PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCE TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO.
PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE
INTELLIGENCE TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SIDOARJO
SKRIPSI Oleh:
FITRI NURI ANDRIANI NIM. D71212130
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Fitri Nuri Andriani, 2015, Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
Pembimbing : Dr. H. Amir Maliki A., M.Ag
Penelitian yang dilakukan dalam mengkaji Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo dengan beberapa rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana Implementasi Strategi Multiple Intellegences di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo?, (2) Bagaimana Keadaan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo?, (3) Adakah Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intellegences terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo?
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang pada proses penelitian datanya menggunakan metode dokumentasi, interview, observasi, dan angket. Kemudian data dianalisis menggunakan rumus statistik yaitu rumus prosentase, product moment, dan rumus regresi agar mendapatkan hasil penganalisaan data secara aktual dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi strategi multiple intelligence di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo hanya sebagian diterapkan. Artinya Metode-metode yang diterapkan hanya sebagian dan metode-metode tersebut sering diterapkan ketika proses pembelajaran PAI berlangsung. Dan peningkatan minat belajar PAI selalu mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil angket per item dan dari sikap antusias siswa. Dari hasil perhitungan
product moment, hasil yang diperoleh 0,798 dan pada nilai “r” product moment
baik pada taraf signifikan 5% yaitu 0,235 dan taraf signifikan 1% yaitu 0,306 dengan n = 67. Jadi dari hasil konsultasi tersebut diketahui bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima dan hipotesis nihil (Ho) di tolak. Sehingga ada pengaruh yang signifikan dalam implementasi strategi Multiple Intelligence terhadap peningkatan minat belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Dari hasil SPSS versi 20. Diketahui bahwa F hitung sebesar 114,007 dan F tabel sebesar 3,99. Dengan demikian terdapat pengaruh antara Implementasi Strategi Multiple Inteligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Untuk melihat pengaruh secara parsial antara variabel X dan variabel Y, diketahui t hitung sebesar 10,677 sedangkan untuk t tabel sebesar 1,980. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel, 10,677 > 1,980. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak Selain itu dari perhitungan SPSS di atas diketahui persamaan regresinya sebagai berikut: Y = α + bx = 8,266 + 0,764x. Untuk R Square sebesar 0,637. Hal ini berarti 63,7% Implementasi Strategi Multiple Inteligence Mempengaruhi Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
ABSTRAK ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
(7)
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional ... 9
G. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Implementasi Strategi Multiple Intelligence ... 15
1. Pengertian Intelligence ... 15
2. Pengertian Multiple Intelligence ... 16
3. Macam-Macam Kecerdasan ... 19
4. Implementasi Strategi Multiple Intelligence ... 29
B. Minat Belajar Pendidikan Agama Islam ... 45
1. Pengertian Minat Belajar ... 45
2. Peran Minat Bagi Proses Belajar ... 47
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat ... 48
4. Cara Menumbuhkan Minat Belajar ... 53
C. Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam ... 54
D. Hipotesis ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Profil Obyek Penelitian ... 59
B. Metodologi Penelitian ... 60
(8)
2. Rancangan Penelitian ... 61
3. Populasi dan Sampel ... 62
4. Metode Pengumpulan Data ... 62
5. Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 67
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 67
1. Visi dan Misi ... 67
2. Struktur Organisasi ... 68
3. Daftar Guru dan Tenaga Kependidikan ... 69
4. Keadaan Siswa ... 72
5. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 73
6. Program dan Kegiatan Keagamaan ... 74
B. Penyajian Data ... 78
1. Penyajian Data Hasil Wawancara dan Observasi ... 78
2. Penyajian Data Hasil Angket ... 83
C. Analisis Data ... 96
1. Analisis Data Tentang Implementasi Strategi Multiple Intelligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI ... 96
2. Analisa Data Tentang Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI ... 112
(9)
BAB V PENUTUP ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 128
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 132
LAMPIRAN ... 133
(10)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebenarnya mempunyai arti banyak menurut pakar pendidikan.
Menurut Ki Hadjar Dewantoro, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
perkembangan “budi pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu
kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, bangsa dan negara.1
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nanti setelah menyelesaikan pendidikan dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan apa yang terkandung dalam Islam
secara keseluruhan.2 Tujuan pendidikan agama Islam adalah salah satu usaha
menjadikan manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: CV. Alfabeta, 2003), 3.
2
(11)
2
dengan menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Pendidikan agama Islam
di Sekolah menengah pertama mempunyai beberapa fungsi diantaranya
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga untuk selanjutnya dikembangkan
lagi dengan pendidikan formal yaitu“Pendidikan Agama Islam“.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, Pendidikan Agama Islam
di lembaga-lembaga sekolah sudah jarang sekali peminatnya. Hal ini
mengakibatkan proses pembelajaran dan nilai-nilai islam yang telah ditanamkan
oleh pendidik tidak diterima oleh siswa secara optimal, akibatnya banyak
pemasalahan yang dibuat oleh remaja sekarang ini.
Berbagai masalah-masalah kenakalan remaja, masalah-masalah seksual,
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, masalah-masalah emosi, tertarik pada
kebatinan, okultisme dan sebagainya. Kenakalan remaja merupakan tingkah laku
yang bersifat pelanggaran hukum atau pelanggaran nilai-nilai moral, misalnya
perjudian, perkelahian, tawuran, menjadi perek, membolos, kabur dari rumah dan
lain-lain. Remaja dapat melakukan sendiri atau berkelompok. Masalah-masalah
seksual muncul pada masa remaja karena perkembangan psikoseksual yang aktif
dan mulai bekerjanya hormon-hormon seksual. Masalah-masalah seksual yang
dapat muncul adalah membaca/menonton buku/film porno, hubungan seksual
sebelum menikah, homoseksual/lesbian, mengunjungi WTS dan sebagainya.
(12)
3
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan
perhatian yang kuat”3
. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat
terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap
obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh
dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya
terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan,
kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak
memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian
guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat
yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana
pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat
belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam
melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.4
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti:
obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau
gerakannya. Oleh sebab itu, agar siswa menaruh perhatian ketika proses
pembelajaran PAI berlangsung, hendaknya pendidik menggunakan starategi yang
dapat menarik perhatian siswa. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh
pendidik yaitu dengan strategi Multiple Intelligences.
3
Wayan Ardhana, Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Agama Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), 79.
4
Bafadal Ibrahim, Pengelolaan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 9.
(13)
4
Multiple Intelligences adalah sebuah teori tentang ilmu kecerdasan yang mengartikan “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University. Multiple Intelligences adalah Teori yang mengatakan bahwa ada sembilan jenis kecerdasan (mungkin bahkan lebih banyak lagi tetapi belum
teridentifikasi). Masing-masing kecerdasan yang berbeda-beda ini dapat
digambarkan oleh ciri-ciri, kegiatan-kegiatan, dan minat-minat tertentu. Gardner
menemukan ada delapan jenis kecerdasan tersebut yakni (1) kecerdasan bahasa,
(2) kecerdasan matematika dan logika, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan
musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan
intrapersonal, (8) kecerdasan naturalis, selanjutnya Walter McKenzie
memasukkan (9) kecerdasan eksistensial.
McKenzie menggunakan roda domain kecerdasan jamak untuk
memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagai kecerdasan.
Pertama-tama, kecerdasan dikelompokkan menjadi tiga wilayah, yaitu:
1. Domain Interaktif, yakni kecerdasan yang diperoleh melalui proses sosial
yang terbangun secara alami.5 Domain ini terdiri dari:
a. Kecerdasan verbal adalah kmampuan untuk menggunakan bahasa baik
secara tertulis maupun secara lisan serta kemampuan untuk menguasai
bahasa asing.
b. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami sifat, pikiran,
dan perilaku orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mampu
5
Muhammad Yaumi, dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: KENCANA, 2013), 12.
(14)
5
mengambil hati orang lain dan mampu membuat nyaman orang-orang
yang ada di sekelilingnya.
c. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh
tubuh dalam mengekspresikan ide, prasaan dan menggunakan tangan
untuk mentransdormasikan sesuatu.
2. Domain Analitik, yakni kecerdasan yang dapat memiliki komponen sosial
atau intropektif yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
menggabungkan data ke dalam skema yang sudah ada.6 Wilayah ini terdiri
dari:
a. Kecerdasan musik adalah kemampuan dalam menangkap musik,
menikmati semua jenis musik, dan mengekspresikan sesuatu kedalam
bentuk irama atau musik.
b. Kecerdasan logis matematik adalah kemampuan yang melibatkan banyak
komponen perhitungan secara matematis, berpikir logis, nalar,
pemecahan masalah, perhitungan deduktif, dan ketajaman hubungan
antara pol-pola numerik.
c. Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan yang mendalam terhadap
lingkungan, baik itu alam maupun hewan. Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini sangat peka terhadap alam, cinta terhadap alam, hewan
dan tumbuh-tumbuhan.
6
(15)
6
3. Domain Introspektif, yakni kecerdasan yang melihat sesuatu lebih dalam dari
sekedar memandang dan kecerdasan ini dapat dicapai melalui proses afektif
secara alami.7 Wilayah ini terdiri dari:
a. Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan seseorang dalam
memahami dan mengenal lebih dalam sebagai makhluk spiritual mapun
sebagai bagian dari alam.
b. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam
menganali dirinya sendiri dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
c. Kecerdasan visual adalah kecerdasan yang dikaitkan dengan bakat seni,
khususnya seni lukis dan seni arsitektur.
Dengan adanya strategi MI, maka penting bagi guru mengetahui gaya
belajar masing-masing siswanya sehingga guru mampu menciptakan model
pembelajaran yang menyenangkan yang berlandaskan pada gaya belajar dan
kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa. Jika siswa merasa senang dan
menikmati proses pembelajaran yang berlangsung, maka dengan sendirinya minat
belajar akan timbul di diri masing-masing siswa. Dengan timbulnya minat belajar,
siswa akan lebih mudah dan cepat menangkap hasil atau nilai-nilai yang ada
dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sedikit pemaparan permasalahan diatas, maka penulis akan
mengadakan peneitian dan mengkaji lebih lanjut terhadap masalah tersebut yang
dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “PENGARUH IMPLEMENTASI
7
(16)
7
STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP PENINGKATAN
MINAT BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1
SIDOARJO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Strategi Multiple Intellegences di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo?
2. Bagaimana Keadaan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP
Muhammadiyah 1 Sidoarjo?
3. Adakah Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intellegences terhadap
Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1
Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Implementasi Strategi Multiple Intellegences di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
2. Untuk Mengetahui Keadaan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP
(17)
8
3. Untuk Mengetahui Adanya Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intellegences terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu dan dapat memperkuat
teori-teori yang ada.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan
kepada pembaca pada umumnya serta pendidik pada khususnya, tentang
perlunya pengaplikasian teori pembelajaran Multiple Intelligences untuk meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam sehingga menghasilkan
output yang berdedikasi tinggi.
3. Bagi Peneliti, haisl penelitian ini diharapkan mampu memperluas wacana dan
wawasan pendidikan khususnya tentang pengaruh strategi Multiple Intelligences terhadap minat belajar, khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam. Dan sebagai pengamalan teori-teori penelitian yang diperoleh
(18)
9
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Agar tidak terjadi pembahasan yang tidak fokus dan meluas, maka penulis
memaparkan pembatasan masalah. Hal ini berguna agar tidak keluar dari ruang
lingkup permasalahan penelitian. Adapun masalah dalam penelitian ini antara
lain:
1. Penelitian ini difokuskan pada implementasi strategi Multiple Intelligences pada siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
2. Penelitian ini memebicarakan tentang pengaruh Implementasi Strategi
Multiple Intelligences terhadap Peningkatan minat belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang judul
penelitian yang penulis susun ini, maka penulis rasa perlu untuk perlu
menjelaskan sedkit teori yang terdapat dalam judul penelitian ini yaitu
“Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligences Terhadap Peningkatan minat belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah
1 Sidoarjo.”
1. Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
mementuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.8
8
(19)
10
2. Implementasi : Suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaaan sudah dianggap fix. Kata implementasi bermuara pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan
mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
3. Strategi : Suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup
pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.
4. Multiple Intelligences : Biasa disebut dengan kecerdasan jamak yaitu berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan
berbagai persoalan dalam pembelajaran.9 Masing-masing kecerdasan yang
berbeda-beda ini dapat digambarkan oleh ciri-ciri, kegiatan-kegiatan, dan
minat-minat tertentu. Gardner menemikan delapan jenis kecerdasan tersebut
yakni (1) kecerdasan bahasa, (2) kecerdasan matematika dan logika, (3)
kecerdasan spasial, (4) kecerdasan musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6)
kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan
naturalis.10 Selanjutnya, Walter McKenzie dalam bukunya Multiple
9
Muhammad Yaumi, dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: Kencana, 2013), 11.
10
(20)
11
Intelligences and Instructional Technology, telah memasukan kecerdasan eksistensial.11
5. Peningkatan Minat Belajar : Suatu usaha dalam menumbuhkan keinginan atau
kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
6. Pendidikan Agama Islam : Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Yang dimaksud dari judul penelitian di atas adalah suatu rencana
pembelajaran yang disusun secara terperenci yang termasuk di dalamnya
penggunaan metode, penggunaan sarana prasarana, penyediaan sumber daya
manusia yang mana dengan memperhatikan berbagai minat dan bakat siswa
karena setiap siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda. Dengan guru
mengetahui bakat siswa maka guru dapat menentukan metode yang tepat sehingga
siswa merasa senang dan timbul perhatian serta aktif di dalam pembelajaran,
dengan begitu tujuan pembelajaran akan dicapai yaitu menjadikan manusia yang
beriman dan bertawa kepada Tuhan YME dan mampu melaksanakan nilai-nilai
islam dalam kehidupan sehari-hari.
11
(21)
12
G. Sistematika Penelitian
Supaya pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini
jelas mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis membagi
pembahasan ini dalam bab yang meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan
sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini memuat segala hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah peneliti
pelajari dari literatur-literatur yang ada. Pada bab ini akan dibahas mengenai
1. Tinjauan Tentang Implementasi Strategi Multiple Intelligences : Pengertian
Intelligence, Pengertian Multiple Intelligences, Macam-macam kecerdasan, Implementasi Strategi Multiple Intelligences.
2. Tinjauan Tentang Minat Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) : Pengertian
Minat belajar, Peranan Minat bagi Proses Belajar Siswa, Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat, Cara Menumbuhkan Minat Belajar.
3. Pembahasan Pengaruh Implementasi Strategi Multiple Intelligences Terhadap Peningkatan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam.
(22)
13
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang Profil Obyek Penelitian dan Metodologi Penelitian (jenis
penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,
teknik analisis data)
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian. Mengenai hasil penelitian ini
penulis membagi menjadi dua sub bab antara lain:
1. Gambaran umum objek penelitian, yang memaparkan tentang Visi, Misi dan
Tujuan SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Struktur Organisasi SMP
Muhammadiyah 1 Sidoarjo, daftar guru dan tenaga kependidikan, Keadaan
siswa, Keadaan Sarana dan Prasarana, program dan kegiatan keagamaan.
2. Penyajian data, yang berisi tentang penyajian data hasil wawancara dan
observasi, penyajian data hasil angket.
3. Analisis Data, yang berisi tentang analisis data tentang implementasi strategi
multiple intelligence terhadap peningkatan minat belajar PAI, dan analisis data tentang pengaruh implementasi strategi multiplle intelligence terhadap peningkatan minat belajar PAI.
BAB V : PENUTUP
(23)
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Strategi Multiple Intelligence
1. Pengertian Intelligence
David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu
kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif.1 Menurut beberapa teori, kecerdasan atau
intelegensi terkait dengan cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang
cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan cerdas
ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami
suatu masalah, menarik kesimpulan serta mengambil keputusan atau tindakan.
Sebenarnya hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami
kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Anita E.
Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga
pengertian, yaitu:
a. kemampuan untuk belajar.
b. keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan
c. kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya.2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), 93.
2
(24)
15
Jika kita merujuk ke pendapat Howard Gardner, dia memberikan definisi
tentang kecerdasan sebagai berikut:
a. Kecakapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Kecakapan untuk mengembangkan masalah untuk dipecahkan.
c. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
di dalam kehidupan.3
Jadi kecerdasan tidak dapat diukur dengan seseorang mengerjakan test-test
IQ yang berupa teori saja, akan tetapi yang dimaksud dengan kecerdasan yaitu
kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yang mana
seseorang tersebut dapat memecahakan segala persoalan yang menimpa dirinya
dengan cepat dan tepat. Selain itu kecerdasan juga dapat diartikan seberapa sering
seseorang itu dapat menciptakan produk yang mana produk tersebut mempunyai
nilai budaya. Kecerdasan bersifat dinamis, yang mana setiap waktu akan
berubah-ubah.
2. Pengertian Multiple Intelligence
Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu
kecerdasan yang memiliki arti “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. MI adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Dr. Howard Garner,
seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang menarik pada teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan
3
Imanuella F. Rachmani, Multiple Intelligences Mengenali Dan Merangsang Potensi Anak, (Jakarta: PT. Aspirasi Pemuda, 2003), 6.
(25)
16
Redefenisi Kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori kecerdsan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih
banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes
psikologis, kemudian hasil tes diubah menjadi angka standar kecrdasan. Daniel
Muijs dan David Reynoalds dalam bukunya yang bejudul Effective Teaching
mengatakan bahwa gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang
sejak 1905 banyak digunakan oleh psikolog di seluruh dunia.4
Dalam buku Freme of Mind, gardner mengatakan bahwa ”intelligence is the ability to find and solve problems and create products of value in one’s own
culture”. Menurut gardner; kecerdasan seseorang tiba-tiba tidak diukur dari hasil
tes psikologis standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua
hal. Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya (creatvity).5
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya
kecerdasan verbal atau kecerdasan logika. Gardner dengan cerdas memberi label
”multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna kecerdasan. Dia sengaja tidak memberikan label tertentu pada makna kecerdasan seperti halnya yang
dilakukan oleh para penemu teori kecerdasan yang lain, misalnya Alferd Binet
dengan IQ, EQ oleh Daniel Golemen dan Adversity quotient oleh Paul Scholtz.
Namun dia menggunakan istilan ”multiple” sehingga memungkinkan ranah kecerdasan tersebut terus berkembang. Dan ini terbukti: ranah kecerdasan yang
4
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung; Kaifa, 2011), 132.
5
(26)
17
ditemukan gardner terus berkembangmulai dari 6 kecerdasan (ketika pertama kali
konsep ini dimunculkan) dan sekarang menjadi 9.6
Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai
keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model
untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk
mengaktualisasikan diri didunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui.
Menurut hasil penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap
orang terdapat delapan jenis kecerdasan dintaranya seperti kecerdasan
logika-matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh),
musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Jadi, Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan ganda yang dimiliki di dalam diri seseorang dalam memecahkan suatu persoalan. Kecerdasan tidak dapat
diukur dengan cara mengerjakan test-test saja akan tetapi kecerdasan mempunyai
arti yang sangat luas. Masing-masing kecerdasan yang berbeda-beda ini dapat
digambarkan oleh ciri-ciri, kegiatan-kegiatan, dan minat-minat tertentu. Gardner
menemukan ada delapan jenis kecerdasan.
3. Macam-Macam Kecerdasan
Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardner
seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple
intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia
mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi
dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut
6
(27)
18
Gardner adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat
ditumbuhkembangkan.
Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam
kecerdasan, yaitu:
a. Kecerdasan verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal Linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk
mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain.7
Seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-Linguistik dalam
mengekspresikan pikirannya mereka cenderung banyak bicara, suka lelucon,
suka menulis, pandai merangkai kata-kata.
Ciri-ciri yang melekat pada orang yang memiliki kecerdasan
verbal-Linguistik sebagai berikut:8
Senang membaca semua bentuk bacaan
Senang mencoret-coret dan menulis ketika mendengar atau berbicara.
Selalu memaparkan pandangan-pandangan cemerlang di hadapan orang lain.
Senang teka-teki silang
Mampu menulis lebih baik dari teman seusianya.
Senang bergabung pada acara-acara hebat, dialog, atau berbiara di hadapan publik.
7
Muhammad Yaumi, dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: KENCANA, 2013), 13.
8
(28)
19
Orang yang memiliki kecerdasan verbal-Linguistik ini cocok bekerja
sebagai Guru, Pendongeng, Pembawa Acara, Wartawan, Penulis, Pengarang,
Kepala Sekolah, Pelawak, Penyair, dan lain sebagainya.
b. Kecerdasan logis matematik
Kecerdasan Logis Matematik adalah kemampuan yang melibatkan
banyak komponen perhitungan secara matematis, berpikir logis, nalar,
pemecahan masalah, perhitungan deduktif, dan ketajaman hubungan antara
pol-pola numerik.9 Seseorang yang memiliki kecerdasan logis matematik
sangat menyukai angka dan dapat menginterpretasikan data serta
menganalisis pola-pola abstrak dengan mudah.
Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan logis matematis sebagai
berikut:10
Senang menyimpan sesuatu dengan rapi dan teratur
Mudah mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan menyelesaikan masalah
Senang teka-teki yang rasional
Dapat mengalkulasi soal-soal hitungan dengan cepat
Senang mendapat arahan secara bertahap dan sistematis
Tidak menyukai ketidakteraturan atau acak-acakan.
9
Ibid., 63.
10
(29)
20
Karier-karier yang sesuai dengan kecerdasan ini antara lain Guru
Matematika, Akuntan Pajak, Ahli Statistik, Dokter, Insinyur, Arsitek, Ahli
Matematika, Pemrogramer Komputer, dan Lain-lain.
c. Kecerdasan visual-Spasial
Kecerdasan Visual adalah kemampuan untuk memahami
gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan menginterpretasi dimensi ruang
yang tidak dapat dilihat.11 Orang yang memiliki kecerdasan visual spasial
sangat beik ketika belajar melalui presentasi visual, contohnya gambar, video,
film, dan lain sebagainya. Selain itu orang yang memiliki kecerdasan ini
sangat baik ketika belajar atau membaca diagram, peta, dan lain sebagainya.
Karakteristik kecerdasan visual-spasial sebagai berikut:12
Selalu mengatur dan menata ruang
Senang menciptakan seni dengan menggunakan media yang bermaca-macam
Musik video memberikan motivasi dan inspirasi dalam belajar dan bekerja
Dapat mengingat kembali suatu peristiwa dengan gambar-gambar
Sangat mahir membaca peta dan denah.
Karier-karier yang sangat sesuai dengan orang yang memiliki
kecerdasan visual-spasial antara lain: Arsitek, Pemahat, Penjahit Wanita,
Perancang Busana, Guru Seni, Seniman, Penghias Interior, Ahli Kecantikan,
Kartunis, dan lain sebagainya.
11
Ibid., 83.
12
(30)
21
d. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik
Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik adalah kemampuan dalam
menggunakan seluruh badanya dalam mengekspresikan sesuatu atau dalam
memcahkan persoalan.13 Orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai
perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang gerakan-gerakan fisik.
Selain itu sangat baik ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh, serta mampu melakukan tugasnya dengan baik ketika setelah melihat
orang yang melakukannya kemudian meniru dan mengikutinya. orang yang
memiliki kkecerdasan ini akan bosan bila disuruh duduk dengan waktu yang
relatif lama.
Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan jasmaniah-kinestetik
sebagai berikut:14
Senang membuat sesuatu dengan menggunakan tangan secara langsung
Merasa bosan dan tidak tahan untuk duduk pada waktu yang relatif lama
Ketika belajar, selalu menyertakan aktivitas yang bersifat demonstratif
Senang belajar dengan strategi learning by doing
Selalu mengisi waktu luang dengan aktivitas-aktivitas seni.
Jenis pekerjaan yang cocok untuk orang yang memiliki kecerdasan
jasmaniah-kinestetik yaitu Aktor/Aktris, Penari, Pelatih, Guru Dansa, Ahli
Bahasa Tubuh, Ahli Terapi Fisik, Guru Pendidikan Fisika, Pengukir, Ahli
Bedah, Pemain Pantonim, Atlet Profesional, dan lain sebgainya.
13
Xx, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 91.
14
(31)
22
e. Kecerdasan musik
Kecerdasan Musik adalah kemampuan dalam menangkap musik,
menikmati semua jenis musik, dan mengekspresikan sesuatu kedalam bentuk
irama atau musik. Karakteristik yang dimiliki oleh orang yang memiliki
kecerdasan musik antara lain:15
Sangat tertarik untuk memainkan instrumen musik
Mudah belajar dengan pola-pola dan irama musik
Selalu terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan suara dan bunyi.
Sangat mudah menghafal dan mengingat ketika objek yang dihafal atau dibaca dimasukkan dalam irama-irama musik
Sangat senang menikmati semua jenis musik dan lagu
Dapat mengingat lagu beserta dengan liriknya lebih mudah jika dibandingkan mengingat informasi lain yang bersifat non musikal
Adapun jenis pekerjaan yang sesuai dengan orang yang memiliki
kecerdasan musik yaitu Musisi, Guru Musik, Koreografi, Komposer, Penulis
Lagu, Insinyur dalam Ilmu Bunyi, Kritikus Musik, Pemandu Suara,
Pemimpin Orkestra, dan Pengatur Sound System.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda
dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan non verbal, dan mampu
menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Dari hasil pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan Interpersonal
15Ibid.,
(32)
23
mampu berinteraksi dengan baik, selain itu orang yang memiliki kecerdasan
interpersonal ini memahami perasaan orang lain, dapat memberikan respon
yang baik, sangat sensitif suasana hati dan perasaan orang lain. Mampu
bekerja sama dan bekerja dengan baik.
Karakteristik yang dimiliki oleh orang yang memiliki kecerdasan
Interpersonal antara lain:16
Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya.
Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif
Merasa bosan ketika bekerja sendiri
Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah sosial dan isu sosial
Merasa senang ketika berpartisipasi dan berorganisasi sosial keagamaan, dan politik
Adapun jenis pekerjaan yang sesuai dengan orang yang memiliki
kecerdasan ini, yaitu: Pemimpin Politik, Guru, Perawat atau bidan, Pelayan,
Psikolog, Diplomat, Konsultan Manajemen, Pemimpin Agama, Kepala
Sekolah17, Pembawa Acara, Sales, Penasehat, Aktivis, Negosiator, Peneliti
Ilmu-Ilmu sosial, dan lain sebagainya.
g. Kecerdasan intrapersonal
16
Ibid.,132-133.
17
(33)
24
Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam
menganali dirinya sendiri dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Orang
yang memiliki kecerdasan intrapersonal cenderung suka menyendiri, lebih
senang bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain, dan lebih suka
menghabiskan waktunya untuk merefleksikan diri untuk memikirkan tujuan
mereka.
Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal sebagai
berikut:
Meyadari dengan baik tentang hal-hal yang terkait dengan keyakinan dan moralitas
Belajar dengan sangat baik ketika guru memasukkan materi yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional
Sangat mencintai keadilan baik dalam persoalan sepele maupun persoalan besar
Bekerja sendiri jauh lebih produktif daripada bekerja dalam suatu kelompok atau tim.
Profesi-profesi yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal yaitu Ahli Teologi, Penulis, Penemu, Psikolog, Motivator,
Musisi, Imam, Guru, Peneliti, Penyair, Filsuf, dan lain sebagainya.
Jadi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki
sifat-sifat positif, yang meliputi: teguh pendirian, jujur pada diri sendiri, adil,
instropektif, kratif, disiplin, religius dan hati-hati. Selain sifat positif, orang
(34)
25
egois, terlalu protektif, curang pada orang lain, tidak rasional,
berlebih-lebihan, kaku, dan lamban memberikan respon pada lingkungannya.
h. Kecerdasan naturalistik
Kecerdasan Naturalistik adalah kemampuan yang mendalam terhadap
lingkungan, baik itu alam maupun hewan. Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini sangat peka terhadap alam, cinta terhadap alam, hewan dan
tumbuh-tumbuhan.
Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Senang berdarmawisata ke alam, kebun binatang, atau musium18.
Memiliki kepekaan pada alam (Seperti hujan, badai, petir, gunung, tanah, dan semacamnya.)
Senang ketika belajar tentang ekologi, alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan
Senang melakukan proyek pelajaran yang berbasis alam
Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik cocok berprofesi sebagai
Guru IPA, Ahli Ekologi, Pemimpin Pramuka, Ahli Lingkungan, Ahli Biologi
Kelautan, Ahli Ilmu Perbintangan, Pelaut, Pemancing yang handal, Petani,
Guru Biologi, Navigator, dan lain sebagainya.
Jadi dari pemaparan diatas, orang yang memiliki kecerdasan
naturalisti tidak hanya menyukai alam, akan tetapi juga dapat mengelola dan
18
(35)
26
memanfaatkan alam. Mereka disebut juga cerdas alam karena mereka sangat
peka terhadap perubahan dalam lingkungannya.
i. Kecerdasan eksistensial-spiritual
Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan seseorang dalam
memahami dan mengenal lebih dalam sebagai makhluk spiritual mapun
sebagai bagian dari alam. Kecerdasan spiritual juga dapat dipahami sebagai
proses integrasi atau perpaduan antara fungsi belahan otak kiri dan otak
kanan.
Karakteristik yang dimiliki oleh orang yang memiliki kecerdasan
eksistensial-spiritual adalah sebagai berikut:
Senang berdikusi tentang kehidupan
Berkeyakinan bahwa beragama dan menjalankan ajarannya sangat penting bagi kehidupan
Berzikir, bermeditasi, berkonsentrasi merupakan dari aktivitas yag ditekuni
Senang membaca biografi filsuf klasik dan modern
Belajar sesuatu yang baru menjadi mudah ketika memahami nilai yang terkandung di dalamnya
Selalu ingin tahu jika terdapat bentuk kehidupan lain di alam
Sedangkan profesi yang cocok untuk orang yang memiliki kecerdasan
ini yaitu Filsuf, Pendeta, Ahli Agama, imam, Pemimpin Yahudi, Duta,
(36)
27
Jadi dapat dipahami bahwa oarang yang memiliki kecerdasan
eksistensial-spiritual ini memiliki kemampuan yang sangat luas karena
merupakan gabungan antara belahan otak kanan dan otak kiri, yaitu antara IQ
dengan EQ. Orang yang memiliki kecerdasan ini menjadi analitik sekaligus
kreatif, logik dan imajinatif, khusus dan umum, repetitif dan intuitif, senang
pada hal-hal yang bersifat detail pada saat yang sama juga suka pada hal-hal
yang bersifat umum.
4. Implementasi Strategi Multiple Intelligence
Strategi Multiple Intelligence memiliki banyak sekali model pembelajaran.
Berikut ini Implementasi dari Strategi Multiple Intelligence dilihat dari
kecerdasan pendidik, sebagai berikut:
a. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik dapat menggunakan strategi mengajar
sebagai berikut:
Memberi sumbang Pendapat
Suatu strategi penyelesaian masalah yang melibatkan kelompok atau
individu untuk mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi dengan
mengumpulkan sejumlah paparan pendapat secara spontan dari
masing-masing anggota.19
Jadi, sumbang pendapat dapat dilakukan dalam bentuk kelompok
ataupun individu dengan cara guru mengambil satu topik kemudian siswa
19
Muhammad Yaumi, dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: KENCANA, 2013), 48.
(37)
28
diajak untuk memaparkan pendapatnya masing-masing, dari sumbang
pendapat dari banyak siswa kemudian siswa bersama-sama dengan guru
menyimpulkan dari pembahasan tersebut. Guru juga harus meluruskan
pendapat siswa.
Contoh implementasi dalam pembelajaran PAI bab Thaharah. Guru
bertanya kepada siswa apa yang kalian ketahui mengenai thaharah?
Siswa menjawab dengan berbagai pendapat, dari pendapat itulah siswa
bersama-sama dengan guru menyusun kata yang kemudian menjadi
kalimat maksud atau pengertian dari thaharah.
Membaca biografi
Suatu strategi yang bertujuan untuk mengetahui sejarah terdahulu
sehingga dapat diambil pengalaman dari cerita tersebut. Selain itu
menjadi inspirasi atau motivasi bagi diri kita.
Guru dapat menggunakan starategi ini baik di tingkat SD, SMP,
maupun SMA. Pertma-tama guru memberikan topik kepada peserta didik
mengenai tokoh pendidikan misalnya. Peserta didik diajak ke
perpustakaan dan diminta untuk membaca buku biografi mengenai tokoh
pendidikan, kemudian dirangkum dan dibaca di depan kelas. Ketika di
perpustakaan guru tetap mengawasi siswa dan membantu siswa yang
merasa kesulitan dalam mencari buku atau dalam merangkum.
Mewawancarai
Selain membaca biografi, guru juga dapat menggunakan strategi
(38)
29
tokoh masyarakat yang menurutnya dapat memebrikan inspirasi
kepadanya maupun orang lain. Setelah itu hasil wawancara dijadikan
sebuah laporan dan kemudian laporan itulah yang nantinya disampaikan
di depan kelas.
Mendongeng, bercerita
Suatu strategi yang bertujuan untuk menyampaikan peristiwa
melalui kata-kata, gambar, atau suara, yang dilakukan dengan
improvisasi atau menambah-nambah dengan maksud untuk memperindah
jalannya cerita.20
Guru dapat menggunakan strategi ini baik dari tingkat PAUD, SD,
SMP, SMA. jika masih di tingkat PAUD atau SD, guru dapat
menggunakan strategi ini dengan menggunakan media boneka tangan
atau boneka. Guru dapat menggunakan strategi ini ketika bercerita
menggenai perilaku terpuji atau cerita nabi, ataupun cerita mengenai
keadaan real di masyarakat yang memiliki nilai moral.
Sedangkan di tingkat SMP dan SMA guru dapat bercerita langsung
kepada peserta didik atau dapat juga dengan peserta didik bercerita
kepada teman-temannya yang sebelumnya tentu membaca buku terlebih
dahulu dan topik yang telah ditentukan oleh guru.
Berdiskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran antara dua orang atau lebih yang
bertujuan memperoleh kesamaan pandang tentang sesuatu masalah yang
20
(39)
30
dirasakan bersama.21 Strategi ini paling populer dan paling banyak
digunakan di lembaga-lembaga pendidikan yaitu diskusi. Peserta didik
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, kemudian guru membagi
masing-masing kelompok dengan tema-tema yang berbeda. Tema
tersebut yang akan di diskusikan dan hasilnya akan dipresentasikan atau
disampaikan kepada teman-temanya yang lain.
Manfaat dari penyelenggarakan diskusi antara lain:22
Untuk membuat suatu masalah agar lebih menarik
Agar peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya
Untuk lebih mengenal dan mendalami suatu masalah
Untuk menciptakan suasana yang lebih rileks, informal, tetapi tetap terarah
Untuk menggali pendapat dari peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu, atau jarang berbicara.
b. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan logis-matematis dapat menggunakan strategi dalam
mengejar sebagai berikut:
Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses berfikir aktif untuk mengkaji hakikat
dari suatu obyek melalui pendekatan langsung, observasi langsung,
wawancara mendalam, dan lain-lain. Berpikir kritis memungkinkan
21
Muchlas Samani, Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 150.
22
(40)
31
seseorang dapat menganalisis informasi secara cermat dan membuat
kepurtusan yang tepat dalam mengahadapi isu-isu yang kontroversial.23
Guru dapat menggunakan strategi ini di kalangan SMA karena
mereka sudah dewasa dan bisa diajak berfikir kritis atau mendalam
mengenai masalah-masalah agama atau moral.
Penyelesaian Masalah
Strategi dalam belajar yang mana peserta didik diberikan suatu
kasus dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan suatu
kasus atau masalah tersebut.
Contohnya dalam materi sujud syukur, sahwi dan tilawah. Guru
menjelaskan sedikit paparan mengenai ketiga sujud tersebut kemudian
guru membagi siswa kedalam kelompok kecil dan masing-masing
kelompok diberikan masalah yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk
memberikan solusi dan mencatatnya di buku tugas masing-masing.
Kemudian secara bergiliran kelompok tersebut maju di depan kelas dan
menyampaikan hasil diskusi dalam memecahkan masalahnya.
c. Kecerdasan Visual-Spasial
Dalam kegiatan pembelajaran PAI Kecerdasan visual-spasial dapat
menggunakan strategi sebagai berikut:
Mind Mapping (Peta Pikiran)
23
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), 241.
(41)
32
Strategi belajar yang hanya mengambil pokok-pokok pikiran dan
kemudian dihubungkan dengan garis-garis atau tabel. Mind Mapping ini mempermudah siswa dalam mengingat materi yang diajarkan karena
hanya diambil pokok-pokok pikirannya saja. Strategi ini dapat diterapkan
baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Kelebihan dari metode ini adalah
cara ini cepat, dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang
lain, diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Sedangkan kelemahan dari metode ini yaitu hanya siswa yang aktif yag
terlibat, tidak seluruh murid bekerja, dan jumlah detail informasi tidak
dapat dimasukkan.24
Contoh pada pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII materi Al -Qur’an. Guru dapat menggunakan strategi ini dengan cara siswa dibagi menjadi beberpa kelompok kecil. Guru mencontohkan membuat peta
pikiran. Kemudian masing-masing kelompok mendapatkan sub bab yang
berberda. Hasil dari peta pikiran ditulis di papan tulis dan peta pikiran
mengenai materi Al-Qur’an akan terkumpul secara utuh. Kemudian peserta didik diminta untuk menulis hasil peta pikiran mengenai materi
Al-Qur’an.
Mewarnai gambar (Bagi anak usia dini)
24
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 107.
(42)
33
Bagi anak usia dini, guru dapat mengajak mereka untuk mewarnai
gambar-gambar islami. Selain mewarnainya guru juga bertanya apa yang
dilakukan atau apa yang ada digambar tersebut? Hal ini melatih anak
untuk bercerita sesuai dengan imajinasi mereka.
Membuat potongan kertas berwarna-warni
Strategi ini dapat diterapkan di mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Yaitu potongan ayat dan terjemahan yang telah disiapkan oleh guru
dibagikan ke peserta didik. Kemudian guru menyiapkan kertas manila
besar. Peserta didik yang mendapatkan potongan ayat maju kedepan
untuk menempelkan di kertas manila yang telah disiapkan. Kemudian
setelah semua potongan ayat ditempelkan peserta didik tersebut
memimpin temannya yang duduk membaca. Setelah itu peserta didik
yang mendapatkan potongan terjemahan maju ke depan dan potongan
terjemahan ditempelkan ke kertas manila. Dan mereka juga memimpin
temannya yang duduk membaca terjemahan ayat tersebut.
Kaligrafi
Guru dapat mengrahkan siswa untuk mnyalurkan bakat
menggambarnya melalui kaligrafi. Guru dapat memotivasi siswa dengan
memberikan reward yaitu Kaligrafi yang paling bagus akan mendapatkan
reward dan akan dipajang di kelas. Dengan begitu siswa akan
berlomba-lomba membuat kaligrafi yang sebagus-bagusnya.
(43)
34
Dalam pembelajaran PAI, strategi-strategi yang sesuai untuk kecerdasan
jasmaniah-Kinestetik adalah sebagai berikut:
Bermain Peran
Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi
antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa
melakukan peran sesuai dengan tokoh yang ia perankan.25
Dalam proses kegiatan belajar khususnya mata pelajaran PAI,
strategi ini dapat dilakukan. Naskah drama dapat dari guru ataupun siswa
sendiri yang mencari. Peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok
kemudian setiap leader dalam kelmpok tersebut membagi peran
masing-masing anggotanya. Kemudian secara bergantian setiap kelompok akan
maju ke depan kelas untuk memerankan dramanya sedangkan kelompok
yang lainnya memperhatikan. Selain itu siswa yang melihat diberikan
tugas oleh guru menulis pesan moral yang terkandung dalam
masing-masing drama.
Demonstrasi
Demonstrasi adalah model mengajar dengan cara mempragakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
25
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jambi: Gaung Persada Press, 2005), 76.
(44)
35
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan.26 Dalam
pembelajaran PAI, demonstrasi sering dilakukan terlebih-lebih pada
materi yang memerlukan praktek. Contohnya: Berwudlu. Sebelum
melakukan demonstrasi, guru menjelaskan terlebih dahulu mengenai
berwudlu. Hal ini dapat ditunjang melalui video pembelajaran atau
gambar-gambar yang menunjukkan tata cara berwudlu. Setelah siswa
mendapatkan pengetahuan mengenai berwudlu siswa diajak ke masjid.
Secara bergantian siswa mendemonstrasikan tata cara berwudlu kepada
guru, guru menilai dan meluruskan jika peserta didik kurang benar dalam
mempraktekkannya.
Studi Lapangan
Suatu strategi yang mana siswa melakukan observasi secara
langsung tentang apa yang terjadi di luar lingkungan belajar. Studi
lapangan dapat dilakukan dimana saja dan dapat diintegrasikan ke dalam
semua pembelajaran tergantung pada materi dan bagaimana cara guru
mendesain aktivitas tersebut.27
Untuk mata pelajaran PAI, guru dapat melakukan studi lapangan ke
tempat-tempat religi, misalnya: ziarah ke makam para wali, ke Pondok
Pesantren, Ke Masjid, dan lain sebagainya.
Pengimplementasiannya dapat dilakukan sebagai berikut: Materi
yang akan dibahas yaitu Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini
guru dapat melakukan strategi studi lapangan yaitu mengunjungi makam
26
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013...., 62.
27
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 69.
(45)
36
para wali yang terdekat. Misalnya: makan sunan Ampel yang ada di
surabaya. Siswa diminta mencatat semua informasi yang ia dapat
mengenai sejarah sunan ampel, setelah siswa mendapatkan informasi,
informasi tersebut dirangkum menjadi bentuk cerita kemudian
dikumpulkan atau dapat juga dibacakan di depan kelas. Pelaksanaan studi
lapangan ini dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok.
e. Kecerdasan Musik
Musik sangat disukai oleh semua orang. Baik anak kecil, remaja maupun
orang tua. Musik mampu menciptakan ketengan bagi jiwa seseorang. Musik
juga dapat digunakan media dalam pembelajaran. Seseorang yang memliki
kecerdasan Musik, Guru dapat menggunakan strategi sebagai berikut:
Belajar dengan pola-pola musik28
Belajar dengan pola-pola musik sangat menyenangkan bagi anak.
Selain terdengar enak, juga mempermudah siswa dalam menghafalkan
sesuatu. Guru harus pandai dalam mengaransemen lagu ke dalam materi
yang akan disampaikan. Dalam hal ini penulis akan memberikan salah
satu contoh belajar dengan pola-pola musik.
Rukun Islam
Katakan Rukun Islam yang pertama (Syahadat)
Katakan rukun islam yang kedua (Sholat)
Ketiganya membayar zakat
28
(46)
37
Keempatnya puasa
Kelima pergi haji naik pesawat. Wuuss wuss ...
Jumlah Rakaat Shalat
(Bangun Tidur)
Sholat shubuh 2 rakaat
Dhuhur ashar 4 rakaat
Shalat magrib 3 rakaat
Shalat isya’ 4 rakaat
Bersenandung memperdengarkan bunyi instrumental sambil belajar Tidak banyak sekolah yang memakai strategi ini karena mungkin
media yang kurang atau bahkan guru yang kurang efektif dalam
mengontrol siswa-siswanya, Akan tetapi sebenarnya mendengarkan
bunyi instrumental sambil belajar sangat bagus karena dapat
menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri. Dengan demikian
siswa akan lebih lama dalam mengingat sesuatu daripada hanya
mendengarkan guru berceramah.
f. Kecerdasan Interpersonal
Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan
kecerdasan interpersonal sebagai berikut:
Jigsaw
Model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara
(47)
38
dengan enam orang secara heterogen.29 Prinsip penting dalam
pembelajaran kooperatif meliputi: (1) ketergantungan posotif, setiap
anggota kelompok saling tergantung kepada anggotanya yang lain dalam
melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan pembelajaran. (2)
tanggung jawab individu, setiap anggota dalam kelompok masing-masing
memiliki tugas yang harus diselesaikan secara sendiri-sendiri. (3)
interaksai langsung melalui tatap muka, tugas yang telah diselesaikan
kemudian disampaikan langsung ke anggota yang lainnya. (4) Penerapan
keterampilan kolaboratif yang sesuai. (5) Penilaian Proses Kelompok,
semua anggota kelompok mengukur secara periodik keberhasilan yang
telah dicapai baik secara tim atau kelompok.
Dalam proses pembelajaran PAI. Guru dapat menggunakan strategi
ini dengan cara: guru membagi kelompok jigsaw menjadi kelompok
kecil, setelah itu guru menunjuk ketua kelompok dari masing-masing
kelompok, guru membagi materi kepada masing-masing kelompok, ketua
kelompok membagi sub bab kepada anggotanya, setiap anggota
mempelajari sub bab yang telah dibagi dan kemudian menjelaskan
kepada anggotanya, setelah itu guru membentuk kelompok ahli temporer
yang anggotanya dari masing-masing kelompok jigsaw, kelompok ahli
temporer mendiskusikan materi yang di bahas dalam masing-masing
kelompok jigsaw. Setelah selesai guru mempersilahkan siswa kembali
kepada kelompok jigsaw dan mempresentasikan hasil diskusi yang ia
29
(48)
39
dapat dari kelompok ahli temporer. guru mengawasi proses pembelajaran
dan di akhir pembelajaran guru memberikan kuis-kuis yang berkenaan
dengan materi yang di diskusikan.
Mengajar Teman Sebaya
Sebuah program yang bertujuan untuk membantu peserta didik yang
membutuhkan bantuan akademik dalam materi pelajaran tertentu. Dalam
hal ini guru menunjuk beberapa tutor di dalam kelas. Tutor-tutor
dikumpulkan dan kemudian guru menjelaskan bahkan
mempraktekkannya. Setelah itu tutor-tutor tersebut menjelaskan kepada
teman-teman sebayanya dengan membantu kesulitan-kesulitan dalam
pelajarannya. Selama proses berlangsung guru memonitori
pelaksanaannya. Tutor tersebut mencatat hasil diskusi atau
perkembangan dari strategi mengajar teman sebaya ini.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dalam pengaplikasian di mata pelajaran Fiqih
kelas VIII Contohnya dalam materi sujud syukur, sahwi dan tilawah.
Guru menjelaskan sedikit paparan mengenai ketiga sujud tersebut
kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok kecil dan
masing-masing kelompok diberikan masalah yang berbeda-beda. Siswa diminta
untuk mendiskusikan kasus yang diberikan kemudian memberikan solusi
(49)
40
bergiliran kelompok tersebut maju di depan kelas dan menyampaikan
hasil diskusi dalam memecahkan masalahnya.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Berikut ini aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kecerdasan Intrapersonal sebagai berikut:
Melakukan Tugas Mandiri
Guru dapat memberikan tugas mandiri kepada peserta didiknya
untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan yang dimiliki oleh
siswanya. Metode ini hanya dapat digunakan manakala siswa mampu
menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Metode ini dilakukan
dengan cara:30
Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya
Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan
Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa
Pengalaman Pribadi
Siswa juga dapat diajak untuk menuliskan pengalaman pribadi yang
menurunya pengalaman yang paling mengesankan. Jika dikaitkan dengan
pembelajaran khususnya PAI, guru dapat menggunakan strategi ini ketika
30
(50)
41
membahas masalah perbuatan terpuji, contohnya bersedekah. Siswa
diminta untuk menuliskan pengalamannya ketika bersedekah.
h. Kecerdasan Naturalis
Berikut ini aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kecerdasan Naturalis sebagai berikut:
Belajar Melalui Alam
Dalam mata pelajaran PAI, guru dapat juga menggunakan model
Belajar melalui alam, hal ini bertujuan agar siswa terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran dan mengetahui lgsung tentang kondisi yang
nyata di sekitarnya.31 Contohnya materi kerusakan lingkungan. Siswa
diminta oleh guru mengamati lingkungan sekitarnya. Manusia yang
membuang sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan banjir, dan
lain sebagainya. Setelah itu siswa membuat laporan dan kemudian
dilaporkan kepada gurunya.
i. Kecerdasan Eksistensial-Spiritual
Berikut ini aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kecerdasan Eksistensial-Spiritual sebagai berikut:
Menceritakan Peristiwa dan Mengambil Pelajaran
Strategi ini dapat dilakukan dengan observasi, pengalaman pribadi
ataupun dari membaca buku biografi atau sejarah-sejarah. Setelah mereka
31
(51)
42
melakukan observasi atau menuliskan pengalamannya ataupun membaca
buku-buku sejarah, peserta didik diminta untuk mengambil pelajaran dari
apa yang mereka lihat, baca dan tulis.
Berdiskusi Tentang Isu-Isu Sosial
Guru PAI juga dapat menggunakan strategi ini ketika proses
pembelajaran berlangsung. Guru menyiapkan isu-isu sosial yang ada di
masyarakat kemudian secara berkelompok siswa berdiskusi dan
memberikan pemecahan masalahmya.
B. Minat Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Minat Belajar
Muhibbin Syah dalam Psikology Belajar Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu32 Sadirman
A.M. dalam bukunya interaksi dan Motivasi belajar mengajar mengartikan minat sebagai : suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri33 Menurut Bernard dalam bukunya yang sama mengartikan,
minat timbul tidak secara tiba-tiba atau sponan, melainkan timbul akibat dari
partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
32
Muhibbin syah, Psikologi belajar, (Jakarta: logos wacana ilmu, 2001), 50.
33
Sadirman, interaksi motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 76.
(52)
43
Poerwowarminto dalam kamus Bahasa Indonesia mengartikan minat yaitu :
perhatian, kesukaan ( kecenderungaan hati ) kepada sesuatu, keinginan34 Jadi yang
dimaksud dengan minat adalah keinginan seseorang terhadap suatu objek yang
mana keinginan tersebut timbul dari pengalaman atau kebiasaan.
Setelah kita mengetahui pengertian dari minat, maka selanjutnya kita akan
membahas mengenai pengertian dari belajar. berikut ini pengertian dari belajar
menurut berbagai tokoh pendidikan.
Dalam buku Muhibbin Syah M. Ed. Psikologi belajar, Chalpin ( 1972 )
dalam Dictionary Of psychology, membatasi belajar dengan dua macam rumusan.
Rumusan pertama berbunyi :
“ Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman ”.
Rumusan kedua berbunyi :
“ belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus “35
Dalam buku islam dan psikologi, Dra. Netty Hartati, M. SI, dkk. Skinner
seperti yang dikutip Barlow ( 1985 ) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi yang berlangsung progresif. Berdasarkan eksperimennya, Skinner
mengatakan bahwa proses adaptasi tersebut akan menghasilkan sesuatu yang
maksimal jika diberi penguat.36
34
Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesi, (Jakarta: Balai Pustaka), 650.
35
Muhibbin syah, Psikologi Belajar, 60-61.
36
(53)
44
Dari pendapat para tokoh pendidikan diatas dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dari lingkungannya yang melibatkan proses
kognitif. Dengan belajar seseorang akan mengalami perkembangan pada fikiran,
perubahan pada tingkah laku serta sikapnya.
Dari masing-masing penjelasan diatas dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan minat belajar adalah keinginan seseorang terhadap suatu objek yang
timbul dari kebiasaan atau pengalaman, yang mana keinginan tersebut dapat
merubah tingkah laku serta sikap orang tersebut.
2. Peran Minat Bagi Proses Belajar
Peranan minat terhadap proses belajar dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa. Karena peranan minat belajar sangat besar dan
penting sekali demi menunjang keberhasian proses belajar siswa, sebaliknya tidak
adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan blajar,
belajar yang tidak ada minatnya, mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak
sesuai dengan kebutuhan, kecakapan dan tidak sesui dengan tipe-tipe khusus anak
banyak menimbulkan problema pada diirnya, karena itu pelajaran pun tidak
pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat diungkapkan beberapa peranan
minat bagi proses belajar siswa, yaitu :37
37
https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015, 14.10 wib.
(54)
45
Menimbulkan atau menciptakan konsentrasi belajar.
Menumbuhkan kegembiraan atau perasaan senang didalam belajar.
Memperkuat daya ingatan siswa tentang apa-apa yang telah dipelajarinya.
Menumbuhkan gairah serta kemudahan dalam belajar.
Melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruktif.
Menggerakkan keaktifan belajar siswa.
Aspek-aspek yang disebutkan dalam setiap peranan diatas, merupakan
factor-faktor belajar yang sangat dibutuhkan dalam melakukan setiap aktifitas
belajar yang efektif, efisien serta konduktif. Apabila aspek-aspek itu dapat
dikembangkan sedemikian rupa melalui pembinaan dan pengembangan minat
belajar siswa, maka secara logis hal itu akan mengarahkan siswa kepada hasil
belajar yang dikehendaki.
Dengan demikian peranan minat terhadap proses belajar memiliki peranan
positif. Baik dalam proses pembelajaran maupun dalam hasil yang dikehendaki
oleh siswa. Jika Seseorang memiliki minat atau menyukai pelajaran yang
diajarkan maka dengan mudah siswa tersebut mengerjakan dan menghafalkan
tugasnya, selain itu siswa akan memperoleh hasil yang maksimal.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terdiri dari dua
bagian, yaitu :
(55)
46
1) Fungsi Kebutuhan-kebutuhan
Minat dari seorang anak adalah petunjuk langsung dari kebutuhan
anak tersebut. Seorang anak yang membutuhkan penghargaan status,
misalnya ia akan mengembangkan minatnya pada semua aktivitas
dimanapun ia sebagai upaya untuk memuaskan kebutuhan itu.38
Jadi minat siswa akan tumbuh atau ada jika siswa merasa butuh
dengan materi yang sedang diajarkan oleh gurunya. Baik butuh untuk
masa kini atau butuh untuk masa depannya.
2) Keinginan dan cita-cita
Pada umumnya keinginan dan cita-cita anak itu didasarkan pada
tiga kebutuhan, yaitu :
Kebutuhan akan perasaan aman
Kebutuhan akan memperoleh “Status”
Kebutuhan akan memperoleh penghargaan
Siswa yang mempunyai cita-cita yang tinggi juga salah faktor yang
dapat mempengaruhi minat siswa. Contohnya: siswa yang mempunyai
cita-cita menjadi guru agama, maka ia akan mempunyai minat yang besar
terhadap pelajaran agama.
3) Bakat
38
Shalahudin Mahfudzh, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), 97.
(56)
47
Seorang anak yang memiliki bakat pada suatu ketrampilan akan
cenderung menekuninya dengan perhatian yang besar, sehingga akan terus
berminta untuk aktif berkecimpung didalamnya.39
Bakat juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
minat siswa. Siswa yang mempunyai bakat di bidangnya merasa mudah
dalam mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan bakatnya.
Dengan kemudahan yang ia peroleh inilah tumbuh minat untuk melakukan
kegiatan tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Kebudayaan
Seringkali keinginan atau hal-hal yang tidak diinginkan oleh
anak-anak adalah hasil dari tekanan kebudayaan. Dan sifat egosentrik
menunjukkan bahwa minat adalah usaha-usaha anak untuk melakukan
sesuatu yang membawa sukses. kebiasaaan hidup maupun dalam
pengertian makro (kebudayaan sosial); adat istiadat masyarakat, dapat
menjadi penggerak munculnya minat-minat tertentu sebagai corak
kebudayaan itu. Muslim yang sejak kecilnya dibiasakan oleh orang tuanya
untuk secara tertib dan istiqomah menjalankan ajaran-ajaran Islam itu
sesempurna mungkin bahkan ini dapat menumbuhkan motivasi yang kuat
dalam dirinya untuk memperjuangkan agamanya. Oleh karena itu,
39
(57)
48
kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu dapat menumbuhkan minat
dalam diri anak tersebut.
2) Faktor Pengalaman
Pengalaman yang telah dirasakan seorang anak akan membentuk
minat anak. Seorang anak memiliki minat membaca dan ia memiliki
kesempatan itu, maka ia akan terus berminat ke arah itu, sebaliknya
seorang yang tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan minat itu,
maka potensinya akan terbuang.
3) Faktor Keluarga
Sebagaimana Jalahudin menyatakan bahwa : keluarga menurut
para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan
pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (Bapak & Ibu) adalah
pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara
kodrat, Bapak dan Ibu diberikan anugerah oleh Tuhan pencipta berupa
naluri orang tua.40
Kebiasaan dan kesenangan anak tentunya tidak akan lepas dari
kebiasaan orang tua atau keluarga. Bahkan heredity dari orang tua selalu
dibawanya sehingga anak selalu berusaha untuk meniru, mengidentifikasi
dari kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan keluarganya. Apabila
40
(58)
49
keluarganya termasuk orang yang aktif, serta rajin membaca, tentu anak
akan demikian, begitu juga sebaliknya.
Dalam hal ini Gilbert Highest (1961) berpendapat sebagaimana
dikutip Jalahudin bahwa “Kebiasaan yang dimiliki anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga ke saat
akan kembali tidur, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari
lingkungan keluarga.41
Dari penjelasan diatas cukup jelas bahwa peran orang tua sangat
memperngaruhi minat siswa dalam belajar karena orang tualah pendidik
pertama di dalam keluarga. Jika orang tuanya memiliki kebiasaan sholat
berjamaah contohnya, maka anak sampai dewasa nanti juga akan terbiasa
untuk shalat jamaah.
4) Faktor Sekolah
Di sekolah itulah siswa diberi beberapa ilmu pengetahuan dan
percontohan yang baik, akhirnya mengalami perubahan baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian perjodohan sekolah
tersebut baik, tentunya perubahan dan perkembangan dari anak juga baik.
Jelasnya guru dan teman-teman sekolah, tugas-tugas sekolah dan
peralatannya, peraturannya, Kesemuanya menantang siswa untuk
menyesuaikan diri, pergaulan anak dengan lingkungannya (sekolah) dapat
dibentuk karakter anak.42 Melihat pernyataan itu jelaslah minat belajar
siswa sangat dipengaruhi di masa mereka sekolah, kalaupun sekolahnya
41
Ibid., 208.
42
(59)
50
tergolong maju, mestinya bisa mendorong siswa untuk belajar giat, begitu
juga sebaliknya.
Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik juga akan
mempengaruhi minat siswa dalam belajar, selain itu Pendidik juga penting
dalam menumbuhkan minat siswa. Jika guru dapat mendesain suatu
pelajaran dan memakai metode yang dapat menarik perhatian siswa, tentu
siswa akan merasa tertarik dan memiliki minat dalam belajar.
4. Cara Menumbuhkan Minat Belajar
Minat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat
terhadap suatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh, karena ada
daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh
karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan
mudah dipahami.
Ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat
siswa, sebagai berikut :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa yang lampau
c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.43
43
Syaiful Bahri, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru (Surabaya : PT Usaha Nasional, 1994), 48.
(1)
119
bahwa siswa kelas VIII ketika proses pembelajaran antusias dalam mengikuti atau aktif dalam proses pembelajaran, dan hampir semua siswa menyukai pelajaran PAI, sehingga mereka dapat dengan mudah memahami materi PAI yang disampaikan oleh guru.
3. Dari hasil analisa data telah diketahui bahwa implementasi strategi
multiple intelligence terhadap peningkatan minat belajar PAI siswa mempunyai pengaruh yang positif dengan kategori baik. Dari perhitungan dengan menggunakan rumus product moment diperoleh
sebesar 0,798 dan pada nilai tabel “r” product moment dengan taraf signifikan 5% = 0,235 dan 1% = 0,306 dengan n = 67. Dengan demikian r hitung lebih besar dari r tabel, 0,798 > 0,305 > 0,235. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima dan hipotesis nihil (Ho) di tolak. Sehingga ada pengaruh antara implementasi strategi
Multiple Intelligence terhadap peningkatan minat belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh impelementasi strategi multiple intelligence
terhadap peningkatan minat belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo dapat diketahui hasil yang diperoleh adalah 0,798 dan pada tabel interpretasi berada pada nilai r = 0,70 – 0,90 menunjukkan bahwa anatara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
4. Selain menggunakan rumus product moment, peneliti juga menggunakan rumus regresi. Dalam hal ini peneliti menggunakan SPSS versi 20 dalam
(2)
120
mengitung data. Dari hasil SPSS diketahui F hitung sebesar 114,007, sedangkan untuk F tabel sebesar 3,99. Dengan demikian terdapat pengaruh antara Implementasi Strategi Multiple Inteligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Untuk melihat pengaruh secara parsial antara variabel X dan variabel Y, diketahui t hitung sebesar 10,677 sedangkan untuk t tabel sebesar 1,980. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel, 10,677 > 1,980. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak sehingga ada pengaruh antara implementasi Strategi Multiple Inteligence Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Selain itu dari perhitungan SPSS di atas diketahui persamaan regresinya sebagai berikut: Y = α + bx = 8,266 + 0,764x. Untuk R Square sebesar 0,637. Hal ini berarti 63,7% Implementasi Strategi Multiple Inteligence Mempengaruhi Terhadap Peningkatan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
B. Saran
Berangkat dari kesimpulan yang telah peneliti paparkan diatas, maka saran-saran yang diberikan peneliti yaitu:
1. Penggunaan strategi Multiple Intelligence sangat membantu guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, sehingga pengaplikasian strategi
(3)
121
Islam. dan bagi guru agar selalu menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam pemebelajaran sehingga siswa-siswi tidak merasa jenuh jetika proses pembelajaran berlangsung.
2. Untuk siswa agar lebih ditingkatkan lagi minat belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena siswa adalah faktor terpenting di dalam proses pembeljaran. Pembelajaran akan menjadi lebih efektik jika siswanya menaruh perhatian yang lebih ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Dengan adanya perhatian maka hasil balajar atau nilai siswa pun juga akan semakin membaik.
3. Untuk peneliti selanjutnya, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan atau menjadi pertimbangan dikarenakan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
---, 2004, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius).
Ardhana, Wayan, 1985, Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Agama Umum, (Surabaya: Usaha Nasional).
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Azwar, Syaifuddin, 1980, Metode Penelitian, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar).
Bahri, Syaiful, 1994, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru, (Surabaya : PT Usaha Nasional).
Chatib, Munif, 2010, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa).
Chatib, Munif, 2011, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa).
Chatib, Munif, 2012, Sekolah Anak-Anak Juara, (Bandung: Mizan Media Utama).
Chatib, Munif, 2015, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa).
Depdiknas, KBBI, 2005, (Jakarta: Balai Pustaka).
(5)
123
F. Rachmani, Imanuella, 2003, Multiple Intelligences Mengenali Dan Merangsang Potensi Anak, (Jakarta: PT. Aspirasi Pemuda).
Furchan, Arief, 1982, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional).
Hartati, Netti, dkk, 2004, Islam dan psikologi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).
Ibrahim, Bafadal, 1999, Pengelolaan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Iskandarwassid, 2011, , Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Jalahudin, 1997, Psikologi Agama (Jakarta : Raja Grafindo Persada).
Mahfudzh, Shalahudin, 1990, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu).
Narboku, Cholid, dkk, 1997, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara).
Nazir, Moh, 2009, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia).
Poerwodaminto, ----, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka).
Ramayulis, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia).
Sadiman, 2003, interaksi motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)
Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: CV. Alfabeta).
(6)
124
Samani, Muchlas, 2012, Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya).
Shoimin, Aris, 2014, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media).
Sudjono, Anas, 2006, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo).
Sukmadinata, Nana Syaodiah, 2005, , Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya).
Syah, Muhibbin, 2001, Psikologi belajar, (Jakarta: logos wacana ilmu).
Yamin, Martinis, 2005, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jambi: Gaung Persada Press).
Yaumi, Muhammad, dkk, 2013, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences), (Jakarta: KENCANA).
Yousda, Ine L. Amilman, 1993, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara).
Zubaedi, 2011, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta: Kencana).
Zuhri, Syaifuddin, 2001, Metodologi Penelitian, (Jakarta: UNIDA Press).
Https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015, 14.10 wib.