Kecerdasan emosi mahasiswa baru studi deskriptif pada mahasiswa semester II kelas A angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 20132014

(1)

KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yuventinus Morung

NIM: 101114087

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(2)

i

KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yuventinus Morung

NIM: 101114087

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(3)

(4)

(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tuhan enggkau menyelidiki dan mengenal aku

Mazmur 139 ayat 1

Hanya

karena kamu benar, bukan berarti aku salah.

-

Jhonson-

Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk: Tuhan Yesus Kristus, Keluarga Tercinta Prodi BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(6)

(7)

(8)

vii

ABSTRAK

TINGKAT KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prodi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan

Pribadi-Sosial) Yuventinus Morung

101114087

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi tingkat-tingkat kecerdasan emosi Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prgram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun Pelajaran 2013/2014, yang kemudian hasilnya menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang sesuai dalam meningkatkan kecerdasan emosi

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner. Jumlah responden yang diminta untuk mengisi kuesioner adalah 34 orang dan jumlah item kecerdasan emosi yang ditanya adalah 76 item. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik tabulasi data, yaitu data-data dimasukkan ke program SPSS.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 5,88% mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang sangat tinggi, 29,42% mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, 32,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang sedang dan 26,47% mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang rendah, serta 5,88% mahasiswa memiliki kecerdasan emosi sangat rendah. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa secara keseluruhan Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prgram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun Pelajaran 2013/2014 belum ideal dan membutuhkan bimbingan. Maka berdasarkan hasil penelitian tersebut disusnlah usulan-usulan topic bimbingan pribadi sosial


(9)

viii

ABSTRACT

New Students’ Levels of Emotional Intelligence

(Descriptive Study on Students of Semester II Class A 2013 of Guidance and Counseling Courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in Academic Year 2013/2014 and Its Implication on Proposing Topics of

Personal-Social Guidance) Yuventinus Morung

101114087

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

The purpose of this research was to check levels of emotional intelligence from students Semester II Class A 2013 of guidance and counseling courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in academic year 2013/2014, then the result is the basis for researcher in formulating topics appropriate social personal guidance in improving emotional intelligence.

Type of this research is quantitative descriptive research and categorized as a research survey. Data collection techniques used are filling the questionnaire. The number of respondents who were asked to fill out questionnaires is 34 people and the number of items of emotional intelligence that is asked is 76 items. The data collected are then analyzed with techniques tabulations of data, i.e., data is inserted into the program SPSS.

Results of the study are as follows: 5.88% of students have a very high emotional intelligence, 29,42% of students have a high emotional intelligence, 32.5% of students have a medium emotional intelligence, 26,47% students have a low emotional intelligence, and 5.88% students have a very low emotional intelligence. The results of the study prove that overall students Semester II Class A 2013 of guidance and counseling courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in academic year 2013/2014 have not been ideal and in need of guidance. Therefore, proposals of personal-social guidance topics are arranged based on the results of the research.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahhat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis mendapat banyak pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang sangat penting dalam perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.

Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada penulis selama mengerjakan skripsi.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Maria Magaretha Sri Hastuti, M.Si,. selaku dosen penelitian payung yang telah memberi arahan dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Romo Stefanus Mangga, SVD,. yang telah membantu peneliti dengan masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar Solidaritas Cibal Mangarai Yogyakarta Kraeng Jande, Kraeng Tribel, Kraeng Kochang, Kraeng Gusti, Kraeng Cleo, Kraeng Ovil, Kraeng Ernus,Kraeng Oswal, Kraeng Van, Kraeng Rikos, Kraeng Rolan, Kraeng Vedos, Kraeng Paul, Kraeng Vino, Kraeng Obet. Kraeng Mamik, Kraeng Endi,Kraeng Aris, Kraeng Epok, Kraeng Arkos, Ndu Indak, Ndu Ivon, Ndu Ivon, Ndu Putri, Ndu Helena, Ndu Gustin, Ndu Ecak, Ndu Cintia, Ndu Windi, yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis dan atas kebersamaanya selama di Yogyakarta, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling semester dua angkatan 2013 yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan menjadi subjek dalam penelitian ini.


(11)

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belekang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Oprasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kecerdasan Emosi ... 11

1. Definisi Emosi ... 11

2. Kecerdasan Emosi ... 13

3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ... 15

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ... 17

5. Dimensi Kecerdasan Emosi ... 21

B.Remaja Akhir ... 30

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir... 30


(13)

xii

3. Karakterisitik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir... 32

C.Kajian Penelitian Yang Relefan ... 33

D.Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 36

B.Tempat dan Penelitian ... 37

C.Subjek ... 37

D.Variabel Penelitian ... 38

E. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38

1. Tehnik Pengumpulan Data ... 38

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

F. Validitas dan Releabilitas ... 42

1. Validitas ... 42

2. Relaabilitas ... 46

G.Tehnik Analisis Data ... 47

1. Menentukan skor Pengolahan Data ... 47

2. Menentukan Kategori ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Smester dua Kelas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Shanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014 ... 52

2. Identifikasi item tingkat kecerdasan emosi sebagai dasar mengusulkan topik-topik bimbingan ... 56

3. Hasil Analisis Skor-Skor Butir Instrumen Kecerdasan emosi. ... 60

B. Pembahasan ... 63

C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item dalam Kuesioner yang Teridentifikasi Rendah dan Sangat Rendah ... 72

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Keterbatasan ... 79

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 40

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi ... 41

Tabel 3 : Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 45

Tabel 4 : Kriteria Guilford ... 46

Tabel 5 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 48

Tabel 6 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 50

Tabel 7 : Kategorisasi Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 51

Tabel 8 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 53

Tabel 9 : Pengkategorisasian Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 57

Tabel 10 : Analisiss Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 60


(15)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran

2013/2014 ... 55 Grafik 2 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A

Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 56 Grafik 3 : Presentasi capayan Skor Item Tingkat Kecerdasan Emosi

Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 82

Lampiran 2 : Data Penelitian ... 92

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas ... 97

Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 108


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, dipaparkan mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi oprasional variabel penelitian.

A.Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang memilki banyak dimensi. Inilah yang membuat adanya perbedaan antara manusia dengan mahluk hidup lainnya. Salah satu aspek yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah emosi. Perjalanan kehidupan manusia/mahasiswa semester awal diwarnai oleh emosi. Manusia juga dikatakan sebagai mahluk beremosi. Emosi pada manusia merupakan sesuatu yang dibawah sejak lahir atau bersifat innate. Emosi mewujud atau nampak pada munculnya rasa gembira dan rasa sedih. Perasaan gembira dan sedih muncul ketika seseorang berada pada situasi yang baru. Adanya rasa gembira karena seseorang mampu mengelola emosinya, sedangkan rasa sedih diakibatkan karena seseorang tidak mampu mengelolah emosinya.

Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk juga manusia memasuki suatu situasi atau fase baru dalam kehidupan. Manusia akan sulit menikmati hidup ini tanpa melibatkan emosi. Manusia bukanlah apa-apa tanpa


(18)

emosi. Kehidupan manusia tidak jauh dari tindakan yang mempertegas keberadaannya. Pada setiap tindakan yang dilakukan manusia terdapat aspek yang memainkan peranan penting yaitu emosi. Emosi memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Emosi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan lainnya, seperti fisik, intelektual, bahasa dan koognitif.

Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan m yang berarti motion. Secara harafiah emosi berarti energi dalam diri seseorang yang mempengaruhi munculnya berbagai perasaan, seperti; rasa senang, bahagia, gembira, dan contoh emosi yang memberikan dampak negatif misalnya rasa sedih, kecewa, marah. Manusia berkecenderungan untuk menghindari emosi yang memberikan dampak negatif. Ada manusia yang dapat mengatasi emosi tersebut, tetapi ada yang tidak mampu mengatasinya. Ketika manusia tidak mampu mengelola emosi yang bersifat negatif dapat dikatakan ketidakmampuan dalam mengendalikan diri secara emosional.

Intelegence Quotient merupakan istilah popular yang dikenal oleh semua orang. Banyak anggapan yang mengatakan bahwa seseorang yang dengan kecerdasan intelektual yang tinggi mempunyai peluang yang sangat besar dalam menentukan kesuksesannya. Banyak orang yang menginginkan kecerdasan


(19)

intelektual yang tinggi dan mengandaikan bahwa IQ yang tinggi dapat menjadi penentu sukses dalam kehidupan. Sekarang kita tidak hanya mengenal IQ (Intelegence Quotient) tetapi juga EQ atau kecerdasan emosional. Masa sekarang kecerdasan tidak hanya di kenal sebagai kemampuan berpikir atau menghitung, melainkan juga kemampuan dalam mengendalikan emosi seperti kemampuan personal dan intrapersonal. Kemampuan personal merupakan kemampun manusia dalam mengenali emosi diri, mengelolah emosi, memotivasi diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain. Sedangkan kemampuan kemampuan intrapersonal adalah kemampuan manusia dalam bekerja sama atau membina hubungan dengan orang lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah orang tua. Penelitian Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul Pradana (2011) Penelitian perbedaan kecerdasan emosi di tinjau dari persepsi penerapan disiplin orang tua yang memiliki kecerdasan emosi ditemukan 77,14 % mahasiswa kategori rendah dan 22,86 % mahasiswa kategori tinggi. Sementara mahasiswa mempersepsikan penerapan disiplin orang tuanya demokratis memiliki kecerdasan emosi yang rendah sebanyak 29,06%, dan yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi sebanyak 70,94%. Menurut Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul Pradana (2011), persepsi mahasiswa terhadap penerapan disiplin orang tua yang


(20)

permesif akan kurang mendukung untuk pembentukan kecerdasan emosi, mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang tinggi dapat dikatakan membentuk kecerdasan emosi, sedangkan mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang rendah, mahasiswa cenderung menolak kritikan terhadap dirinya karena ia merasa tingkah lakunya benar, tidak patuh terhadap orang tua dan kurang mampu bertahan ketika menghadapi masalah.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang paling mendasar dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan hidup. Kecerdasan emosional dapat menentukan seberapa baik atau seberapa buruk orang dalam menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya termaksud intelektual (Goleman, 2009: 47). Generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional dibandingkan sebelumnya. Mereka lebih kesepian, pemurung, kurang menghargai sopan santun, mudah cemas, serta lebih agresif. Dengan kata kecerdasan emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu. Menurut Goleman (2009) orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah orang yang matang dalam hal pengaturan kondisi diri dan emosinya. Penelitian para ahli menunjukan bahwa memiliki keterampilan emosional dapat membuat sesorang bersemangat dalam belajar, disukai oleh banyak teman dalam bergaul dan dapat mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja (Shapiro, 1999: 6).


(21)

Peran kecerdasan intelektual dalam keberhasilan dunia kerja menempati urutan kedua, setelah kecerdasan emosi. Kenyataan ini dapat dilihat ketika seseorang yang be-IQ tinggi tidak stabil emosinya, mudah marah, sering keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena sulit berkonsentrasi (Suparno, 2004 : 21). Menurut Goleman (2009 : 47) orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tidak dapat menjamin kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar. Pernyataan tersebut di perkuat oleh pendapat Goleman (2009: 44) yang

menyatakan bahwa “setinggi-tingginya IQ hanya menyumbang 20% faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup, sementara 80% diisi oleh faktor kecerdasan emosional”. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan dalam memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebagaimana yang sudah disinggung di atas, situasi atau fase baru dalam kehidupan seseorang turut mempengaruhi kecerdasan emosinya. Hal ini juga berpengaruh pada mahasiswa-mahasiswa baru yang secara akademik memasuki suasana baru dalam kehidupannya. Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai tingkat kecerdasan emosi


(22)

pada mahasiswa Prodi BK Semester II Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014. Alasan peneliti memilih mahasiswa Prodi BK Smester II tersebut adalah karena mahasiswa berada dalam situasi peralihan dari level SMA ke level universitas.

Pada tahun pertama perkuliahan, disatu sisi mahasiswa masih terkekang atau terikat pengalaman pada masa SMU, pada sisi lain mahasiswa harus mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, yaitu kehidupan kampus. Situasi baru ini tentu mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosinya. Hal ini berimplikasi pada 3 hal berikut, Pertama, pada smester II tersebut merupakan usia yang paling beresiko yang dapat menentukan kesuksesan pada smester yang berikutnya. Kedua. banyaknya masalah yang terjadi pada mahasiswa misalnya penyesuaian yang salah suai. Penyesuaian diri yang salah suai ini terjadi akibat peralihan tugas perkembangan. Peralihan tugas perkembangan ini menyebabkan mahasiswa tidak lagi memiliki status yang jelas dalam masyarakat, bukan lagi sebagai anak-anak tetapi sebagai remaja akhir yang akan memasuki masa dewasa awal. Ketiga, adanya tuntutan-tuntutan yang besar bagi mahasiswa untuk hidup mandiri terutama bila dunia kampus yang dimasuki jauh dari tempat tinggalnya, yang ketiga.


(23)

B.Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah kecerdasan emosi yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Shanata Dharma seperti penyesuaian diri yang salah suai peneliti hanya membahas mengenai tingkat kecerdasan emosi yang dialami oleh Mahasisiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2013/2014. Hal-hal yang ingin diteliti dan dianalisis berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa adalah kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang, dan membina hubungan/bekerja sama.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seperti apakah tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa semester 2 angkatan 2013 Prodi BK USD Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Item-item mana saja yang teridentifikasi rendah untuk dijadikan dasar penyusunan topik bimbingan?


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Mendeskripsikan tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa semester awal atau semester dua Prodi BK USD angkatan 2013/2014.

2. Mendeskripsikan item-item yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan topik bimbingan

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis,

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya mengenai tingkat kecerdasan emosi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian kecerdasan emosi.

2. Manfaat praktis, a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan bagi mahasiswa untuk mengetahui tingkat emosi serta dapat mengelolahnya.

b. Bagi Prodi BK USD

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pengetahuan bagi Prodi BK USD, khususnya mengenai


(25)

kecerdasan emosi mahasiswa Prodi BK Universitas Sanata Daharma

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah sebagai mahasiswa. Selain itu dapat menambah wawasan bagi peneliti tentang kecerdasan emosi.

F. Definisi Oprasional

1. Kecerdasan Emosi merupakan kesadaran akan perasaan mahasiswa sewaktu perasaan itu timbul, kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri mahasiswa, menahan diri dan mengendalikan dorongan dalam hati dengan adanya perasaan motivasi yang positif, dan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mengetahui dan ikut berperan dalam memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan antara sesama dengan menciptakan komunikasi yang baik.

2. Mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 semester II kelas A Universitas Sanata Dharma merupakan merupakan mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa Progaram Studi Bimbingan dan Konseling


(26)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

3. Bimbingan Pribadi adalah bimbingan dalam mengenali emosi, mengelolah emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dan berbagai lingkungan.


(27)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas landasan teritis beberapa hal berikut: hakekat emosi, kecerdasan emosi, remaja akhir, kajian penelitian yang relefan dan kerangka berpikir

A. Kecerdasan Emosi 1. Definisi Emosi

Kata emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2009 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Sementara itu, menurut Chalpin (1989) dalam Ali dan Asori (2009:62) emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang di sadari


(28)

yang mendalam sifatnya dari perubahan prilaku. Chalpin membedakan emosi dengan perasaan (feelings) adalah pengalaman yang disadari dan diaktifkan. Senada dengan itu menururut Poerbakawatja (1982) dalam Ali dan Asrori (1989:63) emosi adalah suatu respon terhadap perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Goleman (1995) dalam Ali dan Asrori, (2009:63), sesungguhnya ada ratusan emosi yang bersama dengan variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga maknya yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks.

Jadi emosi merupakan elemen penting dalam kehidupan seseorang, karena emosi dapat berfungsi sebagai penggerak dalam arti meningkatkan. Sejumlah teoritikus mengelompokkan mengelompokkan emosi kedalam beberapa golongan berikut ini:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihi diri, dan putus asa

c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, negeri

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga


(29)

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. Malu : malu hati, kesal

2. Kecerdasan Emosi

Solvey dan Mayer (dalam Stein dan Book, 2004: 30) yang merupakan pencetus kecerdasan emosi mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehinngga memahami perkembangan emosi dan intelektual. Sejalan dengan pengertian tersebut Stefan dan Book (2004:30) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai rangkayan kecakapan yang memungkinkan seseorang untuk mempertahankan seluruh kecerdasan yang dimilikinya, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang berfungsi secara efektif setiap hari.

Senada dengan gagasan tersebut Bar-On dalam (Stefan dan Book 2004: 30) mengartikan kecerdasan emosional sebagai suatu rangkayan kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan


(30)

seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Sedikit berbeda dengan pandangan di atas Goleman (1999:512; 2009: 45) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan diri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik padan diri sendir dan dalam membina hubungan dengan orang lain dengan mampu mengatasi frustasi; mengendalikan dorongan dalam hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres agar tidak melumpuhkan kemampuan berpikir serta bersimpati.

Senada dengan Goleman (2009, menyertakan Dedi Supardi (Nurdin 2009) kecerdasan emosi merupakan suatu dimensi kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik didalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti mengendalikan diri, empati, mtivasi, semangat kesabaran, ketekunan dan keterampilan sosial.

Dari berbagai pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengenali serta mengelola emosi diri dan


(31)

orang lain serta kemampuan memotivasi diri dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi

Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Hein (dalam Nurdin 2009) mengemukakan tentang tanda-tanda atau cirri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut meliputi:

a. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang baik meliputi: 1. Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas

2. Tidak merasa takut untuk mengekpresikan perasaannya 3. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negative 4. Dapat memahami (membaca) komunikasi non Verbal 5. Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk

membingbingnya

6. Berprilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena keharusan, dorongan dan tanggung jawab

7. Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan kenyataan

8. Termotivasi secara intrinsic

9. Tidak termotivasi kaeena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan


(32)

11.Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan 12.Peduli dengan perasaan orang lain

13.Seseorang untuk menyatakan perasaan

14.Tidak digerakan oleh ketakutan atau kekhawatiran 15.Dapat mengidentifikasikan bebagai perasaan secara

bersamaan

b. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang buruk meliputi

1. Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain 2. Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering

menyalahkan orang lain, menyelahkan orang lain, suka memerintah, dan sering mengkritik orang lain

3. Suka meyalahkan orang lain

4. Berbohong tetang apa yang ia rasakan

5. Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadian yang sederhana (kecil) sekalipun.

6. Tidak memiliki perasaan dan integritas 7. Tidak sesnsitif terhdap perasaan orang lain 8. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan

9. Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan- aturan dans truktural untuk merasa bersalah.


(33)

10.Merasa tidak aman, definisif dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa bersalah.

11.Tidak bertanggung jawab

12.Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil 13.Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah,

sering menyalahkan.menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa rasa hormat terhadap perasaan orang lain.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi Menurut Ali dan Asrori (2009: 69) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu

a. Perubahan Jasmani

Perubahan yang ditujukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas sampai bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tepat menerima perubahan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.

Tidak semua remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan


(34)

dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebapkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan sering kali menimbulkan masalah dengan perkembangan emosinya.

b. Perubahan Pola Interaksi Dengan Orang Tua.

Pola asuh yang orang tua terhadap anaknya, baik remaja sangat bervariasi. Ada pola asuh yang menurut dirinya sendiri baik, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi juga ada yang dengan penuh cinta kasih. Pola asuh yang seperti ini sangat mempengaruhi perkembangan emosi remaja.

c. Perubahan Interaksi Dengan Teman Sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan berkumpul dan melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antara anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukkan kelompok geng yang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu memenuhi minta mereka. Diusahakan untuk menghindari pembentukkan geng semacam itu ketika memsuku remaja tengah atau remaja akhir.


(35)

Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa remaja ialah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah remaja benar-benar mulai jatuh cinta denga teman lawan jenisnya.gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan konflik atau gangguan emosi jika tidak diikuti bimbingan dari orang tua atau yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua cemas ketika anak remajanya mulai jatuh cinta. Gangguan emosi yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan remaja sendiri.

d. Perubahan Pandangan Luar

Faktor penting yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu adanya pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pandangan dari luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Walaupun sudah dewasa,tetapi seringkali remaja dianggap anak kecil dan tidak mendapatkan paran sebagai remaja


(36)

2. Dunia luar atau masyarakat yang masih menerapkan nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapatkan predikat populer dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, jika remaja perempuan memiliki banyak teman laki-laki sering kali dianggap tidak baik

3. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh piha luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja keldalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral. Misalnya minuman keras, penyalagunaan obat-obat terlarang, tawuran atau kekerasan.

e. Perubahan Interaksi Dengan Sekolah

Pada masa anak-anak sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang ideal bagi mereka. Para guru memainkan peranan yang penting bagi perkembangan emosi mereka. Namun demikian, figur tokoh para guru dapat memberikan ancaman bagi peserta didiknya. Pristiwa semacam ini seringkali tidak disadari oleh para guru bahwa ancaman-ancaman itu dapat menimbulkan permusuhan pada diri anak-anak setelah


(37)

mereka memasuki masa remaja. Cara seperti ini dapat menimbulkan emosi pada anak.

Dalam perkembagannya, remaja seringkali terbentur pada nilai-nilai yang mereka tidak dapat terima yang juga bertentangan dengan nilai-nillai yang menarik bagi mereka. Pada saat itulah akan timbul idealisme untuk mengubah lingkungannya. Idealisme yang tidak boleh diremehkan dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul jika mereka sudah dewasa. Sebab idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingka laku emosional yang deskruktif

5. Dimensi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi terbagi dalam beberapa wilayah kemampuan. Solvey dan Mayor (Hein, 2009) membagi wilayah-wilayah kecerdasan emosi tersebut meliputi :

a. Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi yaitu kemampuan untuk mengenali bagaimana individu dan orang yang ada dalam lingkungannya mengekspresikan perasaan.

b. Kemampuan untuk menggunakan emosi sebagai fasilitator untuk berpikir yaitu kemampuan-kemampuan yang melibatkan kemampuan untuk menghubungkan emosi dengan sensasi-sensasi mental seperti kemampuan merasa


(38)

dan mewarnai serta menggunakan pemikiran dalam menyelesaikan masalah.

c. Pemahaman emosi yaitu kemampuan untuk memahami perasaan-perasaan yang kompleks

d. Kemampuan untuk mengelolah emosi yaitu kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain.

Goleman (Hein, 2009) membagi kecerdasan emosi menjadi lima wilayah yang membentuk kecerdasan, kelima wilayah tersebut meliputi:

a. Kemampuan untuk peduli, memahami dan mengekspresikan emosi

b. Kemampuan untuk peduli, memahami dan berhubungan dengan orang lain

c. Kemampuan untuk mengatasi emosi-emosi yang kaut dan mengontrol emosi yang implusive

d. Kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan adan untuk menyelesaikan masalah-masalah personal atau sosial e. Kemampuan interpersonal, interpersonal, kemampuan

untuk menyelesaikan, mampu mengelola stress.

Solvey dan Mayor secara terpisah (Goleman 2009: 58-59) memaparkan lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat


(39)

digunakan untuk melihat bagaimana kecenderungan emosi. Kelima wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan seorang mengenali emosi merupakan kemampuan yang paling mendasar dalam hidupnya. Mayer dalam Goleman (2009: 62-64) berpendapat bahwa kemampuan mengenali emosi merupakan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati.

Orang yang dapat mengenali emosinya, dapat berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi dirinya. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk


(40)

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

Orang yang memiliki kesadaran diri dapat mengetahui perasaannya, mengetahui hubungan antara pikiran dan perasaan, serta mengetahui reaksi yang timbul akibat perasaannya. Salah satu cara agar seseorang dapat mengenali perasaannya ialah dengan memberi nama setiap perasaan yang timbul dari dalam diri dan dapat menyebutnya. Apabila kurang, maka individu menjadi larut dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran ini belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.

Menurut Goleman (2009: 403 – 404), ciri – ciri orang yang mampu mengenali emosi diri, sebagai berikut: 1. Perbaikan dalam mengenali dan merasaka emosi dirinya 2. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang

timbul

3. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan b. Mengelola Emosi

Goleman (2009: 58) menyatakan bahwa kemampuan mengelola emosi adalah; suatu kemampuan dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam


(41)

diri individu. Goleman (2009: 77-79) juga berpendapat bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosi.

Emosi berlebihan yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, menemukan cara-cara untuk menangani perasaan takut dan melepaskan kecemasan, rasa takut, kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Menurut Goleman (2009: 404) orang yang memiliki kemapuan mengelola emosi memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah

2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang kelas

3. Mampua dalam mengungkapkan amarah tanpa berkelahi

4. Berkurangnya prilaku agresif dan merusak diri sendiri 5. Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri,


(42)

6. Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa

7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan

c. Memotivasi Diri sendiri

Goleman (2009: 110) menyatakan kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan menumbuhkan semangat denagn baik dalam menjalankan suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat. Individu yang baik dalam memotivasi diri adalah individu yang memiliki ketekunan, rajin, ulet, dan dapat menahan diri terhadap kepuasan, mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis, dan keyakinan diri.

Goleman (2009: 126–134) mengatakan bahwa orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri adalah orang yang mencapai keadaan Flow. Flow merupakan puncak dari kecerdasaan emosional. Flow merupakan keadaan seseorang yang memiliki perasaan bahagia sehingga dapat fokus pada apa yang sedang dikerjakannnya.

Menurut Goleman (2009:404) ciri – ciri orang yang memiliki kemampuan dalam memotivasi diri sendiri sebagai berikut


(43)

1. Lebih bertanggung jawab

2. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan dapat menaruh perhatian

3. Menguasai diri

4. Meningkatnya prestasi belajar d. Mengenali Emosi Orang Lain.

Menurut Goleman (2009: 136) kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau peduli. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati juga merupakan kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain, dan berpikir dengan sudut pandang mereka; mengharga perasaan orang mengenai berbagai hal.

Goleman (2009: 404), ciri – ciri orang yang memiliki kemampuan empati dengan baik sebagai berikut 1. Lebih mampu dalam menerima sudut pandang orang


(44)

2. Memeprbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain

3. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain e. Membina Hubungan

Menurut Goleman (2009: 158-169), keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang seperti ini populer dalam lingkunganya dan menjadi teman yang menyenangakan karena kemampuannya berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian individu berkembang dapat dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Kemampuan membina hubungan dengan orang lain salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan keampuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan, mengetahui situasi


(45)

yang aman untuk mengambil suatu resikodalam membicarakan perasaan.

Menurut Goleman (2009: 404 – 405), ciri – ciri orang yang mampu membina hubungan dengan baik, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan

2. Lebih baik dalam menyelesaikan pertikayan

3. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang imbul dalam hubungan

4. Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi

5. Lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya

6. Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya

7. Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa

8. Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam berkelompok

9. Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong


(46)

B. Remaja Akhir

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir

Mahasiswa tingkat awal merupakan peserta didik yang tergolong pada perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat awal dapat digolongkan sebagai remaja akhir yaitu usia 17/18 – 21 tahun bagi mahasiswa laki-laki dan 17/18 tahun bagi mahasiswi perempuan. Masa remaja akhir merupakan peralihan dari masa remaja awal. Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa Mappiare (Ali dan Asori, 2009: 9). Masa remaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun samapai 22 tahun bagi laki-laki. (Ali dan Asori, 2009: 9).

Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9) istilah remaja yang aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

berarti “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak merasa bahwa dirinya tidak berada dibawah tingkat orangyang lebih tua, melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.


(47)

Remaja merupakan masa dimana individu mulai mencari jati dirinya. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termaksud anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak-anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi dan psikisnya.

2. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan prilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja Horlock (Ali dan Asori, 2009:10) a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan yang baik dengan anggota

kelompok yang berlainan jenis d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi


(48)

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

h. Mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

3. Karakteristik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir Menurut (Ali dan Asori, 2009:68) selama periode ini remaja memandang dirinya sebagai orangg dewasa dan mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan kepada remaja. Interaksi dengan orang tua, masyarakat, teman sepergaulan menjadi lebih bagus dan lancar karena sudah memiliki kebiasaan penuh serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup yang semakin jelas dan pengambilan keputusan tentang arah hidupnya secarah bijaksana.


(49)

C. Kajian Penelitian Yang Relefan

Menurut Goleman IQ hanya menyumbang 20% dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang, sementara 80% adalah kecerdasan emosi adalah kecerdasan emosi. Menurut Winanti Siwi R, Aziz Luthfi , Nasrul Pradana (2011) Kecerdasan emosi individu mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hatidan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk mengenali perasaan orang

Penelitian ini erat kaitannya dengan penelitian ttingkat kecerdasan emosi mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 20013/2014.


(50)

D. Kerangka Berpikir

Kita ketahui kecerdasan emosi merupakan salah satu penentu kesuksesan dalam kehidupan seseorang. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/214. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.

Usulan topik bimbingan merupakan program layanan dasar yang akan diberikan kepada mahasiswa semester II kelas A

Kecerdasan Emosi Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun

Ajaran 2013/214

Usulan topik bimbingan

Mengenali emosi diri

Membina Hubungan Mengenali Emosi Orang

Lain Memotivasi Diri


(51)

angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/214.


(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian subjek penelitian dan sampel penelitian, veriabel penelitian, tehnik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reabilitas, tehnik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan “metode penelitan yang berusaha

memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu” (Margono, 2007: 8). Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta-fakta serta karakteristik mengenai populasi atau situasi atau kejadian tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas situasi atau kejadian yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, ataupun mempelajari implikasinya (Azwar, 2012 :7). Sifat deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tingkat kecerdasan emosi pada mahasiswa Angkatan 2013 Program


(53)

Studi Bimbingan dan Konseling Smester dua Universitas Sanata Dharma Tahun ajaran 2013/2014 kelas A.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret 2014. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas sanata Dharma. Penelitian ini dimulai pada pukul 09.30 WIB dan berakhir pada pukul 10.00 WIB.

C. Subjek

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini melibatkan mahasiswa kelas A Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharm dari 2 kelas yaitu; kelas A dan B. Alasan memilih mahasiswa kelas A sebagai tempat penelitian karena: (1) Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma mudah di jangkau. (2) Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma tergolong usia remaja akhir.

D. Variabel Penelitian

Veriabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik


(54)

kesimpulannya. (dalam Sugiono, 2010: 60). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel independen /bebas. Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi merupakan kemmpuan seseorang dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, dan mengenali emosi orang lain serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisioner. Menurut Sugiono (2011: 199) kuisioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sepadan dengan Sugiono, menurut Margono (2007: 167) kuisioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuisioner seperti interviu, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi tentang orang lain.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuosioner tertutup. Menurut Margono (2007: 168), kuisioner


(55)

tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:134). Dalam skala likert jawaban dari setiap instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2011:135). Pernyataan dalam kuesioner kecerdasaan emosi ini hanya terdiri dari dua jenis pernyataan yaitu pernyataan positif atau favorable dan negatif atau unvaforable. Pernyataan positif atau favorabel dannegatif atau unvaforable merupakan konsep kekecerdasanan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 4 (empat) alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), dan sangat tidak sesuai (STS)

Istrumen/kuisioner yang telah disiapkan selanjutnya disebar pada mahasiswa dengan mengisi dan memberi tanda centang (√) pada alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang


(56)

digunakan adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), dan sangat tidak sesuai (TS) dengan bobot tiap alternatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 135).

Tabel 1

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban S

(Sangat Sesuai)

S (Sesuai)

KS (Kurang

Sesuai)

TS (Tidak Sesuai)

1. Favorabel 4 3 2 1


(57)

Tabel 2

Kisis-Kisi Kuisioner Kecerdasan Emosi

No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Jumlah

1 Mengenali emosi diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan

Mengenali dan merasakan emosi diri

1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58,59,60, 61,62,63,64

19 1. Memahami penyebab

perasaan yang timbul

10,11,12,13,14,15 65,66,67,68,69,70,71 13 2. Mengenal pengaruh

perasaan terhadap tindakan

16,17,18,19,20,21 72,73,74,75,76,77 12

2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri

1. Mengendalikan emosi 78,79,80,81 22,23,24,25 8 1. Mengekspresikan

emosi dengan tepat

26,27 82,83 4

3. Memotivasi diri sendiri:

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow

1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri

28,29,30,31,32 84,85,86,87,88,89 11

2. Memiliki rasa tanggung jawab

90,91,92,93,94 33,34,35,36,37 10

4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain

1. Memiliki kepekaan terhadap

permasalahan orang lain

38,39,40 95,96,97,98,99 8

2. Dapat menjadi pendengar yang baik

100,101,102,103 41,42,43,44 8

5. Membina hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.

1. Dapat bekerja sama dengan orang lain

45,46,47 104,105,106 6

1. Dapat berkomunikasi dengan baik

48,49,50,51,52 107,108,109,110,111 10 2. Dapat menerima sudut

pandang orang lain

53,54 112,113,114 5 Jumlah 54 60


(58)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Menurut Azwar (2005:5) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional judgement (Azwar 2004:45). Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator kekecerdasanan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132). Kuesioner penelitian ini didasarkan pada pertimbangan dari ahli

(judgment expert).Dalam penelitian ini, 114 item/pernyataan kuesioner penelitian dikonstruksi tentang aspek-aspek yang diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli. Dalam pengujian judgment expert peneliti meminta bantuan kepada:

a. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi peneliti. Dosen memberi penilaian terkait dengan kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian, pengelompokkan item vaforable dan unfavorable dan kalimat pernyataan kuesioner.


(59)

b. Dr. Maria Margaretha Sri Hastuti, M. Si, selaku dosen tetap yang mengajar di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dosen memberikan penilaian yang berkaitan dengan struktur kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD).

Hasil konsultasi kepada ahli juga dilengkapi dengan pengujian empirik untuk melihat korelasi internal dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman's rho

menggunakan aplikasi program komputer SPSS for Window. Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 maka item memiliki konsistensi


(60)

internal yang lemah dan tidak dijadikan sebagai item instrumen penelitian.

Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap total, diperoleh 38 butir item yang nilai koefisien validitas di bawah 0,30 dari 114 butir item. Rincian item yang memiliki koefisien validitas >0,30 dan <0,30 terdapat pada tabel berikut


(61)

Tabel 3

Rincian Item yang valid dan Gugur

No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Valid Gugur 1 Mengenali emosi

diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan

1. Mengenali dan merasakan emosi diri

1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58, 59,60, 61,62,63,64 3,57,58,59,6 0,61,62,63 1,2,4,5, 6,7,8,9, 64 2. Memahami penyebab perasaan yang timbul

10,11,12,13,14,15 65,66,67,68, 69,70,71 65,66,67,69, 70,71 10,11,1 2,13,14 ,15,68 3. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

16,17,18,19,20,21 72,73,74,75, 76,77 72,73,74,75, 76 16,17,1 8,19,20 ,21,77

2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri 1. Mengendalikan emosi

78,79,80,81 22,23,24,25 78,79,80,81,

22,23,25 24 2. Mengekspresikan

emosi dengan tepat

26,27 82,83 26,27,83 82

3. Memotivasi diri sendiri:

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow

1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri

28,29,30,31,32 84,85,86,87, 88,89

28,29,32,84, 85,86,87,88,

89

30,31

2. Memiliki rasa tanggung jawab

90,91,92,93,94 33,34,35,36, 37

33,34,35,91, 92,93,94

36,37, 90

4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain

1. Memiliki kepekaan terhadap

permasalahan orang lain

38,39,40 95,96,97,98, 99

39,40,96,97, 98,99

2. Dapat menjadi pendengar yang baik

100,101,102,103 41,42,43,44 43,44,100,10 1,102,103 5. Membina

hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.

1. Dapat bekerja sama dengan orang lain

45,46,47 104,105,106 45,46,47,105 104,

106

2. Dapat

berkomunikasi dengan baik

48,49,50,51,52 107,108,109, 110,111

48,49,50,51, 52,107,108,1 09,110,111 3. Dapat menerima

sudut pandang orang lain

53,54 112,113,114 53,54,112,11 3,114


(62)

2. Reliabilitas

Releabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176). Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).

Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)

adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skalaHasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209).

Tabel 4 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

2 S

2 S + 2 S

x i x


(63)

Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas kuesioner kecerdasan emosi 0,773. Nilai koefisien reliaabilitas instrumen kecerdasan emosi tergolong dalam tinggi. Artinya instrumen kecerdasan emosi kepercayaannya tinggi yang digunakan sebagai instrumen penelitian

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan

favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.


(64)

2. Menentukan Kategori

Pengkategorian tingkat kecerdasan emosi mahasiswa smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009: 106 ). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi.

Mengkategorisasi kecerdasan emosi mahasiswa semester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 menurut Azwar (2009:108) kecerdasan emosi ke dalam lima kategori: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 5 Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa

Semester Dua Prodi BK USD Tahun Ajaran 2013/2014 Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

µ -0,5 σ <X≤µ +0,5 σ Sedang µ +0,5 σ <X≤µ +1,5 σ Tinggi

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi


(65)

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan SPSS

Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan SPSS

Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan

berdasarkan perhitungan SPSS µ (mean empiris) : Rata-rata empiris berdasarkan

perhitungan SPSS

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat tingkat kecerdasan emosi mahasiswa smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah item = 76, diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum empiris : 281 Skor minimum empiris : 206

Luas jarak : 75

Standar deviasi (σ / sd) : 21 µ (mean empiris) : 238

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat kecerdasan emosi mahasiswa smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 sebagai berikut:


(66)

Tabel 6

Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Angkatan 2013 Prodi BK USD

Tahun Ajaran 2013/2014 Norma/Kriteria

Skor

Rentang Skor Kategori X≤ µ

-1,5σ 207X≤ 207 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -

0,5 σ 208-228 Rendah

µ - 0,5 σ <X≤ µ +

0,5 σ 229-249 Sedang

µ + 0,5 σ <X≤ µ +

1,5 σ 250-270 Tinggi

µ + 1,5 σ <X 271 Sangat Tinggi

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat kecerdasan emosi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakart angkatan 2013, semester 2 dengan jumlah item = 76, diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritis : 129

Skor minimum teoritis : 67

Luas Jarak : 62

Standar deviasi (σ / sd) : 14.32 µ (mean teoritis) : 106.4


(67)

Hasil perhitungan analisis data skor butir/item kecerdasan emosi disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 7

Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Kecerdasan Emosi Norma Skor Rentang Skor Kategori X≤ µ

-1,5σ ≤

85 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -

0,5 σ

86 – 99 Rendah

µ - 0,5 σ <X≤ µ +

0,5 σ

100 – 114 Sedang µ + 0,5 σ <X≤ µ +

1,5 σ

115 – 127 Tinggi µ + 1,5 σ <X ≥ 128 Sangat Tinggi

Kemudian, total skor setiap item penelitian dikelompokkan berdasarkan pengkategori sasian yang telah dijelaskan. Skor item yang termasuk dalam sedang, dan rendah akan dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan Rancangan Program BK.


(68)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Kelas A Semester dua Kelas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Shanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosi mahasiswa kelas A Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma,Tahun Ajaran 2013-2014. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dan pengkategorisasian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa hasil penelitian tingkat kecerdasan emosi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma,Tahun Ajaran 2013-2014


(69)

Tabel 8

Tingkat Kecerdasan Emosi

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2013, Yogyakarta Tahun Ajaran 2013-2014

Rentang Skor Kategori Frekuesi Respnden

Prosentasi 225 X≤ 225 Sangat

rendah

2 5,88% 225-236 Rendah 9 26,47% 237-249 Sedang 11 32,35% 250-261 Tinggi 10 29,42%

262 Sangat tinggi

2 5,88% Total 34 100%

Tabel 9 menunjukkan:

a. Terdapat 2 (5,88%) mahasiswa Program Studi Bimbigan dan Konselig Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 semester 2 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi sangat rendah. Artinya mahasiswa-mahasiswa tersebut tidak baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi

orang lain serta membina hubungan dengan orang lain. b. Terdapat 9 (26,47%) mahasiswa Program Studi Bimbiga

dan Konselig Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 semester 2 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Artinya mahasiswa-mahasiswa tersebut kurang baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang


(70)

c. Terdapat 11 (32,35%) mahasiswa Program Studi Bimbigan dan Konselig Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 semester 2 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi sedang. Artinya mahasiswa-mahasiswa tersebut cukup baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan

dengan orang lain. d. Terdapat 10 (29,41%) mahasiswa Program Studi

Bimbigan dan Konselig Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 semester 2 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi tinggi. Artinya mahasiswa-mahasiswa tersebut baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang

lain. e. Terdapat 2 (5,88%) mahasiswa Program Studi

Bimbigan dan Konselig Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 semester 2 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi sangat tinggi. Artinya mahasiswa-mahasiswa tersebut sangat baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri,


(71)

mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain.

Adapun secara visual presentasi tingkat kecerdasan emosi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Semester 2 angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma, tahun/ajaran 2013/2014 dapat dilihat pada grafik 1

Grafik 1 Grafik Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Kelas A Angkatan 2013

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Shanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar atau 67,65% (11) mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Semester II kelas A Universitas Shanata Dharma telah memiliki kecerdasan emosi baik. Sementara 32,35% (23) mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 semester II kelas A Universitas Shanata Dharma memiliki kecerdasan emosi kurang baik, hal itu dikarenakan dari hasil perhitungan

Frekuensi Responden, sangat ren, 2

Frekuensi Responden, rendah, 9 Frekuensi Responden, sedang, 11 Frekuensi Responden, tinggi, 10 Frekuensi Responden, sangat tinggi, 2 Prosentase, sangat ren, 5.88% Prosentase, rendah, 26.47% Prosentase, sedang, 32.35% Prosentase, tinggi, 29.42% Prosentase, sangat tinggi, 5.88% Prosentase Frekuensi Responden


(72)

kuisioner terdapat terdapat mahasiswa yang berada dalam kategori sangat rendah, dan kategori rendah.

Untuk membatasi pembahasan dan menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam pembahasan, kategori

“sangat rendah” dan “rendah” disatukan menjadi rendah dan dianggap belum mencapai tingkat ideal. Kategori

“sangat tinggi”, “tinggi”, dan “sedang” disatuakn menjadi

tinggi dan dianggap telah mencapai tingkat ideal.jika disajikan dalam grafik menjadi 2 kategori adalahseperti syang nampak pada grafik 2

Grafik 2

Tingkat Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Angkatan 2013, Semester 2 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, Tahun/ajaran 2013/2014

2. Identifikasi item tingkat kecerdasan emosi sebagai dasar mengusulkan topik-topik bimbingan.

Penggolongan skor item tingkat kecerdasan emosi pada mahasiswa semester 2 Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 Tahun Ajaran 2013/2014 ditentukan dengan menggunakan kategorisasi Azwar (2010:

Series1, Tinggi , 67.65%, 68% Series1,

Rendah, 32.50%,

32%

Tinggi Rendah


(73)

107-108). Dalam proses kategorisasi peneliti menggunakan data empiris dimana kategorisasi tersebut menggunakan data lapangan. Adapun hasil penggolongan skor item dapat dilihat pada tabel 10

Tabel 9

Pengkategorisasian Item Kuesioner Kecerdasan Emosi Mahasiswa Smester Awal Program Studi Bimbingan dan Konseling

Tahun Ajaran 2013-2014

Rnetang skor No Item Jumlah Item Prosentase

(%) Keterangan

≤85 87,89,93,94,34,98,57,59 8 10,52% Sangat Rendah 86 - 99 58,60,65,66,6769,72,74,

80,88,97,105,112 13 17,10 % Rendah 100 - 114

61,62.63,70,71,73,22,23 ,25,78,79,81,28,32,85 ,86,91,92,35,39,40,96 ,99,100,45,47,48,49,107

,108,110,111,113

33 43,42 % Sedang

115 – 127

3,26,27,83,29,84,93,33, 101,102,103,43,44,46 ,50,51,52,53,54,109,114

21 27,64% Tinggi

≥ 128 76 1 1,32 % Sangat Tinggi

Tabel 10 memperlihatkan :

a. No item 87,89,93,94,34,98,57,59 termaksuk kategori tingkat kecerdasan emosi sangat rendah. Hal ini berarti item-item tersebut menunjukkan kemampuan mahasiswa yang sangat rendah dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain.


(74)

b. No item 58, 60, 65, 66, 67, 69,72,74, 80, 88, 97,105,112 termaksuk kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Hal ini berarti item-item tersebut menunjukkan kemampuan mahasiswa yang rendah dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain.

c. No item 61, 62 .63,70, 71,73, 22, 23, 25, 78,79, 81, 28, 32, 85 99, 100, 45, 47, 48, 49, 107, 108, 110, 111, 113 termaksuk kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Hal ini berarti item-item tersebut menunjukkan kemampuan mahasiswa yang cukup baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain

d. No item 3, 26, 27, 83, 29, 84, 93, 33, 101, 102, 103, 43, 44, 46, 50, 51, 52, 53, 54, 109, 114 termaksuk kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Hal ini berarti item-item tersebut menunjukkan kemampuan mahasiswa yang baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain


(75)

e. No item 76 termaksuk kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Hal ini berarti item-item tersebut menunjukkan kemampuan mahasiswa yang sangat baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain serta membina

hubungan dengan orang lain

Berikut ini disajikan grafik untuk menampilkan gambaran yang jelas mengenai capaian skor item pada penelitian ini:

Grafik 3.

Persentase Capaian Skor Item Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Smester Awal Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Tahun Ajaran 2013/2014

Berdasarakan data pada tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan 55 atau 72,38% item penelitian yang tergolong tinggi, sedangkan 21 atau 27,62% item penelitian yang tergolong rendah. Item yang teridentifikasi dalam kategori rendah digunakan sebagai dasar untuk menyusun

Jumlah Item, Sangat Rendah, 8 Jumlah Item, Rendah, 13 Jumlah Item, Sedang, 33 Jumlah Item, Tinggi, 21 Jumlah Item, Sangat Tinggi, 1 Prosetasi, Sangat Rendah, 10.52% Prosetasi, Rendah, 17.10% Prosetasi, Sedang, 43.42% Prosetasi, Tinggi, 27.64% Prosetasi, Sangat Tinggi, 1.32% Jumlah Item Prosetasi


(76)

usulan-usulan topik bimbingan pribadi-sosial, khususnya dalam upaya peningkatan kecerdasan emosi mahasiswa Smester Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Tahun USD. Berikut disajikan tabel analisis butir-butir instrumen penelitian tingkt kecerdasan emosi Mahasiswa Semester Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 10

Analisis butir-butir instrumen penelitian tingkat kecerdasan emosi Mahasisiswa Program Studi Bimbingan dan konseling Semester II angkatan 2013

Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014 No Item Item Skor Kategorisasi Tinggi

61 Saya memendam kebencian kepada teman yang mengejek saya. 109 62 Saya merasa sangat kesal apa bila permintaan saya tidak dipenuhi

oleh orang tua saya 110 63 Saya merasa rendah diri dihadapan teman-teman yang pandai 100 70 Saya sangat kesal ketika orang tua tidak membalas pesan singkat

(SMS) saya. 110 73 Saya membanting pintu dengan keras untuk melampiskan

kemarahan saya yang sangat besar 101 22 Saya langsung marah ketika ada teman yang membuat saya kesal 100 25 Setiap kali mengalami kesedihan, saya menangis seharian 114 78 Saya berusaha untuk sabar ketika ada teman yang membuat saya

kesal 112

79 Saya berusaha untuk tetap tenang dalam situasi yang memicu

kemarahan saya 110 81 Ketika saya sedang sedih, saya menghibur diri dengan menonton

acara-acara yang lucu di televisi 111 28 Saya senang dengan kondisi fisik saya saat ini. 112 32 Saya selalu bersemangat dalam mengerjakan tugas kuliah baik itu

tugas pribadi ataupun kelompok 109 85 Saya sangat sedih dengan diri saya, yang kurang baik dalam

menjalin relasi dengan teman 105 76 Ketika pesan singkat/SMS saya tidak di balas oleh orang tua, saya

marah dan membanting HP 111 91 Saya selalu bersemangat dalam belajar agar saya mendapatkan

nilai yang maksimal 108 92 Saya mengakui setiap kesalahan yang saya lakukan dengan

rendah hati 107 35 Saya bersikap acuh tak acuh terhadap kesalahan atau kelalaian

yang saya lakukan. 111 39 Saya dapat mengetahui perasaan-perasaan apa saja yang sedang 110


(1)

Sig. (2-tailed) 0.001804

N 34

VAR00052

Correlation

Coefficient 0.552634 VALID Sig. (2-tailed) 0.000701

N 34

VAR00052

Correlation

Coefficient 0.600164 VALID Sig. (2-tailed) 0.000175

N 34

VAR00053

Correlation

Coefficient 0.775937 VALID Sig. (2-tailed) 0.000001

N 34

VAR00054

Correlation

Coefficient 0.621157 VALID Sig. (2-tailed) 8.85E-05

N 34

VAR00104

Correlation

Coefficient 0.042511 UNVALID Sig. (2-tailed) 0.811328

N 34

VAR00105

Correlation

Coefficient 0.351692 VALID Sig. (2-tailed) 0.041383

N 34

VAR00106

Correlation

Coefficient 0.07427 UNVALID Sig. (2-tailed) 0.676353

N 34

VAR00107

Correlation

Coefficient 0.374529 VALID Sig. (2-tailed) 0.029087

N 34

VAR00108

Correlation

Coefficient 0.658987 VALID Sig. (2-tailed) 2.26E-05

N 34

VAR00109

Correlation

Coefficient 0.589972 VALID Sig. (2-tailed) 0.00024

N 34

VAR00110 Correlation

Coefficient 0.734297


(2)

107

Sig. (2-tailed) 0.000001

N 34

VAR00111

Correlation

Coefficient 0.621778

VALID Sig. (2-tailed) 8.66E-05

N 34

VAR00112

Correlation

Coefficient 0.352554

VALID Sig. (2-tailed) 0.040853

N 34

VAR00113

Correlation

Coefficient 0.47693

VALID Sig. (2-tailed) 0.004346

N 34

VAR00114

Correlation

Coefficient 0.626069

VALID Sig. (2-tailed) 7.49E-05

N 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

LAMPIRAN

4


(4)

108 Lampiran 4 Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .784 5

Item valid Reliability

Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

0.773 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

LAMPIRAN

5


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik kegiatan pengembangan diri.

0 0 92

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 99

Coping stres penulis skripsi (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2012 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2015/2016).

1 5 109

Kecerdasan emosi mahasiswa baru : studi deskriptif pada mahasiswa semester II kelas A angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribad

0 0 132

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik topik kegiatan pengembangan diri

0 0 90

Studi tentang tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

0 9 106

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4 18 97

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Tingkat kematangan emosi : studi deskriptif pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik program bimbingan untuk mengembangkan kematang

0 0 121

Tingkat kreativitas mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 103