Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu T2 942015002 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Profil Sekolah

SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan salah satu sekolah swasta berasrama di Kabupaten Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu ini tepatnya berada di desa Bedono, Jalan raya Ambarawa-Magelang km.10 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu didirikan pada tahun 1989/ 1990 yang sebelumnya merupakan SMA Sanjaya, yang berada di bawah yayasan Sanjaya dan diambil alih oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu. Pada awalnya SMA Sedes Sapientiae Jambu tidak memiliki asrama, dan pada tahun 1994 mulai dibuka asrama putra maupun putri.

Secara infrastruktur SMA Sedes Sapientiae Jambu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perbaikan yang dilakukan seperti perbaikan gedung sekolah menjadi dua lantai pada tahun 2010 dan juga pembangunan gedung asrama putri pada 2010. Kemudian penambahan ruang laboratorium komputer, Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa (Dokumen SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016).


(2)

Siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes Sapientiae Jambu tidak hanya berasal dari daerah sekitar sekolah, namun juga dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Medan, Palembang, Lampung, Riau, Batam, Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Tegal, Semarang, Pati, Kudus, Jogja, Purwokerto, Malang, Palangkaraya, Pontianak, Makassar, Bali, Lombok, Timika dan Jaya Pura. Dapat dikatakan bahwa siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes Sapientiae ini berasal dari berbagai kota di Indonesia, dan dari berbagai macam budaya dan adat istiadat. Jumlah murid yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu juga stabil dari tahun ke tahun seperti data berikut ini:

Tabel 4.1. Data SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016

Sumber: Dokumen Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki 23 tenaga pendidik dengan 3 orang tenaga pendidik sedang menyelesaikan studi strata satu (S1) di Universitas Terbuka dan 4 orang tenaga kependidikan. Tenaga

NO. Tahun Pelajaran Jumlah Siswa kelas X yang masuk

1. 2005-2006 66 siswa 2. 2006-2007 77 siswa 3. 2007-2008 83 siswa 4. 2008-2009 76 siswa 5. 2009-2010 84 siswa 6. 2010-2011 108 siswa 7. 2011-2012 103 siswa 8. 2012-2013 107 siswa 9. 2013-2014 113 siswa 10. 2014-2015 113 siswa 11. 2015-2016 139 siswa 12. 2016-2017 132 siswa


(3)

pendidik di SMA Sedes Sapientiae Jambu sebagian besar berasal dari perguruan tinggi dan mengajar sesuai dengan bidangnya. Sedangkan 4 orang tenaga kependidikan, 2 diantaranya merupakan calon guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu yang sedang menyelesaikan studinya, guna menggantikan guru yang dalam waktu dekat akan pensiun. Berikut data mengenai guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Tabel 4.2 Data guru SMA Sedes Sapientiae Jambu

No Nama Mata Pelajaran Pendidikan

Sertifi-kasi Ket.

1 Sr. M.

Anastasia, OSF

Kemarsudirinian dan BK/BP

Pend. Bahasa Indonesia

Tidak GTY 2 Ch. Sugiarto Geografi Geografi,

Samuda IKIP Veteran

Ya GTY

3 Listiantono, FX

Ekonomi Tata Niaga, UNS Solo

Ya GTY 4 FX. Purwanto Kewarganegaraan Hukum Perdata,

Universitas Sugiyopranoto Semarang

Ya GTY

5 M.

Purwaningsih

BK Kurikulum & Teknologi PendidikanIKIP Sanata Dharma Yogyakarta

Ya PNS

6 G. Suwartono Matematika Matematika IKIP Sanata Dharma Yogyakarta

Ya GTY

7 Ig. Yuliastuti Biologi Pend. Biologi, IKIP PGRI

Ya GTY 8 M. Ida

Hariastuti

Bahasa Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Sanata Dharma Yogyakarta

Ya GTY

9 YB. Hari Suranto

Bahasa Inggris Bahasa Inggris, IKIP N Semarang


(4)

No Nama Mata Pelajaran Pendidikan

Sertifi-kasi Ket.

10 Tunggul Panggabean

Penjaskes Pend. Olahraga, UNS Solo

Ya GTY 11 H. Rackhmad

K. Adi

Fisika Fisika, IKIP Sanata Dharma Yogyakarta

Ya GTY

12 Ika Wulandari Kimia Pend. Kimia, Universitas Negeri Semarang

Ya GTY

13 Aloysius Widyo Nugroho

Matematika Matematika, IKIP PGRI Semarang

Ya GTY

14 Leonardus Kristi Ari M.

TIK /

Kewarganegaraan

MSD Desain Grafis Yogyakarta

Tidak GTY

15 Angelina Sekar P. Agama / Sosiologi Pend. Agama Katolik (IPPAK), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tidak GTY

16 Yuliana Ratna Candra D.

Sejarah Pend. Sejarah Universitas Negeri Semarang

Tidak GTY

17 St. Bayu Krisna Murti

Bahasa Indonesia Pend. Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tidak GTY

18 Anastasia M. Cendra

Bahasa Inggris Pend. Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tidak GTT

19 Aloysius Pranata

Seni Musik Seni Musik, Sfak. Seni Pertunjukan

Tidak GTT

20 Yovita Wira Astuti

BP BK, FKIP BK Ya GTY 21 L. Baron

Tularno

Geografi Masih menempuh perkuliahan

Tidak GTY

22 Thomas Puji Ristanto

Ekonomi Masih menempuh perkuliahan

Tidak GTY


(5)

Kegiatan belajar mengajar yang digunakan di SMA Sedes Sapientiae dengan cara moving class yang dimulai sejak tahun 2010-2011, dan dengan sistem gugur, dimana siswa yang tidak naik kelas maka secara otomatis akan pindah sekolah. Kurikulum yang digunakan merupakan pengembangan dan modifikasi kurikulum nasional, kurikulum marsudirini, dan muatan lokal. Waktu pembelajaran tatap muka dilakukan selama 44 jam pelajaran per minggu dengan ratio guru: siswa = 1: 15, dengan waktu belajar Senin sampai dengan Jumat jam 07.00-13.30 dan Sabtu jam 07.00-10.05.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki visi yaitu “Mewujudkan siswa berkarakter cerdas, unggul, dan bersaudara dijiwai nilai-nilai kristiani”, dan dari visi tersebut, SMA Sedes Sapientiae Jambu membangun misi sekolah yaitu:

- Mengembangkan kemampuan intelektual, dalam bernalar dan berkomunikasi.

- Mengembangkan etika yang berakar dari nilai nilai kristiani.

- Menumbuhkan jiwa estetis melalui seni dan budaya. - Menyediakan formasi iman, berpartisipasi dalam liturgi,


(6)

Melalui visi-misi tersebut, SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki tujuan sebagai berikut:

- Menghasilkan minimal 90% lulusan yang siap mengembangkan kemampuan intelektual yang dapat diterima pada program studi/ jurusan/ fakultas pada perguruan tinggi baik PTN maupun PTS favorit terakreditasi minium B (Baik).

- Mengembangkan kemampuan penalaran dan komunikasi yang diakomodasi melalui penulisan karya tulis ilmiah (paper) sebagai sarana persiapan penulisan karya tulis ilmiah pada jenjang pendidikan tinggi

- Mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sosial berbasis pengetahuan dan dimensi etis-kristiani.

- Mengembangkan siswa yang berkarakter melalui doa, pertobatan, persaudaraan, kesederhanaan, kerja keras, dan cinta segala ciptaan

- Minimal 95% siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi semangat Fransiskus Assisi

- Siswa memiliki jiwa kebangsaan dan cinta tanah air, serta jiwa seni yang diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

- Menyediakan formasi iman siswa melalui pendekatan pendekatan pengetahuan dan terampil dalam pelayanan sosial dan pelayanan yang bersifat liturgis.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki semboyan “Makes you Smart, Steady, Fraternal” dan dari

semboyan tersebut mencerminkan visi, misi dan tujuan yang ingin diraih oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu. Semboyan yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki arti SMA Sedes Sapientiae Jambu akan membuat para siswa-siswi menjadi cerdas baik secara akdemik maupun akhlak, kokoh atau kuat secara iman maupun kepribadian, dan bersaudara


(7)

seperti yang diajarkan oleh santo Fransiskus pelindung SMA Sedes Sapientiae Jambu. (Dokumen SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016).

4.2.

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengikuti langkah-langakah dari Sugiyono, dengan langkah awal mencari potensi dan masalah yang ada dalam kompetensi pedagogik guru-guru SMA Sedes Sapientiae Jambu. Dalam mencari potensi dan masalah yang ada digunakan metode wawancara terhadap kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, observasi proses belajar mengajar 6 guru SMA Sedes Sapientiae Jambu dengan mata pelajaran Fisika, Sejarah, Ekonomi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Kewarganegaraan, dan studi dokumen dari hasil supervise yang telah dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 6 guru yang telah diobservasi tersebut. Pada potensi dan masalah ini berisi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru, kemudian berisi peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah.

4.2.1. Potensi dan Masalah

SMA Sedes Sapientiae Jambu, memiliki beberapa peluang, yaitu animo masyarakat yang tinggi terhadap sekolah dan jumlah murid yang meningkat setiap


(8)

tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah siswa (tabel 1) di SMA Sedes Sapientiae Jambu yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian, animo masyarakat tinggi terhadap SMA Sedes Sapientiae Jambu karena promosi SMA Sedes Sapientiae Jambu yang diadakan di beberapa kota, baik di Jabodetabek, maupun area Jawa Tengah. Dalam melakukan promosi sekolah, SMA Sedes Sapientiae Jambu telah mengagendakan atau menjadwalkan untuk promosi sekolah, baik itu untuk presentasi maupun untuk safari koor dari gereja ke gereja (dokumen promosi SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016).

“Kalau peluang dari yang sudah ada, menurut saya melihat grafik animo sudah bagus, apalagi berasrama sehingga cukup dikenal. Maka tahun ini kami sedang berusaha untuk memperluas agen promosi, biasanya kan kalau tes siswa baru harus disekolah, tapi untuk tahun ini diusahakan tesnya di beberapa sekolah seperti di Kalimantan, nanti aka nada guru yang kesana dan bisa langsung mengadakan tes

disana.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).

Saat ini, siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes Sapientiae Jambu banyak yang berasal dari dearah Jabodetabek karena sekolah dilengkapi dengan asrama putra dan putri dan sekolah berasrama merupakan suatu unggulan atau keistimewaan tersendiri bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Sedangkan siswa-siswi yang berasal dari sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu mengalami penurunan.


(9)

Menurut wakil kepala sekolah dalam wawancara pada tanggal 8 Septermber 2016, penurunan jumlah siswa yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu dari daerah sekitar dikarenakan saat ini sekolah-sekolah negeri yang menjadi pesaing, kemudian munculnya beberapa sekolah swasta yang berada di area Semarang maupun kabupaten Semarang yang memiliki asrama. Selain itu, menurut wakil kepala sekolah, tantangan bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu saat ini adalah jalannya program KB (Keluarga Berencana), sehingga banyak keluarga yang hanya memiliki 2 anak, sehingga ada kemungkinan bagi para orang tua merasa tidak rela jika anak mereka bersekolah dan tinggal di asrama.

“Program pemerintah KB (Keluarga Berencana), keluarga

kan maksimal 2 anak sehingga keluarga menjadi protektif dan mungkin tidak mau menyekolahkan anak mereka dan diasrama. Yang kedua, saat ini sekolah-sekolah negeri juga sudah bagus, jadi seperti saudara saya yang mengajar di sekolah di Jakarta, sudah banyak orang tua yang melihat atau mengarahkan anak mereka untuk bersekolah di negri.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).

“Kalau dari persaingan sekolah berasrama sudah banyak

ya sekolah yang berasrama saat ini, seperti Karang Turi yang juga membuka asrama saat ini, lalu Virgo Fidelis juga.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).

Kemudian, SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki beberapa potensi dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru, yaitu fasilitas sekolah yang memadai, kemudian 80% guru sudah bergelar sarjana


(10)

(tabel 4.2) dan masih ada 3 orang yang melanjutkan studi strata satu atau S1. Guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu juga masih banyak yang muda dan memiliki jenjang karir yang masih panjang. Kemudian, kesejahteraan guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu juga terjamin dengan penerimaan gaji setiap bulan tepat waktu, lalu ada insentif dari setiap kegiatan sekolah yang dilakukan oleh guru dan juga adanya tunjangan-tunjangan.

Potensi lain yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah guru-guru yang mengajar sesuai dengan bidangnya seperti pada tabel 4.2, dan guru akrab dengan siswa baik di dalam kelas maupun diluar kelas, dan dalam observasi yang dilakukan terlihat guru memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap peserta didik.

Namun keseluruhan guru-guru disini akrab dengan siswanya, terlihat ketika diluar jam pelajaran beberapa guru

ada yang bercanda dengan para siswa” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Selain itu, guru telah membuat administrasi pembelajaran dan penilaian sesuai dengan kurikulum, dan silabus yang dibuat guru juga telah sesuai dengan kurikulum. Hal tersebut terlihat pada hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tanggal 1-5 September 2016, dimana guru-guru mendapatkan kategori nilai baik dalam bidang administrasi.


(11)

Selain secara administrasi guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu tergolong disiplin, guru-guru mata pelajaran IPA telah memiliki pembelajaran yang variatif dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang dilakukan juga sudah baik, serta pemanfaatan fasilitas sekolah juga sudah baik.

“…. kalau untuk yang mata pelajaran OSN seperti fisika,

matematika, kimia ada pengembangan-pengembangan di

materi tertentu yang tidak ada di silabus.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

“Untuk kelompok IPA maksimal, terutama untuk kimia dan biologi, saya pernah membagikan kuisioner kepada siswa dan hampir 100% siswa mengatakan guru menggunakan alat bantu atau fasilitas dengan maksimal, namun untuk

fisika kurang karena memang jarang praktek waktu itu.”

(Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Guru-guru mata pelajaran IPA juga membimbing siswa-siswi jurusan IPA dengan maksimal, sehingga pada hasil UN, nilai-nilai Fisika, Matematika selalu baik dan masuk pada peringkat 3 besar kabupaten. Namun untuk mata pelajaran IPS, pengajaran yang dilakukan belum maksimal, sehingga nilai UN untuk mata pelajaran IPS masih belum maksimal dan belum mendapatkan peringkat 5 besar di kabupaten.

“Untuk SMA Sedes Sapientiae Jambu nilai UN seperti nilai

Fisika, Matematika selalu baik dan sangat bagus hasilnya bahkan ditingkan Jawa Tengah, Bahasa Indonesia juga bagus. Namun untuk mata pelajaran lainnya masih

standar.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).


(12)

SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru memiliki beberapa kelemahan juga, yaitu lemahnya manajemen dalam organisasi sehingga program-program yang telah dibuat oleh sekolah belum nampak pencapaian kompetensinya.

“Masalah manajemen. Program yang disusun belum nampak

siklus pencapaian kompetensi guru seperti apa, karena diakui ada guru junior, medior, dan senior mendapatkan

perlakuan yang sama.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 5 Desember 2016).

Kelemahan lain yang dimiliki adalah penerimaan guru yang mengutamakan beragama Nasrani, dan untuk kompetensi pedagoginya bisa manyusul. Mengingat SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan sekolah swasta Katolik, sehingga guru yang mengajar di SMA Sedes Sapientiae Jambu mengutamakan yang beragama Katolik atau Kristen.

“…karena sekolah swasta Katolik, jadi kami mengutamakan guru yang melamar kerja di Sedes itu yang beragama Nasrani, Katolik atau Kristen dan untuk kemampuan

pedagogik nanti bisa diusahakan.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).


(13)

Dalam mengembangkan atau meningkatkan kompetensi guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki beberapa kegiatan dari yayasan, namun kegiatan tersebut lebih pada spiritual guru dengan kegiatan berupa retret. Namun, untuk kompetensi pedagogik masih kurang, dimana dari yayasan tidak memiliki program peningkatan kompetensi pedagogik, sedangkan dari sekolah masih minim.

“…kalau kegiatan dari yayasan itu berupa spiritual, jadi

untuk memperbaharui panggilan untuk menjadi guru dan

itu merupakan kegiatan tahunan yayasan.” (Wawancara Kepala Sekolah, 8 Agustus 2016)

“…yang saya lakukan saat ini di buku harian guru atau

seperti rencana harian guru itu, didepannya saya cantumkan macam-macam kompetensi pedagogik yang harus dipenuhi oleh guru dengan harapan guru dapat membacanya setiap hari dan memahami hal tersebut, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

“Jadi ya orientasi saya ke guru-guru yang masih junior akan saya dampingi satu bulan sekali untuk pembelajaran dan penilaian mulai semester depan. Jadi pendampingan ini akan saya lakukan sendiri, jadi saya juga bisa dibilang praktisi, ya saya akan membagikan hal-hal praktis ke rekan-rekan.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Sebagai sekolah swasta, SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki banyak kegiatan yang dilakukan, baik untuk promosi sekolah atau kegiatan lainnya. Dalam kegiatan promosi sekolah dan PSB (Penerimaan Siswa Baru) membutuhkan waktu yang cukup lama, karena serangkaian kegiatan yang dimulai dari semester satu


(14)

hingga akhir semester dua, seperti safari koor, presentasi ke sekolah-sekolah di Jabodetabek, maupun sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu, bazaar, Edu Fair,

dan lain sebagainya. Kegiatan-kegitan tersebut pun menambah pekerjaan guru diluar kelas.

Kelemahan lainnya adalah beberapa guru yang mengajarnya masih teacher centered atau berpusat pada guru, pengajaran yang masih biasa kurang kreatif dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh beberapa guru IPS dan umum masih standar, masih sama seperti kurikulum yang dari pemerintah. Kemudian, penguasaan kelas masih kurang piawai, hal tersebut dipertegas oleh pendapat wakil kepala sekolah yang mengatakan bahwa beberapa guru penguasaan kelas kurang piawa dikarenakan metode yang digunakan juga kurang sesuai, sehingga kelas menjadi ramai atau tidak terkontrol. Pernyataan wakil kepala sekolah tersebut diperkuat dengan hasil observasi beberapa guru, dimana beberapa guru yang diobservasi penguasaan kelasnya kurang piawai sehingga dikelas ada beberapa murid yang pada saat pelajaran tertidur atau mengobrol dengan teman-temannya, namun guru hanya diam saja dan tidak melakukan tindakan apa-apa untuk menegur murid tersebut. Namun, ada pula guru yang mengajar dengan metode yang membuat para siswa berfikir lebih kritis, terbuka dan guru


(15)

berperan sebagai fasilitator, sehingga suasana kelas menjadi kondusif dan efektif.

“Untuk studi kasus untuk pengelolaan kelas, beberapa

masih kurang piawai. Mungkin karena pemilihan metode yang tidak tepat sehingga siswa tidak fokus dengan pelajaran, mungkin seharusnya menggunakan metode A namun malah menggunakan metode lain sehingga ada anak-anak yang bingung. Apalagi, disini kan murid-muridnya bisa dibilang kritis dan aktif, sehingga kalau ada yang tidak jelas akan ditanyakan. Hanya karena itu energy siswa tidak tersalurkan sehingga kelas bisa saja menjadi

ramai” (wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016). Dari data wawancara, observasi, dan dokumentasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru memiliki beberapa faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan juga internal (kekuatan dan kelemahan) baik dari sekolah maupun dari guru.

4.2.2. Pengumpulan Data

Strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru merupakan suatu cara atau metode atau rencana yang menyeluruh dan terpadu untuk mencapai kemampuan guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar dan pengalaman belajar yang bervariasi dalam pengelolaan peserta didik, yang meliputi, memiliki pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, memiliki pemahaman terhadap peserta didik, mampu

merencanakan dan mengembangkan program


(16)

melaksanakan program pembelajaran yang mendidik dan dialogis, mendiagnosis berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi peserta didik, melakukan evaluasi hasil belajar dan menyempurnakan program pembelajaran berdasarkan umpan balik yang telah

dikumpulkan secara sistematik, mampu

mengembangkan potensi peserta didik.

Dalam perencanaan strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru ini menggunakan pendekatan SMART (Spesific, Measurable, Achieveable/ Acceptable, Realistic/ Relevant, Time spesific/ Trackable). Spesific menekankan pentingnya menetapkan target yang benar-benar spesifik, dan biasanya target yang spesifik menjawab pertanyaan 5W, yaitu What, apa yang ingin dicapai, Why mengapa harus dicapai, Who siapa yang terlibat, Where dimana target akan dicapai, dan Which identifikasi persyaratan untuk mencapai target dan kendala yang menghali tercapainya target. Measurable menekankan pentingnya kriteria yang digunakan untuk mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target, dan target yang terukur akan mampu menjawab pertanyaan 1) berapa banyak? 2) bagaimana Anda mengetahui bahwa target tersebut telah tercapai?. Achievable/ Acceptable menekankan bahwa target harus realistik dan dapat dicapai. Relevant menekankan pentingnya memilih target yang tepat dan Time spesific/ Trackable


(17)

menekankan target dengan kerangka waktu, yaitu adanya deadline pencapaian target. Target dengan tenggat waktu akan menjawab pertanyaan 1) kapan? 2) apa yang bisa diselesaikan dalam 6 bulan dari sekarang? 3) apa yang bisa diselesaikan dalam 6 minggu dari sekarang? 4) apa yang bisa diselesaikan dari sekarang?

4.2.3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal (EFIS dan EFAS SWOT)

Analisis SWOT dilakukan dengan meng-identifikasi faktor internal, yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Setelah hasil wawancara, obervari, dan studi dokumen terkumpulkan, berikutnya dilakukan triangulasi data bersama dengan sumber, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru yang diobservasi, dan komite. Triangulasi data ini dilakukan untuk memvalidasi data yang diperoleh. Kemudian, setelah di triangulasi, data tersebut di analisis dengan menggunakan tabel matrix IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dan matrix EFAS (External Factors Analysis Summary). Hasil analisis faktor internal dan eksternal kemudian diberi bobot dan rating atau skor serta dilakukan perhitungan skor akhir dan diperoleh skor akhir IFAS (kekuatan dan ancaman) dan EFAS (peluang dan ancaman). Kemudian, hasil analisis ini


(18)

akan menunjukan posisi kuadran kompetensi pedagogik guru, apakah berada pada kuadran SO (Strenght Opportunity), ST (Strenght Threat), WO (Weakness Opportunity), atau WT (Strenght Threat). Hasil analisis faktor internal dapat dilihat pada matrix IFAS berikut:

Tabel 4.3. Matrix IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember

2016

NO. KEKUATAN BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Fasilitas sekolah sudah memadai 0.15 4 0.6 2 Sekurang-kurangnya 80% guru

sudah bergelar sarjana 0.1 3 0.3 3 Beberapa guru masih muda

dengan jenjang karir yang panjang

0.15 3 0.45 4 Kesejahteraan guru terjamin 0.1 2 0.2 5 Guru mengajar sesuai dengan

bidangnya 0.1 3 0.3

6 Guru akrab dengan murid dan memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap peserta didik

0.1 3 0.3 7 Guru membuat administrasi

pembelajaran dan penilaian serta silabus yang sesuai dengan kurikulum

0.05 1 0.05 8 Guru-guru mata pelajaran IPA

metode pembelajarannya lebih variatif dan inovatif

0.1 2 0.2 9 Beberapa guru pengampu mata

pelajaran UN IPA berhasil mengajar dan membimbing siswanya dalam persiapan UN sehingga nilai UN masuk 3 besar kabupaten.

0.05 2 0.1

10 Loyalitas guru tinggi 0.1 3 0.3


(19)

NO. KELEMAHAN BOBOT RATING BOBOT X RATING

1 Manajemen dalam organisasi kurang maksimal sehingga program yang disusun belum nampak pencapaian

kompetensinya

0.2 1 0.2

2 Penerimaan guru mengutamakan untuk yang beragama Nasrani, dan untuk kompetensi pedagogik guru dapat menyusul

0.1 3 0.3 3 Pembinaan guru dalam bidang

kompetensi pedagogik dan profesionalisme kurang

0.15 2 0.3 4 Pekerjaan guru diluar kelas (jam

mengajar) cukup banyak (mengurus kegiatan-kegiatan sekolah)

0.1 4 0.4 5 Guru pengampu mata pelajaran

IPS dan umum masih ada yang mengajarnya standar/biasa saja, kurang kreatif dan inovasi

0.1 2 0.2 6 Pengembangan kurikulum masih

standar (masih sama seperti kurikulum dari pemerintah) untuk mata pelajaran IPS dan umum

0.1 2 0.2 7 Beberapa guru masih minim

dalam penguasaan kelas 0.15 2 0.3 8 Hasil UN mata pelajaran IPS

masih standard dan masih belum maksimal (belum stabil dalam menempati peringkat 5 besar kabupaten)

0.1 4 0.4

TOTAL 1 20 2.3

Faktor kekuatan yang paling berpengaruh terhadap sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru adalah fasilitas sekolah yang memadai dengan bobot 0.15 dan rating 4. Menurut pihak sekolah, fasilitas yang dimiliki sudah cukup lengkap untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan proses belajar mengajar. Terlihat dari hasil


(20)

reakrediatasi pada bulan September 2016, dimana asesor mengatakan kepada kepala sekolah bahwa fasilitias yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu sudah lengkap disbanding dengan sekolah-sekolah lain. Kekuatan lain yang mendukung SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru adalah beberapa guru yang masih muda dan memiliki jenjang karir yang masih panjang dengan bobot 0.15 dan rating 3. Hal tersebut didukung oleh sekurang-kurangnya 80% guru sudah bergelar sarjana dan mengajar sesuai dengan bidangnya dengan masing-masing bobot 0.1 dengan rating 3. Bagi sekolah jenjang karir yang masih panjang dengan guru yang sarjana dan mengajar sesuai bidang merupakan komponen penting dalam kompetensi pedagogik, dan dengan jenjang karir yang masih lama, maka ada harapan untuk regenerasi atau jika nanti ada pelatihan untuk kompetensi guru maka akan terlihat hasilnya dan memiliki prospek yang masih panjang.

Kemudian, guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu, baik yang senior, medior, maupun yang junior akrab dengan siswa-siswi dengan bobot 0.1 dan rating 3, sehingga dalam pembelajaran semua siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Selain guru-guru akrab dengan para siswa-siswi, dalam FGD (Focus Group Discussion) pada hari Kamis, 8 Desember 2016 bersama dengan kepala sekolah, wakil kepala


(21)

sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dan 2 perwakilan guru, terdapat tambahan faktor kekuatan yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, yaitu loyalitas guru-guru SMA Sedes Sapientiae Jambu dimana teamwork atau kerjasama yang dimiliki oleh guru-guru SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan mutu sekolah cukup tinggi, dan bobot pada faktor ini adalah 0.1 dengan rating 3. Faktor kekuatan berikutnya ialah guru-guru mata pelajaran IPA memiliki metode pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif dengan bobot 0.1 dan rating 2. Faktor kekuatan ini berhubungan dengan hasil UN mata pelajaran IPA yang selalu masuk 3 besar di kabupaten dengan rating 0.05 dan bobot 2. Kesejahteraan guru terjamin memiliki bobot 0.1 dengan rating 2, dan dalam FGD yang dilakukan pada hari Kamis, 8 Desember 2016, faktor ini tergolong relative, karena menurut kepala sekolah ukuran terjamin atau tidaknya tergantung dari pribadi masing-masing guru, namun menurut data tanggal gajian para guru dan tenaga kependidikan lainnya selalu tepat waktu, adanya tunjangan, dan ketika ada kegiatan-kegitan sekolah maka yang terlibat didalamnya akan mendapatkan insentif tambahan. Faktor kekuatan yang terkahir adalah kedisiplinan guru dalam membuat administrasi pembelajaran dan penilaian serta silabus


(22)

yang sesuai dengan kurikulum dengan bobot 0.05 dan rating 1.

Selain memiliki faktor kekutan, SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik memiliki beberapa faktor kelemahan. Faktor kelemahan yang paling tinggi ialah manajemen dalam organisasi kurang maksimal sehingga program yang disusun belum nampak pencapaiannya dengan bobot 0.2 dengan rating 1. Faktor ini didapat dalam FGD 8 Desember 2016, dimana menurut pernyataan wakil kepala sekolah, manajemen organisasi yang dimiliki sekolah masih belum maksimal, perlakuan terhadap guru junior, medior, dan senior sama sehingga hasil pencapaian belum terlihat maksimal. Faktor kelemahan berikutnya adalah kurangnya pembinaan guru dalam bidang pedagogik dengan bobot 0.15 dan rating 2, hal ini seperti pernyataan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah pada studi pendahuluan dimana sekolah mengikuti kegiatan dari yayasan untuk meningkatkan spiritualitasnya, namun untuk kompotensi pedagogik belum terdapat kegiatan yang jelas dan terperinci. Kurangnya pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik guru ini mempengaruhi beberapa guru yang terlihat masih minim dalam penguasaan kelas dengan bobot 0.12 dan rating 2, serta guru pengampu mata pelajaran IPS dan umum masih ada yang proses belajar-mengajarnya biasa saja atau kurang kreatif dan


(23)

inovasi dengan bobot 0.1 dan rating 2. Selain itu, pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh beberapa guru masih standar (kurikulum yang dipakai masih sama degan kurikulum dari pemerintah) untuk guru mata pelajaran IPS dan umum dengan bobot 0.1 dan rating 2. Faktor tersebut cukup mempengaruhi hasil UN mata pelajaran IPS yang masih belum stabil untuk menempati peringkat 5 besar di kabupaten, faktor kelemahan ini memiliki bobot 0.1 dengan rating 4. Faktor lain yang menjadi kelemahan SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah dalam penerimaan guru mengutamakan yang beragama Nasrani (Katolik atau Kristen) karena SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan sekolah swasta Katolik, faktor ini memiliki bobot 0.1 dengan rating 3, dimana faktor ini tidak terlalu bermasalah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Faktor terakhir adalah pekerjaan guru diluar kelas cukup banyak (mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah), tentunya kegitan-kegitan yang diikuti guru merupakan kegiatan yang postif bagi sekolah, seperti kegiatan promosi sekolah yang cukup banyak seperti safari koor, presentasi ke sekolah-sekolah, atau mengadakan tes potensial akademik atau tes masuk SMA Sedes Sapientiae Jambu ke sekolah-sekolah. Faktor ini memiliki bobot 0.1 dengan rating 4. Dari matrix IFAS tersebut dapat disimpulkan bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor


(24)

kekuatan adalah 2,8 sedangkan total bobot dikalikan rating pada faktor kelemahan adalah 2,3 sehingga skor akhit IFAS yaitu total skor faktor kekuatan dikurangi total skor kelemahan adalah 0,5. Hal ini menunjukan bahwa faktor kekuatan merupakan faktor dominan dibandingkan dengan faktor kelemahan. Oleh karena itu sekolah dapat mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada.

Tabel 4.4. Matrix EFAS (External Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember

2016

NO. PELUANG BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Animo masyarakat terhadap

sekolah tinggi 0.2 3 0.6 2 Jumlah murid meningkat setiap

tahunnya 0.2 3 0.6

3 Sekolah berasrama 0.3 4 1.2 4 Hubungan dengan gereja dan

beberapa SMP swasta baik 0.1 1 0.1 5 Adanya program sertifikasi guru

dari pemerintah 0.1 2 0.2 6 Dukungan dari pemerintah 0.1 2 0.2

TOTAL 1 13 2.9

NO. ANCAMAN BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Sekolah Negeri yang semakin

baik 0.3 3 0.9

2 Munculnya sekolah-sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapietiae Jambu

0.4 1 0.4 3 Jumlah murid yang berasal dari

sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu menurun

0.2 2 0.4 4 Program KB (Keluarga

Berencana) dari pemerintah 0.1 4 0.4


(25)

Pada matrix EFAS (External Factors Analysis Summary) dapat dilihat bahwa dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki 6 peluang, dan peluang yang paling tinggi adalah sekolah berasrama dengan boot 0.3 dan rating 4. Dengan sekolah berasrama, SMA Sedes Sapientiae Jambu selama ini menjadi jawaban atas keinginan orang tua dan siswa untuk melatih kemandirian anak, sehingga sekolah berasrama merupakan peluang yang tinggi bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu, sehingga murid di SMA Sedes Sapientiae Jambu menjadi beragam. Peluang kedua yang memiliki bobot dan rating tinggi adalah animo masyarakat terhadap sekolah tinggi dan jumlah murid yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan masing-masing bobot 0.2 dan rating 3. Faktor peluang tersebut mengidentifikasi bahwa kepercayaan masyarakat dan orang tua terhadap SMA Sedes Sapientiae Jambu cukup tinggi dan baik, sehingga semakin banyak orang tua yang mempercayakan putra-putrinya bersekolah di SMA Sedes Sapientiae Jambu. Peluang beriktnya adalah adanya program sertifikasi guru dari pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 2, dimana dengan adanya sertifikasi ini guru dituntut untuk menjadi lebih baik lagi. Kemudian, adanya dukungan dari pemerintah untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu


(26)

dengan bobot 0.1 dan rating 2. Peluang yang terakhir adalah adanya hubungan baik antara sekolah dan gereja dan sekolah-sekolah menengah pertama swasta dengan bobot 0.1 dan rating 1.

Selain memiliki 6 peluang, SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki 4 ancaman, dan ancaman yang memiliki bobot tertinggi adalah munculnya sekolah-sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu dengan bobot 0.4 dan rating 1. Karena kekuatan paling tinggi yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah sekolah berasrama, sehingga dengan munculnya sekolah-sekolah berasrama lainnya menjadi ancaman utama yang dapat mempengaruhi jumlah murid di SMA Sedes Sapientiae Jambu nantinya. Ancaman kedua adalah sekolah negeri yang semakin baik dengan bobot 0.3 dan rating 3, sekolah-sekolah Negeri saat ini infrastrukturnya semakin baik, dan dari segi guru juga semakin disiplin, sehingga hal tersebut menjadi ancaman bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan mutu sekolah. Ancaman ketiga dengan bobot 0.2 dan rating 2 adalah jumlah murid dari sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu menurun, dan ancaman terakhir adalah program KB (Keluarga Berencana) dari pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 4.

Dari tabel EFAS tersebut dapat disimpulkan bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor peluang


(27)

adalah 2,9 sedangkan total bobot dikalikan rating pada faktor ancaman adalah 2,1 sehingga skor akhir EFAS yaitu total skor peluang dikurangi total skor ancaman adalah 0,8. Dari hasil analisa faktor eksternal tersebut diketahui sekolah memiliki beberapa peluang yang dapat dioptimalkan oleh sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah.

4.2.4. Matriks SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, Threats)

Setelah mengidentifikasi berbagai faktor iteren (kekuatan dan kelemahan) dan eksteren (peluang dan ancaman) yang dimiliki sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan telah diberi bobot dan rating maka hasil perhitungan akhir adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Skor akhir IFAS dan EFAS

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan ekternal sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu diperoleh hasil skor akhir skor akhir IFAS adalah 0,5 dan skor akhir EFAS adalah 0,8. Hasil analisis ini

IFAS EFAS

Kategori Total skor Kategori Total skor

Kekuatan (S) 2,8 Peluang (O) 2,9 Kelemahan (W) 2,3 Ancaman (T) 2,1


(28)

menunjukan bahwa strategi berada pada kuadran SO (Strenght Opportunity) yang mendukung strategi agresif. Sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan faktor kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan peluang dari lingkungan eksternal dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

Gambar 4.1. Matrix SWOT

Peluang (O)

Kelemahan (W)

0,5; 0,8

Kekuatan(S)

Ancaman (T)

Kuadran 1 (SO) Stratetgi Agresif Memanfaatkan kekuatan

untuk menangkap peluang yang ada

1

3 2 1 1 2 3

3 2

1 2 3


(29)

Tabel 4.6. Rancangan Strategi SO

4.3.

Desain Produk

4.3.1. Analisis SWOT

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, salah satunya dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru, dapat ditentukan faktor internal dan eksternal (Rangkuti, 2016: 26-27) dalam merumuskan upaya atau strategi peningkatan kompetensi pedagogik


(30)

guru. Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh sekolah, dengan langkah-langkah yang disebutkan oleh Rangkuti dan menggunakan teknik analisa EFAS dan EFIS (2016: 24-27), diperoleh hasil akhir lingkungan internal (kekuatan-kelemahan) adalah 0,5. Angka ini menunjukan bahwa faktor kekuatan lebih tinggi dan cukup dominan dari pada faktor kelemahan sehingga dengan fasilitas sekolah sudah memadai, sekurang-kurangnya 80% guru sudah bergelar sarjana, beberapa guru masih muda dengan jenjang karir yang panjang, kesejahteraan guru terjamin, guru akrab dengan murid dan memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap peserta didik, guru membuat administrasi pembelajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan kurikulum, guru-guru mata pelajaran IPA metode pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa guru pengampu mata pelajaran UN IPA berhasil mengajar dan membimbing siswanya dalam persiapan UN sehingga nilai UN masuk 3 besar kabupaten, dan loyalitas guru tinggi dapat mengatasi kelemahan manajemen dalam organisasi kurang maksimal sehingga program yang disusun belum nampak pencapaian kompetensinya, penerimaan guru mengutamakan untuk yang beragama Nasrani dan untuk kompetensi pedagogik guru dapat menyusul, pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik


(31)

dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar jam mengajar cukup banyak, guru pengampu mata pelajaran IPS dan umum masih ada yang mengajarnya standar/ biasa saja kurang kreatif dan inovasi, pengembangan kurikulum masih standar untuk mata pelajaran IPS dan umum, beberapa guru masih minim dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran IPS masih standar dan masih belum maksimal (belum stabil dalam menempati peringkat 5 besar kabupaten).

Skor akhir lingkungan eksternal (peluang-ancaman) adalah 0,8. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor peluang lebih menonjol dari pada ancaman, sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mengurangi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukan bahwa SMA Sedes Sapientiae Jambu berada pada titik (0,5; 0,8), posisi tersebut berada pada kuadaran SO (strength-opportunities) yang menurut David (2011: 327-330) strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Secara umum organisasi akan menjalankan strategi WO (Weakness-Opportunity), ST ( Streght-Threats) atau WT (Weakness-Threats) untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi SO. Sehingga dalam strategi SO yang dimiliki sekolah merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih


(32)

tinggi sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan pertumbuhan agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan memanfaatkan peluang yang dimiliki sekolah.

4.3.2. Desain Rencana Strategis Peningkatan

Kompetensi Pedagogik Guru

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah yang pertama yaitu, mengoptimalkan kolaborasi antar guru atau hubungan antar guru. Pada poin kekuatan, terlihat bahwa loyalitas guru tinggi, dimana loyalitas, teamwork guru dalam meningkatkan mutu sekolah tinggi, dan dalam meningkatkan mutu sekolah, kualitas guru juga harus ditingkatkan. Dengan loyalitas dan teamwork dan keakraban yang tinggi antar guru maka hal tersebut dapat dioptimalkan dengan beberapa kegiatan yang melibatkan kerja sama antar guru seperti case discussion, action research, study groups dan lesson study (Departement of Education & Training, 2005: 10; Tedjawati, 2011: 483). Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan guru lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang dapat dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman


(33)

sejawat (sharing edukatif) mengenai metode mengajar, nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi siswa, action research, study group, case discussion,

kunjungan antar kelas supaya guru dapat saling belajar dan menilai mengenai metode mengajar yang dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson study.

Kedua adalah meningkatkan kerjasama pengajar dan murid. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengenalan peserta didik (Sagala, 2011: 32), selain itu, kompetensi pedagogik guru perlu dimiliki oleh guru salah satunya untuk mendaignosis berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi oleh peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu, guru perlu untuk memiliki hubungan yang baik untuk membantu meningkatkan kompetensi pedagogik guru, terlebih guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu sudah akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan murid-murid, sehingga hal tersebut dapat lebih dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru dan murid akan membuat guru akan lebih memahami keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana murid-muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai. Hal tersebut dapat membuat suasana belajar menjadi lebih kondusif, suasana belajar menjadi lebih


(34)

komunal, dan memperkuat kesetiaan atau ketaatan (OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan & Langworthy (2014: 11) saat ini, siswa ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif maka guru harus dapat bekerja sama dengan muridnya. Kegiatan yang

dapat membantu guru untuk meningkatkan

kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir semester.

Upaya yang ketiga adalah mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Pemerintah, Universitas dan Instansi Pendidikan lainnya). Pada penelitian yang dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi (2015: 241), dukungan dari pemerintah terhadap rencana strategi untuk meningkatkan kompetensi profesional dosen merupakan salah satu faktor keberhasilan dari program pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu, memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah, maka hubungan tersebut dapat terus dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari Pemerintah, instansi Dinas atau Universitas dapat berupa memberikan pelatihan atau seminar kepada guru terkait dengan pembelajaran, mentoring dan meningkatkan penilain guru supaya guru dapat terus


(35)

meningkatkan kualitasnya (Wilson, dkk., 2009: 1-9). Kemudian, upaya ini didukung oleh penelitian dari Ramdass & Masithulela (2016: 13) dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari pemerintah dan industri untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan industri, maka sekolah akan mengetahui kebutuhan dari pemerintah dan industri, sehingga nantinya sekolah dapat membuat kurikulum untuk mencapai kebutuhkan sosial yang dapat memenuhi tenaga kerja (lulusan yang berkualitas sesuai kebutuhan stakeholder).

Keempat adalah mengoptimalkan kegiatan pengembangan/ kompetensi pedagogik guru. Program ini merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui beberapa kegiatan, seperti mengikuti pertemuan organisai-organisasi keguruan seperti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan mengikuti kursus kependidikan untuk mengembangkan dan menambah keterampilan guru. Sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan mengadakan lokakarya (workshop), dan mengadakan penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu, guru juga dapat mengikuti seminar, workshop, dan


(36)

menerbitkan jurnal baik nasional ataupun internasional untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru (Liu, 2011; Donnelly, dkk., 2011 dalam Khan, 2014: 21). Beberapa kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru tersebut dirangkum dalam kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut, atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan tersebut.

Upaya yang kelima adalah mengoptimalkan kemitraan orang tua dan komite. Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa siswa (OECD, 2010: 88-89). Dengan adanya peran orang tua maka siswa akan merasa terdorong dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga nantinya performa siswa akan lebih baik. Melibatkan orang tua dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru dapat membantu guru untuk mendapatkan umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua


(37)

dapat memberikan masukan kepada guru mengenai kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami anaknya dan begitu pula sebaliknya, dimana guru dapat memberikan masukan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya sehingga orang tua dapat mendukung anaknya dengan optimal. Dalam program kemitraan orang tua dan komite ini dapat dilakukan kemitraan keluarga. Program ini dapat lebih dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms

gateaway dimana kegiatan sekolah selalu diberitahukan oleh pihak sekolah kepada orang tua dan ditampilkan dalam web sekolah, sehingga orang tua mengetahui kegiatan yang terjadi disekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program kemitraan orang tua dan komite yaitu meliputi kegiatan evaluasi akhir semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar.

4.4.

Validasi Desain Produk Rencana

Strategis

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah menghasilkan rencana strategis peningkatan kom-petensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah. Rencana strategis ini akan memberikan


(38)

meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk peningkatan sekolah.

Dalam melakukan uji materi terhadap isi dalam rencana strategis ini membutuhkan pakar untuk melakukan validasi terhadap desain produk. Berdasarkan hasil uji materi dalam rencana strategis ini menurut:

1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

Susunan penulisan terdiri dari cover dalam, kata pengantar, daftar isi, BAB I merupakan pendahuluan dengan isi latar belakang, landasan yuridis, landasan filosofi, maksud dan tujuan, manfaat dan sasaran. BAB II adalah kajian teori dari produk. BAB III berisikan strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru dengan sub BAB program jangka panjang dan rencana operasional. BAB IV adalah kunci keberhasilan yang berisi kunci keberhasilan rencana strategis dengan penjelasannya, dan monitoring dan evaluasi. BAB V adalah penutup, kemudian daftar pustaka dan lampiran.

Strategi dikelompokan dengan jelas dan diperjelas keterangannya, kemudian diberikan kerangka pikir dari strategi tersebut. Kunci keberhasilan ditambahi sesuai dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pelaksanaan strategi tersebut dan poin-poinnya diperjelas, kenapa bisa menjadi kunci keberhasilan.

Bab IV ditambahkan peran kepala sekolah, yayasan dan pengawas, dan ditambahkan tentang monev dan penjelasannya, panduan melakukan evaluasi pada monev.

2) Dr. Wasitohadi, M.Pd.

Ada banyak strategi, namun strategi itu masih biasa yang oleh Patricia Cranton disebut traditional development strategies. Tidak ada strategi yang lebih modern sifatnya. Yang dengan istilah ahli disebut “Self-Directed, Critical Reflection, dan transformative learning”. Sharing antar guru lebih diekspilisitkan misalkan dengan membangun interaksi edukatif antar guru, agar watak pedagogiknya jelas. Strateginya, misalkan dengan mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan yang diajarkan guru (Muhajir, 1997), mengembangkan beragam pengetahuan yang bermuatan nilai-nilai (Depdiknas, 2003).


(39)

Masih cukup banyak kalimat yang kurang jelas maksdunya, disamping masih banyak salah ketik.

3) Drs. G. Suwartono (Wakil Kepala SMA Sedes Sapientiae Jambu).

Secara umum draft sudah sangat baik, baik dalam struktur rancangan, esensi dari renstra, dan bagaimana secara teknis (langkah-langkah) strategi tersebut dijalankan. Kami menganggap baik jika hasil penelitian dapat menjadi sebuah rekomendasi bagi pihak SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Namun, demikian hasil penelitian berupa sebuah strategi menjadi model yang memenuhi dua hal yaitu efektif dan praktis. Untuk menguji efektifitas strategi yang sudah ditemukan, bukanlah ranah kami tetapi pihak peneliti, namun bagi kami yang berada dilapangan selalu berpikir dalam tataran praktis, sehingga bagi kami model tersebut mudal diimplementasi, terutama kami dapat mengevaluasi program operasional yang merupakan break down strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru.

Untuk itu dalam petunjuk teknis pelaksanaan proram, saran kami perlu ditambahkan dua hal, yaitu bagaimana sekolah dalam mengevaluasi program, untuk itu perlu disertakan instrument evaluasi program. Kedua, kriteria seberapa besar tingkat pencapaian yang didapat sekolah setelah menggunakan model/ strategi yang digunakan.

4.5.

Revisi Desain

Proses berikutnya adalah melakukan perbaikan dari hasil validasi pakar terhadap desain produk rencana strategis ini. Perbaikan yang dilakukan sesuai dengan masukan dari para pakar (hasil perbaikan dapat dilihat pada bagian lampiran).

Kemudian, setelah diperbaiki sesuai dengan masukan dari para pakar, produk rencana strategis ini di uji kelayakannya dalam FGD pada 17 Januari 2017


(40)

bersama dengan Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru dan juga perwakilan komite.

4.6.

Uji Kelayakan

Tahap ke enam dari penelitian adalah uji kelayakan terhadap desain rencana strategis yang telah di uji pakar dan telah direvisi sesuai dengan masukan para pakar. Pada FGD uji kelayakan yang diadakan pda 17 Januari 2017 ini diharidiri oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bebeberapa perwakilan sekolah, komite, dan pada FGD ini pengawas sekolah yang telah diundang tidak dapat menghadiri FGD uji kelayakan dikarenakan adanya rapat dinas pada hari itu.

Pada FGD tersebut didapatkan hasil bahwa rencana yang telah disusun menurut pihak sekolah sudah baik, jelas dan terrinci dengan baik dan dapat dilakukan di sekolah, hanya saja dalam pelaksanaanya menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah. Kemudian, komite juga merasa peran orang tua dan komite dalam rencana strategi tersebut sangat baik dan dirasa dapat membantu guru untuk menjadi lebih baik lagi. Pada FGD ini, ada beberapa hal yang direvisi, seperti kejelasan pada instrumen evaluasi dimana saran dari wakil kepala sekolah dan beberapa guru yang hadir, lebih baik pada instrumen evaluasi diberikan skor supaya sekolah ataupun yayasan yang akan mengevaluasi program mendapatkan hasil dan


(41)

kriteria yang jelas, sehingga tim evaluasi dapat menganalisa hasil dengan mudah.

4.7.

Revisi Produk

Setelah dilakukannya FGD uji kelayakan produk, maka produk direvisi sesuai dengan masukan dari hasil FGD. Kemudian, produk yang sudah direvisi diberikan kepada SMA Sedes Sapientiae Jambu. Produk penelitian ini terdapat pada lampiran.

4.8.

Strategi Peningkatan Kompetensi

Pedagogik Guru

Setelah dilakukannya analisis faktor internal maupun eksternal terhadap upaya SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, maka dalam produk ini menghasilkan 5 strategi berdasarkan analisis yang telah dilakukan, yaitu:

1) Mengoptimalkan kolaborasi antar guru 2) Kolaborasi antar guru dan siswa

3) Mengoptimalkan dukungan pihak eksternal seperti yayasan dan dinas

4) Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru, dan

5) Meningkatkan kerja sama antara pengajar, murid, dan orang tua siswa.


(42)

Berikut adalah deskripsi dari setiap strategi yang didapat:

Strategi Pertama adalah mengoptimalkan kolaborasi antar guru. Dengan mengoptimalkan kolaborasi antar guru ini dapat membantu guru untuk saling bertukar pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan terbiasa.

Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan siswa. Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa akan memantu guru untuk memahami karakter siswanya, sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang membuat para siswa tertarik dan kreatif, serta guru dapat memotivasi siswa untuk berprestasi baik secara akademik maupun non akademik.

Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Dukungan secara eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau dukungan untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih baik, melihat hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu kebanyakan masih berada dibawah nilai minimal. Maka mengoptimalkan penilaian guru dari pihak Yayasan ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru.

Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru. Meng-optimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru ini tentunya dengan melibatkan pemanfaatan fasilitas sekolah dan partisipasi dari orang tua dan siswa. Dengan sekurang-kurangnya 80% guru bergelar sarjana, mengajar sesuai bidang, memiliki jenjang karir yang panjang, loyalitas yang tinggi serta adanya dukungan dari pemerintah memungkinkan bagi sekolah serta guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Pada straategi ini, sekolah dapat bekerja sama dengan stakeholder seperti universitas-universitas yang dapat membantu dalam melaksanakan seminar atau pelatihan.


(43)

Strategi Kelima meningkatkan kerja sama pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan dari orang tua. Kerjasama antar pengajar ini dapat dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat lebih maksimal, bervariatif, dan inovatif. Siswa juga dapat berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru, sehingga guru akan menerima masukan dari para murid untuk pembelajaran yang lebih baik lagi.

Pada produk rencana strategi yang dirancang ini menekankan pada kerja sama antara guru dan melibatkan peran serta dari siswa maupun orang tua siswa dan komite. Peran serta dari siswa dan orang tua merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, karena siswa dan orang tua merupakan konsumen dari suatu pasar pendidikan, sehingga untuk mencapai keinginan dari konsumen maka siswa dan orang tua harus terlibat dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah. Sedangkan, dalam penelitian-penelitian yang relevan masih banyak yang menekankan pada pelatihan atau workshop yang harus diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

Dalam produk ini juga terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan


(44)

lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.

4.9.

Pembahasan

SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik guru memiliki beberapa faktor kekuatan, yaitu fasilitas sekolah yang memadai, sekurang-kurangnya 80% guru bergelar sarjana, beberapa guru masih muda dengan jenjang karir yang panjang, kesejahteraan guru terjamin, guru mengajar sesuai bidang, guru akrab dengan murid dan memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap peserta didik, guru membuat administrasi pem-belajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan kurikulum, guru mata pelajaran IPA metode pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa guru pengampu mata pelajaran IPA berhasil membimbing siswa dalam persiapan UN sehingga hasil UN IPA masuk 3 besar kabupaten, dan loyalitas guru tinggi. Sedangkan kelamahan yang dimiliki adalah manajemen dalam organisasi kurang maksimal sehingga program yang disusun belum nampak pencapaian kompetensinya, penerimaan guru me-ngutamakan yang beragama Nasrani dan untuk kompetensi pedagogik guru dapat menyusul,


(45)

pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar kelas cukup banyak dengan mengurus kegiatan-kegiatan sekolah, guru pengampu mata pelajaran IPS dan umum masih ada yang mengajarnya biasa-biasa saja kurang kreatif dan inovatif, pengembangan kurikulum masih standar, beberapa guru masih minim dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran IPS masih belum maksimal.

Selain kekuatan dan kelemahan, SMA Sedes Sapientiae Jambu juga memiliki beberapa peluang dan ancaman. Peluang yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah animo masyarakat terhadap sekolah tinggi, jumlah murid yang meningkat setiap tahunnya, sekolah berasrama, hubungan dengan gereja dan beberapa SMP swasta baik, adanya program sertifikasi guru dari pemerintah, dan dukungan dari pemerintah. Kemudian, ancaman yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah munculnya sekolah Negeri yang semakin baik, munculnya sekolah-sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu, jumlah murid yang berasal dari sekitar sekolah berkurang atau menurun, dan keberhasilan program KB (Keluarga Berencana).

Data kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dipaparkan tersebut telah ditriangulasi dengan observasi, dokumentasi dan diskusi bersama


(46)

dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan beberapa perwakilan guru SMA Sedes Sapientiae Jambu. Kemudian, setelah data telah di triangulasi, maka dihitung bobot dan skor masing-masing poin (IFAS dan EFAS) dan didapat total skor kekuatan adalah 2,8 dan kelemahan 2,3. Sedangkan untuk peluang adalah 2,9 dan ancaman adalah 2,1 sehingga letak matrik IFAS dan EFAS berada pada kuadran SO, yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mengoptimalkan peluang yang ada dalam merumuskan strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru untuk me-ningkatkan mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Setelah didapatkan letak kuadran matriks SWOT maka dilakukan perumusan desain strategi dengan melihat faktor kekuatan yang dimiliki oleh sekolah dan mengoptimalkan peluang yang dimiliki. Desain strategi yang tersusun adalah dengan:

- Mengoptimalkan kolaborasi antar guru - Mengoptimalkan kolaborasi guru dan siswa

- Mengoptimalkan dukungan dari luar (pemerintah, yayasan, universitas dan dinas pendidikan)

- Mengoptimalkan kegiatan pengembangan profesi/kompetensi pedagogik guru

- Mengoptimalkan kemitraan dengan orang tua

Desain strategi yang telah tersusun diuji oleh para pakar untuk menilai apakah desain strategi yang dibuat akan efektif digunakan sebagai usaha peningkatan kompetensi pedagogik guru. Dalam uji pakar ini melibatkan 2 dosen pakar dan 1 ahli pakar


(47)

dari sekolah yaitu wakil kepala sekolah. Kemudian, setelah dilakukannya uji pakar, maka desain direvisi sesuai dengan masukan dari para pakar, yang kemudian dilakukannya uji kelayakan.

Uji kelayakan ini dilakukan untuk menilai kelayakan produk, apakah produk yang sudah dirumuskan layak untuk diterapkan disekolah sebagai usaha peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu. Dalam uji kelayakan ini dihadiri oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, beberapa perwakilan guru, dan komite, sedangkan untuk pengawas sekolah tidak dapat mengikuti kegiatan ini karena ada rapat Dinas. Dalam uji pakar yang dilakukan, terdapat beberapa masukan dari para calon pengguna (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite dan guru) terhadap produk. Secara garis besar, produk yang disusun dapat diaplikasikan di SMA Sedes Sapientiae Jambu, hanya saja tidak semua program langsung dilakukan dalam waktu bersamaa, namun bertahap dengan menyesuaikan situasi dan kondisi sekolah. Produk yang disusun juga membantu sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan memberikan panduan kepada sekolah. Setelah mendapatkan masukan dan tambahan dari para calon pengguna produk, maka produk pun direvisi sesuai dengan hasil uji kelayakan tersebut.


(48)

Garis besar dari strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah sebagai berikut:

Strategi Pertama, adalah mengoptimalkan kolaborasi antar guru. Berdasarkan hasil analisa SWOT pada faktor eksternal dan internal SMA Sedes Sapientiae Jambu terlihat bahwa loyalitas guru dan keakraban antar guru tinggi. Poin tersebut dapat dioptimalkan untuk mendukung peningkatan kompetensi pedagogik guru. Kolaborasi antar guru yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan beberapa kegiatan seperti case discussion, action research, study groups dan lesson study (Departement of Education & Training, 2005: 10; Tedjawati, 2011: 483). Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan guru lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang dapat dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman sejawat (sharing edukatif) mengenai metode mengajar, nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi siswa, action research, study group, case discussion, kunjungan antar kelas supaya guru dapat saling belajar dan menilai mengenai metode mengajar yang dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson study. Dengan mengoptimalkan kolaborasi antar guru ini dapat membantu guru untuk saling bertukar pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan terbiasa. Program kegiatan untuk mengoptimalkan kolaborasi antar guru adalah dengan sharing teman sejawat, action research (penelitian tindakan) yang ditindak lanjuti dengan pembuatan karya ilmiah nantinya, study group, case discussion, kunjungan antar kelas, team teaching, dan lesson study.

Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengenalan peserta didik (Sagala, 2011: 32), selain itu, kompetensi pedagogik guru perlu dimiliki oleh guru salah satunya untuk mendaignosis berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi oleh peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu, guru perlu untuk memiliki hubungan yang baik untuk membantu meningkatkan kompetensi pedagogik guru, terlebih guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu sudah akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan murid-murid, sehingga hal tersebut


(49)

dapat lebih dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru dan murid akan membuat guru akan lebih memahami keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana murid-muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai. Hal tersebut dapat membuat suasana belajar menjadi lebih kondusif, suasana belajar menjadi lebih komunal, dan memperkuat kesetiaan atau ketaatan (OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan & Langworthy (2014: 11) saat ini, siswa ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif maka guru harus dapat bekerja sama dengan muridnya. Kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir semester. Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa akan memantu guru untuk memahami karakter siswanya, sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang membuat para siswa tertarik dan kreatif. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah evaluasi harian, evaluasi mingguan, dan evaluasi akhir semester yang nantinya hasil evaluasi tersebut akan menjadi penilaian guru favorit atau guru berprestasi.

Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Pada penelitian yang dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi (2015: 241), dukungan dari pemerintah terhadap rencana strategi untuk meningkatkan kompetensi profesional dosen merupakan salah satu faktor keberhasilan dari program pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu, memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan Pemerintah (Dinas), maka hubungan tersebut dapat terus dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari pemerintah, instansi Dinas atau Universitas dapat berupa memberikan pelatihan atau seminar kepada guru terkait dengan pembelajaran, mentoring dan meningkatkan penilain guru supaya guru dapat terus meningkatkan kualitasnya (Wilson, dkk., 2009: 1-9). Kemudian, upaya ini didukung oleh penelitian dari Ramdass & Masithulela (2016: 13) dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari pemerintah dan industri untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan industri, maka sekolah akan mengetahui kebutuhan dari pemerintah dan industri, sehingga nantinya sekolah dapat


(50)

membuat kurikulum untuk mencapai kebutuhkan sosial yang dapat memenuhi tenaga kerja (lulusan yang berkualitas sesuai kebutuhan stakeholder). Dukungan secara eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau dukungan untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih baik, melihat hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu kebanyakan masih berada dibawah nilai minimal. Maka mengoptimalkan penilaian guru dari pihak yayasan ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru. Kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan pengadaan pelatihan, seminar, workshop, pertemuan MGMP, dan simulasi tes UKG.

Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan profesionalisme dan kualitas guru. Program ini merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui beberapa upaya dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, seperti dengan mengadakan lokakarya (workshop), dan mengadakan penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu, guru juga dapat mengikuti seminar, workshop, dan menerbitkan jurnal baik nasional ataupun internasional untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru (Liu 2011; Donnelly, dkk., 2011 dalam Khan, 2014: 21). Beberapa kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru tersebut dirangkum dalam kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut, atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan tersebut. Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa instansi pendidikan lainnya, pemerintah, atau universitas mitra. Dalam strategi kelima ini, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, seminar, lokakarya dan karya ilmiah guru dengan adanya pelatihan karya ilmiah, dan ajang kompetensi.


(51)

Strategi Kelima meningkatkan kerja sama pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan dari orang tua. Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa siswa (OECD, 2010: 88-89). Dengan adanya peran orang tua maka siswa akan merasa terdorong dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga nantinya performa siswa akan lebih baik. Melibatkan orang tua dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru dapat membantu guru untuk mendapatkan umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua dapat memberikan masukan kepada guru mengenai kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami anaknya dan begitu pula sebaliknya, dimana guru dapat memberikan masukan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya sehingga orang tua dapat mendukung anaknya dengan optimal. Program ini dapat lebih dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms gateaway dimana kegiatan sekolah selalu diberitahukan oleh pihak sekolah kepada orang tua dan ditampilkan dalam web sekolah, sehingga orang tua mengetahui kegiatan yang terjadi disekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program kemitraan orang tua dan komite yaitu meliputi kegiatan evaluasi akhir semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar. Dalam program kemitraan orang tua dan komite ini dapat dilakukan kemitraan keluarga. Kerjasama antar pengajar ini dapat dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat lebih maksimal, bervariatif, dan inovatif. Siswa juga dapat berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru, sehingga guru akan menerima masukan dari para murid untuk pembelajaran yang lebih baik lagi. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada strategi keenam ini adalah dengan evaluasi akhir semester dan adanya teacher award atau penghargaan kepada guru.

Dari hasil penelitian di SMA Sedes Sapientiae Jambu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki


(52)

didapat 5 strategi yang didalamnya terdapat program operasional. Strategi tersbut dalam pelaksanaannya melibatkan peran serta dari yayasan atau dinas sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai penanggung jawab, wakil kepala sekolah sebagai ketua pelaksana, guru sebagai pelaksana dan peserta, dan komite sebagai pendukung. Pelaksanaan dari strategi tersebut dapat dilakukan dalam jangka panjang dan dapat dilakukan secara berkala menyesuaikan keadaan dan kondisi sekolah. Untuk lebih detail mengenai hasil atau produk dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran yang dilengkapi dengan panduan pelaksanaan rencana strategi, jadwal pelaksanaan, dan panduan monitoring dan evaluasi program.

Produk rencana strategi pada penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah, strategi yang dirancang menekankan pada kerja sama antar guru, siswa, dan orang tua siswa serta komite. Strategi yang melibatkan peran serta siswa, orang tua murid, serta komite dilakukan untuk memotivasi guru untuk semakin lebih baik dalam mengajar dan meningkatkan kompetensi pedagogiknya. Seperti halnya yang ditekankan oleh Tedjawati (2011: 483) dimana hubungan yang baik antar guru dan siswa dapat membuat suasana belajar menjadi lebih kondusif, komunal dan memperkuata ketaatan, sehingga proses belajar mengajar menjadi


(1)

dapat lebih dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru dan murid akan membuat guru akan lebih memahami keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana murid-muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai. Hal tersebut dapat membuat suasana belajar menjadi lebih kondusif, suasana belajar menjadi lebih komunal, dan memperkuat kesetiaan atau ketaatan (OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan & Langworthy (2014: 11) saat ini, siswa ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif maka guru harus dapat bekerja sama dengan muridnya. Kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir semester. Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa akan memantu guru untuk memahami karakter siswanya, sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang membuat para siswa tertarik dan kreatif. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah evaluasi harian, evaluasi mingguan, dan evaluasi akhir semester yang nantinya hasil evaluasi tersebut akan menjadi penilaian guru favorit atau guru berprestasi.

Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Pada penelitian yang dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi (2015: 241), dukungan dari pemerintah terhadap rencana strategi untuk meningkatkan kompetensi profesional dosen merupakan salah satu faktor keberhasilan dari program pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu, memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan Pemerintah (Dinas), maka hubungan tersebut dapat terus dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari pemerintah, instansi Dinas atau Universitas dapat berupa memberikan pelatihan atau seminar kepada guru terkait dengan pembelajaran, mentoring dan meningkatkan penilain guru supaya guru dapat terus meningkatkan kualitasnya (Wilson, dkk., 2009: 1-9). Kemudian, upaya ini didukung oleh penelitian dari Ramdass & Masithulela (2016: 13) dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari pemerintah dan industri untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan industri, maka sekolah akan mengetahui kebutuhan dari pemerintah dan industri, sehingga nantinya sekolah dapat


(2)

membuat kurikulum untuk mencapai kebutuhkan sosial yang dapat memenuhi tenaga kerja (lulusan yang berkualitas sesuai kebutuhan stakeholder). Dukungan secara eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau dukungan untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih baik, melihat hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu kebanyakan masih berada dibawah nilai minimal. Maka mengoptimalkan penilaian guru dari pihak yayasan ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru. Kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan pengadaan pelatihan, seminar, workshop, pertemuan MGMP, dan simulasi tes UKG.

Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan profesionalisme dan kualitas guru. Program ini merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui beberapa upaya dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, seperti dengan mengadakan lokakarya (workshop), dan mengadakan penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu, guru juga dapat mengikuti seminar, workshop, dan menerbitkan jurnal baik nasional ataupun internasional untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru (Liu 2011; Donnelly, dkk., 2011 dalam Khan, 2014: 21). Beberapa kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru tersebut dirangkum dalam kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut, atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan tersebut. Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa instansi pendidikan lainnya, pemerintah, atau universitas mitra. Dalam strategi kelima ini, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, seminar, lokakarya dan karya ilmiah guru dengan adanya pelatihan karya ilmiah, dan ajang kompetensi.


(3)

Strategi Kelima meningkatkan kerja sama pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan dari orang tua. Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa siswa (OECD, 2010: 88-89). Dengan adanya peran orang tua maka siswa akan merasa terdorong dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga nantinya performa siswa akan lebih baik. Melibatkan orang tua dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru dapat membantu guru untuk mendapatkan umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua dapat memberikan masukan kepada guru mengenai kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami anaknya dan begitu pula sebaliknya, dimana guru dapat memberikan masukan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya sehingga orang tua dapat mendukung anaknya dengan optimal. Program ini dapat lebih dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms gateaway dimana kegiatan sekolah selalu diberitahukan oleh pihak sekolah kepada orang tua dan ditampilkan dalam web sekolah, sehingga orang tua mengetahui kegiatan yang terjadi disekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program kemitraan orang tua dan komite yaitu meliputi kegiatan evaluasi akhir semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar. Dalam program kemitraan orang tua dan komite ini dapat dilakukan kemitraan keluarga. Kerjasama antar pengajar ini dapat dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat lebih maksimal, bervariatif, dan inovatif. Siswa juga dapat berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru, sehingga guru akan menerima masukan dari para murid untuk pembelajaran yang lebih baik lagi. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada strategi keenam ini adalah dengan evaluasi akhir semester dan adanya teacher award

atau penghargaan kepada guru.

Dari hasil penelitian di SMA Sedes Sapientiae

Jambu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik

guru untuk meningkatkan mutu sekolah dengan

memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki


(4)

didapat 5 strategi yang didalamnya terdapat program

operasional. Strategi tersbut dalam pelaksanaannya

melibatkan peran serta dari yayasan atau dinas sebagai

supervisor, kepala sekolah sebagai penanggung jawab,

wakil kepala sekolah sebagai ketua pelaksana, guru

sebagai pelaksana dan peserta, dan komite sebagai

pendukung. Pelaksanaan dari strategi tersebut dapat

dilakukan dalam jangka panjang dan dapat dilakukan

secara berkala menyesuaikan keadaan dan kondisi

sekolah. Untuk lebih detail mengenai hasil atau produk

dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran yang

dilengkapi dengan panduan pelaksanaan rencana

strategi, jadwal pelaksanaan, dan panduan monitoring

dan evaluasi program.

Produk rencana strategi pada penelitian ini untuk

meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk

meningkatkan mutu sekolah, strategi yang dirancang

menekankan pada kerja sama antar guru, siswa, dan

orang tua siswa serta komite. Strategi yang melibatkan

peran serta siswa, orang tua murid, serta komite

dilakukan untuk memotivasi guru untuk semakin lebih

baik dalam mengajar dan meningkatkan kompetensi

pedagogiknya. Seperti halnya yang ditekankan oleh

Tedjawati (2011: 483) dimana hubungan yang baik

antar guru dan siswa dapat membuat suasana belajar

menjadi lebih kondusif, komunal dan memperkuata

ketaatan, sehingga proses belajar mengajar menjadi


(5)

lebih efektif. OECD (2010: 88-89) menambahkan peran

penting rekan guru, dimana guru dapat saling bekerja

sama,

belajar

bersama

untuk

meningkatkan

kompetensi pedagogik mereka.

Peran serta dari siswa dan orang tua merupakan

hal yang penting dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru (Fullan & Langworthy, 2014: 11),

karena siswa dan orang tua merupakan konsumen dari

suatu pasar pendidikan, sehingga untuk mencapai

keinginan dari konsumen maka siswa dan orang tua

harus

terlibat

dalam

meningkatkan

kompetensi

pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah.

Sedangkan,

dalam

penelitian-penelitian

yang

sebelumnya masih banyak yang menekankan pada

pelatihan, seminar, diklat dan workshop yang harus

diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru.

Dalam produk ini juga terdapat beberapa

keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun

berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA

Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan

lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap

uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk

penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap

ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.


(6)

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pelatihan Asertif untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X Asrama SMA Sedes Sapientiae Bedono Jambu

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu T2 942015002 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu T2 942015002 BAB II

0 2 60

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu T2 942015002 BAB I

0 0 12

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB IV

0 0 49

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB IV

0 1 70

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro Boyolali T2 BAB IV

0 0 40

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB IV

0 0 52