PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 AIMAS : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Akuntansi SMK N 1 Aimas Pada Pokok Bahasan Laporan Rekonsiliasi Bank.

(1)

ACCELERATED INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 AIMAS (Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Akuntansi SMK N 1 Aimas Pada Pokok

Bahasan Laporan Rekonsiliasi Bank)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh Lili Susilawati

0909203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Bahasan Laporan Rekonsiliasi Bank)

Oleh : Lili Susilawati

Sebuah skripsi yang diajukann untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi

dan Bisnis

© Lili Susilawati

Universitas Pendidikan Indonesia

© Hak cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

SMK NEGERI 1 AIMAS

(Studi Of Experiment Student class XI Accounting SMK N 1 Aimas On Bank Reconciliation Statement Highlights )

Lili Susilawati ABSTRACT

This research went from a phenomena of the low student’s achievement class XI Accounting in SMK N 1 Aimas. One of factors affects the fenomena is the learning model. The purpose of this study was to determine whether an increase in student learning achievement in the classroom using cooperative learning model Team Accelerated Instruction ie class XI Accountancy 2 in SMK N 1 Aimas on subjects Accounting Competence basis of preparation of reconciliation . This research the experiment method, design of experiment used was Posttes – Only Control Design. Population is all students classXI Accounting SMK N 1 Aimas year 2013 / 2014. A sample in this research was students class XI Accounting 2 as a experimental class and grade XI Accounting 1as a control class by the technique of purposive sample. An instrumen of data collection of students’ achievement was obtained by giving tests in from of description. The test used was formerly conducted validity test, reliability test, the test of the level of distress and power of distinguishing. Data analysis used a normative test and for the testing of hypotheses uses test different average (test t). Based on the results of this study concluded that student learning achievement for the experimental class after implementing cooperative learning model Team Accelerated Instruction is increased as much as 26.09 % while the control class has decreased by 4 % . In the control class, an average value of posttest is 75.12 while the experimental class get received average 84.78 . The hypotheses value is obtained t count = 2,2316 and on the table of normal distribution by assigning fist real 0,05 is obtained t a table =1,6810. This would > . Therefore, it is recommended as one of all alternative learning technique to teach Accounting for teachers. To the next research, it is recommended to be used in examining another the competence basic in Accounting Subject.


(5)

ACCELERATED INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 AIMAS

(Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Akuntansi SMK N 1 Aimas Pada Pokok Bahasan Laporan Rekonsiliasi Bank)

Lili Susilawati ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari fenomena rendahnya hasil belajar siswa XI Akuntansi di SMK N 1 Aimas. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah model pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction yaitu kelas XI Akuntansi 2 di SMK N 1 Aimas pada mata pelajaran Akuntansi Kompetensi dasar penyusunan rekonsiliasi . Penelitian eksperimen menggunakan desain eksperimen Posttest – Only Control Design. Populasinya seluruh siswa kelas XI Akuntansi SMK N 1 Aimas tahun ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI Akuntansi 1 sebagai kelas kontrol dengan teknik purposive sampling. Alat pengumpul data untuk hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes dalam bentuk soal uraian. Soal tes yang akan digunakan sebelumnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan daya pembeda. Teknik analisis menggunakan uji normalitas dan untuk pengujian hipotesis menggunakan uji beda rata – rata (uji t). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction mengalami peningkatan yaitu sebanyak 26,09 % sedangkan untuk kelas kontrol mengalami penurunan sebanyak 4%. Pada kelas kontrol rata – rata nilai posttest sebesar 75,12 sedangkan kelas eksperimen mendapat rata – rata nilai sebesar 84,78. Dalam uji hipotesis diperoleh nilai = 2,2316 dan pada tabel distribusi normal dengan menetapkan taraf nyata 0,05 diperoleh = 1,6810. Hal ini berati > . Dengan demikian, disarankan agar pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Akuntansi bagi guru serta direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti pada kompetensi dasar lainnya dalam mata pelajaran Akuntansi.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif ,Tipe Team Accelerated Instruction, Hasil Belajar


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...………... UCAPAN TERIMAKASIH ...….…... ABSTRAK...……... DAFTAR ISI ………..………... DAFTAR TABEL...…. ... DAFTAR GAMBAR...…….…... ... BAB I PENDAHULUAN...…….…... ... 1.1 Latar Belakang .……….………... 1.2 Rumusan Masalah .………...…………... ... 1.3 Tujuan Penelitian……...………..…………..….... ... 1.4 Manfaat Penelitian ..………...…..…………... BAB II LANDASAN TEORI ...…….…... ... 2.1.Belajar dan Pembelajaran ………...…………... 2.1.1 Definisi Belajar dan Pembelajaran ………... 2.1.2 Tujuan Pembelajaran ... 2.2.Model Pembelajaran ...………...………... 2.2.1 Definisi Model Pembelajaran ...………... 2.2.2 Ciri – ciri dan Fungsi Model Pembelajaran ...…... 2.2.3 Macam –macam Model Pembelajaran...………... 2.3.Model Pembelajaran Kooperatif ...………...

2.3.1 Unsur – unsur Model Pembelajaran Kooperatif ...…... 2.3.2 Pengelolaan Kelas Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 2.3.3 Tipe – tipe Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran

Kooperatif ...………... 2.4.Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team

Accelerated Instruction ...………...……….. ... 2.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction... 2.4.2 Ciri – ciri Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team

Accelerated Instruction ... 2.5.Hasil Belajar ...……….. ... 2.6.Pembelajaran Akuntansi ...………...……….. ... 2.6.1 Pengertian Akuntansi ... 2.6.2 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi ……….... 2.6.3 Rekonsiliasi Bank ...………...……….. ... 2.6.4 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction Dalam Proses Pembelajaran Akuntansi Disekolah ... 2.7.Kerangka Pemikiran...………..……….. ... 2.8.Hipotesis ...………... BAB III METODE PENELITIAN ...…... ...

Hal i ii v vi viii ix 1 1 7 8 8 10 10 10 12 13 13 15 18 20 23 25 26 27 31 32 32 32 33 35 36 39 41 43 45


(7)

3.1Desain Penelitian ...………... ... 3.2Operasional Variabel ... ...

3.3 Populasi dan Teknik Sampel………..………... ...

3.3.1 Populasi ...………... ... 3.3.2 Sampel ...………….. ... 3.3.3 Instrumen Penelitian ..………...

3.4 Teknik Analisa Data ..………...…... ...

3.4.1 Tahap Persiapan ...………... ... 3.4.2 Tahap Pelaksanaan ..………..………... ... 3.4.3 Tahap Pasca - Pelaksanaan……….………... 3.5Teknik Pengujian Hipotesis …...………... 3.5.1 Uji Normalitas ...………... ... 3.5.2 Uji t ...………... ... BAB IV HASIL PENELITIAN ...…….…... ... 4.1 Gambaran Obyek Penelitian ………...………...

4.1.1 Profil SMK N 1 AIMAS ... 4.1.2 Visi dan Misi ... 4.2 Gambaran Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar Siswa ... 4.3 Pengujian Hipotesis ... 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...…….…... 5.1 Kesimpulan ………...………..………... 5.2 Saran ………...………...…...

DAFTAR PUSTAKA………...………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN 45 46 47 47 47 48 49 49 59 62 62 62 64 67 67 67 67 70 76 79 83 83 84 86


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur Pengelompokan Heterogenitas – Akademis ... Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... Gambar 4.1 Nilai Awal Kelas Kontrol ... Gambar 4.2 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... Gambar 4.3 Nilai Awal Kelas Eksperimen ... Gambar 4.3 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ...

Hal 25 43 72 72 71 71


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMK N 1 Aimas ... Tabel 3.1 Desain Eksperimen ... Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Validitas ... Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Reliabilitas ... Tabel 3.4 Indeks Kesukaran ... Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal ... Tabel 3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... Tabel 4.1 Data Siswa Tahun 2011/2012 ... Tabel 4.2 Data Siswa Tahun 2012/2013 ... Tabel 4.3 Data Siswa Tahun 2013/2014 ... Tabel 4.4 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... Tabel 4.5 Nilai Kelas Kontrol ... Tabel 4.6 Nilai Kelas Eksperimen ... Tabel 4.7 Perbedaan Hasil Belajar Siswa ... Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) ...

Hal 4 46 51 53 54 55 57 68 69 69 69 71 74 76 79


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik untuk menjadi aset bangsa yang diharapkan dapat menjadi manusia yang produktif. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah diterapkan pada Undang – undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya mewujudkan fungsi pendidikan nasional di atas, diperlukan suatu kesungguhan terutama dalam menghadapi perkembangan dunia pendidikan yang dewasa ini dikenal dengan istilah reformasi pendidikan.

“Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan

tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan

yang mampu mengembangkan sumber daya manusia..” Sugeng (2005 :1 ). Reformasi pendidikan tersebut mengacu pada kualitas pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Dengan kualitas pendidikan yang baik, tentunnya akan melahirkan manusia yang cerdas. Namun , dalam mencapai hal tersebut banyak


(11)

tantangan yang menjadi hambatan untuk memanjukan dunia pendidikan itu sendiri.

Jadi pendidikan menjadi sangat penting terutama dalam fungsinya sebagai penyiap peserta didik dalam peranannya di masa yang akan datang sehingga dapat mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan.

Dalam prakteknya pendidikan nasional dilaksanakan melalui satuan pendidikan dengan jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang beragam. Salah satu satuan pendidikan dengan jalur formal, pada jenjang pendidikan menengah adalah jenis pendidikan kejuruan. Peneliti tertarik menyoroti pendidikan kejuruan ini karena fungsinya yang secara langsung berhubungan dengan tuntutan masyarakat masa depan.

Seperti diketahui bahwa pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan peserta didik untuk dapat bekerja secara langsung pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, jasa boga, busana, perhotelan, akuntansi, kerajinan, administrasi perkantoran dan lain-lain. Karena fungsinya inilah kini pendidikan kejuruan banyak diminati masyarakat dengan anggapan bahwa setelah lulus sekolah, peserta didik dapat memiliki kemampuan atau kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sehingga dapat terjun langsung ke lapangan sekalipun tanpa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu mutu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada bidang keahlian apapun menjadi sangat penting, termasuk bidang keahlian Akuntansi.


(12)

Mutu pendidikan sering dinilai berdasarkan kualitas hasil keluarannya (output pendidikan), apakah output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai apakah output sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum adalah melalui pengukuran hasil belajar siswa yang diperoleh setelah melalui proses belajar dan pembelajaran.

Karena hasil belajar siswa lebih mudah untuk dievaluasi. Untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar siswa maka di adakan pengukuran terhadap hasil belajar. Terdapat ragam evaluasi atau pengukuran hasil belajar yaitu dengan melakukan pretest, posttest, evaluasi bersyarat, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan UAN / UN. Untuk penggunaan jenis pengukuran tersebut tergantung pada penggunaan informasi evaluasinya.

Namun pada kenyataannya masih terdapat maslah rendahnya hasil belajar siswa yang merupakan salah satu penghambat pencapaian tujuan pendidikan dalam upaya mengembangkan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Aimas khususnya untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI masih adanya diantara siswa yang belum lulus KKM.

Berikut data mengenai hasil belajar siswa pada semester genap. Dengan KKM 75, hasil belajar menunjukan masih adanya nilai siswa yang belum memenuhi KKM, seperti pada tabel berikut :


(13)

Tabel 1.1

Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI Akuntansi SMKN 1 Aimas

No Kelas

Siswa yang Sudah Memenuhi KKM

Siswa yang Belum

Memenuhi KKM Jumlah Siswa

Jumlah % Jumlah %

1 XI 1 16 64 9 36 25

2 XI 2 13 56,5 10 43,5 23

Jumlah Siswa 29 60,42 19 39,58 48

Sumber : Diolah dari data nilai ulangan harian siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1 Aimas

Berdasarkan perolehan data pada Tabel 1.1 menunjukkan siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 19 orang atau 39,58% dan siswa yang sudah memenuhi KKM sebanyak 29 orang atau 60,42%. Nilai KKM yang ditentukan untuk pelajaran akuntansi yaitu 75. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan khususnya oleh guru sebagai bahan evaluasi karena akan berakibat terhadap mutu pendidikan khususnya SMK.

Oleh karena itu hasil belajar sangat penting untuk dikaji yang merupakan suatu hasil yang diperlukan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini dapat dikemukakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang, dan sebagainya.

Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi, perlu dilakukan identifikasi mengenai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut para ahli pendidikan salah satunya yaitu model pembelajaran.


(14)

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Siswa menyadari model pembelajaran diperlukan dalam proses pembelajaran. Selain itu , karakteristik dari sebuah model pembelajaran yang baik adalah yang berorientasi pada siswa (student center). Namun, berdasarkan temuan dilapangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Akuntansi disekolah tersebut masih didominasi oleh pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher center). Sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses belajar mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif.

Kondisi seperti yang disebutkan di atas juga terjadi pada pembelajaran akuntansi. Siswa banyak yang menganggap pelajaran akuntansi sulit untuk dimengerti, sehingga mereka tidak menyukai mata pelajaran ini dan berakibat pada aktivitas siswa yang banyak tidur dan mengobrol dengan teman lain selama pelajaran berlangsung.

Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, sedangkan siswa dituntut untuk memiliki semangat dan motivasi untuk aktif selama kegiatan belajar mengajar. Dengan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan, maka akan adanya perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, salah satu model pembelajaran


(15)

yang mendukung hal tersebut adalaha model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2011 :20) Model pembelajaran kooperatif adalah “ susatu pendekatan mengajar dimana murid bekerjasama diantara satu sama lain dalam kelompok

yang diberikan oleh guru”. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran berkelompok. Pembelajaran secara berkelompok mengakibatkan adanya interaksi dan kerja sama antar siswa. Dengan adanya kerja sama siswa akan lebih mudah memecahkan masalah yang mereka anggap sulit. Selama ini di lapangan ketika siswa di tuntut untuk bekerja secara individualistik, mereka bekerja sendiri – sendiri dengan tingkat kecepatan masing – masing untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa menghiraukan siswa lain.

Dalam model pembelajaran kooperatif banyak teknik – teknik pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. Guru yang profesional dapat menentukan teknik mana yang cocok untuk materi yang akan disampaikan. Salah satu teknik yang bisa diterapkan untuk pelajaran akuntansi yaitu teknik Team Accelerated Instruction yang dikenal dengan teknik TAI.

Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah dalam berpikir. Seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2005:189) bahwa” Model pembelajaran kooperatif teknik Team Accelerated Instruction merupakan model pembelajaran yang membuat para siswa bekerja dalam tim-tim mengemban tanggung jawab


(16)

mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain

dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju…” Disamping itu, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction mempunyai kekurangan dan kelebihan sendiri, dan dirancang agar hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Berdasar kan uraian permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMK (Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Akuntansi di SMK N 1 Aimas Pada Pokok Bahasan Laporan Rekonsiliasi Bank )

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah akan memberikan arah terhadap kegiatan yang harus dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka secara umum rumusan masalah yang akan di teliti sebagai berikut :

1. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Akuntansi di SMKN 1 Aimas

2. Sejauh mana hasil belajar siswa di SMKN 1 Aimas pada mata pelajaran Akuntansi


(17)

3. Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dengan kelas yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction.

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Intruction dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Laporan Rekonsiliasi Bank. Adapun tujuan yang ingin dicapai untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan dalam rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Akuntansi di SMKN 1 Aimas.

2. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa di SMKN 1 Aimas pada mata pelajaran Akuntansi.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dengan kelas yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Aimas memiliki beberapa keguanaan atau manfaat, dapat dilihat dari 2 cara yaitu :


(18)

1.4.1 Secara Teoritis

Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan akan memperoleh pengalaman berfikir dalam memecahkan persoalan pendidikan dan pengajaran khususnya dalam studi keahlian akuntansi di SMK Negeri 1 Aimas

1. Dapat dijadikan keilmuan dalam model yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran akuntansi

2. Peneliti ini diharapkan memberikan sumbangan dalam pembelajaran akuntansi, terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

1.4.2 Secara Praktis

1. Bagi guru akuntansi, sebagai bahan masukan agar dalam melakukan prakteknya guru akuntansi mampu melaksanakan model pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari materi pelajaran akuntansi.

2. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dengan lebih mendalam di masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian dikemudian hari.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentunya diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Metode penelitian menurut Sugiyono (2013:1) adalah “ merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan Posttest – Only control design. Penelitian dengan metode eksperimen ini ingin melihat apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menyusun laporan rekonsiliasi bank.

Metode eksperimen ini adalah sebuah metode penelitian yang obyektif dan sistematis untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Menurut Sugiyono (2013 : 107)

“Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”

Penelitian dengan metode eksperimen dilakukan untuk memperoleh jawaban atas hipotesis yang disusun, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerate Instruction terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu rancangan penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :


(20)

Tabel 3.1 Desain Ekperimen

Kelas Perlakuan Posttes

Eksperimen X

Kontrol -

Keterangan :

X = Treatment / perlakuan yang diberikan

= Hasil pengukuran kelas yang diberikan perlakuan = Hasil pengukuran kelas yang tidak diberikan perlakuan

Sugiyono (2013 : 112)

3.2 Operasional Variabel

Menurut Arikunto,(2010:116) mendefinisikan : “variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi”. Jadi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin melihat pengaruh dari suatu treatment. Suatu objek penelitian diberi perlakuan (treatment) kemudian diperbandingkan dampaknya antara kelas yang di beri treatment dengan yang tidak diberi treatment.

Penelitian ini melibatkan suatu variabel berupa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instraction pada objek penelitian kemudian dibandingkan dampaknya dengan


(21)

siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berikut operasional variabel penelitian :

Variabel : Hasil belajar siswa

Treatment : Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction

Indikator : Hasil posttes

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulannya” Sugiyono (2013: 117).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Aimas. Kelas XI Akuntansi di sekolah ini semuanya ada 3 kelas. Dari 3 kelas ini akan dipilih satu kelas yang akan diberikan treatment.

3.3.2 Sampel

Teknik sampel yang digunakan yaitu purposive sample atau sampel bertujuan. “Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya” Muhamad Ali (1987: 65).


(22)

Berdasarkan pertimbangan dari guru akuntansi SMK Negeri 1 Aimas maka sampel pada penelitian kali ini diambil Kelas XI akuntansi 2. Adapun peneliti memilih kelas tersebut dengan pertimbangan berdasarkan karakterisatik siswa, kondisi lingkungan kelas, dan faktor – faktor lain yang mendukung untuk dilakukan penelitian terhadap sampel tersebut.

3.4 Instrumen Penelitian

Setiap penelitian, peneliti perlu menggunakan instrumen atau alat yang dapat digunakan sebagai pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat. Pengumpulan data ini diperlukan cara-cara atau teknik tertentu sehingga data dapat dikumpulkan dengan baik.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Arikunto (2010:193) “tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Dalam penelitian ini tes berbentuk uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian bertujuan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah Akuntansi. Instrumen tes ini digunakan pada saat posttest setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction.

Menurut Makmun (2003:196-197), bahwa tes yang baik harus memenuhi kriteria tes yang baik, antara lain:

1. Memiliki taraf ketepatan (validity) yang memadai


(23)

3. Memiliki kepraktisan 4. Memiliki keampuhan.

Cukup jelas bahwa pengukuran kriteria tes yang baik adalah melalui uji validitas, uji realibilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda.

3.5 Teknik Analisa Data 3.5.1 Tahap Persiapan

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan instrumen tes. Postest dilakukan setelah semua materi penyusunan rekonsiliasi selesai di sampaikan. Skor pengembangan individu diperoleh dari perbandingan antara kelas yang diberikan perlakuan dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan.

1. Tahap persiapan uji coba soal 1) Materi dan bentuk tes

Materi tes yang akan diujikan adalah materi rekonsiliasi bank kelas XI AK. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian yang dikerjakan secara individu. Tes dalam bentuk uraian, dimana setiap soal merupakan sub bab topik materi penyusunan rekonsiliasi.

2) Metode penyusunan perangkat tes

Langkah-langkah untuk penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan instruksional umum 2. Membuat kisi-kisi soal


(24)

4. Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal

5. Menentukan jumlah butir soal. 2. Tahap uji coba soal

Untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah disusun, soal-soal yang telah dibuat diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa yang masih dalam populasi tetapi bukan siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini. tujuannya adalah untuk mengetahui apakah item-item soal tes tersebut sudah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak.

1) Validitas

Menurut Arikunto (2009:64) validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Sesuai dengan yang telah disebutkan instrumen penelitian ini adalah soal tes . Tes yang diberikan berupa soal uraian. Oleh karena itu, kriterianya adalah dengan cara membandingkan nilai r hitung dan nilai tabel r.

Kriterianya : 1. jika r hitung > r tabel, maka valid 2. jika r hitung < r tabel, maka tidak valid

Berikut ini hasil perhitungan yang diperoleh melalui bantuan aplikasi program pengolahan data Anates Versi. 4.0


(25)

Tabel 3.2

Hasil Uji Coba Validitas

Jumlah Subjek = 20 Butir Soal = 25

(Sumber : Lampiran , data diolah)

Berdasarkan tabel 4.1, perhitungan uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan antara dengan . Hasil uji validitas dari 25 butir soal memiliki nilai > yang berarti valid ( untuk df n – 2 = 18 dan α = 0.05). hal ini menunjukan keseluruhan butir – butir soal

No.

Item Nilai Nilai Keterangan

1 0,699 0,396 Valid

2 0,912 0,396 Valid

3 0,727 0,396 Valid

4 0,546 0,396 Valid

5 0,700 0,396 Valid

6 0,476 0,396 Valid

7 0,529 0,396 Valid

8 0,737 0,396 Valid

9 0,682 0,396 Valid

10 0,663 0,396 Valid

11 0,648 0,396 Valid

12 0,508 0,396 Valid

13 0,716 0,396 Valid

14 0,750 0,396 Valid

15 0,558 0,396 Valid

16 0,620 0,396 Valid

17 0,485 0,396 Valid

18 0,744 0,396 Valid

19 0,692 0,396 Valid

20 0,593 0,396 Valid

21 0,695 0,396 Valid

22 0,470 0,396 Valid

23 0,488 0,396 Valid

24 0,579 0,396 Valid


(26)

tersebut layak untuk dijadikan instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.

2) Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2005:40) reliabilitas adalah “serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”. Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Skala koefisien reliabilitas yaitu antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau mendekati 1, maka semakin tinggi juga keajegan atau ketetapannya. Kriteria adalah dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r.

Kriterianya : 1. jika r hitung > r tabel, maka valid 2. jika r hitung < r tabel, maka tidak valid

Berikut, hasil perhitungan pengujian instrumen untuk reliabilitas soal yang diperoleh melalui bantuan aplikasi program pengolahan data Anates Versi. 4.0


(27)

Tabel 3.3

Hasil Uji Coba Reliabilitas

Rata – rata =295,45 Kolerasi XY =0,87 Simpangan Baku = 77,20 Reliabilitas Tes = 0,93

No.

Urut No. Subjek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 245 140 385

2 2 245 130 375

3 3 220 135 355

4 4 215 140 355

5 5 210 135 345

6 6 220 118 338

7 7 193 140 333

8 8 215 117 332

9 9 200 132 332

10 10 213 120 333

11 11 183 135 318

12 12 195 120 315

13 13 185 130 315

14 14 190 120 310

15 15 195 98 293

16 16 150 95 245

17 17 110 80 190

18 18 95 69 164

19 19 100 41 141

20 20 65 70 135

(Sumber : Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 4.2, perhitungan reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan antara dengan . Nilai yang diperoleh dari reliabilitas soal sebesar 0,93 sedangkan nilai sebesar 0,396 maka soal tersebut dinyatakan reliabel karena memiliki >


(28)

3) Taraf Kesukaran

Menurut Arikunto (2009: 207) bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Analisis tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehinggadapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk rendah, sedang, dan sukar. Angka indeks kesukaran butir itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika seluruh peserta ujian menjawab dengan salah butir tersebut maka soal tersebut sangat sukar dengan indeks kesukaran 0,00 dan jika indeks kesukaran 1,00 maka soal sangat mudah karena dijawab dengan benar oleh seluruh peserta tes. Kriteria tingkat kesukaran suatu item soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Keterangan

Kurang dari 0,30 Item soal berkategori sukar 0,30 – 0,70 Item soal berkategori cukup Lebih dari 0,70 Item soal berkategori mudah (sumber : Arikunto, 2009 : 210)

Untuk mengukur validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal tersebut yang berbentuk bukan pilihan ganda penulis menggunakan alat bantu yaitu software Anates versi 4.0, perangkat lunak ini dikembangkan oleh Karnato dan Yudi Wibisono.


(29)

Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari pengujian instrumen dengan menggunakan Anates adalah tingkat kesukaran soal. Hasil pengujian menggunakan hail sebagai berikut :

Tabel 3.5

Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal No.

Butir

Tingkat

Kesukaran (%) Tafsiran Soal

1 45,00 Sedang Wesel tagih

2 66,67 Sedang Beban dan jasa bank

3 80,00 Mudah Cek kosong

4 80,00 Mudah Deposito in transit

5 74,86 Mudah Kesalahan pencatatan

6 70,00 Sedang Outstanding Check

7 62,00 Sedang Wesel tagih

8 80,00 Mudah Beban dan jasa bank

9 80,00 Mudah Cek kosong

10 50,00 Sedang Deposito in transit

11 68,57 Sedang Kesalahan pencatatan

12 79,00 Mudah Outstanding Check

13 78,00 Mudah Deposito in transit

14 69,00 Sedang Outstanding Check

15 30,00 Sukar Bunga obligasi

16 80,00 Mudah Beban administrasi

17 80,00 Mudah Cek kosong

18 78,00 Mudah Kesalahan pencatatan

19 44,00 Sedang Kesalahan pencatatan

20 75,00 Mudah Cek kosong

21 57,14 Sedang Kesalahan pencatatan

22 72,00 Mudah Outstanding Check

23 50,00 Sedang Bunga obligasi

24 85,00 Mudah Deposito in transit

25 80,00 Mudah Beban administrasi

(Sumber : Lampiran, data diolah)

Dari seluruh item soal didapatkan hasil 14 soal dengan klasifikasi mudah, 10 soal dengan tafsiran sedang, dan 1 soal dengan tafsiran sukar. Komposisi tersebut memperlihatkan distribusi tingkat kesukaran soal


(30)

yang cukup baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Arikunto (2007 : 7 )” Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Bila dilihat dari distribusi tingkat kesukaran pada instrumen diatas dapat diambil kesimpulan. Soal tersebut layak untuk diberikan pada saat latihan individu maupun post – test.

4) Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2009:103) daya pembeda adalah “kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi atau disingkat “D”.

Daya pembeda memiliki rentang antara -1 sampai 1. Berbeda dengan indeks kesukaran daya pembeda menggunakan tanda negatif pada indeks diskriminasi jika suatu soal menunjukan kualitas siswa yang berkemampuan sebaliknya atau rendah. Dari perhitungan Anates diperoleh daftar siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok asor.

Daya pembeda soal tujuannya untuk kemampuan soal membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh data pada tabel berikut :


(31)

Tabel 3.6

Daya Pembeda Butir Soal

No. Indeks DP (%) Klasifikasi

1 0,60 Baik

2 0,66 Baik

3 0,40 Cukup

4 0,40 Cukup

5 0,50 Baik

6 0,40 Cukup

7 0,36 Cukup

8 0,40 Cukup

9 0,40 Cukup

10 0,60 Baik

11 0,62 Baik

12 0,42 Baik

13 0,44 Baik

14 0,62 Baik

15 0,60 Baik

16 0,40 Cukup

17 0,40 Cukup

18 0,44 Baik

19 0,48 Baik

20 0,50 Baik

21 0,28 Cukup

22 0,36 Cukup

23 0,44 Baik

24 0,30 Cukup

25 0,40 Cukup

(Sumber : Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 25 soal yang diujikan terdapat 13 soal dengan kualitas baik dan 12 soal berkualitas cukup. Hal ini berarti soal yang diujikan masih memiliki tingak daya pembeda yang baik.


(32)

Untuk mengukur validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal tersebut yang berbentuk bukan pilihan ganda penulis menggunakan alat bantu yaitu software Anates versi 4.0

Langkah-langkah menjalankan software Anates sebagai berikut:

1. Aktifkan program anates untuk uraian, klik star, klik program, klik anates.exe

2. Setelah terbuka program anates, pada tab file klik “Buat File Baru” maka akan terbuka kotak dialog yang meminta user memasukan data jumlah subjek dan jumlah butir soal, isikan sesuai data yang ada.

3. Setelah memasukan data, akan terbuka halaman yaitu halaman edit data mentah. Isikan data yang diminta yaitu nama subjek / siswa, skor ideal dari setiap butir soal, dan skor yang diperoleh siswa untuk setiap butir soal yang ada.

4. Simpan file

5. Kemudian kembali ke menu utama, klik penyekoran data 6. Kembali ke menu utama

7. Pilih hasil pengolahan yang diinginkan yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Maka secara instant hasil pengolahan akan muncul dalam bentuk notepad dengan extention .txt.


(33)

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pelaksanaan adalah:

Pertemuan Kegiatan

Alokasi Waktu Ke-1 1) Guru menyampaikan teknik pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction

2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

3) Guru memberikan kuis kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal selanjutnya pembentukan kelompok. Skor yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok secara heterogen. Pengelompokan heterogen salah satunya dapat dilihat dari kemampuan akademis (pintar, sedang dan rendah). Pengelompokan berdasarkan kemampuan akademis harus berdistribusi secara adil, misalnya satu kelompok terdiri dari satu orang yang mempunyai kemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan satu orang lainnya berkemampuan akademis rendah. Sehingga, diantara mereka dapat saling membantu dalam pengalaman masing – masing.

20 Menit

35 Menit


(34)

4) Hasil belajar siswa secara individu didiskusokan dalam kelompok. Setiap anggota saling memeriksa jawaban teman satu kelompoknya.

35

Ke-2 1) Penyampaian kembali teknik pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction

2) Setelah itu dilanjutkan dengan mengerjakan soal yang terdiri dari 7 soal dengan alokasi waktu 50 menit. Siswa harus mampu mengerjakan soal tersebut dengan kemampuannya sendiri, dengan aturan mengerjakan dua soal pertama kemudian melanjutkan dua soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru melanjutkan empat soal terakhir. Siswa yang mengalami kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan guru. Apabila waktu yang disediakan sudah habis maka siswa tidak boleh mengerjakan lagi, kemudian hasil pengerjaan didiskusikan dalam kelompok. 3) Siswa mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari enam

soal dengan alokasi waktu menit. Dalam tes ini siswa juga bekerja sendiri-sendiri sampai selesai. Aturan pengerjaan soal yaitu dengan mengambil empat soal pertama, dilajutkan dengan dua soal terakhir. Jika siswa tidak bisa menjawab ke enam soal tersebut,

15 Menit

50 Menit


(35)

maka guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki oleh siswa.

4) Dilanjutkan dengan diskusi kelompok. 30 Menit Ke-3 1) Penyampaian kembali teknik pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction.

2) Setelah itu dilanjutkan dengan soal formatif B yang terdiri dari enam soal dengan tingkat kesulitan yang sama dengan soal formatif A. Aturan pengerjaaan soal dan alokasi waktu sama dengan soal formatif A.

3) Siswa mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team Accellerated Instruction yang terdiri dari enam soal. Disini juga siswa mengerjakan secara sendiri-sendiri sama halnya dengan tes sebelumnya dengan alokasi waktu 40 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan saling memeriksa jawaban.

4) Guru menjelas kan materi yang belum dipahami oleh siswa dengan melakukan pembahasan soal

15 Menit

40 Menit

40 Menit

40 Menit

Ke-4 1) Guru memberikan posttest kepada seluruh siswa dikerjakan secara individual.

2) Pemberian penghargaan atau reward pada kelompok yang mempunyai nilai yang paling tinggi, dengan

60 Menit


(36)

kategori kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi predikat Great Team, dan kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat Good Team.

3.5.3 Tahap Pasca – Pelaksanaan

Tahap pasca-pelaksanaan terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut : 1. Melakukan analisis terhadap data hasil penelitian

2. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data. 3. Menyusun hasil penelitian.

3.6 Teknik Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji coba instrumen penelitian dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, selanjutnya adalah menganalisis data. Tahap analisis data antara lain melalui:

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari skor tes, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat. Berikut ini langkah-langkah untuk menguji normalitas dengan uji chi kuadrat:


(37)

2) Mencari nilai rentangan (R)

Rumus : R = skor terbesar – skor terkecil 3) Mencari banyaknya kelas (K)

Rumus : BK = 1 + 3,3 log n 4) Mencari nilai panjang kelas (P)

Rumus : P

5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

No Kelas Interval F (Xi) f. Xi (X - Xi f. ( X – Xi

1 ....

2 3

Jumlah

6) Mencari rata-rata (mean) Rumus :

̅ ∑ 7) Mencari simpangan baku (S)

Rumus :

√ ∑ ( (∑

8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara :

a. Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5.


(38)

b. Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: Z =

c. Mencari luas 0-Z dari Tabel Kurva Normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.

d. Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka-angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan begitu seterusnya. Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.

e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n).

f. Mencari chi-kuadrat hitung (�2hitung)

� ∑(

g. Membandingkan �2hitung dengan �2tabel

Kaidahnya adalah jika �2hitung ≥ �2tabel, berarti distribusi data tidak normal. Sedangkan jika �2hitung ≤ �2tabel, artinya data berdistribusi normal.

(Sudjana, 2004 :180) 3.6.2 Uji t

Teknik analisa data ini digunakan untuk melihat perbandingan antara dua sampel yang diambil dari dua populasi tersebut memiliki perbedaan rata – rata atau tidak terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada bahasan laporan


(39)

rekonsiliasi bank yaitu dengan menggunakan uji-t perbedaan rata – rata. Langkah – langkahnya sebagai berikut :

1) Menetukan formulasi hipotesis 2) Menentukan taraf nyata α dan t tabel

3) Menentukan nilai uji statistika yaitu dengan mencari t hitung

S =

( ( Keterangan :

X1 = Nilai rata – rata kelas eksperimen

X2 = Nilai rata – rata kelas kontrol

S = Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa kelas eksperimen

= Jumlah siswa kelas kontrol

= Varians kelas eksperimen

= Varians kelas kontrol

Pada hipotesis, peneliti merumuskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat meningkatkan


(40)

hasil belajar siswa pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank pada studi keahlian akuntansi di SMK N 1 Aimas. Dengan demikian, menurut Arikunto (2010 : 352) “ pengetesan yang dilakukan harus menggunakan pengetesan dua arah.”. Dalam uji dua arah, maka konsultasi pada dilakukan pada kolom taraf signifikansi 0,05 atau 5%.

: = Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Accelerated Instruction tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.

: > Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.

Perumusan kriteria uji: diterima jika

ditolak jika


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang dilaksanakan di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong, dengan objek kelas XI Akuntansi, dimana yang di ambil sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI Akuntansi 2, dan kelas kontrol adalah kelas XI Akuntansi 1. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis pada bab – bab sebelumnya dan mengacu pada perumusan masalah maka sapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Metode atau model pembelajaran yang digunakan di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong yaitu metode ceramah, Diskusi, dan pemberian tugas, demonstrasi dan kerja kelompok.

2. Hasil belajar siswa di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong masih belum maksimal karena masih banyaknya siswa yang belum tuntas mencapai KKM untuk kelas XI Akuntansi 1 dan XI Akuntansi 2.

3. Hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction mengalami peningkatan hasil belajar sedangkan untuk kelas kontrol mengalami penurunan. Dengan adanya perbedaan peningkatan hasil belajar tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction dengan kelas


(42)

yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat menjadi salah satu sarana dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru Akuntansi

Sebaiknya apabila guru ingin memperoleh hasil belajar siswa yang maksimal pada mata pelajaran Akuntansi, guru diwajibkan untuk memanfaatkan model – model pembelajaran yang bisa diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank, khususnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction pada saat proses belajar mengajar dikelas. Karena model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction merupakan model belajar yang dibentuk secara kelompok yang dibagi secara heterogen. Dengan belajar kelompok siswa yang berakademis tinggi dituntuk untuk mengajarkan materi kepada temannya yang belum menguasai meteri karena tidak jarang siswa akan lebih mengerti apabila teman sekelompoknya yang menjelaskan materi dibandingkan dengan guru.


(43)

2. Bagi Peneliti Lain

Sebaiknya mengadakan penelitian yang lebih lanjut terhadap faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Akuntansi dengan pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdul Azis Wahab. (2009). Motode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta

Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan Prosedur&Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara --- (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Alma, B. (2009). Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Benny A. Pribadi. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Hardini, I.(2012) Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia

Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta

---. (2010). Cooperatif Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

---.(2011). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta

Johnson D.W., R.T. Johnson, and E. Holubec. (2010). Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. ---. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo


(45)

Makmun, A.S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert, E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

--- (2009) .Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarso

---. (2009). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

---.. (2005). Model Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhayati, E. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

---. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

Tim Dosen. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Akuntansi UPI

Jurnal :

B.J. Farrel and Farrel H. M (2008). Student Satisfaction With Cooperative Learning in an Accounting Curriculum. Journal of University Teaching & Learning Practice. Vol 5, no.2

Febrianti. (2013) Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai

(Team Accelerated Instruction) dalam Pembelajaran Membaca

Bahasa Jerman Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 8 Kediri.Vol 1 , no. 2


(46)

Perwita,D. (2013). “ Pengaruh Pembelajaran Akuntansi Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerate Intruction (TAI) Terahadap Prestasi Belajar Ditinjau dari aktivitas Belajar Siswa Di SMA N 1 Kartasura Vol 1, no. 1

Widodo,S.A. (2011). “Efektifitas Model Pembelajaran Team Accelerated Instruction Pada Siswa Kelas X Smk Tunas Harapan vol 20, no 1

Tesis dan Skripsi

Sugeng. (2005). Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Rofesional Guru Matematika SMP Negeri Di Kabupaten Pandeglang. Tesis. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Tricahyo,G. (2012). Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKM Kelas XI Mesin di SMK PIRI Sleman. (Skripsi Yogyakarta : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta)

Utami,R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerate Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Pemupukan di SMK Negeri 2 Subang. (Skripsi Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia)

Internet

Aulia Gustina. (2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI. [online].

http://auliagustina.blogspot.com/2011/06/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai - team.html. (12 Mei 2013)


(1)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction erhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang dilaksanakan di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong, dengan objek kelas XI Akuntansi, dimana yang di ambil sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI Akuntansi 2, dan kelas kontrol adalah kelas XI Akuntansi 1. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis pada bab – bab sebelumnya dan mengacu pada perumusan masalah maka sapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Metode atau model pembelajaran yang digunakan di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong yaitu metode ceramah, Diskusi, dan pemberian tugas, demonstrasi dan kerja kelompok.

2. Hasil belajar siswa di SMK NEGERI 1 AIMAS – Sorong masih belum maksimal karena masih banyaknya siswa yang belum tuntas mencapai KKM untuk kelas XI Akuntansi 1 dan XI Akuntansi 2.

3. Hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction mengalami peningkatan hasil belajar sedangkan untuk kelas kontrol mengalami penurunan. Dengan adanya perbedaan peningkatan hasil belajar tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction dengan kelas


(2)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction erhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat menjadi salah satu sarana dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru Akuntansi

Sebaiknya apabila guru ingin memperoleh hasil belajar siswa yang maksimal pada mata pelajaran Akuntansi, guru diwajibkan untuk memanfaatkan model – model pembelajaran yang bisa diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi pada pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank, khususnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction pada saat proses belajar mengajar dikelas. Karena model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction merupakan model belajar yang dibentuk secara kelompok yang dibagi secara heterogen. Dengan belajar kelompok siswa yang berakademis tinggi dituntuk untuk mengajarkan materi kepada temannya yang belum menguasai meteri karena tidak jarang siswa akan lebih mengerti apabila teman sekelompoknya yang menjelaskan materi dibandingkan dengan guru.


(3)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction erhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Peneliti Lain

Sebaiknya mengadakan penelitian yang lebih lanjut terhadap faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Akuntansi dengan pokok bahasan laporan rekonsiliasi bank.


(4)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdul Azis Wahab. (2009). Motode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta

Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan Prosedur&Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara --- (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Alma, B. (2009). Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Benny A. Pribadi. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Hardini, I.(2012) Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia

Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta

---. (2010). Cooperatif Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

---.(2011). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta

Johnson D.W., R.T. Johnson, and E. Holubec. (2010). Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. ---. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo


(5)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

Makmun, A.S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert, E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

--- (2009) .Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarso

---. (2009). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

---.. (2005). Model Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhayati, E. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

---. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

Tim Dosen. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Akuntansi UPI

Jurnal :

B.J. Farrel and Farrel H. M (2008). Student Satisfaction With Cooperative Learning in an Accounting Curriculum. Journal of University Teaching & Learning Practice. Vol 5, no.2

Febrianti. (2013)

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai

(Team Accelerated Instruction) dalam Pembelajaran Membaca

Bahasa Jerman Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 8 Kediri.Vol 1 , no. 2


(6)

Lili Susilawati, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Aimas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

Perwita,D. (2013). “ Pengaruh Pembelajaran Akuntansi Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerate Intruction (TAI) Terahadap Prestasi Belajar Ditinjau dari aktivitas Belajar Siswa Di SMA N 1 Kartasura Vol 1, no. 1

Widodo,S.A. (2011). “Efektifitas Model Pembelajaran Team Accelerated Instruction Pada Siswa Kelas X Smk Tunas Harapan vol 20, no 1

Tesis dan Skripsi

Sugeng. (2005). Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Rofesional Guru Matematika SMP Negeri Di Kabupaten Pandeglang. Tesis. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Tricahyo,G. (2012). Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKM Kelas XI Mesin di SMK PIRI Sleman. (Skripsi Yogyakarta : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta)

Utami,R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerate Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Pemupukan di SMK Negeri 2 Subang. (Skripsi Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia)

Internet

Aulia Gustina. (2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI. [online]. http://auliagustina.blogspot.com/2011/06/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai - team.html. (12 Mei 2013)


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY MATEMATIKA SISWA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 PANOMBEIAN PANEI.

1 4 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN GAYA BELAJAR TERHAAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 STABAT KABUPATEN LANGKAT.

0 1 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI DI KELAS XI SMA NEGERI 1 PANGURURAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 0 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI : Studi Quasi Eksperimen Di kelas XI SMK Pasundan 1 Bandung.

0 1 37

Pengaruh Pembelajaran Akuntansi dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN 1 KARTASURA Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 10

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI 4 SMK N 1 JOGONALAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 10 241

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGISIAN KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 1 PATUK.

0 2 15

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKR PADA MATA DIKLAT PPMO DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN.

0 0 26

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PLERET TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 258