MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO

(1)

MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO

Oleh EVI YULIANTI

D0107009

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing

Dra. Sri Yuliani, M.Si NIP. 19601009 198601 1


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ( )

NIP. 195310091980032003

2. Drs. Ali, M.Si ( )

NIP.195408301985031002

3. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )

NIP. 19601009 198601 1

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 195408051985031002


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

™

Allah SWT, Sang Maha Penghendak atas segala

sesuatu, serta pemilik segala rahasia.

™

Mama tercinta, Kakak ku tercinta Mas Iwan, Andri,

Ipin, Mbak Atik, Desy, Adaw dan Istiqomah atas

segala dukungan, semangat serta kasih sayang, dan doa

yang tak pernah terputus yang senantiasa diberikannya.

™

Alm. Ayahanda, karenamu aku bisa mengerti dan kuat

menjalani kehidupan ini.

™

Keponakan ku Azhar .

™

Muhammad Taufik, yang menyemangati dan menasehati

tiada henti.

™

Sahabat ku Ratna, Atik, Fitri.

™

5 Sekawan dan seperjuangan Chintya, Tika, Dian, Tyas.

™

Teman-temanku sepermainan Santi, Novita,dan seluruh


(5)

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakan urusan selanjutnya dengan sungguh‐

sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S.Al Insyirah: 6‐8)

“Man Jadda Wa Jada”

(barangsiapa bersungguh‐sungguh pasti dapat)

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus

belajar, akan menjadi pemilik masa depan.

(Mario Teguh)

We Life, We Learn, We Try Hard, We Pray, We Success.

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika

kesempatan bertemu dengan kesiapan. (Thomas A Edison)


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi rabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Manajemen CSR melalui Program Kemitraan Oleh CDSA Telkom Solo”. Penulisan skripsi ini merupakan upaya penulis untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dengan sabar, memotivasi, serta memberi banyak masukan selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bpk. Drs. Sudarto, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan nasehat serta bimbingan selama penulis menempuh kuliah.

3. Bpk. Prof. Drs. Pawito, Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

4. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNS, yang telah mencurahkan ilmunya

5. Bapak Agus Suhartanto, selaku Manager CD Area IV Jateng & DIY yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Agus M.Munajat selaku OFFICER 1- PKBL CDSA Telkom Solo yang

telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Irsan Gunardi selaku OFFICER-2 PKBL CDSA Telkom Solo yang

telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Rahma sovia selaku Administrasi CDSA Telkom Solo yang telah

memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini. 9. Bapak Mintorogo,SE, Bapak Budi Santoso, Bapak Basuki, Bapak Sumartoyo,

Bapak M.Nur Wathoni, Bapak Suwarno, Ibu Indarwati, Ibu Agnes Sri Widyaningsih selaku mitra binaan program kemitraan CDSA Telkom Solo atas kesediaan pemberiaan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman Administrasi Negara angkatan 2007.

11.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan


(8)

skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikan, penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 27 Juli 2011


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15

A. Manajemen ... 15

1. Perencanaan... 16

2. Pengorganisasian ... 17

3. Penggerakkan/Pelaksanaan... 19

4. Pengendalian/ Evaluasi... 22

B. Konsep Corporate Social Responsibility... 24

C. Program Kemitraan... 29

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan CSR Program Kemitraan ... 33

E. Manajemen CSR melalui Program Kemitraan... 39


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penilitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Jenis dan Sumber Data ... 47

D. Metode Pengumpulan Data... 49

E. Analisis Data. ... 50

F. Validitas Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

I. Deskripsi CDSA Telkom Solo... 55

A. Sejarah Telkom ... 55

B. Visi dan Misi PT.Telkom... 57

C. Logo PT.Telkom... 58

D. Profile PT.Telkom ... 60

E. Tujuan Perusahaan... 61

F. Lokasi Community Development Sub Area PT.Telkom ... 62

G. Visi, Misi dan Strategi CDC PT.Telkom... 62

H. Kebijakan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 62

I. Tujuh pilar Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 63

J. Penghargaan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 66

II. Pembahasan... 67

A. Perencanaan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 67

B. Pengorganisasian Program Kemitraan CDSA Telkom Solo... 74

C. Pelaksanaan Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 84

D. Pengawasan / Evaluasi Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 121

III. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proram kemitraan di CDSA Telkom Solo ... 129

BAB V PENUTUP... 136


(11)

Saran ... 142 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo... 6 TABEL 4.1

Laporan PKBL(Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) Community Development Sub Area Telkom Solo Tahun 2010

………... 65

TABEL 4.2 Rencana Kegiatan Program Kemitraan Community Development Sub

Area Telkom Solo Tahun 2010-2011.………. 72

TABEL 4.3 Penyaluran Dana Program Kemitraan CDSA Telkom Solo Tahun 2004 - Triwulan I/Maret 2011... 90 TABEL 4.4

Data Proposal Pengajuan Program Kemitraan CD Sub Area Telkom

Solo Triwulan I/ 2011……… 92

TABEL 4.5 Daftar Usulan Penetapan Calon Mitra Binan CD Sub Area Solo Bulan

Maret Triwulan I/ 2011………. 95

TABEL 4.6 Penyaluran Dana Program Kemitraan CD Sub Area Solo Bulan Maret / Triwulan I/ 2011……...……….. 97 TABEL 4.7 Tunggakan angsuran pinjaman Program Kemitraan CDSA Telkom

Solo. Per Triwulan I/ Maret 2011………...108 TABEL 4.8 Kegiatan Pembekalan CD Sub Area Solo Tahun 2010- Triwulan

I/ 2011………. 110

TABEL 4.9 Kegiatan Pelatihan CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010- Triwulan-I 2011……….. 113 TABEL 4.10 Kegiatan Pameran CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010-

Triwulan-I……….…... 116 TABEL 4.11 Laporan Perolehan Kinerja NPL & Collection CD Sub Area

Telkom Solo Periode Januari- Desember 2010……….…... 124 TABEL 4.12 Laporan Tahunan Kegiatan Program Kemitraan CD Sub Area


(13)

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar2.1 Kerangka Berfikir…………... 44 Gambar 3.1 Model Analisa Interaktif………..………... 53

Gambar 4.1 Logo PT.Telekomunikasi Indonesia………..……….. 58

Bagan 4.1 Struktur Organisasi CDC PT.Telekomunikasi Indonesia.…... 75


(14)

ABSTRAK

Evi Yulianti, D0107009, Manajemen CSR melalui program kemitraan oleh Community Development Sub Area PT.Telkom,tbk Solo, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

CSR Program Kemitraan PT. Telkom, Tbk. bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen CSR/PKBL melalui program kemitraan oleh CDSA Telkom Solo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program kemitraan.

Penelitian ini adalah jenis penelitian studi deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk meggambarkan dan menganalisa data secara mendalam. Lokasi penelitian berlokasi di CDSA Telkom Solo.Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi (telaah dokumen). Validitas data menggunakan teknik pengujian triangulasi data, yaitu triangulasi sumber. Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen CSR/PKBL melalui program kemitraan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan secara umum telah dilaksanakan. Perencanaan program kemitraan dilaksanakan oleh CDC pusat Telkom Bandung dan CD Area menggunakan pendekatan Bottom up yang melibatkan stakeholders internal, yaitu karyawan, direksi,serta stakeholders eksternal yaitu pemegang saham, masyarakat, dan pemerintah. Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana kegiatan dan kerja anatara lain: kegiatan penyaluran, pembinaan dan pelatihan serta menentukan sasaran dan tujuan. Setelah rencana ditetapkan tahap selanjutnya adalah sosialisasi kegiatan melalui media internet. Pengorganisasian, stuktur organisasi garis komando dilakukan oleh SGM CDC Pusat kepada Manager Area yang dilanjutkan kepada Officer CDSA sebagai pelaksana. Dalam pelaksanaan penggerakkan terdapat beberapa kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program kemitraan adalah pemberian bantuan pinjaman dan bantuan dana hibah/ khusus pada mitra binaan berupa pembinaan sebagai pendampingan. Pengawasan program kemitraan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh CDSA Telkom Solo kepada mitra binaan dengan melakukan tinjauan langsung, kegiatan sarasehan, dan pengumpulan laporan keuangan usaha setiap triwulan. Dalam pelaksanaan program kemitraan di CDSA Telkom Solo terdapat beberapa faktor yang menghambat antara lain: kapasitas masyarakat, yaitu kurangnya inovasi dan kreatifitas mitra binaan dalam mengembangkan usaha, kurangnya kesadaran mitra


(15)

binaan yang macet untuk menyelesaikan kewajiban membayar pinjaman kepada perusahaan, terbatasnya jumlah dana target penyaluran yang tersedia yang menyebabkan tidak semua calon mitra binaan yang mengajukan pinjaman dapat terpenuhi, teknologi system komputerisasi yang sering eror sehingga menghambat pekerjaan petugas dalam mengolah data, sertabencana alam yang dapat menyebabkan kebangkrutan usaha mitra binaan.


(16)

ABSTRACT

Evi Yulianti, D0107009. CSR management through partnership program by Community Development of Sub Area PT. Telkom Tbk Solo. Thesis, Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2011.

CSR of Partnership Program of PT. Telkom Tbk aims to develop the potential of small-scale business and cooperative into the firm and independent ones. This research aims to find out the management of CSR/PKBL through the partnership program by CDSA of Telkom Solo as well as the factors inhibiting the implementation of partnership program.

This research belongs to a descriptive qualitative study taken place in CDSA Telkom Solo. The data collection was done using observation, interview and document study technique. Data validation was done using data and source triangulations technique. The data analysis was done through three stages: data reduction, data display and conclusion drawing or verification.

The result of research shows that the CSR/PKBL management through the partnership program including planning, organizing, implementing, and overseeing has been generally implemented. The partnership program planning is done by central CDC of Telkom Bandung and CD area using Bottom-up approach involving internal stakeholders such as employees, director board, as well as external stakeholder such as shareholders, society, and government. The planning activity includes arranging the activity and work plan encompassing: distribution, counseling and training activity as well as target and objective determination. After the plan is determined, the next stage is socialization of activity through internet media. Organizing, the command line organizational structure is done by SGM of Central CDC to the Area Manager forwarded to the Officer of CDSA as the executor. In implementing the mobilization, there are several activities. The activity carried out in partnership program includes the loan and special grant giving to built partner in the form of counseling. The partnership program overseeing is done both directly and indirectly by CDSA of Telkom Solo to the built partner by direct observation, gathering, and by compiling the financial quarterly statement compilation. In implementing the partnership program in CDSA of Telkom Solo, there are several factors affecting: society capacity including the lack of innovation and creativity among the built partner in developing business, the lack of built partners who do not fulfill their obligation of repaying their loan to the company, the limited amount of available distribution target leading to not all prospective built partners applying credit can be fulfilled, the frequently troubled computerization system technology so that it inhibits the officer’s work in processing data, as well as natural disaster that can result in built partner’s business bankruptcy.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resipirokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi untuk mendapatkan keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan/ laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi masyarakat atau gejolak sosial. (Jurnal Implementasi CSR untuk mendukung


(18)

pembangunan berkelanjutan, Vol 4 No.2 hal 123-130.2008). Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan memperhatikan aspek financial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat sekitar, yang menuntut para pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab.

Perubahan lingkungan yang sangat dinamis, baik yang dipicu oleh kekuatan lingkungan eksternal maupun internal telah memaksa para pelaku bisnis untuk tidak saja harus selalu meningkatkan laba dan kinerja, tetapi juga harus peduli terhadap problem sosial. Semakin besarnya kekuasaan para pelaku bisnis membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kualitas kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, maupun seluruh kehidupan ini. Fenomena inilah yang menjadi isu tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang menekankan bahwa tanggung jawab bukan lagi sekedar aktivitas ekonomi atau kondisi keuangannya (financial) saja untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnis. Tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.


(19)

Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan Corporate Social Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap perusahaan yang memperhatikan kaidah-kaidah sosial, lingkungan hidup dan prinsip-prinsip HAM.

Corporate Social Responsibility (CSR) kini dianggap penting untuk menjembatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang dapat maju apabila berada di tengah masyarakat miskin atau di lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya. “Forum Ekonomi Dunia melalui Global Govermance Initiative menggelar World Business Council For Sustainablle Development di New York pada tahun 2005, salah satu deklarasi penting disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk

membantu PBB dalam merealisasikan Millennium Development Goalds

(MDGs). Adapun tujuan utama MDGs adalah mengurangi separuh kemiskinan dan kelaparan ditahun 2015. Pantas untuk dicatat tujuan ini jelas sangat berat, mengingat pertumbuhan dunia bisnis terus meningkat, tetapi kemiskinan justru bertambah. Human Depelopment Report tahun 2005 (HDR) melaporkan, 40% penduduk dunia atau 2,5 milyar jiwa hidup dengan upah dibawah US$ 2/hari/kapita. Total upah ini nilainya setara dengan 5% pendapatan dunia, setiap hari 1200 anak-anak mati karena kelaparan. HDR mensinyalir 10% orang terkaya di dunia menguasai 54% total pendapatan dunia yang 500 orang dari 10% terkaya itu, hartanya lebih besar ketimbang kekayaan 416 juta


(20)

penduduk termiskin (Jurnal Sosioteknologi Edisi 12 Tahun 6, Desember 2007. Chairil N. Siregar). Untuk mengatasi kemiskinan ini pihak perusahaan perlu menyisihkan uang dari keuntungan yang diperoleh tetapi bukan dimasukan kedalam biaya investasi yang harus ditanggung pemerintah.Penerapan CSR sebagai sebuah sebuah standar beroperasinya perusahaan dapat menjadi salah satu jalan atau upaya untuk tutur mengurangi dari dampak masalah tersebut.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan

perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia bukan lagi merupakan discretionary businesss practice, melainkan pelaksanaannya sudah

diatur oleh undang-undang (bersifat mandatory). Corporate Social

Responsibility sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1-4 dijelaskan sebagai berikut:

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.


(21)

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan

lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagi pemerintah Indonesia, istilah CSR lebih dikenal dengan istilah kemitraan dan bina lingkungan. Hal yang terkait dengan pengembangan usaha kecil terdapat pada bidang kemitraan sedangkan mengenai lingkungan masyarakat (seperti: bantuan bencana alam, bantuan kesehatan, bantuan sarana umum dsb) terdapat pada bidang bina lingkungan. Dalam PER-05/MBU/2007 pasal 2 dinyatakan bahwa ; (1) Perum dan persero wajib melaksanakan program kemitraan dan program bina lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini, (2) Persero Terbuka dapat melaksanakan program kemitraan dan program bina lingkungan dengan berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

CSR yang ditekankan dalam peraturan diatas merupakan pelaksanaan bidang kemitraan dan bina lingkungan yang memiliki tujuan yang berbeda. Bina lingkungan lebih kepada permasalahan lingkungan hidup yang bersifat filantropis, sedangkan bidang kemitraan lebih kepada pemberdayaan ekonomi lokal yang bersifat peningkatan kapasitas. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pada bidang kemitraan yang memiliki tujuan pemberdayaan ekonomi lokal. Pemberdayaan ekonomi lokal berarti


(22)

memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut.

Pemberdayaan ekonomi lokal ini menjadi sangat penting karena sektor usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UKM ini merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari Negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UKM (Berry,dkk,2001). Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.

Kuncoro (2002: 183) menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Sebagai gambaran, walaupun secara rata-rata selama periode 1997-2005 sektor UKM memberikan kontribusi terhadap output nasional hanya sebesar 56,4% tetapi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai hingga 98%. Menurut Hoselitz (1959), Sektor UKM di negara berkembang merupakan sektor yang labor intensive sehingga sektor ini


(23)

diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran di Negara berkembang. Selain labor intensive, UKM sering dikenal sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UKM khususnya dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang.

Dengan banyaknya keuntungan inilah, maka CSR bidang kemitraan haruslah sangat diperhatikan pelaksanaannya baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan-perusahaan besar. Tetapi selain kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh usaha kecil dan menengah, usaha kecil juga dihadapi berbagai persoalan-persoalan. Persoalan utama yang dihadapi usaha kecil di Indonesia yaitu (Hasfah,2004:116):

1)Faktor Internal

1. Kurangnya permodalan;

2. Sumber daya manusia terbatas kemampuannya dalam manajemen

karena pendidikan yang rendah;

3. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar, karena produk yang dihasilkan umumnya jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.

2) Faktor Eksternal

1. Iklim usaha yang belum kondusif karena masih terlihat adanya persaingan kurang sehat antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.


(24)

2. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha karena kurangnya akses terhadap informasi dan perkembangan teknologi.

3. Implikasi perdagangan bebas dengan adanya AFTA tahun 2003

dan AOEC tahun 2020 serta standar kualitas produk harus memenuhi ISO 9000 maupun isu lingkungan (IS0 14000), maka usaha kecil dan menengah makin sulit bersaing di pasar global, karena peraturan-peraturan tersebut sering digunakan oleh Negara maju secara tidak fair dalam bentuk non tariff barier to trade. 4. Sifat produk dengan lifetime pendek.

5. Terbatasnya akses pasar.

Kelemahan-kelemahan ini haruslah diperhatikan oleh perusahan besar agar dapat diatasi sehingga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Untuk itu salah satu perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT.TELKOM,tbk sebagai suatu perusahaan BUMN di Indonesia. TELKOM telah memiliki klasifikasi program TELKOM CSR dalam 7 (tujuh pilar program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Diantara ketujuh pilar program CSR tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang manajemen pelaksanaan CSR dalam program kemitraan, khususnya yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo. Ketertarikan ini didasari karena program kemitraan merupakan kegiatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri,


(25)

sehingga dirasa relevan dengan banyaknya industri dan usaha-usaha kreatif yang semakin berkembang di kota Solo.

Melihat perkembangan Usaha kecil dan menengah (UKM) di Solo tumbuh hingga 200% pada awal tahun 2011. Pesatnya pertumbuhan ini dipacu kondisi ekonomi yang membaik dan iklim usaha yang semakin kondusif. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahan. Seperti yang disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Solo, Farid Sunarto, di sela Kongres Nasional dan launching ASPAPI:

“Jika melihat iklim usaha yang kian kondusif. Tingkat pertumbuhan UKM sangat signifikan sampai hingga dua ratus persen. Berarti iklim usaha di Solo sangat baik. Dilihat dari interaksi sektor-sektor tertentu yang bergerak dinamis,” (http//: www.Seputar Solo.com, 29 Maret 2011).

Hal ini juga ditambahkan oleh Bapak Jokowi sebagai walikota, dalam acara Seminar Academic Corner di FISIP UNS pada tanggal 28 Juni 2011 berikut penuturannya:

“Perkembangan UKM di Kota Solo merupakan salah satu penyumbang APBD terbesar dibandingkan sektor lain, untuk tahun 2010 UKM, memberikan 19,2 Milyar, sehingga kota Solo diharapkan dapat menjadi kota UKM.”(Seminar Academic Corner FISIP UNS, 28 Juni 2011).

Dengan melihat pertumbuhan UKM yang pesat di Kota Solo, model CSR/PKBL bidang program kemitraaan sangat tepat diterapkan untuk lebih memacu pertumbuhan UKM di Kota Solo. Bukti nyata Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom,tbk Solo yang relatif penting yaitu kepada masyarakat melalui CSR program kemitraan.


(26)

Program kemitraan TELKOM bertujuan untuk mendorong kegiatan atau pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan taraf hidup masyarakat, baik antara perusahaan dan mitra binaan maupun antar mitra binaan sehingga membawa manfaat bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara usaha besar (BUMN) dengan usaha kecil dan koperasi,.

Selain itu, TELKOM juga memberikan bantuan dana bergulir terhadap pengusaha kecil. Dana yang diberikan oleh TELKOM ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan modal dan investasi. Disamping mengejar pemasukan uang (revenue), PT.TELKOM,tbk menyisihkan sebagian labanya

guna membantu pemberdayaan komunitas masyarakat (community) dalam

program kemitraan dengan usaha kecil (mikro). Dalam triwulan I-IV/2009 PT.TELKOM,tbk Solo telah menggulirkan dana bergulir untuk dialokasikan kepada 1064 orang mitra binaan CDSA TELKOM Solo yang lolos seleksi. Total dana yang disalurkan dalam triwulan I-IV/2009 sebesar RpRp.19.913.400.000,- dengan perincian pada tabel berikut:


(27)

Tabel 1.1

Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.

No Segmen Jumlah mitra

binaan

Jumlah dana

1 Industri 117 Rp.2.521.500.000

2 Perdagangan 500 Rp.8.966.500.000

3 Jasa 395 Rp.7.386.100.000

4 Pertanian 6 Rp.60.000.000

5 Peternakan 38 Rp.658.800.000

6 Perikanan 2 Rp.70.500.000

7 Lainnya 6 Rp.250.000.000

Jumlah 1064 Rp.19.913.400.000

(Sumber: SIMPK CDSA Telkom Solo)

Dengan adanya bantuan pinjaman program kemitran yang telah digulirkan oleh CDSA Telkom Solo diharapkan dapat membantu untuk memberdayakan dan membantu UKM di sekitar wilayah operasional PT.Telkom Solo . Sehingga untuk menjamin eksekusi dan keberhasilan program kemitraan maka dibutuhkan sebuah manajemen yang baik dalam pengelolaan.

Dengan melihat latar belakang yang ada, penelitian ini akan melihat bagaimana manajemen CSR melalui program kemitraan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri yang berada di sekitar wilayah operasi CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.


(28)

B. Rumusan Masalah.

Berdasarakan latar belakang yang dipaparkan penulis, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen CSR program kemitraan yang dilaksanakan

oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo ?

2. Hambatan apa sajakah yang yang mempengaruhi pelaksanaan dari

CSR program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo?

C. Tujuan Penelitian.

1. Mengetahui manajemen pelaksanaan CSR, melalui program kemitraan oleh Community Development Sub Area Telkom Solo.

2. Menguraikan dan menjelaskan faktor-faktor yang menghambat

pelaksanaan CSR melalui program kemitraan oleh Community Development Sub Area Telkom Solo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi baik secara akademis maupun praktis yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan tambahan

informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi Administrasi Negara, khususnya studi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) serta peranannya dalam peningkatan dan kemakmuran rakyat melalui program kemitraan di CDSA


(29)

PT.TELKOM,tbk Solo khususnya dan perusahaan - perusahaan lainnya yang memiliki tanggung jawab sosial (CSR) terhadap pengembangan masyarakat.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan

pemahaman penulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di CDSA PT.TELKOM, Solo khususnya dan perusahaan – perusahaan lainnya pada umumnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan khususnya PT.TELKOM,tbk Solo, Pemerintah dan masyarakat mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diperlukan guna menunjang proses pengembangan masyarakat melalui kegiatan program kemitraan di wilayah kerja khususnya CDSA PT.TELKOM,tbk Solo secara khusus dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

Manajemen pada dasarnya adalah merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan dengan menguraikan cara-cara pemikiran yang ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan dengan melalui kerjasama orang-orang lain dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya. Manajemen pada hakekatnya adalah “achieving goals through others”, pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan orang lain. Sedangkan George R. Terry mendefinisikan manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan bantuan orang lain (Nawawi 2000:36).

Demikian pula Drucker telah merumuskan pengertian bahwa:” Manajemen adalah kegiatan spesifik dalam menggerakkan sejumlah orang agar berlangsung efektif dalam mencapai tujuan organisasi dan organisasi menjadi produktif” (Nawawi 2000:36).

Pengertian tentang manajemen begitu luas, sehingga dalam

kenyataanya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Antara ahli yang satu dengan ahli yang lain mempunyai batasan yang beragam dan sudut pandang yang berbeda. Menurut Luke C. Ng dalam Journal of Management Development, Volume: 30, Issue: 1(2011)

menyatakan bahwa “Management means “getting things done effectively


(31)

in management practice to achieve optimal results”. (Manajemen berarti “melaksanakan berbagai hal secara efektif melalui orang lain”. Ini menyiratkan pentingnya kepemimpinan dan ketrampilan orang-orang didalam praktek manajemen untuk mencapai hasil yang optimal”.)

Dari definisi-definisi tersebut tampak ada beberapa kesamaan dasar yang dapat disimpulkan, yaitu manajemen merupakan kemampuan membuat orang lain melakukan kegiatan tertentu atau bekerja sesuai tujuan organisasi, dengan mengajak dan menggerakkannya agar bekerja sama secara efektif dan efisien.

Menurut George R.Terry (1986:37), fungsi-fungsi manajemen terdiri

dari empat macam yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), menggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dalam proses manajemen secara keseluruhan mencakup beberapa jenis aktivitas penting yang berorientasi pada tindakan untuk pelaksanaan/ implementasi program.

1. Perencanaan.

Perencanaan adalah pemilihan sejumlah kegiatan untuk ditetapkan sebagai keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan apa bagaimana melaksanakannya, serta siapa pelaksananya. Sondang P.Siagian mendifinisikan perancanaa merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara sadar matang tentang hal-hal yang dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (2004:36).


(32)

Hasibuan (1987) mendefinisikan rencana itu sendiri adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Fungsi perencanaan dalam manajemen merupakan merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran ini, dan menyusun rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan .

Di dalam sebuah pelaksanaan dibutuhkan sebuah koordinasi yang baik, antar pelaksana. Sehingga dibutuhkan sebuah pengorganisasian (organizing) dan actuating yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

2. Pengorganisasian / Organizing.

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian,2005:60). Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Ketiga, (2005:593). Coordinating: Suatu proses

pengintegrasiaan kegiatan-kegiatan dan target/tujuan dari berbagai unit kerja dari suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan secara efisien. (Keban,T,Yeremias,(2004:87). Tanpa koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian yang ada akan bekerja menurut arah yang berlainan dengan irama/kecepatan yang berbeda-beda, masing-masing bekerja sesuai dengan kepentingannya yang pada akhirnya dapat mengorbankan kepentingan organisasi secara keseluruhan.


(33)

George R.Terry (1986:233) juga mendefenisikan pengorganisasian sebagai tindakan-tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Kemudian George R.Terry (1986:233) juga menambahkan bahwa salah satu tugas penting pengorganisasian adalah mengharmoniskan suatu kelompok orang-orang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemapuan kesemuanya kesuatu arah tertentu. Harapannya adalah tercapainya sinergisme (synergism) yang berarti tindakan-tindakan simultan unit individual atau yang terpisah yang bersama-sama menghasilkan suatu efek total yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual.

George R.Terry (1986:233) mengungkapkan bahwa pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi yang dapat dianggap sebuah kerangka yang merupakan titik pusat sekitar apa manusia dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.

Dengan adanya struktur organisasi maka akan dapat diterapkan siapa yang melaksanakan, bagaimana tugas akan dibagi, dan mekanisme koordinasi dan formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Dalam pembagian kerja tersebut akan tampak dengan jelas pengelompokkan tugas berdasarkan spesialisasi dan departemenisasi, hubungan dengan


(34)

tugas-tugas, susunan hierarkis dan jangkauan wewenang, arus delegasi wewenang dan tanggung jawab serta memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisai mempertahankan keluar dan masuk orang-orang atau tenaga kerja serta mengkoordinasi hubungannya dengan lingkungannya.

3. Menggerakkan/pelaksanaan (actuating)

Usaha pengorganisasian tidak akan ada output konkrit sampai kita mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi berupa menggerakkan (actuating). Untuk itulah, diperlukan tindakan actuating atau usaha untuk menimbulkan action. Menggerakkan berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas manajemen berputar.

Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan anggota-anggota kelompok demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dengan sasaran-sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut (G.R.Terry,1986:313).

Menurut Hadari Nawawi (2000:95), kegiatan pelaksanaan/actuating yaitu melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan komunikasi (commuinication) termasuk koordinasi.

Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui


(35)

setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Hadari Nawawi, 2000:95). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa di dalam setiap organisasi setiap personil melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan posisi/ jabatan sebagai unit satuan kerja, yang disebut jabatan struktural. Bilamana organisasi telah berfungsi, maka setiap personil telah siap melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing sehingga pelaksanaannya berlangsung secara efektif, efisien, dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi.

Kegiatan pengarahan dan bimbingan sebagai perwujudan fungsi

pelaksanaan actuating dalam manajemen fungsional memerlukan

penciptaan dan pengembangan komunikasi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari fungsi actuating ini. Sehubungan dengan itu, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian dan penerimaan informasi yang menjadi salah satu sumber daya untuk menjaga, memelihara, memajukan dan pengembangan organisasi secara dinamis sesuai dengan tujuannya. Disamping itu komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses penyampaian informasi berupa gagasan, pendapat, penjelasan, saran-saran dan lain-lain dari sumbernya kepada dan untuk memperoleh, mempengaruhi merubah respon penerima informasi sesuai dengan yang diinginkan sumber informasi (Hadari Nawawi, 2000:99).


(36)

Salah satu respon yang penting dalam menyampaikan informasi adalah kesediaan bekerjasama atau pemberian dukungan dari penerima informasi sesuai harapan sumber informasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau menyelesaikan suatu masalah dilingkungan suatu organisasi. Hal itu juga menunjukkan bahwa komunikasi sangat penting artinya dalam menciptakan dan mengembangkan jaringan kerja (network) internal dan eksternal, yang berpengaruh pada kinerja organisasi dalam mewujudkan eksistensinya melalui pencapaian tujuannya.

Di dalam komunikasi, termasuk juga di dalamnya koordinasi. Koordinasi diartikan sebagai proses atau rangkaian kegiatan menyelaraskan pikiran, pendapat, dan perilaku dalam mewujudkan wewenang dan tanggungjawab sesuai tugas pokok masing-masing, agar secara serentak terarah pada tujuan yang sama. Disamping itu koordinasi dapat diartikan juga sebagai upaya mewujudkan jaringan kerja (network) internal antar personil dan atau unit/satuan kerja di dalam suatu organisasi, dan dengan organisasi lain sebagai jaringan kerja (network) eksternal (Hadari Nawawi, 2000:87).

Pelaksanaan program CSR bidang kemitraan melibatkan beberapa pihak, yaitu Perusahaan dan masyarakat calon penerima manfaat program CSR bidang kemitraan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan program CSR bidang kemitraan diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin terlaksananya pelaksanaan program CSR bidang kemitraan dengan baik. Kondisi pertama, pelaksanaan CSR bidang kemitraan memperoleh


(37)

persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat. Kondisi kedua yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program CSR adalah ditetapkannya pola hubungan (relationship) di antara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR. Kondisi ketiga adalah adanya pengelolaan program yang baik. Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat kejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan program dari pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR bidang kemitraan.

4. Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring).

Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring) adalah aktifitas manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terkendali pelaksanaannya sedemikian rupa sehingga sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Dalam pengendalian/ pengawasan berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai. Dengan demikian pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Hadari Nawawi (2005:115) mengemukakan pengawasan/control diartikan sebagai proses mengukur (measurement) dan menilai (evaluation) tingkat efektivitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.G.R.Terry (1986:387) memberi batasan tentang pengawasan atau controlling sebagai proses


(38)

penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standart: apa yang sedang dicapai, yaitu pelaksanaan: evaluasi terhadap pelaksanaan dan kalau perlu menerapkan ukuran-ukuran untuk koreksi sehingga pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana, yaitu persesuaiannya dengan standart.

Robert J.Molker (1972:2) dalam pengantar manajemen Siswanto (2006:139) memberikan batasan pengendalian yang menekankan elemen esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah. Batasan yang diajukan meliputi hal berikut:

Management control is a systematic effort to set performance standards with planning objectives, to design information feedback systems, to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether there are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.”Pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistemayik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain system umpan balik informasi, membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut, maka pengertian dari pengawasan yaitu usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan manajemen korporat akan diuraikan mulai sejak lahir sampai dengan konteks


(39)

kekinian. Tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) pertama kali muncul dalam diskursus resmi akademik sejak ditemukan tulisan Howard R.Bowen pada tahun 1953 (Carrol, 1999:270) (Kartini 2009:5) dalam karyanya Social Responbilities of the businessman.Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang dikemukakan Bowen, membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai “ The Father’s of Corporate Social Responbility” yang merumuskan konsep tanggung jawab sosial sebagai : “The Obligations of businessman to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those line of action which are disrable in term of the objectivies and values of our society.”

Steiner and Steiner (1994:105-110) dalam (Kartini 2009:5) memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan derma (charity) sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia (philantropi) yang banyak dilakukan oleh para pengusaha. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengandung makna, perusahaan atau pelaku bisnis umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab legal, ekonomi, etis dan lingkungan. Lebih khusus lagi, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi, seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan kekuasaan dan pencaplokan hak milik masyarakat, praktik tenaga kerja yang


(40)

manusiawi, hak asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan konsumen, sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang, serta operasi antar negara. (Eddie Riyadi, Kompas22/3/2007).

Menurut Rumusan CSR dari The World Business Council For

Sustainable Development (WBCSD) in Fox, et al (2002), dalam (Wahyudi, 2008:29) definisi CSR adalah:

corporate social responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the locall community and society at large.”, yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memeliharanya.

Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS)

menyatakan bahwa corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara luas (Sankat,Clement K,2002 dalam Budimanta 2007:76).

Berdasarkan CSR Eropa, Komisi Eropa meluncurkan yang dikenal

dengan Green Paper Mempromosikan Kerangka Eropa Corporate Social

Responsibility Tanggung Jawab Sosial dan mendefinisikan CSR sebagai : ‘‘a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with


(41)

their stakeholders on a voluntary basis’’ (European Commission, 2001, p. 8).(Journal International , Corporate Social Responsibility as Subsidiary Co Responsibility: A Macroeconomic Perspective, Michael S. Aßländer, Journal of Business Ethics (2011) 99:115–128 )

The Green Paper membagi CSR yang dilakukan perusahaan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) Internal dimension of CSR (mencakup human resources management, kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhadap perubahan dan pengelolaan dampak lingkungan serta sumber daya alam. (2) External dimension of CSR (mencakup pemberdayaan komunitas lokal, partner usaha yang mencakup para pemasok dan konsumen, hak azasi manusia, dan permasalahan lingkungan (global). Organisasi ini mengajukan pendekatan secara holistic terhadap CSR, yang di dalamnya mencakup :social responsibility integrated management, social responsibility reporting and auditing, quality in work, social and ecolabel, social responsible investment.(Kartini,2009:3).

CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa berterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas hak masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis begitu besar. Bisnis sendiri selalu ber-platform pada tujuan menumpuk keuntungan dan kekayaan.


(42)

Tanggung jawab dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan penumpukan profit.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan mengenai definisi CSR yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu CSR merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat sekitar perusahaan sehingga dapat mengembangkan masyarakat, bentuk tanggung jawab tersebut diselenggarakan dari aspek ekonomi, budaya, sosial, lingkungan hidup sehingga dapat membantu pengembangan generasi selanjutnya agar hidup lebih baik lagi. Komitmen perusahaan tersebut diharapkan tidak hanya melalui bentuk bantuan melainkan lebih pada pembangunan berkelanjutan.

Secara teoritis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting, khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahwa menciptakan tekanan eksternal yang bisa “memaksa” korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Dari perspektif masyarakat sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memilki berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk tujuan-tujuan pembangunan.


(43)

Peran PT (Persero) TELKOM,tbk Solo sebagai suatu badan hukum yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memilik kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat tidak terelakkan untuk melaksanakan program CSR. Pertama, keberhasilan program kemitraan akan memberi dampak positif pada perusahaan karena kesejahteraan rakyat yang meningkat dalam perspektif pengusaha berarti peningkatan daya beli masyarakat, dan peningkatan seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi profit perusahaan yang produk-produknya akan lebih terserap oleh pasar. Kedua, perusahaan yang baik (good corporate) adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab. PT.TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam 7 pilar program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus yaitu ruang lingkup CSR pada bidang ekonomi. Berdasarkan peraturan pemerintah pengembangan ekonomi tersebut disebut program kemitraan. Kemitraaan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra tersebut dapat memiliki status yang setara atau


(44)

subordinate, memiliki misi atau misi berbeda tetapi saling mengisi/ melengkapi secara fungsional. (Sulistiyani,2004: 130).

C. Program Kemitraan.

Kemitraan berdasarkan UU Nomor 44 tahun 1997 merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan usaha besar.

Program kemitraan pola CSR pun diartikan oleh pemerintah yaitu berdasarkan peraturan menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 menyatakan bahwa program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang selanjutnya disebut program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil yang selanjutnya disebut program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Dengan demikian kemitraan dalam pola CSR, merupakan kerjasama yang dijalankan oleh dua belah pihak atau lebih dalam hal penelitian ini yaitu


(45)

antara BUMN dengan usaha kecil yang berada disekitar BUMN disertai dengan pembinaan dan pengembangan usaha (pinjaman modal dan pinjaman khusus) melalui pemanfaatan dana dari laba BUMN sehingga usaha kecil dapat menjadi tangguh dan mandiri melalui pola kerjasama partnership.

Model CSR dan Bentuk Program Kemitraan

Dalam pelaksanaan CSR, setiap perusahaan memiliki model tersendiri untuk menjalankan fungsi tanggung jawabnya tersebut. Saidi dan Abidin,(2004: 64) dalam Budimanta (2008:22) mengemukakan model pelaksanaan CSR yang umumnya dilakukan di Indonesia dan dibagi menjadi empat model yaitu:

1. Keterlibatan langsung: Perusahaan menjalankan CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegitan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjelaskan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabtanya atau departemennya seperti Community Development Center.

2. Melalui yayasan organisasi sosial perusahaan. Perusahaan

mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.


(46)

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non-pemerintah , instansi non-pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan CSR nya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium. Perusahaan

turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di Negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi kariatif dan kemanusiaan pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar telihat baik.

Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan kariatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan Community


(47)

Development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekatkan konsep empowerment. (Jurnal Spirit Publik, Susiloadi: Implementasi CSR untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan Vol4, No2 Hal 123-130,2008).

Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini sudah mulai beragam, salah satunya adalah PKBL (Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan) pada dasarnya terdiri dari dua jenis program, yaitu program perkuatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan) serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (disebut Program Bina Lingkungan).

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Dari berbagai diskusi dan teori diatas maka pelaksanaan / implementasi program CSR bidang kemitraan yaitu proses atau langkah-langkah yang dilakukan oleh para pelaksana program dalam menciptakan pola kerjasama antara perusahaan dengan usaha kecil dalam rangka memberdayakan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.

D. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan CSR program kemitraan. Menurut Princes Of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR, pertama, menyangkut human capital


(48)

atau pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang lingkungan.Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social cohesion. Artinya dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi (Untung,2008:11-12).

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi implementasi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah: a. Komitmen pimpinan perusahaan; b. ukuran dan kematangan perusahaan; c. regulasi dan system perpajakan yang diatur pemerintah. (Franciscus Welirang,Implementasi CSR, Investor 2007 dalam Untung 2008:12). Selain itu juga terdapat tiga pilar penting untuk merangsang pertumbuhan tanggung jawab sosial perusahan (CSR) yang mampu mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu : a. mencari bentuk CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapakan dengan memperhatikan unsur lokalitas; b. mengkalkulasi kapasitas sumber daya manusia dan institusi untuk merangsang pelaksanaan CSR; dan c. peraturan serta kode etik dalam dunia usaha. (Dyah Pitaloka,Memperkuat CSR Memberantas Kemiskinan, Suara Merdeka, 2 Agustus 2007 dalam Untung 2008:36).

Jadi berdasarkan definisi faktor yang ada tersebut, maka faktor-faktor yang bisa berpengaruh terhadap kemitraan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo meliputi: 1. Partisipasi yaitu pelibatan secara penuh pada suatu tekad yang telah disepakati untuk mencapai tujuan. Partisipasi masing-masing stakeholder


(49)

sangat berperan dalam berjalannya pelaksaan program dalah hal ini adalah : CD Sub Area Telkom Solo, sebagai pelaksana kegiatan dan masyarakat mitra binaan sebagai sasaran program. 2. Resources (sumber daya alam dan sumber daya manusia, finansial), yaitu mengkalkulasi kapasitas sumber daya manusia,manusia menjadi penggerak dari sebuah aktivitas. Di dalam pelaksanaan tiap jenis program sumber finansial merupakan aspek penting untuk membiayai seluruh pelaksanaan program. dan 3. Kapasitas masyarakat yaitu untuk melihat keadaan dan kemampuan masyarakat yang akan diberdayakan agar pelaksanaan program kemitraan dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur lokalitas.

Adapun ketiga faktor yang dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan kemitraan melalui tanggungjawab sosial perusahaan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Partisipasi.

Partisipasi bisa dilihat adanya kesepakatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam rangka memahami dan mewujudkan tindakan, adanya tindakan yang didasari oleh kesepakatan, dan adanya pembagian kerja dan tanggung jawab dalam kedudukan dan peranan masing-masing untuk bekerjasama dalam mewujudkan tujuan. Dalam hal ini harus ada partisipasi dari masyarakat sebagai sasaran program kemitraan.


(50)

2. Resources (Sumber daya alam, Sumber daya manusia, material dan Financial)

Resources yang diperlukan dalam kegiatan pengembangan masyarakat melalui tanggung jawab sosial PT.TELKOM,tbk Solo adalah berupa alat pendukung seperti teknologi, sarana dan prasarana dan sumberdaya pendukung, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia maupun materil guna memberdayakan masyarakat setempat agar dapat mandiri dan lebih berkembang lagi sesuai dengan dimensi pengembangan masyarakat melalui program kemitraan. Sumber daya digunakan untuk menunjang kegiatan kemitraan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) guna pengembangan masyarakat setempat.

PT.TELKOM,tbk Solo sebagai suatu entity (badan hukum) yang memiliki tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam pemberdayaan masyarakat guna pengembangan masyarakat setempat adalah merupakan salah satu sumber dari sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah berupa peralatan (sarana) transportasi, teknologi, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, sedangkan prasarana yang dibutuhkan berupa tenaga ahli (professional) dalam bidangnya guna pembimbingan dan pendampingan bagi masyarakat yang akan diberdayakan dan mitra binaan. Sumber finansial juga merupakan aspek yang dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan program agar dapat terealisasi dengan nyata.


(51)

3. Kapasitas Masyarakat

Proritas utama dalam kemitraan adalah upaya untuk membangun aspek masyarakat yang juga berarti membangun aspek manusianya agar lebih mandiri. Salah satu indikasi bahwa sudah ada pembangunan pada aspek masyarakat dan juga aspek manusianya tersebut adalah adanya peningkatan kapasitas, termasuk kapasitas untuk membangun dirinya sendiri. Kapasitas adalah ruang yang tersedia, daya tampung, daya serap, keluaran maksimum, kemampuan berproduksi.

Konsep kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki baik untuk kepentingan dirinya maupun kepentingan pihak lain. (Dikutip dalam

http://www.dictionary.com/egi-bin/dietplterm-Suharjito).

Kemampuan itu merupakan perpaduan dari pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), pengalaman (experiences), daya cipta (innovativeness), dan hasrat/ cita-cita (desire). Kemampuan dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan kepentingan pihak lain, bahkan mengabaikan kepentingan dirinya, lazimnya disebut tindakan altruistic. Tindakan-tindakan dilakukan secara spesifik menurut tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan proses terus menerus dalam kehidupan sehari-hari sehingga menunjukkan apa yang disebut oleh Antropolog Richard (1989,1993) sebagai performance.


(52)

Kapasitas ada pada individu-individu dan pada masyarakat sebagai kolektivitas. Pada tingkat masyarakat terjadi proses-proses belajar antar individu, bekerjasama, saling menolong, gotong royong, pengaturan, pengorganisasiaan dan proses sosial lain. Kapasitas individu dipertukarkan, diperkaya, diregenerasi, terjadi “proliferation”. Masyarakat mempunyai kapasitas sendiri lebih dari kapasitas individu-individu anggotanya. Dalam masyarakat terdapat norma, nilai aturan-aturan yang menjadi pedoman, bahkan memaksa, bagi anggotanya dalam melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Modal sosial (social capital) merupakan suatu konsep yang menggambarkan kapasitas masyarakat hal ini dapat dibandingkan dengan definisi community capacity dari Chaksin et.al.(2001) sebagai interaksi antara modal sumberdaya manusia, sumberdaya organisasi, dan modal sosial yang ada di dalam suatu komunitas yang dapat diangkat atau ditingkatkan untuk memecahkan masalah-masalah bersama dan memperbaiki atau mempertahankan kondisi baik yang telah ada. Modal sosial memfasilitasi hubungan-hubungan sosial antar individu (atau kelompok dan organisasi) mealalui penyiaran informasi, penegakkan norma, pemeliharaan saling percaya (trustworthiness), jaringan sosial (social network). (Coleman,1988).

Kendala yang paling besar yang harus dihadapi dalam kemitraan adalah rendahnya mutu sumber daya manusia. Pada umumnya keberhasilan program ditentukan oleh kapasitas kemampuan sumber daya manusia, dimana tantangan yang paling besar adalah bagaimana


(53)

memberdayakan manusia dan kelembagaan sumberdaya ekonomi di dalam memanfaatkan sumberdaya alam untuk menciptakan kesempatan kerja dan kesejahteraan.

Kapasitas masyarakat adalah kemampuan individu atau sekelompok orang/masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang berupa perpaduan dari pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), pengalaman (experiences), daya cipta (innovativeness), dan hasrat/ cita-cita (desire)yang dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan tujuan bersama yang ingin dicapai baik untuk kepentingan individu atau sekelompok orang/masyarakat itu sendiri maupun kepentingan masyarakat lain. Tindakan-tindakan untuk mewujudkan tujuan bersama dilakukan secara spesifik menurut tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan proses terus menerus dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi mandiri dalam mengelola sumberdaya alam untuk menciptakan kesempatan kerja dan kesejahteraan tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.


(54)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini yang dimaksud manajemen adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan pelaksanaan CSR/PKBL melalui Program Kemitraan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegitan pengelolaan tersebut berupa perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan/evaluasi (monitoring).

Program Kemitraan adalah Program Kemitraan Telkom dengan usaha kecil untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom.

Jadi manajemen CSR melalui Program Kemitraan adalah kegiatan pengelolaan program Kemitraan yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dalam rangka mewujudkan Usaha Kecil dan Menengah dan Kopearsi yang tangguh dan mandiri.

Dalam penelitian manajemen CSR melalui Program Kemitraan ini dimaksudkan sebagai upaya mendeskripsikan pelaksanaan program mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program kemitraan.

a) Perencanaan

Perencanaan merupakan pemilihan dan penentuan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan program. Dalam program kemitraan kegiatan perencanaan antara lain:


(55)

1. Proses perumusan kegiatan program kemitraan, dalam perencanaan siapa saja stakeholders yang terlibat pada siklus perencanaan untuk merumuskan kegiatan dan anggaran program kemitraan.

2. Kegiatan apa saja yang terdapat dalam perencanaan terkait dengan program kemitraan yang menjadi acuan pelaksanaan program kemitraan.

3. Sosialisasi program bagi calon mitra binaan dan melalui media.

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada sasaran/ peserta kelompokprogram. Hal ini terkait pengaturan peranan masing-masing anggota. Peranan ini kemudian dijabarkan menjadi pembagian tugas, tanggung jawab, dan otoritas.

Pengoorganisasian dalam penyelenggaraan Program Kemitraan terdiri dari CDC (Communty Development Center) Telkom Pusat sebagai unit bisnis pendukung yang bertanggung jawab atas pengelolaan program kemitraan di seluruh wilayah operasi Telkom, CD Area 4 Jateng & DIY sebagi unit pelaksana operasional yang berlokasi di area/ regional yang membawahi CDSA, CD Sub Area Telkom Solo


(56)

sebagai pelaksana program kemitraan yang akan bertanggung jawab kepada CDArea.

c) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan merealisasikan apa yang telah ditetapkan dalam rencana yang dibuat oleh CDC Pusat dan CD Area. Dalam hal ini yaitu kesatuan tindakan pihak CDSA Telkom Solo untuk melaksanakan program kemitraan yaitu kegiatan apa saja yang dilakukan harus dilaksanakan oleh CDSA Telkom solo dalam mewujudkan rencana:

1. Kegiatan penyaluran pinjaman program kemitraan.

2. Kegiatan pembinaan program kemitraan. d)Pengawasan dan Evaluasi

Monitoring dalam CSR melalui Program Kemitraan dilakukan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif , efisien, dan transparan. Kegiatan monitoring dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yang berkala bulanan, triwulan maupun tahunan melalui:

1. Kunjungan secara langsung kepada mitra binaan. 2. Pertemuan dan Sarasehan.

3. Opini masyarakat terhadap pelaksanaan program kemitraan. 4. Evaluasi kegiatan program kemitraan.


(57)

Petugas CDSA Telkom Solo melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh mitra binaan yang menjadi partner perusahaan, termasuk penyelenggaraan seluruh kegiatan dan memastikan berjalannya laporan pertanggungjawaban.

e) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program kemitraan. Partisipasi yaitu pelibatan secara penuh pada suatu tekad yang telah disepakati untuk mencapai tujuan. Partisipasi masing-masing stakeholder sangat berperan dalam berjalannya pelaksanan program dalam hal ini adalah CD Sub Area Telkom Solo, sebagai pelaksana kegiatan dan masyarakat mitra binaan sebagai sasaran program. 2. Resources (sumber daya alam dan sumber daya manusia,finansial), yaitu mengkalkulasi kapasitas sumber daya manusia, manusia menjadi penggerak dari sebuah aktivitas. Di dalam pelaksanaan tiap jenis program sumber finansial merupakan aspek penting untuk membiayai seluruh pelaksanaan program. dan 3. Kapasitas masyarakat yaitu untuk melihat keadaan dan kemampuan masyarakat yang akan diberdayakan agar pelaksanaan program kemitraan dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur lokalitas.


(58)

F. Kerangka Berfikir.

Pelaksanaan CSR menjadi sesuatu yang sangat penting di Indonesia karena pelaksanaan tersebut merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kualitas masyarakat maka pemerintah mengatur pelaksanaan CSR tersebut dalam peraturan menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2007.Dalam peraturan tersebut, persero dan perum diwajibkan untuk melaksanakan CSR dan pelaksanaannya pun harus mengikuti yang telah ditetapkan dalam peraturan tersebut

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka maka secara skematis kerangka manajemen CSR melalui program kemitraan oleh PT.TELKOM,tbk Solo. Peneliti akan melihat pelaksanaan CSR melalui program kemitraan dari fungsi-fungsi manajemen yaitu : perencanaan, pengorganisasian (organizing),

menggerakkan (actuating), dan pengawasan atau pengendalian. Dalam

penelitian ini peneliti juga melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksnaan CSR melalui program kemitraan di PT.TELKOM, tbk Solo. Dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:


(59)

Gambar 2.I Kerangka Berfikir.

Kewajiban Sosial Perusahaan.

CSR TELKOM,tbk dalam 7 pilar program: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Program Kemitraan

Manajemen pelaksanaan program kemitraan melalui fungsi-fungsi manajemen (George R.Terry):

1. Perencanaan CSR program kemitraan. 2. Pengorganisasian CSR program

kemitraan.

3. Penggerakkan /pelaksanaan CSR program kemitraan.

4. Pengawasan/pengendalian CSR program Faktor-faktor yang

mempengaruhi: 1. Partisipasi 2. Resources 3. Kapasitas

Tercapai tujuan: Peningkatan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri.


(60)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini ingin melihat manajemen CSR Program Kemitraan. Hal ini dilatarbelakangi karena rendahnya kesejahteraan masyrakat, yang tidak hanya menjadi sebuah mandat dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh instansi /atau lembaga Negara tetapi juga merupakan kewajiban sosial lembaga non privat/ perusahaan untuk memperhatikan kepentingan publik. Sehingga dalam sebuah perusahaan sesuai dengan pearturan perundang-undangan No.40 tahun 2007 dituntut untuk melaksanakan CSR/PKBL. Bentuk pelaksanaan CSR pun beraneka ragam, dapat berupa mengenai lingkungan masyarakat atau pemberdayaan ekonomi masyarakat. PT.Telkom sendiri sebagai salah satu BUMN yang ada di Indonesia yang melaksanakan CSR, membagi kegiatan program CSR menjadi 7 (tujuh) pilar program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Diantara ketujuh pilar program CSR tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang manajemen pelaksanaan CSR dalam program kemitraan, khususnya yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo. Ketertarikan ini didasari karena program kemitraan merupakan kegiatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dirasa relevan dengan banyaknya industri dan usaha-usaha kreatif yang semakin berkembang di kota Solo. Karena dalam sebuah daerah yang kuat dibutuhkan pertumbuhan UKM yang pesat yang merupakan alat atau/ mesin pertumbuhan ekonomi.


(61)

CSR yang dilaksanakan oleh PT.TELKOM,tbk Solo melalui Program Kemitraan merupakan komitmen perusahaan yang kuat dari perusahaan untuk mengembangkan usaha kecil masyarakat setempat.

.Mengacu pada pentingnya manajemen dalam pelaksanaan suatu program, maka dalam pelaksanaan Program Kemitraan pun tidak lepas dari penerapantindakan-tindakan manajemen yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan. Tindakan-tindakan utama dalam manajementersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, sampaidengan pengawasan. Dalam upaya pencapaian tujuan, tidak lepas darihambatan-hambatan yang harus dialalui demi terlaksananya suatu program.Hal inilah yang menjadi kerangka pemikiran penulis dalam pelaksanaanpenelitian mengenai Program Kemitraan.


(62)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Penelitian deskriptif merupakan usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga hanya bersifat sekedar mengungkap fakta (fact finding). Hasil penelitian ini ditekankan untuk memberikan gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.( Lexi.J. moleong 1988:3)

Peneliti mengembangkan konsep dan penghimpunan fakta, tetapi tidak melakukan hipotesa. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena atau kejadian berdasarkan fakta atau data, yang dalam hal ini adalah untuk melihat bagaimana manajemen pelaksanaan CSR bidang kemitraan yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.

B. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Telkom,tbk Solo pada Community Development Sub Area Solo yang menjalankan wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program-program CSR melalui bidang kemitraan


(63)

dan bina lingkungan di wilayah operasional CDSA PT.Telkom,tbk Solo. Penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai manajemen pelaksanaan CSR bidang kemitraan yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo. Alasan pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan:

1) CDSA PT.TELKOM,tbk Solo mendapatkan penghargaan Best

CSR BUMN & Komitmen Peduli UKM 2010 oleh Pemerintah Daerah Kota Solo.

2) Karena keberadaan CDSA PT.TELKOM,tbk Solo berada di

wilayah yang sangat strategis untuk pelaksanaan program kemitraan, dinilai tepat dengan kondisi kota Solo sebagai kota yang pro UKM dengan perkembangan ukm yang sangat signifikan tiap tahunnya.

C. Jenis dan Sumber Data.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data untuk mendapatkan fakta dan informasi yang penulis butuhkan. Sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan atau narasumber melalui wawancara dengan:


(1)

melalui media Internet, namun karena minimnya akses dan pemahaman internet yang dimiliki masyarakat menyebabkan informasi belum dapat diserap secara luas oleh ukm dan koperasi yang menjadi sasaran program kemitraan. Pemberitahuan dengan cara ini kurang dapat menjangkau seluruh UKM dan Koperasi yang memerlukan bantuan pinjaman. Sehingga masih banyak usaha kecil dan koperasi yang belum mengetahui tentang adanya bantuan pinjaman program kemitraan yang dilakukan oleh CDSA PT.Telkom Solo.

b. Pengorganisasian

Dalam pengorganisasian pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kemitraan adalah divisi CDC Pusat yang memberikan layanan program kemitraan di seluruh wilayah operasional Telkom. Untuk pelaksananya CDC membawahi CD Area untuk pelaksanaan di wilayah Divisi Regional. Dalam pelaksanaannya di lapangan tugas CD Area yang terdiri dari beberapa Sub Area akan dibantu oleh CDSA sebagai implementor program kemitraan yang bertugas di lapangan secara langsung untuk kegiatan operasional program kemitraaan.

c. Pelaksanaan/Menggerakkan (actuating).

Dalam pelaksanaan program kemitraan yang dilaksankan oleh CDSA Telkom Solo menggunakan model langsung yang semua kegiatannya dikelola oleh divisi CDSA (Community Development Sub Area). Dilihat dari sasaran penerima manfaat CSR bidang program kemitraan yang dilakukan oleh Telkom ditujukkan bagi ukm & koperasi di


(2)

berbagai sektor perdagangan, jasa, industry, pertanian, peternakan, perikanan dan lainnya. Kegiatan program kemitraan sudah berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pelaksanaan penggerakkan terdapat beberapa kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program kemitraan adalah pemberian bantuan pinjaman dan bantuan dana hibah/ khusus pada mitra binaan. Sementara itu kegiatan pembinaan yang dilaksanakan dalam program kemitraan oleh CDSA Telkom Solo antara lain: pembekalan, pelatihan, dan promosi/ pameran.

Tujuan pelaksanaan CSR Program kemitraan oleh CDSA Telkom Solo ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri bagi masyarakat.

d. Pengawasan / Evaluasi (Controlling).

Evaluasi program kemitraan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung secara teratur dan berkala bulanan, triwulan serta tahunan. Evaluasi program kemitraan yang dilakukan secara langsung dengan melakukan kunjungan secara langsung kepada mitra binaan untuk melihat perkembangan usahanya. Monitoring juga dilakukan dengan mewajibkan mitra binaan untuk membuat laporan keuangan usaha setiap triwulan yang dikumpulkan kepada CDSA Telkom Solo. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyalahgunaan dalam pemanfaatan dana pinjaman oleh mitra binaan yang diberikan CDSA Telkom Solo.

Dalam pencapaian kegiatan penyaluran dana pinjaman program kemitraan pada tahun 2010 CDSA Telkom solo telah berhasil memenuhi


(3)

target salur sesuai dengan anggaran yang disediakan oleh CD Area 4 Jateng. Selain kegiatan pemberian pinjaman, kegiatan pembinaan untuk mitra binaan berupa pembekalan, pelatihan dan promosi juga telah dilaksanakan dengan baik, sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan mitra binaan. Manfaat kegiatan pembinaan yang telah dilaksanakan CDSA Telkom Solo, memberikan dampak positif bagi pengelolaan manajemen dan kemajuan usaha mitra binaan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam rencana program kegiatan. Seluruh kegiatan program kemitraan yang dilaksanakan oleh CDSA Telkom Solo akan dilaporkan dan dipertanggung jawabkan langsung kepada CD Area 4 Jateng & DIY.

2. Faktor-foktor yang menghambat pelaksanaan CSR program kemitraan

di CDSA Telkom Solo.

1) Kapasitas masyarakat dan kejujuran, Masih banyaknya mitra binaan yang belum memiliki inovasi dan kreatifitas yang menjadi kendala bagi program kemitraan yang mempunyai misi untuk mengembangkan UKM, Program kemitraan akan menjadi sia-sia tanpa ada dukungan sebuah daya inovasi dan kreatifitas yang tinggi dari mitra binaan, karena berapapun pinjaman yang akan diberikan kepada mitra, belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan usahanya sehingga tidak ada perkembangan yang berarti yang dirasakan oleh perusahaan maupun mitra binaan.


(4)

Ketidak jujuran mitra binaan juga menjadi kendala bagi program kemitraan, karena pinjaman yang diberikan kepada mitra binaan tidak digunakan sebagaimana untuk mengembangkan usahanya melainkan untuk kepentingan pribadi. Sehingga pinjaman itu tidak berkembang menjadi modal usaha yang produktif, hanya menjadi beban hutang dan menyebakan kemacetan dalam angsuran pinjaman.

2) Partisipasi, belum ada usaha bersama dan masih kurangnya kesadaran

mitra binaan yang bermasalah yang tergabung dalam program kemitraan untuk bekerjasama dan kooperatif kepada petugas CDSA Telkom Solo dalam upaya penyelamatan dana program kemitraan. Hal ini menimbulkan masalah ketika dilakukan penagihan terhadap mitra binaan yang macet, yang menyebabkan kesulitan petugas CDSA Telkom Solo untuk menghubungi mitra binaan yang bermasalah.

3) Sumber daya finansial, sumber daya teknologi, dan kondisi alam.

Sumber daya finansial, menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanan program kemitraan, terbatasnya jumlah dana target penyaluran yang tersedia yang diberikan CD Area 4 Jateng & DIY kepada CDSA Telkom Solo menyebabkan banyaknya calon mitra binaan yang menjadi daftar tunggu untuk mendapat pinjaman program kemitraan. Karena jumlah permintaan mitra binaan yang mengajukan proposal program kemitraan lebih tinggi daripada jumlah dana yang tersedia.


(5)

Teknologi Informasi, hambatan dari faktor fisik ialah system komputerisasi di CDSA Telkom Solo yang eror yang dapat menghambat pekerjaan petugas dalam memasukan data, meskipun hal ini jarang terjadi.

Kondisi alam, terjadinya bencana alam dapat menghambat pelaksanaan program kemitraan, karena apabila ada mitra binaan yang memiliki usaha di wilayah lokasi bencana alam, yang menyebabkan kerugian dan kebangkrutan usaha mitra binaan, hal ini akan menghambat angsuran pinjaman.

B. Saran

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilaksanakan oleh penulis, maka penulis ingin memberikan beberapa saran pada CDSA Telkom Solo yaitu:

1. Perusahan sebaiknya menginformasikan program kemitraan tidak

hanya melalui media internet. Petugas CDSA Telkom solo seharusnya dapat melakukan sosialisasi secara langsung kepada para calon mitra binaan dengan mendatangi tempat usaha-usaha ukm dengan menggandeng paguyuban-paguyuban UKM, agar informasi program kemitraan dapat diketahui oleh semua ukm dan menjangkau lebih luas lagi.

2. Dalam melakukan kegiatan survey untuk menetukan calon mitra

binaan, petugas harus lebih selektif dan membuat investigasi lebih mendalam, dengan menanyakan karakter / informasi calon mitra


(6)

binaan kepada masyarakat lingkungan sekitar tempat usaha mitra binaan, untuk mendapatkan karakter calon mitra binaan yang jujur.

3. Kesempatan pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat diberikan lebih

banyak lagi kepada mitra binaan agar mereka termotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usaha. Kegiatan pelatihan tidak hanya ditujukan untuk mitra binaan di bidang sektor industri, perdagangan dan jasa. Perusahaan juga memberikan peluang dan kesempatan bagi mitra binaan di bidang pertanian, peternakan dan perikanan dengan memberkan pembinaan agrocultural, pembudidayaan tanaman dan pengembangbiakan peternakan serta perikanan untuk kemajuan para petani dan peternak, yang dapat bekerjasama kepada pihak yang berkompeten atau universitas untuk mendapatkan tenaga ahli nya untuk memberikan pembinaan dan penyuluhan pada bidang tersebut bagi mitra binaan.

4. Perusahaan bisa memberikan punishment atau denda kepada mitra

binaan berupa pengembalian secara langsung uang pinjaman yang diterima apabila terjadi penyalahgunaan uang pinjaman yang dilakukan mitra binaan yang tidak sesuai dengan komitmen awal sesuai dalam proposal. Sehingga dapat membuat mitra binaan jera, apabila ia menggunakan uang pinjaman tidak untuk mengembangkan usaha.