ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN AKUNTANSI SOSIAL PERUSAHAAN PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI

0713010045/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI

0713010045/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

PERUSAHAAN

PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA

yang diajukan

MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI 0713010045/FE/EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama Tanggal : ...

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. H. R. A. Suwaidi, Ms NIP. 196003301986031003


(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN AKUNTANSI SOSIAL PERUSAHAAN PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA”. Skipsi ini diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini seringkali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, karena dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof, DR, Ir, H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. R. A. Suwaidi, Ms selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSI, selaku Kaprogdi Akuntansi


(5)

5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan motivasi dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ec. H. M. Munir Asjhar, B.A. selaku Financial and Accounting

Manager PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Erfan Jamil selaku Steering Comitte PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya yang telah membimbing penulis dalam melakukan penelitian.

8. Ibu dan Mas Andri yang telah memberikan motivasi dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila skripsi ini jauh dari sempurna dan dengan rendah hati bersedia menerima segala saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis.

Surabaya, 18 April 2011


(6)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 12

2.2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 12


(7)

2.2.1.3. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan ... 19

2.2.1.4. Tahapan-Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 22

2.2.1.5. Pandangan Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 23

2.2.1.6. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 24

2.2.2. Stakeholders ... 26

2.2.2.1. Pengertian Stakeholders ... 26

2.2.2.2. Ruang Lingkup Stakeholders... 27

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 29

2.2.3.1. Regulasi Pemerintah ... 29

2.2.3.1.1. Pengaruh Regulasi Pemerintah TerhadapTanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 30


(8)

Perusahaan ... 32

2.2.3.3. Tekanan Organisasi Lingkungan ... 33

2.2.3.3.1. Pengaruh Tekanan Organisasi Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 35

2.2.4. Pengertian Akuntansi Sosial ... 36

2.2.5. Penerapan Akuntansi Sosial ... 43

2.2.5.1. Tujuan Akuntansi Sosial ... 43

2.2.5.2. Pengukuran Dalam Akuntansi Sosial ... 44

2.2.5.3. Pelaporan dan Pengungkapan Akuntansi Sosial ... 47

2.2.6. Peran Tanggung Jawab Sosial Terhadap Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 50

2.2.7. Kerangka Pikir ... 52

2.2.8. Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 53

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 53


(9)

2.2.4. Sampel ... 58

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.3.1. Jenis Data ... 59

3.3.2. Sumber Data ... 60

3.3.3. Pengumpulan Data ... 60

3.4. Uji Kualitas Data ... 60

3.4.1. Uji Validitas ... 60

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 61

3.4.3. Uji Normalitas ... 62

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 62

3.5.1. Multikolinieritas ... 63

3.5.2. Heteroskedastisitas ... 64

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 65

3.6.1. Teknik Analisis ... 65

3.6.1.1. Analisa Regresi Linier Berganda ... 65

3.6.1.2. Analisa Regresi Linier Sederhana ... 65

3.6.2. Uji Hipotesis ... 66

3.6.2.1. Hipotesis Pertama ... 66


(10)

4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Teja Sekawan Cocoa Industries

Surabaya ... 70

4.1.2. Tujuan Perusahaan ... 71

4.1.3. lokasi Perusahaan ... 72

4.1.4. Tata Letak Pabrik ... 73

4.1.5. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 73

4.2. Uji Kualitas Data ... 78

4.2.1. Uji Validitas ... 78

4.2.1.1. Variabel Regulasi Pemerintah (X1) ... 78

4.2.1.2. Variabel Tekanan Masyarakat (X2) ... 79

4.2.1.3. Variabel Tekanan Organisasi Lingkungan (X3) ... 80

4.2.1.4. Variabel Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y1) ... 80

4.2.1.5. Variabel Akuntansi Sosial Perusahaan (Y2) ... 81

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 82

4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 83

4.3.1. Variabel Regulasi Pemerintah (X1) ... 83


(11)

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 91

4.4.1. Uji Normalitas ... 91

4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 92

4.4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 94

4.4.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 95

4.4.5. Uji F ... 96

4.4.6. Uji t (Uji Hipotesis)... 96

4.5. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 98

4.5.1. Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 98

4.5.2. Koefisien Determinasi (R2) ... 99

4.5.3. Uji t (Uji Hipotesis)... 99

4.6. Pembahasan ... 100

4.6.1. Pembahasan Pengaruh Regulasi pemerintah, Tekanan Masyarakat dan Tekanan Organisasi Lingkungan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 100

4.6.2. Pembahasan Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Akuntansi Sosial Perusahaan ... 105

4.6.3. Implikasi ... 106


(12)

4.6.5. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 110 5.2. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

Miranti Dyah Dwi Nurmayani Abstrak

Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tentunya mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dan masyarakat luas. Dalam melaksanakan usahanya perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Untuk itu perusahaan PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya harus selalu menjaga hubungan resiprositas mutualisme antara Perusahaan sebagai suatu organisasi dengan alam / lingkungan dan masyarakat selaku penjamin ketersediaan Raw Material. Tanggung Jawab Sosial perusahaan dapat dilihat dari komitmen dan dukungan perusahaan yang secara sukarela memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial serta stakeholdersnya . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menguji secara empirik pengaruh Regulasi Pemerintah, Tekanan Masyarakat, dan Tekanan Organisasi Lingkungan terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, serta untuk menguji secara empirik pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Akuntansi Sosial Perusahaan.

Obyek pada penelitian adalah PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya dengan sampel penelitian adalah para karyawan yang berjumlah 52 orang. Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil uji analisis diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama menyatakan bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan sebagian teruji kebenarannya. Sedangkan untuk hipotesis kedua menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan teruji kebenarannya.

Keyword : Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan, akuntansi sosial perusahaan


(14)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang mendorong perkembangan dan pertumbuhan tersebut adalah dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan pihak-pihak. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tentunya mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan

hidup perekonomian dan masyarakat luas. Keberadaan perusahaan memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat dan perekonomian suatu Negara

dalam bentuk membuka lapangan kerja, menghasilkan pendapatan untuk

Negara melalui pajak dan memberikan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Dalam melaksanakan usahanya perusahaan harus

memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek

lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya

mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku

bisnis dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan


(15)

terhadap masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya berdiri

adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya

untuk mencari keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang

menguasai hajat hidup orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar.

Dalam pelaksanaan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak terlalu memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap

stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok,

pemegang saham, LSM, masyarakat ataupun pemerintah. Salah satu tanggung jawab Perusahaan yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Sering sekali hal ini diabaikan, atau kalaupun dilaksanakan hanya untuk menaikkan citra perusahaan pada

stakeholder. Citra bahwa perusahaan peduli terhadap masyarakat dan

lingkungan saat ini menjadi penting. Hal ini dikarenakan perusahaan bukan hanya mengejar keuntungan saja tetapi juga harus memberikan nilai tambah pada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Citra perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Teknologi informasi sekarang ini memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia. Jika satu perusahaan tidak menunjukkan


(16)

terhadap kegiatan kemanusiaan, pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan, penanggulangan bencana alam, maka akan terbentuk citra positif.

Dipihak lain, banyak perusahaan industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba mengikisnya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan akan memiliki dampak ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi peraturan tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.

Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat dan tekanan organisasi lingkungan merupakan elemen yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Regulasi pemerintah berperan dalam menetapkan peraturan yang diharapkan perusahaan dapat melakukan suatu usaha yang akan berdampak positif baik bagi perusahaan maupun lingkungan sosialnya. Tekanan masyarakat memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup perusahaan karena masyarakat baik secara individu maupun kelompok dapat mempengaruhi arah dan kebijakan sebuah organisasi perusahaan. Tekanan organisasi lingkungan memiliki peran penting bagi perusahaan untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan


(17)

Banyak perusahaan yang menyadari arti penting dari tanggung jawab sosial, dan memasukkan tanggung jawab sosial dalam isu strategis bisnis perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan saat ini telah menjadi semacam social license to operation (izin usaha). Bahkan tidak jarang perusahaan yang memasukkan isu tanggung jawab sosial ke dalam visi dan misi perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan ini lazim disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) CSR merupakan mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Lebih lanjut Anggraini (2006) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting atau dapat dilihat dalam pengungkapannya pada laporan tahunan perusahaan (annual report).

Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional (konvensional), yaitu menyediakan laporan keuangan yang tidak hanya diperuntukkan kepada pemilik modal khususnya pemegang saham saja. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih luas dan tidak sekedar


(18)

Di Indonesia permasalahan tanggung jawab sosial dan akuntansi sosial perusahaan telah dibahas dan dianalisis oleh Suadi (1988) dalam Kholis dan Maksum (2003), Sudibyo (1988) dalam Kholis dan Maksum (2003), dan Utomo (2000). Secara khusus Sudibyo (1988) dalam Kholis dan Maksum (2003) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia yaitu:

1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan dan 2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang tanggungjawab sosial.

Sedemikian rendahnya kepedulian sosial perusahaan-perusahaan di Indonesia seperti yang dikemukakan oleh para peneliti di atas menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk diamati dan juga untuk mengetahui tentang pemahaman atas tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu melakukan penellitian empiris yang bertujuan untuk menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan persepsi manajemen perusahaan.

PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya adalah salah satu anak cabang dari PT. Teja Sekawan yang merupakan satu-satunya perusahaan pengolahan biji coklat di Jawa Timur. PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya melakukan ekspansi Market Area ke Eropa dan Afrika hingga saat ini. PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya menyadari


(19)

Industries Surabaya selalu menjaga hubungan resiprositas mutualisme antara Perusahaan sebagai suatu organisasi dengan alam / masyarakat selaku penjamin ketersediaan Raw Material. Hubungan resiprositas mutualisme tersebut direalisasikan oleh perusahaan dalam bentuk program-program sosial berdasarkan regulasi pemerintah diantaranya pavingisasi, reboisasi, pemeriksaan polutan berkala, bakti sosial, pemeriksaan kesehatan secara berkala, pemagangan trainee dan perekrutan karyawatan dari warga sekitar, serta swadaya masyarakat (wirausaha) [matrik keberhasilan program CSR tahun 2010 PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya].

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya telah melakukan kegiatan tanggung jawab sosial, namun masih mengalami beberapa kendala dalam melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial tersebut yaitu terletak pada komitmen perusahaan (dokumen level I SMM butir 5.1.6). Apakah perusahaan yang bersangkutan memiliki komitmen untuk turut bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya atau tidak. Selain komitmen perusahaan, kendala lain yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kepedulian sosial adalah dukungan dari perusahaan dan program sosial yang dilaksanakan. Banyak perusahaan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial, namun program yang dilaksanakan tidak berdasarkan pada ketulusan hati


(20)

Mengingat rendahnya kepedulian sosial perusahaan di Indonesia, apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial dan Akuntansi Sosial Perusahaan Pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?

2. Apakah tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan ?


(21)

1. Untuk menguji secara empirik pengaruh regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Untuk menguji secara empirik pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap akuntansi sosial perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya mengenai tanggung jawab sosial untuk bisa lebih baik, transparan dan akuntabel.

b. Bagi Universitas

Sebagai bahan khazanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.


(22)

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir penulis mengenai konsep tanggung jawab dan akuntansi sosial perusahaan.


(23)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sueb Memed (2001) a. Judul

Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Sosial, Keuangan Perusahaan Terbuka di Indonesia.

b. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh biaya-biaya sosial perusahaan-perusahaan terbuka terhadap kinerja sosial perusahaan ?

c. Kesimpulan

Biaya pengelolaan lingkungan, biaya kesejahteraan pegawai,biaya masyarakat sekitar perusahaan dan biaya pemantauan produksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja sosial perusahaan. Pengaruh kinerja sosial terhadap keuangan perusahaan tidak ada. Hal ini disebabkan tingkat kepedulian masyarakat secara umum belum baik.


(24)

2. Azizul Kholis dan Azhar Maksum (2003) a. Judul

Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan akuntansi Sosial perusahaan (Corporate Responsibilities and Social Accounting). b. Perumusan Masalah

1. Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, dan tekanan media massa berpengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan?

2. Apakah pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap pentingnya akuntansi sosial perusahaan? c. Kesimpulan

1. Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, dan tekanan media massa berpengaruh secara signifikan terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap pentingnya akuntansi sosial.

3. Fr. Reni Retno Anggraini (2006) a. Judul

Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek).


(25)

b. Perumusan Masalah

Sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepentingan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

c. Kesimpulan

Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya. Pada perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari 50%) mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya manusianya dibandingkan dengan industri lainnya. Serta perusahaan dengan kepemilikan manajer yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high

profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih

banyak dibandingkan perusahaan lain. 4. Amelina Maricha pratiwi (2010)

a. Judul

Pengaruh Stakeholder Terhadap tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada PT. PLN (Persero) AJP Sidoarjo.

b. Perumusan Masalah

Apakah regulasi pemerintah, tekanan media massa, dan komitmen manajemen berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial pada PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo ?


(26)

c. Kesimpulan

Regulasi pemerintah, tekanan media massa, dan komitmen manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tanggung jawab sosial.

Dari hasil analisa yang disampaikan peneliti terdahulu terdapat perbedaan dan kesamaan penelitian. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah pada obyek dan tahun penelitian, sedangkan dari penelitian ini menggunakan obyek penelitian pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya pada tahun 2011. Sedangkan persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu variabel yang digunakan, teknik analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana sebagai metode penelitian. Penelitian terdahulu hanya dipakai sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang mendukung penelitian.

2.2. Landasan Teori

2.2.1.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan.


(27)

Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi isu yang penting dalam beberapa dekade belakangan ini. Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek buruk kepada masyarakat disekelilingnya yang terdiri dari pekerja-pekerja mereka sendiri, perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor, dan masyarakat atau penduduk sekitarnya. Tanggung jawab sosial dapat dikatakan suatu kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan fungsi mengorganisasi dan mengelola usaha akan membuat keputusan yang didasarkan kepada pemaksimuman kepentingan sosial dan ekonomi (Sukirno, dkk, 2004: 351)

Menurut Boone dan Kurtz dalam Harmoni dan Andriyani (2008: 476), pengertian tanggung jawab sosial (social responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

Menurut B. Tamam Achda dalam Harmoni dan Andriyani (2008: 476), mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terusmenerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Penjelasan pasal 15 huruf b UU penanaman modal menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal


(28)

untuk tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Pasal 1 angka 3 UUPT , tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.

Pendapat lain tentang pengertian CSR dikemukakan oleh Darwin (Anggraini, 2006: 5) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengitegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

Perusahaan yang ingin berkelanjutan dalam dunia bisnis yang semakin ketat, selain mengejar keuntungan maka harus memperhatikan lingkungan sekitarnya. Menurut Elkington (Wibisono, 2007: 32) bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P” yang terkenal dengan istilah “Triple Bottom Line”, selain mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet), dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondosi finansial saja, namun juga harus memeperhatikan aspek sosial dan lingkungan.


(29)

Terdapat pro dan kontra terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (Harahap, 2007: 401). Alasan-alasan yang mendukung adanya tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan impian masyarakat terhadap peranan perusahaan, dalam jangka panjang hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.

3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan, investor dan lain-lain.

4. Menghindarkan campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan meemiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan.

5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini publik. 7. Mengurangi kebencian masyarakat terhadap perusahaan yang

kadang-kadang suatu kegiatan yang di benci masyarakat tidak mungkin dihindari.

8. Membantu kepentingan nasional seperti konversi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan lain-lain.


(30)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur, menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.

2.2.1.2.Klasifikasi Tanggung jawab Sosial Perusahaan

Pelaksanaan pencapai tujuan ekonomis perusahaan, hampir selalu terjadi interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Interaksi tersebut menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan, terutama dengan lingkungan eksternal yang pada umumnya tidak dikuasai lansung oleh perusahaan. Interaksi yang terjadi, pada akhirnya akan memunculkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung atas kegiatan yang dilakukan perusahaan (M. Fuad et.al, 2006: 25). Tanggung jawab sosial


(31)

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan bisa diuraikan sebagai berikut :

1. Kepada pemilik modal dan investor

Neraca dan laporan laba rugi yang idealnya mencerminkan harapan pemilik modal dan investor seharusnya dibuat setiap tahun tutup buku. Di samping itu diharapkan perusahaan mampu memberikan kompensasi yang merupakan kewajiban dunia usaha pada saat jatuh tempo, serta aktif berpartisipasi melakukan kerja sama dalam hal yang berkaitan dengan pendanaan.

2. Kepada lembaga penelitian

Membantu pendanaan melalui pembelian peralatan maupun penyediaan fasilitas yang dibutuhkan lembaga penelitian terkait, sehingga dari waktu ke waktu dapat diperoleh inovasi baru yang menguntungkan semua pihak yang berkepentingan.

3. Kepada pekerja

Membayar gaji dan balas jasa atas pengorbanan yang diberikan, memberikan kenaikan gaji yang disesuaikan dengan perkembangan perekonomian, memperbaiki failitas kerja, menciptakan kenyamanan dalam bekerja, memberikan jaminan kerja, memberikan jaminan kerja berupa asuransi, kesehatan, cuti, rekreasi, memberi respon positif terhadap keluhan kerja, memberikan gambaran perkembangan perusahaan setiap waktu dalam rangka menciptakan iklim kerja yang kondusif serta suasana saling pengertian antara manajemen dan pekerja.


(32)

4. Kepada konsumen atau pelanggan

Menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang diinginkan, dengan harga relatif terjangkau, serta menyediakannya dalam jumlah yang cukup dengan pelayanan yang memuaskan.

5. Kepada perantara

Memberikan imbalan atas jasa mereka. 6. Kepada masyarakat

Ikut melaksanakan program lingkungan alam yang sehat di sekitar perusahaan, bebas polusi yang disebabkan limbah perusahaan, dan apabila dimungkinkan, perusahaan diharapkan mampu menciptakan kesempatan kerja serta memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya. 7. Kepada pemerintah

Membayar pajak merupakan dana pembangunan dan pengelolaan kegiatan-kegiatan negara tepat pada waktunya, sehingga dana yang terkumpul dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8. Kepada penyedia atau pemasok bahan

Memberi balas jasa atas pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi dan membina hubungan baik dengan penyedia untuk menjamin kesinambungan operasi perusahaan.

9. Kepada pesaing

Menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang sehat.


(33)

Menurut Broadshaw (Harahap, 2007: 400) mengemukakan bahwa tanggung jawab perusahaan ada tiga bentuk, yaitu :

a. corporate philantropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada

sebatas kedermawaan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan atau lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

b. corporate responbility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah

merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

c. corporate policy, di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah

merupakan bagian dari kebijakannya.

2.2.1.3.Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Warhurst dalam Wibisono (2007: 39-41) mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut:

1. Prioritas Korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktik dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggungjawab secara sosial,


(34)

2. Manajemen Terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktik ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen,

3. Proses Perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional,

4. Pendidikan Karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan,

5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik,

6. Produk dan Jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial,

7. Informasi Publik. Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, begitu pula dengan jasa,

8. Fasilitas dan Operasi. Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial,

9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan


(35)

usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif,

10.Prinsip Pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk dan jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif,

11.Kontraktor dan Pemasok. Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok,

12.Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaaan darurat, dan bila terjadi keadaaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali bahaya yang muncul,

13.Transfer best practice. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer

praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik,

14.Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial,

15.Keterbukaan. Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respon terhadap potensial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa,


(36)

16.Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.

2.2.1.4.Tahapan-Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Wibisono (2007: 127), terdapat empat tahapan CSR, yaitu: 1. Tahap perencanaan

Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building,

CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building

merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajeman, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual, yaitu hasil assesment yang merupakan dasasr untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Dapat melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola piker dan pola tindak seluruh elemen perusahaan


(37)

guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisian.

2. Tahap implementasi

Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.

3. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.

4. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2.2.1.5.Pandangan Perusahaan terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Wibisono (2007: 79-83) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu:

1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena


(38)

terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).

2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya.

3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.

2.2.1.6.Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen pimpinannya, ukuran atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem perpajakan yang diatur pemerintah dan sebagainya. Merujuk pada Saidi dan Abidin (Suharto, 2006: 7), ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah


(39)

satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair

manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan dinegara maju. Biasanya perusahaan-perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.


(40)

2.2.2.Stakeholders

2.2.2.1.Pengertian Stakeholders

Menurut Freeman dalam Kholis dan Maksum (2003: 938) mendefinisikan stakeholder sebagai berikut :

“ any group or individual Who can acffect or is acffected by the achievement of the organization”s objectives” .

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Freeman dapat dipahami bahwa stekeholder merupakan kelompok ataupun individu yang dapat mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa stakeholder dapat mempengaruhi kelangsungan hidup (goingcorncern) perusahaan.

Pendapat lain tentang stakeholder dikemukakan oleh Blair et.al (Kholis dan Maksum, 2003: 938) yaitu :

“ As group or individuals who have an interest in the actions of an organization and ability to influence it “.

Pengertian yang dikemukakan oleh Blair et.al dapat diartikan bahwa stakeholder sebagai sebuah kelompok atau individu yang memiliki kepentingan dan dapat pula mempengaruhi jalannya operasional perusahaan. Jika dicermati secara substansial kedua pendapat diatas, memiliki orientasi konsep yang sama yatu menyangkut masalah kelangsungan hidup (goingcorncern) perusahaan.


(41)

2.2.2.2.Ruang lingkup Stakeholders

Menurut Ghozali dan Chariri (2007: 409) stakeholder theory mengatakan

bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk

kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya

(shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis

dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

tersebut.

Gray et.al (Ghozali dan Chariri, 2007: 409) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakehodernya.

Kasali dalam Wibisono (2007: 96-98) membagi stakeholders menjadi sebagai berikut:

1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal

Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam

lingkungan organisasi. Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah

stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti

penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing


(42)

2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal

Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut

stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders

marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke waktu.

3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan

Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

4. Proponents, opponents, dan uncommitted

Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal

stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan,

menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.


(43)

5. Silent majority dan vokal minority

Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).

2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.2.3.1.Regulasi Pemerintah (Government Regulation)

Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944), regulasi pemerintah adalah peraturan-peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikeluarkan pemerintah baik pusat maupun daerah.

Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tidak perlu diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan baik langsung maupun dari jalur pemerintah atau badan-badan sosial dalam mengatasi penyakit-penyakit sosial dan memperbaiki atau membantu sarana dan kegiatan sosial. UU No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan menyeluruh. UU ini kemudian diubah dan dituangkan dalam UU No.23 tahun 1997 dengan topik yang sama, bertujuan untuk mengatur pengelolaan


(44)

lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan menyeluruh.

Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan yang melindungi kepentingan sosial, baik bagi pendirian atau pembangunan perusahaan maupun proyek baru. Namun kita tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang merugikan kepentingan sosial seperti, pengerusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar, kebisingan, keracunan dan produk yang merusak kesehatan. Kadang kita malu melihat situasi kita yang didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh sistem sosialis bahkan kapasitas sekalipun.

2.2.3.1.1.Pengaruh Regulasi Pemerintah Terhadap Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Menurut Coghill (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) regulasi pemerintah dapat dipahami sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan perusahaan, sebab sebagai badan pembuat peraturan (regulator body) pemerintah memiliki peran signifikan terhadap kebijakan yang dibuat oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya. Sejalan dengan Coghill, Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam kholis dan Maksum (2003: 941) juga merekomendasikan bahwa regulasi pemerintah memiliki pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.


(45)

Peran pemerintah menjadi sangat penting karena pemerintahan juga merupakan bagian salah satu komponen stokeholders perusahaan Freeman (1984) dalam Kholis dan maksum (2003: 941). Di Indonesia kebijakan pemerintah yang mewajibkan PT untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya.

Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara regulasi pemerintah terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.3.2.Tekanan masyarakat

Masyarakat merupakan suatu komunitas besar yang ada dalam suatu negara dimana keberadaannya teramat sangat dibutuhkan apalagi oleh suatu badan (perusahaan). Masyarakat dapat disebut juga sebagai konsumen yang menikmati/menggunakan produk yang mereka tawarkan. Oleh karena itu keberadaannya juga harus dapat diperhitungkan sebagai input berjalannya/suksesnya suatu perusahaan.

Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) tekanan masyarakat adalah perhatian perusahaan terhadap informasi-informasi yang disampaikan oleh masyarakat. Tekanan masyarakat agar perusahaan lebih teliti kepada lingkungan merupakan kesempatan untuk memperkuat hubungan perusahaan dengan konsumen, bahkan dapat dijadikan keunggulan kompetitif. Konsumen yang semakin sadar terhadap isu lingkungan akan mencari produk yang bersahabat dengan


(46)

lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhitungkan keberadaan masyarakat sebagai input berjalannya atau suksesnya perusahaan.

Mengenai peranan masyarakat atau konsumen terhadap keberadaan perusahaan, dapat dilihat dari kutipan Drucker dalam Harahap (2007:406) berikut ini : “Tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri ataupun mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkacuali. Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia hanya dapat dikatakan baik jika untuk masyarakat.”

2.2.3.2.1.Pengaruh Tekanan masyarakat Terhadap Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Menurut Blair (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) masyarakat baik secara individu maupun kelompok dapat mempengeruhi arah dan kebijakan sebuah organisasi perusahaan. Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) juga merekomendasikan bahwa tekanan masyarakat memiliki pengaruh terhadap tentang pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena juga merupakan bagian salah satu komponen stakeholder perusahaan Freeman (1984) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941). Di Indonesia peran masyarakat yang diwakili oleh organisasi masyarakat seperti Majelis Ulama Indonesia yang mengatur tentang sertifikasi halal untuk menguji


(47)

produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dijadikan contoh dari peran masyarakat sebagai stakeholder yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tekanan masyarakat terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.3.3.Tekanan Organisasi Lingkungan

Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) tekanan organisasi lingkungan adalah perhatian perusahaan terhadap aktifitas organisasi lingkungan (LSM lingkungan).

Proses perubahan lingkungan telah lama terjadi dan akan berlangsung terus-menerus. Perubahan tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula yang berdampak negatif. Perubahan lingkungan di masa lalu tidak membawa kerusakan berarti, sedangkan perubahan masa kini telah mengakibatkan kerusakan yang serius baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada dasarnya ada lima perbedaan perubahan lingkungan masa lalu dan masa kini yaitu:

1. Perubahan lingkungan masa lampau berjalan sangat lambat

2. Kerusakan lingkungan akhir-akhir ini bersifat global, melewati batas Negara

3. Kerusakan lingkungan masa kini telah menjangkau batas-batas generasi dan merugikan generasi mendatang


(48)

4. Banyak kerusakan lingkungan sekarang bersifat tidak dapat dipulihkan kembali

5. Masalah lingkungan tidak lagi meluas dalam masalah ekologi yang ditangani secara ilmiah belaka Salim dan Roziqin (1998) dalam Memed (2001: 625).

Heard dan Balco (1981) dalam Memed (2001: 625) berpendapat bahwa Sebelumnya masyarakat memandang perusahaan hanya bertanggung jawab dalam penyediaan barang dan jasa, lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun tuntutan masyarakat telah berubah drastis ketika lingkungan hidup semakin rusak dan tidak sehat, sumber-sumber alam semakin menipis, bumi semakin panas dan padat, serta pembagian pendapatan semakin timpang. Pada saat ini masyarakat menuntut masalah kerusakan lingkungan yang mengakibatkan perusahaan harus mampu bertanggung jawab terhadap kerusakan tersebut, dan bukan merupakan tanggung jawab masyarakat lagi sehingga harus dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan.

Polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan radiasi, sampah nuklir dan masih banyak petaka lain yang menyebabkan stress mental maupun fisik telah lama menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari Capra (1983) dalam Memed (2001: 626), lebih lanjut Capra menuduh perusahaan sebagai penyebab utama apa yang sekarang disebut sebagai kesalahan alokasi sumberdaya manusia dan alam.


(49)

2.2.3.3.1.Pengaruh Tekanan Organisasi Lingkungan Terhadap Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Hunt dan auster (1990) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) menyatakan organisasi lingkungan memiliki peran sebagai wadah kontrol sosial yang fokus terhadap pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Selanjutnya Romee (1992) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) menyoroti pentingnya dunia bisnis memperhatikan isu-isu lingkungan hidup dan sumber daya alam sebagai media untuk menjalankan fungsi-fungsi lingkungan yang ada pada perusahaan. Tekanan organisasi lingkungan menjadi sangat penting karena juga merupakan salah satu komponen dari stakeholders perusahaan Freeman (1984) dalam Kholis dan Maksum (2003: 942). Pada dunia internasional dikenal sebuah organisasi lingkungan hidup Greenpeace yang sangat fokus terhadap isu-isu lingkungan, sedangkan keberadaan organisasi lingkungan hidup di Indonesia dikenal dengan organisasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lingkungan hidup. Sebuah contoh aktivitas LSM lingkungan di Indonesia adalah investigasi yang dilakukan oleh WALHI atas pencemaran sungai propinsi Riau yang berasal dari pembuangan limbah perusahaan yang mengakibatkan ribuan ekor ikan mati dan rusaknya habitat di muara sungai. Temuan-temuan LSM lingkungan tersebut tentunya akan ditindaklanjuti oleh perusahaan sehingga perusahaan akan melihat sedemikian pentingnya organisasi lingkungan saat ini, dengan demikian dapat dipahami bahwa


(50)

tekanan organisasi lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Kholis dan Maksum,2003: 942).

Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tekanan organisasi lingkungan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.4.Pengertian Akuntansi Sosial

Menurut Kholis (2002: 30) istilah akuntansi sosial (Social Acounting) sebenarnya bukanlah istilah baku dalam akuntansi. Para pakar akuntansi membuat istilah masing-masing untuk menggambarkan transaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Menurut Suadi (1998) dalam Kholis (2002: 30) mempergunakan istilah Social Acounting dan mendefinisikannya sebagai proses pengukuran variabel-variabel yang menentukan tingkat prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Sementara Belkaoui dalam Harahap (2007: 390) membuat suatu terminologi Socio

Economic Accounting (SEA) yang berarti proses pengukuran, pengaturan

dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan oleh para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suadi (1998) dalam Kholis (2002: 30), yaitu Akuntansi Sosial berkaitan erat dengan masalah : (1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis, (2)


(51)

mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan, dan (4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial ekonomi.

Kholis dan Maksum (2003) mengadaptasi gambar dari Kholis tahun 2001 mengenai siklus akuntansi sosial seperti yang akan digambarkan dibawah ini :

Gambar 2.1. : Siklus Akuntansi Sosial

Sumber: Kholis, 2001 dalam Kholis dan Maksum (2003:940), Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan.

Akuntansi Sosial Perusahaan sendiri mulai mendapatkan perhatian dari berbagai institusi akuntansi pada pertenganhan tahun 1970-an. Banyak peneliti mulai perspektif teoritis yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya

stakeholder theory, social contract theory dan legitimacy theory.

Perkembangan terakhir menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan aktivitas

Proses  Akuntansi 

Sosial

Informasi  Akuntansi 

Sosial  Aktifitas 


(52)

Dari pendapat tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya akuntansi sosial sangat dibutuhkan dalam suatu sistem ekonomi. Akuntansi sosial dibutuhkan karena dengan akuntansi sosial, kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Akuntansi sosial penting untuk diterapkan karena banyak kegiatan pemerintah atau badan usaha yang justru menimbulkan penyakit sosial seperti kerusakan ekosistem, polusi, kriminalitas.

Menurut Harahap (2007:402), bentuk keterlibatan sosial perusahaan antara lain :

1. Lingkungan hidup :

a. pengawasan terhadap efek polusi,

b. perbaikan pengrusakan alam, konversi alam, c. keindahan lingkungan,

d. pengurangan suara bising, e. penggunaan tanah,

f. pengelolaan sampah dan air limbah, g. riset dan pengembangan lingkungan,

h. kerjasama dengan pemerintah dan universitas, i. pembangunan lokasi rekreasi,

j. dan lain-lain. 2. Energi :

a. konversi energi yang dilakukan perusahaan, b. penghematan energi dalam proses produksi, c. dan lain-lain.


(53)

3. Sumber daya manusia dan pendidikan : a. keamanan dan kesehatan karyawan, b. pendidikan karyawan,

c. kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, d. menambah dan memperluas hak-hak karyawan, e. usaha untuk mendorong partisipasi,

f. perbaikan pensiun, g. beasiswa,

h. bantuan pada sekolah, i. pendirian sekolah,

j. membantu pendidikan tinggi, k. riset dan pengembangan,

l. pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas, m. peningkatan karier karyawan,

n. dan lain-lain.

4. Praktek Bisnis yang Jujur :

a. memperhatikan hak-hak karyawan, b. peranan wanita,

c. jujur dalam iklan, d. pemberian kredit, e. servis yang memuaskan, f. produk yang sehat,


(54)

h. selalu mengontrol kualitas produk, i. dan lain-lain.

5. Membantu Masyarakat Lingkungan :

a. memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial dilingkungannya,

b. tidak campur tangan dalam struktur masyarakat, c. membangun klinik kesehatan,

d. sekolah, e. rumah ibadah, f. perbaikan desa/kota,

g. sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat, h. perbaikan perumahan desa,

i. bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir, j. perbaikan sarana pengangkutan umum, k. pasar,

l. dan lain-lain.

6. Kegiatan Seni dan Kebuudayaan :

a. membantu lembaga seni dan budaya, b. sponsor kegiatan senidan budaya,

c. penggunaan seni dan budaya dalam iklan,

d. merekrut tenaga yang berbakat seni dan olahraga, e. dan lain-lain,


(55)

7. Hubungan dengan Pemegang Saham :

a. sifat keterbukaan direksi padasemua persero,

b. peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, c. pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, d. dan lain-lain.

8. Hubungan Dengan Pemerintah : a. mentaati peraturan pemerintah, b. membatasi kegatan lobbying,

c. mengontrol kegiatan polotik perusahaan,

d. membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat,

e. membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah, f. meningkatkan produktivitas sektor informal, g. pengembangan dan inovasi manajemen, h. menghindari praktik KKN,

i. dan lain-lain.

Menurut Harahap (2007: 397), terdapat tiga model dan kecenderungan yang menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial. Ketiga model tersebut adalah :

1. Model Klasik

Pendapat ini berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna yaitu perilaku ekonomi terpisah dan berbeda


(56)

dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal. Seorang fundamentalis dalam bidang ini Milton Friedman menyatakan “ada satu dan hanya satu tanggung jawab perusahaan yaitu menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk meningkatkan laba sepanjang sesuai dengan aturan main yang berlaku dalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan”, dengan demikian jelas bahwa perusahaan tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki penyakit sosial.

2. Model manajemen

Pendapat ini muncul sekitar tahun 1930. Menurutnya, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya tujuan tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk kepentingan bukan saja pemilik modal tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya perusahaan seperti karyawan, langganan, suplier dan pihak lain yang ada kaitannya dengan perusahaan yang tidak semata-mata didasarkan atas ada hubungan kontrak perjanjian.

3. Model Lingkungan Sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan


(57)

kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya semata-mata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik.

Dengan konsekuensi bahwa perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial yang berada dilingkungannya. Perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang mencakup kesejahteraan sosial secara umum. Sebenarnya banyak lagi hal-hal yang dapat dikemukakan sesuai dengan keadaan, baik yang dialami masyarakat maupun potensi yang dimiliki perusahaan. Yang paling penting adalah bahwa kegiatan ini menyangkut keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.

2.2.5.Penerapan Akuntansi Sosial 2.2.5.1.Tujuan Akuntansi Sosial

Adapun tujuan akuntansi sosial menurut Hendriksen (1989: 18) adalah untuk memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi. Suadi (1998) dalam Kholis (2002: 30) menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi Social neto periodic suatu perusahaan yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang diinterlisasikan ke perusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda.


(58)

2. Membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumber daya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas kepada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain.

3. Memberikan dengan cara yang optimal kepada semua kelompok sosial, informasi yang releva tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan.

Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas, dapat dipahami bahwa akuntansi sosial berperan dan menjalankan fungsinya sebagai bahasa bisnis yang mengakomodasi masalah-masalah sosial yang dihadapi perusahaan, sehingga pos-pos biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan.

2.2.5.2.Pengukuran Dalam Akuntansi Sosial

Akuntansi sosial, merupakan pengukuran hal yang sangat rumit, karena kita harus mengukur dampak positif (Sosial Cost) dan negatif (Social negative) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak positif dan negatif ini belum dapat dihitung karena memang transaksinya bersifat uncomplete cycles, non reciprocal dan belum mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, dalam mengukur kerugian, semua sumber dan objek kerugian, semua sumber dan obyek kerugian dihitung. Kerugian tersebut


(59)

dapat berupa kerugian finansial, seperti kerugian produksi akibat kerusakan lingkungan atau kerugian amenity seperti penderitaan jiwa yang dialami masyarakat, individu dan keluarga (Purnaningtyas, 2003: 268).

Menurut Belkaoui (1999) dalam Purnaningtyas (2003: 268) yang diukur dalam akuntansi sosial adalah dampak sosial dari perusahaan yang meliputi:

1. Biaya sosial, yaitu biaya-biaya yang dikeluaarkan oleh perusahaan yang digunakan untuk aktivitas perusahaan yang menyebabkan habisnya sumber sosial.

2. Faedah sosial, yaiu aktivitas perusahaan yang menyebabkan bertambahnya sumber sosial.

Menurut Harahap (2007: 408) metode pengukuran yang akan dilaporkan dalam Socio Economic Reporting adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan penelitian dengan menghitung Opportunity Cost

Approach

2. Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang dimana mereka yang merasa dirugikan ditanyai berapa besar jumlah yang ditimbulknnya atau berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi kerugian yang dideritanya.

3. Menggunakan hubungan antara kerugian massa dengan permintaan untuk barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.


(60)

4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya, vonis hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat juga dianggap sebagai dasar perhitungan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran dalam akuntansi sosial cenderung mengarah kepada pengukuran subyektif yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan.

Ansary Zulfikar (1987) dalam kholis (2002: 31) memberikan beberapa teknik pengukuran yang dapat dipergunakan, antara lain:

1. Penilaian pengganti, yaitu jika nilai dari sesuatu yang tidak dapat lansung ditentukan, maka dapat mengestimasikannya dengan nilai pengganti.

2. Teknik survey, yaitu mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari kelompok masyarakat tentang pengukuran aktivitas sosial perusahaan.

3. Biaya perbaikan dan pencegahan, yaitu biaya-biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan lingkungan sosialnya. 4. Penilaian dan independen, yaitu memberikan suatu wewenang kepada

suatu pihak luar untuk mengukur aktivitas sosial perusahaan.

5. Putusan pengadilan, yaitu dengan suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum.


(61)

2.2.5.3.Pelaporan dan Pengungkapan Akuntansi sosial

Menurut Belkoui (1985) yang dikutip oleh Harahap (2007: 409), pelaporan dalam akuntansi sosial, berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan.

Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan oleh perusahaan ada beberapa teknik pelaporan dalam Social Economic

Accounting (SEA). Menurut Diller (1970) dalam Harahap (2007: 409)

mengungkapkan teknik pelaporannya sebagai berikut :

1. Pengungkapan dalam surat pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau dalam bentuk laporan lainnya.

2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Dilihat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan dan sebagainya.

Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai

Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek

sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et. Al., 1987) dalam Sembiring (2005: 381). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan.


(62)

Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial).

Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006: 5) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan

Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian lingkungan hidup yaitu pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

2. Energi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dll.


(63)

3. Praktik bisnis yang wajar

Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

4. Sumber daya manusia

Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan seni.

5. Produk

Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll.

Praktik pengungkapan sosial bagi perusahaan di Indonesia yang ingin mengungkapkan lingkungan sosialnya dapat berpedoman kepada standar yang telah dikeluarkan dan diatur oleh Iakatan Akuntan Indonesia, dimana secara implisit telah mengakomodasi hal tersebut. Sebagaimana tertulis pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no.1 (Revisi 1998) paragraf 9 yang berbunyi sebagai berikut :

”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Berdasarkan PSAK di atas, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat melaporkan kegiatan sosialnya untuk dikomunikasikan pada pihak luar dalam laporan nilai tambah.


(64)

2.2.6.Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Akuntansi Sosial Perusahaan

Setiap perusahaan memerlukan suatu sistem pelaporan yang mampu mengungkapkan aktifitas-aktifitas sosial perusahaanya, oleh karena itu digunakanlah sistem pelaporan yang didalam akuntansi disebut sebagai “akuntansi sosial” dimana akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain yang menjadi pendukungnya karena pergeseran tanggung jawab sosial perusahaan. Akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar aktifitas sosial yang dijalankan oleh suatu entitas bisnis, kemudian diproses berdasarkan prinsip, metode, dan konsep akuntansi untuk diungkapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, selanjutnya dari informasi yang dihasilkan oleh pengguna informasi akan dapat menentukan kebijakan untuk lingkungan sosial bisnis yang dijalankan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muslim Utomo (200:116) tentang praktek pengungkapan sosial, menunjukkan bahwa di Indonesia memanfaatkan laporan tahunan hanya sebagai laporan kepada debtholder dan shareholder. Karena eksistensi perusahaan bergantung pada lingkungan sekitarnya, maka perusahaan harus melaporkan segala informasi kepada para usernya.

Permasalahan akuntansi sosial ini jika dikaitkan dengan prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG) yang menjadi isu penting pengelolaan perusahaan saat ini, khususnya pada prinsip Responsibility yang berbicara


(65)

tentang bagaimana entitas bisnis bertanggung jawab kepada stakeholders dan juga lingkungannya. Prinsip dasar GCG ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan laporan bukan hanya kepada para pemegang saham, calon investor, kreditur, dan pemerintah tetapi juga kepada stakeholders lainnya, seperti masyarakat umum, konsumen, serikat pekerja dan karyawan perusahaan secara individu.

Saat ini pengelolaan perusahaan dengan baik (Good Corporate

Governance) juga telah menjadi isu global, dimana perusahaan-perusahaan

multinasional yang menjalankan operasionalnya di Indonesia selalu berusaha meningkatkan transparasi dan akuntabilitas publik.


(66)

2.2.7.Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Kerangka Pikir

Analisis Regresi Analisis Reegresi Linier Berganda Linier Sederhana

2.2.8.Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan.

Tanggung Jawab  Sosial Perusahaan 

(Y1) 

Regulasi  Pemerintah 

(X1) 

Tekanan  Masyarakat 

(X2) 

Tekanan  Organisasi  Lingkungan 

(X3) 

Akuntansi Sosial   (Y2) 


(67)

53 

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran variabel 3.1.1.Definisi Operasional Variabel

Konsep dan definisi secara operasional masing-masing variabel dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (bebas) a. Regulasi Pemerintah (X1)

Adalah peraturan-peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikeluarkan pemerintah baik pusat maupun daerah.

b. Tekanan Masyarakat (X2)

Adalah perhatian perusahaan terhadap informasi-informasi yang disampaikan oleh masyarakat.

c. Tekanan Organisasi Lingkungan (X3)

Adalah perhatian perusahaan terhadap aktifitas organisasi lingkungan (LSM lingkungan).


(68)

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini terdiri dari : a. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y1)

Adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengitegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

b. Akuntansi Sosial (Y2)

Adalah proses pengukuran variabel-variabel yang menentukan tingkat prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal.

3.1.2.Pengukuran variabel

Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur variabel bebas dan terikatnya menggunakan skala interval yaitu skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, jarak construct yang diukur.

Metode pengukuran yang digunakan adalah skala Semantic

Differensial yang dikembangkan oleh Osgood dan biasanya digunakan

untuk mengukur obyek-obyek yang bersifat psikologi, sosial maupun fisik (Sumarsono, 2004: 25).


(69)

Responden diminta untuk menilai sesuatu atau konsep yang menggunakan daftar pertanyaan dengan pola sebagai berikut :

1  2  3  4  5  6  7 

Sangat tidak Sangat

Setuju Setuju

Jawaban bernilai 1 samapai 3 cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan. Nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju.

Berikut ini uraian pengukuran variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) :

1. Regulasi Pemerintah (X1)

Variabel regulasi pemerintah ini diukur dengan instrumen yang dimodifikasi dan diadaptasi untuk konteks Indonesia dari Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu :

a) Tanggapan atas perencanaan pemerintah tentang lingkungan sosial perusahaan.

b) Dukungan terhadap program-program pemerintah c) Keputusan dan penerapan aturan-aturan pemerintah d) Frekuensi pelaporan terhadap instansi pemerintah 2. Tekanan Masyarakat (X2)


(70)

Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu :

a) Tanggapan perusahaan atas masukan dari masyarakat

b) Dukungan perusahaan terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan c) Kebijakan manajemen terhadap lingkungan sosial perusahaan d) Frekuensi aktifitas sosial perusahaan

3. Tekanan Organisasi Lingkungan (X3)

Variabel organisasi lingkungan diukur dengan instrument yang dimodifikasi dan diadaptasikan untuk konteks Indonesia dari Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu :

a) Tanggapan perusahaan tentang organisasi lingkungan

b) Dukungan perusahaan terhadap aktifitas organisasi lingkungan

c) Sikap perusahaan terhadap masukan dari organisasi lingkungan

d) Frekuensi perusahaan menerima audiensi organisasi lingkungan 4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y1)

Variabel tanggung jawab sosial perusahaan ini diukur dengan instrumen yang yang dimodifikasi dan diadaptasi untuk konteks Indonesia dari Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 944) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu :

a) Perencanaan, komite dan program serta tanggung jawab sosial perusahaan


(71)

b) Adanya Penyampaian program tanggung jawab sosial kepada shareholder

c) Adanya Penyampaian program tanggung jawab sosial kepada

karyawan dan stakeholder lainnya (pemerintah dan masyarakat) d) Frekuensi penyampaian program tanggung jawab sosial kepada

shareholder dan stakeholder perusahaan 5. Akuntansi Sosial (Y2)

Variabel akuntansi sosial perusahaan ini diukur dengan instrumen yang yang dimodifikasi dan diadaptasi untuk konteks Indonesia dari Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 945) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu :

a) Pemahaman pimpinan perusahaan terhadap konsep sosial b) Pengakuan dan pengukuran akuntansi sosial

c) Penerapan akuntansi sosial

d) Pelaporan dan publikasi akuntansi sosial kepada stakeholders yang diajukan

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1.Populasi

populasi merupakan kelompok subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelpompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini


(1)

109

4.6.5. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Data penelitian ini berasal dari persepsi responden secara tertulis melalui instrumen kuesioner. Ketidakobyektifan responden dalam mengisi kuesioner dapat mempengaruhi hasil penelitian, sehingga perlu ditambahkan metode wawancara dalam upaya pengumpulan data untuk menghindari kemungkinan tersebut.

2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuisioner tersebut akan dapat mempengaruhi cara menjawab.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

1. Regulasi pemerintah (X1) dan tekanan organisasi lingkungan (X3) secara

parsial tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (Y1), sedangkan tekanan masyarakat (X2) secara parsial berpengaruh

terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (Y1), sehingga hipotesis ke-1

”Bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan” sebagian teruji kebenarannya.

2. Tanggung jawab sosial perusahaan (Y1) secara parsial berpengaruh

terhadap akuntansi sosial perusahaan (Y2), sehingga hipotesis ke-2

”Bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan” teruji kebenarannya.


(3)

111

5.2. Saran

Untuk mencapai manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, maka dikemukakan saran :

1. Bagi perusahaan, hendaknya lebih mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan Pemerintah dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan sosial seperti, pengerusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar, kebisingan, keracunan dan produk yang merusak kesehatan.

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dipertimbangkan variabel-variabel lain, seperti : tekanan media masa. Selain itu, memperluas obyek penelitian harus dipertimbangkan juga oleh peneliti


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Jurusan Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Azwar, Saifuddin, 2003, Reliabilitas dan Validitas, Edisi ketiga, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fuad, M. Dkk, 2006, Pengantar Bisnis, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ghozali, Imam dan Chariri. Anis. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Gozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivarite dan Program SPSS, Edisi kedua, Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa: Zain Sumarno, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan, Safri, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit PT. Raja grafindo Perkasa, Jakarta.

Hendriksen, Eldon. S, 1989, Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007, Standar Akuntansi Indonesia Per 1 September 2007, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Penjelasan atas Pasal 1 ayat (3) Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Penjelasan atas pasal 15 Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman modal.

Suharjo, Bambang, 2008, Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS, Edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, dkk, 2004, Pengantar bisnis, Edisi pertama, Penerbit Prenada Media, Jakarta.


(5)

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interprestasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi, Surabaya.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset Perilaku Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.

Wahana Komputer, Tim Penelitian dan Pengembangan, 2005, Pengembangan Analisis Multivariate Dengan SPSS 12, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Infotek, Jakarta.

Jurnal :

Anggraini, Fr. Reni Retno, 2006, “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX, K-AKPM 24, Padang, Hal 1-21.

Azizul Kholis dan Azhar Maksum, 2003, “Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan akuntansi Sosial perusahaan (Corporate Responsibilities and Social Accounting)”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003, Hal 936-954

Itan dan Syakhroza, “The Influence Of Financial Performance To Price Of LQ 45 Stocks at Jakarta Stock Exchange”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003, Hal 167.

Kholis, Azizul, 2002, “Masalah Sosial dalam Dunia Bisnis di Indonesia: Sebuah Perspektif Akuntansi Sosial’’, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 2 No.3 Desember, Hal 27-39.

Memed, Sueb, 2001, “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Sosial Keuangan Perusahaan terbuka di Indonesia”, Simposium Akuntansi IV, Sesi II, Bandung, Hal 625-640.

Purnaningtyas, Hary, 2003, “Penyajian Akuntansi Sosial dengan Pendekatan Biaya Sosial dalam Laporan Keuangan PT. X, Sidoarjo”, Iktisadia Jurnal Ekonomi, Vol 2 No. 2 Mei 2003, Hal 263-277.


(6)

Sembiring, Eddy Rismanda, 2005, “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI Kompartemen Akuntan Pendidik, Solo, hal 379-395.

Suharto, Edi, 2006, Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan ComDev, Makalah workshop tentang Corporate Social Responsibility, Bandung, 29 November 2006.

Utomo, Muhammad Muslim, 2000, “Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi III, IAI Kompartemen Akuntan Pendidik, Jakarta, hal 99-122

Skripsi :

Pratiwi, Ameliana Maricha, 2010, “Pengaruh Stakeholder Terhadap tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada PT. PLN (Persero) AJP Sidoarjo”, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Ati Harmoni dan Ade Andriyani, 2008, “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk”, Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008), Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008.


Dokumen yang terkait

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

0 4 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014.

0 4 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014.

0 3 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesi

0 1 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesi

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di

0 1 15

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA.

7 30 116

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN AKUNTANSI SOSIAL PERUSAHAAN PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA

0 1 22