Dampak Keberadaan JKT48 Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)

(1)

Diajukan

JURU

F

(Stu

n Kepada Fa Satu Sy

USAN PEN

FAKULTA

UIN SY

udi Kasu

akultas Ilmu yarat Menca R NI

NDIDIKA

AS ILMU

YARIF H

us di Kom

Skrip

u Tarbiyah d apai Gelar S

Oleh Rika Widya IM 111201

AN ILMU

U TARBIY

HIDAYAT

2017

munitas

si dan Keguru Sarjana Pend : Risyadi 5000059

U PENGE

YAH DAN

TULLAH

7

JFUIN)

an Untuk M didikan (S.P

ETAHUA

N KEGUR

JAKART

)

Memenuhi S Pd)

AN SOSIA

RUAN

TA

Salah

AL


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui tentang dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif dikalangan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di komunitas JFUIN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualtatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah sepuluh orang anggota JFUIN. Instrumen yang digunakan berupa wawancara. Hasil temuan penelitian yang didapat adalah bahwa adanya dampak karena keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif pada mahasiswa di komunitas JFUIN. Dampak negatif yang dirasakan meliputi memiliki gaya hidup konsumtif, pengeluaran menjadi lebih boros, waktu yang dihabiskan untuk JKT48 lebih banyak, melakukan kegiatan yang tidak masuk akal, penilaian teman sejawat yang terlihat agak aneh, memuja gadis secara berlebihan, anti sosial terhadap keadaan sekitar, pikiran selalu tertuju pada JKT48, dan mengalami delusi tipe erotomanik. Sedangkan dampak positif yang dirasakan meliputi mendapatkan teman baru, mendapatkan penghasilan tambahan, belajar berorganisasi, mengetahui kebudayaan Jepang lebih jauh, menjadi lebih bersemangat dan termotivasi, dan menjadi pelepas penat.


(7)

ii

Consumptive Lifestyles JKT48 Fans Among in College Students (Case Study in JFUIN Community). Thesis, Departement of Education Social Science. Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

This study aimed to describe and know about impact the presence of JKT48 toward consumptive lifestyles among in college students. This research was conducted in JFUIN community. The method used is descriptive kualtatif. The sample in this study is ten members of JFUIN. Instruments used in this study is interviews. Research findings is that JKT48 it’s impact due to the presence of the consumer lifestyle in students in the JFUIN community. The negative impact is has a consumptive lifestyle, spending became more extravagant, the time more spent for JKT48, engage activities that do non-sense, assessment of colleague looks a bit odd, adored her in a manner excessive, anti-social of the around situation, mind always focused on JKT48, and delusional type erotomanic. While the perceived positive effects include getting new friends, earn extra income, learning to organize, to know Japanese culture further, becoming more excited and motivated, and be the release of fatigue.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T, karena dengan rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan IPS yang memberikan pelayanan yang ramah dan baik selama penulis berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA dan Syaripulloh, M. Si, selaku pembimbing penulis. Terimakasih atas ilmu dan wejangannya selama penulis menulis skripsi.

4. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar menjadi lebih baik. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan IPS, Dosen dan Staff UIN yang memberikan pelayanan yang baik selama penulis menulis skripsi.

6. Terkhusus untuk orang tua, adik-adik, almarhumah nenek, dan almarhumah Teh Titi. Skripsi ini ku persembahkan untuk kalian. Terimakasih atas kasih sayang, dukungan, dan do’anya. Aku sayang kalian selalu.

7. Ibni Abrar yang selalu memberikan semangat baru di kala penulis jenuh dan tidak mood dalam mengerjakan skripsi.

8. Seluruh responden dan komunitas JFUIN. Terimakasih banyak berkat kalian aku menemukan banyak sekali wawasan baru, keluarga baru, dan terimakasih atas waktu yang menyenangkan sehingga warna hariku di Ciputat tidak terasa membosankan. JFUIN adalah rumah ke dua ku.

9. Wiwin Novianigsih, Ramli Suryadi, Irman Supriadi Adistya, Ai Munawaroh, Siska Anastasia, Irsyad Bahalwan, David Rohadi, Dimas Oktavian, Farid


(9)

iv

Iqbal, Syamsul Hari Ramdani dan Rizka Juniar Ambarwati yang selalu membantu penulis jika dalam kesulitan selama proses pengerjaan skripsi. 10. Irma Yulianty dan Fakhurrozi, sahabat penulis di kampus yang selalu

membuat penulis melupakan beban dalam menulis skripsi.

11. Teman SMP, 10 tahun persahabatan kita. Kukun Kurnia, Luthfi Khaerunnisa, Kiki Riyanti, Mohammad Taufiq, Robih, dan Fajar Anugrah yang selalu membuat aku rindu ingin cepat kembali bertemu kalian.

12. Teman Laskar Skripsi Tujuh Chapter. QQ, Tiwi, dan Aida akhirnya skripsi kita selesai ya.

13. Teman PPKT MTs Islamiyah Ciputat, Kiki, Lisa, Nida, Iis, Ila, Rizki, Rais, dan Fahmi. Terimakasih ya atas dukungannya.

14. Seluruh Teman P.IPS 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas waktunya, tetap jaga kekompakan dan silaturahminya.

15. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Jakarta, 04 Oktober 2016


(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

a. Akademisi (Teoritis) ... 10

b. Praktis (Terapan) ... 11

2. Kegunaan Penelitian ... 11

a. Akademisi (Teoritis) ... 11

b. Praktis (Terapan) ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik ... 12

1. JKT48 ... 12

a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia ... 12

b. Konsep JKT48 ... 15

c. Keanggotaan JKT48 ... 17

d. Pemilihan Anggota Senbatsu ... 18

e. Prestasi JKT48 ... 20

f. Manajemen JKT48 ... 21


(11)

vi

a. Pengertian Gaya Hidup ... 24

b. Faktor-Faktor Gaya Hidup ... 27

3. Konsumtif ... 32

a. Pengertian Konsumtif ... 32

b. Indikator Konsumtif ... 34

4. Komunitas dan Budaya Penggemar ... 35

a. Pengertian Komunitas ... 35

b. Budaya Penggemar ... 37

5. Budaya Pop atau Pop Culture ... 40

a. Budaya ... 40

b. Budaya Pop ... 40

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

C. Jenis dan Sumber Data ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54

1. Observasi ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ... 58

E. Teknik Analisa Data ... 58

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Komunitas JFUIN ... 61

B. Hasil Penelitian ... 66

1. Hasil Wawancara ... 66

2. Hasil Observasi ... 88

C. Pembahasan ... 89


(12)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo JKT48 ... 14

Gambar 2.2 Anggota JKT48 ... 18

Gambar 2.3 Kompetisi Janken 2016 ... 19

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 50

Gambar 4.1 Logo JFUIN ... 62

Gambar 4.2 Lautan Lightstick ... 71

Gambar 4.3 Photopack Rena AKB48 ... 73

Gambar 4.4 Photopack Rena AKB48 ... 73

Gambar 4.5 Photopack Ayana JKT48 ... 75

Gambar 4.6 Koleksi Berbagai Merchandise JKT48 ... 76

Gamabr 4.7 Koleksi Berbagai Merchandise dan Album JKT48 ... 77

Gambar 4.8 Teater JKT48 ... 78

Gambar 4.9 Suasana di dalam Teater JKT48 ... 78

Gambar 4.10 Suasana di Teater JKT48 Bersama Itano Tomomi Ex AKB48 ... 79

Gambar 4.11 Suasana High Touch dengan Anggota JKT48 ... 82

Gambar 4.12 Penampilan JKT48 di Jak Japan Matsuri 2016 ... 84

Gambar 4.13 Suasana Event Handshake dengan Nabilah JKT48 ... 86

Gambar 4.14 Suasana Event Handshake ... 87


(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penjualan Album AKB48 ... 6

Tabel 2.1 JKT48 Project Staff ... 21

Tabel 2.2 JKT48 Operation Team ... 22

Tabel 2.3 Penelitian Relevan ... 46

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 54

Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 4.1 Perincian Total Biaya yang Dikeluarkan Informan Untuk Pembelian Merchandise dan Event (Teater, Konser dan Handshake) ... 88


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 103

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 104

Lampiran 3 Hasil Observasi ... 108

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 109

Lampiran 5 Dokumentasi ... 166

Lampiran 6 Lembar Uji Referensi ... 171


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup merupakan suatu pola atau tindakan seseorang dalam melakukan kegiatan sosialnya, menunjukkan bagaimana cara hidup, bagaimana cara melakukan aktifitas sehari-harinya, bagaimana ia menggunakan uangnya, dan lain-lain. Konsumtif merupakan perilaku dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa secara berlebihan, bukan karena kebutuhan melainkan hanya karena tuntutan gengsi, mengikuti tren, menyalurkan hasrat, keinginan, dan lain-lain.

Fenomena gaya hidup konsumtif dalam masyarakat era modern saat ini sangat sering terjadi tanpa kita sadari, status sosial, tuntutan hidup yang tinggi, dan menunjukkan identitas diri seseorang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Hal ini sangat menarik untuk diteliti, contohnya adalah bagaimana cara masyarakat modern menggunakan uangnya terutama dikalangan mahasiswa yang kebanyakan dari mereka belum memiliki penghasilan tetap. Yang pada idealnya, seharusnya uang itu dibelanjakan untuk membeli berbagai keperluan pendidikan dan kuliah seperti membeli buku, membayar praktikum, membayar iuran semester, membayar kegiatan observasi dan lain-lain. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang hal tersebut sudah mulai bergeser, kebutuhan mereka menjadi kompleks seperti pemenuhan kebutuhan akan hiburan semata. Contohnya menonton konser, menonton film, membeli video game, membeli foto idola, membeli poster, membeli komik, berbelanja online, membeli pulsa, hangout bersama teman sejawat, membeli gadget, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang atau secara terus menerus oleh para pelaku konsumen dalam hal ini adalah kalangan mahasiswa. Lambat laun hal-hal tersebut menjadi suatu industri budaya konsumsi yang memang lazim untuk dilakukan. Dan


(17)

jika tidak dilakukan maka pelaku konsumen akan merasa dirinya tertinggal, diasingkan, dan dianggap tidak up to date pada perkembangan zaman.

Menurut Strinatri dalam Bagong, di dalam era kapitalisme kebudayaan dapat diproduksi secara tak terbatas, terutama karena di dukung perkembangan teknik-teknik produksi industri dan teknologi informasi yang masif atau terus-menerus, sehingga pada titik tertentu terjadilah proses komersialisasi kebudayan.1 Berbeda dengan definisi budaya yang biasanya mengacu kepada hukum, tata nilai, dan norma sosial, dalam masyarakat modern yang dimaksud dengan budaya adalah budaya populer atau budaya pop yang dibentuk melalui berbagai teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan atau benefit kepada khalayak konsumen.2 Menurut Strinatri dalam Bagong, budaya massa adalah budaya populer, yang diproduksi industri budaya untuk pasar massal3. Salah satu ciri yang menonjol dari produk budaya massa adalah tawaran kesenangan, fantasi, dan menghibur.

Industri budaya membentuk selera dan kecenderungan massa sehingga mencetak kesadaran mereka dengan cara menanamkan keinginan mereka atas kebutuhan-kebutuhan palsu. Oleh karena itu, industri budaya berusaha mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan riil atau sejati.4 Dewasa ini salah satu contoh kasus yang sukses memasarkan berbagai produk budaya dan berhasil merangsang tumbuhnya gaya hidup konsumtif yang sinergistik, yang dimaksud konsumsi sinergistik disini adalah gabungan dari sekain banyak aktivitas hobi, seperti menonton filmnya, membeli mainannya, membeli novelnya, memakai kostum, membeli dan bermain video game dan menelusuri web interaktif (Erni, dalam Bagong)5 salah satu contoh

1

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Mayarakat

Post-Modernisme, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2013), Cet. ke-1, h. 117

2

Ibid., Bagong, h. 117

3

Ibid., Bagong, h. 117

4

Dominic Strianati, Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media: 2010), h. 107

5


(18)

konsumsi sinergistik adalah industri budaya dari Jepang.6 Kekuatan industri budaya Jepang, tidak hanya mampu bersaing dengan berbagai produk budaya asal Barat, dengan memproduksi berbagai produk budaya, mulai dari komik manga, game, anime, idol group, gaya berbusana (Harajuku Style)dan berbagai merchandise lain, kekuatan industri di Jepang ini dalam beberapa tahun terakhir juga terbukti mampu merebut hati konsumen, khususnya dikalangan mahasiswa untuk membeli berbagai produk industri budaya mereka yang terkait.

Di Indonesia sendiri untuk industri budaya dari Jepang sudah sangat lama ada, mulai dari lagu, film-film kartun seperti Doraemon, Ultraman, Naruto, dan lain-lain. Lalu akhir-akhir ini mulai menyeruak menguasai pasar dengan tawaran dunia hiburan industri budaya dari Jepang, yaitu industri budaya penggemar atau fans. Para fans akan berkontribusi antara satu sama lain dengan media fans terkait dan sang idola dengan cara membeli merchandise mereka.7 Contohnya dengan cara membeli berbagai

merchandise khas sang idola, seperti kaos, sticker, poster, majalah, gantungan kunci, jaket, kipas, topi, photo pack dan lain-lain.

Menyeruaknya tawaran dunia hiburan yang berasal dari Jepang tersebut menyebabkan terjadinya fenomena budaya penggemar atau fans di Indonesia, terutama pada kalangan mahasiswa, yaitu fenomena dimana seseorang mengagumi tokoh idola yang disukainya secara berlebihan dan bahkan bisa dikatakan menyukai secara tidak wajar. Idola mempengaruhi remaja dalam banyak aspek, idola mempertunjukkan di TV, di majalah, dan beberapa di koran. Mereka mempengaruhi fashion remaja, gaya hidup, kebiasaan makan dan lain sebagainya. Misalnya, remaja membeli sebuah produk yang direkomendasikan oleh idola mereka pada sebuah majalah.8 Mereka menghabiskan banyak waktu dan uang mereka untuk idola yang

6

Ibid., Bagong, h. 123

7

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 3

8

Fu Szu-Wei dan Chen Yi-Jiun, A Study on the Effect That Idols Have on Students (http://www.shs.edu.tw/works/essay/2008/03/2008033114434513.pdf) di akses melalui internet pada tanggal 03-09-2016 pada pukul 15:03, h. 2


(19)

mereka sukai, termasuk performa mereka, produk, dan kegiatan dengan fans

yang lainnya dan komunitas penggemar. Diduga, pengikutsertaan fans kaum muda pada idola mereka mungkin akan menganggu akademik mereka, prestasi intelektual, identitas dan perkembangan emosional, dan hubungan interpersonal.9

Fenomena ini sangat gencar terjadi di Indonesia belakangan ini, berdasarkan observasi awal yang saya lakukan, saya menemukan dimana para fans rela mengantre selama berjam-jam lamanya untuk membeli tiket konser sang idola, mengikuti kemana saja sang idola pergi, mengonsumsi produk yang digunakan sang idola, mengonsumsi produk yang ada kaitannya dengan sang idola misalnya sang idola mengiklankan suatu produk makanan atau minuman maka fans akan membeli produk tersebut demi mendukung sang idola, bahkan ditingkat yang ekstrim sang fans rela menghadiahi sang idola suatu hadiah yang branded, seperti tas, parfum, sepatu, baju, dan lain-lain.

Begitu populernya industri budaya Jepang diantara muda-mudi Indonesia, diantaranya adalah komik, film animasi, cosplay (berdandan, bergaya, atau tampil seperti karakter dari komik (manga), anime, video game, karakter acara di TV, film, dan grup band pop), musik, game, fashion, dan lain sebagainya.

Jepang dikenal dunia dengan industri budaya yang khas dan mengakar hingga ke dalam kehidupan masyarakatnya. Idol merupakan tokoh media populer di Jepang dan bisnis idol telah kuat selama lebih dari 40 tahun lama nya. Idol wanita biasanya terdiri dari usia remaja, sedangkan idol pria kelihatannya tidak memiliki batasan usia.10 Maraknya berbagai industri budaya Jepang yang masuk ke Indonesia dan salah satunya industri musik

9

Chau-kiu Cheung dan Xiao Dong Yue, Identity Achievement and Idol Worship

among Teenagers in Hong Kong, International Journal of Adolescence and Youth, 2003, Volume 11, h. 1

10

Jóna Björk Jónsdóttir, ザ・アイドル!(The Aidoru!) The Ardent Fans’ Perspective, B.A Essay, 2013, h. 3


(20)

yang saat ini sedang menjadi fenomena oleh masyarakat Indonesia adalah

idol group. Ada salah satu grup musik pop yang sangat populer di Indonesia, AKB48. Di Jakarta, ada juga grup yang serupa, yaitu JKT48.11

Secara historis JKT48 merupakan sister dari AKB48. AKB48 merupakan cikal bakal munculnya JKT48 di Indonesia. AKB48 adalah sebuah grup idola (idol group) yang saat ini di Jepang dan di dunia merupakan pop grup terbesar atau terbanyak (Guinness World Records, 2010) yang dibentuk oleh produser sekaligus pencipta lagu yang sudah sangat terkenal di Jepang, yaitu Yasushi Akimoto. Selain Yasushi Akimoto ada dua orang lagi yang menjadi founding father atau pendiri dari AKB48 yaitu Yasushi Kubota, dan Shiba Kotaro. AKB48 telah mendulang kesuksesan di Jepang dan dikancah musik internasional.

AKB48 merupakan sebuah grup idola yang penggemarnya di Jepang sekitar diakhir usia 20-an dan 30-an mencari hubungan emosional dengan gadis dibawah umur. Untuk orang luar, yang dirasakan sifat menyimpang dari obsesi penggemar menyimpang dari kepatutan sosial.12 Pada awal pertama kali dibentuk, para anggota AKB48 menyebarkan brosur mengundang orang-orang untuk menyaksiskan pertunjukan mereka di toko Don Quijote yakni sebuah teater, tempat dimana para anggota AKB48 melakukan pertunjukan. Para anggota AKB48 harus bersabar ketika brosur yang mereka berikan kepada orang-orang dibuang begitu saja dihadapan mereka, dan mereka harus menerima kenyataan ketika hanya beberapa penonton saja yang menyaksikan pertunjukan mereka. Akan tetapi dengan kesabaran, latihan yang keras, mental dan keahlian yang terus diasah melalui penampilan mereka di teater dari hari ke hari, kemudian mengeluarkan single dan album. Perlahan tapi pasti mereka mulai dikenal oleh banyak orang dan total penjualan album mereka bahkan mencapai

11

Yusuke Shindo, op. cit., h. 114

12

Wendy Xie, Japanese “Idols” In Trans-Cultural Reception: The Case of AKB48, Virginia Review of Asian Studies, Vol 16, 2014, h. 80


(21)

20.300.000 kopi13, akhirnya mereka menjadi idol group yang sangat terkenal dan sukses seperti sekarang. AKB48 saat ini merupakan idol group

yang terlaris di Jepang.14

Berikut adalah hasil penjualan album AKB48 dari tahun ke tahun:15

Tabel 1.1

Hasil Penjualan Album AKB48

Tahun Penjualan Tahunan Total penjualan

2006 92,427 92,427

2007 117,540 209,967

2008 116,407 326,374

2009 591,654 918,028

2010 3,418,604 4,336,632

2011 7,345,663 11,682,295

2012 7,086,201 18,768,496

2013 6,026,178 24,794,674

2014 6,344,633 31,139,307

13

Muhammad Robbiansyah, “Negeri Jepang Mempunyai Banyak Sekali Keunikan, Seperti Misalnya Bunga Sakura, Gunung Fuji atau Film Kartun Yang Biasa Disebut sebagai Anime”, J-Pop Culture, Tangerang, 2012, h. 26

14

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 12

15

https://id.wikipedia.org/wiki/AKB48, di akses melalui internet pada tanggal 23-03-2016 pada pukul 14:06


(22)

2015 1,083,514 32,222,791

Produser Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Yasushi Akimoto juga menyatakan bahwa JKT48 adalah proyek 48 family pertama diluar Jepang. JKT48 merupakan singkatan dari Jakarta dan 48. Nama Jakarta diambil dari tempat JKT48 berdiri yaitu di Jakarta, sedangkan angka 48 banyak yang salah menduga bahwa angka 48 disini merupakan jumlah anggota dari JKT48 padahal tidak seperti itu, angka 48 melambangkan nama dari sister group sebelumnya yaitu AKB48. JKT48 juga memiliki filosofi tersendiri yang kerap diucapkan sebelum perform yaitu J: Joyful, K: Kawaii, T: Try to the best.

JKT48 berada dibawah naungan JKT48 Operational Team, PT Dentsu Inter Admark Media Group Indonesia dan MNC group. PT Dentsu Inter Admark Media Group Indonesia adalah perusahaan periklanan Jepang yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta16 dan berpusat di Gedung Dentsu, Shiodome Sio-Site, Minato-ku, Tokyo17 Sedangkan MNC group

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang berpusat di Jakarta, Indonesia.18

JKT48 adalah idol group yang dibentuk pada akhir tahun 2011 dan merupakan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu idol you can meet19 artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. Untuk fans JKT48 sendiri memiliki sebutan wota yang diambil dari bahasa Jepang otaku, yaitu dimana seseorang sangat mengagumi

16

http://www.campaignasia.com/agencyportfolio/Company/3095,media-agency,dentsu-media-group.aspx#.VpGhc7aLTIU, di akses melalui internet pada tanggal 10-01-2016 pada pukul 07:30

17

https://id.wikipedia.org/wiki/Dentsu, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:40

18

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_Nusantara_Citra, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:49

19


(23)

dan loyal terhadap idolanya, akan tetapi dalam konteks ini saya tidak akan menyebutnya wota melainkan fans JKT48.

JKT48 memiliki fanbase mencapai hingga lebih dari 2,5 juta di Asia Tenggara, meski begitu belum ada data statistik mengenai berapa jumlah

fans JKT48 yang di Indonesia, akan tetapi bisa dilihat dari hasil observasi awal. Seperti salah satu komunitas penggemar budaya Jepang yang berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu JFUIN. Komunitas ini sengaja dibuat agar dapat mewadahi mahasiswa UIN yang mempunyai kegemaran yang sama tentang budaya Jepang untuk saling sharing, pergi ke

event bersama, dan membuat kegiatan bersama.

Berdasarkan observasi awal tersebut, begitu banyaknya fans JKT48 ketika mereka rutin mengikuti berbagai event yang diselenggarakan oleh JKT48 seperti contohnya yaitu event handshake, pada event ini para fans

JKT48 berkesempatan untuk berjabat tangan dan ngobrol singkat dengan sang idola20 dengan cara membeli CD single yang dibandrol dengan harga satu CD single Rp. 40.000,- dengan begitu fans JKT48 dapat berjabat tangan dengan sang idola dalam waktu sepuluh detik. Tidak jarang kejadian dimana para fans JKT48 membeli lebih dari satu atau dua bahkan lebih CD

single agar bisa handshake dan ngobrol lebih dari sepuluh detik dengan sang idola, dan CD tersebut hanya diambil beberapa keping saja oleh para

fans JKT48 padahal mereka membeli lebih dari satu CD singlenya. Walaupun dibandrol dengan harga yang cukup mahal antusias para fans

JKT48 yang sebagian besar adalah kalangan mahasiswa tetap tinggi.

Hal tersebut menyebabkan gaya hidup mereka berubah begitu juga dalam bidang konsumsi mereka. Greene dan Adam-Price dalam jurnal penelitian Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik berpendapat bahwa, dalam masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, kaum muda

20


(24)

berusaha melepaskan dari pengawasan orangtua dalam perintah untuk membentuk gagasan dan menetapkan identitas mereka dan gaya hidup.21

Konsumen merupakan titik utama pemasaran, ketika perilaku konsumen diketahui oleh para pelaku pasar, maka pelaku pasar akan mengarahkan pemasaran produk mereka kepada perilaku konsumen tersebut.22 Misalnya, JKT48 menyelenggarakan event handshake, konser, menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48 seperti kaos,

lightstick, mug, poster, kalender, gantungan kunci, kipas, jaket, pin,

photopack, CD album, CD single, majalah, sticker, dan lain-lain. Selain menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48, JKT48 juga memiliki gedung teater yang bertempat di Mall f(X) Lifestyle X’enter lantai 4, Senayan, Jakarta Selatan yang digunakan oleh para fans JKT48 untuk bertemu para member (anggota JKT48). Melalui gedung teater, JKT48 melakukan perform hampir setiap hari. Harga satu tiket masuk ke teater JKT48 untuk laki-laki sebesar Rp. 100.000,- sedangkan untuk perempuan dan anak-anak dibandrol dengan harga Rp. 50.000,-. Dengan diberikan kemudahan akses untuk dapat bertemu face to face dengan para member

(anggota JKT48) secara tidak langsung hal ini menyebabkan para fans

JKT48 ingin datang kembali ke teater JKT48 dan sebagai konsumen dipandang sangat menjanjikan, walaupun dijual dengan harga cukup mahal.

Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan diatas, maka peneliti merasa tertarik menganalisa masalah ini mengingat tingkat konsumsi dikalangan mahasiswa yang semakin berkembang dan ingin mengetahui secara deskriptif dampak gaya hidup konsumtif seperti apa yang dialami oleh para

fans JKT48. Penelitian ini berjudul, “Dampak Keberadaan JKT48

21

Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik, 2013, Jurnal Penelitian: Celebrity Influences on Young Consumers: Guiding the Way to the Ideal Self, Izmir Review of Social Sciences, Vol 1, No. 1, h. 68

22

Fadilah Aulia Rahma dan Muhammad Reza, 2013, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Pembentukan Identitas Diri dengan Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise Pada Remaja,


(25)

Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Di komunitas JFUIN, terdapat fenomena budaya penggemar karena keberadaan JKT48.

2. Di komunitas JFUIN kecenderungan daya beli berubah, lebih

mengutamakan untuk membeli merchandise atau pernak-pernik JKT48. 3. Di komunitas JFUIN terdapat dampak-dampak gaya hidup konsumtif

karena keberadaan JKT48.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan permasalahan penelitian yang peneliti buat, maka peneliti memberikan spesifikasi mengenai pembahasan yang akan diuraikan dengan membatasai penelitian ini hanya gaya hidup konsumtif pada mahasiswa di komunitas JFUIN. Dalam hal ini yang menjadi kawasan penelitian adalah komunitas JFUIN yang berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka, penelitian ini berfokus meliputi pada dampak-dampak gaya hidup konsumtif karena keberadaan JKT48.

D. Perumusan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah: Apakah dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif

fans JKT48 di komunitas JFUIN?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Akademis


(26)

2) Menemukan berbagai fakta, data, konsep, teori tentang gaya hidup konsumtif.

3) Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui dampak keberedaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif fans

JKT48 di komunitas JFUIN.

b. Tujuan Terapan

Secara generalisasi penelititan ini dilakukan adalah untuk menemukan dan mengungkapkan sejauh mana dampak yang ditimbulkan oleh adanya keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif mahasiswa di komunitas JFUIN, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan pengoreksisan untuk mengambil kebijakan-kebijakan.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini akan diletakkan di perpustakaan yang tujuannya untuk membantu peneliti-peneliti berikutnya terkait hubungannya dengan JKT48 dan gaya hidup konsumtif dan untuk menginspirasi penelitian selanjutnya.

b. Kegunaan Terapan

Bagi mahasiswa atau hal layak umum dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan terkait dengan gaya hidup konsumtif agar sadar dan mampu mengendalikan keinginannya untuk mengkonsumsi segala sesuatu dengan sewajarnya. Bagi pemerintah atau lembaga dapat dijadikan untuk membuat bahan-bahan pelatihan,


(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik 1. JKT48

a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia

Japanese pop atau biasa disingkat dengan J-Pop sangat berbeda jika dibandingkan dengan budaya barat (western): yaitu memiliki rasa periang dan perasaan kekanak-kanakan. Sekumpulan wanita dan sekumpulan laki-laki menyanyi dan menari biasa nya disebut sebagai “idol group”. Mungkin banyak yang tidak tahu secara pasti apa yang dibawakan seorang idol di Jepang. Kamus Webstre’s memiliki sepasang definisi dari kata “idol”, pertama menjadi suatu gambaran atau simbol dari objek pemujaan dan yang lain menjadi suatu objek dari kesetiaan yang ekstrim.23

Dalam kebudayaan Jepang, idol adalah seseorang (biasanya perempuan berusia belasan hingga awal 20 tahun walaupun ada pula idol group laki-laki) yang memiliki paras yang cantik, tubuh proposional, imut, lucu, dan mempunyai suatu kompetensi dalam dunia hiburan, misalnya bisa beryanyi, menari, maupun acting. Kemampuan yang mereka miliki akan dilatih, diasah dan dikembangkan oleh pihak manajemen agar mereka bisa tampil lebih baik dan percaya diri.

Dalam budaya Jepang, ‘idola’ wanita adalah media personalitas (penyanyi pop, TV personalitas, model dalam foto yang sudah disebar tercetak di dalam majalah, iklan, dan lain-lain) pada usia remaja dan 20-an y20-ang di20-anggap s20-angat menarik d20-an m20-anis (kawaii).24 Pemakaian label “idola” di Jepang tidak hanya pada profesi lain, seperti penyiar televisi wanita, pengisi suara wanita, pemeran wanita dalam tokusatsu

23

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 5

24

Wendy Xie, op.cit., h. 74


(28)

(tidak memandang peran antagonis dalam Serial Kamen Rider, Super Sentai, atau Serial Ultra), idola perempuan dibawah 15 tahun (U-15 aidoru atau idola junior), dan penyanyi enka usia muda (endoru).25

Budaya J-Pop telah menyebar luas higga ke negara bagian Timur dan Tenggara. Akimoto meluncurkan JKT48 (berlokasi di Jakarta, Indonesia) dan SNH48 (berlokasi di Shanghai, China) sebagai

international sister group dari AKB48 pada 2011 dan 2012 secara berturut-turut. Dengan alasan latar belakang didua lokasi tersebut China dan Indonesia adalah dua negara terbesar di dunia penikmat J-pop.26 Dewasa ini budaya pop atau pop culture yang masuk di Indonesia belakangan membuat industri hiburan semakin berkembang, khususnya industri musik yang menyebabkan terjadinya budaya penggemar atau

fans. Berbagai adaptasi konsep budaya pop ini masuk ke Indonesia, salah satunya adalah konsep industri musik dari Jepang yaitu idol group. Sering kita lihat ditelevisi sekelompok gadis-gadis cantik menyanyi dan menari, dan bukan hal aneh jika sekelompok gadis-gadis tersebut sedang pentas maka para fans nya menyemangati mereka dengan sorakan atau yell-yell bagian instrumental dari lagu-lagu yang tidak pernah tumpang tindih atau mengganggu bernyanyi idola dan salah satu yang paling sering didengar adalah "Yossha ikuzo !!! Tiger, Fire, Cyber, Fiber, Diver, Viber, Jya Jya !!!"27

Merebaknya fenomena idol group di Jepang membuat Yasushi Akimoto, seorang produser ingin membentuk idol group seperti AKB48 diluar Jepang, akhirnya terbentuklah sebuah idol group di Indonesia hasil adaptasi dari Jepang yang bernama JKT48. Di lansir dari website resmi JKT48 dikatakan bahwa Yasushi Akimoto ingin menciptakan tempat bagi para perempuan Indonesia untuk mewujudkan impian mereka. Bersama para penggemar, kami ingin membuat satu-satunya

25

Muhammad Robbiansyah, op. cit., h. 22-23

26

Wendy Xie, op. cit., h. 88

27


(29)

28 http pada pukul “Idola Ori JKT48.28 JKT4 produser Y yang beran (Namba, O NGT48 (N JKT48 (Ja China). Pemb September Messe di bulan Septe - 9 Oktobe

://jkt48.com/a 15:43

sinil Indon

Sum

48 adalah se Yashushi Ak

nggotakan g Osaka), SKE Niigata, Nii akarta, Indo bentukan 2011 diseb Chiba. Wa ember, deng er 2011. D

about/jkt48?la nesia“. Inila G L mber: Google ebuah grup kimoto. Ak grup idola E48 (Sakae, igata), siste

onesia) kem

JKT48 pe buah acara awancara u gan audisi f Dari 1.200 o

ang=id, diakse

ah inspirasi

Gambar 2. Logo JKT4

eImages

idola (idol

kimoto adal AKB48 (A , Nagoya), H

er group pe mudian me

ertama kal a AKB48 y untuk peser final untuk f orang pelam

es melalui in

utama kam

1 8

group) yan lah produse Akihabara, T

HKT48 (Ha ertama dilu nyusul SN li diumum yang diadak ta berlangs finalis pada mar yang d

nternet pada t

mi meluncu

ng di bentuk er dari 48 f

Tokyo), NM akata, Fuku uar Jepang NH48 (Shan

mkan pada kan di Mak sung pada a 8 Oktober diwawancar tanggal 08-01 urkan k oleh family MB48 uoka), yaitu nghai, a 11 kuhari akhir 2011 ra, 51 1-2016


(30)

pelamar lolos seleksi tahap kedua. Audisi tahap akhir berlangsung pada 2 November 2011. Setelah diseleksi kembali melalui tes menari Heavy Rotation dan menyanyikan lagu favorit, 28 orang peserta dinyatakan di terima. Produser Yasushi Akimoto datang ke Jakarta untuk melakukan seleksi. Diantara 28 anggota, ada salah satu anggota yang berasal dari Jepang yang bernama Rena Nozawa yang tinggal di Jakarta. Produser Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang.

JKT48 merupakan idol group terbesar di Asia Tenggara dengan

fanbase mencapai lebih dari 2,5 juta fans29 dan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu

idol you can meet yang artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. JKT48 mengadakan pertunujukan hampir setiap hari di teater JKT48, Mall (X) Lifestyle X’enter lantai 4, Senayan, Jakarta Selatan.

b. Konsep JKT48

Dengan mengusung konsep idol you can meet, maka para fans

dapat bertemu dengan sang idola dan melihat perkembangan idola dari dekat. Dibandingkan dengan konsep idola konvensional yang muncul terasa jauh, menyendiri, tinggi, dan tidak dapat di akses dengan fans

mereka seperti “dewi di awan”, JKT48 lebih memancarkan seperti “gadis disamping” merasa ada dalam pandangan mereka. Artinya, tidak seperti konsep idola yang lainnya yang sebagian besar terlihat diatas panggung konser dan layar TV, JKT48 memiliki teater sendiri didaerah Jakarta dimana mereka melakukan pertunjukan setiap hari. Konsepnya adalah bahwa penggemar harus memiliki akses untuk pertunjukan secara langsung dan bisa bertemu anggota yang mereka dukung sesering yang mereka inginkan (namun, karena popularitas dan tuntutan yang tinggi, tiket saat ini didistribusikan melalui undian).30

29

https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, diakses melalui internet pada tanggal 08-09-2015 pada pukul 15:50

30


(31)

“Tumbuh dan berkembang bersama dengan para fans”. Itulah mengapa konsep idol yang berasal dari Jepang berbeda dengan konsep

idol yang berasal dari Korea Selatan mengingat di Indonesia juga sedang marak dengan boyband dan girlband asal negeri ginseng tersebut. Tidak seperti boyband atau girlband yang memang di tuntut untuk menjadi seorang yang ahli dan matang sebelum melakukan debut. Ada yang melakukan trainee selama berbulan-bulan lama nya bahkan sampai ada yang bertahun-tahun sebelum akhir nya mereka debut.

Sedangkan konsep idol dari Jepang memiliki konsep yang berbeda, idol di Jepang adalah pria dan wanita dalam industri hiburan yang “dibesarkan” untuk menghibur orang: beberapa di latih sebelum mereka debut dan beberapa di latih oleh pengalaman yang mereka dapat setelah mereka debut.31 Jadi, yang ditawarkan oleh idol group Jepang bukan lah seorang idola yang sudah ahli, matang, dan komplit akan tetapi menunjukkan sebuah proses jalan menuju pencapaian seorang idola yang awalnya bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang idola yang sesungguhnya. Dalam proses pemilihan anggota pada idol group

dipilih melalui audisi yang tertutup maupun terbuka. Audisi diadakan pada saat awal pembentukan grup dan saat ada anggotayang lulus atau saat pergantian generasi dalam sebuah idol group. Setelah lolos dari audisi dan terbentuk dalam sebuah grup maka mereka akan melakukan debut. Mereka debut sambil belajar dan mengasah kemampuan dari yang tidak mahir menjadi mahir, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang malu-malu menjadi percaya diri.

Didalam anggota 48 family anggota dididik, ditempa, dan dilatih untuk menjadi seseorang yang multi talenta. Melalui proses yang panjang seperti itu tentu melibatkan unsur keterlibatan emosional, perjuangan antara idola dan fans terjadi sinergi untuk saling mendukung dan menguatkan sehingga terjalin sebuah ikatan antara idola dan fans. Dan ini yang menjadi kekuatan utama dalam sebuah idol group.

31


(32)

Keunikan lain dalam idol group adalah regulasi yang sangat disiplin dan ketat. Salah satu peraturan yang paling menonjol adalah seorang idola tidak boleh berpacaran. Selain itu, ada beberapa golden rules yang dibuat oleh produser mereka yaitu, Yasushi Akimoto. Ada tujuh golden rules yang diterapkan, yaitu:32

1. Dilarang merokok dan minum-minum 2. Dilarang berpacaran

3. Dilarang ke diskotik

4. Jika bepergian harus didampingi pengawal/wali

5. Tidak boleh membubuhkan tanda tangan di sembarang tempat (kecuali di merchandise resmi 48 family)

6. Pendidikan tetap yang utama

7. Dilarang memakai pakaian yang mencolok dan make up tebal JKT48 merupakan idol group, idol group juga memiliki konsep seperti akademi keartisan. Mereka mengenal sistem kelulusan (graduate) pada anggota groupnya. Sepertinya sebuah akademi 48

family juga mengenal istilah graduate (lulus). Lulusnya seorang anggota idol group dari 48 family ada beberapa cara yakni ditentukan oleh Akimoto sendiri apakah sudah layak diluluskan atau tidak, atau bisa saja dari keputusan anggota tersebut, misalnya ingin fokus ke pendidikan atau ingin melanjutkan sebagai penyanyi solo.

Graduate atau lulus nya seorang anggota idol group 48 family

juga disambut dengan upacara kelulusan yang diikuti oleh seluruh anggota, dan anggotayang lulus juga mendapatkan sertifikat kelulusan dari akademi 48 family, yang menandakan ia telah siap untuk menapaki karir sendiri tanpa ada nama 48 family lagi.

c. Keanggotaan JKT48

JKT48 memiliki 76 orang anggota yang terdiri dari 16 anggota Tim J, 18 Tim KIII, 15 anggota Tim T, 10 siswi pelatihan Generasi 4, dan 16 kandidat siswi pelatihan Generasi 5. JKT48 memiliki kapten di

32


(33)

d. 33 https pukul 06:15 setiap tim adalah Sha Kinal Putr

General M

Laksani.33 Pemilihan JKT4 berhak men umumnya unggulan JKT48 unt foto, pemo s://id.wikipedi dan memil ania Juniana ri, dan kapt

Manager

Sum

Anggota S

48 memilik nyanyi untu dipakai un pada singl tuk penamp otretan maj ia.org/wiki/JK

liki GM (G

atha, kemud ten dari Ti JKT48 Te

Gambar Anggota J

mber: Goog

Senbatsu

ki banyak s uk single JK

ntuk anggo le JKT48. pilan ditele

jalah dan

KT48, di akses

General Ma

dia kapten im T adala eater adala r 2.2 JKT48 gleImages ekali anggo KT48 dibata ota terpilih Anggota s

evisi, radio, lain-lain. T

s melalui inten

nager). Ka dari Tim K ah Haruka

ah Melody

ota, sehingg asi. Istilah a h yang me

senbatsu b , dan acara Tidak hany

net pada tangg

apten dari T KIII adalah Nakagawa. y Nurram

ga anggota anggota sen

enyanyikan berhak mew

a promosi, ya untuk s

gal 25-08-201 Tim J Devi Dan dhani yang nbatsu lagu wakili buku ingle, 6 pada


(34)

34 http internet pad sistem sele yang melib acara dalam ini diterapk anggota ole Terda pertama di suara dari suit) diman posisi senb

ps://id.wikiped a tanggal 29-0

eksi senbats

batkan ang m skala bes kan setelah eh Yasushi apat tiga ca ipilih melal

para fans, na para ang

batsu). Kom Sum dia.org/wiki/P 07-2016 pada

tsu dipakai ggota JKT4 sar saja yan h terjadi pr

Akimoto da ara pemilih lui official dan yang t ggota JKT4 Gambar mpetisi Jan mber: Goog Pemilihan_Um pukul 21:15 untuk ham 48 dan gru ng melibatk otes pengg an staf nya. han anggota JKT48, ca terbaru adal 8 saling be

2.3: nken 2016 gleImages mum_Singel_k mpir semua up-grup sau kan seluruh emar terhad 34

a senbatsu

ara kedua v

lah Jankent

eradu suit u

ke-27_AKB48

jenis peke udarinya. H anggota. S dap cara se

di JKT48,

voting pemi

taikai (turn untuk menem

8, diakses m

erjaan Hanya istem eleksi yang ilihan namen mpati melalui


(35)

e. Prestasi JKT48

Beberapa prestasi yang ditorehkan oleh JKT48 selama berkarir, yaitu:

1. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2012: Best Group;

2. HAI Readers Music Awards 2012: Best Single, Best Costume, Best Stage Performance, Best Freshmeat, Best of The Best (non-nominasi);

3. JPop Asia Music Awards 2012: Best Single dan Best MV; 4. 100% Ampuh Awards 2013: Co Cuit (Best Female Group); 5. Dahsyatnya Awards 2013: Pendatang Baru Terdahsyat, dan

Aksi Panggung Terdahsyat;

6. Selebrita Awards 2013: New Comer of the Year; 7. KLIK! Awards 2013: Pendatang Baru Terfavorit;

8. Indonesia Kids' Choice Awards 2013: Boyband/Girlband Favorit;

9. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2013: Best Group dan Celeb with Most Die-Hard Fans;

10.Global Seru Awards 2014: Aksi Panggung Paling Seru dan

Lagu Paling Seru;

11.Indonesia Kids' Choice Awards 2014: Group Favorit; 12.Showbiz Indonesia Award 2014: Band/ Group of The Year; 13.Social Media Awards 2015: Grup Vokal Sentimen Positif di

Media Sosial;

14.World Music Awards 2014: Best Indonesian Group, Best Indonesian Live Act, dan Best Indonesian Video;

15.Anugerah Dangdut Indonesia 2015: Sahabat Dangdut

Terpopuler;

16.Jawa Pos Group Award 2016: Group/Duo Terbaik 2016;35 17.Dll.

35

https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, di akses melalui intenet pada tanggal 25-08-2016 pada pukul 06:15


(36)

f. Manajemen JKT48

Berikut ini adalah manajemen JKT48 yang saling bekerja sama dalam show teater, CD recording/MV, ataupun program/acara TV (variety show) dari JKT48. (©JKT48 Project/©AKS).36

Tabel 2.1 JKT48 Project Staff

Nama Bagian

Yasushi Akimoto Total Produser

Yasushi Kubota Produser Eksekutif

Nobuyuki Akimoto

Produser Project Takuya Omura

Takumura Matsumura Kazuhiko Abiru Hiroyuki Fujita Akihiro Nishiyama Kazuki Uchimura

Asisten Produser Project Shin Kijima

Masahiro Uehara Ryo Kanjo

Yoshimasa Nakano

36

https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, di akses melalui intenet pada tanggal 25-08-2016 pada pukul 06:15


(37)

Toshihiro Iyoda Ayumi Nishimae Jaeman Yang Masatada Oyamada

Tabel 2.2

JKT48 Operation Team37

Nama Bagian

Harris Thajeb Kaz Tsukaguchi

Produser

Jiro Inao Manajer Umum JKT48

Melody Nurramdhani Laksani Ghopta Chandra (2011-2014)

Manajer Umum JKT48 Teater

Toshiaki Gomi Pimpinan Kreatif

Genjek Pok Assisten Pimpinan Kreatif

Nikita Rosalini Produser Kreatif

Angga Agustian Pimpinan Manajer Member

Santi Andrian

Manajer Member Tedy Wijaya

Noni M Saragih Irvan M Martpresa Anya Syari Nabila Soenarti Agustina

Radityo Indrapratama Pemimpin Konten Digital

Indra Bayu Setiawan Pemimpin Konten Media Sosial

Fritz Fernandez Toni Adji Mintaradja

37

https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, di akses melalui intenet pada tanggal 25-08-2016 pada pukul 06:15


(38)

Togas Lubis Pelaksana Produksi/Acara Putrashita Badha

Juwanil Asra

Elfi Syahmar Media Relations

Toshiyuki Ogino Tim Merchandise JKT48

Rio Wahyu Setiono Hindrawaty Halim

Keuangan Endang Setyaningsih

Bimanata Mukti Takahiro Kumagai

Penata Musik Hironobu Tanaka

Yuka Segawa Mai Kamezawa Erika Ootake

Fay Ismail Penata Musik

Ario Hendrawan

Shinobu Kayano Penanggung Jawab Pendukung Busana

Sayaka Izumi Hiromi Tabei

Penanggung Jawab Pendukung Awak Panggung

Donny Yuliantino

Koreografi Inneke Patricia

Rendy White

Gitcha Chandra (2011-2014)

Annisa Pontjo Pelatih Vokal Suara

Charlie Ho beserta tim Penata Rias, Wajah, dan Rambut

Evelyn Fransisca Penata Busana dan Stylist

Frida Syafrida

Tim Busana Dwiani Ratna

Shinta Almira Amadea Aureliana Lance Zarra Syafira Naka Marissa


(39)

Sanita Putry Desi Ratnasari

Wawan Penata Lampu/Programming Light

Johni F Sarwuna FOH Engineer

Baskoro

Tim Kreatif Produksi Reza Habibie

Hasmy Ritani Rendy Astari Roan Gylberth

Herry Saputra Penata Kamera Digital

Viky Artha Penanggung Jawab Operasional

Produksi JKT48 Theater

Ratih Kusuma Yuliani Penanggung Jawab Manajer Panggung

JKT48 Theater

Starizka Adella Manajer Panggung JKT48 Theater

Marlina

Maxwell Elmer S.

Penanggung Jawab Keamanan JKT48 Theater

Onhes Madesky

Tim Keamanan JKT48 Theater Fauzan

Arif Subekti Prihandoko

Muhammad Riski Staff JKT48 Teater

Afina Noeroel Syaditha Staff Tiket

Sekarlita Endang Widya

2. Gaya Hidup

a. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan bagian dari ciri masyarakat modern, yang membedakan suatu individu dengan individu lainnya atau kelompok dengan kelompok lainnya sehingga menampilkan suatu ciri khas yang berbeda. Gaya hidup (life sytle) berbeda dengan cara hidup (way of


(40)

life). Cara hidup ditampilkan dengan ciri-ciri, seperti norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau cara berbicara yang khas. Sementara, gaya hidup diekspresikan melalui apa yang dikenakaan seseorang, apa yang ia konsumsi, dan bagaimana ia bersikap atau berperilaku ketika ada dihadapan orang lain.38

Konsep gaya hidup dan kepribadian sering kali disamakan, padahal sebenarnya keduanya berbeda. Menurut Mowen dan Minor dalam Tatik, gaya hidup lebih menunjukkan pada bagimana individu menjalankan kehidupan, bagaimana membelanjakan uang dan bagaimana memanfaatkan waktunya.39 Dalam pandangan ekonomi, gaya hidup menunjukkan pada bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk ataupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alernatif dalam satu kategori jenis produk yang ada. Dalam pandangan pemasaran, terlihat jelas bahwa konsumen yang memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya ke dalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka sukai untuk menghabiskan waktu senggang, berbagi hal yang mereka suka, dan bagaimana mereka membelanjakan uangnya.

Para ahli mengartikan gaya hidup adalah sebagai ciri sebuah dunia yang modern. Menurut Chaney dalam Bagong, gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain.40 Pola-pola kehidupan ini kadang diartikan orang sebagai budaya; yang artinya keseluruhan gaya hidup suatu masyarakat-kebiasaan/adat istiadat, sikap dan nilai-nilai mereka serta pemahaman yang sama yang menyatukan mereka sebagai suatu kelompok masyarakat.41

Perilaku seseorang membeli produk budaya, mengonsumsi produk budaya dan memanfaatkannya, selain dipengaruhi berbagai

38

Bagong Suyanto, op. cit., h. 137

39

Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu: 2008), Cet. ke-1, h. 73

40

Bagong Suyanto, op. cit., h. 139

41

Cons. Tri Handoko, 2004, Jurnal Penelitian: Metroseksualitas dalam Iklan Sebagai Wacana Gaya Hidup Posmodern, Junral Nirmana, Volume 6, Nomor 2, h. 135


(41)

faktor sosial: kelas, perbedaan usia, gender, dan lain-lain, yang tak kalah penting perilaku konsumsi acap kali juga dipengaruhi dan di bentuk gaya hidup. Yang di maksud gaya hidup di sini adalah adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.42 Gaya hidup juga mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.43

Beberapa sifat umum dari gaya hidup menurut Piliang dalam Bagong antara lain adalah, (1) gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu yang dilakukan atau tampil secara berulang-ulang; (2) yang mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang sifat nya personal; dan (3) mempunyai daur hidup (life cicle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh, puncak, surut, dan mati.44 Gaya hidup adalah komoditas baru dalam kapitalisme.45 Menurut Machin dan Leeuwen dalam Bagong gaya hidup adalah gabungan dari gaya pribadi dan gaya sosial yang muncul pada wilayah tertentu, dan merupakan aktivitas bersama untuk mengisi waktu luang, dan sikap dalam menghadapi isu tertentu.46

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat

42

Maria Cleopatra, 2015, Jurnal Penelitian: Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Volume 5, Nomor 2, h. 169

43

Bagong, op. cit., h. 138

44

Bagong, op. cit., h. 138

45

Retno Hendariningrum dan M. Edy Susilo, 2008, Jurnal Penelitian: Fashion dan Gaya Hidup: Identitas dan Komunikasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, h. 32

46


(42)

dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan cara mengalokasikan waktu.47

Gaya hidup adalah cara manusia memberikan makna pada dunia kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang untuk mengekspresikan makna tersebut yaitu ruang bahasa dan benda-benda, yang didalamnya citra mempunyai peran yang sentral.48 Gaya hidup menurut Kotler dalam jurnal penelitian Angga Sandy Susanto adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya, dalam arti bahwa secara umum gaya hidup seseorang dapat dilihat dari aktivitas rutin yang dia lakukan, apa yang mereka pikirkan terhadap segala hal disekitarnya dan seberapa jauh dia peduli dengan hal itu dan juga apa yang dia pikirkan tentang dirinya sendiri dan juga dunia luar.49 Gaya hidup berubah tidak hanya menjadi sebuah kebutuhan (needs) tetapi keinginan/hasrat (desire).50

Berdasarakan berbagai pernyataan dari berbagai ahli, maka gaya hidup merupakan proses dari berbagai perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan, acuan, kepercayaan-kepercayaan, nilai, pola-pola, pandangan, kebiasaan yang berlaku di masyarakat, dianut dan dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat tersebut.

b. Faktor-Faktor Gaya Hidup

Faktor-faktor gaya hidup dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Misbahun Nadzir 2015, menurut Loudon dan Bitta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, demografik, kelas sosial, kelompok rujukan atau kelompok acuan, keluarga, kepribadian, motivasi dan emosi.51

47

Latifah Novitasani dan Pambudi Handoyo, 2014, Jurnal Penelitian: Perubahan Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswa Urban di UNESA, Jurnal Paradigma, Volume 02 Nomer 03, h. 2

48

Bagong, op. cit., h. 140

49

Angga Sandy Susanto, 2013, Jurnal Penelitian: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, h. 1

50

Atik Catur Budiati, 2011, Jurnal Penelitian: Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa, Jurnal Sosiologi Islam, Volume 1, Nomor 1, h. 64

51

Misbahun Nadzir, “Psychological Meaning of Money oengan Gaya Hidup Hedonis Remaja di Kota Malang”, Seminar Psikologi & Kemanusiaan, 2015, h. 583


(43)

Kotler dalam Misbahun menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain: sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan, faktor eksternal antara lain: kelompok referensi, keluarga, kelas social, dan kebudayaan.52

Gaya hidup seseorang menurut Amstrong dalam Angga dapat diidentifikasi dari perilaku orang tersebut seperti kegiatan-kegiatan dalam pengambilan keputusan, cara mendapatkan dan menggunakan suatu barang atau jasa. Amstrong menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua, yaitu:

1) Faktor Internal a) Sikap

Sikap bisa dipahami sebagai cara seseorang dalam memberikan respon terhadap suatu hal sesuai dengan keadaan jiwa dan pikirannya yang dipengaruhi oleh pengalaman dan mempengaruhi secara langsung terhadap perilaku orang tersebut. Sikap bisa jadi dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan dimana lingkungan sosialnya berada.

b) Pengalaman dan Pengamatan

Pengalaman dan pengamatan seseorang dapat mempengaruhi cara seseorang dalam mengamati suatu hal sehingga akhirnya dapat membentuk pandangan pribadi mereka terhadap sesuatu, pengalaman ini didapatkan dari semua tindakannya pada masa lalu. Pengalaman tersebut di dapat dari belajar dan juga dapat disalurkan ke orang lain dengan cara mengajarkannya. Hal ini mempengaruhi gaya hidup seseorang, pengamatan atas pengalaman orang lain

52


(44)

juga dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga pada akhirnya membentuk gaya hidup.

c) Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian berubah dari waktu ke waktu, sehingga hal itu sangat penting untuk diamati karena mempengaruhi

buying behavior dari seorang konsumen. Sebenarnya, kepribadian bukan lah mengenai apa yang kita pakai di tubuh fisik kita, melainkan adalah totalitas perilaku dari seseorang di setiap situasi yang berbeda. Kepribadian meliputi beberapa karakteristik khusus seperti dominasi, keagresifan, rasa percaya diri dan lain-lain yang berguna untuk menentukan perilaku konsumen untuk produk tertentu.

d) Konsep Diri

Konsep diri sangat berhubungan dengan image merek atau brand suatu produk, cara seseorang memandang dirinya sendiri akan menentukan minat seseorang terhadap suatu objek termasuk juga suatu produk. Konsep diri adalah inti dari pola kepribadian yang akan mempengaruhi cara seseorang dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya, konsep diri merupakan kerangka dari referensi yang menjadi awal perilaku.

e) Motif

Perilaku individu terbentuk karena adanya motif kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik, merasa aman, merasa dihargai dan lain sebagainya, pengelompokan kebutuhan manusia telah dibuat teori oleh beberapa orang, salah satunya teori kebutuhan Maslow. Jika motif seseorang cenderung untuk memenuhi kebutuhan akan prestise yang besar, maka akan ada kecenderungan orang tersebut memiliki


(45)

gaya hidup hedonis sehingga bisa menjadi target pasar yang tepat untuk barang-barang mewah.

f) Persepsi

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk pemahaman dan gambaran mengenai sesuatu. Persepsi dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih suatu produk sebagai contoh adalah green product, setelah adanya informasi yang disosialisasikan secara global mengenai isu

global warming, terbentuk interprestasi seseorang terhadap isi sosialisasi tersebut dan terbentuk pemahaman mengenai pentingnya mengkonsumsi produk yang dapat mengurangi dampak global warming, mereka adalah target pasar yang pas untuk green product.

2) Faktor Eksternal a) Kelompok Referensi

Kelompok referensi yaitu kelompok yang di anggap mampu dan memiliki pengetahuan untuk memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku seseorang, pengaruh yang diberikan bisa bersifat secara langsung maupun tidak langsung, masukan dari kelompok referensi bisa mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk sehingga akhirnya membentuk gaya hidupnya. Kelompok referensi bisa meliputi orang-orang yang dihormati oleh masyarakat luas karena silsilah, pengetahuan, reputasi dan lain sebagainya.

b) Keluarga

Keluarga merupakan peranan terbesar dan terlama terhadap pembentukan sikap dan perilaku individu. Oleh karena itu saran dari keluarga berupa nasihat dan cerita mengenai pengalaman akan mempengaruhi gaya hidup


(46)

seseorang, budaya salah satu anggota keluarga dapat menjadi kebiasaan bagi anggota keluarga lain yang mengamati setiap harinya, tidak heran jika ada saudara yang memiliki gaya hidup yang sama dengan kita.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Kelas sosial biasanya dibuat karena ada nya suatu kebutuhan akan prestise dan berhubungan dengan kemampuan ekonomi atau diatur oleh budaya, setiap kelas cenderung memiliki gaya hidup yang khas dibandingkan kelas sosial lainnya. Kelas sosial dapat diklasifikasikan sebagai kelas bawah, menengah, atas dan lain-lain.

d) Kebudayaan

Kebudayaan bisa meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang membentuk gaya hidup seseorang dan akhirnya membuat pemasar mudah untuk mengidentifikasi apakah kelompok konsumen dengan kebudayaan tersebut sesuai dengan produknya atau tidak. Orang-orang diseluruh dunia menyadari akan budaya merayakan malam tahun baru dengan membunyikan terompet disetiap malam tahun baru. Hal ini menjadikan pemasar untuk menemukan peluang dalam memproduksi terompet secara masal disetiap menjelang malam tahun baru.53

53


(47)

3. Konsumtif

a. Pengertian Konsumtif

Konsumtif adalah penggunaan barang dan jasa secara berlebihan dalam memenuhi kebutuhan hidup nya. Awal munculnya konsumtif dimulai dari era kapitalisme, Eric Wolf dalam Bagong menyebutkan ada tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme, yaitu:54

Pertama, berkembangnya kelas kapitalis dengan memiliki kekayaan maka uangnya dapat membeli tenaga kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar.

Kedua, kelas kapitalis menguasai seluruh sarana produksi yang penting didalam masyarakat dan membatasi akses pekerja nya terhadap sarana produksi, sehingga para pekerja harus menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis.

Ketiga, maksimalisasi keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis.

Kapitalisme merupakan suatu paham yang meyakini bahwa seorang pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Semakin meningkatnya kekayaan atau kemakmuran, maka tingkat konsumsi seseorang akan meningkat pula.

Paham kapitalisme telah membentuk sebuah pandangan baru dikehidupan manusia dalam konsumsi yaitu gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif merupakan hasil dari proses budaya konsumsi yang tidak sehat, dimana manusia melakukan konsumsi secara berlebihan dan tidak didasari oleh pemikiran rasionalnya sehingga terjadilah pemborosan dalam konsumsi manusia.

Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas yakni, belum habis sebuah produk yang dipakai oleh seseorang akan tetapi orang tersebut telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat

54


(48)

disebutkan, membeli barang karena adanya iming-iming hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai barang tersebut.55 Misal nya Abrar membeli gadget atau smarthpohone

baru, padahal barang yang sedang ia pakai belum rusak akan tetapi ia sudah membeli yang baru.

Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis dalam Rezi berpendapat bahwa perilaku konsumtif melekat pada individu bila membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need).56

Menurut Tambunan dalam Septi perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan dengan matang apa manfaat dan kebutuhannya sehingga sifatnya menjadi berlebihan.57 Enggel dalam Septi mengatakan bahwa ada beberapa tanda yang dapat diperhatikan pada seseorang yang sedang mengalami perilaku konsumtif, yaitu:

1. Impulsive, adalah perilaku konsumen yang membeli barang hanya karena hasrat dan tidak memeprhitungkan atau merencanakannya secara matang.

2. Non-Rational, yaitu perilaku pembelian yang tidak rasional. Maksud nya adalah perilaku pembelian didasari pada keinginan semata tanpa memperhitungkan manfaat dan kegunaannya.

3. Wasteful, menggambarkan pemborosan sebagai salah satu perilaku membeli yang menghambur-hamburkan banyak uang tanpa didasari kebutuhan yang jelas.58

55 Endang Dwi Astuti, Jurnal Penelitian:

Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota Samarinda, Character, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013, h. 150.

56

Rezi Suci Agustia, Jurnal Penelitian: Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-i sekolah Menengah Atas “International Islamic Boarding School Republic of Infonesia (SMA IIBS RI). h. 2

57

Septi Anugrah Heni, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Kontrol Diri dan Syukur Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. EMPATHY-Jurnal Fakultas Psikologi, 2013, h. 4

58


(49)

b. Indikator Konsumtif

Sumartono dalam Endang menyebutkan indikator dari perilaku konsumtif, yaitu:

1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik.

Konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus rapi dan menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

Konsumen memiliki tingkat daya beli yang tinggi, karena pada umumnya konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian yang lain. Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri mereka.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya).

Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah atau mahal.

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

Konsumen mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat ekslusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dihadapan orang lain.


(50)

6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan.

Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik figur produk tersebut.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

Konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelum ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.59

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumtif merupakan suatu perilaku konsumen yang menggambarkan pemborosan, pembelian yang tidak direncanakan atau diperhitungkan kegunaannya dengan baik dan bukan pada pembelian yang rasional sehingga timbul pembelian barang yang berlebihan.

4. Komunitas dan Budaya Penggemar

Komunitas dan budaya penggemar pada penelitian ini saling berkaitan, karena dengan adanya komunitas maka budaya penggemar akan semakin menguat eksistensinya. Sebelum membahas tentang budaya penggemar, akan dibahas terlebih dahulu apa itu komunitas.

a. Pengertian Komunitas

Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi

59


(51)

komunitas dapat didekati melalui; pertama, terbentuk dari sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang alin;

keempat, adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu.60

Dalam buku terjemahan Bruce J. Cohen, komunitas didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu-kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai sesuatu tujuan.61

Kebudayaan memiliki hubungan yang signifikan dengan komunitas. Menurut elville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski dalam Rulli mengatakan bahwa, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat (komunitas) ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.62

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) merupakan konsep yang kurang lebih sama dengan konsep kelompok sekunder yang dikembangkan oleh Ferdinand Tonnies. Kedua istilah itu dapat diterjemahkan sebagai “komunitas” (community) dan “masyarakat” (society).63 Jadi, komunitas dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai kelompok sosial yang memiliki arti perkumpulan beberapa individu.

b. Indikator Komunitas

Menurut Kennerth dan Wilkinson dalam Isbandi, komunitas sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu:

60

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana: 2014), Cet. ke-2, h, 138

61

Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, (____: PT. Bina Aksara: 1983), Cet. ke-1, h. 315

62

Rulli Nasrullah, op. cit., h. 139

63


(52)

1. Ada nya batasan wilayah atau tempat (territory or place);

2. Merupakan suatu ‘organisasi sosial’ atau instusi sosial yang menyediakan kesempatan untuk para warga nya agar dapat melakukan interaksi antar warga secara reguler; dan

3. Interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena ada nya minat atau kepentingan yang sama (common interest).64

Sedangkan menurut McMillan dan Chavis dalam jurnal penelitian oleh Yudho Hartono mengatakan bahwa paling tidak terdapat tiga karakteristik utama komunitas yang sering muncul, yaitu:

1. Kesatuan tempat (locality), komunitas didefinisikan secara fisik sebagai entitas spasial dimana titik beratnya lebih kepada lokasi geografis, seperti desa atau kota.

2. Jaringan sosial (social network), suatu komunitas dapat dikatakan keberadaannya apabila didalamnya terdapat network of relationship antar-anggota didalam suatu tempat yang sama. 3. Hubungan (relationship-communion), komunitas didefinisikan

sebagai suatu hubungan perasaan saling berbagi identitas (shared sense of identity) diantara individual-individual dari anggota komunitas tersebut.65

a. Budaya Penggemar

Para penggemar atau fans adalah bagian paling tampak dari khalayak teks dan praktik budaya pop. Pada tahun-tahun belakangan ini, kelompok penggemar (fans) lagi-lagi berada di bawah tatapan kritis

cultural studies. Dahulu, peggemar diperlakukan dengan dua cara— ditertawakan atau dipatalogikan. Menurut Joli Jenson dalam John Storey ‘Literatur mengenai kelompok penggemar dihantui doleh citra

64

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada: 2013) Cet. ke-2, h. 83

65

Yudho Hartono, Jurnal Penelitian: Dinamika Hubungan Perusahaan dan Komunitas Konsumen Sebuah Implikasi Stratejik bagi Pemasar, Jurnal Manajemen Bisnis, 2008. Volume 1, Nomor 1, h. 18.


(53)

penyimpangan.66 Penggemar selalu dicirikan sebagai suatu kefanatikan yang potensial. Hal ini berarti bahwa kelompok penggemar dilihat sebagai perilaku yang berlebihan dan berdekatan dengan kegilaan. Jenson dalam John Storey menunjukkan dua tipe khas patolohi penggemar, ‘individu yang terobsesi’ (biasa nya laki-laki) dan ‘kerumunan histeris’ (biasa nya perempuan).

Kelompok penggemar disebut-sebut melakukan aktivitas kultural khalayak pop, sementara kelompok-kelompok dominan dikatakan memiliki minat, selera, dan preferensi kultural.67 Hal ini diperkuat oleh obejk-objek kekaguman. Budaya resmi atau dominan menghasilkan apresiasi estetik; kelompok penggemar hanya pas untuk pelbagai teks dan praktik budaya pop. Selain itu, pembedaan dibuat tidak hanya melalui objek kekaguman tetapi juga melalui bagaimana objek tersebut dikagumi. Para khalayak pop dikatakan memamerkan kesenangan mereka hingga menimbulkan ekses emosional, sementara khalayak budaya resmi dan budaya dominan senantiasa mampu memelihara jarak dan kontrol estetik yang terhormat.

Catatan mutakhir paling menarik mengenai budaya penggemar dalam cultural studies adalah Textual Poarches karya Henry Jenkis pada sebuah penelitian etnografis mengenai sebuah komunitas penggemar. Sumber teoritis utama Jenkis adalah teoritikus budaya Prancis, Michel de Certeau yang membongkar istilah ‘konsumen’ untuk menguak aktivitas yang terletak didalam tindak konsumsi: apa yang dia sebut ‘produksi sekunder’.68 Bagi de Certeau, medan budaya adalah sebuah situs konflik yang berlangsung terus (diam adan hampir tidak kentara) di antara ‘strategi’ penimpaan budaya (produksi) dan ‘taktik’ penggunaan budaya (konsumsi).69

Menurut Jenkis dalam John Storey adalah,

66

John Storey, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, (Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra: 2007), Cet. ke-2, h. 157

67

Ibid., John, h. 157

68

Ibid., John, h. 160

69


(54)

Apa yang signifikan tentang penggemar dalam hubungan nya dengan model de Certeau adalah bahwa mereka merupakan komunitas konsumen yang sangat aktif dan vokal yang aktivitas-aktivitasn nya megarahkan perhatian pada proses pemberian (makna) kultural ini... Para penggemar tidak lah unik dalam status mereka sebagai pemburu tekstua, kendati demikian, mereka telah mngembangkan tindakan berburu menjadi sebentuk seni. Jenkis memiliki pendapat yang berbeda dengan de Certeau, menurut dia tidak seperti pembacaan populer, yang Jenkis ciri kan sebagai ‘produksi makna yang berdurasi pendek’, pembacaan yang dilakukan penggemar memiliki eksistensi terus-menerus dalam diskusi dengan para pembaca penggemar lainnya.70

Perbedaan kedua antara pembaca populer de Certeau dan aktivitas kelompok penggemar adalah bahwa didalam kelompok penggemar tidak dapat pembedaan yang kaku antara pembaca dan penulis. Budaya penggemar adalah suatu budaya konsumsi dan produksi. Kelompok penggemar tidak hanya soal konsumsi, ia juga berkenaan dengan produksi teks—lagu, puisi, novel, fanzine (majalah yang di kelola secara amatir dan ditujukan bagi subkultur antusias pada minat tertentu), video, dan lain-lain—yang di buat sebagai respon atas teks media profesional mengenai kelompok penggemar.71

Menurut Jenkis dalam John Storey mengemukakan bahwa, ‘kelompok penggemar merupakan ... suatu ruan ... yang didefinisikan berdasarkan penolkannya atas nilai dan praktik biasa/mundane, perayaannya atas emosi yang digeluti secara mendalam dan kesenangan yang direngkuh dengan penuh gairah.72 Fiske dalam John Storey juga memberikan penegasannya bahwa perbedaan nyata antara seorang

70

Ibid., John, h. 162

71

Ibid., John, h. 162

72


(55)

penggemar dan pembaca ‘biasa’ adalah pada ‘unsur lebih’—penggemar adalah seorang pembaca budaya pop yang berlebihan.73

Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang

fans merupakan pembaca budaya pop yang berlebihan sehingga apapun yang berkaitan dengan idola mereka segalanya akan dilakukan dan diusahakan. Ditambah lagi dengan komunitas yang berpengaruh dengan budaya penggemar semakin menambah eksistensinya. Dengan memiliki minat, dan kegemaran yang sama para fans dapat menyalurkan atau membagi hal tersebut secara berkelompok melalui ikatan emosional yang telah terbentuk.

5. Budaya Pop/PopCulture

a. Budaya

Untuk mendefinisikan budaya pop, sebelum itu perlu mendefinisikan istilah budaya terlebih dahulu. Raymond Williams dalam John Storey mengatakan bahwa budaya sebagi “satu dari dua atau tiga kata yang paling rumit dalam bahasa Inggris. Kemudian Williams memberikan tiga definisi yang sangat luas.74

Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada “suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estesis”.

Kedua¸budaya bisa berarti “pandangan hidup tertentu masyarakat, periode, atau kelompok tertentu”. Ketiga, budaya bisa merujuk pada “karya dan praktik-pratik intelektual, terutama aktivitas artistik”.

Jika berbicara mengenai budaya pop berarti menggabungkan makna budaya kedua dengan makna ketiga. Makna kedua—pandangan hidup tertentu—memungkinkan kita untuk berbicara tentang praktik-praktik seperti berlibur ke pantai, perayaan Idul Fitri, dan yang lainnya, semua hal ini biasanya disebut sebagai budaya-bdaya yang hidup atau disebut juga sebagai praktik-praktik budaya. Sedangkan makna

73

Ibid., John, h. 168

74


(56)

ketiga—praktik berkemaknaan—memungkinkan kita membahas tentang musik pop dan komik sebagai contoh budaya pop.75

Dari berbagai definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, budaya adalah sesuatu yang mengacu pada proses perkembangan intelektual, spiritual, dan estesis dan pandangan hidup tertentu masyarakat untuk memenuhi aktivitas kehidupannya.

b. Budaya Pop

Ada beberapa cara untuk mendefinisikan budaya pop. Kata pertama yang akan di bahas adalah istilah “popular”. Terhadap istilah ini Williams dalam John Storey memberikan empat makna: “banyak disukai orang,” “jenis kerja rendahan”, “karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang”, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk diri nya sendiri”. 76 Kemudian, untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua sitilah, yakni ”budaya” dengan “popular” yang keduanya memiliki formulasi definisinya sendiri-sendiri. Dari sisi sejarah perjalanan teori budaya dengan budaya pop itu adalah suatu sejarah dimana dua istilah itu terhubung satu sama lain oleh pemakaian teoritis dalam konteks historis dan sosal tertentu.

Ada satu titik awal yang menyatakan bahwa budaya pop itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disuaki orang. Misalnya, bisa diteliti dari konser musik, festival, dan lain-lain. Kita dapat menemukan budaya pop pada apa yang disukai orang-orang, namun kita bisa menemukannya pada banyak hal yang secara teoritis tidak bisa digunakan sebagai definisi konseptual.77 Definisi budaya pop harus pula mencakup dimensi kuantitatif. Pop-nya budaya popular menjadi sebuah prasayarat. Pengakuan ini mencakup juga pengakuan resmi akan istilah “budaya tinggi” terutama pada penjualan buku,

75

Ibid., John, h. 3

76

Ibid., John, h. 10

77


(57)

rekaman dan juga rating audiens TV yang dinyatakan sebagai budaya “pop”.

Cara kedua untuk mendefinisikan budaya pop adalah dengan mempertimbangkan budaya tertinggal (rendah). Budaya pop menurut definisi ini merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi prasyarat budaya tinggi. Dengan kata lain, budaya pop didefinisikan sebagai budaya “substandar”. 78 Dalam John seorang sosiolog Perancis, Pierre Bourdieau mengatakan bahwa perbedaan budaya seringkali dimanfaatkan untuk memperlebar dan memelihara perbedaan klas. Bourdieau menyebutkan satu contoh, yaitu konsumsi budaya. Menurut Bourdieau, konsumsi budaya sudah ditentukan, sadar, dan disengaja, atau tidak untuk tujuan memenuhi fungsi sosial pengabsahan perbedaan sosial. Pembatasan ini didukung oleh pernyataan bahwa budaya pop adalah budaya komersial dampak dari produksi massal, sedangkan budaya tinggi adalah hasil kreativitas individu.79

Ketiga, untuk mendefinisikan budaya pop adalah menetapkannya sebagai “budaya massa”.80 Persoalan pertama adalah mereka yang menyebut budaya pop sebagai budaya massa dengan tujuan menegaskan bahwa budaya massa secara komersial tidak bisa diharapkan. Budaya ini dikonsumsi tanpa berpikir panjang dan tanpa perhitungan. John Fiske dalam John Storey mengungkapkan bahwa “antara 80%-90% produk baru gagal walaupun diiklankan dengan kuat... beberapa film gagal kembali modal meskipun biaya promosi nya sangat besar”. Banyak contoh, misalnya suatu label musik mengeluarkan single atau album ke dunia musik karena pada saat itu sedang marak wanita atau pria secara berkelompok bernyanyi dan menari, walau pun sudah promosi secara besar-besaran akan tetapi pada akhirnya girlband tersebut bubar dan menjadi produk gagal.

78

Ibid., John, h. 11

79

Ibid., John, h. 12

80


(58)

Definisi keempat, budaya pop adalah budaya yang berasal dari rakyat.81 Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat”. Maskud dalam hal ini adalah budaya pop tidak lain dan tidak bukan adalah berasal dari rakyat dan dinikmati pula oleh rakyat, sehingga budaya pop ini akan terus turun temurun dilakukan oleh generasi-generasi berikutnya.

Definisi kelima, budaya poop berasal dari analisis politik tokoh Marxis Italia, Antonio Gramsi terutama tentang pengembangan konsep hagemoninya. Gramsci dalam John Storey menggunakan istilah hagemoni untuk mengacu pada cara dimana kelompok dominan dalam suatu masyarakat mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok subordiansi melalui proses “kepemimpinan” intelektual dan moral. Pendapat Gramsci mengenai budaya pop dalam konsep hagemoni dikenal juga dengan teori hagemoni neo-Gramscian.82 Teori ini menganggap budaya sebagai tempat terjadinya pergulatan antara usaha perlawanan kelompok subordinasi dan inkorporasi kelompok dominan dalam masyarakat. Dalam penggunaan teori ini tidak diberlakukan seperti empat definisi yang sebelumnya melainkan sebagai suatu lingkup tukar-menukar, keduanya akan berkelindan dalam rupa perlawanan dan penyatuan (resistensi dan inkorporasi). Teks dan praktik budaya pop bergerak dalam apa yang oleh Gramsci disebut sebagai “keseimbangan kompromis”.83 Misalnya, liburan ke pantai dulu dianggap sebagai budaya para bangsawan, dan dalam tempo 100 tahun ia berubah menjadi budaya pop. Konsep pokok penggunaan perspektif Neo-Gramscian adalah konsep “artikulasi” (kata ini dipahami dalam arti ganda, yaitu mengekspresikan dan menyatukan).84

Definisi keenam, budaya pop berasal dari pemikiran

postmodernisme. Persoalan utama dalam perdebatan tentang hubungan antara postmodernisme dengan budaya pop adalah pernyataan bahwa

81

Ibid., John, h. 18

82

Ibid., John, h. 19

83

Ibid., John, h. 19

84


(59)

budaya postmodern adalah budaya yang tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop. Akibatnya postmodernis menyatakan sekarang “semua budaya adalah budaya postmodern”.85 Mereka menentang pembatasan tegas budaya pop dengan budaya massa dan mereka pula menegaskan budaya pop adalah budaya komersial. Salah satu contoh interpretasi komersial dan budaya postmodern dapat ditemukan dalam hubungan antara TV komersial dengan musik pop. Nidji, Isyana Sarasvati, JKT48, Afgan, dan Ayu Ting-Ting masing-masing memiliki rekaman lagu-lagu yang mereka nyanyikan di TV komersial. Terlepas dari apakah semua definisi ini beranggapan sama terhadap budaya pop manapun, yang jelas ia muncul mengikuti industrialisasi dan urbanisasi.86 Inilah definisi budaya dan budaya pop yang bergantung pada keberadaan ekonomi pasar kapitalis.87

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak mudah mengidentifikasi secara pasti sebuah definisi dari istilah budaya pop. Apapun istilah yang digunakan entah itu budaya massa, budaya tinggi, budaya kelas buruh, atau budaya daerah yang tercakup dalam definisi budaya pop seluruh nya—dengan proporsinya masing-masing—akan membawa perubahan definisi terhadap budaya pop tertentu. Akan tetapi ada suatu pembagian umum mengenai pembagian antara studi teks (fiksi pop, TV, musik pop, dsb.) dan budaya atau praktik budaya yang hidup (liburan ke pantai, perayaan hari Lebaran, dan lan-lain).88

85

Ibid., John, h. 22

86

Ibid., John, h. 23

87

Ibid., John, h. 24

88


(1)


(2)

Penelitii bersama an

Eve

nggota JFU Matsur KE

ent Handhsk

UIN pada eve

ri 2016, Sen EGIATAN JF

kae JKT48

ent Two Sh nayan, Jakar

FUIN

hoot” JKT4

rta

48 di Jak Jap

169

pan


(3)

Pene JKT4 Pene 2015 eliti bersama

48 di Jak Ja eliti bersama 5 di waktu is

a JFUIN me apan Matsur a JFUIN di stirahat sete

enonton pen ri 2015

Jak Japan M elah Omiko nampilan Matsuri shi P J P a Peneliti bers ak Japan M

Peneliti bers acara FLAT

ama JS Nav Matsuri 2015

ama JS Nav 2015

vi Ghigi dan 5

vi Ghigi dan

n JFUIN di


(4)

Lampirann 6


(5)

(6)

Ham skripsi ini dunia pend mbatan aka bermanfaa didikan.

BIO

dari Mem tahu Das mel (lulu (lulu UIN Fak kon an menjadi at bagi dunia

ODATA P

Rika Wid i tiga bersau mulai pend un 2000), sar di SDN lanjutkan pe

us tahun 20 us tahun 2 N Syarif Hi kultas Ilmu nsentrasi So

jembatan a ilmu peng

PENULIS

dya Risyad udara. Kela didikan di melanjutka N Cibuntu endidikan k 009) dan di 2012). Akh dayatullah u Tarbiyah siologi. untuk me getahuan da

i, anak pere ahiran Beka

TK Nur E an pendidik u 03 (lulu ke SMPN 2

i SMAN 5 irnya penu Jakarta pad h dan Ke

enuju kesuk an dapat ber

empuan per asi, 08 Juli

El Ghazy ( kan ke Se us tahun 2 Tambun Se Tambun Se ulis berkuli

da tahun 20 eguruan de ksesan. Se rkontribusi u rtama 1994. (lulus kolah 2006), elatan elatan ah di 012 di engan moga untuk