Analisis Prinsip Mengenal Nasabah Dalam Posedur Pemberian Kredit Pensiun Pt Btpn Cabang Surakarta AllanaTalitaZabrina

(1)

commit to user

ANALISIS PRINSIP MENGENAL NASABAH DALAM POSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUN PT BTPN CABANG SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi diploma III Akuntansi

Oleh :

AllanaTalitaZabrina F3308014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

ABSTRACT

ANALISIS PRINSIP MENGENAL NASABAH DALAM PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUN PT BTPN CABANG SURAKARTA

Allana Talita Zabrina F3308014

Purpose of the research is to know standart operating procedur (SOP) of

credit awarding and to know application of client recognizing principle of the credit awarding of PT BTPN of Surakarta branch.

The research is conducted by comparing the theory of client recognizing principle and its actual application in field.

Findings of the research are strengths and weakness of the standard operating procedure of credit awarding in application of client recognizing principle of PT BTPN of Surakarta branch. Strengths of the standard are: the standard operating system was made and implemented properly, document examination and analysis of credit approval were conducted, authorization for credit approval document was performed by stages, document withprinted serial number was used, a clear format of client recognizing from agreeing with Indonesian Bank rules was used, rate of credit return of the BTPN bank was high and very secured with SKEP collateral. The weaknesses were the BTPN bank had no receipt note of collateral for its custodian division, and there was inadequate and less clear information provided for client candidates.

Based on the research, it can be concluded that PT BTPN of Surakarta branch had a good standard operating procedur of credit awarding in attempts of recognizing its client more accurately because the bank has a fixed procedur and format as guidelines of operational works of credit awarding.

For weaknesses of the standard, author recommends that receipt note of collateral receiving, the bank should direct credit to productive one and provide better service and information to customer.


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

...Sesungguhnya yang memperolehilmupengetahuanhanyalah orang-orang yang berfikir. (Q.S. Az-Zumar:9)

Semuakeberhasilanbutuhharapan, perjuangan, dandoa. (Penulis)

Karya Tulis ini penulis persembahkan kepada:

Mamaku tercinta dan tersayang My father and my younger brother’s My big family

My lovely HF Almamaterku


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul ANALISIS PRINSIP MENGENAL NASABAH DALAM PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUN PT BTPN CABANG SURAKARTA.

Penulisan Tugas Akhir disusun untuk memenuhi syarat akhir perkuliahan, dalam mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis dalam menyusunan Tugas Akhir ini secara langsung maupun tidak langsung mendapat bantuan dari beberapa pihak, baik yang berupa pengumpulan informasi, pengarahan, saran, kritik dan motivasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Agus Budiatmanto, MSi, Ak selaku Ketua Program Diploma III

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Sri Hanggana, Drs, MSi, Ak selaku Pembimbing Kegiatan Magang


(7)

commit to user

vii

5. Bapak Anis Widjajanto, SE, Ak selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak maupun Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu praktik dan teori

selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Seluruh tenaga administrasi (kepala bagian tata usaha, bagian pendidikan,

bagian kemahasiswaan, bagian keuangan dan kepegawaian serta bagian umum dan perlengkapan) Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran proses perkuliahan.

8. Bapak Kirno, bapak Siswanto yang telah menyediakan waktunya

membimbing dalam memberikan bimbingan selama pelaksanaan kegiatan magang, membantu menyediakan dan memberi informasi yang penulis butuhkan.

9. Bapak-ibu bagian operasonal di PT. BTPN Tbk cabang Surakarta yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan magang, Bapak Rumanto, Bapak Eko, Ibu Susan, Pak Tommy, Mas Nanang, Mas Memet, mbak Rossi.

10. Mama dan Papa tercinta yang sabar memberikan dorongan, do’a dan restu

serta perhatian untuk kelancaran dan kemajuan penulis.Dekallandandekrama yang selalumenghibur.

11. Oma Yan yang selalu mendorong dan mendesak penulis untuk segera


(8)

commit to user

viii

12. Keluarga besar Dahniar Soetarto Yan atas semua yang diberikan do’a,

dorongan dan materiil.

13. Eyang uti, Keluarga besar Soewarso.

14. Helza yang selalu sabar dalam memberikan dorongan, bimbingan, saran saat

penulis mengalami berbagai masalah dan hambatan.

15. Yanna dan Juwita sesama teman satu bimbingan, hehehe...

16. Teman-teman mahasiswa seangkatan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret yang selalu memberikan dukungan dan semangat luar biasa.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah banyak

memberikan bantuan

Penulis menyadari meskipuntelahberusahasemaksimalmungkintentu tidak terlepas dari kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, Penulis dengan tangan terbuka menerima saran dan kritik yang dapat digunakan sebagai bahan koreksi atas penuliasn Tugas Akhirini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi akademi, perusahaan serta para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surakarta, Juni 2011


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ...1

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 1

2. Visi dan Misi Perusahaan ...3

3. Struktur Organisasi ...4

4. Deskripsi Jabatan ... 6

5. Kegiatan Perusahaan ... 13

B. Latar Belakang Masalah ...15

C. Perumusan Masalah ...17

D. Tujuan Penelitian ... 18


(10)

commit to user

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka 21

1. Prinsip Mengenal Nasabah ...21

2. Pengertian Sistem dan Prosedur ...23

3. Pengertian Kredit ...24

4. Unsur-unsur Kredit ... ...25

5. Tujuan dan Fungsi Kredit ...26

6. Jenis-jenis Kredit ... ...28

7. Prosedur Umum Perkreditan ...30

8. Prinsip-prinsip pemberian Kredit ... 31

9. Jaminan Kredit ... 35

B. Standar Operasional Prosedur Pemberian Kredit PT BTPN cabang Surakarta 36 1. Kriteria Utama yang diatur dalam Product Approval 2. Memorandum ... 36

3. Jaminan Kredit ... 37

4. Fungsi Terkait ... 38

5. Dokumen-dokumen Kredit ...40

C. Prosedur Operasional Prinsip Mengenal Nasabah PT BTPN cabang Surakarta ... 43

D. Analisis Prinsip Mengenal Nasabah dalam Standard Operating Procedur Pemberian Kredit PT BTPN cabang Surakarta ... 46 BAB III TEMUAN


(11)

commit to user

xi

A. KELEBIHAN ... ...52

B. KEKURANGAN ... 54

BAB IV PENUTUP

C. SIMPULAN ... ... 55

D. REKOMENDASI ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. SuratPernyataanTugasAkhir

2. SuratKeteranganMagang

3. Aplikasi permohonan kredit pensiun

4. Memorandum persetujuan kredit

5. Documentation check list

6. Permohonan pelunasan/ penarikan/ SKEP

7. LembarWawancaraProdukkreditpensiun

8. SuratPernyataanPembayaranPensiunanmelaluiRekening/ SP3R


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Perusahaan pada dasarnya merupakan suatu organisasi, yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan, baik perubahan jenis, bentuk maupun strukturnya. Demikian juga dengan sejarah dan perkembangan bentuk usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional(yang selanjutnya disingkat “BTPN”) Tbk cabang Surakarta. PT BTPN Tbk terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer (selanjutnya disebut ”BAPEMIL”) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil, yang ketika itu pada umumnya sangat kesulitan bahkan banyak yang terjerat rentenir.

Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT BTPN Tbk dengan ijin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi


(15)

commit to user

ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL.

Berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (sebagaimana selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998) yang antara lain menetapkan bahwa status bank hanya ada dua yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, maka pada tahun 1993 status PT BTPN diubah dari Bank Tabungan menjadi Bank Umum melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 055/KM.17/1993 tanggal 22 Maret 1993. Perubahan status PT BTPN tersebut telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam surat Bank Indonesia No. 26/5/UPBD/PBD2/Bd tanggal 22 April 1993 yang menyatakan status Perseroan sebagai Bank Umum. Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum pada tanggal 22 Maret 1993. Pada tahun 1997 BTPN diakuisisi oleh Bank Nusa Nasional (BNN) dan Bakrie Group. PT BTPN diakuisisi sampai dengan tahun 2002. Setelah itu BTPN diambil alih oleh BPPN / IBRA. Tahun 2003 Bakrie Group menjual kepemilikannya di PT BTPN kepada PT Recapital, PT Danatama Makmur dan Fuad Hasan Mansyhur.

PT BTPN Cabang Surakarta saat ini membawahi regional seluruh Surakarta dengan dibantu oleh 8 Kantor Cabang Pembantu yang tersebar di seluruh wilayah Surakarta. Kantor-kantor Cabang Pembantu itu adalah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Sragen, KCP Klaten, KCP Boyolali,


(16)

commit to user

KCP Karang Pandan, KCP Sukoharjo, KCP Delanggu, KCP Wonogiri, KCP Karanganyar.

2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

PT. BTPN Tbk cabang Surakarta senantiasa berupaya dengan mempunyai visi yang kuatmenjadi penyedia jasa keuangan retail yang terpilih dan penuh kepedulian di Indonesiadan menjadi bank – bank market (masyarakat berpenghasilan rendah dan segmen usaha mikro) mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia.

b. Misi

Dalam rangka mencapai visi perusahaan, PT BTPN cabang Surakarta mempunyai beberapa misi dengan slogan “Bersama, kita ciptakan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti”, sedangkan misi yang dilakukan antara lain:

1) Melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) di setiap

pengoperasian bisnis PT BTPN Tbk.

2) Menyediakan beragam produk dan layanan yang sesuai dengan

bisnis PT BTPN Tbk kepada nasabah.

3) Menjamin keamanan, kepercayaan, dan kemudahan akses bagi

nasabah PTBTPN melalui penggunaan teknologi mutakhir di setiap pengoperasian bisnis.


(17)

commit to user

4) Manajemen sumber daya manusia dengan mengembangkan

pelatihan yang mengarah kepada peningkatan kompetensi

penguasaan industri jasa keuangan, inovatif dalam pengembangan produk dan layanan.

3. Struktur Organisasi

PT BTPN Tbk berupayameningkatkan produktivitas dan kinerja yang dilakukan melalui perbaikan kualitas pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai dari penempatan karyawan sesuai dengan kompetensinya

(staffing), Penyempurnaan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia dan

membangun Human Resource Information System (HRIS) termasuk

menata system remunerasi yang berbasis dimensi kompetensi skill.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menciptakan kesempatan pengembangan karir merupakan aspek penting dari strategi jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu disusun struktur organisasi yang baik untuk menjelaskan hubungan wewenang dan menggambarkan adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab dalam bidangnya masing-masing.

PT BTPN telah nenyusun struktur organisasi yang dirancang dan dibangun

sesuai dengan perkembangan organisasi dan sumber-sumber

aktivitasnya.Untunk mencapai tujuan perusahaan, penyusunan struktur organisasi ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan aktivitas dan koordinasi antar bagian/divisi dalam suatu perusahaan. Adapun struktur organisasi PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Cabang Surakarta adalah sebagai berikut :


(18)

commit to user

Gambar 1

Struktur Organisasi PT.Bank Tabungan Pensiun Nasional (BPTN) Cabang Surakarta

Keterangan:

PBM : Personal Bussines Manager

PB : Personal Banker

SS : Servis Supervisor

BSMM : Branch Sales dan Marketing Manager

CAS : Credit Acceptance Supervisor

CAO : Credit Acceptance Officer

Area Branch Leader Regional Operation Head

Branch Head

PBM BSMM BOM

SS PB CAS COH SMS LAS OS

CSO SMO CAO Back

Office

LAO COS


(19)

commit to user

COH : Cash Office Head

COS : Cash Office Staff

SMS : Sales Marketing Supervisor

SMO : Sales Marketing Officer

BOM : Branch Operation Manager

LAS : Loan Admin Supervisor

LAO : Loan Admin Officer

CSO : Customer Service Operation

OS : Operational Supervisor

4. Deskripsi Jabatan

Struktur organisasi kurang lengkap tanpa adanya penjabaran deskripsi jabatan yang berisi identifikasi wewenang,kewajiban dan tugas pokok untuk pelaksanaan kerja masing-masing bagian. Untuk memahami dengan jelas dan baik dalam melaksanakan keefektifan pekerjaan deskripsi jabatan dibuat secara tertulis. Deskripsi jabatan ini pun digunakan dalam penentuan nilai

relative suatu pekerjaan, dan oleh karena itu bermanfaat untuk memelihara

kewajaran upah baik secara eksternal maupun internal. Berikut ini deskripsi jabatan yang telah dibuat oleh PT BTPN cabang Surakarta sesuai struktur organisasi yang telah disusun:

a. Area Branch Leader

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab mengkoordinir dan mengelola kinerja kantor-kantor cabang untuk dilaporkan kepada kantor pusat.


(20)

commit to user

2) Fungsi Jabatan

a) Melakukan pengawasan kinerja operasional kantor cabang baik

kegiatan marketing, operasional dan funding.

b) Melaporkan kegiatan kantor cabang ke kantor pusat dan

mengkoordinasikan kegiatan kantor cabang ke kantor pusat agar sesuai dengan target bisnis kantor pusat.

b. Branch Head

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab merencanakan, mengkoordinir, mengelola dan mensupervisi seluruh kegiatan kantor cabang yang meliputi kegiatan operasional dan pengembangan kantor cabang guna menjamin tercapainya target anggaran kantor cabang.

2) Fungsi Jabatan

a) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas prosedur kerja

sekaligus pelaksanaannya yang meliputi operasional dan marketing untuk memastikan kegiatan tersebut sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

b) Melakukan koordinasi dan kerjasama ditingkat cabang

pembantu sesuai kewenangan tugasnya dan memantau pelaksanaan tindak lanjut audit ditingkat cabang sesuai kewenangan tugasnya.


(21)

commit to user

c. Regional Operation Head

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab mengelola, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan operasional kantor cabang.

2) Fungsi Jabatan

a) Mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan operasional kantor

cabang agar berjalan dengan baik.

b) Merencanakan dan melakukan pengendalian kegiatan operasional

kantor cabang.

d. Sub Branch Manager

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinir dan mengelola seluruh kegiatan kantor cabang pembantu yang meliputi kegiatan operasional dan pemasaran dengan peraturan yang ditetapkan

untuk mencapai target yang telah direncanakan. Jabatan Sub Branch

Manager terdiri dari PBM(Personal Bussines Manager), BSMM (Branch

Sales dan Marketing Manager), dan BOM (Branch Operation Manager).

2) Fungsi Jabatan

a) Menyusun rencana kerja anggaran dan rencana kerja kantor cabang

pembantu guna memastikan kegiatan operasional dapat berjalan baik.


(22)

commit to user

b) Melakukan evaluasi terhadap kredit bermasalah dan melakukan

pengawasan atas prosedur kerja yang meliputi operasional dan marketing.

c) Meningkatkan kerjasama dengan perusahan/instansi lain yang

terkait.

e. Operational Supervisor

1) Deskripsi Jabatan

Merencanakan, mengkoordinir dan mengelola seluruh kegiatan operasional di kantor cabang pembantu yang meliputi akuntansi dan

customer service untuk mencapai target yang diinginkan.

Operational Supervisor tediri dari SS (Servis Supervisor), CAS

(Credit Acceptance Supervisor), SMS (Sales Marketing Supervisor),

LAS ( Loan Admin Supervisor) dan OS (Operation Supervisor).

2) Fungsi Jabatan

a) Melakukan pengawasan dan pengendalian prosedur kerja dan

pelaksanaan operasional kantor cabang pembantu untuk memastikan bahwa kegiatan operasional tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

b) Mengelola dan memantau ketersediaan uang tunai untuk

menjaga likuiditas persediaan uang kas. Serta mengkoordinasi tindak lanjut apabila terdapat kredit bermasalah.


(23)

commit to user

f. Accounting Officer

1) Deskripsi Jabatan

Melaksanakan kegiatan pembukuan dan melakukan pelaporan kepada pihak eksternal maupun internal sesuai standar akuntansi.

Accounting officer juga mengkoordinir temuan audit intern untuk

memastikan bahwa kegiatan operasinal berjalan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Accounting officer terdiri dari CAO (Credit

Acceptance Officer), SMO (Sales Marketing Officer) dan LAO

(Loan Admin Officer).

2) Fungsi Jabatan

a) Melakukan pembukuan tarnsaksi dari aktivitas kantor cabang

pembantu dan melakukan pengarsipan terhadap dokumen yang terkait dengan data-data akuntansi.

b) Memantau kelengkapan data atas laporan eksternal seperti

laporan pajak maupun laporan informasi debitur.

c) Mengawasi kegiatan operasional pelayanan kas, pembukuan

dan laporan yang dibuat.

g. Teller/Customer Service Operation

1)Deskripsi Jabatan

Mengelola dan melakukan transaksi harian yang mencakup penerimaan dan membayarkan uang kepada nasabah, serta menyetorkan kas fisik atas kelancaran pelayanan kepada nasabah.


(24)

commit to user

2)Fungsi Jabatan

a) Memeriksa jumlah saldo awal dengan dana tunai yang tersedia

di kas kecil serta menyusun laporan kas harian.

b)Melakukan pembukuan hasil transaksi harian dan meneliti

kebenaran bukti kas yang diterima.

h. Credit Acceptance Supervisor

1)Deskripsi Jabatan

Bertugas melakukan seluruh aktifitas pelayanan terhadap calon debitur tentang informasi atau persyaratan menjadi nasabah baru dan pembaharuan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2)Fungsi Jabatan

a) Memberikan pelayanan terbaik kepada calon debitur dan

memastikan seluruh persyaratan telah dilengkapi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

b)Memberitahukan kepada calon debitur tentang segala risiko dan

sanksi yang akan diterima jika melanggar prosedur yang berlaku.

i. Credit Acceptance Officer

1)Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab atas administrasi kredit dan dokumentasi berkas-berkas terkait proses pemberian kredit dan jaminan kredit sebelum pemberian kredit.


(25)

commit to user

2)Fungsi Jabatan

a) Melakukan pengecekan terhadap jaminan untuk memastikan

kelayakan dokumen.

b)Membuat dan mencetak Surat Perjanjian Kredit (SPK) serta

memeriksa kelengkapan formulir permohomam pemberian kredit beserta dokumen pendukung yang dilampirkan.

j. Credit Admin Officer

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab atas administrasi kredit dan mengecek hasil perhitungan kredit serta memeriksa kelengkapan dokumen kredit.

2) Fungsi Jabatan

a) Membuat laporan tagihan pinjaman dan payment schedule

untuk transaksi penyaluran kredit pensiun.

b) Menganalisis transaksi penyaluran kredit.

k. Sales and Marketing Supervisor

1) Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan kredit pensiun dan mengawasi pelaksanaan pemberian kerdit kepada calon debitur.

2)Fungsi Jabatan

a) Melakukan analisis terhadap data calon debitur untuk membuat

daftar prospek nasabah potensial dan analisis terhadap laporan bulanan kegiatan pemasaran.


(26)

commit to user

l. Sales and Marketing Officer

1)Deskripsi Jabatan

Bertanggung jawab melaksanakan program pemasaran pinjaman pensiun kepada calon debitur baru maupun pembaharuan untuk meningkatkan jumlah nasabah.

2)Fungsi Jabatan

a) Menyimpan dokumen milik calon debitur sampai dokumen

tersebut diserahkan kembali kepada nasabah.

b) Menyediakan data-data pendukung untuk menyusun daftar calon

debitur potensial serta membantu proses pelunasan kredit di instansi yang berkaitan.

5. Kegiatan Perusahaan

Bank BTPN menyediakan berbagai produk simpanan dan tabungan. Yang paling utama adalah fasilitas kredit kepada para pensiun dengan persyaratan mudah, pelayanan cepat, fleksibel jangka waktu dan penggunaannya. Tidak hanya untuk para pensiun, melainkan fasilitas kredit untuk pegawai aktif pun telah disediakan.Setiap simpanan yang ada di PT. BTPN memiliki nilai lebih yang hasil bunga premiumnya dapat dinikmati melalui produk-produk bank BTPN, misalnya:

a. Produk kredit

Bank BTPN memberikan fasilitas kredit dengan syarat yang mudah serta jangka waktu dan penggunaan yang dapat disesuaikan dengan calon debitur, diantaranya adalah:


(27)

commit to user

1) KPN (Kredit Pensiun BTPN)

Kredit yang diberikan kepada pensiunan yang gajinya dibayarkan di loket PT BTPN.

2) KPP (Kredit Pensiun Non BTPN)

Kredit yang diberikan kepada pensiunan yang gajinya dibayarkan melalui instansi lain yang memiliki kerjasama dengan PT BTPN.

3) KPT (Kredit Pensiun Tunjangan)

Kredit yang diberikan kepada “calon pensiunan” dalam rangka penerimaan tunjangan hari tua.

4) Joint Financing

Kredit pensiunan dengan pola pembiayaan bersama antara PT

BTPN dengan mitra joint financingsesuai porsi yang disepakati.

b. Produk-produk lain

1) Deposito

Deposito adalah sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Suku bunga yang diberikan dapat mencapai 7,00%. Produk deposito PT BTPN ada 2,yaitu D’bonus yang memberikan bonus dari tambahan bunga deposito yang diberikan bank dan deposito berjangka.

2) Giro

Giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan


(28)

commit to user

kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di

bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke

banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka. Giro atau rekening Koran ini dapat mendukung kelancaran usaha calon nasabah.

3) Tabungan

Tabungan adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek. PT BTPN mempunyai produk TASETO yaitu tabungan setara deposito yang berarti tabungan yang memberikan bunga setara dengan deposito.

Di dalam aktivitasnya, setiap hari yaitu di akhir hari, semua kantor Cabang Pembantu harus melaporkan semua aktivitas atau transaksi-transaksi yang terjadi ke kantor cabang beserta dengan bukti-bukti dasar yang melandasi transaksi-transaksi itu. Bukti-bukti dasar itu berupa bukti setoran tabungan/Giro, bukti penarikan, Warkat kliring dan Inkaso (bisa berupa cek atau Bilyet Giro) dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan kantor cabang pembantu itu diketahui dan dikendalikan oleh kantor cabang.

B. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga keuangan yang bergerak dibidang jasa keuangan yang berorientasi bisnis. Bank melakukan berbagai macam kegiatan dalam


(29)

commit to user

menjalankan bisnisnya. Kegiatan bank yang paling pokok adalah menghimpun dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak- pihak yang membutuhkan dana. Kegiatan penyaluran dana tersebut dilakukan bank melalui pemberian pinjaman atau kredit (Kasmir, 2004: 29).

Pemberian pinjaman atau kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya sesuai orientasi bisnis bank itu sendiri. Kegiatan pemberian pinjaman atau kredit merupakan kegiatan bank yang paling berperan terhadap besar kecilnya pendapatan operasional bank. Pendapatan operasional ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Pendapatan operasional dari pemberian kredit ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu pendapatan operasional ini dapat memperbesar usaha bank (Kasmir, 2004: 105).

Pemberian pinjaman atau kredit tidak dapat dipungkiri memang sangat berperan dalam orientasi bisnis bank, namun demikian tidak berarti bahwa bisnis pemberian pinjaman atau kredit ini tidak mempunyai resiko sama sekali. Pemberian pinjaman atau kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Dalam hal ini nasabah akan dengan mudah memberikan data-data fiktif,sehingga kredit diberikan kepada pihak-pihak yang tidak layak menerima kredit, yang dapat berakibat penyalahgunaan dana kredit ataupun sulit ditagihnya pembayaran kredit pada waktu jatuh tempo atau yang sering disebut dengan istilah kredit macet.


(30)

commit to user

. Bank dalam memberikan pinjaman atau kredit harus benar-benar merasa yakin bahwa pinjaman atau kredit yang diberikan akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk

mengkaji tentang “ANALISIS PRINSIP MENGENAL NASABAH

DALAM PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DI BANK BTPN CABANG SURAKARTA.”

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang hendak penulis rumuskan adlah sbg berikut:

1. Bagaimana Standard Operating Procedures (SOP) pemberian pinjaman

atau kredit kepada Nasabah di PT BTPN cabang Surakarta?

2. Bagaaimana prosedur operasional Know Your Customer (KYC) PT BTPN

cabang Surakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan prosedur operasional terkait prinsip mengenal

nasabah dalam pemberian pinjaman atau kredit di PT BTPN cabang Surakarta?


(31)

commit to user

D. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai dengan jelas. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui Standard Operating Procedures (SOP) pemberian

pinjaman atau kredit kepada Nasabah di PT BTPN cabang Surakarta.

b. Untuk mengetahui prosedur operasional Know Your Customer

(KYC)PT BTPN cabang Surakarta.

c. Untuk mengetahui penerapan prinsip mengenal nasabah dalam

pemberian pinjaman atau kredit di PT BTPN cabang Surakarta.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah pengetahuan penulis di bidang Perbankan dalam hal

pemberian pinjaman atau kredit pada PT BTPN cabang Surakarta.

b. Untuk melatih kemampuan penulis dalam menerapkan teori ekonomi,

mengembangkan dan memperluas wacana pemikiran serta

pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan guna

menganalisis penerapan prosedur prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit di PT BTPN cabang Surakarta.

c. Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Ahlimadya di


(32)

commit to user

E. Manfaat Penelitian

Salah satu nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pada khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Membantu memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada pihak terkait dengan masalah yang ditulis, dan juga kepada berbagai pihak yang berminat pada permasalahan yang sama.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan tentang penerapan prosedur prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit di bank.

3. Bagi Penulis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran, membentuk

pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu ekonomi yang diperoleh selama dibangku kuliah.


(33)

commit to user

4. Bagi PT BTPN cabang Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu tambahan masukan demi kemajuan bisnis dan juga peningkatan kualitas kinerja perusahaan.


(34)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Prinsip Mengenal Nasabah

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh penyelanggara dalam hal ini lembaga keuangan bank untuk mengetahui antara lain identitas pengirim dan atau penerima, memantau kegiatan usaha pengiriman uang, dan melaporkan transaksi yang mencurigakan sebagaimana diatur dalam peraturan mengenai tindak pidana pencucian uang ( Taswan, 2008: 290). Pengenalan nasabah harus dilakukan terhadap semua transaksi perbankan, dilakukan mulai dari identitas nasabah, prosedur penerimaan nasabah, nasabah secara kontinyu dan kemudian melaporkan pihak yang berwenang. Yang dimaksud dengan nasabah disini adalah pihak yang menggunakan jasa bank dan meliputi perorangan, perusahaan (termasuk yayasan dan badan sejenis lainnya), lembaga pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing serta bank.

Bank Indonesia selama ini telah mengharuskan kepada lembaga perbankan untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah. Penerapan


(35)

commit to user

prinsip mengenal nasabah tidak saja penting dalam rangka pemberantasan

pencucian uang, tetapi juga dalam rangka prudential banking untuk

melindungi bank atau perusahaan jasa keuangan lain dari berbagai risiko

dalam berhubungan dengan nasabah dan counter-party. Lahirnya prinsip

mengenal nasabah (KYC) di Indonesia sekitar 18 juni 2002 di mana Bank Indonesia melakukan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang prinsip mengenal nasabah. Latar belakang Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tersebut adalah karena semakin berkembangnya kegiatan usaha perbankan sehingga bank dihadapkan pada berbagai risiko, baik risiko operasional, risiko hukum, terkonsentrasinya transaksi, maupun risiko reputasi. Ketidak cukupan prinsip mengenal nasabah dapat memperbesar risiko yang di hadapi bank, dapat mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan bagi bank, baik dari sisi aktiva maupun passiva (Adrian, 2008:147)

Untuk penerapan prinsip mengenal nasabah ini, bank wajib menetapkan beberapa hal, yakni:

a. Kebijakan penerimaan nasabah;

b. Kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah;

c. Kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi

nasabah; dan

d. Kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan


(36)

commit to user

Agar penerapan prinsip mengenal nasabah dapat berjalan efektif, maka direksi bank diwajibkan membentuk unit kerja khusus atau menunjuk pejabat yang bertanggung jawab untuk itu.

Berdasarkan PBI tersebut, sebelum melakukan hubungan dengan nasabah, bank wajib meminta informasi mengenai:

a. Identitas calon nasabah;

b. Maksud dan tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan nasabah

dengan bank;

c. Informasi lain untuk dapat mengetahui profil calon nasabah; dan

d. Identitas pihak lain dalam hal calon nasabah bertindak untuk dan atas

nama pihak lain (beneficial owner).

Identitas calon nasabah tersebut harus dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung dan bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung tersebut. Jika diperlukan bank dapat melakukan wawancara dengan calon nasabah untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen pendukung identitas nasabah.

2. Pengertian Sistem dan Prosedur

Sistem menurut James Hall (2001: 5) adalah sekelompok dua atau lebih

komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem -

subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common

purpose). Pengertian sistem yaitu merupakan suatu kesatuan yang terdiri

dari bagian yang saling berhubungan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Zaki Baridwan, 1985: 2). Sedangkan pengertian sistem


(37)

commit to user

menurut Mulyadi (2001: 5) adalah jaringan yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Prosedur menurut Mulyadi (2001: 5 ) adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem adalah komponen-komponen yang saling berkaitan menjadi suatu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan prosedur adalah suatu rangkaian urut-urutan pekerjaan untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.

3. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti

kepercayaan atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaan

akan kebenaran (Mulyono, 2001:9). Kredit dapat diartikan sebagai kepercayaan dalam arti luas. Percaya bagi pemberi kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Percaya bagi pemberi kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. (Kasmir, 2004:101). Kredit menurut Hasibuan (2006:87) adalah pinjaman yang harus dibayar kembali beserta bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 atas perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, kredit


(38)

commit to user

adalah penyediaan uang atau tagiahan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasar persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah kemampuan untuk melakukan pinjam meminjam atas dasar kepercayaan dengan surat perjanjian dalam waktu tertentu dengan jumlah tertentu yang telah disepakati.

4. Unsur-unsur Kredit

Kredit mengandung beberapa unsur yang menjadi satu. Sehingga membicarakan kredit termasuk membicarakan unsur-unsur didalamnya. Unsur-unsur kredit dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.

b. Kesepakatan

Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini akan ditandatangi keduanya. Hak dan kewajiban masing-masing pihak juga tertuang didalamnya dan akan terjadi akad kredit sebelum kredit benar-benar dilakukan.


(39)

commit to user

c. Jangka waktu

Merupakan masa pengembalian kredit, dengan kata lain merupakan jangka waktu pengembalian angsuran kredit. Dalam kondisi tertentu jangka waktu dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan kesepakatan kedua belah pihak.

d. Risiko

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, memungkinkan adanya risiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur.

e. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian kredit. Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Biaya administrasi kredit juga merupakan balas jasa yang dibebankan bank kepada nasabah. (Kasmir, 2004: 103-104).

5. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian kredit mempunyai beberapa tujuan tertentu yang hendak dicapai biasanya tergantung tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit tersebut tentunya juga tidak akan terlepas dari misi bank didirikan. Beberapa tujuan pemberian kredit antara lain adalah:


(40)

commit to user

a. Memperoleh keuntungan, keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga

yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana.

c. Membantu pemerintah dalam berbagai bidang diantaranya adalah

peningkatan penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja,

meningkatkan jumlah barang atau jasa.

Disamping memiliki tujuan, pemberian kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit secara luas antara lain:

a. Meningkatan daya guna uang, dengan kredit bank dapat menyalurkan

uang yang telah dihimpunnya dan dapat bermanfaat lebih untuk produktivitas masyarakat.

b. Meningkatan peredaran dan lalu lintas uang, melalui kredit peredaran

uang giral ataupun uang kartal akan lebih berkembang misalnya penggunaan kredit rekening koran,cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank

c. Meningkatan daya guna barang, dengan pemberian kredit barang akan

dihasilkan menjadi bermanfaat oleh produsen.

d. Meningkatan peredaran barang, biasanya dengan kredit ekspor impor

dapat memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi, selain kredit dapat menambah jumlah


(41)

commit to user

pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

f. Meningkatkan kegairahan berusaha, dengan bantuan kredit akan

meningkatkan kegairahan berusaha debitur.

g. Meningkatkan pemerataan pendapatan nasional, peningkatan usaha

dengan adanya kredit menyebabkan peningkatan pula pendapatan.

6. Jenis-jenis Kredit

Beragam jenis usaha dan kebutuhan akan dana menyebabkan beragam jenis kredit. Secara umum beragam jenis kredit menurut kasmir (2004:109-114) dibedakan berdasarkan beberapa aspek, antara lain:

a. Menurut Tujuannya

1) Kredit produksi atau eksploitasi, yaitu kredit yang digunakan untuk

peningkatan usaha atau produksi atau investasi untuk meningkatkan barang atau jasa.

2) Kredit perdagangan, kredit yang digunakan untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.


(42)

commit to user

3) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi

pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha.

b. Menurut Jangka waktunya

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum

satu tahun. Setelah berakhirnya jangka waktu biasanya oleh bank diberi perpanjangan waktu lagi atas permohonan debitur.

2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara

satu tahun sampai tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari

tiga tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam jangka rehabilitasi, ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.

c. Menurut segi penggunaannya

1) Kredit investasi, yaitu kredit jangka panjang yang biasanya

digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

2) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan


(43)

commit to user

d. Menurut jaminannya

1) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu

jaminan, jaminan itu dapat berbentuk barang berwujud dan tidak berwujud atau jaminan orang.

2) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan atau

orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik debitur.

7. Prosedur Umum Perkreditan

Tahap-tahap yang biasa dilalui dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh bank adalah:

a. Permohonan fasilitas kredit

1) Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis kredit.

2) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

3) Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa laku kredit yang

telah berakhir jangka waktunya.

4) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat

fasilitas kredit yang sedang berjalan.

b. Penyidikan kredit

1) Wawancara dengan pemohon kredit.

2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit


(44)

commit to user

3) Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban

mengenai hal-hal yang dikemukakan oleh nasabah dan informasi lain yang diperoleh.

4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang

telah dilaksanakan.

c. Analisis kredit

1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan, penguraian dari segala aspek

baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui

kemungkinan dapat atau tidaknya suatu permohonan kredit dipertimbangkan.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan yang berisi penguraian

dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dan permohonan kredit nasabah. (Thomas Suyatno, 1995:69-71)

8. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum bank memberikan kredit, dilakukan suatu penilaian atas permohonan kredit tersebut. Hal ini dimaksud untuk meletakkan kepercayaan dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari setelah kredit diberikan. Diharapkan pula dengan penilaian ini dapat mengurangi risiko kredit. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan sebelum pemberian kredit, antara lain:


(45)

commit to user

a. Prinsip 5C

1) Character (watak)

Analis kredit harus meneliti dan meyakini calon debitur mempunyai watak atau karakter yang baik untuk memberikan kredit. Karakter calon debitur dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah bank-bank lain tentang perilaku, kejujuran,

tepat janji, adanya keinginan untuk membayar (willingness to pay)

kewajibannnya.

2) Capacity (kemampuan)

Calon debitur perlu dianalisis usahanya untuk mengetahui secara pasti kemapuan melakukan pembayaran atas kreditnya.

3) Capital(modal)

Calon debitur perlu dianalisis besar modal, struktur modal, tingkat

likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas perusahaannya (jika

mempunyai perusahaan). Jika tidak mempunyai perusahaan dilihat dari pendapatan yang selalu meningkat atau pun kekayaan lain yang dimiliki.

4) Condition of Ekonomi

Kondisi perekonomian perlu menjadi pertimbangan, karena akan berdampak baik atau buruk terhadap usaha calon debitur.


(46)

commit to user

5) Collateral(agunan)

Jaminan yang diberikan calon debitur mutlak harus dianalisis secara yuridis dan ekonomis. Merupakan syarat utama penentuan disetujui atau tidaknya permohonan kredit.

b. Prinsip 7P

1) Personality (kepribadian)

Sifat dan perilaku calon debitur juga merupakan pertimbangan analis kredit dalam melakukan penilaian kredit. Pribadi yang baik akan berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Semua itu dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pendidikan, pekerjaan, ataupun latar belakang lingkungan (pergaulan).

2) Party

Bank perlu mengklasifikasikan calon debitur berdasarkan watak. Modal, dan loyalitas. Hal ini untuk memberikan arah bagi analis bank untuk bersikap dalam pemberian fasilitas kredit.

3) Purpose (tujuan)

Bank melihat tujuan calon debitur dalam permohonan kredit sebagai pertimbangan dampak positif atau negatifnya dari sisi ekonomi dan sosial.


(47)

commit to user

4) Prospect

Prospek perusahaan di masa datang, akan menguntungkan atau merugikan. Hal ini perlu diketahui analis kredit untuk kelancaran pengembalian kredit.

5) Payment

Pembayaran yang dilakukan debitur atas pinjaman yang diberikan

bank akan lancar jika analisis kredit mengestimasi dan

memperhitungkan penjualan ataupun pendapatan calon debitur.

6) Profitability

Analis kredit menganalisis calon debitur berdasarkan kemampuan calon debitur untuk memperoleh keuntungan dari kredit yang diberikan bank. Kemampuan ini diukur dengan jumlah kewajiban, baik angsuran, bunga, dan biaya-biaya kredit yang harus dibayar oleh calon debitur. Bila diperkirakan mampu untuk mengatasinya, maka

calon debitur dipandang memiliki kemampuan memperoleh

keuntungan.

7) Protection

Pemberian kredit dilakukan jika bank mendapatkan perlindungan. Dengan jaminan, bank telah mendapat pengaman dan telah diikat dengan hak tanggungan.


(48)

commit to user

c. Prinsip 3R

1) Retuns

Analis kredit mengestimasi sejauh mana calon debitur dapat memperoleh pendapatan yang cukup untuk mengembalikan kredit beserta kewajibannya.

2) Repayment

Analis kredit memperhitungkan kemampuan calon debitur melakukan pembayaran kredit dengan usaha yang dilakukan calon debitur tetap berjalan.

3) Risk Bearing Ability

Analis kredit memperhitungkan besarnya kemampuan calon debitur

untuk menghadapi kemungkinan risiko kegagalan

perusahaan.(Johannes Ibrahim, 2004:16-19)

9. Jaminan Kredit

Jaminan kredit adalah penyerahan kekayaan dari debitur kepada kreditur sebagai pernyataan kesanggupan seseorang untuk menangggung pembayaran kembali suatu hutang (Suyatno, 2003:81). Menurut kasmir (2004:113) tujuan jaminan adalah untuk melindungi kredit dari risiko kerugian, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sedangkan jaminan atau agunan kredit menurut Malayu Hasibuan (2006:109) adalah barang-barang dan atau surat-surat efek yang diserahkan debitur kepada

bank dan menjadi syarat-syarat dalam menentukan besarnya plafond


(49)

commit to user

No.23/69/KEP/DIR, tanggal 28 februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit Pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa: Bank tidak diperkenakan memberikan kredit kepada siapa pun tanpa adanya jaminan. Yang dimaksud dengan jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian. Dari deskripsi-deskripsi jaminan diatas dapat disimpulkan jaminan kredit adalah barang-barang, surat-surat atau pun kekayaan debitur untuk kepastian melunasi kredit demi menghindari risiko kerugian kredit sehingga memberikan keyakinan bank dalam pemberian kredit. Bank harus menilai jaminan yang diberikan debitur, dimana jaminan harus memenuhi keabsahan hukum dan mempunyai nilai ekonomi.

B. Standar Operasional Prosedur Pemberian Kredit PT BTPN cabang

Surakarta

PT. BTPN cabang Surakarta dalam menjalankan proses pemberian kredit mempunyai standar operasional untuk mempertimbangkan keputusan pemberian kredit dan menghidarkan masalah – masalah yang ada dalam jangka waktu kredit. Standar operasional prosedur yang selanjutnya disebut SOP pemberian kredit berdasarkan memorandum direksi No :001/DIR-OP/II/2003 adalah:

1. Kriteria utama yang diatur dalam Product Approval Memrandum

a. Pensiun merupakan pensiun sendiri, pensiunan janda atau duda.


(50)

commit to user

c. Penerima uang pensiun setiap bulannya melalui Bank BTPN (kantor

cabang/ kantor cabang pembantu).

d. Jumlah yang dapat dijadikan angsuran kredit pensiun 90% dari jumlah

uang pensiun bulanan.

e. Analisis kredit seperti plafond kredit (tingkat suku bunga, tarif, dan

jenis biaya kredit) dan jangka waktu kredit ditetapkan sendiri setelah pengajuan.

f. Kelengkapan dokumen pokok nasabah yang berisi antara lain:

1)Asli dan foto copy SKEP (Surat Keputusan Pensiun).

2) Asli dan fotocopy Kartu regristasi Induk Pensiun.

3)Asli dan Fotocopy KTP, KK, dan rekening listrik.

4)Asli danfotocopy NPWP bagi pensiun yang pensiunan bulanannya

lebih dari Rp 1.320.000,00.

5)Asli dan foto copy bukti pembayaran uang pensiun bulan

sebelumnya.

2. Jaminan kredit

Jaminan kredit pensiun pada PT BTPN cabang Surakarta adalah surat berharga pensiunan yang menyatakan kebenaran akan dana pensiun yang berupa SKEP dan surat kuasa pendebitan rekening ditandatanagani debitur yang ada pada dokumen Surat Perjanjian Kredit (SPK).


(51)

commit to user

3. Fungsi Terkait

a. Fungsi Akuntansi

Fungsi Akuntansi dilakukan oleh Accounting Officer. Tugas dan tanggung

jawab Accounting Officer dalam SOP pemberian kredit pensiun adalah:

1) Menyimpan dokumen fotokopi lembar kedua Surat Perjanjian

Kredit (SPK) sebagai arsip jika ada pemeriksaan dari kantor pusat.

2) Menyetorkan uang tunai pada fungsi kas.

3) Mengelola ketersediaan uang tunai untuk menjaga persediaan uang

kas harian.

b. Fungsi Sekretariat

Fungsi Sekretariat dilakukan oleh Credit Acceptanece Officer dan Credit

Admin Officer. Tugas dan tanggungjawab Credit Acceptane Officer

dalam kaitannya prosedur pemberian kredit adalah:

1) Menerima pengajuan kredit pensiun.

2) Memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan kredit.

3) Menyiapkan aplikasi permohonan kredit.

4) Membuat dan mencetak dokumen SPK.

5) Membantu calon debitur dalam mengisi dan menandatangani

dokumen kredit.

Tugas dan tanggungjawab Credit Admin Officer adalah:

1) Menginput data pinjaman.

2) Membuat dan mencetak rincian jadwal angsuran.


(52)

commit to user

c. Fungsi Perhitungan

Fungsi perhitungan dilakukan oleh Credit Acceptance Supervisor.

Tanggungjawab Credit Acceptance Supervisor pemberian kredit adalah:

1) Memastikan kelengkapan dokumen.

2) Melakukan wawancara dan analisa nasabah untuk persetujuan

pemberian kredit.

3) Melakukan simulasi/ perhitungan kredit.

4) Bertanggungjawab terhadap otorisasi/ persetujuan pemberiaan

kredit yang tertuang dalam dokumen SPK.

d. Fungsi pembukaan Nomor Customer

Fungsi ini dilakukan oleh Customer service. Tugas dan tanggungjawab

Customer Service adalah:

1) Melaksanakan pembukaan monor nasabah.

2) Melaksanakan input data diri debitur.

e. Fungsi Kas

Fungsi kas dilakukan oleh teller. Tugas dan tanggungjawab teller dalam prosedur pemberian kredit adalah:

1) Bertanggungjawab terhadap keamanan uang tunai.

2) Mencairkan pinjaman.

3) Menandatangani dan memberi stempel PAID pada dokumen SPK

dan Rincian pinjaman.


(53)

commit to user

5) Menyelenggarakan Laporan harian penerimaan dan pengeluaran

sebagai bahan pertanggungjawaban terhadap fungsi akuntansi.

f. Fungsi Pemeriksaan Intern

Sub Branch Manager dalam prosedur pemberian kredit melaksanakan

fungsi pemeriksaan intern. Tugas dan tanggungjawab Sub Branch

Manager adalah:

1) Memeriksa isi dokumen SPK terkait plafond, jangka waktu dan

jenis kredit.

2) Bertanggungjawab atas otorisasi atau persetujuan kredit sesuai

SPK.

g. Fungsi Penyimpanan

Fungsi penyimpanan dilakukan oleh Sales Marketing Officer. Tugas dan

tanggungjawab Sales Marketing Officer adalah:

1) Mencatat manual pinjaman kredit pensiun dalam buku penyaluran

kredit pensiun.

2) Menyimpan dokumen nasabah ke dalam brangkas.

3) Bertanggung jawab atas ke absahan SKEP dan bertanggungjawab

menyimpan dokumen sampai SKEP dikembalikan.

4. Dokumen-dokumen kredit pensiun

a. Dokumen persyaratan kredit pensiun merupakan dokumen yang harus

dilampirkan calon debitur yang akan mengajukan kredit pensiun. Berupa dokumen asli dan fotokopi rangkap 2 anatra lain: KARIP, SKEP, KTP, KK, Rekening listrik, NPWP bagi pensiun yang dana


(54)

commit to user

pensiunnya Rp 1.320.000 per bulan dan bukti pembayaran uang pensiun bulan sebelumnya.

b. Aplikasi permohonan kredit pinjaman, formulir yang diiisi dan di

tandatangani calon debitur yang akan mengajukan kredit pensiun, yang berisi data pribadi pemohon, data suami/istri, data pinjaman.

c. Analisa pinjaman merupakan dokumen hasil perhitungan kredit

pensiun yang berisi data pinjaman kredit pensiun, data dari debitur, dan data tambahan antara lain nomor SKEP, tanggal SKEP, penerbit SKEP.

Analisa pinjaman dibuat oleh Credit Acceptance Supervisor dan

ditandatangani oleh debitur dan petugas bank (CAS)

d. Test wawancara debitur merupakan dokumen kredit pensiun yang berisi

wawancara data diri debitur, suami/ istri, anak, dan ibu kandung yang

dilakukan oleh Credit Acceptance Supervisor dan ditandatangani oleh

debitur dan petugas bank (CAS).

e. Memorandun Persetujuan Kredit (MPK), merupakan dokumen yang

dibuat berdasarkan analisa pinjaman dan hasil wawancara dengan debitur yang berisi antara lain: aspek yuridis, aspek keuangan, dan

kriteria persetujuan utama. MPK dibuat oleh Credit Acceptance

Supervisordan ditandatangani oleh debitur dan petugas bank (CAS).

f. Surat Pernyataan, merupakan dokumen khusus yang Credit Acceptance

Supervisor bagi pensiunan janda atau duda yang mengajukan kredit


(55)

commit to user

g. SPK (Surat Perjanjian Kredit), merupakan dokumen hukum yang berisi

perjanjian kredit antara debitur dan pihak bank. Dokumen ini harus

ditandatangani debitur dan pihak bank (Sub Branch Manager dan

Credit Acceptance Supervisor). SPK dicetak oleh Credit Acceptance

Officer dan dibuat rangkap 5 yaitu: asli dan fotokopi lembar pertama

sebagai arsip kantor dan fotokopi lembar kedua sebagai arsip

accounting officer. Sebelum pencairan pinjaman kredit pensiun, SPK

harus diotorisasi Sub Branch Manager. SPK meliputi: SPK, surat kuasa

pendebitan rekening, bukti penerimaan premi asuransi, rincian pinjaman, dan surat persetujuan suami atau istri.

h. Rincian Jadwal Angsuran (Payment Schedule), merupakan dokumen

yang berisi rincian pokok pinjaman dan bunga pinjaman sampai jangka waktu yang telah disepakati yang didalamnya tertera kode transaksi untuk membuka blokir komputer agar pinjaman dapat dicairkan, dicetak

oleh Credit Admin Officer melalui program komputer YR2 dan dibuat

rangkap dua yaitu asli dan fotokopi.

i. Bukti pengeluaran kas yaitu dokumen yang berisi bukti pengeluaran kas

pencairan kredit pensiun. Bukti pngeluaran kas dicetak oleh teller melalui program komputer YR1 dan dibuat rangkap 2 yaitu asli sebagai

arsip teller dan fotokopi sebagai arsip accounting officer.

j. Bukti Penyerahan Jaminan Kredit, merupakan dokumen yang berisi


(56)

commit to user

C. Prosedur Operasional Prinsip Mengenal Nasabah PT BTPN cabang

Surakarta

Prinsip mengenal nasabah diharuskan Bank Indonesia kepada lembaga keuangan untuk semua transaksi dan dilakukan diawal sebelum bank menerima nasabah dalam rangka melindungi Bank. Bank Indonesia mewajibkan bank meminta data dan informasi calon nasabah serta identifikasi calon nasabah. Hal-hal lain yang berkaitan dengan profil calon nasabah juga harus diteliti. Dengan dokumen pendukung dan wawancara, bank dapat dengan jelas dan pasti mengenali calon nasabahnya.

PT. BTPN Kantor Cabang Surakarta menetapkan prinsip kehati- hatian dalam setiap menerima calaon nasabahnya.. Hal tersebut dikarenakan agar mengurangi risiko yang terjadi berhubungan dengan Nasabah yang berisiko tinggi terhadap kemungkinan penyalahgunaan produk perbankan.Produk

berisiko tinggi (High Risk Product) yaitu produk yang digunakan sebagai

sarana untuk pencucian uang dan penyalahgunaan pendanaan. Produk berisiko

tinggiantara lain: electronik banking, Internet Banking, Transfer Dana,

pemberian kredit dan pendanaan, Credit Card, Safe Deposit Box, LC. PT

BTPN cabang Surakarta mempunyai prosedur operasional KYC (Know Your

customer). Prosedur ini telah dibuat secara umum untuk semua transaksi

terutama transaksi yang berkaitan dengan produk berisiko tinggi guna menjaga keamanan bank sesuai intruksi dan peraturan bank Indonesia.Adapun


(57)

commit to user

prosedur operasional KYC pada PT BTPN cabang Surakarta adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Calon Nasabah

a) Lakukan pertemuan (tatap muka) dengan calon nasabah.

b) Lakukan identifikasi dan verifikasi lebih ketat antaraCustomer Due

Dilligencedan Extensive Due Dilligence.

c) Pastikan form pembukaan rekening diisi lengkap oleh nasabah.

d) Lakukan rekonfirmasi seluruh data yang diisi pada form pembukaan

rekening.

e) Lakukan identifikasi dan verifikasi atas dokumen yang diberikan

nasabah (kebenaran/keaslian dokumen).

f) Pastikan nasabah tidak termasuk dalam Daftar Hitam Bank

Indonesia (DHBI).

g) Untuk Extensive Due Dilligence (EDD), catat hasil EDD pada form

EDD dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di cabang.

h) Pastikan kewajaran perilaku nasabah saat melakukan pembukaan

rekening

i) Pastikan field mandatory KYC telah diisi baik pada formulir dan

sistem.

j) Untuk EDD pembukaan rekening high risk ditandatangani oleh

pejabat yang setingkat lebih tinggi dari pejabat yang berwenang menyetujui pembukaan rekening non high risk.


(58)

commit to user

Penolakan Calon Nasabah

a) Tercantum dalam Daftar Hitam Bank Indonesia (DHBI).

b) Tidak diyakini kebenaran/keaslian dokumen pendukung.

c) Tidak bersedia memberikan informasi yang diminta.

d) Memberikan informasi yang tidak lengkap/kurang

memuaskan/menyesatkan/palsu.

e) Menyulitkan petugas saat melakukan verifikasi terhadap informasi

yang diberikan.

2. Monitoring

a) Monitoring dilakukan pada transaksi keuangan yang dilakukan atau

batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana, transaksi nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghidari pealaporan transaksi, transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi nasabah..

b) Deteksi terjadinya transaksi keuangan tunai yang dilakukan dengan

cara memantau aliran uang tunai masuk atau uang tunai keluar yang terjadi pada masing-masing bank.

c) Proses pengkiniian data

3. Pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK).

D. Analisis Prinsip Mengenal Nasabah dalam Standard Operating


(59)

commit to user

PT BPTN telah membuat kebijakan dalam mengenali dan menerima calon nasabahnya. Bisnis utama PT BTPN adalah pemberian kredit, dalam

menjalankan bisnisnya dibuatlah Standard Operating Procedur (SOP)

pemberian kredit yang tentunya telah dirancang semedemikian rupa untuk mengurangi risiko kredit. Prinsip mengenal nasabah dalam hal ini diterapkan dalam SOP untuk transaksi pemberian kredit, olehkarena itu dapat dibuktikan

dengan penerapan prinsip-prinsip pemberian kredit yang ada pada Standard

Operating Procedur. Pelaksanaan standar operasional prinsip mengenal

nasabah (KYC) terkait transaksi pemberian kredit adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Calon Nasabah

a) Lakukan pertemuan (tatap muka) dengan calon nasabah.

Credit Acceptance Officer telah melakukan face to face dalam

penerimaan calon nasabah atau dalam hal transaksi pemberian kredit adalah calon debitur.

b) Pastikan form pembukaan rekening diisi lengkap oleh nasabah.

Credit Acceptance Officer membantu calon nasabah dalam pengisiian

formulir dan memeriksa dokumen persyaratan kredit.

c) Lakukan rekonfirmasi seluruh data yang diisi pada form pembukaan

rekening.

Credit Acceptance supervisor telah memeriksa data yang telah diinput

Customer Service Operation, dan melakukan wawancara terkait data


(60)

commit to user

d) Lakukan identifikasi dan verifikasi atas dokumen yang diberikan

nasabah (kebenaran / keaslian dokumen).

Credit Acceptance Supervisor telah memeriksa keabsahan dokumen

yang diberikan calon nasabah.

e) Pastikan nasabah tidak termasuk dalam Daftar Hitam Bank Indonesia

(DHBI).

Credit Acceptance Supervisor memastikan calon nasabah tidak terdapat

dalam daftar internal bank maupun DHBI.

f) Lakukan identifikasi dan verifikasi lebih ketat antara Customer Due

Dilligence (CDD) dan (Extensive Due Dilligence).

Credit Acceptance Officer mengidentifikasi calon debitur sesuai tingkat

risiko calon nasabah berdasarkan profil yang diberikan calon nasabah. Nasabah yang tergolong tinggi dan Politically Exposed Persons (PEP) dilakukan CDD yang lebih mendalam atau EDD.

g) Untuk Extensive Due Dilligence (EDD), catat hasil EDD pada form

EDD dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di cabang.

h) Pastikan kewajaran perilaku nasabah saat melakukan pembukaan

rekening.

i) Pastikan field mandatory KYC telah diisi baik pada formulir dan

sistem.

j) Untuk EDD pembukaan rekening high risk ditandatangani oleh pejabat

yang setingkat lebih tinggi dari pejabat yang berwenang menyetujui pembukaan rekening non high risk. Terkait transaksi pemberian kredit


(61)

commit to user

pejabat yang berwenang dalam penandatanganan rekening high risk

adalah Cash Operating Head.

2. Monitoring

a) Monitoring dilakukan pada transaksi keuangan yang dilakukan atau

batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana, transaksi nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghidari pelaporan transaksi, transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi nasabah.

Pelaksanaan terkait transaksi pemberian kredit, monitoring dilakukan

oleh Credit Acceptance Officerdengan mengevaluasi adanya indikasi

ketidaklaziman merupakan hal yang wajar atau bahkan mencurigakan sehingga termasuk dalam kategori yang wajib dilaporkan.

b) Deteksi terjadinya transaksi keuangan tunai yang dilakukan dengan cara

memantau aliran uang tunai masuk atau uang tunai keluar yang terjadi pada masing-masing bank.

Frontliner umumnya tidak melakukan upaya klarifikasi karena takut

menyinggung nasabah, namun dengan menghubungi nasabah dengan cara untuk mengenal dengan baik, bukan untuk interogasi.

c) Proses pengkinian data

Terkait pelaksanaan proses pengkinian data nasabah, PT BTPN cabang Surakarta melakukan pengkinian data dengan cara: pada saat nasabah


(62)

commit to user

datang ke kantor cabang, berdasarkan analisa dan pemantauan sistem,

Customer Service menghubungi nasabah melalui telepon terkait tujuan

pengkiniiandata nasabah, dan selanjutnya Customer Service melakukan

verifikasi data yang diperoleh.

3. Pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK).Setiap bulan, PT. BTPN Kantor Cabang Surakarta telah menyusun laporan rekap penerimaan nasabah dan transaksi High Risk ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK).

Standar Operating Prosedur pemberian kredit PT BTPN dibuat dengan menggabungkan ketiga prinsip pemberian kredit untuk lebih mengenal baik kepada nasabahnya, yang dapat dianalisis sebagai berikut:

a. Pada prinsip 5C PT BTPN lebih menekankan pemberian kredit dalam

aspek Character, Capital dan Colateral. Dalam pemeberian kredit, dilihat

dari besarnya penghasilan pensiunan dan melihat keaslian SKEP. Dengan

menekankan pada prinsip Character, Capacity dan Collateral ini PT

BTPN memiliki kemungkinan tingkat pengembalian yang tinggi dan kesemua itu untuk meminimalisir risiko gagal tertagihnya angsuran pinjaman. Penerapan prinsip ini dapat dilihat dari:

1) Adanya permintaan informasi data nasabah seperti nama lengkap

termasuk alias, nomor dokumen identitas calon nasabah, alamat terkini, pekerjaan, pendidikan, kewarganegaraan. Adanya pengecekan dokumen identitas calon nasabah dan permintaan informasi lain terkait


(63)

commit to user

Debitur) untuk mengetahui kejujuran calon debitur serta masih adanya tanggungan calon debitur terhadap pihak lain.

2) Dokumen Aplikasi Permohonan Kredit dengan adanya permintaan

pengisian nomor SKEP dan nomor SKEP ini harus dipastikan keasliannya tidak adanya nomor SKEP ganda atau palsu.

3) Memorandum Persetujuan Kredit adanya pengisian jumlah

penghasilan dan nomor SKEP yang melihat ke aspek capacity dan

collateral.

4) Pada test wawancara calon nasabah juga menunjukkan adanya prinsip

capacity, informasi yang diambil adalah nama, tempat tinggal, status

kepemilikan, golongan atau pangkat terakhir serta jumlah tanggungan. PT BTPN dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah untuk menjalankan

bisnis kreditnya selain lebih mengacu pada prinsip caracther, capacity dan

collateral juga tetap mempertimbangkan capital dan condition of economi.

b. Prinsip 7P

Penerimaan nasabah untuk pemberian kredit, PT BTPN lebih mengacu

pada personality,purposedan protection. Penerapan prinsip tersebut dapat

dilihat dari:

Dokumen Aplikasi Permohonan Kredit terdapat beberapa data yang harus diketahui untuk mengenali calon nasabah, antara lain: Nama sesuai KTP, alamat sesui KTP, alamat tempat tinggal, no telp rumah, tempat tanggal lahir, pendidikan, nama gadis ibu kandung, status perkawinan, agama, pekerjaan, nama suami atau istri pemohon, alamat suami atau istri


(64)

commit to user

pemohon yang menunjukkan PT BTPN melihat dari prinsip personality.

Plafond dan tujuan penggunaan menunjukkan prinsip purpose. Nomor

SKEP, kode pensiun, sumber dana, pengelola pensiun, dan kepesertaan

asuransi menunjukakan prinsip protection.

c. Prinsip 3R

PT BTPN lebih menerapkan prinsip Return dalam pemberian kredit dilihat

dari jumlah kredit yang diberikannya mengacu pada berapa besar penghasilan pensiunan per bulan dikurangi pengeluaran. Pertimbangan besarnya angsuran yang dibebankan kepada calon debitur tidak lebih dari setengah penghasilan bersih yang diterima oleh calon debitur. Hal ini untuk mengantisipasi apabila adanya pengeluaran tak terduga yang diperlukan oleh calon debitur. Sehingga PT BTPN dapat menentukan besarnya angsuran dan memastikan tingkat pengembalian pinjaman.

Pemberian fasilitas kredit PT BTPN yang lebih mengarah ke kredit konsumtif menjadikan kebijakan yang disusun tidak menekankan pada

prinsip Repayment dan Risk Bearing Ability. Namun demikian untuk

pemberian kredit mikro kecil tetap harus mempertimbangkan prinsip keduanya.

BAB III


(65)

commit to user

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui standard operating

procedur(SOP) dalam pemberian kredit pensiun dan menganalisis prinsip

mengenal nasabah yang telah diatur dan diharuskan bank indonesia dalam PBI (Peraturan Bank Indonesia). Setelah mekakukan penelitian langsung terhadap standard operating prosedur pemberian kredit dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dalam standar operating prosedur terkait prinsip mengenal nasabah, adapun kelebihan dan kelemahan SOP yang telah dibuat PT BTPN antaralain:

A. Kelebihan

PT BTPN telah menyusun kebijakan terkait pemberian kredit dengan membuat SOP. Kebijakan yang telah disusun mempunyai beberapa kelebihan terkait prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit untuk mengurangi risiko-risiko kredit dan untuk melindungi bank, antaralain:

1. Sudah mematuhi PBI untuk meminta informasi identitas calon nasabah

dan memiliki kriteria utama dalam pemberian kredit dengan meminta kelengkapan dokumen pokok nasabah terkait identitas calon nasbah. Keaslian atau keabsahan dokumen menjadi prioritas utama untuk persetujuan kredit. Syarat-syarat yang digunakan atas kelengkapan dokumen untuk mengikat nasabah sudah baik.

2. PT BTPN dalam melaksanakan prosedur operasional prinsip mengenal

nasabah (KYC) sudah cukup konsisten sesuai Prosedur yang telah dibuat.


(66)

commit to user

3. Pada formulir dan dokumen-dokumen pemberian kredit telah diformat

dengan baik sesuai prinsip mengenal nasabah untuk mengurangi risiko kredit.

4. Memiliki tingkat kepastian yang tinggi atas pengembalian pinjaman

dengan mengacu prinsip collateral meminta syarat memberikan jaminan

SKEP pada fasilitas kredit. Jika keaslian dan keabsahan SKEP telah dipastikan maka dengan pasti pinjaman akan kembali, karena dengan pengurangan secara langsung gaji pensiun yang dikeluarkan penerbit SKEP.

5. Telah adanya pembuatan dokumen yang lengkap seperti: Aplikasi

Permohonan kredit, Surat Perjanjian Kredit yang ditandatangani kedua belah pihak, bukti penyerahan jaminan dan adanya surat pernyataan yang ditandatangani debitur dengan diberi materai Rp 6.000,00. Semua dokumen tersebut dibuat untuk saling mengikat kedua belah pihak dan menghindari risiko yang tidak diinginkan kedua belah pihak.

6. Sebelum pencetakan SPK (Surat Perjanjian Kredit) adanya wawancara dan

analisa pinjaman untuk lebih mengenal calon nasabah.

7. Dokumen SPK sudah dilakukan dengan nomor urut tercetak yaitu No CIF

yang sebelumnya telah diinput dalam komputer dan telah dibuat rangkap 5 untuk arsip bagian akuntansi, bagian perkreditan dan nasabah dan untuk


(67)

commit to user

8. Dokumen SPK telah diotorisasi dengan baik dan dilakukan berlapis oleh

Sub Branch Manager dan Credit Acceptance Supervisor untuk pengecekan

dan penganalisisan data.

B. Kelemahan

Kebijakan yang telah disusun sebaik apapun pasti ada kelemahan di beberapa sisi. Adapun kelemahan standard operating prosedur yang telah dibuat PT BTPN terkait prinsip mengenal nasabah adalah:

1. Belum adanya bukti penyerahan jaminan ke bagian penyimpanan

dokumen, ini dapat disalahgunakan oleh pihak intern PT BTPN cabang Surakarta.

2. Kurang adanya peran kontrol Operational Supervisor terkait kinerja

karyawan dalam pelaksanaan standar operasional prinsip mengenal nasabah (KYC).

3. Masih manualnya sistem pencatatan penyaluran kredit membutuhkan

waktu yang lebih panjang daripada sistem komputer dan mempunyai kemungkinan kesalahan pencatatan yang lebih besar baik tertukar data ataupun belum dimasukkannya data.

4. Kurangnya penjelasan kepada nasabah, dalam persetujuan pemberian

kredit diperlukannya NPWP bagi pensiun yang dana pensiunnya Rp 1.320.000 per bulan dan bukti pembayaran uang pensiun bulan sebelumnya., berakibat kredit menjadi lambat diberikan jika mengingat kebutuhan nasabah yang mendesak.


(68)

commit to user BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

PT BTPN cabang Surakarta merupakan lembaga keuangan bank yang kegiatan pokok usahanya adalah membantu para pensiunan dengan memberikan fasilitas kredit. Dalam menjalankan usahanya tidak jarang terjadinya masalah macetnya angsuran kredit. Dengan satandar operating prosedur yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik dalam pemberian kredit maka akan mengurangi risiko kredit yang akan mematikan bisnis usaha bank.

PT BTPN cabang Surakarta telah menerapkan posedur prinsip mengenal nasabah terkait pemberian kredit di dalam standar operating prosedur. Dalam pemberian keputusan atau persetujuan kredit untuk menerima nasabah atau debitur PT BTPN cabang Surakarta telah melaksanakan identifikasi, verifikasi, monitoring dan pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK) dan dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit diantaranya prinsip 5C, 7P dan 3R. Prinsip mengenal nasabah yang paling ditekankan dalam

pemberian kredit atau penerimaan calon debitur adalah prinsip character,

capacity, collateral, personality, perpose, protection, dan return. PT

BTPN cabang Surakarta memiliki tingkat pengembalian kredit yang tinggi


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui standard operating

procedur(SOP) dalam pemberian kredit pensiun dan menganalisis prinsip

mengenal nasabah yang telah diatur dan diharuskan bank indonesia dalam PBI (Peraturan Bank Indonesia). Setelah mekakukan penelitian langsung terhadap standard operating prosedur pemberian kredit dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dalam standar operating prosedur terkait prinsip mengenal nasabah, adapun kelebihan dan kelemahan SOP yang telah dibuat PT BTPN antaralain:

A. Kelebihan

PT BTPN telah menyusun kebijakan terkait pemberian kredit dengan membuat SOP. Kebijakan yang telah disusun mempunyai beberapa kelebihan terkait prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit untuk mengurangi risiko-risiko kredit dan untuk melindungi bank, antaralain:

1. Sudah mematuhi PBI untuk meminta informasi identitas calon nasabah dan memiliki kriteria utama dalam pemberian kredit dengan meminta kelengkapan dokumen pokok nasabah terkait identitas calon nasbah. Keaslian atau keabsahan dokumen menjadi prioritas utama untuk persetujuan kredit. Syarat-syarat yang digunakan atas kelengkapan dokumen untuk mengikat nasabah sudah baik.

2. PT BTPN dalam melaksanakan prosedur operasional prinsip mengenal nasabah (KYC) sudah cukup konsisten sesuai Prosedur yang telah dibuat.


(2)

commit to user

3. Pada formulir dan dokumen-dokumen pemberian kredit telah diformat dengan baik sesuai prinsip mengenal nasabah untuk mengurangi risiko kredit.

4. Memiliki tingkat kepastian yang tinggi atas pengembalian pinjaman dengan mengacu prinsip collateral meminta syarat memberikan jaminan SKEP pada fasilitas kredit. Jika keaslian dan keabsahan SKEP telah dipastikan maka dengan pasti pinjaman akan kembali, karena dengan pengurangan secara langsung gaji pensiun yang dikeluarkan penerbit SKEP.

5. Telah adanya pembuatan dokumen yang lengkap seperti: Aplikasi

Permohonan kredit, Surat Perjanjian Kredit yang ditandatangani kedua belah pihak, bukti penyerahan jaminan dan adanya surat pernyataan yang ditandatangani debitur dengan diberi materai Rp 6.000,00. Semua dokumen tersebut dibuat untuk saling mengikat kedua belah pihak dan menghindari risiko yang tidak diinginkan kedua belah pihak.

6. Sebelum pencetakan SPK (Surat Perjanjian Kredit) adanya wawancara dan analisa pinjaman untuk lebih mengenal calon nasabah.

7. Dokumen SPK sudah dilakukan dengan nomor urut tercetak yaitu No CIF

yang sebelumnya telah diinput dalam komputer dan telah dibuat rangkap 5 untuk arsip bagian akuntansi, bagian perkreditan dan nasabah dan untuk pengotorisasian Sub Branch Manager dan Credit Acceptance Supervisor.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Dokumen SPK telah diotorisasi dengan baik dan dilakukan berlapis oleh

Sub Branch Manager dan Credit Acceptance Supervisor untuk pengecekan

dan penganalisisan data.

B. Kelemahan

Kebijakan yang telah disusun sebaik apapun pasti ada kelemahan di beberapa sisi. Adapun kelemahan standard operating prosedur yang telah dibuat PT BTPN terkait prinsip mengenal nasabah adalah:

1. Belum adanya bukti penyerahan jaminan ke bagian penyimpanan

dokumen, ini dapat disalahgunakan oleh pihak intern PT BTPN cabang Surakarta.

2. Kurang adanya peran kontrol Operational Supervisor terkait kinerja karyawan dalam pelaksanaan standar operasional prinsip mengenal nasabah (KYC).

3. Masih manualnya sistem pencatatan penyaluran kredit membutuhkan waktu yang lebih panjang daripada sistem komputer dan mempunyai kemungkinan kesalahan pencatatan yang lebih besar baik tertukar data ataupun belum dimasukkannya data.

4. Kurangnya penjelasan kepada nasabah, dalam persetujuan pemberian kredit diperlukannya NPWP bagi pensiun yang dana pensiunnya Rp 1.320.000 per bulan dan bukti pembayaran uang pensiun bulan sebelumnya., berakibat kredit menjadi lambat diberikan jika mengingat kebutuhan nasabah yang mendesak.


(4)

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

PT BTPN cabang Surakarta merupakan lembaga keuangan bank yang kegiatan pokok usahanya adalah membantu para pensiunan dengan memberikan fasilitas kredit. Dalam menjalankan usahanya tidak jarang terjadinya masalah macetnya angsuran kredit. Dengan satandar operating prosedur yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik dalam pemberian kredit maka akan mengurangi risiko kredit yang akan mematikan bisnis usaha bank.

PT BTPN cabang Surakarta telah menerapkan posedur prinsip mengenal nasabah terkait pemberian kredit di dalam standar operating prosedur. Dalam pemberian keputusan atau persetujuan kredit untuk menerima nasabah atau debitur PT BTPN cabang Surakarta telah melaksanakan identifikasi, verifikasi, monitoring dan pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK) dan dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit diantaranya prinsip 5C, 7P dan 3R. Prinsip mengenal nasabah yang paling ditekankan dalam pemberian kredit atau penerimaan calon debitur adalah prinsip character,

capacity, collateral, personality, perpose, protection, dan return. PT

BTPN cabang Surakarta memiliki tingkat pengembalian kredit yang tinggi


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan resiko kredit yang rendah karena menggunakan beberapa prinsip tersebut.

Penekanan pada identitas nasabah, penghasilan dan jaminan membuat PT BTPN cabang Surakarta lebih bisa mengenal dan mempercayai nasabahnya. Pemberian kredit disetujui dengan menilai sebanding atau tidaknya jaminan dengan kredit yang diajukan. Nilai jaminan berdasarkan

penghasilan calon debitur dikurangi potongan-potongan yang

menghasilkan penghasilan bersih calon debitur.

B. Saran

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah ditemukan setelah terjun langsung melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan standar operating prosedur yang dibuat PT BTPN cabang Surakarta terkait prinsip mengenal nasabah, penulis memiliki saran untuk lebih maju dan baiknya perusahaan. Adapun beberapa saran antaralain:

1. Perlu membuat bukti penyerahan dokumen ke fungsi penyimpanan karena belum adanya bukti penyerahan dokumen ke fungsi penyimpanan yang dapat disalahgunakan oleh intern bank.

2. Mengarahkan atau menyalurkan kredit ke sektor produktif tidak konsumtif saja sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan perekonomian daerah.

3. Penyediaan informasi yang lengkap dan jelas bagi calon nasabah agar tidak memerlukan waktu yang relatif lama dalam penyaluran kredit.


(6)

commit to user

4. Sebagai tambahan dan tinjauan, kredit yang disalurkan sebuah bank harus dicatat. Tidak hanya di level staf, namun juga hingga ke level kepala seksi, kepala bagian hingga direksi.

5. Keprofesionalan dan keramahan terhadap calon debitur lebih