PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LIFE SKILLS BERBASIS KEWIRAUSAHAAN PADAPESERTA DIDIK UPTD SKB KULON PROGO.

(1)

i

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LIFE SKILLS BERBASIS KEWIRAUSAHAAN PADA PESERTA DIDIK

UPTD SKB KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dwi Marfuji

NIM 09102241004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“ Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah : 45)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua, Bapak Wagino dan Ibu Daliyaningsih, karena doa dan curahan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya untukku.

2. Saudara-saudaraku, tumbuh dan besar bersama kalian adalah satu keberuntungan.


(7)

vii

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LIFE SKILLS BERBASIS KEWIRAUSAHAAN PADAPESERTA DIDIK

UPTD SKB KULON PROGO

Oleh: Dwi Marfuji NIM 09102241004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo beserta untuk mengetahui (2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan.

Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah peserta didik SKB, pendidik, dan pengelola SKB UPTD SKB Kulon Progo. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah mengumpulkan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber.

Hasil penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) pelaksanaan pembelajaran

life skills berbasis kewirausahaan di UPTD SKB Kulon Progo terdiri dari (a)persiapan pembelajaran terdiri dari penyiapan kurikulum, sarana dan prasarana (b)pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan seperti halnya pembelajaran lainnya didalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran meliputi peserta didik, pendidik, tujuan, metode, media, kurikulum, materi, kegiatan pembelajaran, bahan ajar, sarana-prasarana, evaluasi dan sumber pendanaa. Pembelajaran kecakapan hidup yang dilaksanakan meliputi; cara mengoperasikan dan pemanfaatan komputer, pelatihan dasar-dasar menjahit menggunakan mesin jahit, pelatihan tata laksana rumah tangga, budidaya jamur, pelatihan budidaya ikan air tawar, tata rias rambut, tanaman hortikultura dan pembelajaran kewirausahaannya meliputi ceramah pemotivasian disela-sela pemebelajaran. (c) evaluasi atau penilaian yaitu dengan post tes dan penilaian hasil praktek. (2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran life skills (a) faktor pendukung yaitu, semangat yang tinggi dari peserta didik dalam mengikuti kegiatan, lokasi yang berdekatan dengan dinas pendidikan kabupaten Kulon Progo baik sehingga mudah dijangkau, adanya anggaran yang diperuntukan program-program UPTD SKB Kulon Progo. (b) faktor penghambat, perbedaan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda menimbulkan extra penaganan dalam pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di UPTD SKB Kulon Progo, sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Kata kunci : Pembelajaran, life skills, Peserta didik


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai syarat diajukan dalam rangka menyelasikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan laporan ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

3. Bapak RB. Suharta, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing penulis dari awal sampai akhir skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses dalam penelitian ini.

5. Seluruh Pamong dan pengelola life skills UPTD SKB atas ijin dan bantuan untuk penelitian.

6. Sahabat-sahabatku, Rudi dan Agung, mengerjakan skripsi bersama kalian adalah satu kebruntungan.

7. Teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik serta motivasi sejak masa awal perkuliahan hingga akhir masa studi perkuliahan, dan

8. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu proses penyusunan skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Pembelajaran ... 9

b. Ciri Aktivitas Pembelajaran ... 10

c. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 11

d. Prinsip Belajar ... 14

e. Komponen Pembelajaran ... 15


(11)

xi

2. Life Skills ... 25

a. Pengertian Life Skills ... 25

b. Pembelajaran Life Skills ... 25

c. Macam-macam Life Skills………. 27

d. Tujuan Life Skills Kecakapan Hidup ... 32

e. Ciri Pembelajaran Life Skills ... 34

f. Kurikulum Pembelajaran Life Skills ... 34

3. Tinjauan Kewirausahaan ... 35

a. Pengertian Kewirausahaan ... 35

b. Karakteristik Wirausaha ... 37

4. Pembelajaran Life Skills berbasis Kewirausahaan ... 39

a. Pengertian ... 40

b. Perencanaan………40

c. Pelaksanaan Evaluasi ... 40

B. Kerangka Pikir ... 41

C. Pertanyaan Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 45

B.Subjek Penelitian ... 46

C.Setting, Lama dan Waktu Penelitian ... 52

1. Setting Penelitian ... 46

2. Waktu Penelitian... 46

D.Metode Pengumpulan Data... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 47

3. Dokumentasi ... 48

E. Instrumen Pengumpulan Data... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 51

2. Penyajian Data ... 51

3. Penarikan Kesimpulan ... 51


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

1. Deskripsi UPTD SKB Kulon Progo ... 54

a. Sejarah Awal ... 54

b. Landasan Penyelenggaraan ... 54

c. Tugas dan Pokok ... 57

d. Sarana dan Prasarana ... 58

e. Filososfi ... 59

f. Struktur Organisasi Kelembagaan ... 60

g. Wilayah Kerja ... 68

2. Deskripsi Program Life Skills di Kulon Progo ... 69

B. Data Hasil Penelitian ... 71

1. Pelaksanaan Pembelajaran Life Skills Berbasis Kewirausahaan Pada Peserta Didik UPTD SKB Kulon Prog……… 71

a. Persiapan ... 72

b. Pelaksanaan ... 74

c. Evaluasi ... 94

2. Faktor Pndukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran Life Skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik ... 96

a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran ... 96

b. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran ... 97

C. Pembahasan ... 99

1. Pelaksanaan Pembelajaran Life skills Berbasis Kewirausahaan Pada Peserta Didik UPTD SKB Kulon Progo …... 99

a. Persiapan ... 99

b. Pelaksanaan ... 100

c. Evaluasi ... 104

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran Life skills Berbasis Kewirausahaan ... 106

a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran... 106


(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 112


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

1. Tabel 1. Jumlah Pengangguran ... 7

2. Tabel 2. Karakteristik Wirausaha Sukses ... 37

3. Tabel 3. Karakteristik Kegagalan Wirausaha ... 38

4. Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

5. Tabel 5. Tingkat pendidkan Tenaga Petugas Tata Usaha ... 62

6. Tabel 6. Tingkat pendidikan Tenaga Pamong ... 62

7. Tabel 7. Peningkatan jumlah peserta ... 67


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

1. Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 43

2. Gambar 2. Struktur Organisasi ... 61

3. Gambar 3. Posisi SKB ... 81


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 113

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 118

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 119

Lampiran 4. Analisis Data ... 120

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 133

Lampiran 6. Daftar Peserta Didik ... 146

Lampiran 7. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Life Skills di UPTD SKB KP 128 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 130


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor utama dalam pembangunan bangsa di seluruh dunia. Untuk meningkatkan sumber daya manusia pemerintah menggunakan berbagai upaya, salah satunya melalui bidang pendidikan. Pendidikan sebagai kebutuhan dasar manusia dan merupakan langkah yang paling strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pembukaan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Berdasarkan Undang-undang diatas, pengembangan potensi peserta didik menjadi hal utama. Menurut Sulistyono dalam buku ilmu pendidikan (2007:80) potensi manusia meliputi (1) badan dengan panca indra, (2) potensi berfikir, (3) potensi rasa, (4) potensi daya cipta, kreatifitas, fantasi, khayal, dan imajinasi, (5) potensi karya, (6) potensi budi nurani yaitu kesadaran budi, hati nurani dan kata hati. Berbagai potensi tersebut akan sangat bermanfaat dalam membantu kelangsungan hidup manusia baik sebagai makhluk sosial maupun individu apabila dikelola secara tepat.


(18)

2

Pendidikan bisa diperoleh melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Menurut pasal 26 ayat (1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidkan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.Pendidikan kesetaraan adalah salah satu program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)yang dibentuk berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2003 Tentang pembentukan Organisasi dan Tata Keja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Pada pasal 24 disebutkan bahwa UPTD Sanggar Kegiatan Belajar mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga.

Tidak bisa dipungkiri terbatasnya peluang kesempatan kerja dan tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia merupakan masalah yang tidak sepele. Menurut petunjuk teknis penyelenggaraan life skills, ada beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. (Kemdiknas, 2010: 1) diantaranya (1) jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja dan usaha yang tersedia (kesenjangan antara supply dan demand), (2)


(19)

3

kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dan peluang usaha yang dibutuhkan, (3) banyaknya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap di dunia kerja karena tidak memiliki ketrampilan yang memadai (unskill labour), (4)Terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), (5) terbatasnya kemampuan warga masyarakat desa untuk mengolah sumber daya alam menjadi sumber mata pencaharian.

Tabel 1. Presentase Pengangguran Terbuka Yogyakarta tahun 1999-2013

Tahun Jumlah (%)

1999 12.04

2000 11.64

2001 12.54

2002 11.03

2003 6.41

2004 5.57

2005 6.03

2006 5.34

2007 9.64

2008 8.84

2009 7.03

2010 6.41

2011 5.57

2012 6.03

2013 6.57

Sumber : Statisik Yogyakarta 1999-2013 telah diolah kembali

Sanggar Kegiatan Belajar kabupaten Kulon Progo salah satu unit pelaksana daerah di Kulon Progo yang ikut andil dalam mengurangi tingkat pengangguran


(20)

4

terbuka melalui Pembelajaran kecakapan hidup atau life skills. Pelaksanaan pembelajaran life skills di UPTD SKB Kulon Progo sangat beragam namun pada kondisi bersamaan pelaksanaan pembelajaran life skills pada peserta didik belum banyak diketahui masyarakat. Disisi lain pelaksanaan pembelajaran life skills di UPTD SKB Kulon Progo belum begitu terakses secara luas oleh masyarakat umum, mengingat terbatasnya pemahaman masyarakat tentang UPTD SKB Kulon Progo beserta program-programnya.

Pelaksanaan pembelajaran life skills meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo bertujuan untuk memajukan negara dan melipatgandakan jumlah wirausahawan , karena menurut McClelland dalam kewirusahaan dikti(2013: 9) salah satu yang menyebabkan negara maju adalah ketika jumlah wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia mencapai 400 ribu jiwa atau kurang dari 1% populasi penduduk Indonesia yang berkisar 200 juta jiwa. Kondisi ini sangat berbeda dengan yang terjadi di Negara Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah wirausaha sebesar 11,5% dari populasi penduduknya.

Dari permasalahan diatas salah satu cara untuk mengetahui dan menggali informasi terkait pelaksanaan life skill maka skripsi ini berjudul pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada UPTD SKB Kulon Progo.


(21)

5 B. Identifikasi Masalah

1. Terbatasnya kesempatan kerja, setiap pendaftaran selalu dibarengi pelamar yang jumlahnya lebih banyak dari penerimaan.

2. Banyaknya anak putus sekolah yang tidak memiliki kecakapan hidup life skills.

3. Adanya ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan peluang kerja.

4. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari tahun ketahun berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik di Kulon Progo.

5. Pelaksanaan Pembelajaran life skills pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo belum banyak diketahui masyarakat.

6. Terbatasnya jumlah wirausahawan di Indonesia, kurang dari 1% dari populasi penduduk yang ada

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah tersebut, peneliti menghindari kajian yang terlalu luas, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan pembelajaran life skills pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka ditemukan rumusan masalah yaitu

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran life skills di UPTD SKB Kulon Progo?


(22)

6

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

E. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk :.

1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo..

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

1.Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi pelaksan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan melalui metode pembelajaran yang menyenangkan.

2.Manfaat praktis a. Bagi peneliti


(23)

7

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan peneliti dalam pelaksan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

b. Bagi pendidik

pelaksan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaansebagai referensi pendidik dalam mengembangkan pembelajaran yang variatif dan tidak membosankan.

c. Bagi UPTD SKB Kulon Progo

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi UPTD SKB Kulon Progo dalam meningkatkan mutu pembelajaran.


(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Oemar Hamalik (2008: 6) Pembelajaran merupakan proses dan cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur pembelajaran.

Pembelajaran tidak dapat didifinisikan dengan tepat karena istilah tersebut dapat digunakan dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukan: 1) Pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang ditelaah diketahui mengenai sesuatu, 2) penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau 3) suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah. Dengan kata lain, pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, prosesm atau fungsi (Smith dan Balesman dalam Syamsu Mappa, 2011: 12) Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses dan upaya mempersiapkan peserta didik baik dengan pengetahuan, nilai-nilai budi pekerti luhur, kecakapan hidup maupun sikap sosial masyarakat yang didalamnya menjelaskan suatu hasil proses atau fungsi guna menghadapi kehidupan nyata.


(25)

9 b.Ciri Aktivitas Belajar

Menurut Sugihartono, dkk. (2007:74) tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1). Perubahan perilaku secara sadar

Maksudnya pelaku menyadari terjadinya perubahan aktivitas belajar atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuan bertambah.

2). Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.

3). Perubahan bersifat positif dan aktif

Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

4). Perubahan bersifat permanen

Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen.


(26)

10

Perubahan tingkah laku dalam belajar memasyarakatkan akan tujuan yang kan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang beanr-benar tersadari.

6). Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

c.Faktor yang mempengaruhi pembelajaran Belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu: 1) Faktor Internal

Faktor internal menurut Muhibbin Syah (1995:132) Merupakan faktor yang mempengaruhi minat siswa yang berasal dari dalam siswa itu sendiri. Faktor internal dapat dibagi menjadi :

a) Kesehatan

Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya dengan, menjadikan peserta didik cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.


(27)

11

Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga inteligensi, orang yang memiliki tingkat inteligensi (Intelligent Quotient/ IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya jika seseorang yang IQ nya rendah akan mengalami kesukaran belajar.

c) Perhatian

Siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan mrmiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.

2) Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang mempengaruhi minat siswa yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri atas:

a) Keluarga

Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, perlu diperhatikan oleh orang tua. Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar kerapian dan ketenangan perlu dijaga.


(28)

12

Pengetahuan dan pengalaman yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelanggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondidi anak didiknya. Minat belajar peserta didik dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila pendidik memegang peranannya sesuai ketentuan. pendidik dapat menimbulkan minat belajar dengan memberikan motivasi. Selain itu pendekatan pembelajaran yang dipilih pendidik juga dapat menentukan minat siswa.

c) Masyarakat

Kegiatan akademik, akan lebih baik diimbangi dengan kegaiatan diluar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak, seperti kegiatan karangtaruna. Anak dapat belajar berorganisasi didalamnya, tetapi dalam hal ini harus ada control karena kegiatan yang berlebih juga dapat menurunkan semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi belajar ada dua, faktor eksternal maupun internal. Faktor Internal dari dalam diri seperti minat, bakat, kesehatan diri, perhatian dan faktor eksternal terdiri dari keluarga, masyarakat dan sekolah.

d. Prinsip Belajar

Menurut Sardiman (2009: 24) ada beberapa prinsip belajar

1) Belajar pada umumnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya 2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para


(29)

13

3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/ dasar kebutuhan/ kesadaran atau instrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.

4) Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaab (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran

6) Belajar dapat dilakukan tiga cara yaitu :diajar secara langsung, pengalaman langsung, pengenalan

7) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, ketrampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kememampuan belajar yang bersangkutan.

9) Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

10)Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. 11)Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas,

sehinggaanak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Secara umum prinsip belajar dari sudut pandang imu jiwa dibagi menjadi dua pandangan yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern:

1). Menurut pandangan ilmu jiwa lama

John Locke dalam Sardiman (2012: 97) dalam konsepnya tabularasa mengibaratkan jiwa (phyche) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan dan tulisan dari luar. Peserta didik diibaratkan sebagai kertas putih sedangkan unsur dari luar yang menulis adalah pendidik. Dalam hal ini terserah kepada pendidik, mau dibawa kemana, mau diapakan peserta didik itu, karena pendidik adalah yang memberi dan mengatur isinya. Dengan demikian akativitas didominasi oleh guru, sedangkan anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Pendidik menjadi seorang yang adikuasa dalam kelas.


(30)

14 2). Menurut pandangan ilmu jiwa modern

Aliran ilmu jiwa modern menerjemahkan bahwa jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energy sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik juga menjadi aktif , karena adanya motivasi dan didorong oleh macam-macam kebutuhan. Peserta didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan secara sedarhana bahwa prinsip dalam pembelajaran yaitu memaksimalkan potensi melalui proses pengajaran dan pengalaman langsung yang lebih bermakna sehingga mempengaruhi peningkatan kemampuan.

e. Komponen Pembelajaran

Di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan, pembelajaran tidak akan berlangsung dengan lancar apabila ada beberapa atau salah satu saja komponen yang tidak berjalan.Adapaun komponen-komponen pembelajaran menurut Mardjiono (2006:19) yaitu:

1) Peserta didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Sisdiknas 2003:3) 2) Pendidik

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator,


(31)

15

dan sebutan lain yang sesuai dengan kehususannya, serta berpartisipasi dalam menyelnggrakan pendidikan (Sisdiknas 2003:3)

3) Tujuan

Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan dalam waktu singkat dapat tercapai setelah selesai jam pelajaran tertentu. pemelajaran berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang. Tujuan inilah, yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, sebagaimana pendapat Sardiman (2009: 26-28) bahwa tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :

a) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir dan pemilihan ilmu pengetahuan tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

b) Pemahaman konsep dan pengetahuan

Pemahaman konsep memerlukan ketrampilan baik ketrampilan jasmani maupun ketrampilan rohani. Ketrampilan jasmani adalah ketrampilan yang dapat diamati sehingga akan menitikberatkan pada ketrampilan penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah masalah teknik atau pengulangan.

c) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai itu maka akan dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajari.

4) Metode

Merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Ace Suryadi (2006:34) metode pembelajaran meliputi:


(32)

16

Mengembangkan peserta didik yang mempunyai berbagai keunggulan berinteraksi dan bekerja sama untuk menguasai suatu konsep atau keterampilan yang digunakan bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk memotivasi semua peserta didik.

b) Metode interaktif

Suatu kaidah melibatkan interaksi antara pendidik dan peserta didik antara peserta didik dengan media, dan lingkungannya.

c) Peta konsep

Membangun pengetahuan peserta didik dengan cara mengubungkan konsep-konsep yang sedang dipelajari.

d) Penugasan

Metode ini hakikatnya hampir sama dengan pembelajaran berbasis masalah. Peserta didik diberi masalah dan ditugaskan atau membuat hasil karya baik secara mandiri atau kelompok.

e) Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu pembelajaran yang biasa digunakan dalam pendidikan, dengan melakukan kajian tentang suatu fenomena yang terjadi dialam sekitar.

f) Diskusi

Suatu kegiatan yang memberi peluang kepada peserta didik untuk berperan aktif secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.


(33)

17

Proses belajar dengan bermain peran atau menggunaan alat peraga. Metode ini membawa suasana menjadi hidup karena peserta didik memerankan sesuatu.

h) Kajian lapangan

Kajian lapangan dapat membantu peserta didik untuk hidup mandiri, misalnya dengan perkemahan, bakti social dan studi banding.

i) Modul

Salah satu pendekatan pembelajaran mandiri yang difokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisi.

j) Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar peserta didik dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. 5) Media

Media merupakan sarana perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran(Daryanto, 2011:4)

6) Kurikulum

Kurikulum dalam hal ini mata pelajaran yang berorientasi kecakapan hidup termasuk kemampuan bekerja, kewirausahaan, berusaha mandiri, membuka lapangan kerja kerumahtanggaan, ekonomi local, ketrampilan, kesenian, dan olahraga (Depdiknas 2004:11)


(34)

18

Materi merupakan inti dalam proses pembelajaran. Penyampaian materi pembelajaran biasanya berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 60)

8) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah proses pembelajaran yang menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai (Syaiful Bahri Dajamarah dan Aswan Zain, 2010:41)

9) Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan digunakan untuk membantu pendidik atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan yang tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan yang dimaksud bisa berupa bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar (Wina Sanjaya, 2011:61)

10)Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi

a) Lokasi


(35)

19 11)Evaluasi Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:3), evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.

12)Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan penyelenggaraan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sumber dana lain yang sah tidak mengikat f. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan, dalam proses pembelajaran ada tiga hal, yaitu:

1). Persiapan

Menurut Umberto Sihombing (2000: 58) “Persiapan adalah menentukan rumusan pembelajaran berupa tujuan, media, sumber belajar, materi, metode pembelajaran, evaluasi yanga akn diterapkan, dan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran”

2). Pelaksanaan

Menurut Umbert Sihombing (2000: 65) “Tahap pelaksanaan merupakan aktivitas pembelajaran bukan hanya proses penyampaian dan penerimaan informasi tetapi juga memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Pengalaman ini harus memberikan dorongan untuk merubah tingkah laku peserta didik seperti yang diinginkan.


(36)

20 3). Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 03) “Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauhmana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat satu keputusan. Tahap evaluasi pembelajaran melibatkan pendidik dan peserta didik. Evaluasi yang bisa dilakukan sebelum proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran, dan setelah pembelajaran selesai. Penilaian hasil yang bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran”

Evaluasi dapat disimpulkan merupakan pengukuran hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, kesuksesan tujuan atau poin-poin yang harus dipenuhi sesuai dalam kurikulum.

g.Minat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat ialah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah , keinginan. Sedangkan menurut Slameto (2010:180) “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dibandingkan hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih pada subjek tersebut.

Seseorang yang memiliki motif berprestasi tidak akan menunggu nasib yang akan tiba kepadanya melainkan ia akan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh,


(37)

21

ulet, dan tidak berputus asa untuk mencari dan menciptakan kesempatan baru yang dianggap baik. Dimiyanti dan Mudjiono (2010: 97) mengemukakan bahwa ada 6 unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

a). Cita-cita Atau Aspirasi Peserta didik

Cita-cita yang jelas dan spesifik mengarahkan pada peserta didik untuk belajar lebih tekun, timbulnya cita-cita dipengaruhi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.

b). Kemampuan Peserta didik

Keinginan seorang peserta didik harus dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Keinginan menjadi seorang menjadi pengacara harus dibarngi dengan kemampuan berbicara dan berargumentasi.

c). Kondisi peserta didik

Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d). Kondisi Lingkungan peserta didik

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

e). Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.


(38)

22 f). Pelaksanan Pembelajaran

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi (i) menyelengarakan tertib belajar disekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, (iii) membina belajar tertib lingkungan di sekolah.

Menumbuhkan motivasi/minat belajar

Sardiman (2000: 90-93) memberikan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar sebagai berikut:

a) Memberi angka

Memberi angka dalam hal ini symbol dari nilai kegiatan belajar. Angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b) Hadiah

Hadiah juga merupakan penyemangat, menambah minat belajar menjadi tinggi.

c) Kompetisi

Kompetisi antara peserta didik yang satu dengan lainnya menghidupkan suasana pembelajaran, minat belajar peserta didik meningkat.

d) Ego-involment

Baik adalah symbol kebanggan dan harga diri, begitu pula dengan siswa. Para siswa akan belajar dengan keras bisa karena harga dirinya.

e) Memberi ulangan


(39)

23 f) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil kegiatan yang telah dilakukan terlebih apabila ada kemajuan, maka akan mendorong siswa lebih giat belajar dengan harapan hasil terus meningkat.

g) Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif serta sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu pemberiannya harus tepat sehingga memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus membangkitkan harga diri.

h) Hukuman

Hukuman memberikan efek jera terhadap hal-hal yang tidak baik. Jika dilakukan dengan bijak memberikan dampak baik dan mengurangi hal-hal yang tidak di inginkan.

i) Hasrat untuk belajar

Hasrat belajar bersumber dari dalam diri, sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik.

j) Minat

Minat muncul karena kebutuhan dan keinginan k) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, yang dirasa sangat berguna dan menguntungkan maka akan menimbulkan gairah untuk terus belajar.


(40)

24 2. Life Skills (Kecakapan Hidup)

a.Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kecakapan ialah kemampuan, kesanggupan, kepandaian atau kemahiran mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut Anwar (2004:21) mengungkapkan life skills adalah:

“Kemampuan berkomunikasi secara aktif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja”.

Menurut Brolin, dalam Anwar (2006: 20) “Life skills constitute a continuum of knowledge and optitude that necessary for a person to function effectively and to avoid interruptions of employement experience. Kecakapan hidup/ life skills merupakan kontinum dari pengetahuan dan kemampuan yang bermanfaat bagi seseorang yang berfungsi efektif dan mencegah kendala dari pengalaman employemen. Menurut Malik Fajar (2002) mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik. Sementara itu team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.

Life skill merupakan kecakapan hidup yang penting dimiliki seseorang dalam melanjutkan eksistensi kehidupan dalam rangka mengaktualisasi diri.


(41)

25

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 3tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) adalah “pendidikan yang memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual dan kecakapan vocasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Selanjutnya diterangkan bahwa program life skills atau pendidikan kecakapan hidup diimplementasikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah (PLS).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan life skills (Keacakapan Hidup) adalah kemampuan memadukan aspek intelektual dan sosial sebagai upaya memenuhi kebutuhan untuk menuju hidup yang berkualitas.

b. Pembelajaran Life Skills

Pembelajaran life skills adalah pembelajaran yang mengantarkan manusia menjadi manusia yang memiliki kecakapan baik kecakapan sosial maupun kecakapan yang bersifat fisik untuk bekerja guna meningkatkan taraf hidup. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) merupakan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sudjana (2004: 145) Pendidikan life skills yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan intelektual, dan kecakapan vocasional kepada warga belajar untuk mampu bekerja atau berusaha secara mandiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran life skills (kecakapan hidup) ialah proses memaksimalkan pengetahuan, kemampuan atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu untuk


(42)

26

mengembangkan potensi dimiliki sehingga ada perubahan sikap, tingkah laku menuju hidup yang berkualitas.

c. Macam-macam life skills

Kecakapan yang dimiliki oleh seseorang menurut Anwar (2006: 31) 1). Kecakapan personal

Kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki kesadaran atas eksistensi dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya. Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadarana akan keberadaan diri. Kesadaran akan keberadaan diri dapat dilihat dari beberapa sisi. Misalnya kesadaran diri sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk social, sebagai makhluk hidup, dan sebagainya. Kesadaran akan potensi diri adalah kesadaran yang dimiliki seseorang atas kemampuan dirinya. Dengan kesadaran atas kemampuan diri itu seseorang akan tahu kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Dengan kesadaran eksistensi diri dan potensi diri, seseorang akan dapat menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan dan mampu memecahkan masalah dan kehidupannya. Kecakapan personal (personal skill) terdiri dari:

a) .Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skills)

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan mengenali diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk tuhan, makhluk social, bagian dari lingkungan, serta menyadari


(43)

27

dan mensyukuri kelebihan, kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. b) Kecakapan Berpikir (Thinking Skills)

Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi:

1. Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information Searching Skills)

Kecakapan ini memerlukan ketrampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan melakukan observasi.

2. Kecakapan mengolah informasi (Information Processing Skills)

Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih bermakna. Mengolah informasi artinya memproses informasi tersebut menjadi suatu kesimpulan. Untuk memiliki kecakapan mengolah informasi ini diperlukan kemampuan membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat analisis sesuai informasi yang diperoleh.

3. Kecakapan mengambil Keputusan (Decision Making Skills)

Setelah Informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya adalah pengambilan keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu dituntut untuk membuat keputusan betapapun kecilnya keputusan tersebut. Karena peserta didik perlu belajar mengambil keputusan.


(44)

28

Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah. Peserta didik perlu memecahkan masalah sesuai dengan tingkat berfikirnya sejak dini. Selanjutnya untuk memecahkan masalah ini dituntut kemampuan berfikir rasional, berfikir kreatif, berfikir alternative, berfikir system dan sebagainya, karena itu pola-pola berpikir tersebut perlu dikembangkan di sekolah, dan selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk problem solving.

2). Kecakapan Sosial

Kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun non verbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana ketrampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan kecakapan social akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negative dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Kecakapan social membawa orang untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian kehal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Mu’tadin mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki kecakapan social (social skills) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Kecakapan social tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan


(45)

29

orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb.

Ahmadi (2004: 100) Menyebutkan bahwa kecakapan social adalah kemampuan untuk memperoleh timbal balik antar individu ke individu atau golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persolan yang dihadapinya. Kecakapan social secara umum meliputi kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dalam proses pembelajaran yang ditekankan adalah bekerja sama dalam kelompok belajar. Kecakapan social juga meliputi kemampuan untuk bertanya, kemampuan menyampaikan pendapat, dan kemampuan menjadi pendengar yang baik.

Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa macam-macam life skills diantaranya yaitu:

1. Personal life skills 2. Social life skills

Kedua life skills tersebut merupakan kecakapan untuk mengatasi sebuah persoalan sehingga meampu menuju kehidupan yang lebih baik.

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk tuhan, kesadaran eksistensi diri dan kesadaran potensi diri. Lif skills berfikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Kecakapan social meliputi komunikasi lisan, komunikasi tertulis, kecakapan kerjasama. Kecakapan academic meliputi kecakapan mengidentifikasi variable, menghubungkan variable, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kecakapan Vokasional yaitukecakapan bidang pekerjaan tertentu (Darwin :186)


(46)

30

Menurut Tim BBE (2002: 31) ada lima bidang kecakapan hidup yaitu:

1) Kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness): semakin tinggi kesadaran seseorang terhadap dirinya, maka orang tersebut akan cenderung semakin mematuhi hokum dan norma-norma masyarakat, tingkah lakunya strategis dan biasanya bisa diterima oleh masyarakat. Pendapat lain mengatakan bahwa kecakapan mengenal diri meliputi tiga hal yaitu kesadaran emosi yang berarti mengakui emosis seseorang dan akibatnya, penilaian diri secara akurat yang berarti mengetahui kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan percaya diri yang berarti kepastian tentang kemampuan dan harga dirinya.

2) Kecakapan social yang mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerja sama. Pendapat lain yaitu kecakapan mempengaruhi, berkomunikasi, kepemimpinan, sebagai katalisator pegeseran, manajemen konflik, membangun hubungan, bekerja sama, dan kemampuan sebagai tim.

3) Kecakapan berfikir yang meliputi kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengmbil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

4) Kecakapan akademik yang merupakan kecakapan dalam berpikir dengan terkait yang bersifat akademik atau keilmuan yang mencakup antara lain: kecakapan melakukan identifikasi variable, kecakapan menjelaskan hubungan antar variable, merumuskan hipotesis, dan kemampan merancang penelitian dan melaksanakan penelitian.


(47)

31

5) Kecakapan vokasional atau keckapan kejuruan yaitu kecakapan yang terkait dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat pengembangan kecakapan vokasional dalam erspektif pendidikan karir bisa dibagi beberapa tahap yaitu:kesadaran terhadap karir, orientasi karir, persiapan karir, perencanaan karier

d. Tujuan Life Skills

Adapun tujuan pendidikan kecakapan hidup menurut Anwr (2006: 43) 1) Melaksanakan program-program pendidikan dan pelatihan yang mampu

mengembangkan ketrampilan, keahlian kecakapan serta nilai-nilai keprofesian untuk mendorong produktivitas sebagai tenaga kerja yang andal atau kemandirian berusaha.

2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengikuti program khusus berbasis kompetensi, serta fasilitas penempatan kerja pada dunia usaha/ industry dan/ atau berusaha mandiri

3) Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.

4) Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup sebagai pribadi yang mandiri.

5) Mengaktualisasi potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permaslahan yang dihadapi.

Lebih lanjut menurut Ditjen Diklusepa (2003: 8) pendidikan kecakapan hidup (life skills) memiliki tujuan, yaitu:


(48)

32

Pendidikan (life skills) yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar dibidang pekerja usaha tertentu sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Tujuan Pembelajaran life skills menurut Anwar (2004: 43)

1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi

2) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan

3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Life skills

dilaksanakan untuk masyarakat untuk pelayanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan untuk melengkapi pendidikan non formal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga belajar khususnya dan masyarakat umum.

Menurut direktori pembinaan kursus dan pelatihan (2011: 3)

“Pendidikan kecakapan hidup-LKP bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan sikap peserta didik dibidang tertentu sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya”.

Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran life skills diatas disimpulkan Bahwa tujuan pembelajaran life skills yaitu:

1) Pembelajaran life skills menambah kemampuan berfikir sehingga memeperkaya pengetahuan dibidang tertentu untuk memecahkan problem yang dihadapi


(49)

33

2) Membentuk dan meningkatkan sikap mental menuju hidup yang berkualitas melalui pemaksilan minat-bakat dan sumber daya lingkungan tempat tinggalnya.

e. Ciri pembelajaran life Skill Ciri pembelajaran life Skills yaitu

1) Terjadi Proses identifikasi kebutuhan belajar 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untung mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli 7) Terjadi proses penilaian kompetensi dan

8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama Depdiknas, 2003 dalam buku anwar (2004: 21)

Dari ciri pembelajaran life skills tersebut secara tersirat memaparkan bahwa dalam pelaksananannya harus ada kesesuaian antara program dan kebutuhan kecakapan bagi masyarakat. Ini berarti program life skills diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari nafkah serta menolong bagi yang belum memiliki kecakapan.

f. Kurikulum Pembelajaran Life Skills

Kurikulum pembelajaran life skills UPTD SKB Kulon Progo disusun berlandaskan acuan dijen PAUDNI. Selanjutnya dilakukan penyesuian-penyesuaian dengan keadaan dilapangan. Menurut Anwar (2006: 96) dalam kurikulum yang dimaksud ada beberapa kompetensi didalamnya yaitu:

“Lima kompeherensi yang perlu dikembangkan melalui proses pembelajran a) Kemampuan yang berhubungan dengan sikap mental dan mootivasi


(50)

34 b) Kemampuan manajerial

c) Kemampuan teknis produksi

d) Kemampuan permodalan & keuangan e) Kemampuan pemasaran dan jaringan usaha

Menurut Wina Sanjaya (2005: 03) Perencanaan kurikulum memiliki ketentuan sebagai berikut:

a) Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgement ahli bidang studi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor social dan faktor pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelajaran apa yang harus dikerjakan siswa.

b) Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu pertimbangan beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran, dan sebagainya.

c) Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat menguasai materi pembelajaran, semacam menggunakan pendekatan ekspositori.

Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum life skills dibuat dengan penyesuaian apa yang hendak dituju sehingga potensi peserta didik dapat tercapai dengan sumber daya yang ada.

3. Kewirausahaan a. Pengertian

Entrepreneur ataupun kewirausahaan menurut Leonardus Saiman(2014:43) hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan usaha atau aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan wirausaha merupakan para individu yang menemukan kebutuhan pasar dan membangun perusaaan baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Menurut Kasmir (2011: 19)Wirausaha ialah orang yang berjiwa berani mengambil risiko


(51)

35

untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Menurut Peter F Drucker (Kasmir, 2011: 20) kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Menurut Intruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, wirausha ialah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptapkan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan besar.

Menurut Geoffrey G. Meredith (2005: 5) Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Menurut Leonardus Saiman (2014: 43) wirausaha adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat kewraswataan/kewirausahaan dan umumnya memiliki keberanian dan mengambil resiko terutama dalam menangani usaha atau perusahaannya dengan berpijak pada kemampuan dan atau kemauan sendiri. Wirausaha itu:

a) Orang yang memulai usaha

b) Para individu yang menemukan kebutuhan pasar dan membangun perusahaan baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut.


(52)

36

c) Orang-orang yang berani mengambil resiko (risk takers) yang mampu memberikan daya dorong bagi perubahan, inovasi, dan kemajuan.

d) Semua active owner-manager (founders and/ or managers of small businesses

Menurut Yuyus Suryana dan Kartib (2010: 29) Wirausaha Adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaannya milik sendiri. Wirausaha adalah mereka yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.

Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan upaya-upaya untuk meningkatkan semangat atau kemampuan seseorang dalam menciptakan bisnis/usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup.

b. Karakteristik Wirausaha

Tabel 2.Karakteristik sukses seorang wirausaha menurut David E.Rye dalam Leonardus Saiman (2014: 53)

Karakteristik Ciri Menonjol

Pengendalian diri Mereka ingin dapat mengendalikan semua usaha yang mereka lakukan

Mengusahakan terselesaikannya urusan

Mereka menyukai aktivitas yang menunjukan kemajuan yang berorientasi pada tujuan

Mengarahkan diri sendiri Mereka memotivasi diri sendiri dengan suatu hasrat yang tinggi untuk berhasil Mengelola dengan sasaran Mereka cepat memahami rincian tugas

yang harusdiselsaikan untuk mencapai sasaran

Penganalisis kesempatan Mereka akan menganalisis semua pilihan untuk memastikan kesuksesannya dan meminimalkan resiko


(53)

37

pribadi terhadap hidup bisnisnya

Pemikir kreatif Mereka akan selalu mencari cara yang lebih baik dalam melakukan suatu usaha Pemecah masalah Mereka akan selalu melihat pilihan-pilihan

untuk memecahkan setiap masalah yang menghadang

Pemikir objektif Mereka tidak takut untuk mengakui jika melakukan kekeliruan

Dari table tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha sukses memiliki karakter diantaranya yaitu mampu mengendalikan diri, memastikan aktivitasnya terselesaikan, sanggup memotivasi diri, dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik, mampu berfikir kreatif mencari cara yang lebih baik dalam melakukan suatu usaha, selalu melihat pilihan-pilihan dalam memecahkan masalah serta mereka berfikir objektif tidak takut mengakui kesalahan bila melakukan kesalahan.

Menurut David E.Rye dalam Leonardus Saiman (2014: 54) ada beberapa alasan mengapa wirausahawan gagal. Karakteristik dan ciri kegagalan yang menonjol bagi seorang wirausahawan berikut ini:

Tabel 3. Karakteristik Kegagalan Wirausaha

Karakteristik Kegagalan Ciri Kegagalan yang Menonjol

Pengalaman Menejemen Pemahaman umum merea terhadap disiplin-disiplin manajemen yang utama rata-rata kurang

Perencanaan keuangan Mereka meremehkan kebutuhan modal bisnis

Lokasi usaha Mereka memilih lokasi awal yang buruk untuk perusahaannya

Pengendalian bisnis Mereka gagal mengendalikan aspek-aspek utam dalam bisnisnya

Pembelanja besar Mereka menghabiskan pengeluaran awal yang tinggi yang sebenarnya dapat ditunda/tidak perlu

Manajemen piutang Mereka menimbulkan masalah arus kas yang buruk karena kurangnya perhatian akan piutang


(54)

38

dedikasi pribadi yang diperlukan untuk memulai bisnis

Memperluas berlebihan Mereka memulai suatu program perluasan sebelum meraka siap

Menurut Justin W. Longnecker karekteristi wirausaha (2001: 10) a) Kebutuhan akan keberhasilan

b) Keinginan untuk mengambil Resiko c) Percaya diri

d) Keinginan kuat untuk berbisnis

Menurut Sunarya (2011:48) Karakteristik wirausaha yang sukses yaitu: a) Pengendalian diri

b) Mengusahakan terseleksinya urusan c) Pengarahan diri

d) Mengelola dengan sasaran e) Penganalisis kesempatan f) Mengendalikan pribadi g) Pemecahan masalah h) Pemikir objektif

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakter wirausaha meliputi:

a) Pribadi yang mampu mengendalikan diri sendiri

b) Pribadi yang mampu membangun dan mengembangkan komunikasi hingga menjadi sebuah pintu peluang usaha

c) Pribadi yang kreatif dan berani mengambil resiko 4 Pembelajaran Life Skills berbasis Kewirausahaan

Pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan merupakan program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal melalui pengintegrasian program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) dengan Program Kewirausahaan Masyarakat (PKM), Program-program


(55)

39

tersebut secara umum memiliki leangkah-langkah yang pembelajran yang sama dengan pembelajaran lainnya yang meliputi :

a. Perencanaan

Menurut Umberto Sihombing (2000: 58), tahap perencanaan adalah menentukan rumusan pembelajaran berupa tujuan yang akan dicapai, media, sumber belajar, materi, metode pembelajaran, evaluasi yang akan diterapkan, dan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran. Pada tahap ini pengelola atau penyelenggara program mempunyai tugas yang besar agar suatu pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

b. Pelaksanaan

Menurut Umberto Sihombing (2000:65), tahap pelaksanaan merupakan aktivitas pembelajaran bukan hanya proses penyampaian dan penerimaan informasi tetapi juga memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Pengalaman ini harus memberika dorongan untuk merubah tingkah laku peserta didik seperti yang diinginkan.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran, diawali dengan persiapan pembelajaran yaitu dengan penyusunan rencana pembelajaran. Menerapkan strategi dan memberikan semangat kewirausahaan.

c. Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:3), evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.


(56)

40

Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui seberapa paham peserta didik mengikuti proses dan kemajuan dalam pembelajaran secara berkala. Dalam evaluasi atau penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditetabkan.

Di dalam proses pembelajaran harus melalui langkah-langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga langkah tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai penilaian. Untuk pembelajaran kewirausahaan , maka dalam prosesnya disampaikan muatan kewirausahaan, baik berupa pengetahuan kewirausahaan dalam upaya memepersiapkan peserta didik menggapai pengetahuan dan ketrampilan melalui pengintegrasian semangat menciptakan usaha meenuju kesejahteraan hidup.

B. Kerangka Berfikir

Dari data Badan Pusat Statistik angka pengangguran terbuka di Indonesia semakin meningkat. Provinsi DIY sendiri pengangguran perlu diperhatikan serius. Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Yogyakarta juga turut menyumbang peningkatan jumlah pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka menyebabkan kemiskinan,


(57)

41

Data Badan Pusat Stastistik juga menunjukan bahwa Kulon Progo menduduki dua kabupaten yang memiliki penduduk miiskin terbanyak. Pengangguran dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo dipengaruhi beberapa hal. Diantaranya ialah sedikitnya jumlah kesempatan kerja, SDM yang kurang trampil dan rendahnya jumlah wirausaha yang ada. Sebagai imbasnya adalah taraf hidup masyarakat yang rendah.

Untuk membenahi keadaan itu perlu adanya peningkatan kualitas SDM masyarakat Kulon Progo, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Pembelajaran life skills (kecakapan hidup) ialah salah satu bentuk pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh UPTD SKB Kulon Progo.

Dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik UPTD SKB Kulon Progo, untuk menghasilkan out put SDM yang mampu bersaing, UPTD SKB memberikan bekal life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik melalui praktek langsung, cerita-cerita wirausaha yang sukses pada peserta didik, hingga mempertemukan dengannya, dengan demikian minat wirausaha dan cita-cita kedepan tergambar jelas pada peserta didik sehingga dalam mencapai cita-citanya pun harus dengan semangat yang tinggi, dan hal itu bisa diawali dari tahap pertama yaitu mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam usaha mencapai hasil belajar yang baik tentunya sebanding dengan kemajuan peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.


(58)

42 Gambar 1. Kerangka Pikir

RENDAHNYA KUALITAS SDM DI KAB.KULON PROGO

TINGGINYA PENGANGGURAN

TERBUKA

CARA MENGATASI TINGGINYA ANGKA

PENGANGGURAN DAN SDM YANG MASIH RENDAH KUALITASNYA DI KULON PROGO

PENDIDIKAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP)

Membekali masyarakat, mengaktualisasi misi Program Pendidikan Non Formal dan Informal, menuju masyarakat madani dan sejahtera”.

(Bekal pengetahuan, ketrampilan praktis dan sikap mental)

Program2 Life Skills SKB 1.Pelatihan Komputer 2. Budidaya Jamur 3.Budidaya Ikan air tawar 4.Budidaya Tanaman hortikultura

5.Pelatihan tata rias rambut

6.Pelatihan Menjahit

SDM yang memiliki kecakapan hidup, siap terjun bekerja maupun berwirausaha


(59)

43 C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarka kerangka berpikir diatas, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran life skill berbasis kewirausahaan pada UPTD SKB Kulon Progo?

a.Bagaimana persiapan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan? b.Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan?

c.Bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran? a. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran?

1).Bagaimana perhatian peserta didik menjadi faktor pendukung pembelajaran?

2). Bagaimana lokasi UPTD SKB Kulon Progo menjadi faktor pendukung pembelajaran?

3). Bagaimana sumber biaya UPTD SKB Kulon Progo menjadi faktor pendukung pembelajaran?

b.Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran?

1). Bagaimana tingkat kemampuan peserta didik menjadi faktor penghambat pembelajaran?

2). Bagaimana sarana-prasarana menjadi faktor penghambat Pembelajaran?


(60)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian dimulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu kesimpulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data-data yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan dan mendiskripsikan sebab keadaan dan proses yang sebenarnya terjadi. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) Penelitan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2012: 4) Mengemukakan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.

Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu system, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan


(61)

45

mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena peneliti bermaksud mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo, serta faktor pendukung dan pengahmbat pelaksanaaannya.

B. Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 165) teknik purposive adalah pemilihan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan, kriteria/ ciri-ciri tertentu yang ditetapkan sesuai tujuan penelitian. Adapun ciri-ciri subjek yang menjadi informan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui dan terlibat penuh secara cukup lama di UPTD SKB Kulon Progo sehingga dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada peneliti.

2. Mengetahui secara mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran di UPTD SKB Kulon Progo karena diharapkan dapat memeberikan data akurat pelaksanaan pembelajaran.

3. Masih menjabat sebagai pegawai di UPTD SKB Kulon Progo karena sesuai dengan penelitian yaitu pelaksanaan pembelajaran life skills pada peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

4. Bersedia memberikan informasi karena sangat diperlukan untuk membantu kelancaran penelitian dan tanpa adanya unsur paksaan.


(62)

46

Berdasarkan ciri-ciri diatas maka peneliti memilih subjek penelitian yang dirasa dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun subjek penelitian yaitu

1. Pengelola

Pengelola sebagai penanggung jawab dan mengetahui program 2. pendidik

Pendidik sebagai orang yang berperan langsung dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

3. peserta didik

tujuan peneliti memilih informan tersebut adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan lengkap dari sumber, sehingga dapat diakui kebenarannya.

C. Setting dan Waktu Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting penelitian mengenai palaksanaan pembelajaran life skills pada peserta didik UPTD SKB Kulon progo. Jl. Kijosuto Wates KuLon progo ini adalah pada waktu peserta kursus menjahit sedang melakukan praktek dan setelah praktek. Prosedur memasuki lapangan diawali dengan pendekatan kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran life skills Alasan peneliti memilih UPTD SKB Kulon Progo karena

a. UPTD SKB Kulon Progo memiliki program-program life skills yang berfariatif


(63)

47

b. Program-program UPTD SKB Kulon Progo selalu diminati masyarakat.

c. Keterbukaan pihak SKB Kulon Progo berkaitan dalam memperoleh data.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari penyusunan proposal skripsi awal hingga penelitian yaitu pada 16 Oktober 2013 s/d 16 Januari 2014. D. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008: 59), dalam pengumpulan data penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data : 1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 156), Observasi adalah memperhatikan sesuatu menggunakan mata. Peneliti mengamati proses berlangsungnya kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya untuk bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data yang lengkap dan tepat. Peneliti mengobservasi secara langsung tempat pembelajaran, suasana pembelajaran dan hasil observasi selanjutnya dituangkan dalam tulisan. Observasi dilakukan dengan mendatangi UPTD SKB Kulon Progo dan mengamati proses pelaksanaan pembelajaran life skills, serta menggali potensi yang belum dimaksimalkan.


(64)

48

Menurut Lexy J.Moleong (2012: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010: 317) Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topic tertentu.

Wawancara dilakukan semua yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran life skills. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin terkait dengan perencanaan kurikulum, proses pembelajaran. Peneliti sebagai pewawancara, melakukan wawancar secara langsung dengan informan.

Wawancara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan informasi-informasi spesifik dari kepala UPTD SKB Kulon Progo, pendidik life skills terkait dengan pembelajaran di UPTD SKB Kulon Progo khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran life skill berbasis kewirausahaan peserta didik UPTD SKB Kulon Progo.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.


(65)

49

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009: 240)Tabel metode pengumpulan data.

Dalam mengumpulkan data penelitian berupa dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti diantaranya ialah :

a. Profil UPTD SKB Kulon Progo

b. Aturan-aturan yang menjelaskan kerja UPTD SKB c. Program-program UPTD SKB

d. Kurikulum dan Rencana pelaksanaan pembelajaran e. Data pendidik/ tata kerja

f. Struktur Organisasi g. Data peserta didik

h. Foto berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar i. Foto media pembelajaran

Peneliti mencatat dokumen yang ada. Data-data yang didapatkan antara lain visi dan misi lembaga, struktur kepegawaian UPTD SKB Kulon Progo, kurikulum, UPTD SKB Kulon Progo.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Sehingga peneliti perlu melakukan wawancara dan pengamatan mendalam. John W. Cresswell (2007: 261) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrument kunci (researcher as a key instrument) yaitu para


(66)

50

peneliti mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara dengan partisipan. Peneliti menggunakan instrument pendukung berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur. Pedoman-pedoman tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dengan menyesuaikan.

Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data N

o

Aspek Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data 1.

2.

Proses pelaksanaan program-program di UPTD SKB Kulon Progo

Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program di UPTD SKB Kulon Progo

1. Pengelola PKH 2. Pendidik 3. Peserta didik 1. pengelola PKH 2. Pendidik 3. Peserta didik

dokumentasi, pengamatan Wawancara Wawancara dokumentasi, pengamatan F. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong, (2012: 209) Proses analisis data bukan hanya merupakan tindakan lanjut logis dari pengumpulan data tetapi juga merupakan proses yang tidak tepisahkan dengan pengumpulan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu informan kunci dari hasil wawancara, dari hasil pengamatan dilapangan atau observasi dan dari studi dokumentasi (Lexy J. Moleong, 2012: 209)Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuanya dapat di informasikan kepada orang lain.


(67)

51

Reduksi data dilakukan dengan cara menghilangkan atau membuang bagian-bagian data isi yang tidak mendukung permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemusatan perhatian pada data yang terkumpul. Untuk menghindari bertambahnya data yang masuk peneliti menambah harus menganalisis, merangkum, dan mereduksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Display data

Display data merupakan suatu proses penyajian data. Tujuan data yang terkumpul dari wawancara, observasi, dan dokumentasi itu bisa dilihat gambaran seluruhnya, sehingga memudahkan pengambilan kesimpulan yang tepat dan mempermudah dalam pengambilan kesimpulan yang tepat dan mempermudah dalam penyusunan penelitian. Display data dilakukan dengan cara, data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat deskriptif yang dikaji dalam penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan memberikan informasi dari hasil penarikan makna dari data yang ada. Hasil akhir dari suatu penelitian kualitatif. Simpulan perlu diverivikasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan.


(68)

52

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya ialah melakukan pengujian data. Peneliti menggunakan Triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2005: 330) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Cara yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kebenaran data dengan cara menggunakan triangulasi sumber. Untuk memeriksa keabsahan penelitian ini digunakan triangulasi sumber. Menurut Lexy J.Moleong (2012: 332) Triangulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Menurut Denzin dalam Lexy J.Moleong (2012: 337) terdapat empat macam triangulasi, yakni triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

1. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

2. Triangulasi metode, menurut Patton dalam Lexy J.Moleong (2012: 331) terdapat dua strategi, yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


(69)

53

3. Triangulasi peneliti, yaitu memanfaatkan peneliti untuk kepeluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi teori, maksudnya membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan para pakar.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, dengan memperhatikan bahwa untuk mendapatkan informasi dari para informan perlu diadakan cross cek antara satu informan dengan informan yang lain sehingga dapat memperoleh informasi yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Data dan informasi yang diperoleh diusahakan dari narasumber yang mengetahui permaslahan dalam penelitian ini. Informasi yang diberikan salah satu informan dalam menjawab pertanyaan peneliti, peneliti mengecek ulang dengan menayakan ulang pertanyaan yang disampaikan oleh informan yang pertama keinforman yang lain. Apabila kedua jawaban yang diberikan itu sama maka jawaban itu dianggap sah, apabila kedua jawaban itu tidak sama atau saling bertolak belakang/ berlawanan maka, langkah alternative sebagai solusi yang tepat adalah dengan mencari jawaban atas pernyataan itu kepada informan ketiga yang berfungsi sebagai pembanding diantara keduanya. Hal ini dilakukan untuk membahas setiap fokus penelitian yang ada sehingga keabsahan data tetap terjaga dan bisa dipertanggung jawabkan.


(70)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Deskripsi SKB Kulon Progo

a. Sejarah

Sanggar Kegiatan Belajar Kulon Progo merupakan satuan lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang pendidikan non formal dan Informal. Sanggar Kegiatan Belajar didirikan untuk memberikan pelayanan pendidikan di jalur luar sekolah kepada mereka yang memilih sekolah nonformal untuk mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan ataupun pada yang tidak terjangkau pendidikan formal.

Sanggar Kegiatan Belajar yang selanjutnya disingkat SKB bergerak untuk mengisi pembelajaran yang tidak bisa dijangkau sekolah formal bagi semua kalangan, baik anak-anak, pemuda, maupun orang dewasa agar mendapatkan kemampuan ataupun bekal untuk beradaptasi dengan adanya perubahan zaman. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan amanat UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang sekarang di perbaharui dengan UU No. 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional itu dilaksanakan dalam 2 jalur yaitu : jalur sekolah dan jalur luar sekolah. Wewenang SKB yaitu mengumpulkan dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan pengelolaan UPT, merencanakan sampai


(1)

148

Gambar. Pelaksanaan Life Skills Pembibitan Tanaman


(2)

149

Gambar : Peserta bersama pengelola di kolam terpal lele (pelatihan budidaya llele


(3)

150

Gambar Life skills tata busana


(4)

(5)

(6)