REPRESENTASI KETERGANTUNGAN DALAM IKLAN ROKOK L.A LIGHTS VERSI “LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI” DI MEDIA CETAK ( Studi Semiotik Tetang Representasi Ketergantungan Dalam Iklan Rokok L.A Lights Versi “ Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki ” di Surat Kabar Jawa Pos ).

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Kautsar Dimas Hermawan NPM. 0643010117

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM

STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA


(2)

NPM. 0643010117

REPRESENTASI KETERGANTUNGANDALAM IKLAN ROKOK L.A LIGHTS VERSI ”LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI”

DI MEDIA CETAK

(Studi Semiotik Tentang Ketergantungan Iklan rokok L.A Lights Versi ”Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki” di Surat Kabar Jawa Pos)

Disusun Oleh :

KAUTSAR DIMAS HERMAWAN

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 15 Juni 2011

Menyetujui, Tim Penguji, Pembimbing Utama

Drs. Kusnarto, M.Si

NIP . 1958080 119840 21001

2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 94 00351 1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP . 195812251990011001

3. Anggota

Drs. Kusnarto, M.Si

NIP. 1958080 119840 21001 Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP : 195 5071 8198 302 2001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis tujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Representasi Ketergantungan Dalam Iklan Rokok Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki Di Media Cetak Jawa Pos” dapat terselesaikan dengan baik.

Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kusnarto, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materil.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga penulis mendapatkan kemudahan selama penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Saifuddin Zuhri. Msi. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Bapak Kusnarto, M.Si sebagai Dosen Pembimbing.

6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.


(4)

iv

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada: a. Mama, adik, tante rini dan semua keluarga yang telah memberikan

dorongan, semangat, dan pengertiannya bagi penulis baik secara moril dan materiil.

b. Teman terdekat dan Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Ferdian “Om”, Agung, Babe, Hari “duyung”, Rangga, Krisna “Joe”, Kadek, Citra “Cece” dan Ayu “Anyus”.

c. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 26 April 2011

Penulis


(5)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Iklan dalam media cetak ... 11

2.1.2 Konsep Disc Jockey... 14

2.1.3 Turntable... 15

2.1.4 Pensil HB... 16


(6)

v

2.1.6 Ketergantungan... 17

2.1.7 Representasi... 19

2.1.8 Penggunaan Warna Dalam Iklan ... 22

2.2 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik ... 24

2.3 Semiotika ... 27

2.4 Semiotika iklan ... 29

2.5 Model Semiotika Charles S. Pierce ... 30

2.6 Konsep Makna ... 33

2.7 Kerangka Berfikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 37

3.2 Kerangka Konseptual... 37

3.3 Corpus Penelitian... 40

3.4 Unit Analisis ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek ... 47

4.1.1 Gambaran Sejaran dan Perkembangan Perusahaan Rokok Djarum ... 47

4.1.2 Djarum Saat Ini ... 50


(7)

4.3.1 Ikon ... 55 4.3.2 Indeks ... 56

4.3.3 Simbol ... 58 4.4 Representasi Keseluruhan Iklan Rokok L.A Lights Versi “

Lulus SNMPTN Tanpa Nge-Joki” di Media Cetak Dalam Model Triangle Meaning Pierce ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(8)

iv

ABSTRAKSI

KAUTSAR DIMAS HERMAWAN ( 0643010117 ) REPRESENTASI KETERGANTUNGAN DALAM IKLAN ROKOK L.A LIGHTS VERSI “LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI” DI MEDIA CETAK ( Studi Semiotik Tetang Representasi Ketergantungan Dalam Iklan Rokok L.A Lights Versi “ Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki ” di Surat Kabar Jawa Pos ). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui repesentasi yang ada pada iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ di media cetak Jawa Pos dengan teori yang digunakan antara lain : teori iklan dengan pendekatan semiotik Charles S. Pierce.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif Charles S. Pierce dikarenakan tanda dalam ilustrasi iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ di media cetak secara keseluruhan sesuai dengan corpus penelitian, terdapat berbagai objek tanda yang sesuai dengan teori tanda milik Charles S. Pierce berupa Ikon , Indeks dan Simbol

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos secara keseluruhan adalah produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada khalayak, sesuai dengan ikon , indeks dan simbol yang terdapat pada iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ representasi secara keseluruhan adalah khalayak untuk tidak ketergantungan oleh joki ataupun alat bantu lain pada saat mengikuti ujian SNMPTN serta lulus dengan jujur atau murni dari kemampuan diri sendiri.

Kata kunci : Representasi, Ketergantungan, Iklan rokok L.A Lights


(9)

RELIANCE LA LIGHTS VERSION "PASS WITHOUT SNMPTN nge-jockey" IN PRINT MEDIA (Semiotics Studies neighbor Representation Dependence In LA Lights Cigarette Ad Versions "SNMPTN Passed Without Nge-jockey" in Java Post Newspapers ).

The purpose of this study was to determine the existing repesentasi on cigarette advertising version of LA Lights "Passed SNMPTN without jamming jockey" in print Java Post a theory that is used among other things: the theory of the semiotic approach to advertising with Charles S. Pierce.

The method used in this study, using qualitative methods of Charles S. Pierce because of the sign illustrated version of LA Lights cigarettes ad "Passed SNMPTN without jamming jockey" in the print media as a whole in accordance with the corpus of research, there are various objects in accordance with the theory of signs that mark owned by Charles S. Pierce of Icons, Indexes and Symbols

From these results visualization LA Lights cigarette advertising in print media as a whole is a Java Pos LA Lights products want to give a positive message to the audience, according to the icons, indexes and symbols contained in the version of LA Lights cigarettes ad "Passed SNMPTN without nge-jockey "representation as a whole is the audience for no reliance by the jockey or other assistive devices during exams and graduate with a SNMPTN honest or pure than oneself.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, di era teknologi informasi ini kita tidak bisa lepas dari penggunaan media. Setiap harinya, media-media yang merupakan media massa tersebut menghasilkan berbagai informasi bisa berupa berita, pendidikan, hiburan, dan juga iklan.

Dalam kurun waktu terakhir ini media massa banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan berbagai macam informasi bisa didapat dari media massa. Dari berbagai informasi yang ada dalam media massa, iklan merupakan hal yang paling tidak bisa dihindari. Media massa, baik media itu media elektonik, media cetak, media internet, dll, menampilkan berbagai iklan hampir di setiap isinya, sehingga masyarakat mau tidak mau harus mengkonsumsinya. Iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non personal dan biasanya dibiayai dan bersifat persuasif, tentang produk (barang, jasa dan gagasan) oleh sponsor yang terindentifikasi melalui berbagai macam media. (Widyatama, 2006:13)

Awalnya iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud tersebut pengiklan memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan dengan perantara media (massa), sehingga iklan tersebut menjadi realitas baru dari produk komoditas yang dimediakan. Bahasa (language) dan tanda (sign) merupakan instrumennya. Produk iklan dapat dilihat juga sebagai


(11)

improvisasi melalui dunia tanda-tanda, bahasa, atau kata-kata. Iklan oleh Lavidge and Gary Steiner yang dikutip oleh Jhon S.Wright dalam bukunya “Advertising”, dikemukakan bahwa pesan iklan yang telah disampaikan kepada pembaca saat itu juga komunikasi periklanan secara tidak langsung membentuk perilaku pembaca sesuai dengan yang diharapkan dan membentuk perilaku merupakan efek atau akibat penyampaian pesan dalam bentuk komunikasi periklanan (Nuryanto,1993:10).

Media massa dan iklan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Secara teoritis, media massa bertujuan untuk menyampaikan informasi dengan benar secara efisien dan efektif. Sedangkan yang disebut media dari iklan adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan iklan kepada khalayak, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, papan reklame, pamphlet, brosur, dan sebagainya. Dan salah satu dari media massa yang digunakan oleh para pengiklan adalah media cetak. Media cetak dipilih oleh para pengiklan karena pengiklan bebas memilih pasar mana yang diprioritaskan dan cocok untuk pemasangan iklannya. Media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang mengutamakan pesan-pesan visual dan media cetak menjadi media yang dipilih oleh pengiklan karena dapat bebas memilih tempat yang cocok untuk iklan yang akan diprioritaskan terlebih dahulu. Seperti halnya jenis media komunikasi yang lain (media audio atau media audio visual), fungsi utama media cetak adalah sebagai sarana penyampaian pesan dan sekaligus sebagai media penghibur yang dapat memuaskan perasaan keindahan pemirsannya (pembacanya).


(12)

  3

Iklan yang baik dapat dipahami dari tiga segi, yaitu kreatif, efektivitas, dan normative. Dari segi kreatif, iklan yang baik adalah iklan yang memiliki konsep penyampaian pesan yang baik, menarik serta penggambaran yang melibatkan estetika dan komunikatif. Dari segi efektivitas, iklan yang baik adalah iklan yang memiliki daya jual produk yang diinginkan, selain itu dapat membangun citra produk. Sedangkan segi normative, iklan yang baik adalah iklan yang dibuat memenuhi kaidah-kaidah, norma-norma maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Dalam pembuatan iklan, segi kreatifitas lebih ditonjolkan, hal tersebut diharapkan mampu menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk yang diiklankan tersebut. Iklan kreatif dapat menjadi iklan yang kreatif ketika iklan tersebut berbeda dengan iklan yang lainnya. Perbedaan tersebut bukan hanya dilihat dari konsep cerita yang unik, tetapi terdapat pada konsep pesan yang berbeda pula. Pesan didalam layanan iklan masyarakat berbeda dengan iklan yang terdapat didalam iklan produk. Umumnya pesan didalam iklan produk lebih mengedepankan faktor ekonomi atau faktor penjualan saja, tetapi di dalam iklan layanan masyarakat lebih menegedepankan pesan moral serta pembentukan citra baik di masyarakat terhadap institusi atau lembaga yang beriklan (Widyatama, 2006:109).

Dalam mengungkapkan pesan yang kreatif terkadang pengiklan menggunakan fantasi dan imajinasinya dengan menggunakan simbol. Simbol terdiri dari perumpamaan, metafora, dan alegori (www.dosen.amikom.ac.id akses 22/10/2010), dan ada satu lagi yang biasanya digunakan yaitu personafikasi.


(13)

Perumpamaan atau simile merupakan perbandingan yang membandingkan dua hal yang pada hakekatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Metafora adalah penggunaan kata yang mengandung makna perbandingan dengan benda lain karena adanya persamaan sifat antara kedua benda tersebut. Alegori seringkali digunakan untuk mempromosikan produk yang sulit diiklankan tanpa menyinggung atau membuat marah beberapa kelompok masyarakat, sedangkan personifikasi merupakan suatu penginsanan atau meletakkan sifat-sifat insane kepada barang yang tidak bernyawa (Shimp,2003:175).

Suatu iklan harus mendasarkan pada konsep-konsepnya pada segmen yang akan dituju, segmen adalah kelompok masyarakat tertentu yang menjadi sasaran penjualan suatu produk. Segmen harus diketahui oleh kreator iklan agar iklan yang dihasilkan dapat diterima oleh sasaran, karena apabila kreator tidak mengetahui segmennya maka pesan atau iklan yang akan disampaikan tidak akan diterima baik oleh sasarannya. Segmentasi produk pada iklan biasanya ditunjukkan oleh seorang model dalam iklan tersebut. Apabila model dalam iklan tersebut adalah balita, maka segmentasi produk tersebut adalah balita dan begitu pula dengan iklan produk rokok, target utama produk rokok adalah orang dewasa dan pada umumnya yang mengkonsumsi rokok adalah orang dewasa.

Namun promosi iklan dan sponsor yang dilakukan secara gencar oleh perusahan-perusahaan rokok dalam suatu kegiatan begitu gencar menyerbu kalangan muda Indonesia. Mereka memberikan sponsor pada setiap event yang diadakan untuk kalangan remaja seperti music dan olahraga. Iklan-iklan rokokpun dibuat dengan tema yang sesuai dengan jiwa dan perilaku remaja. Di Indonesia,


(14)

  5

bisa dilihat iklan rokok Marlboro yang bernuansa petualangan liar, rokok Surya Gudang Garam dengan tagline “Selera Pemberani”, Sampoerna Mild dengan slogan “How low can yo go” atau geng hijau Sampoerna hijau yang mengusung “Nggak ad loe , nggak rame”. Hal ini juga dapat dilihat pada iklan L.A Lights dari Djarum yang membuat seri menggelitik dengan tagline “Enjoy aja”. Hal itu membuat remaja banyak yang emngkonsumsi rokok, sehingga generasi muda Indonesia telah teracuni oleh rokok yang dapat merusak kesehatan (www.gatra.com akses 25/08/2010). Secara tidak langsung hal tersebut telah melenceng dari segmentasi yang ditujukan dan dibuat oleh produsen.

Dengan perkembangan iklan dan periklanan (advertising) di dalam masyarakat konsumer dewasa ini telah memunculkan berbagai persoalan sosial kultural mengenai iklan, khususnya mengenai tanda (sign) yang digunakan dalam pencitraan (image) yang ditampilkan dengan memberikan informasi yang terkandung makna didalamnya, serta bagaimana semuanya dapat mempengaruhi persepsi, pemahaman dan tingkah laku masyarakat.

Lebih-lebih pada era globalisasi ekonomi yang disongkong oleh revolusi informasi dan kompetisi terbuka seperti saat ini, periklanan telah menjadi persoalan dilematis yang kian tak berujung. Disatu sisi iklan merupakan “pembenaran” untuk suatu tujuan, dipihak lain iklan dipandang sebagai gerakan memanipulasi. Sebagai gerakan memanipulasi, iklan mempengaruhi kemauan orang lain sedemikian rupa, sehingga menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak dipilih oleh orang itu sendiri. Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti


(15)

motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi ditanamkan dari luar dirinya.

Kontroversi yang berkembang di seputar keberadaan iklan berkaitan dengan kenyataan, bahwa didalam iklan seringkali terdapat jurang antara apa yang dilukiskan tentang sebuah produk, dengan realitas produk itu yang sesungguhnya. Iklan seringkali menampilkan realitas yang tidak sesungguhnya dari sebuah produk. Iklan menampilkan realitas palsu yang menampilkan penggambaran dari ide seorang kreator iklan .

Dengan hal tersebut di atas peneliti tertarik pada iklan rokok L.A Lights versi LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI di media cetak tepatnya surat kabar harian Jawa Pos. Karena pada iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki di media cetak ( Jawa Pos) dapat kita lihat memiliki konsep gambaran iklan yang unik. Adanya gambar turntable tanpa seorang disc jockey yang memainkan, terdapat pula piringan hitam dengan tulisan Lulus SNMPTN tanpa nge-joki background warna merah pada tengah-tengah bundaran piringan disc begitu menonjol yang seolah-olah memberi peringatan atau perhatian bagi pembacanya. Pada tonearm disambungkan sebuah stylus serta terdapat cattrid yang terpasang pada stylus yang mana ketiganya saling menggantungkan atau berhubungan, juga dipasangkan dengan karet sebuah pensil HB pada stylus. Karena iklan tersebut menggambarkan yang tidak sebenarnya.

Dan tidak lupa logo L.A Lights terdapat di bawah gambar sebagai sponsor yang tertuju pada segmentasi anak muda ( remaja) yang sesuai dengan taglinenya “Enjoy aja”. Iklan tersebut dibuat sangat kompleks dan begitu menarik


(16)

  7

perhatian. Di sisi lain iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki di muat di media cetak mungkin dengan peminat pembaca yang tinggi pesan dalam iklan dapat tersampaikan dengan baik. Serta kata-kata Lulus SNMPTN tanpa nge-joki begitu menonjol yang mana ditujukan buat peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dalam menjalankan ujian, yang bertujuan sebagai perhatian bagi peserta ujian seleksi SNMPTN karena pada gambar terdapat background warna merah yang berarti perhatian (Mulyana, 2001:377).

Dengan konsep iklan yang terbilang unik tersebut akan memberikan daya tarik tersendiri sehingga menyerap perhatian para pembaca iklan yang melihat. Untuk itu agar dapat memahami dengan benar isi pesan informasi yang disampaikan iklan Lulus SNMPTN tanpa nge-joki serta apa yang ingin diraih oleh kreator pembuat iklan maka akan sangat dibutuhkan studi pemahaman yang mengkaji tentang makna yang tersirat pada iklan tersebut. Dapat dilihat pada iklan tersebut sebuah turntable tidak ada seorang disc jockey yang memainkan, dan pada tonearm, stylus, cattrid juga saling menghubungkan ketergantungan satu sama lain serta pensil Hb yang diikat dengan karet pada stylus. Serta pada kata-kata Lulus SNMPTN tanpa nge-jokipun masih menunjukan ketergantungan peserta ujian dalam mengerjakan ujian seleksi, dengan masih banyaknya kecurangan yang dilakukan peserta ujian. Di  panitia  lokal  Panlok   Surabaya  sendiri ada 99 kasus kecurangan yang hampir semua juga karena perjokian.  Para peserta SNMPTN kebanyakan memilih joki dengan  wajah mirip  untuk  mengerjakan soal di dalam ruang tes, ada yang menyembunyikan ‘handset’ HP


(17)

di celana panjang dan ada pula yang menyembunyikan di balik jilbab atau jilbab

dimanfaatkan untuk tindak kecurangan dalam SNMPTN(http://www.blogtopsites.com/outpost/56129684b005a335f83f629a4c7e

ed51). Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian analisis semiotika yang berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita) karena sitem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada penggunaan tanda tersebut. (Kriyantono, 2006:262). 

Pada iklan L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki tersirat bermacam makna tanda yang berusaha dikomunikasikan kreator pembuat iklan kepada konsumen pembaca iklan, tanda dalam iklan L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki ini berupa teks dan gambar serta warna yang tanpa dipadukan dengan bunyi-bunyian suara. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan model dasar pendekatan semiotika yang dikemukakan oleh Peirce.

Menurut Pierce, sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya, hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Semiotik dipandang sebagai cara untuk membuat struktur pesan, berbagai jenis tanda digunakan dan makna dari tanda tersebut di pahami dan dimengerti oleh individu, dengan kata lain semiotik merupakan studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya, dan menurut Pierce hubungan tanda dan acuannya memiliki tiga bentuk yaitu ikon, indeks, dan


(18)

  9

symbol. Maka peneliti mencoba untuk menginterpretasikan dan menafsirkan pesan, makna tanda dan gambar yang ditampakkan pada iklan Lulus SNMPTN tanpa nge-Joki.

Alasan peneliti menggunakan media cetak Jawa Pos karena pada media cetak ini iklan Lulus SNMPTN tanpa nge-joki dimuat. Media Cetak Jawa Pos merupakan salah satu media terkemuka yang target pemasaran sudah dikenal masyarakat luas dan memiliki anak perusahaan yang tersebar di berbagai kota serta memiliki peminat pembaca yang tinggi.

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana representasi ketergantungan dalam iklan rokok L.A Lights versi LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI di media cetak Jawa Pos?”

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui makna pesan yang digambarkan dalam iklan rokok L.A Lights versi LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI yang dimuat di media cetak Jawa Pos.


(19)

1.3. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yakni :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, sumbangan atau landasan pemikiran pada studi ilmu komunikasi mengenai analisis iklan dengan menggunakan pendekatan semiotik.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak produsen agar lebih kreatif dalam penggambaran iklan, dan agar masyarakat luas dapat memahami benar tentang makna yang terkandung di dalam isi pesan iklan.


(20)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Iklan Dalam Media Cetak

Iklan merupakan komunikasi komersil dan non personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, surat kabar, majalah, direct mail, reklame luar ruang, kendaraan umum (Lee, 2004:3).

Iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan. Untuk maksud pengiklan memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan dengan perantara media sehingga iklan akan menjadi realitas baru dari produk komunitas yang disediakan. Iklan juga menunjukan bagaimana keniscayaan pasar atau kemajuan ekonomi beroprasi melalui tanda, bahasa, atau kata.

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media statis yang merupakan salah satu sarana bagi pembuat iklan, yang dalam hal ini adalah pihak advertising untuk menuangkan pesan-pesan dari pihak produsen ke dalam bentuk iklan media cetak. Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan secara visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata warna dan halaman putih (Kasali, 1995:99).

Media cetak atau menurut Eric Barnow disebut “ printed page “ adalah meliputi segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu


(21)

publik tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat kabar, majalah, serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan–pesan komunikasi. Media cetak sendiri pengertiannya adalah media statis yang mengutamakan pesan visual yang terdiri dari lembaran, sejumlah kata gambar atau foto. Umumnya media cetak lini atas yang digunakan sebagai media perikalanan adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media cetak lini bawah yang digunakan berupa leaflet, brosur, poster dan sebagainya.

(http://www.google.com/search?hl=en&client=opera&hs=9cj&rls=en&q=definisi +iklan+dalam+media+cetak&btnG=Search) diakses pada 12 Oktober 2010.

Jadi, iklan media cetak adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui media cetak oleh pemrakarsa serta ditujukan kepada khalayak sasarannya. Iklan-iklan yang muncul di kalangan khalayak sasaran dalam suatu bentuk publikasi berupa barang cetakan, misalnya: poster, brosur, pamphlet, serta iklan-iklan pada surat kabar dan majalah (Nuryanto, 1993:15). Dari definisi tersebut, dapat dikatakan tujuan penampilan iklan media cetak adalah untuk membawa pesan yang ingin disampaikan oleh pihak produsen melalui penggambaran isi pesan produksi tersebut kepada pembaca.

Penggambaran merupakan salah satu bagian dari kreatifitas iklan, karena mengandung unsur teknik penggambaran yang merupakan pekerjaan kreatif dan dipadukan sedemikian rupa dengan merekayasa gambar atau produk yang ingin disampaikan hingga menjadi sembuah karya seni yang dapat mempengaruhi khalayak/pembaca, sehingga iklan dapat menarik perhatian khalayak atau pembaca. Bila iklan dalam surat kabar dapat menarik perhatian dan disukai oleh


(22)

13

pembaca, maka iklan yang dibuat berhasil membentuk image pada diri pembaca dan menambah pengetahuan pembacanya.

Menurut Agustrijianto (2002 : 116), pemasangan iklan di media cetak (koran, majalah, tabloid) termasuk sesuatu yang paling dicari para pemasang iklan dan biro iklan karena tergolong praktis, cepat dan harga terjangkau. Istilah iklan koran yang akrab di telinga masyarakat menunjukan jika media cetak menempati posisi penting. Daya jangkau dan edar koran bisa sampai ke pelosok. Perkembangan jaman telah menciptakan segmentasi dan mengidentifikasi koran menurut karakteristiksosial, ekonomi, dan pendidikan para pembacanya.

Seperti media periklanan lainnya, media cetak juga memiliki kelebihan serta keterbatasan. Berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media cetak dalam membuat sebuah iklan :

1. Jangkauan khalayak lebih luas,

2. Kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci, 3. Waktu yang tidak terbatas,

4. Fleksibel

Selain memiliki kelebihan tentunya media cetak juga memiliki kelemahan-kelemahan dibandingkan media lainnya :

1. “Clutter” (ketidak beraturan), 2. Bukan media yang selektif,

3. Komposisi pembaca bisa berubah (Shimp, 2003 : 515).

Jadi, iklan media cetak merupakan kumpulan pesan atau informasi tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan


(23)

media-media cetak seperti surat kabar, brosur, majalah, dan lain-lain sebagai perantara.

Dalam pengertian ini, media cetak yang digunakan sebagai media untuk periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah. Pengaruh iklan yang ditampilkan media cetak terhadap pembacanya mampu memberikan pengetahuan tambahan maupun pengetahuan yang bersifat baru, dimana iklan yang ditampilkan di media cetak dibuat sangat menarik untuk merebut perhatian pembacanya. Dari pengertian di atas maka peneliti akan mengkaji mengenai definisi atau pengertian iklan serta obyek penelitian mengenai representasi atau penggambaran iklan di media cetak surat kabar.

2.1.2 Konsep Disc Jockey

Seorang disc Jockey (disebut juga DJ, atau deejay) adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang direkam sebelumnya untuk pada pendengar yang menginginkan.

Istilah DJ ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan seorang peyiar radio yang akan memperkenalkan dan memainkan rekaman “gramophone” yang popular. Rekaman pada media ini juga dikenal sebagai “cakram” dimana dalam industry ini dimainkan oleh penyiar-penyiar radio, oleh karena itu nama disc jockey dan selanjutnya lebih akrab dikenal sebagai DJs atau deejays (http://id.wikipedia.org/wiki/Disk_Jockey) diakse 12 oktober 2010


(24)

15

2.1.3 Turntable

Platfrom horizontal melingkar yang terdapat piringan hitam, tone arm, platter, cartridge yang dapat dimainkan. Turntablism adalah seni memanipulasi suara dan menciptakan musik dengan menggunakan turntable phonograph atau turntable digital dan mixer Dj. ‘Turntablist’ kata diciptakan pada tahun 1995 oleh DJ BABU untuk menggambarkan perbedaan antara seorang DJ yang hanya memainkan catatan, dan orang yang melakukan dengan menyentuh dan bergerak catatan, stylus dan mixer untuk memanipulasi suara (http://en.wikipedia.org/wiki/Turntablism) diakses 12 oktober 2010.

Dampak meja putar (turntable) dimusik sangat luas dan tak terbantahkan inovasi yang menciptkan industri global bernilai miliaran. Mesin ini sederhana namun kompleks telah membantu menginformasikan dan menghibur generasi sambil membantu melestarikan. Memperkaya dan menempa sejarah budaya kita. Karena itu meja putar adalah teknologi identik dengan seni. Pada turntable (meja putar) juga terdapat bagian-bagian tertentu yang dipergunakan , yaitu :

1. Tone arm : lengan nada, pengatrol cartridge head shell/ stylus, yang di dalamnya berisi kabel alur.

2. Stylus : instrument tajam menunjuk digunakan untuk menulis, tanda, ukiran. Atau sebuah alat bantu, tajam menunjuk digunakan untuk memotong merekam alur.

3. Platter : tempat pemutar piringan hitam.

4. Speed selector : sebuah pemilihan kecepatan dan kontrol nada.


(25)

2.1.4 Pensil HB

Pensil adalah alat tulis dan lukis yang awalnya terbuat dari grafit murni. Penulisan dilakukan dengan menggoreskan grafit tersebut ke atas media. Namun grafit murni cenderung mudah patah, terlalu lembut, memberikan efek kotor. Kemudian diciptakan campuran grafit dengan tanah liat agar komposisinya lebih keras. Berbeda dengan pena, pensil cenderung memberikan kesan abu-abu dan warna yang lemah dan pecah dibandingkan dengan pena yang memberikan warna yang padat dan tajam. Pensil juga lebih mudah dihapus dibandingkan pena. Beberapa pensil disertai dengan penghapus untuk alasan kepraktisan, pensil seperti ini sangat disukai pelajar.

Pensil dibedakan menurut komposisi, Huruf B menginformasikan ketebalan (boldness) warna hitam (Black), yang berarti kandungan grafitnya lebih banyak. Sementara huruf H menginformasikan kekerasan/keras (Hard) komposisi leadnya, yang berarti kandungan tanah litany lebih banyak. HB berarti pensil memiliki kedua sifat keras dan tebal (http://id.wikipedia.org/wiki/Pensil# Karakteristik) diakses 12 oktober2010.

2.1.5 Karet Gelang

Karet gelang atau gelang karet adalah potongan karet berbentuk gelang yang dibuat untuk mengikat barang. Karet gelang terdiri dari berbagai macam ukuran, dari yang besar hingga yang kecil, dari yang tebal hingga yang tipis. Bahan baku karet gelang adalah karet alami sehingga berwarna kuning. Karet gelang berwarna-warni dihasilkan dengan menambahkan bahan pewarna.


(26)

17

Sebagian besar karet gelang dibuat dari karet alami yang merupakan hasil pengolahan lateks dari pohon karet. Karet gelang juga dibuat dari karet sintetis, tapi kalah popular dari karet alami yang elastis. Karet gelang bersifat elastis sehingga sangat berguna untuk membantu pekerjaan ikat mengikat. Beberapa kegunaan karet gelang :

1. Karet gelang sering dipakai untuk mengikat bungkusan nasi dan makanan lain yang di bungkus kertas atau aun pisang.

2. Karet gelang biasa dipakai mengikat atau menguncir rambut

3. Karet gelang yang diikatkan di ujung pensil biasa berfungsi sebagai penghapus

4. Karet gelang digunakan sebagai penggerak pada baling-balig pesawat terbang model atau mainan mekanis lainnya.

Stephen Perry yang mempunyai perusahaan karet vulkanisir memperoleh paten untuk karet gelang pada tanggal 17 mei 1845. Karet gelang yang dipatenkan Perry berbeda dengan karet gelang yang ada sekarang. Karet gelang zaman sekarang sudah mengalami vulkanisasi, sehingga karet lebih elastis, tahan lama dan pastinya lebih bermanfaat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Karet_gelang) diakses 12 oktober 2010.

2.1.6 Ketergantungan

. teori ketergantungan atau saling ketergantungan, karena elemen -elemen dalam suatu sistem saling berhubungan, elemen-elemen tersebut menunjukan saling ketergantungan (interdependence), maksudnya adalah perilaku-perilaku


(27)

dari anggota sistem saling membentuk sistem(virginia Satir,1988:61). Definisi ketergantungan sendiri adalah :

1. Hal (perbuatan) tergantung,

2. Perihal hubungan sosial seseorang yg tergantung kepada orang lain atau masyarakat,

3. Keadaan seseorang yg belum dapat memikul tanggung jawabnya sendiri. (http://www.artikata.com/arti-363744-ketergantungan.php).

Ada dua sumber variasi dalam tingginya ketergantungan yang mungkin dialami seseorang. Yang pertama adalah jumlah dan sentralitas dari fungsi-fungsi informasi yang disajikan. Media menyajikan sejumlah fungsi seperti pengawasan atau kejadian-kejadian pemerintah dan menyediakan hiburan. Untuk kelompok orang manapun, beberapa hari fungsi ini bersifat lebih penting dari yang lainnya, dan ketergantungan kelompok terhadap informasi dari suatu media meningkat pada saat media tersebut menyediakan informasi yang bersifat lebih sentral kepada kelompok tertentu.

Sumber yang kedua dari ketergantungan adalah stabilitas sosial. Ketika keadaan sosial berubah dari konflik meninggi. Institusi-institusi yang sudah mapan kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek dihadapkan pada suatu tantangan yang memaksa untuk membuat penilaian dan pilihan-pilihan kembali. Pendek kata orang yang tidak memiliki realitas sosial yang menyediakan kerangka berfikir yang cukup bagi pemahaman, tindakan, dan pelarian diri, dan ketika khalayak bergantung seperti ini pada informasi media yang diterima, pesan-pesan dari media itu mungkin memiliki sejumlah pengaruh pengubah


(28)

19

(Littlejohn,2002:325). Sesuai dengan teori ketergantungan, individu-individu yang mulai bergantung pada segmen tertentu dari media akan berpengaruh secara kognitif, afektif, dan perilaku oleh segmen media tersebut. Ketergantungan berasal dari kata gantung yang berarti ikat; sangkut, mendapat awalan ter – an berarti terikat;tersangkut, mendapat awalan ke – an berati mengikat; menyangkut.

Adapun didefinisikan oleh Joseph A.Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”, (devito, 1989 : 4) sebagai : “Proses pengiriman pesan dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau di antara sekelompok kecil orang–orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

2.1.7 Representasi

Representasi berasal dari kata “represent” yang bermakna stand for artinya berarti atau juga “act as delegate for” yang bertindak sebagai perlambang atas sesuatu. Representasi juga dapat berarti sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang laindiluar dirinya, biasanya berupa tanda atau symbol (Piliang,2003:21).

Representasi juga biasanya dipahami sebagai penggambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan (http://yolagani.wordpress.com/2007/11/18).

Representasi menunjukan baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep


(29)

ideology yang digunakan dalam bentuk-bentuk yang kongkrit. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses social pemaknaan melalui system penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film,fotografi, dsb. Secara ringkas representasi adlah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Struat Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut “pengalaman berbagai”. Sedangkan dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ad disuatu tempat membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam “bahasa” yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.

Menurut Stuart Hall (1997), ada 2 proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ad dikepala kita masing-masing (peta konseptual). Rpresentasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, “bahasa” yang berperan penting dalam proses kontruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam “bahasa” yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide tentang sesuatu dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita memaknai dunia dengan mengkonstruksi antar sesuatu dengan system “peta konseptual” kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara “peta konseptual” dengan bahasa atau symbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara “sesuatu”, “peta konseptual”,


(30)

21

dan “bahasa atau simbol” adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama itulah yang dinamakan representasi. (www.kunci.co.id).

Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu. Memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena bahasa beroprasi sebagai system representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tulis, lesan, atau gambar). Kita mengungkapkan pikiran, konsep d aide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal yang sangat tergantung dari cara kita mempresentasikannya degan mengamati kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam mempresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.

Untuk menjelaskan bagaimana makna representasi lewat bahasa kita bisa memaknai tiga teori representasi yang dipakai sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan dari mana suatu makna berasal atau bagaimana membedakan antara makna yang sebenarnya dari sesuatu atau imej dari sesuatu yang pertama adalah pendekatan efektif. Disini bahasa berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada didunia. Kedua adalah pendekatan internasional dimana kita menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan konstruksions, dalam pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi lewat bahasa yang kita pakai. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.


(31)

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah makna akan inheren dalam suatu dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi lewat proses representasi. Ia adala hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu, seperti yang dikatakan Juliasti dalam bukunya.

Representasi beramsumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk menjelaskan atau praktik lain di dunia secara sosial kepada dan oleh individu. Mengharuskan adanya eksplorasi pembentukan makna tekstual, serta menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna pada beragam konteks. Representasi memiliki materialitas tertentu yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan program televise. Representasi diproduksi, ditampilkan, digunakan dan dipahami dalam konteks tertentu.

Dalam penelitian ini, representasi menunukan pada pemaknaan tanda-tanda dan symbol-simbol yang terdapat pada gambar iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki di media cetak Jawa Pos.

2.1.8 Penggunaan Warna Dalam Iklan

Setiap warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal kepada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta kemampuan produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis (Shimp, 2003:308). Warna juga


(32)

23

memiliki karakteristik tertentu. Yang dimaksudkan karakteristik dalam hal ini adalah cirri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna.

Dalam kegiatan periklanan, teknik pewarnaan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan respon konsumen terhadap sebuah iklan. Warna merupakan salah satu aspek penting, konsumen bisa sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah iklan hanya karena teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan tersebut. Dikarenakan teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan daya jual.

Pemilihan warna adalah salah satu hal yang sangat penting dalm menentukan respon dari konsumen. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh konsumen, dan dalam pemilihan warna yang tepat akan dapat menyesuaikan tema iklan yang ditampilkan. Cara ini akan membuat kesan untuk pengamat atau pemerhati iklan agar menarik produk yang disponsorkan atau diiklankan. Berikut ini adalah beberapa warna yang mempunyai nilai perlambangan secara umum :

1. Kuning : Warna kuning dapat diartikan sebagai kemegahan dan keceriaan, selain itu juga dapat menjadi symbol kekuasaan. Kuning adalah warna cerah, karena itu dilambangkan kesenangan kelincahan santai dan mempunyai cita-cita setinggi langit. Kuning adalah warna yang paling terang setelah putih dan memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan antar manusia.

2. Putih : warna putih memiliki karakteristik positif, merangsang cemerlang, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian, polos, jujur, dan murni. Putih juga melambangkan Maha Tinggi, lambing cahaya.


(33)

3. Hitam : warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidak hadiran cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambing misteri, warna malam. Umumnya warna hitam diasosiasikan dengan sifat negative. Warna hitam juga dapat menunjukan sifat-sifat positif, yaitu menandakan sifat tegas, kukuh, formal, struktur yang kuat, namun terkadang juga diartikan kesedihan.

4. Biru : Warna ini mempunyai karakteristik sejuk, pasif, tenang, dan damai. Biru merupakan warna perspektif, menarik kita pada kesendirian, dingin, membuat jarak, dan berpisah. Warna biru melambangkan harapan, kesucian, dan kedamaian.

5. Merah : warna ini terkuat dan paling menarik perhatian, bersifat agresif lambing primitive. Warna ini diasosiasikan sebagai darah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, cinta, kebahagiaan.

6. Abu-abu : samar-samar karakternya, kecenderungan lebih netral.

7. Coklat : warna yang diartikan sangat sedih, patah hati, tidak bahagia, murung.

2.2 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan manusia, seperti yang dikatakan Susane K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang (animal symbolium).

Dalam bahasa “komunikasi” simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk


(34)

25

menunjukkan sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama (Sobur, 2003:157).

Sedangkan Pierce (dalam Perrida, 1992 dalam Sobur, 2003:156) mengemukakan bahwa:

“A Symbol is a sign which refers to the object that is denotes by vitue of a law, usually is association of general ideas, which operates to cause the symbol to be interpreted to that object.”

Simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada obyek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan obyek yang diacu dan mencari hubungan antara simbol dengan obyek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Dalam hal ini, membagi tanda (sign) atas ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang dipresentasikan obyek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang mempunyai kedekatan ekstensi (Mulyana, 2001:84). Menurut Mulyana ( 2004 : 85), lambang mempunyai beberapa sifat seperti :

1. Lambang bersifat sembarang

Apa saja bisa dijadikan lambang, tergantung kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan maupun tulisan), isyarat anggota tubuh, bunyi, hewan, dan sebagainya.

2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna

Makna sebenarnya sudah ada dalam dikepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Bila ada anggapan bahwa kata-kata mempunyai makna yangdimaksud sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang


(35)

untuk memberikan makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Jadi sebenarnya, lambang tidak mempunyai makna, tetapi kita yang memberikan makna pada lambang itu.

3. Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari budaya yang satu dengan budaya yang lain, dan juga berubah dari suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lainnya. Begitu pula makna yang diberikan kepada lambang tersebut.

Penggunaan lambang/simbol dalam kehidupan manusia merupakan suatu kelaziman yang tidak dapat dipisahkan, apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan dan tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan. Bahkan dandanan dan penampilan fisik seseorang, seperti cara berpakaian, alas kaki yang digunakan, sampai warna kulit pun juga dapat menjadi simbol kepribadian seseorang.

Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk suatu institusi, cara berpikir, ide, harapan dan banyak hal lain. Kebanyakan dari apa yang paling menarik tentang simbol-simbol adalah hubungannya dengan ketidaksadaran. Simbol-simbol seperti kata Asa Berger, 2002:84 (dalam Sobur, 2003:163) adalah kata kunci yang memungkinkan kita untuk membuka pintu yang menutupi perasaan-perasaan ketidaksadaran dan kepercayaan kita melalui penelitian yang mendalam. Simbol-simbol merupakan pesan dari ketidaksadaran kita.


(36)

27

2.3 Semiotika

Kata ”semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti ”tanda” atau seme, yang berarti penafsir tanda (Sobur, 2003:16). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, dan etika ”tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal ini. Contohnya: asap menandai adanya api (Kurniawan, 2001:49).

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memakai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system terstruktur dari tanda (Kurniawan, 2001 : 53).

Menurut definisi Van Zoest (dalam Sobur, 2001:96), semiotika diartikan sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau ide dan suatu tanda. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

Definisi semiotik menurut beberapa ahli (Sobur, 2003 : 16) seperti Lechte mendefinisikan semiotika sebagai suatu teori tentang tanda dan penandaan. Lebih


(37)

jelasnya, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ”tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code) ”sistem tanda”. Sedangkan Hjelmslev mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). Cobley dan Jansz menyebutkan sebagai ”discipline is simply the analyse of the study of functioning of sign system” (ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi). Charles Sander Pierce mendefinisikan semiotik sebagai “a relationship, a sign, an object, and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, obyek, dan makna). Charles Morris menyebut semiotik ini sebagai suatu proses tanda, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisasi.

Salah satu tokoh Semiotik, Charles S. Pierce dalam Mulyana membagi sistem tanda menjadi tiga kategori, yaitu :

1 Ikon adalah benda fisik yang menyerupai obyek karena keserupaan. Contoh : foto Bung Karno adalah incomic dari Bung Karno, karena tanda dalam lukisan tersebut menyerupai dengan obyeknya.

2 Indeks adalah tanda yang dapat mempresentasikan obyek. Contoh : ketika melihat asap yang mengepul, maka kita membayangkan api, karena asap yang mengepul dapat menjelaskan adanya api.

3 Simbol adalah sesuatu yang berlaku umum di masyarakat semata-mata karena kesepakatan bersama. Simbol tidak harus mempunyai kesamaan, kemiripan atau hubungan dengan obyeknya. Contoh : memasang bendera


(38)

29

di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan pada Negara (Mulyana, 2002 : 84)

Yang perlu digaris bawahi dari berbagai definisi di atas adalah bahwa para ahli semiotika sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda

2.4 Semiotik Iklan

Dalam konteks semiotik komunikasi, bila memandang atau mendengar atau memandang-dengar sebuah iklan hal yang pertama yang dirasakan ialah berada di dalam situasi komunikasi. Dimana iklan dapat dilihat sebagai suatu kegiatan komunikasi antara penjual dengan calon pembeli (Sobur, 2001:132). Bila dilihat dari perspektif semiotik signifikasi maka meninjau iklan berarti memberikan tekanan pada pemahaman sebagai bagian dari proses semiotik. Dalam signifikasi ini yang terpenting adalah interpretan.

Iklan sebagai sebuah obyek semiotik mempunyai perbedaan mendasar dengan desain yang mempunyai sifat tiga dimensional. Iklan pada umumnya mempunyai fungsi komunikasi langsung. Seperti halnya pada media komunikasi massa pada umumnya, selain itu iklan juga memiliki aspek-aspek komunikasi seperti pesan merupakan unsur utama iklan.

Metode analisis semiotik iklan secara khusus telah dikembangkan oleh para ahli periklanan. Pengiklan dapat mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dengan pengertian semiotik di bidang periklanan, selain itu pengiklan juga dapat melihat semiotik dari sudut pandang periklanan. Maksudnya pengiklan akan


(39)

mempertanyakan apa yang dapat disumbangkan dari berbagai temuan di bidang periklanan pada teori semiotik.

Sebenarnya terdapat dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan, dimana yang membedakan iklan secara semiotik dari obyek-obyek desain lainnya, yaitu bahwa sebuah iklan selalu berisikan unsur-unsur tanda obyek yang diiklankan, konteks berupa lingkungan, orang atau makhluk lainnya yang memberikan makna pada obyek, yang selalu hadir dalam sebuah iklan ialah teks yang dapat memperkuat makna. Dari sini dapat dikatakan bahw aiklan adalah sebuah ajang permainan tanda, dimana tanda yang satu dengan yang lainnya saling mendukung (piliang, 2003:263-264).

2.5 Model Semiotik Charles S. Pierce

Bagi Pierce (dalam Sobur, 2003:41), tanda ”is something which stands to somebody, for something in some respect or capity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign or representation) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yaitu ground, object, dan ingerpretant.

Teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce terdiri atas sign (tanda), object (obyek), dan interpretant (interpretan). Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan obyek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk oleh sebuah tanda (Sobur, 2001:115). Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu


(40)

31

digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya digunakan sebaga berikut :

Sign

Interpretant Object

Gambar 1 : John Fiske dalam Sobur, 2001 : 115

Garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri, yaitu obyek yang dipenuhi oleh seseorang. Interpretant merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda sebuah obyek.

Adapun ketiga kategori tanda digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :

Gambar 2 : Model Kategori Tanda Pierce Icon

Simbol Indeks


(41)

Ikon adalah suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan kemiripan. Umumnya sering terlihat pada tanda-tanda visual, misalnya adalah pada peta pulau Madura yang merupakan ikonik pulau Madura atau foto seseorang yang merupakan ikonik pada orang yang ada pada foto tersebut. Hal ini disebabkan tanda dalam peta atau foto menyerupai obyeknya masing-masing (Sobur, 2004 : 42).

Indeks merupakan suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya ada karena kedekatan eksistensi. Seperti asap sebagai indeks akan adanya api atau bersin sebagai indeks sakit flu.

Simbol merupakan tanda yang berhubungan dengan acuannya merupakan simbol konvensi. Simbol digunakan oleh pengguna tanda yang diketahui secara kultural oleh penggunanya. Pengetahuan tentang hal tersebut didapat pengguna tanda melalui berbagai jenis interaksi sosial sebagai anggapan masyarakat atau budaya tertentu, berupa suatu bentuk pengalaman dalam menghadapi peristiwa atau obyek. Pengguna tanda akan menginterpretasikan obyek atau tanda tersebut sesuai dengan kerangka referensi yang dimiliki. Karena hal tersebut, hubungan antara obyek pengguna tanda dan tanda adalah hubungan makna. Anggukkan kepala misalnya, menandakan persetujuan yang terbentuk secara konvensional.

Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendiri, melainkan diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan tindakan dinamis, dimana kedua elemen saling memberi suatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal


(42)

33

dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya lebih mudah terjadi, konotasi dan mitos dalam teks telah menjadi referensi pengguna yang bersangkutan.

2.6 Konsep Makna

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (1986 : 343) merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teorisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam adalah makna dari sebuah wahana tanda yang merupakan satuan kultural dan diperagakan oleh wahana-wahana tanda lainnya serta dengan begitu secara sematik menunjukkan pula ketidaktergantungan pada wahana tanda sebelumnya (Pateda, 2001:7)

Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan linguistic sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Tiga hal tersebut yaitu (1) Menjelaskan makna secara ilmiah, (2) Mendeskripsikan kalimat secara ilmiah dan (3) Menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, dalam Pateda, 2001:79)

Agar dapat mengungkapkan makna, perlu dibedakan beberapa pengertian antara lain (1) Terjemah atau translation, (2) Tafsir atau interpretasi, (3) Eksplantasi, dan (4) Pemaknaan atau meaning (Muhadjir, 1998:138). Menurut Devito makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia menggunakan makna yang ingin dikomunikasikan lewat kata-kata tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang dilakukan. Makna yang didapat dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin dikomunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk


(43)

mereproduksi dibenak pendengar apa yang ada di benak kita dan proses ini adalah proses parsial yang bisa saja salah (Devito dalam Sobur, 2001:20).

2.7 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penelitian dalam memahami tanda dan lambang yang ada dalam obyek, yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa makna iklan LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki yang termuat di surat kabar jawa pos. Surat kabar harian jawa pos merupakan surat kabar yang mempunyai oplah yang sangat besar. Pembaca surat kabar jawa pos mencakup semua umur, mulai dari remaja sampai orang tua. Melalui surat kabar tersebut, peneliti mendapatkan iklan rokok LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki yang iklannya ditampilkan dengan konsep iklan yang sangat berbeda, unik dan menyimpang dengan iklan rokok yang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemahaman terhadap tanda dan lambang yang dalam hal ini adalah iklan rokok LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki. Tanda-tanda yang terdapat dalam setiap bentuk penggambaran iklan secara keseluruhan tersebut dikaji berdasarkan teori yang sesuai dengan


(44)

35

peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan iklan LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki, yang dijabarkan secara terperinci dalam pemilihan gambar, warna, dan kata-kata. Teori-teori yang dimaksud diantaranya adalah komunikasi sebagai proses simbolik, teori semiotik Charles S. Pierce, konsep makna (representasi).

Berdasarkan landasan teori tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa untuk mengerti dan memahami makna dari iklan rokok LA Lights di surat kabar, maka peneliti menggunakan metode semiotik dari Charles S. Pierce, yaitu teori segitiga makna (triangle meaning), yang terdiri dari sign (tanda), objek dan interpretan. Tanda merujuk pada sesuatu di luar tanda itu sendiri. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang sirujuk oleh sebuah tanda. Pierce membagi tanda dalam tiga kategori, yaitu ikon, indeks dan simbol.

Sehingga dalam penelitian ini diperoleh tiga kategori tanda yang akan diinterpretasikan atau dimaknai oleh peneliti yaitu :

1 Ikon

Ikon adalah suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan kemiripan. Dalam iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki adalah gambar turntable yang pada stylus terdapat gambar pensil HB, terdapat pula gambar piringan hitam dan Tonearm.


(45)

2 Indeks

Indeks merupakan suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya ada karena kedekatan eksestensinya atau karena adanya hubungan sebab akibat. Indeks dari iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki adalah terdapat tulisan “Lulus SNMPTN tanpa nge-joki dan pada pensil tulisan “HB”.

3 Simbol

Simbol digunakan oleh pengguna tanda yang diketahui secara kultural oleh penggunanya. Simbol adalah sesuatu yang berlaku umum di masyarakat semata-mata karena kesepakatan bersama. Sedangkan simbol dalam iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki adalah label/logo L.A Lights, pensil dan unsur warna-warna yang terdapat pada iklan.

Dengan menggunakan pendekatan semiotik Charles S. Pierce dan teori-teori yang dipakai oleh peneliti guna mendukung penelitian ini, maka dapat diperoleh suatu hasil interpretasi mengenai pemaknaan iklan rokok LA. Lights versi Lulus SNMPTN di surat kabar Jawa Pos.

Adapun kerangka berfikir digambarkan dalam bentuk bagan :

Iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki di media cetak Jawa Pos

Analisis Semioti Pierce melalui :

Ikon: turntable, pensil HB, piringan hitam, tone arm, stylus .

Indeks: “Lulus SNMPTN tanpa nge-joki, tulisan “HB”.

Simbol: Label/logo L.A Lights, unsur-unsur warna,

Hasil Analisis

berupa interpretasi


(46)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam metode deskriptif kualitatif akan dapat diperoleh pengungkapan secara rinci penggambaran perempuan dalam iklan di media cetak, yaitu surat kabar. Adapun digunakan metode deskriptif kualitatif karena metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ditemukan kenyataan ganda, kemudian metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan obyek peneliti, serta kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2005 : 5).

Untuk menginterpretasikan obyek penelitian dari iklan L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki ini, maka perlu diketahui terlebih dahulu sistem tanda pada gambar iklan yang menjadi korpus (sampel) dalam penelitian ini. Kemudian peneliti menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis dan menginterpretasikan makna yang terdapat dalam iklan tersebut.

3.2 Kerangka Konseptual Representasi

Representasi berasal dari kata ”representasi” yang bermakna stand for artinya berarti atau juga ”act as delegate for” yang bertindak sebagai


(47)

perlambangan atas sesuatu. Rpresentasi juga dapat berarti sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol (Piliang, 2003:21). Representasi juga biasanya dipahami sebagai penggambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan.

Menurut Stuart Hall (1997), ada 2 proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ”sesuatu” yang ad dikepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, ”bahasa” yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ad dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ”bahasa” yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide tentang sesuatu dan simbol-simbol tertentu.

Representasi ketergantungan dalam iklan rokok L.A Lights versi ”Lulus SNMPTN tanpa nge-joki di media cetak Jawa Pos dalam penelitian ini merpresentasikan gambar, tanda serta tulisan yang terdapat pada iklan tersebut. Dalam iklan tersebut terdapat tulisan ”Lulus SNMPTN tanpa nge-joki” dengan background warna merah yang berarti perhatian memiliki indikasi bahwa peserta ujian masih ketergantungan dalam proses pengerjaan soal ujian berupa kecurangan-kecurangan yang di lakukan peserta seleksi, serta konsep disc jockey yang ditampilkan. Tetapi dalam iklan tersebut hanya menampilkan turntable, dan tidak ada seorang DJ yang memainkan. Serta pada bagian turntable yaitu pada tonearm adanya saling menghubungkan antara stylus, cattrid, serta terdapat pensil


(48)

39

HB yang diikat dengan sebuah karet pada stylus, yang seolah-olah menulis pada piringan hitam tetapi tidak ada orang yang mempergunakan.

Iklan dibuat semenarik mungkin untuk mempengaruhi pembacanya secara persuasif, hal tersebut memiliki tujuan untuk melakukan tindakan timbal balik atas produk yang di iklankan iklan tersebut. Makna dari iklan LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki menimbulkan makna/pengertian yang berbeda pada setiap individu itu sendiri tergantung dari sudut mana individu tersebut memaknai.

Ketergantungan adalah keadaan seseorang yang belum dapat memikul tanggung jawabnya sendiri, dan masih tergantung pada orang lain. Di mana kita harus jujur, murni dan dengan usaha sendiri dalam melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan alat maupun orang lain.

Media cetak

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto, dalam tata warna dan hitam putih. Fungsi utama media cetak adalah member informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya (kasali, 1992 : 99)

Inilah yang menjadi dasar batasan untuk diteliti, menggunakan studi semiotika oleh Charles S. Pierce dengan mengategorikan ikon, indeks dan simbol.


(49)

3.3 Corpus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut sebagai corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisa dengan semaca kesemenaa. Corpus haruslah cukup luas untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sitem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat homogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun homogen taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan, 2001:70).

Corpus adalah kata lain dari sample, bertujuan tetapi khusus digunakan untuk analisis semiotika dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Sehingga, korpus dari penelitian ini yang terdapat pada iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap tanda baik berupa gambar dan kata-kata atau tulisan, serta warna yang terdapat dalam iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki pada surat kabar Jawa Pos. Kemudian diinterpretasikan oleh peneliti dengan menggunakan model semiotika milik Pierce dalam kategori ikon, indeks, dan simbol.

Dalam iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki “, terlebih dahulu akan dibagi unsur-unsur tersebut berdasarkan unit analisis dalam penelitian ini yaitu :


(50)

41

1. Obyek dalam penelitian ini adalah keseluruhan badan iklan, dimulai dari bentuk iklan, jenis iklan, dan bentuk penyajian dari iklan tersebut.

2. Tanda dalam iklan ini adalah setiap bentuk representasi yang bias ditimbulakan oleh iklan tersebut.

3. Sebagai interpretan, peneliti akan menganalisa iklan yang diambil sebagai korpus, yaitu iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki” secara keseluruhan dengan menggunakan acuan tanda dalam model kategori tanda yang dimiliki oleh Pierce, yaitu ikon, indeks, dan symbol.

1. Ikon

Ikon adalah suatu tanda yang hubungan antara penanda dan pertanda bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antar tanda dan obyek atau acuannya yang bersifat kemiripan. Ikon dalam iklan L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki sebagai berikut :

a. Gambar turntable, b. Gambar pensil HB, c. Gambar piringan hitam, d. Gambar stylus,

e. Gambar karet, f. Gambar tonearm.


(51)

2. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam iklan L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki sebagai berikut :

a. Tulisan : “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ b. Tulisan : HB.

3. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukan antara penanda dan pertanda yang bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat (Sobur, 2003:41-42). Simbol dalam iklan L.A Lights tanpa nge-joki sebagai berikut :

a. Label / logo L.A Lights, b. Pensil,

c. Unsur-unsur Warna dalam iklan.

Apabila digambarkan hubungan antara objek, tanda dan interpretan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sign ( Tanda )

Setiap bentuk representasi yang dapat ditimbulkan oleh iklan

rokok L.A Lights Interpretant

Hasil interpretasi peneliti dari peneliti dalam melihat hubungan antara tanda dan acuan tanda

Object ( Objek )

Keseluruhan badan iklan produk rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos.


(52)

43

Dalam menganalisa hubungan antara tanda dan acuannya berdasarkan studi semiotik Pierce, yang kemudian membagi tanda itu sendiri dalam tiga kategori tanda milik Pierce , yaitu ikon, indeks, dan simbol, maka peneliti akan mempresentasikan segala bentuk penggambaran yang terdapat dalam iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki”. Berdasarkan model simiotik dapat digambarkan hubungan ikon, indeks, dan simbol dalam kategori tiga tipe tanda milik Charles S. Pierce sebagai berikut :

Gambar 5 : Iklan Rokok L.A Lights Versi “Lulus SNMPTN tanpa nge-joki” Dalam Kategori Tanda Pierce

Iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ merupakan objek dari penelitian ini dan keseluruhan dari tampilan iklan yang berupa gambar, teks dan warna yang menjadi latar belakang maupun visual dari iklan tersebut merupakan tanda-tanda yang terkandung dalam sebuah iklan. Iklan tersebut merupakan suatu bentuk sistem tanda yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu

Icon (Ikon)

Gambar turntable, pensil HB, piringan hitam, tone arm, stylus.

Index (Indeks)

Tulisan “Lulus SNMPTN tanpa nge-joki”, tulisan “HB”.

Symbol (Simbol) Lambang / Logo L.A Lights, unsur warna yang mendominasi, pensil.


(53)

sendiri, yaitu konsep daya tarik suatu iklan yang unik dan menyimpang dari konsep iklan pada umumnya. Iklan rokok L.A Lights ini akan direpresentasikan dengan menggunakan model semiotik Pierce. Dalam semiotik Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan ( tanda ) dan representasi adalah fungsi utamanya, serta hubungan tanda dan acuannya memiliki 3 bentuk, adalah ikon , indeks dan simbol. Hal ini sesuai definisi dari tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Penjelasan tersebut digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan mengamati secara langsung keseluruhan iklan rokok LA lights yang dimuat di media cetak (surat kabar Jawa Pos), yang dapat disebut data Sekunder dalam penelitian. Selanjutnya dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh, akan dianalisa dengan cara diinterpretasikan oleh peneliti berdasarkan metode semiotik Charles S. Pierce, kemudian dari data inilah diketahui makna yang terkandung dalam iklan rokok LA Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki tersebut kedalam sistem tanda komunikasi berupa gambarr-gambar, tulisan, dan warna-warna yang menjadi latar belakangnya yang ad dalam iklan tersebut.

Teknik pengumpulan data lainnya, melalui penggunaan bahan dokumenter seperti surat kabar, buku, serta internet yang berhubungan dengan objek iklan disebut data sekunder. Sumber bahan dokumenter tersebut digunakan untuk


(54)

45

memperoleeh informasi tentang berbagai hal mengenai representasi ian L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki yang menjadi bahan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign), dalam iklan yang dijadikan corpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles S. Pierce terdiri dari tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Dengan studi semiotik penelitian dapat memakai gambar dan pesan yang terdapat pada iklan rokok L.A lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap iklan ini. Iklan rokok L.A lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki akan diinterpretasikan dengan cara mengidentifikasikan tanda-tanda yang terdapat dalam setiap bentuk penggambaran iklan, untuk mengetahui makna yang ada dalam iklan tersebut.

Pada penggunaan iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN tanpa nge-joki tersebut, gambar sebuah turntable, pensil HB sebagai ikon. Sedangkan indeks dalam iklan tersebut adalah tulisan “Lulus SNMPTN tanpa nge-joki” dan tulisan


(55)

HB. Dan simbol dalam iklan ini adalah logo/simbol rokok LA. lights dan semua unsur warna yang terdapat di dalam iklan tersebut. Untuk mengetahui hubungan antara tanda, pengguna tanda, dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan Model Semiotik Charles S. Pierce. Sistem tanda (gambar, kata-kata, warna, dan atribut pendukung) yang terdapat dalam iklan tersebut akan diinterpretasikan oleh pengguna tanda. Interpretasi yang dilakukan berdasarkan atas pengalaman atau kerangka referensi pengguna tanda melalui interaksi sosial.


(56)

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek

Kretek, rokok cengkeh yang unik dari indonesia. Manis, aroma dari rokok kretek mempunyai kekuatan untuk membangkitkan kenangan lama yang terlupakan. Suara gemercik atau ‘kretek-kretek’ dari cengkeh yang terbakar seperti tiap rokok yang dihisap. Selama 100 tahun, rokok yang tidak ada bandingannya ini telah terjalin dengan budaya dan sejarah Indonesia. Beberapa waktu berlalu, seluruh nusantara telah dapat menikmati rasa dan aroma khusus rokok tersebut.

DJARUM, pimpinan pengusaha pabrik kretek, mendistribusikan produk-produk Indonesia yang ekslusif dan unik itu ke seluruh dunia. Duduk berbaring, santai dan menikmati pengalaman yang tidak ada bandingannya itulah kretek.

4.1.1 Gambaran Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rokok Djarum Kudus adalah kota sejarah kretek dimulai dari kota ini, pada tahun 1880, H. Jamhari, seorang penduduk Kudus. H jamhari adalah seorang perokok dan ia sering merasa sesak napas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik da tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh menghasilkan bunyi kretek-kretek. Dari rokok cengkeh


(57)

pertama kali itu berkembang menjadi sebuah industry rakyat lokal, dan kemudian menjadi sebuah industry rokok produksi missal yag diekspor ke seluruh dunia. A. Sejarah Djarum

PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah. Djarum merupakan salah satu dari tiga perusahaan rokok terbesar di Indonesia (dua lainnya adalah Gudang Garam dan HM. Sampoerna). Perusahaan ini mengelolah dan menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu.

Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok Cerutu (terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), Rokok Putih (terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret), dan Rokok Kretek (terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibugkus dengan kertas sigaret).

Sejarah Djarum berawal saat Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 dan mengubah namanya menjadi Djarum. Oie mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Tapi bagaimanapun, jalan menuju kesuksesan bukanlah tanpa rintangan. Pada taun 1963, pabrik Djarum terbakar yang hamper memusnahkan perusahaan (Oei meninggal tak lama kemudian), tetapi bencana tersebut tidak dapat menghentikan pertumbuhan/perkembangan perusahaan. Sebuah pabrik baru dibangun dan dilengkapi dengan mesn-mesin canggih yang didatangkan dari Eropa. Personalia dari luar negeri yang berpengalaman dipekerjakan untuk melatih para pegawai perusahaan. Metode –metode baru


(58)

49

mengenai pemrosesan tembakau, filosofi manajemen, dan teknik-teknik produksi diperkenalkan.

B. Pengembangan Kretek Djarum

Kretek Djarum adalah sebuah warisan turun-menurun. Keahlian dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kretek Djarum telah diwariskan sejak dari dahulu.

Ramuan dan rempah-rempah yang dipercaya oleh nenek moyang kita memiliki manfaat kesehatan, masih digunakan di dalam resep rokok kretek Djarum saat ini. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berkualitas tinggi. Cengkeh pilihan, dipetik pada kondisi terbaiknya digunakan saat masih segar. Tembakau yang digunakan pun kelas tinggi yang dikenal dengan nama “srintil” di dalam semua rokok kretek Djarum.

Tentu saja, baik Djarum maupun kretek telah berubah sesuai jaman. Merek Djarum yang tertua, coklat diproduksi pada tahun 1955, tembakau yang pada awalnya dibungkus dengan kulit jagung sekarang sudah tidak digunakan lagi, tetapi merek coklat masih tetap bertahan. Perubahan lainnya telah membantu memperluas jangkauan produk Djarum, misalnya Djarum adalah perusahaan yang pertama kali mengembangkan dan meluncurkan rokok kretek rendah nikoti, perusahaan rokok yang memberikan kretek rasa cherry dan rasa vanilla. Lebih lanjut, rokok Djarum dibungkus dengan menggunakan kertas hitam dan coklat yang diluncurkan pertama kali di pasar internasional.


(59)

Namun, selama bertahun-tahun lamanya Djarum telah memproduksi rokok kretek dan tidak ada sesuatu yang berubah. Dedikasi terhadap kualitas, penggunaan hanya bahan-bahan terbik, alami bahkan mesin pelinting tangan yang dulu digunakan sampai sekarang masih dipergunakan untuk menghasilkan rokok kretek yang sama. Djarum akan terus menghasilkan dan mengembangkan rokok kretek kelas dunia.

4.1.2 Djarum Saat Ini

Saat ini, Djarum merupakan salah satu penghasil pendapatan terbesar di Indonesia, seorang pemain yang memimpin pasar Internasional. Djarum berusaha untuk memperbaiki/ meningkatkan produk-produknya dan memperbaruhi fasilitas-fasilitas produksi untuk menjamin keefisiensian dan kepuasan pelanggan.

Tapi beberapa hal tidak pernah berubah, Djarum tetap setia pada asalnya, masih di kota dimana semuanya dimulai. Djarum berterima kasih yang sebesar-besarnya pada orang-orang Kudus yang telah mendukung kesuksesan perusahaan selama bertahun-tahun. Dari meracik dengan tangan, hingga menjadi produksi bertekhnologi canggih, Djarum menciptakan sejarah dan semangat dari kretek, rokok cengkeh yang unik dari Indonesia.

Saat rokok kretek menjadi populer di Indonesia, maka Djarum mulai memasarkan produknya melampaui perbatasan Indonesia. Selama 100 tahun, kretek telah berubah dari sebuah rokok lokal lintingan tangan menjadi sebuah produk missal yang memperoleh best seller di dunia Internasional. Djarum dengan bangga menjadi pemimpin industry di dalam pasar Internasional.


(60)

51

Djarum merupakan perusahaan manufaktur terbesar ketiga setelah Gudang Garam dan Sampoerna yang juga sukses di luar Indonesia. Perusahaan Djarum mempunyai cabang di Brazil dimana di Negara ini permintaan kretek sangat signifikan. Di Amerika Serikat, Dajrum adalah pemain pasar penting dengan 70 persen dari pasar kretek. Rokok L.A Lights dan L.A Menthol yang rendah tar dan nikotin telah sukses di pasaran Malaysia, dimana merek ini dikaitkan dengan gaya hidup anak muda dan trendi. Rokok L.A Lights juga mensponsori berbagai event untuk kalangan anak muda/remaja, seperti event musik dan olahraga. Beberapa produk utama Djarum :

1. Djarum Black

Sub merek yang paling popular dari sigaret Djarum (setidaknya secara Internasional) adalah pengepakan. Setiap batang rokok digulung dengan kertas hitam, dijual dalam kemasan yang tipis dengn 10 buah saling berhadapan dan dua buah ad di bagian dalam (seperti hamper semua produk Djarum yang dijual secara Internasional). Kemasan Djarum Black menggunakan loho jarum/pena gramophone Djarum bersulan timbul dengan huruf “A” merah bergaya di tengah kata “BLACK”. Filter Black dilapisi “Sauce” pedas dengan rasa pedas asli seperti rasa cengkeh, cardamom dan kayu manis. “Sauce” mempunyai rasa agak manis. Rokok ini mempunyai kemasan yang di jual berisi 16 atau 12 batang dan mempunyai rasa yang lebih ringan.


(61)

2. Djarum Special

Djarum Specia dijual dengan kemasan putih dan merah tua. Djarum Special “Reds” (Rokok kertas merah) mempunyai rasa yang hamper sama dengan rokok medium lainnya kecuali kandungan cengkeh. Djarum Special cenderung lebih ringan dan dijual dalam kemasan yang sama tebalnya dengan Djarum Black. Djarum Special mempunyai cita rasa cengkeh dan saus perasa yang lebih kuat dari produk rokok lainnya.

3. Djarum Bali Hai

Bali Hai adalah merek Internasional Djarum dan tidak dipasarkan di Indonesia. Mempunyai rasa buah dan dibuat dari rempah dan tembakau Indonesia sehingga didapatkan rasa eksotik dan hangat yang lebih ringan dari rokok Djarum lainnya. Biasanya produk ini disukai oleh seorang petualang yang suka tantangan dan beraktivitas di alam bebas.

4. Djarum Djarum 76

Djarum 76 adalah salah satu merek utama dari Djarum. Merupakan produk rokok kretek pertama yang diluncurkan terfilter secara tradisional. Saingan pasaran utama dari produk ini adalah Sampoerna Hijau berfilter.

5. Djarum Coklat

Djarum Coklat adalah merek utama Djarum yang tertua. Ini adalah kretek tidak berfilter tradisional yang pertama kali diluncurkan. Merek ini hanya dapat ditemukan di Jawa Barat (Jakarta). Sesuai dengan namanya, kemasan kretek ini berwarna coklat.


(62)

53

6. Djarum Super

Djarum Super adalah produk terpopuler diantara jajaran produk premium Djarum. Produk ini diperuntukan bagi perokok yang menghargai rasa sejati rokok. Mengandung aroma buah yang unik, rokok ini memberikan pengaruh yang kuat serta kenikmatan bagi perokoknya.

7. Djarum Istimewa

Djarum Istimewa terbuat dari tembakau dan cengkeh dengan bumbu tradisional. Menawarkan sebuah rasa sebagai hasil dari olahan rahasia cengkeh dan tembakau selama 120 tahun.

8. L.A Lights

L.A Lights adalah campuran dari cengkeh dan tembakau yang ringan. Rasa bumbu campuran L.A Lights diperuntukan bagi mereka yang menikmati pengalaman yang menyegarkan. L.A Lights sudah mensponsori beberapa kegiatan anak muda. Beberapa kegiatan selain L.A Lights streetball yang disponsori oleh L.A Lights adalah L.A Lights Indiefest, L.A Lights Indie Movie, L.A Lights Concert, L.A Menthol Lights Coolnation, L.A Campus League (www.djarum.com).

4.2 Penyajian Data

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada gambar iklan rokok L.A Lights versi Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki selanjutnya akan diinterpretasikan dan dianilisis berdasarkan semiotik model Charles S. Pierce untuk mengetahui


(1)

antara tanda dan acuan tanda dalam model kategori tanda Pierce yaitu ikon, indeks, dan simbol. Hasil dari interpretasi merupakan hasil yang di serap oleh peneliti yaitu ketergantungan. Iklan ini secara tidak langsung mengandung pesan mengenai produk rokok, segmen yang dituju, nilai- nilai kejujuran dan ketergantungan seseorang.

Tulisan nama merek rokok L.A Lights berada di pojok kiri bawah yang mana sebagai identitas terhadap produk rokok yang ingin dijual atau diiklankan. Di pojok kanan atas juga terdapat tulisan “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ yang mana mengandung pesan tertentu. PT. Djarum yang mengeluarkan produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada khalayak, sesuai dengan ikon , indeks dan simbol yang terdapat pada iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ representasi secara keseluruhan adalah khalayak untuk tidak ketergantungan oleh joki ataupun alat bantu lain pada saat mengikuti ujian SNMPTN serta lulus dengan jujur atau murni dari kemampuan diri sendiri.


(2)

(3)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ dengan menggunakan semiotik Charles S. Pierce. Korpus pada iklan ini adalah keseluruhan badan iklan L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “

Representasi keseluruhan iklan rokok L.A Lights versi “ Lulus SNMPTN tanpa nge-jok i” dalam model Triangle Meaning Pierce peneliti merepresentasikan tampilan iklan rokok L.A Lights yang diiklankan di surat kabar jawa Pos. Segitiga tersebut terdiri dari tanda yaitu setiap bentuk representasi yang bisa ditimbulkan oleh iklan tersebut, baik secara denotatif maupun konotatif, kemudian diinterpretan. Hasil dari interpretasi merupakan hasil yang di serap oleh peneliti yaitu ketergantungan. Iklan ini secara tidak langsung mengandung pesan mengenai produk rokok, segmen yang dituju, nilai- nilai kejujuran dan ketergantungan seseorang.

Tulisan nama merek rokok L.A Lights berada di pojok kiri bawah yang mana sebagai identitas terhadap produk rokok yang ingin dijual atau diiklankan. Di pojok kanan atas juga terdapat tulisan “ Lulus SNMPTN tanpa nge-joki “ yang


(4)

63

SNMPTN tanpa nge-joki “ representasi secara keseluruhan adalah khalayak untuk tidak ketergantungan oleh joki ataupun alat bantu lain pada saat mengikuti ujian SNMPTN serta lulus dengan jujur atau murni dari kemampuan diri sendiri.

5.2 Saran

Segi kreatifitas sangat di perlukan dalam pembuatan iklan, karena manfaat iklan adalah membawa pesan yang disampaikan kepada konsumen/khalayak. Kekreatifan dalam membuat iklan harus lebih ditingkatkan agar lebih menarik perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan serta menyisipkan pesan moral kepada masyarakat sebagai konsumen yang mudah untuk diterima dan khalayak tidak gampang melupakan iklan tersebut dan dapat merealisasikan apa tujuan dari pembuat iklan dari iklan tersebut.

Dalam pelaksanaan SNMPTN diharapkan himbauan-himbauan maupun peringatan yang diberikan bagi peserta ujian dan joki - joki SNMPTN lebih di tingkatkan dan disosialisasikan lebih baik lagi . Agar kecurangan – kecurangan dalam pelaksanaan SNMPTN tidak terjadi dan dapat dikurangi, sehingga jalannnya SNMPTN dapat berjalan dengan baik .


(5)

Buku :

Agustrijianto,2001. Mengasah Kreatifitas dan Memahami Bahasa Iklan, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya

Devito, Joseph A.1997. Komunikasi Antar Manusia, kuliah Dasar (Edisi Kelima), penerjemah Agus Maulana. Jakarta :Professional Books.

Kasali, Renald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Kriyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Medi Group.

Kurniawan,2001.Semiologi Ronald Barthes. Magelang : Yayasan Indinesiatera. Lee,Monle dan johnson Carla.2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam

Perspektif Global.Jakarta : Prenada Media .

LittleJohn, Stephen W. 1996, Theories of Human Comunication, fifth edition. Thomson Publising Company

Moleong,lexy 1995.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulayana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nuryanto, 1993.Periklanan Surakarta : BPK FISIP UNS Press.

Pateda, Mansoer,2001.Semantik Leksikal, Edisi kedua. Jakarta : Rineka Cipta. Piliang, Yasraf Amir, 2003, Hipersemiotika, Tafsir Kultural Atas Matinya Makna,

Jalasutra, Yogyakarta.

Shimp.Terance A . 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Erlangga Sobur, alx 2004.


(6)

Non Buku :

www.dosen.amikom.ac.id www.gatra.com

www.id.wikipedia.org www.kunci.co.id www.blogtopsites.com


Dokumen yang terkait

REPRESENTASI KREATIVITAS DALAM IKLAN ROKOK A MILD VERSI “GELAR” DI TELEVISI (Studi Semiotik Representasi Kreativitas Dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Gelar” di Televisi).

0 1 125

REPRESENTASI KREATIVITAS DALAM IKLAN ROKOK A MILD VERSI "GELAR" DI TELEVISI (Studi Semiotik Representasi Kreativitas Dalam Iklan Rokok A Mild Versi "Gelar" di Televisi).

2 3 125

“REPRESENTASI CITRA DIRI DALAM IKLAN LA LIGHT S” (Studi Semiotik Representasi Citra Diri dalam Iklan LA Lights Versi “Bersandiwara” di Media Televisi).

1 2 117

PEMAKNAAN IKLAN LA.LIGHTS MENTHOL VERSI “LUKISAN MONALISA DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Pemaknaan Iklan LA. Lights Menthol Versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak).

0 3 74

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK LA LIGHTS (Studi Semiotik Tentang Iklan Rokok LA Lights Indiefest Versi “Saatnya Besarin Musik Loe” di Televisi ).

0 6 97

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK LA LIGHTS (Studi Semiotik Tentang Iklan Rokok LA Lights Indiefest Versi “Saatnya Besarin Musik Loe” di Televisi ) SKRIPSI

0 0 19

PEMAKNAAN IKLAN LA LIGHTS MENTHOL VERSI ”LUKISAN MONALISA” DI MEDIA CETAK (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan L.A Lights Menthol versi “Lukisan Monalisa” di Media Cetak)

0 0 15

REPRESENTASI KETERGANTUNGAN DALAM IKLAN ROKOK L.A LIGHTS VERSI “LULUS SNMPTN TANPA NGE-JOKI” DI MEDIA CETAK ( Studi Semiotik Tetang Representasi Ketergantungan Dalam Iklan Rokok L.A Lights Versi “ Lulus SNMPTN Tanpa Nge-joki ” di Surat Kabar Jawa Pos ).

0 0 19

REPRESENTASI KREATIVITAS DALAM IKLAN ROKOK A MILD VERSI “GELAR” DI TELEVISI (Studi Semiotik Representasi Kreativitas Dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Gelar” di Televisi) SKRIPSI

0 0 19

REPRESENTASI KREATIVITAS DALAM IKLAN ROKOK A MILD VERSI “GELAR” DI TELEVISI (Studi Semiotik Representasi Kreativitas Dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Gelar” di Televisi) SKRIPSI

0 0 19