Penggunaan media mind map dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA Bopkri 2 Yogyakarta
i
PENGGUNAAN MEDIA MID MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA
BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Studi Kasus: SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh : GEDE WIJA KUSUMA
NIM: 051334075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) atas karunia yang telah diberikanya
Bapak tercinta I Nyoman Putrana
Ibu tercinta Wayan Rempianing
Saudara-saudaraku tersayang Putu Sudarmini, Kadek
Swadaya, Komang Lestariani, Ketut Puji Andayani
(5)
v
MOTO
BERHENTI DI TENGAH PERJALANAN AKAN LEBIH SULIT
DAN TERASA LEBIH MELELAHKAN, DARIPADA TERUS
BERJALAN HINGGA SAMPAI KETUJUAN
HIDUP MEMERLUKAN PENGORBANAN, PENGORBANAN
MEMERLUKAN PERJUANGAN, PERJUANGAN MEMERLUKAN
KETABAHAN, KETABAHAN MEMERLUKAN KEYAKINAN
KEYAKINAN PULA MENENTUKAN KESUKSESAN
KESUKSESAN PULA MENENTUKAN KEBAHAGIAAN
KESUKSESAN YANG PALING BESAR DALAM HIDUP ADALAH
BISA BANGKIT KEMBALI DARI KEGAGALAN
(6)
(7)
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI
2 YOGYAKARTA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi.
(9)
ix
4. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.
5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.
6. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas semua pelayanan dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
7. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Nuning Praptiria Utami S.Pd., selaku guru mitra yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian sekripsi saya.
9. Siswa-siswi kelas XB yang telah membantu sehingga penelitia ini dapat berjalan dengan lancar
10.Bapak dan Ibu tercinta, kakak-kakakku tersayang, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.
11.Buat Rizky (alm), Doni (alm), Reza (alm) dan Edo, kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang tak tergantikan dalam hidupku. Persahabat-sahabatan kita tak akan pernah hilang dan memudar.
(10)
x
12.Buat Ika (alm) yang selalu mendoakan aku dari surga, kamu selalu di hatiku dan selalu menjadi inspirasiku.
13.Seluruh sahabat angkatan 2005 (Riri, Tri, Rina, Andri, Marsya, Lilis, Galuh, Asih, Widi, Villa, Setya Rini, Novi, Whilda, Dwi, Lik Kis, Mas Eka, Lek Kris, Chopy, Rita, Katarina, Maya, Madam, Mas Adi, Tia, Didot, Febran, Yansen, Yanto, Itok, Budiman, Robert, Merry, Boim, Wulan, Mas Bangkit, Singgih, Mas Filip, Ferry, Arnon, Titex, Candra, Leni, Kurnia, Vivi, Eka Fansiska, Yuni, Siska, Era, Vita, Ida, Selly, Lely, Mita, Luci, Santy, Niken, Rini). Terima kasih atas bantuannya selama ini.
14.Teman-teman di pingit yang selalu memberikan semangat sehingga saya berhasil menyelesaikan sekripsi saya. (RILEX)
15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Penulis,
Gede Wija Kusuma
(11)
xi
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI
2 YOGYAKARTA: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Gede Wija Kusuma 051334075
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind
map. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA BOPKRI 2
Yogyakarta dengan jumlah 18 siswa, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah media mind map. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh randahnya motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR (61%), siswa sering tidur dan keluar masuk kelas ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya prestasi dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (40,21)
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya. Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat mind map, menyiapkan lembar observasi dan penilaian. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa di kelas serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan selajutnya mengadakan observasi dokumen. Refleksi dilakukan dengan menganalisis data observasi dan penilaian dengan menggunakan indikator tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel prestasi dengan indikator nilai rata-rata 60,0 pada siklus I serta nilai rata-rata 70,0 pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media mind map dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Pada siklus I, peningkatan motivasi tercapai dengan deskriptor tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) dengan rata-rata (56,05); dan (22,22%) siswa berani menyampaikan hasil diskusi secara kelompok denga teman sebangkunya, sedangkan pada siklus II motivasi siswa berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata (55,7); dan (27,78%) siswa berani maju ke depan untuk menjelaskan kembali dengan menggunakan media mind map. Peningkatan prestasi terjadi dari situasi awal nilai rata-rata ulangan harian (40,21) menjadi (57,64) pada siklus I dan (74,31) pada siklus II.
(12)
xii
ABSTRACT
THE USE OF MIND MAP MEDIA TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND PERFORMANCE OF THE TENTH GRADE B STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA: A
CLASS ACTION RESEARCH
Gede Wija Kusuma 051334075
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
This research aims to improve learning motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta through the use of mind map media. The subjects of the study were18 students of tenth grade B BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta while the object of study was the use of mind map media. The rationale of this study was the low motivation and the performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. The low motivation could be indicated from the high percentage of student who did not complete their homework (61%), students sleeping in the clasroom, going into and out the clasroom during class activities, and the low performance was indicated by the low a daily test result of 40,21.
The processes of the data analysis in this research were planing path, action implementation, observation and reflection for each cycle. During the planing stage, the researcher made the mind map, prepared the observation and evaluation sheets. During the implementation teacher and the student actions were observed in the clasroom to evaluate the action implementation, and the document observation were carried out. The reflection was carried by analyzing the observation data and evaluating results with high indicator (in accordance with PAP II comput ation) for motivation variable, while for performance variable the indicator of mean a was 60.0 at cycle I and mean of 70.0 at cycle II.
Based on the results of clasroom action observation being carried out, it is concluded that the use of mind map media is able to improve the motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. At cycle I, the motivation improvement was achieved with a high description (in accordance with PAP II computation) with mean score was 56.1 and 22.22% of the students brave enough to present their group and paired discussion result, while at cycle II the students motivation was at a high category with the mean score of 55.7 and 27.78% of the students courage brave enough to present and explain the material in front of other students in the classroom using the mind map. The improvement of performance ocurred from daily a test result average marks of 40.21 to 57.64 at cycle I and 74,31 at cycle II
(13)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DARTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Batasan Masalah ... 9
D.Rumusan Masalah ... 9
E.Tujuan Penelitian ... 10
(14)
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 12
B. Mind Mapping ... 17
C.Motivasi ... 21
D.Prestasi ... 26
E.Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi ... 27
F. Belajar ... 28
G.Media ... 32
H.Kerangka Berpikir ... 42
I. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subyek Penelitian ... 45
D. Data yang dibutuhkan ... 45
E. Variabel ... 46
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48
G. Pengumpulan Data ... 49
H. Prosedur Penelitian ... 51
I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 56
BAB IV HASIL OBSERVASI A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 62
(15)
xv
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 66
C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67
D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 68
E. Organisasi Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 78
F. SDM SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 88
G. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 91
H. Kondisi Fisik dan lingkungan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.... 92
I. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi lain ... 96
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 98
B.Pembahasan ... 118
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 122
B.Saran ... 123
C.Keterbatasan Penulis ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket Kuesioner ...47
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi ...57
Tabel 3.3 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ...61
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...61
Tabel 4.1 Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...68
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...88
Tabel 4.3 Data Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...91
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklu I ... 104
Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus I ... 106
Tabel 5.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I ... 107
Tabel 5.4 Daya Serap Siklus I ... 108
Tabel 5.5 Hasil Observsi dan Tidakan Siklus I ... 109
Tabel 5.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklus II ... 112
Tabel 5.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus II ... 114
Tabel 5.8 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II ... 115
Tabel 5.9 Daya Serap Siklus II ... 116
(17)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 7 Gambar 4.1 Struktur Orgaisasi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...79
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Kuesioer ... 129
Lampiran 2 Perhitungan Manual ... 133
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 145
Lampiran 4 Silabus dan RPP ... 146
Lampiran 5 Mind Map ... 163
Lampiran 6 Surat Ijin ... 164
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang sedang gencar dalam melaksanakan pembangunan. Usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab dunia pendidikan demi mempersiapkan peserta didik yang makin berperan dalam peningkatan profesionalismenya. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2002:21). Kegiatan belajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna meningkatkan pengetahuan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur itu menimbulkan adanya interaksi edukatif. Pada hakekatnya belajar adalah “perubahan”, maka hakekat belajar mengajar adalah “pengaturan” yang dilakukan oleh guru (Syaiful, 2002:32). Wadah yang digunakan untuk belajar tersebut adalah sekolah.
Seorang guru harus menyadari apa yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat mengantar anak didik sampai ke tujuan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, berdasarkan
(20)
Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, yaitu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran sesuai perkembangannya. Perubahan yang dilakukan oleh guru antara lain dapat memperbaiki kondisi lingkungan belajar, perubahan metode mengajar, pemberian PR secara rutin, maupun penggunaan media pembelajaran yang dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran karena sesuai dengan taraf berpikir siswa. Tahap berpikir siswa dimulai dari cara berpikir sederhana ke cara berpikir yang kompleks. Dengan menggunakan media hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal yang kompleks dapat disederhanakan. Dengan demikian, pengaruh media dalam pembelajaran oleh peserta didik begitu besar sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku.
Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, yang sering terjadi adalah jarangnya penggunaan media dalam pembelajaran ekonomi. Dalam peroses belajar mengajar ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA), pada umunya berorientasi pada terselesaikannya materi yang tercantum dalam kurikulum, siswa hanya hafal secara verbal. Yang sering terjadi adalah siswa hanya hafal sesaat dan setelah digunakan untuk tes akan terlupakan. Untuk menghafal itupun siswa seringkali mengalami kesulitan dan hambatan dalam
(21)
menghafal. Padahal kurikulum yang ditetapkan pada saat ini adalah kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal ini adalah dengan membuat peta pemikiran atau mind map.
Dengan menggunakan peta pikiran ini catatan bisa diringkas dengan berupa kesimpulan, serta materi dapat diingat dengan cepat karena catatan dapat dibuat secara sistematik. Dengan menggunakan media mind map diharapkan siswa dapat merasa senang dalam mengikuti pelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Dengan demikian, kualitas pendidikan dan pengajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan media Mind Map (Wicoff, 2005:44).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Agustus 2009 dikelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut tergolong dalam tiga kelompok, yaitu siswa berprestasi tinggi, siswa berprestasi sedang, dan siswa berprestasi rendah. Demikian pula untuk motivasinya, ada yang mempunyai motivasi tinggi, motivasi sedang, dan ada pula yang mempunyai motivasi rendah. Dari pengamatan tersebut juga terlihat beberapa masalah
(22)
yang muncul berkaitan dengan motivasi dan prestasi. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Kondisi Siswa
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menghafal materi mata pelajaran ekonomi. Hal ini dapat peneliti lihat dari banyaknya siswa yang mengeluh terhadap mata pelajaran ekonomi karena materi terlalu banyak dan bersifat hafalan. Karena banyaknya materi yang bersifat hafalan, sebagian siswa rajin mencatat karena dirasa bahwa catatan yang banyak adalah catatan yang lengkap dan lebih mudah untuk dihafalkan. Akan tetapi ada sebagian siswa justru cepat merasa bosan dan malas untuk mencatat. Selain itu kebanyakan siswa kurang serius dan kurang fokus ketika mengikuti pelajaran ekonomi. Ini bisa dilihat ketika pelajaran berlangsung, kebanyakan siswa ngobrol dengan teman duduknya, ada yang sibuk menggambar, bermain hand phone, bahkan ada yang pindah-pindah tempat duduk ketika guru lagi menjelaskan materi. Siswa-siswanya juga kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Ini terlihat tidak adanya siswa yang mau bertanya atau mengemukakan pendapat. Ketika disuruh mengerjakan contoh soal tidak ada yang mau maju kalau tidak disuruh dan dipanggil oleh guru. Hal-hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi motivasi dan prestasi siswa. Untuk itu perlu ditingkatkan motivasi dalam belajar siswa yang tentu saja akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(23)
2. Kondisi Guru
Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guru terlalu mengutamakan ringkasan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) sebagai media dalam pembelajaran, guru juga jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang dibahas, sehingga guru tidak tahu apakah siswa benar-benar paham terhadap materi yang sedang dibahas. Begitu juga sebaliknya guru jarang memberikan pertanyaan kepada kelas maupun kepada setiap siswa. Hal ini akan membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang mau berpikir. Selain itu guru tidak pernah memberikan tugas untuk meringkas sesuai dengan kreativitas yang dimiliki oleh siswa, yang sering dilakukan oleh guru hanya memberikan tugas berupa soal tentang pokok bahasan yang baru saja diberikan. Hal yang terjadi siswa tidak mengerjakan tugas itu dengan kemampuannya sendiri, akan tetapi hanya saling mencontek pekerjaan teman. Hal ini membutuhkan kreativitas dari guru dalam mengajar agar tidak ada gambaran negatif terhadap mata pelajaran ekonomi yang sebagian besar materinya berupa hafalan.
Dari uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA MIND
MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI
(24)
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan, dimana penggunaan media dalam belajar merupakan salah satu komponennya. Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan media dalam belajar sangat penting dalam pembentukan belajar.
Proses identifikasi masalah dilaksanakan melalui prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang secara sederhana nampak dalam alur pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah:
(25)
Sumber ( Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Guru melaksanakan serangkaian pembelajaran di kelas yang telah direncanakan kurang lebih sama dengan kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan oleh guru. Rencana tindakan guru tersebut dilaksanakan melalui tindakan-tindakan observasi di kelas, wawacara dengan siswa, dan observasi dokumen berupa catatan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru adalah:
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Siklus I Refleksi
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
(26)
1. Pada saat memulai pelajaran guru memberikan umpan balik (feedback) untuk mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya, tetapi siswa tidak diminta untuk membuat catatan ringkasan sesuai dengan kreativitas siswa. Siswa kurang siap dalam menerima pelajaran karena tidak mempersiapkan materi.
2. Dalam menerangkan pelajaran, guru melibatkan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan secara klasikal. Sebagian siswa menjawab secara serentak sehingga suasana kelas terlihat gaduh. Interaksi antar siswa dalam tanya jawab belum ada.
3. Pemanfaatan media oleh guru masih kurang. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan cenderung mengalami kebosanan.
4. Dalam mengerjakan soal, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara pribadi atau berdiskusi dengan temannya. Guru berkeliling di kelas untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru jarang meminta siswa untuk menampilkan hasilnya di papan tulis.
5. Siswa lebih memperhatikan jika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan di papan tulis,
6. Rendahnya motivasi belajar siswa karena pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru jarang dikerjakan siswa. Siswa berbicara dengan teman sebangku dan bermain hand phone ketika pelajaran berlangsung.
(27)
7. Siswa cenderung tidak bertanya meskipun sebenarnya kurang jelas. Mereka lebih berani bertanya pada saat siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.
8. Siswa merasa senang jika guru memperhatikan hasil pekerjaan siswa dengan memberikan dorongan dan pujian.
9. Prestasi siswa cenderung dapat dikatakan rendah yang dapat dilihat melalui nilai ulangan harian yaitu dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 6 serta nilai rata-rata kelas 40,21.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, tidak semua masalah akan dicakup sekaligus. Peneliti membatasi pada masalah-masalah yang dapat segera diatasi guru dengan serangkaian tindakan yang sesuai dengan kondisi yang ada selama ini yaitu masalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dari penelitian tindakan ini dapat ditarik rumusan masalah: Apakah penggunaan media mind map akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta?
(28)
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Bagi guru
Hasil dari penelitian ini dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan motivasi serta prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa/siswi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mempermudah mereka dalam memahami materi dan meningkatkan motivasi serta prestasi belajarnya.
3. Bagi Peneliti/penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang lebih baik sehingga bermanfaat dalam membantu guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memberikan dukungan pada guru dalam pelaksanaan
(29)
kegiatan belajar mengajar penggunaan media belajar, khususnya media mind map sebagai salah satu cara memecahkan masalah pembelajaran yang terkait dengan motivasi dan prestasi belajar yang rendah.
5. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk menambah referensi dalam pengembangan pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas, khususnya penggunaan media pembelajaran.
(30)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari
Classroom Action Research (CAR), yakni suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Suharsimi Arikunto:2-3)
1. Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan kegiatan mencermati suatu objek dengan cara menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
(31)
3. Kelas
Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Selain itu dalam website PPPG tertulis Bandung Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Jadi dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok siswa pada waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
(32)
berkesinambungan, tujuan ini melekat pada diri guru dalam penunaian misi profesional kependidikan. Peningkatan ini dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi. Selain tujuan yang tertulis diatas Penelitian Tindakan Kelas juga bertujuan meningkatkan kinerja-kinerja yang dilaksankan oleh guru, mengidentifikasi, menemukan solusi dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas, menghasilkan dan mengeksplorasi inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran misalnya metode, strategi, pendekatan dan media.
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakannya. Hal yang terkait dengan komponen tindakan pembelajaran antara lain :
1. Inovasi Pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari persoalannya tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
(33)
2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan kelas.
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum Penelitian Tindakan Kelas sangat bermanfaat sebagi salah satu masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. Penelitian Tindakan Kelas dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiris, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritis.
3. Peningkatan Profesionalisme Guru
Guru yang profesional tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan kemudian meningkatkannya secara profesional menuju kearah perbaikan-perbaikan.
Model PTK secara umum dilakukan melalui proses yang berulang-ulang, dimana pada setiap siklus terdiri dari 4 langkah sebagai berikut :
(34)
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan. Selain itu kita juga harus mempersiapkan skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, serta mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, dan yang terakhir mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa yang melakukan, apa, kapan, di mana, dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
3. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan. Secara umum kegiatan observasi dilakukan dengan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
(35)
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi sebagi akibat adanya tindakan yanag dilakukan.
B. Mind Mapping
1. Pengertian Mind Mapping
Metode mecatat yang baik harus membantu mengingat, meningkatkan pemahaman, dan membantu mengorganisasikan materi. Peta pikiran (mind map) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4). Catatan yang dibuat tersebut membentuk gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah dan subtopik serta perincian mejadi cabang-cabangnya.
Membuat catatan dengan mind map sangat menyenangkan dan dapat mengurangi tingkat kebosanan dalam belajar. Motivasi merupakan kata kunci untuk mencapai sukses dari pada melihat sesuatu yang membosankan. Mind map terbaik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol, sehingga biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan mudah diingat dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang menarik. Selain memudahkan untuk megingat, penggunaan gambar
(36)
dan simbol dengan warna tersebut akan mengurangi tingkat kebosanan siswa (Svatensson, 2004:106).
2. Cara membuat Mind Map
Materi dapat dicatat dengan cepat dan efisien dengan membuat
mind map pada saat kegiatan belajar mengajar. Adapun cara-cara
untuk membuat mind map adalah (Buzan, 2008:15):
a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan vertikal atau horizontal.
b) Gunakanlah gambar atau foto untuk ide sentral anda.
c) Gunakanlah warna, karena warna akan membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif.
d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya.
e) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus. f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g) Gunakan gambar.
3. Kiat dalam membuat Mind Map
Dalam membuat mind map diperlukan beberapa kiat. Adapun kiat dalam membuat mind map tersebut adalah (Porter, 2004:177):
(37)
a) Gunakan warna yang berbeda untuk setiap topik utama atau gunakan warna yang berselang-seling.
b) Tunjukkan asosiasi dengan menggambarkan panah antara
cabang-cabang.
c) Kembangkan stemo sendiri untuk menggunakan gambar simbol
dan singkatan.
d) Atur informasi dan urutan secara kronologis dengan menomori
cabang-cabang.
Agar siswa dapat belajar lebih cepat dan efektif, maka siswa harus menguasai lima keterampilan yang merangsang untuk belajar. Lima keterampilan yang merangsang untuk belajar tersebut adalah (Porter, 2004:178):
a) Konsentrasi fokus b) Cara mencatat
c) Organisasi dan persiapan tes
d) Membaca cepat
e) Teknik mengingat
Siswa akan dapat secara sukses dalam menerima pelajaran jika guru mengajari cara berkonsentrasi, mencatat yang efektif, belajar
(38)
untuk menghadapi ujian, meningkatkan kecepatan membaca, dan kemampuan untuk menghafal.
4. Manfaat Mind Map
Mind Map mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat
mind map tersebut antara lain (Porter, 2004:179):
a) Mind Map sangat berguna untuk sesi curah gagasan, terutama saat siswa bekerja kelompok dan banyak orang mengusulkan gagasan.
b) Informasi dapat direkam dengan cepat .
c) Mind Map dibuat agar sesuai dengan lompatan yang terjadi dalam pikiran, sebab peta pikiran bekerja seperti otak, benar-benar mendorog wawasan dan gagasan cemerlang.
d) Dalam mengerjakan tugas menulis yang menantang, peta pikiran membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran.
5. Unsur-unsur Pemetaan Pikiran
Teknik pemetaan pikiran merupakan satu keterampilan yang efektif dalam belajar. Dalam pemetaan pikiran tersebut terdapat beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pemetaan pikiran adalah sebagai berikut (Wicoff, 2005:67):
a) Fokus pusat yang berisi citra atau lambang gambar masalah atau informasi yang dipetakan, diletakkan di tengah halaman.
(39)
b) Gagasan dibiarkan mengalir bebas tanpa penilaian. c) Kata-kata kunci digunakan untuk menyatakan gagasan. d) Hanya kata kunci yang ditulis perbaris.
e) Gagasan kata kunci dihubungkan ke fokus pusat dengan garis.
f) Warna digunakan untuk menerangi dan menekankan pentingnya
sebuah gagasan.
g) Gambar dan lambang digunakan untuk menyoroti gagasan dan
merangsang pikiran agar membentuk kaitan yang lain.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Dalam bahasa latin, kata motivum menunjukkan bahwa ada alasan tentang mengapa sesuatu itu bergerak. Motivasi adalah salah satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar (Wuryani, 1989:143). Motivasi dalam belajar tidak hanya merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa untuk mencapai tujuan belajar. Thomas L Good dan Jere B Brophy (1986) yang dikutip dalam buku Motivasi dalam Belajar mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tigkah laku (Prayitno, 1989:10).
Menurut Ngalim Purwanto (1984:70) pada umumnya motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu
(40)
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Motivasi tidak lepas dari adanya rangsangan. Rangsangan dapat dalam bentuk hadiah atau hukuman yang diberikan oleh guru. Motivasi juga menyangkut kebiasaan yang telah dimiliki oleh siswa. Kebiasaan bekerja yang baik dapat memperkuat motivasi, seperti kebiasaan menyelesaikan tugas atau pekerjaan sampai tuntas, kerja keras, rapi dan tepat waktu (Prayitno, 1989:9).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan untuk memahami dan mengembangkan motivasi siswa, guru hendaknya mampu membangkitkan kebutuhan siswa akan berprestasi. Untuk itu, guru harus membangun dan mengembangkan kebiasaan yang baik dalam diri siswa.
2. Tipe-tipe Motivasi a) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) idividu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Individu yang melakukan kegiatan didorong oleh motivasi
(41)
intrinsik, maka kegiatannya adalah untuk mendapatkan tujuan yang merupakan hasil kegiatan itu (Prayitno, 1989:10-11).
Grage dan Berlin (1988) dalam Prayitno (1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasya lebih baik dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitasnya yang tinggi dalam belajar.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar (Winkel, 1984:27). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya ada di dalam diri siswa untuk belajar, dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktifitas belajar itu sendiri (Prayitno, 1989:14).
Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah dan memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik disamping itu perlu diingat pula bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik yang pada mulanya sudah ada tetapi kalau sering diberi hadiah maka motivasi intrinsik itu akan menurun (Prayitno 1989:15).
(42)
3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa motivasi yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi siswa merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1984;27).
4. Ciri-ciri Orang Yang Termotivasi
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, walaupun seringkali mengalami kegagalan, justru akan tetap dapat meningkatkan motivasinya kembali. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mempuyai ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1996:88):
a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama.
b) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa. c) Tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah diperoleh.
(43)
d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.
e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
g) Tidak mudah melepas apa yang diyakini.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah.
5. Usaha Untuk Meingkatkan Motivasi
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya adalah (Irawan, 1995:28): a) Setiap subyek yang diajarkan perlu dibuat menarik, setiap proses
belajar harus dibuat aktif, yaitu dengan mengajak siswa menemukan atau membuktikkan sesuatu, dan sedapat mungkin berguna.
b) Terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras.
c) Siswa harus tahu apa yang dikerjakan, dan bagaimana mereka
harus mengetahui bahwa tujuan telah tercapai.
d) Guru harus memperhitungkan perbedaan individual antar siswa dalam hal kemampuan, latar belakang, dan sikap mereka terhadap sekolah dan subyek tertentu.
(44)
e) Usaha untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu kebutuhan rasa aman, psikologis, diakui oleh kelompoknya serta penghargaan dengan jalan :
1) Memperhatikan kondisi fisik siswa.
2) Memberi rasa aman.
3) Menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka.
4) Mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga
setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.
5) Membuat siswa menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak lagi, dengan cara :
a. Menghubungkan subyek yang diajarkan dengan
orang-orang yang disenangi dan dikagumi di masyarakat.
b. Mengatur kondisi belajar sedemikian rupa sehingga
mereka merasa betah dan senang.
c. Menimbulkan perasaan bahwa mereka berhasil dengan
baik dalam proses belajarnya.
D. Prestasi
1. Pengertian Prestasi
Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai hasil usaha
(45)
(Arifin, 1990:2-3). Sedangkan WS Winkel (1985:16) prestasi didefinisikan sebagai suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh seseorang dari hasil yang dilakukan.
Pengungkapan perubahan tingkah laku dari hasil usaha sangatlah sulit. Hal itu disebabkan perubahan hasil belajar itu tidak ada yang bersifat intangiable atau tidak dapat diraba (Muhibbinsyah, 1995:150). Prestasi tersebut dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes.
2. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimya ditunjukkan dengan hasil tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Surakhmad, 1990:70).
E. Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi
Pengajaran yang dilakukan oleh guru merupakan bagian dalam pendidikan yang tidak dapat terpisahkan. Proses interaksi antara guru dengan siswa harus merupakan proses dan interaksi pendidikan, yang merupakan proses dan interaksi edukatif. Adapun ciri-ciri interaksi edukatif adalah (Sumaatmaja, 1984:71):
(46)
1. Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai (guna menjawab pertanyaan “untuk apa?”)
2. Ada bahan yang menjadi proses (“dengan materi yang mana?”) 3. Ada pelajar yang aktif mengalami (“ditunjukan pada siapa?”)
4. Ada guru yang melaksanakan (“diselenggarakan oleh siapa?”). Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan (“bagaimana caranya?”)
5. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional (“dalam keadaan yang bagaimana?”)
Dengan diungkapkan konsep edukatif interaksi tersebut di atas menjadi jelas bahwa mengajar bukanlah suatu pristiwa dan usaha yang terbuka. Mengajar merupakan peristiwa dan usaha yang terbimbing dan terikat oleh tujuan, materi, sasaran, pelaksanaan, metode dan situasi tertentu.
F. Belajar
1. Pengertian Belajar
Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat menunjang perkembangannya.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat sisaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan
(47)
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar (Winkel, 1987:35).
Definisi belajar berbeda menurut teori yang dianut. Secara tradisional belajar dapat menambah pengetahuan, yang diutamakan adalah aspek intelektual. Pendapat lain yang lebih populer ialah memandang belajar dengan perubahan kelakuan.
Seseorang belajar bila ia ingin melakukan kegiatan sehingga kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumya tidak bisa dilakukan. Ia menghadapi situasi dengan cara lain. Kelakuan harus kita pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan, keterampilan, minat, penghargaan, sikap dan lain-lain. Jadi, belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nasution, 2003:59).
2. Prinsip-prinsip Belajar
Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Gestalt (Nasution, 2003:72-80) adalah :
a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Pendidik-pendidik modern berpendapat bahwa mata pelajaran-mata pelajaran kurang manfaatnya sebab tidak berdasarkan keseluruhan ini. Itu sebabnya orang berusaha untuk mengadakan
(48)
hubungan antara berbagai mata pelajaran yang disebut korelasi antara mata pelajaran. Hal ini malahan dapat meniadakan segala batas-batas antara mata pelajaran-mata pelajaran dengan mengintegrasikannya.
b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Sekolah hendaknya dijadikan bukan hanya tempat anak mempelajari berbagai ilmu, akan tetapi juga tempat mereka hidup dan belajar hidup. Kurikulum sekolah disesuaikan dengan apa yang diperlukan anak bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian dicegah adanya jurang yang sering terdapat antara sekolah dengan kehidupan di luar sekolah untuk mencapai integrasi siswa.
c) Belajar berkat insight
Dengan insight dimaksud suatu saat dalam proses belajar, sewaktu seseorang melihat dan mendapat pengertian tentang seluk beluk sesuatu, atau melihat hubungan tertentu antara unsur-unsur dalam suatu situasi yang mengandung suatu problema atau kepelikan. d) Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar memberikan hasil sebaik-baiknya bila didasarkan pada pengalaman. Pengalaman merupakan suatu interaksi yakni aksi dan reaksi, antara individu dengan lingkungan. Individu menjalani
(49)
pengaruh dari lingkungan. Jadi ada aksi dari lingkungan terhadap individu, akan tetapi sebaliknya individu beraksi terhadap pengaruh lingkungan itu.
e) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Manusia adalah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang menurut cara-cara tertentu. Kita tidak dapat mengajarkan semua sesuatu yang kita kehendaki. Anak-anak baru dapat mempelajari dan mencernakannya bila ia telah matang untuk pelajaran itu. Kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan melalui kematangan atau taraf pertumbuhan batiniah, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, yakni oleh pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh.
f) Belajar adalah proses yang kontinu
Kontinuitas diusahakan dengan meniadakan adanya tinggal kelas. Anak yang tinggal kelas tidak kontinu pelajarannya, oleh sebab itu ia harus mengulangi bahan yang sama selama satu tahun. Kurikulum hendaknya disusun sedemikian, sehingga setiap anak terus maju sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kontinuitas harus pula ada dalam pelajaran sekolah rendah, menengah dan tinggi. Seperti anak yang maju dari kelas satu ke kelas berikutnya.
(50)
Demikian pula anak itu harus pula maju dari sekolah rendah ke sekolah menengah dan seterusnya.
g) Belajar lebih berhasil bila dengan minat, keinginan dan tujuan anak
Hal ini tercapai apabila pelajaran itu langsung berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari atau apabila mereka tahu dan memerima tujuannya. Akan tetapi dalam hubungannya dengan cita-cita anak itu, ia yakin akan ada faedah bagi kehidupannya dan karena itu ia giat belajar. Dikatakan anak itu didorong oleh motivasi yang intrinsik, sebab ia ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam pelajaran itu sendiri.
G. Media
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dalam proses belajar mengajar, media mempunyai arti yang sangat penting. Media merupakan wahana penyalur informasi atau penyalur pesan (Syaiful, 2002:136). Dengan penggunaan media tersebut, materi akan lebih mudah disampaikan oleh guru, pelajaran juga diharapkan mudah dicerna oleh siswa.
(51)
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu disampaikan oleh guru melalui kalimat, keabstrakan bahasa dapat dikonkritkan melalui media. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mencerna materi dari pada tanpa bantuan media. Penggunaan media dapat dipergunakan sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar (Mulyasa, 2002:136)
a) Media sebagai Alat Bantu
Tanpa batuan media, maka bahan pelajaran sulit untuk dipahami oleh setiap siswa. Bagi pelajaran yang rumit, penggunaan media ini akan sangat bermanfaat, mengingat setiap pelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Penggunaan media juga dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa tidak cepat bosan dalam menerima pelajaran. Sebagai alat bantu, media berfungsi sebagai pelicin jalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan bantuan media diharapkan dapat menghasilkan proses dan hasil yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media. Untuk itu, guru harus mempertimbangkan media yang dapat menunjang proses pembelajaran.
(52)
b) Media sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik (Syaiful, 2002:138-139). Syarifudin (1991) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media masa, alam atau lingkungan, dan media pedidikan. Karena itu, sumber belajar segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pelajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Sayiful, 2002:139).
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru dalam memperkaya pengetahuan anak didik. Macam, bentuk, dan jenis pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu bagi anak. Akan tetapi, penggunaan media masih jarang dilakukan. Salah satu menjadi penyebab adalah terbatasnya dana untuk membeli media tersebut. Untuk itu, guru cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. 2. Fungsi Media
Menurut Derek Rowntrie (1982:168) yang dikutip oleh Dientje Rumampuk (1988:12) menyebutkan fungsi media sebagai berikut : a) Engage the student’s motivation (membangkitkan motivasi belajar) b) Recall Earlier learning (mengulang apa yang telah dipelajari) c) Provide new learning stimuli (menyediaka setimulus belajar) d) Actvate the student’s response (mengaktifkan respon siswa)
(53)
e) Give speedy feedbck (memberikan balikan dengan cepat)
f) Encourage appropriate practice (menggagalkan latihan yang serasi)
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media mempunyai nilai praktisnya sebagai berikut (Rumampuk, 1988:12-13):
a) Media pendidikan dapat membangkitkan motivasi belajar.
b) Media dapat membuat konsep yang abstrak mejadi konkrit,
misalnya dalam menjelaskan sejarah dengan film, grafik dan lain-lain.
c) Media dapat menghilangkan batas-batas ruang kelas misalnya
dalam menampilkan obyek yang terlalu besar seperti Candi Borobudur atau pasar.
d) Media dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa yang mampu seperti pegalaman terhadap film, TV, dan lain-lain.
e) Media dapat menampilkan obyek yang terlalu kecil untuk diamati secara langsung seperti molekul atau sel dapat digunakan gambar,
slide, film dan sebagainya.
f) Media dapat menggantikan penampilan obyek yang berbahaya
atau sukar dibawa ke ruang kelas seperti letusan gunung berapi, binatang buas dan sebagainya, dapat digunakan film atau slide, gambar dan lain-lain.
(54)
h) Media dapat menyajikan pesan secara serempak.
i) Media dapat menyajikan benda atau peristiwa masa lampau, seperi film perang kemerdekaan.
j) Media memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
k) Media dapat mengatasi pengamatan terhadap obyek yang sangat
kompleks misalnya cara kerja sistem listrik pada pesawat terbang atau tentang organ tubuh.
l) Media dapat mengatasi penampilan obyek yang terlalu cepat
terlalu halus untuk di dengar misalya suara-suara yang terlalu kecil.
m) Media bisa mengatasi apabila obyek terlalu lambat gerakannya.
3. Manfaat Media
Dalam Encyclopedia of Educational Research (Hamalik,
1986:27) manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Melekatkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh
karena itu mengurangi “verbalisme”. b) Memperbesar perhatian siswa.
c) Melekatkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih menetap.
(55)
d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini
terutama terdapat dalam gambar hidup.
f) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu
perkembangan kemampuan berbahasa.
g) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar (Sadiman, 1984:16-17).
Media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti
misalnya:
1) Obyek yang terlalu besar dapat digantikan realitas, gambar, film bingkai, film, atau model.
2) Obyek yang kecil dapat dibantu dengan proyek mikro, film
(56)
3) Kejadian yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupu secara verbal.
4) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan time please atau high speed photographi.
5) Obyek yang terlalu komplek dapat disajikan dengan model
atau diagram.
6) Konsep yang terlalu luas.
c) Dengan meggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna untuk :
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan interaksi yang lebih luas langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik untuk belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.
d) Dengan sifat unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bila semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dan
(57)
siswa yang berbeda. Masalah ini juga dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam :
1) Memberikan perangsang yang sama.
2) Menyamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
4. Ciri-ciri Media
Ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut (Hamalik, 1986:22-23):
a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga artinya sesuatu yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera kita. b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat
atau didengar.
c) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau
komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa.
d) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
e) Berdasarkan poin (3) dan (4), maka pada dasarnya media
pendidikan merupakan suatu perantara dan digunakan dalam rangka pendidikan.
(58)
f) Media pendidikan mengandung aspek-aspek: sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
Jadi yang dimaksud media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1986:23).
5. Prinsip-Prinsip Media
Dalam pemilihan media ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (Rumampuk, 1988:19):
a) Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
b) Pemilihan media harus secara objektif bukan semata-mata atas
dasar kesenangan atau sekedar selingan atau hiburan. Hendaknya pemilihan media itu benar-benar berdasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa.
c) Tidak ada satupun media yang dipakai untuk semua tujuan. Tiap-tiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan.
d) Pemilihan media hendakya disesuaikan dengan metode mengajar
yang digunakan, materi pelajaran, mengingat media adalah bagian integral dalam proses belajar mengajar.
(59)
e) Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hedaknya mengenal cirri-ciri media.
1) Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik
lingkungan.
2) Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan gaya atau pola belajar siswa.
Tersedianya sejumlah media pengajaran memberikan sejumlah alternatif kepada guru untuk melihat alat mana yag paling sesuai, dengan melihat keuntungan dan kelemahan dari masing-masing media pengajaran. Adanya alternatif mengenai penggunaan media tersebut didasarkan pada beberapa hasil penelitian mengenai media yang menunjukkan bahwa :
a) Tidak setiap media pengajaran dapat dimanfaatkan untuk
mencapai sembarang tujuan pelajaran.
b) Semua media pengajaran dapat membantu guru dalam
melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pegajaran. Seperti memisahkan, mengontrol atau mengecek, memberikan penguatan dan mengadakan evaluasi. Bahkan ada kemungkinan, media itu mengambil alih fungsi itu.
c) Efektifitas penggunaan media tidak tergantung dari perbedaan
(60)
H. Kerangka Berpikir
Penggunaan media mind map diyakini dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Mata pelajaran ekonomi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya adalah mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa karena sebagain materinya berupa hafalan. Dalam pembelajaran guru terlalu mengutamakan ringkasan yang ada pada lembar siswa sebagai media serta kurang memanfaatkan media yang lain.
Kurangnya media tersebut membuat siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti pelajaran yang berakibat rendahnya motivasi dan prestasi belajar. Rendahnya motivasi dan prestasi belajar tersebut bisa dilihat dari pekerjaan rumah (PR) yang tidak dikerjakan oleh siswa dan nilai rata-rata ulangan harian 40,21. Oleh karena itu guru dituntut untuk memperhatikan cara mengajar dan memecahkan masalah tersebut. Apabila dalam kegiatan belajar mengajarnya guru banyak mengguakan media, maka cara mengajar guru cenderung tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam menerima materi yang berbentuk hafalan tersebut
adalah dengan menggunakan media mind map. Dengan menggunakan
(61)
itu penggunaan media mind map dapat memacu semangat belajar siswa karena siswa dapat membuat media mind map dengan berbagai simbol dan warna-warni yang dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa pada pelajaran Ekonomi akan meningkat.
Indikator peningkatan motivasi dalam penelitian ini adalah dari situasi awal dengan motivasi rendah menjadi motivasi yang tinggi (sesuai dengan perhitungan menggunakan PAP II). Sedangkan untuk variabel prestasi meningkat dari nilai rata-rata ulangan harian 40,21 menjadi paling tidak mencapai nilai rata-rata 60,0 pada siklus I, dan menjadi 70,0 pada siklus II.
I. Hipotesis
Ada pengingkatan motivasi dan pretasi belajar siswa kelas XB
(62)
44
BAB III
METODE PENENLITAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan ini diharapkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan atau untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang ada (Kasbolah, 2001:9).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas karena masalah yang diangkat berdasarkan pada masalah yang terjadi di lapangan. Dalam hal
ini yang diteliti adalah penggunaan media mind map di kelas XB SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diadakan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta. Waktu penelitian ini adalah bulan Oktober-November 2009.
(63)
C. Subyek Penelitian
a. Subyek penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
b. Obyek penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek adalah penggunaan media mind map dalam pembelajaran ekonomi.
D. Data yang dibutuhkan
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu siswa-siswi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XB melalui observasi langsung (pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan observasi dokumen (buku siswa).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data tersebut biasanya diperoleh dengan menyalin data dari guru, yaitu data tentang jumlah siswa, nilai ulangan harian, dan ketuntasan belajar siswa.
(64)
E. Variabel
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003:31).
2. Kategori Kecenderungan Variabel
Kategori kecenderungan variabel dinilai dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan. Penilaian dengan menggunakan PAP II adalah sebagai berikut (Masidjo, 1995:157):
Tingkat penguasaan kompetensi Kategori kecenderungan variabel
81%-100% Sangat tinggi
66%-80% Tinggi
56%-65% Cukup
46%-65% Rendah
Dibawah 46% Sangat rendah
3. Pengukuran Variabel
Data mengenai prestasi diukur dengan membandingkan nilai ulangan harian sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Sedangkan data mengenai motivasi diukur berdasarkan persepsi responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup, dimana responden hanya memilih dari
(65)
alternatif jawaban yang tersedia. Jawaban yang diperoleh dari responden itu bersifat kualitatif, untuk itu diperlukan model skala likert.
Variabel motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan 5 kategori dimana untuk pertanyaan positif (mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif (tidak mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.
Mengenai indikator dan nomor butir pertanyaan dalam kisi-kisi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket motivasi
No Indikator No. item positif No. item negatif
1 Mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
1 9
2 Keinginan untuk berprestasi 5, 7
3 Mampu mengerjakan tugas,
ujian dari guru tanpa bantuan orang lain
2 10
4 Mengerjakan soal-soal yang
ada pada buku pelajaran atau LKS
8
5 Mempunyai keinginan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan
3, 11 6
6 Siswa memperhatikan materi
yang dijelaskan oleh guru
13, 14 12
7 Siswa mempunyai keinginan
untuk mendapatkan tambahan nilai
15
(66)
untuk mendapatkan pujian dari guru atau orang lain
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Mind map
Mind map merupakan media yang dapat memudahkan mengingat
banyak informasi, karena catatan dapat diringkas sehingga dapat memudahkan dalam belajar. Mind map terbaik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol, sehingga biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan mudah diingat dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang menarik.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegairahan dalam belajar, pengaruh dan memperkuat tingkah laku pada kegiatan belajar. Variabel motivasi belajar meliputi ketekunan, adanya keinginan dan keyakinan serta niat yang besar untuk meningkatkan prestasi.
3. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa merupakan tingkat baik buruknya atau keadaan mutu atau hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran ekonomi.
(67)
G. Pengumpulan Data
1. Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini data dikumpulkan lewat observasi langsung (pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan observasi dokumen.
a. Observasi langsung
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Apa yang dikatakan ini adalah pengamatan langsung (Arikunto, 2002:133). Observasi langsung dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada saat kegiatan belajar mengajar dalam bidang studi
Ekonomi dengan menggunakan media mind map.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2003:131). Teknik kuesioner dilakukan dengan membuat pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas
responden mengenai manfaat media mind map untuk kegiatan
(68)
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Wiriatmojo, 2005:117). Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terjangkau oleh observasi dan kuesioner.
Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara dan kuesioner adalah sebagai berikut :
1) Bahwa subjek atau responden adalah yang paling tahu tentang
dirinya sendiri
2) Bahwa apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud dengan oleh peneliti (Hadi, 1986:86).
2. Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar observasi kelas, lembar observasi siswa, kuesioner dan buku siswa.
(69)
3. Jenis Data
Data yang terkumpul dari penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif.
H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, dapat direncanakan serangkaian tindakan yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan media mind map. Oleh karena penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas maka rancangan penelitian ini berupa siklus yang secara garis besar mencakup 4 kegiatan sebagai berikut :
1. Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
3. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan
tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan.
Berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian ini, maka dirancang 2 siklus tindakan:
(70)
Siklus I:
Kegiatan dalam siklus I adalah membahas sub pokok bahasan tertentu. Agar siswa memahami penggunaan media mind map, kegiatan yang dilakukan pada siklus ini adalah:
1. Tahap Perencanaan
a. Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berdasarkan pengamatan guru bersama peneliti terhadap masalah yang dihadapi di kelas.
b. Peneliti membuat peta pikiran (mind map), berdasarkan materi
pembelajaran, guru membuat soal tugas.
c. Peneliti menyusun istrumen pengumpulan data, meliputi : 1) Kriteria keberhasilan berdasarkan pelaksanaan tindakan. 2) Instrumen observasi kegiatan guru dan siswa di kelas. 3) Lembar penilaian tugas siswa.
4) Angket kuesioner. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sudah direncanakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terungkap dalam rumusan masalah. Pada tahap ini guru bertindak sebagai guru kelas dan peneliti bertindak sebagai observer. Kegiatan yang dilakukan adalah:
(71)
b. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya. Guru memantau kegiatan tersebut.
c. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru
memberikan nilai plus sebagai nilai keaktifan siswa.
d. Guru meminta siswa yang lain untuk menanggapi atau menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
e. Peneliti dan guru mengevalusi hasil kegiatan ini, selanjutnya
melakukan refleksi untuk merencanakan upaya perbaikan. 3. Tahap Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran maupun diakhir pembelajaran. Peneliti mengamati hasil pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa di kelas. Hasil pengamatan ini kemudian direfleksikan dan menjadi pertimbangan untuk memperdalam tindakan ini pada siklus berikutnya.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru mengkaji kegiatan sebelumnya, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap observasi. Hasil kajian ini akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam siklus berikutnya.
(72)
Siklus II
Jika dalam siklus I masih ada indikator yang belum tercapai maka siklus tindakan kedua bertujuan untuk menguatkan pemahaman tentang mind map agar indikator peningkatan motivasi dan prestasi tercapai. Serangkaian kegiatan dalam perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil tindakan pada siklus I.
b. Peneliti menyusun istrumen pengumpulan data, meliputi: 1) Kriteria keberhasilan berdasarkan pelaksanaan tindakan. 2) Instrumen observasi kegiatan guru dan siswa di kelas. 3) Lembar penilaian ulangan harian siswa.
4) Angket kuesioner.
5) Lembar catatan bebas untuk wawancara. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sudah direncanakan untuk
memperdalam penggunaan mind map. Pada tahap ini guru bertindak
sebagai guru kelas dan peneliti bertindak sebagai observer. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini:
a. Guru meminta siswa untuk membaca dan membuat mind map tentang materi yang akan dipelajari pada saat itu.
(73)
b. Guru memberikan penguatan dan nilai plus dengan memberikan tambahan nilai 1 kepada siswa yang bersedia menampilkan dan menjelaskan mind map yang dibuatnya sebagai nilai keaktifan siswa.
c. Guru memberikan ulangan harian. Hasil dari tindakan ini menjadi
bahan pemantauan dan evaluasi. Tahap selanjutnya adalah mengadakan refleksi.
Analisis dilakukan setelah guru melaksanakan beberapa siklus penelitian tindakan yang meliputi perencanaan- tindakan- observasi- refleksi. Peneliti akan menganalisis hasil observasi selama siklus berlangsung. Berdasarkan analisis ini dapat dipelajari hasil tindakan guru terhadap hasil proses pembelajaran yang dialami siswa.
Data tentang peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran ekonomi lebih bersifat kuantitatif. Data tersebut dianalisis dengan membandingkan nilai ulangan harian dengan nilai rata-rata kelas waktu sebelum dan setelah proses berlangsung. Sedangkan motivasi belajar siswa lebih bersifat kualitatif yang berupa hasil pengamatan, wawancara, kuesioner, dan buku siswa sehingga data dianalisis dengan metode interpretative.
(74)
I. Teknik Pengujian Instrument Penelitian
1. Uji Validitas
Analisis validitas digunakan untuk menunjukkan tingkat validitas atau
kesahihan butir dengan menggunakan rumus koefesien product moment
dari Pearson. Valid berarti istrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007:172). Penulis menggunakan taraf signifikan (alpha) 0,05 atau 5%. Uji validitas menggunakan sejumlah populasi dengan n = 34 orang yang dijawab oleh responden dengan dk= n-2. Setiap item di dalam uji validitas ini dikatakan valid jika r hitung lebih besar daripada r tabel. Pengujian validitas menggunakan rumus teknik korelasi product moment ( Husein Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:
(
) (
)
( )
∑
(
∑
)
∑
∑
−∑
∑ ∑
− − = 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan:r = koefesien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item
X = skor item
(75)
Dalam pengujian koefesien ini digunakan taraf signifikan 5%. Jika r
hitung > r tabel, maka suatu butir dapat mengukur apa yang diinginkan
(valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir instrument
adalah tidak valid.
Dari hasil pengujian instrumen penelitian diketahui bahwa n = 34 dan
taraf signifikansi (alpha) adalah 0,05 atau 5% sehingga rtabel
Tabel 3.2
dari 0,05 ; 34
adalah 0, 339. Hasil pengukuran validitas untuk variabel motivasi belajar
diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil Pengukuran Validitas Variabel Motivasi
No soal r tabel r hitung Keterangan
1 0.339 0,113 Tidak valid
2 0.339 0,214 Tidak valid
3 0.339 0,360 Valid
4 0.339 0,270 Tidak valid
5 0.339 0,444 Valid
6 0.339 0,118 Tidak valid
(76)
8 0.339 0,596 Valid
9 0.339 0,358 Valid
10 0.339 -0,075 Tidak valid
11 0.339 0,053 Tidak valid
12 0.339 -0,263 Tidak valid
13 0.339 0,527 Valid
14 0.339 0,006 Tidak valid
15 0.339 0,475 Valid
16 0.339 0,560 Valid
17 0.339 0,311 Tidak valid
18 0.339 0,538 Valid
19 0.339 0,387 Valid
20 0.339 0,367 Valid
21 0.339 0,133 Tidak valid
22 0.339 0,087 Tidak valid
23 0.339 0,480 Valid
24 0.339 0,361 Valid
25 0.339 0,383 Valid
26 0.339 0,423 Valid
27 0.339 0,217 Tidak valid
(77)
29 0.339 0,099 Tidak valid
30 0.339 0,345 Valid
Dari hasil pengukuran 30 soal item dapat diketahui bahwa ada 15 soal
valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dan ada 15 item soal.
Item-item soal yang tidak valid tidak dipakai sehingga pada variabel motivasi
belajar yang digunakan untuk penelitian sesungguhnya ada 15 item soal
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Istrumen yang reliabel adalah istrumen yang digunakan untuk beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugioyono, 2007:172). Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas didasarkan pada perhitungan
koefesien alpha(a) dari Cronbach ( Husein Umar, 2003:90) yang
dirumuskan sebagai berikut:
11
r =
−
−
∑
2 2 1 1 t b k k σ σ(78)
Keterangan:
11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2 t
σ = varian total
2 b
σ = jumlah varian butir
Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut (Husein Umar, 2003:91):
2
σ =
( )
nn X X
∑ ∑
2 2Keterangan :
n= jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir
pertanyaan)
Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka
(79)
koefisien alpha lebih kecil dari 0,60 maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2001: 42)
Sebagai pedoman untuk menentukan kehandalan variabel penelitian, digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 1989:167):
Tabel 3.3
Tingkat keterhandalan variabel penelitian
No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan
1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi
2. 0,600-0,799 Tinggi
3. 0,400-0,599 Cukup
4. 0,200-0,399 Rendah
5. <0,200 Sangat Rendah
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi 12.0. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r hitung
Koefisien
Alpha Status Keterangan
(80)
62
Bab IV
Hasil Observasi
A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Sejarah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Yayasan BOPKRI ( Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang didirikan pada zaman perjuangan, tepatnya pada tanggal 18 Desember 1945. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya, Yayasan BOPKRI mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat lembaga pendidikan Kristen yaitu sekolah-sekolah Zending yang diusahakan gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.
Sekolah-sekolah Zending di Yogyakarta pada umumnya siswanya
adalah anak-anak golongan pribumi, sedangkan Vereneging Scholen
menyelenggarakan 4 macam sekolah yaitu: HIS, ELS, HCS dan MCS. Lulusan HIS yang berbahasa pengantar Belanda pada waktu itu mendapat
(81)
penilaian lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah yang memakai pengantar bahasa Jawa atau Melayu. Sekolah-sekolah HIS yang setingkat dengan itu yang terdapat di Yogyakarta misalnya:
1) HIS Bintaran Wetan. 2) HIS Bintaran Kulon.
3) KWS Gondolayu.
4) Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI 1).
5) Christelijke Huishound Schol di Jl. Jend. Sudirman (sekarang SMA
BOPKRI 2).
Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat bernaung di bawah panji Perkumpulan Persekolahan Masehi (PPM). Agar sekolah-sekolah tersebut dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat seorang pengampu yaitu Dr. Sumardi.
Pada masa perang kemerdekaan, umat Kristiani tidak mau ketinggalan, mereka turut berjuang menegakkan dan mengisi kemerdekaan. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) didirikan pada 11 Maret 1945. Dalam konggres yang pertama di Surakarta, diputuskan didirikan lembaga pendidikan dengan nama BOPKRI, dengan Ketua Umum IP. Simanjuntak dan penulis Pujo Suseno. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18 Desember 1945 dengan akte notaris: RM. Wiranto, 11 Mei 1946.
(82)
Adapun asas dan tujuan BOPKRI adalah:
1) Dasar pendidikan BOPKRI adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.
2) Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat
Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan kebudayaan.
3) Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam Negara
Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala macam sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun kejuruan. Dalam Clash II pada 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan BOPKRI telah menutup seluruh sekolahnya baik SR, SGTK, SMP maupun SMA BOPKRI. Kemudian pada Februari 1948, sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di balai Pertemuan Kristen (BPK) sekarang Galeria Mall untuk membicarakan nasib sekolah-sekolah BOPKRI yang menghasilkan kebulatan tekat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan yang bercirikan Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan kehadirannya”.
Pada 29 Juni 1949 Belanda angkat kaki dari Yogyakarta, Pemerintah RI kembali ke Ibu Kota Yogyakarta. Sri Sultan HB. IX selaku Menteri Negara Koordinator Keamanan, pada 5 Juli 1949 menyerukan agar semua sekolah di buka kembali. BOPKRI menanggapi dengan antusias. Diadakan pembentukan BOPKRI baru dengan ketua: Drs. Sudarmono dan Penulis merangkap
(83)
Bendahara: S. Subanu. Dari sekolah-sekolah yang dibuka kembali antara lain adalah SMU BOPKRI 2 Yogyakarta yang ada di jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta.
Sebagai tonggak sejarah BOPKRI Yogyakarta, setelah mengalami pasang surut, pada tanggal 1 Agustus 1949 dinyatakan sebagai hari lahir SMU BOPKRI 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah diakreditasi sebanyak dua kali akhirnya pada tahun 1977 SMU BOPKRI 2 Yogyakarta memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMU BOPKRI 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak Sembilan kali, beliau-beliau tersebut adalah:
1) Margono Paulus (1949 – 1957). 2) Nathanael Daljoeni (1957 – 1963). 3) Eghbert Daniel Yohanes (1963 – 1969). 4) Drs. Widiatmoko Br (1970 – 1971). 5) Purwanto, B.A. (1971 – 1974). 6) Widiarso (1975 – 1977).
7) Drs. Tukidjo, W.S (1977 – 1995). 8) Drs. S. Supadiyono (1995 – 2003). 9) Drs. Priyanto (2003 – 2007).
(84)
B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Visi
Menjadi sekolah yang berkualitas dalam bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan berdasarkan ajaran kasih Tuhan.
2. Misi
a. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, b. Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,
c. Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika, d. Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,
e. Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi
pekerti,
f. Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun masyarakat. 3. Tujuan Sekolah
a. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas
1) Pendidikan umum merupakan Pendidikan dasar dan menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2) Mempunyai orientasi ke depan yang berupa tujuan pendidikan yaitu mengembangkan multi kecerdasan kepada peserta didik yang heterogen baik dengan cara klasikal maupun program
(1)
170
Lampiran VI
Surat Ijin
(2)
(3)
(4)
174
Lampiran VII
Dokumentasi
(5)
(6)