PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE

ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

NATASYA MAY BAADILLA 0712010012 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA

PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA

Abstraksi Oleh :

NATASYA MAY BAADILLA 0712010012 / FE / EM

Kegiatan penanaman modal oleh seorang investor dalam perusahaan tentu membutuhkan suatu informasi tentang keadaan suatu perusahaan yang bersangkutan. Informasi tersebut akan membantu investor untuk dapat menilai kinerja manajemen perusahaan, dimana kinerja manajemen yang baik dapat mendorong dan meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak lagi dalam perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),

dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham pada saham perusahaan

Automotif di Bursa Efek Indonesia.

Variabel independent dalam penelitian ini adalah EVA (X1), MVA(X2),

dan DER (X3) serta Return saham (Y) sebagai variabel dependen. Populasi yang

digunakan dalam penelitian adalah perusahaan Automotif yang terdaftar di BEI tahun 2006 samai 2008, jumlah sampel yang digunakan adalah 13 perusahaan dari 18 perusahaan yang di ambil menggunakan purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia, Market Value Added (MVA)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan

Automotif di Bursa Efek Indonesia, dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia. Dan secara simultan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia.

Keyword : Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return saham


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAK... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal 2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal... 10

2.2.1.2. Pelaku Pasar Modal... 10

2.2.1.3. Bentuk Pasar Modal ... 11

2.2.1.4. Instrument Pasar Modal... 13 2.2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal 18


(4)

2.2.2. Investasi

2.2.2.1. Pengertian Investasi... 19

2.2.2.2. Tujuan Investasi... 20

2.2.2.3. Tipe Investasi Keuangan... 20

2.2.2.4. Proses Investasi... 21

2.2.3. Resiko 2.2.3.1. Pengertian Resiko... 22

2.2.3.2. Sikap Investor Terhadap Resiko... 22

2.2.3.3. Jenis Resiko... 23

2.2.4. Return Saham... 24

2.2.5. Laporan Keuangan 2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan... 26

2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan... 26

2.2.5.3. Tujuan Pelaporan Keuangan... 28

2.2.5.4. Pengguna Laporan Keuangan... 28

2.2.6. Economic Value Added (EVA) 2.2.6.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)……….. 30

2.2.6.2. Konsep Biaya Modal………. 35

2.2.7. Market Value Added (MVA)... 37

2.2.8. Debt to Equity Ratio (DER)... 39

2.2.9. Pengaruh EVA, MVA dan Der Terhadap Return Saham 2.2.9.1. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham ……… 40


(5)

2.2.9.2. Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Return

Saham……….. 41

2.2.9.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham 42 2.3. Kerangka Konseptual……… 45

2.4. Hipotesis... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Varibel... 47

3.2. Teknik Pengambilan Sampel... 50

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 51

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis... 52

3.4.2. Uji Hipotesis... 52

3.4.3. Asumsi Klasik... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Obyek Penelitian... 59

4.1.Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia... 59

4.1.1. Visi... 62

4.1.2. Misi... 63

4.2. Gambaran Umum Perussahaan... 63

4.3. Diskripsi Hasil Penelitian... 65

4.3.1. Return Saham (Y) Perusahaan Automotive yang go public di BEI.. 65

4.3.2. EVA (X1) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……….. 66


(6)

4.3.4. DER (X3) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……….. 69

4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.4.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi... 70

4.4.2. Pengujian Hipotesis... 74

4.5. Pembahasan... 79

4.5.1. Pengaruh EVA terhadap Return Saham... 79

4.5.2. Pengaruh MVA terhadap Return Saham... 80

4.5.3. Pengaruh DER terhadap Return Saham... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1.1 Return saham pada industri Automotif pada tahun

2006 sampai 2008……… 5

Tabel 4.1. Data Return Saham Perusahaan Automotive yang go public di BEI ………. 65

Tabel 4.2. Economic Value Added (X1) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……… 66

Tabel 4.3. Market Value Added (X2) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……… 68

Tabel 4.4. Debt to Equity Ratio (X3) Perusahaan Automotive yang go public di BEI ……… 69

Tabel 4.5. Hasil Uji Autokolerasi……… 71

Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas……….. 71

Tabel 4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 74

Tabel 4.8. Analisa Regresi Linier Berganda... 75

Tabel 4.9. Hasil Uji F... 77


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lampiran Hasil Regresi


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasar modal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi secara makro. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan, selain lebih mudah diperolehnya, juga biaya untuk memperoleh modal tersebut lebih murah.

Pasar modal juga merupakan pertemuan antara mereka yang memiliki dana dengan mereka yang membutuhkan dana, sehingga secara sederhana dapat disimpulkan bahwasannya pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yang memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan investasi sesuai dengan resiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Investasi merupakan suatu kegiatan yang menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.

Saham merupakan suatu penyertaan atau kepemilikan modal seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan. Saham dikenal memiliki karakteristik high riskhigh return, artinya saham merupakan surat


(11)

berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.

Untuk mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan

Metode yang baru dikembangkan antara lain yaitu Economic Value Added (EVA). Dimana EVA mencoba untuk mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan oleh perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat dari investasi yang telah dilakukan. EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:53).

EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu. (Pradhono, 2004:144). Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian yang


(12)

dilakukan Husniawati, dimana Economic Value Added berpengaruh terhadap return saham.

Nilai sekarang dari EVA yang diharapkan adalah Market Value Added

(MVA) yang merupakan nilai pasar utang dan modal perusahaan dari total modal yang digunakan untuk mendukung nilai tambah.

MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai. (Husniawati:2004)

Menurut Stephen dan David, bahwa nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negative berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. Berarti kekayaan telah dimusnakan

Pernyataan-pernyataan mengenai MVA mempengaruhi return saham tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan Husniawati, dimana

Market Value Added berpengaruh terhadap return saham.

Di samping pengukuran kinerja perusahaan, investor juga harus memperhatikan risiko fundamental. Resiko fundamental dapat diketahui


(13)

dengan melihat kebijakan keuangan emiten yaitu leverage keuangan. Leverage yang semakin besar akan memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaan.akan menimbulkan beban bunga hutang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah Debt to Equity Ratio (DER).

Berdasarkan pengertian dari Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to Equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Maka dengan menghitung Debt to Equity Ratio (DER) para investor (pemegang saham) akan mendapatkan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli et al, 2005:102).

DER yang semakin besar akan mengakibatkan risiko financial perusahaan yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hubungan DER dengan beta saham adalah positif artinya semakin tinggi tingkat DER akan


(14)

mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan sebaliknya tingkat DER yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah. (Zubaidi, 2006:247). Bhandari (1988) shows that there is a positive relationship between debt to equity ratio and stock return.

Tabel 1.1 Return pada industri automotif pada tahun 2006 sampai 2008

Nama Perusahaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Rata-Rata Return Saham PT. Astra

International Tbk 0.5392 0.7388 -0.6136 0.2215

PT. Astra Otoparts

Tbk 0.0446 0.1368 0.0526 0.078

PT. Goodyear

Indonesia Tbk -0.175 0.9697 -0.6154 0.0598

PT. Tunas Ridean

Tbk 0.0289 0.7465 -0.3952 0.1267

PT. United Tractor

Tbk 0.7823 0.6641 -0.5963 0.2834

PT. Hexindo

Adipekasa Tbk -0.0625 -0.0676 -0.1778 -0.1026

PT Indo Kordsa Tbk

1.0213 0 -0.0526 0.3229

PT Intraco Penta

Tbk -0.1724 0.1458 -0.5745 -0.2004

PT Nipress Tbk

0.0462 0.3603 -0.1946 0.0706 PT Indomobil

Sukses Internasional Tbk

-0.3204 0.6714 -0.2222 0.0429 PT Indospring Tbk

-0.04 2.0208 -0.1724 0.6028

PT Multistrada Arah

Sarana Tbk 0.3438 0 -0.3488 -0.0017

PT Selamat

Sempurna Tbk 0.1475 0.5116 0.2286 0.2959


(15)

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa PT. Indospring Tbk mempunyai nilai rata-rata return tertinggi selama tahun 2006-2008 sebesar 0.6028 dan nilai rata return terendah PT. Intraco Penta Tbk mempunyai nilai rata-rata return saham sebesar -0.2004.

Sehubung dengan hal ini maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai pengaruh yang disebabkan oleh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap return saham pada saham-saham perusahaan automotif di BEI periode 2006-2008 dan juga untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel dalam mempengaruhi return saham.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan EVA (Economic Value Added) terhadap return saham ?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan MVA (Market Value Added) terhadap return saham ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham ?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh EVA (Economic Value Added) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI

2. Untuk menganalisis pengaruh MVA (Market Value Added) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI

3. Untuk menganalisis pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam hal :

1. Bagi pihak perusahaan

Perusahaan dapat menentukan alat ukur dalam menilai kinerja, sehingga tujuan untuk memakmurkan pemegang saham dapat di maksimalkan. 2. Bagi investor

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan kepada investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi saham.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan study perbandingan antara teori yang telah diterima dengan kenyataan yang ada dilapangan.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh : 1.Michell Suharlli (2005)

Dengan judul “Study empiris terhadap dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food and beverage di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang diduga

mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah rasio hutang (debt to equity ratio) dan tingkat resiko yang diukur dengan beta saham

berdasarkan teori capital assest pricing model (CAMP). Data dianalisa dengan menggunakan regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang dan tingkat resiko tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

2. Pradhono&Yulius Jogi Christiawan (2004)

Dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, residual income, earning dan arus kas operasi terhadap return yang diterima pemegang

saham”.

Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah Economic Value Added, residual income, earning dan arus kas operasi. Data di analisa menggunakan


(18)

bebas dalam mempengaruhi return pemegang saham. Adapun hipotesis penelitian ini adalah economic value added, residual income, earnings

dan arus kas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Selanjutnya variabel

berikutnya yang juga berpengaruh signifikan adalah earnings. 3. Husniawati (2004)

Dengan judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value

Added,dan Risiko Sistematik terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Baverages”

Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah economic value added, market value added dan resiko sistematik. Data dianalisa menggunakan regresi

linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ketiga variabel yaitu economic value added, market value added dan beta

mempunyai pengaruh terhadap return saham karena hasil yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,05. Dan secara simultan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model persamaan regresi yang digunakan cukup baik. Hal ini dilihat dari nilai F yang signifikan pada taraf nyata yang sama.


(19)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal dapat juga diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.(Tandelilin, 2001:13)

Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Suad Husnan, 1993: 1)

Pasar modal adalah pasar bagi instrument financial jangka panjang. (Agus Sabardi,1994:129).

2.2.1.2. Pelaku Pasar Modal

Menurut Agus Sabardi (1994:130), Pelaku pasar modal adalah :

1. Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum kepada masyarakat.


(20)

2. Pemodal (investor) ditinjau dari tujuan mereka, pemodal dapat di kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

a. Kelompok bertujuan memperoleh modal. b. Kelompok bertujuan berdagang.

c. Kelompok bertujuan memiliki perusahaan. d. Kelompok spekulan.

3. Lembaga penunjang. Lembaga-lembaga penunjang pasar modal antara lain penjamin emisi (underwriter), penanggung, wali amanat, perusahaan pengelola dan kantor (biro) administrasi efek.

2.2.1.3 Bentuk Pasar Modal

Menurut Agus Subardi (1994:129), Bentuk pasar modal adalah : 1. Pasar Perdana

Pasar perdana adalah penawaran surat berharga oleh perusahaan penerbit kepada masyarakat setelah diberi ijin emisi oleh bapepam sampai dengan saat pencatatan dibursa. Proses penawaran surat berharga melalui pasar perdana biasa meliputi beberapa tahapan sebagai berikut ;

 Pengumpulan dan pendistribusian prospektus. Prospektus adalah ringkasan pada dasarnya memuat informasi minimum yang harus diketahui oleh pemodal. Informasi tersebut antara lain memuat tujuan penawaran umum, direksi, masa penawaran, tanggal penjatahan, tanggal pengambilan dana, tanggal pencatatan dibursa,


(21)

harga saham, penjamin emisi, laporan keuangan ringkas, bidang usaha emiten dan struktur modal emiten.

 Masa penawaran

 Masa penjatahan

 Masa pengambilan dana.

 Penyerahan surat berharga

 Pencatatan surat berharga di bursa. 2. Pasar Sekunder

Pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang dilakukan oleh para pemegang saham dan calon pemegang saham. uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi mengalir dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain. Pasar sekunder terjadi pada bursa efek dan bursa paralel. Peranan bursa efek adalah menyediakan sarana bagi pertemuan antara permintaan dan penawaran surat berharga. Fungsi utama dari pasar sekunder tersebut adalah:

 Memberikan likuiditas pada sekuritas yang menjadi instrument perdagangan.

 Membentuk harga yang wajar.

 Memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi investasi dengan jumlah dana yang terbatas.


(22)

 Dapat dapat mengurangi risiko secara makro dan dapat dijadikan indikator memimpin memahami memahami arah perkembangan perekonomian.

2.2.1.4. Instrument Pasar Modal

Adapun beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah : (Tandelilin, 2001:18)

1. Saham

Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

Saham dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :

a. Saham preferen. Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan pendapatan yang tetap seperti halnya saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan hutang. Perbedaannya dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak


(23)

suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa.

b. Saham biasa. Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena Itu, pemegang saham mempunyai hak suara untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Investor yang membeli saham biasa belum tentu akan mendapatkan pendapatan secara tetap dari perusahaan, karena saham biasa tidak mewajibkan perusahaan untuk membayar sejumlah kas terhadap pemegang saham.

Harga saham biasa yang terjadi di pasar (harga pasar saham) akan sangat berarti bagi perusahaan karena harga tersebut akan menentukan besarnya nilai perusahaan. Nilai pasar perusahaan bisa dihitung dari hasil perkalian harga saham dengan jumlah saham yang beredar.

2. Obligasi

Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit obligasi. Oleh karena itu, emiten obligasi akan memberikan kompensasi bagi investor pemegang obligasi, berupa kupon yang dibayarkan secara periodik terhadap investor. Dengan demikian, obligasi dapat dikatakan


(24)

sebagai salah satu instrument pasar modal yang memberikan pendapatan tetap bagi pemegang sahamnya. Perusahaan penerbit (emiten) obligasi berkewajiban untuk membayarkan bunga dalam jumlah tertentu secara periodik selama obligasi tersebut belum jatuh tempo, dan juga melakukan pembayaran kembali nilai principal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan.

Berbagai jenis obligasi yang diterbitkan yang dapat dipertimbangkan untuk dijadikan instrument investasi sebagai berikut :

a. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds). Adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu aset riil.

b. Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond). Adalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan asset riil tertentu.

c. Obligasi konversi. Adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain.

d. Obligasi yang disertai warrant. Dengan adanya waran, maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan.


(25)

e. Obligasi tanpa kupon (zero coupon bond). Adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga

f. Obligasi dengan tingkat bunga mengembang (floating rate bond). Adalah obligsi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku. g. Putable bond. Adalah obligasi yang memberikan hak kepada

pemegang obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh tempo.

h. Junk bond. Adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan

(kupon) yang tinggi, tetapi juga mengandung resiko yang sangat tinggi pula.

3. Reksadana

Resakdana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Proses pembentukan portofolio melalui reksadana, pengusaha reksadana akan menghimpun dana dari investor untuk kemudian di investasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Dengan demikian, investor dapat membentuk portofolio secara tidak langsung melalui manajer investasi. Reksadana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Reksadana tertutup (close–ended). Pada reksadana tertutup ini setelah dana yang terhimpun mencapai jumlah tertentu maka


(26)

reksadana tersebut akan tutup. Dengan demikian, investor tidak dapat menarik kembali dana yang telah diinvestasikan.

2. Reksadana terbuka (open–ended). Pada reksadana terbuka ini investor dapat menginvestasikan dananya dan atau menarik dananya setiap saat dari reksadana tersebut selama reksadana yang telah dibeli atau perusahaan dapat membeli kembali reksadana yang telah dijual.

Berdasarkan struktur kelembagaan, reksadana dapat dibedakan menjadi reksadana berbentuk perusahaan (company type), yang terdiri dari reksadana terbuka dan reksadana tertutup dan berbentuk kontrak investasi kolektif (contractual type), yang terdiri dari reksadana terbuka saja. Perbedaan dari kedua reksadana tersebut adalah bahwa reksadana kontrak investasi tidak diperjual belikan di pasar sekunder, sehingga investor tidak mendapat saham. Sedangkan reksadana yang berbentuk perusahaan, investor akan mendapatkan saham yang dapat diperjual belikan di pasar sekunder.

Keuntungan dari reksadana bagi investor pemegang reksadana adalah : 1. Memberikan manfaat berupa pembentukan portofolio secara tidak

langsung (karena sudah dibentuk oleh manajer investasi). 2. Memperoleh deviden atau bunga dari perusahaan reksadana.

3. Memperoleh peningkatan nilai aktiva bersih dengan menjual reksadana di pasar sekunder (untuk reksadana berbentuk perusahaan) atau menjual kembali kepada perusahaan reksadana yang


(27)

menerbitkannya (untuk reksadana terbuka baik berbentuk perusahaan ataupun kontrak kolektif).

4. Instrument derivative (opsi dan futures). Instrument derivative merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrument derivative sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada beberapa jenis derivative, di antaranya :

a. Waran, adalah opsi yang diterbitkan oleh perusahaan untuk membeli saham dalam jumlah dan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam beberapa tahun

b. Right issue, adalah instrument derivative yang berasal dari saham

c. Opsi, adalah hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham tertentu pada harga yang telah ditentukan. Pembeli diperbolehkan untuk tidak melaksanakan haknya

d. Futures, adalah hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham tertentu pada harga yang telah ditentukan. Pembeli harus melaksanakan kontrak perjanjian yang telah disepakati.

2.2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal a. Supplay sekuritas, dimana banyak perusahaan yang bersedia


(28)

b. Demand sekuritas, dimana terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang ditawarkan.

c. Kondisi politik dan ekonomi, merupakan syarat perkembangan dunia bisnis.

d. Masalah hukum dan peraturan, merupakan peraturan yang melindungi para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten.

Peran lembaga pendukung pasar modal seperti BAPEPEM, calon emiten, bursa efek, pialang, underwriter, akutan, ahli hukum, dan sebagainya harus bisa bekerja secara professional untuk mendukung beroperasinya pasar modal. (Husnan,1998 :6)

2.2.2 Investasi

2.2.2.1. Pengertian Investasi

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan dan lainnya. (Abdul Halim, 2003 : 2).


(29)

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. (Tandelilin, 2001:3)

2.2.2.2 Tujuan Investasi

Tujuan investasi adalah (Tandelilin, 2001:4) 1. Untuk meningkatkan kesejahteraan investor.

2. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. 3. Mengurangi tingkat investasi.

4. Dorongan untuk menghemat pajak.

2.2.2.3. Tipe Investasi Keuangan

 Investasi langsung (direct investment), investasi yang dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain.

Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan, misalnya tabungan dan deposito

Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan, misalnya T-bill, saham-saham dan opsi.

 Investasi tidak langsung (indirect investment), investasi yang dapt dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan perusahaan lain.


(30)

2.2.2.4. Proses Investasi

Menurut Husnan (1998:12), proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas seperti seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi dilakukan. Proses tersebut adalah :

1. Menentukan kebijakan investasi

Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan.

2. Analisis sekuritas

Pemodal melakukan analisis dengan menggunakan analisis fundamental atau teknikal. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis fundamental untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

3. Pembentukan portofolio

merupakan identifikasi sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.

4. Melakukan revisi portofolio

Merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya 5. Evalusi kinerja portofolio

Pemodal melakukan penelitian terhadap kinerja portofolio baik dalam aspek tingkat keuntungan yang didapat ataupun resiko yang ditanggung.


(31)

2.2.3. Resiko

2.2.3.1. Pengertian Resiko

Investasi resiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expeted return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat resikonya. (Abdul Halim, 2002 : 38).

Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang

diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar resiko investasi. (Tandelilin, 2001: 48)

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah ketidak tentuan atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan, dalam hal ini yaitu terjadinya penyimpangan antara actual return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan (expected return).

2.2.3.2. Sikap Investor Terhadap Resiko

Menurut Halim (2002:38), sikap investor terhadap resiko dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Investor yang suka terhadap resiko (risk seeker)

Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan resiko yang beda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan resiko yang lebih besar.


(32)

2. Investor yang netral terhadap resiko (risk neutrality)

Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian untuk setiap tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan resiko.

3. Investor yang tidak suka dengan resiko (risk averter)

Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan resiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan resiko yang kecil.

2.2.3.3. Jenis Resiko

Menurut Suharli et al. (2005:104) mengatakan bahwa resiko dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Resiko sistematis

Resiko sistematis adalah resiko yang tidak dapat diversifikasikan (dihindarkan), disebut juga resiko pasar. Resiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan perekonomian secara makro, resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar dan resiko pasar. Parameter yang digunakan dalam pengukuran resiko ini adalah Beta.

2. Resiko tidak sistematis

Resiko tidak sistematis merupakan resiko yang berpengaruh khusus pada sebuah asset tunggal atau sebuah asset kelompok kecil, dan resiko tidak sistematis merupakan resiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi.


(33)

2.2.4. Return Saham

Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa dividen tunai atau adanya perubahan harga saham pada suatu periode, Ross (2002). Return suatu saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen.

Menurut Brigham et al. (1999 : 192), pengertian dari return adalah “measure the financial performance of an investment”. Pada penelitian ini, return digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Home dan Wachoviz (1998 : 26) mendifinisikan return sebagai : ”return as benefit which related with owner that includes chas dividend last year which is paid, together with

market cost appreciation or capital gain which is realization in the end

of the year”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividend an capital gain/loss.

Menurut Jogiyanti (2003:109), jenis return ada 2 macam, yaitu : 1. Return realisasi, merupakan return yang telah terjadi


(34)

2. Return ekspektasi, merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al, 2003:238) :

1 1 1     t t P P P Ri

Keterangan : Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t

Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogianto, 2003:232) :

1 1     t t t IHSG IHSG IHSG Rm Keterangan :

Rm = Return pasar

IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t


(35)

2.2.5. Laporan Keuangan

2.2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2)

Laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan.(Hanafi dan Abdul Halim, 1995 : 62).

2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan

Menurut Hanafi(1995:12-20), bentuk-bentuk laporan keuangan ada tiga yaitu : 1. Neraca

Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi asset (sumber daya) perusahaan dan klaim atas asset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri). Asset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada masa lalu. Dana diperoleh dari pinjaman (hutang) dan dari penyertaan pemilik perusahaan (modal).


(36)

Neraca terdiri atas 2 sisi :

a) Aktiva, yang menunjukkan aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan. Komponen aktiva dalam neraca terdiri dari : aktiva lancar, investasi, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain-lain.

b) Pasiva, yang menunjukkan dari mana dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Komponen pasiva dalam neraca terdiri dari : kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas.

2. Laporan laba – rugi

Merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Tujuan dari laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memperoleh untung. Kemampuan perusahaan terutama dilihat dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari operasinya.

3. Laporan aliran kas

Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari ketiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.


(37)

2.2.5.3. Tujuan Pelaporan Keuangan

Menurut Djarwanto PS (1996), tujuan pelaporan keuangan adalah :

1. Memberikan informasi keuangan secara kuantitatif mengenai perusahaan tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.

2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.

3. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba perusahaan.

4. Menyajikan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan-perubahan harta dan kewajiban, serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai.

2.2.5.4. Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Munawir (1995 : 2-4) pengguna laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pemimpinnya diserahkan kepada orang lain seperti perseroan karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya dinilai / diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan diperlukan untuk


(38)

menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang akan dimilikinya.

2. Manager atau pimpinan perusahaan

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan

b. Untuk menentukan / mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.

d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

3. Para investor, berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisa laporan tersebut para investor akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya. 4. Para kreditur dan bankers, berkepentingan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar hutangnya dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan dibeikan itu cukup mendapatkan jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk mendapat keuntungan dimasa datang.


(39)

5. Pemerintah, berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan .

2.2.6. Economic Value Added (EVA)

2.2.6.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan telah berkembang suatu pendekatan yang disebut dengan economic value added (EVA). EVA diperkenalkan pertama kali oleh Stren Stewart & Co. sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Pendekatan EVA lebih akurat dan komprehensif dibanding dengan pendekatan konvensional terdahulu yang tidak menggambarkan kondisi keuangan perusahaan sebenarnya.

Menurut Shawn Tully mengutip Willian Smithbury, CEO Queker Oats :” EVA make manager act like shareholders. It’s the true corporate faith for the

1990’s” (Shawn Tully, 1993 :38). Dengan EVA, manajer akan memilih investasi

yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan.

Siddharta Utama (1997:12) mengutip dari Lehnn dan Makhija (1996) bahwa hasil penelitian di Amerika ternyata menunjang digunakan EVA sebagai pengukur terbaik untuk kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan pengukur lainnya, EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat pengembalian saham.


(40)

Konsep EVA adalah konsep yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan. Konsep ini muncul pada tahun 1989 dan mendapatkan perhatian serius oleh para praktisi bisnis pada tahun 1993. menurut Gatot Widayanto (1993:51) adalah : “Nitami dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (whigted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (coast of capital), karena nilai tambah ekonomis (NITAMI) berangkat dari konsep ini”.

Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.

Menurut S. David Young dan Stephen F. Obyrne (2001: 32), dalam pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan Bersih xxx

Biaya operasi xxx -

Laba operasi sebelum pajak (EBIT) xxx

Pajak xxx -

Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) xxx Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) xxx -


(41)

Dimana total biaya modal dihitung sebagai berikut :

 Jika EVA > 0, maka telah terjadi penambahan nilai ekonomi ke dalam perusahaan (bisnis) tersebut.

 Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomis perusahaan “impas” karena semua laba yang digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditor maupun pemegang saham.

 Jika EVA < 0, maka tidak memberikan nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bias memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama pemegang saham).

Widayanto (1993: 31) menyatakan langkah-langkah untuk menghitung economic value added adalah :

1. menghitung biaya hutang modal 2. menghitung biaya modal saham

3. menghitung struktur permodalan perusahaan 4. menghitung biaya modal tertimbang

5. menghitung economic value added (EVA)

Adapun kelebihan, kekurangan dan strategi kenaikan EVA menurut Amirullah (1999:76) :

Kelebihan EVA :

1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran / angka yang lain.

2. EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manajer akan


(42)

berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan.

3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Secara ekplisif memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.

Kelemahan EVA :

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu . Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negative sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena


(43)

penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA tahu tertentu untuk menilai kinerja, kurang tepat.

2. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.

Strategi kenaikan EVA

Dalam system EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan untuk melebihi biaya modal di segala unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen memanfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-betul memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang sehingga peningkatan EVA secara terus-menerus. Ada tiga strategi untuk menaikkan EVA yaitu :

1 Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth). Hal ini bias dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi

2. Strategi pencipta nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating efficiency). Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan

tambahan modal.

3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewarding business), ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktifitas yang


(44)

menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

2.2.6.2. Konsep Biaya Modal

Menurut Wimba Respatia (2003 : 400), konsep EVA merupakan konsep baru yang berangkat dari konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep ini merupakan konsep yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang harus di keluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang dan modal kerja. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis biaya modal yang mempengaruhi perhitungan EVA :

a. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt)

Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor. Untuk menghitung biaya modal hutang dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Iramani&Erie, 2005 : 5)

kd* = kd (1-t) keterangan :

kd* : Biaya hutang setelah pajak kd : Biaya hutang sebelum pajak t : Tarif pajak


(45)

b. Menghitung biaya modal saham (cost of equity)

Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Menurut Weston dan Copeland (1992), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAMP), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan beta (resiko saham perusahaan). Secara matematis dapat ditulis ks dapat dicari dengan rumus : (Iramani&Erie, 2005 : 5)

ks = Rf + (Rm – Rf) β Dimana :

ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor (opportunity of equity) Rf : Tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free)

Rm : Tingkat bunga investasi rata-rata dari passer

β : Ukuran resiko saham perusahaan c. Menghitung struktur modal

Struktur permodalan dari neraca diperoleh melalui pembagian rata-rata baik modal hutang maupun modal saham (modal sendiri) dengan total jumlah modal. Menurut widayanto (1993 : 53) struktur modal dihitung sebagai berikut :

Jumlah modal = hutang jangka panjang + modal sendiri Komposisi hutang = hutang jangka panjang / jumlah modal


(46)

Komposisi modal sendiri = 1 – komposisi hutang d. Menghitung WACC (weight average cost of capital)

Dalam praktek, pembiayaan/pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut (Weston dan Copeland 1992) :

WACC = Wd . kd (1 –t) + Ws . ks Dimana :

WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang Wd : Proporsi hutang dalam struktur modal Kd : Cost of debt

Ws : Proporsi saham biasa dalam struktur modal Ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

2.2.7. Market Value Added (MVA)

MVA dikembangkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan yang berkantor pusat di New York (1991). MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau


(47)

MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai (husniawati,2004:2)

Menurut ETTY m Nasser (2003:28), MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi. Dan memperbesar nilai capital yang digunakan suatu perusahaan. MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal.

Secara sederhana MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham, 2001:89). Sedangkan MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book value per share) dengan jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding share). Rumus MVA dapat dituliskan sebagai berikut.(Ghozali dan Irwansyah, 2002:27)

MVA = (Stock price – Book value per share) x Outstanding share

Dimana :

Total equity BV per share =

Jumlah saham beredar

Nilai MVA dapat positif dan dapat negatif, bila MVA positif berarti manajemen telah mampu meningkatkan kesejahteraan investor dan sebaliknya bila MVA negatif berarti manajemen telah gagal memberikan kesejahteraan.


(48)

2.2.8.

Debt to Eqity Ratio (DER)

Rasio ini menjelaskan presentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberian pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.

Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its

shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang

membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ross et al (2003:66) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al (2003:490) “debt to equity is long term debt of the firm dividing equity”. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio

merupakan ratio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.

total debt Debt to equity ratio =


(49)

2.2.9. Pengaruh EVA, MVA dan Der Terhadap Return Saham

2.2.9.1. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham Economic value added (EVA) atau NITAMI (nilai tambah ekonomi)

adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA merupakan indicator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi.

Menurut Brigham dan Houston (2001:51) EVA adalah nilai tambah kepada pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu. Sedangkan menurut Gatot Widayanto (1993:51) adalah : Nitami dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (whigted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (coast of capital), karena nilai tambah ekonomis (NITAMI) berangkat dari konsep ini.

EVA menunjukkan sisa laba setelah semua biaya modal, termasuk biaya modal ekuitas, dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal biaya. Modal ekuitas memiliki biaya, karena dana yang diberikan pemegang saham dapat saja diinvestasikan di tempat lain untuk mendapatkan pengembalian (return). (Brigham dan Houston, 2001:51) Dalam menghitung EVA kita tidak menambah kembali penyusutan. Meskipun bukan merupakan beban kas, namun penyusutan adalah biaya, dan karenanya dikurangkan ketika menentukan laba bersih dan EVA.


(50)

1. Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal. 2. Memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi daripada biaya modal

atas investasi baru.

EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:53)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Husniawati (2004), menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap return saham

Jadi semakin tinggi nilai EVA semakin tinggi pula return yang diterima oleh pemegang saham dan begitu pula sebaliknya

2.2.9.2 Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham

MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2001:50). Sedangkan menurut Etty M. Nasser (2002:29) MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal.

Tujuan utama sebagian perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang saham, tetapi juga


(51)

memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang menguntungkan perekonomian.

Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2001:50). Dapat dikatakan pula, MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai (Husniawati,2004:2)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh husniawati (2004), menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham.

Jadi, semakin besar nilai market value added menandakan bahwa perusahaan telah menciptakan nilai tambah kekayaan pemegang saham. Bila MVA bernilai kecil, berarti nilai dari kinerja manajemen dan investasi lebih kecil dari nilai kontribusi modal pada perusahaan dari capital market atau dapat dikatakan kekayaan dan nilai perusahaan turun.

2.2.9.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.

Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi


(52)

perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham.(Lisa & Clara, 2009:1)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total

hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, Debt to Equity Ratio (DER) juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal

yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagih suatu hutang (Suharli et al, 2005:102)

DER yang semakin besar akan mengakibatkan risiko financial perusahaan yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hubungan DER dengan beta saham adalah positif artinya semakin tinggi tingkat DER akan mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan sebaliknya tingkat DER yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah. (Zubaidi, 2006:247).

Debt to Equity Ratio (DER) adalah dana yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan sendiri dibandingkan dengan jumlah hutang-hutang (dana dari luar perusahaan). DER merupakan salah satu ratio financial leverage. Financial leverage adalah rasio yang mencerminkan faktor risiko yang dihadapi oleh investor. Semakin besar DER akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan


(53)

menjadi semakin tinggi. Jadi penggunaan hutang yang semakin tinggi akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar dan juga mengakibatkan risiko pendapatan yang semakin tinggi sehingga semakin tingginya risiko yang akan dihadapi perusahaan. Dimana hal ini akan sangat mempengaruhi penilaian investor terhadap risiko perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi harga dan return saham perusahaan yang bersangkutan.(Diah , 2009).


(54)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 1. Kerangka Konseptual DEBT TO

EQUITY RATIO (DER) MARKET VALUE ADDED

(MVA)

RETURN SAHAM ECONOMIC

VALUE ADDED (EVA)


(55)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, dan landasan teori maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Market Value Added (MVA) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Varibel

Variable-variabel yang digunakan sehubungan dengan perumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Variabel Dependen (Y)

Return saham (Y) adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen (Ross :2002).

Pendapatan saham individual dari perusahaan sample dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

1 1 1

 

 

t t i

P P P

R ... (3.1)

Keterangan : Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t

Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

(Ross et al, 2003:238)

Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala rasio, dengan satuan persen (%).


(57)

● Variabel Independen (X)

1. Economic Value added (EVA) (X1) adalah nilai tambah kepada

pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu (Brigham dan Houston, 2001:51). EVA adalah estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk satu tahun bersangkutan dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi.

Untuk menghitung EVA digunakan rumus :

EVA = NOPAT – (WACC x TA) ... (3.2) Dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes WACC = Weighted Average Coast of Capital

TA = Total Asset (Total Modal) (Valez 2000) Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

rasio.

2. Market Value Added (MVA) (X2) adalah perbedaan antara nilai pasar

ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2001:50).

Untuk menghitung MVA digunakan rumus :


(58)

Keterangan :

Shares outstanding adalah jumlah saham beredar yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir tahun buku.

Stock price adalah harga pasar saham biasa pada saat penutupan akhir tahun, tercatat dalam rekapitulasi harga saham di bursa.

Total capital adalah jumlah modal pemegang saham yang tercatat dalam laporan akhir tahun buku, setelah ditambah dengan equity equivalent (penjumlahan antara beban PPh ditangguhkan, cadangan metode LIFO, akumulasi amortisasi goodwill. Beban R&D ditangguhkan, cadangan piutang tak tertagih, dan cadangan persediaan utang).(Miller dan Modigliani, 1958 : 268).

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

3. Debt to Equity Ratio (DER) (X3) adalah rasio yang membandingkan total

hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, DER juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagih suatu hutang (Suharli et al, 2005:102).

Untuk menghitung DER digunakan rumus :

... (3.4)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio Debt to Equity Ratio = Total Debt


(59)

3.2 Teknik Pengambilan Sampel a) Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah diterapkan. Dalam penelitian ini jumlah populasi yang ada adalah 18 perusahaan automotif yang go public di BEI selama periode 2006-2008. b) Sample

Sample adalah bagian dari populasi yang diambil untuk di selidiki. Pengambilan sample dapat dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sample purposive sampling, yaitu anggota populasi untuk bisa diambil sebagai anggota sample harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang dapat diambil peneliti selama periode penelitian yaitu :

 Perusahaan yang selama periode 2006-2008 tidak mengalami rugi. Perusahaan automotif yang go public di BEI selama periode 2006-2008 :

1. PT. Astra International Tbk. 2. PT. Astra Otoparts Tbk. 3. PT. Goodyear Indonesia Tbk. 4. PT .Tunas Ridean Tbk. 5. PT. United Tractor Tbk. 6. PT. Hexindo Adipekasa Tbk 7. PT Indo Kordsa Tbk

8. PT Intraco Penta Tbk 9. PT Nipress Tbk


(60)

11.PT Indospring Tbk

12.PT Multistrada Arah Sarana Tbk 13.PT Selamat Sempurna Tbk

3.3 Teknik Pengumpulan Data a) Jenis Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (laporan keuangan, harga saham dan data IHSG), yang tersedia di BES selama periode penelitian dari perusahaan automotif di BEI selama periode 2006-2008.

b) Sumber data

Data (laporan keuangan, harga saham dan data IHSG) seluruhnya diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terletak di PT. Bursa Efek Surabaya, dimana data-data tersebut diambil dari saham-saham yang tergolong dalam perusahaan automotif di PT. Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2008.

c) Pengumpulan Data

Dilakukan dengan cara dokumentasi dengan mengadakan pengutipan catatan atau dokumen di PT. Bursa Efek Surabaya yang berhubungan dengan penelitian.


(61)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang diperoleh akan digunakan “Analisa Regresi Berganda” untuk mengetahui pengaruh antara variable independen dengan variable dependen, dimana variabel bebas adalah Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio

(DER), sedangkan variabel dependen atau variabel tak bebas adalah Return saham dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮I ...(3.5)

Dimana :

Y = Return Saham

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi variable X1

β2 = Koefisien regresi variable X2

β3 = Koefisien regresi variable X3

X1 = Economic Value Added (EVA)

X2 = Market Value Added (MVA)

X3 = Debt to Equity Ratio (DER)

℮I = Variable pengganggu

i = Pengamatan ke i sampai ke n

3.4.2. Uji Hipotesis

Prosedur untuk pengujia statistiknya dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri (parsial). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :


(62)

a) Ho : β1 = 0

Variable-variabel independen seperti Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ho :β1≠ 0

Variable-variabel independen seperti Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

b) Menghitung level of signifikan (α) sebesar 0,05 dengan (tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi) dengan derajat bebas (n-k-1), dimana jumlah n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

c) Menentukan nilai thitung

) (bj Se

bj

thitung  ... (3.6)

Keterangan :

T hitung : Hasil perhitungan

Βj : Koefisien regresi Se : Standart error d) Menentukan kriteria

1. Ho = ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

artinya, variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen


(63)

2. Ho = diterima jika –t tabel≤ t hitung≤ t table

artinya, variabel independen secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat kecocokan model antara variable-variabel independent (X) dengan variable dependent (Y) secara besama-sama. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Perumusan hipotesis H0 : β1 = β2 = 0

Variabel-variabel independen seperti Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara

bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

H0 : β1≠β2≠ 0

Variabel-variabel independen seperti Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. b) Menentukan tingkat signifikan (α) sebesar 0,05 dengan (tingkat kesalahan

yang dapat ditoleransi) dengan derajat bebas (n-k-1), dimana jumlah n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variable.


(64)

c) Menentukan nilai F hitung Rumus F hitung adalah :

) 1 /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2      k n R k R

Fhitung ... (3.7)

Dimana :

F hitung : Hasil F hitung

R2 : Koefisien determinasi n : Jumlah sample

k : Jumlah variabel independen d) Menentukan kriteria

 H0 = ditolak dan H1 diterima jika F hitung > F 0.05

artinya, variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

 Ho = diterima dan H1 ditolak jika F hitung < F 0.05

artinya, variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.4.3. Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (best linier unbiased estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regrsi linier, yaitu :


(65)

2. Tidak boleh ada multikolinearitas 3. Tidak boleh ada heterokedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Autokolerasi

Autokelerasi dapat didefinisikan sebagai “kolerasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)”. Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokolerasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y predeksi) pada waktu ke – t (℮t) tidak boleh ada hubungan

dengan nilai residual periode sebelumnya (℮t-1). Identifikasi ada atau tidaknya

gejala autokolerasi dapat dites dengan menghitung Durbin Wetson (d tes) dengan persamaan :

2 2 1) (

   t t t e e e

d ... (3.8)

Keterangan :

d : Nilai Durbin Wetson

℮t : Residual pada tahun ke t

℮t-1 : Residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)

N : Banyaknya data

Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin Wetson adalah enam buah data dengan satu variabel.


(66)

2. Multikolinier

Multikolinier adalah adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara atau beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi b) Koefisien kolerasi sederhananya tinggi

c) Nilai F hitung tinggi (signifikan)

d) Tapi tak satupun (sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan. Akibat adanya multikolinier adalah :

a) Nilai standar error (alat baku) tinggi sehingga taraf kepercayaan (confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujian terhadap

koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan.

b)Probabilitas untuk menerima hipotesis H0 diterima (tidak ada pengaruh

antara variabel bebas terhadap variabel terikat akan semakin besar). Identifikasi secara statistik ada atau tidak adanya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien kolerasi product moment.


(67)

3. Heterokedatisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank sperman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank sperman adalah :

) 1 ( 6

1 2

2

 

N N

d

rs i ... (3.9)

Keterangan :

di : perbedaan dalam rank antar residual dengan variable bebas ke i. N : banyaknya data


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Diskripsi Obyek Penelitian

Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(69)

b. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

c. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I d. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

e. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

f. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

g. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

h. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

i. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

j. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(70)

k. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

l. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

m. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

n. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

o. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

p. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.


(71)

q. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

r. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

s. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

t. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. u. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

v. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

w. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

VISI

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang


(1)

perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham.(Lisa & Clara, 2009:1).

DER yang semakin besar akan mengakibatkan risiko financial perusahaan yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hubungan DER dengan beta saham adalah positif artinya semakin tinggi tingkat DER akan mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan sebaliknya tingkat DER yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah. (Zubaidi, 2006:247).

Dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa semakin kecil perentase penggunaan hutang akan menambah peran dari penggunaan modal sendiri dan akan menambah return saham. Hal ini dapat disimpulkan bahwa khusus pada perusahaan Automotive dalam penggunaan hutang yang dimiliki digunakan oleh perusahaan tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan usaha (ekspansi usaha) sehingga modal hutang dialokasikan ke operasional perusahaan dalam pembiayaan produksi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri dengan menggantungkan permodalan perusahaan terhadap pihak luar. Dengan pengembangan usaha dan peningkatan produksi tersebut diharapkan menghasilkan laba yang meningkat pula sehingga nilai perusahaan pun turut


(2)

tersebut. Dengan tingkat hutang yang digunakan tinggi, maka tingkat risiko juga akan semakin tinggi, hal tersebut yang dihindari oleh investor. Karena bagi investor semakin tinggi penggunaan hutang, maka risiko akan semakin tinggi pula. Hal ini dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut :

Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return saham, artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total return saham akan mengalami penurunan sebesar 0.067 %.  Market Value Added (MVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Return saham, artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total return saham akan mengalami kenaikan sebesar 0.814 %.

Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return saham, artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total return saham akan mengalami penurunan sebesar -0.478 %.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil saran sebagai berikut :

 Investor dapat berpedoman dengan menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang menghasilkan EVA yang positif, karena perusahaan dengan EVA positif berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja yang


(4)

 Investor dapat berpedoman dengan menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang menghasilkan MVA yang positif, karena perusahaan dengan MVA positif berarti perusahaan tersebut mampu menciptakan kekayaan.

 Investor dapat berpedoman dengan menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang menghasilkan DER yang negatif, karena perusahaan dengan DER negatif berarti perusahaan tersebut memiliki resiko kecil atau tidak memiliki resiko.

 Untuk penelitian lebih lanjut tentang EVA, MVA, dan DER sebaiknya dilakukan dengan rentang pengamatan yang lebih panjang agar hasil lebih baik. Dan dengan menambah variabel independent yang mungkin mempengaruhi return saham seperti Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 8, Erlangga.

Gujarati, D dan Sumarno Z, 2003, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat

Munawir, 1995, Analisis Laporan Keuanggan. Edisi Empat, Yogyakarta Sabardi, Agus, 1994, Manajemen Keuangan Jilid Dua, Yogyakarta

Stephen, F O’Byine dan S. David Young, 2001, EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai, Penerbit Salemba Embat, Jakarta.

Suad, Husnan dan Enny Pudjiastuti, 1993, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, UPP-AMP YKPN.

Tandelilin. Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama, Yogyakarta.

Jurnal :

Chaopricha, Panu, Peng Chan dan Dennis Polland,2007, “Firm Characteristic and Stock Return”, International DSI/Asia dan Pasific

Diah, 2009, “Pengaruh Variabel Fundamental Perusahaan terhadap Return Saham Properti di Bursa Efek Indonesia”. (www.google.com)

.Husniawati, 2004, “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Resiko Sistematik terhadap Return Saham Pada Food and Beverages”, Jurnal Akuntansi-Bisnis dan Manajemen, volume 5, nomor 1. Indra, A. Zubaidi, 2006, “Faktor-Faktor Fundamental Keuangan Yang

Mempengaruhi Resiko Saham, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Volume 2, Nomor 3.


(6)

Irmana dan Erie Febrian, 2005, “Financial Value Added : Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7, Nomor 1.

Marlina, Lisa dan Clara Danica, 2009, ” Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio dan Return On Assets Terhadap Devidend Payout Ratio”, Jurnal Manajemen Bisnis, volume 2, Nomor 1

Nasser, M. Etty, 2003, “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode EVA dan MVA”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 3, nomor 1.

Pradhono dan Yulius Jogi Crhistiawan, 2004, “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earning dan Arus Kas Terhadap Return Yang di Terima Oleh Pemegang Saham”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, volume 6, Nomor 2.

Puspita, Soma, 2003, “Analisis Ratio Keuangan dan Analisa Common Size Sebagai Alat Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Suatu Perusahaan”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Tahun VII, Nomor 2.

Respatia, Wimba, 2006, “Pengaruh Analisis Return On Equity, Economic Value Added dan Net Working Capital Ratio Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Ekuitas, Volume 10, Nomor 2.

Soedorowerdi, Soedewi dan Adella Savliri, 2009, “Analisis Pengaruh Antara Economic Value Added (EVA), Net Operating Profit Tax (NOPAT) and Weighted Average Cost Of Capital (WACC) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan LQ-45”, Jurnal Manajemen Terapan, Tahun 2, Nomor 1.

Suharlli, Michell, 2005, “Study Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food and Beverage di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7, Nomor 2.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added, Return On Asset, Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Pada Bursa Efek Indonesia

1 41 84

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009

0 2 77

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 7 125

Pengaruh Economic Value Added (Eva) Dan Market Value Added (Mva) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Diperdagangkan Di Bursa Efek Indonesia

2 3 6

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 3 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

PENGARUH RETURN ON EQUITY, ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED PADA RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH RETURN ON EQUITY, ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED PADA RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16