PENGARUH KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN DESENTRALISASI TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA PG. WATOETOELIS KRIAN SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR


(2)

Yang diajukan

RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA

Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :

Pembimbing

Eko Riyadi Tanggal : ……….

Mengetahui Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si NIP. 030 217 167


(3)

DAN DESENTRALISASI TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN

ANGGARAN PADA PG. WATOETOELIS KRIAN

SIDOARJO

Yang diajukan

RIZKY KURNIA SARI 0513010072 / FE / EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 Juli 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Ketua

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks Dra. Ec. Sri Hastuti, MSi

Sekretaris

Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi

Anggota

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389


(4)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi dan

desentralisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks, selaku Dosen Pembimbing penulis di Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


(5)

ii

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2010


(6)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi ... 9

2.2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 9

2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi ... 11

2.2.1.3. Jenis Sistem Informasi Akuntansi ... 11

2.2.1.4. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi... 13

2.2.1.5. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi... 13


(7)

2.2.2.1. Pengertian Desentralisasi... 16

2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi... 17

2.2.2.3. Kelebihan Desentralisasi ... 19

2.2.2.4. Kelemahan Desentralisasi... 19

2.2.3. Partisipasi Penyusunan Anggaran... 20

2.2.3.1. Pengertian Anggaran ... 20

2.2.3.2. Fungsi Anggaran... 20

2.2.3.3. Manfaat Penyusunan Anggaran... 21

2.2.3.4. Partisipasi Anggaran... 21

2.2.3.5. Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 22

2.2.4. Pengaruh Karakteristik Sistem Imformasi Akuntansi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 23

2.2.5. Pengaruh Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 24

2.3. Kerangka Pemikiran... 26

2.4. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 28

3.1.1. Definisi Operasional... 28

3.1.2. Pengukuran Variabel... 30

3.2. Teknik Pengukuran Sampel ... 31

3.2.1. Populasi ... 31


(8)

3.3.1. Sumber Data ... 33

3.3.2. Jenis Data ... 34

3.3.1. Pengumpulan Data ... 34

3.4. Uji Kualitas Data... 35

3.4.1. Uji Validitas ... 35

3.4.2. Uji Reliabilitas... 35

3.4.3. Uji Normalitas ... 36

3.5. Teknik Analisis ... 36

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 37

3.5.2. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 41

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan... 41

4.1.2. Lokasi Perusahaan ... 46

4.1.3. Struktur Organisasi... 47

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 54

4.2.1. Tanggapan Responden Tentang Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... 55

4.2.2. Tanggapan Responden Tentang Desentralisasi (X2).. ... 56

4.2.3. Tanggapan Responden Tentang Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y) ... 57


(9)

vi

4.3.2. Uji Reliabilitas... 60

4.3.3. Uji Normalitas ... 61

4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 62

4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 62

4.4.2. Analisis dan Uji Hipotesis ... 64

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

4.5.1. Pembahasan dan Implikasi ... 68

4.5.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan... 71

4.5.3. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(10)

Tabel 1.1 Data Target Anggaran Laba PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo

Tahun 2005-2009 ... 4

Tabel 3.1 Penentuan Nilai Durbin Watson... 38

Tabel 4.1. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... 55

Tabel 4.2. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Desentralisasi (X2) ... 56

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y) ... 58

Tabel 4.4. Uji Validitas Variabel Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)... ... 59

Tabel 4.5. Uji Validitas Variabel Desentralisasi (X2)... 59

Tabel 4.6. Uji Validitas Variabel Partisipasi Penyusunan anggaran (Y) ... 60

Tabel 4.7. Uji Reliabilitas... 60

Tabel 4.8. Uji Normalitas... 61

Tabel 4.9. Uji Nilai VIF (Variance Inflation Factor)... 62

Tabel 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 63

Tabel 4.11. Hasil Uji F ... 65

Tabel 4.12. Hasil Uji t... 66


(11)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir ... 26 Gambar 4.1. Struktur Organisasi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo ... 48


(12)

Oleh : Rizky Kurnia Sari

Abstraksi

Berdasarkan PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terhadap target anggaran selama 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 – 2009 bahwa selama 5 tahun terakhir pencapaian target anggaran kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan selisih laba yang semakin besar setiap tahunnya dan semakin menjauhi dari target laba yang telah dianggarkan oleh perusahaan. Pada tahun 2005 target yang diharapkan sebesar 14.172.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 13.793.282.048. Pada tahun 2006 juga mengalami hal yang sama target yang diharapkan oleh perusahaan sebesar 17.449.000.000 akan tetapi realisasi yang dicapai sebesar 16.772.070.400, selanjutnya pada tahun 2007 target yang diharapkan sebesar 17.661.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 16.964.931.846, selanjutnya pada tahun 2008 target yang diharapkan sebesar 13.165.000.000 tetapi realisasi yang tercapai sebesar 11.969.076.930, dan terakhir pada tahun 2009 juga mengalami penurunan dari target yang diharapkan oleh perusahaan sebesar 15.602.000.000 namun yang terealisasi sebesar 14.184.425.876. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu Manajer & Kepala Bagian pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik pengukuran semantic differential

scale dengan jenjang 1 - 7. Teknik non probability sampling dengan purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Mengenai

kriterianya: responden adalah manajer atau kepala bagian pada level middle dan level low serta ikut dalam penyusunan anggaran. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi (X1), dan desentralisasi (X2) terhadap

partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, yang akan diuji dengan menggunakan program SPSS 13.0, dengan analisis persamaan regresi linier berganda dan tingkat signifikansi 5%.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa karakteristik sistem informasi

akuntansi (X1), dan desentralisasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap

partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. karakteristik sistem informasi akuntansi (X1) berpengaruh dominan terhadap

partisipasi penyusunan anggaran (Y) di PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.

Key Words: Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi, Desentralisasi, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran


(13)

By:

Rizky Kurnia Sari Abstraction

Based on PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo against budget targets during the last five years, starting from year 2005 to 2009 that over the last five years or less budget targets as expected, the greater the difference in profits every year and getting away from the target profit has been budgeted by companies . In the year 2005 amounted to 14.172 billion expected target, but the realization is reached by 13,793,282,048. In the year 2006 also experienced the same target expected by the company amounted to 17.449 billion will be achieved but the realization of 16,772,070,400, later in the year 2007 amounted to 17.661 billion expected target was achieved but the realization of 16,964,931,846, later in the year 2008 target is expected at 13.165 billion but the realization is reached at 11,969,076,930, and the last in the year 2009 also declined from the target expected by the company amounted to 15.602 billion but that has been realized by 14,184,425,876. This research aims to study the characteristic of accounting information systems and decentralization on budgetary participation in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo.

Data used in this research is the primary data is data collected through the questionnaire distributed to respondents, Manager & Head of Section on PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo. Measurement scale used is an interval scale of measurement technique of semantic differential scale with levels 1-7. Non probability sampling technique with the purposive sampling that sample selection based on certain criteria. Regarding the criteria: respondent is a manager or head of the middle level and low level and participate in preparing the budget. The analysis technique used is multiple linear regression used to study the characteristic of accounting information systems (X1), and decentralization (X2) on budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo, which will be tested by using SPSS 13.0, with an analysis of multiple linear regression equation and 5% significance level.

The results show that the characteristics of accounting information systems (X1), and decentralization (X2) significantly affects budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo. characteristics of accounting information systems (X1) dominate the budgetary participation (Y) in the PG. Krian Watoetoelis Sidoarjo.

Key Words: Characteristics of Accounting Information Systems, Decentralization, and Participation Budgetary


(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu informasi keuangan diperlukan sebagai pertimbangan dalam pengalokasian dana masyarakat. Suatu informasi akan bermanfaat bagi pemakainya jika informasi tersebut mempunyai kualitas yang baik, demikian halnya dengan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi keuangan dapat menunjukkan kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Kriteria utama informasi akuntansi adalah harus berguna untuk pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi harus mempunyai dua sifat utama yaitu relevan dan dapat dipercaya (reliability). agar informasi itu relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai umpan balik (feed back value) dan tepat waktu. informasi yang dapat dipercaya mempunyai tiga sifat yaitu dapat diperiksa (veriability), netral dan menyajikan yang seharusnya. Di samping dua sifat utama, relevan dan dapat dipercaya, informasi akuntansi juga mempunyai dua sifat sekunder yaitu dapat dibandingkan dan konsisten.

Sistem informasi yang dikembangkan harus mampu memenuhi kebutuhan akan informasi yang bervariasi, jika informasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai maka pengembangan sistem informasi tersebut akan sia-sia.


(15)

Sebaliknya jika sistem informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka pemakai akan merasa kebutuhannya akan informasi yang berkualitas dapat terpenuhi, dan dengan informasi yang berkualitas tersebut pihak manajemen mampu menjalankan tugasnya dalam hal pengambilan keputusan-keputusan penting yang berkenaan dengan pencapaian tujuan perusahan. Jika hal ini dapat tercapai maka bisa dikatakan bahwa tujuan dari pengembangan sistem informasi tersebut dapat tercapai pula. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah kepuasan pemakai (users).

Keterlibatan pemakai sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan sistem informasi, karena akan berpengaruh kepada keberhasilan pengembangan sistem informasi. Keterlibatan pemakai yang dimaksud adalah interfensi personal yang nyata atau aktifitas pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai dari tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem informasi. Dengan adanya keterlibatan pemakai ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas sistem informasi yang dihasilkan karena kebutuhan informasi pemakai dinilai lebih lengkap dan akurat.

Fungsi sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi adalah sebagai alat bantu pencapaian tujuan melalui penyediaan informasi. Peranan teknologi dalam suatu sistem informasi akuntansi, pada intinya sebagai pengganti tenaga kerja manusia, dan manusia sebagai penentu keputusan.suatu bentuk sistem informasi akuntansi yang ideal adalah suatu lingkungan kerja dimana mesin-mesin pengolah informasi yang berteknologi tinggi mampu menghasilkan informasi


(16)

yang dibutuhkan sebagai pertimbangan manajemen puncak untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat. Keberhasilan pengembangan sistem informasi akuntansi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem informasi akuntansi tersebut dapat memproses informasi dengan baik. Karena walaupun secara teknis sistem tersebut brilliant belum dapat dikatakan berhasil, jika pemakai sistern tidak dapat menerimanya atau bahkan menurunkan semangat kerja pemakainya.

Setiap perusahaan merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis informasi yang mempengaruhi manajemen. Termasuk PG. Watoetoelis memiliki sistem informasi akuntansi untuk manajemen. Karena itu manajemen puncak memegang peranan penting dalam setiap tahap siklus pengembangan sistem informasi akuntansi yang meliputi perencanaan, perancangan dan implementasi.

Manjemen puncak juga memiliki kekuatan dan pengaruh untuk mensosialisasikan pengembangan sistem informasi akuntansi yang memungkinkan karyawan untuk terlibat dalam setiap tahap pengembangan sistem informasi akuntansi dan ini akan berpengaruh terhadap kepuasan pemakai. Apabila pengembangan sistem informasi akuntansi telah sesuai dengan keinginan mereka maka, hal ini akan mengakibatkan pengaruh yang positif terhadap kemajuan perusahaan. Selain partisipasi karyawan, dalam pengembangan sistem informasi akuntansi akan meningkat dengan adanya dukungan manajemen puncak.

PG. Watoetoelis merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara, yang mempunyai banyak tujuan dalam menjalankan misinya sebagai wahana pembangunan, wahana perjuangan maupun sebagai unit ekonomi. Selain itu


(17)

BUMN dituntut juga untuk dapat menyediakan barang-barang yang bermutu dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, apalagi dalam hal ini produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu gula. Untuk bisa bersaing dengan industri sejenis agar dapat mengembangkan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga dapat mencapai laba sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menuntut adanya pengelolaan kegiatan manajemen perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efisien dengan memperhatikan azas-azas ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk bisa mencapai hasil yang diharapkan maka perusahaan harus melibatkan seluruh staff, karyawan, dan pimpinan untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan dan strategi perusahaan.

Adapun data PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terhadap target anggaran selama 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 - 2009 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Data Target Anggaran Laba PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo Tahun 2005 sampai Tahun 2009

Tahun Target (Rupiah)

Realisasi (Rupiah)

Selisih (Rupiah)

2005 14.172.000.000 13.793.282.048 378.717.952 2006 17.449.000.000 16.772.070.400 676.929.600 2007 17.661.000.000 16.964.931.846 696.068.154

2008 13.165.000.000 11.969.076.930 1.195.923.070

2009 15.602.000.000 14.184.425.876 1.417.574.124

Sumber : PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, tahun 2010

Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir pencapaian target anggaran kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan selisih laba yang


(18)

semakin besar setiap tahunnya dan semakin menjauhi dari target laba yang telah dianggarkan oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan adanya gap antara target laba yang dianggarkan dengan realisasi laba yang ada dalam perusahaan.

Pada kenyataannya pengembangan sistem yang dilakukan PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terjadi permasalahan pada keterlibatan pengguna sistem informasi (bagian administrasi dan keuangan) yang minimum dalam pengembangan sistem informasi, diakibatkan banyaknya tugas pekerjaan harus diselesaikan. Walaupun dukungan manajemen puncak dalam pengembangan sistem baik, tetapi dukungan yang diberikan masih belum membuat keterlibatan dari pengguna sistem informasi tersebut dalam memberikan informasi yang tepat waktu dan akurat, dan hal ini akan berakibat pada kualitas penyusunan anggaran dalam perusahaan.

Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Dan Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran Pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas studi ini bertujuan untuk meneliti:

1. Apakah karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi

mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran ?

2. Manakah dari variabel karakteristik sistem informasi akuntansi dan

desentralisasi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran ?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka studi ini bertujuan untuk meneliti:

1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris apakah karakteristik

informasi sistem akuntansi dan desentralisasi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran.

2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris manakah dari variabel

karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi Perusahaan

Saran-saran dan kesimpulan yang diambil merupakan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan di masa yang akan datang.

2. Bagi Peneliti

Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama ini didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.

3. Bagi Penelitian lain

Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan tentang yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian.


(20)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Juniarti dan Evelyne (2003) dengan judul “Hubungan Karakteristik Informasi Yang Dihasilkan Oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Di Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara karakteristik informasi dan kinerja manajerial. Indikator untuk mengukur karakteristik informasi adalah broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness, sedangkan kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam membuat perencanaan, mencapai target dan melakukan kiprahnya diluar perusahaan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang ada di Jawa Timur. Menurut data Biro Pusat Statistik Surabaya, jumlah perusahaan berukuran besar dan sedang di Jawa Timur pada tahun 2000 sebanyak 530 perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dilihat dari struktur modal. Penelitian ini menggunakan teknik sampling simple random sampling. Jumlah sampel yang terjaring dengan menggunakan teknik sampling tersebut sebanyak 225 perusahaan manufaktur. Skala pengukuran yang digunakan untuk data penelitian menggunakan skala ordinal (1 – 5). Hasil penelitian ini secara umum


(21)

2. Winda Arum Hapsari dan Murtanto (2005) dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Desentralisasi Dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Sebagai Variabel Moderating”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dengan desentralisasi dan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen sebagai variabel moderating. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah manajer atau kepala bagian dalam perusahaan manufaktur dan jasa yang berlokasi di wilayah Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur) dan Tangerang. Manajer fungsional/menengah (seperti: manajer pemasaran, manajer penjualan, manajer produksi, manajer operasional) dijadikan sebagai subyek penelitian karena mereka berperan penting didalam pengambilan keputusan serta memiliki bawahan dan atasan. Alasan lain manajer fungsional dijadikan subyek penelitian adalah manajer menengah (fungsional) lebih mengetahui keadaan sebenarnya, sehingga persepsi mereka lebih bervariasi dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Subyek penelitian diseleksi dari daftar wajib pajak pada Direktorat Jenderal Pajak atas perusahaan-perusahaan yang berdomisili di wilayah Jakarta. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan


(22)

kemudahan (Convenience Sampling). Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas, sehingga penulis bebas memilih sampel yang paling mudah dan cepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Interaksi antara variabel partisipasi penyusunan anggaran dengan desentralisasi akan menurunkan kinerja manajerial. 2) Pada tingkat desentralisasi yang tinggi, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan rendah, sebaliknya pada tingkat desentralisasi yang rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan tinggi. 3) Interaksi antara variabel partisipasi penyusunan anggaran dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen akan menurunkan kinerja manajerial, dan 4) Pada tingkat ketersediaan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen tinggi, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan rendah, sebaliknya pada tingkat ketersediaan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan tinggi

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Pada dasarnya akuntansi merupakan penyedia informasi, sehingga menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 2) akuntansi didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi, keuangan


(23)

tentang entitas ekonomi kepada pemakai yang berkepentingan. Oleh sebab itu akuntansi memegang peranan penting dimana menurut Warren dan Fress (2005 : 10), akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Dari definisi akuntansi diatas, maka disimpulkan bahwa akuntansi merupakan proses pengolahan informasi yang berkaitan dengan kesatuan ekonomi yang bersifat kuantitatif yang dapat menjadi dasar bagi pihak ekstern dan intern untuk mengambil keputusan. Sehingga akuntansi disebut sebagai bahasa perusahaan, karena melalui akuntansi perusahaan dikomukasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan orang-orang akan mengambil tindakan berdasarkan laporan tersebut.

Bagian akuntansi yang behubungan dengan kebutuhan informasi para pemakai ekstern dikenal dengan sebutan akuntansi keuangan. Sedangkan pemakai intern yang cukup banyak dan bervariasi, tetapi kebutuhan informasi akuntansi benar-benar mencerminkan suatu tujuan yang biasa yaitu untuk mencapai nilai ekonomis (laba) perusahaan semaksimal mungkin (Barry E. Cushing, 1983 : 6).

Menurut Bordnar dan Hopword (Halim, 1994 : 31), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber-sumber, seperti orang dan peralatan yang dirancang untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi kemudian dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan.

sistem informasi akuntansi hanya mencakup jenis data dan informasi tertentu. Jadi sistem informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi


(24)

manajemen didalam organisasi. Kita dapat mengidentifikasikan dua jenis informasi dimana sistem informasi akuntansi terutama lebih banyak terlibat, yaitu: 1. Informasi keuangan.

2. Informasi yang timbul dari pengolahan data transaksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menerima data kemudian mengolahnya sehingga menghasilkan informasi yang berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi pada dasarnya ditujukan pada pihak intern dan pihak ekstern.

2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi

Terdapat berbagai faktor di dalam menyusun sistem informasi akuntansi. Faktor-faktor antara lain adalah perilaku manusia dalam organisasi, pengguna metode kuantitatif, dan juga pengguna komputer sebagai alat bantu.

Perilaku manusia dalam organisasi perlu dipertimbangkan dalam menyusun sistem informasi akuntansi karena sistem informasi itu tidak mungkin berjalan tanpa manusia.

Dengan metode kuantitatif, informasi yang dihasilkan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan oleh manajemen akan lebih terarah, sehingga keputusan yang dibuat akan lebih efektif.

2.2.1.3. Jenis Sistem Informasi

Istilah sistem informasi menganjurkan menganjurkan penggunaan teknologi komputer dalam organisasi untuk menyajikan informasi kepada


(25)

pengguna. Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2006 : 6) terdapat beberapa jenis sistem informasi berbasis komputer, yaitu :

1. Pengolahan Data Elektronik (Electronic Data Processing (EDP)) adalah

pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pengolahan data dan transaksi-transaksi dalam suatu organisasi atau disebut juga aplikasi akuntansi paling dasar dalam setiap organisasi.

2. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah penggunaan teknologi komputer

untuk menyediakan informasi informasi bagi pengambilan keputusan para manajer.

3. Sistem Pendukung Keputusan (Decission Support System (DSS)). Dalam

sistem mendukung keputusan,data yang diproses ke dalam format pengambilan bagi kepentingan pemakai akhir, yang mensyaratkan pengguna model-model keputusan dan basis data khusus serta benar-benar terpisah dari sistem pengolahan data.

4. Sistem Pakar (Expert System (ES)) adalah sistem informasi basis

pengetahuan yang memanfaatkan pengetahuannya tentang bidang aplikasi tertentu untuk bertindak seperti seorang konsultan ahli bagi pemakainya.

5. Sistem Informasi Eksekutif (Information Executive System (EIS)), dibuat


(26)

akses yang mudah untuk memilih informasi yang telah diproses oleh sistem informasi organisasi manajemen puncak.

6. Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi guna mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi.

2.2.1.4. Tujuan Sistem Informasi

Menurut Wilkinson (1993: 8) sistem informasi dalam dunia bisnis dan pemerintahan mempunyai tiga tujuan, antara lain :

1. Menyajikan informasi guna mendukung operasi harian.

2. Menyajikan informasi guna mendukung pengambilan keputusan.

3. Menyajikan informasi yang berkenan dengan kepengurusan.

Dua tujuan pertama menyangkut kepentingan pengguna internal dan eksternal, sedangkan yang ketiga hanya untuk pihak eksternal hampir semua informasi yang diperlukan oleh dua tujuan terakhir yang merupakan data transaksi yang diolah, sementara untuk tujuan pertama hanya sebagian.

2.2.1.5. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi

Karakteristik kualitas sistem informasi akuntansi menurut Jogiyanto (2000 : 30), meliputi :

1. Keakuratan, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan.

2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang dari penerima tidak


(27)

3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Bahwa kualitas suatu informasi ditentukan oleh keakuratannya,tepat waktu dan relevan. Keakuratan informasi berhubungan dengan pengukuran terhadap ketepatan (kebenaran) informasi tersebut yang mencerminkan realitisnya. Informasi yang tepat waktu, apabila informasi tersebut tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam pengambilan keputusan. Umumnya suatu laporan penyajian informasi secara singkat pada hal-hal yang penting saja, tetapi rincian dari informasi tersebut disajikan dalam uraiannya.

2.2.1.6. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi

Nazaruddin (1998:146) karakteristik sistem informasi akuntansi yang bermanfaat menurut persepsi para manajerial yaitu terdiri dari :

1. Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi

Informasi broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan, informasi non ekonomi, ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi dimasa akan datang, informasi yang berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan Chenhall dan Morris (1986) dalam Nazaruddin (1998:146)

Menurut Gordon dan Narayana (1984) dalam Nazaruddin (1998:146) (2002)

broad scope mempunyai tiga dimensi yaitu :

1. Fokus.

Adalah informasi yang berkenaan dengan informasi yang berasal dari dalam atau dari luar organisasi.


(28)

2. Kuantifikasi.

Adalah yang berkenaan dengan keuangan dan bukan keuangan. 3. Ufuk waktu (time horizon).

Adalah berkaitan dengan informasi yang akan datang.

2. Timeliness Sistem Akuntansi

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara permohonan informasi dengan penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan. Apabila informasi itu tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut akan kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan. Informasi tepat waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidak pastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey, 1979; Gordon dan Arayana, 1984) dalam Nazaruddin (1998:146).

3. Informasi Aggregation Sistem Akuntansi

Informasi agregasi merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal. Menurut Iselin (1988) dalam Nazaruddin (1998:147) informasi agregasi perlu dalam organisasi karena dapat mencegah kemungkinan terjadinya overload informasi. Informasi yang teragregasi dengan tepat akan memberi masukan penting dalam proses pengambilan keputusan, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi informasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan informasi tak terorganisir atau informasi dalam bentuk mentah.


(29)

4. Integrasi Sistem Akuntansi

Informasi integrasi mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antara sub-unit dalam organisasi. Kompleksitas dan saling terkaitan ataupun tergantungan sub-unit satu dengan sub-unit yang lainnya akan tercerminkan dalam informasi integrasi (Ferrara, 1964) dalam Nazaruddin (1998:147)

2.2.2. Desentralisasi

2.2.2.1.Pengertian Desentralisasi

Adanya kondisi desentralisasi para manajer memiliki peran lebih besar dalam pembuatan keputusan dan pengimplementasiannya, serta lebih bertanggungjawab terhadap aktivitas unit yang dipimpinnya. Desentralisasi (decentralization) adalah praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. (Mowen, 2000: 64).

Sedangkan menurut Heller dan Yulk (1969) dalam jurnal Nazaruddin (1998) menyatakan bahwa desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan tanggungjawab kepada para manajer. Tingkat pendelegasian itu sendiri menunjukkan sampai seberapa jauh manajemen yang lebih tinggi mengizinkan manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen.

Dua pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa desentralisasi merupakan pelimpahan atau pendelegasian wewenang dalam kaitannya dengan otoritas pembuatan keputusan dan tanggungjawab dari manajemen puncak kepada para


(30)

manajer yang lebih rendah. Struktur organisasi yang desentralisasi terdapat kadar wewenang baik kepada manajer menengah maupun manajer bawah.

2.2.2.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi

Desentralisasi mempunyai nilai jika dapat membantu organisasi mencapai tujuannya dengan efisien. Penentuan derajat desentralisasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Handoko, 1992 : 229)

1. Filsafat Manajemen

Banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan menginginkan pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan mempengaruhi kesediaan manajemen untuk mendelegasikan wewenangnya.

2. Ukuran dan Tingkat Pertumbuhan Organisasi

Organisasi tidak mungkin efisien bila semua wewenang pembuatan keputusan ada pada satu atau beberapa manajer puncak saja. Suatu organisasi yang tumbuh semakin besar dan kompleks, ada kecenderungan untuk meningkatkan desentralisasi. Begitu juga, tingkat pertumbuhan yang semakin cepat memaksa manajemen untuk meningkatkan delegasi wewenangnya. 3. Strategi dan Lingkungan Organisasi

Strategi organisasi akan mempengaruhi tipe pasar, lingkungan teknologi dan persaingan yang harus dihadapinya, sehingga akan mempengaruhi derajat desentralisasi.


(31)

4. Penyebaran Geografis Organisasi

Pada umumnya, semakin menyebar satuan-satuan organisasi secara geografis, organisasi akan cenderung melakukan desentralisasi, karena pembuatan keputusan akan lebih sesuai dengan kondisi lokal masing-masing.

5. Tersedianya Peralatan Pengawasan yang Efektif

Organisasi yang kekurangan peralatan-peralatan efektif untuk melakukan pengawasan satuan-satuan tingkat bawah akan cenderung melakukan sentralisasi bila manajemen tidak dapat dengan mudah memonitor pelaksanaan kerja bawahannya.

6. Kualitas Manajer

Desentralisasi memerlukan lebih banyak manajer-manajer yang berkualitas, karena mereka harus membuat keputusan sendiri.

7. Keanekaragaman Produk dan Jasa

Makin beraneka ragam produk dan jasa yang ditawarkan organisasi cenderung melakukan desentralisasi dan sebaliknya semakin tidak beraneka ragam, lebih cenderung sentralisasi.

8. Karakteristik-Karakteristik Organisasi Lainnya

Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya, seperti biaya dan resiko yang berhubungan dengan pembuatan keputusan, sejarah pertumbuhan organisasi, kemampuan manajemen bawah dan sebagainya.


(32)

2.2.2.3. Kelebihan Desentralisasi

Menurut Madura (2001: 257), keuntungan struktur organsiasi yang terdesentralisasi mampu meningkatkan kinerja perusahaan, karena:

1. Desentralisasi menurunkan biaya operasi karena gaji beberapa karyawan yang tidak diperlukan lagi dapat dihapus.

2. Mempercepat proses pembuatan keputusan, karena para karyawan ditingkat

yang lebih bawah diberi lebih banyak kekuasaan.

3. Memotivasi beberapa karyawan dengan memberikan lebih banyak

tanggungjawab kepada mereka.

4. Memungkinkan para karyawan yang sangat terlibat dalam produksi produk

tertentu memberikan masukkan mereka.

2.2.2.4. Kelemahan Desentralisasi

Desentralisasi juga memiliki kelemahan, menurut Madura (2001:257) kelemahan-kelemahan desentralisasi antara lain sebagai berikut :

1. Memaksa para manajer membuat keputusan besar, meskipun mereka tidak

memiliki pengalaman untuk membuat keputusan.

2. Jika para manajer menengah dan pengawas diberi tanggungjawab yang besar, terdapat kemungkinan mereka tidak mampu menyelesaikan tugas mereka.


(33)

2.2.3. Partisipasi Penyusunan Anggaran 2.2.3.1.Pengertian Anggaran

Anggaran adalah pernyataan-pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan secara formal, disusun secara sistematis dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang (Bustami dan Nurlela, 2006:1).

Anggaran merupakan hal penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2004:73).

2.2.3.2.Fungsi Anggaran

Anggaran yang disusun dan digunakan dalam perusahaan mempunyai peranan penting terutama untuk tindakan perbaikan. Berkaitan dengan hal ini anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut (Bustami dan Nurlela, 2006:2) :

1. Menilai program, strategi, sasaran serta tujuan yang telah disusun

sebelumnya.

2. Menentukan wewenang dan tanggung jawab setiap pusat

pertanggungjawaban.

3. Mengharuskan setiap pusat pertanggungjawaban untuk mengadakan

koordinasi.


(34)

2.2.3.3.Manfaat Penyusunan Anggaran

Beberapa manfaat penyusunan anggaran menurut (Bustami dan Nurlela, 2006:2), yaitu :

1. Pedoman Kerja

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.

2. Pengkoordinasian Kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja semua lini yang terdapat dalam perusahaan agar dapat saling mendukung dan menunjang, saling kerjasama dengan baik sehingga dapat menuju ke sasaran yang telah ditetapkan.

3. Memberi Harapan

Anggaran memberikan arah pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik untuk bisa menilai prestasi kerja.

4. Pengawasan Kerja

Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai realisasi kegiatan-kegiatan perusahaan. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang pada anggaran dengan apa yang telah terealisasi, dapat dilakukan penilaian apakah perusahaan berhasil atau tidak berhasil.

2.2.3.4.Partisipasi Anggaran

Menurut Keith Davis (1996 : 179) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk


(35)

memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu.

Sedangkan menurut Anthony (2003 : 14) partisipasi anggaran adalah proses dimana pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan individu dalam situasi kelompok yang bersifat mental dan emosional, bukan sekedar aktivitas fisik. Partisipasi memotivasi orang-orang untuk memberikan kontribusi terhadap tujuan organisasi. Mereka diberikan kesempatan untuk mengajukan inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri. Selanjutnya mereka terlibat secara pribadi sehingga akan mendorong untuk menerima tanggung jawab dalam setiap aktivitas untuk mencapai tujuan

2.2.3.5. Partisipasi Penyusunan Anggaran

Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat keputusan tersebut. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer operasional dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh manajer operasional dalam pencapaian sasaran anggaran. Tingkat partisipasi manajer operasional dalam penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi dan inisiatif para manajer. Moral kerja yang tinggi merupakan kepuasan seseorang terhadap pekerjaan, atasan, dan rekan sekerjanya. Moral kerja ditentukan oleh


(36)

seberapa besar seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi (Mulyadi, 2001 : 513).

Sedangkan Hansen dan Mowen (1997 : 372) menterjemahkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan melibatkan seluruh tingkat manajemen mempunyai pengaruh yang positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, karena jika sistem partisipasi tersebut berjalan dengan baik, maka pelaksanaan akan mempunyai anggapan bahwa di dalam anggaran tercantum pula tujuan mereka, menimbulkan minat, semangat dan inisiatif para pelaksananya.

Partisipasi penyusunan anggaran sangat menguntungkan untuk pemusatan tanggung jawab dalam pelaksanaan secara dinamis dan dalam lingkungan yang tidak pasti karena manajer yang bertugas pada pemusatan tanggung jawab memungkinkan untuk mempunyai informasi terbaik tentang variabel yang dapat mempengaruhi pemasukan dan pengeluaran mereka (Anthony, 2003 : 14).

2.2.4. Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran

Sistem informasi akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi, antara lain berfungsi sebagai sumber penting yang membantu manajemen mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pada perusahaan-perusahaan,sistem informasi akuntansi digunakan sebagai dasar dalam pembuatan anggaran pada setiap pusat pertanggungjawaban pada kegiatan perencanaan dan pengendalian. Dimana anggaran tersebut digunakan sebagai tolok ukur penilaian kinerja pada setiap pusat pertanggungjawaban. Semakin


(37)

manajer memiliki informasi yang dapat mendukung mereka dalam berpartisipasi pada proses penyusunan anggaran, semakin baik kinerja manajerial yang akan dihasilkan apalagi pada kondisi saat ini dengan ketidakpastian lingkungan yang tinggi, ketersediaaan informasi sangat dibutuhkan. (Hapsari dan Murtanto, 2005; 7)

2.2.5. Pengaruh Desentralisasi Terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran

Perusahaan yang ter-desentralisasi berarti bahwa wewenang terbagi di antara berbagai divisi atau para manajer. Pelimpahan wewenang dapat meningkatkan moral dari para karyawan, yang mungkin akan lebih bersemangat jika mereka diberi tanggungjawab yang lebih besar. Sebagai tambahan, para manajer ini menjadi lebih berpengalaman dalam mengambil keputusan. Desentralisasi dapat bermanfaat untuk mempercepat proses pembuatan keputusan-keputusan dibuat lebih cepat jika para pembuat keputusan-keputusan tidak diwajibkan menunggu persetujuan dari para manajer puncak (Madura, 2001: 256)

Menurut teori of the corporation yang dikemukakan oleh Drucker (1946) dalam Hasibuan (1999: 81) mengemukakan tiga rancangan yaitu:

1. Struktur itu di organisasi demi prestasi perusahaan, jadi yang merupakan kriteria adalah pencapaian tujuan yang tepat.

2. Struktur itu seharusnya terdiri dari tingkatan-tingkatan manajemen yang jumlahnya sedikit mungkin, maksudnya agar ada jaminan untuk kelugasan, pengarahan, efektifitas dan perkembangan personalia


(38)

3. Harus ada peluang untuk pendidikan, pelatihan dan pengujian manajer puncak masa depan yaitu untuk memberikan tanggung jawab kepada manajer yang masih muda untuk menjabat suatu kedudukan yang bila terjadi kegagalan tidak membahayakan perusahaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dengan memberikan kewenangan demi tercapai tujuan dapat meningkatkan moral dari para karyawan, yang mungkin akan lebih bersemangat jika mereka diberi tanggungjawab yang lebih besar

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat diambil beberapa premis yng kemudian dari premis-premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan hipotesis. Premis-premis tersebut adalah

Premis 1 : Pada perusahaan-perusahaan, karakteristik sistem informasi akuntansi digunakan sebagai dasar dalam pembuatan anggaran pada setiap pusat pertanggungjawaban pada kegiatan perencanaan dan pengendalian (Hapsari dan Murtanto, 2005; 7)

Berdasarkan premis-premis diatas dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:


(39)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi

(X1)

Desentralisasi (X2)

Partisipasi Penyusunan Anggaran

(Y)


(40)

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi

berpengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran

H2 : Diduga karakteristik sistem informasi akuntansi berpengaruh dominan


(41)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Di dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Y) yaitu partisipasi penyusunan anggaran dan dua variabel bebas (X) yaitu karakteristik sistem informasi akuntansi (X1), desentralisasi (X2).

Demikian penjelasan dari variabel-variabel tersebut : 1. Variabel terikat (Y), yaitu Partisipasi Penyusunan Anggaran.

adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab pencapaian tujuan itu (Keith Davis, 1996: 179). Partisipasi penyusunan anggaran diukur dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

- Dalam partisipasi menyusun anggaran responden terlibat didalamnya dan mempunyai rasa ikut tanggung jawab

- Responden selalu ikut berperan dalam penyusunan anggaran

- Dalam partisipasi penyusunan anggaran ide, gagasan atau saran dari responden menjadi suatu pertimbangan

- Responden merasa ikut bertanggung jawab memiliki keputusan mengenai anggaran yang telah tersusun


(42)

- Atasan responden sering meminta pendapat atau usulan ketika anggaran disusun

2. Variabel bebas terdiri dari :

a. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)

Menurut Chenhall dan Morris (1986) karakteristik sistem informasi akuntansi merupakan ketersediaan sistem informasi akuntansi. Karakteristik sistem informasi akuntansi diukur dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

- Informasi yang responden terima dapat mempengaruhi faktor internal maupun eksternal perusahaan

- Informasi yang responden terima dapat mendukung kemampuan kinerja dapat meningkatkan fungsi, tugas dan tanggung jawab serta fungsi kontrol

- Informasi yang responden terima datang tepat waktu dan tersedia dengan cepat

- Informasi yang responden terima akan mempengaruhi kemampuan responden dapat mengambil keputusan setiap kejadian dan permasalahan.

- Informasi yang responden terima selalu berbentuk data tertulis b. Desentralisasi (X2)

Yaitu praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. (Mowen, 2000: 64). Desentralisasi diukur dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:


(43)

- Atasan responden memberikan kesempatan kepada Bpk/Ibu untuk menduduki suatu jabatan lebih tinggi yang ada dalam perusahaan

- Atasan responden memberikan wewenang untuk kemajuan perusahaan yang responden pimpin

- Atasan responden memberikan kesempatan kepada Bpk/Ibu untuk mengembangkan ide atau gagasan yang dapat membawa kemajuan bagi perusahaan

- Atasan responden memberikan kesempatan kepada responden untuk mengembangkan ide atau gagasan yang dapat membawa kemajuan bagi perusahaan

- Saran responden atau masukan dari karyawan berkaitan dengan pekerjaan selalu mendapat perhatian pimpinan

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala interval (interval scale) dengan pertanyaan yang telah di distribusikan untuk variabel karakteristik sistem informasi akuntansi (X1), variabel desentralisasi (X2), dan variabel partisipasi penyusunan anggaran (Y). Skala interval digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan,2003: 12). Sedangkan teknik pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala semantic differensial (semantic differentials scale) perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar


(44)

(dua kutub) (Riduwan,2003: 12). Yang mempunyai skala 7 pola dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Sangat setuju Sangat tidak

setuju

Nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dengan sangat tidak setuju maka dari itu, jawaban dengan nilai1-3 cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan sedangkan dengan jawaban yang diberikan pertanyaan antara 5-7 berarti cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

3.2. Teknik Pengukuran Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah para Manajer & Kepala Bagian pada PG. Watoetoelis yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari :

1. Administratur : 1 orang

2. Bagian Keuangan : 1 orang

a. Hak Umum : 4 orang

b. Perencanaan/Pengawasan : 3 orang

c. Pembukuan : 1 orang


(45)

3. Bagian Instalisasi : 10 orang

4. Bagian Pengolahan : 1 orang

a. Ketel Pemurnian : 1 orang b. Penguapan Masakan Limbah : 1 orang c. Putaran Timbangan Gd. Gula : 1 orang

d. Laboratorium : 1 orang

5. Bagian Tanaman : 1 orang

a. SKK Lahan Historis : 2 orang b. Lahan SKK Pengembangan : 1 orang

c. SKK Litbang : 1 orang

d. SKK Tebang Angkut : 3 orang

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling (pengambilan sampel secara tidak acak)¸tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:85). Mengenai kriterianya adalah manajer atau kepala bagian pada level Middle dan level Low yang ikut serta dalam penyusunan anggaran dengan masa jabatan lima tahun.

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 25 orang, antara lain :


(46)

1. Bagian Keuangan : 1 orang

a. Hak Umum : 1 orang

b. Perencanaan/Pengawasan : 1 orang

c. Pembukuan : 1 orang

d. Sekretaris Umum (Sekum) : 1 orang 2. Bagian Instalisasi : 10 orang

3. Bagian Pengolahan : 1 orang

a. Ketel Pemurnian : 1 orang b. Penguapan Masakan Limbah : 1 orang c. Putaran Timbangan Gd. Gula : 1 orang

d. Laboratorium : 1 orang

4. Bagian Tanaman : 1 orang

a. SKK Lahan Historis : 1 orang b. Lahan SKK Pengembangan : 1 orang

c. SKK Litbang : 1 orang

d. SKK Tebang Angkut : 1 orang

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo


(47)

3.3.2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Data Primer

Data yang langsung diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner yang diberikan sendiri kepada responden yang berkaitan dengan variabel penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang sudah disusun perusahaan yang pada umumnya memberikan gambaran umum tentang perusahaan contoh : struktur organisasi, sejarah perusahaan dan lokasi perusahaan.

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Meminjam data dari catatan-catatan serta arsip lain yang dibuat perusahaan yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan.

b. Interview (wawancara)

Interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab dan bertatap muka secara langsung antara pewawancara dengan yang diwawancarai (responden).

c. Kuesioner

Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberi respons atas daftar pertanyaan tersebut.


(48)

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dari kuesioner tersebut (Ghozali, 2001 : 135). Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel (Ghozali, 2001 : 135).

Menurut Azwar (2003 : 157-158), koefisien validitas itu kurang daripada 0,30 biasanya dianggap sebagai tidak memuaskan. Angka ini ditetapkan sebagai konvensi yang didasarkan pada asumsi distribusi skor dari kelompok subyek yang berjumlah besar. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

- Jika nilai rhitung 0,30 berarti pernyataan valid

- Jika nilai rhitung < 0,30 berarti pernyataan tidak valid

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001 : 132). kriteria pengujian sebagai berikut :

- Jika nilai alpha ≥ 0,60 berarti pernyataan reliabel - Jika nilai alpha < 0,60 berarti pernyataan tidak reliabel


(49)

3.4.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004 : 40).

a. Hipotesis :

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

b. Daerah Keputusan :

Tingkat signifikan > 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak

Tingkat signifikan < 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima

...(Ghozali, 2002 : 36)

3.5. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda.

Y = o + 1X1+ 2X2 + e …...(Anonim, 2003 : L21)

Keterangan :

Y = Partisipasi Penyusunan Anggaran

X1 = Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi X2 = Desentralisasi


(50)

0 = Konstanta

1, 2 = Koefisien Regresi

e = Pengganggu

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambian keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk memperoleh persamaan regresi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka asumsi klasik sebagai berikut harus dipertimbangkan :

a. Tidak boleh terjadi Autokrelasi b. Tidak boleh terjadi Multikolineritas. c. Tidak boleh terjadi Heteroskedastisitas.

Apabila salah satu sari ketiga asumsi tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut :

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi ) pada


(51)

waktu ke –t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode

sebelumnya (e t-1).

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini. Nilai table Durbin Watson dL dan dU dapat dicari dari table, dengan mengetahui nilai k = jumlah variable bebas dan N = jumlah data. Untuk mengetahui nilai dW tes berada di daerah mana dapat digunakan tabel berikut :

Tabel 3.1. Penentuan Nilai Durbin Watson

Kriteria DW tes berada di

Ada autokorelasi positif 0 < dW < dL Tidak ada keputusan dL < dW < dU Tidak ada autokorelasi dU < dW < 4 – dU Ada autokorelasi keputusan 4 – dU < dW < 4 – dL Ada autokorelasi negatif 4 – dL < dW < 4 Sumber : Gujarati, 1995: 423

Setelah nilai Durbin Watson tes diperoleh untuk dapat mengetahui berada di daerah mana dapat diplotkan pada gambar kurva di bawah ini.

2. Multikolinieritas

Gejala multikolinieritas artinya antara independent yang satu dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. (Alghifari 2000: 84)

Menurut Singgih Santoso (2002: 206), model regresi bebas dari multikolinieritas bila :

1. VIF disekitar angka 1 atau lebih kecil dari 10. 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.


(52)

3. Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah jika nilai residual tidak konstan atau berbeda untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Dalam regresi linier, nilai residual harus konstan untuk setiap variabel bebas, jika ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2001 : 69). Dengan kata lain dalam suatu model regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas.

Menurut Singgih Santoso (2002 : 301), deteksi adanya heteroskedastisitas adalah :

1. Nilai probabilitas > 0,05, berarti bebas dari heteroskedastisitas. 2. Nilai probabilitas < 0,05, berarti terkena heteroskedastisitas.

3.5.2. Uji Hipotesis 1. Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1 dan X2 secara simultan (keseluruhan) terhadap Y.

Ho : β1 = β2 = 0 (tidak ada pengaruh signifikan secara simultan antara X1 dan X2 terhadap Y).

Hi : β1 = β2 ≠ 0 (ada pengaruh signifikan secara simultan antara X1

dan X2 terhadap Y).


(53)

Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X1 dan X2 terhadap Y.

b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan X1 dan X2 terhadap Y.

2. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1,X2,X3 dan X4 secara parsial (individual) terhadap Y.

Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara X1 dan X2 terhadap Y).

Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan signifikan secara parsial antara X1 dan X2 terhadap Y).

Ket : i = X1 dan X2

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi () 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara X1 dan X2 terhadap Y.

2) Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara X1 dan


(54)

41

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo

Pabrik Gula Watoetoelis secara struktural merupakan bagian dari PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Dalam PT. Perkebunan ini mempunyai

dua jenis bidang usaha yaitu rumah sakit sebanyak dua buah dan pabrik gula 12 buah yang terletak di beberapa daerah di Jawa Timur.

Pabrik Gula Watoetoelis didirikan pada tahun 1839 oleh perusahaan milik Belanda yang diberi nama NV COOV dan COOSTER VAN HOUT yang berkantor di Surabaya. Kemudian pada tahun 1957, semua perusahaan milik Belanda dinasionalisasikan atau diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan pada penguasa militer tertinggi atau menteri pemerintah Nomor: 1063 / PMT / 1975 tertanggal 09 Desember 1957.

Dengan keputusan tersebut diatas, maka perusahaan Belanda dinasionalisasikan, kemudian atas dasar peraturan dari pusat No. 19 tahun 1960 tanggal 01 April 1960 maka diadakanlah suatu perubahan dan diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan yang disingkat dengan PNP yang berpusat di Jakarta, diantara PNP tersebut adalah PNP XXI dan PNP XXII.


(55)

Setelah mengalami bermacam-macam proses maka pada tanggal 31 Desember 1973 atas pertimbangan-pertimbangan pemerintah, PNP XXI – PNP XXII digabung satu direksi dengan nama Perseroan Terbatas atau Perkebunan XXI – XXII (Persero) yang berkantor di Jalan Jembatan Merah 3–5 Surabaya. Karena pertimbangan policy pemerintah khususnya dikaitkn dengan Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara tahun 1969 maka diganti dengan nama PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero) atas dasar sebagai berikut :

- Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 144 / Menkeu / IV / 1973. - Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. 57 / Menhan / XII / 1973.

Adapun PT. Perkebunan XXI – XXII ini menbawahi beberapa Pabrik Gula yang terdiri dari :

1. Pabrik Gula Watoetoelis di Temu - Sidoarjo 2. Pabrik Gula Toelangan di Toelangan – Sidoarjo

3. Pabrik Gula Kremboong di Kremboong – Sidoarjo

4. Pabrik Gula Gempol Kerep di Mojokerto 5. Pabrik Gula Tjoekir di Jombang

6. Pabrik Gula Jombang Baru di Jombang

7. Pabrik Gula Meritjan di Kediri 8. Pabrik Gula Pesantren Baru di Kediri 9. Pabrik Gula Ngadiredjo di Kediri

10.Pabrik Gula Modjopanggong di Tulungagung 11.Pabrik Gula Lestari di Kertosono.


(56)

Sedangkan dua pabrik gula lagi berada di luar jawa yang merupakan proyek pengembangan. Pada tanggal 31 Desember 1996 terjadi perubahan lagi yang semula PT. Perkebunan XXI – XXII menjadi PT. Perkebunan Nusantara X atas dasar SK Menteri Keuangan No. 130/Menkue/VI/1996 tentang Peleburan PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero), PT Perkebunan XIX (Persero) dan PT. Perkebunan XXVII (Persero) yang unit usahanya strategisnya berlokasi di daerah Jember dan Klaten (Jawa Tengah).

Tempat yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah Pabrik Gula Watoetoelis Prambon – Sidoarjo, tepatnya berada di lokasi :

- Desa : Temu (daerahnya subur, strategis dan berpenduduk padat)

- Kecamatan : Prambon

- Kawedanan : Krian (4 Km sebelah selatan dari Krian)

- Kabupaten : Sidoarjo

- Propinsi : Jawa Timur

Adapun batas – batas dari Pabrik Gula Watoetoelis Krian Sidoarjo adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Watoetoelis - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wonoplintahan - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendotretek - Sebelah timur berbatasan dengan Desa Simigirang

Lokasi ini sangat penting bagi setiap perusahaan, karena dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sert perkembangan dari perusahaan. Sehubungan dengan pemilihan tempat / lokasi pabrik gula di daerah


(57)

Krian, Sidoarjo adalah relevan sekali, hal ini disesuaikan dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Faktor sumber-sumber bahn baku dan bahan pembantu

2. Faktor tenaga kerja 3. Faktor pembangkit tenaga 4. Faktor transpor

5. Faktor iklim

6. Faktor pemasaran hasil produksi

Pabrik Gula Watoetoelis dalam menetukan lokasi perusahaannya juga mempertimbangkan keenam faktor diatas yaitu :

1. Faktor sumber-sumber bahan baku dan bahan pembantu

Karena perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan, maka erat hubungannya dengan daerah pertanian. Daerah Krian merupakan daerah yang cukup luas dan bisa ditanami tebu dengan baik. Letaknya yang di luar kota, merupakan daerh yang cukup baik untuk perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan.

2. Faktor tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor produksi yang memegang peranan penting. Dalam hal ini Pabrik Gula Watoetoelis dibangun didaerah yang dekat dengan kot Surabaya yang merupakan kawasan industri. Dengan demikian untuk tenaga kerja tidak mengalami kesulitan.


(58)

3. Faktor pembangkit tenaga

Untuk keperluan tenaga listrik, pabrik menggunakan tenaga sendiri. Sedangkan untuk keperluan air diambil dari air sungai yang mengalir di dekat pabrik gula.

4. Faktor transport

Untuk transportasi di Pabrik Gula Watoetoelis dibedakan menjadi dua yaitu :

- Saran dan jalur pengangkutan yang dipakai untuk mengangkut bahan

baku dari kebun ke pabrik.

- Sarana dan jalur pengangkutan dari pabrik ke pasaran untuk hasil

produksi.

Untuk sarana transportasi disamping menggunakan alat pengangkutan umum (truck dan traktor) juga menggunakan jalan rail (lori).

5. Faktor iklim

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tanaman tebu yang ada di Pabrik Gula Watoetoelis antara lain :

- Panas Matahari

- Angin dan Tekanan udara

- Kelembaban udara

- Sinar Matahari

6. Faktor pemasaran hasil produksi

Dalam Pabrik Gula Watoetoelis semua hasil produksi yang berupa gula menggunakan sistem bagi hasil antara petani dengan Pabrik Gula itu sendiri. Sedangkan hasil tetes yang diproduksi diserahkan di kantor direksi.


(59)

4.1.2. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha perusahaan yang bersangkutan dalam menunjang kegiatan produksi dan distribusi, karena faktor-faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam menunjang keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu dalam menentukan lokasi peusahaan pada suatu tempat perlu diperhatikan posisi letak yang strategis dan didasarkan pada pertimbangan yang cermat.

PG. Watoetoelis Sidoarjo berlokasi di Krian Sidoarjo. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, Yaitu :

a. Apabila dihubungkan dengan pemasaran hasil produksinya dan perolehan

bahan baku maka lokasi perusahaan tersebut sangat strategis karena letaknya dipinggir jalan raya, sehingga memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan hasil produksinya dan memperlancar arus pendatangan bahan baku karena bahan baku bisa diperoleh dari pasar setempat ataupun dari luar daerah.

b. Lokasi perusahaan tidak jauh dari pusat kota sehingga memudahkan

perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja terampil yang berkualitas dan dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan perusahaan. c. Tersedianya fasilitas-fasilitas umum, seperti : tenaga listrik, air, sarana

komunikasi dengan pihak lain demi kelancaran usahanya.

Dengan pemilihan lokasi yang didasarkan pada pertimbangan tersebut, perusahaan berharap usahanya mengalami kemajuan dan perkembangan sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan.


(60)

4.1.3. Struktur Organisasi

Secara struktur organisasi disusun berdasarkan organisasi garis yang sederhana dan secara keseluruhan diharapkan telah mencakup seluruh fungsi dari masing-masing jabatan dalam perusahaan. Dengan struktur organisasi semacam ini diharapkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilaksanakan lebih cepat, fleksibel dan sesuai yang dikehendaki.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menyusun struktur organisasi harus sejalan dengan prinsip-prinsip organisasi dan manajemen yang sehat dan rasional, yang diperlukan daam menjalankan roda perusahaan secara efektif dan efisien.

Pada Pabrik Gula Watoetoelis menggunakan sistem organisasi bentuk lini. Pada organisasi bentuk lini kekuasaan dan tanggung jawab bercabang dari semua pimpinan. Tiap-tiap atasan mempunyai bawahan tertentu yang bertanggung jawab pada atasan.

Secara keseluruhan bagian dari organisasi ini akan terlihat pada bagian dari struktur organisassi berikut ini :


(61)

48

Bag. Instalasi Bag. AKU

Perencanaan/ Pengawasan

Hak Umum Pembukuan Sekum

Gudang Material Personalia Poliklinik Keamanan TU. Hasil Empl. Kas KVA Komputer ST. Ketel ST. Gilingan ST. Tengah ST. Putaran ST. Listrik Besali Gedung Kendaraan Loko Bag. Pengolahan Ketel Pemurnian Penguapan Masakan Limbah Putaran Timbangan Gd. Gula Laboratorium Bag. Tanaman SKK Litbang SKK Tebang Angkut Lahan SKK Pengembangan SKK Lahan Historis

SKW SKW Sinder


(62)

Adapun dalam Pabrik Gula Watoetoelis dipimpin oleh seorang Administratur sebagai pimpinan unit pelaksana yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pengelola operasional. Tugas dari Administratur antara lain:

- Melaksanakan dan mengamankan program kegiatan secara keseluruhan yang

telah ditetapkan dalam pengelolaan pabrik gula.

- Memimpin dan mengkoordinir tugas kepala bagian, agar terdapat kesatuan

tindak dalam melaksanakan kegiatan operasional yang terpadu guna mencapai target produksi secara efektif dan efisien.

- Mengelola serta mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya

manusia, sumber daya alam dan sumber daya keuangan sesuai dengan norma yang berlaku.

Dalam menjalankan tugasnya seorang Administratur dibantu oleh beberapa kepala bagian yang ditetapkan berdasarkan pada keputusan Mentan No.78/1991 yaitu :

1. Kepala Bagian Administratur keuangan dan Umum (Ak & U)

2. Kepala bagian Tanaman

3. Kepala bagian Instalasi 4. Kepala bagian Pengolahan

Kemudian untuk masing-masing tugas Kepala bagian, pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Kepala Bagian Administratur keuangan dan Umum (Ak & U)

Adapun tugas dari seorang kepala Bagian Administratur keuangan dan Umum antara lain :


(63)

- Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan. - Mengawasi pelaksanaan kerja dan anggaran perusahaan

- Mencatat semua penerimaan dan pengeluaran uang perusahaan. - Menyediakan kebutuhan bahan/barang untuk aktivitas perusahaan

- Membuat laporan manajemen ke kantor Direksi

- Bertanggung jawab pada keuangan perusahaan dan pengelolaan tenaga

kerja.

Pada bagian ini membawahi beberapa bagian antara lain :

a. HAK (hak antar karyawan) dan Umum mempunyai tugas antara lain :

- Mengkoordinir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan bidang

ketenaga kerjaan dan bertenaga kerjaan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas yang dibebankan pada bawahannya.

- Melaksanakan seluruh kegiatan pengadaan karyawan mulai dari

penerimaan surat lamaran yang masuk, pemanggilan para pelamar, pelaksanaan testing sampai penempatan tenaga kerja

- Mengurus status karyawan honorair, calon karyawan dan

pengangkatan karyawan penuh.

- Mengenai masalah-masalah pemberhentian dan juga memproses

masa persiapn pensiunan seorang karyawan yang telah dipandang cukup menjalani masa kerjanya.

- Melaksanakan langkah-langkah demi tegaknya ketentuan

perusahaan (pemerian motivasi, penjatuhan sanksi, rehabilitasi, menciptakan etos kerja dan sebagainya)


(64)

- Melaksanakan pengembangan karier, pemeliharaan (gaji, santunan sosial, jaminan sosial, kompensasi) karyawan.

b. Perencanaan dan Pengawasan

c. Pembukuan

Pada bagian ini tugas daripada pembukuan adalah melakukan kegiatan administrasi pembukuan

d. Sekum atau Sekretaris Umum

Adapun tugas dari seorang sekum atau sekretaris umum adalah menyelenggarakan pekerjaan surat menyurat, kearsipan dan pelaksanaan administrasi inventaris perusahaan.

e. Tata Usaha Hasil

Bertindak sebagai pelaksana dan melakukan pencatatan mengenai timbulnya hutang cukai gula dan pelunasannya.

2. Kepala bagian Tanaman

Melakukan kegiatan diversifikasi tebu, baik itu tanaman tebu sendiri maupun tebu rakyat selaku fungsi pembimbing dalam program TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) yang mencakup :

- Fungsi pimpinan kerja operasional lapangan

- Pembimbing teknis

- Pembimbing KUD

- Pembimbing bagi petani


(65)

Pada bagian tanaman mempunyai bagian-bagian antara lain :

a. SKK historis

b. SKK Penelitian dan Pengembangan

Ialah melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (SKK Litbang) bidang tanaman tebu, menghimpun dan menganalisa situasi atau masalah yang sedang atau mungkin timbul dan cara mengatasi secara preventif dilakukan bersama dengan urusan agronomi.

c. SKK Pengembangan

d. SKK Tebang Angkut

Yaitu melakukan pengawasan dan pengendalian tebang dan angkut agar pelaksanaan sesuai dengan rencana tebang yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan tebu yang manis, bersih dan segar atau bisa disingkat dengan MBS.

3. Kepala bagian Instalasi

Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan pemeliharaan mesin atau peralatan masa giling dan kelancaran penggunaannya di masa giling, serta tetap menjaga tersedianya material atau suku cadang pada waku dibutuhkan. Pada bagian ini membawahi beberapa sub bagian yaitu :

a. Stasiun gilingan, statsiun tengah, sttsiun listrik

- Diluar masa giling mengatur pemeliharaan mesin dan peralatan

sesuai dengan jadwal kegiatan.

- Dalam masa giling melakukan dukungan teknis pengoperasian mesin


(66)

b. Masinis ketelan

- Diluar masa giling mengatur kegiatan pemeliharaan stasiun ketel

sesuai dengan jadwal kegiatan.

- Dalam masa giling mengatur pengoperasian dan penggunaan mesin

secara efisien. c. Besali, garasi, remise

- Masinis besali : memelihara dan memperbaiki peralatan yang rusak

termasuk gedung dan tanaman.

- Masinis garasi, traktor dan remise : mengatur penggunaan dan

perbaikan kendaraan perusahaan, traktor, loco dan lori.

4. Kepala bagian Pengolahan

Bertanggung jawab ats kegiatan operasional/proses pengolahan bahan baku (tebu) menjadi gula, antara lain :

- Mengadakan kebijaksanaan perusahaan dalam bidang pengolahan

- Mengolah air tebu/nira sehingga menjadi gula sesuai dengan standar. - Bekerjasama dengan bagian instalasi dalam memproses nira jadi gula.

- Menyusun RKAP bidang pengolahan yaitu meliputi perlatan bahan

keperluan giling, personalia, tempat penimbunan produksi administrasi Selain itu pada bagian pengolahan dibantu oleh :

a. Chemikar jaga

Adalah melakukan koordinasi, menjaga agar proses pengolahan berlangsung dengan lancar dan efisien untuk tindakan kolketif apabila diperlukan shiftnya.


(67)

b. Lab proses

Adalah melakukan monitoring dengan menggunakan analisa kimia atas proses pengolahan dalam rangka mengendalikan mutu dan penyusunan laporan produksi.

c. Limbah

d. Timbangan

e. Gudang

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Dari populasinya adalah Manajer & Kepala Bagian pada PG. Watoetoelis yang berjumlah 36 orang. Dengan teknik pengambilan sampel non probability

sampling (pengambilan sampel secara tidak acak)¸ tepatnya purposive sampling

yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, dimana responden adalah manajer atau kepala bagian pada level Middle dan level Low, maka didapatkan sampel sebesar 25 responden.

Dari 25 responden tersebut kemudian disebarkan kuesioner secara langsung kemudian diberikan nilai atau skor. Kuesioner yang disebarkan tersebut terdiri dari dua variabel bebas yaitu Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1), dan Desentralisasi (X2), serta 1 variabel terikat yaitu Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y). Kuesioner tersebut terdiri dari 5 item pertanyaan tentang Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1), 5 item pertanyaan tentang Desentralisasi (X2), dan 5 item pertanyaan tentang Partisipasi Penyusunan Anggaran (Y).


(68)

4.2.1. Tanggapan Responden Tentang Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)

Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1) yaitu karakteristik sistem

akuntansi yang menyediakan sistem informasi akuntansi. Hasil tanggapan responden terhadap Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1) dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi (X1)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 Mean

Skor

1

Informasi yang Bapak/Ibu terima dapat mempengaruhi faktor internal maupun eksternal perusahaan

0 0 1 0 7 5 12 6,08

2

Informasi yang Bapak/Ibu terima dapat mendukung kemampuan kinerja dapat meningkatkan fungsi, tugas dan tanggung jawab serta fungsi control

0 0 0 1 3 14 7 6,08

3

Informasi yang Bapak/Ibu terima datang tepat waktu dan tersedia dengan cepat.

0 0 0 3 5 7 10 5,96

4

Informasi yang Bapak/Ibu terima akan mempengaruhi kemampuan Bpk/Ibu dapat mengambil keputusan setiap kejadian dan permasalahan.

0 0 0 2 1 7 15 6,40

5 Informasi yang Bapak/Ibu terima

selalu berbentuk data tertulis 0 0 0 1 2 6 16 6,48

Mean Skor Keseluruhan 6,20

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa pernyataan “Informasi yang Bapak/Ibu terima selalu berbentuk data tertulis” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 6,48, yang berarti responden sangat setuju bahwa informasi yang diterima selalu berbentuk data tertulis. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan


(1)

penelitian ini sejalan dengan pernyataan Hapsari dan Murtanto (2005; 7) yang menunjukkan bahwa informasi sistem akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi, antara lain berfungsi sebagai sumber penting yang membantu manajemen mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pada perusahaan-perusahaan, informasi sistem akuntansi digunakan sebagai dasar dalam pembuatan anggaran pada setiap pusat pertanggungjawaban pada kegiatan perencanaan dan pengendalian. Dimana anggaran tersebut digunakan sebagai tolok ukur penilaian kinerja pada setiap pusat pertanggungjawaban. Semakin manajer memiliki informasi yang dapat mendukung mereka dalam berpartisipasi pada proses penyusunan anggaran, semakin baik kinerja manajerial yang akan dihasilkan apalagi pada kondisi saat ini dengan ketidakpastian lingkungan yang tinggi, ketersediaaan informasi sangat dibutuhkan.

Desentralisasi (X2) yaitu praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. (Mowen, 2000: 64). Hasil penelitian menunjukkan desentralisasi (X2) berpengaruh signifikan dan positif terhadap partisipasi penyusunan anggaran (Y) pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Madura (2001: 256) yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdesentralisasi berarti bahwa wewenang terbagi di antara berbagai divisi atau para manajer. Pelimpahan wewenang dapat meningkatkan moral dari para karyawan, yang mungkin akan lebih bersemangat jika mereka diberi tanggungjawab yang lebih besar. Sebagai tambahan, para manajer ini menjadi lebih berpengalaman dalam mengambil keputusan.


(2)

70

Desentralisasi dapat bermanfaat untuk mempercepat proses pembuatan keputusan-keputusan dibuat lebih cepat jika para pembuat keputusan-keputusan tidak diwajibkan menunggu persetujuan dari para manajer puncak.

Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan “Diduga karakteristik informasi sistem akuntansi dan desentralisasi berpengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran” terbukti kebenarannya.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik informasi sistem akuntansi (X1) berpengaruh dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran (Y) pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, dengan nilai korelasi parsial sebesar 0,467, yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai korelasi parsial desentralisasi (X2) yang hanya sebesar 0,415.

Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan “Diduga karakteristik sistem informasi akuntansi berpengaruh dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran” terbukti kebenarannya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, bahwa untuk meningkatkan partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo dalam perusahaan maka perusahaan harus selalu memperhatikan karakteristik sistem informasi akuntansi, dan desentralisasi, karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.


(3)

4.5.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini adalah pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu, diantaranya :

Penelitian Juniarti dan Evelyne (2003) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara karakteristik informasi yang terdiri dari broadscope, agregasi, integrasi dan timeliness dengan kinerja manajerial, meskipun tingkat hubungan tersebut bervariasi tergantung pada kebutuhan manajer dalam mencapai kinerja mereka.

Penelitian Winda Arum Hapsari dan Murtanto (2005) yang menyatakan bahwa 1) Interaksi antara variabel partisipasi penyusunan anggaran dengan desentralisasi akan menurunkan kinerja manajerial. 2) Pada tingkat desentralisasi yang tinggi, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan rendah, sebaliknya pada tingkat desentralisasi yang rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan tinggi. 3) Interaksi antara variabel partisipasi penyusunan anggaran dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen akan menurunkan kinerja manajerial, dan 4) Pada tingkat ketersediaan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen tinggi, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan rendah, sebaliknya pada tingkat ketersediaan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen rendah, pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan tinggi


(4)

72

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian terdahulu mempunyai hubungan dengan penelitian ini. Penelitian saat ini dilakukan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi dan desentralisasi berpengaruh signifikan dan poistif terhadap partisipasi penyusunan anggaran.

4.5.3. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui kuesioner, sehingga kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis.

2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuesioner tersebut akan dapat mempengaruhi cara menjawab.

3. Karyawan kurang antusias dalam mengisi kuesioner, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian.

4. Besarnya pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi (X1) dan desentralisasi (X2) secara bersama-sama terhadap partisipasi penyusunan anggaran (Y) adalah sebesar 44,4 % sedangkan sisanya 55,6 % dipengaruhi oleh diluar model penelitan yang tidak dibahas pada penelitian ini.


(5)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai tujuan hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sistem informasi akuntansi dan desentralisasi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo

2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sistem informasi akuntansi berpengaruh dominan terhadap partisipasi penyusunan anggaran pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manajer PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo hendaknya selalu memperhatikan karakteristik sistem informasi akuntansi, sehingga nantinya dapat dihasilkan konsep akuntansi pertanggung jawaban yang baik.

2. Manajer PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo hendaknya selalu memperhatikan dan melihat kondisi bawahan sebelum melakukan desentralisasi, karena hal ini berhubungan dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial.


(6)

74

3. Manajer PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo hendaknya selalu melibatkan seluruh tingkat manajemen untuk ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, karena hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

4. Penelitian yang akan datang hendaknya mengembangkan penelitian dengan menambah variabel atau melakukan pada objek penelitian yang berbeda.