Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar I.

(1)

x

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1

Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).


(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD

AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS

THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING

Tri Kurniawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.

From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’ perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).


(3)

46 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM. Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan (psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja, perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.

Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran


(4)

46

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1 Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan

Akuntansi Angkatan 2006-2007 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akuntansi

Oleh : Tri Kurniawan NIM: 041334004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(5)

ii


(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pengorbanan, kerja keras, dan penantian salama ini, rasanya tidak terbuang sia-sia. Kini impian itu sudah terlaksana meskipun jalan yang harus dilalui begitu banyak lika-liku. Namun dengan semua dukungan dan kemauan untuk memberikan yang terbaik sampailah juga ke pintu gerbang yang ingin dituju. Tak ada yang sia-sia, kini sebuah karya yang menjadi tantangan terakhir dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih, karya ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, mungkin kado terindah yang bisa saya berikan hanyalah ucapan syukur dan terimakasih atas semua rahmat dan anugrah terindahMU.

Kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, atas doa, cinta, dan semua pengorbanannya selama ini.

My brother Stevanus Subekti, Ananto Wibowo, Eko Prasetyo.

My luv, Maria Aniendya Putri Widi Andriyari, yang selalu bawel dan suka marah pada waktu saya mengerjakan skripsi tapi setia menunggu.


(8)

MOTO

Hidup adalah sebuah jalan abstrak

Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dengan kita. Namun kita hanya bisa berharap dan membayangkan kelak kita harus menjadi seperti ini

Yang terpenting lakukan apa yang menjadi keinginanmu, maka itu akan memberi jawaban


(9)

vi


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih, atas rahmat dan karunia Tuhan Yesus Kristus, sehingga

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Akuntansi dan sekaligus nara sumber yang telah memberikan ilmu dan izin untuk melakukan melaksanakan ujian pendadaran.

4. Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan.

6. Buat kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, terima kasih atas doa, perhatian, pengorbanan dan kasih sayang yang selama ini telah diberikan.


(11)

viii Saya akan membahagiankan kalian dengan bakti saya dan memberikan yang terbaik lagi buat papa dan mama.

7. My brother Stevanus Subekti, Kakakku Ananto Wibowo, Eko Prasetyo, kalian adalah saudaraku yang hebat.

8. Buat My Luv, Anien, meskipun terkadang selalu mz tinggalin, cuekin, dan hanya sedikit waktu buat nemenin ndut, tapi mz selalu sayang ndut.

9. Buat konco-konco di kampus, Dion (ayo nonton sun gokong, hahahaaa..) Doni, Susi, Erlian PBI, Pandu, Gambul, Jeno, Asmet (nongkrong di gubuk lagi yuk boy sambil ngisep sisa, hahahaaa…), Astri, Dika, Sari, Wulan PAK 2005, Candra, Rini 2005, Densia 2005, Rosa 2005, vivi 2005, Kermit, Gede 2005, Nana PBI, dan semua komunitas PAK A dan PAK B yang belum saya sebutkan.

10.Buat konco-konco di koz tercinta HOLLYWOOD, Bram-Boy (Cappcuuccc….), Daniel Slepp, Ajib (ngamar yoo..hahaa), Arep (Piye Bosss…), Sandy Kik jangan nyari-nyari lg..hahaa, Jasman-J.Boy, Salvan, kak Berno, Bagus, Dimaz, Adi Atas, Adi Bawah, Frengki, Goklas, Adit, Novan, Collin USA, Sigit, and Alit. thanks atas kebersamaanya selama tinggal bersama.

11.Untuk Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini teman-teman Prodi Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.


(12)

(13)

x

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1

Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).


(14)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD

AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS

THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING

Tri Kurniawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.

From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’ perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).


(15)

xii


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABTRAK ... x

ABSTRACT... xi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Masalah Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Sistematika Isi Skripsi ... 6


(17)

xiv

BAB II. TINJAUAN TEORITIK ... 7

A. Kajian Teoritik ... 7

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 7

2. Pengertian Persepsi ... 10

3. Metode Pengajaran ... 11

4. Motivasi ... 21

B. Kerangka Berfikir ... 29

C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

D. Pengajuan Hipotesis ... 31

BAB III. METODE PENGAJARAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 32

D. Populasi... 33

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 33

1. Variabel Penelitian ... 33

2. Variabel Pengukuran... 33

F. Teknik Pengambilan Data ... 35

G. Uji Instrumen Penelitian ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskriptif Data ... 46

B. Analisis Deskriptif ... 46


(18)

1. Persepsi Metode Pengajaran... 46

2. Motivasi Belajar Mahasiswa ... 47

3. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 48

C. Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Pengujian Linertitas ... 50

3. Pengujian Hipotesis ... 51

D. Pembahasan... 54

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan ... 61

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kuesioner Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 34

Tabel 3.2 Kuesioner Variabel Motivasi Belajar ... 35

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode pengajaran ... 38

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 39

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Intrumen ... 40

Tabel 3.6 Tingkat Keterandalan Variabel Penalitian ... 40

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Realibilitas ... 40

Tabel 3.8 Chi Square ... 45

Tabel 4.1 Sebaran Klasifikasi Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 47

Tabel 4.2 Sebaran Klasifikasi Motivasi Belajar ... 48

Tabel 4.3 Deskriftif Prestasi Belajar ... 48

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 49

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Pengujian Linieritas ... 50

Tabel 4.6 Frekuensi yang Diperoleh dan Diharapkan ... 51

Tabel 4.7 Kontingensi ... 52

Tabel 4.8 Frekuensi yang Diperoleh dan Frekuensi Diharapkan ... 53

Tabel 4.9 Kontingensi ... 54


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Kuesioner... 66

Lampiran II. Validitas dan Reliabiliats ... 73

Lampiran III. Data Induk Penelitian ... 82

Lampiran IV. Distribusi Frekuensi ... 92

Lampiran V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II ... 97

Lampiran VI. Pengujian Normalitas dan Linieritas ... 100

Lampiran VII. Uji Chi Square ... 104

Lampiran VIII. Daftar Tabel r, F dan Chi Square ... 111


(21)

46 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM. Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan (psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja, perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.

Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran


(22)

yang digunakan dengan tujuan dan bahan pengajaran; kesesuaian metode pengajaran yang digunakan dengan kemampuan belajar mahasiswa; kemampuan dosen dalam menggunakan metode tersebut; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan fasilitas yang tersedia di sekolah; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan lingkungan pendidikan. Namun kenyataannya, sering dijumpai pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, di mana dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode yang monoton. Sehingga banyak mahasiswa yang susah mencerna materi yang disampaikan.

Melalui pengamatan selama beberapa pekan terakhir, seorang dosen menggunakan metode pengajaran yang cocok dengan materi dapat membuat mahasiswa memperhatikan materi yang akan diajarkan dosen. Misalkan saja metode yang digunakan adalah dengan cara mengajar teman-teman sendiri. Di sini mahasiswa akan merasa bahwa dia harus mendalami materi tersebut agar teman-teman yang lain menjadi mengerti tentang materi tersebut. Jadi, sebagai seorang pengajar diharapkan selalu memberikan metode-metode pengajaran yang memotivasi siswa untuk belajar. Walaupun ada kelemahan dan kelebihan dari masing-masing metode, sebagai seorang pengajar harus bisa membuat mahasiswanya termotivasi dalam belajar di kelas.

Selain metode pengajaran masih ada lagi komponen penting lain yakni motivasi belajar. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Sedangkan Motivasi timbul dari rangsangan (stimulus) merupakan perubahan yang tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motivasi dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar


(23)

3 untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan (David McCLelland et al dalam bukunya Dr. Hamzah B. Uno, M.pd.)

Motivasi belajar seseorang terjadi karena sikap kita terhadap sesuatu hal, dimana kita akan merasa nyaman, tenang dan semangat dalam menjalaninya. Selain itu yang mendukung timbulnya motivasi dalam diri seseorang, jika seseorang itu merasa bahwa metode yang digunakan dosen dapat menumbuhkan sikap yang baik terhadap mata kuliah. Biasa yang terjadi dengan metode dosen yang monoton motivasi belajar akan sedikit berkurang. Misalnya ketika dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I menggunakan metode pengajaran di kelas dengan membuat situasi baru dikelas dan sesuai dengan materi ajarnya maka mahasiswa pun akan muncul motivasi untuk belajar dan mengikuti perkuliahan. Tetapi sebaliknya apabila pada saat hari yang berbeda dosen menggunakan metode pengajaran yang sama pada hari sebelumnya motivasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I akan semakin berkurang.

Oleh karena itu pendekatan pengguaan metode pengajaran diperlukan untuk membantu mahasiswa agar proses belajar didalam kelas dapat dengan mudah dicerna dan dipahami.

Dari latar belakang singkat di atas, penulis akan melakukan analisis tentang

”Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi


(24)

B. Batasan Masalah

Menyadari banyaknya masalah yang ada dalam usaha meningkatkan prestasi belajar mahasiswa maka dalam penelitian ini membatasi untuk mengadakan analisis mengenai faktor-faktor dari dalam dan dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar. Faktor-faktor yang akan penulis analisis adalah persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?

2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?

D. Masalah Penelitian

1. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ? 2. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?

E.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?


(25)

5 F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penulis berharap dengan hasil penelitian ini dapat memberi dorongan mahasiswa terutama dalam proses pencapain dan peningkatan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.

2. Bagi Dosen

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Universitas yang diteliti, khususnya bagi dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemikiran-pemikiran kritis dalam bentuk penelitian-penelitian pengembangan sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan.


(26)

G. Sistematika Isi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bab ini memuat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I I.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian subyek dan obyek penelitian, populasi, variabel penelitian dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang penerapan metode yang digunakan hingga ditemukan suatu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat suatu pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(27)

46 BAB II

TINJAUAN TEORITIK A. Kajian Teoritik

Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi, metode pengajaran, motivasi belajar, dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I. Selain itu, juga menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara persepsi metode pengajaran, motivasi belajar, dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1.

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Syah (1995 : 89) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari sesuatu kerampilan yang telah dikembangkan dan dilakukan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen atau pengajar. Muh Surya dan Muh Amin merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Faktor jasmaniah atau fisiologis baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh dari perkembangan, terdiri atas pendengaran, struktur tubuh, penginderaan dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang berasal dari bawaan atau yang diperoleh dari :

Faktor intelektif yaitu meliputi faktor potensial seperti kecerdasan, bakat dan kecakapan nyata (prestasi yang dimiliki).


(28)

Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur pribadi tertentu seperti sikap, perasaan, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

Faktor kematangan yaitu fisik ataupun psikologis. b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian 3) Faktor lingkungan fisik yaitu fasilitas belajar, lingkungan dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan motivasi berprestasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi hasil yang ingin dicapai dari sesuatu ketrampilan yang telah dikembangkan.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam


(29)

9 belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Djamarah (1994:21) bahwa:”prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.” Selanjutnya, yang dimaksud belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Fontana (dalam Nasution, 1992:77) menyatakan bahwa “Belajar sebagai suatu perubahan yang terus menerus terjadi dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtaraharja (1981:32) mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian prestasi belajar: “Prestasi belajar ialah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah”.

Selanjutnya, Mappa (1977:2) mengemukakan bahwa “prestasi belajar ialah hasil yang dicapai mahasiswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya dengan bahan yang telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya”.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik


(30)

tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

2. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci pemahaman persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Miftah Thoha, 1983:138).

Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera atau penginderaaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita (Linda L Davidoff,1981:232)


(31)

11 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerima, pengorganisasian, dan pengintepretasikan rangsang dari lingkungan melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.

Persepsi mahasiswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada prestasi belajar mereka, karena pengajar sangat dominan dalam menentukan keberhasilan masing-masing mahasiswa. Profesionalitas guru dalam mengelola kelas kunci utama dalam strategi belajar mengajar.

Pengajar hendaknya harus senantiasa mampu menimbulkan kedisiplinan dan motivasi belajar dalam diri mahasiswa sehingga dicapai hasil belajar yang optinal. Persepsi terhadap metode pengajaran adalah proses pemahaman, penerima. Mengorganisasikan, dan menginterpretasikan apa yang didengar dan dilihat sehingga mahasiswa mampu memberikan penilaian.

3. Metode Pengajaran

Secara umum dapatlah dirumuskan bahwa pengertian metode pengajaran adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas, dan kesemuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Metode pengajaran merupakan bagian intergral (tak terpisahkan dari sistem pengajaran tertentu); cakupan sistem pengajaran dalam konteks ini menunjuk pengertian yang sempit, yaitu suatu pelajaran atau kebulatan pengalaman belajar dalam satuan waktu yang singkat ( misalnya: 1 s.d 7 jam pertemuan).

Suatu sistem pengajaran terdiri dari banyak unsur yang dalam kenyataannya saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan lainnya.


(32)

a. Hubungan metode pengajaran dalam tujuan pengajaran

Keseluruhan kerja sistem pengajaran yang menunjuk fungsi setiap unsur dan pengorganisasian mengarah ke pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Metode pengajaran adalah salah satu unsur dari sistem pengajaran bahwa penentuan pengajaran menuntut dipilihnya metode yang relevan dalam praktik pengajarannya misalnya:

- Tujuan pengajaran yang berupa ketrampilan melakukan suatu gerakan (O.R) dan karya (Hasta karya) mesti dicapai lewat penggunaan demontrasi, tugas, dan latihan kerja (praktikum).

- Tujuan pengajaran yang bersifat afektif (pembentukan nilai hidup serta sikap sosial) mesti dicapai lewat langkah-langkah metodis tertentu, yaitu: pembiasaan pertisipasi (memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mahasiswa dalam perbuatan yang baik) reflektif (membangun kemampuan mahasiswa untuk mawas diri, membenahi diri sendiri atau mendidik diri sendiri).

Perlu juga ditegaskan sehubungan kerja sistem pengajaran bahwa antar unsur pengajaran saling terkait, maka wajar apabila pada saat pengajar merumuskan tujuan pengajaran sekaligus pengajar tersebut telah menyadari pula unsur-unsur pengajaran yang lain secara simultan, dan kelancaran pengajaran dalam merancang suatu pengajaran akan sangat ditopang oleh keluasan serta kedalaman penguasaan di bidang metodologisnya.

b. Hubungan metode pengajaran dengan bahan pengajaran

Pertama-tama perlu ditegaskan lagi bahwa sistem pengajaran berkiblat pada tujuan pengajaran bukan pada bahan pengajaran. Bahan pengajaran adalah obyek yang didalami oleh siswa dalam pengalaman belajarnya untuk mencapai tujuan


(33)

13 pengajaran yang diinginkannya. Sifat bahan pengajaran dalam konteks pengajaran tertentu banyak bervariasi, yaitu:

- Bahan pengajaran dapat tergolong sukar, cakupan taraf kesukarannya, dan bahan yang mudah dikuasai mahasiswa.

- Bahan dapat tergolong abstrak (jauh dari jangkauan pengalaman nyata para mahasiswa) dan bahan yang didukung oleh pengalaman hidup mahasiswa sehari-hari.

- Bahan pengajaran ada yang berpola analisisnya jelas dan utuh sebagai cabang ilmu (disiplin ilmu) tertentu dan bahan pengajaran yang bersifat kapita selekta serta mementingkan nilai kegunaan.

- Bahan ada yang bersifat teoritis dan bersifat praktis.

- Bahan ada yang bersifat dasar dan yang bersifat pengembangan lebih lanjut (dalam struktur kurikulum tertentu) dan

- Ada sejumlah bahan pengajaran yang berfungsi sebagai pengetahuan untuk kepentingan belajar lebih lanjut, yaitu: bahasa, logika, kecakapan penelitian, dan kecakapan komunikatif (baik lisan maupun tertulis).

Selain memperhitungkan jenis tujuan pengajaran, pengajar dalam memilih metode pengajaran harus mempertimbangkan jenis atau sifat dari bahan pengajaran yang akan didalami mahasiswa di bawah bimbingan pengajar misalnya bahan cenderung sukar, abstrak, dan toritis mengharuskan pengajar untuk lebih bersifat direktif dalam mengelola pengajarannya dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demontrasi.

Jadi jelas bahwa pilihan metodologis perlu mempertimbangkan sifat bahan pengajaran dan kecakapan pengajar dalam memilih serta melaksanakan metode


(34)

pengajaran tertentu banyak dipengaruhi oleh keluasan serta kedalaman penguasaan bahan pengajarannya.

c. Persyaratan-persyaratan yang harus ada (dipenuhi) agar metode pengajaran berfungsi maksimal

Metode pengajaran saling berkaitan dan tergantung dengan unsur lain dalam suatu sistem pengajaran tertentu. Unsur-unsur sistem pengajaran yang sangat erat hubungannya dengan metode pengajaran adalah subjek didik dan fasilitas penunjangnya.

Suatu metode pengajaran yang dipilih serta dipergunakan dalam praktik pengajaran barulah akan membawa hasil yang maksimal jika persyaratan-persyaratan yang mesti ada dan terstandar terpenuhi selama praktik pengajaran tersebut.

Tolak ukur untuk melacak terpenuhi atau tidaknya persyaratan dalam pemilihan serta penggunaan metode pengajaran tertentu dapat ditinjau dari

- Kondisi-situasi mahasiswa, apakah mahasiswa mampu berpartisipasi aktif dalam penggunaan metode tertentu itu, minimal apakah mahasiswa dapat mengambil manfaat bagi kepentingan belajarnya secara bermakna dalam pengajaran yang menggunakan metode tertentu itu.

- Kondisi-situasi pengajar, apakah pengajar menguasai kompetensi (kecakapan dasar) yang diperlukan untuk mengorganisir pengajaran yang menggunakan metode tertentu itu, misalnya jika pengajar ingin menggunakan metode observasi dan demontrasi, apakah pengajar dapat memberikan umpan balik yang memadai.


(35)

15 d. Jenis-Jenis Metode Pengajaran

1. Metode Ceramah

Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih diakui orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah suatu cara penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara atau dapat pula dikatakan, suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan dengan lokasi waktu tertentu.

a) Kebaikan atau keuntungan penggunaan metode ceramah :

1) Biaya murah sekali karena media yang digunakan hanyalah suara guru saja 2) Dapat menyajikan bahan pelajaran kepada sejumlah besar peserta didik

dalam waktu yang sama

3) Mudah mengulangnya kembali bila diperlukan

4) Ceramah atau uraian guru yang dibawakan dengan baik dapat menjadikan pokok pembicaraan menjadi menarik

5) Metode ceramah memberikan kesempatan, pengalaman kepada peserta didik untuk belajar mendengarkan suatu uraian secara lisan

6) Ceramah yang dipersiapkan dengan baik dan disajikan secara sistematis dapat menghemat waktu belajar bagi peserta didik.

b) Kelemahan atau keburukan penggunaan metode ceramah :

1) Metode ceramah dapat menimbulkan verbalisme pada peserta didik

2) Peserta didik tidak memperoleh kesempatan berfikir melainkan hanya mendengarkan dan mencatat saja

3) Besar sekali kemungkinan timbulnya salah paham dipihak peserta didik karena salah mengartikan uraian guru


(36)

4) Mendengarkan ceramah terus-menerus untuk waktu yang lama dapat melelahkan dan membosankan peserta didik. Metode ceramah memiliki kecenderungan untuk menjadikan guru sebagai buku pelajaran

5) Peserta didik tidak diberikan kesempatan lagi untuk berpartisipasi dalam proses belajar

6) Metode ceramah tidak menyediakan sama sekali kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dan berbuat

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh peserta didik

Kebaikan atau keuntungan metode tanya jawab :

1. Pertanyaan yang membangkitkan minat sangat penting bagi peserta didik dalam belajar

2. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat memperkuat ingatan antara pertanyaan dengan jawaban

3. Pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus difikirkan, menafsirkan, menganalisa dan menarik kesimpulan, dapat mengembangkan cara-cara berfikir logis dan sistematis

4. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang diperoleh atau dikemukakan diolah dalam suasana yang serius

5. Jawaban yang salah segera dapat dikoreksi

6. Pertanyaan merangsang peserta didik berfikir dan memusatkan perhatian pada satu pokok perhatian


(37)

17 8. Pertanyaan fakta atau problem dapat mengalahkan belajar seperti yang

dituju oleh suatu mata pelajaran

b) Keburukan atau kelemahan metode tanya jawab :

1. Peserta didik dapat dicekam ketakutan atau panik selama tanya jawab dilakukan

2. Tidak mungkin seluruh kelas dapat diberi giliran selama satu jam pelajaran 3. Apabila giliran pertanyaan diberikan menurut urutan tempat duduk, maka peserta didik yang sudah mendapat giliran dan yang masih jauh dari gilirannya tidak akan berfikir lagi atau belum ikut berfikir karena gilirannya masih jauh atau sudah lewat. Jadi tidak seluruh kelas dapat ikut berpartisipasi

4. Apabila ada beberapa peserta didik yang sudah tidak dapat memberikan jawaban seperti yang diharapkan guru, maka itu sudah berarti terbuangnya waktu yang tersedia untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya

5. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat mengembangkan kebiasaan jawaban yang bersifat mekanis (menjawab tanpa dipikirkan lagi) atau jawaban yang bersifat verbalistis

6. Oleh karena jam pelajaran terbatas maka dari suatu pertanyaan pikiranpun sukar diperoleh jawaban yang memuaskan

3. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu ketertarikan pada satu topik atau pokok, pertanyaan atau problem di mana para peserta diskusi dengan judul berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.


(38)

a) Kebaikan atau kelebihan metode diskusi :

1. Mendidik peserta didik untuk bertukar pikiran atau pendapat

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama

3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang atau berbagai sumber data

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk latihan berdiskusi di bawah asuhan guru

5. Merangsang peserta didik untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui ataupun menentang pendapat teman-temannya

6. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan atau keputusan yang akan atau telah diambil

b) Keburukan atau kelemahan metode diskusi :

1. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi

2. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak

3. Biasanya tidak semua peserta didik secara berani menyatakan diri untuk ikut mengemukakan pendapat

4. Pembicaraan dalam diskusi mungkin akan didominasi oleh peserta didik yang berani dan telah biasa berbicara

5. Banyaknya peserta didik disuatu kelas juga akan mempengaruhi kesempatan bagi murid untuk mengemukakan pendapatnya


(39)

19 4. Metode Tugas

Metode tugas adalah cara mengajar yang dicirikan oleh adanya kegiatan perencanaan antara peserta didik dengan guru mengenai suatu persoalan atau problem yang harus diselesaikan atau dikuasai oleh peserta didik dalam jangka waktu tertentu yang disepakati bersama antara murid dan guru.

a) Kebaikan atau kelebihan metode tugas : 1. Tugas-tugas memiliki tujuan yang jelas

2. Tugas yang disesuaikan dengan perbedaan individual

3. Karena mamahami apa yang menjadi tugasnya, maka tugas menjadi menarik minat

4. Memberikan tugas sama dengan memberikan pengalaman bekerja kepada peserta didik

5. Memberikan tugas sesuai dengan pilihan peserta didik sama dengan mendidik peserta didik untuk belajar bertanggung jawab

6. Hubungan antara peserta didik dengan guru tetap terpelihara dan bersifat dua arah

b) Keburukan atau kelemahan metode tugas :

1. Pemberian tugas menyebabkan pindahnya kegiatan peserta didik dari sekolah ke rumah

2. Sulit sekali bagi guru untuk mengawasi tugas-tugas yang dilakukan di luar kelas sehabis pelajaran usai

3. Terlampau sulit untuk menyesuaikan tugas dengan perbedaan individu peserta didik

4. Persaingan tidak sehat dapat saja muncul diantara murid dengan peserta didik maupun kelompok dengan kelompok


(40)

5. Peserta didik yang cerdas, aktif akan maju dengan pesat dalam pelajaran, tetapi peserta didik yang kurang akan makin tertinggal

6. Di dalam situasi pendidikan dan sosial ekonomi di mana perlengkapan alat-alat pengajaran sangat kurang atau sukar diperoleh, metode tugas tidak akan dapat dilaksanakan dengan sempurna

5. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran

Metode sosiodrama atau bermain peran adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).

a) Kebaikan atau kelebihan metode sosiodrama :

1. Peserta didik belajar atau dididik untuk memecahkan suatu problem sosial menurut pendapatnya sendiri

2. Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial yang bersifat problematik

3. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua peserta didik mengenai cara menghadapi dan memecahkan suatu problem sosial yang diperoleh dari hasil diskusi

4. Peserta didik yang memainkan peranan memperoleh kesempatan untuk belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problem di depan orang banyak

5. Menanamkan dan memupuk keberanian untuk tampil di depan umum atau orang banyak tanpa kehilangan keseimbangan pribadi


(41)

21 b) Keburukan atau kelemahan metode sosiodrama:

1. Rasa malu yang timbul karena ditonton oleh orang lain dan rasa takut dalam mengambil keputusan akan menghambat bagi kewajaran bertingkah laku selama memainkan suatu lakon

2. Kekurangan dalam pengalaman menghadapi situasi-situasi sosial yang berisi problem-problem dapat menimbulkan sikap ragu-ragu dalam menentukan langkah atau tindakan atau keputusan yang harus dilakukan 3. Keterbatasan waktu yang disediakan untuk memainkan suatu peranan tidak

akan memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemeran untuk menentukan langkah-langkahnya yang wajar

Jadi dapat disimpulkan definisi sikap mahasiswa terhadap metode mengajar adalah kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik.

4. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Inggris Motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak (Echols,1984, dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Surabaya,1984). Secara serupa Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif


(42)

adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winskel, 1987. Dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd).

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (T.Hani Handoko, 1984 : 248)”.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)

mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan mahasiswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi,1975. Dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd).

Sadirman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri sesorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas menerus dalam waktu lama; ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang;


(43)

23 tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepas apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah.

b. Pentingnya Motivasi

Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi perolehan belajar. Pembelajar yang tinggi motivasi, umumnya baik perolehan belajar. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Banyak riset yang membuktikan bahwa motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai prestasi yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan perolehan belajar. Dalam khasanah keperpustakaan kependidikan, motivasi sering disebut secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar. c. Motivasi Yang Bersumber Dari Kebutuhan

Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasannya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menurut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan ditingkat atasnya menjadi strongest need.

Kebutuhan-kebutuhan menurut maslow ada lima diantaranya adalah: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan rasa terjamin. Kebutuhan sosial, kebutuhan ego, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut haruslah


(44)

terpenuhi. Sebab, kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator.

1. Kebutuhan fisiologis

Yang dimaksud kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian, dan tempat tinggal. Termasuk dalam kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan biologis seperti seks.

2. Kebutuhan rasa aman dan terjamin

Yang dimaksud rasa aman di sini tidak saja secara fisik, tetapi juga secara psikis atau mental. Aman secara fisik misalnya saja terhindar dari gangguan kriminalitas, teror, gangguan binatang buas, gangguan orang lain, gangguan dari banguan dan tempat yang tidak aman. Aman secara psikhis misalnya, tidak banyak kena marah, tidak banyak kena damprat, tidak dimutasikan sembarangan, tidak mudah didemosikan (penurunan pangkat), tidak banyak diejek, tidak direndahkan harga dirinya dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial ini erat kaitannya dengan kedudukan manusia yang sebagai makluk sosial itu. Kebutuhan sosial ini mengandung arti bahwa ia harus juga diterima oleh orang lain. Kebutuhan sosial ini sangat penting artinya buat mereka yang sedang belajar.

4. Kebutuhan ego

Kebutuhan ego adalah kelanjutan dari kebutuhan sosial. Ia ingin prestise dan berprestasi. Oleh karena itu, ia membutuhkan kepercayaan dan tangung jawab dari orang lain.


(45)

25 Jika kebutuhan ini diterapkan dalam belajar dan pembelajaran, maka pembelajar haruslah diberikan banyak tugas-tugas yang menantang tetapi masih dalam kerangka kemampuan dirinya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Yang dimaksud dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk membuktikan dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain.pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi ini membutuhkan suasana yang konduktif dari lingkungan, sehingga seseorang dapat bebas mengaktualisasikan dirinya.

Selain maslow, ada seorang tokoh yang mengemukan motivasi dari sudut tinjau yang berbeda, yaitu Fredeirck Hezberg. Hezberg menemani teorinya dengan Hygiene Theory. Menurut Hezberg, ada faktor-faktor yang manakala terpenuhi bisa menjadi motivator, sebaliknya ada beberapa faktor yang jika terpenuhi bisa berfungsi sebagai penyehat.

d. Upaya Meningkatkan Motivasi

Motivasi belajar senantiasa bergelombang. Ada kalanya bergerak naik dan ada kalanya bergerak turun. Tidak jarang, motivasi belajar hanya mendatar saja. Oleh karena demikian ”watak” motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk peningkatannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang dipunyai oleh pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal menetap.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pengajar guna meningkatkan motivasi belajar pembelajar, yaitu:

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar. Prinsip tersebut adalah :


(46)

b. Prinsip keaktifan belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajaran e. Prinsip pengulangan belajar

f. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari g. Prinsip pemberian balikan dan penguatan dalam belajar

h. Prinsip perbedaan inidividu antar kelompok

Ada dua cara dalam mengoptimalkan prinsip belajar. Pertama menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan secara optimal. Strategi di sini, dapat digali dari pandangan-pandangan dan penemuan-penemuan teoritik dan dapat pula digali dari kiat guru sendiri.

Kedua, menjauhkan kontrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran

Mengingat unsur-unsur belajar/pembelajaran dapat mempengaruhi motivasi, maka ia perlu dioptimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian ini perlu dilakukan, agar motivasi belajar siswa juga optimal. Padahal, keoptimalan motivasi belajar juga berhubungan dengan keoptimalan perolehan belajar.

Bagimana mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar/ pembelajaran? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar pembelajaran tersebut dalam setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara kreatif ini perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada pengajar hanya menerima kondisi tersebut apa adanya. Sebagai contoh, peralatan pengajaran yang mungkin tidak tersedia, atau tak terjangkau, dapat disediakan dengan merancang sendiri bersama-sama.


(47)

27 Kedua, memanfaatkan sumber-sumber di luar pengajaran sehingga keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dapat ditangulangi.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan telah dimiliki dalam belajar

Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kemampuan dan pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak justru menjadi kendala dalam aktifitas belajarnya. Kemampuan/pengalaman masa lalu bisa didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas belajar, dan bisa juga didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas lain atau aktifitas non belajar. Dick dan Carry (1981) menyebut pengalaman dan kemampuan demikian dengan entry behavior.

4. Mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar

Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang. Kegiatan-kegiatan seseorang, utamanya Kegiatan-kegiatan belajar, lebih banyak teraksentuasi pada pengajaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari itu, cita-cita/aspirasi harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran. e. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi

1. Kondisi lingkungan belajar

Kondisi lingkungan belajar menentukan motivasi belajar mahasiswa, selain faktor individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan belajar. Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleh lingkungannya. Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.


(48)

Yang dimaksud lingkungan fisik adalah tempat di mana pembelajar tersebut belajar. Apakah tempat belajarnya nyaman ataukah tidak, apakah tempat belajarnya segar ataukah sedap. Demikian juga tempat yang amburadul, tidak memberikan gairah bagi belajar seseorang. Sebaliknya tempat yang telatur, yang rapi, mendorong seseorang bergairah belajar. Tempat belajar yang bising oleh suara bisa mengganggu belajar seseorang, sebaliknya tempat belajar yang tenang bisa menimbulkan gairah belajar. Jelaslah lingkungan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar.

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial ini bisa berupa lingkungan permainan, lingkungan sebaya, kelompok belajar. Sungguhpun faktor pribadi seseorang lebih menentukan terhadap diri sendiri, haruslah diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sebaya dan lingkungan sepermainan ini juga menentukan motivasi belajar seseorang. Sebagai contoh, jika dalam lingkungan sosial seseorang tidak terbiasa dengan aktifitas belajar, sebutlah belajar belum membudaya, maka bukan budaya belajar itu yang dikembangkan oleh seseorang melainkan budaya lain.

2. Upaya pengajar membelajarkan pembelajar

Upaya pengajar dalam membelajarkan pembelajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Pengajar yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga bergairah belajar. Pengajar yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan tingganya motivasi belajar pembelajar. Pada pengajar yang demikian, umumnya mempersiapkan diri dengan matang dan senantiasa memberikan yang terbaru dan terbaik kepada para pembelajar. Oleh karena


(49)

29 yang diberikan tersebut menarik, terbaik dan mungkin terbaru maka tingkat aktualisasinya sangat tinggi di mata pembelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal yang disajikan oleh pengajar menjadi menarik dimata pembelajar. Menariknya hal-hal yang diberikan ini bisa menjadikan tingginya motivasi pembelajar.

B. Kerangka Teoritik

Dalam hubungannya antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara masing-masing maupun secara bersama-sama maka penulis mengajukan penelaahan berupa kerangka teoritik sebagai berikut:

1. Hubungan antara Persepsi Metode pengajaran dengan Prestasi Belajar Mahasiswa.

Persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran adalah suatu penilaian dan pemberian tanggapan yang dilakukan oleh mahasiswa mengenai cara-cara mengajar yang digunakan oleh pengajar.

Metode pengajaran yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar mata kuliah akuntansi keuangan dasar I. Metode pengajaran akan mengurangi kebosanan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Metode pengajaran yang dilakukan oleh pengajar banyak sekali komponennya dan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh akan sangat menarik sehingga dapat mempertahankan mahasiswa bisa belajar didalam kelas. Metode pengajaran jika dilakukan dengan tepat dan digunakan pada kondisi yang tepat akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Dengan demikian, mahasiswa akan berusaha melakukan usaha yang optimal. Usaha yang optimal ini pada umumnya akan menghasilkan hasil yang optimal juga. Metode pengajaran yang dimaksud dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas


(50)

serta mata pelajaran yang ingin disampaikan sehingga mahasiswa tidak akan merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa.

2. Hubungan antara Persepsi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Secara konseptual, motivasi berkaitan dengan prestasi atau perolehan belajar. Seorang mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai prestasi lebih tinggi ( Ali Imron, 1996:89).

C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Djumiati dengan judul penelitian “Hubungan Antara Kemampuan Dosen dan Kegiatan Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan. Kegiatan pembelajaran belum menerapkan pilar learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be. Prestasi belajar mahasiswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara kemampuan dosen dan kegiatan pembelajaran dengan 24 prestasi belajar mahasiswa tahun ajaran 2003/2004. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan dosen, kegiatan pembelajaran dengan prestasi belajar mahasiswa Jurusan Kebidanan Kesehatan Poltekkes Medan menunjukkan hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bermanfaat bagi dosen, mahasiswa, Ketua Jurusan/Ka. Prodi Kebidanan, Direktur Poltekkes,


(51)

31 Pusdiknakes dan Kepala PPSDM dalam kebijakan pengembangan kemampuan dosen dan kualitas pembelajaran.

Hasil penelitian Tri Handayani (2003), menemukan bahwa anggapan siswa terhadap profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini menuntut untuk meningkatkan profesionalisme guru dengan menempatkan guru sesuai dengan bidang keahliannya dan guru dituntut mampu menciptakan situasi belajar yang konduktif dengan mendorong motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih tinggi.

Hasil penelitian oleh Noviati Dwi Mumpuni (2004) menemukan bahwa persepsi siswa tentang gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu, motivasi belajar siswa juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Semakin motivasi belajarnya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

D. Pengajuan Hipotesis

Dari kajian hasil yang relevan yang diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi


(52)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian terhadap subyek tertentu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subyek penelitian dan kesimpulan hanya berlaku pada tempat yang diteliti dan tidak berlaku bagi obyek penelitian yang lain. Penelitian ini terbatas pada obyek tertentu saja yaitu pada Universitas Sanata Dharma khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun Angkatan 2006-2007 sebagai responden. Secara khusus yang akan diteliti dari responden adalah persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun Angkatan 2006 dan 2007 di Universitas Sanata Dharma.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah mendapatkan Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I

2. Obyek penelitian adalah prestasi belajar mahasiswa


(53)

34 D. Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristis yang berlainan, populasi juga disebut sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) Tahun Angkatan 2006 dan 2007 sebanyak 126 mahasiswa.

E. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yakni dua variabel bebas (Independen Variabel), yang meliputi persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran (X1), motivasi belajar (X2). Dan satu variabel terikat (Dependent Variabel) adalah prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I (Y).

2. Pengukuran Variabel

Setiap variabel yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara mengukur masing-masing variabel. Maka pengukuran variabel penelitian yang penulis lakukan adalah:

a. Variabel Bebas

Data mengenai persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar mahasiswa diperoleh melalui jawaban kuesioner yang berupa daftar pertanyaan dan pernyataan. Jumlah item pertanyaan variabel persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen sebanyak 15 item merupakan pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti dimana 15 item valid dan Jumlah motivasi belajar mahasiswa sebanyak 15 item valid, di mana 5 item pertanyaan


(54)

diambil dari Yohana Dwi Ningrum dan sisanya sebanyak 10 item pertanyaan disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan dan pernyataan tertulis dimana responden hanya memilih jawaban yang telah tersedia dan kuesioner ini dibagikan kepada mahasiswa.

Setiap variabel penelitian yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara mengukur masing-masing. Maka pengukuran variabel yang penulis lakukan adalah:

1. Pengukuran variabel persepsi metode pengajaran menggunakan pernyataan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Berikut kisi-kisi kuesioner untuk variabel persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen :

Tabel 3.1

Operasional Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

No Indikator Item Positif Item Negatif

1 Metode Ceramah 1,2,3

2 Metode Diskusi 8 7

3 Metode Tugas 9, 10

4 Metode Tanya Jawab 4,5, 6

5 Metode Sosiodrama 11,12,,13, 15 14

Masing-masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala pendapat sebagai berikut :

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 4 3 2 1 Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4


(55)

36 2. Pengukuran motivasi belajar menggunakan pernyataan Selalu, Sering,

Kadang-kadang dan Tidak Pernah.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Motivas Belajar

No Indikator Item Positif Item Negatif

1 Rajin mengikuti kuliah 10,14, 4,11,12,13, 2 Kerelaan menyediakan waktu

belajar

6,8,

3 Kemampuan mengikuti materi 3,9, 15 4 Keinginan menguasai materi 1,2,5,7,

Masing-masing pertanyaan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala pendapat sebagai berikut :

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif Selalu Sering Terkadang Tidak Pernah 4 3 2 1 Selalu Sering Terkadang Tidak Pernah 1 2 3 4

b. Variabel terikat

Prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.

F. Tehnik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden (Sugiyono,2007:199). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi mahasiswa 35


(56)

terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan pada catatan tentang suatu subyek yang dilakukan individu/lembaga (Sugiyono,2007:422)). Metode ini diperlukan untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode-metode dokumentasi.

G. Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan 2 macam kuesioner yang mencakup tentang persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Kasar I. Untuk memastikan bahwa item-item kuesioner sahih dan handal, maka akan dilakukan di luar mahasiswa yang menjadi sampel penelitian ini.

1. Pengujian Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas ini menggunakan rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut:

rxy =

2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y


(57)

38

Y = jumlah skor Y

XY = jumlah hasil kali antara X dan Y N = banyaknya sampel yang diuji

X2 = jumlah kuadrat nilai X Y2 = jumlah kuadrat nilai Y

(Arikunto,Suharsimi. 2002:146)

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut :

a. Jika rhitung> rtabel dengan taraf signifikan 5 % maka instrumen penelitian dikatakan valid.

b. Jika rhitung< rtabel dengan taraf signifikan 5 % maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid.

Pelaksanaan perhitungan validitas butir pada penelitian ini menggunakan bantuan Program Komputer Seri SPSS 16.0. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu sebesar 0.361 pada taraf signifikansi 5%, df = 30. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Dari hasil yang telah didapat maka dapat diambil kesimpulan tentang kedua variabel bebas tersebut diatas:

a. Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

Berdasarkan indikator yang dari variabel metode pengajaran dapat dikembangkan menjadi 15 butir pernyataan. Dari hasil analisis yang diperoleh dengan mencari rtabel dengan n = 30 dan taraf siginifikansinya = 5% maka r tabelnya adalah 0,361 (lihat lampiran II). Jadi, 15 butir valid atau sahih.


(58)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

No.Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis

1 0.413 0.361 Valid

2 0.681 0.361 Valid

3 0.714 0.361 Valid

4 0.571 0.361 Valid

5 0.668 0.361 Valid

6 0.636 0.361 Valid

7 0.822 0.361 Valid

8 0.647 0.361 Valid

9 0.363 0.361 Valid

10 0.732 0.361 Valid

11 0.619 0.361 Valid

12 0.714 0.361 Valid

13 0.642 0.361 Valid

14 0.569 0.361 Valid

15 0.611 0.361 Valid

b. Motivasi Belajar

Berdasarkan indikator yang dari variabel motivasi belajar dapat dikembangkan menjadi 15 butir pernyataan. Dari hasil analisis yang diperoleh dengan untuk mencari rtabel dengan n =30 dan taraf siginifikansinya = 5% maka rtabel adalah 0,361 (lihat lampiran VII). Jadi, ada 15 butir valid atau sahih.


(59)

40 Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Motivas Belajar

No.Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis

1 0.691 0.361 Valid

2 0.791 0.361 Valid

3 0.867 0.361 Valid

4 0.684 0.361 Valid

5 0.729 0.361 Valid

6 0.409 0.361 Valid

7 0.736 0.361 Valid

8 0.765 0.361 Valid

9 0.551 0.361 Valid

10 0.858 0.361 Valid

11 0.814 0.361 Valid

12 0.751 0.361 Valid

13 0.719 0.361 Valid

14 0.560 0.361 Valid

15 0.376 0.361 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur. Uji reliabilitas menggunakan sistem konsistensi internal belah dua dengan rumus Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas didasarkan pada rumus Alpha Cronbach. Dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, Suharsimi. 2002:146) :

K b2

r11 = 1 -

(k – 1) 12

Dimana :

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal r11 = koefisien reliabilitas

b2 = jumlah varian butir 12 = varian total

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha > dari rtabel dengan taraf signifikan 5%, maka


(60)

instrumen penelitian tersebut reliabel (dapat dipercaya). Sebaliknya alpha < dari rtabel

dengan taraf signifikan 5%, maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas mendapatkan koefisien alpha sebesar 0.917 pada koesioner persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran, sebesar 0.939 pada koesioner motivasi belajar. Keduanya memiliki koefisien alpha lebih dari rtabel sebesar 0.361 (df=30, =5%) sehingga dinyatakan reliabel (Arikunto, Suharsimi. 2002).

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen N

o

Variabel Koefisien Alpha

r- tabel (df=30, =5%)

Keterangan

1 Persepsi Mahasiswa Terhadap

Metode Pengajaran

0.917 0.361 Reliabel

2 Motivasi Belajar 0.939 0.361 Reliabel

Hasil analisis uji realibilitas dari tabel diatas kemudian dibandingkan dengan tabel tingkat keterandalan variabel penelitian yang telah dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1992 : 167).

Tabel 3.6

Tingkat Ketrandalan Variabel Penelitian

No Koefisien Alpha Interpretasi tingkat Keterandalan

1 0.800-1.000 Sangat Tinggi

2 0.600-0.799 Tinggi

3 0.400-0.599 Cukup

4 0.200-0.399 Rendah

5 <0.200 Sangat Rendah

Adapun rinciannya dapat dibaca pada tabel hasil pengukuran realibilitas berikut ini: Tabel 3.7

Hasil Pengukuran Realibiliatas

No Keterangan

Hasil Koefisien

Alpha

Kategori Nilai r Sangat

Tinggi

Tinggi Cukup Rendah Sangat

Rendah 0.800-1.000 0.600-0.799 0.400-0.599 0.200-0.399 < 0.200

1 Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

0.917


(61)

42

Dengan menggunakan pedoman interpretasi koefisien di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien alpha pada taraf sangat tinggi.

Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan realibilitas diatas dapat disimpulkan intrumen tersebut sudah dianggap memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi data

Deskripsi data yaitu suatu teknik analisis yang memberikan gambaran terperinci tentang variabel yang diteliti dan memberikan penafsiranya. Analisis ini dilakukan dengan cara mendiskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran, motivasi belajar dan prestasi belajar. Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi pada setiap variabel.

2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang tidak terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana bahwa asumsi normalitas perlu dicek kebenarannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan (Sudjana, 1996 : 291). Dalam uji normalitas ini digunakan rumus Kolmogorov Smirnov yaitu pengujian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara persepsi 41


(62)

mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I

D = maksimum Fo X Sn X

Keterangan:

D : Deviasi maksimum

Fo(X) : Fungsi distribusi komulatif yang ditentukan

Sn(X) : Distribusi frekuensi komulatif yang diobservasi

Uji ini dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut: - Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi normal. - Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi populasi tidak normal.

Jika nilai hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah = 0.05 maka distribusi data tersebut adalah tidak normal. Jika masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel terikatnya. Untuk pengujian linieritas ini digunakan rumus persamaan garis regresi dengan menguji signifikan nilai F. Rumus yang digunakan dalam pengujian linieritas sebagai berikut:

Dimana :

Freg : Harga bilangan F untuk garis regresi RKreg : Rerata kuadrat garis regresi


(63)

44 Harga F hitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel, maka hubungan variabel bebas (X) dengan (Y) dinyatakan linier. Selain itu untuk uji linieritas juga akan dibantu dengan menggunakan SPSS. Versi 16.0 (Hadi, Sutrino. 2004:13).

c. Uji Hipotesis

1. Che Square

Chi square merupakan salah satu tes statistik non parametrik atau tes bebas distribusi. Teknik statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri dari dua kategori atau lebih dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Rumus chi square yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2008:107) :

Penjabaran rumus chi square menurut Hartono (2004:230) adalah sebagai berikut:

Keterangan : χ2

= Chi-Square

fo = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan

Rumus untuk mencari fh (Hartono, 2004:226) adalah sebagai berikut:


(64)

Keterangan :

fh = frekuensi yang diharapkan

∑fa = jumlah frekuensi pada akhir pada tabel ∑fb = jumlah frekuensi pada baris sel yang dicari ∑fk = jumlah frekuensi pada kolom sel yang dicari

Jika pada hasil perhitungan chi square terdapat pengaruh atau hubungan, maka perlu dihitung koefisien kontigensi. Koefisien kontigensi dihitung untuk mengetahui derajat hubungan antara faktor satu dengan faktor yang lainnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kontigensi adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:282):

Keterangan:

C = koefisien kontigensi χ2

= khi kuadrat n = jumlah responden

Agar harga koefisien (C) dapat diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antara faktor, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontigensi maksimum (Cmaks) yang bisa terjadi. Harga C maksimum


(65)

46

Keterangan:

m = banyaknya kategori yang paling kecil diantara variabel yang diketahui semakin dekat nilai C dengan Cmaks, maka makin kuat hubungan yang

terjadi di antara variabel tersebut.

Perhitungan interprestasi rasio koefisien kontigensi (C) terhadap C maksimum (Cmaks) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Chi Square

Nilai C Interprestasi

≥ 0,81 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah

≤ 0,21 Sangat Rendah


(66)

46 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Di dalam Bab IV ini akan diuraikan mengenai analisis data dan pembahasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti melakukan studi kasus terhadap mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK). Kepada para mahasiswa tersebut telah dilakukan penjaringan data tentang variabel-variabel sesuai tujuan penelitian dan telah dianalisis dengan metode yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian di bab III. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009. Dalam bab ini akan dipaparkan hasil analisis yang telah dilakukan peneliti, yaitu meliputi deskripsi data, analisis deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini kuesioner yang disebar sebanyak sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu 126. Dengan demikian, response rate penelitian sebesar 100%. Kuesioner yang dikembalikan tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian di bab III.

B. Analisi Deskriptif

1) Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif (lihat lampiran IV) diketahui skor maksimum yang dicapai hasil pengujian statistik deskriptif mendapatkan rata-rata mahasiswa memiliki skor maksimum yang dicapai 57 dan


(67)

49 skor minimum 16 dengan mean = 39,76 median = 39,00 modus = 38,77 deviasi = 6,019.

Tabel 4.1 Sebaran klasifikasi

Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

Perhitungan Interval Frekuensi % Klasifikasi

15 + 81% (45) = 51,45 = 51 51 - 60 4 3,17 Sangat Tinggi

15 + 66% (45) = 44,7 = 45 45 - 50 22 17,46 Tinggi

15 + 56% (45) = 40,2 = 40 40 - 44 36 28,57 Cukup Tinggi

15 + 46% (45) = 35,7 = 36 36 - 39 43 34,12 Rendah

<46% (45) < 36 21 16,66 Sangat Rendah

Jumlah 126 100

Tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa, kategori sangat tinggi ada 3,17%, kategori tinggi 17,46%, kategori cukup tinggi 28,57%, kategori rendah 34,12%, dan kategori sangat rendah 16,66%. Dengan melihat penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) memiliki persepsi yang rendah terhadap metode pengajaran dosen dengan jumlah mencapai 34,12%. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa sebagian besar variabel persepsi metode pengajaran terletak pada ketegori rendah.

2) Motivasi Belajar Mahasiswa

Hasil pengujian statistik deskriptif mendapatkan rata-rata mahasiswa memiliki motivasi belajar dengan skor maksimum yang dicapai 57 dan skor minimum 21 dengan mean = 40,96 median = 41.00 modus = 39,82 deviasi = 6,310.


(1)

116 113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

117 114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

118 115 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

119 116 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

120 117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

121 118 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Dasar Akuntansi Keuangan 1 Program Studi Pen

0 3 14

PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 DITINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG Prestasi Belajar Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 Ditinjau Dari Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Pada M

0 1 21

PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 DITINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG Prestasi Belajar Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 Ditinjau Dari Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Pada M

0 2 14

STUDI TENTANG PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MATA KULIAH Studi Tentang Prestasi Belajar Ditinjau Dari Fasilitas Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Mata Kuliah Dasar Akuntansi Keuangan I Pada Mahasiswa Pr

0 1 14

PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH DASAR AKUNTANSI KEUANGAN 1 DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR PADA MAHASISWA Prestasi Belajar Mata Kuliah Dasar Akuntansi Keuangan 1 Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Kebiasaan Belajar Pada Mahasiswa Progra

0 3 16

PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH DASAR AKUNTANSI KEUANGAN 1 DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR PADA MAHASISWA Prestasi Belajar Mata Kuliah Dasar Akuntansi Keuangan 1 Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Kebiasaan Belajar Pada Mahasiswa Progra

0 1 15

KONTRIBUSI SIKAP BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN DOSEN Kontribusi Sikap Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Metode Pembelajaran Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut

0 0 18

Hubungan antara keaktifan belajar dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar 1.

0 1 104

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar I

0 0 136

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KUALITAS PENGAJARAN DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASKEB IV.

0 0 13