PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI J

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TIMUR

UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP

Pusat Data Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TIMUR UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP

Naskah

: Pusat Data, Statistik dan Informasi

Tim Penyusun

: 1. Ir. Anang Noegroho, M.EM. 2. Ismayanti, DFM, DEA

3. Rennisca Ray Damanti, S.Pi, MA, M.Eng 4. Mareta Nirmalanti, S.Pi, M.Si 5. Krisna Fery Rahmantya, S.Si 6. Anggie Destiti Asianto, S.Si 7. Hermina Nainggolan, S.Kom 8. Walim Abdul Somad, A.Md 9. Tri Wahyuni, S.Kom

10. Dr. Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si 11. Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si 12. Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Si 13. Dr. Joko Santoso, M.Si 14. Dr. Mahmud Effendi 15. Shinta Yuniarta, S.Pi, M.Si

16. Nandi Sukri, S.Pi, M.Si 17. Agustin Ross, S.Pi, M.Si 18. Paul Hultera, S.Pi 19. Muhammad Ahya Raiuddin, S.Pi 20. Ani Rahmawati, S.Pi 21. Yuliperus

Publikasi

: Pusat Data, Statistik dan Informasi

Ukuran Buku

: 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman :

xxx + 400 halaman

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya, buku Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur Untuk Mendukung Industrialisasi KP ini dapat kami selesaikan.

Publikasi ini menyajikan data dan informasi kelautan dan perikanan Provinsi Jawa Timur Untuk Mendukung Industrialisasi KP yang merupakan salah satu lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan. Data dan informasi yang tersaji di dalamnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan kelautan dan perikanan.

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya kepada semua pihak dalam penyusunan publikasi ini. Semoga data dan informasi yang tersaji di dalam publikasi ini dapat bermanfaat bagi para pengguna data kelautan dan perikanan.

Jakarta, September 2013

Plt. Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi

Anang Noegroho

Daftar Tabel

3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010 ..................................................... 18

3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000 dan 2010 (Orang) ......................... 22

3.3 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan 2010 (% per tahun) ........................ 24

3.4 Kontribusi Jumlah Penduduk Berumur

15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Provinsi Jawa Timur pada Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (%) .............................. 26

3.5 Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usahanya Tahun 2000 dan 2010 (%) ........ 28

3.6 Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan 2010 dengan Provinsi Jawa Timur sebagai Wilayah Referensinya ................................... 30

4.1 Jumlah dan proporsi produksi perikanan tangkap di Laut Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ................. 36

4.2 Produksi dan Nilai Produksi 6 (enam) Jenis Ikan Pelagis Utama yang bernilai Ekonomi Penting Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ............................. 38

4.3 Jumlah Produksi dan Nilai Produksi 4 (empat) Jenis Ikan Demersal yang Bernilai Ekonomi Penting Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .................. 39

4.4 Jumlah Produksi dan Nilai Produksi 6 (enam) Jenis Kelompok Non-Ikan Utama yang Bernilai Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ............... 40

4.5 Produksi dan Nilai Produksi Ikan Lemuru Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 29

4.6 Produksi dan Nilai Produksi Ikan Layang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 41

4.25 Jumlah Nelayan Berdasarkan Kategori Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 84

4.26 Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................. 86

4.27 Produksi dan Nilai Produksi Terbesar di Perairan

Umum Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .................. 90

4.28 Produksi Ikan Nila Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 91

4.29 Produksi Ikan Tawes Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 93

4.30 Produksi Ikan Mujair Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 95

4.31 Produksi Ikan Gabus Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 96

4.32 Produksi Udang Tawar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 98

4.33 Produksi Siput Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 99

4.34 Produksi Belut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ......................... 100

5.1 Pembudidaya, Jumlah RTP, Luas Pemeliharaan Bersih, Produksi, dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......... 123

5.2 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Jawa Timur Menurut Jenis Budidaya Tambak Tahun 2010 ................................................. 124

5.3 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Provinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten Tahun 2010 ............................................ 126

5.4 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname Provinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 .................................... 127

5.5 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Ikan Nila di Provinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 .................................... 129

5.6 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan Budidaya Tambak Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 130

5.7 Luas Lahan Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 131

5.8 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Budidaya Tambak di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ............. 132

5.9 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Kolam di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 133

5.10 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Kolam Ikan Lele Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 136

5.11 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Kolam Ikan Gurame Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 139

5.12 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Kolam Ikan Nila Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 141

5.13 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan Budidaya

Kolam per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 143

5.14 Luas Lahan Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 145

5.15 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Budidaya Kolam

di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 147

5.16 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Karamba di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 149

5.17 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Karamba

Ikan Nila Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 150

5.18 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Karamba

Ikan Nila Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 152

5.19 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Karamba

Ikan Tawes Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 154

5.20 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 155

5.21 Luas Perairan Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 156

5.22 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 157

5.23 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi Ikan Bandeng Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 159

5.24 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi Udang Vaname Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........................................... 161

5.25 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi Ikan Tawes Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ........ 162

5.26 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................................................. 163

5.27 Luas Perairan Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010. ......... 164

5.28 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Jaring Apung di Provinsi Jawa Timur tahun 2010 ..... 165

5.29 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Jaring Apung Ikan Nila Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 166

5.30 Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Jaring Apung Ikan Patin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .......................... 169

5.31 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan Budidaya Jaring Apung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 .............................. 170

7.4 Sentra Produksi Garam dan Asumsi Produksi di Kabupaten Pamekasan ............................ 339

7.5 Sentra Produksi Garam dan Asumsi Produksi di Kabupaten Sampang ............................... 345

7.6 Sentra Produksi Garam dan Asumsi Produksi di Kabupaten Sumenep ............................... 355

7.18 Lokasi Tambak Garam di Kecamatan Pragaan ........... 360

7.19 Lokasi Tambak Garam di Kecamatan Dungkek ......... 362

7.20 Lokasi Tambak Garam di Kecamatan Giligenteng ..... 362

7.21 Lokasi Tambak Garam di Kecamatan Raas ................ 363

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki kawasan laut hampir empat kali luas daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Sumber daya ikan yang melimpah di laut juga pembudidayaan ikan di darat seharusnya dapat menopang ketahanan pangan masyarakat. Selain itu w ilayah pesisir dan lautan di Provinsi Jawa Timur juga berpotensi pada sektor wisata bahari. S ektor perikanan dan kelautan di Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Walaupun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun sektor perikanan pada tahun 2011 baru memberikan kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,92% atau setara 17 triliun rupiah (www.diskanlut.jatimprov.go.id). Kondisi usaha perikanan tangkap masih didominasi usaha perikanan tangkap skala kecil dengan tingkat produktivitas dan efisiensi usaha serta pendapatan yang masih rendah. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, mengingat peranan nelayan sebagai hulu dalam bisnis perikanan. Begitu pula halnya bidang perikanan budidaya, kemajuan yang cukup baik baru diperlihatkan sebagian petani tambak, sedangkan lainnya kondisi tambaknya membutuhkan revitalisasi. Dalam usaha pengolahan ikan, produksi yang dihasilkan juga masih kurang jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Potensi wisata bahari yang ada juga membutuhkan perbaikan dalam pengelolaannya.

Berdasarkan kerangka pikir ini, dalam upaya meningkatkan kontribusi usaha perikanan dalam perekonomian dan implementasi revitalisasi perikanan, maka dipandang perlu penyediaan informasi dalam bentuk profil perikanan dan kelautan yang akurat. Keberhasilan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan termasuk pariwisata salah satunya ditentukan oleh ketersediaan informasi yang akurat dan selalu aktual. Informasi yang akurat akan membantu penyusunan kebijakan ataupun perencanaan pengelolaan pesisir sehingga output yang dihasilkan lebih efektif dan tepat sasaran.

Selain untuk kepentingan perencanaan bagi pemerintah, informasi tersebut juga bermanfaat untuk menumbuhkan sekaligus menarik sektor swasta dalam peningkatan penanaman modal dalam bidang perikanan. Dengan informasi tersebut diharapkan akan memacu para investor untuk menanamkan modalnya di bidang-bidang usaha penangkapan ikan, budidaya, pengolahan dan pemasaran, pariwisata bahari serta kegiatan-kegiatan usaha lainnya yang dapat mendorong terwujudnya pembangunan Provinsi Jawa Timur.

1.2. Tujuan

Secara umum, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah untuk memberikan informasi potensi perikanan dan kelautan untuk pengembangan industrialisasi perikanan di Jawa Timur. Secara rinci, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah: Secara umum, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah untuk memberikan informasi potensi perikanan dan kelautan untuk pengembangan industrialisasi perikanan di Jawa Timur. Secara rinci, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah:

b. Menyediakan informasi sebaran wilayah pengembangan potensial komoditas perikanan dan kelautan

c. Menyediakan informasi sarana dan prasarana perikanan dan kelautan

Gambaran Umum Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Timur

2.1. Iklim

Provinsi Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Provinsi Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 °C. Suhu di daerah pegunungan lebih rendah bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai -4 °C, yang menyebabkan turunnya salju lembut.

2.2. Kondisi Perairan

Wilayah Provinsi Jawa Timur memiliki panjang pantai sekitar 2.128 km. Sepanjang wilayah pantai dapat dijumpai beragam sumber daya alam mulai dari hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, migas, sumber daya mineral hingga pantai berpasir putih yang layak dikembangkan menjadi obyek wisata. Pada kawasan pantai Jawa Timur juga dapat ditemui delta yang terbentuk karena adanya proses sedimentasi dari sungai Brantas-Solo yang diduga mengandung gas biogenik.

Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan menjadi kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Kawasan pesisir utara dan timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman nelayan. Sedangkan kawasan pesisir selatan, umumnya merupakan pantai terjal dan berhadapan Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan menjadi kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Kawasan pesisir utara dan timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman nelayan. Sedangkan kawasan pesisir selatan, umumnya merupakan pantai terjal dan berhadapan

Kawasan laut dan pesisir Jawa Timur mempunyai luas hampir dua kali luas daratannya (kurang lebih 47.220 km 2 ) atau mencapai kurang lebih 75.700 km 2 apabila dihitung dengan 12 mil batas wilayah provinsi. Garis pantai Provinsi Jawa Timur panjang kurang lebih 2.128 km yang aktif dan potensial. Provinsi Jawa Timur tidak hanya luas dari segi wilayah, tetapi juga kaya akan sumber daya alam dapat menjadi daya dukung pembangunan wilayah. Kawasan pesisir Jawa Timur yang sebagian besar terletak di pesisir utara dan sebelah timur dapat dijumpai berbagai variasi kondisi fisik dan lingkungannya seperti hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, pantai berpasir putih dan pantai yang landai maupun terjal.

Pesisir pantai utara Jawa Timur pada umumnya berdataran rendah yang ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut. Wilayah yang termasuk zona pesisir utara Jawa Timur adalah Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo. Pesisir pantai utara Jawa dikenal sebagai daerah cekungan yang mengalami penurunan pada zaman Oligo-Miosen (Asikin, 1986). Pada bagian utara Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang (Pringgoprawiro, 1980). Cekungan Kendeng terletak di sebelah selatan dan digolongkan ke dalam jenis cekungan “ back arc fold Pesisir pantai utara Jawa Timur pada umumnya berdataran rendah yang ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut. Wilayah yang termasuk zona pesisir utara Jawa Timur adalah Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo. Pesisir pantai utara Jawa dikenal sebagai daerah cekungan yang mengalami penurunan pada zaman Oligo-Miosen (Asikin, 1986). Pada bagian utara Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang (Pringgoprawiro, 1980). Cekungan Kendeng terletak di sebelah selatan dan digolongkan ke dalam jenis cekungan “ back arc fold

Tersedianya potensi sumber daya alam di pesisir dan laut Jawa Timur, mendorong kegiatan eksploitasi yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. Kegiatan eksploitasi yang berlebihan menyebabkan kondisi lingkungan di sebagian pesisir Jawa Timur mengalami banyak tekanan seperti pencemaran terhadap sungai dan laut, degradasi bakau, karang, padang dan akumulasi endapan lumpur akibat erosi daratan yang tidak terkendali.

Proses abrasi ditandai dengan hilangnya beberapa dataran di sekitar pesisir, faktor yang merusak lingkungan pantai adalah ekspansi manusia yang membuat lingkungan pantai baru tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan pantai itu sendiri, seperti eksploitasi yang tidak terkendali terhadap hutan bakau untuk dijadikan daerah pertambakan, penambangan pasir laut. Faktor-faktor ini akan mengurangi daya tahan pantai terhadap gelombang laut dan mengganggu keseimbangan serta tatanan pantai. Hal tersebut menyebabkan terjadi abrasi dan kerusakan lingkungan biota pantai. Selain itu semakin banyaknya industri yang membuang limbah ke sungai-sungai, menimbulkan pencemaran air laut dan mengakibatkan kerusakan di sekitar pantai.

Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat TM-7 tahun 2000 dengan false color 547 (tataguna lahan), terlihat wilayah daratan Provinsi Jawa Timur sebagian besar kawasan hutan lindungnya telah rusak. Faktor kerusakan ini mempengaruhi lingkungan pesisir dengan terjadinya penggundulan hutan daratan. Penggundulan hutan di daratan dapat menimbulkan pengikisan dan erosi lapisan tanah. Pada waktu hujan lapisan tanah yang terkikis akan terangkut ke laut. Di daerah teluk, terutama di daerah muara sungai dapat menimbulkan sedimentasi. Kawasan di Pesisir Utara Jawa Timur yang mengalami tekanan berat akibat dampak pembangunan adalah kawasan Selat Madura dan pesisir selatan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan, Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo. Beratnya tekanan eksploitasi sumber daya pesisir serta pesatnya laju pencemaran ini, secara gradual dipengaruhi oleh masukan limbah baik domestik atau dari penduduk setempat maupun industri, yang berakibat penurunan kualitas fisik lingkungan perairan dan produktivitas ekosistem dapat turun ke titik terendah.

2.3. Terumbu Karang

Menurut penelusuran berbagai sumber, ekosistem terumbu karang di Jawa Timur dapat dijumpai di beberapa lokasi di Pantai Utara yang berbatasan dengan Laut Jawa seperti Tuban, Lamongan, Gresik dan Pesisir Utara Madura. Sedangkan di wilayah Selat Madura, terumbu karang dapat dijumpai di Menurut penelusuran berbagai sumber, ekosistem terumbu karang di Jawa Timur dapat dijumpai di beberapa lokasi di Pantai Utara yang berbatasan dengan Laut Jawa seperti Tuban, Lamongan, Gresik dan Pesisir Utara Madura. Sedangkan di wilayah Selat Madura, terumbu karang dapat dijumpai di

Kerusakan terumbu karang yang terjadi di pesisir Jawa Timur sudah parah. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, sekitar 60% terumbu karang dari keseluruhan wilayah seluas 118 hektar di perairan Jawa Timur sudah rusak. Kerusakan paling parah terjadi di Kabupaten Sumenep. Hal ini dikarenakan perilaku penangkapan ikan di Sumenep masih banyak yang menggunakan bahan peledak. Sedangkan di kawasan pesisir utara Jawa Timur, rusaknya terumbu karang adalah akibat dari adanya limbah industri yang dibuang ke laut tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.

Selain faktor pencemaran, kerusakan terumbu karang tersebut juga disebabkan karena eksploitasi yang berlebihan. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, 64% penyebab kerusakan terumbu karang di pesisir Jawa Timur adalah karena penangkapan ikan yang berlebihan, selebihnya karena pencemaran, sedimentasi dan reklamasi pantai. Di samping itu, aktivitas penambangan, pembuangan sampah ke laut terutama sampah plastik, serta pembangunan pemukiman di sekitar pantai juga merupakan faktor penyebab kerusakan terumbu karang.

2.4. Mangrove

Hutan mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai tropis seperti muara, delta atau laguna. Hutan mangrove yang luas umumnya terdapat di sepanjang pantai berlumpur yang terlindung dari gelombang dan angin yang kuat, terutama pada area dimana terdapat suplai sedimen halus dan air tawar yang melimpah.

Di pesisir Jawa Timur, mangrove umum tumbuh di pantai yang bersubstrat lumpur. Bagian atas substrat disebut lapisan topsoil yang berwarna coklat abu-abu. Lapisan ini tipis namun sangat porous sehingga memudahkan proses aerasi udara dan pergerakan air. Dibawah lapisan topsoil terdapat lapisan subsoil yang berwarna lebih gelap dan hanya sedikit teraerasi, dimana pada lapisan ini terdapat sangat banyak materi organik. Bila tergali atau terbuka, tercium bau yang sangat kuat, menunjukkan bahwa lapisan ini banyak mengandung hidrogen sulfida sebagai hasil kerja bakteri anaerob pereduksi sulfur.

Pengamatan di lapangan dalam kurun 2007 - 2010 di pesisir utara dan selatan Jawa Timur, dapat dijumpai 30 spesies mangrove sejati dan 29 mangrove asosiasi. Jenis mangrove sejati yang paling umum diantaranya adalah Avicennia alba, A. marina,

A. officinalis, Sonneratia alba, S. caseolaris, Rhizopora mucronata, R. apiculata dan R. stylosa. Selain itu umum pula dijumpai jenis Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal, Acanthus ilicifolius dan Exoecaria agallocha. Potensi mangrove di Jawa Timur terus mengalami penurunan dan menurut Kementerian Lingkungan Hidup, mangrove di Jawa Timur telah mengalami penyusutan dari luas 57.500 ha menjadi hanya 500 ha.

Profil Lapangan Usaha Perikanan

Provinsi Jawa Timur

3.1. Cakupan Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia

Pada buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005, Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia diklasifikasikan sebagai Kategori B (Perikanan) dan di dalamnya mencakup:

1 Golongan Pokok Perikanan (berkode 2 digit, yakni 05),

1 Golongan Perikanan (berkode 3 digit, yakni 050), 5 Sub- Golongan (berkode 4 digit), dan 19 Kelompok (berkode 5 digit). Kelima Sub-Golongan tersebut adalah: Penangkapan Biota di Laut (0501), Budidaya Biota di Laut (0502), Penangkapan Biota di Perairan Umum (0503), Budidaya Biota Air Tawar dan Air Payau (0504), serta Jasa Perikanan (0505). Secara lebih lengkap struktur klasifikasi dan uraian masing-masing Kelompok (5 digit) dalam Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia disajikan pada Lampiran

3.2. Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Timur

Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian Provinsi Jawa Timur bisa dilakukan dengan melihat perkembangan nilai tambah lapangan usaha tersebut dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur selama periode tertentu. Tabel 3.1 di bawah menyajikan data hasil olahan sejumlah indikator yang terkait dengan perkembangan nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Jawa Timur selama periode tahun 2006 – 2010.

Tabel 3.1. Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010

Kabupaten/Kota

Lapangan Usaha Perikanan

Total Lapangan Usaha

SP 2000

SP 2010

SP 2000 SP 2010

Kab. Pacitan

2.274 303.278 328.624 Kab. Ponorogo

458 440.162 454.928 Kab. Trenggalek

5.840 334.811 375.408 Kab. Tulungagung

5.962 479.715 515.971 Kab. Blitar

2.465 543.211 562.443 Kab. Kediri

3.060 669.667 708.373 Kab. Malang + Kota Batu

4.635 1.200.259 1.281.906 Kab. Lumajang

1.107 497.748 495.311 Kab. Jember

10.377 1.010.339 1.032.782 Kab. Banyuwangi

22.181 711.726 782.320 Kab. Bondowoso

541 345.387 373.090 Kab. Situbondo

15.001 284.239 315.627 Kab. Probolinggo

10.571 476.654 514.980 Kab. Pasuruan

16.865 649.608 745.942 Kab. Sidoarjo

9.588 727.381 887.148 Kab. Mojokerto

553 420.974 487.850 Kab. Jombang

1.181 496.888 550.647 Kab. Nganjuk

Sumber: BPS, 2011 (diolah) 479.629

636 320.010 330.815 Kab. Magetan

Kab. Madiun

345 330.183 344.237 Kab. Ngawi

474 422.006 423.496 Kab. Bojonegoro

Kab. Tuban Selama periode tahun 2006 – 2010, berdasarkan Tabel 13.874 16.759 529.778 586.666 Kab. Lamongan

38.833 579.933 610.586 Kab. Gresik Kab. Bangkalan 3.1 di atas, rata-rata kontribusi nilai tambah Lapangan Usaha 19.949 23.040 467.889 555.280 8.034 9.220 358.186 409.391 Kab. Sampang

Perikanan Provinsi Jawa Timur dalam nilai tambah Lapangan 429.578

Kab. Pamekasan

9.543 331.194 376.800 Kab. Sumenep

Usaha Perikanan Indonesia adalah sebesar 9,88 % dengan 580.088

Kota Kediri 88 203 101.107 115.611 Kota Blitar

tren yang terus menurun. Jika pada tahun 2006 kontribusinya 60.156

Kota Malang

317 298.626 341.858 Kota Probolinggo

masih sebesar 12,82 %, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 88.434

2.514 68.060 77.571 Kota Mojokerto

Kota Pasuruan

7,76 %. Kota Madiun

44 79 64.691 73.612 Kota Surabaya

Total Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi 226.412 278.123 16.669.782 18.239.857

Jawa Timur atas dasar harga (ADH) konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6.485.000.000.000, sementara pada tahun 2006 masih sebesar Rp 5.303.000.000.000. Artinya, selama periode tersebut Jawa Timur atas dasar harga (ADH) konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6.485.000.000.000, sementara pada tahun 2006 masih sebesar Rp 5.303.000.000.000. Artinya, selama periode tersebut

Selama periode tahun 2007 – 2010, rata-rata laju pertumbuhan lapangan usaha perikanan di tingkat Provinsi Jawa Timur sama dengan rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat nasional, yakni sebesar 5,17 % per tahun. Sementara itu, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional adalah sebesar 5,80 % per tahun. Artinya, rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan, baik di tingkat nasional maupun Provinsi Jawa Timur, sama-sama di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional. Secara lebih rinci perkembangan laju pertumbuhan PDB Indonesia dan PDRB Provinsi Jawa Timur menurut sektor/ lapangan usaha/sublapangan usaha/susbsublapangan usaha selama periode tahun 2006–2010 dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Selama periode 2006 – 2010, secara umum perekonomian Provinsi Jawa Timur didominasi oleh sektor tersier dengan berkontribusi sebesar 47,3 % dalam PDRB Provinsi Jawa Timur (Lampiran 7). Adapun Sektor Sekunder dan Sektor Primer masing-masing berkontribusi sebesar 34,0 % dan 18,7 %. Pada level lapangan usaha, ada 4 lapangan usaha yang masing-masing berkontribusi lebih dari 10 %, yaitu Lapangan Usaha:

1) Industri Pengolahan (28,41 %)

2) Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,34 %); serta

3) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (18,49 %). Adapun (Sub) Lapangan Usaha Perikanan, selama periode tahun 2006–2010, rata-rata berkontribusi sebesar 2,04 % dalam PDRB Provinsi Jawa Timur.

Untuk menganalisis lebih lanjut peranan Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian suatu wilayah, bisa digunakan indikator angka Location Quotient (LQ). 1 Pada Tabel

3.1 tampak bahwa pada periode Tahun 2006–2010, Lapangan Usaha Perikanan bukan lapangan usaha basis di Provinsi Jawa Timur. Hal ini tampak dari rata angka LQ-nya yang rata-rata bernilai kurang dari 1 (LQ < 1), yakni sebesar 0,76. Dengan perkatan lain, Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Jawa Timur tidak memiliki keunggulan relatif terhadap lapangan usaha yang sama di provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Di samping itu, selama periode tersebut, angka LQ tersebut juga cenderung menurun. Jika pada tahun 2006 nilainya masih sebesar 0,91, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 0,64.

3.3. Profil Ketenagakerjaan Lapangan Usaha Perikanan di Provinsi Jawa Timur

Dalam menganalisis profil perkembangan perekonomian suatu wilayah, selain PDRB, analisis perkembangan indikator Dalam menganalisis profil perkembangan perekonomian suatu wilayah, selain PDRB, analisis perkembangan indikator

Tabel 3.2. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000 dan 2010 (Orang)

Kabupaten/Kota

Lapangan Usaha Perikanan

Total Lapangan Usaha

SP 2000

SP 2010

SP 2000 SP 2010

Kab. Pacitan

2.274 303.278 328.624 Kab. Ponorogo

458 440.162 454.928 Kab. Trenggalek

5.840 334.811 375.408 Kab. Tulungagung

5.962 479.715 515.971 Kab. Blitar

2.465 543.211 562.443 Kab. Kediri

3.060 669.667 708.373 Kab. Malang + Kota Batu

4.635 1.200.259 1.281.906 Kab. Lumajang

1.107 497.748 495.311 Kab. Jember

10.377 1.010.339 1.032.782 Kab. Banyuwangi

22.181 711.726 782.320 Kab. Bondowoso

541 345.387 373.090 Kab. Situbondo

15.001 284.239 315.627 Kab. Probolinggo

10.571 476.654 514.980 Kab. Pasuruan

16.865 649.608 745.942 Kab. Sidoarjo

9.588 727.381 887.148 Kab. Mojokerto

553 420.974 487.850 Kab. Jombang

1.181 496.888 550.647 Kab. Nganjuk

706 469.344 479.629 Kab. Madiun

636 320.010 330.815 Kab. Magetan

345 330.183 344.237 Kab. Ngawi

474 422.006 423.496 Kab. Bojonegoro

1.300 589.575 647.130 Kab. Tuban

16.759 529.778 586.666 Kab. Lamongan

38.833 579.933 610.586 Kab. Gresik

23.040 467.889 555.280 Kab. Bangkalan

9.220 358.186 409.391 Kab. Sampang

13.677 313.630 429.578 Kab. Pamekasan

9.543 331.194 376.800 Kab. Sumenep

40.092 521.026 580.088 Kota Kediri

88 203 101.107 115.611 Kota Blitar

86 116 50.780 60.156 Kota Malang

317 298.626 341.858 Kota Probolinggo

1.879 73.066 88.434 Kota Pasuruan

2.514 68.060 77.571 Kota Mojokerto

28 35 44.946 53.947 Kota Madiun

44 79 64.691 73.612 Kota Surabaya

Total Provinsi Jawa Timur

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Hasil SP 2010 menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Timur yang bekerja di Lapangan Usaha Perikanan berjumlah 278.123 orang. Berdasarkan hasil SP 2000 jumlahnya masih 226.412 orang. Artinya, selama periode tahun 2000–2010 jumlah penduduk yang bekerja di Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Jawa Timur telah bertambah sebanyak 51.711 orang atau meningkat sebesar 22,84 %, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,02 % per tahun (Tabel 3.3). Laju pertumbuhan tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanan paling tinggi terjadi di wilayah Kota Kediri, yakni sebesar 1,09 % per tahun.

Tabel 3.3. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan 2010 (% per tahun)

Laju Laju Pertumbuhan

Pertumbuhan

Kabupaten/Kota

Tenaga Kerja di Tenaga Kerja Lapangan Usaha

Total Lapangan Perikanan

Usaha (%/tahun)

(%/tahun)

Kab. Pacitan 1,03 1,01 Kab. Ponorogo

1,02 1,00 Kab. Trenggalek

1,06 1,01 Kab. Tulungagung

1,05 1,01 Kab. Blitar

1,03 1,00 Kab. Kediri

1,08 1,01 Kab. Malang + Kota Batu

1,04 1,01 Kab. Lumajang

1,02 1,00 Kab. Jember

1,03 1,00 Kab. Banyuwangi

1,03 1,01 Kab. Bondowoso

1,06 1,01 Kab. Situbondo

1,01 1,01 Kab. Probolinggo

0,99 1,01 Kab. Pasuruan

1,00 1,01 Kab. Sidoarjo

1,03 1,02 Kab. Mojokerto

1,00 1,01 Kab. Jombang

1,04 1,01 Kab. Nganjuk

1,03 1,00 Kab. Madiun

1,05 1,00 Kab. Magetan

1,02 1,00 Kab. Ngawi

1,00 1,00 Kab. Bojonegoro

1,06 1,01 Kab. Tuban

1,02 1,01 Kab. Lamongan

1,02 1,01 Kab. Gresik

1,01 1,02 Kab. Bangkalan

1,01 1,01 Kab. Sampang

1,03 1,03 Kab. Pamekasan

1,02 1,01 Kab. Sumenep

1,02 1,01 Kota Kediri

1,09 1,01 Kota Blitar

1,03 1,02 Kota Malang

1,03 1,01 Kota Probolinggo

1,04 1,02 Kota Pasuruan

1,02 1,01 Kota Mojokerto

1,02 1,02 Kota Madiun

1,06 1,01 Kota Surabaya

Total Provinsi Jawa Timur 1,02 1,01

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Hasil SP 2000 dan SP 2010 menunjukkan bahwa ada 13 (tiga belas) wilayah di Provinsi Jawa Timur yang berkontribusi cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanan (pada tahun 2010 di atas 3 %) (Tabel 3.4). Dari ke-

13 wilayah tersebut, hanya 6 (enam) wilayah yang kontribusinya menunjukkan peningkatan selama periode tahun 2000–2010, yaitu: Kabupaten Lamongan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Sampang, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Sidoarjo.

Tabel 3.4. Kontribusi Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Provinsi Jawa Timur pada Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (%)

Kabupaten/Kota

Lapangan Usaha Perikanan

Total Lapangan Usaha

SP 2000

SP 2010

SP 2000 SP 2010

Kab. Pacitan

0,82 1,82 1,80 Kab. Ponorogo

0,16 2,64 2,49 Kab. Trenggalek

2,10 2,01 2,06 Kab. Tulungagung

2,14 2,88 2,83 Kab. Blitar

0,89 3,26 3,08 Kab. Kediri

1,10 4,02 3,88 Kab. Malang + Kota Batu

1,67 7,20 7,03 Kab. Lumajang

0,40 2,99 2,72 Kab. Jember

3,73 6,06 5,66 Kab. Banyuwangi

7,98 4,27 4,29 Kab. Bondowoso

0,19 2,07 2,05 Kab. Situbondo

5,39 1,71 1,73 Kab. Probolinggo

3,80 2,86 2,82 Kab. Pasuruan

6,06 3,90 4,09 Kab. Sidoarjo

3,45 4,36 4,86 Kab. Mojokerto

0,20 2,53 2,67 Kab. Jombang

0,42 2,98 3,02 Kab. Nganjuk

0,25 2,82 2,63 Kab. Madiun

0,23 1,92 1,81 Kab. Magetan

0,12 1,98 1,89 Kab. Ngawi

0,17 2,53 2,32 Kab. Bojonegoro

0,47 3,54 3,55 Kab. Tuban

6,03 3,18 3,22 Kab. Lamongan

13,96 3,48 3,35 Kab. Gresik

8,28 2,81 3,04 Kab. Bangkalan

3,32 2,15 2,24 Kab. Sampang

4,92 1,88 2,36 Kab. Pamekasan

3,43 1,99 2,07 Kab. Sumenep

14,42 3,13 3,18 Kota Kediri

0,07 0,61 0,63 Kota Blitar

0,04 0,30 0,33 Kota Malang

0,11 1,79 1,87 Kota Probolinggo

0,68 0,44 0,48 Kota Pasuruan

0,90 0,41 0,43 Kota Mojokerto

0,01 0,27 0,30 Kota Madiun

0,03 0,39 0,40 Kota Surabaya

Total Provinsi Jawa Timur

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Selama periode tahun 2000–2010, ada 12 wilayah di Provinsi Jawa Timur yang kontribusi Lapangan Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerja relatif tinggi (pada tahun 2010 di atas 2 %) (Tabel 3.5). Dari ke-12 wilayah tersebut, hanya

6 (enam) wilayah yang kontribusi Lapangan Usaha Perikanan (dalam penyerapan tenaga kerja) menunjukkan peningkatan selama periode tahun 2000 – 2010, yaitu: Kabupaten Sumenep, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Tuban, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bangkalan. Adapun 2 (dua) wilayah yang kontribusi Lapangan Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerja tergolong paling kecil (di bawah 0,1 %) adalah: Kota Mojokerto dan Kabupaten Malang.

Tabel 3.5. Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usahanya Tahun 2000 dan 2010 (%)

Kabupaten/Kota Lapangan Usaha Perikanan Total Lapangan Usaha

SP 2000

SP 2010

SP 2000 SP 2010

Kab. Pacitan

0,69 100,00 100,00 Kab. Ponorogo

0,10 100,00 100,00 Kab. Trenggalek

1,56 100,00 100,00 Kab. Tulungagung

1,16 100,00 100,00 Kab. Blitar

0,44 100,00 100,00 Kab. Kediri

0,43 100,00 100,00 Kab. Malang + Kota Batu

0,36 100,00 100,00 Kab. Lumajang

0,22 100,00 100,00 Kab. Jember

1,00 100,00 100,00 Kab. Banyuwangi

2,84 100,00 100,00 Kab. Bondowoso

0,15 100,00 100,00 Kab. Situbondo

4,75 100,00 100,00 Kab. Probolinggo

2,05 100,00 100,00 Kab. Pasuruan

2,26 100,00 100,00 Kab. Sidoarjo

1,08 100,00 100,00 Kab. Mojokerto

0,11 100,00 100,00 Kab. Jombang

0,21 100,00 100,00 Kab. Nganjuk

0,15 100,00 100,00 Kab. Madiun

0,19 100,00 100,00 Kab. Magetan

0,10 100,00 100,00 Kab. Ngawi

0,11 100,00 100,00 Kab. Bojonegoro

0,20 100,00 100,00 Kab. Tuban

2,86 100,00 100,00 Kab. Lamongan

6,36 100,00 100,00 Kab. Gresik

4,15 100,00 100,00 Kab. Bangkalan

2,25 100,00 100,00 Kab. Sampang

3,18 100,00 100,00 Kab. Pamekasan

2,53 100,00 100,00 Kab. Sumenep

6,91 100,00 100,00 Kota Kediri

0,18 100,00 100,00 Kota Blitar

0,19 100,00 100,00 Kota Malang

0,09 100,00 100,00 Kota Probolinggo

2,12 100,00 100,00 Kota Pasuruan

3,24 100,00 100,00 Kota Mojokerto

0,06 100,00 100,00 Kota Madiun

0,11 100,00 100,00 Kota Surabaya

Total Provinsi Jawa Timur

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Untuk menganalisis lebih lanjut karakteristik profil penyerapan tenaga kerja pada Lapangan Usaha Perikanan di Provinsi Jawa Timur bisa digunakan analisis Location Quotient (LQ). Tabel

3.6 menyajikan angka LQ jumlah penduduk yang bekerja di Lapangan Usaha Perikanan dan total seluruh lapangan usaha di tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2000 dan 2010, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah referensinya.

Tabel 3.6. Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan 2010 dengan Provinsi Jawa Timur sebagai Wilayah Referensinya

Lapangan Usaha Perikanan

Kabupaten/Kota

SP 2000 SP 2010

Kab. Pacitan 0,40 0,45 Kab. Ponorogo

0,06 0,07 Kab. Trenggalek

0,73 1,02 Kab. Tulungagung

0,58 0,76 Kab. Blitar

0,24 0,29 Kab. Kediri

0,15 0,28 Kab. Malang + Kota Batu

0,19 0,24 Kab. Lumajang

0,13 0,15 Kab. Jember

0,58 0,66 Kab. Banyuwangi

1,66 1,86 Kab. Bondowoso

0,07 0,10 Kab. Situbondo

3,63 3,12 Kab. Probolinggo

1,74 1,35 Kab. Pasuruan

1,83 1,48 Kab. Sidoarjo

0,75 0,71 Kab. Mojokerto

0,10 0,07 Kab. Jombang

0,12 0,14 Kab. Nganjuk

0,08 0,10 Kab. Madiun

0,09 0,13 Kab. Magetan

0,07 0,07 Kab. Ngawi

0,09 0,07 Kab. Bojonegoro

0,09 0,13 Kab. Tuban

1,93 1,87 Kab. Lamongan

3,93 4,17 Kab. Gresik

3,14 2,72 Kab. Bangkalan

1,65 1,48 Kab. Sampang

2,31 2,09 Kab. Pamekasan

1,78 1,66 Kab. Sumenep

4,84 4,53 Kota Kediri

0,06 0,12 Kota Blitar

0,12 0,13 Kota Malang

0,06 0,06 Kota Probolinggo

1,22 1,39 Kota Pasuruan

2,15 2,13 Kota Mojokerto

0,05 0,04 Kota Madiun

0,05 0,07 Kota Surabaya

0,28 0,30

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Pada Tabel 3.6 di atas tampak bahwa selama periode 2000– 2010 secara umum ada 13 (tiga belas) wilayah di Provinsi Jawa Timur yang Lapangan Usaha Perikanan merupakan lapangan usaha basis, berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerjanya. Ke-13 wilayah tersebut (diurutkan dari yang berangka LQ paling tinggi) adalah: Kabupaten Sumenep, Kabupaten, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Gresik, Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Tuban, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pasuruan, Kota Probolinggo, dan Kabupaten Probolinggo. Artinya Lapangan Usaha Perikanan di wilayah-wilayah tersebut memiliki keunggulan relatif terhadap lapangan usaha yang sama di wilayah- wilayah lain di Provinsi Jawa Timur (dalam hal penyerapan tenaga kerja). Namun demikian, dari ke-13 wilayah tersebut hanya 4 (empat) wilayah yang perkembangan angka LQ Lapangan Usaha Perikanannya (selama periode tahun 2000 – 2010) cenderung meningkat, yaitu: Kabupaten Sumenep, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Probolinggo.

Selama periode tahun 2000–2010, di Provinsi Jawa Timur, ada satu wilayah yang pada tahun 2000 Lapangan Usaha Perikanan bukanlah lapangan usaha basis, namun pada tahun 2010 sudah menjadi lapangan usaha basis (dalam penyerapan tenaga kerja). Wilayah tersebut adalah Kabupaten Trenggalek, dimana pada tahun 2000 angka LQ Lapangan Usaha Perikanan masih di bawah

1 (0,74), sedangkan pada tahun 2010 sudah di atas 1 (1,02).

Perikanan Tangkap

4.1. Perikanan Tangkap Perairan Laut

A. Potensi Perikanan Laut

Provinsi Jawa Timur berbatasan langsung dengan 5 wilayah perairan laut dengan garis pantai sepanjang 1.600 km (www. jawatimurprov.go.id). Batas Provinsi Jawa Timur yakni perairan Laut Jawa dan Selat Karimata di sebelah utara, Selat Bali di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat. Jumlah kabupaten dan kota yang berbatasan dengan perairan terdiri dari 19 Kabupaten dan 3 Kota.

Produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Timur tahun 2010 mencapai 338.915,2 ton. Kontribusi terbesar diperoleh dari Kabupaten Lamongan yang mencapai 61.436,5 ton, selanjutnya adalah Kabupaten Sumenep dengan produksi mencapai 43.385,6 ton. Produksi yang cukup banyak juga dihasilkan Kota Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Tuban. Sementara pada kota/ kabupaten lainnya, jumlah produksinya masih dibawah 10.000 ton. Secara lengkap jumlah produksi perikanan tangkap dari perairan laut untuk setiap kabupaten/kota pesisir di Provinsi Jawa Timur disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah dan Proporsi Produksi Perikanan Tangkap di Laut Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Jumlah Kabupaten/Kota Pesisir (Ton)

Kabupaten Tuban 10.070,4 Kabupaten Lamongan

61.436,5 Kabupaten Gresik

16.671,7 Kota Surabaya

9.493,2 Kabupaten Bangkalan

21.037,4 Kabupaten Sampang

12.350,1 Kabupaten Pamekasan

19.578,4 Kabupaten Sumenep

43.385,6 Kabupaten Sidoarjo

12.839,5 Kabupaten Pasuruan

7.037,3 Kota Pasuruan

1.785,6 Kabupaten Probolinggo

9.474,3 Kota Probolinggo

36.087,8 Kabupaten Situbondo

5.594,4 Kabupaten Banyuwangi

29.264,0 Kabupaten Jember

8.718,1 Kabupaten Lumajang

3.470,2 Kabupaten Malang

8.684,5 Kabupaten Blitar

480,0 Kabupaten Tulungagung

8.518,7 Kabupaten Trenggalek

7.839,2 Kabupaten Pacitan

TOTAL 338.915,2

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2010

Gambar 4.1.

Persentase Kontribusi Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Menurut Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Produksi perikanan tangkap dari perairan laut yang didaratkan di Provinsi Jawa Timur secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, kelompok ikan demersal dan kelompok non-ikan ( Crustacea dan Mollusca). Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan pelagis didominasi oleh 6 jenis ikan, yakni: Ikan layang, lemuru, tenggiri, tuna, cakalang dan tongkol. Sementara, untuk kelompok ikan demersal, produksi ikan yang bernilai ekonomi penting didominasi oleh jenis ikan manyung, kerapu, kurisi dan layur. Selanjutnya, untuk kelompok non-ikan yang bernilai ekonomis penting, produksinya didominasi oleh Produksi perikanan tangkap dari perairan laut yang didaratkan di Provinsi Jawa Timur secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, kelompok ikan demersal dan kelompok non-ikan ( Crustacea dan Mollusca). Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan pelagis didominasi oleh 6 jenis ikan, yakni: Ikan layang, lemuru, tenggiri, tuna, cakalang dan tongkol. Sementara, untuk kelompok ikan demersal, produksi ikan yang bernilai ekonomi penting didominasi oleh jenis ikan manyung, kerapu, kurisi dan layur. Selanjutnya, untuk kelompok non-ikan yang bernilai ekonomis penting, produksinya didominasi oleh

Produksi perikanan pelagis di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 didominasi oleh jenis ikan lemuru dengan jumlah sebesar 31.126,0 ton (9,18% dari total produksi perikanan tangkap Jawa Timur). Kemudian disusul oleh ikan layang yang mencapai 24.412,1 ton (7,20%), tongkol mencapai 21.445,8 ton (6,33%), cakalang mencapai 21.445,8 ton (3,36%), tenggiri mencapai 9.500,0 ton (2,80%) dan ikan tuna mencapai 5.737,0 ton (1,69%). Jumlah produksi dari keenam jenis ikan pelagis utama yang didaratkan di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Produksi dan Nilai Produksi 6 (enam) Jenis Ikan Pelagis Utama yang bernilai Ekonomi Pening Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Nilai Produksi (Rp Jenis Ikan

Nama Internasional Produksi (Ton) 1.000,-)

Lemuru Sardine

King Mackerels

103.128.526,0 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2010

Tuna

Untuk produksi kelompok ikan demersal tahun 2010 didominasi oleh jenis kerapu, dengan produksi mencapai 12.690,9 ton (3,74% dari total produksi perikanan tangkap Jawa Timur), kemudian disusul oleh ikan manyung yang mencapai 11.197 ton (3,30%), ikan kurisi yang mencapai 9.843,4 ton (2,90%) dan ikan layur yang mencapai 8.436,1 ton (2,49%). Secara lengkap, jumlah produksi dari keempat jenis ikan demersal utama yang didaratkan di Provinsi Jawa Timur disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi 4 (empat) Jenis Ikan Demersal yang Bernilai Ekonomi Pening Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Nilai Produksi (Rp Jenis Ikan

Nama Internasional Produksi (Ton) 1.000,-)

Kerapu Grouppers 12.690,9 609.343.227,0 Manyung

Sea cat - ishes 11.197,3 110.991.244,0 Kurisi

Trheadin breams 9.843,4 54.252.081,0 Layur

Hard tail 8.436,1 64.809.821 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2010

Kelompok non-ikan, pada tahun 2010 didominasi oleh remis yang jumlahnya mencapai 9.737,6 ton (2,87% dari total produksi perikanan tangkap Jawa Timur). Kemudian disusul oleh rajungan dengan jumlah mencapai 7.306,9 ton (2,16%), kepiting dengan produksi mencapai 3.648,3 ton (1,08%), udang putih dengan produksi mencapai 4.283,4 ton (1,26%), cumi- cumi dengan produksi mencapai 5.559,3 ton (1,64%) dan kerang Kelompok non-ikan, pada tahun 2010 didominasi oleh remis yang jumlahnya mencapai 9.737,6 ton (2,87% dari total produksi perikanan tangkap Jawa Timur). Kemudian disusul oleh rajungan dengan jumlah mencapai 7.306,9 ton (2,16%), kepiting dengan produksi mencapai 3.648,3 ton (1,08%), udang putih dengan produksi mencapai 4.283,4 ton (1,26%), cumi- cumi dengan produksi mencapai 5.559,3 ton (1,64%) dan kerang

Tabel 4.4. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi 6 (enam) Jenis Kelompok Non-Ikan Utama yang Bernilai Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Nilai Produksi (Rp Jenis Ikan

Nama

Produksi (Ton) Internasional

1.000,-)

Remis Hard clams

Swim crabs

99.667.476,0 Udang Puih

Mud crabs

122.476.017,0 Kerang darah

Common squids

24.104.244,0 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2010

Blood cockles

Kelompok Ikan Pelagis

1) Ikan Lemuru ( Sardinella)

Ikan Lemuru termasuk dalam family Clupeidae. Ikan Lemuru tergolong dalam jenis ikan pelagis kecil dan merupakan penghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo-Pacific. Ikan Lemuru mempunyai peranan penting pada ekonomi lokal Provinsi Jawa Timur, baik sebagai basis penangkapan, pendaratan maupun usaha pengolahan tradisional dan modern. Ikan Lemuru di Provinsi Jawa Timur didaratkan hampir di seluruh kabupaten/kota yang Ikan Lemuru termasuk dalam family Clupeidae. Ikan Lemuru tergolong dalam jenis ikan pelagis kecil dan merupakan penghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo-Pacific. Ikan Lemuru mempunyai peranan penting pada ekonomi lokal Provinsi Jawa Timur, baik sebagai basis penangkapan, pendaratan maupun usaha pengolahan tradisional dan modern. Ikan Lemuru di Provinsi Jawa Timur didaratkan hampir di seluruh kabupaten/kota yang

Tabel 4.5. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Lemuru Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Nilai Produksi Kabupaten/Kota

Produksi

(Ton)

(Rp 1.000,-)

Kabupaten Lamongan 168,8 814.497,0 Kabupaten Bangkalan

105,2 707.092,0 Kabupaten Sampang

114,5 240.913,0 Kabupaten Pamekasan

442,0 2.247.500,0 Kabupaten Pasuruan

38,7 135.450,0 Kota Pasuruan

76,7 230.124,0 Kabupaten Probolinggo

152,0 637.033,0 Kota Probolinggo

2.250,0 2.765.070,0 Kabupaten Situbondo

236,6 1.140.050,0 Kabupaten Banyuwangi

20.473,9 67.573.178,0 Kabupaten Jember

2.222,3 7.242.840,0 Kabupaten Lumajang

1.216,6 4.258.100,0 Kabupaten Malang

697,5 4.184.880,0 Kabupaten Blitar

104,6 366.100,0 Kabupaten Trenggalek

2.163,9 4.607.920,0 Kabupaten Pacitan

179,5 897.500,0 Kabupaten Sumenep

31.126,0 100.059.447,0 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2010

TOTAL

Gambar 4.2.

Ikan Lemuru (Sardinella)

Sumber : htp://2.bp.blogspot.com/_YjW1WeMBAbU/TGJI9IEJGRI/

AAAAAAAAAs4/rL6LfexgpOc/s320/lemuru.jpg

2) Ikan Layang ( Decapterus sp)

Ikan Layang termasuk dalam family Carangidae merupakan jenis ikan yang hidup dalam kelompok besar pada perairan tropis dan sub tropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik. Ikan Layang didaratkan hampir di seluruh kabupaten/kota yang berbatasan dengan perairan laut. Produksi Ikan Layang pada tahun 2010 mencapai 24.412,1 ton, dimana Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah yang memiliki jumlah pendaratan Ikan Layang terbesar yaitu mencapai 15,93% dari total produksi Ikan Layang di Jawa Timur.

Tabel 4.6. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Layang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Nilai Produksi Kabupaten/Kota

Produksi

(Ton)

(Rp 1.000,-)

Kabupaten Tuban

120.000,0 Kabupaten Lamongan