SUSTIN PRATIWI D0109082
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS WEBSITE PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT)
KABUPATEN KARANGANYAR
Disusun Oleh: SUSTIN PRATIWI
D0109082
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(2)
(3)
(4)
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai,
Kerjakanlah dengan sunguh-sungguh yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap
(QS. Al Insyroh : 6-8)
(Abraham Lincoln)
Tantanglah dirimu untuk melakukan sesuatu yang selama ini engkau anggap dirimu tidak mampu melakukan
(Eleanor Roosevelt)
Tidaklah mudah untuk menjadi ikhlas, tetapi dengan didasari keikhlasan segalanya akan menjadi lebih mudah
(5)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT karya ini kupersembahkan kepada : Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan
semangat dalam setiap langkah hidupku.
Adik-adikku tersayang yang sudah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangat serta kebersamaannya.
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Website Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana strata satu (S1) Program Studi Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan banyak pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan dukungan dan arahan selama penulisan skripsi ini,
2. Ibu Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama menempuh masa studi, 3. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan,
(7)
5. Bapak Yudi Astri Hermawan, ST selaku staf dan pengelola website Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar yang telah membantu memberikan data dan informasi,
6. Semua teman-teman AN angkatan 2009 tanpa terkecuali. Terima kasih atas persahabatan, keakraban, dan perhatian kalian.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka untuk menerima segala kritik dan saran sebagai masukan demi perbaikan skripsi ini.
Surakarta, Februari 2013
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TAMPILAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.1.Rumusan Masalah ... 12
1.2.Tujuan Penelitian ... 13
1.3.Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 15
2.1. Tinjauan Pustaka ... 15
2.1.1. Pengertian Pengembangan ... 15
2.1.2. Pengertian SIM ... 17
2.1.3. Komponen SIM ... 20
2.1.4. Sistem Informasi Berbasis Komputer ... 22
(9)
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
3.1. Jenis Penelitian ... 49
3.2. Lokasi Penelitian ... 49
3.3. Jenis Data ... 50
3.4. Tekhnik Penarikan Sampel ... 51
3.5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 51
3.6. Validitas Data ... 52
3.7. Tekhnik Analisis Data ... 53
BAB IV PEMBAHASAN ... 55
4.1. Deskripsi Lokasi ... 55
4.1.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar ... 55
4.1.2. Sejarah Singkat BPPT ... 57
4.1.3. Visi, Misi, dan Motto BPPT ... 60
4.1.4. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ... 60
4.1.5. Struktur Organisasi ... 62
4.1.6. Uraian Tugas ... 65
4.1.7. Keadaan Pegawai ... 69
4.1.8. Jenis Pelayanan Perizinan ... 73
4.1.9. Sarana dan Prasarana Pendukung Pelayanan ... 74
4.1.10.Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 76
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 77
1. Tahap Publikasi ... 82
2. Tahap Interaksi ... 90
3. Tahap Transaksi ... 95
BAB V PENUTUP ... 99
5.1. Kesimpulan ... 99
5.2. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 : Interaksi Dalam E-Gov ... 36
Bagan 2.2 : Tahapan Dalam E-Gov ... 38
Bagan 2.3 : Kerangka Pemikiran ... 48
Bagan 3.1 : Skema Model Analisis Interaktif ... 54
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jenis Pelayanan Perizinan ... 5
Tabel 4.1 : Keadaan Pegawai Berdasar Golongan/Kepangkatan ... 69
Tabel 4.2 : Jumlah Pegawai Berdasar Jenjang Pendidikan ... 70
Tabel 4.3 : Data Pegawai ... 71
Tabel 4.4 : Jenis Pelayanan Perizinan Dengan Dasar Hukum Baru ... 73
Tabel 4.5 : Data Barang Inventaris BPPT Kabupaten Karanganyar per April 2012 ... 75
Tabel 4.6 : Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 77
(12)
DAFTAR TAMPILAN
Tampilan 1.1 : Standar Pelayanan Minimal (SPM) ... 7
Tampilan 1.2 : Layanan Pengaduan ... 8
Tampilan 1.3 : Blangko Perizinan ... 10
Tampilan 4.1 : Izin Mendirikan Bangunan ... 84
Tampilan 4.2 : Syarat Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan ... 84
Tampilan 4.3 : Proses Pengaduan ... 92
(13)
ABSTRAK
Sustin Pratiwi. D0109082. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Website Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013.
Pengembangan sistem informasi sudah menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan untuk menunjang kinerja suatu instansi. Perkembangan tekhnologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pelayanan suatu instansi.Dengan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, maka akan semakin banyak kemudahan yang didapat. Sebagai wujud pengembangan di bidang tekhnologi, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Karanganyar melakukan inovasi pelayanan berbasis website.Pelayanan berbasis website ini bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna jasa. Penelitian ini memfokuskan pada pengembangan website di BPPT dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan website di BPPT serta kendala yang dihadapi oleh BPPT.
Penelitian ini dilakukan di (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan. Validitas data menggunakan tekhnik triangulasi data. Tekhnik analisis data menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website di BPPT Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan belum maksimal. Dari beberapa tahap, BPPT baru melaksanakan tahap publikasi dan interaksi. Sedangkan untuk tahap transaksi belum dilakukan.
(14)
ABSTRACT
Sustin Pratiwi. D0109082. Development of Web-Based Management Information Systems In BPPT Karanganyar.Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University. Surakarta. 2013.
Development of information systems has become a thing that implemented to support an institution's performance. Technological developments can be fully utilized to improve the quality of . The rapid advance of technology, the more convenience gained. As a form of development in the field of technology, BPPT Karanganyarwas tried to developing website based service inovation. Aims website based service inovation to provide convenience for the users of services. This study focused on the application website at BPPT and aims to determine how the application website at BPPT and the constraints faced.
The research was conducted in BPPT Karanganyar. The type of research is descriptive qualitative. Collecting the data is taken from interviewing the informants. The validity of data is using triangulation. The analysis of data is using interactive data on analysis model.
The results showed that the developing of web-based management information system in BPPT Karanganyarcould be said have not maximized. From some steps, BPPT have done data publication step and data interaction step.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan sangat pesat. Pesatnya perkembangan TIK akan membuka peluang dan tantangan untuk menciptakan (to create), mengakses (to access), mengolah (to process), dan memanfaatkan (to utilize) informasi secara tepat dan akurat. Informasi merupakan suatu komoditi yang sangat berharga di era globalisasi untuk dikuasai dalam rangka meningkatkan daya saing suatu organisasi (termasuk Pemda) secara berkelanjutan. (Hasibuan, 2007, h. 66).
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan TIK dengan membangun Electronic Government for Good Governance yang terintegrasi mulai dari tingkat pemerintahan daerah hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur TIK yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh seluruh instansi, baik di pusat maupun di daerah. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government dan Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informasi tentang Pengembangan E-Gov yang merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa Indonesia
(16)
menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). (Hasibuan, 2007, h. 66).
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 yang kemudian dengan Keputusan politik pemerintah yang menetapkan kebijakan desentralisasi melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 jo UU 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, berimplikasi bukan saja bagi daerah-daerah tetapi juga bagi pemerintahan pusat sendiri. Implikasi tersebut terlihat dari perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan terutama terkait dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia. Peluang untuk menerapkan e-government dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat besar. Peluang tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah pusat dengan berbagai kebijakan mulai dari kebijakan yang berupa Undang-Undang sampai keputusan presiden atau keputusan menteri. (Putera dan Valentina, 2010, h. 72).
(17)
memperoleh kebebasan dalam akses informasi dan keterlibatan secara langsung dalam seluruh proses pembangunan. Tidak heran jika kekritisan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik harus mendapat respon dari pemerintah. Pemerintah semakin dituntut profesional, efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya pelayanan perijinan. Pelayanan yang prima dan consumen oriented akan turut mendukung terwujudnya prinsip good governance.
Untuk penerapan e-government di Indonesia sendiri dibidangi oleh adanya Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Walaupun demikian jauh sebelum adanya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government lahir, beberapa pemerintah daerah sudah terlebih dahulu menggagas serta menerapkan sistem pelayanan publik berbasis elektronik atau e-government dalam skala terbatas. Pemerintah Kabupaten Takalar di Propinsi Sulawesi Selatan tampil sebagai daerah pelopor pertama penerapan teknologi informasi atau e-government di tingkat pemerintah daerah. Kabupaten Takalar mulai menerapkan Teknologi Informasi melalui sebuah bentuk sistem yang dinamakan Sistem Pelayanan Satu Atap (SIMTAP) sejak tahun 2000. (Putera dan Valentina, 2010, h. 76).
Sekarang ini penerapan e-government Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Pelayanan Publik Prima sebenarnya di beberapa daerah di Indonesia dapat dijadikan contoh walaupun pada pelaksanaanya secara umum penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia kurang baik, namun ada
(18)
beberapa daerah yang sudah mengalami perbaikan dalam manajemen pemerintah daerah dengan penerapan e-government Dalam Mewujudkan Pelayanan Publik Prima yaitu: Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah dan Kota Pare-pare Propinsi Sulawesi Selatan. Kedua daerah ini telah menjadi proyek percontohan pelayanan publik yang prima dengan pemanfaatan e-government di Indonesia. Selain di kedua daerah itu pemerintah daerah lain yang sudah menggunakan e-government dalam memberikan pelayanan publik adalah Kota Jogjakarta di Propinsi DIY dan Kabupaten Jembrana Propinsi Bali. (Putera dan Valentina, 2010, h. 77).
Pada Kabupaten Karanganyar sendiri, demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan perizinan yang prima, maka dibuatlah suatu mekanisme pelayanan satu atap. Lembaga pelayanan perizinan tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Kantor Pelayanan Terpadu yang kemudian diubah menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009. Sebelumnya pelayanan perizinan tersebar di beberapa satuan kerja, dengan dibentuknya BPPT maka pelayanan perizinan terpusat di BPPT sebagai wujud pelayanan satu atap dengan moto Melayani sepenuh hati dan sepenuh waktu .
(19)
dilaksanakan untuk menunjang kinerja suatu instansi. Perkembangan tekhnologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pelayanan suatu instansi. Dengan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, maka akan semakin banyak kemudahan yang didapat. Sebagai wujud pengembangan di bidang tekhnologi, BPPT Kabupaten Karanganyar melakukan inovasi pelayanan berbasis website.
Pelayanan berbasis website ini bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna jasa. Kemudahan yang diberikan berupa informasi mengenai jenis-jenis pelayanan hingga layanan pengaduan jika terjadi ketidakpuasan. Berikut adalah data mengenai jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan melalui website tersebut.
Tabel 1.1
Jenis Pelayanan Perizinan
No JENIS PERIZINAN & NON DASAR HUKUM WAKTU PROSES
1. IZIN LOKASI Perda Nomor 12 Tahun
2009 12 Hari
2. IZIN GANGGUAN (HO) Perda Nomor 4 Tahun
2007 12 Hari
3. IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
(IMB)
Perda Nomor 19 Tahun
2006 12 Hari
4. IZIN PENGGILINGAN PADI
(HULLER)
Perda Nomor 18 Tahun
2001 6 Hari
5. SURAT IZIN USAHA
PERDAGANGAN
Perda Nomor 7 Tahun
2006 5 Hari
6. TANDA DAFTAR
PERUSAHAAN
Perda Nomor 4 Tahun
2002 5 Hari
7. TANDA DAFTAR GUDANG Perda Nomor 9 Tahun
2002 5 Hari
8. IZIN INDUSTRI Perda Nomor 8 Tahun
2002 5 Hari
9.
IZIN USAHA BIDANG PARIWISATA (Izin Perhotelan, Izin Restoran, Izin Pemondokan, Izin Salon Kecantikan, Izin Hiburan Umum, Izin Usaha Rekreasi Dll)
Perda Nomor 20 Tahun
(20)
Insidentil Tetap
2006 12 Hari
11. PEMAKAIAN KEKAYAAN
DAERAH
Perda Nomor 18 Tahun
1998 12 Hari
12.
IZIN / REKOMENDASI MENDIRIKAN PERUSAHAAN ANGKUTAN
Perda Nomor 5 Tahun
1986 12 Hari
13.
IZIN TRAYEK SK Izin Trayek
Penerbitan KP hilang/rusak Izin Insidentil
Perda Nomor 8 Tahun 2004 12 Hari 15 Hari 2 Hari 1 Hari 14.
IZIN SARANA KESEHATAN SWASTA DAN SARANA UMUM LAINNYA
Perda Nomor 13 Tahun
2003 6 Hari
15. IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
Perda Nomor 11 Tahun
2002 12 Hari
16. IZN PENYELENGGARAAN
MENARA TELEKOMUNIKASI
Perda Nomor 5 Tahun
2008 12 Hari
Sumber : http://bppt.karanganyarkab.go.id
Di bidang pelayanan non perizinan terdapat akta catatan sipil yang terdiri dari perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan pengesahan anak, pengangkatan anak, dll. (http://bppt.karanganyarkab.go.id).
Selain jenis layanan, website BPPT juga menyediakan informasi mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM tersebut sudah dilengkapi dengan dasar hukum yang mengaturnya dan dilengkapi dengan informasi waktu proses pelayanan. Untuk blangko atau formulir pendaftaran pun sudah dapat didownload sendiri. Berikut ini adalah tampilan SPM dan blangko perijinan pada website BPPT.
(21)
Tampilan 1.1
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Sumber : http://bppt.karanganyarkab.go.id
Berdasarkan tampilan diatas, dapat diketahui apa saja jenis perizinan yang disediakan oleh BPPT lengkap dengan dasar hukum yang mengaturnya dan lamanya waktu proses pelayanan. Masalah yang muncul pada bagian ini adalah waktu proses pelayanan yang ditampilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Beberapa konsumen menunjukkan ketidakpuasan terhadap pelayanan BPPT melalui website tersebut terkait waktu proses pelayanan yang tidak sesuai dengan SPM.
Adanya informasi mengenai jenis pelayanan menandakan bahwa BPPT dalam mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis website sudah sesuai dengan tingkatan layanan pada e-government. Tingkatan layanan di sini adalah publikasi dimana pemerintah atau penyedia layanan publik
(22)
harus memberikan informasi seputar layanan pada institusinya sehingga masyarakat pengguna layanan tidak kebingungan. Publikasi merupakan hal yang penting karena memuat berbagai macam informasi penting. Informasi tersebut bukan hanya sekedar jenis layanan saja, melainkan informasi seputar BPPT itu sendiri
Website BPPT juga menyediakan layanan pengaduan. Layanan pengaduan ini dapat dimanfaatkan oleh pengguna layanan jika mereka merasa tidak puas terhadap layanan yang diberikan. Selain menerima aduan ketidakpuasan dari pengguna layanan, hal ini dapat juga dijadikan sarana untuk menerima kritik ataupun saran dari pengguna. Sehingga BPPT dapat lebih meningkatkan kinerja instansinya terkait dengan pelayanan tersebut. Berikut ini adalah tampilan layanan pengaduan pada website BPPT.
Tampilan 1.2 Layanan Pengaduan
(23)
Pada bagian pengaduan ini akan dijelaskan bagaimana proses pengaduan yang harus dilakukan konsumen. Konsumen dapat menyampaikan kritik, saran, pertanyaan, ataupun ketidakpuasan melalui kolom yang disediakan pada website tersebut. Dilihat dari tingkatan layanan e-government terkait aspek interaksi, BPPT belum memaksimalkan perannya sebagai penyedia layanan. Hal ini dapat diketahui ketika konsumen memberikan pertanyaan, kritik, saran, atau ketidakpuasan terkait pelayanan, pihak pengelola website BPPT tidak segera memberikan tanggapan. Sehingga hal ini memicu ketidakpuasan konsumen.
Pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website yang diterapkan oleh BPPT untuk mewujudkan pelayanan prima bagi publik sejauh ini masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan sebagian bentuk pelayanan masih dilakukan secara manual. Misalnya saja pada blangko perizinan. Blangko tersebut sebenarnya sudah dapat didownload melalui website, akan tetapi blangko tersebut tidak dapat diisi secara langsung. Pengisian blangko masih dilakukan secara manual. Sehingga pelayanannya menjadi kurang efektif. Di bawah ini akan ditampilkan bentuk dari blangko perizinan. Sebagai contoh akan diambil blangko perizinan untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
(24)
Tampilan 1.3 Blangko Perizinan
(25)
Sumber: http://bppt.karanganyarkab.go.id
Kurang efektifnya pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website disebabkan oleh kendala-kendala terkait dengan kurangnya fasilitas, personil, dan prosedur yang masih berbelit-belit. Penggunaan website pada tahap ini masih sebatas pada pemberian informasi saja. Penggunaan dalam bentuk layanan belum dilakukan secara maksimal. Penggunaan website yang maksimal akan membantu mempermudah proses pelayanan.
Selain itu, penggunaan website BPPT belum maksimal karena berdasarkan tingkatan layanan e-government dari segi transaksi masih belum dilakukan. Bentuk transaksi di sini adalah pemanfaatan website untuk memberikan layanan, bukan sekedar informasi. Hal ini terkait pada blangko perizinan. Blangko perizinan hanya dapat didownload tanpa dapat diisi secara langsung. Jika blangko perizinan dapat diisi secara langsung tanpa harus diisi
(26)
secara manual, maka pelayanan akan lebih efektif dan cepat. Hal inilah yang belum dilakukan oleh BPPT.
Dengan terciptanya pelayanan berbasis website, seharusnya pelayanan menjadi lebih efektif. Penggunaan website seharusnya dapat mempermudah konsumen untuk bertransaksi dan melakukan pelayanan. Akan tetapi, yang terjadi tidak demikian. Website BPPT hanya sebatas memberikan informasi saja, namun belum bertindak sampai pada tahap transaksi. Di samping itu, banyak konsumen yang kurang puas dikarenakan informasi yang diberikan tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Konsumen tidak hanya membutuhkan informasi seputar perizinan saja tetapi juga kebenaran dan ketepatan informasi yang diberikan. Karena alasan itulah, maka penelitian ini penting untuk dilakukan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada BPPT Kabupaten Karanganyar?
2. Apakah kendala yang dihadapi BPPT dalam mengembangkan sistem informasi berbasis website tersebut?
(27)
1.3.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.
b. Untuk mengetahui apakah ada kendala yang dihadapi oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis website tersebut.
2. Tujuan Fungsional
a. Dapat memberikan sumbangan bagi instansi, dalam hal ini Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar untuk lebih meningkatkan kinerjanya terkait dengan pelayanan kepada pengguna jasa layanan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat untuk ikut serta dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.
3. Tujuan Individu
Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(28)
1.4.Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu Administrasi Negara.
2. Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan bantuan pemikiran bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam melaksanakan pelayanan berbasis website.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Pengembangan
Dalam beberapa kesempatan kita sering mendengar istilah pengembangan, seperti pengembangan kurikulum, pengembangan sistem, dan seterusnya, namun banyak juga yang belum tau apa yang dumaksud pengembangan. Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.
Pengembangan sistem (system development) (Istiningsih, 2009:6) adalah menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut ini:
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem yang lama yang dapat berupa:
(30)
Ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakberesan ini dapat berupa:
- Kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak
amannya harta kekayaan perusahaan dan kebenaran dari data menjadi kurang terjamin.
- Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang juga dapat
menyebabkan kebenaran dari data kurang terjamin.
- Tidak efisiensinya operasi.
- Tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
b. Pertumbuhan Organisasi
Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, dan volume pengolahan data semakin meningkat. Karena adanya perubahan ini, maka menyebabkan sistem yang lama tidak efektif lagi, sehingga sistem yang lama sudah tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
(31)
sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen. Dalam keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Bila pesaing dapat memanfaatkan teknologi ini, maka kesempatan-kesempatan akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan-kesempatan ini dapat berupa peluang-peluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada pelanggan dan lain sebagainya.
3. Adanya instruksi-instruksi (derivatives)
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah.
2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemnennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur, mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan operasi di dalam sistem. Prosedur didefinisikan oleh Richard F. Neuschel sebagai suatu urut-urutan operasi klerikal
(32)
(tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi. Pendekatan yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tata Sutabri, 2005:9).
Informasi adalah data yang telah diklasifikasi atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pengolahan informasi mengolah data menjadi informasi atau tepatnya mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi penerimanya. Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. (Tata Sutabri, 2005:23).
Menurut Barry E (dalam Mulyanto, 2009:17), informasi merupakan sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya.
Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Jadi, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan pada dasarnya dapat kita kelompokkan sebagai informasi. (Eko Nugroho, 2008:15).
(33)
benar menyatakan apa yang harus dinyatakan. Bebas dari bias berarti bahwa informasi tersebut teliti.
2. Tepat waktu
Jelas informasi harus diberikan pada waktu yang tepat. Informasi yang sudah kedaluwarsa hanya bernilai sampah, sekalipun informasinya sama dan tidak berubah.
3. Relevan
Informasi tersebut benar-benar sesuai kebutuhan pihak yang membutuhkan informasi.
4. Kelengkapan
Para pengguna hendaknya dapat memperoleh informasi yang menyajikan suatu gambaran lengkap atas suatu masalah tertentu atau solusinya. Namun, sistem hendaknya juga tidak menenggelamkan pengguna dalam lautan informasi. Istilah kelebihan muatan informasi (information overload) menunjukkan bahwa memiliki informasi yang terlalu banyak juga dapat memberikan kerugian. Informasi dikatakan lengkap jika memiliki jumlah agregasi yang tepat dan mendukung semua area di mana keputusan akan diambil. (Raymond dan George, 2005:43).
yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak
(34)
luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Tata Sutabri, 2005:42).
Menurut Gordon B. Davis (dalam Sutabri, 2005:91) SIM adalah sistem manusia/mesin yang terpadu guna menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.
Gelinas, Oram, dan Wiggins (dalam Mulyanto, 2009:28) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai.
Sistem informasi merupakan sistem konseptual yang memakai sumber daya konseptual, data, dan informasi untuk mewakili sistem fisik yang dalam hal ini berupa perusahaan atau organisasi. (Eko Nugroho, 2008:18).
Kita mendefinisikan SIM sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi pengguna yang memiliki kebutuhan serupa. (Raymond dan George, 2008:12).
(35)
manusia, hardware, software, data, dan jaringan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci komponen SIM tersebut. (Agus Mulyanto, 2009:31).
1. Sumber Daya Manusia
Manusia mengambil peranan yang penting bagi sistem informasi. Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem informasi. Sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengguna akhir dan pakar sistem informasi. Pengguna akhir adalah orang-orang yang menggunakan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi, misalnya pelanggan, pemasok, teknisi, mahasiswa, dosen, dan orang-orang yang berkepentingan dengan informasi dari ssitem informasi tersebut. Sedangkan pakar sistem informasi adalah orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi, misalnya sistem analis, developer, operator sistem, dan staf administrasi lainnya.
2. Sumber Daya Hardware
Sumber daya hardware adalah semua peralatan yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Sumber daya hardware tidak hanya sebatas komputer saja, melainkan semua media data seperti lembaran kertas dan disk mengetik atau optikal.
3. Sumber Daya Software
Sumber daya software adalah semua rangkaian perintah (instruksi) yang digunakan untuk memproses informasi. Sumber daya software tidak hanya berupa program saja tetapi juga berupa prosedur. Program merupakan sekumpulan instruksi untuk pemrosesan informasi. Sedangkan
(36)
prosedur adalah sekumpulan aturan yang digunakan untuk mewujudkan pemrosesan informasi dan mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan menggunakan informasi.
4. Sumber Daya Data
Sumber daya data bukan hanya sekadar bahan baku untuk masukan sebuah sistem informasi, melainkan sebagai dasar membentuk sumber daya organisasi. Sumber data dapat berupa teks, gambar, audio, maupun video.
5. Sumber Daya Jaringan
Sumber daya jaringan merupakan media komunikasi yang menghubungkan komputer, pemroses komunikasi, dan peralatan lainnya, serta dikendalikan melalui software komunikasi. Sumber daya jaringan dapat berupa media komunikasi seperti modem, software pengendali, serta prosesor antar jaringan.
2.1.4. Sistem Informasi berbasis Komputer 1. Sistem Komputer
Sistem informasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem informasi manual dan sistem informasi berbasis komputer atau lebih dikenal
(37)
pengambilan keputusan. Sistem informasi berbasis komputer mengandung arti bahwa komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah sistem informasi. Walaupun dalam teori tidak semua sistem informasi harus menggunakan komputer, tetapi kenyataannya dalam mengelola sistem informasi yang kompleks tidak akan lepas dari istilah komputer. (Agus Mulyanto, 2009:27).
Komputer merupakan perangkat keras yang berkecepatan tinggi. namun, secepat apa pun komputer tersebut, tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya perangkat lunak (software). Komputer hanya sebuah alat yang digunakan untuk memproses informasi. Sedangkan yang memproses informasi adalah perangkat lunak. Perangkat lunak merupakan sekumpulan perintah atau instruksi yang dienkapsulasi dalam bentuk program yang dapat dieksekusi oleh komputer dengan tujuan menghubungkan antara pengguna dan perangkat kerasnya. Instruksi-instruksi ini ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras agar dapat bertindak sesuai yang dikehendaki oleh yang memberikan instruksi tersebut. berdasarkan fungsinya, perangkat lunak dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perangkat lunak sistem dan perangkat lunak aplikasi. (Agus Mulyanto, 2009:87).
Perangkat lunak aplikasi adalah program yang ditulis oleh manusia untuk melakukan tugas-tugas atau memecahkan masalah tertentu. Perangkat lunak aplikasi masih dibedakan menjadi dua jenis yaitu, program aplikasi umum dan program aplikasi khusus. Program aplikasi umum merupakan program yang melakukan tugas atau pemrosesan secara umum bagi para
(38)
pengguna akhir, misal pengolah kata, spreadsheet, DBMS, e-mail sender, web browser, dll. Sedangkan program aplikasi khusus adalah program yang secara khusus digunakan untuk mendukung aplikasi khusus untuk para pemakai seperti aplikasi untuk bisnis, aplikasi untuk pendidikan, aplikasi multimedia, dan aplikasi lainnya yang digunakan sesuai bidangnya. (Agus Mulyanto, 2009:88).
2. Internet, Intranet, Ekstranet
Pemanfaatan internet semakin meluas seiring dengan banyaknya bisnis, organisasi, komputer, dan jaringan-jaringan yang tergabung dalam web global dengan menggunakan jaringan ini, sebuah organisasi dapat melakukan pertukaran informasi internal maupun informasi eksternal dengan organisasi lain. Secara khusus, internet tidak memiliki sistem komputer pusat. Pesan yang dikirim memiliki kode khusus yang akan memudahkan server internet untuk melakukan pengiriman sesuai tujuannya. Internet atau international network merupakan rangkaian jaringan terbesar di dunia dimana semua jaringan berada pada semua organisasi dihubungkan dengan suatu jaringan terbesar sehingga dapat saling berkomunikasi. Dalam jaringan tersebut mungkin melibatkan LAN, MAN, dan WAN. (Agus Mulyanto, 2009:113).
(39)
sebuah komputer tunggal atau jaringan komputer lokal atau local area network (LAN) di suatu lokasi. Komunikasi antar sistem komputer ini menggunakan media transmisi gelombang radio (microwave), satelit, jaringan telepon, dan serat optik (fiber optic). (Jogiyanto, 2005:280).
jaringan komputer di dalam suatu organisasi yang menggunakan tekhnologi internet, untuk menyediakan lingkungan yang mirip dengan internet, sehingga memungkinkan saling berbagi informasi, komunikasi, kerja sama, dan dukungan bagi proses bisnis.
Organisasi dapat membatasi akses ke jaringan mereka hanya kepada anggota-anggota organisasi dengan menggunakan intranet. Intranet menggunakan protokol jaringan yang sama dengan internet, namun membatasi akses ke sumber daya komputer hanya pada sekelompok orang terpilih di dalam organisasi. (Raymond dan George, 2005:148).
Ekstranet merupakan jaringan komputer dengan menggunakan tekhnologi internet yang dapat menghubungkan intranet pada suatu organisasi dengan intranet pelanggan, pemasok, atau pada organisasi yang lain dengan tujuan dapat mendukung proses bisnis atau pengaksesan informasi bersama. Ekstranet dapat menggunakan jaringan privat sebagai jalur komunikasi dengan menciptakan hubungan internet yang aman untuk berkomunikasi yang disebut virtual private network, atau menggunakan internet dengan menerapkan enkripsi data dan menggunakan firewall untuk keamanan. (Agus Mulyanto, 2009:117).
(40)
Ketika intranet diperluas untuk mencakup pengguna-pengguna di luar perusahaan, maka disebut sebagai ekstranet. Hanya para pelanggan dan sekutu bisnis yang dipercaya saja yang mampu mendapat akses ekstranet, karena akses ini mengizinkan kemungkinan penggunaan sistem informasi dan sumber daya komputer yang tidak secara langsung berhubungan dengan komunikasi. (Raymond dan George, 2005:148).
Ekstranet memungkinkan terciptanya hubungan strategis antar perusahaan. Perusahaan juga dapat menggunakan ekstranet untuk publikasi dan menawarkan produk mereka kepada pihak lain. selain itu, perusahaan dapat memberikan layanan kepada sejumlah perusahaan yang menjadi mitra bisnisnya. Ekstranet juga dapat membantu proses bisnis perusahaan yang berorientasi pada pelanggan dengan menyediakan layanan dan informasi yang interaktif kepada pelanggan. (Agus Mulyanto, 2009:118).
3. World Wide Web (www)
World Wide Web (www atau web) merupakan salah satu
yang menyebabkan populernya Internet. www dikembangkan oleh Tim Berners-Lee ketika bekerja di CERN (Swiss). Dengan web kemudahannya untuk mengakses informasi, yang dihubungkan satu dengan lainnya melalui konsep hypertext. Informasi dapat tersebar di mana-mana di
(41)
digunakan kembali. MySQL merupakan salah satu database server yang berkembang di lingkungan open source dan didistribusikan secara free (gratis) di bawah lisensi GPL (General Public LicenseMySQL merupakan Relational Database Management System (RDBMS) server. (Hartono, Utomo, dan Mulyanto, 2010, h. 16).
World Wide Web (www) (dalam Nugroho, 2008:49) adalah suatu file yang asal mulanya harus dibuat dengan bahasa HTML (Hyper Text Markup Language). Jaringan ini merupakan fasilitas internet. File www ini biasanya disebut situs web (website) dan dapat diakses dari seluruh penjuru dunia mana pun yang sudah terhubung dengan internet. File www mempunyai nama yang sudah diatur dengan standar baku internasional. Contoh nama suatu situs adalah ugm.ac.id. Nama tersebut terdiri dari tiga kata yang satu sama lain dipisahkan tanda titik (dot). Kata id adalah kode untuk negara Indonesia. Kata ac menunjukkan jenis organisasinya yang artinya academic atau pendidikan. Adapun kata ugm menunjukkan pemilik nama tersebut. nama tersebut disebut nama domain. Selain nama domain yang berorientasi negara, ada juga nama domain yang berorientasi internasional tanpa menunjukkan identitas negara, contohnya microsoft.com milik perusahaan Microsoft atau Kompas.com milik perusahaan harian Kompas, contoh lain adalah www.jogja.com sebuah portal bisnis kota Jogja. (Eko Nugroho, 2008:50).
www menyajikan berbagai jenis informasi dalam bentuk dokumen yang saling terkait. Selain teks, suatu dokumen mungkin saja disertai oleh
(42)
gambar, suara, atau video. Penggunaan jaringan ini memungkinkan seseorang pengguna pindah dari satu halaman dokumen tertentu ke dokumen lain tanpa harus tahu bahwa masing-masing dokumen sebenarnya terdapat di komputer (web server) yang berbeda dan bahkan mungkin tersebar di seluruh dunia. Memang untuk mengakses dokumen dari web server seseorang memerlukan perangkat lunak web browser. (Sondang P. Siagian, 2005:108).
www merupakan layanan internet yang paling populer dan paling banyak digunakan dewasa ini. Populernya layanan www adalah karena dengan menjalankan browser, pemakai dapat mengakses dokumen yang disimpan di berbagai web server di seluruh dunia. Pemakai tinggal mengisi URL dan meskipun yang bersangkutan tidak mengetahui lokasi webserver, ia akan memperoleh dokumen yang diinginkannya. (Sondang P. Siagian, 2005:109).
www atau biasa disebut dengan web (dalam bahasa Indonesia diusulkan menjadi JJJ atau Jelajah Jagad jembar atau Jaringan Jagad Jembar) merupakan suatu siatem informasi multimedia yang memanfaatkan internet untuk mempublikasikan informasi. Informasi multimedia di www dibuat dengan menggunakan hypertext. Dokumen hypertext disimpan di server web (misalnya di geocities.com) dan diakses dengan menggunakan browser
(43)
HTTP (Hypertext Transfer Protocol) adalah protokol (kumpulan dari aturan-aturan komunikasi) yang mengatur komunikasi antara server web dengan web browser. Tiap-tiap dokumen web mempunyai sebuah alamat yang disebut dengan URL (Uniform Resource Locator). Sedangkan HTML (Hypertext Markup Language) merupakan bahasa yang digunakan untuk menentukan isi dan struktur dari halaman-halaman web. bahasa HTML ini berkembang terus seiring dengan berkembangnya website (situs-situs web yang semakin banyak dibuat). Generasi baru dari bahasa HTML adalah XML (eXtensible Markup Language) dan penerapannya di pelaporan akuntansi yaitu XBRL (eXtensible Business Reporting Language). (Jogiyanto, 2005:284-285).
2.1.5. Pelayanan Publik
1. Pengertian Umun Pelayanan Publik
Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomo 63 Tahun 2003 (dalam Ratminto dan Atik, 2010:18) pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
(44)
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Asas Pelayanan Publik
Berdasarkan Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004 (dalam Ratminto dan Atik, 2010:19) penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas sebagai berikut: a. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif
(45)
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Pelayanan Pemerintahan dan Perizinan
Beberapa pengertian yang terkait dengan manajemen pelayanan pemerintahan dan perizinan (Ratminto dan Atik, 2010:243) adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan pemerintahan dan perizinan adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau yang melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau organisasi.
2. Prinsip dasar adalah hal paling penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah pada saat mendesain atau mengevaluasi suatu pelayanan pemerintahan dan perizinan. Prinsip-prinsip ini akan dapat memberikan pedoman tentang perlu atau tidaknya suatu jenis pelayanan pemerintahan dan perizinan diselenggarakan.
3. Asas pelayanan adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah pada saat mendesain atau mengevaluasi tata cara dan tata aliran pelayanan pemerintahan dan perizinan. Asas-asas ini akan dapat memberikan pedoman tentang efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pelayanan.
(46)
4. Tata cara pelayanan adalah merupakan ketentuan yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan. Tata cara adalah merupakan terjemahan dari method, yang biasanya di-Indonesia-kan menjadi metoda atau tata laksana.
5. Tata aliran adalah merupakan penjelasan tentang urut-urutan hal yang harus dilakukan oleh seseorang pada saat akan mengurus pelayanan pemerintahan dan perizinan tertentu. Ini adalah merupakan terjemahan dari procedure, yang biasanya di-Indonesia-kan menjadi prosedur.
4. Standar Pelayanan Minimal
Ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) diatur di dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA Tahun 2002, kemudian diatur lebih kanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005. (Ratminto dan Atik, 2010:255).
Penetapan standar pelayanan menjadi isu yang sangat penting dalam pengembangan sistem pelayanan publik di Negara Kesatuan. Standar pelayanan perlu mengatur aspek input, proses, dan output pelayanan. Input pelayanan penting untuk distandarisasi mengingat kuantitas dan kualitas dari input pelayanan yang berbeda antar daerah menyebabkan sering terjadinya ketimpangan akses terhadap pelayanan
(47)
menyelenggarakan layanan publik. Standar proses sebaiknya hanya mengatur prinsip dasar penyelenggaraan layanan, yaitu: penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. standar proses dirumuskan untuk menjamin pelayanan publik di daerah memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan yang transparan, non-partisan, efisien, dan akuntabel.
Standar juga harus mengatur secara proporsional hak dan kewajiban antara penyelenggara dan pengguna layanan. Selain harus proporsional, hak dan kewajiban dari warga pengguna dan penyelenggara layanan perlu diatur secara jelas pada standar tentang transparansi pelayanan. Standar transparansi juga harus mengatur pemberian informasi tentang biaya dan waktu yang diperlukan bagi warga pengguna untuk mendapatkan pelayanan publik. Standar waktu dan biaya sangat penting karena ketidakpastian waktu dan biaya sangat mempengaruhi perilaku warga dalam mengakses layanan. (Agus Dwiyanto, 2010:36-37).
5. Pemberdayaan Warga Pengguna
Warga pada umumnya kurang peduli terhadap penyelenggaraan layanan publik. Sikap mereka yang pasrah, nrimo, dan menganggap pelayanan pemerintah adalah kebaikan (goodwill) dari pemerintah membuat birokrasi dan aparatnya seringkali kurang bahkan tidak mempedulikan kebutuhan mereka. Masih sedikit dari warga kita yang beranggapan bahwa mengakses pelayanan publik yang mereka butuhkan itu merupakan haknya dan menjadi kewajiban negara untuk
(48)
menyediakannya. Dengan penilaian yang seperti itu warga cenderung menerima apa adanya pelayanan dari pemerintah dan birokrasinya. (Agus Dwiyanto, 2010:115).
Karena birokrasi tidak sensitif terhadap kepuasan dan kepentingan warga pengguna, maka ketika warga pengguna menyampaikan kepeduliannya kepada rezim pelayanan secara individual cenderung diabaikan dan tidak memperoleh respon yang wajar dari rezim penyelenggara layanan. Kecuali apabila warga dapat mengkonsolidasi dirinya dan bergabung dalam suatu kelompok pengguna. Keberadaan kelompok pengguna ini diperlukan selain sebagai kelompok kepentingan, juga sebagai wahana bagi para pengguna untuk berbagi informasi dan pengalamannya dalam mengakses pengalaman tertentu. (Agus Dwiyanto, 2010:118).
Dalam situasi seperti ini, seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk memberdayakan warganya dengan cara menyediakan informasi yang memadai. Setidak-tidaknya pemerintah harus membuka dirinya ketika warga membutuhkan informasi terkait dengan pelayanan yang diselenggarakannya. Pemerintah atau penyelenggara layanan biasanya sekedar menyediakan informasi tentang berbagai hal yang terkait dengan
(49)
sampaikan melalui papan pengumuman atau website. (Agus Dwiyanto, 2010:119).
2.1.6. Sistem Informasi Pemerintah Daerah
Pengembangan aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi di lingkungan pemerintah dikenal dengan sebutan e-government (e-gov). Menurut Bank Dunia (dalam Nugroho, 2008:165), istilah e-gov didefinisikan sebagai penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas layanan pemerintahan. Sedangkan menurut Clay G. Wescott (dalam Suyanto, 2005:331) e-government adalah penggunaan tekhnologi komunikasi dan informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya pemerintahan, meningkatkan pelayanan pemerintah, lebih memberikan akses informasi yang lebih besar kepada masyarakat dan membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada rakyat.
Tujuan-tujuan e-gov (Eko Nugroho, 2008:166) antara lain:
1. Penyediaan akses yang mudah terhadap informasi dan layanan pemerintah ke masyarakat dan dunia usaha.
2. Peningkatan kualitas layanan dengan cara peningkatan kecepatan, kesempurnaan, dan proses yang efisien.
3. Penyediaan peluang yang lebih besar bagi masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai proses demokrasi.
(50)
4. Interaksi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat bagi kemajuan layanan publik yang semakin baik.
Macam interaksi yang ada dalam e-gov dapat digambarkan pada gambar berikut:
C2C C2G G2G
C2B B2G
B2B
Bagan 2.1 Interaksi dalame-gov
(Eko Nugroho, 2008:166)
C2C : customer to customer (masyarakat ke masyarakat) C2B : customer to bisnis (masyarakat ke dunia bisnis) C2G : customer to government (masyarakat ke pemerintah) MASYA
RAKAT
MASYA RAKAT
PEMERIN TAH
PEMERIN TAH
BISNIS
(51)
Aplikasi government to citizens (G2C) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang paling umum. Pelayanan tersebut dapat berupa pelayanan pajak, pelayanan kartu penduduk, pelayanan peraturan pemerintah, pelayanan perijinan reklame, pendaftaran hak cipta, pelayanan perpanjangan SIM dan STNK, pelayanan ibadah haji, dsb. Aplikasi government to business (G2B) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada bisnis. Pelayanan tersebut dapat berupa pelayanan pembayaran pajak perusahaan, pelayanan tender proyek pemerintah, pelayanan perijinan pendirian usaha, informasi lokasi bisnis, informasi kebutuhan belanja pemerintah, pelayanan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), dsb. Aplikasi government to government (G2G) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada pemerintah lain. Pelayanan tersebut dapat berupa hubungan administrasi antar pemerintah dengan kedutaan besar atau konsulat jenderal, aplikasi kantor pemerintah dengan bank-bank pemerintah, aplikasi pemerintah berhubungan dengan bank-bank asing, dsb. Government to employees (G2E) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada pegawainya. Pelayanan pemerintah kepada pegawainya terdiri dari berbagai aplikasi perkantoran, peraturan kepegawaian, peluang karir, record pegawai, kompensasi pegawai, dsb. (Suyanto, 2005:331-332).
Zhiyuan Fang dalam E-Government in Digital Era: Concept, Practise, and Development (Vol. 10, No. 2, 2002:1) menyebutkan bahwa:
This paper outlines eight different potential types or models in an e-government system that is useful to define scope of E-government studies: Government-to-Citizen (G2C); Citizen-to-Government (C2G); Government-to-Business (G2B); Business-to-Government
(52)
(B2G); Government-to-government (G2G);
Government-to-Nonprofit (G2N); Nonprofit-to-Government (N2G); and
Government-to-Employee (G2E
(Secara garis besar tulisan ini menyebutkan delapan tipe berbeda atau model yang biasa digunakan dalam e-government adalah government-tocitizen (G2C), citizen-to-government (C2G), government-to-business (G2B), business-to-government (B2G), government-to-government (G2G), government-to-nonprofit (G2N), nonprofit-to-government (N2G), dan government-to-employee (G2E)).
Agar e-gov sukses (Eko Nugroho, 2008:167) maka diperlukan tiga hal berikut:
1. Infrastruktur tekhnologi harus mencukupi.
2. SDM harus memiliki keterampilan yang memadai. 3. Ketersediaan akses ke internet.
Tahapan perkembangan aplikasi e-gov dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
PUBLIKASI
INTERAKSI
Layanan pencarian dan pengambilan informasi bagi pengguna
TRANSAKSI
Layanan pencarian informasi, pembelian produk, pengisian formulir untuk pengguna
(53)
1. Tahap Publikasi
Secara terminologi, publikasi berarti penyiaran, pengumuman atau penerbitan. Ton kertapati menjelaskan dalam bukunya Dasar Dasar Publisistik Dalam Perkembangannya Di Indonesia Menjadi Ilmu Komunikasi bahwa istilah publisistik berasal dari kata kerja bahasa latin publicare yang berarti mengumumkan. Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa istilah publikasi dapat diartikan pengumuman tentang suatu hal yang disiarkan lewat media elektronik dan atau diterbitkan di media cetak.
Publikasi menurut Djoko Agung Harijadi (http://madina.co.id/) adalah memberikan informasi tidak hanya berupa berita, namun lebih dari itu adalah memberikan informasi seluruh kegiatan pemerintahan seperti rancangan undang undang, regulasi, kebijakan dan belanja pemerintah yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini aplikasi e-gov digunakan terutama untuk publikasi tentang kegiatan pemerintah kepada masyarakat. Melalui pelayanan tersebut, antara lain situs internet, masyarakat dapat melihat berbagai macam kegiatan pelayanan pemerintah yang dilakukan bagi masyarakat.
2. Tahap Interaksi
Tahap interaksi di sini adalah tahap di mana masyarakat dan pemerintah mampu berkomunikasi secara sederhana seperti mengirim e-mail atau menggunakan fasilitas chat-room. Interaksi menurut Djoko Agung Harijadi (http://madina.co.id/) merupakan komunikasi dua arah
(54)
atas partisipasi para pemangku kepentingan. Tahapan ini sebagai tahapan dimana masyarakat dan pemerintah telah berinteraktif dengan menggunakan fasilitas website dimana pengguna atau masyarakat dapat men-download formulir dan berkomunikasi dengan pegawai pemerintah di internet. Pada tahap ini aplikasi e-gov sudah dapat melayani permintaan masyarakat tentang suatu informasi berdasarkan kriteria tertentu yang dikehendaki, termasuk apabila masyarakat ingin mengunduh (mendownload) suatu informasi atau suatu formulir dari pemerintah sehingga aktivitas ini dapat dilakukan.
3. Tahap Transaksi
Tahap transaksi merupakan tahap dimana layanan dalam pemerintahan ini memiliki kegunaan transaksi antara masyarkat dengan pemerintah. Transaksi menurut Djoko Agung Harijadi (http://madina.co.id/) merupakan tahapan yang memungkinkan terjadinya transaksi informasi dan layanan oleh suatu instansi kepada para pemangku kepentingannya, berupa pengisian form elektronik hingga upload dokumen. Tahapan ini terwujud jika para pengguna atau masyarakat dapat melakukan transaksi via online seperti dalam melakukan pembayaran layanan dan melakukan kegiatan serupa lainnya
(55)
Model tahapan pengembangan e-gov yang lain dikembangkan oleh Moon (dalam Nugroho, 2008:168) adalah sebagai berikut:
Tahap Fokus Aktivitas Pembelajaran Kriteria Kinerja
Informasional Pelayanan masyarakat
Pengembangan
situs untuk
publikasi ke masyarakat
Orientasi kebutuhan masyarakat
Kualitas informasi
Transaksional Pelayanan masyarakat
Pengembangan
situs untuk
pelayanan masyarakat
Orientasi kebutuhan masyarakat Pemasyarakatan transaksi elektronis Perancangan ulang proses Internal (integrasi horizontal) Perancangan ulang pelayanan ke masyarakat oleh pemerintah
Perancangan ulang model pelayanan ke masyarakat
Pengembangan efektivitas dan efisiensi Integrasi penuh Eksternal (integrasi vertikal) Perubahan organisasi
Memperluas batas
pelayanan ke
masyarakat
Membuka keterbatasan sistem konvensional E-democracy Model
demokrasi politik/sosial Perubahan budaya/sosial/poli tik Pembelajaran budaya/sosial dan politik
Kepercayaan dari masyarakat
Kematangan Model
politik/sosial berdasarkan tekhnologi terbaru
Budaya/sosial/pol itik berdasarkan tekhnologi terbaru
Budaya/sosial/politik berdasarkan
tekhnologi terbaru
Pemerintahan yang dilakukan pemerintah dan rakyat
Keenam tahap ini terdiri atas 3 fase. Tahap 1 dan 2 adalah fase e-gov/e-commerce, sementara tahap 3 dan 4 adalah fase efisiensi dan efektivitas internal. Tahap 5 dan 6 adalah fase pemasyarakatan budaya, sosial, dan politik e-gov. Fase tersulit adalah pemasyarakatan budaya, sosial, dan politik e-gov. Apabila dilihat tahap-tahap tersebut, kelihatan bahwa setelah tahap 2, masalah yang dijumpai pada dasarnya bukan lagi masalah tekhnologi, melainkan proses organisasi, struktur, kultur, sosial, dan politik. (Eko
(56)
Kesiapan menuju keberhasilan e-Government menurut Heeks (dalam Hartono, Utomo, dan Mulyanto, 2010, h. 16) berkaitan dengan:
1. Infrastruktur legal/hokum. Perlu adanya perangkat hokum untuk menangkal
kejahatan digital, serta melindungi privasi, sekuriti data/informasi dan transaksi digital perorangan, perusahaan dan lembaga pemerintah.
2. Infrastruktur kelembagaan. Perlu adanya instansi khusus yang menangani
e-Government yang memberikan layanan informasi kepada masyarakat termasuk layanan digital.
3. Infrastruktur SDM. Sistem kepegawaian perlu dapat dikembangkan agar mampu
menarik SDM berkualitas professional dalam bidang telematika untuk ikut berkiprah dalam e-Government milik pemerintah.
4. Infrastruktur teknologi. Meskipun teknologi yang diperlukan relative mahal, tapi
peluang kerjasama dengan swasta perlu dikembangkan dalam membangun infrastruktur teknologi untuk mendukung e-Government.
5. Suport, Capacity, Value
6. Political environment, Leadership, Planning, Stakeholder, Transparency, Budgets, Technology, Innovation
Manfaat yang diperoleh oleh negara yang telah melaksanakan
e-government (Suyanto, 2005:331-336) antara lain:
1. Mengurangi secara nyata biaya keseluruhan administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun yang dikeluarkan masyarakat, pelaku
(57)
2. Memberdayakan masyarakat, pelaku bisnis, industri dan lembaga lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pemngambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
3. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan
tepat menjawab tantangan permasalahan yang dihadapi dalam persaingan global yang sangat ketat, seperti yang dilakukan Pemerintah Malaysia lewat Tekhnologi Informasi Development Corporation memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan atau institusi-institusi atau fakultas-fakultas yang berpartisipasi dan melakukan aktivitas ICT-nya dan diberi predikat MSC Satus.
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan masyarakat, pelaku bisnis, industri, dan lembaga lainnya, misalnya pendapatan dari menyewakan ruang untuk iklan.
5. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.
Misalnya Departemen Keuangan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melaporkan ke Inspektur Jenderal Departemen Keuangan bila terjadi KKN.
2.1.7. Tantangan Dalam Mengembangkan Sistem Informasi Global Pengembangan semua jenis sistem informasi dapat menjadi suatu tantangan, tetapi ketika sistem yang dibuat mencakup batas internasional, para pengembangnya harus mengatasi beberapa kendala yang unik. Istilah sistem informasi global (global information system-GIS) diberikan untuk suatu sistem informasi yang terdiri atas beberapa jaringan yang melintasi
(58)
batas negara. Berikut adalah beberapa kendala yang harus diatasi oleh pengembang GIS. (Raymond dan George, 2008:40).
1. Kendala-kendala Politis
Pemerintah nasional di suatu negara di mana anak perusahaan berada dapat menerapkan beragam pembatasan yang menjadikan perusahaan induk mengalami kesulitan untuk memasukkan anak perusahaan tersebut ke dalam jaringan. Pembatasan yang umum adalah akses yang terbatas ke komunikasi berkecepatan tinggi. Karena infrastruktur telepon biasanya dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah dan bukannya perusahaan swasta, hal ini dapat menjadi suatu rintangan yang cukup berat.
2. Rintangan Budaya dan Komunikasi
Rintangan budaya juga dapat mempengaruhi rancangan suatu GIS. Di dalam beberapa masyarakat tertentu, penggunaan tekhnologi dianggap sebagai suatu pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian, sedangkan di masyarakat lainnya dipandang sebagai suatu pertanda tingkat sosial. a. Pembatasan pembelian dan impor piranti keras
Pemerintah nasional mencoba untuk melindungi pabrikan lokal dan merangsang investasi asing pada produksi lokal dengan menentukan bahwa hanya peralatan yang diproduksi atau dirakit di negara itu yang
(59)
Kebijakan nasional dapat mengatur bahwa data harus diproses di dalam negeri, bukan dikirim ke luar negeri dan diproses di tempat lain.
c. Pembatasan komunikasi data
Pembatasan komunikasi data yang paling banyak dipublikasikan adalah pembatasan yang dikenakan pada aliran data antar negara. Aliran data antar negara (transborder data flow-TDF) adalah pergerakan data yang dapat dibaca oleh mesin melintasi batas negara. Peraturan TDF, yang diawali pada tahun 1970-an telah diberlakukan oleh banyak negara sebagai salah satu cara untuk melindungi privasi pribadi warga negaranya.
3. Masalah Tekhnologi
Di beberapa negara, sumber listrik yang dapat diandalkan mungkin tidak tersedia, sehingga mengakibatkan seringnya terjadi gangguan listrik. Sirkuit telekomunikasi sering kali hanya dapat mengirimkan data dengan kecepatan yang rendah, dan kualitas transmisinya juga buruk. Peranti lunak juga dapat menjadi masalah. Karena banyak negara tidak memperhatikan hak cipta atas peranti lunak dan menutup mata pada peranti lunak bajakan. Beberapa vendor peranti lunak menolak untuk berbisnis di beberapa negara tertentu.
2.1.8. Pengembangan SIM Berbasis Website
Untuk meningkatkan pelayanan kepada publik terkait pelayanan perizinan, maka BPPT Kabupaten Karanganyar mulai mengembangkan
(60)
sistem informasi berbasis website atau yang sering disebut dengan e-government. Salah satu media penciptaan integrasi pelaksanaan SIM berbasis website yaitu dengan dibukanya website resmi BPPT yang beralamat www.bppt.karanganyarkab.go.id. Melalui website www.bppt.karanganyarkab.go.id BPPT dapat mempublikasikan data maupun informasi terkait pelayanan kepada pengguna sehingga pengguna bisa mengakses data maupun informasi dengan cepat, tepat, dan akurat.
Dalam pengembangan aplikasi layanan SIM berbasis website melalui website www.bppt.karanganyarkab.go.id, maka komponen dasar penentu keberhasilan integrasi pelaksanaan SIM berbasis website yaitu meliputi pengembangan layanan publik, pengayaan informasi melalui web informasi, pengembangan media komunikasi dan akses publik, dan pengelolaan informasi dan pengetahuan. Pengembangan SIM berbasis website atau biasa disebut sebagai e-government sudah menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah daerah atau institusi pemerintah. Hal ini seiring dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.
Ali Rokhman dalam E-Government Adoption in Developing Countries; the Case of Indonesia (Vol. 2, No. 5, 2011:228) disebutkan
(61)
development of government, (d) ICT training for supporting e-government implementation, (e) implementation of the Local
(Departemen Komunikasi dan Informatika pada tahun 2003 telah mengeluarkan Pedoman Pengembangan E-Government. Pedoman ini mengatur semua instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah, tentang: (a) pembangunan infrastruktur Portal pemerintah, (b) pengelolaan dokumen pemerintah elektronik, (c) perencanaan pembangunan e-government, (d) pelatihan TIK untuk mendukung e-government pelaksanaan, (e) pelaksanaan website Pemerintah Daerah). Pedoman ini dapat dijadikan landasan bagi BPPT Kabupaten Karanganyar untuk mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aplikasi layanan SIM berbasis website).
Untuk mencapai keberhasilan, maka BPPT harus memperhatikan apakah website yang dikelola sudah sesuai dengan Pedoman Pengembangan E-Government. BPPT juga harus meningkatkan kualitas layanannya. Kualitas layanan di sini terkait dengan SDM yang profesional dalam bidang tekhnologi
informasi agar dapat mengelola website BPPT secara maksimal. Peningkatan
kualitas SDM dapat dilakukan dengan cara pemberian pelatihan bagi pegawai dalam bidang tekhnologi informasi. Dengan adanya pelatihan di bidang tekhnologi informasi, maka pegawai dapat mengembangkan konsep layanan perizinan dengan
menerapkan SIM berbasis website yang sesuai dengan tahapan layanan dalam
e-government.
2.2.Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini akan menjelaskan alur penelitian yang dimulai dari adanya kendala dalam pengembangan sistem informasi berbasis website yang dilakukan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar.
(62)
Kendala tersebut antara lain kurangnya SDM yang berkualitas, kurangnya sarana dan prasarana, serta adanya prosedur yang berbelit-belit.
Berlandaskan pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, maka BPPT berupaya mengembangkan sistem informasi berbasis website dengan lebih baik lagi. Pengembangan website tersebut akan melalui tahapan publikasi, interaksi, dan publikasi. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di BPPT. Untuk memudahkan, dapat dilihat bagan di bawah ini :
Bagan 2.3
Kerangka Pemikiran
Pengembangan SIM berbasis website di BPPT Kabupaten Karanganyar
Kendala yang dihadapi: - prosedur berbelit-belit - kekurangan SDM - kekurangan sarana dan prasarana
Inpres No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Gov
Pengembangan SIM berbasis website di BPPT
Kabupaten Karanganyar melalui tahapan publikasi, interaksi, dan transaksi Terciptanya peningkatan kualitas pelayanan publik di BPPT
(63)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggali dan memahami serta mendeskripsikan fenomena sosial tentang bagaimana proses pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian kualitatif (Sugiyono, 2010:8) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif (Muhammad Idrus, 2009:23) adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya.
3.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merancang akan melakukan penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar yang bertempat di Jalan Lawu Karanganyar Kode Pos 57711. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah lokasi tersebut merupakan lokasi yang dianggap tepat
(64)
dan sesuai untuk melakukan penelitian serta mengumpulkan berbagai jenis data serta informasi yang dibutuhkan oleh peneliti terkait pengembangan SIM berbasis website yang dilakukan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar.
3.3. Jenis Data
Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer (Ulber Silalahi, 2010:289) adalah suatu objek atau dokumen original-material mentah dari pelaku yang disebut first hand information. Dalam penelitian ini sumber data primer akan diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara dengan informan. Wawancara akan dilakukan secara langsung dari sumbernya (informan), yaitu informasi yang berasal dari Kepala Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran, petugas pengelola website, serta konsumen pengguna website BPPT.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.
(65)
3.4. Tekhnik Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling (Ulber Silalahi, 2010:272) merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun dalam hal ini yang dipercaya sebagai informan yang tepat dan akan digunakan sebagai sarana pengumpulan data dan informasi adalah Kepala Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran yakni Ibu Endang Widowati, SE. Kemudian informan selanjutnya adalah petugas pengelola website yakni Bapak Yudiastri Hermawan, ST. Dan beberapa informan dari pengguna website.
3.5. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini direncakan akan menggunakan tekhnik wawancara dan observasi.
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada informan yang telah dipilih, yakni Kepala Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran, petugas pengelola website, serta konsumen pengguna layanan web. Proses wawancara ini akan dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun kerangka atau pedoman wawancara yang kemudian akan digunakan sebagai acuan, sehingga akan memudahkan dalam melakukan kegiatan wawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk menggali data dan
(66)
informasi sebanyak-banyaknya dan selengakap-lengkapnya terkait bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website di BPPT Kabupaten Karanganyar.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan (Muhammad Idrus, 2009:101) merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2010:166) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tekhnik observasi non-participant. Artinya peneliti tidak terlibat langsung dan hanya berperan sebagai pengamat.
3.6. Validitas Data
Untuk meningkatkan validitas data, maka dalam penelitian ini akan digunakan tekhnik triangulasi. Pengertian tekhnik triangulasi (Moloeng, 2004:330) adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber data,
(67)
3.7. Tekhnik Analisis Data
Mengacu pada jenis penelitian dalam penelitian ini yang merupakan penelitian kualitatif, maka peneliti merancang akan menggunakan tekhnik analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2010:339). Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan melakukan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan (lebih
(1)
commit to user
yang pinter soal website itu udah ngurusi kerjaan lain. Kalau mau mengembangkan pelayanan online ya pegawainya harus diberi pelatihan dulu. Apalagi pegawai BPPT juga kebanyakan usianya sudah menjelang pensiun. Jadi ya agak susah buat belajar soal website. Selain itu, untuk mengadakan pelatihan juga harus izin dulu. Soalnya itu terkait dengan anggaran. Kalau ada anggaran ya ada pelatihan. Kalau nggak ada ya nggak
(Wawancara tanggal 14 Januari 2013)
Pengembangan pelayanan perizinan secara online tidak dapat terlaksana dengan baik jika tidak ada support dari pihak pemohon izin sebagai pengguna website. Jika pemohon izin masih awam dengan penggunaan website, maka penyediaan website pun menjadi tidak bermanfaat. Hal ini terjadi karena pemohon izin masih kurang paham dengan dunia internet. Pemohon izin yang kebanyakan berusia di atas 30 tahunan kurang bisa memanfaatkan penggunaan tekhnologi informasi, khususnya internet. Ini terlihat dari sepinya pengunjung website BPPT tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh petugas pengelola website, Bapak Yudiastri:
online ya sebenarnya itu malah lebih bagus lagi. Pelayanan juga lebih cepat. Kerjaan petugas juga jadi enak. Pemohon juga nggak wira-wiri datang ke BPPT. Tapi seperti yang kita tau mbak, apa masyarakat Karanganyar itu sudah melek internet apa belum. Mungkin kalau masyarakatnya kayak kita masih muda-muda ya nggak masalah menggunakan website. Tapi kalau masyarakatnya udah di atas 30an, mesti kan kesulitan. Yang ada nanti malah nambahi kerjaan kalau diterapkan sistem online. Nanti petugas sama saja kerja dua kali kalau dipaksakan sistem online. Soalnya mesti banyak yang nggak ngerti trus
(Wawancara tanggal 10 Januari 2013).
Untuk proses pengembangan selanjutnya, pihak BPPT akan menerapkan sistem pengecekan perizinan dengan konsep cek via website.
(2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dengan konsep cek via website, pemohon akan mengetahui sejauh mana proses perizinannya dilakukan. Sehingga pemohon dapat memantau perkembangan proses perizinannya. Pengembangan konsep cek via website ini rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2013 ini.
Terkait dengan pembayaran, BPPT juga belum menerapkan sistem pembayaran secara elektronik. Meskipun demikian, untuk pembayaran pihak BPPT sudah bekerja sama dengan pihak Bank Jateng Cabang Karanganyar. Dalam hal ini pemohon tidak perlu datang ke Bank Jateng karena di kantor BPPT sudah menyediakan loket khusus pembayaran yang ditangani secara langsung oleh pihak Bank Jateng. Pernyataan ini dikemukakan oleh pengelola website, Bapak Yudiastri:
secara elektronik. Pemohon harus datang langsung ke BPPT dan mbayarnya langsung ke loket di BPPT. Tapi walaupun sistemnya bukan sistem secara elektronik, BPPT sudah kerja sama dengan Bank Jateng. Sistemnya jadi seperti di Kantor Pelayanan Pajak. Di samping loket pelayanan perizinan sudah ada loket Bank Jateng. Jadi pemohon nggak usah datang ke Bank Jateng yang di
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa penerapan sistem informasi manajemen berbasis website di BPPT masih dalam tahap pengembangan dan belum maksimal. Sepinya pengunjung website BPPT menandakan bahwa para pemohon izin kurang merespon keberadaan website itu. Hal ini disebabkan karena masih awamnya pemohon izin dengan dunia internet. Secara tidak langsung, kurangnya pemahaman pemohon izin terhadap dunia internet ikut mempengaruhi kelangsungan dan perkembangan website.
(3)
n
s.
a
c.
id
d
ig
ilib
.u
n
s.
a
c
o
m
m
it
t
o
u
ser
Kepala Badan Dr. Dra. Nur Halimah,M.Pd
Kelompok jabatan fungsional
Sekretaris
Drs. Agung Tjahjo Nugroho, MM
Sub Bagian Perencanaan Cuk Hargiyanto, SH
Sub Bagian Keuangan Dra. Hartini, MM
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Diyatmoko, SH
Bidang Informasi, Pendaftaran dan Penanganan Pengaduan
Joko Wasono, S.Sos Sub Bidang Informasi
dan Pendaftaran Endang Wiidowati, SE Sub Bidang Penanganan
Bidang Penelitian dan Administrasi Purwanto, ST
Sub.Bid. Koordinasi & Penelitian Lapangan
Erni Riwayanti, SE
Bidang Perhitungan & Pelaporan Agus Cahyanto, SH. MM.
Sub Bidang Perhitungan Drs. Murseno
Bidang Penanaman Modal Drs. EC. Ranung
Pagusta, MM Sub.Bid. Pengendalian
Penanaman Modal Drs. Puji Kaesthi W.P
(4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
9 9
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis mengenai Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Website Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem informasi berbasis website di BPPT saat ini belum maksimal.
Belum maksimalnya pengembangan website dapat diketahui dari tahapan perkembangan yang ada, pihak BPPT baru melaksanakan tahap publikasi dan interaksi saja. Sementara untuk tahap transaksi pihak BPPT masih belum melaksanakannya. Bahkan untuk tahap interaksi pun pelaksanaannya masih kurang maksimal. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut adalah penjelasannya:
1. Tahap Publikasi
Pada tahap publikasi ini pihak BPPT sudah berupaya menyediakan informasi yang selengkap-lengkapnya. Walaupun pemanfaatan website hanya sebatas pemberian informasi saja, tetapi informasi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Misalnya saja informasi mengenai tata cara maupun persyaratan mengajukan permohonan izin IMB, Izin Trayek, atau yang lainnya. Selain itu, pihak BPPT juga menyediakan informasi mengenai profil BPPT. Pihak BPPT juga
(5)
commit to user
berupaya selalu memperbarui informasi yang ada pada website. Hal itu bertujuan agar pengguna mendapatkan informasi yang masih baru dan tidak kadaluwarsa.
2. Tahap Interaksi
Tahap interaksi yang dilakukan di BPPT melalui website saat ini baru sebatas pada layanan pengaduan dan penyediaan blangko perizinan. Kebanyakan para pengguna yang memberikan aduan mengeluhkan ketidakpuasannya akibat proses pelayanan perizinan yang tidak tepat waktu. Meskipun pada tahap interaksi ini lebih menekankan pada layanan pengaduan, tetapi ketika ada aduan dari pihak BPPT tidak segera memberikan respon. Hal ini dikarenakan kesibukan petugas dan kurangnya SDM sebagai pengelola website.
3. Tahap Transaksi
Untuk tahap transaksi ini, pihak BPPT belum melaksanakannya. Hal ini terlihat dari pengisian blangko perizinan yang belum dilakukan secara online. Pengisian blangko masih dilakukan secara manual. Begitu pula dengan sistem pembayarannya. Sistem pembayaran belum menggunakan sistem elektronik.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat kita ketahui bahwa secara umum pengembangan sistem informasi berbasis website yang dilakukan oleh BPPT masih belum maksimal. Untuk itu, ada beberapa saran
(6)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
101
yang ingin penulis sampaikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak BPPT Kabupaten Karanganyar. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Agar pengembangan sistem informasi berbasis website berjalan maksimal, maka perlu diadakan pelatihan khusus untuk para pegawai di BPPT di bidang tekhnik informasi. Hal ini terkait dengan kurangnya SDM untuk mengelola website. Jika para pegawai diberikan pelatihan yang cukup di bidang tekhnik informasi, maka pengelolaan website akan berjalan lebih baik lagi. Pengelolaan website pun sebaiknya dilimpahkan kepada pegawai yang ahli di bidang tekhnik informasi. Tujuannya supaya pengelola website dapat memberikan arahan kepada setiap masing-masing pemangku kegiatan perizinan dalam kaitannya memberikan layanan perizinan melalui website kepada pengguna. Setelah tahap tersebut terlaksana, pihak BPPT hendaknya memberikan sosialisasi kepada pengguna terkait dengan pelayanan melalui website tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan brosur kepada para pengguna. Sehingga rencana untuk menerapkan pelayanan perizinan dengan sistem online dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
2. Untuk biaya perizinan di website sebaiknya ditampilkan. Supaya pengguna mendapatkan kepastian besarnya biaya perizinan. Dengan menampilkan biaya perizinan pada website menandakan bahwa kinerja BPPT sudah lebih baik dalam hal transparansi.