Hubungan kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

(1)

i

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Angkatan 2015, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Lince Elisabeth Kendi 111334003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN Ku persembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus Juru selamat ku, kedua orang tua ku Bapak Yakonias Kendi dan Ibu Jhosephina Tarami, Bapak Bong dan Mama Bong di Biak, kakak ku Eden Dalton Kendi, Elia Elvis Kendi, Mercy Friskila Merlin Kendi, adik ku Elkana Sefnat Kendi, Omega Hendrina Kendi dan kakak Nataniel Asmuruf dan anakku Tercinta Eljero Milano dan keluarga besar Kendi Tarami. Keluarga besar Pendidikan Akuntansi dan sahabat-sahabat terbaik ku Pendidikan Akuntansi 2011 dan Almamater ku Universitas Sanata Dharma


(5)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang

memberi kekuatan

kepadaku.

(Filipi 4 :13 )

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak

akan hilang. (

Amsal 23 :18)

Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya

sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati

(Amsal 21 :2)


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Angkatan 2015, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Lince Elisabeth Kendi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa, (2) hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah mahasiswa sebanyak 85 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada hubungan positif kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000; (2) Ada hubungan positif belajar visual (nilai Sig.(2-tailed) = 0,023); (3) Ada hubungan positif gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar mahasiswa (nilai Sig.(2-tailed) = 0,000); (3) Tidak ada hubungan gaya belajar auditori dengan prestasi belajar mahasiswa (nilai Sig.(2-tailed) = 0,973).


(9)

ix ABSTRACT

EMOTIONAL INTELLIGENCE RELATIONSHIP WITH LEARNING STYLES AND ACHIEVEMENT STUDENTS

Case study on Student of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University

Lince Elisabeth Kendi Sanata Dharma University

2017

The research aims to know: (1) emotional intelligence is a positive relationship with student achievement, (2) a positive relationship with the learning styles of students' achievement.

This research is a case study research. This research wass carried out in May, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Stduy Program, Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 85 student. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.

The results of study are: (1) There is a positive relationship of emotional intelligence and academic achievement of students (grades Sig. (2-tailed) = 0,000; (2) There is a positive relationship visual learning (value Sig. (2-tailed) = 0.023); (3) There is a relationship positive kinesthetic learning style and academic achievement of students (grades Sig. (2-tailed) = 0,000); (3) No association auditory learning styles to student achievement (grades Sig. (2-tailed) = 0.973).


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dan Gaya

Belajar terhadap Prestasi Mahasiswa dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif

Mahasiswa”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan


(11)

xi

saran untuk kesempurnaan skripsi ini; Terima kasih pula untuk motiasi, nasihat, kesabaran, dan perhatian yang telah ibu berikan kepada saya.

4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan;

5. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;

6. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner peneliti;

7. Kedua Orang Tuaku Bapak Yakonias Kendi dan Ibu Jhosepina Tarami yang telah dengan sabar membimbingku selama ini dan senantiasa memberikan doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini

8. Anak ku jantung hatiku Elia Eljero Milano, trimakasih sudah menjadi motivasi ku untuk menyelesaikan skripsi ini

9. Sahabat-sahabat ku yang luar biasa baik (Bu Antoh, Bu Sega, Pacil, Nu Erlin) sa sayang kam sekali trimakasih su marah-marah sa, kam empat luar biasa trimakasih sampe skripsi ini selesai

10.Milpa (Milano Papa), terima kasih untuk dukungannya selama ini

11.Bapak ibu pengasuh di Panti Asuhan Griya Kasih Victory yang selama ini tidak pernah lelah memberikan dukungan materi dan nilai-nilai kehidupan buat saya. 12.Kakak ku tercinta Tirza Persila Awairaro dan Kaleb Tarami, yang selama dijogja


(12)

xii

13.Eyang tercinta Ibu Agung Budiman, yang selalu memberikan support dan motivasi kepada penulis

14.Teman-teman Metroxilon FC (kk Mia, Kk Ivon, Jeng Yos, Ony, Rhyo, Kk Wilis, Ade Ichat, Jopak, padek, Milpa, Boram) Hormat kam semua luar biasa sa sayang sampe

15.Semua pihak yang telah mendukung dan memberi motivasi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu Tete Manis Sayang.

16.Sahabat-sahabat baik ku teman seangkatan PAK 2011 ( Mak Vio, Ayu, Diah, Oktin, Gres, Fanny, Erlin, Resa, Dewi, Revi, Vita, Tripur, Radyt, Hery, Theo, Irwan, Unggul, There, Junita, Ali, Bono)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan yang ada maka dari itu penulis mengaharapkan adanya kritik atau saran dari pembaca dan semoga proposal penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 10


(14)

xiv

a. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 11

2. Kecerdasan Emosional ... 13

a. Pengertian Emosi ... 13

b. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 14

c. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 15

3. Gaya Belajar ... 18

d. Pengertian Gaya Belajar ... 18

e. Tipe-tipe Gaya Belajar ... 19

f. Manfaat Gaya Belajar Mahasiswa Bagi Dosen ... 22

B. Kerangka Berpikir ... 23

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Mahasiswa /.IPK .. 23

2. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Mahasiswa / IPK ... 24

C. Paradigma Penelitian ... 25

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 28

E. Populasi ... 33

F. Metode Pengumpulan Data... 34

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 34

1. Instrumen Penelitian ... 34

2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 35

a. Uji Validitas ... 35

b. Uji Reliabilitas ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 40

1. Teknik Analisis Deskriptif ... 40

2. Uji Prasyarat Analisis ... 43

a. Uji Normalitas Bivariat... 43


(15)

xv BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 47

B. Nama-nama yang Menjabat Rektor ... 50

C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 50

1. Visi... 50

2. Misi ... 51

3. Motto ... 51

4. Tujuan Pembelajaran ... 52

D. Gambaran Umum Program Studi ... 52

1. Sejarah Singkat Program Studi ... 52

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Program Studi ... 54

3. Struktur Organisasi Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 56

4. Kurikulum ... 58

5. Proses Pembelajaran... 58

6. Sumber Daya Manusia ... 59

7. Sarana dan Prasarana... 59

8. Beasiswa ... 60

9. Kemahasiswaan ... 60

10.Profil Kelulusan ... 61

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 63

1. Variabel Kecerdasan Emosional ... 63

2. Variabel Gaya Belajar ... 65

3. Variabel Prestasi Belajar ... 67

B. Analisis Data... 68

Pengujian Normalitas Bivariat... 68

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 70

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar ... 71

2. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ... 72

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77


(16)

xvi

b. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi ... 79

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Keterbatasan ... 83

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 29

Tabel 3.2 ... 31

Tabel 3.3 ... 33

Tabel 3.4 ... 35

Tabel 3.5 ... 37

Tabel 3.6 ... 48

Tabel 3.7 ... 40

Tabel 3.8 ... 41

Tabel 3.9 ... 42

Tabel 3.10 ... 43

Tabel 3.11 ... 43

Tabel 3.12 ... 45

Tabel 5.1 ... 64

Tabel 5.2 ... 66

Tabel 5.3 ... 67

Tabel 5.4 ... 69

Tabel 5.5 ... 70

Tabel 5.6 ... 71

Tabel 5.7 ... 73

Tabel 5.8 ... 75


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 ... 114 Gambar 5.2 ... 115


(19)

xix LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 89

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 90

Lampiran 2 Data Induk Uji Validitas ... 98

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 104

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 109

Lampiran 6 Uji Normalitas Bivariat ... 113

Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis ... 116

Lampiran 8 Distribusi Data ... 119

Lampiran 9 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP) ... 125


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman pada saat ini, denganpendidikan seseorang dapat mengikuti arus globalisasi. Dalam dunia pendidikan semua orang dituntut untuk terus berprestasi dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya, agar mampu bersaing di era yang semakin maju ini. Tak terkecuali mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi merasakan dampak dari globalisasi, maka dari itu mahasiswa-mahasiswatersebut dituntut untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.

Mahasiswa merupakan peserta didik di perguruan tinggi seperti halnya murid di sekolah lanjutan. Mahasiswa diajarkan ilmu pengetahuan tidak hanya pada teori saja, tetapi lebih pada praktik yang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Dunia kerja lebih memilih lulusan yang memiliki prestasi akademik yang baik. Oleh sebab itu, penting untuk mendapatkan prestasi akademik/belajar yang baik. Prestasi belajar yang tinggi mampu bersaing


(21)

dalam dunia kerja (atau dapat digunakan sebagai modal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi).

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajarmengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang dosen kepada peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya mengharapkan prestasi yang maksimal.

Prestasi akademik yang di capai seorang mahasiswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun dari luar mahasiswa (faktor eksternal), pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik di perlukan untuk memahami bagaimana perubahan dalam determinan tersebut berhubungan dengan perubahan prestasi, sehingga pada akhirnya menjadi rekomendasi bagi pengambilan kebijakan dalam pendidikan.

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, faktor kecerdasan emosional dan gaya belajar mahasiswa berpengaruh pada prestasi belajarnya. Kecerdasan emosional dianggap berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kecerdasan emosional yang baikdapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar, membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002 : 17).

Dengan memiliki kecerdasan emosional, mahasiswa mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi


(22)

dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Proses belajar di perguruan tinggi bersifat kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529), hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada mahasiswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.


(23)

Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikankekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah, karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Selain kecerdasan emosional, gaya belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Kebiasaan atau gaya belajar mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya. Modalitas belajar adalah cara termudah informasi masuk ke dalam otak melalui panca indra yang kita miliki. Pada saat informasi tersebut ditangkap oleh panca indra, maka bagaimana informasi tersebut diserap, diatur dan diproses di otak, disebut gaya belajar. Modalitas belajar seseorang berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi tersebut dalam ingatan atau memori (Alamsyah Said 2015 : 12).


(24)

Gaya belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar belajar. Motivasi dan disiplin diri sangat penting dalam hal ini karena motivasi merupakan arah bagi pencapaian yang ingin diperoleh dan disiplin merupakan perasaan taat dan patuh pada nilai-nilai yang diyakini dan melakukan pekerjaan dengan tepat jika dirasa itu adalah sebuah tanggung jawab.

Gaya belajar atau kebiasaan belajar merupakan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila mahasiswa tersebut bisa melakukan proses yang baik dalam belajar,akan mendapatkan hasil yang mereka harapkan, begitu jugasebaliknya, kebiasaan belajar yang buruk akan membuat hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan menjadi percaya diri, mampu mengelola perasaan, tidak mudah marah dan berempati dengan sesama, namun diProgram Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi tidak demikian adanya, disini masih banyak dijumpai mahasiswa yang kurang percaya diri misalnya ketika presentasi di kelas.

Prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi angkatan 2015 kurang memuaskan beberapa mahasiswa tidak dapat belajar dengan baik dipagi hari, tetapi mereka dapat belajar ketika siang hari, ada juga yang dapat belajar ketika penerangan dikelas yang cukup, dan lingkungan yang berisik, namun terdapat mahasiswa yang dapat belajar


(25)

dengan baik pada lingkungan yang tenang dan sunyi. Beberapa dapat belajar dengan baik jika diberi bimbingan oleh dosesn, namun mahasiswa dapat belajar dengan baik atas inisiatif sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar. Judul penelitian ini adalah “ Hubungan Kecerdasan Emosional dan Gaya Belajar denganPrestasi Belajar Mahasiswa” penelitian ini merupakan studi kasus di Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:

1. Mahasiswa yang kurang percaya diri misalnya ketika presentasi di kelas. 2. Selain Kecerdasan emosional, peneliti juga mengamati gaya belajar yang

terjadi di Program Studi Pendidikan Akuntansi yaitu gaya belajar mahasiswa yang hanya datang, duduk, diam dan menunggu untuk cepat pulang merupakan contoh gaya belajar yang tidak baik.

3. Mahasiswa menganggap perkuliahan hanya formalitas semata tapi yang dicari hanya nilai.

4. Dalam proses belajar pun masih banyak terdapat mahasiswayang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik, seperti menunggu teman


(26)

lainnya mengerjakan tugas latihan yang diberikan dosen lalu mencatat dari hasil pekerjaan temannya.

5. Beberapa mahasiswa tidak dapat belajar dengan baik dipagi hari, tetapi mereka dapat belajar ketika siang hari, ada juga yang dapat belajar keika penerangan dikelas yang cukup, dan lingkungan yang berisik, namun terdapat mahasiswa yang dapat beajar dengan baik pada lingkungan yang tenang dan sunyi. Beberapa dapat belajar dengan baik jika diberi bimbingan oleh dosesn, namun mahasiswa dapat belajar dengan baik atas inisiatif sendiri

C. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat) dan faktor internal (fisiologis, dan psikologis). Penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional dan gaya belajar mahasiswa, untuk mengukur prestasi mahasiswa. Prestasi belajar dalam penelitian ini ditunjukkan dengan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa?


(27)

2. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan gayabelajar dengan prestasi belajar mahasiswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan prestasi belajarmahasiswa.

2. Untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas pengetahuan di bidang pendidikan yang terkait dengan hubungan kecerdasan emosional dan gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Wawasan pengetahuan ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di lingkungan pendidikan, khususnya bidang pendidikan akuntansi dalam mengikuti proses belajar di Universitas Sanata Dharma.

2. Manfaat praktis a. Program Studi

Diharapkan dapat menjadi acuan bagi program studi untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.


(28)

b. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di waktu yang akan datang.

c. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang hubungan kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar serta memberikan informasi bagi pihak-pihak lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.


(29)

10

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1.Prestasi belajar

Hasil belajar yang memuaskan tidak mudah didapatkan seturut dengan apa yang dibayangkan, bukan berarti prestasi tidak bisa dicapai. Namun prestasi dapat diperoleh jika mahasiswa mau berjuang dan berkorban dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapinya. Prestasi mahasiswa dapat diperoleh dari mana saja baik dalam akademik maupun non akademik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1100-1101), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan belajar yang telah dilakukan atau dikerjakan yang sifatnya kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sedangkan arti gabungan antara prestasi dan belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1101) merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya diukur dalam nilai tes. Hal yang sama juga di sampaikan Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar


(30)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan pada diri pembelajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta sebagai bukti atas usaha dalam kegiatan belajar.Proses penilaian ini berasal dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam menerima pembelajaran dari dosen. Penilaian ini biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

a. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto (2010: 54-72), ada dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu internal dan eksternal.

1) Faktor internal:

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

a) Faktor lntelegensi

Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di kampus yang di dalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar mahasiswa. Tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka dosen harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi.


(31)

b) Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Mahasiswa yang kurangberminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.

c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental mahasiswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

2) Faktor eksternal:

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri mahasiswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a) Faktor Dosen

Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, membimbing, mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dosen juga menunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, kelas yang diberi mata kuliah, sehingga dapat menunjang pendidikan


(32)

b) Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar, seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.

c) Faktor Sumber - Sumber Belajar.

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu mahasiswa dalam melakukan perbuatan belajar.

2. Kecerdasan Emosional a. Pengertian emosi

Daniel Goleman (2002:114) mengatakan bahwa emosi ialah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga


(33)

secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

b. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional menurut Goleman (2002:45) adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.Daniel Goleman (2009:45) menerangkan bahwa kualitas – kualitas emosional yang tampak penting bagi keberhasilan seseorang ditandai dengan:

1)Adanya rasa empati yang besar dalam dirinya terhadap sesama.

2)Mau mengungkapkan dan memahami perasaan diri sendiri dan orang lain.

3)Mampu mengendalikan amarah. 4)Memiliki kemandirian diri.

5)Dapat menyesuaikan diri dengan mudah dimanapun ia berada. 6)Senang berdiskusi.

7)Mudah memaafkan orang lain 8)Peduli sesama

9)Mampu melepaskan diri dari perasaan sedih 10)Mampu mengekspresikan emosi

11)Mampu memaafkan orang lain


(34)

Berperannya emosional dalam aktivitas kehidupan seseorang menjadikan seseorang menjadi tertarik untuk mempelajarinya dan lebih diarahkan pada konsep kecerdasaan emosional yang dapat berperan dalam membesarkan dan mendidik anak – anak.

c. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional

Menurut Daniel Goleman (2000:58-59) menempatkan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

1) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman,2000: 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

2) Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,


(35)

sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2000:77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 3) Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis dan keyakinan diri.

4) Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2000 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang


(36)

lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2000 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2000 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. 5) Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2000 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena


(37)

kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2000 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan oranglain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional 3. Gaya Belajar

a. Pengertian gaya belajar

Ghufron dan Risnawati (2010 : 42) Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar/cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses dan menguasai informasi yang baru melalui persepsi yang berbeda.

Hamalik (2004:27) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (lea rning is defined as the modifica tion or str engthening of beha viour thr ough exper iencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas sekali. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Ada berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut


(38)

kategori – kategori tertentu. Dimana dari kategori – kategori yang ada dapat disimpulkan bahwa:

1) Gaya belajar pada tiap - tiap mahasiswa berbeda.

2) Seorang dosen dapat menemukan jenis gaya belajar tersebut berdasarkan instrumen tertentu.

Adanya kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektivitas belajar.

b. Tipe - tipe gaya belajar

Menurut Suyono dan Haryanto (2011:148-160) mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yakni sebagai berikut :

1) Gaya Belajar Visual (Belajar dengan Cara Melihat)

Gaya belajar tipe ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dahulu buktinya dan kemudian baru mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu: Lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi mahasiswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan dosen sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada mahasiswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya


(39)

untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi Ciri-ciri gaya belajar visual :

a) Bicara agak cepat

b) Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi c) Tidak mudah terganggu oleh keributan

d) Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar e) Lebih suka membaca dari pada dibacakan f) Pembaca cepat dan tekun

2) Gaya Belajar Auditori (Belajar dengan Cara Mendengar)

Gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu: lirikan ke kiri atau ke kanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang – sedang saja. Mahasiswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat


(40)

dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Mahasiswa auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi mahasiswa auditori mendengarkannya. Mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

a) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri b) Penampilan rapi.

c) Mudah terganggu oleh keributan.

d) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.

e) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

f) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

3) Gaya Belajar Kinestetik (Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja dan Menyentuh).

Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Orang seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk


(41)

beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Mahasiswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : a) Berbicara perlahan.

b) Penampilan rapi.

c) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan.

d) Belajar melalui memanipulasi dan praktek menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

e) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca. f) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita g) Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar. h) Menyukai praktik/ percobaan.

i) Menyukai permainan dan aktivitas fisik c. Manfaat gaya belajar mahasiswa bagi dosen

Dengan mengetahui gaya belajar mahasiswa dosen dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan mahasiswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga mahasiswanyadapat memperoleh cara yang efektif dalam belajar. Dengan demikian prestasi belajar yang didapat oleh mahasiswa selama proses belajar dapat meningkat.


(42)

B. Kerangka Berfikir

1. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat ( Goleman 2000;44 ). Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting yang menunjung keberhasilan individu dalam menjalankan kegiatan pendidikannya. Jadi apabila seorang mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, akan meningkatkan prestasi belajarnya (Goleman, 2000 ; 47 ).

Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Hasil identik juga disimpulkan dari penelitian jangka panjang Goleman (2000 : 46) terhadap mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saatkuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual tinggi, namun egois dan kurang perhatian, ternyata hidupnya tidak terlalu sukses (berdasar gaji, produktivitas, serta status bidang pekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan intelektualnya biasa saja tetapi mempunyai banyak teman, pandai


(43)

berkomunikasi, mempunyai empati, tidak temperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial dan spiritual.

Kecerdasan emosional saling berbeda dan saling melengkapi dengan kemampuan akademik murni yang diukur dengan IQ. Kecerdasan emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati, dankemampuan sosial. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki keterampilan emosi yang baik akan berhasil di dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk terus belajar. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki ketrampilan emosi yang kurang baik, akan kurang memiliki motivasi untuk belajar, sehingga dapat merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas individu tersebut sebagai mahasiswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,dan sebagainya, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibatinteraksinya dengan lingkungannya. Gaya belajar adalah kebiasaan mengikuti kuliah yang dilakukan dengan baik, akan meningkatkan prestasi belajar individu tersebut.

Ghufron dan Risnawati(2010 : 42) mengungkapkan bahwa gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar/cara yang ditempuh oleh masing-masing


(44)

orangatau mahasiswa untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang baru melalui persepsi yang berbeda. Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu dengan orang lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan, pilihan, dan perilaku yang digunakan oleh individu untuk membantu dalam belajar mereka dalam suatu yang telah dikondisikan.

C. Paradigma Penelitian

Keterikatan antara variabel-variabel penelitian dapat disusun dalam suatu paradigma penelitian sebagai berikut:

keterangan :

Xı = kecerdasan emosional X2 = gaya belajar

Y = prestasi belajar mahasiswa

= Hubungan kecerdasan emotional dengan Prestasi Belajar Mahasiswa = Hubungan gaya belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

X1

X2


(45)

D. Hipotesis

1. H01 :Tidak terdapat hubungan positif kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar mahasiswa

Ha1:Terdapat hubungan positif kecerdasan emosional dengan prestasi

belajarmahasiswa.

2. H02 :Tidak terdapat hubungan positif gaya belajar dengan prestasi

belajar mahasiswa.

Ha2 :Terdapat hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar


(46)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dan penelitian studi kasus, pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Menurut Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Selain itu, penelitian ini juga merupakan penelitian studi kasus, yakni penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei2016 C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah Mahasiswa Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Akuntansi,


(47)

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma angkatan 2015

2. Objek penelitian ini adalah hubungan kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Untuk menyatukan pandangan mengenai istilah dalam penelitian ini, maka dapat dilakukan pembatasan istilah sebagai berikut :

1. Kecerdasan Emosional (EQ) Mahasiswa.

Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan mahasiswa untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan dalam memahami mata kuliah yang diberikan oleh dosen, Kecerdasan Emosional (EQ) mahasiswa dapat diketahui melalui angket / kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang dapat mengukur tingkat emosional mahasiswa yang digunakan dalam belajar. Indikator dalam instrument kecerdasan emosional ini diambil dari teori Daniel Goleman (2009 : 45).


(48)

Tabel 3.1

Operasional Variabel Kecerdasan Emosional Variabel

penelitian

Dimensi Indikator Pernyataan

Positif Negatif Kecerdasan

emosional

Mengenal emosi orang lain (empati)

Menerima keragaman 1

Memahami perasaan orang lain

2 Memahami keadaan

orang lain

3 Menarik perhatian orang

lain

4 Mengenal

emosi diri sendiri

(pengenalan diri)

Merasa canggung terhadap orang baru

5, 24

Menerima diri sendiri 6 Menyadari kekuatan

sendiri

7

Merasa khawatir 8, 10

Kemampuan mencapai prestasi

9 Berpikir sebelum

bertindak 11 Mengelola emosi (pengendalian diri)

Mudah tenang dalam situasi yang menekan

12

Menunda keinginan sesat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan


(49)

Variabel Penelitian

Dimensi

Indikator Pernyataan Positif Negatif Kurang sabar dan cepat

bosan

14, 15 Motivasi diri Menyukai hal-hal baru 16

Refleksi diri / evaluasi diri untuk maju

18

Ketrampilan sosial

Mudah menyerah dan belum mengetahui tujuan diri sendiri / tujuan hidup

19,20

Menerima saran / kritik 21 Kemampuan

berkomunikasi

17 22,25

Ketrampilan sosial

Kemampuan mengatur kelompok

23

Sumber : Daniel Goleman (2009:45) Diolah 2. Gaya Belajar Mahasiswa

Gaya belajar mahasiswa adalah cara atau kebiasaan yang diterapkan mahasiswa untuk dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh dosen sesuai dengan apa yang mahasiswa anggap paling nyaman. Gaya belajar ini dapat diketahui dalam bentuk pemberian tes khusus yang dibuat dalam bentuk kuesioner oleh peneliti. Indikator dalam instrumen gaya belajar ini diambil dari teori Suyono dan Haryanto (2011;148-160)


(50)

Tabel 3.2

Operasional Variabel gaya belajar Variabel

penelitian

Dimensi Indikator Pernyataan Negatif positif Gaya

Belajar

Kebiasaan mengikuti pembelajaran / kuliah dengan cara melihat (cara belajar visual) Kemampuan berbicara 1 Kemampuan membaca 3,4 Kemampuan

mengingat apa yang dilihat

5

Kebiasaan mengikuti pembelajaran / kuliah dengan cara mendengar (cara belajar auditori)

Kemampuan berbicara pada diri sendiri 2,6 Kemampuan membaca dengan keras 7 Kemampuan belajar dengan cara mendengarkan 8 Suka membaca dengan menggerakkan bibir dan mengucapkan kalimat yang ada dibuku 9 Suka berpenampilan rapi 10 Kemampuan

mengingat apa yang didiskusikan

20

Kebiasaan mengikuti pembelajaran / kuliah dengan

Suka berbicara pelan 11 Tidak mudah terganggu oleh keributan 12


(51)

Variabel Penelitian

Dimensi

cara bergerak , bekerja dan menyentuh(cara belajar kinestik)

Indikator Pernyataan Negatif Positif

Menyukai praktik 13

Menyukai cara membaca dengan menggunakan jari sebagai petunjuk 14 Merasa kesulitan dalam merangkum pembicaraan 15 menyukai gaya belajar dengan menggunakan objek nyata sebagai alat bantu

16

Hebat dalam bercerita

17 Menyukai praktik /

percobaan dalam belajar 18 Menyukai permaianan / aktivitas fisik 19

Sumber: Suyono dan Haryanto (2011:148-160) Diolah 3.Prestasi Belajar Mahasiswa

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa selama mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang ditunjukan dengan adanya perubahan dari diri mahasiswa terutama ketika belajar dan waktu tertentu yang diperlukan untuk mereka belajar. Prestasi belajar ini dapat ditentukan dalam bentuk nilai IPK (Indeks PrestasiKumulatif) / laporan hasil belajar. Berdasarkan acuan predikat kelulusan program sarjana yaitu sebagai berikut :


(52)

Tabel 3.3

Kategori Prestasi Belajar

IP Kumulatif Kategori

3,50 - 4,00 Amat Baik

2,76 – 3,49 Baik

2,00 – 2,75 Cukup Baik

1,00 – 1,99 Kurang Baik

0,00 – 0,99 Sangat Kurang

Sumber : Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

E. Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:108) merupakan keseluruhan subyek penelitian. Dengan kata lain populasi adalah wilayah yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu yang diteliti kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2015 yang berjumlah 85 mahasiswa. Penelitian ini adalah penelitian populasi karena melibatkan seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2015 sebagai subyek penelitian.


(53)

F. Metode Pengumpulan Data

Ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode Kuesioner

Metode kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2000 : 13) adalah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dengan daftar isian dan skala pernyataan yang dibuat peneliti dan diberikan kepada subyek penelitian. Teknik pengambilan data dilakukan dengan memberikan angket kepada subyek penelitian yaitu mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti akan memperoleh data mengenai kecerdasan emosional dan gaya belajar mahasiswa dari para responden.

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2000:206). Data yang diperoleh melalui metode ini yaitu prestasi belajar melalui nilai akhir semester yang di ukur dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi tentang kecerdasan emosional (EQ) dan gaya belajar mahasiswa (variabel independen) menggunakan


(54)

instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner. Angket ini berisi butir – butir pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian untuk diberi tanggapan oleh subyek penelitian. Penskoran menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban. Skor setiap alternatif jawaban pada pernyataan positif dan negatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skor alternative jawaban

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4

2. Uji Coba Instrumen

Menurut Sugiyono (2006:102) Agar suatu instrumen dapat memperoleh hasil yang baik, maka suatu instrumen harus memenuhi suatu kriteria yang baik pula. Kriteria tersebut adalah dengan mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan.

a) Uji validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 170) uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dilakukan dengan rumus dari pearson yang


(55)

biasa disebut dengan korelasi product moment. Rumus korelasi product moment yaitu:

rxy=

keterangan:

rxy = koefisien korelasi x dan y N = jumlah subyek

xy = jumlah produk dari x dan y y = jumlah harga dari skor total x = jumlah harga dari skor butir  = jumlah x kuadrat

 = jumlah y kuadrat

Kuesioner sebagai alat ukur perlu diuji validitasnya untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur semakin tepat pula alat pengukur mengenai sasarannya. Sebaliknya semakin rendah validitas alat ukur semakin jauh pula alat pengukur mengenai sasarannya. Adapun dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikan (α = 0,05 )maka butir

-butir pernyataan dikatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel dengan taraf signifikan (α = 0,05 )maka butir

-butir pernyataan dikatakan tidak valid.

Pengujian validitas pada variabel ini menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. Apabila diketahui rhitung lebih besar


(56)

dari rtabel dengan N= 85 dengan taraf signifikansinya 5% maka

rtabel 0,3610 maka butir soal yang telah disusun kedalam

instrumen dinyatakan valid sehingga keputusan data penelitian dapat digunakan.

a. Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Kecerdasan Emosional

No.Item Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,507 0,3610 Valid

2 0,504 0,3610 Valid

3 0,725 0,3610 Valid

4 0,493 0,3610 Valid

5 0,418 0,3610 Valid

6 0,488 0,3610 Valid

7 0,443 0,3610 Valid

8 0,498 0,3610 Valid

9 0,710 0,3610 Valid

10 0,425 0,3610 Valid

11 0,666 0,3610 Valid

12 0,413 0,3610 Valid

13 0,579 0,3610 Valid

14 0,479 0,3610 Valid

15 0,388 0,3610 Valid

16 0,519 0,3610 Valid

17 0,444 0,3610 Valid

18 0,508 0,3610 Valid

19 0,382 0,3610 Valid

20 0,491 0,3610 Valid

21 0,589 0,3610 Valid

22 0,618 0,3610 Valid

23 0,567 0,3610 Valid

24 0,525 0,3610 Valid

25 0,367 0,3610 Valid

di atas tampak 25 pernyataan yang dinyatakan valid karena rhitung lebih besar dari rtabel maka 25 pernyataan tersebut


(57)

b. Uji Validitas Variabel Gaya Belajar Table 3.6

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Gaya Belajar No.Item Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,418 0,3610 Valid

2 0,419 0,3610 Valid

3 0,378 0,3610 Valid

4 0,427 0,3610 Valid

5 0,579 0,3610 Valid

6 0,427 0,3610 Valid

7 0,421 0,3610 Valid

8 0,415 0,3610 Valid

9 0,591 0,3610 Valid

10 0,397 0,3610 Valid

11 0,412 0,3610 Valid

12 0,404 0,3610 Valid

13 0,554 0,3610 Valid

14 0,384 0,3610 Valid

15 0,419 0,3610 Valid

16 0,505 0,3610 Valid

17 0,380 0,3610 Valid

18 0,663 0,3610 Valid

19 0,465 0,3610 Valid

20 0,381 0,3610 Valid

di atas tampak 20 pernyataan yang dinyatakan valid karena rhitung lebih besar dari rtabel maka 20 pernyataan tersebut

layak digunakan untuk penelitian b) Uji reliabilitas

Reliabilitas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen dikatakan baik jika instrumen tersebut dapat dipercaya atau reliabel, (Arikunto2006:142). Suatu instrumen kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian


(58)

reliabilitas untuk variabel kecerdasan emosional dan gaya belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut:

r11 = ( )(1 -

keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir soal

 = jumlah varian-varian butir

⅀ = varian total

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu atau jawaban responden terhadap pertanyaan dijawab secara konsisten atau tidak boleh acak oleh karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama, jika jawaban terhadap salah satu indikator diacak maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut tidak reliabel. Ketentuan untuk menilai reliabel atau tidaknya suatu instrumen sebagai berikut: jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,6 maka reliabel. Sebaliknya jika koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 maka tidak reliabel(Siregar, 2013:57)


(59)

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No Variabel Cronbach’s Alph Keterangan

1 Kecerdasan Emosional 0.901 Reliabel

2 Gaya Belajar 0.852 Reliabel

Sumber : Data primer 2016, Diolah

Suatu variabel dikatakan reliabel jika Cronbach’s Alph lebih besar dari 0,60 (Ghonzali, 2007 : 42). Jadi hasil pengujian dari dua (2) variabel diatas dinyatakan reliabel (dapat dipercaya) karena nilai Cronbach’s Alph masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,60.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan kuesioner dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif ( Siregar 2013: 221). Pengujian statistik deskripsi ini untuk mendeskripsikan variabel penelitian yaitu kecerdasan emosional dan gaya belajar.

Pendeskripsian data dilakukan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II.PAP adalah suatu penilaian yang membandingkan prestasi belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelummnya, suatu prestasi yang seharusnya dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru (Masidjo, 1995:151).PAP yang


(60)

digunakan dalam penelitian ini adalah PAP tipe II.Dalam PAP tipe II ini penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup.Berikut adalah table PAP tipe II (Masidjo, 1995:157).

Tabel 3.8

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II Tingkat Penguasaan

Kompetensi

Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat tinggi

66% - 80% tinggi

56% - 65% Sedang

46% - 55% Rendah

Berikut ini adalah pendeskrisian variabel penelitian: a. Kecerdasan Emosional

Jumlah item Kecerdasan Emosional terdiri dari 25 pernyataan. Berdasarkan data tersebut maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut:

1) Skor tertinggi yang mungkin dicapai: 4x25 = 100 2) Skor terendah yang mungkin dicapai: 1x25 = 25

Penilaian kecerdasan emosional berdasarkan PAP tipe II dapat ditentukan sebagai berikut :

Skor = Nilai terendah + % (nilai tertinggi-nilai terendah) 25 + 81% (100 – 25 ) = 85,75 dibulatkan menjadi 86 25 + 66 % (100 – 25 ) = 74,5 dibulatkan menjadi 75 25 + 56 % (100– 25 ) = 67


(61)

25 + 46 % (100 – 25 ) = 59,5 dibulatkan menjadi 60 Tabel 3.9

Interval Skor Kecerdasan Emosional No Interval Skor Kategori Penilaian

1 87 – 100 Sangat tinggi

2 76 - 86 Tinggi

3 66 – 75 Sedang

4 61 – 65 Rendah

b. Gaya Belajar

Jumlah item Gaya Belajar terdiri dari 20 pernyataan. Berdasarkan data tersebut maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut:

1) Skor tertinggi yang mungkin dicapai: 4 x20 = 80 2) Skor terendah yang mungkin dicapai: 1x20 = 20

Penilaian gaya belajar berdasarkan PAP tipe II dapat ditentukan sebagai berikut :

20 + 81% (80 – 20 ) = 68,6 dibulatkan jadi 69 20 + 66 % (80 – 20 ) = 59,6 dibulatkan jadi 60 20 + 56 % (80 – 20 ) = 53,6 dibulatkan jadi 54 20 + 46 % (80 – 20 ) = 47,6 dibulatkan jadi 48

Data perhitungan tersebut dapat disimpulkan kategori kecenderungan variabel.


(62)

Tabel 3.10

Interval Skor Gaya Belajar

No Interval Kategori

1 70-80 Sangat baik

2 61– 69 Baik

3 55 – 60 Cukup

4 49– 54 Tidak Baik

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Penilaian IPK berdasarkan Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun 2011, sebagai berikut:

Tabel 3.11

Rentang Prestasi Belajar

Nilai IPK Kategori

3,50 – 4,00 Amat Baik

2,76 – 3,49 Baik

2,00 - 2,75 Cukup

1,00 - 1,99 Kurang

0,00 – 0,99 Sangat Kurang

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas bivariat

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian normalitas bivariat.


(63)

Disimpulkan berdistribusi normal bivariat jika nilai R square > 0,8. Sebaliknya jika R square < 0,8, maka distribusikan data disimpulkan tidak normal.

b. Pengujian Hipotesis 1) Rumusan Hipotesis a) Hipotesis Pertama

H01 :Tidak ada hubungan positif dan signifikan kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar mahasiswa

Ha1: Ada hubungan positif dan signifikan kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar mahasiswa b) Hipotesis Kedua

H02 : Tidak ada hubungan positif dan signifikan gaya

belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

Ha2 : Ada hubungan positif dan signifikan gaya belajar

dengan prestasi belajar mahasiswa 2) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dan kedua ini dilakukan berdasarkan rumus korelasi Spearman sebagai berikut (Siregar,

2013:380) :

r

s

= 1-

keterangan:

rs : nilai korelasi Spearman

d : selisih antara X dan Y n : jumlah pasangan data


(64)

Nilai koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat menentukan arah dari kedua variabel. Nilai koefisien korelasi tersebut berkisar (rs) = (-1 ≤ 0 ≤ 1).

Berikut ini disajikan tabel tentang korelasi hubungan menurut siregar (2013 : 251) sebagai berikut :

Tabel 3.12

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah

2 0,20 0,399 Lemah

3 0,40 0,599 Cukup

4 0,60 0,799 Kuat

5 0,80 0,100 Sangat Kuat

3) Penarikan Kesimpulan

Jika nilai rhitung> α = 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya

jika rhitung< α = 0,05 maka Ho ditolak. Setelah membandingkan

nilai probabilitas, maka langkah selanjutnya adalah menginterprestasikan nilai koefisien korelasi.Interpretasi nilai koefisien digunakan untuk melihat tingkat keeratan korelasi.Untuk mengetahui koefisien korelasi maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996:380).


(65)

t = √ √ Keterangan:

r : koefisien korelasi sederhana n : jumlah responden


(66)

BAB IV

GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma

Univeristas Sanata Dharma merupakan salah satu perguruan tinggi swasta katolik di daerah Yogyakarta. Perguruan tinggi inisekarang sudah berusia 60 tahun. Tujuan didirikannya perguruan tinggi ini adalah untuk mencerdaskan dan membentuk manusia yang humanis (peduli, tanggung jawab dan memanusiakan manusia).Awal mula berdirinya perguruan tinggi ini karena ide dari Prof.Moh.Yamin, S.H. yang saat itu sedang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1950-an. Ide ini disambut baik oleh para imam katolik terutama Ordo SocietesJesus(S.J). Perguruan tinggi ini awal mulanya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), PTPG Sanata Dharma terbentuk pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.

Nama “Sanata Dharma” merupakan nama yangdiciptakan oleh

Pater K. Looymans, S.J yang saat itu sedang menjabat di Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di kantor Wali Gereja Indonesia.

Arti “Sanata Dharma” yaitu“kebaktian yang sebenarnya”. atau “pelayanan

yang nyata”. Jadi, PTPG Sanata Dharma mempunyai tugas dalam hal

kebaktian dan pelayanan yang nyata yang ditunjukkan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia). PTPG Sanata Dharma pada awal


(67)

berdirihanya mempunyai 4 jurusan yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik, PTPG Sanata Dharma dipimpin oleh Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J sebagai Dekan dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Dengan perjalanan waktu dan perkembangan kebijakan pemerintah khususnya pada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka pada bulan November 1958 PTPG Sanata Dharma berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan) Sanata Dharma dengan status “DISAMAKAN” dengan negeri

(SKMenteri PTIP No.1/1961 tanggal 6 Mei 1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962). Perubahan nama FKIP Sanata Dharma sempat mengalamikerancuan antara FKIP Sanata Dharma adalah bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta atau FKIP Sanata Dharma berdiri mandiri sebagai institusi pendidikan.Akan tetapisejak awalberdirinyaFKIP Sanata Dharma secara de factotelah berdiri sendiri sebagai institusi pendidikan. Permasalahan ini akhirnya dapat diselesaikan dengan cara merubah FKIP Sanata Dharma menjadi IKIP Sanata Dharma (SK Menteri PTIP No.237/B-Swt/U/1965) yang mulai berlakutanggal 1 September 1965 Pada tahun 1965 IKIP Sanata Dharma diberikan kepercayaan pemerintah untuk mengelola Program Diploma I, II dan III pada jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Akan tetapi pada tahun 1990 program diploma semua jurusan tersebut talah ditutup dan diganti dengan dibukanya Diploma II Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).Berbeda dengan nama-nama


(68)

sebelumnya, nama IKIP Sanata Dharma cukup lama disandang oleh perguruan tinggi ini. Hingga pada tahun 1993 KIP Sanata Dharma kembali menyesuaikan diri dengan tuntutan, kebutuhan masyarakat, dan kemajuan jaman. IKIP Sanata Dharma berkembang menjadi Universitas Sanata Dharma (SK Mendikbud No.46/D/O/1993) berlaku tanggal 20 April 1993. Perkembangan ini diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olehsebab itu, perkembangan ini diharapkan dapat mendorong Universitas Sanata Dharma untuk memperluas muatan program pendidikannya.

Saat ini pada tahun 2016, Universitas Sanata Dharma telah memiliki 8 Fakultas dengan 23 Program Studi, 4 Pasca Sarjana, 2 Program Profesi dan Program Khusus Bersertifikat. Bukan hanya memperluas muatan program pendidikan saja, akan tetapi telah dilakukan perkembangan dibidang lain olehUniversitas Sanata Dharma yangmeliputi: sarana fisik, administrasi, peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, hingga pengabdian pada masyarakat. Kualitas yang baik telah dibuktikan oleh Universitas Sanata Dharmadari hasil Ristek Dikti tahun 2015. Universitas Sanata Dharma berhasil menduduki peringkat 24 dari 3320 perguruan tinggi se-Indonesia, peringkat 2 sebagai Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia dan peringkat 1 Perguruan Tinggi Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta (http://ristekdikti.go.id/sk-klasifikasi-dan-pemeringkatan perguruan-tinggi-di-indonesia-tahun-2015).


(69)

Keberhasilan yang diperolah Universitas Sanata Dharma tidak hanya menjadi suatu kepuasan semata akan tetapi juga sebagai dorongan semangat Untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih

baik sesuai dengan mottonya “Cerdas dan Humanis”

B. Nama-nama yang pernah menjabat Rektor Universitas Santa Dharma: a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967)

b. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)

c. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984) d. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988) e. Drs. A. Tutoyo, M.Sc. (1988-1993) f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001) g. Dr. Paulus Suparnoo, S.J., MST (2001-2006)

h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc. (2006-2014) i. Drs. JohanesEka Priyatma, M.Sc., Ph.D. (2014-sekarang) C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma

1. Visi

Menjadi penggali kebenaran yang unggul dan humanis demi terwujudnya masyarakat yang semakin bermartabat.


(70)

2. Misi

a. Mengembangkan sistem pendidikan holistik yang merupakan perpaduan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan melalui pendekatan yang berciri-ciri personalis, dialogis, pluralistik dan transformatif.

b. Menciptakan masyarakat akademik Universitas yang mampu menghargai kebebasan akademik serta otonomi keilmuan, mampu bekerjasama lintas ilmu dan mampu mengedepankan kedalaman dari pada keluasan wawasan keilmuan dalam usaha menggali kebenaran lewat kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat

c. Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui publikasi hasil kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, pengembangan kerjasama dengan berbagai mitra yang memilikivisi serta kepedulian sama, dan pemberdaayaan para alumni dalam pengembangan keterlibatan nyata di tengah masyarakat.

3. Motto

“Memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai


(71)

4. Tujuan Pembelajaran

Tujuan didirikan Universitas Sanata Dharma untuk membantu mencerdaskan putra-putri bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistik yang dilandasi oleh nilai kristiani yang universal dan cita-cita kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila, sehingga memiliki kemampuan akademik sesuai dengan bidang studinya dan integritas kepribadiaan yang tinggi.

D. Gambaran Umum Program Studi 1. Sejarah Singkat Program Studi

Pada tahun 1957 didirikan Program Studi Pendidikan Ekonomi, yang saat itu bernama Jurusan Ilmu Ekonomi PTPG Sanata Dharma. Jurusan ini dididirikan oleh Dr. A.M. Kuylaars, S.J. atau lebih akrab dengan nama Prof. Dr. AM. Kadarman, S.J.Tanggal 11 Juli 1962hingga tahun 1981, jurusan Ilmu Ekonomi memperoleh status

“disamakan”. Dengan berjalannya waktu dan berdasarkan keputusan

Mendikbud RIpada tanggal 28 Januari 1985 Jurusan IlmuEkonomi bergantinamamenjadiJurusan Pendidikan Dunia Usaha (PDU) yang dibagi menjadi dua program studi yaituProgram Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi (PEK) dan program Studi Pendidikan Akuntansi

(PAK) dengan status “disamakan”.Status ini kembali diberikan kepada

kedua Program Studi tanggal 14 Mei 1986 berdasarkan keputusan Mendikbud No. 0363/0/1986.


(72)

Semenjak IKIP Sanata Dharma berganti menjadi Universitas pada tahun1993 mulai dibukanya Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi (PEK) dan Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) berada di bawah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengatahuan Sosial (JPIPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Setalah 6 tahun kemudian tepatnya pada tahun1999, Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi berganti nama menjadi Program Studi Pendidikan Ekonomi (PE) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Koperasi (BKK-PEK) dan BKK Pendidikan Akuntansi (PAK) (SK Dirjen Dikti No. 143/DIKTI/Kep/1999 tentang Penataan Prodi).

Tidak lama setelah perubahan nama program studi, tepatnyatahun 2002 kopertis Wilayah V Yogyakarta memberikan nilai A terhadap kelayakan penyelenggaraan Prodi PE BKK –PEK dan BKK PAK. Pada tahun 2004 Prodi PEK mendapatkan status terakreditasi dengan nilai A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI dalam Surat Keputusan No. 042/BANPT/Ak-VII/S1/X/2004 tertanggal 15 Oktober 2004. Sejak tanggal 26 Desember 2006 Prodi PEK berganti nama menjadi Program Studi Pendidikann Ekonomi (PE) (Surat Dirjen Dikti No. 2582/D2.2/2006) Pada tahun 2009 Program Studi Pendidikan Ekonomi berhasil mempertahankan statusakreditasinya yaitu(SKBAN-PT No. 019/BAN-PT/Ak XII/S1/VII/2009)yang mulai berlaku pada tanggal17 Juli


(73)

2009hingga17 Juli 2014. Tahun 2014, Program Studi Pendidikan Ekonomi kembali melakukan kegiatan akreditasi. Kegiatan akreditasi dilakukanuntuk mengetahui mutu kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama lima tahun silam.Hasil dari kegiatan akreditasi oleh BAN-PT menetapkan bahwa status akreditasi Program Studi Pendidikan Ekonomi adalah A (SK No.372/SK/BAN-PT/Akred/S/IX/2014) yang mulai berlaku pada tanggal 20 September 2014 hingga 19 September 2019

2. Visi, Misi dan tujuan pendidikan Program Studi

a. Visi Program Studi Menjadi program studi pendidikan ekonomi yang unggul ditingkat nasional dalam menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi dan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang profesional, cerdas dan humanis pada tahun 2017.

b. Misi Program Studi

1) Menyelenggarakan sistem pendidikan yang berlandaskan paradigma Pedagogi Ignasian yang berciri-ciri personalis, dialogis,pluralistik dan transformatif untuk menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan dalam Bidang Pendidikan Ekonomi Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi dan Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang profesional, cerdas dan humanis.


(74)

2) Menyelenggarakan penelitian yang menghargai kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk mengembangkan ilmu pendidikan, ekonomi dan akuntansi.

3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang mengasah kepekaan dan kepedulian sosial sebagai penerapan ilmu dan hasil penelitian untuk memberdayakan masyarakat. 4) Menghadirkan pencerahan bagi masyarakat yang

mencerdaskan melalui publikasi ilmiah dan pengembangan kerja sama dengan lembaga mitra dan alumni.

c. Tujuan Program Studi

1) Dihasilkannya calon pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang Pendidikan Ekonomi Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi dan Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang profesional, cerdas dan humanis.

2) Terselenggaranya proses pendidikan yang berlandaskan paradigma Pedagogi Ignasian dan student centered learning dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

3) Terselenggaranya penelitian yang independen, objektif, dan jujur di bidang ilmu pendidikan, ekonomi dan akuntansi.


(75)

4) Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat yang terprogram untuk memberdayakan masyarakat.

5) Terselenggaranya publikasi ilmiah dan pengembangan kerja sama yang sinergis dengan lembaga mitra dan alumni.

3. Struktur Organisasi Program Studi Pendidikan Ekonomi Gambar 1

Struktur Organisasi Program Studi Pendidikan Ekonomi

Dewan dosen

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

Kepala BKK Pendidikan Ekonomi

Kepala BKK Pendidikan Akuntansi

Wakil Ketua PS PE BKK Pendidikan Ekonomi

Wakil Ketua PS PE BKK Pendidikan Akuntansi

Kepala Lab & PPL BKK Pendidikan Ekonomi

Sekretaris Administrasi

Dosen Pembimbing Akademik & Dosen Mata Kuliah

Kepala Lab & PPL BKK Pendidikan Akuntansi

Sekretaris Administrasi


(76)

Keterangan

a. Dewan Dosen (rapat dosen prodi) berwenang dalam menjabarkan kebijakan dan peraturan universitas dan fakultas agar dilaksanakan pada prodi Pendidikan Ekonomi.

b. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi bertanggung jawab:

1) Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

2) Membina tenaga kependidikan, mahasiswa,tenaga administrasi dan bertanggung jawab kepada dekan FKIP melalui Ketua Jurusan PIPS. 3) Mengkoordinasikan pelaksanaan hasil keputusan rapat prodi.

c. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi bertugas:

1) Membantu Ketua Program Studi dalam melaksanakan pekerjaannya. 2) Menyusun jadwal perkuliahaan dan jadwal ujian bersama Ketua Program

Studi.

3) Mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan yang selenggarakan oleh prodi.

4) Mengkoordinasikan pengarsipan dokumen program studi. 5) Mempersiapkan penyelenggaraan rapat-rapat program studi. 6) Melaksanakan fungsi Kaprodi apabila berhalangan.

d. Sekretaris Administrasi bertugas memperlancar pelaksanaan fungsi-fungsi administrasif program studi.


(77)

Pembelajaran Ekonomi bertugas:

a. Mengatur dan mengkoordinir penyelenggaraan PPL dan Program Pendampingan Belajar Masyarakat (PBM) Prodi Pendidikan Ekonomi dan bertanggung jawab kepada Kaprodi.

b. Mengelola perpustakaan Program Studi.

c. Mengembangkan dan mengelola media pembelajaran.

d. Membuat pedoman dan bahan praktik ekonomi koperasi dan akuntansi. e. Memfasilitasi penggunaan laboratorium pembelajaran ekonomi

4. Kurikulum

Perkembangan kurikulum senantiasa dilakukan secara periodik untuk merealisasikan visi/misi, penyesuaian dengan kurikulum nasional dan sebagai pertahan relevansi di dunia kerja.Kurikulum yang saat ini digunakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi yaitu kurikulum 2013. 5. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di Program Studi Pendidikan Ekonomi ini berdasarkan arah dasar student centered. Jenis pembelajaran yang didukung oleh fasilitas pembelajaran berupa komputer dan internet,berinteraksi akademik dengan pihak lain di dalam atau di luar disiplin ilmu yang ditekuni melalui kegiatan-kegiatan survei, kunjungan perusahaan, study tour, pelatihan dan pengembangan kepribadian, refleksi karya, kegiatan studium generale, dan sebagainya.


(78)

6. Sumber Daya Manusia

Proses pembelajaran Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di dukung oleh dosen-dosen dan tenaga administrasi yaitu sebagai berikut

a. Drs. F.X Muhadi, M.Pd.(Dosen)

b. Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si.(Dosen)

c. Dr. S. Widanarto Prijowuntanto, S.Pd., M.Si.(Dosen) d. L. Saptono, S.Pd., M.Si.(Dosen)

e. Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si.(Dosen) f. Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA.(Dosen) g. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.(Dosen) h. B. Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Pd.(Dosen) i. A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd.(Dosen)

j. Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd.(Dosen) k. Theresia Aris Sudarsilah(Tenaga Administrasi) 7. Sarana dan Prasarana

Proses pembelajaran yang berkualitas dapat diperoleh dari peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perkuliahan untuk mahasiswa maupun dosen. Peningkatan sarana dan prasarana untuk mahasiswa berupa ruang kelas dan tempat duduk yang nyaman, menyediakan laboratorium komputer yang memadai, menyediakan perpustakaan dengan judul dan jumlah buku yang memadaiserta sistem administrasi akademik berbasis komputer yang cepat dan akurat dalam


(1)

122

Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II digunakan untuk menentukan kategori

kecenderungan variabel pada deskripsi data. Berikut ini di uraikan

perhitungannya:

A. Variabel Kecerdasan Emosional

Skor tertinggi yang mungkin dicapai: 4x25 = 100

Skor terendah yang mungkin dicapai: 1x25 = 25

Skor :

25 + 81% (100 – 25 ) = 85,75 dibulatkan jadi 86 25 + 66 % (100 – 25 ) = 74,5 dibulatkan jadi 75 25 + 56 % (100– 25 ) = 67

25 + 46 % (100 – 25 ) = 59,5 dibulatkan jadi 60

Data perhitungan tersebut dapat disimpulkan kategori kecenderungan variabel

No Interval Kategori

1 87 – 100 Sangat tinggi 2 76 - 86 Tinggi

3 66 – 75 Sedang 4 61 – 65 Rendah


(2)

123

B. Variabel Gaya Belajar

Skor tertinggi yang mungkin dicapai: 4 x 20 = 80

Skor terendah yang mungkin dicapai: 1x20 = 20

Skor :

20 + 81% (80 – 20 ) = 68,6 dibulatkan jadi 69 20 + 66 % (80 – 20 ) = 59,6 dibulatkan jadi 60 20 + 56 % (80 – 20 ) = 53,6 dibulatkan jadi 54 20 + 46 % (80 – 20 ) = 47,6 dibulatkan jadi 48

Data perhitungan tersebut dapat disimpulkan kategori kecenderungan variabel

No Interval Kategori

1 70-80 Sangat baik

2 61– 69 Baik 3 55 – 60 Cukup 4 49– 54 Tidak Baik


(3)

124

LAMPIRAN IX

SURAT IJIN PENELITIAN


(4)

(5)

126

LAMPIRAN X

Tabel r


(6)