Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar T2 942011086 BAB II

(1)

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2

.

1 Hakikat Kepala Sekolah

Kepala Sekolah terdiri dari dua kata yaitu

“kepala” dan “sekolah”. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah merupakan suatu lembaga di mana menjadi tempat berlangsung-nya kegitan belajar mengajar. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pimpinan sekolah atau suatu lembaga dimana lembaga tersebut sebagai tempat menerima dan memberi pelajaran atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Wahjosumidjo (2002) memberikan batasan:

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Sementara itu menurut Permendikbud Nomor: 0296/U/1996 tentang Penugasan guru Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud menyebutkan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah.


(2)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk menca-pai tujuan bersama. Sebagai pemimpin suatu lembaga kepala sekolah dituntut untuk selalu mengembangkan hubungan kerja sama yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk saling pengertian antara sekolah dengan orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga untuk saling membantu dan mengetahui manfaat dan peran-nya masing-masing dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Kepala sekolah merupakan figur penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya dituntut dapat melaksanakan tugas di bidang pelak-sanaan pembelajaran saja namun juga dituntut me-laksanakan berbagai peran sebagai pemimpin satuan pendidikan. Purwanto (2002) menyebutkan sepuluh macam peranan kepala sekolah sebagai berikut:

Dalam melaksanakan tugasnya seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam peranan, yaitu: (1) sebagai pelaksana (executive), (2) peren-cana (planner), (3) seorang ahli (expert), (4) menga-wasi hubungan antara anggota-anggota (controller of relationship), (5) mewakili kelompok (group representative), (6) bertindak sebagai pemberi gan-jaran, (7) bertindak sebagai wasit dan penengah


(3)

tanggung-jawab, (9) sebagai seorang pencipta (idiologist), dan (10) sebagai seorang ayah (father figure)

Dilihat dari peranya yang begitu kompleks maka seorang kepala sekolah dituntut memiliki standar kompetensi minimal yang memadai untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut.

2.2 Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Dilihat dari peran serta tugas pokok yang tinggi sebagai seorang kepala sekolah dituntut memiliki standar kompetensi minimal yang memadai sehingga dapat melaksanakan peran serta tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Standar kompetensi minimal tersebut merupakan modal dasar bagi seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Standar merupakan suatu patokan atau ukuran yang harus dipenuhi atau harus dicapai. Sedangkan kompetensi menurut Purwadarminta diartikan sebagai suatu kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kabutuhan kerja dalam parameter lingkungan organi-sasi dan memberikan hasil yang diinginkan.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima kompetensi dasar yaitu: kompetensi kepribadian,


(4)

kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial.

Bila kelima kompetensi dasar tersebut dapat dipenuhi oleh seorang Kepala Sekolah maka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya akan ber-jalan secara efektif, kepala sekolah yang efektif di-tuntut memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu (Sagala, 2010):

Kepala Sekolah yang efektif dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, maka syarat yang diperlukan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif adalah, kepala sekolah tersebut (1) mau dan mampu melakukan perubahan; (2) mampu men-desain kerja organisasi pendidikan yang memberi ruang pada kreativitas yang inovatif; (3) mempo-sisikan proses perubahan sebagai proses belajar; (4) mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara pelibatan semua komponen yang terkait secara proporsional dengan sekolah secara lebih luas; dan (5) memperbaiki kinerja sekolah dengan cara memfasilitasi dan melayani personel sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Seorang kepala sekolah yang efektif dalam menentukan kebijakan ataupun mengelola program kegiatan di sekolah yang dipimpinnya akan mampu memberdayakan seluruh potensi kelembagaan yang ada untuk mencapai program yang telah ditetapkan.

2.3 Peran Kepala Sekolah

Secara otomatis seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah tentu memiliki


(5)

tugas dan tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan tugasnya sebagai seorang guru biasa. Sebagai Kepala Sekolah harus mampu memberdaya-kan seluruh potensi kelembagaan dalam menentumemberdaya-kan kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum di sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah memiliki tugas pokok dan fungsi serta peran yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Mulyasa (2006) menjelaskan ada tujuh tugas pokok atau peran dari kepala sekolah yaitu: kepala sekolah Sebagai edukator, kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai pimpinan/leader, kepala sekolah sebagai inovator/ pembaharu dan kepala sekolah sebagai motivator/ pembangkit minat.

Kepala sekolah sebagai seorang edukator mempunyai tugas dan peran yang sangat kompleks. Sutomo (2007) menjelaskan peran kepala sekolah sebagai edukator mempunyai tugas membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran. Sebagai edukator kepala sekolah juga berperan sebagai guru yaitu bertugas melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa. Adams & Dickey dalam Hamalik (2001) mengemukakan bahwa peran guru adalah sebagai pengajar (teacher as instructor), sebagai pembimbing (teacher as counsellor), sebagai ilmuan


(6)

(teacher as scientist) dan guru sebagai pribadi (teacher as person).

Peran lain yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah sebagai seorang manajer atau penge-lola terhadap sekolah. Dalam rangka melaksanakan perannya sebagai manajer, kepala sekolah dituntut memiliki strategi yang tepat dalam memberdayakan segala potensi yang dimiliki sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (2002) menyebutkan tiga peranan kepa-la sekokepa-lah sebagai manajer sebagai berikut: (1) peran-an hubungperan-an peran-antar perseorperan-angperan-an; (2) perperan-anperan-an infor-masional; dan (3) peranan sebagai pengambil keputus-an. Sementara itu Sutomo (2007) menyebutkan seba-gai manajer kepala sekolah memiliki tugas menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, meng-gerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.

Peran kepala sebagai administrator, sebagai seorang administrator memiliki tugas mengelola admi-nistrasi di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai penge-lola administrasi kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan dan profesionalisme dalam hal pengelo-laan administrasi sekolah, karena kelemahan adminis-trasi sekolah sebagian besar disebabkan ketidak-mampuan pengelola dalam menjalankan fungsinya secara profesional (Sagala, 2010). Sementara Danim (2002) menyebutkan, tugas kepala sekolah sebagai administrator dalam konteks struktur dan artikulasi adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan


(7)

men-dorong ke arah keberhasilan pekerjaan bagi semua staf dengan cara mengidentifikasi tujuan, mengeva-luasi kinerja, mengelola sumber-sumber organisasi. Dengan demikian peran kepala sekolah sebagai administrator sekolah adalah melakukan perubahan ke arah yang lebih berkualitas dan kompetitif terhadap sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor me-miliki tugas menyusun program supervisi, melaksana-kan supervisi serta melakumelaksana-kan tindak lanjut terhadap hasil supervisi yang dilakukan sebagai perbaikan terhadap kegiatan mengajar guru. Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor adalah membantu dan memfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan melakukan penilaian menggu-nakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan (Sagala, 2010).

Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai seorang pemimpin (leader) yaitu bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tugas seorang pemimpin sekolah antara lain menyusun program atau visi dan misi sekolah, mengambil keputusan serta melakukan komunikasi baik secara intern sekolah maupun dengan pihak lain di luar sekolah. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan guna meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan wewenang (Kisworo, 2011). Kepala sekolah sebagai


(8)

pemimpin dipersyaratkan mempunyai pandangan yang jelas kemana arah sekolah yang dipimpinnya akan dibawa, mampu berkomunikasi dengan semua

stakeholder sekolah, memiliki kegigihan dan ketang-guhan, konsistensi dan fokus untuk mencapai visi dan misi serta memiliki pengetahuan organisasi yang mencukupi agar dapat memonitor dan mengendalikan kinerja organisasi sekolah (Sagala, 2010).

Kepala sekolah juga memiliki peran lain, yaitu sebagai inovator atau pembaharu. Seorang inovator atau pembaharu dituntut memiliki kemampuan untuk mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek. Kepala sekolah juga dituntut mampu menjamin keberhasilan pembaharuan tersebut untuk meningkat-kan mutu pendidimeningkat-kan di sekolah yang dipimpinnya. Menurut Uno (2011) keberhasilan suatu inovasi dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

(1) keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan penerima; (2) kompati-bel (compatibility) yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan peneri-ma; (3) kompleksitas (complexity) yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi; (4) trialabilitas (trialability) yaitu dapat dicoba tidaknya suatu inovasi; dan (5) dapat diamati (observability) yaitu mudah tidaknya diamati hasil inovasi.

Sebagai seorang innovator kepala sekolah ditun-tut mampu mendorong semua guru, staf dan orang tua siswa untuk memahami dan memberikan dukung-an terhadap pembaharudukung-an ydukung-ang ditawarkdukung-an.


(9)

Keber-hasilan terhadap pembaharuan yang dilaksanakan kepala sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari pihak-pihak tersebut.

Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai motivator atau penggerak bagi guru di sekolah yang dipimpinnya. Sutomo (2007) menyebutkan sebagai seorang motivator kepala sekolah bertugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik. Apabila kepala sekolah mampu ber-peran sebagai motivator maka produktivitas kerja guru dan karyawan di sekolah akan meningkat. Keber-hasilan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat bilamana guru dan karyawan yang dipimpinnya mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produk-tivitas kerja yang tinggi (Hasibuan, 2003).

Dari ketujuh peran kepala sekolah seperti yang tercantum pada tugas pokok dan fungsi tersebut seorang kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar sehingga dituntut memiliki kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugas-nya. Sementara itu Sagala (2010) menjelaskan ada empat peran dan tanggung jawab kepala sekolah yaitu sebagai Administrator, sebagai Pemimpin, sebagai Pengawas dan sebagai Supervisor Pembelajaran. Sebagai administrator seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk memfasilitasi, mengarah-kan, mengkoordinasimengarah-kan, mendorong semua guru, staf dan karyawan serta personel sekolah lainnya untuk


(10)

merencanakan dan melaksanakan tugas dan pekerja-annya sendiri ke arah perubahan yang lebih ber-kualitas. Tugas kepala sekolah sebagai administrator menurut Danim (2002) adalah mengarahkan, meng-koordinasikan dan mendorong ke arah keberhasilan pekerjaan bagi semua staf dengan cara mendefini- sikan tujuan, mengevaluasi kinerja, mengelola sumber-sumber organisasi dan lain-lain.

Sebagai seorang administrator kepala sekolah memiliki tugas melakukan proses administrasi pada lembaga yang dipimpinnya. Masih dalam Sagala (2010), Sutisna (1985) mengatakan bahwa proses administrasi adalah membuat keputusan, merencana-kan, mengkoordinasimerencana-kan, mengkomunikasimerencana-kan, meng-evaluasi dan menilai. Keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai administrator dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat sejauhmana ia mampu mem-berdayakan seluruh personel sekolah sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan landasan profesional ke arah pencapaian tujuan organisasi secara optimal.

Sutomo (2007) memberikan batasan pemimpin memiliki arti seorang yangmemimpin, orang yang memegang tangan sambil menuntun, menunjukkan jalan orang yang dibimbing, orang yang menunjukkan jalan dalam arti kiasan, orang yang melatih mendidik, mengajari supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri. Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus memahami kultur sekolah sebagai dasar untuk meningkatkan kondisi-kondisi di sekolah, sehingga


(11)

tercipta perwujudan dan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Kultur sekolah tersebut dapat berupa perilaku dalam berorganisasi di sekolah seperti motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penentuan tujuan, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin maka kepala sekolah harus mem-punyai jiwa kepemimpinan. Sagala (2010) memberikan definisi dari kepemimpinan:

Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organi-sasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu proses untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun diluar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepemimpinan di sekolah yang diperankan oleh kepala sekolah adalah mempengaruhi orang lain yaitu guru dan personel sekolah lainnya dengan menggunakan berbagai upaya seperti memberikan motivasi, memberi penghargaan, memberi hukuman atau dengan ajakan atau bujukan untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Dengan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut diharapkan guru dan personel lainnya mampu membangun komitmen dan mampu serta mau bekerja keras untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih maju dan berkualitas.


(12)

Keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin dapat dilihat dari adanya perubahan dan peningkatan kualitas layanan belajar dengan dibuktikan guru maupun personel lain di sekolah itu mampu membangun kerja sama serta kemampuan mereka dalam menyusun sendiri dokumen-dokumen administrasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah yang kompeten dalam mengambil kebijakan akan selalu berhubungan dengan data dan fakta yang selalu berubah secara dinamis mengikuti perkembangan sehingga akan dapat memberikan layanan berkualitas yang berdampak pada lulusan dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sebagai pengawas seorang kepala sekolah mela-kukan kegiatan yang menjamin tidak ada penyim-pangan-penyimpangan, terhindar dari kesalahan sehingga kegiatan sekolah atau lembaga yang dipimpin dapat berjalan sesuai rencana, dan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk memastikan apakah guru serta personel lainnya melaksanakan tugas dan tanggung-jawab sesuai dengan yang sudah ditugaskan.

Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah akan dapat berjalan dengan baik bila seorang kepala sekolah melakukan pengawasan internal. Menurut Hasibuan (2006) dalam Sagala (2010) memberikan definisi tentang pengawasan internal; “Pengawasan atau pengendalian internal adalah pengendalian yang


(13)

dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahanya,”

Cakupan dari pengendalian meliputi pelaksanaan tugas, prosedur kerja, proses kerja dan kedisiplinan. Masih dalam Sagala (2010) menurut Usman (2006) memberikan definisi:

Pengawasan internal adalah suatu penilaian objektif dan sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian organisasi berupa pemberian bantuan kepada manajemen dalam mengidentifikasi sekaligus merekomendasi masa-lah efisiensi maupun potensi kegagalan sistem dan program yang berdampak buruk pada kinerja organisasi.

Keberhasilan kepala sekolah sebagai pengawas akan dapat dilihat apakah dia dapat mengatasi kele-mahan serta kelebihan yang ditemukan. Atas dasar temuan tersebut dapat dilakukan perbaikan serta penguatan untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas di sekolah yang dipimpin.

2.3.1 Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Sebagai seorang pimpinan kepala sekolah juga mempunyai peran sebagai seorang supervisor yaitu seorang yang melakukan supervisi. Pandangan kuno melihat supervisi sebagai suatu inspeksi atau kegiatan mencari kesalahan terhadap guru dalam melaksana-kan tugas. Namun dalam pandangan modern supervisi merupakan kegiatan pemberian bantuan untuk mem-perbaiki proses pembelajaran. Purwanto (1987) menga-takan bahwa supervisi adalah aktivitas pembinaan


(14)

yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Supervisi yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah terhadap guru dapat berupa bagaimana guru tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa yang dinamakan supervisi akademik. Supervisi juga dilakukan kepala sekolah terhadap administrasi guru sebagai pendukung pelaksanaan proses pembelajaran. Arikunto (2004) membedakan kegiatan supervisi menjadi dua sesuai dengan konsep pengertianya, yaitu:

a. Supervisi Akademik adalah supervisi yang menitik beratkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung pada lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang berada dalam proses belajar;

b. Supervisi administrasi adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendu-kung terlaksananya pembelajaran.

Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah harus direncanakan secara matang, teratur, dan berkelan-jutan. Supervisi direncanakan dengan matang artinya bahwa pelaksanaan supervisi bukanlah secara kebe-tulan namun direncanakan, dilaksanakan dalam ruang lingkup yang jelas dan menggunakan instru-men. Supervisi dilaksanakan secara teratur artinya bahwa dalam melaksanakan supervisi seorang kepala


(15)

sekolah harus terjadwal. Sedangkan supervisi berke-lanjutan artinya bahwa kegiatan supervisi dilaksana-kan terus menerus sehingga saling terkait antara satu kegiatan supervisi dengan kegiatan supervisi yang lain sehingga akan memberikan pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Sergiovanni yang dikutip Pidarta (1999) menye-butkan tujuan supervisi yaitu:

(1) tujuan akhir adalah mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa yang bersifat total; (2) tujuan kedua adalah membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan perubahan jaman; (3) tujuan dekat adalah bekerjasama mengem-bangkan proses belajar mengajar yang tepat; (4) tujuan perantaraan adalah membina guru guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.

Mulyasa (2007) mengatakan bahwa keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran anta-ra lain dapat ditunjukkan oleh: (1) meningkatnya ke-sadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkat-kan kinerjanya; (2) meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya bilamana supervisi dilaksanakan sesuai prosedur. Jadi supervisi kepala sekolah adalah usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memimpin, me-motivasi dan membantu para guru untuk memperbaiki


(16)

pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan guru untuk mencapai tujuan pendidikan ke arah yang lebih maju.

Sejalan dengan uraian di atas maka Bupati Temanggung menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 35 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Sedangkan dalam petunjuk pelaksanaan tersebut dijelaskan bahwa sebagai supervisor kepala sekolah memiliki kuwajiban: (1) menyusun program supervisi, (2) melaksanakan program supervisi dan (3) melaksa-nakan tindak lanjut hasil supervisi. Uraian lebih lanjut tentang kuwajiban kepala sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyusun Program Supervisi

Program supervisi disusun untuk menentukan sasaran dalam kegiatan supervisi yang akan dilaksa-nakan oleh kepala sekolah. Adapun program supervisi meliputi supervisi manajerial (administrasi guru) dan supervisi terhadap akademik (kegiatan pembelajaran). Adapun penyusunan program supervisi meliputi: (1) penyusunan program supervisi terhadap adminis-trasi guru; (2) penyusunan program supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar; (3) penyusunan program supervisi bimbingan dan konseling; (4) penyusunan program supervisi terhadap ulangan semester/ulangan kenaikan kelas; dan (5) penyusunan program supervisi terhadap ujian sekolahdan ujian nasional.


(17)

2. Melaksanakan Supervisi

Setelah program supervisi disusun maka sebagai seorang supervisor kepala sekolah melaksanakan ke-giatan supervisi sesuai yang telah direncanakan terse-but. Sasaran dalam pelaksanaan supervisi meliputi supervisi manajerial dan supervisi akademik yaitu antara lain meliputi: (1) administrasi guru, (2) kegiatan belajar mengajar, (3) kegiatan bimbingan dan kon-seling, (4) kegiatan ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas, (5) kegiatan ujian sekolah dan ujian nasional. Semua kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah dalam supervisi dicatat dalam instrumen supervisi dimana catatan tersebut akan dijadikan bahan untuk melaksanakan tindak lanjut.

3. Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Supervisi

Setelah pelaksanaan supervisi sebagai super-visor kepala sekolah menindaklanjuti catatan atau hasil supervisi yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi tersebut. Catatan hasil supervisi dimanfaat-kan oleh kepala sekolah sebagai bahan untuk melak-sanakan tindak lanjut terhadap kegiatan supervisi yang dilakukan. Tindak lanjut hasil supersvisi dilakukan oleh kepala sekolah dengan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut: (1) menyediakan waktu untuk mengevaluasi hasil supervisi, (2) me-nyampaikan kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui rapat dewan guru, (3) memberikan bimbingan dan arahan kepada guru


(18)

untuk memperbaiki kekurangannya dan mengembang-kan kelebihannya berdasar hasil supervisi, (4) meman-faatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru, dan (5) memanfaatkan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

2.3.2 Kepala Sekolah sebagai Motivator

Motivator adalah seseorang yang memberikan motivasi. Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi atau motivation menurut arti kata berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan (Manullang & Manullang, 2008). Sementara itu Hamalik (2001) memberikan definisi tentang motivasi sebagai berikut:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbul-nya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu: (a) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri seseorang (pribadi); (b) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan

effective arousal (dorongan efektif yang secara subjektif keadaan ini dapat diuraikan sebagai emosi); (c) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan energi dalam dirinya.

Sejalan dengan definisi dari Hamalik, Sudrajad (2008) memberikan batasan motivasi sebagai kekuatan


(19)

(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Sementara itu Uno (2007) memberikan batasan tentang motivasi yaitu:

Motivasi merupakan dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengada-kan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih dari sebelumnya, dengan sasaran sebagai berikut: (1) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi; (2) merupakan arah tujuan yang akan dicapai, dan (3) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Sependapat dengan Uno (2007), Soemanto (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya motivasi memiliki dua elemen yaitu:

a. Elemen dalam (inner componenet) yaitu peru-bahan yang terjadi pada diri seseorang berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psiko-logis. Rasa ini timbul karena keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, dan berbagai kebutuhan lainnya.

b. Elemen luar (outer component) yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang. Namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapai tujuan.


(20)

Di dalam motivasi ada peristiwa yang terjadi secara berurutan, elemen dalam mendahului elemen luar, namun bisa juga elemen luar mendahului elemen dalam. Hal terakhir ini terjadi di dalam motivasi ekstrinsik meskipun pada mulanya elemen luar hanya berfungsi sebagai perangsang timbulnya elemen dalam (Soemanto, 2006).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu simpulan bahwa motivasi merupa-kan segala sesuatu yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dorongan tersebut bisa berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Dengan demikian motivasi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas atau suatu upaya melaksanakan pekerjaan untuk lebih baik, lebih maju, dalam rangka memenuhi keinginannya mencapai suatu tujuan.

Kepala Sekolah sebagai seorang motivator harus dapat membangkitkan dan menubuhkan motivasi pada diri bawahan. Sebagai pembangkit minat (motivator) kepala sekolah bertugas menyihir lingkung-an kerja, suaslingkung-ana kerja, memblingkung-angun prinsip peng-hargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik (Sutomo, 2007). Karena pada dasarnya semua orang termasuk guru serta personel lain di sekolah sangat memerlukan motivasi untuk dapat mengem-bangkan dirinya ke arah terpenuhinya kebutuhan diri yang lebih baik.


(21)

Dalam Peraturan Bupati Temanggung Nomor 35 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK serta petunjuk pelaksanaannya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Nomor 800/105/2009 menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai motivator terhadap guru atau karyawan di sekolah antara lain dilakukan mela-lui: (1) pengaturan lingkungan kerja (fisik), (2) penga-turan suasana kerja, (3) penerapan prinsip penghar-gaan dan hukuman. Adapun secara rinci dalam petunjuk pelaksanaan peraturan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaturan Lingkungan Kerja (fisik)

Pengaturan ruang kerja fisik antara lain dila-kukan kepala sekolah melalui kegiatan sebagai berikut: (1) mengatur ruang kerjanya secara kondusif untuk bekerja, (2) mengatur ruang kelas secara kon-dusif untuk kegiatan belajar mengajar serta bimbingan dan konseling, (3) mengatur laboratorium sekolah secara kondusif untuk kegiatan praktikum, (4) menga-tur perpustakaan sekolah secara kondusif untuk kegiatan belajar, dan (5) mengatur halaman/lingkung-an sekolah denghalaman/lingkung-an sejuk, nyamhalaman/lingkung-an dhalaman/lingkung-an teratur. Sebagai seorang motivator kepala sekolah berperan untuk menciptakan kondisi yang dapat merangsang guru untuk bekerja lebih baik.


(22)

2. Pengaturan Suasana Kerja

Pengaturan suasana kerja yang harmonis antara warga sekolah maupun dengan mitra kerja sekolah sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah sebagai motivator mengatur suasana kerja dapat dila-kukan antara lain melalui : (1) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara sesama guru, (2) mencip-takan hubungan kerja yang harmonis antara sesama karyawan, (3) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara guru dan karyawan, (4) menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, dan (5) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara warga sekolah dengan komite sekolah. Suasana kerja yang kondusif serta hubungan yang harmonis antara swarga sekolah dengan mitra kerja sekolah akan menumbuhkan motivasi bagi guru dan karyawan dalam melaksana-kan tugas dan tanggungjawabnya.

3. Penerapan Prinsip Penghargaan dan Hukuman

Motivasi guru maupun karyawan akan muncul bilamana kepala sekolah mampu menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman terhadap warga sekolah. Kepala sekolah sebagai motivator dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman dapat dilakukan melalui kegiatan antara lain: (1) memberikan penghar-gaan atau pengakuan kepada guru dan karyawan yang mengerjakan tugas tepat waktu, (2) memberi penghar-gaan kepada guru dan karyawan yang berprestasi,


(23)

(3) memberikan teguran lisan/tertulis kepada guru dan karyawan yang tidak melaksanakan tugas dengan baik, (4) memberikan hukuman kepada guru dan karyawan yang melanggar aturan, dan (5) melakukan pemeriksaan secara teratur terhadap daftar hadir guru dan karyawan. Pemberian motivasi kepada guru dan karyawan dengan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman diyakini mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi pada guru dan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

2.3.3 Kepala Sekolah sebagai Inspirator

Inspirasi dalam kamus diartikan ilham. Meng-inspirasi artinya menimbulkan Meng-inspirasi, terMeng-inspirasi artinya mendapatkan inspirasi (Depdikbud 1996). Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai peran sebagai inspirator terhadap guru atau karyawan di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai seorang inspi-rator kepala sekolah harus dapat memberikan inspira-si atau ilham kepada tenaga kependidikan (guru) dan personel lain di sekolah. Dengan munculnya inspirasi maka dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak akan sepenuhnya tergantung pada instruksi dari kepala sekolah.

Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan inspirasi haruslah menjadi bagian dari proses dalam satu organisasi, sekali inspirasi dikait-kan sebagai bagian dari proses, maka inspirasi itu


(24)

akan memberikan pengaruh luas dalam organisasi

(http://kadnet.org/web/index.php/option=com).

Keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai inspirator dalam memberikan inspirasi kepada bawah-an ditunjukkbawah-an dengbawah-an munculnya gagasbawah-an atau ide baru dari para bawahan dalam melaksanakan tugas-nya. Mereka tidak hanya bergantung pada instruksi yang diberikan oleh kepala sekolah namun ide terse-but muncul pada masing-masing pribadi guru, karya-wan atau personel lain di sekolah dalam memberikan layanan yang berkualitas pada peserta didik ataupun

stakeholders.

Gagasan baru atau ide-ide baru pada guru maupun karyawan di sekolah dapat muncul bilamana kepala sekolah mampu berperan sebagai inspirator dengan baik. Kepala sekolah dalam memberikan inspirasi terhadap bawahan diperlukan pendekatan-pendekatan tertentu yang harus dilakukan. Folkman (2013) menyebutkan 6 pendekatan yang dilakukan cenderung digunakan oleh kebanyakan pemimpin. Keemam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Visioner: memberikan gambaran yang jelas me-ngenai kondisi untuk masa depan dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada tim; (2) En-hancing: menciptakan hubungan yang baik antar individu dengan menjadi pendengar yang baik dan bisa merangkul mereka (bawahan) secara emosio-nal; (3)Pendorong: menunjukkan kepada bawahan (karyawan) aarah target yang terfokus dengan detail angka perhitungan dan target waktu yang jelas. Dan biasanya (pemimpin) selalu bertanggung jawab atas kinerja pribadi dan kelompok; (4)


(25)

Ber-prinsip: menjadi role model yang kuat dengan melkukan hal dengan prinsip yang benar dan cara yang baik; (5) Antusias: memancarkan passion dan energi yang kuat kepada organisasi dan untuk dirinya sendiri; (6) Seorang Pakar: memberikan arahan teknis yang jelas yang berasal dari keah-lian yang mendalam. (http://www.portalhr.com).

Untuk menjadi seorang pemimpin yang inspiratif memang tidaklah mudah maka seorang kepala sekolah sebagai seorang inspirator dituntut memiliki kemam-puan dan keterampilan personal antara lain:

(1) Kualitas diri: seorang pemimpin harus memiliki kualitas diri yang baik dan memiliki sikap yang baik, mampu melihat dan mendengarkan orang lain; (2) Skill dan Prestasi: seorang pemimpin se-lain menguasai bidang pekerjaanya juga dituntut memiliki prestasi pada bidang pekerjaan yang digeluti; (3) Integritas: seorang pemimpin harus memiliki integritas tinggi terhadap pekerjaan yang menjadi bidangnya; (4) Peduli dan ucapan terima kasih: seorang pemimpin harus memiliki rasa kepedulian terdadap bawahan (karyawan) serta memberikan penghargaan berupaa ucapan terima kasih kepada bawahan; dan (5) Belajar mencintai: kesuksesan diawali dari rasa cinta terhadap apa yang dilakukan maka sebagai seorang pemimpin harus belajar mencintai terhadap pekerjaan yang dilakukan, karyawan serta rekan kerjanya. (http://www.jobsdb.com).

Dari uraian di atas maka seorang kepala sekolah sebagai inspirator memiliki peran sangat penting sebagai inspirasi dalam menumbuhkan gagasan atau ide-ide baru pada guru, karyawan, siswa yang dipim-pinya serta dapat menumbuhkan inspirasi bagi komite sekolah sebagai mitra kerja sekolah dalam


(26)

pening-katan layanan pembelajaran di sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

2

.

4 Kinerja Mengajar Guru

Kinerja berasal dari kata Job Performance atau

actual performance adalah prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang dalam melaksa-nakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimiliki. Istilah kinerja tidak bisa dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang melaksanakan tugas, sehingga menghasil-kan suatu produk (hasil kerja) yang merupamenghasil-kan wujud dari semua tugas serta tanggungjawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Para ahli memberikan definisi kinerja antara lain: Mangkunegara dalam Listanto dan Setiaji (2002) menyatakan bahwa, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pega-wai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan. Dessler (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam jurnal yang sama Winardi (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan konsep yang


(27)

berupa universal yang merupakan efektivitas operasio-nal suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawanya berdasarkan standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasar-nya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesung-guhnya merupakan perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diingin-kanya.

Melihat beberapa pengertian tersebut di atas yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab sebagai guru. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru ditunjukkan dalam bentuk konkret, dan dapat diamati, serta dapat diukur baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kinerja guru dapat diwujudkan antara lain melalui perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta bagaimana guru mengevaluasi proses belajar mengajar di kelas.

Karena kinerja adalah tindakan yang membuah-kan hasil yang diinginmembuah-kan, maka perlu adanya suatu penilaian kinerja. Dessler (2005) mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memberikan motivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau kinerja lebih tinggi lagi. Sedangkan


(28)

menurut Notoatmojo (2003) penilaian kinerja meme-gang peranan penting dalam mencapai tujuan organi-sasi. Dengan demikian penilaian kinerja bermanfaat untuk:

(1) peningkatan prestasi kerja; (2) memperoleh kesempatan kerja yang adil; (3) memperoleh ke-butuhan keke-butuhan untuk pelatihan pengembang-an; (4) penyesuaian pemberian kompensasi; (5) pengambilan keputusan promosi dan demosi; (6) mendiagnosa kesalahan kesalahan desain pekerjaan; (7) mengetahui penyimpangan penyim-pangan dalam proses rekruitmen dan seleksi.

Kegiatan penilaian kinerja tidak lepas dari kegiatan pelaksanaan tugas pokok guru seperti telah disebutkan di depan yaitu: (a) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP); (b) melaksanakan Kegiatan Bela-jar MengaBela-jar (PBM); dan (c) melaksanakan Evaluasi hasil Proses Belajar Mengajar. Jadi penilaian kinerja guru dapat diukur dari tiga aspek tersebut.

Penilain kinerja memiliki tujuan antara lain bagi guru yang bersangkutan dapat memberikan bahan informasi terhadap kekurangan dan kelebihanya dalam pelaksanaan tugasnya sehingga akan memberi-kan umpan balik terhadap pelaksanaan tugasnya. Bagi kepentingan organisasi atau lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur atau alat bantu sebagai bahan pertimbanganpengambilan keputusan dan kebijakan.

Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dari orang bersangkutan, semakin tinggi


(29)

motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memiliki kinerja yang tinggi demikian juga sebaliknya. Selain itu kinerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan penguasan terhadap kompetensi yang dimilikinya.

2.5 Kerangka Berpikir

Seperti terlihat pada kerangka di atas dapat dijelaskan, seorang kepala sekolah mempunyai peran sebagai supervisor, sebagai motivator (membangkitkan motivasi) dan sebagai inspirator (mampu menumbuh kan inspirasi) terhadap guru di sekolah yang dipim-pinya. Kepala sekolah dalam melaksanakan tupoksi nya, akan dapat berperan sebagai supervisor, motiva-tor maupun inspiramotiva-tor dengan baik dan mampu men-sinergikan ketiga peran tersebut bilamana seorang kepala sekolah memiliki komitmen serta motivasi yang tinggi pada dirinya.

Kepala Sekolah

Melaksanakan Supervisi

Memabangkitkan Motivasi

Menumbuhkan Inspirasi

Peningkatan Kinerja Guru dan layanan pembelajaran yang


(30)

Pelaksanaan supervisi yang terencana, terus menerus dan berkesinambungan oleh kepala sekolah akan membangkitkan motivasi yang tinggi pada guru di sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Motivasi pada diri guru akan menumbuhkan dan membangkitkan semangat pada diri guru untuk mencapai hasil pembelajaran atau

output pada siswa yang berkualitas. Demikian juga inspirasi positif yang diberikan seorang kepala sekolah terhadap guru sangat diperlukan agar mereka dapat menemukan gagasan dan ide-ide baru dalam melaksa-nakan tugasnya tanpa harus tergantung pada instruk-si dari kepala sekolah.

Bila seorang kepala sekolah mampu melaksana-kan supervisi dengan baik, mampu membangkitmelaksana-kan motivasi, mampu menumbuhkan inspirasi serta mampu mensinergikan perannya sebagai supervisor, motivator dan inspirator dengan baik terhadap guru di sekolah yang dipimpinnya, maka diyakini kinerja mereka akan meningkat. Dengan peningkatan kinerja guru diyakini pula dapat memperoleh hasil kerja mak-simal sehingga para guru akan memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas. Layanan pembelajaran yang berkualitas akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang menjadi tanggungjawabnya.


(1)

prinsip: menjadi role model yang kuat dengan melkukan hal dengan prinsip yang benar dan cara yang baik; (5) Antusias: memancarkan passion dan energi yang kuat kepada organisasi dan untuk dirinya sendiri; (6) Seorang Pakar: memberikan arahan teknis yang jelas yang berasal dari keah-lian yang mendalam. (http://www.portalhr.com).

Untuk menjadi seorang pemimpin yang inspiratif memang tidaklah mudah maka seorang kepala sekolah sebagai seorang inspirator dituntut memiliki kemam-puan dan keterampilan personal antara lain:

(1) Kualitas diri: seorang pemimpin harus memiliki kualitas diri yang baik dan memiliki sikap yang baik, mampu melihat dan mendengarkan orang lain; (2) Skill dan Prestasi: seorang pemimpin se-lain menguasai bidang pekerjaanya juga dituntut memiliki prestasi pada bidang pekerjaan yang digeluti; (3) Integritas: seorang pemimpin harus memiliki integritas tinggi terhadap pekerjaan yang menjadi bidangnya; (4) Peduli dan ucapan terima kasih: seorang pemimpin harus memiliki rasa kepedulian terdadap bawahan (karyawan) serta memberikan penghargaan berupaa ucapan terima kasih kepada bawahan; dan (5) Belajar mencintai: kesuksesan diawali dari rasa cinta terhadap apa yang dilakukan maka sebagai seorang pemimpin harus belajar mencintai terhadap pekerjaan yang dilakukan, karyawan serta rekan kerjanya. (http://www.jobsdb.com).

Dari uraian di atas maka seorang kepala sekolah sebagai inspirator memiliki peran sangat penting sebagai inspirasi dalam menumbuhkan gagasan atau ide-ide baru pada guru, karyawan, siswa yang dipim-pinya serta dapat menumbuhkan inspirasi bagi komite sekolah sebagai mitra kerja sekolah dalam


(2)

pening-katan layanan pembelajaran di sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

2

.

4 Kinerja Mengajar Guru

Kinerja berasal dari kata Job Performance atau

actual performance adalah prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai seseorang dalam melaksa-nakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimiliki. Istilah kinerja tidak bisa dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang melaksanakan tugas, sehingga menghasil-kan suatu produk (hasil kerja) yang merupamenghasil-kan wujud dari semua tugas serta tanggungjawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Para ahli memberikan definisi kinerja antara lain: Mangkunegara dalam Listanto dan Setiaji (2002) menyatakan bahwa, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pega-wai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan. Dessler (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam jurnal yang sama Winardi (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan konsep yang


(3)

berupa universal yang merupakan efektivitas operasio-nal suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawanya berdasarkan standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasar-nya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesung-guhnya merupakan perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diingin-kanya.

Melihat beberapa pengertian tersebut di atas yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab sebagai guru. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru ditunjukkan dalam bentuk konkret, dan dapat diamati, serta dapat diukur baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kinerja guru dapat diwujudkan antara lain melalui perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta bagaimana guru mengevaluasi proses belajar mengajar di kelas.

Karena kinerja adalah tindakan yang membuah-kan hasil yang diinginmembuah-kan, maka perlu adanya suatu penilaian kinerja. Dessler (2005) mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memberikan motivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau kinerja lebih tinggi lagi. Sedangkan


(4)

menurut Notoatmojo (2003) penilaian kinerja meme-gang peranan penting dalam mencapai tujuan organi-sasi. Dengan demikian penilaian kinerja bermanfaat untuk:

(1) peningkatan prestasi kerja; (2) memperoleh kesempatan kerja yang adil; (3) memperoleh ke-butuhan keke-butuhan untuk pelatihan pengembang-an; (4) penyesuaian pemberian kompensasi; (5) pengambilan keputusan promosi dan demosi; (6) mendiagnosa kesalahan kesalahan desain pekerjaan; (7) mengetahui penyimpangan penyim-pangan dalam proses rekruitmen dan seleksi.

Kegiatan penilaian kinerja tidak lepas dari kegiatan pelaksanaan tugas pokok guru seperti telah disebutkan di depan yaitu: (a) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP); (b) melaksanakan Kegiatan Bela-jar MengaBela-jar (PBM); dan (c) melaksanakan Evaluasi hasil Proses Belajar Mengajar. Jadi penilaian kinerja guru dapat diukur dari tiga aspek tersebut.

Penilain kinerja memiliki tujuan antara lain bagi guru yang bersangkutan dapat memberikan bahan informasi terhadap kekurangan dan kelebihanya dalam pelaksanaan tugasnya sehingga akan memberi-kan umpan balik terhadap pelaksanaan tugasnya. Bagi kepentingan organisasi atau lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur atau alat bantu sebagai bahan pertimbanganpengambilan keputusan dan kebijakan.

Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dari orang bersangkutan, semakin tinggi


(5)

motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memiliki kinerja yang tinggi demikian juga sebaliknya. Selain itu kinerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan penguasan terhadap kompetensi yang dimilikinya.

2.5 Kerangka Berpikir

Seperti terlihat pada kerangka di atas dapat dijelaskan, seorang kepala sekolah mempunyai peran sebagai supervisor, sebagai motivator (membangkitkan motivasi) dan sebagai inspirator (mampu menumbuh kan inspirasi) terhadap guru di sekolah yang dipim-pinya. Kepala sekolah dalam melaksanakan tupoksi nya, akan dapat berperan sebagai supervisor, motiva-tor maupun inspiramotiva-tor dengan baik dan mampu men-sinergikan ketiga peran tersebut bilamana seorang kepala sekolah memiliki komitmen serta motivasi yang tinggi pada dirinya.

Kepala Sekolah

Melaksanakan Supervisi

Memabangkitkan Motivasi

Menumbuhkan Inspirasi

Peningkatan Kinerja Guru dan layanan pembelajaran yang


(6)

Pelaksanaan supervisi yang terencana, terus menerus dan berkesinambungan oleh kepala sekolah akan membangkitkan motivasi yang tinggi pada guru di sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Motivasi pada diri guru akan menumbuhkan dan membangkitkan semangat pada diri guru untuk mencapai hasil pembelajaran atau

output pada siswa yang berkualitas. Demikian juga

inspirasi positif yang diberikan seorang kepala sekolah terhadap guru sangat diperlukan agar mereka dapat menemukan gagasan dan ide-ide baru dalam melaksa-nakan tugasnya tanpa harus tergantung pada instruk-si dari kepala sekolah.

Bila seorang kepala sekolah mampu melaksana-kan supervisi dengan baik, mampu membangkitmelaksana-kan motivasi, mampu menumbuhkan inspirasi serta mampu mensinergikan perannya sebagai supervisor, motivator dan inspirator dengan baik terhadap guru di sekolah yang dipimpinnya, maka diyakini kinerja mereka akan meningkat. Dengan peningkatan kinerja guru diyakini pula dapat memperoleh hasil kerja mak-simal sehingga para guru akan memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas. Layanan pembelajaran yang berkualitas akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang menjadi tanggungjawabnya.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar T2 942011086 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar T2 942011086 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar T2 942011086 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator dalam Rangka Peningkatan Kinerja Mengajar

0 0 22

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB II

0 0 15

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SMP Negeri 2 Pringapusabupaten Semarang T2 BAB II

0 0 18

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB IV

0 0 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB II

0 0 20