EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA.

(1)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING

TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Barang siapa bert

Departemen Psikologi

Diajukan oleh : Shafira Hanawati Kusumah

1002972

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING

TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Oleh:

Shafira Hanawati Kusumah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi

© Shafira Hanawati Kusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MOTTO

Barang siapa bertakwa kepada Allah,

niscaya Allah akan memberikan jalan keluar baginya.

Allah memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan urusannya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.

Sesungguhnya Allah telah membuat ketentuan terhadap segala sesuatu.

(QS Ath-Thalaq: 3)


(4)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA


(5)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA


(6)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Asumsi Penelitian... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gratitude (Bersyukur) ... 10

1. Pengertian Gratitude ... 10

2. Komponen Bersyukur ... 11

3. Manfaat Bersyukur ... 11

4. Latihan Syukur ... 15

5. Karakteristik Latihan Syukur ... 15

B. Subjective well being ... 18

1. Definisi Subjective well being ... 18


(7)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bottom-up Theories ... 19

b. Top-Down Theories ... 19

3. Dimensi Subjective well being ... 20

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Subjective well being ... 22

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 24

1. Kerangka Pemikiran ... 24

2. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 28

1. Populasi Penelitain ... 28

2. Teknik Sampling ... 28

3. Sampel Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 29

1. Definisi Konseptual ... 29

2. Definisi Operasional ... 29

E. Desain Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian... 31

1. Instrumen Subjective well being ... 31

2. Instrumen Gratitude ... 37

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

G. Prosedur dan Rencana Pelaksanaan Eksperimen ... 41

H. Materi Pelatihan ... 42

I. Persiapan Pelatihan ... 44

1. Tahapan Penelitian ... 44

2. Blue Print Jadwal Pelatihan ... 45


(8)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Kuantitatif ... 50

1. Statistik Deskriptif... 50

2. Uji Prasyarat ... 51

3. Uji Hipotesis ... 53

B. Hasil Analisis Data Kualitatif ... 57

C. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategorisasi Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor SWLS ... 32

Tabel 3.2 Kategorisasi Penilaian Mood dan Emosi Berdasarkan Skor SPANE .. 35

Tabel 3.3 Kategorisasi Penilaian Subjective well being ... 36

Tabel 3.4 Kategorisasi Penilaian Rasa Syukur Berdasarkan Skor GQ ... 37

Tabel 3.5 Kategorisasi Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach ... 39

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach Item GQ ... 40

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach GQ Setelah Item Dikurangi ... 41

Tabel 3.8 Tahapan Pelatihan Syukur ... 44

Tabel 3.9 Jadwal Gratitude Training ... 45

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 50

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data pada Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 52

Tabel 4.3 Hasil U-test SWLS ... 53

Tabel 4.4 Hasil U-Test SPANE ... 55

Tabel 4.5 Hasil U-Tes GQ ... 56

Tabel 4.6 Hasil Gratitude Journal ... 57

Tabel 4.7 Hasil Remember the Bad ... 61

Tabel 4.8 Hasil Merenungkan Tiga Pertanyaan ... 65

Tabel 4.9 Hasil Evaluasi pelatihan tingkat 1 ... 68

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Pelatihan Tingkat 2 ... 68


(10)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN


(11)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Rerata Skor SWLS Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 54 Grafik 4.2 Gambaran Rerata Skor SPANE Kelompok Eksperimen & Kontrol .. 55 Grafik 4.3 Gambaran Rerata Skor GQ Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 56


(12)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kegiatan

Lampiran 2 Administrasi Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Data Skor dan Kategorisasi Pada Setiap Variabel

Lampiran 5 Reabilitas dan Validitas

Lampiran 6 Analisis Item

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas, dan Uji Mann-Whitney


(13)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Shafira Hanawati Kusumah (1002972). EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA. Skripsi, Departemen Psikologi FIP UPI, Bandung (2015).

Penelitian ini didasari fenomena demo buruh yang terjadi akibat kurangnya kesejahteraan yang dirasakan buruh. Tujuannya adalah untuk mengetahui efek pelatihan syukur bagi buruh. Pelatihan ini menggunakan metode eksperimen kuasi yang mengacu pada penelitian Emmons berdasarkan tahapan pelatihan syukur: menulis jurnal syukur, mengingat masa sulit, merenungkan tiga pertanyaan, merasakan indera, membayangkan ingatan visual, hati-hati berkata, dan membuat janji bersyukur. Penelitian ini menggunakan metode pretest-posttest control group design. Responden penelitian ini adalah 24 orang buruh Pabrik Sarung Alimin yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan adalah SWLS, SPANE, dan GQ. Analisis data Mann-Whitney menunjukkan bahwa : (1). Skor rerata posttest SWB pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, (2). Tidak terdapat perbedaan rerata skor gratitude kelompok eksperimen dan kontrol, (3). Terdapat perbedaan rerata SWB yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan syukur efektif untuk meningkatkan SWB pada buruh Pabrik Sarung Alimin.


(14)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Shafira Hanawati Kusumah (1002972). GRATITUDE TRAINING EFECTIVITY TO

INCREASE THE SUBJECTIVE WELL BEING IN ALIMIN GARMENT WORKERS. Thesis, Department of Psychology FIP UPI, Bandung (2015).

This study is based on the phenomenon of labor demonstrations that occurred due to a perceived lack of worker’s well-being. The goal was to determine the effect of gratitude training foe labour. The training uses quasi experimental method which refers to research based on the stage of Emmons’s gratitude training: keep a gratitude journal, remember the bad, ask yourself three questions, come to your sense, imagine the visual memory, watch your language, and gratitude promise. This study used pretest-posttest control group design. Respondents of this study were 24 workers who are divided into experimental and control groups. This research uses SWLS, SPANE, and GQ as instrument. Mann-Whitney analysis showed that: (1). SWB posttest mean score in the experimental group was higher than the control group, (2). There were no differences between the gratitude mean scores experimental and control groups, (3). There are significant differences between the SWB mean scores between experimental and control groups. The conclusion is the training is effective to increase SWB to the Alimin’s Garment workers.


(15)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang Industri. Perkembangan dalam bidang Industri ini adalah salah satu yang paling pesat, menurut Badan Pusat Statistik, indeks pertumbuhan industri besar dan sedang di Indonesia dari tahun 2010-2014 rata-rata mencapai lebih dari 100% (bps.go.id diakses pada 11 September 2014).

Pertumbuhan industri tersebut tentunya diikuti oleh kebutuhan tenaga kerja yang juga meningkat tajam. Jumlah tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 118,2 juta jiwa dan terus meningkat. Dari seluruh tenaga kerja tersebut, 55,3 juta jiwa atau sekitar 46% merupakan buruh (detik.com, diakses pada 11 September 2014).

Jumlah buruh Indonesia merupakan kedua yang terbesar setelah China (jabar.tribunnews.com diakses pada 11 September 2014). Sayangnya, sebagian besar buruh tersebut belum dapat dikatakan memiliki kehidupan yang sejahtera.

Akhir-akhir ini Indonesia diramaikan oleh berbagai berita mengenai demo buruh yang terjadi di wilayah Ibu Kota dan Jawa Barat. Salah satunya adalah aksi mogok yang dilakukan oleh buruh di kota Bandung. Seperti yang dilansir oleh Sindonews.com : “Tak kurang dari lima ribu orang dari delapan elemen buruh menggelar aksi di depan gerbang Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (18/11/2013). Aksi itu sempat membuat kemacetan di Jalan Wastukancana dan sekitarnya. Sementara soal aksinya, massa menuntut upah minimum kabupaten/kota (UMK) layak. Besaran yang diinginkan adalah Rp. 2,7 juta.” (Sindonews.com diakses pada 12 Januari 2014).


(16)

2

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tuntutan peserta demo tidak berubah dari tahun ke tahun, yakni menuntut kenaikan gaji sebagai manifestasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Upah yang kecil disinyalir menjadi faktor utama yang menjadi penyebab ketidaksejahteraan mereka, sehingga setiap tahun Serikat Pekerja Buruh selalu mengajukan tuntutan tersebut. Tahun 2012 lalu tuntutan tersebut dikabulkan oleh Pemerintah, sehingga UMR naik hampir 50%. Sedangkan pada tahun 2013, kenaikan yang diajukan mencapai dua kali lipatnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi_online.co.id diakses 2013), “Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui (KKWT - Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu)”. Dalam prakteknya, buruh diidentikan dengan pekerja yang lebih melakukan kegiatan fisik atau pekerjaan kasar, berbeda dengan karyawan yang dianggap lebih menggunakan otak untuk pekerjaannya. Sehingga, strata buruh dianggap lebih rendah daripada karyawan. Hal itu berdampak pula pada upah buruh yang cenderung dianggap kecil.

Banyaknya isu-isu dan pro-kontra dari kalangan masyarakat menyebabkan fenomena ini menjadi topik perbincangan utama selama berhari-hari. Di sisi lain, tuntutan kenaikan upah buruh dinilai para pengusaha sangat memberatkan. "Data yang kita punya, 10 perusahaan melakukan PHK massal dan siap akan hengkang. Termasuk sekitar tujuh ribu karyawan terkena PHK masal," jelas Kadisosnaker Kab Bogor Nuradi, Kamis (31/10/2013), seperti yang dilansir oleh inilah.com (Inilah.com, diakses pada 12 januari 2014).

Banyak masyarakat menilai tuntutan kaum buruh tersebut tidak pada tempatnya, dikarenakan UMR yang telah ditetapkan tahun lalu telah dinaikan dua kali lipat. Sedangkan serikat pekerja pada tahun ini masih


(17)

3

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuntut kenaikan kembali 50%, padahal tuntutan tersebut didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan yang konsumtif (liputan6.com, diakses pada 8 januari 2014). Hal itu didukung oleh fakta bahwa beberapa orang buruh melakukan demo sambil membawa kendaraan bermotor yang dinilai mewah.

Seperti yang dikutip dari Merdeka.com, ”Diantara antara para buruh tersebut ada sejumlah buruh yang mengendarai sepeda motor yang harganya relatif mahal, seperti Kawasaki Ninja 250 cc yang harganya di atas Rp. 45 juta. Menanggapi hal itu, Taufik, salah seorang buruh, mengatakan, sepeda motor itu diperolehnya dari hasil kredit. Pria lajang ini mengatakan, jika digabung dengan uang lembur, dalam satu bulan dia bisa menerima gaji sebesar Rp 4 juta. Namun, jika tidak lembur, dia hanya menerima Rp 2,5 juta per bulan.” (merdeka.com, diakses pada 28 Desember 2014). Maka, menjadi pertanyaan bahwa apakah seseorang yang sanggup membeli kendaraan bermotor mewah dapat disebut tidak sejahtera secara materi?

Dilihat dari fenomena tersebut, tuntutan buruh itu tidak terlepas dari masalah materi. Upah dirasakan tidak pernah mencukupi, walaupun telah mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, sehingga menyebabkan mereka tetap tidak atau kurang sejahtera. Dengan kata lain, mereka merasa tidak bahagia (less happiness). Hal ini tentunya menjadi permasalahan karena dengan jumlah pendapatan tersebut, sebenarnya cukup untuk biaya hidup mereka.

Kebahagiaan adalah istilah yang dinilai dari pemahaman dan penilaian subyektif mengenai kehidupan yang dilihat dari pengalaman, (Lopez, 2009) yang disebut juga sebagai subjective well being (Diener, 2009). Diener, dkk. (1999) mengartikan bahwa Subjective well being adalah persepsi manusia terhadap kesejahteraan dirinya yang meliputi penilaian kognitif tentang kepuasan hidup dan persepsi afektif mengenai mood dan emosi. Dengan kata lain, subjective well being bermakna persepsi manusia


(18)

4

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang seberapa bahagianya mereka baik dalam kognitif, maupun afektif. Semakin seseorang merasa bahagia, maka ia semakin merasa cukup.

Salah satu intervensi psikologi positif untuk meningkatkan subjective well being adalah melalui syukur. (Emmons dan McCullough, dalam Diener, 2009). Lebih jauh, McCullough (2004) menjelaskan bahwa individu yang bersyukur tidak hanya mengelami efek positif seperti kebahagiaan lebih sering, tetapi juga lebih menikmati kepuasan dalam hidup, cenderung kurang mengalami depresi, kecemasan, dan iri hati. Maka, individu yang bersyukur akan lebih dapat merasakan kesejahteraan subjektif, atau subjective well being.

Pada penelitian sebelumnya, Emmons, dkk. (2007) meneliti tentang pengaruh Syukur terhadap peningkatan subjective well being pada berbagai macam orang. Dalam riset ini, para peneliti membagi responden menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok, pertama yang diperintahkan untuk menuliskan kejadian-kejadian yang menyenangkan; kelompok dua, yang diperintahkan untuk menuliskan kejadian-kejadian tidak menyenangkan; dan kelompok tiga, yang diperintahkan untuk menuliskan kejadian apapun yang terjadi setiap hari selama sepuluh minggu. Hasil riset mengungkapkan bahwa orang-orang yang berada di kelompok pertama mengalami peningkatan kebahagiaan yang signifikan, yaitu sebesar 25% dibandingkan kelompok kedua dan ketiga.

Gratitude training akan mengarahkan kepada perilaku bersyukur, sehingga orang-orang dapat melihat hal-hal positif yang mereka miliki ditengah segala situasi kekurangan yang mereka rasakan untuk menumbuhkan perasaan positif tentang kehidupannya, rasa optimis, produktif, dan meningkatkan rasa syukur agar merasa cukup dengan kehidupannya (Emmons, 2007).

Permasalahan rasa syukur itu pula yang sedang dihadapi oleh buruh Pabrik Sarung Alimin. Pabrik Sarung Alimin adalah sebuah Perusahaan yang berada di Daerah Majalaya, Kab. Bandung. Perusahaan ini dapat


(19)

5

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan sekitar 200 kodi sarung setiap bulan, sehingga masih tergolong sebagai usaha kecil dan menengah. Pabrik ini memiliki pekerja buruh sekitar 32 orang yang terbagi kedalam dua shift kerja. Selepas kenaikan harga BBM pada bulan April 2015 lalu, perusahaan ini mendapat berbagai macam keluhan dari para pekerjanya yang rata-rata mengeluhkan kenaikan harga bahan makanan pokok dan gajinya yang terasa kurang. Pada studi pendahuluan, peneliti mendapatkan informasi bahwa upah buruh sebenarnya telah dinaikkan sekitar 20%, dari yang awalnya Rp. 500,00 menjadi Rp. 600,00 per sarung untuk melipat dan packing, dan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1.200,00 per sarung untuk bagian pemotong dan penjahit. Dalam sehari, satu orang pekerja dapat menyelesaikan hingga 30-50 sarung. Walaupun upah tersebut telah dinaikkan, namun masih ada beberaa keluhan dari para pekerja, salah satunya adalah untuk menambah uang lembur, padahal sebenarnya Pabrik sedang sepi permintaan.

Merujuk pada hasil penelitian Emmons dan permasalahan yang ditemukan pada para buruh di Indonesia umumnya, dan pada Pabrik Sarung Alimin khususnya, maka peneliti bermaksud untuk mengadaptasi penelitian Emmons pada Pabrik Sarung Alimin Majalaya. Peneliti ingin mengetahui apakah Pelatihan syukur efektif untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam latar belakang diatas adalah ketidaksejahteraan buruh, sehingga menyebabkan fenomena demo buruh. Penelitian ini akan membahas tentang cara meningkatkan kesejahteraan subjektif (subjective well being) dengan Gratitude training.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat gratitude sebelum dan sesudah treatment pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya


(20)

6

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana tingkat subjective well being sebelum dan sesudah treatment pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

3. Apakah gratitude training meningkatkan gratitude pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

4. Apakah perubahan gratitude berpengaruh terhadap subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

5. Apakah gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui tingkat gratitude sebelum dan sesudah treatment pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

2. Untuk mengetahui tingkat subjective well being sebelum dan sesudah treatment pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

3. Untuk mengetahui apakah gratitude training meningkatkan gratitude pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

4. Untuk mengetahui pengaruh perubahan gratitude terhadap subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

5. Untuk mengatahui apakah gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

D. Asumsi Penelitian

Sejumlah fenomena, teori dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi dasar asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah demo menuntut kenaikan upah yang terus-menerus oleh para buruh, walaupun tuntutan tersebut telah dikabulkan sebesar 50% ada tahun 2013, dan 20% pada tahun 2014. Serikat pekerja mengatakan bahwa mereka


(21)

7

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuntut kenaikan UMR untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka meningkat.

2. Kesejahteraan hidup subjektif adalah evaluasi atau penilaian mengenai kepuasan hidup dan kebahagiaan yang dirasakan baik secara kognitif maupun afektif (Diener, 2006).

3. Terdapat dua teori mengenai subjective well being, yaitu 1). Teori Bottom-up yang menyatakan bahwa kebahagiaan seseorang tergantung pada kumpulan peristiwa-peristiwa kecil yang menyenangkan, seperti kesehatan, gaji yang besar, dan lain-lain. ; dan 2). Teori Top-down, yang menyatakan bahwa kebahagiaan tergantung persepsi seseorang mengenai pengalaman yang mereka alami. Jika mereka dapat mempersepsikan kejadian secara positif, maka mereka akan bahagia (Diener, 2003).

4. Pada permasalahan diatas, ketika upah dinaikkan, mereka masih merasa tidak sejahtera. Maka digunakan teori kedua, yaitu Top-down Theories. Jika mereka memiliki persesi positif mengenai pengalam yang mereka alami, maka subjective well being mereka akan meningkat.

5. Gratitude training pada penelitian ini merujuk pada pengembangan dari teori Robert Emmons, yaitu kegiatan untuk memberi kesadaran mengenai kebaikan-kebaikan yang telah dialami dan sumber eksternal atas kebaikan tersebut. sehingga dapat diimplementasikan untuk meningkatkan rasa syukur peserta (Anggarani, dkk., 2013). 6. Studi awal yang dilakukan Emmons dan McCullough (2004)

memperlihatkan bahwa gratitude training dapat meningkatkan subjective well being secara signifikan. Dengan demikian tentunya seorang buruh yang melakukan gratitude training akan merasa kesejahteraan hidupnya bertambah.


(22)

8

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat pada bidang teoretis, yaitu: a. Psikologi Positif

1) Membuktikan dan memperkuat teori bersyukur untuk meningkatkan subjective well being.

2) Sebagai pengembangan ilmu psikologi positif mengenai gratitude training, terutama salah satu implikasinya terhadap peningkatan subjective well being.

3) Menjadi penelitian eksperimen yang dapat dikembangkan kembali oleh para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai gratitude training.

2. Manfaat Praktis

Selain memiliki manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Pihak Perusahaan

Mampu mengembangkan gratitude training dan memanfaatkannya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kebahagiaan hidup karyawan.

b. Pihak Karyawan (Buruh)

Mengetahui pentingnya manfaat gratitude training untuk meningkatkan subjective well being sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini terbagi dalam beberapa bab untuk mempermudah keseluruhan pembahasannya, sebagai berikut:

1. Bab I, berisi tentang pendahuluan, yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi-asumsi, serta struktur organisasi skripsi.


(23)

9

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bab II, berisi pembahasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu teori gratitude dan subjective well being

3. Bab III, berisi uraian singkat mengenai metode penelitian, yaitu lokasi dan partisipan penelitian, metode penelitian, desain eksperimen, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, tahapan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan metode analisis data penelitian.

4. Bab IV mengemukakan hasil penelitian yang meliputi tahap analisis data serta pembahasannya.

5. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan diakhiri dengan saran berdasarkan hasil dan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

27

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen (quasi-experimental research). Metode kuasi eksperimen merupakan metode yang dilakukan tanpa randomisasi, namun tetap melakukan kontrol terhadap beberapa variabel non-eksperimental dan terdapat kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding untuk memahami efek perlakuan (Latipun, 2010 : 70).

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini berupa pemberian Pelatihan Syukur (Gratitude Training) pada kelompok eksperimen, dan setelah itu peneliti akan melihat ada atau tidaknya peningkatan kesejahteraan subjektif pada peserta pasca diberikan pelatihan tersebut.

Pada Bab ini akan dijelaskan hal-hal mengenai metode penelitian, yaitu waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling, desain penelitian, instrumen penelitian, validitas, teknik pengumulan data, teknik pengolahan dan analisis data.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015 dan bertempat di Aula Pabrik Sarung Alimin Majalaya, Jawa Barat. Alasan digunakan lokasi tersebut adalah untuk memudahkan peserta karena tempatnya yang terjangkau, memiliki fasilitas yang cukup, dan dapat diawasi langsung oleh Perusahaan, sebagai Pihak yang telah mengijinkan diadakannya pelatihan ini.


(25)

28

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Arikunto (2006) mengatakan bahwa populasi adalah seluruh subjek yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah buruh Pabrik Sarung Alimin.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu seluruh populasi diambil sebagai sampel (Latipun, 2002).

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, sampelnya dipilih sebanyak 28 orang dan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok berisi 14 orang peserta yang diberi perlakuan berbeda, yaitu :

a. Kelompok eksperimen : sebanyak 14 orang buruh Pabrik yang diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan subjektif dan skala syukur, lalu diberi Pelatihan Syukur. Setelah itu, kelompok eksperimen diperintahkan mengisi skala kembali untuk melihat perbedaannya sebelum dan setelah perlakuan.

b. Kelompok kontrol : 14 orang buruh yang tidak diberi perlakuan tetapi diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan subjektifdan skala syukur sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pemberian instruksi kepada kelompok eksperimen.


(26)

29

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu variabel yang memberikan pengaruh dan variabel bebas (X) yaitu variabel yang diberi pengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gratitude training, sedangkan variabel bebasnya adalah subjective well being.

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual a. Gratitude training

Gratitude training dalam penelitian ini merupakan kegiatan pemberian pemahaman dan keterampilan mengenali kebaikan-kebaikan yang telah diterima dan menyedari adanya sumber-sumber eksternal atas kebaikan tersebut sehingga peserta mengaplikasikannya untuk meningkatkan rasa syukur (Emmons, 2007).

b. Subjective well being

Subjective well being (kesejahteraan subjektif) adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan merepresentasikannya dalam kesejahteraan psikologis (Diener, 1999).

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Gratitude training

Gratitude training adalah pemberian perlakuan berupa pelatihan dan instruksi yang didasarkan pada modul yang dibuat menurut teori dan penelitian sebelumnya oleh Emmons (2001) yang berisi materi mengenai pemahaman rasa syukur, mengisi


(27)

30

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jurnal kebersyukuran, mengingat keburukan masa lalu, bertanya kepada diri sendiri, melihat kedalam diri, merasakan indera, dan berjanji untuk bersyukur.

b. Subjective well being

Subjective well being adalah evaluasi atau penilaian diri mengenai tingkatan kebahagiaan buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya secara subjektif yang meliputi tiga komponen, yaitu : kepuasan hidup yang diukur dengan SWLS (satisfaction with life scale), induksi afek positif dan pengurangan afek negatif yang diukur dengan SPANE.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Menurut Latipun (2006) metode eksperimen adalah metode yang menggunakan manipulasi untuk mengetahui perbedaan hasil manipulasi tersebut terhadap individu atau kelompok yang diamati. “Manipulasi yang dilakukan dapat berupa perlakuan atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.” (Latipun, 2006 : 5).

Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuasi eksperimen dengan komparasi perlakuan dua kelompok yang dipilih secara purposif. Kuasi eksperimen dipilih karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di luar penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen ulang (prestest-posttest control group design), yaitu melakukan observasi awal sebelum perlakuan dan melakukan pengukuran kembali setelah perlakuan pada kelompok eksperimen tersebut (Latipun, 2002). Tipe desain dapat digambarkan sebagai berikut :


(28)

31

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pretest Treatment Posttest Kelompok Eksperimen  X

Kelompok Kontrol  -

Keterangan :

nonR = kelompok sampel yang dipilih tidak secara random

O1 = Hasil pretestpada kelompok eksperimen

O2 = Hasil pretestpada kelompok kontrol

X = Perlakuan (instruksi gratitude training)

O2 = Hasil posttest pada kelompok eksperimen

O4 = Hasil posttest ada kelompok kontrol

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala dan kuesioner yang mengukur tingkat rasa syukur dan kebahagiaan subjektif buruh Pabrik Sarung Alimin. Kuisioner adalah alat pengumpul data yang terdiri dari sejumlah pernyataan tertulis yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).

1. Instrumen Subjective well being

Subjective well being menurut Diener (2009) terdiri atas tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek positif, dan afek negatif. Kepuasan hidup akan diukur oleh skala SWLS (satisfaction with life scale) yang dibuat oleh Diener, dkk (1985), sedangkan afek positif dan afek negatif akan diukur oleh SPANE (Scale of Positive and Negative Experience) yang juga dibuat oleh Diener (2009).


(29)

32

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Satisfaction With Life Scale (SWLS)

SWLS merupakan instrumen baku yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. SWLS adalah instrumen untuk mengukur penilaian kognitif individu tentang kepuasan hidup secara keseluruhan. Skala ini tidak mengukur domain kepuasan, seperti finansial atau kesehatan, tetapi mengizinkan subjek untuk mengintegrasikan domain atau sumber kepuasan hidup manapun yang mereka pilih (Diener, 2009).

Instrumen ini terdiri atas lima item pernyataan yang masing-masing memiliki 7 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju). SWLS merupakan instrumen dengan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa SWLS memiliki koefisien reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu antara 0,78-0,91 (Diener, 2006).

Berikut ini akan disajikan tabel kategorisasi penilaian kepuasan hidup beserta deskripsi dari masing-masing kategorinya berdasarkan norma baku Satisfaction With Life Scale yang disusun oleh Diener (2006).

Tabel 3.1

Kategorisasi Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor SWLS

Skor Kategori penilaian Deskripsi

35,00 ≥ X ≥

30,00 Sangat Puas

Responden pada kategori ini sangat puas dan mencintai kehidupan mereka. kehidupannya tidak sempurna, tetapi mereka merasa segala sesuatu berjalan dengan baik. Walaupun begitu, tidak berarti mereka memiliki kepuasan mutlak terhadap kehidupannya. Responden pada kategori ini sebagian besar menemukan kepuasan dengan adanya


(30)

33

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tantangan dan kemajuan hidup mereka. Kehidupan mereka menyenangkan dan hampir setiap aspek hidupnya (pekerjaan, pendidikan, keluarga, hoby, dll) berjalan dengan baik.

24,00 ≥ X ≥ 29,00

Puas

Responden pada kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa kehidupannya berjalan lancar. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, bahkan pada beberapa hal mereka merasa kurang puas, tetapi perasaan kurang puas tersebut dapat dikurangi dengan pemberian motivasi.

20,00 ≥ X ≥

24,00 Cukup puas

Responden yang berada pada kategori ini secara umum merasa puas dengan kehidupannya, tetapi ada beberapa aspek kehidupan yang dianggap tidak memuaskan dan sangat memerlukan perbaikan. Kategori ini kebanyakan diisi oleh responden yang berasal dari negara-negara berkembang.

15,00 ≥ X ≥ 19,00

Kurang puas

Responden pada kategori ini rata-rata memiliki banyak masalah-masalah kecil pada beberapa aspek kehidupannya, atau memiliki masalah besar pada satu aspek kehidupan.

10,00 ≥ X ≥ 14,00

Tidak puas

Responden pada kategori ini umumnya merasa tidak puas dengan kehidupannya dan beberapa aspek kehidupannya tidak berjalan lancar. Responden pada kelompok ini


(31)

34

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianjurkan sering berbincang dengan konselor agar dapat berubah ke arah yang lebih baik.

5,00 ≥ X ≥ 9,00 Sangat tidak puas

Responden yang berada pada kategori ini umunya merasa sangat tidak puas dengan kehidupannya karena mereka merasa seluruh aspek kehidupannya berjalan dengan tidak lancar atau buruk. Responden pada kelompok ini bahkan dapat dikatakan memiliki gangguan fungsi kehidupan, sehingga mereka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan Psikolog atau Psikiater.

b. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

SPANE adalah instrumen yang dibuat oleh Diener (2009). Skala ini terdiri atas 12 item pernyataan, yaitu enam item mengenai pengalaman positif, dan enam item mengenai pengalaman negatif. Masing-masing item dinilai menggunakan nilai 1-5, dengan kategori 1 (sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat sering atau selalu). Skala ini telah diujicobakan kepada 689 subjek dari enam tempat berbeda dan memiliki nilai validitas yang tinggi dan konsisten, yaitu lebih dari 0,8 (Diener, 2009).

Berikut ini disajikan kategori penilaian mengenai mood dan emosi berdasarkan norma baku Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2009) :


(32)

35

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kategorisasi Penilaian Mood dan Emosi Berdasarkan Skor SPANE

Skor Kategori Keterangan

X ≤ -9 Kurang seimbang

Responden lebih sering merasakan atau mengalami emosi negatif daripada positif, atau merasakan salah satu emosi negatif yang sangat kuat.

-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang

Responden merasakan atau mengalami emosi negatif dan positif secara seimbang.

X ≥ 9 Sangat seimbang

Responden lebih sering mengalami emosi positif daripada negatif, tetapi masih dapat disebut seimbang.

c. Kategorisasi Skala Subjective well being

Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan sampel penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang berdasarkan suatu atribut yang diukur (Azwar, 2007). Kategorisasi skala SWB yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 2007).

Secara umum, responden dalam penelitian ini akan dibagi kedalam tiga kategori, yaitu kategori SWB tinggi, sedang, dan


(33)

36

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah. Pengukuran SWB ini menggunakan dua skala yang berbeda, yaitu SWLS dan SPANE untuk mengetahui skor SWB. Oleh karena itu, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh dengan langkah menurut (Santoso, 2003) sebagai berikut :

1) Menentukan skor ideal atau skor maksimal dan skor minimal dengan cara berikut :

Skor ideal = skor maksimal SWLS + skor maksimal SPANE = 35 + 24 = 59

Skor minimal = skor minimal SWLS + skor minimal SPANE = 5 + (-24) = -19

2) Menentukan rentang kategori skor dengan cara berikut :

Rentang kategori = = [59- (-19)]/5= 78/ 5 = 15,6

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh kategorisasi skala sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kategorisasi Penilaian Subjective well being

Skor Kategori

59 ≥ X ≥ 43,4 Subjective well being sangat tinggi 43,4 ≥X ≥ 27,8 Subjective well being tinggi 27,8 ≤ X ≤ 12,2 Subjective well being sedang

12,2 ≤ X ≤ -3,4 Subjective well being rendah -3,4 ≤ X ≤ -19 Subjective well being sangat


(34)

37

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Instrumen Rasa Syukur

Instrumen rasa syukur dalam penelitian ini diadaptasi dari Gratitude Quesionnaire-six item form (GQ-6) yang disusun oleh Emmons, McCullough, dan Tsang (2001). Instrumen ini memiliki enam item yang masing-masing mengukur tentang rasa syukur secara umum.

Tabel 3.4

Kategorisasi Penilaian Rasa Syukur Berdasarkan Skor GQ

Skor Kategori

32 ≥ X ≥ 40 Gratitude sangat tinggi 24 ≥X ≥ 32 Gratitude tinggi 16 ≤ X ≤ 24 Gratitude sedang

8 ≤ X ≤ 16 Gratitude rendah 0 ≤ X ≤ 8 Gratitude sangat rendah

3. Uji validitas dan reliabilitas

Validitas dan realibilitas sangat penting dalam penelitian, untuk itu peneliti terlebih dahulu melakukan try out atau uji instrumen kepada 100 orang pekerja dari berbagai kalangan, agar validitas dan realibilitas dalam penelitian ini dapat terjamin.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemampuan skala psikologi untuk menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2010). Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik Pearson Product Moment menggunakan aplikasi SPSS.


(35)

38

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu item dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi item-total (rix) ≥ rtabel (Azwar, 2010). Harga koefisien tabel untuk jumlah responden (N) 100 dengan standar error 5% adalah 0,195. Sehingga item yang memiliki nilai koefisien korelasi item-total (rix) < 0,195 tidak valid dan harus dihilangkan. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan koefisien korelasi item terendah pada SWLS adalah 0,650. Hal itu berarti seluruh item pada instrumen SWLS memiliki nilai koefisien yang lebih besar daripada 0,195, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item valid.

Instrumen SPANE memiliki nilai koefisien korelasi terendah 0,321 yang masih lebih besar daripada 0,195, sehingga seluruh item pada instrument SPANE dapat dikatakan valid.

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi antar item GQ yang dapat dilihat pada lampiran, nilai terendahnya adalah 0,399. Hal ini berarti bahwa seluruh item pada instrumen GQ valid.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang relatif konstan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20,0.


(36)

39

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Kategorisasi Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach (Arikunto, 2006)

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >0,900

Reliabel 0,700-0,900

Cukup Reliabel 0,400-0,700

Kurang Reliabel 0,200-0,400

Tidak reliabel <0,200

1) Uji reliabilitas instrumen SWLS

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dengan

menggunakan bantuan software SPSS 20,0 yang telah

dilakukan terhadap skala SWLS diperoleh indeks

reliabilitas sebagai berikut:

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,740 5

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, nilai

koefisien reliabilitas SWLS adalah 0,740. Jika melihat

klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas diatas, maka

skala ini memiliki derajat reliabilitas yang tinggi atau


(37)

40

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Uji reliabilitas instrumen Gratitude

Perhitungan nilai reliabilitas pada instrumen GQ-6 dengan menggunakan SPSS 20,0 menghasilkan data sebagai berikut :

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,118 6

Tabel 3.6

Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach Item GQ

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

a 23,97 7,141 ,324 -,090a

b 24,00 7,232 ,285 -,067a

c 28,37 9,852 -,299 ,461

d 24,32 6,583 ,334 -,148a

e 24,24 6,467 ,362 -,174a

f 27,25 8,008 -,173 ,401

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Nilai reliabilitas Alfa Cronbach instrumen GQ adalah 0,118. Jika dilihat dari klasifikasi nilai reliabilitas, maka skala ini dinyatakan tidak reliabel, sehingga harus ada item yang dikurangi agar skala ini menjadi reliabel. Oleh karena itu, peneliti harus menghapus dua item, yaitu item c dan f agar instrument ini menjadi reliabel.


(38)

41

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil reliabilitas setelah item c dan f dihapus adalah sebagai berikut :

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,866 4

Tabel 3.7

Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach GQ Setelah Item Dikurangi

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

a 18,73 5,734 ,777 ,809

b 18,76 5,821 ,721 ,828

d 19,08 5,105 ,764 ,809

e 19,00 5,596 ,626 ,869

Nilai reliabilitas instrumen setelah item dikurangi menjadi 0,866 yang berarti instrumen ini tergolong memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi, atau sangat reliabel.

G. Prosedur dan Rencana Pelaksanaan Eksperimen

Penelitian eksperimen ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemberian pretestberupa kuisioner (SWLS, SPANE, dan GQ-6) kepada 28 orang buruh, 14 orang dari para buruh tersebut merupakan kelompok kontrol. Setelah pretest, 14 orang kelompok eksperimen tersebut akan diberi pelatihan syukur (gratitude training) dan selanjutnya, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberi posttest.


(39)

42

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Materi Pelatihan

1. Manfaat Bersyukur

Materi mengenai manfaat bersyukur diberikan agar peserta dapat mengerti dan memahami manfaat dan pentingnya memiliki rasa syukur.

2. Mengisi Jurnal Kebersyukuran

Jurnal kebersyukuran adalah catatan mengenai setiap kejadian menyenangkan yang terjadi setiap hari kepada para peserta. Peserta harus mengisi jurnal kebersyukuran untuk mengingat kejadian menyenangkan, sehingga akan menimbulkan rasa syukur.

3. Mengingat hal buruk (Remember the Bad)

Mengingat hal-hal terburuk dalam hidup akan membuat kita menyadari bahwa semua kesulitan, perjuangan, dan penderitaan itu telah kita lewati. Hal itu akan memacu kita untuk lebih bersyukur lagi, karena diberi kekuatan hingga berhasil keluar dari keadaan terburuk itu (Emmons, 2007).

4. Ask Yourself 3 Questions

Tiga pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri sendiri dan direnungkan adalah :

a. Apa yang telah saya terima dari orang lain? b. Apa yang telah saya berikan kepada orang lain? c. Kesulitan yang telah saya sebabkan?

Pertanyaan ini dapat membuat kita lebih memahami kualitas hubungan timbal balik antara diri kita dengan lingkungan dan orang-orang sekitar kita. Dengan mengingat setiap hal yang telah kita terima dari orang lain, senyuman, sapaan, dan pandangan ramah akan menimbulkan perasaan terimakasih yang mendalam. Sedangkan


(40)

43

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan mengingat apa yang telah kita lakukan pada orang lain, kita akan dapat menilai apakah yang telah kita lakukan telah sebanding dengan apa yang telah kita terima. Terakhir, menanyakan apa saja masalah yang telah kita lakukan akan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan (Emmons, 2007).

5. Merasakan setiap indera (Come to Your Senses)

Hampir 80% partisipan pada penelitian yang dilakukan Emmons (2007) menyebutkan bahwa kesadaran akan keadaan fisik adalah hal utama yang dapat memicu perasaan syukur.

6. Membayangkan Ingatan Visual

Membayangkan setiap ingatan hingga menghasilkan gambaran visual akan membuat kita mengingat setiap hal maupun benda-benda yang kita miliki dan sukai, itu akan membuat kita bersyukur (Emmons, 2007).

7. Hati-Hati Dalam Berkata

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Emmons (2007), enam puluh dua wanita berusia 40 tahun diwawancarai. Secara keseluruhan, kebanyakan wanita menyebutkan “beruntung” dan “diberkati” dalam menggambarkan diri mereka. Kemampuan untuk menemukan keberuntungan dalam hidup merupakan hal yang signifikan dalam menciptakan efek positif dalam diri. Studi lain yang dilakukan Emmons menunjukkan bahwa perkataan negatif, seperti “Aku Pecundang”, dan sebagainya dapat mengubah suasana hati menjadi tidak menyenangkan.


(41)

44

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Membuat Janji Untuk Bersyukur

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang berjanji dalam hati untuk melakukan sesuatu cenderung untuk lebih berkomitmen melakukan janjinya tersebut. Berjanji untuk bersyukur akan meningkatkan perilaku bersyukur kita (Emmons, 2007).

I. Persiapan Pelatihan Syukur

1. Tahapan Penelitian Gratitude Training Tabel 3.8

Tahapan Pelatihan Syukur

No Tahapan Pelatihan

1 Mensosialisasikan penelitian kepada para subjek

2 Melakukan pretestpada seluruh populasi, yaitu semua buruh Pabrik Sarung Alimin.

3 Melakukan randomisasi untuk memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4

Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Pelatihan ini dilakukan oleh trainer yang telah dipilih.

5 Observasi dan wawancara sebelum dan selama penelitian.

6

Memberikan post-tes dengan GQ-6, satisfaction with life scale (SWLS), dan SPANE pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

7 Evaluasi dan analisis untuk mengetahui efektifitas gratitude training terhadap subjective well being

8

Evaluasi lanjutan untuk mengetahui apakah perubahan perilaku masih menetap setelah dua minggu.


(42)

45

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Blue Print Jadwal Pelatihan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah merancang jadwal dan materi pelatihan syukur ini. Jadwal dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.9

Jadwal Gratitude Training

No Agenda Tujuan Bahasan Metode Waktu Jadwal

1 Briefing dan Kontrak Belajar

Peserta mengetahui penjelasan program , memahami tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui pelatihan, aturan main dan perkenalan sehingga terbangun

suasana keakraban yang

melancarkan komunikasi antar peserta dan tim pelaksana

Ceramah dan diskusi singkat 30 menit 08.00-08.30

2 Pra Tes Mengetahui tingkat kesejahteraan

subjektif sebelum program

Gratitude Training dan pra tes

pengetahuan menganai Rasa

Syukur

30 menit

08.30-09.00

SUB MODUL 1: KEEP A GRATITUDE JOURNAL

3 Ice Breaking Mengakrabkan dan mencairkan

suasana

15 menit

09.00-09.15

4 1. Kebahagiaan dan Rasa Syukur

1. Peserta dapat mengungkapkan apa itu kebahagiaan menurut versinya

2. Peserta memahami pengertian rasa syukur Ceramah, Multimedia Presentation 60 menit 09.15-10.15


(43)

46

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa syukur pentingnya rasa syukur

2. Peserta dapat menunjukan

motivasi diri untuk bersyukur dan hidup lebih baik

Diskusi dan tanya jawab

menit

6 A. Keep a Gratitude Journal

Peserta dapat mengisi hal-hal baik yang diingatnya sesuai dengan instruksi Mengisi gratitude journal 45 menit 10.45-11.30

SUB MODUL 2 : REMEBER THE BAD

7 B. Remember

the bad C. (menanamk an rasa bersyukur karena telah berhasil melalui kejadian buruk)

1. Peserta dapat mengambil

hikmah dari tiap kejadian buruk yang dialaminya

2. Peserta menyadari bahwa

kejadian buruk tersebut telah berlalu

3. Peserta berterimakasih kepada orang yang telah menolongnya keluar dari kesulitan

4. Peserta menyadari bahwa

setiap orang memiliki masalah

Ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat 45 menit 11.30-12.15 ISTIRAHAT 8 D. Istirahat Para peserta diberi waktu untuk

istirahat, shalat, dan makan siang

60 menit

12.15-13.15

SUB MODUL 3 : ASK YOURSELF 3 QUESTION 9 1. Ask yourself

3 Question

2. (Team

Building & Problem Solving)

1. Peserta dapat menjawab tiga buah pertanyaan renungan kepada diri sendiri, yaitu :

a.Apa yang telah saya terima dari orang lain?

b.Apa yang telah saya berikan kepada orang lain?

c. Apa masalah dan kesulitan

Ceramah, diskusi grup, dan diakhiri dengan mengisi lembar kerja 60 menit 13.15-14.15


(44)

47

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah saya sebabkan? 2. peserta menyadari hubungan

timbal balik antara diri dan lingkungan.

SUB MODUL 4 : COME TO YOUR SENSE 10 3. Come To

Your Sense

4. (membangki

tkan kepekaan hati)

1. Peserta dapat merasakan setiap indera, merasakan jantung yang berdetak, nafas yang mengalir, dan anggota tubuh yang dapat bergerak

2. menimbulkan kesadaran akan keadaan fisik yang akan memicu rasa syukur.

Refleksi diri dengan memutar musik 30 menit 14.15-14.45

SUB MODUL 5 : MEMBAYANGKAN INGATAN VISUAL

11 5. Membayang

kan ingatan visual

1. Peserta dapat memahami

semua hal-hal kecil yang menyenangkan yang terkadang tidak disadari, namun sangat patut untuk disyukuri.

2. Peserta memahami peran

dirinya yang dia anggap sepele

dalam kehidupan namun

berarti bagi orang lain

3. Peserta secara tidak sadar memahami tentang korelasi antara ingatan dan rasa syukur dalam kehidupan Ceramah, renungan, dan Mengisi lembar kerja 15 menit 14.45-15.00

SUB MODUL 6 : HATI-HATI DALAM BERKATA 12 E. Kata-kata

positif

1. Peserta dapat berkata dengan kata-kata positif

2. Peserta mampu mensugesti

Grup diskusi, mengisi lembar kerja 15 menit 15.00-15.15


(45)

48

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekanan untuk berkata kata-kata positif

SUB MODUL 7 : MEMBUAT JANJI UNTUK BERSYUKUR 13 1. Janji untuk

Bersyukur

1. Peserta berjanji dalam hati untuk selalu bersyukur

2. Peserta memahami rasa syukur

dan berkomitmen untuk

melaksanakannya

3. Peserta melakukan rasa syukur dengan tidak mengeluh tentang

pelatihan yang sedang

dijalankan ini Mengisi lembar kerja 15 menit 15.15-15.30 PENUTUPAN 14 4. Diskusi

mengenai hasil

A. Para peserta dapat merasakan manfaat setelah mengikuti Gratitude Training

B. Peserta dapat dengan mudah merasakan perasaan yang lebih baik dari sebelum pelatihan

Diskusi dan Cross experience 30 menit 15.30-16.00

16 1. Penutupan -. 5

menit

16.00-16.05

J. Analisis Data

Setelah penelitian selesai, maka dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa analisis data kuantitatif, dengan menggunakan metode statistik, dan analisis data kualitatif. Teknik analisis statistik yang dipilih tergantung dari normalitas dan homogenitas data yang didapatkan. Jika data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal dan homogen, maka analisis statistik yang digunakan adalah Anakova (analisis kovarians). Anakova ini banyak dipilih pada penelitian eksperimen karena peneliti dapat mengontrol berbagai efek interaksi potensial setelah melakukan


(46)

49

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen (Dempsey, 2002). Jika distribusi data tidak normal dan homogen, maka harus menggunakan statistik nonparametrik. Teknik analisis nonparametrik yang digunakan adalah U-tes atau Mann Whitney, sebagai alternatif pengolahan data komparatif. Sedangkan untuk mengolah data kualitatif, peneliti menggunakan metode analisis konten, yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya (Rafian, 2010).


(47)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Rerata tingkat gratitude pada kelompok eksperimen, sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami sedikit penurunan, namun tetap berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa buruh Pabrik Sarung Alimin memiliki rasa syukur yang tinggi, mengapresiasi setiap pemberian, memiliki niat baik dan keinginan menolong sesama.

2. Rerata tingkat subjective well being pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, walaupun masih tetap berada dalam kategori sedang. Jika dilihat berdasarkan skala yang digunakan, skor SWLS (kepuasan hidup) pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu dari kategori sedang menjadi sangat tinggi, skor SPANE (mood dan emosi) sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami sedikit peningkatan, namun masih berada dalam kategori seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa buruh Pabrik Sarung Alimin sebelum diberi pelatihan secara umum merasa puas dengan kehidupannya, tetapi ada beberapa aspek kehidupan yang dianggap tidak memuaskan dan sangat memerlukan perbaikan. Sedangkan setelah diberi pelatihan, mereka menjadi sangat puas dan mencintai kehidupan mereka. Kehidupannya tidak sempurna, tetapi mereka merasa segala sesuatu berjalan dengan baik.

3. Skor gratitude pada kelompok eksperimen setelah diberi pelatihan mengalami sedikit penurunan. Hal ini berarti Gratitude training tidak meningkatkan gratitude, yang dapat disebabkan karena tes kurang


(48)

78

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

valid, atau karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat gratitude pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

4. Pada kelompok eksperimen, meskipun rerata skor gratitude mengalami sedikit penurunan, skor subjective well being mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada kelompok kontrol, rerata skor gratitude mengalami sedikit kenaikan, sedangkan skor subjective well being-nya mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa perubahan gratitude tidak berpengaruh terhadap subjective well being pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

5. Pada kelompok eksperimen, skor subjective well being mengalami peningkatan yang cukup siginifikan setelah diberi pelatihan. Sedangkan pada kelompok kontrol, antara skor pretest dan posttest subjective well being mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya.

B. Saran

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diperoleh dari hasil penelitian, berikut ini beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dipertimbangkan sebagai tindak lanjut mengenai penelitian eksperimen ini. Rekomendasi ini disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Pihak Perusahaan

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pihak perusahaan hendaknya memberi penjelasan dan pemahaman yang lebih mendalam agar para pekerja dan buruh mengerti permasalahan tuntutan kenaikan gaji dan akibatnya terhadap kenaikan biaya produksi, hingga menyebabkan biaya hidup juga meningkat.


(49)

79

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pihak perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan program gratitude training sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif para buruh dan juga sebagai salah satu solusi menghadapi demo buruh.

c. Diharapkan pihak perusahaan juga dapat lebih mengembangkan dan menyempurnakan program gratitude training ini menjadi lebih baik lagi.

2. Pihak Buruh

Rekomendasi yang dapat diberikan bagi pihak buruh adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan para buruh dapat lebih bijak dalam memahami permasalahan kesejahteraan yang ada.

b. Bagi buruh yang merasa kurang ataupun tidak sejahtera, diharapkan dapat mempraktikan tahapan yang ada dalam pelatihan ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kebahagiaan subjektif.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian kuasi eksperimen mengenai gratitude training dan subjective well being yang telah dilakukan masih memiliki banyak keterbatasan, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu:

a. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan studi pendahuluan yang cermat dan mendalam, terutama yang berkaitan dengan karakteristik subjek sehingga penelitian yang kelak dihasilkan dapat bermanfaat dan sesuai bagi karakteristik subjek tersebut.

b. Peneliti yang akan melakukan penelitian eksperimen training hendaknya melakukan follow-up paska pelatihan dengan cara LGD (Leaderless Group Discussion) agar peserta training lebih leluasa untuk mengungkapkan hasil pelatihan tersebut.


(50)

80

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Jika peneliti selanjutnya tertarik dengan topik gratitude training, maka hendaknya dilakukan pada subjek yang berbeda, misalnya pada pelajar, guru honorer, ibu rumah tangga, pejabat yang korupsi, maupun kalangan lain untuk melihat perbedaannya. d. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan gratitude training, diharapkan dapat mengembangkan dan menyempurnakannya, misalnya dengan cara kontrol yang lebih ketat, instrumen yang lebih disesuaikan dengan karakteristik subjek penelitian, pengamatan yang lebih mendalam dan waktu yang lebih lama, atau menggunakan teknologi seperti cctv agar hasil perubahan perilakunya dapat diamati dengan lebih baik.


(1)

rekanan untuk berkata kata-kata positif

SUB MODUL 7 : MEMBUAT JANJI UNTUK BERSYUKUR 13 1. Janji untuk

Bersyukur

1. Peserta berjanji dalam hati untuk selalu bersyukur

2. Peserta memahami rasa syukur dan berkomitmen untuk melaksanakannya

3. Peserta melakukan rasa syukur dengan tidak mengeluh tentang pelatihan yang sedang dijalankan ini Mengisi lembar kerja 15 menit 15.15-15.30 PENUTUPAN 14 4. Diskusi

mengenai hasil

A. Para peserta dapat merasakan manfaat setelah mengikuti

Gratitude Training

B. Peserta dapat dengan mudah merasakan perasaan yang lebih baik dari sebelum pelatihan

Diskusi dan Cross experience 30 menit 15.30-16.00

16 1. Penutupan -. 5

menit

16.00-16.05

J. Analisis Data

Setelah penelitian selesai, maka dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa analisis data kuantitatif, dengan menggunakan metode statistik, dan analisis data kualitatif. Teknik analisis statistik yang dipilih tergantung dari normalitas dan homogenitas data yang didapatkan. Jika data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal dan homogen, maka analisis statistik yang digunakan adalah Anakova (analisis kovarians). Anakova ini banyak dipilih pada penelitian eksperimen karena peneliti dapat mengontrol berbagai efek interaksi potensial setelah melakukan


(2)

49

eksperimen (Dempsey, 2002). Jika distribusi data tidak normal dan homogen, maka harus menggunakan statistik nonparametrik. Teknik analisis nonparametrik yang digunakan adalah U-tes atau Mann Whitney, sebagai alternatif pengolahan data komparatif. Sedangkan untuk mengolah data kualitatif, peneliti menggunakan metode analisis konten, yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya (Rafian, 2010).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Rerata tingkat gratitude pada kelompok eksperimen, sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami sedikit penurunan, namun tetap berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa buruh Pabrik Sarung Alimin memiliki rasa syukur yang tinggi, mengapresiasi setiap pemberian, memiliki niat baik dan keinginan menolong sesama.

2. Rerata tingkat subjective well being pada kelompok eksperimen

sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, walaupun masih tetap berada dalam kategori sedang. Jika dilihat berdasarkan skala yang digunakan, skor SWLS (kepuasan hidup) pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu dari kategori sedang menjadi sangat tinggi, skor SPANE (mood dan emosi) sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami sedikit peningkatan, namun masih berada dalam kategori seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa buruh Pabrik Sarung Alimin sebelum diberi pelatihan secara umum merasa puas dengan kehidupannya, tetapi ada beberapa aspek kehidupan yang dianggap tidak memuaskan dan sangat memerlukan perbaikan. Sedangkan setelah diberi pelatihan, mereka menjadi sangat puas dan mencintai kehidupan mereka. Kehidupannya tidak sempurna, tetapi mereka merasa segala sesuatu berjalan dengan baik.

3. Skor gratitude pada kelompok eksperimen setelah diberi pelatihan mengalami sedikit penurunan. Hal ini berarti Gratitude training tidak meningkatkan gratitude, yang dapat disebabkan karena tes kurang


(4)

78

valid, atau karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat gratitude pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

4. Pada kelompok eksperimen, meskipun rerata skor gratitude

mengalami sedikit penurunan, skor subjective well being mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada kelompok kontrol, rerata skor gratitude mengalami sedikit kenaikan, sedangkan skor subjective well being-nya mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa perubahan gratitude tidak berpengaruh terhadap subjective well being pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

5. Pada kelompok eksperimen, skor subjective well being mengalami peningkatan yang cukup siginifikan setelah diberi pelatihan. Sedangkan pada kelompok kontrol, antara skor pretest dan posttest subjective well being mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya.

B. Saran

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diperoleh dari hasil penelitian, berikut ini beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dipertimbangkan sebagai tindak lanjut mengenai penelitian eksperimen ini. Rekomendasi ini disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Pihak Perusahaan

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pihak perusahaan hendaknya memberi penjelasan dan pemahaman

yang lebih mendalam agar para pekerja dan buruh mengerti permasalahan tuntutan kenaikan gaji dan akibatnya terhadap kenaikan biaya produksi, hingga menyebabkan biaya hidup juga meningkat.


(5)

b. Pihak perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan program gratitude training sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif para buruh dan juga sebagai salah satu solusi menghadapi demo buruh.

c. Diharapkan pihak perusahaan juga dapat lebih mengembangkan dan menyempurnakan program gratitude training ini menjadi lebih baik lagi.

2. Pihak Buruh

Rekomendasi yang dapat diberikan bagi pihak buruh adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan para buruh dapat lebih bijak dalam memahami

permasalahan kesejahteraan yang ada.

b. Bagi buruh yang merasa kurang ataupun tidak sejahtera,

diharapkan dapat mempraktikan tahapan yang ada dalam pelatihan ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kebahagiaan subjektif.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian kuasi eksperimen mengenai gratitude training dan subjective well being yang telah dilakukan masih memiliki banyak keterbatasan, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu:

a. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan studi pendahuluan yang cermat dan mendalam, terutama yang berkaitan dengan karakteristik subjek sehingga penelitian yang kelak dihasilkan dapat bermanfaat dan sesuai bagi karakteristik subjek tersebut.

b. Peneliti yang akan melakukan penelitian eksperimen training hendaknya melakukan follow-up paska pelatihan dengan cara LGD (Leaderless Group Discussion) agar peserta training lebih leluasa untuk mengungkapkan hasil pelatihan tersebut.


(6)

80

c. Jika peneliti selanjutnya tertarik dengan topik gratitude training, maka hendaknya dilakukan pada subjek yang berbeda, misalnya pada pelajar, guru honorer, ibu rumah tangga, pejabat yang korupsi, maupun kalangan lain untuk melihat perbedaannya. d. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan gratitude training, diharapkan dapat mengembangkan dan menyempurnakannya, misalnya dengan cara kontrol yang lebih ketat, instrumen yang lebih disesuaikan dengan karakteristik subjek penelitian, pengamatan yang lebih mendalam dan waktu yang lebih lama, atau menggunakan teknologi seperti cctv agar hasil perubahan perilakunya dapat diamati dengan lebih baik.