ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN VARIAN RETURN SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.
MINUMAN YANG GO PUBLIK DI
BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
MAX KHARISTO RATAG
0512010028/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan karuniaanya,, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Volume Perdagangan Saham Dan Varian Return Saham Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan baik dan dengan kesungguhan hati.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(3)
ii
4. Ibu Dra. Ec. Hj. Luky Susilowati, MP., sebagai dosen pembimbing utama yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Ucapan terima kasih kepada Keluargaku, Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan baik moral maupun materiil dengan tulus iklas.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.
Surabaya, Oktober 2010
(4)
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 8
2.2.1. Pasar Modal Efisien ... 2.2.1.1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak form) ... 9
2.2.1.2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form) ... 9
2.2.1.3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form) ... 11
2.2.2. Gambaran Umum Saham ... 11
2.2.2.1. Pengertian Saham ... 11
(5)
2.2.2.4. Analisis Saham ... 22
2.2.3. Gambaran Umum Dan Pengertian Spread Harga Saham ... 27
2.2.4. Teori Spread ... 29
2.2.5. Gambaran Umum Bid-Ask Spread Saham ... 30
2.2.6. Analisa Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Saham ... 32
2.2.6.1. Volume Perdagangan ... 32
2.2.6.2. Varians Returns ... 34
2.2.7. Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham ... 36
2.2.8. Pengaruh Varians Return Saham Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham ... 37
2.3. Model Konseptual ... 37
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 39
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Populasi Penentuan Sampel ... 40
3.2.1. Populasi ... 40
3.2.2. Sampel ... 41
(6)
3.4. Model Dasar Dan Analisa Data ... 41
3.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 42
3.5.1. Uji Normalitas ... 42
3.5.2. Uji Multikolinieritas ... 43
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 43
3.5.4. Uji Autokorelasi ... 43
3.6. Uji Hipotesis ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 45
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 45
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 45
4.1.3. Gambaran Umum PT. Fast Food Indonesia Tbk ... 46
4.1.4. Gambaran Umum Indofood Sukses Makmur Tbk ... 47
4.1.5. Gamabaran Umum Mayora Indah Tbk ... 48
4.1.6. Gambaran Umum SMART Tbk ... 49
4.1.7. Gambaran Umum PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ... 50
4.2. Penyajian Data ... 50
4.2.1 Variabel Volume Perdagangan (X1) ... 50
4.2.2 Variabel Varians Return (X2) ... 52
4.2.3 Variabel Bid Ask Spread (Y) ... 53
4.3. Analisis Data ... 54
4.3.1. Uji Normalitas ... 54
(7)
4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59 4.4. Pembahasan ... 60
4.4.1. Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Bid Ask Spread ... 4.4.2. Pengaruh Varians Return Terhadap Bid Ask Spread ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 64 5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
Tabel 1.1. Data Bid Ask Spread Perusahaan Makanan Dan Minuman
Tahun 2006 s/d 2008 ... 3
Tabel 2.1. Indeks Saham di BEI ... 18
Tabel 3.1. Sampel Penelitian ... 38
Tabel 4.1. Data Volume Perdagangan Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 51
Tabel 4.2. Data Varians Return Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 52
Tabel 4.3. Data Bid Ask Spread Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 54
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinier ... 56
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 57
Tabel 4.8 Hasil Uji t ... 59
(9)
Gambar 2.2 Proses Penawaran dan Pemasaran Efek di Pasar Perdana dan Pemasaran ... 16 Gambar 2.3 Proses Perdagangan Pada Pasar Sekunder ... 16 Gambar 4.1 Kurva Durbin Watson ... 55
(10)
ix Lampiran 1 : Input Data
Lampiran 2 : Input Data Perusahaan
Lampiran 3 : Data Volume Perdagangan Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 4 : Data Varians Return Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 5 : Data Bid Ask Spread Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 6 : Hasil Uji Normalitas
(11)
BURSA EFEK INDONESIA
Max Kharisto Ratag
Abstraksi
Pasar modal merupakan salah satu lembaga perantara yang menghubungkan pihak membutuhkan dana dengan pihak mempunyai kelebihan dana,kehadiran pasar modal dapat dilihat sebagai wahana alternatif bagi investor dalam berivenstasi. Bid-ask merupakan selisih harga beli tertinggi yang trader (pemegang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan trader bersedia menjual suatu saham.Pengetahuan tentang bid-ask spread sangat perlu bagi investor terutama yang mengharapakan memperoleh capital gain,karen hal ini dipandangi sebagai salah satu komponenn biaya dalam perdagangan saham Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh volume perdagangan terhadap bod-ask spread harga saham dan memperoleh bukti empiris pengeruh varian return saham terhadap bid-ask spread harga saham .
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Volume Perdagangan (X1), Variance Return (X2) dan Spread Harga Saham (Y). Skala pengukuran variabel menggunakan skala rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food yang listing di BEI mulai tahun 2006 sampai tahun 2008. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda (Regresi Linier Multiple).
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham dan return saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham.
Keywords : variance return , volume perdagangan, spread harga saham
(12)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Studi empiris mengenai perilaku pasar saham beserta pelakunya telah banyak dilakukan oleh peneliti, dari berbagai pihak dengan tujuan dan kepentingan masing-masing. Salah satu obyek perilaku pasar saham yaitu tentang perilaku bid ask spread harga saham dengan penyebab adanya serta yang mempengaruhi bid ask spread harga saham.
Pasar modal merupakan salah satu lembaga perantara yang menghubungkan pihak membutuhkan dana dengan pihak mempunyai kelebihan dana. Pasar modal dapat menyalurkan dana baik dari dalam maupun luar negeri. Pasar modal diharap mampu menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan disamping perbankan yang berupa kredit investasi. Kehadiran pasar modal dapat dilihat sebagi wahana dan alternatif bagi investor dalam berinvestasi. Dengan melakukan investasi pada surat berharga, investor mengharp tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari pada hanya menanamkan dana di bank dalan bentuk deposito.
Surat berharga khususnya saham merupakanpilihan investasi yang cukup likuid, karena mudah diperjualbelikan. Seandainya harga saham meningkat, maka nilai perusahaan juga meningkat. Namun demikian ketika harga sahamsutau perushaan turun, maka akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan.
(13)
Bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang trade (pemegang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan trader bersedia menjual suatu saham. Menurut penelitian Stoll (1989) dalam Barbara Gunawan dan Yulia Indah (2005) dinyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari (1) kepemilikan saham (inventory honding), (2) pemrosesan pesanan (order prosessing), (3) asimetri informasi. Biaya kepemilikan menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham.
Pengetahuan tentang bid ask spread sangat perlu bagi investor terutama yang mengharapkan memperoleh capital gain, karena hal ini dipandang sebagi salah satu komponen biaya dalam perdagangan saham. Dalam penelitiannya, Kim dan Ismail (1996) menggunakan variabel bid ask spread ini sebagai ukuran biaya informasi. Bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan dealer bersedia menjual suatu saham. Menurut penelitian Stoll (1989) dalam Barbara Gunawan dan Yulia Indah (2005) dinyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari (1) kepemilikan saham (inventory holding), pemrosesan pesanan (order processing), (3) asimetri informasi.
Biaya kepemilikan sekuritas terdiri dari risiko harga dan opportunity cost yang dihubungkan dengan pemilik saham. Biaya pemrosesan berhubungan dengan biaya untuk mengatur perdagangan, pencatatan transaksi, administrasi, telepon dan sebagainya. Sedangkan biaya informasi adalah biaya yang timbul karena adanya informasi yang tidak dapat didistribusikan secara merata kepada
(14)
semua pelaku di pasar modal Upaya penutup resiko rugi dicerminkan dengan bid-ask spread. Oleh karena itu dealer sebagai pertisipan pasar modal selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan mempertimbangkan kondisi tertentu. Dari ketiga biaya yang melahirkan bis-ask spread adalah biaya pemrosesan.
Berikut adalah data mengenai nilai dari bid-ask spread perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2006 hingga tahun 2008.
Tabel 1.1
Data Bid Ask Spread Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2007s/d 2009
No. Nama Perusahaan Tahun Volume
Perdagangan
Bid Ask Spread
1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2007 2.530.000 0,306 2008 330.000 0,265 2009 1.000.000 0,537 2 Indofood Sukses Makmur Tbk 2007 7.933.000.000 0,760
2008 7.035.000.000 1,183
2009 10.912.000.000 1,262
3 Mayora Indah Tbk 2007 69.920.000 0,446
2008 27.510.000 0,484
2009 73.000.000 1,340
4 SMART Tbk 2007 755.000.000 0,625
2008 6.000.000 1,594 2009 3.000.000 0,983 5 PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2007 981.000.000 1,448
2008 1.507.000.000 0,769
2009 517.000.000 0,437
Sumber : PT.Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tebal tersebut di atas dapat diketahui bahwa pada beberapa perusahaan makan dan minuman tersebut di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai nilai volume terkecil adalah pada PT.Fast Food Indonesia yaitu pada tahun 2008, untuk perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk nilai volume terkecil yaitu pada tahun 2008. Pada perusahaan Mayora Indah Tbk untuk nilai volume terkecil yaitu pada tahun 2008. Dan nilai volume terbesar terletak
(15)
pada perusahaan PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2008. Sedangkan yang memiliki nilai bid ask spread nol terkecil adalah pada PT Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2006, pada perusahaan Mayora Indah Tbk tahun 2008, dan pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2006. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai bid ask spread terbesar adalah SMART Tbk pada tahun 2007. Nilai bid ask spread yang didapat pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki selisih yang tinggi atau rendah, atau bahkan tidak terdapat perbedaan. Penurunan dan peningkatan pada volume perdagangan akan mempengaruhi nilai bid ask spread perusahaan.
Dengan kondisi bid ask spread yang positif seperti di atas menunjukkan bahwa perdagangan surat berharga perusahaan yang aktif dan saham tersebut digemari oleh para investor. Dengan informasi tersebut yang merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi dan keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Volume perdagangan digunakan untuk melihat apakah individu menilai sesuatu melalui informasi, atau informasi bisa menghasilakan suatu keputusan perdagangan. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual-beli saham. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder. Volume perdagangan saham adalah
(16)
keseluruhan nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor dalam mata uang.
Studi Chan dan Seow maupun Miller (1998) dalam Halim dan Hidayat (2000) memberikan bukti empiris mengenai pengaruh negatif terhadap bid-ask spread . berdasarkan penelitian terdahulu tentang bid-ask spread yang ada di latar belakang masalah ini, diperoleh hasil yang berbeda-beda. Dengan dasar itulah, ditemukan alasan yang kuat dan termotivasi utnuk melakukan penelitian mengenai bid-ask spread saham dari industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Alasan memilih perusahaan yang bergerak dalam industri makanan dan minuman karena industri makanan dan minuman akan survive dan paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya, sebab dalam kondisi krisis konsumen akan membatasi konsumsi-nya dengan memenuhi kebutuhan dan mengurangi barang sekunder.
Peneliti mengacu pada penelitian Ambarwati (2008), yaitu menggunakan variabel return saham, volume perdagangan, dan varians return saham untuk mempengaruhi bid-ask spread harga saham. Dilihat dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka judul penelitian ini adalah ”Analisis Pengaruh Volume Perdagangan dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread pada Perusahaan Makanan dan Minuman Go Public”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
(17)
1. Apakah volume perdagangan berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham?
2. Apakah varians return saham berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengeruh volume perdagangan
terhadap bid-ask spread harga saham.
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengeruh varian return saham terhadap bid-ask spread harga saham.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Investor
Penelitian ini diharpkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.
2. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan pembanding dari penelitian yang sejenis dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Halim dan Hidayat (2000) meneliti tentang pengaruh volume perdagangan dan return terhadap bid ask spread saham industri rokok di Bursa Efek Jakarta dengan model korelasi kesalahan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return
saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bid ask speard saham.
Variabel return saham dan varian return saham secara parsial mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan. Sedangkan varibel volume perdagangan saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan.
Sedangkan Ambarwati (2008) meneliti tentang pengaruh volume perdagangan sahamdan varian return saham terhadap bid ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalan indeks LQ 45 periode tahun
2003-2005. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama return
saham, volume perdagangan saham dan variance return mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap bid ask spread.
Penelitian yang dilakukan A. Abhyankar, D. Ghosh, E. Levin dan R. J. Limmack meneliti tentang ”Bid Ask Spread, Trading Volume and Volatility: Intra Day Evidence From The London Stck Exchenge”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa rata-rata bid ask spread menunjukkan bahwa setiap saat
spread sangat tinggi di pasar terbuka, yagn relatif konstan sepanjang hari dan semakin luas pada saat penutupan. Pola serupa terjadi diseluruh sahan dipartisi berdasarkan likuiditas.
(19)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal Efisien
Efficient Market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Robbet Ang, 1997:17). Konsep Efficient Market ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar sudah tergantung faktor informasi yang bersifat historis. Merefleksikan kejadian yang telah diumumkan tetapi belum dilaksanakan seperti saham bonus, tetapi pembagian saham bonus belum dibagikan, dan merefleksikan prediksi atas informasi masa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (1998), bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari segi ketersediaan informasinya saja, tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebu efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan para pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan atau disicionally efficient market.
Kunci utama untuk mengukur pasar modal yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi, dimana informasi yang dapat digunakan untuk meninai pasar yang efisien adalah informasi yang lama. Informasi yang
(20)
sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi private. Fama dalam Jogiyanto (1998), menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk informasi, yaitu:
2.2.1.1.Effisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form)
Pasar dikatakan efisien dalan bentuk lemah, jika harga-harga dari sekutitas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapt menggunakan informasi masa lalau untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal (Ambarwati, 2008:29)
2.2.1.2.Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat, jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perushaan emiten. Semua informasi yang dipublikasikan akan tersebar dan diterima oleh pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga harga secaralangsung dan cepat melakukan penyesuaian dan investor tidak mendaptkan keuntungan yang normal. Informasi yang dipublikasikan antar lain (Ambarwati, 2008:29)
(21)
1. Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini
merupakan informasi dalan bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten.
Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di
perusahaan emiten. Misalnya seperti pengumuman laba, pengumuman
pembagian deviden, pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman
merger dan akuisisi dan lain sebagainya.
2. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekutitas sejumlah perusahaan.
Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regularor yang hanya berdampak pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. Misalnya seperti regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi oleh semua bank. Inforamsi ini akan mempengaruhi secara langsung harga sekuritas tidak sebuah bank saja, tetapi mungkin semua emiten di dalam industri perbankan.
3. Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas semua perusahaan yang
terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contoh regulasi adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan arus kas yang dilakukan oleh semua perusahaan. Regulasi ini akan mempunyai dampak pada harga sekuritas, tidak hanya untuk sebuah perusahaan saja atau perusahaan-perusahaan di suatu industri, tetapi mungkin berdampak langsung pada semua perusahaan.
(22)
2.2.1.3.Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form)
Pasar dikatakan efisien dalan bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua inforamasi yang tersedia termasuk
informasi private. Jika pasar efisien dalan bentuk ini berhubungan satu dengan yang lain, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat
memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai
informasi private (Ambarwati, 2008:29).
Salah satu jenis inforasi private adalah jenis informasi yang berasal dari orang dalam (insider information) yang mempunyai akses atas informasi berharga mengenai keputusan penting yang telah direncanakan oleh perusahaan. Sehingga dengan odal informasi tersebut mereka melakukan analisa dan mengambil posisi transaksi yang sesuai. Pada saat pengumuman perseroan tersebut dikeluarkan, maka informasi tersebut menjadi tersedia bagi masyarakat dan akan mendongkrak harga saham tersebut. Informasi private yang demikian mampu memberikan keuntugnan abnormal yang konsisten bagi para pemodal yang memiliki informasi tersebut (Ambarwati, 2008:29)
2.2.2. Gambaran Umum Saham 2.2.2.1.Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perushaan atu perseroan terbatas. Wujud saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yagn menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
(23)
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmaji & Fakrudin, 2001:5).
2.2.2.2.Jenis-Jenis Saham
Sedangkan menurut jenisnya saham dibedakan menjadi 2, (Badan pengawasan pasar modal, 2003:9) yaitu:
a. Saham biasa, merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh
emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar modal. Jenis ini memiliki karakteristik seperti: 1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. 2) Hak suara proporsional pada pemilihan fireksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada rapat umum pemegang saham.
3) Deviden, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalan rapat
umum pemegang saham.
4) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan
kepada masyarakat.
b. Saham preferen, memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pembayaran deviden dalam jumlah yang tetap.
2) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi.
(24)
2.2.2.3.Mekanisme Perdagangan Saham
A. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
Menurut (Badan pengawas pasar modal, 2002:30), Pasar modal di Indonesia terdiri dari pasar perdana dana sekunder: Pasar perdana (Samsul, 2006:46) adalah tempat atau sarana bagi perusahaan untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat umum. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana (Tandelilin, 2006:14), perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan inforamsi mengenai perusahaan secara detail (disebut juga prospektus).
Pasar Sekunder (Badan Pengawas Pasar Modal, 2003:31) adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di Bursa Efek setelah terlaksananya penwaran perdana. Di pasar ini efek-efek diperdagangkan dari satu inbestor kepada investor lainnya. Pasar sekunder (Tandelilin, 2006:16) dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, warna maupun sekuritas derivatif (opsi dan future).
B. Pasar Perdana
1) Proses Perdagangan pada Pasar Perdana
Pada umumnya proses perdagangan saham dan obligasi pada pasar perdana dapat digambarkan sebagai berikut:
(25)
Gambar 2.1
Proses Perdagangan Pasar Perdana
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:31)
2) Prosedur Penawaran dan Pemasaran Efek di Pasar Perdana
a) Penawaran perdana suatu saham atau obligasi suatu perusahaan
kepada investor publik melalui penjaminan emisi dan agen penjualan. Tata cara pemesanan saham atau obligasi seperti “harga penawaran”, “jumlah saham yang ditawarkan”, “masa penawaran”, dan informasi lain yang penting yang harus dipublikasikan di surat kabar berskala nasional, dn jug dibagikan ke publik dalam bentuk prospektus.
b) Investor yang juga berminat dapat memesan saham atau obligasi
dengan cara menghubungai penjaminan emisi atau agen penjual, dan kemudian mengikut prosedur yang telah ditetapkan.
c) Investor kemudian melakukan pemesanan saham atau obligasi tersebut
dengan disertai pembayaran.
d) Penjamin emisi dan agen penjualan kemudian mengumumkan hasil
penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan pemesanan.
e) Proses penjatahan saham atau obligasi (biasa disebut dengan
(26)
penjamin emisi dan emiten yang mengeluarkan saham atau obligasi sehubungan denganproses penjatahan, ada beberapa istilah yang harus diperhatikan:
(1) “Undersubscribed” adalah kondisi dimana total saham atau obligasi yang dipesan investor kurang dari total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua investor pasti akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai dengan jumlah yang dipesan.
(2) “Undersubscribed” adalah kondisi dimana total saham atau obligasi yang dipesan investor kurang dari total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua investor pasti akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai dengan jumlah yang dipesan, atau bahkanmungkin tidak mendapatkan sama sekali.
f) Apabila jumlah saham atau obligasi yang didapat oleh investor kurang dari jumlah yang dipesan atau telah terjadi “oversubscribed”, maka kelebihan dana investor akan dikembalikan (proses ini sering disebut “refund”).
g) Saham atau obligasi tersebut didisttibusikan melalui penjamin emisi dan agaen penjualan.
(27)
Gambar 2.2
Proses penawaran dan pemasaran efek di pasar perdana dan pemasaran
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:33) Periode
Penawaran ≥ 3 hari kerja
Penjatahan ≤ 3 hari kerja
Refund dan Distribusi ≤ 2
hari kerja - Penjualan emisi - Perantara perdagangan efek - Penjamin emisi - Emiten - Biro administrasi efek - Penjamin emisi - KPEI - KSEI Pencatatan di Bursa Efek
C. Pasar Sekunder
1) Proses Perdagangan pada Pasar Sekunder
Proses perdagangan saham dan obligasi pada pasar sekunder dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Proses Perdagangan Pada Pasar Sekunder
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:33)
Broker jual Investor jual Investor beli Broker
beli BURSA
Dana Efek
2) Bursa Efek
Perusahaan-perusahaan efek yagn telah mendapat izin sebagai perantara pedagnagn efek di Bursa Efek Indonesia (BEI), dapat melakukan
(28)
aktiva jual beli efek di bursa efek. Perusahaan efek membeli dan atau menjual efek berdasarkan perintah jual dan atau perintah jual beli dari investor. Setiap perusahaan mempunyai karywan yang disebut sebagai ”wakil perantara pedagang efek” yang mempunyai wewenang untuk memasukkan semua perintah jual ataupun perintah beli ke dalam sistem perdagangan yang terdapat di bursa efek.
Sejak tahun 1995, proses perdagangan efek di BEJ telah dilakukan dengan sistem yang terkomputerisasi yang disebut dengan JATS atau Jakarta Automated Trading System. Sistem ini beroperasi berdasarkan
”sistem tawar menawar (auction)” dan secara terus menerus selama
periode perdagangan.
Sementara itu di BES sudah mempunyai sistem perdagangan secara jarak jauh (remote system) sejak tahun 1996 yang disebut SMART (Surabaya Market Information & Automatic Remote Trading).
Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakart sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia) pada 1 Desember 2007.
Periode perdagangan di kedua bursa efek dibagi menjadi dua sesi setiap harinya, yang dimulai dari pukul 9.30 pagi dan berakhir pukul 16.00.
Bagaimana perintah (order) beli dan perintah (order) jual dari semakin banyak investor bisa cocok (matched). Mekanisme “matching” (cocok) adalah berdasarkan kriteria prioritas harga dan perioritas waktu.
(29)
a) Prioritas Harga
Artinya, siapapun yang memasukkan order permintaan dengan harga beli (bid price) yang paling tinggi, akan mendapatkan prioritas utama untuk dapat “bertemu” dengan siapapun yang memasukkan order penawaran dengan harga jual (offer price atu ask price) yang paling rendah.
b) Prioritas Waktu
Artinya, siapapun yang memasukkan order beli atau jual beli dahulu, akan mendapatkan prioritas pertama untuk dicocokkan (matched) oleh sistem.
c) Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indicator harga dari seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Indeks ini biasanya merefleksikan kondisi pasar modal dan kondisi perekonomian setahun negara secara umum.
Saat ini terdapat 6 (enam) jenis indeks harga saham di BEI: Tabel 2.1.
Indeks Harga Saham di BEI
Indeks Harga Saham Penjelasan
1. Indeks Individual Indeks harga masing-masing saham terdapat
harga dasarnya atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI
2. Indeks Harga Saham Sektoral Semua saham yang termasuk dalan
masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks harga saham
gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index)
Semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
(30)
4. Indeks LQ 45 Indeks yang tertinggi 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang termasuk ke dalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII
(Jakarta Islamic Index)
JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakumulasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. dengan kata lain, dalam indeks ini dirumuskan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam.
6. Indeks papan utama dan
papan pengembangan
Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan
(Sumber: www.idx.com)
a. Aturan Perdagangan, Biaya dan Pajak Saham
bursa efek menggolongkan perdagangan saham dalam 3 pasar: 1) Pasar Reguler
2) Pasar Negosiasi 3) Pasar Tunai
Perdagangan saham diatas dapat dijelaskan sebagi berikut: 1) Pasar Reguler
Saham-saham pada pasar reguler diperdagangan dalam satuan ”lot” dan berdasarkan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara terus menerus selam periode perdagangan. Harga-harga yang terjadi di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan di BEI.
Persyaratan dan kondisi yang berlaku saat ini untuk transaksi di pasar:
(31)
a) Saham diperdagangan dalam standar satuan perdagangan lot, dimana 1 lot sama dengan 500 lembar saham.
b) Pergerakan harga saham:
(1) Untuk harga saham dibawah Rp. 500 per lembar, fraksi harga
ditentukan sebagian kelipatan Rp. 5 per lembar dan maksimum pergerakan harga adalah Rp. 50
(2) Untuk harga saham yang harganya antara Rp. 500 dan Rp. 5000
per lembar, fraksi harga ditentukan sebagai kelipatan Rp. 25 per lembar dan maksimum pergerakan harga adalah Rp. 250 per lembar.
(3) Untuk harga saham di atas Rp. 5000 per lembar, fraksi harga
ditentukan sebgai kelipatan Rp. 50 per lembar dan maksimum pergerakan harga adalah Rp. 500 per lembar.
(4) Mekanisme terjadinya transaksi (matching) diselesaikan
berdasarkan prinsip prioritas waktu dan priritas harga 2) Pasar Negosiasi
Pasar negosiasi delaksanakan berdasarkan tawar menawar individu antar anggota bursa beli dan bangsa jual dengan berpedoman pada kurs terakhir di pasar reguler.
3) Pasar Tunai
Pasar tunai terdedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota bursa dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi. pasar tunai
(32)
dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika (cash & carry).
b. Penyelesaian (Settlement)
Waktu penyelesaian transaksi bursa di pasar negosiasi ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar AB jual dan AB beli dan diselesaikan
secara pertransaksi (tidak netting). Bila tidak ditetapkan, maka
penyelesaian transaksi bursa dilakukan selambat-lambatnya pada hari bursa ketiga setelah terjadinya transasi (T+3) atau hari bursa yang sama dengan terjadinya transaksi (T+0) khusus untuk hari bursa terakhir perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu.
Penyelesaian transaksi bursa di pasar negosiasi dilakukan dengan pemindahan secara langsung oleh anggota bursa jual dan anggota bursa beli dan tidak dijamin KPEI.
c. Biaya-Biaya Transaksi
Untuk setiap transaksi seorang investor harus membayar komisi ke perusahaan efek berdasarkan perjanjian antara kedua belah pihak. Komisi tidak boleh melebihi 1% (satu persen) dari total nilai pembelian atau penjualan.
Komisi atau biaya transaksi transaksi berbeda antara perusahaan efek satu dengan yang lainnya, pada dasarnya hal taersebut didasarkan pada prosentase tertentu dari nilai total transaksi jual/beli atau a% x (jumlah saham x harga saham). Komisi atau biaya tersebut tidak termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% dari nilai komisi.
(33)
d. Pajak
Pajak pendapatan sebesar 0,1% juga akan dibebankan pada transaksi penjualan atau 0,1% x (jumlah saham yang dijual x harga saham).
e. Bagaimana Mendapatkan Deviden
Untuk berhak mendapatkan deviden, investor harus membeli
saham paling lambat pada ”Cum Dividend Date”. Dalam kasus saham
tanpa warkat, investor harus sudah tercatat namanya sebagai pemegang saham dicatat emiten (tugas ini dilakukan KSEI dan Biro Administrasi Efek), paling lambat pada tanggal pencatatan.
2.2.2.4.Analisis Saham A. Harga Saham
Menurut Husnan (1998:285), upaya untuk merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya, telah dilakukan setiap analisis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Dalam penilain saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham (Tandelilin, 2003:183).
Analisis saham (Husnan, 1998:285), bertujuan untuk menaksir nilai
intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya
dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai
intrinsik (NI) menunjukkan preset value arus kas yang diharapkan dari
saham tersebut.
(34)
a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebtut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenya seharusnya dijual.
c. Apabila NI = harga pasar saat inik maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. d. Model evaluasi (penilaian) saham.
model penilain merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi pikiran tentang harga saham.
B. Analisis Fundamental
Analisis fundamental (Susanto dan Subardi, 2002:2) menyatakan suatu metode peramalan pergerakaninstrumen dinansial di waktu mendatang berdasarkan pada perekonomian, politik, linkgungan dan faktor-faktor relevan lainnya serta statistik yang me mpunyai permintaan dana penawarn instrumen finansial tersebut.
Sedangkan menurut Halim (2003:17) dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya gunak menentukan apakah harga pasar tersebut mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.
(35)
Ide dasar pendekatan ini adalah, bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh industri dan perekonomian secara makro.
Menurut Halim (2002:21) ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam analisis ini, adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Deviden
Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran deviden resikonya lebih kecil dari capital gain dan deviden dapat diperkirakan sebelumnya.
Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayar dapat menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan, karena deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayar sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan saat ini dan masa mendatang.
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini sering digunakna oleh analisis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor embayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.
(36)
C. Analisis Teknikal
Analisis teknikal (Susanto dan Subardi, 2002:2) menyatakan suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendataqng dengan cara memperlajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan.
Sedangkan menurut Halim (2002:25) analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini
beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan
dimand terhadap saham tersebut, Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah:
a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand.
b. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.
c. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu. d. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
e. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari
diagram dari perilaku pasar.
f. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali
dimasa mendatang.
Menurut Halim (2005:29) ada lima pendekatan yang bisa digunakan untuk analisis ini adalah sebagai berikut:
(37)
a. Teori Dow
Teori ini beruapya untuk menyelidiki bagaimana trend yang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun secara keseluruhan. pergeseran tersebut meliputi primary movement, secondary movement dan tertiary movement.
b. BarChat
Dalam pendekatan ini digunakan tiga tipe dasar diagram, yaitu: diagram garis, diagram batang dan diagram titik. Ketiganya menggunakan
grafik batang (bar chat) yang menunjukkan volume saham yang
diperdagangkan pada masing-masing perubahan harga. c. Breadth of MarketAnalysis
Analisis keluasan pasar (breadth of market) dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan.
d. Relative StrengthAnalysis
Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lain pada saat bull market dibandingkan dengan saham lain. Dengan memilih investasi pada saham seperti itulah seoranginvestor akan mendapat return tertinggi, karena kekuatan relatif tersebut cenderung tidak akan berubah dari waktu ke waktu.
(38)
e. Moving AverageAnalysis
Analisis ini memfokuskan pada harga dan atau moving average
dengan cara mengamati berbagi perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir pada saat penutupan harga.
Investor dianjurkan untuk membeli saham pada saat:
1) Moving average line merata dan harga saham melampaui garis tersebut.
2) Harga berada dibawah moving average line yang sedang naik.
3) Harga berada di atas moving average line yang turun, namun kembali naik sebelum mencapai garis tersebut.
2.2.3. Gambaran Umum dan Pengertian Spread Harga Saham
Bid price adalah harga dimana dealer bersedia untuk membeli (Saphiro dan Balbier, 2000), pengertian yang sama tentang bid price juga disampaikan oleh Mishkin dan Eakins (2000) yaitu harga dimana dealer berkeinginan untuk membayar saham untuk investasi. Masih menurut Saphiro dan Balbier (2000) bid price adalah harga dimana seseorang dapat membeli suatu sekuritas atau currency. Pembelian ini dilakukan oleh dealer. Dealer adalah seorang yang mempermudah kegiatan transaksi di pasar yaitu meliputi pembelian danpenjualan sekuritas, sebagaimana investor (yang tidak memiliki sekuritas) dealer menggunakan uangnya membeli lebih rendah dan menjual dengan harga lebih tinggi suatu sekuritas. Dealer melakukan pembelian sekuritas dengan menggunakan kurs beli, dan kurs beli ini hanya mempunyai arti jika dealer bersedia untuk membelinya sehingga harga beli sekuritas ditentukan oleh dealer.
(39)
Pengertian ask price juga banyak dikemukan oleh beberapa penulis, antara lain oleh Miskin dan Eakin (2000) bahwa ask price adalah harga dimana dealer berkeinginan untuk menjual saham. Sedangkan menurut Saphiro dan Balbier (2000) adalah harga dimana seorang dapat menjual sekuritas atau currency. Seperti halnya pada ask price bahwa penawarn itu dilakukan oleh dealer. Dealer melakuakn treansaksi penjualan sekuritas dengan menetapkan kurs jualnya, dan kurs ini mempunyai arti jika dealer bersedia menjualnya dengan harga tersebut, sehingga harga jual ditentukan oleh dealer.
Spread adalah perbedaan harga saat investor memiliki suatu sekuritas dan harga saat mereka menjual kembali ke publik (Saphiro dan Balbier, 2000). Selisih ini merupakan biaya yang ditanggung dan jug merupakan biaya yang ditanggung
dan juga merupakan return yang diharapkan oleh dealer. Dealer adalah pihak
yang menghubungkan pembeli dan penjual yang akan melakukan pembelian dan penawaran sekuritas pada harga yang telah ditetapkan (Mishkin dan Eakin, 2000) kurs beli dan kurs jual merupakan harga-harga dimana dealer bersedia membeli dan menjual dan akan menyesuaikan harga naik atau turun untuk membawa jumlah yang dibeli dan dijual kearah yang diinginkan. Dealer akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga jual dan harga beli tersebut.
Dealer adalah market maker yang siap akan membeli financial asset atau menjualnya. Dealer akan membeli sekuritas pada harga (bid price) yang lebih kecil dibandingkan saat dia akan menjual sekuritas yang sama (ask price) (Favbozzi dan Modigliani, 1996). Dealer sering disebut sebagai penghidup pasar
(40)
karena mereka mengarahkan tujuan mereka sendiri dan menanggung resiko mereka sendiri.
2.2.4. Teori Spread
Teori mengenai spread tidak terlepas oleh adanya aktivitas yang dilakukan oleh anggota buras yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekutitas di pasar modal. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun 1995, perusahaan efek adalah pihak yang melaksanakan kegiatan adalah penjamin emisi efek (PPE), Perantara pedagang efek (PPE) dan Manajer investasi (MI).
Dengan demikian maka penelitian tentang spread lebih dihubungkan secara erat dengan PPE (dealer) dari pada dengan perantara investasi (broker). Dealer adalah pihak yang dalam pelaksanaan transaksi jual beli sekutitas atau saham, mempunyai andil yang besar dalam pasar modal. Banyak hal yang telah dealer lakukan agar proses transaksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam perdagangan sekuritas investor yang berkeinginan untuk membeli dan atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan tidaklah selalu memperoleh harapan tersebut secara simultan. Keinginan investor tersebut terealisir dalam waktu cukup lama pada harga pasar yang sebenarnya. Oleh karena market maker baik dealer atau broker mengenai adanya ketidaksamaan waktu tersebut terhadap order yang dihadapi investor. Dealer dan broker dapat dikatakan sebagai perantara perdangan sekuritas yang dilakukan individu secara tidak langsung. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor untuk mendapatkan komisi. Sedangkan dealer akan melaksanakan transaksi untuk
(41)
memperoleh keuntungan sendiri. Market maker tersebut memperoleh kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli (bid price) lebih rendah daripada true price dan menjual saham pada saat harga jual (ask price) lebih tinggi daripada true price. Perbedaan harga ini disebut bid ask spread, (Stoll, 1989).
Menurut Hamilaton (dalam Esther, 1999) menyatakan ada dua model spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread merupakan selisih
harga bid dan harga ask yang menyebarkan dealer ingin memperdagangkan
sekuritas dengan aktivitas sendiri, sedangkan market spread adalah selisih highest bid dan lower ask yang terjadi pada saat tertentu. Oleh karena itu, kedua spread itu tidak dapat saling menggantikan. Spread yang diketahui ada di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) adalah market spread. Hal ini disebabkan aktivitas BEJ lebih
bersifat competitives order matching market atau dikenal dengan order driven market system dimana investor hanya dapat diperbolehkan menyerahakan order jual beli dan melakukan transaksi melalui broker. Investor tidak bisa langsung bertransaksi di lantai bursa.
2.2.5. Gambaran Umum Bid-Ask Spread Saham
Abdul dan Nasuhi (2000) mendefinisikan bid ask spread sebagi selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham dengan harga jual terendah yang dealer bersedia menjual.
Bid ask spread adalah selisih antara bid price dengan ask pricedisebt bid-ask spread (Ambarwati, 2008). Selisih ini merupakan biaya yang ditanggung dan juga merupakan return yang diharapkan oleh dealer. Dealer adalah pihak
(42)
yang menghubungkan pembeli dan penjual yang akan melakukan pembelian dan penawaran sekuritas pada harga yang telah ditetapkan (Mishkin dan Eakin, 2000) kurs beli dan kurs jual merupakan harga-harga dimana dealer bersedia membeli dan menjual akan me nyesuaikan harga naik atau turun untuk membawa jumlah yang dibeli dan dijual ke arah yang diinginkan. Dealer akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga jual dan harga beli tersebut. Spread adalah perbedaan antara harga juala dan harga beli. Spread dibuat oleh dealer tentunya
sesuai dengan mekanisme pasar dan Stoll (1989) menyatakan bahwa bid ask
spread terbentuk oleh tiga komponen biaya yaitu investor holding cost, order processing cost dan adverse information cost.
Forjan dan McCorry (1995) meneliti dan menemukan bahwa berkurangnya asimetri informasi karena pengumuman stock split mengakibatkan bid ask spread mengecil. Sementara itu, Chan dan Seow (1995) melakukan studi kasus terhadap perubahan bid ask spread saham perusahaan Telfonos de Mexico yang disebabkan oleh adanya biaya pemilikan dan asimetri informasi. Mereka menggunakan risiko sekuritas, harga sekuritas, volume perdagangan dan jumlah market makers sebagai proksi biaya pemilikan. Erwind an Miller (1998) mendapatkan bukti bahwa harga saham, volume perdagangan, dan varians return
saham signifikan berpengaruh tarhadap bid ask spread saham, baik secara
univariat maupun mutivariat, sebelum dan sesudah saham tersebut dimasukkan ke indeks S&P 500. Pengamatan terhadap perilaku musiman bid ask spread telah dilakukan oleh Draper dan Paudyal (1997). Mereka menemukan bahwa terdapat
(43)
asosiasi perilaku musiman antara bid ask spread dengan volume perdagangan, jumlah traders, dan ukuran order flow rata-rata.
2.2.6. Analisa Variabel-variabel yang mempengaruhi bid-ask spread saham 2.2.6.1.Volume Perdagangan
Informasi yang lengkap merupakan kunci pokok dan sangat mempengaruhi dalam memutuskan tindakan dalam seluruh aktivitas dibidang jual-beli saham di bursa efek. Informasi (misalnya profil perusahaan, informasi keuangan perusahaan dan sebagainya sangat mempengaruhi jumlah transaksi saham dan sensitive terhadap terjadinya fluktuasi membuat para investor mampu mengantisipasi keadaan.
Kegiatan perdagangan saham tidak berbeda dengan perdagangan pada umumnya yang melibatkan penjual dan pembeli. Dari adanya perdagangan saham yang terjadi maka akan menghasilkan volume perdagangan saham. Hal ini menyebabkan jumlah transaksi saham atau volume saham yang diperjual belikan dapat berubah-ubah setiap hari. Tinggi rendahnya volume perdagangan saham adalah penilaian yang dipengaruhi oleh banyak factor. Seperti kinerja perusahaan, kebijakan direksi dalam investasi lain, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan dan kemampuan analisa efek harga saham itu sendiri juga merupakan sebagian hal-hal yang berpengaruh terhadap volume perdagangan saham dan masih banyak lagi factor yang mempengaruhinya (Fitra, 2007:22).
Volume perdagangan saham merupakan aktivitas perdagangan saham pasar sekunder dalam periode waktu tertentu dengan satuan lembar saham. Teori
(44)
analisis teknis menyatakan bahwa volume perdagangan saham ditentukan semata-mata oleh adanya interaksi kekuatan permintaan dan penawaran. Jumlah saham yang ditransaksikan di pasar sekunder ini dalam periode bulanan dengan tingkat harga yang terbentuk melalui mekanisme pasar. Volume saham yang diperdagangkan merupakan petunjuk lain mengenai kekuatan dan kelemahan teknis.
Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diper-dagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000). Perdagangan suatu saham yang aktif, yaitu dengan volume per-dagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut
cepat diper-dagangkan. Ada kemungkinkan dealer akan mengubah posisi
kepemilikan sahamnya pada saat perdagangan saham semakin tinggi atau dealer
tidak perlu memegang saham dalam jumlah terlalu lama. Volume perdagangan
akan menurunkan kos pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan
demikian semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin besar volume perdagangan suatu saham, maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut yang berarti akan mem-persempit bid-ask spread saham tersebut.
Halim dan Hidayat (2000) berpendapat bahwa perdagangan suatu saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut digemari investor. Dan artinya saham tersebut cepat diperdagangkan. Kondisi dengan memungkinkan trader untuk tidak perlu
memegang saham dalam waktu yang terlalu lama sehingga menurunkan inventory
(45)
2.2.6.2.Varians Return
1. Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi atau return ekpektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109).
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Retrun realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2. Saham
Saham ialah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas (Gitosudarno, 2002:265).
a. Saham biasa. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak
istimewa.
b. Saham bonus. Saham bonus, diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang
terbentuk dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
(46)
3. Return Saham
Dari pengertian mengenai return maupun saham yang telah dijelaskan dan dijabarkan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa return saham adalah pengembalian dari modal atau investasi yang telah di investasikan oleh investor ke pada suatu perusahaan tertentu. Jadi apabila saham yang ditanamkan oleh investor itu bernilai besar maka return saham yang diperoleh pada akhirnya nanti juga besar, begitu juga dengan sebaliknya apabila saham yang di investasikan oleh investor itu dalam jumlah yang kecil maka hasil yang didapatkan pada akhirnya nanti juga tidak begitu besar.
Saham juga mempunyai beberapa macam jenisnya seperti yang telah di jelaskan diatas yaitu saham biasa, saham bonus (Gitosudarmo, 2002:265).
4. Varian Return
Halim dan Hidayat (2000) mengatakan bahwa variabel lain yang mewakili inventory holding costs dan pengaruhnya terhadap Spread harga saham adalah resiko saham yang ditunjukkan oleh variance return. Resiko diperoleh dari pengurangan expected return dengan retrun dan kemungkinannya return kurang expected return (Fabozzi dan Modigliani, 1996). Variance Return menunjukkan variabilitas return di seputar return normal. Semakin tinggi variance return menunjukkan semakin bervariasi nya return harian yang diperoleh investor. Hal ini mencerminkan ketidakpastian pasar yang tinggi. Variance Return berkorelasi
positif dengan resiko (Ambarwati:2008). Variance Return yang tinggi berarti
resiko yang dihadapi juga cukup tinggi, karena itu dealer akan memberikan
(47)
alasan ini, maka variance return di hipotesakan berhubungan positif dengan bid-ask Spread.
VARTOTRAHDT =
n
TARAHDT RA
RETHi
a
t i
2
) (
Keterangan :
RATARAHDT = Rata-rata aritmatika return harian dalam tahun
a = awal periode, yaitu mulai 1 januari tahun XXXX
t = Tanggal hari efektif tahun XXXX
n = Jumlah hari
2.2.7. Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham
Menurut Brennan dan Copeland (1988) dalam (Fatmawati dan Asri, 1999: 106), melakukan pengembangan model yang berbasis pada argumentasi bahwa adanya hubungan yang negatif antar biaya saham dan biaya transaksi akan memberikan sinyal yang kurang menguntungkan bagi investor mengenai prospek perusahaan yang semakin menguntungkan. Dengan demikian sinyal positif akan mengakibatkan semakin besar jumlah pemegang saham baik institusional maupun individual dan berimplikasi pada semakin besarnya volume perdagangan di pasar saham. Saham yang aktif diperdagangkan berarti banyak diminati investor sehingga volume perdagangannya tinggi. Akan tetapi dalam proses transaksinya volume perdagangan yang tinggi, tidak diiringi dengan semakin tingginya biaya
pemesanan nya (order pressing cost-nya) sehingga mempersempit Spread.
(48)
dengan bukti empiris studi Chan dan Seow (1995) dalam Erwin dan Miller (1998).
2.2.8. Pengaruh Varians Return Saham Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham
Varians return dalam hal ini mewakili risiko saham yang disinyalir dapat
mempengaruhi besar kecilnya bid ask spread saham. Varian return saham
mewakili risiko saham yang dihadapi oleh dealer. Risiko saham yang semakin tinggi menyebabkan dealer berusaha menutupnya dengan spread yang lebih besar. Argumen ini didukung oleh hasil penelititan Branch dan Freed maupun Stoll (1978) dalam Nany dan Aris (2004) yang menunjukkan bahwa varian return saham berhubungan positif dengan bid ask spread.
Ambarwati (2008) menyatakan bahwa variance return berkorelasi positif dengan bid ask spread. Variance return yang tinggi berarti resikonya juga tinggi
sehingga dealer mempersempit spread untuk mengantisipasi besarnya resiko.
Secara simultan harga volume perdagangan saham dan variance return saham
mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread (Yulianto, 2001). Secara parsial
volume perdagangan tidak mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread.
Sedangkan varian return saham mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread.
2.3.Model Konseptual Volume Perdagangan
Saham
Bid-Ask Spread Harga Saham Varian Return
(49)
2.4. Hipotesis
1. Diduga volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap bid ask spread
harga saham.
2. Diduga varian return saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread
(50)
METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu spread harga saham dan dinotasikan dengan simbol Y.
Variabel bebas (Independent Variabel). Variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap variabel Y ada dua dan disimbolkan dengan X1 dan X2 yang masing-masing adalah:
a. Volume perdagangan (X1) adalah aktivitas perdagangan saham di pasar
saham tepatnya sekunder dalam periode tertentu (dalam penelitian ini adalah periode harian) dengan satuan.
b. Variance return (X2) merupakan tingkat penyimpangan dari sebuah saham
dalam mengahasilkan return, sehingga varian return sering diproksikan sebagai resiko saham ,baik secara individual maupun secara bersama-sama (portofolio)
3.1.2. Pengaruh Variabel
Pengaruh dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel dependent adalah spread harga saham yang dilaporkan periode ini
yaitu spread pada penutupan hari perdagangan dengan skala rasio.
% 100 ) ( 2 / 1 % 100 ) ( 1 1 1 1 x HB HA x HB HA RBA t t t t t
... (Ambarwati, 2008)
(51)
Keterangan:
BAt = bid ask spread saham pada hari ke t+1
HAt = harga ask pada hari ke t+1
HBt = harga bid pada hari ke t+1
RBAt = bid ask spread saham pada hari ke t
b. Volume perdagangan merupakan variabel independent yang digunakan dalam
penelitian ini, yang merupakan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangankan pada hari ke-t, dengan satuan uni
c. Variance Return Saham
RATARAHDT =
n
TARAHDT RA
RETHi
a
t i
2
) (
(Ambarwati, 2008:33)
Keterangan :
RATARAHDT = Rata-rata aritmatika return dalam tahun
a = awal periode, yaitu mulai 1 januari tahun XXXX
t = Tanggal efektif tahun XXXX
n = Jumlah hari
3.2.Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adlaah seluruh perusahaan food and beverages yang listing di BEI mulai tahun 2006 sampai tahun 2008.
(52)
3.2.2. Sampel
Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunkan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan kriteria tertentu, kriteria tersebut adalah:
1. Perusahaan food and beverages yang memiliki perdagangan yang aktif.
2. Perusahaan food and beverages yagn memiliki laporankeuangan lengkap
tahun 2006-2008 sesuai dengan yang diutuhkan dalam penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan food and beverages yang dapat digunakan sebagai sampel sebanyak 5 perusahaan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Kode Emiten
ADES PT. Fast Food Indonesia Tbk
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
MYOR Mayora Indah Tbk
DLTA SMART Tbk
AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
(Sumber: JSX Statistik)
3.3.Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan diambil dari Bursa Efek Jakarta.
3.4.Model Dasar dan Analisa Data
Arikunto (2000:296) mengemukakan, ”analisis regresi berganda sebagai analisa tentang hubungan antara satu dependetn variabel dengan dua atau lebih independent varibel”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier
(53)
berganda (regresi linier multiple), yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independet yaitu volume perdagangan. Variance return terhadap variabel dependent yaiut spread harga saham.
Adapun model regresi linier berganda tersebut adalah: Y=α+β1X1+ β2X2+ε
Keterangan:
Y = spread harga saha
α = konstanta
β1-2 = koefisien regresi
X1 = variance return
X2 = volume perdagangan
ε = standart error
3.5.Pengujian Asumsi Klasik
Kuncoro (2004:89) menyatakan bahwa dalam praktik, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut termasuk dalam pengujian asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokoralasi.
3.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya me miliki distribusi normal. Model regresi yang baik apabila distribusi data normal atau mendekati
(54)
normal. Dengan menggunakan program bantu SPSS distribusi kenormalan data dapat diketahui dari sebaran titik yang ada disekitar garis normal probability plot.
3.5.2. Uji Multikolinieritas
Rangkuti (2005:85) menyatakan bahwa multikolinieritas terjadi apabila masing-masing variabel independen memiliki korelasi yang sangat tinggi. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam
penelitian ini dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor) dan TOL
(tolerance). Jika VIF>dari 5, maka variabel tersebut mempunayi persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya dan TOL=0
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001:69). Salah satu uji heteroskedastisitas adalah uji Gletser, dalam uji Gletser mengusulkan untuk mergres nilai absolut residual terhadap variabel bebas dengan persamaan sebagai berikut (Ggozali, 2001:72):
|Ut| = α + β Xt + vi
3.5.4. Uji Autokorelasi
Rangkuti (2005:127) mendefinisikan autokorelasi sebagai korelasi antara masing-masing pengamatan yang terdapat pada data time series (data berurutan berdasarkan waktu) atau data cross sectional (data yang dibuat berdasarkan ruang)
(55)
3.6.Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t. Uji t dipergunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Adapun prosedur adalah sebagai berikut:
a. H0 : B1 = B2 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara X1 atau X2 terhadap Y)
Ha : B1 = B2 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antar X1 atau X2 terhadap Y) b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05
c. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Apabila nilai probalitas > 0,05 H0 diterima dan Ha ditolak artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi dan kepribadian terhadap persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan.
- Apabila nilai probabilitas < 0,05 H0 ditolak dan Ha diterima artinya model regresi yang dihasilakan cocok untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi, dan kepribadian terhadap persepsi manajer atas informasi akuntansi.
(56)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:
Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.
Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan
(57)
berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.
Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.
4.1.3. Gambaran Umum PT. Fast Food Indonesia Tbk
Pada tahun 1979, hak Franchise Kentucky Fried Chicken di Indonesia diberikan oleh pemilik Kentucky Fried Chicken saat itu yaitu Heublein, inc kepada PT. Gelael Supermarket. Untuk lebih mengkonsentrasikan pada industri Fast Food, pada tahun 1978, pemilik PT. Gelael Supermarket mendirikan PT. Fast Food Indonesia dan sekaligus mengalihkan hak Franchise Kentucky Fried Chicken di Indonesia kepada perseroan.
Perseroan tersebut didirikan berdasarkan Akta No. 20 tanggal 19 Juni 1979 yang dibuat dihadapan Sri Rahayu, Notaris Jakarta. Akte tersebut telah mendapat persetujuan dari Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam
(58)
keputusan No. Y.A./254/12 tanggal 22 Mei 1979 dibawah No. 4491 dan telah diumumkan dalam Berita Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1979.
PT. Fast Food Indonesia didirikan pada tahun 1978 oleh Group Gelael, suatu perusahan keluarga yang menjalankan bisnis pasar swalayan di Indonesia. Setelah mendapat hak waralaba ekslusif dari Kentucky Fried Chicken Corporation di Amerika Serikat untuk mengoperasikan Restoran-restoran Kentucky Fried Chicken di Indonesia.
4.1.4. Gambaran Umum Indofood Sukses Makmur Tbk
Indofood mulai berdiri sejak tahun 1990 sebagai PT. Pangan Jaya Intikusuma (PJIK). Pada tahun 1994 PJIK bergabung dengan 18 perusahaan lain dalam grup Indofood dan kemudian berganti nama sebagai PT. Indofood Sukses Makmur Terbuka. Kemudian mendaftarkan 763 juta hasilnya dan membayar penuh saham pasar bursa di Jakarta dan Surabaya dengan harga Rp 1.000,- per saham.
PT. Indofood Sukses Makmur Terbuka merupakan perusahaan makanan olahan perdana di Indonesia, dengan memimpin pasar dalam negeri untuk (hampir) setiap produk-produknya, termasuk mie instant, epung terigu, miyak goreng dan margarin, makanan bayi dan makanan ingan, juga memproduksi produk bumbu makanan. Sekarang ini, Indofood erupakan perusahaan mie instant dan tepung terbesar di dunia, juga memiliki jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Supermi, Sarimi, Sakura merek untuk produk mie instant); Bimoli dan Sunrise (merek untuk produk mnyak goreng); Royal Palmia dan Simas (merek untuk produk margarin); Chiki, Chitato, Jet-Z (merek untuk produk makanan
(59)
ringan moderen); Promina dan Sun (merek untuk produk makanan bayi); Indofood dan Piring Lombok (merek untuk produk bumbu masakan). Semua merek tersebut memiliki peran yang penting dalam memberikan pemasukan untuk kestabilan bisnis dan dasar yang kuat untuk Indofood. Selain merek-merek diatas, merek lain dari produk Indofood yang sudah dikenal dan dipercaya di masyarakat adalah Indomie.
4.1.5. Gambaran Umum Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008 dari Saifudin Arief, S.H., notaris di Tangerang, mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.
(60)
Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.
4.1.6. Gambaran Umum SMART Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and Technoiog)> Tbk (PT. SMART Tbk) yang berkedudukan di Surabaya merupakan cabang dari pemsahaan induknya yang berkedndukan di Jakarta. PT. SMART Tbk yang ada di Jakarta berkantor di gedung Plaza BII Menara 2 lantai 14 jalan MH. Thamrin Kav 22 yang didirikan oleh EKA TJIPTA WIDJAYA. PT. SMART Tbk adalah suatu perasahaan industri yang bergerak di bidang pembuatan minyak goreng dan margarin.
Pada tahun 1977 PT. SINAR MAS membeli sebuah perusahaan dengan luas 9.500 m 2 , yang terletak di jalan Rungkut Industri Raya 1/34 Surabaya, dalam kawasan PT. SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut). PT. SIER tersebut merupakan salah satu perusahaan pemerintah terbesar di kawasan Jawa Timm ini.
Kemudian pada tahim 1982 PT SINAR MAS membeii PT. FILMA OIL dari P&G Corporation yang berlokasi di jalan Gresik 1-3 Surabaya. PT. FILMA ini menghasilkan margarin dengan merk PALMBOOM dengan kapasitas produksi mencapai 750 ton per bulan. Untuk raemperluas daerah pemasaran, meningkatkan jumlah produksi dan meningkafkan keuntungan yang diperoleh maka PT FILMA saat itu meiigadakan merger dengan SALIM GROUP dan selanjutnyapusat pemasaiannya ditempalkan di PT. SMIP (Sinar Mas Inti Perkasa) Jakarta.
(61)
4.1.7. Gambaran Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (IDX: AISA) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi makanan yang bermarkas diJakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan.
Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang nantinya berkembang menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPS-Food). Sebuah Bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sampai hari ini, kultur manajemen yang erat seperti sebuah keluarga adalah salah satu nilai yang terus dipertahankan oleh generasi ketiga dari sang pendiri.
Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk-produk makanan yang terus tumbuh, PT. Tiga Pilar Sejahtera didirikan pada tahun 1992 dan menjadi perusahaan publik pada 2003. TPS-Food selalu menekankan pentingnya produk yang berkualitas dan memberikan nilai tambah kepada konsumen. Berbekal pengalaman yang panjang, tradisi, serta loyalitas konsumen; TPS-Food berhasil meraih posisi sebagai produsen mi kering dan bihun terdepan di pasar Indonesia.
4.2. Penyajian Data
4.2.1. Variabel Volume Perdagangan (X1)
Volume perdagangan saham merupakan aktivitas perdagangan saham pasar sekunder dalam periode waktu tertentu dengan satuan lembar saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai volume perdagangan sebagai berikut:
(62)
Tabel 4.1. Data Volume Perdagangan Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009
No. Nama Perusahaan Tahun Jumlah Per Lmbr Shm
1 PT. Fast Food Indonesia Tbk 2007 2.530.000
2008 330.000
2009 1.000.000
2 Indofood Sukses Makmur Tbk 2007 7.933.000.000
2008 7.035.000.000
2009 10.912.000.000
3 Mayora Indah Tbk 2007 69.920.000
2008 27.510.000
2009 73.000.000
4 SMART Tbk 2007 755.000.000
2008 6.000.000
2009 3.000.000
5 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2007 981.000.000
2008 1.507.000.000
2009 517.000.000
Sumber : Bursa Efek Indonesia pada lampiran 2
Dari tabel tersebut di atas menunjukkan besar volume perdagangan yang dilihat dari jumlah per lembar saham. Jumlah per lembar saham yang beredar terbesar terdapat pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 10.912.000.000 lembar pada tahun 2009. Sedangkan jumlah lembar saham terkecil terdapat pada perusahaan PT. Fast Food Indonesia Tbk yaitu sebesar 330.000 saham pada tahun 2008. Kegiatan perdagangan saham yang terjadi pada perusahaan akan menghasilkan volume perdagangan saham. Hal ini menyebabkan jumlah transaksi saham atau volume saham yang diperjual belikan dapat berubah-ubah setiap hari. Tinggi rendahnya volume perdagangan saham adalah penilaian yang dipengaruhi oleh banyak factor. Seperti kinerja perusahaan, kebijakan direksi dalam investasi lain, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan dan kemampuan analisa efek
(63)
harga saham itu sendiri juga merupakan sebagian hal-hal yang berpengaruh terhadap volume perdagangan saham dan masih banyak lagi factor yang mempengaruhinya.
4.2.2. Variabel Varians Return (X2)
Varians return menunjukkan nilai dari resiko saham dan menunjukkan variabilitas return di seputar return normal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai varians return sebagai berikut:
Tabel 4.2. Data Varians Return Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009
No. Nama Perusahaan Tahun Varians Return (X2)
1 PT. Fast Food Indonesia Tbk 2007 7,454
2008 0,014
2009 0,036
2 Indofood Sukses Makmur Tbk 2007 0,021
2008 0,046
2009 0,145
3 Mayora Indah Tbk 2007 0,017
2008 0,054
2009 0,126
4 SMART Tbk 2007 0,055
2008 0,085
2009 5,853
5 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2007 0,106
2008 0,006
2009 0,003
Sumber: Bursa Efek Indonesia pada lampiran 2
Dari data varians return tersebut di atas menunjukkan nilai varians return terbesar ada pada perusahaan PT. Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2007 yaitu sebesar 7,454. Sedangkan nilai terkecil varians return terdapat pada perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2009 sebesar 0,003. Semakin tinggi
(1)
4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara bersama-sama variabel volume perdagangan (X1) dan varians return (X2) terhadap bid ask spread (Y) memiliki nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,114 yang berarti bahwa variabel volume perdagangan (X1) dan varians return (X2) mampu menjelaskan perubahan pada variabel bid ask spread (Y) sebesar 11,4% dan sisanya sebesar 88,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
Sedangkan untuk pengujian hipotesis selengkapnya pada masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.8. Hasil Uji t
No Variabel t hitung Sig. Partial
1 2
Volume Perdagangan (X1) Varians Return (X2)
1,017 -0,469 0,329 0,648 0,282 -0,134 Sumber: Lampiran 7
Sedangkan untuk pengaruh nyata tidaknya masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Volume Perdagangan (X1) Terhadap Bid Ask Spread (Y)
Nilai taraf signifikan sebesar 0,329 dengan nilai thitung yang diperoleh adalah 1,017. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka secara nyata volume perdagangan (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap bid ask spread (Y).
(2)
60
2. Variabel Varians Return (X2) Terhadap Bid Ask Spread (Y)
Nilai taraf signifikan sebesar 0,648 dengan thitung yang diperoleh adalah -0,469. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka secara nyata varians return (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap bid ask spread (Y).
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Bid Ask Spread
Variabel volume penjualan yang dalam penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap bid ask spread, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah 1,017 dan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,329, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Variabel volume perdagangan saham, perhitungan terhadap volume perdagangan menunjukkan hasil bahwa koefisien volume perdagangan tidak memiliki pengaruh. Hal ini terjadi karena volume perdagangan tidak mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan harga saham, pergerakan harga saham food and beverage tahun 2007-2009 cenderung senantiasa fluktuatif dan memberikan return yang fluktuatif juga sehingga menyebabkan saham tersebut tidak cukup digemari oleh para investor, dan dengan sendirinya permintaan akan saham tersebut akan tidak cukup tinggi dengan permintaan tersebut, sehingga menghasilkan volume perdagangan saham yang kurang aktif. keadaan ini menyebabkan dealer untuk memegang saham terlalu lama/tidak langsung melepas saham tersebut.
(3)
Disini dealer menganut motif jangka pendek dalam berinvestasi, dengan maksud hanya untuk mendapatkan capital gain, sehingga jangka waktu dealer memegang saham berkurang yang mengakibatkan biaya kepemilikan turun dan bid-ask spread menyempit. Maka dari itu hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya tidak berpengaruh volume perdagangan saham terhadap bid-ask spread saham perusahaan food and beverage tahun 2007-2009.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2008) yang menemukan bahwa variabel volume perdagangan saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan manufaktur yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005.
4.4.2. Pengaruh Varians Return Terhadap Bid Ask Spread
Variabel varians return yang dalam penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap bid ask spread, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah -4,469 dan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,648, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Variabel varian return saham berdasarkan hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa varian return saham tidak dapat mewakili risiko yang dihadapi oleh dealer. Risiko saham yang semakin tinggi, yang tidak diakibatkan oleh pergerakan harga saham food and beverage tahun 2007-2009. Dapat dikatakan besarnya risiko saham food and beverage tahun 2007-2009 tidak membuat dealer menahan saham tersebut terlebih dahulu sampai pada waktu tertentu sehingga biaya kepemilikan saham meningkat yang menyebabkan
(4)
62
lebarnya spread yang ada. Maka dari itu hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh varian return saham terhadap bid-ask spread saham perusahaan food and beverage tahun 2007-2009. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Stoll (1978) dalam Magdalena Nany dan M. Abdul Aris (2004) yang menunjukkan bahwa varian return saham berhubungan positif dengan bid-ask spread.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2008) yang menemukan bahwa variabel varians return secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan manufaktur yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005.
(5)
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Variabel volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap bid ask spread harga saham.
2. Variabel varian Return saham tidak berpengaruh terhadap bid ask spread harga saham.
5.2. Saran
Melihat kesimpulan yang ada dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hendak melakukan investasi di pasar modal hendaknya perlu menjadikan volume perdagangan saham dan varian return saham sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi, karena secara simultan ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan.
(6)
65
2. Peneliti selanjutnya yang ingin mem-buat penelitian sejenis, hendaknya perlu dikembangkan dengan variabel lain yang disinyalir dapat mempengaruhi besarnya bid-ask spread saham seperti variabel jumlah dealer yang berkompetisi dan hari perdagangan saham. Begitu pula dengan sampel diharapkan mampu menambah atau memperluas jumlah sampel perusa-haan/industri, hal ini didasarkan agar hasil yang didapat lebih akurat dan bervariasi.