PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA : Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung.

(1)

No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA

( Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi

Oleh Farida Aryani

1005709

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA

( Studi Kasus Pada Siswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)

Oleh Farida Aryani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial

© Farida Aryani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENULIS ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... L ATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

B. ... I DENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN ... 6

C. ... R UMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 7

D. ... T UJUAN PENELITIAN ... 7

1. ... T ujuan Umum ... 7

2. ... T ujuan Khusus ... 7

E. ... M ANFAAT PENELITIAN ... 8


(6)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. ... M anfaat Teoritis... 8 2. ... M

anfaat Praktis ... 8 F.... S

TRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10 A. ... K

ELOMPOK SOSIAL ... 10 1. ... P

engertian Kelompok Sosial ... 10 2. ... M

acam-macam Kelompok Sosial ... 11 3. ... K

elompok Sosial Primer ... 12 B. ... P

EERGROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) ... 14 1. ... P

engertian Peergroup ... 14 2. ... C

iri-ciri Peergroup ... 16 3. ... S

ifat-sifat Peergroup ... 16 4. ... F

ungsi-fungsi Peergroup ... 17 5. ... S

yarat-syarat Menjadi Anggota Kelompok ... 17 6. ... P


(7)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. ... G AYA HIDUP ... 19 1. ... P

engertian Gaya Hidup ... 19 2. ... F

aktor yang Memengaruhi Gaya Hidup ... 21 3. ... A

lat Ukur Gaya Hidup ... 21 D. ... K

ONSUMTIF ... 23 1. ... P

engertian Perilaku Konsumtif ... 23 2. ... J

enis-jenis Perilaku Konsumtif ... 24 3. ... F

aktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumtif ... 25 E. ... R

EMAJA ... 27 F.... I NTERAKSI SOSIAL ... 28 1. ... P

engertian Interaksi Sosial ... 28 2. ... F

aktor-faktor dan Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 30 3. ... S

yarat-syarat Interaksi Sosial ... 31 G. ... P

ENELITIAN TERDAHULU ... 32 BAB III METODE PENELITIAN ... 34


(8)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. ... L OKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 34 B. ... D

ESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN ... 35 C. ... M

ETODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN METODE ... 36 D. ... T

EKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38 1. ... O

bservasi ... 39 2. ... W

awancara ... 39 3. ... S

tudi Dokumentasi ... 41 E. ... I NSTRUMEN PENELITIAN ... 41 F... P

ROSEDUR PENELITIAN ... 42 1. ... T

ahap Pra Penelitian ... 42 2. ... T

ahap Pelaksanaan Penelitian ... 43 3. ... T

ahap Pengolahan dan Analisis Data ... 44 G. ... T

EKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 44 1. ... D

ata Reduction (Reduksi Data) ... 45 2. ... D


(9)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. ... C onclusion Drawing/Verification ... 47 H. ... P

ENGUJIAN KEABSAHAN DATA ... 48 1. ... T

riangulasi ... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49 A. ... D

ESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49 1. ... P

rofil SMA Negeri 7 Bandung ... 49 2. ... G

ambaran Umum Siswa SMA Negeri 7 Bandung ... 50 B. ... P

ROFIL INFORMAN ... 51 C. ... H

ASIL PENELITIAN... 57 1. ... H

al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 57 2. ... I ntensitas Pertemuan Peergroup... 65 3. ... P

eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 69 4. ... B

entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 73 a. ... G

aya Hidup Konsumtif Food ... 74 b. ... G


(10)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. ... G

aya Hidup Konsumtif Fun ... 87

5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 94

D. ... P EMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 1. ... H al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 99

2. ... I ntensitas Pertemuan Peergroup... 103

3. ... P eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja .... 105

4. ... B entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 108

5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 111

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 113

A.... S IMPULAN ... 113

B. ... R EKOMENDASI ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

DAFTAR CEKLIS PUSTAKA ... 124


(11)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelompok Sosial Primer... 13

Tabel 2.2 Komponen Gaya Hidup ... 22

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 50

Tabel 4.2 Profil Informan ... 56

Tabel 4.3 Hal-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 63

Tabel 4.4 Intensitas Bermain Bersama dalam Seminggu ... 68

Tabel 4.5 Peran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 72


(12)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Food Remaja dalam

Seminggu ... 78 Tabel 4.7 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Fashion Remaja dalam

Sebulan ... 86 Tabel 4.8 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Fun Remaja dan

Intensitasnya ... 90 Tabel 4.9 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 91 Tabel 4.10 Dampak Positif dan Negatif Gaya Hidup Konsumtif ... 98

DAFTAR BAGAN


(13)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 132 Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 133 A. ... S

urat Izin Penelitian ... 134 B. ... S


(14)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. ... B uku Bimbingan Skripsi ... 136 Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 137 A. ... P

edoman Observasi ... 138 B. ... P

edoman Wawancara ... 142 C. ... D

okumentasi Penelitian ... 145 Lampiran 3 Script Wawancara Informan ... 148


(15)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP

KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus Pada Siswa SMA Negeri 7 Kota Bandung)

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh lingkungan, contohnya ialah dalam gaya hidup konsumtif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung, dengan informan sejumlah lima belas siswa yang tergabung dalam dua peergroup yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi yaitu melakukan pengamatan langsung kepada informan, kemudian wawancara yang dilakukan kepada informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun, serta studi dokumentasi yaitu mempelajari data-data yang didapat dari catatan harian dan media sosial yang dimiliki informan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja. penelitian ini berusaha mendeskripsikan dari awal mula remaja bergabung bersama peergroup, bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama, bagaimana peergroup berperan dalam membentuk gaya konsumtif, bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja dan peergroupnya serta dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan hal yang mendorong remaja untuk masuk peergroup diantaranya kesamaan ciri fisik, kesamaan karakteristik, eksistensi, rasa aman, memberikan keuntungan, rasa nyaman, solidaritas dan dapat memberikan pengertian. Intensitas remaja bergaul dengan peergroup rata-rata dalam seminggu mencapai 3-4 hari. Peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja ditunjukkan dalam lima aspek yaitu sebagai sarana mencapai kekompakan peergroup, syarat untuk diterima dalam peergroup, memberikan penilaian bagi penampilan remaja, memberikan pengetahuan baru mengenai suatu produk dan sifat dominasi untuk memberikan pengaruh. Gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan remaja ada tiga bentuk yaitu food, fashion dan fun. Dalam bergaya hidup konsumtif ternyata remaja juga merasakan dampak positif maupun negatif. Melalui penelitian ini diharapkan remaja mampu menjadi dirinya sendiri tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang negatif.


(16)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Adolescence is a time of volatile and as a teenager was in an unstable condition, therefore they can be easily affected by the environment, for example, is the consumptive lifestyle. This research was conducted at SMAN 7 Bandung, with informant number fifteen students who are members of two different peergroup. Data collection techniques were conducted by researchers with the observation of direct observation to the informant, then the informant interviews conducted using an interview guide that had been developed, as well as documentation of studies that assess the data obtained from daily records and social media are owned by the informant. This research was conducted using the case study method with a qualitative approach. This study aims to provide an overview of peergroup role in shaping adolescent consumptive lifestyle. This study sought to describe from the beginning peergroup teens joined together, how they spend time together, how peergroup role in shaping consumer styles, forms of consumptive lifestyle that is done by teenagers and peergroupnya as well as the impact of the consumer lifestyle. The results showed that there are eight things that encourage teenagers to enter peergroup including physical characteristics in common, common characteristics, existence, safety, benefit, comfort, and can provide a sense of solidarity. Intensity teens hanging out with peergroup average of 3-4 days a week to reach. Peergroup role in shaping consumer lifestyle adolescents demonstrated in five aspects, namely as a means of achieving compactness peergroup, a requirement to be accepted in peergroup, providing performance assessment for teens, providing new knowledge about a product and the nature of dominance to influence. Consumptive lifestyle adolescents indicated there are three forms of food, fashion and fun. In consumptive life style turns teens also feel the impact of both positive and negative. Through this research is expected to become a teenager herself is not easily affected by the environment around the negative.


(17)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya beragam, terdiri dari berbagai macam karakteristik, sifat dan watak, pemikiran serta bagaimana cara mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mereka mempunyai otoritas dan wewenang untuk mengatur jalan hidupnya sesuai dengan apa yang mereka inginkan serta bertanggung jawab atas dirinya. Meskipun dapat berdiri sendiri-sendiri dan merupakan satu kesatuan yang utuh tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memerlukan keberadaan orang lain di sekitarnya. Baik secara langsung ataupun tidak, manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bahkan saat seorang bayi lahir ke dunia ia pasti memerlukan pertolongan orang lain. Itulah sebabnya mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk individu dan sosial.

Pada dasarnya, setiap manusia tidak dapat hidup apabila tidak berada di tengah-tengah manusia. Untuk mempertahankan hidupnya manusia dibekali oleh akal. Potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia pula. Manusia sebagai makhluk sosial yaitu individu yang hidup dan berkembang bersama dengan lingkungannya tentu tidak dapat terlepas dari pengaruh individu lain di sekitarnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan di dalam diri seorang manusia ada dorongan untuk menjalin hubungan atau relasi (berinteraksi) dengan orang lain.

Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Naluri untuk hidup berkelompok biasanya dilandasi oleh kesamaan ciri, karakteristik dan kepentingan masing-masing.


(18)

2

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecenderungan ini dapat membentuk kelompok-kelompok yang beragam di dalam sebuah masyarakat. Salah satu yang kita kenal adalah peergroup atau kelompok bermain. Peergroup merupakan agen sosialisasi di luar ikatan keluarga, contohnya teman sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal dan teman di sekolah. Apabila di dalam keluarga biasanya dilakukan pola interaksi yang horizontal dikarenakan ada hubungan yang tidak sederajat misalnya ayah terhadap anak, maka dalam peergroup pola interaksinya adalah vertikal yaitu cenderung lugas dan luwes baik dalam berbicara ataupun candaan karena dilakukan terhadap teman sebaya. Dalam kelompok teman sebaya (peergroup), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kecenderungan untuk membentuk kelompok dalam peergroup disini lebih banyak dilakukan oleh remaja-remaja di persekolahan.

Menurut Santosa (2009, hlm.84), “Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang

dewasa yang baru”. Individu mencari kelompok yang sesuai dengan

keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok. Di dalam peergroup individu dapat menemukan dunianya, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di segala bidang, misalnya: pembicaraan tentang hobi, kehidupan asmara, permasalahan keluarga serta hal-hal menarik lainnya.

Dengan berinteraksi bersama kawan-kawan yang cenderung mempunyai karakteristik yang sama dengan dirinya, maka seorang remaja akan merasa dirinya diakui. Menurut Soekanto (2003, hlm.61), “Interaksi sosial merupakan hubungan antara orang perorang dengan kelompok manusia maupun sebuah proses dimana seseorang atau kelompok orang bertindak atau bereaksi terhadap orang lain”. Di sini terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Ketika seorang individu bergaul di dalam kelompoknya maka


(19)

3

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara tidak langsung kelompok tersebut membentuk seorang individu untuk bertindak sama dengan anggota kelompoknya yang lain.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Adanya pengaruh dari teman sepermainan tentu saja dapat menimbulkan dampak baik negatif maupun positif, contohnya ialah dalam gaya hidup.

Arus perkembangan informasi dan teknologi yang pesat membuat sebagian masyarakat kita sangat terbuka dengan perubahan. Berbagai macam trend pakaian, musik, kuliner dan gadget bermunculan di negara kita dan sebagian besar masyarakat kita merupakan konsumen. Bahkan mengikuti setiap perubahan trend yang baru merupakan sebuah gaya hidup yang kemudian diminati oleh masyarakat.

Kecenderungan untuk mengikuti setiap perubahan trend atau teknologi baru yang bermunculan akan membentuk gaya hidup yang konsumtif. Mangkunegara (2002, hlm.3) mengemukakan bahwa:

Perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Lain halnya menurut Soebiyakto (1988, hlm.17), “Perilaku konsumtif adalah seringnya konsumen membeli suatu barang atau produk demi sebuah pengakuan, dimana secara nyata bahwa produk tersebut tidak dibutuhkan”. Gaya hidup yang konsumtif ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa yang notabene sudah berpenghasilan, tetapi hal ini juga mulai merambah pada kaum remaja. Apalagi ketika seorang remaja bergaul dengan peergroup (kelompok teman sebaya) yang memang berasal dari keluarga yang berada dan bergaya hidup mewah.

Para remaja mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan eksistensi dirinya kepada lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu para remaja senantiasa melakukan hal apapun yang dapat membuat dirinya lebih menonjol dibandingkan dengan remaja yang lainnya, salah satunya yaitu dengan berlaku


(20)

4

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsumtif. Sebenarnya gaya hidup yang konsumtif pada remaja ini masih bisa diterima sepanjang perilaku konsumtif masih dalam batas kewajaran. Hal ini tidak akan menjadi persoalan ketika didukung oleh kematangan finansial. Yang menjadi persoalan adalah ketika perilaku konsumtif ini dilakukan secara berlebihan dan dilakukan secara terus-menerus.

Para remaja bersama peergroupnya baik laki-laki maupun perempuan sering menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Terlebih lagi sekarang ini banyak sekali mall, café serta pusat perbelanjaan bermunculan di kota-kota besar, salah satunya Bandung. Respon positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan Mall, café dan pusat perbelanjaan terlihat jelas memicu berkembangnya tempat-tempat tersebut. Mall, café serta pusat-pusat perbelanjaan tersebut yang biasanya menjadi tempat tujuan para remaja bersama peergroupnya untuk menghabiskan waktu dan hang out bersama. Meskipun tidak setiap kali mengunjungi mall, café dan pusat perbelanjaan untuk berbelanja, tetapi kegiatan ini agaknya menjadi rutin dilakukan setiap remaja dan peergroup walaupun hanya sekedar jalan-jalan, jajan ataupun nongkrong bersama teman-teman. Saat ini di kota Bandung terdapat beberapa mall yaitu Ciwalk, PVJ, TSM, Festival Citylink, BIP, dan lain-lain.

Menurut penelitian The Nielsen Regional Retail Highlights tahun 2011, ramainya kawula muda mengunjungi resto-resto seperti itu karena konsep tempat dianggap sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta. Sementara pengamat sosiologi, Abdul Kholek dalam Arin (dikutip dari surat kabar online Antara News, Maret 11/2012) menyebutkan:

Ada fenomena yang berkembang dalam masyarakat dunia ketiga termasuk Indonesia yaitu kecenderungan terjadinya perubahan gaya hidup akibat dari ekspansi industri pangan yang dimanifestasikan ke dalam bentuk restoran siap saji. Generasi muda lebih suka makan dan menghabiskan waktu ke cafe dan resto untuk menyantap makanan-makanan ala Barat yang siap saji. Hal ini sejalan dengan pendapat George Ritzer bahwa dampak fast-food sampai pada tataran luas yang begitu mendalam pada berbagai posisi. Ada rasa yang beda ketika mereka memasuki dan makan di tempat-tempat yang identik dengan pangan elit. Tidak hanya rasa tetapi mereka membeli pola dan gaya hidup, agar mereka menjadi orang modern. Inilah efek sampingan dari


(21)

5

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pencitraan media melalui iklan-iklan. Masuknya makanan siap saji berimplikasi tidak hanya pada sektor ekonomi ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal, tetapi juga mengubah gaya hidup dalam masyarakat di negara berkembang. Pergeseran dan perubahan gaya hidup berpengaruh cukup signifikan khususnya pada generasi muda menjadi gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme.

( http://www.antaranews.com/print/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup)

Tidak hanya berbelanja atau sekedar hang out bersama peergroup (teman-teman sepermainan) yang telah menjadi gaya hidup sebagian remaja maupun anak sekolah saat ini. Penggunaan teknologi berbasis IT canggih seperti telepon genggam yang terus menerus mengeluarkan produk baru yang semakin canggih setiap harinya pun digandrungi oleh para remaja. Kemunculan gadget baru seperti Blackberry, IPhone, serta tablet mulai masuk dan menarik perhatian para remaja saat ini. Telepon genggam kini berubah fungsi bukan saja digunakan untuk berkomunikasi tetapi digunakan pula untuk semata-mata menunjukkan identitas diri. Terkadang apabila salah satu anggota dari peergroup menggunakan handphone merk A maka anggota yang lain pun akan cenderung menggunakan merek yang sama atau bahkan lebih bagus. Hal ini tentu saja bisa disebut sebagai gaya hidup yang konsumtif dimana ketika suatu ada perubahan fungsi yang tadinya telepon genggam merupakan alat komunikasi, kini menjadi suatu prestise bagi sebagian kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh Soendojo, seorang pakar Sosiologi dari Universitas Negeri Jakarta dalam Meirina (dikutip dari surat kabar online Antara News, Maret 11/2012),:

Perilaku yang dilakukan oleh anak remaja didorong oleh keinginan untuk diterima pada lingkungan sebayanya. “Mereka membutukan sesuatu yang berbeda atau sama dengan yang dimiliki oleh teman-temannya misalnya telepon pintar agar dapat tetap berada pada kelompoknya”. Demikian pula gaya hidup remaja sekarang yang sering memenuhi mall-mall. Remaja yang tinggal di kota-kota besar memang tidak lepas dari gaya hidup mewah, namun semua kenikmatan yang diperoleh tersebut harus dibayar dengan uang sekecil apapun. Fenomena konsumerisme yang melekat para remaja, menurut Rahmitha, lebih karena adanya dorongan dari kelompok teman sebaya baik dari lawan kelompok maupun kelompoknya sendiri. (http://www.antarajambi.com/berita/296521/nongkrong-tanpa-slurpee-smartphone-belum-gaul)


(22)

6

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana peer group dapat membentuk gaya hidup yang konsumtif pada remaja. Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 7 Bandung. Secara geografis SMA Negeri 7 Bandung, letaknya sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang strategis akses untuk menuju beberapa mall, dan pusat perbelanjaan yang ada di kota Bandung pun sangat mudah. Tentu saja hal ini bisa memudahkan siswa-siswi yang bersekolah di SMA Negeri 7 Bandung terpengaruh untuk mengunjungi tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang konsumtif. Melihat data di lapangan siswa di SMA Negeri 7 Bandung mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula, ada yang berasal dari keluarga menengah-atas maupun menengah-bawah. Berdasarkan pengamatan penulis, siswa SMA Negeri 7 Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Inilah yang akan menjadi fokus penelitian dari penulis apakah peergroup (kelompok teman sebaya) akan membentuk gaya hidup yang konsumtif pada siswa. Oleh karena latar belakang itulah penulis ingin melakukan penelitian mengenai : PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 7 Bandung).

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa seseorang akan bergaul dengan peergroup yang mempunyai karakteristik yang serupa dengan dirinya diantaranya adalah kesamaan usia, hobi, minat, penampilan, kegemaran bahkan cara berpikir. Di dalam pergaulan tersebut tentunya akan ada saling pengaruh mempengaruhi antar anggotanya. Pengaruh-pengaruh tersebut ada yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh-pengaruh positif dari peergroup yaitu motivasi belajar, prestasi belajar serta akhlak yang baik. Sementara pengaruh yang negatif dari peergroup yaitu kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar hingga gaya hidup konsumtif.


(23)

7

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam hal ini fokusnya adalah gaya hidup yang konsumtif. gaya hidup konsumtif merupakan pola perilaku yang menunjukkan minat, kegemaran, bagai mana individu membelanjakan uang dan bagaimana individu menghabiskan waktu yang keseluruhan aspek tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak efisien. Maka yang akan menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja?

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Guna tercapainya tujuan sebuah penelitian, maka peneliti perlu merumuskan apa yang menjadi fokus permasalahan. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Hal-hal apakah yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup?

2. Seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya?

3. Bagaimanakah peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif

remaja di SMA Negeri 7 Bandung?

4. Apa saja bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja di SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama dengan peergroupnya?

5. Adakah dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana peran peergroup membentuk gaya hidup yang konsumtif di kalangan siswa SMA Negeri 7 Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hal-hal yang mendorong remaja masuk dalam sebuah


(24)

8

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Diketahuinya seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan

peergroup.

c. Diketahuinya peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja di SMA Negeri 7 Bandung.

d. Diketahuinya berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang

dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya. e. Diketahuinya dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang spesifik mengenai pengaruh peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja dan berguna bagi pihak-pihak terkait dan membutuhkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep-konsep sosiologi, khususnya konsep interaksi dan sosialisasi. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi studi mengenai peergroup dalam konteks pengaruhnya bagi kehidupan remaja.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan informasi mengenai hal-hal yang mendorong remaja masuk

dalam sebuah peergroup;

b. Memberikan informasi mengenai seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya;

c. Memberikan informasi, peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif siswa SMA Negeri 7 Bandung;


(25)

9

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Memberikan informasi mengenai berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya;

e. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif;

f. Bagi remaja, dengan adanya penelitian ini para remaja diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri, pandai menyesuaikan diri, serta tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan ataupun teman sepermainan yang membawa pengaruh negatif;

g. Bagi orangtua, sebagai pembinaan sikap dan perilaku agar dapat membentuk kualitas pribadi remaja yang memiliki sikap yang tidak konsumtif;

h. Bagi pendidik, sebagai bahan untuk menanggulangi dampak negatif yang

terjadi akibat dari gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 7 Bandung.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori yang memiliki hubungan dengan penelitian penulis.

BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai

lokasi dan subjek penelitian, metode dan pendekatan penelitian, definisi operasional, teknik dan pengumpulan data, intrumen penelitian serta tahapan


(26)

10

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peran peer group dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis

menganalisis temuan data mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja serta memaparkan hasil penelitian tersebut.

BAB V : Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis memberikan

simpulan dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi serta pembahasannya dalam skripsi ini.


(27)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Adanya lokasi penelitian tentu merupakan hal yang penting bagi

berlangsungnya sebuah proses penelitian. Lokasi penelitian merujuk pada sebuah tempat dimana terdapat pelaku dan fenomena yang akan diteliti. Untuk mendapatkan segala informasi yang peneliti butuhkan demi menunjang terlaksananya penelitian mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja, oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di sekolah menengah atas. Karena rentang usia remaja SMA berkisar antara 15 sampai 17 tahun maka peneliti merasa tepat apabila melakukannya di SMA. Dalam penelitian ini SMA Negeri 7 Bandung yang terletak di Jalan Lengkong Kecil No. 53 dipilih sebagai lokasi penelitian. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang letaknya strategis di tengah-tengah kota Bandung. SMA Negeri 7 Bandung juga merupakan sekolah yang cukup diminati pendaftar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian disini adalah karena karakteristik siswa-siswi di sini sangat heterogen. Selain itu juga mereka berasal dari status sosial yang berbeda-beda. Banyak siswa yang datang ke sekolah dengan mobil, motor, bus, kereta api dan bahkan jalan kaki. Tetapi kebanyakan siswa mengendarai motor ke sekolah. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan penulis siswa-siswi SMA Negeri 7 Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Lokasi penelitian juga dekat dengan peneliti, sehingga dapat memudahkan pengambilan data dan peneliti dapat berkomunikasi dengan intensif dengan sumber informasi (informan).


(28)

35

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek merupakan pelaku, dalam hal ini adalah semua orang yang dapat dimintai informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 216):

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang

diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu.

Tujuan dari digunakannya purposive karena peneliti ingin memperoleh data

yang lengkap dari informan-informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat. Kemudian yang menjadi subjek penelitian dalam pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Jumlah

1 Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA

Negeri 7 Bandung

1 orang

2 Siswa-Siswi SMA Negeri 7 Bandung 15 orang

Jumlah 16 orang

B. DESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian, diperlukan pendekatan penelitian. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Dikemukakan oleh Bungin (2008, hlm.302) bahwa “Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat”. Menurut Creswell (1988, hlm.117):


(29)

36

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a natural setting.

Sedangkan menurut Herdiansyah (2010, hlm.9) “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti”. Sementara itu Sukmadinata (2006, hlm.60) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pendekatan kualitatif dipandang tepat untuk melihat lebih jelas aktifitas sosial kelompok teman sebaya (peergroup).

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk terjun ke lapangan untuk menemukan jawaban dengan secara langsung melihat, mengamati dan mendengarnya langsung dari objek yang akan diteliti. Tujuan dari pemilihan pendekatan kualitatif agar didapatkan informasi yang mendalam dengan wawancara dan observasi yang dilakukan antara peneliti dengan objek penelitian. Karena yang menjadi masalah penelitian yaitu bagaimana peran teman sebaya (peergroup) dalam membentuk gaya hidup konsumtif maka diperlukan data yang benar-benar dapat menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena tersebut melalui data yang berupa kata-kata atau lisan dari perilaku kelompok yang diamati. Untuk itulah pendekatan kualitatif dirasa tepat apabila digunakan dalam penelitian ini.

C. METODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN

METODE

Metode adalah jalan yang digunakan untuk mencari informasi melalui data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebelum lebih jauh


(30)

37

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai metode penelitian. Metode penelitian merupakan cara atau proses yang digunakan dalam pendekatan masalah penelitian untuk menemukan jawaban atas suatu masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1992, hlm.121):

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Menurut Ruslan (2008, hlm.24) “Metode adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya”. Sedangkan Menurut Sugiyono (2013, hlm.2) “Metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dapat

disimpulkan bahwa metode merupakan unsur penting dalam penelitian yaitu sebagai jalan untuk menemukan jawaban. Pemilihan metode yang tepat dapat menunjang keberhasilan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Yin (2002, hlm.1):

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.Studi kasus juga bisa memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan sebagai suatu hal yang bersifat umum.

Kemudian dikemukakan oleh Raco (2010, hlm.50) “Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan Negara”. Penelitian ini ingin melihat proses interaksi yang dilakukan oleh peergroup bersama anggotanya sehingga menimbulkan gaya hidup yang konsumtif. Pandangan ini didukung oleh pendapat Muin (2013, hlm.230) yang mengatakan bahwa “Metode studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian


(31)

38

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berkenaan dengan suatu fase khusus atau khas dari keseluruhan kejadian”. Dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004, hlm.201) penggunaan metode studi kasus dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:

a.Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti;

b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa

yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari;

c.Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan responden;

d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas;

Berdasarkan beberapa pandangan dari beberapa ahli serta keuntungan-keuntungannya, peneliti menimbang bahwa metode studi kasus adalah metode yang tepat jika digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti ingin menghasilkan data yang berupa kata-kata yang dapat mendeskripsikan perilaku yang telah diamati peneliti. Kemudian tujuan dari penelitian ini juga untuk memberikan gambaran pola interaksi dari peergroup yang menyebabkan gaya hidup konsumtif.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini maka diperlukan data yang menunjang penelitian ini. Dalam pengumpulan data-data maka diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data tentulah harus disesuaikan dengan metode dan pendekatan yang digunakan. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 224) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi serta studi kepustakaan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm.62) bahwa:

Bila dilihat dari segi cara atau tekhnik pengumpulan data, maka tekhnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),


(32)

39

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Untuk menunjang hal tersebut penulis menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Pengertian observasi menurut Kartono (1980, hlm.142) adalah “Studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah: “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”. Menurut Nawawi dan Martini (1992, hlm.74) “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian”.

Dalam Sugiyono (2013, hlm.227) “Observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation”. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah participant observation dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari objek yang sedang diamati. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati hal yang dikerjakan oleh sumber data, mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan mengenai perilaku remaja bersama peergroupnya serta melihat aktivitas mereka sehari-hari di sekolah maupun diluar sekolah.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.228) “Manfaat dari observasi salah satunya adalah dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh informan dalam wawancara karena bersifat sensitiF”. Untuk itulah peneliti memandang bahwa observasi dirasa tepat dalam penelitian ini karena peneliti terlibat langsung sehingga antara peneliti dan objek penelitian tidak ada yang dirahasiakan.


(33)

40

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Sugiyono (2013, hlm.231):

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.

Melalui wawancara ini peneliti ingin mendapatkan informasi secara verbal mengenai sikap, pengetahuan dan tindakan yang menjadi target penelitian yaitu tentang peranan peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif pada remaja di SMAN 7 Bandung. Wawancara digunakan peneliti dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan untuk mengetahui kejelasan dari suatu permasalahan. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstrukur (unstructured interview) dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis. Pedoman wawancara disusun secara sederhana. Teknik ini dilakukan agar interaksi yang dilakukan antara peneliti dengan responden lebih lugas dan tidak ada yang merasa diintimidasi. Wawancara ini juga dilakukan agar suasana diantara peneliti dan informan tidak ada rasa canggung. Sehingga peneliti dengan responden dapat berbincang seperti layaknya teman yang sedang mendengarkan curahan hati remaja. Pendekatan seperti ini sangat tepat apabila respondennya para remaja. Tujuannya adalah untuk memperkuat suatu data yang telah diperoleh serta untuk memperoleh informasi secara meluas dan mendalam. Alasan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2013, hlm.267) bahwa:

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan dalam kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap dua kelompok teman sebaya yang berada di SMA Negeri 7 Bandung sebagai informan utama, yang merupakan sumber data terpenting untuk menjawab penelitian ini.


(34)

41

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi

Menurut Moleong (2006, hlm.161) mendefinisikan bahwa “Studi

dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti”. Sedangkan dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm.231), “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Studi dokumentasi yang akan dilakukan peneliti yaitu mengumpulkan berbagai dokumen seperti catatan yang ada pada guru BK, wali kelas, dan guru lainnya, buku laporan pribadi siswa serta catatan lain yang berkaitan dengan sumber data. Kemudian dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengamati social media yang digunakan oleh informan. Informasi yang didapatkkan dari social media merupakan data pendukung yang dianggap penting oleh peneliti, sebab melalui social media biasanya para remaja suka mempublikasikan kegiatanya bersama teman-temannya.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Menurut Arikunto (2006, hlm.134), “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Instrumen merupaka alat bantu yang digunakan peneliti untuk memperoleh sebuah data. Teknik pengumpulan data akan menjadi lebih mudah apabila didukung dengan intrumen penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013, hlm.305) menjelaskan bahwa “…dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Selanjutnya Sugiyono (2013, hlm.223) menyatakan:


(35)

42

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Merujuk pada pendapat diatas, sudah jelas bahwa intrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, selebihnya instrumen-instrumen pendukung disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, tape recorder, kamera serta catatan lapangan.

F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti mengajukan proposal usulan penelitian kepada pihak Prodi Pendidikan Sosiologi. Setelah disetujui, peneliti mengikuti seminar proposal penelitian pada tanggal 24 Juni 2013 dan diuji oleh 2 dosen penguji. Setelah ditetapkan bahwa usulan penelitian ini layak untuk diteliti, maka Prodi Pendidikan Sosiologi mengeluarkan SK yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2013 dan disetujui oleh Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Rangkaian selanjutnya peneliti melakukan observasi dengan terlebih dahulu mengunjungi SMA Negeri 7 Bandung. Tujuan dilakukannya observasi ini adalah untuk mengetahui gambaran umum SMA Negeri 7 Bandung, terutama yang terkait dengan objek penelitian yaitu peer group. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati perilaku siswa-siswi bersama dengan peer groupnya. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai peergroup yang ada di SMA Negeri 7 Bandung.


(36)

43

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah melakukan kegiatan tersebut, peneliti membuat rancangan penelitian sederhana serta membuat kelengkapan penelitian yang meliputi surat penelitian yang merupakan prosedur penelitian serta guna mendapatkan izin dari instansi terkait. Prosedur perizinan yang dilakukan antara lain:

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui prodi Pendidikan Sosiologi yang ditandatangani oleh Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi.

b. Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pembantu

Dekan I mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung.

c. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah

Bidang Humas memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolahnya.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah pada tahap pra penelitian, peneliti melengkapi segala kelengkapan yang diperlukan selama penelitian, tahap selanjutnya peneliti mulai terjun ke lapangan untuk memulai pelaksanaan penelitian. Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama sebuah penelitian, maka peneliti secara langsung berhubungan dengan responden. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dibantu dengan pedoman wawancara sederhana. Kegiatan wawancara ini dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya:

a.Wawancara yang dilakukan kepada Wakasek Humas SMA Negeri 7

Bandung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keseluruhan mengenai gambaran sekolah di SMA Negeri 7 Bandung.

b. Wawancara yang dilakukan kepada dua kelompok teman sebaya

(peergroup) yang ada di SMA Negeri 7 Bandung. Pada tahap ini tentu saja peneliti bertujuan untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya mengenai karakteristik setiap anggotanya, bagaimana mereka


(37)

44

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berinteraksi satu sama lain, bagaimana mereka bergaul dan apakah karenanya dapat menimbulkan gaya hidup konsumtif.

Setelah melakukan proses wawancara dengan para responden, penulis menyusun secara runut kemudian menuliskan kembali informasi-informasi yang telah didapatkan. Tidak lupa pula menuliskan catatan tambahan yang berasal dari catatan pengamatan, foto maupun dokumen lainnya. Tujuan dilakukannya hal ini agar peneliti dapat melihat data apalagi yang harus peneliti cari dan lengkapi. Hal ini juga dilakukan sampai peneliti sampai pada titik jenuh dan tidak ada lagi mendapat informasi yang baru.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan dan analisis data merupakan tahap yang paling penting. Setelah peneliti melakukan serangkaian penelitian, data yang diperoleh dari berbagai responden kemudian diolah dan dianalisis. Maka diperlukan tahap ini untuk mengemas sebuah penelitian dalam sebuah laporan yang mudah dimengerti oleh pembaca. Hal-hal yang berkaitan dengan tahap pengolahan dan analisis data akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

Teknik pengolahan data dan analisis data merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian proses yang akan mengasilkan interpretasi data secara sistematis, mudah dibaca dan dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.244)”

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(38)

45

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selebihnya Cresswell (2013, hlm.275) mengemukakan bahwa “analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah seringkali menjadi model analisis yang umum digunakan”. Dalam model analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan tema atau perpektif tertentu dan melaporkannya. Dalam penelitian ini juga peneliti memilah informasi yang informasi yang mendukung serta tidak memasukkan informasi yang tidak penting.

Menurut Sugiyono (2013, hlm.245) “analisis data pada penelitian kualitatif telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Dalam penelitian ini analisis sebelum di lapangan dilakukan untuk memberikan gambaran awal mengenai hasil penelitian. Namun menurut Sugiyono (2013, hlm.245) “…focus penelitian ini masih bersifat sementara , dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan”. Demikian pula juga dalam penelitian ini gambaran awal mengenai penelitian ini dapat berkembang seiring dengan proses penelitian.

Kemudian beberapa aktivitas analisis di lapangan menurut Sugiyono (2013, hlm.246) “…berdasarkan Model Miles dan Huberman terdiri dari 3 aktivitas yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verivication”. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam analisis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Daymon dan Holloway (2008, hlm.369) “Reduksi data adalah proses memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan yang lebih teratur dengan mengoding, menyusunnya menjadi kategori (memoing), dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana”. Untuk itulah dengan adanya reduksi data akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan informasi selanjutnya dan melengkapi data yang diperlukan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm.247) menyatakan bahwa “Reduksi


(39)

46

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Sementara Nasution (2003, hlm.128) mengungkapkan bahwa:

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih-pilih hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Kondisi-kondisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, merupakan hal yang sangat relevan dengan apa yang peneliti temui di lapangan. Terkadang peneliti kesulitan dalam menganalisis data karena data terlalu banyak dan tidak fokus pada pokok penelitiannya. Setelah melakukan beberapa observasi dan wawancara data yang diperoleh semakin lama semakin bertambah dan semakin rumit jika analisis dilakukan pada keseluruhan data yang diperoleh. Untuk itulah penulis melakukan proses pemilahan terhadap data. Dengan cara seperti itu dapat mempermudah penulis untuk melengkapi data yang sekiranya masih diperlukan. 2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakukan kegiatan reduksi data, langkah selanjutnya yang dilakukan dalan analisis data adalah data display atau penyajian data. Menurut Rasyad (2002, hlm.15) “Penyajian data dilakukan untuk menganalisis masalah agar mudah dicari pemecahannya”. Penyajian data juga dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran di lapangan secara tertulis.

Penyajian data dapat dilakukan ke dalam beberapa bentuk. Menurut Sugiyono (2013, hlm.49) “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya”. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2003, hlm.128) beliau mengungkapkan bahwa:

Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit dipahami. Oleh karena itu, agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu


(40)

47

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, network, chart dan grafik.

Berdasarkan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013,hlm.249) “…yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”. Merujuk pada pendapat para ahli diatas, peneliti melakukan penyajian data ke dalam bentuk uraian narasi. Tujuan digunakannya teknik itu agar peneliti mudah membaca, mempermudah proses penyusunan laporan, serta mempermudah memahami gejala di lapangan.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah yang terakhir dalam analisis data adalah conclusion

drawing/verification atau penarikan kesimpulan/verifikasi. Dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.252) bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Sama halnya dengan penelitian ini, bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan kesimpulan yang masih bersifat sementara. Keadaan itu akan berubah apabila peneliti tidak menemukan penemuan-penemuan atau informasi baru di lapangan yang dapat mendukung pernyataan peneliti. Maka kesimpulan yang telah dibuat mestilah dirubah. Tetapi apabila fakta-fakta yang ditemukan di

lapangan sesuai dan didukung oleh bukti serta teori yang dapat

dipertanggungjawabkan, maka kesimpulan tersebut dapat dinyatakan benar. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.252) bahwa:

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(41)

48

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

1. Triangulasi

Dikemukakan oleh Sugiyono (2013,hlm. 273) bahwa “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Proses triangulasi dalam penelitian ini dilakukan pada informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terkait. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan pada teknik pengumpulan data. Pada mulanya peneliti melakukan observasi, lalu setelah data terkumpul peneliti melakukan wawancara serta studi dokumentasi. Setelah mendapatkan data dari ketiga teknik pengumpulan tersebut barulah dicocokkan untuk menguji kredibilitas data. Untuk itu bagan proses triangulasi dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Bagan 3.1

Triangulasi Sumber Data

Observasi Wawancara


(42)

49

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja


(43)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran peergroup dalam membentuk perilaku konsumtif remaja. Untuk itu, berdasarkan penelitian dan proses analisis data yang telah dilakukan pada dua peergroup di SMA Negeri 7 Bandung yang terdiri dari lima belas informan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa hal yang mendorong siswa masuk dalam peergroup.

Hal-hal tersebut diantaranta 1) kesamaan ciri fisik, 2) kesamaan karakteristik atau sifat, 3) keinginan meraih eksistensi, 4) memberikan rasa aman, 5) memberikan keuntungan, 6) memberikan rasa nyaman, 7) solidaritas yang tinggi, serta yang terakhir 8) bisa memberikan pengertian.

2. Kedekatan diantara remaja dengan peergroupnya terjalin disebakan oleh intensitas pertemuan mereka yang intensif. Intesitas pertemuan remaja bersama teman-temannya terkadang bisa lebih sering dibandingkan dengan orangtua mereka. Rata-rata remaja meluangkan tiga sampai empat hari dalam seminggu untuk bermain bersama peergroup. Pertemuan-pertemuan tersebut terjadi tidak hanya pada saat jam sekolah, melainkan pada saat sepulang sekolah. Ketika sepulang sekolah biasanya peergroup melakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan kegemaran mereka diantaranya, jalan-jalan, mengobrol atau hanya sekedar nongkrong saja.


(44)

114

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kebiasaan remaja bersama peergroupnya yang gemar menghabiskan

waktu luang bersama-sama ternyata dapat membentuk gaya hidup konsumtif bagi remaja itu sendiri. Terdapat beberapa gambaran mengenai peran peergroup dalam membentuk perilaku konsumtif remaja yaitu 1) sarana mencapai kekompakan peergroup, 2) syarat untuk diterima dalam peergroup, 3) memberikan penilaian bagi penampilan remaja, 4) memberikan pengetahuan baru mengenai suatu produk, dan yang terakhir yaitu 5) sifat dominasi untuk memberikan pengaruh.

4. Terdapat tiga bentuk gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan oleh remaja. Bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif tersebut yaitu food, fashion dan fun. Food berkaitan dengan segala bentuk kuliner dengan kata lain apa yang mereka konsumsi dalam bentuk makanan dan minuman. Fashion merupakan hal yang berkaitan dengan penampilan yaitu apa yang mereka kenakan seperti pakaian, aksesoris, sepatu, dan lain-lain. Sementara fun adalah apa yang menjadi kesenangan atau hal yang diminati. Hal-hal yang dilakukan remaja bersama peergroupnya yaitu menonton film di bioskop, karaoke serta bermain band.

5. Dampak yang ditimbulkan dalam gaya hidup konsumtif dirasakan oleh

remaja. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan remaja yaitu merasa puas memiliki barang-barang bermerek dan merasa kekinian sebab mengikuti trend yang berkembang. Sementara dampak negatif dari gaya hidup konsumtif tersebut adalah terlalu boros dalam membelanjakan uang, masihbergantung kepada orangtua, melakukan hal negatif dalam memenuhi gaya hidup konsumtif, membeli barang-barang tidak sesuai dengan kebutuhan, membuang-buang waktu serta melakukan hal yang menyimpang.


(45)

115

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. REKOMENDASI

Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan, sebagai penutup dalam laporan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagi Remaja

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para remaja dapat memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.

b. Diharapkan para remaja lebih efektif dan efisien dalam

membelanjakan uang yang dimiliki.

c. Diharapkan para remaja agar menimbang-nimbang secara matang ketika akan membeli barang, apakah barang tersebut benar-benar bermanfaat atau hanya tergiur oleh teman dan keinginan sesaat. d. Diharapkan para remaja agar menjadi dirinya sendiri, tidak mudah

terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang negatif.

2. Bagi Orangtua

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan orangtua dapat

memberikan kontrol yang lebih kepada anak-anaknya ketika membelanjakan uang yang mereka miliki.

b. Diharapkan orangtua mampu membina sikap dan perilaku agar dapat membentuk kualitas pribadi remaja yang memiliki sikap yang tidak konsumtif.

3. Bagi Pendidik

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para pendidik mampu memberikan pemahaman pada remaja mengenai bahaya gaya hidup konsumtif.


(46)

116

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Diharapkan para pendidik mampu memberikan pengarahan

mengenai pentingnya hidup hemat.

c. Diharapkan para pendidik mampu mengarahkan remaja pada

kegiatan-kegiatan yang positif, mengingat status dari mereka adalah sebagai pelajar dimana tugas utamanya adalah belajar semaksimal mungkin.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Dengan ada penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan aspek-aspek lain dari peergroup dan gaya hidup konsumtif.

b. Diharapkan peneliti membuat time schedule ketika akan melakukan

penelitian sehingga dapat terorganisir dengan baik.

c. Diharapkan peneliti untuk lebih dekat dengan infroman, agar kedalaman data dapat tergali secara maksimal.


(47)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie et al. (2010). Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Ghifari, Abu. (2003). Remaja Korban Mode. Bandung: Mujahid.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arimbi, Meillyza. L. N. (2013). Efektivitas Teknik Self Intruction Untuk Mereduksi Perilaku Konsumtif. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Creswell, John W. (1988). Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches, Thousand Oaks Sage Pub.

Creswell, John W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daymon Christine dan Holloway Immy. (2008). Metode-metode Riset Kualitatif. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

Davis, Kingsley. (1960). Human Society Cetakan ke-13. New York: The Macmillan Company.


(48)

118

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 Balai Pustaka. Jakarta: Gramedia.

Engel et al. (2010). Perilaku Konsumen. Edisi Keenam, jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Featherstone, Mike. (2005). Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Terjemahan oleh Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gladding, Samuel T. (1995). Group Work: A Counseling Specialty, Second Edition. New Jersey: Prentice-hall.

Hanuning, Sri. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, EB. (1997). Psikologi Perkembangan Edisi 5.Jakarta: Erlangga.

Kamanto, Sunarto. (2000). Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kartono, Kartini. (1980). Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni.

Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kasali, Rhenald. (2000). “Membidik Pasar Indonesia”, Segmenting, Targeting dan Positioning. Jakarta: Gramedia.

Kotler. (2002). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Erlangga


(49)

119

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lina dan Rosyid H. F. (1997). Perilaku Konsumtif Berdasar Locus of Control Pada Remaja Putri. Psikologika. No.4, Tahun II

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2002). Perilaku Konsumen.Bandung : PT. Refika Aditama.

Moleong, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monks. (1999). Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

Muin. Idianto. (2013). Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nawawi Hadari, dan Martini. (1992). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Nurhayati, Evi. (2008). Peran Peer Group dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja (studi terhadap remaja putri SMK Wasis Klaten). Program Studi Sosiologi Agama, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Prasetijo, Ristiyanti dan Ihalauw, John. (2005). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi


(50)

120

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rasyad, Rasdiyan. (2002). Metode Statistik Deskriptif untuk Umum. Jakarta: Grasindo.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosandi, Andika Filona. (2004). Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Mahasiswa Pria dan Wanita di Universitas Atmajaya. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya.

Ruslan, Rosady. (2008). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samsunuwiyati, Mar’at, (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Santosa, Slamet. (2009). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Santoso, Slamet (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Santrock W John, Adolescence. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiadi, Elly.M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Nugroho. (2008). Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Soebiyakto. (1988). Wanita dan Media Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ke-3 Balai Pustaka. Jakarta: Gramedia.

Engel et al. (2010). Perilaku Konsumen. Edisi Keenam, jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Featherstone, Mike. (2005). Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Terjemahan oleh Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gladding, Samuel T. (1995). Group Work: A Counseling Specialty, Second Edition. New Jersey: Prentice-hall.

Hanuning, Sri. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, EB. (1997). Psikologi Perkembangan Edisi 5.Jakarta: Erlangga.

Kamanto, Sunarto. (2000). Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kartono, Kartini. (1980). Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni.

Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kasali, Rhenald. (2000). “Membidik Pasar Indonesia”, Segmenting, Targeting dan Positioning. Jakarta: Gramedia.

Kotler. (2002). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Erlangga


(2)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lina dan Rosyid H. F. (1997). Perilaku Konsumtif Berdasar Locus of Control Pada Remaja Putri. Psikologika. No.4, Tahun II

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2002). Perilaku Konsumen.Bandung : PT. Refika Aditama.

Moleong, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monks. (1999). Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

Muin. Idianto. (2013). Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nawawi Hadari, dan Martini. (1992). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Nurhayati, Evi. (2008). Peran Peer Group dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja (studi terhadap remaja putri SMK Wasis Klaten). Program Studi Sosiologi Agama, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Prasetijo, Ristiyanti dan Ihalauw, John. (2005). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi


(3)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rasyad, Rasdiyan. (2002). Metode Statistik Deskriptif untuk Umum. Jakarta: Grasindo.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosandi, Andika Filona. (2004). Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Mahasiswa Pria dan Wanita di Universitas Atmajaya. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya.

Ruslan, Rosady. (2008). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samsunuwiyati, Mar’at, (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Santosa, Slamet. (2009). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Santoso, Slamet (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Santrock W John, Adolescence. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiadi, Elly.M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Nugroho. (2008). Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Soebiyakto. (1988). Wanita dan Media Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(4)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumartono, (2002), Terperangkap dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sunyoto, Danang. (2013). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: CAPS.

Surakhmad, Winarno. (1992). Pengantar Penelitian Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryani, Tatik. (2008). Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Astrid. P. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta.

Taneko, Soleman. (1984). Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: CV. Rajawali.

Tirtarahardja, Umar dan S. L La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelajar Putri SMA Negeri 7 Surakarta.” Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wagner. (2009) “Gaya Hidup Shopping Mall sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di Perkotaan (Studi Kasus pada Konsumen Remaja di Tiga One Stop Shopping Mall di Jakarta)”dalam Skripsi (Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia IPB).

Wiyarti, Sri. (2008). Sosiologi. Jawa Tengah: UNS Press.

Yin, Robert. (2002). Studi Kasus (Design dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zulkifli, L. (1999). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

SUMBER INTERNET

Arin. (2012,11 Maret) “Nongkrong, di Café Jadi Gaya Hidup”. Antara News. 1 halaman. Tersedia: http://www.antaranews.com/print/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup [diakses tanggal 25 Mei 2013]

Birham, Rona. (2012, 13 Juli). “Waspadai Gaya Hidup Konsumtif. Tersedia: http://cafemotivasi.com/waspadai-gaya-hidup-konsumtif/ [diakses tanggal 7 April 2014]

Meirina, Zita. (2012, 11 Maret). “Nongkrong tanpa slurpee, smartphone, belum

gaul” Tersedia:


(6)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mu’tadin, Zaenum. (2002, 24 Maret). “Kemandirian Sebagai Kebutuhan

Psikologi pada Remaja. Tersedia:

http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=340.html [diakses tanggal 26 Mei 2013]

Nugraheni, P.NA. (2003). Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal. Tersedia:

http://www.masbow.com [diakses tanggal 24 November 2013]

Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif. Tersedia: www.e-psikologi.com [diakses tanggal 7 April 2014]