FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MERK “HONDA” DI KABUPATEN SLEMAN: ANALISIS FAKTOR EXPLORATORY.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Menurut Johnson&Wichern (2007:1) analisis multivariat adalah metode
statistika yang dikenakan pada data yang terdiri dari banyak pengamatan atau
variabel. Salah satu metode dalam analisis multivariat adalah analisis faktor.
Menurut Suryanto (1988: 234) analisis faktor adalah teknik tentang
variabel-variabel yang saling ketergantungan dengan tujuan untuk menentukan
variabel-variabel baru yang lebih sedikit jumlahnya dari pada variabel semula dan
yang menunjukkan mana diantara variabel-variabel semula itu yang merupakan
faktor-faktor persekutuan. Analisis faktor bertujuan untuk mereduksi dimensi data
dengan cara menyatakan variabel asal sebagai kombinasi linear sejumlah faktor,
sedemikian hingga sejumlah faktor tersebut mampu menjelaskan sebesar mungkin
keragaman data yang dijelaskan oleh variabel asal. Terdapat dua jenis analisis
faktor, yaitu analisis faktor exploratory dan analisis faktor confirmatory.
Menurut Supranto (2004:113) perbedaan dengan analisis varians, analisis
regresi dan analisis diskriminan, yang salah satu variabel dapat dipastikan menjadi
variabel dependen. Di dalam analisis faktor, variabel tidak dapat dikelompokkan
menjadi variabel independent dan dependent, sebaliknya sebagai penggantinya
hubungan interdependent antar variabel yang diteliti.
Analisis faktor banyak digunakan dalam riset pmasaran khususnya dan
(2)
kebanyakan dari variabel-variabel tersebut berkorelasi sesamanya, dan harus
diperkecil jumlahnya agar dapat dikelola. Hubungan antar variabel (korelasi)
diteliti dan dinyatakan dalam faktor yang mendasari.
Contoh penggunaan analisis faktor dalam riset pemasaran, yaitu analisis
faktor dalam segmentasi pasar untuk mengidentifikasi variabel yang mendasari
pengelompokan pelanggan, analisis faktor untuk mengidentifikasi sifat-sifat
konsumen/ pelanggan yang sensitif terhadap harga, analisis faktor untuk
menentukan karakteristik merek dalam pembelian konsumen, dan lain-lain. Untuk
itu dilakukan penelitian untuk penerapan analisis faktor dalam bidang riset
pemasaran.
Di Indonesia kendaraan pribadi menjadi favorit masyarakat untuk
berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lainnya. Salah satu kendaraan pribadi
yang digunakan adalah sepeda motor. Setiap tahun, penggunaan sepeda motor di
Indonesia semakin meningkat. Perkembangan penjualan sepeda motor di
Indonesia tahun 2010 sampai dengan Juli 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Perkembangan penjualan sepeda motor di Indonesia periode 2010 – Juli 2014
Tahun Total Penjualan Sepeda Motor 2010 7,369,249
2011 8,012,540 2012 7,064,457 2013 7,743,879 Juli 2014 4,736,696
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia)
Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa penjualan sepeda motor semakin
pesat, walaupun ada penurunan yang terjadi di tahun 2012. Dari total penjualan
(3)
mendominasi penjualan sepeda motor di Indonesia, yakni Honda, Yamaha, dan
Suzuki. Perkembangan penjualan sepeda motor dari ketiga merk tersebut tampak
pada tabel berikut :
Tabel 1.2 Penjualan sepeda motor merek Honda, Yamaha dan Suzuki periode 2011 – Maret 2014 di Indonesia
Tahun Merk
Honda Yamaha Suzuki
2011 4,273,888 3,136,073 493,125
2012 3,541,742 2,300,124 408,900
2013 4,700,871 2,495,796 400,675
Maret 2014 1,254,662 617,331 83,074
Sumber : https://autoblogindonesia.wordpress.com
Data penjualan yang diambil dari autoblogindonesia mulai tahun 2011
hingga maret 2014, menunjukkan bahwa penjualan sepeda motor Honda paling
banyak di Indonesia, dibandingkan sepeda motor merek Yamaha dan Suzuki.
Maka timbul pertanyaan, mengapa penjualan sepeda motor Honda paling
banyak diantara merek lain. Banyak hal yang dapat menjadi faktor mengapa
sepeda motor Honda paling diminati oleh masyarakat di Indonesia. Salah satunya,
dimungkinkan karena pemasaran dari Honda yang baik. Menurut Kotler dan
Amstrong (2008: 5) definisi pemasaran yang paling sederhana adalah proses
mengelola hubungan konsumen/pelanggan yang menguntungkan. Dengan dua
sasaran pemasaran adalah menarik konsumen/pelanggan baru dengan menjanjikan
keunggulan nilai serta menjaga dan menumbuhkan konsumen/pelanggan yang ada
(4)
Menangkap kembali nilai dari pelanggan
Gambar 1.1 Model sederhana proses pemasaran
Empat langkah pertama dari lima langkah pemasaran ditujukan untuk
memahami konsumen, menciptakan nilai bagi konsumen dan membangun
hubungan yang kuat dengan konsumen. Dengan menciptakan nilai bagi
konsumen, maka perusahaan akan mendapatkan laba dan kepercayaan dari
konsumen.
Jika menciptakan nilai bagi konsumen dijadikan dasar dalam melakukan
pamasaran maka kepuasan dari konsumen yang akan didapatkan. Kepuasan
konsumen dapat tercapai jika perilaku konsumen diketahui, namun banyak faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard
(1995) perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang
langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut. Namun menurut Leon G. Shchiffman dan Lesli Memahami
pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan
Merancang strategi
pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan
Membangun
program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul
Membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan kepuasan pelanggan
Menangkap nilai dari
pelanggan untuk
menciptakan keuntungan dan ekuitas pelanggan
(5)
Lazar Kanuk (1997) perilaku konsumen adalah perilaku yang ditampilkan
konsumen dalam mencari, memperoleh, menggunakan, mengevaluasi dan
memutuskan produk dan jasa yang mereka pikir dapat memuaskan kebutuhan
konsumen.
Setiap keputusan pembelian oleh konsumen didasarkan pada perilaku
konsumen itu sendiri. Arti dari keputusan pembelian adalah membeli merek yang
paling disukai oleh konsumen setelah proses keputusan pembelian dilakukan. Jika
keputusan pembelian dilakukan karena aspek pemasaran maka pemasaran yang
ada tercakup dalam bauran pemasaran, yaitu produk, distribusi, promosi dan
harga.
Untuk itu dapat dianalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada
keputusan pembelian sepeda motor merk Honda. Dan analisis yang dilakukan
adalah analisis faktor exploratory.
Analisis faktor exploratory merupakan teknik kesalingtergantungan antara
variabel-variabel, yang memiliki tujuan utama untuk menemukan himpunan
variabel-variabel baru, yang lebih sedikit jumlahnya dari pada variabel semula,
dan yang menunjukkan yang mana di antara variabel-variabel semula itu yang
tergabung dalam faktor-faktor tanpa ditentukan banyaknya faktor yang nantinya
akan terbentuk.
Pada skripsi ini akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian sepeda motor merek Honda menggunakan analisis faktor exploratory.
Variabel-variabel yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian sepeda motor
(6)
1.2Pembatasan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Keputusan pembelian sepeda motor yang diteliti adalah keputusan
pembelian yang berkaitan dengan aspek pemasaran.
2. Pernyataan yang ada dalam kuesioner merupakan variabel-variabel yang
berkaitan dengan pemasaran yang dilakukan Honda sehingga
mempengaruhi keputusan pembelian.
3. Variabel-variabel yang dipilih tercakup dalam bauran pemasaran seperti
harga, variasi, desain, keiritan, proses pembayaran, pelayanan, dll, yang
berjumlah 20.
1.3Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah langkah-langkah dalam analisis faktor exploratory ?
2. Variabel-variabel apa saja yang menarik minat masyarakat dalam
keputusan pembelian sepeda motor Honda ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian sepeda
motor merek Honda ?
1.4Tujuan
1. Mengetahui langkah-langkah dalam analisis faktor.
2. Menjelaskan variabel-variabel yang menarik minat masyarakat dan
(7)
3. Mengelompokan variabel-variabel pemasaran menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor merek Honda.
1.5Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, tulisan ini mampu menambah ilmu pengetahuan dan
perkembangan di bidang manajemen, terutama pemasaran dan ilmu
matematika itu sendiri.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
sepeda motor Honda.
b. Bagi perusahaan Honda
1) Manajemen Honda mengetahui faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan masyarakat untuk memutuskan membeli sepeda
motor merek Honda.
2) Memberikan informasi bagi perusahaan Honda guna dijadikan
inovasi bagi perusahaan dalam peningkatan produk sepeda motor
(8)
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan
dalam bab selanjutnya. Landasan teori yang dibahas adalah matriks, matriks data
multivariat, analisis komponen utama, analisis faktor, keputusan pembelian dan
pemasaran.
2.1 Matriks
Dalam matematika, matriks sering digunakan untuk menyederhanakan
penulisan dan perhitungan. Suatu matriks dapat mewakili suatu himpunan
bilangan yang merupakan entri dari matriks tersebut yang disusun dalam baris dan
kolom.
2.1.1 Definisi matriks
Sebuah matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari
bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam
matriks (Anton, 1997: 22)
Entri dalam matriks berupa bilangan atau elemen disusun secara mendatar
(disebut baris) dan disusun secara tegak (disebut kolom). Banyaknya kolom dan
baris menunjukkan ukuran dari suatu matriks. , merupakan matriks berukuran dan menunjukkan entri matriks dengan menunjukkan nomor baris dan adalah nomor kolom. Jika direpresentasikan
(9)
[
]
Jika sebuah matriks memiliki baris dan kolom, maka matriks tersebut
disebut matriks persegi berordo- .
2.1.2 Transpose matriks
Jika adalah sebarang matriks maka transpose dari matriks ditulis dan didefinisikan sebagai matriks yang kolom pertamanya adalah baris pertama dari , kolom keduanya adalah baris kedua dari , demikian juga
kolom ketiga adalah baris ketiga dari dan seterusnya. (Anton, 1997:27)
Jadi, bila [
] maka transpose dari matriks A adalah
sebagai berikut :
[
]
Sifat-sifat transpose matriks : 1.
2. 3. 2.1.3 Matriks diagonal
Matriks diagonal adalah suatu matriks persegi dengan semua entrinya yang
tidak terletak pada diagonal utama adalah nol (Anton, 1997: 74). Suatu matriks
(10)
[
]
2.1.4 Matriks identitas
Menurut Suryanto (1998: 24), matriks identitas adalah matriks diagonal
yang setiap entri pada diagonal utamanya adalah 1 (bilangan 1). Suatu matriks
identitas I, berordo dapat ditulis sebagai berikut :
[ ]
2.1.5 Determinan
Menurut Anton (1997: 63) misalkan adalah matriks persegi, fungsi determinan dinyatakan dengan det dan didefinisikan det sebagai jumlah semua hasil perkalian elementer bertanda dari .
Untuk [ ] maka det | | . Untuk , |
|
Untuk |
|
Menurut Anton (1997:79) untuk maka determinannya dapat dihitung dengan mengalikan entri-entri dalam suatu baris dengan
kofaktor-kofaktornya dan menambahan hasil-hasil perkalian tersebut.
(11)
dengan diperoleh dari dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j
yang disebut matriks minor, dan hasil yang disebut kofaktor. Kofaktor dapat dinyatakan dengan .
Misalkan matriks berordo , [
], dengan menghilangkan baris kedua maka determinan matriks maka ∑
.
|
|
|
|
|
|
|
|
Jadi ∑
2.1.6 Invers matriks
Menurut Anton (1997: 34), jika A adalah matriks persegi, dan jika terdapat
matriks B yang ukurannya sama sedemikian rupa sehingga , maka A dikatakan mempunyai invers dan B disebut invers dari A.
Jika A invertible (dapat dibalik), maka inversnya dapat dinyatakan dengan
(12)
dan (2.1) Menurut Anton (1997: 35) Jika dan adalah matriks-matriks yang invertible
dan ukurannya sama, maka
1. 2.
Menurut Anton (1997:37) Jika matriks invertible maka :
1.
2. untuk
3. Untuk setiap skalar yang tak sama dengan 0, maka invertible dan
2.2 Matriks Data Multivariat
Dalam analisis multivariat sering kali dihadapkan pada masalah
pengamatan yang dilakukan pada suatu periode waktu dengan variabel. Menurut Johnson dan Winchern (2002: 5), secara umum sampel data multivariat
dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Var-1 Var-2 Var-j Var-p
Objek-1
Objek-2
Objek-i
Objek-n
(13)
[
] dengan
adalah objek ke-i pada variabel ke-j
adalah banyaknya item atau objek
adalah banyaknya variabel
Dapat juga dinotasikan dengan ( )
2.3 Rata-rata
Ukuran pemusatan yang paling banyak digunakan adalah rata-rata.
Misalkan adalah pengukuran pada variabel pertama yang tidak semuanya berbeda. Rata-rata pengukuran disebut juga rata-rata (mean) sampel
ditulis dengan ̅.
Secara umum, rata-rata sampel untuk variabel ke-j dengan p variabel dan
n objek adalah
̅ ∑ (2.2)
dengan
Misalkan matriks random [ ] berorde untuk setiap merupakan sebuah vektor random. Rata–rata dari vektor random untuk populasi adalah :
[ ] [
(14)
Jika adalah matriks , dengan n merupakan jumlah objek dan p adalah banyaknya variabel maka matriks baris rata-rata ditulis dengan ̅ disebut
centroid atau nilai tengah. Matriks ̅ dihitung dengan menggunakan operasi matriks berikut :
̅ [ ̅ ̅ ̅ ]
[ ∑
∑
∑
]
[ ] [
]
[ ] [
] (2.4)
didapat
̅ (2.5)
dengan adalah matriks dengan entri 1.
2.4 Data Terkoreksi
Data terkoreksi terhadap rata-rata adalah data yang nilainya telah
dikurangi dengan nilai rata-rata masing-masing variabel yang bersesuaian.
Dengan mendefinisikan sebagai matriks yang berisi data terkoreksi maka didapat :
(15)
2.5 Varians
didefinisikan sebagai varians sampel yang merupakan estimator dari
varians populasi . Varians sampel variabel pertama dengan pengamatan
adalah
∑ ̅̅̅ (2.7) Sedangkan secara umum, varians sampel untuk variabel ke-j adalah
∑ ̅ (2.8) Dengan mengambil sebesar vektor kolom dari matriks didapat :
[
]
(2.9)
Varians populasi dinyatakan dalam dan simpangan baku populasi
adalah . Untuk menghitung nilai varians populasi digunakan rumus berikut :
∑ ( ) (2.10) dengan
menyatakan variansi untuk variabel-variabel
menyatakan nilai ke-i dari variabel
menyatakan rataan populasi dari variabel
menyatakan ukuran populasi
2.6 Varians- Kovarians
Kovarians merupakan ukuran keterikatan dua variabel, misal dan .
Menurut Johnson & Wichern (2002: 8) kovariansi sampel untuk variabel ke-1 dan
(16)
∑ ̅ ̅ (2.11) Secara umum, kovariansi sampel untuk variabel ke-j dan k adalah
∑( ̅) ̅
(∑ ̅ ̅ ) (2.12)
dengan
menyatakan kovariansi antara dua variabel yaitu variabel dan
menyatakan nilai ke-i dari variabel
menyatakan nilai ke-i dari variabel
̅ menyatakan rataan nilai variabel ̅ menyatakan rataan nilai variabel
menyatakan ukuran sampel
Sehubungan dengan kovariansi, variansi sampel dapat pula diartikan
sebagai kovariansi variabel ke-k dan variabel ke-j. Suatu matriks yang
entri-entrinya terdiri atas variansi dan kovariansi dari sekumpulan variabel disebut
dengan matriks variansi-kovariansi dinotasikan dengan S dapat dinyatakan dalam
bentuk
[
]
[
̅ ̅ ̅ ̅
̅ ̅ ̅ ̅ ̅
] [
̅ ̅ ̅ ̅
̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ]
(17)
, karena ̅ dan ̅
( ̅ )( ̅ )
(2.13)
Untuk menghitung nilai kovariansi populasi ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
∑ ∑ ( ) (2.14) dengan
menyatakan kovariansi antara dua variabel yaitu variabel dan
menyatakan nilai ke-i dari variabel
menyatakan nilai ke-r dari variabel
menyatakan rataan nilai variabel
menyatakan rataan nilai variabel
menyatakan ukuran populasi
Entri-entri diagonal matriks varians-kovarians disimbolkan dengan adalah nilai
varians sedangkan entri matriks yang bukan diagonal adalah nilai kovarians atau
dapat ditulis sebagai berikut :
[
] (2.15)
Oleh karena , maka untuk setiap dan dengan berlaku :
(18)
[ ] (2.16) 2.7 Korelasi
Menurut Johnson & Wichern (2007:8) Koefisien korelasi merupakan
ukuran keeratan linear antara 2 variabel. Koefisien korelasi sampel untuk variabel
random dan adalah :
√ √
∑ ( ̅ ) ̅̅̅̅
√∑ ̅ √∑ ̅̅̅̅ (2.17)
dan untuk setiap dan sehingga diperoleh matriks korelasi sampel [
] (2.18)
Koefisien korelasi untuk populasi disimbolkan didefinisikan sebagai
rasio kovariansi dengan variansi dan . Sehingga diperoleh korelasi
populasi sebagai berikut :
√ √ (2.19)
Koefisien korelasi populasi untuk matriks
[ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ]
(19)
[
] (2.20)
Adapun hubungan matriks korelasi dan matriks kovarians sebagai berikut :
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
(2.21)
dengan
[ √
√
√ ]
, merupakan matriks dari standar
deviasi.
2.8 Standardisasi Data
Misal variansi sampel dari variabel ditemukan, didefinisikan matriks diagonal dengan diagonal matriks merupakan varians
sampel masing-masing variabel sehingga matriks standar deviasi sampel
(20)
( )
[
√
√
√ ]
(2.22)
Jika z didefinisikan sebagai data yang telah distandarisasi maka diperoleh : ̅
̅ √
̅ (2.23)
Berdasarkan Persamaan (2.7) yaitu ̅ maka Persamaan (2.23) dalam matriks adalah sebagai berikut :
(2.24)
2.9 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Nilai eigen adalah besaran yang menyatakan besarnya varians dari
faktor-faktor dalam persamaan atau dapat dikatakan sebagai nilai varians
variabel dalam faktor.
Definisi 2.1. (Anton. H, 1997: 277)
Misal A adalah matriks , maka vektor disebut vektor eigen dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu :
(2.25)
Skalar disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen yang
(21)
Berikut ini akan dijelaskan cara mencari nilai eigen dari matriks A
berukuran dari persamaan (2.20):
[
] [ ]
Agar adalah nilai eigen, maka harus ada solusi tunggal dari persamaan
ini. Solusi tunggal didapat jika dan hanya jika
| | (2.26)
Penguraian det ini menghasilkan suatu polinom berderajat n dalam ( ) yang dikenal sebagai polinom karakteristik matriks A. Persamaan disebut persamaan karakteristik A dan akar-akarnya disebut akar-akar karakteristik A. Skalar yang memenuhi persamaan ini adalah nilai eigen dari
A.
Setiap nilai eigen dari matriks persegi A yang berukuran menentukan vektor yang mempunyai sifat
dan untuk setiap c yang bukan nol maka merupakan vektor karakteristik atau vektor eigen yang ditentukan oleh .
2.10 Model Regresi Linear Multivariat
Menurut Johnson & Wichern (2007: 361) Misalkan , r merupakan variabel prediktor yang berhubungan dengan variabel respon Y.
Sehingga model regresi linear didefinisikan sebagai berikut :
(22)
Namun dengan n pengamatan di Y, maka modelnya menjadi :
dengan asumsi sebagai berikut :
1. ( )
2. ( ) 3. ( ) Dalam matriks, menjadi
[ ] [
] [ ] [ ]
Persamaan linear multivariat secara umum adalah
( ) (2.27)
dengan
adalah matriks variabel terikat adalah matriks variabel bebas
adalah matriks bobot atau koefisien dari matriks
adalah matriks sisaan
dan dengan asumsinya menjadi :
1. (2.28)
(23)
2.11 Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) merupakan
metode yang digunakan untuk membentuk kombinasi linear dari variabel
observasi yang tidak berhubungan dengan urutan komponen menjelaskan bahwa
semakin kecil porsi varian dan tidak ada korelasi satu dengan yang lainnya.
Struktur komponen utama berbeda dengan analisis faktor. Struktur pada
komponen utama merupakan komposit linear dari variabel random X sedangkan
model faktor sebaliknya, tetapi model komponen utama memiliki komponen dan
domain yang sama seperti model analisis faktor yaitu masing-masing variabel
terikat, variabel bebas dan bobot/koefisien. Karena itulah komponen utama
digunakan sebagai pendekatan untuk mencari faktor loading L dan struktur pada
model analisis faktor.
Pada metode komponen utama, faktor loading diperoleh dengan
menerapkan teori spectral decomposition pada matriks varians-kovarians maupun
matriks korelasi. Komponen utama merupakan metode nonparametrik sehingga
tidak diperlukan asumsi-asumsi distribusi dari variabel X dengan X dapat bertipe
nominal dan ordinal. Menurut Johnson & Wichern (2002: 484), komponen utama
analisis faktor dari matriks korelasi contoh berukuran yang memiliki pasangan nilai eigen dan vektor eigen dengan dan dengan adalah banyaknya faktor yang digunakan dan adalah banyaknya variabel yang diamati. Dari penerapan teori spectral decomposition
pada diperoleh pasangan nilai eigen dan vektor eigen dengan . Pasangan inilah yang digunakan untuk mendapatkan faktor loading
(24)
pada model analisis faktor. Spectral decomposition merupakan konsekuensi
langsung dari perluassan matriks simetris.
Adapun teori spectral decomposition dirumuskan sebagai berikut :
(2.30) Dengan adalah nilai eigen dari dan adalah vektor eigen yang ternormalisasi. untuk dan untuk . Jika kita dapatkan sebagai vektor eigen yang bersesuaian dengan dari persamaan
√ .
2.12 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah teknik tentang variabel-variabel yang saling
ketergantungan dengan tujuan untuk menentukan variabel-variabel baru yang
lebih sedikit jumlahnya dari pada variabel semula dan yang menunjukkan mana
diantara variabel-variabel semula itu yang merupakan faktor-faktor persekutuan
(Suryanto, 1988: 234). Ada beberapa langkah dalam penentuan apakah analisis
faktor tepat digunakan dalam penelitian, yang pertama ialah mengetahui tujuan
dari analisis faktor.
Langkah awal dalam analisis faktor dan teknik analisis lainnya adalah
mengetahui tujuan dari analisis. Seperti yang diketahui bahwa analisis faktor
merupakan teknik yang digunakan untuk membentuk variabel-variabel baru yang
lebih sedikit jumlahnya, sehingga analisis faktor digunakan dalam situasi sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi faktor yang merepresentasikan korelasi antara
(25)
mengukur psikografik profil konsumen dengan melihat gaya hidupnya.
Maka variabel yang diambil merupakan variabel yang
mempresentasikan gaya hidup, misal dari 25 variabel terbentuk 7
faktor, maka artinya 25 variabel tersebut direduksi menjadi 7 dengan
diperhatikannya korelasi tiap variabel.
2. Mengidentifikasi sejumlah variabel tak berkorelasi (undercorrelated
variable) dari sejumlah variabel yang berkorelasi.
3. Mengidentifikasi dari sejumlah kecil variabel untuk diolah dengan
metode multivariat lainnya.
Dengan melihat penggunaan analisis faktor dalam situai di atas, maka
tujuan dari analisis faktor yang ingin dicapai adalah sebagai berikut (Singgih
Santosa, 2002: 93) :
1. Data summarization, yaitu peneliti dapat mengidentifikasi adanya
hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi
terjadi antar variabel (pada SPSS ditunjukkan dalam ‘kolom’), analisis
tersebut dinamakan R Faktor Analisis.
2. Data reduction, yaitu setelah proses identifikasi hubungan variabel
diketahui yakni dengan melihat korelasi maka proses selanjutnya
dilakukan proses membuat sebuah variabel himpunan baru yang
dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
Setelah mengetahui situasi dan tujuan yang ingin dicapai dari analisis
faktor, dapat disimpulkan bahwa jika menggunakan analisis faktor
(26)
mereduksi variabel dengan menjadikannya faktor. Analisis faktor digunakan
ketika seorang peneliti berusaha untuk memahami struktur interrelationship di
antara variabel-variabel dalam suatu kumpulan data. Terdapat dua jenis
pendekatan dalam analisis faktor, yaitu analisis faktor exploratory dan analisis
faktor confirmatory. Untuk analisis faktor exploratory, digunakan jika banyaknya
faktor yang akan terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu, sebaliknya digunakan
analisis faktor confirmatory apabila faktor yang terbentuk telah ditetapkan terlebih
dahulu. Pada skripsi ini akan dibahas analisis faktor dengan pendekatan analisis
faktor exploratory. Untuk langkah selanjutnya dalam penentuan analisis faktor
akan dibahas pada bab III.
2.13 Keputusan Pembelian
Banyak keputusan pembelian dilakukan setiap hari oleh konsumen.
Sebagian besar keputusan pembelian ini didasarkan pada perilaku pembelian
konsumen. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) perilaku konsumen
mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung dilakukan konsumen
dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Namun
menurut Leon G. Shchiffman dan Lesli Lazar Kanuk (1997) perilaku konsumen
adalah perilaku yang ditampilkan konsumen dalam mencari, memperoleh,
menggunakan, mengevaluasi dan memutuskan produk dan jasa yang mereka pikir
dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut Kotler & Amstrong (2008: 158)
model perilaku pembelian berupa rangsangan-tanggapan yang diperlihatkan dalam
(27)
Gambar 2.1. Perilaku Pembelian
Kotak pertama menjelaskan tentang rangsangan yang mempengaruhi
keputusan pembelian, yaitu pemasaran dan rangsangan lain. Karakteristik pembeli
mempengaruhi bagaimana pembeli menerima dan bereaksi terhadap rangsangan
itu, kemudian proses keputusan pembeli mempengaruhi perilaku pembeli.
Seperti dalam kotak pertama, pembelian konsumen dipengaruhi rangsangan lain. Rangsangan tersebut adalah aspek budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Ditinjau dari aspek budaya, dapat berpengaruh luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Yang termasuk dalam aspek budaya adalah kebangsaan, agama, ras, dan kelas sosial. Sedangkan yang termasuk dalam aspek sosial adalah keluarga, kelompok, status sosial. Rangsangan yang berpengaruh dalam perilaku konsumen yang dilihat pribadi yaitu usia konsumen, pekerjaan, gaya hidup. Sedangkan dalam karakteristik psikologis motivasi dan persepsi mempengaruhi perilaku konsumen. Karakteristik-karakteristik diatas merupakan karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen dari luar. Namun dalam penelitian ini hanya dibahas dari aspek pemasaran. Menurut Kotler&Amstrong (2008:179) ada lima tahap dalam proses keputusan pembelian, yakni :
Respons pembeli
Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Waktu pembelian Jumlah pembelian
Pemasaran dan rangsangan lain Pemasaran Rangsangan lain
Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik Promosi Budaya
Kotak hitam pembeli
Karakteristik pembeli
Proses keputusan pembelian
(28)
Gambar 2.2. Proses Keputusan Pembelian
Proses awal dalam keputusan pembelian adalah pengenalan kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti rasa haus, lapar
yang timbul sehingga menjadi dorongan. Selain rangsangan internal dipicu juga
rangsangan eksternal seperti iklan dan atau dorongan dari orang lain, sehingga
pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis
kebutuhan atau masalah apa yang timbul dan mengarahkan konsumen untuk
produk yang dibutuhkan. Setelah pengenalan kebutuhan selanjutnya ke tahap
pencarian informasi.
Pencarian informasi akan dilakukan jika konsumen/pelanggan tertarik.
Pencarian informasi berkaitan dengan barang atau produk yang dibutuhkan oleh
konsumen. Pencarian informasi akan barang atau produk ini dapat dilakukan
melalui media iklan, keluarga, teman, web, dan lain sebagainya. Semakin banyak
informasi yang didapat oleh konsumen maka kesadaran dan pengetahuan akan
merek dan fitur yang tersedia dalam produk akan meningkat. Tahap selanjutnya
adalah evaluasi alternatif. Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku paska
(29)
Evaluasi alternatif merupakan pencarian informasi oleh
konsumen/pelanggan dengan membandingkan merek dari barang atau produk
yang dibutuhkan konsumen. Evaluasi alternatif bergantung pada konsumen
pribadi dan situasi pembelian tertentu, pada tahap ini pemasar harus mempelajari
bagaimana pembeli mengevaluasi pemilihan merek dan dapat mengambil langkah
untuk mempengaruhi keputusan pembelian. Selanjutnya konsumen/pelanggan
akan menentukan merek mana yang dipilihnya berdasarkan merek yang disukai,
tetapi dua faktor bisa berbeda antara niat pembelian dan keputusan pembelian.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi niat pembelian dan keputusan
pembelian oleh konsumen. Faktor pertama adalah sikap orang lain yang
mempengaruhi keputusan pembelian dan faktor kedua adalah situasional yang
tidak diharapkan seperti mengubah niat untuk membeli produk yang menawarkan
harga promosi. Dan tahap terakhir yaitu perilaku paska pembelian.
Perilaku paska pembelian merupakan tahap dimana konsumen/pelanggan
mengevaluasi terhadap barang yang dibelinya. Evaluasi yang dilakukan
berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan para konsumen/pelanggan. Ekspektasi
konsumen dan kinerja anggapan produk. Semakin besar kesenjangan ekspektasi
dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen dan begitu pula
sebaliknya.
Dengan memperhatikan lima tahap keputusan pembelian, pemasar dapat
mengetahui dan memberikan pengaruh kepada konsumen melalui faktor
pemasaran. Sayangnya, dalam skripsi ini proses keputusan pembelian hanya
(30)
pencarian informasi, evaluasi alternatif dan keputusan pembelian oleh konsumen,
sedangkan untuk evaluasi paska pembelian oleh konsumen dihiraukan. Sehingga
pemasar tidak mengetahui apakah konsumen puas terhadap barang dan keputusan
pembeliannya atau tidak.
2.14 Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 6) pemasaran adalah proses sosial
dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.
Menurut Douglas W. Foster (1981: 8) pemasaran adalah fungsi manajemen yang
mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi
penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif
akan sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada
konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau
tujuan lain yang ditetapkannya.
Inti atau konsep pada pemasaran adalah kebutuhan manusia, keinginan
manusia dan permintaan. Kebutuhan manusia adalah keadaan merasa tidak
memiliki atau kekurangan kepuasan dasar. Keinginan manusia adalah kebutuhan
manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. Dan permintaan
adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan
membelinya.
Empat langkah pertama dalam proses pemasaran menitik beratkan
(31)
hasil dari hubungan pelanggannya yang kuat dengan menangkap nilai dari
pelanggan.
Mula-mula perusahaan mendapatkan pemahaman penuh tentang pasar
dengan meriset kebutuhan pelanggan dan menata informasi pemasaran lalu
perusahaan merancang strategi pemasaran. Dengan strategi pemasaran yang sudah
diputuskan, perusahan membangun program pemasaran yang terintegrasi yang
terdiri dari empat elemen bauran pemasaran, yaitu produk, harga, promosi/iklan
dan proses distribusi. Menurut Kotler&Amstrong (2008:35) model proses
(32)
Menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan Menangkap nilai dari pelanggan
Menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan Menangkap nilai dari pelanggan Memahami pasar serta kebutuhan dan keingingan pelanggan Merancang strategi
pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan
Membangun program pemasaran
terintegrasi yang menghantarkan nilai unggul
Membangun
hubungan yang mnguntungkan dan menciptakan
kepuasan pelanggan
Menangkap nilai dari pelanggan untuk menciptakan keuntingan dan ekuitas pelanggan Melakukan riset pelanggan dan pasar Menata informasi pemasaran dan data pelanggan
Memilih pelanggan untuk dilayani: segmentasi dan penetapan target pasar
Memutuskan proposisi nilai: diferensiasi dan positioning
Desain produk dan jasa: membangun merek yang kuat
Penetapan harga: menciptakan nilai nyata
Distribusi: menata permintaan dan rantai pasokan
Promosi:
mengomunikasikan proposisi lain
Manajemen
hubungan pelanggan: membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan terpilih
Manajemen
hubungan kemitraan: membangun
hubungan yang kuat
dengan mitra
pemasaran
Menciptakan pelanggan yang puas dan setia
Menagkap nilai seumur hidup pelanggan
Meningkatkan pangsa pasar dan pangsa pelanggan
Menggunakan teknologi pemasaran
Menata pasar global
Memastikan tanggung jawab etika dan sosial
(33)
Dalam model pemasaran disebutkan jika dasar dilakukannya pemasaran
adalah adanya keinginan dan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh konsumen/
pelanggan. Maka dari itu harus ada strategi pemasaran yang digunakan. Strategi
pemasaran digunakan untuk mendapatkan peluang yang menarik dan
menjadikannya menjadi sesuatu yang menguntungkan. Ada dua hal yang harus
diperhatikan dalam strategi pemasaran yang sering digunakan, yakni mengetahui
target pasar dan bauran pemasaran. Jika keduanya terjalin maka kepuasan
konsumen/pelanggan dapat terwujud. Jika target pasar telah dipilih, maka bauran
pemasaran apa yang dibutuhkan oleh konsumen/ pelanggan dapat dianalisa
sehingga konsumen terpuaskan.
Banyak cara untuk dapat memuaskan konsumen/ pelanggan. Salah saatu
contohnya dengan cara memberikan produk yang berkualitas, package yang
menarik, brand image yang baik dan memberikan garansi terhadap produk yang
dibeli oleh pelanggan. Semuanya itu ada dalam bauran pemasaran. Bauran
pemasaran terdiri dari produk, harga, tempat/ distribusi dan promosi.
1. Menurut Kotler & Amstrong (2008:72) produk berarti kombinasi
barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Menurut Stanton (1996: 222) sebuah produk adalah sekumpulan atribut
yang nyata dan tidak nyata di dalamnya sudah tercakup warna, harga,
kemasan, mutu dan merek ditambah dengan pelayanan dan reputasi
penjual. Kombinasi komponen produk dapat dipecah menjadi empat
macam komponen pokok. Komponen pertama adalah jumlah macam
(34)
maka jumlah macam jasa yang dapat ditawarkan. Komponen kedua
adalah segala pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna
mendukung penjualan barang. Komponen berikutnya adalah cap
dagang beserta reputasinya, seperti kualitas atau keawetan barang.
Komponen terakhir adalah bentuk dari barang atau produk tersebut.
Produk dapat mengalami pengembangan sesuai kebutuhan pelanggan.
pengembangan tersebut dapat terjadi pada kemasan produk, kualitas,
ukuran, bentuk, warna, gaya dan mode. Kualitas produk yang dapat
ditingkatkan yaitu : material atau bahan pembuat, teknik atau cara
pembuatan, variasi desain.
2. Menurut Kotler & Amstrong (2008: 223) harga adalah jumlah uang
yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Harga
semata-mata tergantung pada kebijaksanaan produsen atau penjual,
tetapi dengan pertimbangan berbagai hal. Penentuan harga barang
dengan memperhatikan dua hal, yaitu memperkirakan permintaan
produk dan reaksi dari pesaing. Sedangkan memperkirakan permintaan
produk dilakukan dengan memperkirakan besarnya harga yang
diharapkan dan memperkirakan penjualan dengan harga produk yang
berbeda. Menurut Stanton (1996: 46) dalam menentukan harga,
manajemen harus menentukan harga dasar yang tpat bagi produknya.
Manajemen harus menentukan strategi menyangkut potongan harga,
pembayaran ongkos angkut, dan pelbagai variabel yang bersangkutan
(35)
3. Menurut Kotler & Amstrong (2008:73) tempat/ distribusi meliputi
kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan
sasaran. Contohnya adalah kegiatan distribusi produk. Komponen yang
masuk dalam bauran tempat ini adalah pengendalian ketersediaan
produk, macam pengangkutan yang akan dipergunakan, metode
distribusi, saluran distribusi, serta jumlah dan lokasi untuk depot-depot
yang akan dipergunakan. Menurut Danang Sunyoto (2013:31) terdapat
tiga fungsi dalam distribusi yaitu : fungsi pertukaran yaitu terdapat
proses pembelian, penjualan dan pengambilan risiko, fungsi penyediaan
fisik yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemilihan penyalur dan
pengangkutan, dan fungsi yang terakhir yaitu fungsi penunjang yaitu
pelayanan sesudah pembelian, pembelanjaan, penyebaran informasi dan
koordinasi saluran distribusi. Dalam penentuan tempat dan saluran
distrbusi tidaklah mudah, karena banyak pertanyaan yang akan muncul,
seperti berapa banyak distributor, sampai mana kemampuan produsen
dalam menjangkau konsumen, dll. Sehingga diperlukan analisis terlebih
dahulu mengenai target pasar, volume penjualan, sifat-sifat produk, dan
sebagainya.
4. Menurut Stanton (1996: 47) promosi adalah unsur yang didayagunakan
untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru
perusahaan. Banyak orang mengartikan promosi sebagai kegiatan
pengiklanan di berbagai media, namun ada empat kegiatan yang
(36)
Publisitas dan Promosi penjualan yang kesemuanya oleh perusahaan
dipergunakan untuk meningkatkan penjualan barang.
Periklanan merupakan promosi yang dilakukan lewat jalur sponsor dan bukan penjualan pribadi.
Personal selling merupakan kegiatan promosi dengan cara
menyajika suatu produk langsung kepada pelanggan akhir yang
dilakukan oleh tenaga penjual yang telah ditunjuk oleh
perusahaan.
Publisitas merupakan periklanan yang dilakukan dengan sejumlah komunikasi untuk merangsang minat pembeli dan
mempengaruhi permintaan akan produk.
Promosi penjualan yaitu suatu perencaan untuk membantu koordinasi periklanan dan personal selling.
Ruang lingkup kegiatan promosi dipengaruhi oleh macam
kegiatan yang dipergunakan dan tidak semua kegiatan tersebut
diterapkan perusahaan mengingat anggaran yang digunakan, selain itu
kegiatan promosi perusahaan pesaing merupakan faktor lain yang perlu
dipertimbangkan bagi perusahaan.
Tidak semua komponen dalam bauran pemasaran diperlukan oleh setiap
perusahaan, tergantung pada bidang usaha perusahaan serta apa yang akan
dilakukan perusahaan di pasar dan yang bersangkutan dengan teknologi. Menurut
Kotler&Amstrong (2008: 62) secara garis besar, bauran pemasaaran dapat
(37)
Gambar 2.4. Empat “P” Bauran Pemasaran
Dalam merancang rencana pemasaran, manajemen pemasar tetap harus
memikirkan konsumen sehingga kepuasan konsumen yang pertama. Selain itu
dalam rencana pemasaran harus memperhitungkan pesaing. Oleh karena itu,
pemasar harus melakukan lebih dari sekadar menyesuaikan diri dengan kebutuhan
konsumen sasaran, pemasar juga harus meraih manfaat strategis dengan
menempatkan penawaran yang diberikan sehingga dapat menghadapi penawaran
dari pesaing dengan banyaknya pembelian yang dilakukan oleh konsumen
terhadap barang/ produk pemasar.
Pelanggan sasaran Positioning yang diharapkan Produk Ragam Kualitas Desain Kemasan Fitur Nama Merek Layanan Harga Daftar Harga Diskon
Potongan harga periode Pembayaran Persyaratan kredit Promosi Iklan Penjualan pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat Tempat/Distribusi Saluran Cakupan Pemilihan lokasi Persediaan Transportasi Logistik
(38)
66
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. (1997). “Elementary Linear Algebra”. New York: John Wiley Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI). (2014). “Penjualan Sepeda
motor tahun 2010-2014” http://www.aisi.or.id/statistic/(diakses pada 2 Januari 2015, jam 10.55)
Dergibson & Siagian. (2000). “Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi”.
Jakarta: Gramedia
Engel, James F, et al. (1995). “Consumer Behaviour Eight edition”. Fort Worth:
Dryden Press
Foster, Douglas W. (1981). “Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen yang
Sukses di Negara Berkembang”. Jakarta: Erlangga
Gudono, Ph.D. (2011). “Analisis Data Multivariat”. Yogyakarta:BPFE
Hair, Joseph F, et. al. (2006). “Multivariate Data Analysis Sixth edition”. New
Jersey: Pearson
Johnson, Richard A. & Dean W. Wichern. (2007). “Applied Multivariate
Statistical Analysis 6th ed”. New Jersey: Pearson
Kotler, Philip & Gary Amstrong. (2008). “Prinsip - Prinsip Pemasaran edisi 12
jilid 1”. Yogyakarta: Erlangga
Prof. J. Supranto. (2004). “Analisis Multivariat Arti & Interpretasi”. Jakarta:
Rineka Cipta
Rencher, Alvin C. (2002). “Methods of Multivariate Analysis 2th ed”. New York: John Wiley
Sarjono, Haryadi & Winda Julianita. (2011). “SPSS Vs Lisrel Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset”. Jakarta: Salemba empat
Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk. (1997). “Consumer Behaviour tenth edition”. New Jersey: Pearson
Situmorang, James Rianto. (2012). “Analisis Faktor Stimuli Pemasaran Dalam Keputusan Pembelian Sepeda Motor Baru Oleh Konsumen di Kota Jakarta”.
Laporan Penelitian Skema Internal. LPPM Universitas Katolik Parahyangan. http://www.journal.unpar.ac.id/index.php/Sosial/article/.../734
(diakses pada 20 November 2014, jam 13.57)
Sofyan Yamin & Heri Kurniawan. (2009). “SPSS Complete teknik analisis statistik terlengkap dengan software SPSS”. Jakarta: Salemba Infotek
(39)
Stanton, William J. (1996). “Prinsip Pemasaran edisi7”. Jakarta: Erlangga
Sunyoto, Danang, SH.,SE., MM. (2013). “Teori, Kuesioner&Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen”. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suryanto. (1988). “Metode Statistik Multivariat”. Jakarta: LP2PTK Umar, Husein. (2003). “Metode Riset Bisnis”. Jakarta: Gramedia
Usman, Hardius, M.Si. (2013). “Aplikasi Teknik Multivariat untuk Riset Pemasaran”. Jakarta: Rajawali Press
Waheed, Abdul, et. al. (2014). “Factor That Affects Costumer Buying Behaviour: An Analysis of Some Selected Factors” Middle-East Journal of Scientific
Research 19(5): 636-641.
http://www.idosi.org/mejsr/mejsr19%285%2914/5.pdf(diakses pada 16 November 2014, jam 8.34)
Wahana Komputer. (2010). “Panduan Aplikatif dan Solusi (PAS) Mengolah Data
Statistik Hasil Penelitian”. Yogyakarta: Andi
Walpole, Ronald E. (1982). “Pengantar Statistika edisi ke-3”. Jakarta: Gramedia https://autoblogindonesia.wordpress.com/tag/data-aisi/ (diakses pada 2 Januari 2015, jam 11.14)
(1)
maka jumlah macam jasa yang dapat ditawarkan. Komponen kedua adalah segala pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang. Komponen berikutnya adalah cap dagang beserta reputasinya, seperti kualitas atau keawetan barang. Komponen terakhir adalah bentuk dari barang atau produk tersebut. Produk dapat mengalami pengembangan sesuai kebutuhan pelanggan. pengembangan tersebut dapat terjadi pada kemasan produk, kualitas, ukuran, bentuk, warna, gaya dan mode. Kualitas produk yang dapat ditingkatkan yaitu : material atau bahan pembuat, teknik atau cara pembuatan, variasi desain.
2. Menurut Kotler & Amstrong (2008: 223) harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Harga semata-mata tergantung pada kebijaksanaan produsen atau penjual, tetapi dengan pertimbangan berbagai hal. Penentuan harga barang dengan memperhatikan dua hal, yaitu memperkirakan permintaan produk dan reaksi dari pesaing. Sedangkan memperkirakan permintaan produk dilakukan dengan memperkirakan besarnya harga yang diharapkan dan memperkirakan penjualan dengan harga produk yang berbeda. Menurut Stanton (1996: 46) dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar yang tpat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut, dan pelbagai variabel yang bersangkutan dengan harga.
(2)
35
3. Menurut Kotler & Amstrong (2008:73) tempat/ distribusi meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Contohnya adalah kegiatan distribusi produk. Komponen yang masuk dalam bauran tempat ini adalah pengendalian ketersediaan produk, macam pengangkutan yang akan dipergunakan, metode distribusi, saluran distribusi, serta jumlah dan lokasi untuk depot-depot yang akan dipergunakan. Menurut Danang Sunyoto (2013:31) terdapat tiga fungsi dalam distribusi yaitu : fungsi pertukaran yaitu terdapat proses pembelian, penjualan dan pengambilan risiko, fungsi penyediaan fisik yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemilihan penyalur dan pengangkutan, dan fungsi yang terakhir yaitu fungsi penunjang yaitu pelayanan sesudah pembelian, pembelanjaan, penyebaran informasi dan koordinasi saluran distribusi. Dalam penentuan tempat dan saluran distrbusi tidaklah mudah, karena banyak pertanyaan yang akan muncul, seperti berapa banyak distributor, sampai mana kemampuan produsen dalam menjangkau konsumen, dll. Sehingga diperlukan analisis terlebih dahulu mengenai target pasar, volume penjualan, sifat-sifat produk, dan sebagainya.
4. Menurut Stanton (1996: 47) promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan. Banyak orang mengartikan promosi sebagai kegiatan pengiklanan di berbagai media, namun ada empat kegiatan yang dilakukan dalam promosi, yakni : Pengiklanan, Personal Selling,
(3)
Publisitas dan Promosi penjualan yang kesemuanya oleh perusahaan dipergunakan untuk meningkatkan penjualan barang.
Periklanan merupakan promosi yang dilakukan lewat jalur sponsor dan bukan penjualan pribadi.
Personal selling merupakan kegiatan promosi dengan cara menyajika suatu produk langsung kepada pelanggan akhir yang dilakukan oleh tenaga penjual yang telah ditunjuk oleh perusahaan.
Publisitas merupakan periklanan yang dilakukan dengan sejumlah komunikasi untuk merangsang minat pembeli dan mempengaruhi permintaan akan produk.
Promosi penjualan yaitu suatu perencaan untuk membantu koordinasi periklanan dan personal selling.
Ruang lingkup kegiatan promosi dipengaruhi oleh macam kegiatan yang dipergunakan dan tidak semua kegiatan tersebut diterapkan perusahaan mengingat anggaran yang digunakan, selain itu kegiatan promosi perusahaan pesaing merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan bagi perusahaan.
Tidak semua komponen dalam bauran pemasaran diperlukan oleh setiap perusahaan, tergantung pada bidang usaha perusahaan serta apa yang akan dilakukan perusahaan di pasar dan yang bersangkutan dengan teknologi. Menurut Kotler&Amstrong (2008: 62) secara garis besar, bauran pemasaaran dapat digambarkan sebagai berikut :
(4)
37
Gambar 2.4. Empat “P” Bauran Pemasaran
Dalam merancang rencana pemasaran, manajemen pemasar tetap harus memikirkan konsumen sehingga kepuasan konsumen yang pertama. Selain itu dalam rencana pemasaran harus memperhitungkan pesaing. Oleh karena itu, pemasar harus melakukan lebih dari sekadar menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen sasaran, pemasar juga harus meraih manfaat strategis dengan menempatkan penawaran yang diberikan sehingga dapat menghadapi penawaran dari pesaing dengan banyaknya pembelian yang dilakukan oleh konsumen terhadap barang/ produk pemasar.
Pelanggan sasaran Positioning yang diharapkan Produk Ragam Kualitas Desain Kemasan Fitur Nama Merek Layanan Harga Daftar Harga Diskon
Potongan harga periode Pembayaran Persyaratan kredit Promosi Iklan Penjualan pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat Tempat/Distribusi Saluran Cakupan Pemilihan lokasi Persediaan Transportasi Logistik
(5)
66
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. (1997). “Elementary Linear Algebra”. New York: John Wiley Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI). (2014). “Penjualan Sepeda
motor tahun 2010-2014” http://www.aisi.or.id/statistic/(diakses pada 2 Januari 2015, jam 10.55)
Dergibson & Siagian. (2000). “Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi”.
Jakarta: Gramedia
Engel, James F, et al. (1995). “Consumer Behaviour Eight edition”. Fort Worth:
Dryden Press
Foster, Douglas W. (1981). “Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen yang
Sukses di Negara Berkembang”. Jakarta: Erlangga
Gudono, Ph.D. (2011). “Analisis Data Multivariat”. Yogyakarta:BPFE
Hair, Joseph F, et. al. (2006). “Multivariate Data Analysis Sixth edition”. New
Jersey: Pearson
Johnson, Richard A. & Dean W. Wichern. (2007). “Applied Multivariate
Statistical Analysis 6th ed”. New Jersey: Pearson
Kotler, Philip & Gary Amstrong. (2008). “Prinsip - Prinsip Pemasaran edisi 12
jilid 1”. Yogyakarta: Erlangga
Prof. J. Supranto. (2004). “Analisis Multivariat Arti & Interpretasi”. Jakarta:
Rineka Cipta
Rencher, Alvin C. (2002). “Methods of Multivariate Analysis 2th ed”. New York:
John Wiley
Sarjono, Haryadi & Winda Julianita. (2011). “SPSS Vs Lisrel Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset”. Jakarta: Salemba empat
Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk. (1997). “Consumer Behaviour tenth edition”. New Jersey: Pearson
Situmorang, James Rianto. (2012). “Analisis Faktor Stimuli Pemasaran Dalam
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Baru Oleh Konsumen di Kota Jakarta”. Laporan Penelitian Skema Internal. LPPM Universitas Katolik Parahyangan. http://www.journal.unpar.ac.id/index.php/Sosial/article/.../734
(diakses pada 20 November 2014, jam 13.57)
Sofyan Yamin & Heri Kurniawan. (2009). “SPSS Complete teknik analisis statistik terlengkap dengan software SPSS”. Jakarta: Salemba Infotek
(6)
67
Stanton, William J. (1996). “Prinsip Pemasaran edisi7”. Jakarta: Erlangga
Sunyoto, Danang, SH.,SE., MM. (2013). “Teori, Kuesioner&Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen”. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suryanto. (1988). “Metode Statistik Multivariat”. Jakarta: LP2PTK Umar, Husein. (2003). “Metode Riset Bisnis”. Jakarta: Gramedia
Usman, Hardius, M.Si. (2013). “Aplikasi Teknik Multivariat untuk Riset Pemasaran”. Jakarta: Rajawali Press
Waheed, Abdul, et. al. (2014). “Factor That Affects Costumer Buying Behaviour:
An Analysis of Some Selected Factors” Middle-East Journal of Scientific
Research 19(5): 636-641.
http://www.idosi.org/mejsr/mejsr19%285%2914/5.pdf(diakses pada 16 November 2014, jam 8.34)
Wahana Komputer. (2010). “Panduan Aplikatif dan Solusi (PAS) Mengolah Data
Statistik Hasil Penelitian”. Yogyakarta: Andi
Walpole, Ronald E. (1982). “Pengantar Statistika edisi ke-3”. Jakarta: Gramedia
https://autoblogindonesia.wordpress.com/tag/data-aisi/ (diakses pada 2 Januari 2015, jam 11.14)