Siva Sevhila Martine

(1)

POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI

SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli

Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Siva Sevhila Martine C 9406004

DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Judul Laporan Tugan Akhir : Potensi dan daya tarik monumen nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta

Nama Mahasiswa : Siva Sevhila Martine

Nim : C.9406004

Tanggal Ujian :

DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI

Dra.Sawitri Pri Prabawati, M.Pd (...) Ketua Penguji

Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum (...) Sekretaris Penguji

Drs.Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si (...) Penguji Utama

Drs.Suharyana M.Pd (...) Penguji Pembantu

Dekan

Drs. Sudarno, M.A. NIP.131472202

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii


(3)

Judul Laporan Tugan Akhir : POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA

Nama Mahasiswa : Siva Sevhila Martine

Nim : C 9406004

Menyetujui

Disetujui, Disetujui,

Pembimbing utama Pembimbing Pembantu

Drs.Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si Drs.Suharyana M.Pd


(4)

MOTTO

v Hadapilah hari esok dengan senyum.

( Siva Sevhila Martine ) v Jangan pernah menyerah sebelum mencoba.

( Siva Sevhila Martine ) v Balajar untuk yakin pada kemampuan diri sendiri

( Siva Sevhila Martine )


(5)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini aku pesembahkan kepada:

1. Ayah, Ibu dan Adikku yang aku sayangi, terima kasih atas kasih sayangnya

2. Adhitya yang senantiasa memberiku semangat, terima kasih atas kebersamaan yang indah


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME yang melimpahkan segala rahmat, karunia, serta kasih Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA”.

Maksud penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini penulis dibantu oleh banyak pihak, tanpa bantuan dari semua pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Drs. Suharyana M.Pd. selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata dan selaku Pembimbing Akademik juga sebagai pembimbing kedua dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang telah memberikan masukan yang berharga bagi penulis.


(7)

3. Drs. Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si selaku pembimbing pertama yang memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya.

5. Ibu, Bapak, dan adikku tersayang terima kasih atas kasih sayangnya selama ini yang tidak dapat aku balas dengan apapun.

6. Adhitya yang kusayang terima kasih karena telah memberikan keindahan dalam hidupku dan telah memberikanku semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Teman – teman DIII Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2006 terima kasih atas

kebersamaan yang sangat indah.

8. Teman- teman kost Puspa Indah terima kasih karena selalu ada disampingku disaat suka maupun duka.

9. The Ladours community kalian memang sahabat-sahabat terbaikku terima kasih semuanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.

Surakarta, Juni 2009

Penulis


(8)

ABSTRAK

Siva Sevhila Martine, 2009. Potensi Dan Daya Tarik Monumen Nasional

Sebagai Salah Satu Obyek Wisata Unggulan Di Jakarta. Program Diploma III Usaha

Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang potensi dan daya tarik Monumen Nasional yang menjadi kebanggaan seluruh masyarakat DKI Jakarta dan Indonesia yang selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan yaitu apakah maksud dan tujuan pemerintah dalam membangun Monumen Nasional, bagaimana potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di Monumen Nasional, dan usaha apa saja yang akan dilakukan pengelola Tugu Monumen Nasional dalam mengembangkan Monumen Nasional sebagai obyek wisata unggulan di Jakarta.

Penulisan ini disajikan secara diskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran berbagai informasi yang berhubungan dengan potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi Dokumen. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah mempuyai maksud dan tujuan dalam membangun Monumen Nasional, potensi dan daya tarik yang terdapat di Monumen Nasional salah satunya dapat terlihat dari bentuk Tugu yang berbeda dari tugu lainnya, serta pengembangan yang akan dilakukan pengelola dalam jangka pendek salah satunya adalah pembenahan manajemen pengelolaan dan peningkatan sarana dan prasarana Monumen Nasional.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Monumen Nasional adalah merupakan land mark kota Jakarta yang terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri, karena selain bentuknya yang unik dan menarik, Monumen Nasional juga memiliki maksud dan tujuan tersendiri dalam pembangunannya.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN……… II HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……….. III MOTTO………. IV PERSEMBAHAN………. V KATA PENGANTAR………... VI ABSTRAK………. VIII DAFTAR ISI……….. IX DAFTAR TABEL………. XI DAFTAR LAMPIRAN………. X11 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……… 3

C. Tujuan Penulisan……….. 3

D. Manfaat Penulisan……… 3

E. Kajian Pustaka……….. 4

F. Metode Penelitian………. 10

G. Sistematika Penulisan………... 13

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA JAKARTA A. Letak Geografis……… 15

B. Iklim………. 18

C. Bahasa……….. 19

D. Kebudayaan dan kesenian……… 20

E. Musik……… 21

F. Tari………... 22

G. Senjata Tradisional………... 22

H. Kependudukan……….. 22

I. Agama……… 24

J. Pemerintahan………. 25

K . Transportasi………... 26

L. Makanan……… 26

M. Pariwisata……….. 27

BAB III GAMBARAN UMUM TUGU MONUMEN NASIONAL A. Sejarah Berdirinya Tugu Monumen Nasional……….... 31

1. Dasar Pembangunan………... 31

2. Maksud dan Tujuan Pembangunan Tugu Monumen Nasional.. 33

B. Pelaksanaan Pembangunan Tugu Monumen Nasional…………... 37

1. Tahap Pertama Pelaksanaan Pembangunan (1961-1965)……... 37


(10)

2. Tahap Kedua Pelaksanaan Pembangunan (1966-1968)……….. 38

1. Tahap Ketiga Pelaksanaan Pembangunan (1969-1976)……….. 38

C. Bagian-bagian Tugu Monumen Nasional………... 43

1. Pintu Gerbang Utama………. 43

2. Ruang Museum Sejarah……….. 43

3. Ruang Kemerdekaan... 46

4. Pelataran Cawan………. 48

5. Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional……….. 48

6. Lidah Api Kemerdekaan………. 52

7. Kolam Pendingin………. 52

8. Ruang Mesin……… 53

9. Patung Pangeran Diponegoro………. 53

D. Retribusi Monumen Nasional………. 53

E. Jam Buka Loket Monumen Nasional……….. 54

F. Struktur Organisasi Monumen Nasional………. 55

G. Data Pengunjung Monumen Nasional………. 56

BAB IV POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA MONUMEN NASIONAL A. Visi dan Misi Monumen Nasional………. 57

B. Analisis 4A + 1P……… 58

C. Analisis SWOT Monumen Nasional………... 65

D. Hasil Wawancara Wisatawan……… 68

E. Pengembangan Yang Sudah dilakukan Monumen Nasional……. 69

F. Rencana Pengembangan Jangka Pendek... 70

G. Tujuan Pengembangan Monumen Nasional... 71

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan………... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75

LAMPIRAN ………. 76


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas – batas wilayah administrative DKI Jakarta………. 16 Tabel 2. Jumlah pertumbuhan penduduk Jakarta terhitung mulai tahun

1870 sampai 2007……… 23

Tabel 3. Daftar Gubernur yang memerintah DKI Jakarta……… 25 Tabel 4. Retribusi Tugu Monumen Nasional………...……… 53 Tabel 5. Data Pengunjung Monumen Nasional tahun 2007 sampai april 2009... 56 Tabel 6. Analisis SWOT Monumen Nasional………..… 65


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Informan……… 76

Lampiran 2. Surat Permohonan Observasi di Monumen Nasional……... 77

Lampiran 3. Gambar Bentuk Monumen Nasional……… 78

Lampiran 4. Peta Lokasi Monumen Nasional………... 79

Lampiran 5. Peta Wisata Monumen Nasional………... 80

Lampiran 6. Letak Monumen Nasional………. 81

Lampiran 7. Brosur Monumen Nasional berbahasa Indonesia………. 82

Lampiran 8. Brosur Monumen Nasional berbahasa Inggris……….. 83

Lampiran 9. Diorama Armada Perang Majapahit dan Diorama Masyarakat Indonesia Purba………. 84

Lampiran 10.Diorama Kebangkitan Nasional dan Diorama aksi Tritura……... 85

Lampiran 11.Gambar Kendaraan di dalam kawasan Monas dan gambar patung Pangeran Diponegoro………. 86

Lampiran 12.Gambar Peta Wilayah NKRI dan gambar penataan taman Monas 87 Lampiran 13.Gambar Pemandangan halaman Monas dari pelataran cawan dan gambar keindahan pemandangan alam dari puncak Monas………... 88


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia Pariwisata merupakan dunia yang universal yang dapat diartikan bahwa pariwisata itu merupakan kebutuhan seluruh umat manusia di dunia. Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan daerah wisata yang pengunjungnya sudah dikenal dengan sebutan wisatawan domestik untuk pengunjung dalam negeri dan wisatawan mancanegara untuk pengunjung dari luar negeri.

Sebagai Ibu kota negara Indonesia, Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian, perdagangan, industri, dan pariwisata di Indonesia. Jakarta mempunyai luas sekitar 670 km². Pada saat ini, Jakarta telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang serba modern dan gedung-gedung pencakar langit yang mengantarkan kota ini menjadi kota metropolitan yang dapat disejajarkan dengan kota-kota besar lainnya di dunia seperti Tokyo, Hongkong, dan London. Dengan aktivitas yang sangat padat baik siang maupun malam hari, membuat kota Jakarta juga dijuluki sebagai “kota yang tidak pernah tidur”. Jakarta merupakan daerah khusus Ibu Kota, yang juga merupakan propinsi yang dikepalai oleh seorang Gubernur.

Jakarta sangat berpotensi sebagai kota tujuan wisata, ada banyak sekali asset-aset wisata dan ragam budaya yang tidak kalah menarik dengan wilayah-wilayah lain yang ada di Indonesia. Jakarta memiliki 3 jenis wisata andalan yakni wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya.


(14)

Berbagai obyek wisata yang terdapat di Jakarta dapat memudahkan wisatawan untuk memilih obyek wisata yang ingin dikunjungi. Salah satu obyek wisata buatan di Jakarta yang menarik wisatawan adalah Monumen Nasional atau yang lebil dikenal dengan nama Tugu Monas. Monumen ini menjadi ”icon” Jakarta karena merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Selain bentuknya yang unik, monumen ini juga terletak di pusat kota Jakarta. Monas selalu ramai dikunjungi wisatawan terutama pada hari libur untuk melihat keindahan kota Jakarta dari puncak Monas yang dilapisi emas.

Untuk tetap menjadikan Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta maka upaya pelestarian yang dinamis perlu dilakukan. Alternatifya adalah dengan melakukan usaha – usaha dalam mengembangkan Monumen Nasional yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap pendapatan asli daerah.

Hal inilah yang memunculkan keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:


(15)

1. Apakah maksud dan tujuan pemerintah dalam membangun Monumen Nasional? 2. Bagaimana potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di Monumen

Nasional?

3. Usaha apa saja yang akan dilakukan oleh Pengelola Tugu Monumen Nasional di dalam mengembangkan Monumen Nasional sebagai obyek wisata unggulan di Jakarta?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui maksud dan tujuan pemerintah dalam pembangunan Monumen Nasional.

2. Mengetahui potensi dan daya tarik yang terdapat di Monumen Nasional.

3. Mengetahui usaha yang akan dilakukan oleh Dinas Pengelola Tugu Monumen Nasional Jakarta dalam mengembangkan Monumen Nasional.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan yang luas bagi para penulis dan pembaca, khususnya yang ada di Pulau Jawa mengenai obyek wisata Monumen Nasional.

2. Dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan pemerintah kota DKI Jakarta sebagai media promosi obyek wisata Monumen Nasional, disamping itu juga bermanfaat bagi intropeksi pemerintah DKI Jakarta dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator dan dinamisator.


(16)

3. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan referensi tambahan dalam melakukan penelitian sejenis atau yang berkaitan dimasa mendatang.

4. Bagi lembaga pendidikan tinggi, pendidikan ini bermanfaat untuk menambah perbendaharaan pustaka.

E. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pariwisata

Menurut pengertian secara etimologis kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “ pari ” dan “ wisata ”. Pari berarti banyak, berputar-putar, berkali-kali. Sedangkan kata wisata berarti perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini bersinonim dengan kata Travel (bahasa Inggris). Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai “ perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar – putar, berangkat dari suatu tempat dan singgah disuatu atau di beberapa tempat, dan kembali ketempat asal semula, serta tidak bermaksud untuk tinggal menetap di tempat yang menjadi tujuan perjalanannya ( Oka A yoeti, 1991 : 103 ).

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 9/Thn. 1990 tentang kepariwisataan, wisata adalah “ kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata”. Dalam bahasa asing, wisata lebih dikenal dengan istilah “ TOUR ” ( MT Sirait, Sudiyani, Wahyu Hadad, 1997 : 5 ).

Menurut World Association of Travel Agent ( WATA ). Tour adalah “ Perjalanan keliling selama lebih dari 3 hari, yang diselenggarakan oleh suatu badan / agen perjalanan di beberapa kota atau pada suatu kota yang mana


(17)

acaranya mencakup untuk melihat – lihat berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri ( MT Sirait, Sudiyani, Wahyu Hadad, 1997 : 5 ).

2. Karakteristik dasar pariwisata

Untuk dapat memberikan pengertian dari industri pariwisata lebih lanjut akan diuraikan beberapa karakteristik dasar pariwisata ( basic characteristic of tourism ), antara lain :

a. Pariwisata adalah himpunan dari berbagai bentuk aktivitas, fasilitas dan jasa pelayanan (service) dengan segala yang berhubungan dengan kebutuhan - kebutuhannya.

b. Pariwisata adalah sejumlah sekumpulan dari aktivitas – aktivitas fasilitas dan jasa pelayanan yang dihasilkan untuk perjalanan dari manusia dan kebutuhan – kebutuhan jangka pendeknya selama mereka meninggalkan tempat kediamannya terutama yang bertujuan untuk rekreasi dan beristirahat.

c. Bentuk lain dari perjalanan jangka pendek yang dimaksud seperti business dan dengan tujuan lain adalah perjalanan yang termasuk di dalam pariwisata. d. Perjalanan manusia dari satu tempat ke tempat yang baru untuk tujuan

menetap atau berdomisili bukan merupakan perjalanan wisata ( MT Sirait, Rustan Sirait, dan Benyamin H.A, 1994 : 4 ).

3. Motivasi perjalanan

Orang yang akan melakukan perjalanan akan dapat memperoleh kepuasan sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana diketahui bahwa manusia melakukan perjalanan mempunyai tujuan dan motivasi yang berbeda – beda. Adapun


(18)

motivasi – motivasi tersebut meliputi :

a. Motivasi Umum : Yaitu meninggalkan rumah tempat kediaman / lingkungan baik untuk sementara maupun dalam waktu lama.

b. Motivasi Khusus :

1. Nilai Elastis, Antara lain yaitu untuk berdagang( business ), konferensi( conference ), pertemuan( meeting )

2. Nilai Non Elastis, Antara lain yaitu untuk berlibur( Holiday ), mengunjungi keluarga( family visits ), Pendidikan( education ), Olah raga( sports ), agama( Religions ), berbelanja( shopping ), kesehatan( health ), penyesuaian( conformity ), harga diri(prestige )

Disamping itu, manusia dalam melakukan perjalanannya ingin memperoleh sesuatu yang berbeda dalam kehidupannya. Beberapa alasan yang mendorong manusia untuk melakukan perjalanan terutama dalam perjalanan wisata menurut PATA ( Pacific Area Travel Association ) adalah sebagai berikut :

a. Keramah – tamahan penduduk ( warm & friendly people ) b. Keindahan pemandangan alam ( beautiful natural scenery ) c. Penginapan yang menyenangkan ( confortables accommodation ) d. Cuaca yang baik ( good climate )

e. Adat – istiadat dan pemandangan hidup yang menarik ( an attractive custom and way of life )

f. Keindahan kreasi manusia ( beautiful creations of men ) g. Makanan yang menarik ( outstanding food )


(19)

i. Harga yang memuaskan ( reasonable price )

j. Lingkungan yang asing dan aneh ( exotic enviontment ) k. Ikatan sejarah atau keluarga ( historical & familyties ) l. Aktivitas yang luar biasa ( exceptional recreational ) ( MT Sirait, Sudiyani, Wahyu hadad, 1997 : 3 )

4. Pengertian obyek wisata

Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi oleh wisatawan.

Menurut peraturan pemerintah No. 24 tahun 1979, dinyatakan bahwa obyek wisata merupakan perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan.

5. Pengertian daerah tujuan wisata

Daerah tujuan wisata adalah daerah obyek wisata yang khas, ditunjang oleh sarana dan prasarana pariwisata yang lengkap maupun oleh keramah – tamahan masyarakatnya yang memiliki daya tarik atau daya pikat sehingga banyak wisatawan berkunjung ke daerah itu ( H.Kodhyat, Ramaini, 1995 : 30 ).

Unsur pokok yang mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu :


(20)

b. Prasarana wisata c. Sarana wisata

d. Tata laksana atau infrastruktur e. Masyarakat atau lingkungan ( Gamal suwantoro, 1997 : 19 ).

Dilihat dari segi pelaksanaan praktis, penggolongan daerah tujuan wisata tampaknya terlalu teritis dan seakan terlalu dibuat – buat. Dalam kenyataannya wisatawan sukar untuk menggolongkan atau menempatkan suatu wilayah atau daerah ke dalam sutu golongan daerah tujuan wisata atau DTW tertentu. ( Nyoman S. Pendit, 2003 : 70 ).

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peranan Monumen Nasional sebagai obyek wisata unggulan di Jakarta, diperlukan adanya penjelasan mengenai berbagai hal yag berkenaan dengan “Monumen” secara umum dan “Monumen Nasional” secara khusus.

Seiring dengan pertumbuhan zaman konsep definisi dari monumen sedikit demi sedikit mulai bergeser. Monumen adalah patung maupun bangunan yang diciptakan untuk mengingat seseorang, kejadian, atau bisa juga sebagai objek seni. Biasanya memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas penampilan sebuah tempat. Bangunan pakai yang memiliki nilai lebih dari usianya, ukuran, ataupun yang merupakan bangunan bersejarah pun bisa dikataka sebagai monumen. Definisi lain juga menyebutkan bahwa monumen adalah tempat yang dirancang, atau dibuat sebuah bangunan bagi public utuk mengingat seseorang, atau kelompok, maupun sebuah kejadian ( Wikipedia, 2007 )


(21)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengertian monumen adalah Bangunan dan tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dilindungi negara. ( Wikipedia 2009 )

Dari tiga definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa monumen adalah objek bangunan penting yang memiliki nilai sejarah dan dibangun untuk memperingati suatu hal tertentu yang dilindungi negara.

Secara umum, dari tampilannya monumen bisa dibagi menjadi dua: Monumen figuratif dan non figuratif. Monumen figuratif biasanya tampil berupa wujud sosok pahlawan ataupun seseorang yang dikenang. Tampilannya bisa berupa wujud manusia satu badan maupun berupa patung dada. Sedangkan Monumen non-figuratif memiliki keberagaman dalam hal ide, konsep, maupun bentuknya. Monumen bisa berupa obelisk, kolom, candi, tugu, makam, air mancur, masjid, menara, istana, benteng pertahanan, dan reruntuhan bangunan.

Monumen tidak harus melulu berupa karya patung atau karya seni rupa 3 dimensi. Monumen bisa juga berupa karya arsitektur, misalnya: bangunan-bangunan kuno peninggalan masa lalu yang diabadikan sebagai peninggalan sejarah di masa sekarang. Keberadaan monumen memiliki hubungan yang kompleks dengan perkembangan waktu. Monumen menggambarkan kondisi di masa lampau atau bisa juga berupa peniruan dari masa lampau itu, didirikan untuk mempengaruhi publik di zamansekarang dan mengkaitkannya dengan sejarah. Kadang dalam perkembangan sejarah terdapat perubahan makna yang berkenaan dengan keberadaan sebuah monumen. ( Wikipedia, 2009 ).


(22)

F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di obyek wisata Monumen Nasional yang terletak di Lapangan silang Monas, Jakarta Pusat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk membuat laporan yang tepat maka diperlukan data yang akurat, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a) Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung di lokasi Monumen Nasional Jakarta pusat mengenai bentuk Monumen Nasioal secara fisik, aktivitas pengunjung, berbagai acara yang diselenggarakan oleh pengelola Monas di lapangan Monumen Nasional, maupun berbagai koleksi yang terdapat di sana. Obervasi dilakukan pada tanggal 14 – 15 Mei 2009.

b) Wawancara

Wawancara merupakan teknik peneliti memperoleh berbagai keterangan dari individu – individu yang terkait dengan bahan yang dikaji yaitu sebagai informan. Cara menentukan informan yaitu memilih dengan tepat seseorang yang mengetahui banyak tentang Monumen Nasional, antara lain peneliti mewawancarai petugas Tata usaha yaitu Bapak Ageng Darmintono, Ibu Yuli selaku seksi pelayanan, Bapak Muhajir sebagai pemandu wisata yang berada di Monumen Nasional, serta Farah Maretha yaitu pengunjung Monumen Nasional.


(23)

pertanyaan yang erat kaitannya dengan obyek wisata yang dikaji, antara lain mengenai maksud dan tujuan pembangunan Monas, waktu pembangunan Monas, yang mempunyai ide dan gagasan, barbagai koleksi yang terdapat di Monas, mengenai daftar pengunjung, dan lain-lain. Pertanyaan telah disusun sebelumnya sehingga dapat dijadikan arahan bagi peneliti di dalam melakukan wawancara.

c) Dokumen

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan catatan yang terdapat di lokasi penelitian sesuai dengan yang diperlukan dan mempunyai hubungan dengan topik penulisan. Wujud dokumen yang akan di ambil penulis berupa gambar bentuk fisik Monumen Nasional, berbagai koleksi seperti gambar diorama yang terdapat di Ruang Museum Sejarah, struktur organisasi pengelola Monumen Nasional, data jumlah pengunjung tahun 2005-April 2009, Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta, dan lain –lain.

d)Studi Pustaka

Merupakan proses pengumpulan buku – buku melalui riset kepustakaan serta membaca buku yang berhubungan dengan topik masalah. Studi pustaka ini dilakukan di perpustakaan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan maksud untuk kepentingan mengembangkan kerangka penelitian.

3. Teknik Analisis Data


(24)

yakni suatu teknik analisis yang diterapkan terhadap data – data verbal atau data – data berupa kata – kata atau kalimat atau pernyataan atau pendapat. Sedangkan uraian hasil analisis disampaikan dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu suatu uraian yang mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai hal – hal yang berkaitan dengan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan materi disusun dalam beberapa bagian yang diurutkan secara sistematis. Tugas akhir terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, metode penulisan, dan juga sistematika penulisan.

Bab II diuraikan mengenai gambaran secara umum DKI Jakarta. Yang berisi tentang letak geografis, demografi, sarana dan prasarana, transportasi, obyek wisata yang ada di Jakarta, makanan tradisional, kesenian tradisional, fasilitas umum.

Bab III diuraikan tentang gambaran secara umum Monumen Nasional yang menyangkut sejarah berdirinya, tujuan dan fungsi pendirian, lokasi monumen Nasional, bentuk Monumen nasional secara fisik, koleksi yang terdapat di dalamnya, struktur organisasi dan kelembagaan, serta data kunjungan wisatawan tahun 2007 sampai 2009.

Bab IV, diuraikan mengenai potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta yaitu mengenai analisis 4A + 1P dan analisis SWOT yang dapat diambil dari hasil observasi serta rencana pengembangan Monumen Nasional.


(25)

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan deri keseluruhan isi dari tugas akhir ini yang disertai pula dengan saran-saran bagi pengembangan potensi Monumen Nasional selanjutnya.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA JAKARTA

A. Letak Geografis

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya adalah 6°11′ LS 106°50′ BT. Dahulu dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).

Pada tahun 2004, luasnya adalah sekitar 740 km² dan penduduknya berjumlah 8.792.000 jiwa. Jakarta bersama metropolitan Jabotabek dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa merupakan wilayah metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia. Kini wilayah Jabodetabek menempatkan wilayah megapolis ini di urutan kedua dunia, setelah megapolis Tokyo.

Jakarta berlokasi di pesisir utara pulau Jawa, di muara sungai Ciliwung, Teluk Jakarta. Sebagai propinsi, Jakarta dibagi atas 5 wilayah walikota dan 1 kabupaten, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Kabupaten Pulau seribu. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Bekasi, sebelah barat berbatasan dengan Tangerang, dan Sebelah selatan berbatasan dengan Bogor.

Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Selatan Jakarta merupakan dataran tinggi yang dikenal dengan daerah Puncak. Jakarta dialiri oleh 13 sungai yang


(27)

kesemuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan propinsi Jawa Barat dan disebelah barat berbatasan dengan propinsi Banten.

Kepulauan Seribu, sebuah kabupaten administratif, terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Batas-batas wilayah administrative dalam wilayah di DKI Jakarta berdasarkan SK Gubernur No. Ib.3/1/1/66 tertanggal 12 Agustus 1966 adalah sebagai berikut:

Walikota Batas Wilayah

Kota Jakarta Pusat Utara Jl. Ketapang - Jl. Sawah Besar - Rel KA menuju Utara – Rel KA menuju Timur dekat AIP – Rel

KA menuju Utara sampai Kali Mati – Kali Mati sampai Ladasan Lapangan Terbang – Barat Timur

san sampai Jl. Jakarta By Pass Timur Jl. Raya Jakarta By Pass Selatan Tembusan Jl. Hang Lekir 1 – Jl.

Sudirman – Banjir Kanal Kali ciliwung - Jl. Pegangsaan

Timur – Jl. Matraman – Jl. Pramuka

Barat Banjir Kanal – Jl. Pati Petamburan – Rel KA Palmerah Kota Jakarta Utara Utara Pantai Laut Jawa

Timur Berbatasan dengan Bekasi Selatan Jl. Angke – Rel KA – Kali Mati –

Landasan Lapangan Terbang dari Barat ke Timur – Jl. Jakarta By.Pass – Kali Sunter sampai

batas bekasi

Barat Muara Alur da Kali Muara Angke Kota Jakarta Barat Utara Batas DKI Jakarta dengan

Tangerang – Pantai Laut Jawa Timur Muara Alur – Kali Muara Angke

– Jl. Angke Rel KA dari Barat ke Timur – Rel KA dari Barat ke Timur – Rel KA dari Utara ke Selatan – Jl. Ketapang sampai


(28)

Banjir Kanal – Jl. Jati Petamburan – Pal Merah

Selatan Batas DKI Jakarta dengan Tangerang – Kali Pesanggrahan –

batas Kecamatan Kebon Jeruk sampai Kali Grogol Barat Batas DKI Jakarta dengan

Tangerang

Kota Jakarta Selatan Utara Kali Grogol – Tembusan Jl.. Hang Leki 1 – Jl. Jenderal Sudirman –

Banjir Kanal

Timur Kali Ciliwung

Selatan Batas DKI Jakarta dengan Bogor Barat Batas DKI Jakarta dengan

Tangerang

Kota Jakarta Tmur Utara Kali Ciliwung – Jl. Pegangsaan Timur – Jl. Matraman – Jl. Pramuka – Jl. By Pass – Kali Sunter – Jl. Bekasi sampai batas

DKI

Timur Batas DKI Jakarta dengan Bekasi Selatan Batas DKI Jakarta dengan Bogor

Barat Kali Ciliwung

Sumber : Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta

Kemudian dengan keputusan Gubernur tanggal 1 Juli 1967 diadakan perubahan dengan jalan memecah beberapa kecamatan dan kelurahan. Jumlahnya menjadi 5 kota administratif, 27 kecamatan, dan 220 Kelurahan. Struktur kemudian diadakan reorganisasi batas wilayah, sehingga dari 5 kota administratif berkembang menjadi 30 kecamatan dan 236 kelurahan.

Menurut Buku Sejarah Perkembangan Kota Jakarta yang dikeluarkan oleh Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta, di dalam pengembangannya, daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau yang biasa disebut Jabodetabek dikelompokkan atas tiga ciri wilayah sebagai berikut:

1. Wilayah Perkotaan, yaitu daerah-daerah di dalam wilayah Jabodetabek yang jelas peruntukannya untuk kota. Termasuk dalam wilayah dengan ciri ini adalah


(29)

pusat-pusat perkembangan yang disebutkan di atas. Pengaturan dari wilayah perkotaan ini diserahkan pada pemda masing-masing dengan pengaturan perencanaan kota dan perwilayahan menurut ketentuan yang berlaku di daerah itu.

2. Wilayah Pedesaan, adalah daerah-daerah di dalam wilayah Jabodetabek yang peruntukannya ditetapkan untuk kegiatan yang berciri pedesaan. Termasuk dalam wilayah ini adalah daerah pertanian, kebun buah-buahan termasuk daerah-daerah jalur hijau yang tak diperkenankan untuk pembangunan bangunan-bangunan kota dan tetap harus dipertahankan terbuka. Pengaturan dari wilayah ini juga diserahkan kepada pemda masing-masing yang membawahi wilayah pedesaan tersebut.

3. Wilayah Peralihan, adalah daerah-daerah dalam wilayah Jabodetabek yang dalam peralihan dari sifat pedesaan ke perkotaan. Ciri-ciri dari daerah-daerah ini adalah perkembangannya yang pesat dengan kegiatan-kegiatan pembangunan yang bersifat perkotaan. Wilayah ini terutama terdapat dalam daerah perbatasan antara DKI Jakarta dengan Dati 1 Jawa Barat dan memerlukan pengaturan bersama untuk menetapkan penggunaan tanah di wilayah peralihan ini. ( Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta,2000)

B. Iklim

Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter (14 inchi)dengan suhu rata-rata 27°C, curah hujan antara bulan januari dan awal februari sangat exterm pada saat itulah jakarta dilanda banjir setiap tahunya , dan puncak musim kemarau


(30)

pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter (2,4 inchi) bulan september dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di jakata suhu udara dapat mencapai 40°C. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38°C (77°-100°F). (Wikipedia,2009)

C. Bahasa

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak, bahasa Madura, bahasa Bugis, dan juga bahasa Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa Mandarin juga digunakan menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis keturunan Tiongkok. (Wikipedia,2009)

D. Kebudayaan dan Kesenian

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara


(31)

lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugal.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Di dalam rencana Induk DKI 1965-1985 telah digariskan keinginan untuk menjadikan kota Jakarta sebagai pusat kebudayaan nasional. Oleh karena itu pemerintah DKI Jakarta beserta pemerintah pusat mengusahakan pembinaan seni budaya secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini berkaitan antara sarana dan kegiatan seni budaya dengan para insan seninya.

Pada tahun 1968 Gubernur Ali Sadikin mendukung diselenggarakannya musyawarah para seniman. Hasil musyawarah itu diantaranya mengusahakan pembangunan sebuah Pusat Kesenian Jakarta yang diurus oleh para seniman sendiri. Sedangkan para seniman bergabung dalam Dewan Kesenian Jakarta.

Untuk menampung kegiatan kesenian masyarakat serta kegiatan Dewan Kesenian Jakarta, pada tahun 1968 Pemerintah DKI Jakarta telah membangun gedung pusat Kesenian “Taman Ismail Marzuki” di cikini yang semula merupakan tempat kebun binatang. Pengelola gedung ini diserahkan pada Lembaga Taman Ismail Mrzuki, sedangkan pemerintah DKI Jakarta hanya membina dan mengawasi serta memberika subsidi keuangan yang material sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Dengan


(32)

adanya Taman Ismail Marzuki masyarakat akan dapat menyaksikan dan sekaligus mengikuti perkembangan kegiatan kesenian, dan dapat pula digunakan sebagai tempat rekreasi.

Untuk pembangunan kompleks Taman Ismail Marzuki termasuk kampus LPKJ serta pembiayaan kegiatannya sejak tahun 1968 sampai tahun 1976, pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan biaya sekitar 2,5 milyar rupiah.

Kota Jakarta juga memberi kesempatan yang luas bagi pengembangan kesenian yang merupakan aspirasi bagi penduduk yang beragam. Di daerah senen biasa kita temuka Wayang Orang Bharata. (Dinas Museum dan Pemugaran, 2000)

E. Musik

Musik tradisional maupun modern di Jakarta menggambarkan perpaduan antarbudaya dan etnis. Pengaruh dari luar Indonesia berasal dari Belanda, Republik Rakyat Cina, Portugis, Arab dan India.

Untuk musik tradisional di Jakarta, seperti tanjidor dan gambang kromong, terdapat pengaruh baik etnis Sunda seperti penggunaan rebab dan terompet tradisional. Ada pula pengaruh asing seperti halnya Trombone dan Gitar dari Eropa dan beberapa irama musik tradisional Tionghoa. (Wikipedia,2009)

F. Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. (Dinas Museum dan Pemugaran, 2000)


(33)

Senjata khas Jakarta adalah golok yang bersarungkan terbuat dari kayu. H. Kependudukan

Pertumbuhan penduduk Jakarta dari tahun ketahun cukup tinggi. Jumlah penduduk di Jakarta sekitar 7.512.323 (2006) namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa. (Wikipedia,2009)

Tabel.1 Jumlah pertumbuhan penduduk Jakarta terhitung mulai tahun 1945 sampai tahun 2007.

NO Tahun Jumlah Penduduk

1. 1945 600.000

2. 1950 1.733.600

3. 1959 2.814.000

4. 1961 2.906.533

5. 1971 4.546.492


(34)

7. 1990 8.259.639

8. 2000 8.384.853

9. 2005 8.540.306

10. 2006 7.512.323

11. 2007 7.552.444

Sumber: Data Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sangat pesat, terlihat pada tahun 1945 penduduk Jakarta hanya berjumlah 600.000 jiwa dan 5 tahun kemudian naik sekitar hampir 150% dari tahun 1945. Pertumbuhan penduduk di Jakarta setiap tahunnya meningkat disebabkan oleh banyaknya masyarakat pedesaan yang tinggal di Pulau jawa maupun diluar pulau Jawa yang berpidah untuk mencari lahan pekerjaan di Jakarta. Hal ini membuat Jakarta menjadi satu kota yang paling padat populasi nya. Terbukti dengan adannya sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu dari tahun 1945 sampai 2007, terlihat peningkatan yang signifikan yang membuktikan begitu padatnya populasi ibukota Jakarta dari tahun ke tahun.

I. Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta sangat beragam.

Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2009, komposisi penganut agama di Jakarta adalah sebagai berikut:

a. Islam 82 %

b. Kristen Protestan 7,2 %


(35)

d. Hindu 1,5 %

e. Buddha 4 %

Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa penduduk DKI Jakarta pada tahun 2009 sebagian besar beragama Islam, dan paling sedikit yang beragama Hindu. (Wikipedia, 2009)

J. Pemerintahan

Daftar Gubernur Yang Pernah Memerintah DKI Jakarta

No. Nama Dari Sampai

1. Suwiryo 1945 1951

2. Syamsurizal 1951 1953

3. Sudiro 1953 1960

4. Dr. Soemarno 1960 1964

5. Henk Ngantung 1964 1965

6. Dr. Soemarno 1965 1966


(36)

8. H. Tjokropranolo 1977 1982

9. R. Soeprapto 1982 1987

10. Wiyogo

Atmodarminto 1987 1992

11. Soerjadi Soedirdja 1992 1997

12. Sutiyoso 1998 7 Oktober 2007

13. Fauzi Bowo 7 Oktober 2007 2012

Sumber: Data Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Pada masa pemerintahan Gubernur yang pernah memerintah DKI Jakarta masing-masing membawa perkembangan tersendiri bagi kota Jakarta. Pada pemerintahan Suwiryo yang merupakan Gubernur pertama, Jakarta mengalami perkembangan interaksi dunia yang makin intensif mendorong Jakarta melakukan beberapa adaptasi, salah satu diantaranya adalah pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok yang digunakan sebagai tempat singgah kapal-kapal dagang dari berbagai daerah. Pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin pembangunan Monumen Nasional berlangsung dan di resmikan oleh Ali Sadikin pada tahun 1975. Pemerintahan Gubernur Sutiyoso memberikan inovasi baru bagi masyarakat Jakarta yaitu pembangunan Trans Jakarta atau yang biasa disebut dengan Busway yang diesmikan pada tahun 2005 oleh Gubernur sutiyoso.

K. Transportasi

Jakarta memiliki berbagai Alat transportasi diantaranya adalah angkutan umum yang disebut mikrolet, metromini, bajaj, Taxi dan Trans Jakarta yang biasa disebut busway yang baru saja diresmikan tahun 2005.


(37)

L. Makanan

Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh warga asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah. Di Jakarta, dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang yang paling banyak dijumpai, hampir di seluruh tempat di Jakarta, kita dengan mudah akan menemukan rumah makan yang manyajikan masakan asal Minang ini. Jakarta juga memiliki makanan khasnya, yang paling terkenal adalah Kerak Telor dan Soto Betawi. ( Wikipedia, 2009)

M. Pariwisata Jakarta memiliki 3 jenis wisata andalan, diantaranya: 1. Obyek Wisata Alam

Pulau Air, Pulau Putri, Pulau Nirwana dan Pulau Bidadari yang berlokasi di gugusan Kepulauan seribu. Di kepulauan ini terdapat obyek rekreasi alam, dikelilingi laut, pasirnya putih. Air lautnya jernih didalamnya tampak ikan hias dan tumbuhan laut yang mempesona. Fasilitas yang tersedia berupa pesanggrahan, restaurant. Kegiatan yang dapat dilakukan disini adalah berlayar, bernang, scuba diving, ski diving, berjemur di pantai dan rekreasi alam.

Pulau Rambut yang berlokasi di gugusan Kepulauan seribu. Pulau ini merupakan tempat tinggal (persinggahan) berbagai jenis burung dari luar negeri untuk berkembang biak. Burung-burung itu biasanya berdatangan sekitar bulan


(38)

maret-September. Fasilitas yang tersedia di sini shelter penjagaan, jalan setapak, kupel untuk melihat pemandangan dan port lokal. Kegiatan yang dapat dilakukan di sini adalah penelitian ilmiah, rekreasi dan fotografi. Untuk mencapai ke lokasi dapat menggunakan motorboat dari tanjung priok menuju Pulau Rambut, dapat dilakukan sekitar bulan maret-september.

2. Obyek wisata Buatan

Pada tahun 2000 Dinas Museum dan Pemugaran Propinsi DKI Jakarta mencatat ada 21 monumen dan patung besar penting yang tersebar di Jakarta. Kesemua monumen dan patung yang tercatat ini adalah:

1. Monumen Nasional 2. Tugu Proklamasi

3. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta 4. Monumen 19 September 1945

5. Monumen Pancasila Sakti 6. Patung Ahmad Yani

7. Monumen Perjuangan Senen 8. Monumen Perjuangan Jatinegara 9. Patung Gajah Mada

10. Patung Pangeran Dipenogoro 11. Monumen ASEAN

12. Monumen Dirgantara 13. Patung Ismail Marzuki 14. Patung Chairil Anwar


(39)

15. Patung Muhamad Husni Thamrin 16. Patung Abdul Halim Perdanakusuma 17. Monumen Pemuda Membangun 18. Monumen Pembebasan Irian Barat 19. Patung Dr. GSSJ Ratulangie 20. Monumen Selamat Datang 21. Patung Bahari

22. Patung Pahlawan

( Dinas Kebudayaan dan Permusiuman Provinsi DKI Jakarta, 2000 ).

Monumen Nasional terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961. Tugu Peringataan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban serta Ir. Rooseno sebagai konsultan. Monumen Nasional Mulai di bangun Agustus 1959 dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden Ir Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tinggi monument 137 meter berpuncak nyala api yang berpuncak emas seberat 50 kg dan disekelilingnya terdapat taman.

Taman Mini Indonesia Indah yang berlokasi di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Pondok Gede Jakarta Timur. TMII dikelola oleh Yayasan Harapan Kita. Taman ini dibangun diatas tanah seluas 120 ha. Taman Mini adalah taman yang memperlihatkan selayang pandang keanekaragaman budaya yang terdapat di Kepulauan Indonesia. Taman Mini memiliki bangunan yang mewakili propinsi yang ada di Indonesia dengan ciri-ciri yang terkenal, mencerminkan arsitektur daerah tiap-tiap propinsi. Taman Mini juga mempunyai kebun anggrek,


(40)

beratus-ratus jenis anggrek berasal dari Indonesia, taman kaktus, taman burung dengan berbagai jenis burung besar dan kecil, istana anak-anak dan museum asmat. Setiap hari Taman Mini banyak dikunjungi wisatawan, terutama pada hari sabtu, minggu dan pada hari libur. Di sini dapat disaksikan Keong Mas yaitu suatu teater yang merupakan produk teknologi modern. Selain itu terdapat pula Bursa Seni dimana berbagai jenis barang kesenian dari seluruh Indonesia dipamerkan dan diperjual belikan.

3. Obyek Wisata Budaya

Taman Ismail Marzuki yang berlokasi di jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Tempat ini merupakan pusat kesenian Jakarta, berfungsi sebagai wadah pengembangan berbagai kesenian tradisional maupun kontemporer. ( Peta Jalan Jawa Bali, 2002)


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM TUGU MONUMEN NASIONAL

Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Tugu Monumen Nasional terletak di Jalan Silang Monas Jakarta Pusat. Tugu ini dibagun di areal seluas 80 Hektar. Monumen ini dibangun pada tahun 1961 dan diresmikan sebagai objek wisata pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Ali Sadikin.

A. Sejarah Berdirinya Tugu Monumen Nasional 1. Dasar Pembagunan

Guna mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 dan untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang, maka dibangunlah suatu tanda peringatan yang berbentuk tugu yang kemudian diberi nama Monumen Nasional.

Tugu Monumen Nasional mempunyai ciri tersendiri. Arsitekturnya dan dimensinya melambangkan khas dan kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di puncak tugu, api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sepanjang masa. Angka-angka keramat bangsa Indonesia 17-8-1945 di abadikan pada Monumen Nasional ini.


(42)

Bentuk dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di plasa utama Taman Medan Merdeka, orang dapat menikmati pemandangan yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur. Di bagian utara tampak megah patung pangeran Diponegoro. Di sini orang dapat memasuki terowongan yang berada tiga meter di bawah jalan silang monas menuju halaman Tugu Monumen Nasional yang berpagar “Bambu runcing”, mengingatkan pada model senjata bagssa Indoesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk pembangunan Tugu Monumen Nasional, karena kota Jakarta sebagai Ibukoota Republik. Di Jakartalah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Areal lapangan Merdeka Jakarta disepakati pada saat itu sebagai lokasi dibangunnya Tugu Monas. Mengingat luas areal cukup ideal, juga memiliki nilai sejarah, dimana pada tanggal 19 September 1945 ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa gentar terhadap ancaman senjata penjajah dengan kendaraan lapis baja serdadu Jepang, bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia untuk merdeka dan hanya mengakui pemerintah Republik Indonesia. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 2)

2. Maksud dan Tujuan Pembangunan Tugu Monumen Nasional

Gagasan awal pembuatan Tugu Monumen Nasional mucul setelah 9 tahun kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan hari ulang tahun kemerdekaan


(43)

Indonesia 17 Agustus 1945. Di bentuklah “Panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monumen Nasional tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K.S Wiloto, E.F Wenas, dan Sudiro.

Tugas panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Tugu Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta. Termasuk mengumpulkan biaya pembagunannya yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.

Adapun maksud dan tujuan pembangunan Tugu Monumen Nasional adalah: a. Memperingati dan mengabadikan nilai-nilai perjuangan bangsa dan proklamasi

kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

b. Mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia ( ditampilkan dalam bentuk Tugu yang menjulang ke angkasa dengan lidah api yang tak kunjung padam di pelataran puncak ).

c. Memberikan inspirasi dan mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat bangsa Indonesia (ditampilkan dalam bentuk diorama di ruang museum sejarah Tugu Monumen Nasional).

d. Memperkenalkan Tugu Monumen Nasional kepada dunia Internasional secara keseluruhan sebagai salah satu unsur objek wisata.


(44)

Selain itu bentuk Tugu yang akan dibangun hendaknya benar-benar bisa menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata. Tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan krikitannya sedikitnya 1000 tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat patriotik. Oleh Tim Yuri pesan Ketua Panitia di atas dijadikan sebagai kriteria penilaian yang kemudian dirinci menjadi lima kriteria yang harus dipenuhi untuk Tugu Monumen Nasional.

Kelima kriteria tersebut adalah:

a. Tugu harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan “Nasional”.

b. Tugu harus berisikan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita Bangsa Indonesia.

c. Tugu harus melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di dalam dada bangsa Indoesia.

d. Tugu harus menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak, meskipun tersusun dari benda mati.

e. Tugu harus dibuat oleh benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan beradab-adab.

Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasikan keinginan manusia. Landasan pemikiran itu adalah sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi kriteria “Nasional”, Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang mewujudkan


(45)

“Revolusi Nasioal” sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya, yaitu angka 17, 8 dan 45 sebagai angka keramat “hari proklamasi”.

b. Bentuk Tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafat “LINGGA dan YONI” yang menyerupai “Alu” sebagai “Lingga” dan betuk wadah (cawan) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap pribumi keluarga Bangsa Indonesia, khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah symbol dari zaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi adalah unsur positif (Lingga) dan unsure negative (Yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan permpuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.

c. Bentuk seluruh garis-garis asitektur Tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton, naik melengkung , melompat, merata lagi, lalu naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas membentuk lidah api di yang menyala. Badan Tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada Bangsa Indonesia.

d. Ruang/Tenang sebagai tempat penyimpanan atribut-atribut sejarah yang mengawali Proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia, termasuk rencana tempat menyimpan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 19945.


(46)

e. Bangunan Tugu dibuat dari bahan atau benda yang tahan berabad-abad seperti batu alam marmer, besi baja, perunggu, besi beton dan sebagainya serta dilengkapi dengan listrik, AC, Telepon, elefator, dll.

Berdasarkan gambar rencana yang telah dibuat dan dikembangkan lebih lanjut oleh Soedarsono itulah maka pada tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pemancangan tiang pertama pembangunan Tugu Monumen Nasional ketika Republik Indonesia genap berusia dua windu.

Pembangunannya itu sendiri langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno, sedangkan Soedarsono ditunjuk sebagai Direksi Pelaksana dan Penasehat Ahlinya ditunjuk Prof.Ir.Roeseno. Dalam hal kekuasaan daerah, koordinasi dari logistic diserahkan kepada Ketua Harian, Komandan Daerah Militer V / Jaya, Kolonel Umar Wirahadikusumah. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008: 3)

B. Pelaksanaan Pembangunan Tugu Monumen Nasional

Pembangunan Tugu Monumen Nasional dilaksanakan melalui tiga tahap sebagai berikut:

1. Tahap Pertama Pelaksanaan Pembangunan (1961-1965).

Pada masa ini pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional sedangkan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.


(47)

Tahap pertama pelaksanaan Pembangunan Tugu Monas ditempuh dalam kurun waktu 4 tahun, yakni 1961/1962 sampai dengan tahun 1964/1965. Pelaksaaan pekerjaan di lapangan dimulai antara lain dengan melakukan pemagaran batas lapangan kerja, pembuatan bangunan kantor, dan gudang-gudang peralatan serta pembuatan tiang-tiang pancang.

Pada tanggal 17 Agustus 1961 dilakukan pemancangan tiang pertama yang dilakukan oleh Presiden Soekarno selaku Ketua Umum Panitia Monumen Nasional. Pemancangan selanjutnya dilakukan oleh Biro Bangunan “Pembangunan Perumahan” khusus untuk tiang-tiang pancang yang berada dibawah blok pondasi Tugu sebanyak 284 buah.

Pekerjaan pemancangan tiang pancang selebihnya berada di luar blok podasi Tugu. Pemancangan seluruh tiang pancang yang berjumlah 644 buah selesai dikerjakan pada tanggal 10 Maret 1962.

Pada pertengahan bulan Januari 1962 pekerjaan meningkat ke pembuatan poer-poer pondasi tiang Museum. Dari pekerjaan poer kemudian dilanjutkan ke pembuatan blok pondasi Tugu. Bersamaan dengan itu dilaksanakan pula penggalian tanah untuk lantai ruangan museum di luar blok pondasi Tugu. Selanjutnya pada 17 April 1962 dimulai pengecoran blok pondasi Tugu.

2. Tahap Kedua Pelaksanaan Pembangunan (1966-1968).

Pada masa ini pelaksanaa pekerjaan masih dibawah pengawasa Panitia Monumen Nasional, tetapi biaya pembangunan bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekretariat Negara Republik Indonesia.


(48)

Tahap kedua pelaksanaan pembangunan Tugu Monas mengalami masa lesu, disebabkan karena dana yang tersedia sangat terbatas. Hali ini dimaklumi karena pada awal Oktober 1965 Bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu tragedi yang dikenal dengan peristiwa G 30 S PKI.

Kejadian itu sudah barang tentu berpengaruh kepada seluruh tatanan yang ada. Sementara itu pekerjaan pembangunan yang harus dikerjakan masih sangat banyak, yakni pemasangan instalasi AC dan pemasangan marmer. Namun pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk tetap memperhatikan pembangunan Tugu Monumen Nasional. Dana disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan pemasangan instalasi AC dan pemasangan marmer, sedangkan pemasangan instalasi listrik baru dapat diselesaikan pada tahun 1967.

3. Tahap Ketiga Pelaksanaan Pembangunan (1969-1976).

Pada masa ini pelaksanaan pekerjaan berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, sedangkan biaya pembangunannya bersumber dari pemerintah pusat. Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunaka Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu, pada tahun 1973, pembangunan Tugu Monas telah mendapatkan bantuan Presiden RI, guna menyelesaikan salah satu bagian pekerjaan.

Pembangunan Tugu Monas pada akhirnya dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun di bawah koordinasi Sekretariat Negara setelah adanya bantuan pada pemeritah pusat pada tahun-tahun sebelumnya.

Pekerjaan selanjutnya meningkat pada pembuatan lantai ruangan Museum yang berlokasi di sekitar blok pondasi Tugu. Pada tahap ini didahulukan pada


(49)

bagian tengah sampai dengan batas siar (detelasi). Pekerjaan ini dilakukan mengingat keperluan kerangka baja. Pengecoran beton sampai beton siar dapat diselesaikan pada bulan Mei 1962. Selanjutnya, pekerjaan dilanjutkan pada pekerjaan montase kerangka baja, peyetelan pembesian dinding ruangan museum serta pengecoran dinding ruangan Museum yang dapat diselesaikan pada tanggal 12 Agustus 1962.

Tahun kedua dari tahap pertama pembangunan dimulai pada bulan September 1962. Pekerjaan dimulai dengan pembetonan tangga borders di ke empat sudut yang merupakan pintu darurat dari ruangan Museum. Pekerjaan ini selesai pada tanggal 10 Oktober 1962. Selain itu, pada tanggal 8 September 1962 hingga 3 Oktober 1962 telah diselesaikan pula pengecoran beton kolom-kolom keliling bagian luar dari ruangan Museum dan kolom-kolom dingin ruangan museum. Agar dinding Museum kedap air, maka seluruh permukaan dinding luar dilapisi dengan flinkote.

Pembangunan tahun kedua dari tahap pertama pembangunan Tugu Monas ini diakhiri dengan pengecoran badan Tugu setelah dilakukan pembetonan dan bekisting bada Tugu. Pengecoran badan Tugu dapat diselesaikan sebelum tanggal 17 Agustus 1963.

Tahun ketiga dari tahap pertama pelaksanaan pembangunan dimulai pada tanggal 7 September 1963 setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 188 tahun 1963 tentang pembentukan Panitia Negara yang dinamakan “Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional” yang bertugas menciptakan adegan sejarah secara visual pada ruangan Tugu Monas dengan masa kerja satu tahun.


(50)

Pembentukan panitia khusus itu dianggap penting karena dalam ruangan bangunan Tugu Monas terdapat ruangan Museum sejarah, sehingga diperlukan adanya ahli-ahli untuk menciptakan adegan sejarah secara visual pada ruangan-ruangan yang telah tersedia.

Rencana kerja panitia Museum Sejarah Tugu Nasional adalah membuat adegan sejarah secara visual dalam tiga dimensi. Adegan-adegan ini ditampilkan di dinding Sebelah timur, selata, barat dan utara Ruangan Museum Sejarah.

Pekerjaan sipil pada tahun ketiga ini dimulai dengan pengecoran balok-balok beton tangga luar (September 1963-Februari 1964). Selain itu juga dilakukan penimbuan tanah setinggi 1,70 m dari permukaan tanah semula dan lebar 30 meter sampai tepi jalan mengelilingi Tugu Monas serta pengecoran beton 16 kolom “keliling dalam”.

Kegiatan tahun ketiga ini diakhiri dengan penambahan tinggi kerangka besi untuk badan Tugu yang diselesaikan sebelum tanggal 17 Agustus 1964.

Kebijaksanaan ini kemudian di dalam Surat Keputusan Presiden R.I Nomor 314 tahun 1968 tentang pembentukan Panitia Pembina Tugu Nasional yang bertugas menyelesaikan, memelihara, membina Tugu Monas serta pemanfaatannya bagi umum.

Panitia ini diketuai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dibantu oleh Gubernur DKI Jakarta selaku wakil ketua. Pejabat yang ditunjuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selaku sekretaris, Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara dan Wakil dari Sekretariat Nagara, Wakil


(51)

Departemen Pekerjaan Umum, Wakil Departemen Hankam dan Wakil Lembaga Pariwisata Nasional selaku anggota.

Tugas sehari-hari Panitia Pembina dibantu oleh Tim Pelaksana Pembina yang diketuai oleh Prajogo, Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang III Pembangunan. Tim ini bertugas tidak hanya memelihara dan mengamankan teknis/fisik saja tetapi juga menyempurnakan dan menyelesaikan bagian-bagian yang belum terselesaikan meliputi: ruang Museum Sejarah, ruang Kemerdekaan, badan Tugu, halaman Tugu, terowongan, Bunker/ruang mesin dan halaman patung Pangeran Diponegoro.

Tim khusus yang diberi nama Tim Perancang Isi Museum Sejarah yang dipimpin oleh Nugroho Notosusanto dengan anggota-anggota: Marwati D. Pusponegoro, Harsja W. Bachtiar, Sumartini, Bambang Sumadio, Buchari, Abdulrachman, Moela Marboen, Lim Manus, Amir Sutaarga dan I. Gusti Ng Rai Miskun bertugas membantu pimpinan Panitia Pembina dalam melaksanakan tugasnya mengisi Museum Sejarah.

Tim ini bertugas mengusulkan adegan-adegan sejarah nasional yang akan dibuat dalam 48 adegan diorama didalam Ruang Museum Sejarah Tugu Monumen Nasional dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bersifat inspiratif , artinya dapat mengilhami perjuangan Negara Indonesia pada masa sekarang dan akan datang untuk mencapai Tujuan Nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945. 2. Membuat kesadaran ber-Pancasila


(52)

3. Merupakan tonggak sejarah bagi pembinaan Orde Baru sesuai dengan Ketetapan MPR Sidang Umum IV dan V Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia.

Setelah menempuh serangkaian perjuangan yang panjang, akhirnya Tugu Monumen Nasional dapat diselesaikan walaupun ditemukan persoalan-persoalan teknis, seperti kebocoran-kebocoran baik disebabkan karena air tanah yang merembes ke lantai Ruang Museum Sejarah maupun kebocoran-kebocoran yang datang dari atap ruang Museum Sejarah dan tangga utama diatas dome-dome diorama.

Masalah kebocoran ini diatasi dengan cara membuat saluran air dan menyediakan pompa penyedot air. Demikian juga dalam mengatasi kebocoran atap ruang Museum Sejarah dilakukan dengan cara membongkar lantai mozaik pada atap Ruang Museum kemudian dilapisi dengan bahan kedap air dan bahan penutup lantai. Cara ini sangat efektif tetapi memerlukan biaya yang cukup besar. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 10)

C. Bagian – Bagian Tugu Monumen Nasional 1. Pintu Gerbang Utama

Berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka Utara, para pengunjung akan menikmati pemandangan taman dan air mancur yang ada di sana. Kemudian setelah melewati patung Pangeran Diponegoro, turun masuk ke dalam terowongan yang melintas di bawah jalan silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu Monumen Nasional yang sekelilingnya berpagar besi berbentuk “bambu runcing”.


(53)

2. Ruang Museum Sejarah

Ruangan ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu Nasional, sedangkan atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu. Luas ruangan ini 80 x 80 meter dan tinggi langit-langitnya 8 meter. Seluruh dinding, tiang-tiang dan lantai berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing terdapat 12 jendela kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu dipertunjukkan adegan-adegan peristiwa sejarah Bangsa Indonesia diawali dengan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia Purba sampai dengan Orde Baru.

Konsepsi sejarah yang melatarbelakangi adegan itu adalah bahwa Perjuangan Nasional Indonesia sejak masa awal higga sekarang adalah untuk kemerdekaan, persatuan, kesejahteraan dan keadilan sosial. Adegan-adegan yang ada di sini menggambarkan tujuan itu. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 24-25)

Diorama-diorama yang terdapat di ruangan ini berjumlah 48 diorama, antara lain:

a. Diorama Sisi Timur

1.Masyarakat Indonesia Purba 2.Bandar Sriwijaya

3.Borobudur

4.Bendungan Waringin Sapta 5.Perpaduan Syiwaisme-Budhaisme 6.Sumpah Palapa


(54)

8.Utusan Cina ke Majapahit

9.Pesantren sebagai pemersatu Bangsa Indonesia 10. Pertempuran Pembentukan Jayakarta

11. Armada Bugis 12. Perang Makassar b. Diorama Sisi Selatan

1.Peran Patimura 2.Perang Diponegoro 3.Perang Imam Bonjol 4.Perang Banjar 5.Perang Aceh

6.Perang Si Singamangaraja 7.Perang Jagaraga

8.Tanam Paksa

9.Kegiatan Gereja Protestan dalam proses Penyatuan Bangsa Indonesia 10. Perjuangan Kartini

11. Kebangkitan Nasional 12. Taman Siswa

c. Diorama Sisi Barat 1.Muhammadiyah

2.Perhimpunan Indonesia


(55)

4.Digul

5.Sumpah Pemuda 6.Romusya

7.Pemberontakan Tentara Peta di Blitar

8.Proklamasi Kemerdekaan

9.Pengesahan Pancasila dan UUD 1945

10.Hari Lahir Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 11.Pertempuran Surabaya

12.Katholik Roma sebagai Faktor Pemersatu

d. Diorama Sisi Utara

1.Gerilya dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 2.Panglima Besar Sudirman

3.Pengakuan Kedaulatan

4.Perjuangan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia 5.Indonesia menjadi Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa 6.Konferensi Asia Afrika

7.Pemilihan Umum Pertama 8.Pembebasan Irian Barat 9.Kesaktian Pancasila 10.Aksi-aksi Tritura 11.Surat Perintah 11 Maret


(56)

12.Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat.

(Buku Monumen Nasional Jakarta Indonesia, 1994 : 18-71) 3. Ruang Kemerdekaan

Ruang Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional. Ruang Kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para pengunjung sambil duduk dengan tenang dan khidmat dapat merenungkan dan meresapkan hikmah Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Pada keempat dinding yang ada di tengah ruangan ini terpasang empat buah atribut kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu:

a. Pada dinding sebelah timur: Sang Saka Merah Putih 2 m x 3 m, terbuat dari kain sutera.

b. Pada dinding sebelah utara: Peta Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapisi emas murni.

c. Pada dinding sebelah barat: Terdapat lemari berbentuk pintu gapura yang terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni. Di dalamnya terdapat peti kaca anti peluru yang disediakan untuk menyimpan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Naskah ini di copy dan diperbesar 4 x dari yang asli. Sedangkan naskah proklamasi yang asli disimpan di Gedung Arsip Nasional Jakarta selatan.

d. Peta dinding sebelah selatan: Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk burung Garuda : Bhineka Tunggal Ika, yang mengandung ideologi negara “Pancasila”. Burung garuda menghadap ke kanan yang berarti lambang kebaikan. Sayapnya berjumlah 17 yang merupakan tanggal kemerdekaan


(57)

Indonesia. Garis ekor besar berjumlah 8 yang merupakan bulan kemerdekaan Indonesia. Garis ekor kecil berjumlah 19 dan garis leher berjumlah 45 yang merupakan tahun dari kemerdekaan Indonesia. (wawancara dengan Muhajir, 15 Mei 2009)

4. Pelataran Cawan

Pelataran Cawan berbentuk segi empat yang melingkari badan Tugu Monumen Nasional. Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan berada di ketinggian 17 m. Dari pelataran cawan ini para pengunjung dapat melihat keindahan Taman Medan Merdeka.

5. Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional

Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 m yang berukuran 11 m x 11 m. Dari pelataran ini pengunjung dapat menikmati panorama Ibukota Jakarta.

Dengan menggunakan elevator berkapasitas 10 orang, pelataran puncak ini dapat dicapai dalam waktu beberapa menit. Dalam keadaan darurat, tangga melingkar di sekeliling lift dapat dipergunakan. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 26-27)

Dari Pelataran Puncak Tugu Monas dapat melihat pemandangan berbagai gedung-gedung pemerintahan, diantaranya:

Sebelah Utara: a. Istana Merdeka b. Sekertariat Negara c. Bina Graha


(58)

d. Pusat Perbelanjaan Duta Merlin e. Plaza Gajah Mada

f. Gedung Kantor Gajah Tunggal g. Mahkamah Agung

h. Hotel Alila i. Hotel Redtop

j. Hotel Ibis mangga dua k. Departemen Dalam Negri

l. Markas Besar TNI Angkatan Darat m. Pusat Onderdil Muzatek

Sebelah Timur: a. Masjid Istiqlal b. Gereja Katedral c. Kantor Pos Indonesia d. Hotel Boutique

e. Departemen Keuangan f. Departemen Agama g. Pertamina

h. Hotel Borobudur

i. Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat j. Departemen Luar Negeri


(59)

l. Hotel Amir Oasis m. Gedung Graha Atrium n. Hotel Atrium

o. Plaza Atrium p. Gedung Pramuka q. Gereja Immanuel

r. Departemen Perikanan da Kelautan s. PLN Distribusi Jaya Raya & Tangerang t. Proyek Menara Gas

u. Proyek Kantor Direktorat Jendral Pajak v. Gedung Dhanapala

w. Mall Mega Glodok Kemayoran x. Apartemen Mitra Kemayoran y. Apartemen Mediterania z. Apartemen palazzo

Sebelah Barat: a. Bank Indonesia

b. Pusat Belanja Tanah Abang c. Indosat

d. Departemen Pariwisata dan Kebudayaan e. Gedung Kantor Sarana Jaya


(60)

g. Gedung Menteri Koordinator politik hukum dan keamanan h. Departemen Pertahanan

i. Museum nasional

j. Kantor Dinas Pendapatan Daerah DKI k. Gedung Kantor Berca

l. Apartemen & Mall Taman Anggrek m. Departemen Komunikasi dan Informasi n. Departemen Perhubungan

o. Mahkamah Konstitusi p. Radio Republik Indonesia q. Departemen Kesehatan r. Komisi Yudisial s. Apartemen Harmoni

t. Kantor Bank Tabungan Negara u. Kantor Bank UOB Buana

Sebelah Selatan: a. Gedung Bimantara b. Menara Multimedia

c. Kedutaan Besar Amerika Serikat d. Istana Wakil Presiden

e. Balai Kota


(61)

g. Kantor Telekomunikasi h. Kantor Pusat Garuda i. Wisma Antara

j. Departemen Energi & Sumber Daya Mineral k. Bank Syariah Mandiri

l. Proyek Grand Indonesia

m. Gedung BNI 46 (Wikipedia, 2009) 6. Lidah Api Kemerdekaan

Lidah Api Kemerdekaan terletak di atap pelataran puncak tugu terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton, berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang dilapisi dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan di dalam rongga lidah api.

Ketinggian Tugu dari halaman tugu sampai titik puncak Lidah Api adalah 132 m, sedangkan tinggi dari pelataran puncak sampai titik puncak lidah api adalah 17 m. Untuk menjaga keamanan tugu dari petir, pada titik puncak lidah api dipasang tiang penangkal petir.

Wujud tugu yang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam mecerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan Bangsa Indonesia.

7. Kolam Pendingin

Kolam Pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian dari sistem pendinginan udara di dalam bangunan tugu.


(62)

Air mancur yang terdapat di kolam itu mempunyai dua fungsi, pertama untuk medinginkan air yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai penghias Taman Medan Merdeka.

8. Ruang Mesin

Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat gardu induk dalam bangunan tersendiri di bawah tanah (bunker) yang terletak di bawah bagian utara Taman Medan Merdeka.

9. Patung Pangeran Diponegoro

Keberadaan Patung Pangeran Diponegoro di bagian utara Taman Medan Merdeka menambah keagungan dan keanggunan tersendiri terhadap bangunan Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat oleh pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini adalah sumbangan Konsul Jenderal Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai penghargaan dan tanda terima kasih serta kekagumannya pada bangsa Indonesia. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 28-29)

D. Retribusi Monumen Nasional

Loket pembelian tiket Monumen Nasional berada di dalam Terowongan yang terletak di sebelah utara Monumen Nasional. Harga tiket pengunjung yang ditawarkan terbagi atas tiket yang hanya sampai pada pelataran cawan dan tiket yang sampai pada pelataran puncak Monumen Nasional.


(63)

Retribusi Tugu Monumen Nasional Dasar : Perda No. 1 Tahun 2006

TANDA MASUK S/D PELATARAN

CAWAN

S/D PELATARAN PUNCAK

DEWASA Rp. 2500,00 Rp. 7500,00

MAHASISWA / ANAK-ANAK /

PELAJAR

Rp. 1000,00 Rp.3500,00

Sumber : Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta

Dari tabel retribusi diatas dapat dilihat bahwa harga tiket masuk untuk pelataran cawan dan pelataran puncak berbeda, dikarenakan apabila pengunjung sampai pada pelataran puncak maka mereka akan mengalami kepuasan tersendiri karena dapat melihat keindahan kota Jakarta dari puncak Monumen Nasional.

E. Jam Buka Loket Monumen Nasional Jam Buka Loket Tugu Monumen Nasional

Setiap hari kerja termasuk Sabtu, Minggu, dan Libur 08.30 – 17.00 WIB kecuali hari senin terakhir setiap bulan tutup

Sumber : Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta

Loket tiket Monumen Nasional dibuka setiap hari kecuali hari senin terakhir setiap bulan, oleh sebab itu Monumen Nasional selalu ramai dikunjungi wisatawan terutama pada akhir pekan.


(64)

F. Struktur Organisasi Pengelola Monumen Nasional

Pengelola Monumen Nasional memiliki bagian masing-masing dalam mengelola Monumen Nasional, dan mereka juga memiliki masing-masing tugas dan kewajiban yang harus dijalankan untuk kemajuan Monumen Nasional itu sendiri.

Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Monumen Nasional Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Sumber : Seksi Pelayanan Tugu Monumen Nasional Jakarta Pusat G. Data Pengunjung Monumen Nasional

KEPALA

SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI

PEMELIHARAAN

SEKSI PELAYANAN

DAN PAMERAN

SEKSI KEAMANAN

DAN KETERTIBAN

SEKSI MONUMEN PROKLAMATOR SUBBAGIAN


(65)

Monumen Nasional sering mengadakan beberapa atraksi yang menarik perhatian wisatawan, salah satu diantaranya adalah Air Mancur Pesona Monas yang diadakan pada hari Jumat sampai minggu. Pada akhir pekan banyak sebagian masyarakat yang menghabiskan waktunya untuk berkunjung ke Monumen Nasional sehingga Monas mengalami peningkatan pengunjung setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada data pegunjung dibawah ini:

Data Pengunjung Tugu Monumen Nasional Tahun 2005 sampai dengan April 2009.

No Tahun Jumlah Pengunjung

1. 2005 582.657

2. 2006 664.212

3. 2007 708.739

4. 2008 888.392

5. 2009 (Januari-April) 367.744

Sumber : Seksi Pelayanan Tugu Monumen Nasional Jakarta Pusat

Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah keseluruhan pengunjung terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terlihat pengunjung Monumen Nasional mengalami peningkatan yang sangat pesat, yaitu berjumlah 888.392 dimana naik sebesar 179.653 pengunjung dari tahun 2007.


(1)

a. Parkir permukaan, diperuntukkan bagi kendaraan jenis kecil dan besar yang parkir dalam jangka waktu pendek dengan tujuan mengunjungi Tugu Monas utuk tujuan rekreasi.

b. Parkir bawah tanah untuk menampung kendaraan jenis kecil saja yang menuju perkantoran di sekitar Medan Merdeka Selatan. Lahan parkir ini untuk jangka waktu lama.

c. Sedangkan untuk pejalan kaki, Taman Medan Merdeka menjadi daerah yang didominasi oleh jalur pejalan kaki, terutama di Taman Medan Merdeka. Meliputi trotoar di sisi-sisi jalan Medan Merdeka, Silang Monas dan Lingkar Monas. Jalur pejalan kaki kaki dengan tempat-tempat untuk istirahat juga memenuhi Taman Medan Merdeka yang dipersejuk dengan tanaman peneduh dan terlindung dari terik matahari. Ini diperuntukkan bagi pejalan kaki yang ingin sekedar jalan-jalan maupun beraktifitas olahraga.

Konsep Tata Hijau di Taman Medan Merdeka ditujukan untuk menciptakan Ruang terbuka Hijau yang menunjang Taman Medan Merdeka sebagai tempat berkumpulnya segala lapisan masyarakat yang dikelilingi oleh jajaran gedung-gedung pemerintahan. Taman ini berfungsi pula sebagai Botanical Garden dengan jenis tanaman dari 33 propinsi dimana masyarakat yang berkunjung selain menikmati keindahan tanaman juga mendapat tambahan pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman yang ada di seluruh Indonesia. Tata hijau di Taman Medan Merdeka selain untuk keindahan kota juga berfungsi sebagai biofilter terhadap polusi udara, suara maupun cahaya yang berasal dari kendaraan bermotor terutama yang melintas di keempat ruas jalan Medan Merdeka. (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, 2000)


(2)

F. Rencana Pengembangan Jangka Pendek

1. Berdasarkan analisis SWOT, terlihat bahwa kekuatan Monumen Nasional dan kawasannya adalah letaknya yang strategis sebagai landmark dan civic center, sedangkan kelemahannya dari segi pengelolaan yang belum terintegrasi dengan banyaknya instansi pemerintah yang memiliki kepentingan, sehingga timbulnya birokrasi yang panjang dan berbelit – belit. Strategi pengembangan jangka pendek yang diambil pengelola Monumen Nasional adalah :

a. Pembenahan manajemen pengelolaan

b. Peningkatan sarana dan prasarana Monumen Nasional

c. Peningkatan pemanfaatan civic center dan taman- taman sebagai tempat beraktivitas masyarakat

a. Peningkatan promosi pemakaian lokasi untuk kegiatan yang bersifat masal. 2. Sasaran Kegiatan

a Terciptanya birokrasi yang ramping dalam rangka pemenuhan sistem pelayanan yang cepat, murah, dan lebih baik (fast, cheap, and better).

b. Meningkatnya sarana dan prasarana Monumen Nasional sehingga berdampak pada meningkatnya apresiasi dan animo masyarakat berwisata ke Monumen Nasional.

c. Meningkatnya pemanfaatan taman sebagai tempat rekreasi, kegiatan olahraga, kesenian, kebudayaan dan kegiatan sosial lainnya.


(3)

d. Meningkatnya frekuensi pemakaian lokasi untuk kegiatan – kegiatan yang bersifat massal di areal Monumen Nasional. (Wawancara dengan Ageng Darmintono, 15 Mei 2009)

D. Tujuan Pengembangan Monumen Nasional

Berdasarkan buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, Tujuan dari rencana pengembangan Taman Medan Merdeka adalah menjadikan Medan Merdeka sebagai Pusat Pemerintahan dan Kegiatan Masyarakat (Civic Center) yang bertujuan untuk meningkatkan martabat Tugu Monas di dalam tatanan kota dan memperkuat fungsi identitas kota serta melestarikan Taman Kota.

Sebagai kawasan Pusat Pemerintahan dan kegiatan Masyarakat, Taman Medan Merdeka dilengkapi dengan berbagai komponen penunjang untuk lingkup kota, nasional dan internasional.

Sebagai identitas kota, Taman Medan Merdeka akan menjadi kebanggaan masyarakat, tempat berkumpulnya masyarakat, dan pusat kota pemerintahan.

Sebagai Taman Kota yang indah dan terencana, Taman Medan Merdeka perlu ditingkatkan fungsinya sebagai paru-paru kota dan pengendali ligkungan fisik. Pada akhirnya, Taman Medan Merdeka akan menjadi simbol kebesaran dan kebebasan bangsa serta kebanggaan nasional.


(4)

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan

Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Tugu Monas merupakan salah satu dari Monumen peringatan yang didirikan untuk memperingati dan mengabadikan nilai-nilai perjuangan bangsa dan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan RI, memberikan inspirasi dan mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan, dan martabat bangsa Indonesia serta memperkenalkan Tugu Monas kepada dunia Internasional secara keseluruhan sebagai salah 1 unsur obyek wisata.

Tugu Monumen Nasional dibuat semenarik mungkin oleh pemeritah Indonesia dimana pelataran puncak Monas terletak pada ketinggian 115 m yang berukuran 11 m x 11 m. Dari pelataran puncak ini pengunjung dapat menikmati pemandangan Ibukota. Selain itu di puncak Tugu Monas juga terdapat Lidah Api Kemerdekaan yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 Ton, berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang dilapisi dengan 50 kg emas murni.

Potensi yang dimiliki oleh Monas adalah merupakan Ladmark kota Jakarta, yang terkenal di dalam dan luar negeri, merupakan satu kawasan ruang terbuka hijau dengan taman asri sebagai tempat rekreasi publik dan memiliki pangsa pasar yang sangat luas.


(5)

Dalam mempertahankan potensi yang dimiliki oleh Monas maka strategi pengembangan jangka pendek yang diambil pengelola adalah dengan cara pembenahan manajemen pengelolaan, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan pemanfaatan civic center dan taman-taman sebagai tempat beraktifitas masyarakat serta peningkatan promosi pemakaian lokasi untuk kegiatan yang bersifat masal.

Tujuan dari rencana pengembangan Taman Medan Merdeka adalah menjadikan Medan Merdeka sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan martabat Tugu Monas di dalam tatanan kota dan memperkuat fungsi identitas kata Jakarta. Serta Taman Medan Merdeka akan menjadi simbol kebesaran dan kebebasan bangsa serta kebanggaan Nasional.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Gamal Suwantoro, 2002/1997. Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta : Andi Offset. H. Kodhyat Ramaini, 1995. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta : PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Katili, E. H. 1994. Monumen Nasional Jakarta Indonesia. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Unit Pengelola Monumen Nasional. Jakarta.

Katili, E. H., et al. 2008. Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Unit Pengelola Monumen Nasional. Jakarta.

Nyoman. S. Pendit, 2003/2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Oka A. Yoeti, 1991. Pengantar Ilmu Pariwisata : Angkasa.

Sirait. MT, Rustan Sirait, dan Benyamin H.A, 1994. Tata Niaga Usaha Perjalanan dan Wisata. Jakarta

Sirait. MT, Sudiyani, Wahyu Hadad , 1997. Perencanaan dan Pengoperasian Perjalanan Wisata. Jakarta.

Sudjono, T. I., dan Antonius, G. 2002. Peta Jalan Jawa Bali. Titik Terang. Jakarta. Tjandrasasmita, U., et al. 2000. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Dinas Museum

dan Pemugaran DKI Jakarta. Jakarta.

Wikipedia. 2009. Monumen Nasional. http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 10 maret 2009