Dilema Ekonomi Pasar Tradisional versus
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ISSN 2086-1575
J urnal E KONOMI STUDI PEMBANGUNAN
Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan (JESP) terbit dua kali setahun memuat artikel hasil pemikiran filosofis, konseptual, teoritis, telaah kritis (critical review), dan penelitian di bidang ekonomi pembangunan (development economics) dan pembangunan ekonomi (economic development).
Ketua Penyunting
Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si
Wakil Ketua Penyunting
Dr. Hadi Sumarsono, S.T., M.Si
Penyunting Pelaksana
Dr. Mit Witjaksono, MS.Ed Dr. Sugeng Hadi Utomo, M.S Dr. M. Nasikh, SE, M.P., M.Pd Grisvia Agustin, SE., M.Sc
Pelaksana Administrasi
Tutut Boedyo Wibowo, S.Kom, MT Januar Kustiandi, S.Pd.,M.Pd Januar Kustiandi, S.Pd
Alamat RedaksiTU
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (FE UM)
Jl. Semarang 5. Malang 65145. Gedung E3 Lantai 2
TlpFax (0341) 585-911
E-mail: ekonomi_umyahoo.com, mitrojoyogmail.com, imm_mklyahoo.com
Site: www.fe.um.ac.id
Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan (JESP) dikelola oleh Jurusan Ekonomi Pembangunan.
Diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang (FE UM).
Dekan: Prof. Dr. Budi Eko Soecipto, M.Ed. Pembantu Dekan I: Dr. Mit Witjaksono, MS.Ed. Pembantu Dekan II: Dr. Tuhardjo, SE., M.Si.Ak.
Pembantu Dekan III: Drs. Djoko Dwi Kusumayanto, M.Si. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan: Dr. Hari Wahyono, M.Pd.
Naskah artikel yang disumbangkan kepada JESP harus mengikuti aturan dalam Petunjuk bagi Kontributor JESP yang dilampirkan pada setiap nomor penerbitan. Isi artikel beserta akibat yang ditimbulkan oleh artikel itu menjadi tanggungjawab penuh penulisnya (kontributor).
JESP-Vol. 4, No. 2, 2012
ISSN 2086-1575
E DITORIAL
Pengantar
Seperti pada pengantar edisi perdana, JESP (baca: jès pé) memuat karya tulis:
1. Artikel pemikiran filosofis, teoritis, konseptual, atau telaah kritis (critical reviews), yang selanjutnya diberi label kelompok: ARTIKEL.
2. Artikel hasil penelitian, yang selanjutnya diberi label kelompok: PENELITIAN.
3. Artikel tinjauan buku (book review), yang diberi label kelompok: TINJAUAN BUKU. Artikel dalam kelompok 1 memaparkan pemikiran konseptual, telaah kritis, atau analisis
kontekstual tentang teori ekonomi, pemikiran, paradigma, atau filsafat ekonomi, dan aplikasi- nya dalam ekonomi pembangunan.
Artikel dalam kelompok 2 memaparkan hasil kajian (penelitian) empiris tentang penerapan lapangan, atau simulasi lab (ekonomi eksperimental) terhadap isu, kasus, atau implementasi kebijakan ekonomi.
Artikel dalam kelompok 3 menelaah isi, cakupan, manfaat, dan kritik buku yang dipandang penting dalam kajian ekonomi dan studi pembangunan.
Dalam edisi ini dapat dihasilkan 1 artikel konseptual, 9 hasil penelitian empiris dan 1 tinjauan buku.
Kepada para penulis yang telah memberikan kontribusinya, dan rekan-rekan "Penyunting Pelaksana", "Pelaksana Administrasi", serta semua pihak yang telah membantu mewujudkan penerbitan jurnal ini, tak lupa kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi.
JESP-Vol. 4, No. 2, 2012
ISSN 2086-1575
Tentang Nomor Ini
Pada edisi nomor 2 tahun 2012 ini diwarnai dengan berbagai pemikiran dan kajian
empiris tentang berbagai dimensi dalam pembangunan dalam konstelasi perekonomian regional, nasional dan global. Bagian pertama dalam jurnal ini diawali dengan hasil karya pemikiran teoretis dan konseptual. Dalam konteks perekonomian nasional di bidang Ekonomi Moneter, tulisan dari saudara Sasli R mengingatkan kembali akan pentingnya mereformulasikan kembali perekonomian nasional dalam perspektif syariah. Implementasi ekonomi moneter pada dasarnya telah banyak dikaji dalam literatur perekonomian syariah melalui berbagai kajian dan pendapat yang sudah ada.
Bagian kedua dari jurnal edisi ini berisikan hasil kajian empiris tentang dinamika dan problematika pembangunan. Dalam kajian empiris ini banyak dikupas berbagai hasil penelitian. Dalam konteks internasional, tulisan dari saudara Timbul H.S memaparkan secara analisis tentang pepajakan di negara-negara ASEAN. Dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, persentase penerimaan pajak terhadap PDB di Indonesia masih lebih kecil. Hal ini mengindikasikan masih adanya potensi penerimaan pajak yang dapat digali dalam perekonomian nasional. Dalam konteks perekonomian secara makro, tulisan dari Imam M mencermati kembali peran FDI dalam perekonomian nasional. Secara empiris walaupun aliaran di Indonesai berfluktuatif, namun masih tetap memberikan kontribusi riil terhadap PDB Indonesia.Tulisan Wasito R.J menganalisis sebuah dilema dalam perkembangan pasar tradisonal dan liberalisasi ritel modern. Menurutnya pasar tradisional memiliki sejarah penting dalam membangun bangsa, sehingga dibutuhkan usaha keras agar tetap eksis dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Dalam paparan hasil penelitian yang lain, tulisan Asfi M menganalisis sebuah pola pem- biayaan Agribisnis dan peran bank pada kontrak usaha tani jagung. Dengan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya, tulisan ini berusaha untuk mencermati sebuah informasi kunci bahwa pola pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan melalui perusahan kepada petani selama ini menimbulkan informasi yang tidak simetris. Sedangkan dalam konteks regional tulisan Abdul A, dkk mengananalisis potensi perekonomian daerah di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Melalui analisisnya tersebut dihasilkan sebuah pemetaan terhadap potensi ekonomi daerah yang dapat dikembangkan secara sektoral di Kabupaten Lamongan Jawa Timur.
Bagian akhir dari tulisan ini adalah sebuah hasil resensi buku tentang ekonomi pegadaian syariah. Pada edisi ini, hasil resensi disampaikan oleh Subagyo tentang buku yang berjudul Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional (Suatu Kajian Kontempor- er). Buku tersebut merupakan hasil dari telaah kritis secara teoretis dan empiris tentang pegadaian syariah yang ditulis oleh Sasli Rais seorang praktisi dan akademisi yang banyak menggeluti bidang kebijakan pembangunan dan ekonomi syariah.
Pada akhirnya semangat yang dibangun oleh tim JESP pada edisi 2 tahun 2012 ini semoga memberikan kontribusi pemikiran yang konstruktif dalam membangun masyarakat yang madani dan berkeadilan sosial.
Malang, 31 Nopember 2012 Penyunting
JESP-Vol. 4, No. 2, 2012
ISSN 2086-1575
D AFTAR I SI E DITORIAL
Pengantar
Tentang Nomor Ini
A RTIKEL
Ekonomi Moneter : Tinjauan Sejarah Ekonomi Islam
Sasli Rais
P ENELITIAN
Penerimaan Perpajakan di Negara Asean
Timbul Hamonangan Simanjutak
Aliran Foreign Direct Investment dan Produk Domestik Bruto Di Indonesia
Imam Mukhlis
Pengaruh Jumlah Uang Beredar ( JUB ), Tingkat Suku Bunga BI Rate, Dan nilai Tukar Rupiah Dollar – AS Terhadap Laju Inflasi di Indonesia ( Tahun 2007 – 2011 )
Y uniar Ardila Sapir
Pengaruh Capital Adequancy Ratio ( CAR ), Return On Asset ( ROA ) dan Loan T o Deposit Ratio ( LDR ) Terhadap Harga Saham Bank Pemerintah di Indonesia Periode 2004-2011
Ferik Vidyatama Mardhono
Dilema Ekonomi : Pasar Tradisional V ersus Liberalisasi Bisnis Ritel di Indonesia
W asisto Raharjo Jati
Dampak Investasi Pemerintah Terhadap Investasi Swasta dan Kesejahteraan Masyarakat Setelah Pemekaran Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Maluku
Tri W ahyuningsih
Perencanaan Energi Daerah Provins i Maluku Utara
Agus Sugiyono
Analisis Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Ternate
Amran Husen
JESP-Vol. 4, No. 2, 2012
ISSN 2086-1575
Telaah Kritis Pola Pembiayaan Agribisnis Pada Kontak Usaha Tani (Studi Pada Kontrak Usaha Tani Jagung)
Asfi Manzilati Y enny Kornitasari
Analisis Sektor Unggulan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan (Sebuah Pendekatan Sektoral Pembentuk PDRB)
Abdul Azis, Arvidya Maulid Dana, Endro Pebi Trilaksono, Fajar Try Leksono Wildan Mudhoffar
T INJAUAN B UKU
Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional (Suatu Kajian Kontemporer)
Subagyo
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Ekonomi Moneter : Tinjauan Sejarah Ekonomi Islam
Sasli Rais
Abstract
Monetary economics in perpective of Islam is not far differ from conventional economics. Its basic differences are relating to norm and value which arrange economic behavior itself. Currency in Islam as a converting tool and price value in entire economic transaction. Therefore, piling up money isn’ t enabled in Islam. Change of money value solely determined by strength of balance price’ s goods and service. Banking as a place to convert different currency and should be careful of interest rate.
Keyword: Monetary economics, Currency,Inflation, Bank
Namun ada hal mendasar yang tidak ada
PENDAHULUAN
dalam ekonomi konvensional, terutama
1 yang berhubungan dengan variabel ”nilai
Konvensional (SEK), salah satu bidang
dan norma” yang berhubungan dengan
yang dipelajari adalah ekonomi moneter,
prilaku ekonomi.
yang lebih identik dengan ilmu ekonomi uang dan bank. Hal ini dikarenakan uang
Tulisan berikut ini, diprioritaskan
dan bank merupakan variabel pokok yang
pada hal-hal pokok dengan hanya
harus dipelajari, sedangkan variabel yang
membahas tiga (3) komponen yang sangat
lainnya hanya merupakan variable turunan
berpengaruh terhadap konsep ekonomi
dan alat kebijakan ekonomi moneter itu
moneter dan ekonomi pada umumnya,
sendiri. Misalnya, inflasi, jumlah uang
yaitu sebagai berikut:
kecepatan peredaran uang, pemberian kredit dan sumber dana perbankan, suku
A. "MATA UANG
bunga, dan sebagainya. 2
Perkembangan
ekonomi
Sedangkan ekonomi moneter dalam
memerlukan suatu alat tukar yang
Sistem Ekonomi Islam (SEI) tidak jauh
penggunaannya kekal sepanjang zaman.
berbeda masalah yang menjadi kajiannya.
Alat tukar yang paling tahan itu ialah barang-barang dari logam, seperti : emas,
1 Dalam kebanyakan literatur ekonomi
perak, dan tembaga.
Islam dan para pakar ekonomi Islam
Adanya perdagangan menimbulkan
kebutuhan akan adanya mata uang.
konvensional versus ekonomi islam. Hal
Misalnya, orang yang akan membeli
ini dikarenakan untuk memudahkan
makanan dengan kain, dari manakah dia
dalam mempelajari perbedaan dan
mengetahui nilai yang sama untuk harga
persamaan konsep ekonominya.
makanan itu, sedangkan dalam pergaulan
2 Hg. Suseno Triyanto Widodo, Indikator
menghendaki terjadinya jual beli antara
barang yang berbeda, seperti kain dengan
Perekonomian Indonesia (Yogyakarta :
makanan, hewan dengan kain. Padahal
Kanisius, 1990), hal. 43
barang-barang itu tidak sama harga atau
__________________________________________ Alamat Korespondensi : Sasli Rais. Dosen STIE Pengembangan Bisnis dan Manajemen, Jakarta Email : sasli06yahoo.co.id
JESP V ol.4, No. 2, 2012
nilainya. Oleh karena itu, disinilah
Kalau diteruskan juga, tulisan atas
pentingnya alat tukar yang bernama ”mata
nama mata uang harus ditambahkan kata-
uang” itu.
kata yang tiada sangkut pautnya dengan
Menurut Imam Al-Ghazali (450–
Islam atau kata-kata yang menghina Nabi
505 H 1058–1111 M), sejarah
SA W . Ancaman tersebut menyebabkan
membuktikan bahwa pada zaman sebelum
Abdul Malik menganggapnya sebagai
Nabi Muhammad SA W , orang Arab sudah
kebulatan pendapat dari seluruh umat,
mengenal adanya mata uang, tetapi
termasuk oposisi di masa itu, yaitu partai
semuanya dari luar Arab. Mereka
Syi’ah. Oleh karena itu, ia mengundang
mengenal mata uang emas, yaitu Dinar
pemimpin partai oposisi, Muhammad Al-
dari Romawi dalam perdagangan mereka
Baqir untuk datang ke ibu kota Damaskus
ke Utara (Syiria), dan mengenal mata uang
untuk merundingkan soal yang penting itu.
perak, yaitu Dirham dari Persia dalam
Undangan
tersebut
dipenuhi oleh
perdagangan mereka ke Selatan (Y aman).
pemimpin Syi’ah dan berakhir dengan
Barulah pada tahun ke-15 H536 M, yaitu
persetujuan bulat atas maksud baik
4 tahun sesudah wafatnya Nabi
Khalifah Umayyah, demi kebangkitan
Muhammad SA W – Khalid bin Walid –
perekonomian umat Islam. Dalam mata
pahlawan Islam terkenal itu membuat mata
uang Dinar dan Dirham itu dilukis kalimah
uang sendiri di Thabariyah, daerah Syiria.
tauhid dan disebelahnya ditulis nama Nabi
Dalam pembuatan mata uang pertama itu
SA W , serta menyebut nama negeri, dan
masih meniru mata uang Romawi. Ia
tahun mencetaknya.
melukisnya dengan gambar, salib,
Mata uang Islam yang pertama ini
diberi nama Dimaskiyah, sesuai dengan
sedangkan di sebelahnya ada tulisan
3 nama
kota
tempat mencetaknya,
dengan huruf Y unani BON. Sedangkan
Damaskus. Khalifah mengirimkan mata
mata uang logam perak – Dirham Islam
uang itu ke seluruh negara, memerintahkan
dibuat tahun 28 H648 M di Thabaristan
supaya seluruh mata uang Romawi dan
(Persia), di mana pada pinggiran mata
Persi dibekukan, serta tidak boleh beredar
uang itu ada huruf Arab dengan huruf
lagi.
Kaufah, yaitu Bismillahi Rabbi.
Adapun mata uang Islam yang
Imam Al-Ghazali menyatakan
pertama kali dicetak oleh kantor
bahwa mata uang berfungsi sebagai alat
percetakan negara Islam baru terjadi pada
tukar dan nilai harga dalam seluruh
masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
transaksi ekonomi, ditetapkan menurut
dari dinasti Bani Umayyah (65-86 H685- 4 mata uang sendiri. Oleh karena itu, Al- 705 M), sesudah merundingkannya dalam
Ghazali mengecam orang yang menimbun
musyawarah dengan para ulama dan
uang. Orang demikian dikatakannya
pemuka. Maksud pembuatan mata uang itu
sebagai penjahat. Y ang lebih buruk lagi
diketahui oleh Keizer Romawi yang
adalah orang melebur dinar dan dirham
menganggapnya telah merusak hubungan
menjadi perhiasan emas dan perak. Mereka
ekonomi antara Arab dan Romawi. Ia
ini dikatakannya sebagai orang yang tidak
mengirimkan surat ancaman kepada
bersyukur kepada Sang Pencipta dan
Khalifah Abdul Malik agar menghentikan
kedudukannya lebih rendah dari orang
usahanya itu demi hubungan baik antara
yang menimbun uang, karena menimbun
kedua negara.
uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran, sednagkan
3 Abdullah Zaky Al-Kaff, Ekonomi Dalam
4 Abdullah Zaky Al-Kaff, Ekonomi Dalam
Perspektif Islam (Bandung: Pustaka
Perspektif Islam, (Bandung:Pustaka Setia,
Setia, 2002), hal. 195
2002), hal. 198
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
meleburnya berarti menarik dari peredaran selamannya. Peredaran uang palsu sangat
B. INFLASI
dikecam Al-Ghazali karena kandungan
Menurut Ackley (1978) bahwa
emasperaknya tidak sesuai dengan yang
yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu
ditetapkan oleh pemerintah. Mencetak
kenaikan harga yang terus-menerus dari
uang palsu dosanya akan terus berulang
barang-barang dan jasa-jasa secara umum
setiap kali uang itu dipergunakan dan akan
–bukan satu macam barang saja dan sesaat-
merugikan siapa pun yang menerimanya
dalam jangka waktu lama. Al-Ghazali memperbolehkan uang yang tidak terbuat
Sejarah menunjukkan bahwa salah
dari emasperak, seperti uang logam dan
satu negara yang ditandai dengan kenaikan
uang kertas yang saat ini banyak
harga secara cepat adalah Mesir di sekitar
tahun 330 sebelum Masehi pada waktu
menyatakannya sebagai alat bayar resmi
pemerintah Alexander Agung menyerbu
dan demikian juga pendapat Ibnu Khaldun,
Persia dengan membawa emas (hasil
hanya saja pemerintah wajib menjaga nilai
rampasan tentunya) ke Mesir. Dan juga
uang yang dicetaknya karena masyarakat
negara Jerman mengalam hyper inflation
menerimanya tidak lagi berdasarkan
pada awal tahun 1920-an di mana laju
berapa kandungan emasperak didalamnya.
inflasi mencapai beberapa ratus persen per
Misalnya, pemerintah mengeluarkan uang
tahunya. Negara Indonesia juga tidak luput
nominal Rp 10.000 yang setara dengan ½
dari penyakit hyper inflation di tahun
gram emas. Apabila kemudian pemerintah
1960-an, di mana laju inflasi mencapai 650
mengeluarkan uang nominal Rp 10.000 9 persen. seri baru dan ditetapkan nilainya setara
Sedangkan dalam sejarah ekonomi
dengan ¼ gram emas, maka uang akan
5 Islam, banyaknya peredaran mata uang, kehilangan makna sebagai standar nilai. terutama
fluktuasi
harga perak
Namun Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah
menyebabkan nilai mata uang Dinar dan
melarang perdagangan mata uang Dinar
Dirham selalu naik dari waktu ke waktu
dengan Dinar karena akan menghilangkan
dan nilainya pun berbeda dari suatu daerah
fungsi dari uang itu sendiri, di samping
6 dengan daerah lain. Perbandingan antara
akan menimbulkan inflasi. Seperti pasar
dua mata uang logam itu adalah 10 pada
uang yang terjadi saat ini, di mana
zaman Nabi Muhammad SA W dan tetap
sebagian besar uang dipergunakan untuk
7 stabil pada level itu selam periode keempat memperdagangkan uang itu sendiri. khalifah pertama (11-41 H632-661 M).
Namun, stabilitas ini tidak dapat
Khaldun, mata uang berfungsi sebagai alat
berlangsung terus. Dua logam mulia itu
penukar dan pengukur harga sebagai nilai
menghadapi berbagai kondisi permintaan
usaha, alat perhubungan, dan alat
dan penawaran sehingga menimbulkan simpanan dalam bank-bank. 8 ketidakstabilan
harga relatifnya. Umpamanya pada paro kedua periode
5 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam:
Umayyah (41-132 H661-750 M),
Suatu Kajian Kontemporer, Cetakan perbandingan harga relatif sekitar 12, Pertama, (Jakarta:Gema Insani Press, sementara pada periode Abbasiyah (132- 2001), hal. 56 656 H750-1258 M) mencapai 15 atau
kurang. Rasio itu terus mengalami
6 Ibid, hal. 62
fluktuasi dan berkali-kali mengalami
7 Ibid, hal.. 54
8 Abdullah Zaky Al-Kaff, Ekonomi Dalam
9 Iswardono Sp, Uang dan Bank,
Perspektif Islam, (Bandung:Pustaka Setia,
(Yogyakarta : BPFE, 1981), Edisi 4, hal.
2002), hal. 211.
JESP V ol.4, No. 2, 2012
kemerosotan sampai pada tingkat 20, 30,
Istilah bank berasal dari bahasa Italia,
bahkan 50. Menurut Al-Maqrizi dan Al-
Banca,
yang berarti meja yang
Asad (w. 854 H1440 M), ketidakstabilan
dipergunakan oleh para penukar uang di
ini membuat mata uang dari logam buruk
pasar. Pada dasarnya bank merupakan
menendang dari sirkulasi mata uang logam
tempat penitipan atau penyimpanan uang,
baik. 10 Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah
pemberi atau penyalur kredit dan juga
(1263-1328) dan Al-Maqrizi menghimbau
perantara
di
dalam lalu lintas
agar negara menghindari dan tidak 12 perekonomian. mencetak mata uang yang berlebihan
Praktek perbankan dalam Islam
dalam upayanya menutup defisit anggaran
dikenal sejak zaman Abbasiyah, walaupun
negara karena akan berakibat pada
masih dilakukan secara perorangan.
inflasi.
Perbankan mulai berkembang pesat ketika
Menurut Ibnu Khaldun, dalam
beredar banyak jenis mata uang sehingga
keadaan nilai uang yang tidak berubah
diperlukan
keahlian
khusus untuk
maka kenaikan maupun penurunan harga
membedakan antara mata uang yang satu
semata-mata ditentukan oleh kekuatan
dengan yang lainnya. Ini terjadi sebagai
penawaran dan permintaan. Setiap barang
akan mempunyai harga keseimbangannya.
internasional, terutama kota yang terkenal
Apabila lebih banyak makanan dari yang
adalah kota Isfahan (di Persia), yang
diperlukan di satu kota, harga makanan
dikunjungi oleh berbagai bangsa dari
menjadi murah dan apabila lebih sedikit
Timur dan Barat dan memperjualbelikan
makanan dari yang diperlukan maka harga
barang dagangan mereka. Nasher Khusru
makanan menjadi mahal sehingga inflasi
(w. 481 H1088 M) mengatakan bahwa
sebagai kenaikan harga-harga semua atau
dalam pasar kota Isfaham, ada suatu stand
sebagian besar jenis barang, tidak akan
khusus untuk perbankan, yang sekurang-
terjadi karena pasarr akan mencari harga
kurangnya diramaikan oleh 200 orang ahli
keseimbangan tiap-tiap jenis barang. Harga
bank dari berbagai bangsa. Dan menurut
satu barang dapat saja naik, kemudian
Ibnul Faqien bahwa pada umumnya para
karena tidak terjangkau harganya maka
bankir itu datang dari Basrah (Irak), yang
harga akan turun kembali. Ini yang terjadi
membuka
pekerjaan perbankan,
pada masa Khalifah Umar bin Khattab
menampung para pedagang yang datang
ketika terjadi paceklik. Umar saat itu
dari ujung Timur daerah Islam sampai ke
mengimpor gandum dari Fustat (Kairo) ke
ujung Barat, yaitu Ferghanah (di
Madinah dan selanjutnya harga gandum
perbatasan Irak) sampai daerah Sous di
turun. 13 Asia Kecil.
Menurut Imam Al-Ghazali bahwa
C. BANK
perbankan berfungsi sebagai tempat tukar penukaran mata uang yang berlainan dan
Bank didefinisikan sebagai lembaga
perantara untuk pengiriman uang ke
lain. Namun
memberikan kredit dan jasa dalam lalu
memperingatkan supaya para bankir dan
lintas pembayaran dan peredaran uang.
12 T. Gilarso, Dunia Ekonomi Kita : Uang,
10 M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu
Bank dan Koperasi (Yogyakarta :
Kanisius, 1976), hal. 4.
(Jakarta:Gema
Insani
Press,2001),
13 Abdullah Zaky Al-Kaff, Ekonomi Dalam
Cetakan Pertama, hal. 177.
Perspektif Islam (Bandung:Pustaka Setia,
11 Ibid, hal. 143
2002), hal. 199.
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
semua orang yang berhubungan dengan
diciptakan tersebut harus jauh dari nilai- bank, berhati-hati terhadap dosa riba. 14 nilai riba yang diharamkan.
Untuk lebih memahami lebih lanjut
beratkan pandangannya terhadap institusi
sejarah dari sistem ekonomi Islam dapat
dibaca dan dipelajari buku-bukunya baik
perekonomian, baik antara pribadi dengan
karangan ekonom dalam negeri maupun
pribadi, lembaga dengan pribadi, lembaga
luar negeri yang sudah banyak beredar di
bank dengan lembaga lainnya, negara
Indonesia.
dengan negara, serta lembaga bank dengan
negara, yang semuanya itu lebih dekat hubungannya dengan dunia perdagangan (jual beli). 15
D. PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas maka sudah jelaslah bahwasannya ekonomi moneter dalam sistem ekonomi Islam sudah dikaji, meskipun istilah “ekonomi moneter” sendiri berasal dari ekonom konvensional. Mata uang dalam Islam lebih sebagai alat tukar, nilai harga, nilai usaha, alat perhubungan, dan alat simpanan dalam bank-bank dalam seluruh transaksi ekonomi karenanya menimbun uang tidak dibolehkan dalam Islam karena uang harus selalu berputar dalam rangka keseimbangan ekonomi. Oleh karena itu, keadaan nilai uang yang tidak berubah maka kenaikan maupun penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan sehingga setiap barang
keseimbangannya sendiri.
Sedangkan, perbankan berfungsi sebagai tempat tukar penukaran mata uang yang berlainan dan perantara untuk pengiriman uang karenanya harus berhati- hati terhadap riba dalam pelaksanannya. Karena bagaimana pun, transaksi-transaksi dalam dunia perbankan akan terus mengalami perkembangan dan inovasi bentuknya sehingga yang menjadi perhatian utama dalam system moneter Islam, bagaimana transaksi-transaksi yang
14 Ibid, hal. 202 15 Ibid, hal. 204
JESP V ol.4, No. 2, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kaff, Abdullah Zaky, Ekonomi Dalam
Perspektif Islam (Bandung : Pustaka Setia, 2002).
Chapra, M. Umer, Masa Depan Ilmu
Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam Cetakan Pertama, (Jakarta : Gema Insani Press,2001).
Gilarso, T, Dunia Ekonomi Kita : Uang,
Bank dan Koperasi (Y ogyakarta : Kanisius, 1976).
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Islam:
Suatu Kajian Kontemporer, Cetakan Pertama, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001).
Iswardono Sp, Uang dan Bank, Edisi 4,
(Y ogyakarta : BPFE, 1981). Muhammad, Kebijakan Moneter dan
Fiskal dalam Ekonomi Islam, Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta: 2002.
Widodo, Hg. Suseno Triyanto, Indikator
Perekonomian Indonesia (Y ogyakarta : Kanisius, 1990
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Penerimaan Perpajakan di Negara Asean
Timbul Hamonangan Simanjutak
Abstract
This paper aims to analysize the progress of tax revenue in Asean Countries; Indonesia, Malaysia, Thailand and Philiphine from 1990 until 2009. The methode of analysize is descriptive statistic. The result of analysized shows that tax revenue in Asean countries have similarly pattern. The external shocks give the contagion effect to economic progress among four Asean countries. Although, this research also find that tax ratio in Thailand has higher rate than in Malaysia, Philiphine and Indonesia. Therefore, each country in Asean may anticipate the external shocks by appropriate tax policy to achieve optimum tax revenue in Asean countries.
Keywords : tax revenue, tax ratio, contagion effect, sunset policy
Pajak adalah salah satu instrumen
181). Sedangkan menurut Jones (2002:4)
keuangan negara yang dapat digunakan
pajak didefinisikan sebagai : “….A tax can
untuk membiayai pembangunan suatu
be defined simply as a payment to support
negara. Seiring dengan itu, pajak
the cost of government. A tax differ from a
merupakan sebuah piranti yang sering
fine or penalty imposed by a government
digunakan dalam pelaksanaan kebijakan
because a tax is not intended to deter or
fiskal suatu negara. Dalam konteks ini,
punish unacceptable behavior . On the
pengenaan pajak terkandung unsur
other hand, taxes are compulsory; anyone
kebijakan publik yang memiliki implikasi
subject to a tax is not free to choose
luas terhadap kesejahteraan masyarakat,
whether or not to pay.” Dengan demikian
dan karenanya, implementasi dari fungsi
pajak dimaksudkan sebagai transfer
masyarakat untuk ongkos pembangunan
memegang peran sangat menentukan.
bukan sebagai hukuman atau denda karena
Sebagai sebuah intrumen kebijakan fiskal,
suatu hukuman.Sebaliknya pajak
pajak memiliki peran penting dalam
merupakan suatu kewajiban, bukan pilihan.
mendorong pertumbuhan ekonomi dan
Peran
pemerintah dalam
keberlanjutan pembangunan.
pemungutan pajak (tax effort) sangat
Pengenaan pajak di suatu negara
menentukan untuk menjamin mengalirnya
didasarkan pada berbagai peraturan
penerimaan negara yang meningkat dari
perundang-undangan. Dalam hal ini pajak
waktu ke waktu. Seiring dengan
merupakan pungutan yang merupakan hak
pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka
preogratif pemerintah, pungutan tersebut
penerimaan pajak
juga diharapkan
meningkat dari tahun ke tahun. Besar
pemungutannya dapat dipaksakan kepada
kecilnya kapasitas pajak ( tax capacity)
subyek pajak untuk mana tidak ada balas
mencerminkan kemampuan keuangan
jasa yang langsung dapat ditunjukkan
suatu negara dalam
melaksanakan
penggunaannya, Mangkoesoebroto (1998:
pembangunannya. Semakin besar porsi
__________________________________________ Alamat Korespondensi : Timbul Hamonangan Simanjutak, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung Email : monang_djpyahoo.com
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
peluang yang cukup besar dalam
menunjukkan semakin besar kemandirian
meningkatkan penerimaan pajaknya. Hal
ini dapat terjadi karena stabilitas
pembangunannya. Sebaliknya semakin
perekonomian,
merupakan sebuah
kecil porsi pajak dalam penerimaan negara,
indikator dari berjalannya berbagai
maka semakin tidak mandiri kemampuan
kegiatan ekonomi suatu negara. Kondisi ini
akan berdampak pada perluasan dan
pembangunannya.
peningkatan nilai tambah ekonomi yang
dapat tercipta dalam pembangunan negara-
pemanfaatan pajak, secara lebih khusus
negara Asean. Namun demikian, dalam
Connolly and Munro (1999: 158)
kurun waktu tahun 1990-2009, dinamika
menyadari benar bahwa pajak memiliki
perkembangan ekonomi Asean tidak luput
peran penting dalam pembangunan
dari adanya dampak external shocks yang
ekonomi suatu negara. Oleh karena itu
terjadi di negara-negara di luar kawasan
sangat disadari bahwa pencapaian dalam
Asean. Kondisi ini tentunya juga
sasaran dan target pembangunan tidak
berdampak pada stabilitas perekonomian
dapat dicapai secara optimal apabila tidak
masing-masing negara Asean. Sebagai
didukung oleh penerimaan pajak. Pada
antisipasi, tentunya masing-masing negara
posisi ini peran pajak sangatlah strategis
juga menyiapkan berbagai kebijakan dalam
dan menentukan di dalam mencapai
rangka
memperkuat fundamental
sehingga external
pembangunan.
shocks yang ada tidak berdampak serius
Kawasan perekonomian Asean
pada pertumbuhan ekonomi dan juga
memiliki dinamika tersendiri dalam
penerimaan pajak dalam postur Anggaran
pengoptimalan penerimaan negara dari
Belanja dan Pendapatan Negara masing-
pajak. Sebagai kawasan yang memiliki
masing negara Asean. Oleh karena itu
lokasi strategis dalam lalu lintas
sangat penting untuk menganalisis secara
perhubungan via laut secara internasional,
deskriptif perkembangan penerimaan pajak
Asean menjadi pilihan utama bagi negara-
negara-negara Asean dalam menghadapi
negara di berbagai dunia untuk bermitra
konstelasi perekonomian global yang
dalam kegiatan ekonomi. Kepekaan
terjadi.
negara-negara di luar Asean untuk bermitra dengan Asean didasarkan pada kondisi
Metode Penelitian
empiris, dimana Populasi negara-negara di
Penelitian ini dilakukan dengan
Asean sangat besar (sekitar 500 juta).
menggunakan analisis secara deskriptif
Jumlah populasi tersebut merupakan
kuantitatif. Penelitian difokuskan pada 4
sebuah potensi pasar yang sangat besar
(empat) negara Asean, yakni ; Indonesia,
menghadapi berbagai permintaan macam
Malaysia, Philipina dan Thailand dalam
barang dan jasa. Sebagai konsekuensi,
kurun waktu 1990-2009. Data penelitian
kekuatan ekonomi negara-negara Asean
ini merupakan data sekunder time series,
banyak ditopang dari permintaan domestik
yakni data tentang penerimaan pajak di
yangg terus berkembang seiring dengan
masing-masing negara anggota Asean.
semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Sumber data dalam penelitian ini adalah
Potensi populasi dan stabilitas
Asian Development Bank yang dapat
diakses melalui situs, www.adb.go.id. Data
menjadikan negara-negara Asean memiliki
yang dibutuhkan diperoleh dengan teknik
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
dokumentasi, yakni melakukan tabulasi,
akan ditentukan dari kapasitas pajak yang
pencatatan, perekaman data dan pemaparan
dapat dioptimalkan oleh negara-negara
data.
Asean. Secara agregate dengan jumlah penduduk yang cukup besar di kawasan
Hasil dan Pembahasan
Asean, menjadikan negara-negara di
Perekonomian
negara-negara
kawasan Asean memiliki potensi cukup
Asean dalam kurun waktu 1990-2009
besar dalam penerimaan dari sektor pajak.
dihadapkan pada konstelasi perekonomian
Perkembangan perekonomian di
global yang berkembang cukup fluktuatif.
negara-negara Asean pasca krisis ekonomi
Dalam kurun waktu tersebut negara-negara
tahun 1998 ditandai oleh adanya semangat
di luar kawasan Asean mengalami krisis
menerapkan
otonomi daerah dan
ekonomi, seperti di USA, Uni Eropa dan
desentralisasi
fiskal
dalam sistem
Jepang. Krisis tersebut merupakan
pemerintahannya. Kondisi ini juga terjadi
akumulasi dari berbagai ketidakstabilan
di Indonesia, dimana penerapan otonomi
yang ditimbulkan baik dari sisi keungan
daerah dan desentralisasi fiskal ini
negara, keuangan perusahaan dan sektor
diterapkan dengan sebuah Undang-undang
perbankan. Krisis tersebut memiliki
dan efektif berlaku pada tahun 2000.
potensi untuk menimbulkan contagion
Dalam
undang-undang tersebut
effect ke negara-negara di kawasan Asean.
mengisyaratkan
adanya distribusi
Hal ini karena pada kenyataannya negara-
keuangan yang lebih merata ke pemerintah
negara Asean sudah menerapkan open
economy dalam berbagai bentuk kegiatan
pembangunannya.
ekonomi internasional, seperti aliran modal
Salah satu isu penting dalam
dan perdagangan barang dan jasa. Dalam
pembangunan ekonomi di negara-negara
hal ini investor asing dan kreditur yang
Asean dewasa ini adalah penerimaan dari
memiliki modal tentunya menginginkan
sektor pajak. Pajak dapat memberikan
profit yang tinggi dalam bisnisnya. Pada
kontribusi besar dalam rangka membiayai
sisi lain ekspor negara-negara berkembang
pembangunan negara. Dalam hal ini
mengalami tekanan ketika negara pembeli
masing-masing negara akan berusaha
utama di luar negeri mengalami krisis.
semaksimal
mungkin untuk
Oleh karena itu negara-negara berkembang
penerimaan negara. Sebagai gambaran dari
mengoptimalkan sumber keuangan dalam
kondisi perkembangan penerimaan pajak
negerinya (Culpeper and Bhushan 2008).
di negara Asean dapat dipaparkan berikut
Namun demikian dalam kurun
ini.
waktu 1990-2009 walaupun terjadi gejolak perekonomian eksternal, perekonomian
a. Indonesia
negara-negara di kawasan Asean masih
Sebagai negara dengan jumlah
penduduk terbesar di kawasan Asean,
stabilitas perekonomian inipun pada
Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki potensi cukup besar dalam
penerimaan pajaknya. Hal ini karena
Sebagaimana diketahui, pajak merupakan
dengan
semakin
besarnya jumlah
sumber penerimaan negara yang sangat
penduduk, maka kegiatan ekonomi yang
tercipta juga akan semakin besar. Hal ini
Kemandirian pembiayaan pembangunan
tentunya dapat meningkatkan rasio
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
perpajakan di Indonesia yang masih rendah
administrasi
dan
terhindar resiko
dibandingkan dengan negara Asean lain
pemeriksaaan kepada WP yang baru
seperti Malaysia dan Singapura. Guna
mendaftarkan NPWP pada tahun 2008 dan
mencapai kinerja perpajakan yang lebih
penghapusan sanksi administrasi (bukan
besar lagi, berbagai kebijakan telah
pengurangan sanksi) terhadap WP yang
dilontarkan oleh pemerintah, seperti
melakukan pembetulan SPT untuk tahun
kebijakan Sunset Policy tahun 2008
pajak 1998 sd 2006 (sesuai daluarsa
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
pajak). Kebijakan tersebut dimaksudkan
66PMK.032008) . Kebijakan Sunset Policy
untuk meningkatkan penerimaan negara
ini adalah fasilitas yg diberikan oleh
dari pajak dalam rangka pembiayaan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
pembangunan nasional.
Adapun perkembangan penerimaan
perpajakan berupa bunga. Dalam kebijakan
negara dari pajak dapat dilihat pada
sunset policy tersebut terdapat dua jenis
gambar berikut ini :
pengampunan, yaitu; penghapusan sanksi
Sumber:www.adb.org
Gambar 1 Penerimaan Pajak Di Indonesia (Miliar Rp)
Berdasarkan pada gambar di atas
penerimaan pajak meningkat menjadi
dapat dijelaskan bahwa penerimaan pajak
sebesar Rp. 658.701 miliar. Sedangkan
Indonesia dalam kurun waktu 1990-2009
tahun 2009 penerimaan pajak mengalami
menunjukkan adanya trend kenaikan.
penurunan menjadi sebesar Rp. 651.955
Penerimaan pajak mulai tahun 2001 mulai
miliar.
menunjukkan kenaikannya menjadi sebesar
Berdasarkan pada tren angka
Rp. 185.541 miliar dibandingkan dengan
penerimaan yang terus meningkat ini
tahun sebelumnya. Angka ini terus
menunjukkan adanya potensi pajak yang
mengalami kenaikan hingga tahun 2008
cukup besar untuk dapat digali lagi dalam
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
rangka meningkatkan penerimaan negara.
pembangunannya. Adapun penerimaan
Hal ini tentunya dapat terjadi karena selain
negara bersumber dari indirect taxes
jumlah penduduk yang besar, kekuatan
(dikumpulkan oleh Royal Customs and
perekonomian Indonesia dewasa ini sangat
Excise
Department),
direct taxes
ditopang oleh permintaan domestik.
(dikumpulkan oleh the Inland Revenue
Board), dan non tax revenue. Indirect taxes
perekonomian nasional tentunya akan
revenue sejak tahun 1960 merupakan jenis
dapat mendorong masyarakat untuk terus
pajak yang memberikan kontribusi terbesar
melakukan kegiatan ekonominya. Dalam
pada penerimaan negara Malaysia. Indirect
hal ini penerimaan pajak akan terus
taxes revenue terdiri dari ; import duties,
mengikuti kondisi perekonomian dan daya
export duties, excise duties, sales tax dan
beli masyarakat dalam perekonomian
service tax. Dalam kaitannya dengan
nasional.
kebijakan pajak di Malaysia, maka keputusan pemerintah Malaysia untuk
b.Malaysia
merubah sistem indirect tax dari pajak
Malaysia merupakan sebuah negara
penjualan dan jasa ke Good Service T ax
dengan populasi pada tahun 2009 sekitar
(GST) merupakan isu perekonomian yang
28 jiwa. Struktur perekonomiannya
menarik (Taha dan Loganathan, 2008).
memiliki kemiripan dengan Indonesia,
Adapun sebagai gambaran dari penerimaan
yang banyak ditopang oleh sektor industri
pajak di Malaysia dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Sumber:www.adb.org
Gambar 2
Penerimaan Pajak Di Malaysia (Million Ringgit Malaysia)
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Perkembangan penerimaan pajak di
Berdasarkan pada gambar di atas
Philipina ditandai oleh adanya reformasi
menunjukkan bahwa penerimaan pajak di
perpajakan pada tahun 1997 (the
Malaysia menunjukkan peningkatan dalam
government's Comprehensive T ax Reform
kurun waktu 1990-2009. Penerimaan pajak
Program (CTRP). Dalam CTRP tersebut
pada tahun 1990 sebesar RM 21.244 Juta.
termasuk
didalamnya additional
Angka tersebut meningkat menjadi sebesar
exemptions
for
VAT coverage,
Rm 112.987 juta pada tahun 2008.
pengurangan corporate income tax (CIT)
Kemudian pada tahun 2009 penerimaan
rate dari 35 to 32 , dan menurunkan
pajak di Malaysia turun menjadi RM
effective tax rates untuk tiga bentuk
106.504 juta. Fluktuasi dalam kenaikan
komoditi yakni : alcohol products, cigarettes, dan petroleum products dengan
pajak pada tahun 2008 dan 2009 ini
merubah dari ad valorem ke specific taxes
sebagai dampak terjadi krisis ekonomi
(Ibon Fondation, 2010). Adapun sebagai
yang melanda perekonomian di negara-
gambaran dari penerimaan pajak di
negara maju.
Philipina dapat dilihat pada tabel berikut ini :
c.Philipina
Sumber:www.adb.org
Gambar 3
Penerimaan Pajak Di Philipina (Billion Peso)
Berdasarkan pada gambar di atas
152 miliar, kemudian pada tahun 2008
menunjukkan bahwa penerimaan pajak di
meningkat menjadi sebesar Peso 1.049
Philipina mengalami kenaikan selama
miliar. Perkembangan penerimaan pajak di
kurun waktu 1990-2009. Pada tahun 1990
penerimaan pajak Philipina mencapai Peso
penurunan menjadi sebesar Peso 982
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
miliar. Penurunan pajak pada tahun 2009
perjanjian perdagangan bebas seperti
ini juga merupakan konsekuensi dari
dalam kerangka WTO, AFTA dan FT As,
melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia,
maka jenis pajak import tax mengalami
sehingga berdampak pada kegiatan
penurunan. Dalam kurun waktu 1998
ekonomi dalam negeri Philipina.
hingga 2003 jenis pajak yang memberikan kontribusi besar dalam penerimaan pajak
d.Thailand
di Thailand adalah pajak pertambahan nilai
Penerimaan negara di Thailand
(value added tax) sebesar 29 dan excise
dapat bersumber dari indirect tax, direct
tax sebesar 24. Sedangkan corporate
tax dan non tax revenue. Adapun Sumber-
income tax dan personal income tax
sumber penerimaan pajak di Thailand
masing-masing sebesar 19 dan 14
seperti ; income tax, value added tax,
(Sujjapongse,
2005). Adapun
excise tax, dan import tax. Namun
perkembangan penerimaan pajak secara
demikian seiring dengan pemberlakukan
agregate di Thailand sebagai berikut ini :
Sumber:www.adb.org
Gambar 4
Penerimaan Pajak Di Thailand (Billion Baht)
Berdasarkan pada gambar di atas
terus menunjukkan penurunan sampai
dapat dijelaskan bahwa penerimaan pajak
tahun 1999. Kemudian pada tahun 2000
di Thailand mengalami fluktuasi pada
penerimaan pajak mulai menunjukkan
periode tahun 1990-2009. Hal ini dapat
adanya kenaikan menjadi sebesar Baht 615
dilihat dari kondisi pada tahun 1997 dan
Miliar. Pada tahun 2008 penerimaan pajak
tahun 1998 dimana penerimaan pajaknya
di Thailand mengalami puncaknya, yakni
masing-masing sebesar Baht 754 Miliar
sebesar Baht 1.461 Milar. Perkembangan
dan menurun menjadi Baht 642 Miliar dan
pada tahun 2009 penerimaan pajak
JESP V ol. 4, No. 2, 2012 Thailand turun menjadi sebesar Baht 1.321
Thailand merupakan salah satu negara
Miliar. Penurunan ini sebagai dampak dari
yang responsif terkait perpajakan di Asean,
kondisi krisis yang terjadi di negara-negara
dimana corporate income tax diturunkan
maju yang
mempengaruhi kinerja
menjadi sebesar 23 pada tahun 2012 dan
perekonomian negara Thailand.
20 pada tahun 2014 (www.kpmg.com).
Kebijakan untuk mereformasi
komunitas Asean dideklarasikan sebuah
sistem perpajakan di negara-negara Asean
komitemen untuk membangun Asean
merupakan
sebuah
implikasi dari
economic community sebagai berikut
keterbukaan perekonomian yang telah
...“The AEC Blueprint will transform
diterapkan di Asean.Kondisi ini tentunya
ASEAN into
a single market and
dapat mempengaruhi kinerja pajak suatu
production base, a highly competitive
negara manakala tidak dilakukan upaya
economic region, a region of equitable
konstruktif dan antisipatif. Dalam hal ini
economic development, and a region fully
kinerja perpajakan dapat diukur dari
integrated into the global economy...".
besarnya rasio pajak terhadap PDB suatu
Dalam bidang perpajakan, maka setiap
negara. Adapun perkembangan rasio pajak
negara Asean akan mereformasi sistem
terhadap PDB negara-negara Asean dapat
perpajakannya sehingga menjadi lebih
dilihat pada gambar berikut ini :
kompetetif diantara negara Asean lainnya.
Sumber : data.worldbank.orgindicator
Gambar 5 Persentase Pajak T erhadap PDB Negara-negara Asean ()
pajak dengan PDB yang paling besar
Dalam hal ini dibandingkan dengan negara
dalam kurun waktu 2003-2010 (rata-rata di
Asean lainnya, Thailand memiliki rasio
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
atas 15). Berdasarkan pada gambar di atas menunjukkan adanya sebuah pola yang sama dalam fluktuasi besarnya angka rasio pajak dengan PDB di Thailand, Indonesia, Malaysia dan Philipina. Indonesia dibandingkan dengan keempat negara Asean di atas memiliki trend perkembangannya yang semakin menurun. Pada tahun 2003 rasio pajak dengan PDB mencapai 12,39 dan pada tahun 2010 turun menjadi sebesar 10,87.
Penutup
Keterbukaan perekonomian yang diterapkan di negara-negara Asean
memiliki konsekuensi pada potensi adanya dampak contagion effect dari negara-
negara di luar kawasan Asean. Kondisi ini dapat mengakibatkan adanya penurunan
dalam kegiatan ekonomi dan juga penerimaan pajak negara. Semakin
terintegrasinya suatu perekonomian dengan perekonomian negara lain membutuhkan
kebijakan antisipatif dalam rangka penguatan kapasitas fiskal suatu negara.
Perkembangan penerimaan pajak di negara-negara Asean menunjukkan pola
yang sama dalam fluktuasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi pajak di
kawasan Asean masih rentan dengan adanya dampak dari gejolak ekonomi
eksternal. Oleh karena itu dalam implementasi AFTA dan AEC di Asean,
setiap negara perlu melakukan sinergi kebijakan fiskal dalam rangka peningkatan
penerimaan pajak dan konvergenitas pertumbuhan ekonomi negara-negara
Asean. Dalam hal ini Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk
terbesar di Asean memiliki peran penting dalam menginisiasi kebijakan perpajakan
di kawasan Asean.
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Journal of Business and Finance
Daftar Pustaka
Research V olume 2, Number 2
Bhushan, R. C. ,2008. Domestic Resource
IBON Foundation, 2012. “Taxes and
Mobilization: A Neglected factor
Development in the Philippines
in Development Strategy.Ottawa:
The North ‐South Institute
Towards enhancing domestic
resource
mobilization for
Connolly, Sara and Alistair Munro, 1999.
development”, Research Paper,
Economics of The Public Sector,
www.oecd.org
diakses
New Y ork: Prentice Hall
Nopember
Jones, Sally M. 2002. Principles of
Sujjapongse, Somchai, 2005.”Tax Policy
T axation, New York:Mc Graw
and Reform in Asian Countries :
Hill.
Thailand Perspective”, Journal
Asian Economics, diakses dari
http:www.econ.hit-
Kedua,Y ogyakarta: BPFE-UGM
u.ac.jp~kokyosympojuly05pape
Taha, Roshaiza dan Nanthakumar
rsjuly05-Thailand.pdf, tanggal 25
Loganathan, , 2008. Causality
Nopember.
Between Tax Revenue and
www.adb.org
data.worldbank.orgindicator
www.kpmg.com
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Aliran Foreign Direct Investment dan Produk Domestik
Bruto Di Indonesia
Imam Mukhlis
Abstract
This research aims to analysize the relationship between Foreign Direct Investment (FDI) with Gross Domestic Product (GDP) in Indonesian economic for 2005 unti 2011. The methode of analysize is descriptive that recorded and verivicated the time series data ini Indonesian economy. The result suggest that both variables haven’ t same trend in Indonesian economy for 2005-2011. The GDP has increase more slowly, although FDI flow have fluctuated progress in Indonesia. The FDI flow depend on external condition and stabilization in host country. Based on this result, government must provide much insentive to foreign investor to invest in Indonesia. These insentive like provide infrastructure, tax holiday and reduce birocration in investment project by foreign investor .
Keywords : Foreign Direct Investment, Gross Domestic Product, Capital Flow, External Shocks
Kemajuan suatu bangsa tidak dapat
masyarakat.
Rendahnya tabungan
dilepaskan dari peran investasi. Investasi
masyarakat ini disebabkan karena tingkat
secara teoretis dapat mendorong terjadinya
pendapatan masyarakat yang masih rendah
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
pula,
sehingga
pendapatan yang
Dalam perspektif ini investasi dianggap
dimilikinya hanya cukup untuk pemenuhan
dapat
mengisi
kesenjangan antara
kebutuhan hidupnya saja. Sebagai
kemampuan anggarandana dalam negeri
akibatnya akan menimbulkan terjadinya
dengan besarnya keperluan anggaran untuk
saving
investment
gap dalam
perekonomian. Kondisi ini tentunya dapat
Dalam hal ini ini menurut pemikiran
menghambat upaya negara untuk mengejar
Harrod Domar, pertumbuhan ekonomi
ketertinggalan ekonomi dengan negara lain
suatu negara akan dipengaruhi oleh modal
yang lebih maju.
dan tenaga kerja. Modal tersebut dapat
Kondisi perekonomian negara
berperan dalam pembentukan kapital yang
berkembang walaupun rendah dalam
penyediaan modal dalam negeri, namun
meningkatkan pertumbuahan ekonomi
memiliki potensi ekonomi yang cukup
suatu negara.
besar. Potensi tersebut dapat beruwud
Namun demikian, tidak semua
sumber daya alam yang melimpah dan
negara memiliki kemampuan dalam
adanya pertumbuhan penduduk yang
mendanai seluruh proyek pembangunannya
tinggi. Kedua potensi ekonomi tersebut
dengan mengandalkan sumber daya
dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi
ekonomi dalam negeri. Dalam hal ini
investor negara lain untuk menanamkan
negara berkembang akan terjebak pada
dananya di negra berkembang. Dalam hal
situasi kelangkaan modal yang disebabkan
ini peran perusahaan multinasional
karena masih rendahnya tingkat tabungan
(MNCs) di negara-negara berkembang
__________________________________________ Alamat Korespondensi : Imam Mukhlis. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Negeri Malang Email : imm_mklyahoo.com
JESP V ol.4, No. 2, 2012
termasuk di Indonesia sangat penting dan
jumlah penduduk di negara penerima FDI.
penuh dengan kepentingan ekonomi
Krisis ekonomi yang terjadi di luar negeri
semata. Dalam konteks ini ketersediaan
berdampak pada perilaku dan ekspektasi
sumber daya alam (bahan baku) industri di
investor asing dalam menanamkan
negara maju dapat disediakan oleh
usahanya di Indonesia. Pada investor akan
perekonomian negara sedang berkembang.