yang telah disediakan oleh pengelola pasar.

Pada saat ini, banyak perdagangan eceran lain yang bermunculan dengan berbagai macam bentuk yaitu mini market dan supermarket baik yang dikelola oleh individu maupun perusahaan serta hypermarket sebagai pengecer asing. Pengecer-pengecer tersebut menjalankan bermacam-macam strategi untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada serta dapat menarik konsumen sebanyak-banyaknya dengan memberikan pelayanan dan produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan timbul suatu kepuasan dan loyalitas pada tempat belanja tersebut.

Dengan munculnya pengecer asing di pasar domestik akan mengancam kelangsungan hidup dari pasar tradisional tersebut. Persaingan antara pasar tradisional dengan pengecer asing akan terus berlanjut hingga kebutuhan konsumen terpenuhi. Semua itu juga mempengaruhi perubahan pola konsumsi dan perilaku konsumen. Hal ini dapat diminimalkan, apabila


(15)

pasar tradisional dapat memperbaiki kinerja manajemennya terutama dari sudut pemasaran dengan tetap memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumennya agar mampu bertahan dengan masuknya dan semakin berkembangnya pengecer asing di pasar domestik.

Seperti situasi diatas, sebelumnya di antisipasi oleh Pasar Candi Lontar Manukan. Dimana Pasar Candi Lontar Manukan merupakan retailing

yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir yang bertujuan melayani kebutuhan sehari-hari konsumen. Pemilihan lokasi menjadi strategi utama awal berdirinya Pasar Candi Lontar Manukan yang berada pada Jalan Raya Candi Lontar, dimana jalan tersebut akses menuju jalan raya Candi Lontar yang sering dilalui kendaraan. Pasar Candi Lontar Manukan berdiri pada tahun 1996, pada saat itu keberadaan Pasar Candi Lontar Manukan sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun pada kenyataannya, saat ini Pasar Candi Lontar Manukan tidak hadir sendiri di wilayah Manukan karena telah berdiri Giant Hypermarket dan UFO Swalayan selaku pengecer asing di wilayah tersebut. Yang membedakan Pasar Candi Lontar dari pesaingnya adalah sistem yang digunakan masih sederhana dan tradisional.

Dengan munculnya beberapa hypermarket di sekitar Pasar Candi Lontar Manukan akan berdampak pada pasar yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pihak hypermarket melakukan promosi dalam bentuk


(16)

walaupun kenyataannya hal tersebut hanya berdampak sekitar 3 bulan, namun Pasar Candi Lontar Manukan tetap harus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja manajemennya dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan menjalankan strategi-strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penurunan omzet pendapatan serta tetap memperhatikan perilaku belanja konsumennya dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumennya. Karena sebagian besar perilaku belanja konsumen pada Pasar Candi Lontar Manukan lebih berorientasi pada suasana lingkungan tempat berbelanja, dimana perilaku belanja ini lebih dipengaruhi oleh strategi pemasaran yang terdiri dari harga, tempat, produk, dan promosi dalam berbelanja.

Berdasarkan uraian diatas, maka penting bagi pengelola untuk memahami perilaku belanja konsumen dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Melalui penelitian ini, peneliti memfokuskan pada perilaku konsumen pada pasar tradisional berkaitan dengan semakin banyaknya hypermarket yang berdiri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

“Faktor-faktor apa sajakah yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam berbelanja di Pasar Tradisional Candi Lontar, Manukan-Surabaya?”


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan konsumen dalam berbelanja di Pasar Tradisional Candi Lontar, Manukan-Surabaya”.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara Praktis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang administrasi bisnis khususnya ilmu perilaku konsumen dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengambil topik sejenis.

2. Secara Teoritis

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasar serta perilaku konsumen sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan teori yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah dengan praktek secara langsung.


(18)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1Pengertian Pemasaran

Berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian perusahaan di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan pengusaha untuk menkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan dengan lancar.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2002 : 9) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Swastha (2002 : 10), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Pemasaran jasa merupakan keseluruhan aktivitas yang menyangkut proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, penentuan harga promosi dan menciptakan peluang dalam upaya menawarkan dan mempertukarkan output yang bukan


(19)

produk tidak berwujud dan ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan serta tidak berakibat pada kepemilikan akan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain.

2.1.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Handoko (2000 : 8), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya, sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000 : 4), pemasaran adalah keseluruhan kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa dan juga dapat memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Kotler dan Armstrong (2001 : 18), menyatakan manajemen pemasaran adalah merupakan analisis perencanaan, implementasi dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perasaan.

Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pada suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.


(20)

2.1.1.3 Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002 : 22) adalah kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha (2000 : 17), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Tjiptono (2005 : 3) konsep pemasaran berorientasi pada konsumen, dimana konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan baginya. Implikasinya, fokus aktivitas pemasaran dalam mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan fungsional lainnya secara efisien dan efektif dibandingkan para pesaing.

Menurut Swastha (2001 : 18), selain berorientasi pada konsumen terdapat dua faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran yaitu koordinasi dan integritas dalam perusahaan serta mendapatkan laba melalui perusahaan konsumen.


(21)

Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha (2001 : 18), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan diintegrasikan. Dengan kata lain, setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.


(22)

3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen

Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalah dengan mengoptimalkan laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian.

2.1.1.4 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.

Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002 : 6), strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan dalam bersaing yang berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Sedangkan menurut Hawkins, Best dan Coney (2001:12), marketing strategy is formulated in term of the marketing mix. This is, it envolves determining the product features, price, communications, distribution and services that will provide customers with superior value.

Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi bauran pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri-ciri (keistimewaan) produk, harga,


(23)

komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan memberikan pelanggan nilai lebih.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam memberikan arah untuk mencapai tujuan perusahaan melaui bauran pemasaran yaitu produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling berkaitan untuk melayani pasar sasarannya.

2.1.2 Pengertian Pasar

Menurut Suherman (2003 : 362), pasar adalah sebentuk organisasi dimana pembeli dan penjual terhubungkan satu sama lain dengan hubungan yang erat.

Pengertian pasar dibedakan menjadi dua menurut William J. Stanton, yaitu pengertian pasar secara luas dan sempit. Pasar secara luas adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Pasar secara sempit adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. (organisasi.org/pengertian dan definisi pasar)

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual


(24)

dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. (id.wikipedia.org/wiki/Pasar)

2.1.3 Fungsi Pasar

Menurut Suherman (2003 : 363), pasar tidaklah harus berwujud sesuatu “bangunan” tertentu, sebagaimana kebanyakan pasar yang kita lihat di dalam hidup kita sehari-hari. Tetapi pasar adalah suatu organisasi jual beli, dengan cara apa pun dan di mana saja pun.

Pasar mempunyai lima fungsi, dan mengandung pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap sistem ekonomi. Kelima sistem ekonomi tersebut adalah :

1. Pasar menetapkan nilai

Fungsi ini memecahkan masalah penentuan apa yang harus dihasilkan suatu perekonomian.

2. Pasar mengorganisir produksi

Fungsi ini memecahkan masalah bagaimana cara menghasilkan barang. 3. Pasar mendistribusikan barang

Fungsi ini memecahkan masalah bagaimana cara barang tersebut didistribusikan dan sampai ke konsumen.

4. Pasar berfungsi menyelenggarakan penjataan, dimana penjataan adalah inti dari adanya harga


(25)

Jumlah produksi yang tersedia dalam masyarakat untuk jangka waktu tertentu terbatas jumlahnya, sehingga harus dilakukan pembagian untuk mencukupi kebutuhan yang ada.

5. Pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan datang

Tabungan dan investasi semuanya dapat terjadi di pasar, dan keduanya usaha untuk mempertahankan dan mencapai kemajuan perekonomian yang bersangkutan. (id.wikipedia.org/wiki/Fungsi Pasar)

2.1.4 Jenis-jenis Pasar

1. Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pasar Nyata

Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh : pasar tradisional dan pasar swalayan.

2) Pasar Abstrak

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh : pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.


(26)

2. Jenis pasar menurut cara transaksinya dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.

2) Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjualbelikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.

3. Jenis pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya pasar hewan, pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan daging serta pasar loak. (syadiashare.com/Jenis-jenis Pasar.html)

4. Jenis pasar menurut keleluasaan distribusi dibedakan menjadi empat yaitu 1) Pasar lokal adalah membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.

2) Pasar daerah adalah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran satu daerah.


(27)

3) Pasar nasional adalah membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri. 4) Pasar internasional adalah membeli dan menjual produk dari

beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia. (id.wikipedia.org/wiki/Pasar)

2.1.5 Perdagangan Eceran (Retailing)

2.1.5.1 Pengertian Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran atau distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Secara harfiah kata eceran atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran, dan peritel atau retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha pedagang eceran.

Menurut Kotler (2000 : 402), pedagang eceran adalah semua kegiatan penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen untuk keperluan pribadi, bukan untuk tujuan bisnis.

Sedangkan menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001 : 70), perdagangan eceran adalah semua aktivitas yamg langsung berhubungan dengan penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir.


(28)

2.1.5.2 Fungsi Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran sangat penting artinya bagi produsen, karena melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga tentang produknya. Menurut Tjiptono (2002 : 191), retailing memiliki empat fungsi utama, yaitu :

1. Membeli dan menyimpan barang

2. Memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir

3. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian barang tersebut

4. Memberikan kredit kepada konsumen (dalam kasus tertentu)

Sedangkan menurut Sujana (2005:13), secara spesifik perdagangan eceran (retailing) merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai :

1. Perantara antara distributor (wholesaler ataupun importer) dengan konsumen akhir.

2. Penghimpun berbagai kategori atau jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.

3. Tempat rujukan untuk mendapatkan (to choose, to find) barang yang dibutuhkannya.

4. Penentu eksistansi barang dari manufacture di pasar konsumsi (consumption market).


(29)

2.1.5.3 Karakteristik Perdagangan Eceran

Menurut Berman dan Evans yang dikutip oleh Sujana (2005:15), perdagangan eceran (retailing) memiliki tiga karakteristik yang membedakannya dengan entitas bisnis lainnya, yaitu :

1. Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity

Partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu. Meskipun retailer mendapatkan barang dari

supplier dalam bentuk kartonan (cases), namun retailer mendisplay dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit.

2. Impulse buying

Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanjanya.

3. Store condition

Yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko yang dipengaruhi oleh:

a. Lokasi toko

b. Efektivitas penanganan barang c. Jam buka toko


(30)

2.1.5.4 Bauran Eceran (Retailing Mix)

Strategi pemasaran pada umumnya terdiri dari bauran pemasaran 4P yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi. Strategi ini dijalankan oleh perusahaan yang menghasilkan barang. Sedangkan para pengecer menggabungkan unsur-unsur bauran eceran untuk menciptakan suatu metode eceran tunggal untuk menarik pasar sasaran. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001: 96-111), bauran eceran (retailing mix) terdiri dari 6P, 4P kombinasi pemasaran (product, place, promotion dan price) ditambah dengan personnel dan presentation.

Kombinasi dari 6P ini memproyeksikan citra toko, yang mempengaruhi persepsi para konsumen. Dengan menggunakan kesan-kesan atas toko ini, para

shopper memposisikan toko yang satu terhadap yang lain. Menurut Ma’ruf (2005:113), bauran pemasaran dalam strategi pemasaran retailing yang dijalankan oleh pengecer terdiri dari :

1. Lokasi

Memilih lokasi yang baik merupakan keputusan yang penting. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan dengan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya setiing/ambiance yang bagus. Dalam memilih lokasi yang baik si pengecer harus memperhatikan beberapa hal, pertama-tama menentukan komitmen sumber daya jangka panjang, apakah si pengecer menyewa atau membeli (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:101).


(31)

Keputusan lokasi mempunyai implikasi yang permanen. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan keberlangsungan toko semula dan toko-toko di masa mendatang. Terakhir, lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu. Jika nilai lokasi memburuk, toko tersebut mungkin saja harus dipindahkan atau ditutup. Lokasi dimulai dengan memilih suatu komunitas. Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas persaingan iklim politik, dan sebagainya.

Dalam pencarian sebuah lokasi dimana toko akan didirikan, pengelola perlu memperhatikan beberapa hal, seperti :

a. Akses

Lokasi yang strategis yang dilalui atau mudah dijangkau oleh konsumen baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan sarana transportasi umum.

b. Fasilitas parkir

Tempat parkir yang luas, nyaman dan aman baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. (Tjiptono, 2005:147)


(32)

Jenis-jenis lokasi terdiri atas : a. Gerai tunggal

Adalah toko yang berdiri sendiri tanpa ada toko lain di dekatnya. Bahkan ada toko yang menjadi satu-satunya gerai yang berdiri di suatu jalan.

b. Pertokoan

Yaitu deretan toko yang berdiri tanpa melalui perencanaan terpadu. Toko-toko yang belakangan didirikan dibangun pada lahan yang masih kosong sehingga setelah beberapa tahun atau dasawarsa membentuk area pertokoan.

c. Central business discrict

Yaitu toko yang didirikan pada wilayah padat perkantoran. Di area itu muncul gerai-gerai eceran yang menguntungkan karena berlokasi ditempat yang kepadatan lalu lintasnya (kendaraan dan pejalan kaki) sangat tinggi dibandingkan lokasi lain.

d. Pusat belanja

Pusat belanja terdiri atas suatu bangunan komersial yang memiliki atau dikelola oleh satu manajemen, dengan kombinasi penyewa atau peeceran yang seimbang (tidak cenderung pada satu kategori produk), dan memiliki lahan parkir (baik berupa tanah lapang yang ditata atau berupa bangunan parkir).

Selain itu ada beberapa faktor dalam mempertimbangkan pilihan letak atau tempat gerai akan didirikan, yaitu :


(33)

1. Lalu lintas pejalan kaki 2. Lalu lintas kendaraan 3. Fasilitas parkir

4. Transportasi umum 5. Komposisi toko 6. Letak berdirinya gerai

7. Syarat dan ketentuan pemakaian ruang 8. Penilaian keseluruhan

2. Produk (Merchandise)

Unsur yang kedua dalam bauran eceran adalah produk yang juga disebut keragaman produk (product assortment) atau bauran barang dagangan (merchandise mix). Para pengecer memutuskan apa yang akan dijual berdasarkan apa yang ingin di beli oleh pasar sasaran mereka. Mereka dapat mendasarkan keputusan mereka pada riset pasar, penjualan sebelumnya, trend mode, permintaan pelanggan dan sumber-sumber lain (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:97).

Menurut Ma’ruf (2005:135), merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah tangga, produk umum, dan lain-lain atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai


(34)

a. Kualitas produk

Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut dan ketepatan produk.

b. Keragaman produk

Menurut Ma’ruf (2005:144), keragaman produk dapat dilihat dari dua hal, yaitu :

1. Wide atau lebar, yaitu banyaknya variabel kategori produk yang dijual.

a) Lebar : banyak ragam kategori produk b) Sempit : sedikit ragam kategori produk

2. Deep atau dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam masing-masing kategori produk.

a) Dalam : banyak pilihan (warna, ukuran, bahan, dan lain-lain) dalam setiap kategori produk.

b) Dangkal : sedikit pilihan dalam setiap produk. c. Variasi merk produk

Dengan adanya variasi merk produk yang dijual atau ditawarkan, maka akan bermanfaat bagi konsumen di dalam mengidentifikasi produk yang diinginkan atau dibeli konsumen.

d. Merk (Brand)

Pengecer dapat membuat merk sendiri, atau yang sering disebut dengan private label. Apabila berhasil dijalankan, maka akan memperoleh keuntungan bagi perusahaan (Ma’ruf, 2005:151).


(35)

3. Harga (Pricing)

Unsur penting lain dalam bauran eceran adalah harga. Penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit di antara unsur-unsur dalam bauran pemasaran eceran. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran eceran yang akan mendatangkan laba bagi pengecer. Harga juga merupakan elemen kunci bagi strategi toko eceran dalam memposisikan diri dan pengklasifikasian.

Didalam penetapan harga, terdapat tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan oleh sebuah perusahaan perdagangan eceran yaitu konsumen, pengecer sendiri dan pesaing. Pengecer perlu memperhatikan keinginan konsumen yaitu membayar harga yang sepadan dengan nilai yang diperoleh (disebut value for money), lalu keinginannya untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, dan faktor penetapan harga oleh pesaing.

4. Promosi (Promotion)

Strategi promosi eceran mencakup periklanan, hubungan masyarakat, publisitas publik dan promosi penjualan. Masing-masing promosi tersebut dapat diterapkan dengan memanfaatkan berbagai alat yang tersaji, alat tersebut antara lain :

1) Periklanan (Advertising)


(36)

2) Hubungan masyarakat (Public relation)

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kotak pers, pidato, seminar, laporan tahunan, donasi atau sumbangan, sponsor, publikasi, hubungan masyarakat, lobbying, majalah perusahaan, peringatan peristiwa tertentu, berita, dan aktifitas layanan masyarakat.

3) Publisitas Publik

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : Koran, tabloid, majalah, radio dan televisi.

4) Promosi Penjualan

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kontes, permainan, undian, lotere, premium dan hadiah, produk sample, pasar malam dan pameran dagang, pameran, demonstrasi, pemberian kupon, potongan rabat atau tawaran pengembalian uang, pendanaan dengan bunga rendah, hiburan, kelonggaran tukar tambah, hadiah bagi pelanggan, coba gratis, jaminan produk, promosi silang dan diskon.

Adapun tujuan dari promosi adalah untuk membantu memposisikan suatu toko dalam benak para konsumen. Para pengecer merancang iklan yang memancing, panggung acara khusus, dan mengembangkan promosi yang diarahkan ke pasar sasaran mereka. (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:99)


(37)

5) Atmosfer dalam gerai

Atmosfer toko berperan penting untuk memikat pembeli, membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka pada produk apa yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja. Untuk itu, perlu diketahui hal-hal apa saja yang dapat menunjang terbentuknya suasana dalam gerai yang sesuai dengan harapan konsumen. Suasana yang dimaksud dalam arti atmosfer yaitu terciptanya dari gabungan antara display barang (etalase barang), layout toko serta penampilan fisik toko atau bentuk fisik.

a. Display barang

Penataan barang pada rak-rak barang yang rapi dan semenarik mungkin dapat mempermudah konsumen di dalam pengambilan produk. Apalagi dengan penataan ruang rak yang besar dan display dalam toko dapat meningkatkan penjualan. (Peter dan Olson, 2000:261)

b. Layout toko (tata letak toko)

Layout toko direncanakan sehingga semua ruang toko tersebut digunakan secara efektif, termasuk


(38)

lorong-tidak hanya akan menjamin keamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lali lintas pelanggan dan perilaku belanja. (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:105)

c. Bentuk fisik

Bentuk bangunan toko yang didukung dengan warna dan cahaya lampu yang akan memberikan kenyamanan bagi konsumennya untuk berbelanja.

6) Pelayanan toko (Retail service)

Retail service (pelayanan toko) bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanan pelanggan,

personal selling, layanan transaksi berupa cara pembayaran yang mudah, layanan keuangan berupa penjualan dengan kredit, dan fasilitas-fasilitas seperti contoh toilet, tempat mengganti pakaian bayi, food court, telepon umum dan sarana parkir.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja. Jenis-jenis pelayanan toko adalah :

a. Customer Service

(1) Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG / sales promotion girl) yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu.


(39)

(2) Personal shopper, yaitu staf perusahaan eceran yang melayani pembelian melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh pelanggan.

b. Terkait fasilitas gerai

Fasilitas ini terdiri atas jasa pengantaran (delivery), gift certificate (voucher), jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan), cara pembayaran dengan credit card atau debit card, antrian pembayaran di kasir, fasilitas tempat makan (food corner), fasilitas kredit, fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat, fasilitas telepon dan mail orders, lain-lain seperti fasilitas kredit.

c. Terkait jam operasional toko

Service terkait dengan jam operasional toko seperti jam buka yang panjang atau buka 24 jam nonstop.

d. Fasilitas-fasilitas lain

Fasilitas yang berkaitan dengan ruang atau lahan parkir, gerai laundry, gerai cuci cetak film.


(40)

barang tangible, pada hakikatnya pembeli mencari barang untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, air minum dalam kemasan yang dibeli sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan “menghilangkan rasa haus”.

2.1.5.5 Tipe Bisnis Perdagangan Eceran

Menurut Davidson, Evans dan Berman yang dikutip oleh Sujana (2005:16), klasifikasi tipe bisnis retail berdasarkan :

1. Kepemilikan (ownership)

a. Single-store retailer

Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumya dibawah 100 m², mulai dari kios atau toko pasar tradisional sampai dengan minimarket modern dengan kepemilikan individual.

b. Rantai toko retail

Adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh suatu instansi bisnis buka perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan. Bentuknya mulai dari toko minimarket dengan mega hyperstore.


(41)

c. Toko waralaba (franchise store)

Adalah toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchise) yakni pengusaha investor perseorangan (independent bussines person)

dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi bendera atau nama toko, sponsor dan pengelola usaha. Bentuknya sangat beragam mulai dari fast food restaurant, bengkel. Toko optikal sampai supermarket.

2. Kategori barang dagangan (merchandise category)

a. Toko khas

Merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relative sempit atau sedikit. Contohnya apotik, pasar seni, toko perhiasan, toko buku, dan sebagainya.

b. Toko serba ada

Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang kebutuhan sehari-hari, umumnya toko


(42)

pribadi, keluarga atau rumah tangga. Contohnya Carrefour, Hypermarket, Giant, Makro, dan sebagainya.

c. Department store

Sebagian besar dari assortment yang dijual adalah merupakan

non-basic items (bukan kebutuhan pokok), fashionables, dan

branded items (bermerek) dengan lebih dari 80% pola

consignment (konsiyasi). Item-item grocery, kalaupun dijual hanya sebagai pelengkap (complementary). Contohnya Ramayana, Sogo Department store, Matahari, dan sebagainya.

d. Hyperstore

Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile, optical, dan lainnya dengan konsep one stop shopping (everything in one roof), bahkan ganti oli dang anti ban mobil dapat dilayani di dalam toko retail sejenis ini. Paling tidak dibutuhkan sedikitnya 10.000 m² luasan sales area. Toko-toko

retail di Indonesia tampaknya belum ada yang dapat

dikategorikan dalam tipe hyperstore, bahkan Carrefour sekalipun. Meskipun di negaranya (Perancis), Carrefour juga telah mengoperasikan model ini.


(43)

3. Luasan area penjualan (sales area)

a. Kios (small store)

Adalah sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko

retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area kurang dari 100 m².

b. Minimarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m².

c. Supermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 m².

d. Hypermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m². 4. Retailer tanpa toko (non-store retailer)

a. Multi Level Marketing (MLM)

Adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct

selling) dengan sistem komisi penjualan berperingkat

berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi).

b. Mail and phone order retailer


(44)

mengkompensasikan overhead cost pengoperasian sebuah toko (secara fisik) dengan pengoperasian delivery services.

Perusahaan ini sangat mengandalkan sifat kekhasan atau spesifikasi produk dan penerapan kebijakan above the line promotion (promosi di media cetak atau elektronik) yang gencar. Contoh dari model non-store retailer ini, antara lain TV Media, DRTV, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, contoh

retailer tipe inipun tidak lagi murni sebagai non-store retailer

dengan dibukanya showroom-showroom (konter) di hamper seluruh kota besar.

c. Internet/online store (e-commerce)

Perkembangan teknologi informasi khususnya internet, telah memungkinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya. Menurut Colombo yang dikutip oleh Sujana (2005:21) menyebutkan bahwa penyebab utama kegagalan banyak

e-commerce adalah karena begitu dimudahkannya internet

sehingga memunculkan anggapan atau keyakinan semu e-commerce bisa menggantikan kedudukan offline retail store. Padahal menurutnya ada hal dari offline retail store yang tidak tergantikan dengan online retailing.

Sedangkan e-commerce yang berhasil adalah yang mampu membuat keseimbangan antara online dan offline business processes. Yaitu keseimbangan antara aktifitas promosi dan


(45)

penjualan secara online di internet dengan aktifitas follow-up

(tindak lanjut)-nya secara fisik di dunia nyata. Proses follow-up

tersebut antara lain melalui penyediaan pusat layanan informasi dan konsumen, serta sistem layanan pesan antar yang memadai.

2.1.6 Definisi Sikap Konsumen

Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Definisi sikap dalam pendapat Thurstone yang dikutip oleh Kotler (1997 : 114), yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu obyek.

Dalam definisi yang lebih luas menurut Kotler (1997 : 114), sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi dan atau dinamis terhadap perilaku.

Definisi yang dikemukakan oleh Gordon Allport tersebut mengandung makna bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten.

Jika dianalogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu merek berarti sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian, konsumen mengevaluasi merek tertentu secara keseluruhan


(46)

2.1.6.1 Sikap Konsumen

Apabila konsumen akan menyakini informasi yang diterimanya dan memilih merek tertentu untuk dibeli, hal ini berkaitan dengan sikap yang dikembangkan. Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen atas suatu merek adalah merupakan sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap merek tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak. Sikap positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu tetapi sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk melakukan pembelian.

2.1.6.2 Perilaku Pembelian Konsumen

Perilaku pembelian konsumen sehari-hari dalam pemilihan produk atau jasa sangat bervariasi sehingga pemasar harus pntar dan teliti dalam menentukan segmen pasarnya kepada siapa dan dimana produk atau jasanya akan dipasarkan dan harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi serta perilaku belanja dan pembeli pelanggan sasaran.

2.1.6.3 Persepsi Konsumen

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara. Dengan adanya itu semua maka akan timbul persepsi. Pengertian dari


(47)

persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan.

Menurut William J. Stanton (1997 : 13), persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman yang lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera.

Sedangkan menurut Kotler (1993 : 179), persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan.

Persepsi dibentuk oleh tiga pasang pengaruh : 1. Karakteristik dari stimuli

2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya 3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri

Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu.

Kita merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma dan rasa dari stimuli. Perilaku konsumen kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen.

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang


(48)

perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas.

2.1.6.4 Fungsi-fungsi Sikap Konsumen

Adapun fungsi dari sikap konsumen yang dikembangkan oleh David Kazt yang mengklarifikasikan empat sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Di sini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu dengan mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya. 3. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat


(49)

membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dengan kebutuhannya.

2.1.6.5Motif dan Perilaku Membeli

Motif, perilaku dan kebiasaan membeli adalah berbeda, sehingga perlu dilakukan pendekatan dalam pengkajiannya, sehingga analisis yang dilakukan dapat lebih berguna dan tepat untuk pengambilan keputusan.

2.1.6.6 Motif Pembelian

Dalam memasarkan produk yang dihasilkan perlu diketahui dan dianalisa, mengapa seseorang membeli suatu produk dan apa yang diharapkan atau diinginkan oleh pembeli atau konsumen atas produk yang dibelinya itu. Kedua hal ini sering dikenal dengan motif pembelian.

Pembeli adalah seorang yang sebenarnya melakukan transaksi pembelian. Sedangkan langganan adalah para pembeli atau pemakai yang terus menerus membeli atau memakai produk yang kita jual. Konsumen adalah orang yang memakai atau mengkonsumsi produk yang dihasilkan atau yang dijual.

Motif pembelian merupakan berbagai pertimbangan dan pengaruh yang mendorong orang untuk melakukan pembelian akan suatu produk. Motif pembelian dapat dibedakan atas :


(50)

b. Motif pembelian terhadap tempat atau penyalur yang menjual produk itu (patronage motives), yang merupakan pertimbangan yang menyebabkan seorang konsumen membeli produk pada tempat penyalur tertentu.

Dengan mengetahui motif pembelian maka dapat diketahui alasan orang melakukan pembelian, sehingga dapat dilakukan kegiatan untuk menarik pembeli agar bersedia membeli produk yang ditawarkan. Motif pembelian barang konsumsi diuraikan sebagai berikut :

1. Motif pembelian emosional (emotional buying motives) yang terdiri dari : a. Pembeli ingin nampak berbeda dari yang lain (distinctiveness)

b. Kebanggaan karena penampilan pribadinya (pride of personal appearance) c. Pencapaian status sosial (social achievement)

2. Motif pembelian rasional (rational buying motives) yang terdiri dari :

a. Kemudahan dan efisiensi dalam penggunaannya (handliness and efficiency in operation use)

b. Tahan lama (durability)

c. Dapat membantu bertambahnya pendapatan (enchancement of earnings) d. Hemat dalam pemakaian (economy in use)

e. Murah harga pembeliannya (economy in purchase)

2.1.6.7 Perilaku Pembeli

Kemampuan menyelami persepsi para pembeli atau konsumen akan berdampak pada diketahui mengapa seseorang lebih senang dan membeli produk merek tertentu, bukan merek lainnya. Persepsi yang menimbulkan preferensi


(51)

seorang pembeli terhadap suatu produk dengan merek tertentu, disebut perilaku pembeli.

Suatu tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli atau calon pembeli agar bersedia membeli produk perusahaan. Karena itu sangat penting bagi manajer pemasaran untuk mengetahui perilaku pembeli dan pola pembelian mereka, sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, melakukan promosi dan mendistribusikan produknya secara lebih efektif.

2.1.6.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen

Menurut Kotler (2003 : 183) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian yaitu:

1. Faktor Budaya, yang berperan dalam faktor budaya adalah:

a. Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Seseorang akan mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku baik dari keluarganya maupun dari lembaga penting lainnya.

b. Sub-budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

c. Kelas sosial memiliki ciri-ciri. Pertama, orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku lebih seragam daripada orang-orang dari kelas sosial yang lain. Kedua, orang-orang merasa menempati posisi yang


(52)

Keempat, individu dapat pindah dari satu kelas sosial lain (keatas dan kebawah) sepanjang hidup mereka.

2. Faktor sosial, yang mempengaruhi faktor sosial adalah:

a. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan, yang terdiri dari kelompok primer (keluarga, teman, rekan kerja), kelompok sekunder (kelompok yang cenderung formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.

b. Aspirasional (pengharapan seseorang untuk masuk dalam kelompok yang lain), kelompok dissasiatif (kelompok dengan nilai atau perilaku yang ditolak oleh seseorang).

c. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Meliputi Kelompok Orientasi

(orang tua dan saudara kandung), Kelompok Prokreasi (pasangan dan anak-anak).

3. Faktor pribadi, karakteristik yang mempengaruhi faktor pribadi adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

4. Faktor Psikologis, yang mempengaruhi adalah motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.


(53)

2.1.7 Keputusan Pembelian dan Konsumen

2.1.7.1 Proses Pencarian Konsumen

Menurut Mowen (2002 : 18-22), Perilaku pencarian konsumen (customer search behaviour) mengacu pada semua tindakan yang diambil konsumen untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi tentang cara pemecahan masalah.

Para peneliti mendapatkan bahwa ada dua jenis proses pencarian (search process) konsumen yaitu pencarian internal dan pencarian eksternal. Pencarian internal (internal search) adalah usaha konsumen untuk memanggil kembali memori informasi jangka panjang mengenai produk atau jasa yang dapat memecahkan masalah. Pencarian eksternal (external search) meliputi akuisisi informasi dari sumber-sumber luar, seperti teman, periklanan, pengepakan, laporan konsumen dan personil penjualan.

2.1.7.2 Pencarian Internal

Setelah ada masalah yang teridentifikasi, para konsumen akan terlibat dalam pencarian informasi internal. Pencarian internal merupakan pencarian melalui memori informasi tentang produk atau jasa yang dapat memecahkan masalah.

2.1.7.3 Pencarian Eksternal


(54)

perhatian, persepsi dan upaya yang diarahkan untuk memperoleh data lingkungan atau informasi yang berhubungan dengan pembelian spesifik berdasarkan pertimbangan.

Secara tradisional, para peneliti telah menggunakan sejumlah indicator untuk menilai tingkat pencarian eksternal yang melibatkan konsumen. Beberapa indikator ini adalah :

1. Jumlah toko yang dikunjungi konsumen.

2. Jumlah teman dengan siapa konsumen membahas produk. 3. Jumlah petunjuk pembelian yang memandu konsumen. 4. Jumlah iklan yang dilihat, didengar atau dibaca konsumen.

2.1.8 Proses Keputusan Pembelian

Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Menurut Soehardi Sigit (2002 : 19), umumnya ada enam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Keenam peran tersebut meliputi :

1. Pemrakarsa (initiator) yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan menyarankan untuk membeli suatu barang atau jasa.

2. Pembawa pengaruh (influencer) yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Pengambil keputusan (decider) yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian.


(55)

4. Pembeli (buyer) yaitu orang yang melakukan pembelian aktual.

5. Pemakai (user) yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang dibeli.

6. Penilai (evaluator) yaitu orang yang memberikan umpan balik tentang kemampuan produk yang dipilih dalam memberikan kepuasan.

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2000:204) faktor-faktor keputusan pembelian adalah sebagai berikut :

1. Desain fisik, yaitu merupakan tampilan produk jasa yang dibeli dan akan menjadi daya tarik dan sangat berperan mempengaruhi minat konsumen.

2. Harga, yaitu merupakan penentu kritis yang membedakan produk yang ditawarkan oleh pengusaha yang satu dengan pengusaha lainnya. 3. Lokasi, yaitu tempat berbelanja strategis, tempatnya nyaman, dan

kemudahan mencapai tempat tujuan.

4. Pelayanan, yaitu kemampuan dalam memberikan suatu pelayanan pada konsumennya. Dimana apabila kualitas layanan yang diterima konsumen lebih baik maka konsumen cenderung akan mencobanya kembali.


(56)

6. Kebersihan, yaitu keadaan suatu tempat dimana konsumen merasa bersih dalam berbelanja.

7. Fasilitas, yaitu berupa penampilan fasilitas fisik seperti : kios-kios, dasaran terbuka,lahan tempat parkir, toilet (ponten).

2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir

Konsep pemasaran menganut pandangan dari luar ke dalam. Dimulai dengan pasar tradisional yang didefinisikan dengan baik, memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, memadukan semua kegiatan yang akan mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan berdasarkan produk (products), harga (price), lokasi (location), pelayanan (service), keamanan (safety), kebersihan (cleaned), fasilitas (facilities), yang ada di pasar tradisonal sehingga menciptakan kepuasan

Pasar Tradisional

- Produk (desain fisik) - Harga

- Lokasi - Pelayanan - Keamanan - Kebersihan - Fasilitas

Kepuasan dan keputusan pembelian Kebutuhan (keinginan dan

permintaan) Kebutuhan (keinginan dan permintaan)

Pertukaran, transaksi dan relasional


(57)

konsumen atau pelanggan kemudian diteruskan dengan adanya pertukaran serta transaksi pembelian.


(58)

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Penelitian ini difokuskan pada strategi bisnis yang dilakukan oleh penjual perancang di pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya, sehingga peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) yang dipandang sebagai realitas sosial dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada objek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal atau interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya (Sugiyono, 2005 : 7).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. “Survei adalah metode riset dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu” (Kriyantono, 2008 : 59)


(59)

3.2 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya pada bulan Februari 2011.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan bagaimana variabel penelitian dapat diukur, sedangkan variabel penelitian diukur dari pernyataan responden yang diperoleh dari kuesioner yang diedarkan, variabel yang diteliti dalam penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian (keputusan berbelanja) dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Desain fisik, yaitu merupakan tampilan produk jasa yang dibeli dan akan menjadi daya tarik dan sangat berperan mempengaruhi minat konsumen.

2. Harga, yaitu merupakan penentu kritis yang membedakan produk yang ditawarkan oleh pengusaha yang satu dengan pengusaha lainnya. 3. Lokasi, yaitu tempat berbelanja strategis, tempatnya nyaman, dan

kemudahan mencapai tempat tujuan.

4. Pelayanan, yaitu kemampuan dalam memberikan suatu pelayanan pada konsumennya. Dimana apabila kualitas layanan yang diterima konsumen lebih baik maka konsumen cenderung akan mencobanya kembali.


(60)

6. Kebersihan, yaitu keadaan suatu tempat dimana konsumen merasa bersih dalam berbelanja.

7. Fasilitas, yaitu berupa penampilan fasilitas fisik seperti : kios-kios, dasaran terbuka,lahan tempat parkir, toilet (ponten).

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya.

3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2005:73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, Sugiyono (2005:78). Pertimbangan disini antara lain :


(61)

1. Konsumen Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya 2. Konsumen yang berumur diatas 17 tahun

Menurut Fraenkel & Wallen (1993:92) menyarankan, besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 orang responden.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Dimana data primer di dapat dari sumber pertama, misalnya individu atau perorangan. Data ini bisa berwujud pengisian kuisioner oleh responden. (Umar, 2002:84)

3.5.2 Sumber Data

Data yang diambil dari penelitian merupakan data primer, data yang berdasarkan hasil jawaban para responden melalui penyebaran angket yang berisikan item-item pertanyaan, serta data yang dikumpulkan melaui pengamatan secara langsung dan pencatatan segala yang tampak pada obyek penelitian.

3.5.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui serangkaian pertanyaan dalam bentuk angket yang diserahkan langsung kepada responden. Dalam hal ini penelitian menggunakan jenis pertanyaan terstruktur, yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban dari beberapa pertanyaan, mengenai perilaku konsumen dalam keputusan memilih


(62)

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Gozali, 2005 : 45). Untuk menguji apakah data tersebut valid atau tidak, dapat dilihat dari nilai r hitung > r tabel, jika lebih besar maka dapat dikatakan valid.

Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut:

r = N ( ΣXY ) – ( ΣX ΣY ) ( 3.2 )

√ [ N ΣX² - ( ΣX )² ] [ N ΣY² - ( ΣY )² ] Keterangan :

r = Koefisien korelasi X = Skor pertanyaan ke-n Y = Skor total

XY = Skor pertanyaan ke-n dikalikan skor total N = Jumlah responden

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Kriyantono (2006 : 8), alat ukur disebut reliabel apabila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali.

Sedangkan Ghozali (2005 : 41) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:


(63)

Di sini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

2. One shot atau pengukuran sekali saja

Pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Untuk mengukur reliabilitas dapat diuji dengan melihat nilai korelasi Alfa Cronbach dengan nilai α cronbach > 0,6.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Analisis tersebut bertujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik dan perilaku konsumen di Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya. Dan Distribusi Frekuensi merupakan bagian dari statistik diskriptif yang memiliki kegunaan untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Sebagai penjelasan akan distribusi frekuensi, akan merubah data melalui tabel frekuensi (Kriyantono, 2009 :168)


(64)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pasar Candi Lontar-Manukan merupakan retail bisnis yang berdiri pada tahun 1990 dengan kepemilikan swasta.

Penentuan lokasi perusahaan merupakan hal yang perludiperhatikan untuk kelancaran usaha. Lokasi Pasar Candi Lontar-Manukan berada di Jalan Raya Candi Lontar Manukan-Surabaya, dengan alasan tempat yang dianggap strategis serta didukung oleh pertimbangan-pertimbangan berikut :

1. Di area pemukiman padat penduduk yang mempunyai daya beli tinggi.

2. Terletak di jalur strategis karena ditunjang oleh sarana transportasi yang mudah untuk menuju lokasi dan tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja.

4.2 Penyajian Data

Penelitian ini menggunakan jumlah responden atau sampel sebanyak 100 responden. Hal ini disebabkan karena dalam metode penelitian, jumlah sampel yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan populasi yaitu sebanyak 100 responden. Jadi dengan menyebarkan 100 kuesioner tersebut diharapkan dapat terkumpul 100 kuesioner yang telah dijawab secara lengkap dan benar. Penyebaran kuesioner dilakukan selama 3 minggu mulai tanggal 4 April sampai 18 April 2011 dengan jumlah kuesioner sebanyak 100 kuesioner, setelah


(65)

kuesioner.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan profil dan jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel. Variabel dalam penelitian ini antara lain Produk (X1), Harga (X2), Lokasi (X3), Pelayanan (X4), Keamanan (X5), Kebersihan(X6), Fasilitas(X7).

4.3.1 Diskriptif Identitas Responden

Berikut ini adalah gambaran karakteristik responden :

1. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1

Deskripsi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah

Responden Persentase (%)

Pria 37 37.0

Wanita 63 63.0

Total 100 100.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin Wanita yang berjumlah 63 orang atau 63.0%. Sedangkan sisanya responden Pria berjumlah 37 orang atau 37.0%.

2. Usia Responden


(66)

Deskripsi Usia Responden

Usia Jumlah

Responden Persentase (%)

17 – 25 th 41 41.0

26 – 34 th 34 34.0

35 – 43 th 21 21.0

44 – 52 th 4 4.0

Total 100 100.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden paling banyak berusia 17 – 25 th dengan jumlah 41 orang atau 41.0%, untuk responden yang berusia 26 – 34 th sebanyak 34 orang atau 34.0%, sedangkan responden yang berusia 35 – 43 th sebanyak 21 orang atau 21.0%, dan responden yang berusia 44 – 52 th hanya sebanyak 4 orang atau 4.0%.

3. Status Responden

Status responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3

Deskripsi Status Responden

Status Jumlah

Responden Persentase (%)

Sudah menikah 51 51.0

Belum menikah 49 49.0

Total 100 100.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai status Sudah menikah sebanyak 51 orang atau 51.0%, dan yang berstatus Belum menikah sebanyak 49 orang atau 49.0%.


(67)

Pekerjaan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4

Deskripsi Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Jumlah

Responden Persentase (%)

Pegawai negeri 7 7.0

Karyawan 26 26.0

Ibu rumah tangga 16 16.0

Wiraswasta 37 37.0

Lain – lain 14 14.0

Total 100 100.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 37 orang atau 37.0%, sedangkan yang bekerja sebagai Karyawan sebanyak 26 orang atau 26.0%, sedangkan responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga berjumlah 16 orang atau 16.0%, dan responden yang bekerja Lain-lain berjumlah 14 orang atau 14.0%, dan responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri hanya berjumlah 7 orang atau 7.0%.

5. Penghasilan perbulan Responden

Penghasilan perbulan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5:


(68)

Penghasilan Perbulan Jumlah

Responden Persentase (%)

< Rp. 1.000.000,00 16 16.0 Rp.1.000.001,00 - Rp. 3.000.00,00 52 52.0 Rp.3.000.001,00 - Rp.5.000.000,00 21 21.0 > Rp. 5.000.001,00 11 11.0

Total 100 100.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mendapatkan penghasilan perbulan sebanyak Rp.1.000.001,00 - Rp. 3.000.00,00 dengan jumlah 52 orang atau 52.0%, sedangkan responden yang berpenghasilan Rp.3000.001,00 – Rp.5.000.000,00 berjumlah 21 orang atau 21.0%, sedangkan responden perbulan yang berpenghasilan sebanyak kurang dari Rp.1.000.000,00 berjumlah 16 orang atau 16.0%, dan responden yang perbulan berpenghasilan lebih dari Rp. 5.000.001,00 hanya berjumlah 11 orang atau 11.0%.

6. Pengeluaran tiap bulan Responden

Pengeluaran tiap bulan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6:

Tabel 4.6

Pengeluaran tiap bulan Responden

Jenis Pendidikan Jumlah

Responden

Persentase (%)

< Rp. 1.000.000,00 48 48.0 Rp. 1.000.001,00 – Rp. 3.000.00,00 36 36.0 Rp. 3000.001,00 – Rp. 5.000.000,00 7 7 >Rp. 5.000.001,00 9 9

Total 100 100.0


(69)

melakukan pengeluaran perbulan sebanyak kurang dari Rp. 1.000.000,00 dengan jumlah 48 orang atau 48.0%, sedangkan responden yang pengeluaran perbulannya sebanyak Rp. 1.000.001,00 – Rp. 3.000.00,00 berjumlah 36 orang atau 36.0%, sedangkan responden yang melakukan pengeluaran perbulan lebih besar dari Rp. 5.000.001,00 berjumlah sebanyak 9 orang atau 9.0%, dan pengeluaran responden sebanyak Rp. 3000.001,00 - Rp. 5.000.000,00 hanya berjumlah 7 orang atau 7.0%.

4.3.2 Analisis Deskriptif Jawaban Responden

Sebagaimana dijelaskan dalam definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan berbelanja dalam pasar tradisional lontar manukan yang terdiri dari Produk(X1), Harga (X2), Lokasi(X3), Pelayanan(X4), Keamanan (X5), Kebersihan (X6), Fasilitas (X7) yang ditunjukkan sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif Variabel Produk (X1)

Sebagaimana dijelaskan dalam definisi Produk (X1) yang merupakan salah satu variabel bebas dengan beberapa indikator yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 sebagai berikut :


(70)

Kelengkapan Produk di Pasar Candi Lontar Manukan (X1)

No Jawaban Responden Jumlah Prosentase (%)

1 Sangat Lengkap 3 3.0

2 Lengkap 71 71.0

3 Tidak Lengkap 26 26.0

4 Sangat Tidak Lengkap 0 0

5 Lainnya 0 0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.7 tentang ”Kelengkapan Produk di Pasar Candi Lontar Manukan (X1)” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Lengkap dengan jumlah 71 orang atau 71.0%, sedangkan yang menjawab Tidak Lengkap berjumlah 26 responden atau 26.0%, dan yang menjawab Sangat Lengkap hanya berjumlah 3 responden atau 3.0%, sedangkan untuk jawaban Sangat Tidak Lengkap dan Lainnya tidak ada responden yang menjawab (0%).

Tabel 4.8

Kualitas produk yang ditawarkan di Pasar Candi Lontar Manukan (X1)

No Jawaban Responden Jumlah Prosentase (%)

1 Sangat Baik 0 0

2 Baik 96 96.0

3 Buruk 0 0

4 Sangat Buruk 4 4.0

5 Lainnya 0 0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.8 tentang ”Kualitas produk yang ditawarkan di Pasar Candi Lontar Manukan (X1)” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Baik dengan jumlah 96 orang atau 96.0%, sedangkan yang menjawab


(71)

Buruk, dan Lainnya tidak ada responden yang menjawab (0%).

Tabel 4.9

Produk apa yang bisa dibeli

No Jawaban Responden Jumlah Prosentase (%)

1 Kebutuhan Pokok 79 79.0

2 Pakaian 2 2.0

3 Sayuran 12 12.0

4 Buah-buahan 7 7.0

5 Peralatan Dapur 0 0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.9 tentang ”Produk apa yang bisa dibeli” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Kebutuhan Pokok dengan jumlah 79 orang atau 79.0%, sedangkan yang menjawab Sayuran berjumlah 12 responden atau 12.0%, dan yang menjawab Buah-buahan berjumlah 7 orang atau 7.0%, dan responden yang menjawab Pakaian berjumlah 2 orang atau 2.0%, sedangkan jawaban Peralatan Dapur tidak ada responden yang menjawab (0%).

2. Analisis Deskriptif Variabel Harga (X2)

Sebagaimana dijelaskan dalam definisi Harga (X2) yang merupakan salah satu variabel bebas dengan beberapa indikator yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 sebagai berikut :


(72)

Harga Produk di Pasar Candi Lontar Manukan

No Indikator Jumlah Presentase

1 Sangat Mahal 0 0

2 Mahal 6 6.0

3 Normal 82 82.0

4 Murah 12 12.0

5 Sangat Murah 0 0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.10 tentang ”Harga Produk di Pasar Candi Lontar Manukan” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Normal dengan jumlah 82 orang atau 82.0%, sedangkan yang menjawab Murah berjumlah 12 responden atau 12.0%, dan yang menjawab Mahal berjumlah 6 orang atau 6.0%, dan responden yang menjawab Sangat Mahal, dan Sangat Murah tidak ada responden yang menjawab (0%).

Tabel 4.11

Menawar harga produk yang akan anda beli

No Indikator Jumlah Presentase

1 Pernah 95 95.0

2 Tidak Pernah 5 5.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.11 tentang ”Menawar harga produk yang akan anda beli” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Pernah dengan jumlah 95 orang atau 95.0%, sedangkan yang menjawab Tidak Pernah berjumlah 5 responden atau 5.0%.


(73)

No Indikator Jumlah Presentase

1 Ya 73 87.0

2 Tidak 27 13.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.12 tentang ”Anda selalu menawar produk yang anda beli” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Ya dengan jumlah 73 orang atau 73.0%, sedangkan yang menjawab Tidak berjumlah 27 responden atau 27.0%.

Tabel 4.13

Sering mendapat harga yang sesuai dengan yang anda tawar

No Indikator Jumlah Presentase

1 Sangat Sering 4 4.0

2 Sering 40 40.0

3 Kadang-kadang 52 52.0

4 Tidak 4 4.0

Sumber: Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan tabel 4.13 tentang ”Sering mendapat harga yang sesuai dengan yang anda tawar” diatas diketahui bahwa mayoritas responden menjawab Kadang-kadang dengan jumlah 52 orang atau 52.0%, sedangkan yang menjawab Sering berjumlah 40 responden atau 40.0%, dan yang menjawab Sangat Sering dan Tidak sama-sama hanya berjumlah 4 orang atau 4.0%.


(1)

faktor keamanan menjadi pertimbangan responden dalam berbelanja karena responden juga membutuhkan tempat yang aman dan nyaman dalam berbelanja tanpa ada rasa takut sewaktu berbelanja.

G. Kebersihan

Dari tabel 4.28 menunjukkan bahwa sebanyak 67 responden (67%) menyatakan kondisi kebersihan Pasar Candi Lontar Manukan adalah baik termasuk kondisi lingkungan pasar. Dan sebanyak 78 responden (78%) memberikan alasan bahwa faktor kebersihan menjadi pertimbangan responden untuk berbelanja di Pasar Candi Lontar Manukan.

H. Fasilitas

Dari tabel 4.29 menunjukkan bahwa sebanyak 36 responden (36%) menyatakan fasilitas tempat parkir di Pasar Candi Lontar Manukan strategis sehingga memudahkan konsumen dalam memilih tempat parkir yang sesuai dengan tempat tinggal dan keinginan sedangkan fasilitas toilet di Pasar Candi Lontar Manukan juga kurang baik mulai dari kebersihan dan keadaannya sehingga membuat konsumen kurang nyaman untuk menggunakan fasilitas yang ada di Pasar Candi Lontar Manukan. Pihak pengelola harus memperhatikan fasilitas-fasilitas yang disediakan supaya konsumen mau menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut. I. Lain-lain

Dari tabel frekuensi menunjukkan sebanyak 90 responden (90%) menyatakan bahwa faktor utama yang mendorong responden untuk berbelanja di


(2)

87

Candi Lontar. Pasar Candi Lontar Manukan merupakan tempat andalan warga Candi Lontar untuk berbelanja dan sebanyak 80 responden (80%) menyatakan puas berbelanja di Pasar Candi Lontar Manukan.

Dan hal-hal lain yang berkaitan dengan produk yang diinginkan terdapat 9 jawaban tambahan pada angket terbuka produk diantaranya 5 menyarankan adanya produk-produk untuk peralatan dapur yang kurang lengkap, 2 jawaban mengatakan kebersihan produk yang berjualan makanan atau kue-kue agar lebih bisa menjaga kebersihan dikarenakan banyak lalat yang menempel di makanan, terdapat 2 responden yang menginginkan buah-buahan tidak hanya pisang, bengkoang, nanas, jeruk, semangka tetapi yang lainnya juga perlu dilengkapi seperti anggur, durian dan lain sebagainya.

Hal-hal yang berkaitan dengan harga yang dijawab pada angket jawaban terbuka adalah : terdapat 7 jawaban diantaranya semua jawaban mengatakan untuk mensosialisasikan agar penjual memberikan harga yang wajar, mengingat penjual tertentu menawarkan harga yang kurang wajar.


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Produk yang biasa dibeli oleh responden di Pasar Candi Lontar Manukan adalah kebutuhan pokok, produk di Pasar Candi Lontar Manukan lengkap dengan kualitas yang baik.

2. Harga produk di Pasar Candi Lontar Manukan masih normal dan rata-rata responden pernah dan selalu menawar produk yang akan dibeli dan kadang-kadang memperoleh produk yang sesuai dengan yang diharapkan responden.

3. Lokasi di Pasar Candi Lontar Manukan strategis dan rata-rata jarak rumah responden dengan pasar berjarak kurang dari 1 km.

4. Pelayanan penjual di Pasar Candi Lontar Manukan baik dengan pertimbangan kejujuran, keramahan dan kecepatan dalam pelayanan penjualan. Namun ada beberapa responden pernah kecewa dengan sikap penjual di Pasar Candi Lontar Manukan.

5. Keamanan lingkungan maupun fasilitas parkir di Pasar Candi Lontar Manukan kurang baik dan aman karena pernah terjadi kehilangan sepeda


(4)

89

6. Kondisi kebersihan dan kondisi lingkungan Pasar Candi Lontar Manukan baik.

7. Faktor utama yang mendorong responden berbelanja di Pasar Candi Lontar Manukan adalah lokasi yang dekat dan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan Pasar Modern dan sebagian besar responden menyatakan puas berbelanja di Pasar Candi Lontar Manukan.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan atas dasar hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Pihak Manajemen Pasar Candi Lontar-Manukan dapat mempertimbangkan faktor lokasi, keamanan, dan kebersihan serta fasilitas sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat sekitar dalam meningkatkan pengunjung Pasar Candi Lontar-Manukan.

2. Pihak Manajemen Pasar Candi Lontar Manukan harus lebih meningkatkan perbaikan fasilitas yang ada di Pasar Candi Lontar seperti toilet, tempat parker dan atap-atap serta lampu penerangan pada jalan yang dilalui oleh pengunjung.

3. Pihak Manajemen Pasar Candi Lontar Manukan harus memberikan penyuluhan pada para pedagang di Pasar Candi Lontar untuk bersikap ramah, jujur dan cepat dalam melayani pengunjung.


(5)

Alwasillah, A. Chaedar, 2006. Pokoknya Kualitatif : Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta : Pustaka Jaya. Angipora, Marius P, 2002. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Revisi. Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Assauri, Sofjan, 1999. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran I, Jakarta : Prenhallindo.

Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, Jilid Satu, Jakarta : Prenhallindo.

Lamb, Hair dan Mc Daniel, 2001. Pemasaran Marketing Buku Dua, Jakarta : Thomson Learning.

Ma’aruf, Hendri, 2005. Pemasaran Ritel, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Mowen, John L dan Minor, Michael, 2002. Perilaku Konsumen (Jilid I), Jakarta

: Penerbit Airlangga.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : CV Alfabeta. Sunarto, 2003. Manajemen Pemasaran, Yogyakarta : BPFE.

Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Swastha, Basu, 2002. Asas-Asas marketing (Edisi Ketiga), Yogyakarta : Liberty Stanton, William J, 1991. Fundamental of Marketing, (6th edition-Internasional

Edition) New York : McGrawa Hill.


(6)

Tjiptono, Fandi, 2003. Strategi Pemasaran Cetakan Revisi Pertama, Yogyakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Tjiptono, Fandi, 2005. Pemasaran Jasa Edisi Pertama, Malang : Bayumedia

Publishing.

Umar, Husein, 2002. Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kriyantono, Rachmat, 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi Pemasaran


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsuemn dalam Berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern

39 217 90

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen untuk berbelanja sayur dan buah di pasar swalayan Matahari dan pasar Tanjung ( suatu studi kasus di kabupaten Jember )

0 4 58

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing dan preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional

8 60 112

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

5 32 115

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN UNTUK BERBELANJA DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO SEMANGGI SURAKARTA

0 2 77

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN UNGGAS DI PASAR DEPOK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Unggas Di Pasar Depok Surakarta.

0 4 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN UNGGAS DI PASAR DEPOK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Unggas Di Pasar Depok Surakarta.

0 4 14

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI.

4 13 111

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL.(Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Candi Lontar, Manukan-Surabaya)

0 0 17

PASAR TRADISIONAL, PASAR MODEREN, KONSUMEN MUSLIM (Studi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Muslim Haurgeulis untuk Berbelanja) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 27