Pengaruh bersyukur pada kesepian perantau luar kota dewasa awal.
PENGARUH BERSYUKUR PADA KESEPIAN PERANTAU LUAR KOTA DEWASA AWAL
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Gerardus Mayella Abdi Pangeran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersyukur pada kesepian perantau luar kota dewasa awal. Subjek penelitian ini adalah dewasa awal dengan kriteria seorang yang merantau ke luar kota, berusia sekitar 18 tahun sampai 40 tahun, dan belum menikah. Metode penelitian ini adalah survei dengan skala bersyukur dan kesepian yang dibuat oleh peneliti. Subjek penelitian sebanyak 172 orang terdiri dari 45 laki-laki dan 127 perempuan. Hasil uji regresi mendapat t hitung > t tabel (5,553 > 1,65387). Hal tersebut menunjukkan bahwa bersyukur memiliki pengaruh negatif pada kesepian perantau luar kota dewasa awal.
(2)
THE EFFECT OF GRATITUDE ON THE LONELINESS OF EARLY ADULTS WHO MOVE OUT TO OTHER TOWN
Psychology Faculty of Sanata Dharma University Gerardus Mayella Abdi Pangeran
ABSTRACT
This study aimed to measured the effect on gratitude with loneliness in early adult who move out to other town. The subject in this study is in early adulthood, moving out to other town, and single. The method in this study is survey which using a gratitude and loneliness scale created by the researcher. The subject in this study were 172 early adults who consist of 45 male and 127 female. linear regression test show that t arithmetic > t table (5,553 > 1,65387). The result show that there is a effect on gratitude to loneliness in early adults who moving out to other towns.
(3)
PENGARUH BERSYUKUR PADA KESEPIAN PERANTAU
LUAR KOTA DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Gerardus Mayella Abdi Pangeran 109114061
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN MOTTO
“Kerja Keras Mengalahkan Bakat”
-Anonymous-
“If you realize that you have enough, you are truly rich”
Lao Tzu
(7)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Saya Persembahkan untuk:
Untuk Orang Tua yang sudah sabar
menunggu saya menyelesaikan skripsi
Untuk Kakak-kakak saya yang juga menasehati
(8)
(9)
vii
PENGARUH BERSYUKUR PADA KESEPIAN PERANTAU LUAR KOTA DEWASA AWAL
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Gerardus Mayella Abdi Pangeran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersyukur pada kesepian perantau luar kota dewasa awal. Subjek penelitian ini adalah dewasa awal dengan kriteria seorang yang merantau ke luar kota, berusia sekitar 18 tahun sampai 40 tahun, dan belum menikah. Metode penelitian ini adalah survei dengan skala bersyukur dan kesepian yang dibuat oleh peneliti. Subjek penelitian sebanyak 172 orang terdiri dari 45 laki-laki dan 127 perempuan. Hasil uji regresi mendapat t hitung > t tabel (5,553 > 1,65387). Hal tersebut menunjukkan bahwa bersyukur memiliki pengaruh negatif pada kesepian perantau luar kota dewasa awal.
(10)
viii
THE EFFECT OF GRATITUDE ON THE LONELINESS OF EARLY ADULTS WHO MOVE OUT TO OTHER TOWN
Psychology Faculty of Sanata Dharma University Gerardus Mayella Abdi Pangeran
ABSTRACT
This study aimed to measured the effect on gratitude with loneliness in early adult who move out to other town. The subject in this study is in early adulthood, moving out to other town, and single. The method in this study is survey which using a gratitude and loneliness scale created by the researcher. The subject in this study were 172 early adults who consist of 45 male and 127 female. linear regression test show that t arithmetic > t table (5,553 > 1,65387). The result show that there is a effect on gratitude to loneliness in early adults who moving out to other towns.
(11)
(12)
x
KATA PENGANTAR
Ungkapan rasa syukur penulis tujukan untuk Tuhan yang Maha Esa atas berkat
rahmat kebijaksanaan yang Dia berikan kepada penulis. Rahmat kebijaksanaan
dariNya membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul
“Pengaruh bersyukur pada kesepian perantau luar kota dewasa awal” dengan
sebaik-baiknya. Penulis juga sangat berterima kasih kepada para dosen baik dosen
pembimbing maupun dosen penguji yang telah rela meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis sehingga dapat melengkapi kekurangan yang penulis miliki.
Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis tujukan pada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto M, Psi, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. (Alm) Dr. Ibu Lusi Prattidarmanastiti, Dosen Pembimbing Akademik
Penulis
3. Bapak C. Wijoyo Adinugroho M,Psi, Psi, dosen pembimbing yang sudah
sabar membimbing saya sampai selesainya skripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membimbing penulis selama proses perkuliahan dari awal semester hingga
akhir semester.
5. Orang tua penulis yang selalu mendukung penulis dalam setiap proses
penulisan skripsi dalam bentuk dukungan dan selalu mendoakan
(13)
xi
6. Teman-teman penulis di Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang terdiri
dari Andre, Cuki, Raras, Sela, Radit, David, Tiara, Bimo yang
mendukung, menanyakan kemajuan skripsi, membantu menyebarkan data,
dan yang utama, terima kasih atas kebersamaannya!
7. Untuk Nova, Tyas, Tirza, Irma, Silvi, Yoga, Abi, Gerry, Wendy, Bibin,
Dita, Anin, Tirzayana, Engger, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya!
8. Yohana dan Dien, atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga atas kebersamaannya!
9. Teman-teman geng bejo, yang menjadi penyemangat.
10. Teman-teman seperjuangan Psikologi angkatan 2010, atas
kebersamaannya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi saya.
Masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi penulis sehingga
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, Juni 2016
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... .xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 4
C. TUJUAN PENELITIAN ... 4
D. MANFAAT PENELITIAN ... 4
1. Teoritis ... 4
(15)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Bersyukur 1. Pengertian Bersyukur ... 5
2. Dimensi Bersyukur ... 6
3. Efek Pskologis Kebiasaan Bersyukur ... 7
B. Kesepian 1. Pengertian Kesepian ... 9
2. Manifestasi Kesepian ... 10
3.
Penyebab Kesepian ... 114.
Akibat Kesepian ... 145.
Solusi (coping) terhadap Kesepian ... 15C. Dewasa Awal ... 16
1. Pengertian Dewasa Awal ... 16
2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 17
3. Tahap Perkembangan Dewasa Awal (Intimacy vs Isolation)... 20
4. Resiko Kesepian pada Masa Dewasa Awal ... 20
D. Dinamika ... 21
E. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Identifikasi Variabel ... 26
C. Definisi Operasional ... 27
(16)
xiv
2. Kesepian ... 27
D. Subjek Penelitian ... 28
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 29
1. Metode ... 29
2. Alat Ukur ... 29
a. Skala Bersyukur ... 30
b. Skala Kesepian ... 31
F. Persiapan Penelitian ... 32
1. Pelaksanaan Uji Coba ... 32
2. Seleksi Item ... 33
3. Hasil Uji Coba alat ukur ... 36
a. Uji Validitas ... 36
b. Uji Reabilitas ... 36
G. Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Pelaksanaan Penelitian ... 38
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38
C. Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 40
D. Hasil Penelitian ... 41
1. Uji Asumsi Penelitian ... 41
a. Uji Normalitas Residu ... 41
b. Uji Homoskedastisitas ... 42
(17)
xv
2. Uji Hipotesis ... 44
E. Pembahasan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. KESIMPULAN ... 50
B. SARAN ... 50
1. Peneliti Selanjutnya …………... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Pemberian Skor Skala Bersyukur ... 30
Tabel 3.2. Blue Print Skala Bersyukur ... 31
Tabel 3.3. Pemberian Skor Skala Kesepian ... 32
Tabel 3.4. Blue Print skala kesepian ... 32
Tabel 3.5. Item skala bersyukur setelah ujicoba ... 34
Tabel 3.6. Item skala kesepian setelah uji coba ... 35
Tabel 4.1. Deskripsi Usia Subjek ... 39
Tabel 4.2. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ... 39
Tabel 4.3.Deskripsi Pekerjaan Subjek ... 39
Tabel 4.4. Deskripsi Daerah Asal ... 40
Tabel 4.5. Deskripsi Statistik Data Variabel Bersyukur dan Kesepian Perantau Luar Kota Dewasa Awal ... 41
Tabel 4.6. Uji Normalitas residu dengan Kolmogorov-Smirnov test ... 42
Tabel 4.7. Uji Homoskedastisitas dengan scatterplot ………... 43
Tabel 4.8.Uji Durbin Watson ... 44
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN SKALA BERSYUKUR (SKALA A) DAN
KESEPIAN (SKALA B) UNTUK TRYOUT ... 54
LAMPIRAN SKALA BERSYUKUR (SKALA A) DAN
KESEPIAN (SKALA B) UNTUK PENGAMBILAN DATA ... 67
LAMPIRAN C. HASIL SELEKSI ITEM DAN
UJI REABILITAS SKALA BERSYUKUR ... 77
LAMPIRAN D. HASIL SELEKSI ITEM DAN
UJI REABILITAS SKALA KESEPIAN ... 80
LAMPIRAN E. ANALISIS DESKRIPTIF
DATA PENELITIAN ... 83
LAMPIRAN F. UJI ASUMSI KLASIK …………... 89 LAMPIRAN G. UJI HIPOTESIS ... 92
(21)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bersyukur merupakan salah satu kajian dalam bidang psikologi positif.
Bersyukur berasal dari bahasa latin yaitu “gratia” yang berarti berkat atau
terima kasih. Bersyukur dapat diartikan sebagai suatu bentuk penghargaan
seseorang terhadap pemberian orang lain yang menyenangkan dan
bermanfaat (Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011).
Pada tahun 2003 sebuah penelitian yang dilakukan McCullough dan
Emmons (dalam Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011) mendapatkan hasil
bahwa orang yang terbiasa bersyukur lebih bersikap optimis untuk hari
esoknya dibandingkan dengan yang tidak. Orang yang terbiasa bersyukur
lebih memberi perhatian kepada orang lain seperti memberikan dukungan
emosional.
Algoe dkk (2008) juga melakukan sebuah studi eksperimen tentang
pengaruh bersyukur terhadap relasi sosial dalam suatu komunitas
perempuan. Hasil studi menunjukkan bahwa ketika anggota baru
komunitas mensyukuri apa yang diberikan senior terhadap dirinya, mereka
memiliki motivasi untuk membangun dan memelihara hubungan yang baik
dengan anggota senior.
McCullough, Emmons, dan Tsang (2003) mengatakan bahwa kebiasaan
bersyukur membuat seseorang lebih merasa dicintai, diterima, dan dihargai
(22)
Beberapa penelitian di atas mengatakan bahwa kemampuan bersyukur
memiliki efek positif terhadap kualitas relasi seseorang dengan orang lain.
Fromm- Reichmann (dalam Peplau & Perlman, 1982) mengatakan bahwa
setiap orang memiliki kebutuhan keintiman seperti diterima dan dicintai
orang lain. Seseorang akan mengalami kesepian jika kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi. Bersyukur membuat seseorang lebih mudah untuk merasa
dicintai dan dihargai oleh orang lain (Emmons, McCullough, & Tsang
2003). Seseorang yang terbiasa bersyukur juga lebih aktif untuk
menciptakan relasi dengan orang lain (Algoe, Haidt, & Gable 2008)
dimana menurut Peplau dan Perlman (1982) bahwa solusi terbaik untuk
mengatasi atau mencegah kesepian adalah dengan lebih aktif menciptakan
relasi baru atau memperbaiki relasi yang sudah ada. Peneliti melihat
bahwa kemampuan bersyukur mempengaruhi tingkat kesepian seseorang
Kesepian diartikan sebagai suatu perasaan tidak bahagia yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya keinginan untuk memiliki relasi sosial
yang akrab dan bermakna (Baron & Bryne, 2005).
Perasaan kesepian mengakibatkan beberapa penyakit. Sebuah artikel
yang berjudul “Loneliness: Causes, Effect, and Treatments for
Loneliness” menjelaskan bahwa perasaan kesepian mengakibatkan
alzheimer, stroke, dan menurunnya kemampuan memori (Cherry, 2016).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Brigham Young University di Utah,
(23)
yang sebanding dengan obesitas, merokok, dan alkohol sehingga meningkatkan resiko kematian lebih dini (Indah, 2015).
Perasaan kesepian juga merupakan salah satu faktor yang membuat
seseorang melakukan kejahatan atau bunuh diri. Sebuah studi kasus
dilakukan oleh Martens dan Palermo (2005) terhadap dua subjek yang
telah melakukan pemerkosaan dan pembunuhan. Mereka mendapatkan
hasil bahwa dua subjek yang mereka teliti pernah mengalami perasaan
kesepian parah dalam hidup mereka. Suatu artikel yang berjudul,
“Kesepian saat Ulang Tahun, Gadis ini Nekat ingin Bunuh Diri.”
menceritakan seorang gadis bernama Jin yang mencoba terjun dari rumah
susun tempat tinggalnya. Jin mengaku berusaha bunuh diri dengan alasan
merasa kesepian setelah tidak mendapat ucapan selamat atau perayaan
ulang tahun baik dari keluarga maupun teman-temannya (Parwito, 2015).
Penelitian ini mengenai perantau luar kota dewasa awal. Perantau luar
kota menghadapi situasi yang memiliki resiko kesepian yaitu
meninggalkan keluarga dan lingkungan pergaulan menuju lingkungan
yang baru dan asing (Peplau & Perlman, 1982).
Masalah kesepian pada dewasa awal didukung oleh survei dari Mental
Health Foundation yang mengatakan bahwa orang dewasa yang berumur
18-34 tahun lebih sering merasa kesepian daripada orang yang berumur 55
tahun ke atas (Gil, 2014). Pengalaman kesepian pada orang dewasa awal
(24)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah
kemampuan bersyukur dapat menurunkan tingkat kesepian pada perantau
luar kota dewasa awal.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah bersyukur dapat menurunkan tingkat kesepian pada perantau ke
luar kota dewasa awal?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris
apakah bersyukur dapat menurunkan tingkat kesepian pada perantau ke
luar kota dewasa awal.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk para
pembaca termasuk para peneliti psikologi yang tertarik meneliti
kesepian atau bersyukur.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, subjek diharapkan memahami dirinya
berkaitan dengan perasaan bersyukur dan kesepian. Para pembaca
diharapkan mendapat wawasan tentang kesepian dan cara
(25)
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. BERSYUKUR
1.
Pengertian BersyukurSansone dan Sansone (2010) menjelaskan bahwa bersyukur
merupakan penghargaan seseorang terhadap sesuatu yang bernilai dan
bermakna bagi dirinya. Kemampuan bersyukur melebihi konteks
interpersonal dan meliputi makna yang lebih luas seperti berterima
kasih terhadap hidup atau alam.
Emmons (dalam Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011) mengatakan
bahwa bersyukur adalah suatu emosi positif yang muncul ketika
seseorang melihat bahwa dirinya menerima suatu yang bermanfaat
atau menguntungkan dari orang lain dimana orang tersebut melakukan
pengorbanan, berharga bagi penerima, dan diberikan secara sengaja.
Penelitian Coffman (dalam Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011)
menyatakan bahwa orang yang selamat dari bencana alam juga merasa
bersyukur. Bersyukur berasal dari suatu peristiwa yang menyenangkan
maupun menyakitkan.
Menurut Synder, Lopez, dan Pedrotti (2011), bersyukur dialami
ketika seseorang merasa menerima suatu hal dari nonhuman agent
(26)
Bersyukur adalah suatu perasaan menyenangkan atau penghargaan
yang muncul karena persepsi bahwa dirinya menerima sesuatu yang
bernilai positif atau bermakna dari orang lain, Tuhan, atau peristiwa
yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.
2.
Dimensi BersyukurBersyukur menurut Watkins dkk (2003) memiliki beberapa dimensi
sebagai berikut :
a. Merasa Berkecukupan (Sense of Abundance)
Seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur tinggi akan
merasa puas dengan apa yang dimiliki dalam hidupnya. Orang
tersebut tidak merasa kekurangan sesuatu. Mereka merasa apa
yang mereka miliki sudah cukup dan berguna.
b. Menghargai hal simpel (Simple Appreciation)
Seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur yang tinggi
menikmati dan menghargai sesuatu yang sudah sering atau mudah
dimiliki oleh kebanyakan orang. Contoh dari menikmati hal yang
simpel adalah makanan, teknologi, tempat tinggal, dan sebagainya.
c. Menghargai kontribusi orang lain (Appreciation of others)
Seseorang yang cenderung bersyukur menghargai pemberian
dan bantuan yang diberikan orang lain dalam hidupnya. Hal
(27)
yang menekankan bahwa perasaan bersyukur muncul salah satunya
dikarenakan kontribusi orang lain terhadap seseorang.
3.
Efek Psikologis Kebiasaan BersyukurMcCullough, Emmons, dan Tsang (2003) menuturkan orang yang
terbiasa bersyukur mengalami beberapa efek psikologis sebagai
berikut :
a. Kecenderungan Bersyukur membuat seseorang lebih mudah untuk
mencapai subjective well being yang lebih tinggi. Kondisi tersebut
disebabkan orang tersebut lebih mudah merasa dicintai, diterima,
dan dihargai. Orang yang memiliki kecenderungan bersyukur juga
memiliki pandangan bahwa hidup adalah suatu anugrah dan dirinya
tidak meremehkan apa yang dia miliki dan yang dia peroleh. Orang
yang memiliki kecenderungan bersyukur yang tinggi cenderung
lebih ekstrovert dan terhindar dari emosi negatif seperti depresi,
kecemasan, dan cemburu. Kondisi tersebut didukung oleh studi
Algoe, dkk (2008) bahwa seseorang yang merasa bahwa dirinya
telah dibantu atau diberi hadiah oleh orang lain, akan lebih
termotivasi untuk mengembangkan dan merawat hubungan yang
baik dengan orang tersebut daripada orang yang tidak mensyukuri
kontribusi orang lain.
b. Kecenderungan bersyukur memiliki hubungan dengan kepekaan
(28)
memicu seseorang untuk berbuat baik kepada orang yang telah
memperhatikan kesejahteraannya. Kecenderungan bersyukur
membuat seseorang cenderung memiliki empati, bersedia
memaafkan, dan memberikan dukungan atau pertolongan kepada
orang lain.
c. Seseorang dengan kecenderungan bersyukur yang tinggi memiliki
orientasi untuk menyadari bahwa terdapat kekuatan yang bukan
berasal dari manusia (Tuhan, semesta). Orang tersebut juga
mengakui bahwa kekuatan tersebut mempengaruhi kesejahteraan
dirinya.
Uraian di atas menyimpulkan bahwa kebiasaan bersyukur membuat
seseorang lebih bahagia dengan apa yang dia miliki dan lebih merasa
dicintai, dihargai dan diterima oleh orang sekitarnya. Kebiasaan
besyukur juga membuat seseorang lebih aktif dalam bergaul dan lebih
peka dengan keadaan orang lain yang tampak dalam sikap memberikan
dukungan emosional atau pertolongan, empati, dan mudah memaafkan.
Sikap aktif dalam pergaulan dan lebih mudah untuk merasa dicintai
membuat seseorang memiliki pergaulan yang memuaskan dengan orang
(29)
B. KESEPIAN
1. Pengertian Kesepian
Peplau dan Perlman (1982) menyatakan bahwa kesepian adalah
suatu perasaan yang tidak menyenangkan ketika relasi sosial seseorang
tidak cukup dari segi kuantitas maupun kualitas. Peplau dan Perlman
(1982) menjelaskan tiga poin penting dalam membahas kesepian.
Pertama, kesepian berasal dari ketidakcocokan antara relasi sosial yang
diharapkan dan relasi yang dimiliki. Kedua, kesepian bersifat subjektif
dan tidak sama dengan isolasi yang dilakukan terhadap seseorang.
Ketiga, kesepian bersifat merusak. Pengalaman tersebut
mengakibatkan seseorang tertekan dan mengalami konsekuensi
negatif.
Gierveld (dalam Peplau & Perlman, 1982) mengatakan bahwa
kesepian merupakan suatu pengalaman kesenjangan antara relasi yang
diharapkan dan relasi yang diinginkan seseorang. Seseorang yang
merasa kesepian tidak menerima kesenjangan relasi sosialnya.
Sears, Freedman, dan Peplau (1985) menjelaskan bahwa kesepian
adalah kegelisahan subjektif ketika relasi sosial seseorang kehilangan
ciri-ciri pentingnya. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari segi kuantitatif
yaitu jumlah teman yang dimiliki maupun segi kualitatif ketika orang
tersebut merasa hanya memiliki relasi yang dangkal dan tidak
(30)
Baron dan Bryne (2005) menegaskan bahwa kesepian adalah
keadaan emosi dan kognitif yang tidak bahagia disebabkan oleh
keinginan untuk memiliki hubungan akrab tidak tercapai.
Kesepian adalah perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan
relasi yang dimiliki tidak sesuai dengan harapan seseorang baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
2. Manifestasi Kesepian
Peplau dan Perlman (1982) mengatakan bahwa pengalaman
kesepian terlihat dari beberapa manifestasi sebagai berikut :
a. Manifestasi afektif
Pengalaman kesepian disertai dengan perasaan yang tidak
menyenangkan seperti perasaan tidak puas, tidak bahagia, depresi,
dan lebih pesimis. Orang yang kesepian juga cenderung sering
gelisah, cemas, dan bosan. Perasaan tersebut disebabkan oleh
persepsi orang tersebut bahwa dirinya memiliki relasi sosial yang
tidak memuaskan. Orang yang kesepian juga cenderung merasa
bermusuhan dengan orang di sekitarnya.
b. Manifestasi kognitif
Pengalaman kesepian berakibat pada kesusahan untuk
berkonsentrasi. Kesepian juga terlihat dalam bentuk pemikiran
(31)
bentuk harga diri yang rendah disebabkan oleh merasa tidak
mampu mendapat relasi yang memuaskan.
c. Manifestasi perilaku
Pengalaman kesepian terlihat dalam bentuk perilaku kurang
asertif yang dipengaruhi oleh karakter pemalu dan social
risk-taking yang rendah.
3. Penyebab Kesepian
Peplau dan Perlman (1982) menjelaskan beberapa penyebab
seseorang mengalami kesepian sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi mencakup beberapa karakteristik sebagai
berikut :
1) Karakteristik individu
Pengalaman kesepian disebabkan oleh karakter yang
membuat orang tersebut rentan akan kesepian seperti
self-esteem yang rendah, pemalu, terlalu memikirkan diri sendiri,
introversi, cenderung enggan bergaul, dan asertifitas yang
rendah. Berbeda dengan orang yang lebih aktif bergaul, mereka
mendapat kesempatan untuk mendapatkan pergaulan sehingga
(32)
2) Karakteristik situasi
Situasi-situasi tertentu membuat seseorang rentan untuk
mengalami kesepian. Situasi-situasi yang mempengaruhi
adalah jarak, biaya, dan waktu. Contohnya adalah perpisahan
dengan sahabat atau pacar. Orang yang lebih suka dengan
kesendirian tidak merasa kesepian disebabkan mereka tidak
berharap banyak terhadap pergaulannya.
3) Budaya
Slazer (dalam Peplau & Perlman, 1982) menjelaskan bahwa
penyebab kesepian disebabkan oleh budaya tempat tinggal.
Contohnya adalah budaya Amerika yang lebih menekankan
kompetisi dan kebebasan individu membuat seseorang
mengalami kesepian disebabkan dirinya kurang memperhatikan
kebutuhan akan kedekatan dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah perubahan kondisi relasi atau harapan
seseorang tentang kehidupan relasinya. Peristiwa yang lebih sering
terjadi adalah perubahan kondisi relasi seseorang seperti
perceraian, meninggalnya pasangan, putus dengan pacar, konflik
(33)
c. Faktor Kognitif
Intensitas kesepian seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor
sebagai berikut:
1) Attribusi sebab
Persepsi tentang penyebab kesepian mempengaruhi durasi
perasaan kesepian. Contoh dari attribusi sebab adalah jika
seseorang menilai bahwa faktor karakter menjadi penyebab
kesepiannya dan tidak bisa diubah, dirinya mengalami kesepian
yang berkepanjangan, depresi, dan lebih pesimis. Berbeda
dengan seseorang menilai bahwa faktor yang menyebabkan
kesepian bisa diubah, perasaan kesepian tidak begitu lama.
2) Perbandingan sosial
Munculnya pemikiran yang membandingkan pergaulan
orang lain dengan pergaulan dirinya menimbulkan kesepian.
Orang yang merasa memiliki lebih sedikit teman daripada
orang lain mengakibatkan kesepian. Seseorang juga merasa
kesepian ketika dirinya menilai bahwa relasi sekarang tidak
sebaik relasi masa lalu. Berbeda dengan seseorang yang lebih
mementingkan kualitas pertemanan. Mereka lebih mudah puas
(34)
3) Perception of personal control
Persepsi tentang apa yang dilakukan terhadap kehidupan
relasi mempengaruhi durasi kesepian. Seseorang yang berpikir
bahwa dirinya melakukan sesuatu untuk kehidupan relasinya
tidak akan merasa kesepian dalam waktu yang lama. Seseorang
yang merasa tidak memiliki cara untuk mengatasi kesepian
mengalami kesepian dalam jangka waktu yang lama.
4. Akibat Kesepian
Perasaan kesepian membuat seseorang mengalami konsekuensi
negatif sebagai berikut:
a. Perasaan kesepian dalam jangka waktu lama mengakibatkan
seseorang melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang seperti
konsumsi alkohol, dan obat-obatan. Kesepian juga menjadi salah
satu faktor seseorang bunuh diri (Peplau & Perlman, 1982).
b. Perasaan kesepian selalu disertai dengan perasaan negatif seperti
depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan, dan ketidakpuasan yang
diasosiasikan dengan pesimisme, self-blame, dan rasa malu
(Anderson dkk.,1994; Jackson, Soderlind, & Weiss, 2000; Jones,
Carpenter, & Quintana, 1985 dalam Baron & Byrne, 2005).
Keadaan psikologis tersebut mengakibatkan konsekuensi yang
buruk terhadap kesehatan fisik sama seperti obesitas, konsumsi
(35)
5. Solusi (coping) terhadap kesepian
Peplau dan Perlman (1982) menjelaskan tiga solusi untuk
mengatasi perasaan kesepian sebagai berikut :
a. Memperbaiki kehidupan relasi sosial
Perasaan kesepian diatasi dengan memperbaiki
kehidupan relasi yang sesuai dengan harapan. Peplau dan
Perlman mengatakan bahwa solusi ini adalah solusi yang
terbaik untuk mengatasi kesepian.
b. Memperlemah keinginan untuk memiliki relasi
Solusi ini dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian
terhadap kegiatan yang dapat dinikmati sendiri. Cara
tersebut membuat seseorang terbiasa dengan keadaan
sendiri dan tidak merasa kesepian.
c. Mengubah pandangan tentang pentingnya kehidupan relasi
sosial.
Solusi ini biasanya dilakukan seseorang dengan menolak
bahwa dirinya mengalami kesepian. Contohnya adalah
seseorang yang mengkonsumsi minuman keras untuk
(36)
C. DEWASA AWAL
1.
Pengertian Dewasa AwalIstilah adult berasal dari adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa.”
Orang dewasa adalah orang yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal dimulai
pada umur 18 tahun sampai 40 tahun dan terjadi perubahan fisik dan
psikologis yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif
(Hurlock, 1991).
Santrock (2002) mengatakan bahwa seseorang yang memasuki
masa dewasa awal adalah orang yang memenuhi dua kriteria yaitu
kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam mengambil keputusan.
Seseorang dikatakan memiliki kemandirian ekonomi ketika dirinya
memiliki pekerjaan penuh waktu yang tetap. Orang yang memasuki
masa dewasa awal juga mengambil keputusan berkaitan dengan karir,
nilai-nilai, gaya hidup, dan keluarga.
Papalia dan Feldman (2014) menjelaskan bahwa orang dewasa awal
adalah orang yang mampu menanggung hidupnya sendiri dalam hal
karir dan pembentukan keluarga. Indikator psikologis yang ada pada
orang dewasa awal adalah otonomi, pengendalian diri, dan tanggung
(37)
Orang dewasa awal adalah orang yang berada dalam rentang 18-40
tahun, mengalami perubahan fisik dan psikologis dan menurunnya
kemampuan reproduktif. Orang dewasa awal juga menjalankan peran
yang mandiri berkaitan dengan hal ekonomi, karir, gaya hidup, dan
relasi terutama keluarga.
2.
Ciri-ciri masa Dewasa AwalHurlock (1991) menjelaskan beberapa ciri-ciri yang menonjol
dalam masa dewasa awal sebagai berikut :
a. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Pengaturan”
Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa awal, orang
tersebut menerima tanggung jawab orang dewasa seperti pekerjaan
dan rumah tangga. Baik pria atau wanita dewasa awal mencari
pekerjaan yang benar-benar cocok baginya. Pria mendekati wanita
yang cocok dengannya untuk membentuk keluarga yang baru
sedangkan wanita mempersiapkan diri untuk bertanggung jawab
menjadi ibu rumah tangga.
b. Masa Dewasa Awal sebagai “Usia Reproduktif”
Orang pada masa dewasa awal memulai peran menjadi orang
tua setelah mereka merasa mampu untuk berkeluarga dan akhirnya
menikah. Biasanya mereka merasa mampu berkeluarga setelah
(38)
c. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Bermasalah”
Masa dewasa awal adalah suatu masa seseorang menghadapi
banyak masalah berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap pola
kehidupannya yang baru seperti masalah karir dan membentuk
keluarga baru.
d. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Ketegangan Emosional”
Seseorang dalam masa dewasa awal yang menghadapi
penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru sering mengalami
kebingungan dan keresahan emosional. Jika mampu menyelesaikan
masalah-masalah dengan baik, orang dewasa awal lebih stabil dan
tenang secara emosional.
e. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Keterasingan Sosial”
Pendidikan formal dan menghadapi pola kehidupan orang
dewasa seperi karir dan keluarga mengakibatkan seseorang dengan
usia dewasa awal sering mengalami renggangnya hubungan
dengan kelompok teman-teman sebaya pada masa sebelumnya.
Erikson (dalam Hurlock, 1991) disebut sebagai “krisis keterasingan”. Apakah kesepian ini sementara atau tetap
bergantung dari kemampuan seseorang untuk membina hubungan
dengan lingkungan yang baru.
f. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Komitmen”
Orang dewasa awal sudah lepas dari ketergantungan orang
(39)
jawab baru, dan membuat komitmen-komitmen baru untuk
menghadapi aspek-aspek kehidupan orang dewasa.
g. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Ketergantungan”
Walaupun sudah diberikan kebebasan untuk mandiri, orang
dewasa awal sering bergantung pada orang lain untuk menghadapi
pola kehidupan orang dewasa.
h. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Perubahan Nilai”
Nilai-nilai yang sebelumnya dipegang pada masa muda akan
berubah setelah pengalaman dan memiliki hubungan sosial baru.
Perubahan tersebut terjadi disebabkan orang dewasa awal
melakukan penyesuaian diri terhadap kelompok orang dewasa agar
diterima oleh kelompok tersebut. Faktor lainnya adalah orang
dewasa awal menyadari bahwa banyak kelompok sosial yang
memegang nilai-nilai konvesional dalam hal pemikiran dan
perilaku.
i. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Penyesuaian Diri dengan Cara
Hidup Baru”
Masa dewasa awal merupakan masa yang banyak mengalami
perubahan pola hidup terutama masalah keluarga dan peran orang
(40)
j. Masa Dewasa Awal sebagai “Masa Kreatif”
Orang dewasa awal sudah tidak terikat lagi oleh ketentuan dari
orang tua dan guru-gurunya, sehingga merasa bebas untuk
melakukan apa saja yang mereka inginkan.
3.
Tahap Perkembangan Dewasa Awal (Intimacy versus Isolation) Erikson (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa tahapperkembangan masa dewasa awal adalah intimacy versus isolation.
Seseorang dikatakan mencapai keintiman (intimacy) jika dirinya
membangun dan menjalin hubungan yang hangat, terbuka, dan saling
berbagi informasi personal walaupun tidak semuanya. Sebaliknya,
seseorang yang tidak bisa membina hubungan dengan baik mengalami
isolasi dan cenderung kesepian. Salah satu tugas penting seseorang
pada masa dewasa awal adalah memiliki hubungan yang intim dengan
seseorang dan hubungan sosial dengan suatu kelompok masyarakat.
4.
Resiko Kesepian pada Masa Dewasa AwalHurlock (1991) mengatakan bahwa seseorang pada masa dewasa
awal mengalami kesepian yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Seseorang yang merantau untuk studi atau bekerja menyebabkan
seseorang mengalami kesepian. Pengalaman kesepian saat merantau
terjadi disebabkan mereka harus meninggalkan lingkungan pergaulan
(41)
Pernyataan tersebut didukung oleh Peplau dan Perlman (1982) bahwa
merantau ke luar kota untuk studi atau bekerja memicu kesepian.
Orang terkadang susah untuk menemukan relasi yang cocok pada masa
dewasa awal. Kondisi tersebut disebabkan oleh kesibukan atau
ketidakmampuan untuk menciptakan relasi yang akrab.
Kesepian pada orang dewasa awal juga disebabkan oleh status
pernikahan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Berg (dalam Peplau &
Perlman, 1982) menunjukkan bahwa perasaan kesepian lebih banyak
dialami oleh orang yang masih melajang daripada yang menikah.
D. DINAMIKA
Dewasa awal merupakan suatu masa seseorang melepaskan
ketergantungan dari orang tua. Mereka menyusun rencana sendiri untuk
mencapai kemapanan seperti pekerjaan apa yang akan dipilih dan
pengaturan ekonomi. Orang pada masa dewasa awal membangun relasi
yang lebih mendalam dengan orang lain seperti sahabat dan pasangan
hidup (Hurlock, 1991)
Beberapa orang pada masa dewasa awal berpindah ke luar kota untuk
menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja. Peplau dan Perlman
(1982) mengatakan bahwa seseorang yang berpindah ke luar kota untuk
melanjutkan studi atau bekerja sangat rentan dengan perasaan kesepian.
Kondisi tersebut disebabkan mereka harus meninggalkan keluarga dan
(42)
Apakah perasaan kesepian bersifat sementara atau bertahan lama
bergantung dari kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru (Hurlock, 1991). Erikson (dalam Santrock, 2002)
juga mengatakan tugas perkembangan orang pada masa dewasa awal
adalah mencapai keintiman yaitu mengembangkan hubungan yang lebih
mendalam dengan orang lain seperti persahabatan atau pacaran yang
berujung pada pernikahan. Tugas perkembangan dewasa awal disebut
dengan intimacy vs isolation. Seseorang yang tidak menciptakan hubungan
yang mendalam dengan orang lain mengalami perasaan terasing dan
kesepian. Mereka hanya mendapatkan hubungan yang dangkal dengan
orang sekitar.
Penyebab kesepian pada diri seseorang adalah ketika dirinya bersikap
pemalu dan enggan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sikap
tersebut menghalangi seseorang untuk mendapatkan relasi yang
memuaskan sehingga menimbulkan kesepian. Peplau dan Perlman (1982)
menjelaskan bahwa solusi efektif untuk mengatasi kesepian adalah
membangun hubungan dengan orang lain. Motivasi seseorang untuk
berinteraksi dengan lingkungan sosial dipengaruhi oleh kemampuan
bersyukur seseorang. Orang yang terbiasa bersyukur cenderung penuh
perhatian terhadap orang lain, dan lebih memberikan pertolongan
dibandingkan dengan yang tidak terbiasa bersyukur (McCullough,
Emmons, & Tsang, 2002). Sikap tersebut juga didukung oleh Algoe
(43)
motivasi untuk menjalin dan merawat hubungan yang baik dengan
temannya ketika orang tersebut mampu menemukan hal-hal yang positif
dari temannya seperti pertolongan atau hadiah yang diberikannya selama
ini. Orang yang terbiasa bersyukur juga lebih merasa dicintai dan dihargai
(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002) sehingga kebutuhan akan
keintiman dengan orang lain terpenuhi. Kondisi tersebut membuat
seseorang terhindar dari kesepian.
Sebaliknya, orang yang tidak terbiasa bersyukur kurang perhatian
terhadap orang lain (McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). sikap
tersebut membuat seseorang kesusahan untuk mendapat relasi yang
memuaskan dan mengalami kesepian. Orang yang tidak terbiasa bersyukur
juga lebih merasa terisolasi dan tidak dicintai oleh orang lain sehingga
(44)
SKEMA
Orang pada masa dewasa awal meninggalkan lingkungan pergaulan yang
lama menuju lingkungan pergaulan yang baru
Kebiasaan bersyukur yang rendah Kesepian rendah Kurang termotivasi untuk menjalin relasi dengan orang lain dan merasa terisolasi dan tidak dicintai
Kesepian tinggi Tidak mendapat pergaulan yang memuaskan Kebiasaan bersyukur yang tinggi Mendapat pergaulan yang memuaskan Lebih termotivasi untuk menjalin relasi dengan orang lain dan
lebih merasa dicintai dan
(45)
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pembahasan teori di atas, peneliti mengajukan hipotesis
bahwa bersyukur memiliki pengaruh negatif pada kesepian perantau luar
kota dewasa awal. Semakin tinggi kebiasaan bersyukur seseorang, maka
semakin rendah perasaan kesepian orang tersebut. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah kebiasaan bersyukur seseorang, maka semakin tinggi
(46)
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang mengumpulkan data berupa angka dan menarik
suatu kesimpulan dengan prosedur statistik (Creswell, 2009).
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei adalah suatu cara pengumpulan data dengan kuesioner terhadap
sejumlah sampel dalam suatu populasi. Penelitian ini melihat pengaruh
variabel bersyukur terhadap variabel kesepian perantau luar kota dewasa
awal.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Penelitian ini terdiri dari dua variabel sebagai berikut :
Variabel Independen : Bersyukur
(47)
C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Bersyukur
Bersyukur adalah suatu perasaan menyenangkan atau penghargaan yang
muncul karena persepsi bahwa dirinya menerima sesuatu yang bernilai
positif atau bermakna dari orang lain, Tuhan, atau peristiwa yang
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.
Peneliti mengukur kemampuan bersyukur dengan menggunakan skala
bersyukur yang dibuat oleh peneliti sendiri. Skala bersyukur dibuat
berdasarkan aspek-aspek yang dijelaskan oleh Watkins, dkk (2003).
Kemampuan bersyukur menurut Watkins, dkk (2003), terdiri dari beberapa
aspek seperti rasa berkecukupan (sense of abundance), penghargaan
terhadap hal yang simpel (simple appreciation), dan penghargaan terhadap
kontribusi orang lain (Appreciation for others). Skor yang tinggi dalam
skala ini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan
bersyukur yang tinggi pula. Sebaliknya, skor yang rendah menunjukkan
bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan bersyukur yang rendah.
2. Kesepian
Kesepian adalah perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
relasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Variabel kesepian diukur dengan menggunakan skala
(48)
kesepian seseorang berdasarkan dari manifestasi-manifestasi yang
ditetapkan oleh Peplau dan Perlman (1982).
Tingkat kesepian diukur melalui skor total dari skala kesepian. Semakin
besar skor yang diperoleh, maka semakin kuat pula rasa kesepian pada diri
seseorang.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini merupakan orang masa dewasa awal yang
memiliki usia 18-40 tahun dan berpindah ke luar kota. Penelitian ini
menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik tersebut merupakan
mengambil data pada sampel yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan oleh peneliti (Winarsunu, 2013).
Peneliti mengambil subjek dewasa awal yang merantau ke luar kota yang
disebabkan oleh perpindahan seseorang ke lingkungan baru merupakan
kondisi yang rentan terhadap perasaan kesepian. Masa dewasa awal
merupakan masa seseorang melepaskan ketergantungan dari orang tua dan
berusaha menjadi mandiri secara finansial. Orang masa dewasa awal juga
berpikir untuk membuat keluarga baru. Banyak orang pada masa dewasa awal
yang merantau ke luar kota untuk melanjutkan studi atau bekerja. Mereka
meninggalkan keluarga dan lingkungan yang lama menuju lingkungan yang
baru dan terkesan asing. Situasi tersebut merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan kesepian. Erikson dalam (Santrock, 2002) mengatakan bahwa
(49)
mendapat sahabat atau pasangan. Merupakan hal yang penting untuk orang
pada masa dewasa awal menjalin relasi yang baik dengan lingkungan yang
baru.
Peneliti memilih subjek yang belum menikah. Pemilihan tersebut
berdasarkan survei yang dilakukan oleh Berg (dalam Peplau & Perlman, 1982)
bahwa orang yang belum menikah memiliki resiko mengalami kesepian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang sudah menikah.
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1. Metode
Metode pengumpulan data pada penelitian ini merupakan metode
survei. Metode ini dilakukan dengan memberikan skala pada subjek dan
diisi oleh subjek. Skala penelitian disebarkan kepada subjek yang
memenuhi kriteria dengan bentuk booklet atau online. Peneliti
menyebarkan skala dalam bentuk online agar lebih mudah mencari subjek
dan menghemat dana. Peneliti juga meminta kepada beberapa subjek
untuk menyebarkan skala kepada orang yang memenuhi kriteria yang
ditentukan.
2. Alat Ukur
Alat Ukur yang dipakai dalam penelitian dibuat dalam bentuk Skala
Likert. Skala tersebut terdiri dari dua macam item yaitu item favorable,
(50)
unfavorable (item yang isinya bertentangan dengan variabel yang diukur).
Pilihan jawaban yang tersedia adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala bersyukur dan skala
kesepian yang penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Skala Bersyukur
Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dibuat oleh
Watkins, dkk (2003) seperti merasa berkecukupan, menghargai hal
yang simpel, dan menghargai kontribusi orang lain.
Penentuan penilaian untuk pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable disusun sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Pemberian Skor Skala Bersyukur Alternatif Jawaban Pernyataan
Favorable
Pernyataan Unfavorable
Sangat Tidak Setuju 1 4
Tidak Setuju 2 3
Setuju 3 2
Sangat Setuju 4 1
(51)
Tabel 3.2.
Blue Print Skala Bersyukur
Aspek Item Jumlah Persentase
(%) Favorable Unfavorable
Merasa Berkecukupan
2, 10, 22, 32, 24, 27
5, 8, 14, 16, 26, 36,
12 33,3
Jumlah 6 6
Menghargai Hal yang
Simpel
13, 18, 23, 30, 33, 34,
6, 12, 19, 25, 28, 29
12 33,3
Jumlah 6 6
Menghargai Kontribusi Orang lain
4, 7, 9, 11, 17, 35
1, 3, 15, 20, 21, 31
12 33,3
Jumlah 6 6
Jumlah 36 100
b. Skala Kesepian
Skala ini mengukur perasaan kesepian yang dialami individu.
Skala ini disusun berdasarkan beberapa manifestasi yang
dikemukakan oleh Peplau dan Perlman (1982). Manifestasi tersebut
adalah manifestasi afektif, kognitif, dan prilaku.
Skala ini memiliki rentang jawaban dari Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Semakin
tinggi skor menandakan bahwa subjek mengalami tingkat kesepian
(52)
Tabel 3.3.
Pemberian Skor Skala Kesepian Alternatif Jawaban Pernyataan
Favorable
Pernyataan Unfavorable Sangat Tidak
Setuju
1 4
Tidak Setuju 2 3
Setuju 3 2
Sangat Setuju 4 1
Tabel 3.4.
Blue Print skala kesepian
ASPEK ITEM JUML
AH
PERSENTAS E (%) Favorable Unfavorable
Manifest asi Afektif
8, 17, 18, 21, 25, 27,
40
2, 6, 12, 15, 30, 32, 36
14 33,3
Jumlah 7 7
Manifest asi Prilaku
1, 11, 13, 19, 28, 38,
42
5, 7, 10, 24, 33, 37, 39
14 33,3
Jumlah 7 7
Manifest asi Kognitif
9, 16, 22, 23, 29, 31,
41,
3, 4, 14, 20, 26, 34, 35
14 33,3
Jumlah 7 7
Jumlah total 42 100
F. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Pelaksanaan Uji coba
Uji coba terhadap skala bersyukur dan skala kesepian dilaksanakan
oleh peneliti sebelum pengambilan data yang sesungguhnya. Tujuan dari
(53)
memiliki reabilitas yang cukup. Uji coba juga dilakukan untuk melihat
apakah item-item yang telah dibuat memiliki daya beda yang tinggi.
Uji coba pada kedua skala dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6 April
2016 dengan menyebarkan skala tersebut kepada beberapa mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Sanata Dharma. Peneliti juga meminta
bantuan kepada beberapa teman untuk menyebarkan skala kepada orang
lain yang memenuhi kriteria. Peneliti mengumpulkan 50 kuesioner
dengan keadaan semua item terisi dan layak dianalisa.
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan untuk memilih item-item yang layak digunakan
untuk mengambil data yang sesungguhnya. Seleksi item dilakukan
berdasarkan daya diskriminasi setiap item. Daya diskriminasi item adalah
kemampuan suatu item untuk melihat apakah seseorang memiliki ciri-ciri
attribut yang diukur. Daya beda item juga mempengaruhi reabilitas skala
(Azwar, 2012).
Seleksi item pada setiap skala menggunakan program SPSS for
Windows 16.00. Item yang layak untuk digunakan memiliki nilai
koefisien > 0,30 sedangkan item yang tidak layak digunakan memiliki
nilai koefisien < 0,30. Peneliti menggunakan standar nilai > 0,25 jika total
item yang layak digunakan tidak sesuai yang diinginkan.
Skala Bersyukur disusun oleh peneliti dengan total 36 item. Skala
(54)
bersyukur terbagi dalam tiga aspek seperti merasa berkecukupan yang
terdiri dari 12 item, menghargai hal simpel 12 item, dan menghargai
kontribusi orang lain 12 item. Kalimat item-item tersebut disusun dengan
bahasa yang sesuai dengan kehidupan subjek.
Uji daya beda item dengan nilai koefisien > 0,30 menghasilkan 27 item
yang layak digunakan. Item-item tersebut terdiri 6 item merasa
berkecukupan, 10 item menghargai hal simpel, dan 11 item menghargai
kontribusi orang lain. Peneliti memutuskan untuk menjadikan standar
nilai koefisien menjadi > 0,25 agar mendapat jumlah item yang seimbang
untuk setiap aspek. Dengan standar > 0,25, 2 item layak digunakan untuk
mengambil data yaitu item no 8 dan 36.
Tabel 3.5.
Item skala bersyukur setelah ujicoba
Aspek Item Jumlah Persentase
(%) Favorable Unfavorable
Merasa Berkecukupan
2, 10, 22, 32, 24, 27
5, 8, 14, 16, 26, 36
8 33,3
Jumlah 4 4
Menghargai Hal yang Simpel
13, 18, 23, 30, 33, 34,
6, 12, 19, 25, 28, 29
8 33,3
Jumlah 4 4
Menghargai Kontribusi Orang lain
4, 7, 9, 11, 17, 35
1, 3, 15, 20, 21, 31
8 33,3
Jumlah 4 4
Jumlah total 24 100
(55)
Skala Kesepian dibuat oleh peneliti dengan total 42 item. Skala
tersebut terbagi dalam 21 item favorable dan 21 item unfavorable. Skala
kesepian terdiri dari tiga aspek seperti manifestasi afektif 14 item,
manifestasi prilaku 14 item, dan manifestasi 14 item.
Uji daya beda item dilakukan dengan standar nilai > 0,30
mendapatkan jumlah 25 item. Jumlah tersebut terbagi dalam 11 item
manifestasi afektif, 5 manifestasi prilaku, dan 9 manifestasi kognitif.
Peneliti memutuskan untuk merendahkan standar nilai koefisien menjadi
> 0,25 agar menyeimbangkan jumlah item setiap aspek. Jumlah item yang
layak dengan nilai koefisien > 0,25 adalah 26. Jumlah item setiap aspek
adalah 11 item manifestasi afektif, 6 manifestasi prilaku, dan 9
manifestasi kognitif.
Tabel 3.6.
Item skala kesepian setelah uji coba
Aspek Item Jumlah Persentase
(%) Favorable Unfavorable
Manifestasi Afektif
8, 17, 18, 25, 27, 40
12, 15, 30,
32, 36 6 33,3
Jumlah 3 3
Manifestasi Prilaku
1, 19, 28, 42
24, 37
6 33,3
Jumlah 4 2
Manifestasi Kognitif
9, 16, 23, 29, 31
3, 4, 34, 35
6 33,3
Jumlah 3 3
Jumlah total 18 100
(56)
3. Hasil Uji Coba Alat Ukur a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur
dalam menjalankan fungsinya. Suatu alat ukur dikatakan valid jika
alat ukur tersebut mengukur sesuai dengan apa yang ingin diukur. Uji
validitas terhadap dua skala dalam penelitian ini menggunakan
validitas isi. Validitas isi menggunakan perkiraan rasional dari
professional judgement. Peneliti meminta bantuan dosen pembimbing
untuk melihat apakah item-item setiap skala relevan dengan
aspek-aspek yang hendak diukur (Azwar, 2012).
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk melihat apakah suatu alat ukur
terpercaya dan konsisten dalam pengukuran (Azwar, 2012). Peneliti
menggunakan reabilitas Alpha Cronbach dalam SPSS for Windows
16,00 untuk melihat reabilitas setiap skala. Koefisien reabilitas
memiliki rentang dari 0,00 sampai 1,00. Alat ukur yang memiliki
reabilitas mendekati angka 1,00 memiliki reabilitas yang tinggi
sedangkan alat ukur yang reabilitasnya mendekati 0,00 memiliki
reabilitas yang rendah. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika
memiliki koefisien reabilitas diatas 0,600.
Hasil penghitungan reabilitas pada skala bersyukur memiliki nilai
(57)
item. Nilai tersebut menjelaskan bahwa skala bersyukur memiliki
reliabilitas yang cukup baik.
Skala kesepian memiliki koefisien reabilitas 0,847 sebelum seleksi
item dan memiliki koefisien 0,883 sesudah seleksi item. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa skala kesepian memiliki reabilitas yang baik.
G. Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data yang diterima oleh peneliti
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Metode analisa
data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji regresi linier sederhana.
Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji heteroskedastisitas, uji normalitas
residu, dan uji autokorelasi (Priyatno, 2012). Uji asumsi klasik dilakukan
untuk mengetahui apakah model regresi linier dalam penelitian layak dipakai.
Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen dalam penelitian mempengaruhi variabel dependen (Priyatno,
(58)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Peneliti membuat skala dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk booklet
dan skala online yang dapat dikerjakan lewat internet. Pengambilan data
dilakukan dengan membagikan skala penelitian kepada subjek yang
memenuhi kriteria. Peneliti juga meminta bantuan kepada beberapa orang
untuk menyebarkan sejumlah skala kepada orang yang memenuhi kriteria.
Pengambilan data dimulai pada tanggal 4 Mei 2016. Peneliti
memnyebarkan skala kepada mahasiswa-mahasiswi Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti juga meminta bantuan
kepada beberapa teman untuk menyebarkan skala penelitian dalam bentuk
booklet maupun online.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Setelah mengambil data, peneliti mengumpulkan data sejumlah 194
skala yang terdiri dari 44 skala dalam bentuk booklet dan 150 skala dalam
bentuk online. 22 skala tidak dipakai oleh peneliti disebabkan oleh tidak
memenuhi kriteria, tidak mengerjakan salah satu item pada skala, atau
tidak mengisi biodata diri dengan lengkap. Data yang digunakan oleh
(59)
Tabel 4.1.
Deskripsi Usia Subjek
Usia Jumlah (%)
18 4 2,32
19 22 12,79
20 31 18,02
21 21 12,2
22 25 14,53
23 37 21,51
24 17 9,88
25 4 2,32
26 4 2,32
27 5 2,9
29 1 0,58
37 1 0,58
Jumlah 172 100
Tabel 4.2.
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Jumlah (%)
Laki-Laki 45 26,16
Perempuan 127 73,84
Jumlah 172 100
Tabel 4.3.
Deskripsi Pekerjaan Subjek
Pekerjaan Jumlah (%)
Kuliah 130 75,58
Bekerja 38 22,09
Kuliah, Bekerja 4 2,33
(60)
Tabel 4.4.
Deskripsi Daerah Asal
Daerah Asal Jumlah (%)
Jakarta 8 4,65
Jawa Barat 23 13,37
Jawa Tengah 39 22,67
Jawa Timur 5 2,9
Yogyakarta 6 3,49
Banten 5 2,9
Bali 6 3,49
Sumatera 23 13,37
Papua 6 3,49
Kalimantan 34 19,77
NTT 13 7,56
Sulawesi 4 2,33
Jumlah 172 100
Catatan : semua subjek yang diteliti berasal dari luar kota, untuk data yang lebih lengkap lihat lampiran
C. DESKRIPSI STATISTIK DATA PENELITIAN
Deskripsi data penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai skor skala yang telah diperoleh peneliti. Peneliti
membandingkan Mean Teoritis (MT) dan Mean Empiris (ME). Peneliti
menggunakan program SPSS for Windows version 16.00 untuk
(61)
Tabel 4.5.
Deskripsi Statistik Data Variabel Bersyukur dan Kesepian Perantau Luar Kota Dewasa Awal
Variabel
Mean teoritik Mean Empirik
Xmin Xmaks Mean Xmin Xmaks Mean
Bersyukur 24 96 60 55 87 70,27
Kesepian 18 72 45 19 55 35,87
Hasil di atas menunjukkan bahwa skala bersyukur memiliki nilai mean
teoritik sebesar 60 dan nilai empirik sebesar 70,27. Hasil di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kemampuan
bersyukur yang tinggi. Skala kesepian memiliki nilai mean teoritik sebesar
45 dan nilai empirik sebesar 35,87. Nilai di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek memiliki perasaan kesepian yang rendah.
D. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Penelitian
Uji asumsi penelitian yang dilakukan adalah uji normalitas residu,
uji homoskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas Residu
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
data residu bersifat normal atau tidak dependen (Priyatno, 2012).
Sebaran data dianggap normal jika nilai p > 0,05 dan tidak normal
(62)
Kolmogorov-Smirnov test melalui SPSS for Windows version 16.00. Uji
normalitas menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6.
Uji Normalitas Residu dengan Kolmogorov-Smirnov test
VAR00005
N 172
Normal Parameter Mean .00000000
Std. Deviation 5.55233E0
Most Extreme Differences Absolute .074
Positive .074
Negative -.070
Kolmogorov Smirnov Z .976
Asymp Sig. (2-tailed) .297
Hasil data diatas menunjukkan bahwa variabel bersyukur
memiliki nilai signifikansi > 0,05. Nilai signifikansi menunjukkan
bahwa data residu memiliki sebaran data yang normal.
b. Uji Homoskedastisitas
Uji Homoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
model regresi linear memiliki varians dari residual yang sama
dependen (Priyatno, 2012). Uji Homoskedastisitas dilakukan
sebagai syarat apakah model regresi linear dalam penelitian ini
(63)
Tabel 4.7.
Uji Homoskedastisitas dengan Scatterplot
Scatterplot di atas menunjukkan keadaan homoskedastisitas
disebabkan titik-titik di scatterplot tersebar dan tidak membentuk
pola yang jelas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Durbin-Watson dengan program SPSS for Windows version
(64)
Tabel 4.8.
Uji Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the estimate
Durbin - Watson
1 0,392 0,154 0,149 5,569 1,854
Hasil uji Watson menunjukkan bahwa nilai
Durbin-Watson sebesar 1,854. Tabel Durbin-Durbin-Watson dengan jumlah
subjek (n) sebanyak 172 dan jumlah variabel (k) sebanyak 2,
didapat nilai du sebesar 1,7741 dan nilai (4-du) sebesar 2,2259.
Nilai Durbin-Watson lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari
nilai 4-du. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa autokorelasi
tidak terjadi dalam penelitian.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear sederhana. Uji
regresi linear sederhana dilakukan untuk meneliti pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9.
Uji Hipotesis dengan Regresi Linear Model Unstandarized
Coefficients
Standarized Coefficients
T Sig
B Std. Error Beta
(Constant) 63.800 5.048 12.638 0,000
(65)
Tabel data diatas menunjukkan nilai t sebesar -5,553. Nilai t
tabel sebesar 1,65387. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel
(5,553>1,65387). Hasil di atas menunjukkan bahwa H0 ditolak dan
hipotesis penelitian diterima yaitu bersyukur memiliki pengaruh
negatif pada kesepian perantau luar kota masa dewasa awal. Hasil
ini menunjukkan bahwa seseorang dengan kebiasaan bersyukur
yang tinggi dirinya akan memiliki tingkat kesepian yang rendah.
Dan sebaliknya, seseorang dengan kebiasaan bersyukur yang
rendah memiliki tingkat kesepian yang tinggi.
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu
bersyukur memiliki pengaruh negatif pada kesepian dewasa awal yang
merantau ke luar kota. Semakin tinggi kemampuan bersyukur seseorang
mengakibatkan perasaan kesepian rendah. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah kemampuan bersyukur seseorang mengakibatkan perasaan
kesepian tinggi.
Menurut Peplau dan Perlman (1982), perasaan kesepian merupakan
hasil dari penilaian seseorang tentang kehidupan pergaulannya. Jika
seseorang menilai bahwa pergaulannya tidak sesuai dengan harapannya
maka orang tersebut akan mengalami kesepian. Salah satu faktor yang
menjadi pemicu seseorang mengalami kesepian adalah sikap minder dan
(66)
Seseorang tidak memiliki karakter tersebut jika memiliki kemampuan
bersyukur. Seseorang yang mempunyai kemampuan bersyukur yang tinggi
cenderung lebih perhatian dengan orang lain. Mereka memiliki motivasi
untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Studi yang
dilakukan oleh Algoe, dkk (2008) juga menghasilkan kesimpulan bahwa
orang yang berusaha mensyukuri pemberian atau bantuan dari orang lain
akan menilai orang tersebut lebih positif dan terdorong untuk
mengembangkan dan merawat hubungan yang baik dengan orang tersebut.
Orang yang terbiasa bersyukur juga cenderung lebih mudah untuk
merasa diterima dan dicintai oleh orang lain (McCullough, Emmons, &
Tsang, 2002). Fromm-Reichmann (dalam Peplau & Perlman, 1982)
mengatakan bahwa kebutuhan keintiman seperti dicintai oleh orang lain
merupakan kebutuhan setiap orang. Seseorang yang terbiasa bersyukur
membuat dirinya terhindar dari kesepian.
Berbeda dengan seseorang yang memiliki kemampuan bersyukur
tinggi. Orang yang memiliki kemampuan bersyukur rendah cenderung
kurang perhatian terhadap orang lain (McCullough, Emmons, & Tsang,
2002). Mereka lebih enggan untuk berinteraksi dengan orang lain daripada
orang yang memiliki kemampuan bersyukur yang tinggi. Mereka lebih
merasa tidak dihargai dan dicintai oleh orang lain (McCullough, Emmons,
& Tsang, 2002). Seseorang dengan kemampuan bersyukur yang rendah
kesusahan untuk memiliki relasi yang memuaskan dan mengalami
(67)
Nilai R square dalam penelitian ini adalah 0,154 atau 15,4 %. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa variabel bersyukur memiliki pengaruh
terhadap kesepian sebesar 15,4% sedangkan 84,6% berasal dari faktor lain.
Data diatas menunjukkan bahwa perasaan kesepian juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Faktor lain yang mempengaruhi seseorang mengalami kesepian adalah
masalah kecocokan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki
kemampuan bersyukur yang tinggi lebih aktif dalam pergaulan dan lebih
mudah untuk merasa dihargai dan dicintai. Namun, orang tersebut belum
tentu cocok dengan lingkungannya. Ketidakcocokan dengan orang lain
membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian. Masalah kecocokan
dengan orang lain juga ditentukan oleh kesamaan latar belakang, minat
dan nilai seseorang dengan orang lain. Seseorang yang tidak memiliki
pandangan dan nilai hidup yang sama dengan orang di sekitarnya akan
kesusahan untuk lebih akrab dengan lingkungannya (Sears, Freedman, &
Peplau, 1985).
Peplau dan Perlman (1982) mengatakan bahwa cara komunikasi yang
tidak wajar bagi orang lain membuat seseorang terlihat tidak menarik dan
dijauhi. Seseorang dengan cara komunikasi yang tidak wajar cenderung
menghasilkan pola interaksi yang tidak memuaskan dengan orang lain.
Sears, Freedman, dan Peplau (1985) mengatakan bahwa seseorang lebih
(68)
menyenangkan dalam interaksinya dengan orang lain contohnya bersikap
hangat dan humoris daripada yang bersikap dingin dan pendiam.
Pengalaman kesepian juga dipengaruhi oleh gaya kelekatan seseorang.
Seseorang yang memiliki gaya kelekatan insecure seperti preoccupied,
dismissive, atau fearful cenderung memiliki tingkat kesepian yang tinggi.
Kondisi tersebut disebabkan gaya kelekatan insecure lebih susah untuk
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulannya
sehingga orang dengan gaya kelekatan insecure cenderung merasa
kesepian (Erozkan, 2011).
Hanya orang dengan kelekatan secure yang memiliki tingkat kesepian
yang rendah. Orang dengan gaya kelekatan secure memiliki pandangan
yang lebih positif tentang diri dan orang lain sehingga mereka merasa
lebih dicintai dan dihargai. Orang dengan kelekatan secure terbukti
merawat hubungan yang baik dengan orang lain sehingga memiliki tingkat
kesepian yang rendah (Erozkan, 2011).
Penelitian ini belum menjelaskan apakah praktek bersyukur seperti
studi yang dilakukan oleh Emmons dan McCullough (2003) menurunkan
tingkat kesepian pada seseorang. Penelitian ini juga belum menjelaskan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesepian seseorang secara
empiris.
Hasil analisis deskriptif data penelitian menjelaskan bahwa orang yang
merantau ke luar kota memiliki rata-rata skor kesepian yang rendah. Hasil
(69)
perasaan kesepian yang disebabkan oleh berpindah ke lingkungan baru
bergantung dari kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru. Seseorang yang memiliki karakter yang menarik dan
memiliki kontribusi yang baik terhadap lingkungan memiliki kesempatan
diterima dalam lingkungannya daripada yang tidak. Hasil Analisis
deskriptif data penelitian juga menyimpulkan bahwa orang yang belum
menikah belum tentu merasa kesepian seperti penjelasan Berg (dalam
Peplau & Perlman, 1982) yang menjelaskan bahwa orang yang belum
(70)
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan bahwa bersyukur memiliki pengaruh negatif
pada perasaan kesepian perantau luar kota dewasa awal (5,553>1,65387).
Pengaruh bersyukur tidak terlalu besar disebabkan masih banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesepian seseorang.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Peneliti Selanjutnya
Bagi para peneliti yang tertarik dengan topik kesepian disarankan
untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang
(71)
51
DAFTAR PUSTAKA
Algoe, S. B., Haidt, J., & Gable, S. L. 2008. Beyond Reciprocity : Gratitude and Relationships in Everyday Life. National Institutes of Health. Vol 8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2692821/pdf/nihms108394 .pdf. Diambil tanggal 25 April 2016.
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baron, R. A. & Byrne, D. 2005. Psikologi sosial (Edisi 10/Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Cherry, K. 2016. Loneliness: Cause, Effect, and Treatments for Loneliness. 2016
https://www.verywell.com/loneliness-causes-effects-and-treatments-2795749. Diambil tanggal 13 Juni.
Creswell, J. W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches (3rd Edition). Thousand Oaks: SAGE.
Erozkan, A. 2011. The Attachment Styles Bases of Loneliness and Depression.
Academicjournals. Vol. 3(9).
http://www.academicjournals.org/article/article1380368284_Erozkan.pdf. 22 Juli 2016.
Gil, N. 2014. Loneliness: a Silent Plague that is hurting Young People Most. http://www.theguardian.com/lifeandstyle/2014/jul/20/loneliness-britains-silent-plague-hurts-young-people-most. Diambil tanggal 13 Januari 2016 Hurlock, E. B. 1991. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.
Indah, P. 2015. Hasil Penelitian: Efek Kesepian Sama dengan Obesitas. https://m.tempo.co/read/news/2015/03/17/060650773/hasil-penelitian-efek-kesepian-sama-dengan-obesitas. Diambil tanggal 13 November 2015. Martens, H. J. & Palermo G. B. 2005. Loneliness and Associated Violent
Antisocial Behavior: Analysis of the Case Reports of Jeffrey Dahmer and Dennis Nilsen. SAGE. Vol. 49. http://ijo.sagepub.com/content/49/3/298.
(72)
McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J. 2002. The Grateful Disposition : A Conceptual and Empirical Topography. American Psychological
Association, Inc. Vol. 82, no. 1,
http://greatergood.berkeley.edu/pdfs/GratitudePDFs/7McCullough-GratefulDisposition.pdf . Diambil tanggal 17 November 2015.
Papalia, D. E., Ruth D. 2014. Menyelami perkembangan manusia Edisi 12 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Parwito. 2015. Kesepian Saat Ulang Tahun, Gadis Ini Nekat Ingin Bunuh Diri. http://www.vemale.com/ragam/79804-kesepian-saat-ulang-tahun-gadis-ini-nekat-ingin-bunuh-diri.html. Diambil tanggal 17 November 2015. Peplau, L. A., & Perlman, D. 1982. Perspectives on loneliness. In L. A. Peplau, &
D. Perlman (Eds.), Loneliness: A sourcebook of current theory, research and therapy (pp. 1-18). Wiley. New York.
Priyatno, D. 2012. Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Sansone, R. A, & Sansone, L. A. 2010. Gratitude and Well-Being : The Benefits of Appreciation. Psychiatry. Vol. 7, no. 11.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3010965/pdf/PE_7_11_18. pdf. Diambil Tanggal 17 November 2015.
Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sears, D. O., Freedman, J. L. Peplau, L. A. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Snyder, C.R. Lopez, S. J. Pedrotti, Jennifer T. 2011. Positive psychology : the
scientific and practical explorations of human strengths (2nd Edition). Los Angeles:
SAGE.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. L. 2003. Gratitude and Happiness: Development of a Measure of Gratitude, and Relationships with Subjective Well-Being. Society for Personality Research. Vol. 31, no. 5.
http://greatergood.berkeley.edu/pdfs/GratitudePDFs/5Watkins-GratitudeHappiness.pdf. Diambil Tanggal 17 November 2015.
Winarsunu, T. 2012. Stastistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
(73)
53
(74)
LAMPIRAN SKALA
BERSYUKUR (SKALA A)
DAN KESEPIAN (SKALA B)
(75)
PENGUKURAN SKALA PSIKOLOGIS
Disusun oleh :
Gerardus Mayella Abdi Pangeran
109114061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
(76)
Dengan Hormat,
Dalam rangka memenuhi penyusunan tugas akhir dan menyelesaikan tugas saya sebagai mahasiswa, maka saya :
Nama : Gerardus Mayella Abdi Pangeran
NIM : 109114061
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma
memohon kesediaan saudara-saudari sekalian untuk mengisi soal-soal dalam skala ini. Skala ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu bagian A dan bagian B. Saya sangat berharap agar saudara-saudari memilih jawaban yang memang menggambarkan keadaan anda. Selain itu, jawaban yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian saudara-saudari sekalian, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
(77)
Pernyataan Kesediaan
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk mengisi pernyataan-pernyataan dalam skala ini. partisipasi saya dalam pengisian skala ini atas inisiatif bukan paksaan dari pihak lain.
Selain itu, saya bersedia agar jawaban-jawaban saya digunakan untuk kepentingan penelitian.
..., ... 2016
(78)
Biodata Diri
Nama/inisial : ...
Jenis Kelamin : ...
Usia : ...
Kota Asal : ...
Domisili saat ini : ...
Pekerjaan saat ini : Kuliah/Bekerja*
(79)
Petunjuk Pengisian
Pada skala ini akan disajikan beberapa pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dengan seksama. Berikan jawaban dengan memberikan tanda
centang (√) pada kolom yang tersedia :
a. Jawaban Sangat Setuju (SS) jika anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
b. Jawaban Setuju (S) jika anda setuju dengan pernyataan tersebut.
c. Jawaban Tidak Setuju (TS) jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
d. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Sangat diharapkan agar saudara-saudari memilih jawaban yang menggambarkan keadaan anda. Selain itu, pastikan semua nomor dijawab dan tidak ada yang terlewat.
Contoh Pengerjaan :
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya suka menghibur teman saya yang sedang bersedih
√
Berdasarkan contoh diatas, jika anda setuju dengan pernyataan tersebut, isilah tanda centang di kolom setuju.
(80)
SKALA A
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya menganggap teguran orang tua mengganggu perkembangan saya
2 Saya tetap menikmati hidup saya walaupun masih ada keinginan yang belum tercapai
3 Saya merasa teman-teman menghalangi saya untuk berkembang
4 Apa yang diberikan orang tua saya rasa cukup untuk hidup saya
5 Saya sering membeli barang untuk mengikuti trend masa kini
6 Saya tidak merasa terganggu ketika telat kuliah/kerja
7 Saya terbuka terhadap nasehat orang lain
8 Saya membutuhkan uang saku/gaji yang lebih banyak untuk kebutuhan dan keinginan saya
9 Perhatian dari teman-teman saya rasa cukup
10 Saya merasa handphone yang saya miliki masih berguna dan tidak perlu diganti
11 Saya merasa teman-teman mendukung saya untuk lebih berkembang
12 Saya merasa bentuk tubuh saya belum sesuai dengan harapan saya
13 Saya menjaga barang saya agar tetap berfungsi dengan baik
(81)
14 Saya baru merasa bahagia setelah keinginan-keinginan saya tercapai
15 Saya merasa keluarga kurang mencintai saya
No. Pernyataan STS TS S SS
16 Saya sedih dan marah saat teman-teman tidak bisa bermain bersama saya karena mereka sibuk
17 Saya berpikir bahwa teguran orang tua berguna agar saya hidup lebih baik
18 Saya berusaha mengerjakan tugas-tugas saya tepat waktu
19 Saya kurang dapat merawat barang-barang yang saya miliki
20 Nasehat orang lain tidak penting buat saya
21 Saya merasa orang tua tidak memperhatikan kebutuhan saya
22 Saya hanya membeli barang-barang yang memang saya butuhkan
23 Tubuh saya sekarang ini ideal
24 Saya merasa bahwa uang saku/ gaji saya sudah mencukupi
25 Saya berpikir bahwa potensi saya akan berkembang dengan sendirinya
26 Saya ingin mengganti handphone saya dengan handphone terbaru
(82)
dengan saya, saya bersedia untuk mencari hiburan sendiri
28 Saya sering menunda untuk menyelesaikan tugas saya
29 Saya sering membiarkan kamar/ kos saya berantakan
30 Saya berusaha agar saya datang kuliah/kerja tepat waktu
No. Pernyataan STS TS S SS
31 Saya merasa orang lain kurang mencintai saya
32 Saya merasa bahwa tempat tinggal saya sekarang cukup nyaman ditinggali
33 Saya berusaha mengembangkan potensi-potensi yang saya miliki
34 Saya selalu berusaha menjaga kebersihan kos/rumah
35 Keluarga saya penuh perhatian dan dukungan terhadap saya
36 Saya ingin tempat tinggal yang lebih bagus
(83)
SKALA B
No. Pernyataan STS TS S SS
1 Saya sungkan memberikan pendapat terhadap pembicaraan orang lain 2 Saya dapat menerima kritik dari teman
saya
3 Saya merasa teman-teman senang ketika bersama saya
4 Teman-teman saya dapat menjadi pendengar yang baik untuk saya
5 Saya berani untuk mengatakan tidak setuju terhadap ide orang lain
6 Saya merasa senang dengan pergaulan saya sekarang
7 Saya suka mengutarakan pendapat saya kepada orang lain
8 Saya merasa jenuh ketika berkumpul dengan teman-teman
9 Saya merasa orang lain meremehkan saya
10 Saya senang memberikan komentar terhadap pembicaraan orang lain
11 Saya hanya ingin membahas masalah saya ketika bersama orang lain
12 Saya merasa bahwa saya dicintai oleh teman-teman saya
13 Saya cenderung memenuhi permintaan orang lain walaupun sebenarnya saya ingin melakukan kegiatan lain
14 Saya dapat fokus pada tugas/pekerjaan saya
(84)
15 Berkenalan dengan orang baru adalah hal yang menyenangkan bagi saya
No. Pernyataan STS TS S SS
16 Saya merasa teman-teman tidak memahami saya
17 Saya merasa canggung ketika bertemu dengan orang baru
18 Saya merasa malu ketika berkumpul dengan teman-teman
19 Saya lebih banyak diam saat berkumpul dengan teman-teman saya
20 Saya merasa orang lain menghargai saya
21 Pergaulan yang saya miliki menyebalkan
22 Saya sering tidak dapat fokus pada tugas/pekerjaan saya
23 Saya merasa hanya dimanfaatkan oleh teman-teman
24 Saya nyaman mengajak teman-teman untuk jalan-jalan
25 Saya merasa ragu bahwa akan ada orang yang mau menerima saya
26 Saya berpikir bahwa ketidakcocokan dengan seseorang bukan karena kesalahan saya
27 Perilaku teman-teman membuat saya kecewa
(85)
untuk jalan-jalan
29 Saya merasa teman-teman tidak nyaman dengan keberadaan saya
30 Saya menikmati waktu bersama dengan teman-teman saya
No. Pernyataan STS TS S SS
31 Saya merasa ada yang salah pada diri saya sehingga teman-teman menjauhi saya
32 Saya senang ketika berkumpul dengan teman-teman
33 Saya berani menolak permintaan tolong orang lain ketika saya memiliki urusan lain
34 Saya merasa teman-teman menerima saya dengan tulus
35 Saya mudah untuk menjalin hubungan yang menyenangkan dengan orang lain
36 Saya senang dengan perlakuan teman-teman terhadap saya
37 Saya senang membahas topik yang beragam bersama teman saya
38 Saya menuruti ide orang lain walaupun saya sebenarnya tidak setuju
39 Saya meminta bantuan kepada teman ketika sedang berada dalam kesulitan
40 Saya merasa tidak nyaman ketika teman-teman mengungkapkan hal yang
(86)
buruk tentang saya
41 Saya merasa kesulitan untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain
42 Saya lebih suka menyelesaikan masalah saya seorang diri
Periksa semua jawaban anda
Jangan sampai ada yang terlewatkan/belum terjawab
(87)
LAMPIRAN SKALA
BERSYUKUR (SKALA A)
DAN KESEPIAN (SKALA B)
UNTUK PENGAMBILAN
DATA
(88)
PENGUKURAN SKALA PSIKOLOGIS
Disusun oleh :
Gerardus Mayella Abdi Pangeran
109114061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
(1)
LAMPIRAN F. UJI
ASUMSI KLASIK
(2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Residu
N 172
Normal Parametersa Mean .00000000
448
Std. Deviation 5.5523344
83919E0
Most Extreme Differences Absolute .074
Positive .074
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .976
Asymp. Sig. (2-tailed) .297
(3)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .392a .154 .149 5.569 1.854
a. Predictors: (Constant), Bersyukur b. Dependent Variable: Kesepian
(4)
LAMPIRAN G. UJI
HIPOTESIS
(5)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 63.800 5.048 12.638 .000
Bersyukur -.397 .072 -.392 -5.553 .000
(6)