Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Layanan Informasi dengan CD Interaktif tentang Narkoba untuk Siswa SMA N 1 Bojong Kabupaten Tegal T1 132009083 BAB II

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Layanan Informasi

Dalam buku penataan pendidikan professional konselor dan layanan BK dalam jalur pendidikan formal (DEPDIKNAS, 2008), layanan informasi yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang pandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun media elektronik)

Para siswa memerlukan berbagai informasi yang bersumber dari guru, orang tua, teman sebaya dan lain-lain. Informasi yang diperloeh bermanfaat bagi dirinya, tetapi ada pula informasi yang dimilikinya keliru, kabur, kurang lengkap, dan kurang sistematis sehingga membingungkan para siswa. Maka dari itu layanan informasi mempunyai peranan penting karenan informasi merupakan suatu proses yang dinamis dalam menuju suatu sasaran pengetahuan.

Layanan informasi menurut W.S Winkel dan M. M Sri Hastuti (2004) yaitu suatu komponen dalam bimbingan dan kopnseling yang sekaligus menjadi salah satu layanan bimbingan, komponen ini mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan proses perkembangan remaja. Menurut Purwaningtyas (2009) dikemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi pendidikan dan informasi jabatan, yang dapat dipergunakan


(2)

8 sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan pesera didik.

Definisi layanan informasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan dalam membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang narkoba atau NAPZA yang kerap kali siswa terjerumus didalamnya, sehingga siswa dapat memahami lingkungan hidupnya, mengembangkan cita-cita, siswa terhindar dari narkotika, dan siswa dapat termotivasi memanfaatkan bimbingan dan konseling terutama layanan informasi.

2.2.1 Fungsi Layanan Informasi

Dalam W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) dijelaskan fungsi pelayanan bimbingan di sekolah. Dijelaskan bahwa merujuk pada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional, yang manan pada intinya tujuan itu adalah mencapai perkembangan optimal siswa, sesuai dengan tujuan institusional. Maka hal yang perlu dilakukan lembaga pendidikan pada dasarnya membina tiga hal usaha pokok, yaitu:

1. Pengolahan administrasi. Hal ini dilakukan oleh bidang administrasi dan supervise.

2. Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta ketrampilan melalui program kegiatan intrakulikuler dan nonkulikuler. Hal ini dilakukan oleh bidang pengajaran


(3)

9 3. Pelayayanan khusus kepada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa dan atau menunjang kesejahteraan siswa, seperti pengelola kegiatan ekstrakurikuler, pengadaan koperasi sekolah, pengadaan kantin sekolah, pelayanan perumahan, pengadaan perpustakaan, dan pelayanan bimbingan. Bentuk-bentuk pelayanan ini tercakup dalam istilah pembinaan siswa

bimbingan dan kosneling sebagai salah satu bidang sub bidang dari bidang pembinaan siswa mempunyai funsiyang khas bila dibandingkan dengan sub bidang lain, fungsi dari pelayanan bimbingan memiliki corak yang khas yaitu corak pelayanan bimbingan sebagai bantuan yang bersifat psikis atau psikologis. Tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya sesama manusia mampi mengatur hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan beroedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik secara memuaskan. Dengan demikian, jelaslah bahwa cirikhas dari bantuan melalui pelayanan bimbingan terletak dalam tujuan bantuan itu diberikan, dan dari penjelasan singkat tersebut terungkap apa yang menjadi fungsi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, fungsi itu dapat dirinci atas:

1. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan sekolah; memilih kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi perserta didik disekolah yang bersangkutan;


(4)

10 menentukan program studi lanjutan yang sesuai; merencanakan budang pekerjaan, dan sebagainya.

2. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapinya.

3. Fungsi pengadaptasian. Yaitu fungsi bimbingan sebagai narasumber bagi tenaga pendidik lain

merujuk pada tujuan layanan informasi yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan seklah, bidang pekerjaan dan bidang pekerbangan pribadi sosial, supaya mereka dapat beajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri, maka dapat ditarik kesimpulan fungsi menurut W.S Winkel dan M. M Sri Hastuti (2004) yaitu fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara menempakan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) bahwa fungsi pelayanan BK meliputi:

1. Funsgi pemahaman yang mencakup pemahaman tentang diri siswa

2. Fungsi pencegahan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul.


(5)

11 3. Fungsi pengentasan yang akan menghasilkan terentasnya masalah yang

dialami siswa.

4. Funsgi pemeliharaan dan pengembangan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai petensi positif siswa dalam rangka perkembangan diri.

Merujuk pada tujuan layanan informasi yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentan data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan, bidang perkembangan pribadi sosial, supaya mereka dapat belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya senidiri, maka dapat ditarik kesimpulan fungsi layanan informasi menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) yakni:

1. Fungsi pemahaman, yaitu funsgi layanan BK berupa layaan informasi yang akan menghasilkan pemahaman tentang suatu hal oleh pihak-pihak yang diberi layanan agar siswa dapat berkembang sesuai yang diinginkan.

2. Funsgi pencegahan, yaitu fungsi layanan bimbingan dan konseling berupa layanan informasi yang akan menghasilkan dapat tercegahnya atau terhindarnya permasalahan yang akan mengganggu, menghambat, dan menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangna siswa.

2.2.2 Tipe-Tipe Informasi

Menurut W.S Winkel dan M. M Sri Hastuti (2004) ada tiga tipe dasar inforasmi, yaitu:


(6)

12 1. Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan pra jabatan dari berbagai jenis, memulai dan semua persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.

2. Informasi tentang dunia pekerjaanm yang ada di masyarakat (field of occupation), mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatab (level of occupation), mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai system klasifikasi/jabatan dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan jenis/corak pekerjaan tertentu.

3. Informasi tentang perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mancakup semua data dan fakta dan psikologis bersama dengan hubungan timbale balik antara perkembangan kerpribadian dan pergaulan sosial di berbagai lingkungan masyarakat.

Dari berbagai tipe layanan informasi di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mencakup semua dara dan fakta serta psikologis, bersama dengan hubungan timbale balik antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial di berbagai lingkungan masyarakat.

2.2.3 Tujuan Layanan Informasi

Tujuan layanan informasi menurut W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di


(7)

13 bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi sosial, upaya mereka dapat belajar tentang lingkuangn hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbabagai pengetahuan tentang likungan hidup yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan jabatan, maupun sosial budaya. Menurut Hendarno (2003) tujuan layanan informasi adalah memberikan berbagai keterangan, fakta tentang dunia pendidikan dan dunia kerja kepada siswa agar mempunyai pemahaman/ pengertian yang berul tentang dunianya. Dengan pemahaman yang baik dapat digunakan untuk mengambil keputusan/ menentukan pilihan/

2.2.4 Pedoman Pemberian Layanan Informasi

Menurtu W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) meskipun bentuk bahan informasi banyak, namun staf bimbingan harus menilai apakah isi bahan informasi yang terkandung dalam semua bentuk dan disampaikan oleh semua sumber itu sesuai dengan kebutuhan siswa, maka staf bimbingan perlu mengevaluasi dengan menerapkan pedoman/kriteria sebagai berikut:

1. Bahan informasi harus akurat dan tepat, yaitu menggambarkan keadaan yang nyata dan konkret pada saat bahan itu disusun. Oleh karena itu bahan akan disajikan harus up to date. Seandainya tidak tersedia bahan informasi yang


(8)

14 paling baru, petugasbimbingan harus menyadarkan siswa akan hal itu dan menunjukan bagian-bagian yang sudah tidak berlaku lagi.

2. Bahan informasi harus jelas dalam isi dan cara menguraikan, sehingga pihak pemakai mudah menangkapnya.

3. Bahan informasi harus relevan bagi siswa di jenjang pendidikan tertentu, mengingat kebutuhan pada fase perkembangan tertentu.

4. Bahan informasi harus disajikan secara menarik, sehingga menimbulkan minat siswa utnuk mempeajari dan mengolahnya.

5. Bahan informasi yang disajikan oleh orang-perorangan harus bebas daru segala faktor subjektif yang mengaburkan ketapatan dan kebenaran dari informasi tersebut.

6. Bahan informasi harus berguna dan bermanfaat bagi semua kalangan khususnya siswa di jenjang pendidikan menengah.

2.2.5. Asas Layanan Informasi

Menurut Prayitno (2004), layanan informasi pada umumnya merupakan kegiatan yang diikuti oleh peserta dalam satu forum terbuka. Azas kegiatan mutlak diperlukan, didasarkan pada azas kesukarelaan dan keterbukaan. Azas kerahasian diperlukan dalam layanan diselenggarakan apabila untuk peserta atau konseli khususnya dalam kegiatan informasi yang sangat pribadi.

Jadi azas layanan informasi sebagai kegiatan layanan yang menuntuktketerbukaan dalam kegiatan layanan.


(9)

15 2.3 Multi Media Interaktif

2.3.1 Pengertian Multi Media Interaktif

Menurut Rachmat dan Aphone (2005) multi media berasal dari kata multi (bahasa latin) yang memiliki arti banyak, beraneka ragam dan medium ( Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1992) juga diartikan sebagai suatu alat untuk mendistribusikan dan menyaampaikan informasi. Pengertian multimedia menurut beberapa ahli diantaranya:

Menurut Turban, dkk (2002) merupakan kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, ggrafik, dan gambar. Menurut Robin & Linda (2001), merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, audio, gambar dan animasi. Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstteler (2001) adalah pemanfaatan komputer untuk membuar dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar dan animasi dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Menurut Wahono (2007), merupakan perpaduan antara video, teks, sound, dan gambar untuk menyampaikan pesan kepada public. Menurut Zeemby (2008), multimedia merupakan kombinasi dari data teks, audio, gambar, animasi, video dan interaksi.


(10)

16 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) berupa teks, suara, gambar, grafik, video, interaksi, dll, yang telah dikemas kedalam format digital dan digunakan untuk menyampaikan informasi kepada public.

2.4 CD Interaktif

2.4.1 Pengertian CD (Compact Disk)

Pengertian CD menurut Hari Binuko (2010), adalah sometimes spelled disk (CD) is a small, portabel, round, medium made of moled polymer back audio, video, text, and other information in digital form. Bahwa CD adalah media yang berbentuk bulat kecil, dan mudah dibawa uang tebuat dari polimer (hampirsama seperti disket) untuk perekam elektronik, penyimpan data dan pemutar audio, video dan informasi lain dengan bentuk digital CD.

Selanjutnya menurut Benjamin Mell dan Guillaume Begin dalam Hari Binuko (2010) yaitu a (CD) is an optical disk used to store music anda data by writing data as pits in a reflective layer. Adalah sebuah cakaram optil yang digunakan untuk menyimpan music dan data dengan menulis data pada lubang di lapisan yang memantulkan cahaya.

Sesuai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahawa CD merupakan piringan optikal bersifat padat dalam bentuk bulat yang digunakan sebagai media penyimpanan data secara digital.


(11)

17 2.4.2 Pengertian CD Interaktif

CD interaktif berasal dari dua kata yaitu CD dan Interaktif. CD berasal dari bahasa Inggris yang merupakan singkatan dari Compact Disc, sedangkan interaktif dalam KBBI diartikan sebagai dialog antara komputer dan terminal atau komputer dengan komputer.

Mengutip dari Tim Medikomp (2000), CD interaktif merupakan media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD dengan tujuan aplikasi interaktif didalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program kedalam kepign CD.

Kemudian dalam program tak show e-life style yang didokumentasi oleh metro TV pada tahun 2003, disebutkan bahwa CD interaktif adalah sebuah CD yang berisi menu-menu yang dapat di “klik” untuk menampilkan sebuah informasi tertentu. Dari sini jelas bahwa system interaktif yang dipakai CD interaktif sama persis dengan system navigasi internet, hanya berbeda di sini adalah media yang dipakai oleh keduanya. CD interaktif memakai media off line berupa CD sementara internet memakai media on line.

Menurut Taufiq Zalfikar (2011) CD interaktif merupakan sebuah program interaktif yang dibuat untuk menyampaikan informasi dimanan pengguna (user) dapat menavigasikan program tersebut, karena dalam CD interaktif memiliki


(12)

18 beberapa menu yang berperan sebagau hot spot untuk menampilkan suatu informasi tertentu.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan CD Interaktif

Tentunya CD interaktif memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut Maroebeni (2003) kelebihan dan kekurangan CD Interaktif adalah sebagai berikut:

1. Penggunanya bisa berinteraksi dengan program komputer (software), artinya CD interaktif didesain untuk proses interaksi, tampilan software tersebut terdaoat ikon-ikon yang dapat di “klik” oleh pengguna.

2. Menambah pengetahuan (informasi). Informasi yang dimaksud adalah informasi layanan informasi, artinya software dibuat dengan lebih mengutamakan kemudahan peserta dalam memahami sebuah informasi. 3. Tampilan audio visual yang baik dan menarik, artinya tampilan dan audio

lebih menarik jika dibandingkan dengan media visual 2D lainnya seperti buku, poster, dan sebagainya.

Sedangkan kelemahannya adalah:

1. Medium yang digunakan adalah komputer, masalah lain akan timbul jika sasaran CD interaktif adalah pengguna yang tidak memiliki komputer untuk menjalankan software ini, karena software ini hanya bias dijalankan melalui komputer.

2. Membatasi target audience karena hanya pemakai komputersaja yang dapat mengaksesnya.


(13)

19 3. Pemeliharaanya harus lebih berhati-hati daripada buku (tidak boleh terkena

panas, tertimpa benda berat, dan tergores)

Dari semua keunggulan CD interaktif diatas, menurut Suyanto (2003) diketahui bahwa CD interaktif dapat menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan.

2.4.4 Jenis CD Interaktif

Di Indonesia sudah banyak beredar beragam CD interaktif. Namun dalam penggunaanya dalam dunia pendidikan CD interaktif sangat populer sebagai media pembelajaran, seperti sudah beredar CD interaktif untuk siswa SD yang menjelaskan tentang organ-organ tubuh, dan belajar tokoh pewayangan, dan lain sebagainya.

Menurut Suyanto (2003), ada beberapa jenis web design atau CD interaktif yang dikelompokan sesuai tujuannya yaitu (1) alat pemasaran, (2) nilai tambah, (3) catalog, (4) E-Learning, (5) Komunitas, (6) portal, dan (7) personal. Pengembangan media CD interaktif dalam penelitian ini akan menggunakan jeni E-Learning yang menurut Suyanto (2003) merupakan sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan.

Menurut Cisco dalam suyanto (2002) menjelaskan filosofi E-learning sebagai berikut: pertama E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan. Kedua E-learning menyediakan seperangkat alat yang


(14)

20 dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, E-lerning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan tkonologi pendidikan. Ke empat, kapasitas siswa dalam menguasai bahan yang disampaikan lewat E-learning amat bervariasi, tegantung bentuk, isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar semakin baik penguasaan siswa yang pada gilirannya akan memberikan hasil baik.

Untuk menghasilkan E-learning yang menarik dan diminati, Onno (2002) mensyaratkan tiga hal wajib yang harus dipenuhi yaitu sederhana, personal, dan cepat. System yang sederhana akan memudahkan pengguna memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan akan mengurangi kebutuhan untuk penganalan system E-learning itu sendiri sehingga waktu belajar dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan beajar menggunakan system E-learning. Syarat personal berarti bahwa pengajaran dapat dengan baik seperti layaknya guru berkomunikasi dengan siswa, dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan komputer. Layanan ini juga ditunjang dengan kecepatan respon terhadap kebutuhan peserta didik sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.


(15)

21 2.4.5 Elemen-Elemen Perancang CD Interaktif

Membuat halaman CD interaktif tak ubahnya membuat halaman web karena memang secara umum halaman web sama dengan halaman CD interaktif, hanya medianya saja yang berbeda. Dengan demikian hanya kaidah-kaidah yang ada pada CD interaktif dan web adalah sama

Seorang desainer menggunakan elemen-elemen pokok agar sebuah desain dapat secara efektif dapat menyampaikan tujuannya. Menurut Oetomo (2001) elemen-elemen yang digunakan tersebut antaralain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi, dan fotografi. Sedangkan menurut Maroebeni (2001) menyatakan, ada 10 unsur yang dapat digunakan untuk merancang sebuah halaman CD interaktif yang cantik dan artistic, yaitu huruf, warna, gambar, model kartun, foto, animasi, tiga dimensi, bentuk-bentuk geometri, tekstur, dan manusia.

Dari beberapa pendapat tersbut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa elemen yang sangat vital dalam proses perancangan sebuah CD interaktif dan efektif diantaranya, tipografi yaitu : background, huruf (font) serta memasukan simbolisme, warna, fotografi, animasi, dan tema.

2.4.6 Prinsip-Prinsip Desain CD Interaktif / Web Deisgn

Menurut Suyanto (2002), prinsip utama sebuah desain adalah kualitas atau karakteristik bawaan dalam berbagai bentuk seni, seperti keseimbangan, kontras konsistensi, ruang kosong, dan lain sebagainya.


(16)

22 Keseimbangan dalam hal desain web adalah aturan dari kekontrasan visual. Ketika menyusun elemen dalam suatu media, maka yang harus dipertimbangkan adalah bobot visual dari suatu media, maka yang harus dipertimbangkan adalah bobot visual dari setiap elemen. Bobot elemen biasanya dapat lebih dikenali dari ukuran objek dan kedapatan detil atau tekstur. Bila kekontrasan antar elemen terlalu besar, keserasian dan keseimbangan akan hilang.

Hubungan antara proporsi dan ukuran harus benar-benar dipertimbangkan. Setiap objek dalam halaman harus terlihat serasi dalam kesatuan yang saling menghubungkan makna. Ada tiga jenis keseimbangan, yaitu:

a. Keseimbangan Simetris. (formal)

Keseimbangan simetris mempunyai elemen yang bobotnya sama pada dua sisi dari garis vertical dalam satu layer. Tata letak simetris ini menghasilkan desain yang statis dan terkesan formal, sederhana mudah pembuatannya tetapi membosankan dan kurang menarik.

b. Keseimbangan Asismetris. (Informal)

Keseimbangan asimetris mempunyai elemen yang tidak sama bobotnya pada dua sisi dari garis vertical layer. Tata letak desainnya tampak lebih dinamis karena adanya ruang kosong. Keseimbangan asimetris menumbuhkan kesan santai dan kasual. Desainer harus menentukan layout dengan teliti untuk menciptakan kesan bahwa desain itu seimbang. Untuk membuat desain yang seimbang dalam keseimbangan asimetris ini, perlu memperhatikan beberapa


(17)

23 faktor yaitu, (1) warna, yang dapat menjadi penyeimbang antara objek yang besar dengan objek yang lebih kecil. (2) Bentuk, di mana objek memiliki kesan datar namun memiliki detil-detil yang lebih teliti. (3) posisi, di mana dengan menempatkan objek yang dominan pada posisi agak ke tengah akan terlihat seimbang dengan area dan objek yang lebih kecil pada lawan arahnya.

2. Kontras

Kontras mudah dipahami dengan melihat dari dua objek yang berkainan sehingga tampilan desain berkesan menonjol dan menarik perhatian. Pemberian kontras pada suatu objek haruslah kontras positif, karena jika kontras yang diberikan negative maka objek akan menjadi samar-samar, bahkan tidak telihat karena warna terserap background.

3. Konsistensi

Konsistensi membuat pengguna merasa nyaman karena dapat menjelajah media atau situs dengan mudah. Ketika pengguna melakukan penjelajahan dengan membuka jendela baru maka pengguna akan langsung tahu ke mana harus pergi dan huga tahu sedang berada dimana.

Konsistensi dapat diterapkan pada margin, layout, huruf, warna, dan terutama tombol navigasi. Navigasi sebaiknya hanya satu hingga tiga jenis, sementara untuk warna gunakan tiga sampai empat jenis warna.


(18)

24 4. Ruang Kosong.

Ruang kosong atau whitespace biasanya disebut dengan ruang negative, yaitu suatu isitilah yang menggambarkan suatu ruangan terbuka diantara elemen-elemen desain. Ruang kosong memisahkan atau menyatukan elemen-elemen-elemen-elemen layout, menegaskan sebuah elemen, atau sebagai tempat istirahat bagi mata. 2.4.7 Kriteria CD Interaktif/ Web Design Yang Baik

1. Usability

Menurut Neilsen (2002), usability meilbatkan pertanyaan dapatkah user menemukan cara untuk menggunakan aplikasi tersebut dengan efektif. Atau, usability adalah sebagai pengalaman pengguna dalam berintaraksi dengan aplikasi sampai pengguna dapat mengoperasikannya dengan mudah dan cepat.

Aplikasi harus memenuhi lima syarat untuk mencapai tingkat usability yang ideal, antara lain:

a. Mudah Untuk Dipelajari

Istimewakan bagian-bagian dari isi aplikasi suatu halaman web desain atau CD interaktif.

b. Efisien dalam penggunaan

Jangan menggunakan tombol navigasi terlalu banyak. Sediakan seperlunya dan hantarkan pengguna untuk mencapai informasi yang diperlukan dengan cepar dan mudah.


(19)

25 c. Mudah untuk diingat.

Jika sebuah CD interaktif sudah jadi, sebaiknya tidak melakukan perubahan 100%, jika diharuskan menerbitkan edisi selanjutnya maka desainer perlu membuat desain yang mencirikan desain pertama.

d. Tingkat kesalahan rendah

Hindari link atau tombol navigasi tidak berfungsi. 2. Sistem Navigasi (struktur)

Navigasi membantu pengunjung untuk menemukan jalan yang mudah ketika mengoperasikan aplikasi, yang pada intinya dalam sebuah desain web atau CD interaktif berisikan tombol untuk menunjukan arah, atau tindakan yang harus pengguna lakukan.

Navigasi dapat ditampilkan dalam berbagai media, yaitu teks, image, ataupun animasi. Untuk navigasi teks, beri tanda bahwa itu adalah navigasi misalnya teks diberi warna merah atau dengan menggunakan beberapa efek yang tesedia dalam software pembuat web design atu CD interaktif. Oleh karena perannya yang sangat vital, maka tombola tau navigasi harus memenuhi syarat-syarat yaitu mudah dipelajari, tetap konsisten, memungkinkan feedback, muncul dalam konteks, menawarkan alternative lain, memerlukan perhitungan waktu dan tindakan, menyediakan pwsan visual yang jelas, menggunakan label yang jelas, dan mudah dipahami serta mendukung tujuan perilaku server.


(20)

26 3. Graphic Design ( Desain Visual)

kepuasan visual seseorang secara subjektif meibatkan bagaimana desainer membawa mata user menikmati dan menjelajahi aplikasi melalui layout, warna, bentuk, dan tipografi. Grafik membuat halaman menjadi indah tetaoi bisa memperlambat akses karena semakin bersanya grafik yang di load dan semakin bersarnya file yang dimasukan.

Desain yang baik setidaknya memiliki komposisi warna yang baik dan konsisten, teks mudah untuk di baca penggunaan grafik yang memperkuat isi teks, dan secara keseluruhan membentuk suatu pola yang harmonis.

4. Contens

Sebaik apapun web design atau CD interaktif secara adesain grafis, tanpa konten yang berguna dan bermanfaat maka akan kurang berarti. Konten yang baik akan menarik, relevan, dan pantas untuk target audience aplikasi tersebut. Gaya penulisan dan bahasa yang digunakan harus sesuai dengan target pengguna. Hindari kesalahan dalam penulisan, termasuk tatabahasa dan tanda baca, di setiap halaman, judul, dan headernya.

Konten harus berisi dengan data yang ter up to date, sehingga pengguna juga memiliki informasi yang terbaru dan sesuai dengan keadaan situasi pada era itu. Dalam memasukan sebuah data perlu dimasukan atau disertakan penjelasan pendukung seperti menyertakan daftar refrensi.


(21)

27 Jika konten yang berbentuk multimedia, usahakan berhubungan dengan isi aplikasi. Misalkan video, hindari kesalahan yang fatal seperti tidak sinkronnya visual dengan sound.

5. Compability

Aplikasi multimedia mempertimbangkan jenis perangkat apa yang akan digunakan, multimedia harus kompatibel dengan bebagai perangkat, hindari terjadinya crash ketika pengguna akan menggunakan aplikasi tersebut.

6. Accesibility

Aplikasi multimedia harus bisa digunakan oleh siapapun yang membutuhkannya. Ada berbagai hambatan yang ditemukan dari sisi pengguna untuk bisa menikmati aplikasi tersebut. Seorang desainer harus mempertimbangkan masalah tersebut dan segera memberikan solusi yang terbaik.

Untuk hambatan fisik, bagaimana memaksimalkan penggunaan konten ketika satu atau lebih indra dimatikan atau dikurangi kerjanya, terutama untuk pengguna dengan kekurangan indra penglihatan. Pengguna yang mempunyai keterbatasan pengelihatan, kesulitan utama terletak pada ukuran teks, atau hal lain, hingga tidak dapat membacanya.

7. Interactivity

Bebagai jenis media yang mengharuskan penggunanya berinteraksi, maka desainer harus membuat format yang menegaskan interaktif dalam sebuah aplikasi. Interaktivitas adalah apa yang melibatkan pengguna dengan aplikasi


(22)

28 tersebut. Dasar dari interaktivitas adalah hyperlink (link), dan mekanisme feed back.

Gunakan hyperlink untuk membawa pengguna ke suatu hal yang menunjang isi konten lebih dalam dan mendetail seperti memutar sebuah video atau sebagainya. Sedangkan untuk mekanisme feedback, contohnya adalah seperti quis yang mengharuskan pengguna menjawabnya dengan benar. Elemen-elemen interaktivitas aplikasi tersebut akan membuat pengunjung menjadi lebih sering kembali menggunakan aplikasi tersebut. Fungsi-fungsi terdapat pada elemen interaktivitas harus bersifat positif, dan harus berfungsi dengan baik.

2.5 Narkotika

2.5.1 Penggunaan Istilah 1. NAPZA

Menurut Supramanto (2001), NAPZA berasal dari kata narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain. NAPZA sering disebut juga zat proaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan dan pikiran.

NAPZA merupakan bahan/ zat/ obat-obatan yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak yaitu susunan saraf otak. Sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena telah terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.


(23)

29 Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sector pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial

2. NARKOBA

Narkoba berasal dari kata narkotika, psikotropika dan bahan adiktif. Istilah terbaru muncul akhir-akhir ini adalah NAPZA yaitu narkootika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Apapun isitilahnya bentuk barang dari masing-masing arti adalah sama.

Menurut Dirjosisworo (2000), narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang selanjutnya dibedakan kedalam golongan-golongan yaitu (1) golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, (2) golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihatn terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan tidak bertujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, (3) golongan III, adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi


(24)

30 dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

3. Psikotropika (UU NO 35 Tahun 2009)

psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang bersifat psiko-aktif melalui selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi 4 yaitu:

a. Psikotropika Golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan uintuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

b. Psikotropika Golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan sera mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

c. Psikotropika Golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobaran dan banyak digunakan dalam terapu dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengkibatkan sindroma ketergantungan. d. Psikotroipika Holongan IV, adalah psikotropika yang berkasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan


(25)

31 d. Zat Adiktif

Zat adiktid adalah bahan kimia atau sesuatu baik dalam keadaan tunggal maupun campuran yang bersifat memancarkan radiasi, mudah meleak, mudah menyala atau terbakar. Bahan berbahaya diklasifikasikan dalam empat kelas, yaitu:

a. Kelas I, yaitu dapat menimbulkan bahaya fatal dan secara langsung atau tidak langsung karena sulit penanganannya dan pengamanannya.

b. Kelas II, yaitu bahan mudah meledak karena gangguan mekanik c. Kelas III, yaitu bahan bersifat antagenik dan matagenik

d. Kelas IV, yaitu bahan korosif sedang dan lemah.

Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakitendemic dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulangkali kambuh dan merupakan proses gangguan mental adiktif. Zat-zat yang tergolong narkotika dalam undang-undang narkotika no 35 tahun 2009 di Indonesia yang paling dilarang untuk disalah gunakan adalah ganja, morphine, heroine, dan kokain. Menurut efek yang dihasilkan psikotropika dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

a. Golongan Psikodesleptika, yaitu asam lisergik dietil-amida/LSD, meskalina, psilosibina, dan zat lain yang khasiatnya serupa

b. Golongan Stimulainsia, yaitu amphetamine dan turunannya ( ecstasy, shabu) dan zat lain yang sifatnya serupa.


(26)

32 c. Golongan Sedative/ Hypnotika yaitu nitrazepam, barbiturate dan persenyawaan serta zat lain yang khasiatnya serupa.

d. Golongan Ansiolitika (anti cemas) dan zat lain yang khasiatnya serupa. 2.5.2 Berbagai dampak Narkoba

Perlu diingat narkoba telah digunakan selama berabad-abad setelah peradaban manusia. Narkoba digunakan untuk mengpbati penyakit, sebagai bagian dari ritual keagamaan, dalain-lain. Segala sesuatau yang digunakan secara berlebihan akan tidak akan berdampak baik. Pada awal penggunaan narkoba, saat narkoba masih digunakan sesekali dalam dosis yang kecil masih belum ada dampak yang berarti.

Tetapi dengan berjalannya waktu, serta bertambahnya doseis penggunaa dan apalagi ditambah adanya kebiasaan di kalangan para pecandu untuk menggunakan jenis narkoba berbeda (polydrug use) dan mencampur narkoba yang berlawanan jenis untuk mendapatkan efek yang berbeda (mixing drugs) maka bertambah rumit dan kompleks pula dampak yang akan muncul.

Dampak dari obat-obatan sangat beragam dan berbantung pada beberaoa faktor yaitu usia, jenis zat, cara menggunakan, dan lama penggunaa. Dampak obat-obatan beragam karena zat yang terkandung di dalam setiap obat atu narkotika juga sudah berbeda, menurut Arif Suherman (2003) adiksi terhadap narkotika berdampak tidak hanya pada aspek fisik dan mental seseorang tetapi juga pada keadaan emosional, fsm spiritual yang bersangkutan.


(27)

33 Adaptasi biologis tubuh manusia terhadap penggunaan narkoba untuk jangka panjang bisa dibilang cukup ektensif, terutama dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh manusia bahakan dapat berubah bergitu banyak hingga sel-sel dan organ tubuh menjado tergantung [ada obat tersebut. Namun bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin aka nada kelebihan suatu jenis anzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu dan secara otomatis tubuh akan menyeimbangkan kondisi yang sedang terjadi dan gejala ini biasa disebut dengan Gejala Putus Obat (GPO.

GPO merupakan momok tersendiri bagi para pengguna narkoba. Ketakutan itu berupa rasa sakit ketika pengguna mengalami GPO yang sangat tidak mengenakan dan ini salah satu alasan mengapa pengguna sangat sulitterlepas dari narkoba. Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berkir dengan ketaup jantung yang bocor, paru-paru yang keropos, dan liver yang rusak, belum lagi kerusakan fisik akibat infeksi virus (HIV dan Hepatitis C) yang umum diderita oleh pecandu yang menggunakan jarum suntik.

2. Dampak Mental

Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental, ketergantungan mental ini lebih sulit untuk dipulihkan daripada ketergantungan fisik.


(28)

34 Ketergantungan yang dialami secara fisik akan selesai jika GPO terlewati, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, didalam bentuk yang dikenal dengan isitilah sugesti.

Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw itu bersifat fisik dan merupakan munculnya keinginan utnuk kembali menggunakan narkoba, sugesti ini tidak mudah hilang setelah pengguna tidak lagi mengkonsumsi narkoba.

Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif komplusif, serta tindakan implusif. Pikiran pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-satunya yang ada dalam pikiranya, pecandu aklan menggunakan segala cara untuk memikirkan cara tercepat untuk mendapatkan narkoba, tetapi pecandu tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukan seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena perilakunya selalu impusive.

Pecandu juga selalu berfikir dan berperilaku kompusif, dalam artian pecandu selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, bisa dikatakan bahwa dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunannya, teruatama yang sudah dalam tahap kecanduan ini semua membuktikan bahwa adiksi adalah penyakit yang berbahaya.


(29)

35 saat menggunakan narkoba perasaan (mood) serta emosi seseorang juga ikut berpengaruhm salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan mood dan oleh karena narkoba dapat merubah mood seseorang lebih ekstim atau sebaliknya. Jenis-jenis narkotika tertentu terutama alcohol dan jenis-jenis narkotika yang termasuk dalam kelompok uppers seperti shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan pada pengguna, dan seringkali mengakibatkan timbulnya kekerasan terutama jika seseorang tersbut pada dasarnya memang orang yang ber emosi tinggi.

Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja, suatu saat tampaknya terlihat baik, namun dibawah pengaruh narkoba beberapa saat kemudian orang tersebut berubah menjadi orang yang sangat agresif. Saat seorang telah menjadi pecandu, ada suatu kepribadian yang muncul yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian jinkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal yang terpenting dalam hidupnya adalan bagaimana cara agat pecandu mendapatkan narkoba.

4. Dampak Spiritual

Adiksi terhadap narkoba membuat seorang pecandu menjadikan narkoba sebagai prioritas utama dalam kehidupannya. Narkoba adalah pusat kehidupan dan semua hal lain dalam hidupnya tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba dan selalu menaruh kepentingan untuk menggunakan narkonba di atas segala-galanya. Ketika seseorang menjadi pencandum akan mengalami perubahan


(30)

36 perilaku dalam hidup, pecandu tidak lagi melakukan hobi-hobinya, atu jika sebelum pecandu menggunakan narkoba sering rajin beribadah, namun setelah menggunkan narkoba pecandu tidak akan melakukan ibadah.

Ini menyebabkan pencandu seringkali hidup terisolir, pecandu memilki dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dan dunia luar yaitu dunia yang tidak ada hubungannya dengan narkoba, pecandu akan menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya, dan akan mencari teman-teman lain yang samaa-sama mengetahui kondisi pecandu. Secara spiritual narkoba adalah pusat hidup pecandu dan bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan, adiksi terhadap nakoba membuat pengguna narkoba menjadi jauh lebih baik penting, daripada keselamatan dirinya sendiri.

5. Kerusakan Otak

Pengertian kerusakan otak disini adalah otak yang tidak lagi bekerja seuai fungsinya. Penggunaan obat-obatan sangat jelas akan menimbulkan kerusakan otak apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama serta penggunaan lebih dari satu jenis ataupun dicampur dengan alcohol. Penggunaan obat-obatan akan merubah system kerja syaraf pusat (CNS: Central Nerveous System)

Jenis narkotika uppers membuat kerja otak seperti dipacu kerjanya yang dapat menimbulkan kerusakan permanen, jenis downers bekerja untuk memperlambat kerja otak menjadi lamban, dan untuk jenis all arounders merubah sinyal yang diterima otak, dan dari keseluruhannya tersebut dapat berpotensi menyebakan


(31)

37 kerusakan otak secara permanen, apalagi penggunaan narkoba dicampur dengan norkoba lain.

6. Retardasi

Retardasi sering dikaitkan dengan keterbelakngan mental, seperti berbagai dampak yang telah diuraikam diatas memang secara fisik mungkin tidak terlalu tampak, namun ketiga aspek lainya sudah sangat terpengaruh bahkan seringkali dikatakan bahwa pencandu akan mengalami gangguan perkembangan mental pada saat pecandu muli menggunakan obat-obatan tersebut.

Maisalnya, seorang pecandu memakai narkoba saat usia 16 tahun, maka perkembangan mentalnya berhenti pada usia 16 tahun meskipun saat pecandu masuk kedalam rehabilitasi dan telah berusia 26 tahun. Bisa dikatakan pecandu mengalami retardasi mental, emosional, dan spiritual. Memang keadaanya tidak terlihat bahkan secara fisik, karene memiliki karakteristik fisik yaitu Mongolian face, tetapi tetap saja ini membuat pecandu tidak dapat berfungsi sebagai manusia yang seutuhnya.

2.4.4 Upaya-Upaya Pencegahan

Menurut sudarsono (2012)m oencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dilakukan sedini mungkin melalui tindakan-tindakan yang bijaksana setelah mengetahui sebab-sebab penyalahgunaan narkotika yang sebagaian besar dilakukan oleh kaum remaja. Di samping itu perlu diungkapkan sebab-sebab munculnya para pengedar narkoba serta beberapa sebab yang erat kaitanya dengan bidang sosial,


(32)

38 ekonomi, cultural, dan mental. Kemudian perlu dipahami akibat-akibat negative yang membahayakan bagi perilakuknya serta dampaknya yang pastimerugikan dan meresahkan kehidupan masyarakat. Secara global pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat dilakukan dengan cara moralistic dan abolisionik. Cara moralistic dalam usaha mencegah penyalahgunaan narkoba adalah menitik beratkan pada permbinaan moral dan mental anak remaja. Dalam hl ini kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan member pembinaan agama. Sedangkan cara abolisionik dalam usaha mencegah penyalahgunaan narkoba oleh kaum remaja adalah mengurangi, bahkan untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendorong para remaja menyalahgunakan narkoba. Dewasa ini yang tidak kalah pentingnya ialah meningkatkan usaha untuk memperkecil faktor-faktor yang membuat para remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba yaitu seperti broken home, atau quasi home, frustasi, pengangguran, dan kurangnnya sarana informasi tentang narkoba bagi remaja.

Upaya pencegahan menurut Herlina (2011) mengemukakan 10 cara upaya mencegah narkoba diantaranya membangun kehidupan remaja, tata tertib masyarakat, menghargai diri sendiri dan percaya diri, membina hubungan dengan sesama, perasaan stess dan masalahm, mengapa orang memakai narkoba, penyalahgunaan narkoba, fakta dan resiko, menangkal perilaku seks beresiko, dan menangkal kekerasan.


(1)

33 Adaptasi biologis tubuh manusia terhadap penggunaan narkoba untuk jangka panjang bisa dibilang cukup ektensif, terutama dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh manusia bahakan dapat berubah bergitu banyak hingga sel-sel dan organ tubuh menjado tergantung [ada obat tersebut. Namun bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin aka nada kelebihan suatu jenis anzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu dan secara otomatis tubuh akan menyeimbangkan kondisi yang sedang terjadi dan gejala ini biasa disebut dengan Gejala Putus Obat (GPO.

GPO merupakan momok tersendiri bagi para pengguna narkoba. Ketakutan itu berupa rasa sakit ketika pengguna mengalami GPO yang sangat tidak mengenakan dan ini salah satu alasan mengapa pengguna sangat sulitterlepas dari narkoba. Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berkir dengan ketaup jantung yang bocor, paru-paru yang keropos, dan liver yang rusak, belum lagi kerusakan fisik akibat infeksi virus (HIV dan Hepatitis C) yang umum diderita oleh pecandu yang menggunakan jarum suntik.

2. Dampak Mental

Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental, ketergantungan mental ini lebih sulit untuk dipulihkan daripada ketergantungan fisik.


(2)

34 Ketergantungan yang dialami secara fisik akan selesai jika GPO terlewati, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, didalam bentuk yang dikenal dengan isitilah sugesti.

Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw itu bersifat fisik dan merupakan munculnya keinginan utnuk kembali menggunakan narkoba, sugesti ini tidak mudah hilang setelah pengguna tidak lagi mengkonsumsi narkoba.

Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif komplusif, serta tindakan implusif. Pikiran pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-satunya yang ada dalam pikiranya, pecandu aklan menggunakan segala cara untuk memikirkan cara tercepat untuk mendapatkan narkoba, tetapi pecandu tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukan seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena perilakunya selalu impusive.

Pecandu juga selalu berfikir dan berperilaku kompusif, dalam artian pecandu selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, bisa dikatakan bahwa dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunannya, teruatama yang sudah dalam tahap kecanduan ini semua membuktikan bahwa adiksi adalah penyakit yang berbahaya.


(3)

35 saat menggunakan narkoba perasaan (mood) serta emosi seseorang juga ikut berpengaruhm salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan mood dan oleh karena narkoba dapat merubah mood seseorang lebih ekstim atau sebaliknya. Jenis-jenis narkotika tertentu terutama alcohol dan jenis-jenis narkotika yang termasuk dalam kelompok uppers seperti shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan pada pengguna, dan seringkali mengakibatkan timbulnya kekerasan terutama jika seseorang tersbut pada dasarnya memang orang yang ber emosi tinggi.

Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja, suatu saat tampaknya terlihat baik, namun dibawah pengaruh narkoba beberapa saat kemudian orang tersebut berubah menjadi orang yang sangat agresif. Saat seorang telah menjadi pecandu, ada suatu kepribadian yang muncul yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian jinkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal yang terpenting dalam hidupnya adalan bagaimana cara agat pecandu mendapatkan narkoba.

4. Dampak Spiritual

Adiksi terhadap narkoba membuat seorang pecandu menjadikan narkoba sebagai prioritas utama dalam kehidupannya. Narkoba adalah pusat kehidupan dan semua hal lain dalam hidupnya tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba dan selalu menaruh kepentingan untuk menggunakan narkonba di atas segala-galanya. Ketika seseorang menjadi pencandum akan mengalami perubahan


(4)

36 perilaku dalam hidup, pecandu tidak lagi melakukan hobi-hobinya, atu jika sebelum pecandu menggunakan narkoba sering rajin beribadah, namun setelah menggunkan narkoba pecandu tidak akan melakukan ibadah.

Ini menyebabkan pencandu seringkali hidup terisolir, pecandu memilki dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dan dunia luar yaitu dunia yang tidak ada hubungannya dengan narkoba, pecandu akan menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya, dan akan mencari teman-teman lain yang samaa-sama mengetahui kondisi pecandu. Secara spiritual narkoba adalah pusat hidup pecandu dan bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan, adiksi terhadap nakoba membuat pengguna narkoba menjadi jauh lebih baik penting, daripada keselamatan dirinya sendiri.

5. Kerusakan Otak

Pengertian kerusakan otak disini adalah otak yang tidak lagi bekerja seuai fungsinya. Penggunaan obat-obatan sangat jelas akan menimbulkan kerusakan otak apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama serta penggunaan lebih dari satu jenis ataupun dicampur dengan alcohol. Penggunaan obat-obatan akan merubah system kerja syaraf pusat (CNS: Central Nerveous System)

Jenis narkotika uppers membuat kerja otak seperti dipacu kerjanya yang dapat menimbulkan kerusakan permanen, jenis downers bekerja untuk memperlambat kerja otak menjadi lamban, dan untuk jenis all arounders merubah sinyal yang diterima otak, dan dari keseluruhannya tersebut dapat berpotensi menyebakan


(5)

37 kerusakan otak secara permanen, apalagi penggunaan narkoba dicampur dengan norkoba lain.

6. Retardasi

Retardasi sering dikaitkan dengan keterbelakngan mental, seperti berbagai dampak yang telah diuraikam diatas memang secara fisik mungkin tidak terlalu tampak, namun ketiga aspek lainya sudah sangat terpengaruh bahkan seringkali dikatakan bahwa pencandu akan mengalami gangguan perkembangan mental pada saat pecandu muli menggunakan obat-obatan tersebut.

Maisalnya, seorang pecandu memakai narkoba saat usia 16 tahun, maka perkembangan mentalnya berhenti pada usia 16 tahun meskipun saat pecandu masuk kedalam rehabilitasi dan telah berusia 26 tahun. Bisa dikatakan pecandu mengalami retardasi mental, emosional, dan spiritual. Memang keadaanya tidak terlihat bahkan secara fisik, karene memiliki karakteristik fisik yaitu Mongolian face, tetapi tetap saja ini membuat pecandu tidak dapat berfungsi sebagai manusia yang seutuhnya.

2.4.4 Upaya-Upaya Pencegahan

Menurut sudarsono (2012)m oencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dilakukan sedini mungkin melalui tindakan-tindakan yang bijaksana setelah mengetahui sebab-sebab penyalahgunaan narkotika yang sebagaian besar dilakukan oleh kaum remaja. Di samping itu perlu diungkapkan sebab-sebab munculnya para pengedar narkoba serta beberapa sebab yang erat kaitanya dengan bidang sosial,


(6)

38 ekonomi, cultural, dan mental. Kemudian perlu dipahami akibat-akibat negative yang membahayakan bagi perilakuknya serta dampaknya yang pastimerugikan dan meresahkan kehidupan masyarakat. Secara global pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat dilakukan dengan cara moralistic dan abolisionik. Cara moralistic dalam usaha mencegah penyalahgunaan narkoba adalah menitik beratkan pada permbinaan moral dan mental anak remaja. Dalam hl ini kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan member pembinaan agama. Sedangkan cara abolisionik dalam usaha mencegah penyalahgunaan narkoba oleh kaum remaja adalah mengurangi, bahkan untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendorong para remaja menyalahgunakan narkoba. Dewasa ini yang tidak kalah pentingnya ialah meningkatkan usaha untuk memperkecil faktor-faktor yang membuat para remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba yaitu seperti broken home, atau quasi home, frustasi, pengangguran, dan kurangnnya sarana informasi tentang narkoba bagi remaja.

Upaya pencegahan menurut Herlina (2011) mengemukakan 10 cara upaya mencegah narkoba diantaranya membangun kehidupan remaja, tata tertib masyarakat, menghargai diri sendiri dan percaya diri, membina hubungan dengan sesama, perasaan stess dan masalahm, mengapa orang memakai narkoba, penyalahgunaan narkoba, fakta dan resiko, menangkal perilaku seks beresiko, dan menangkal kekerasan.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemetaan Konsepsi Siswa tentang Elastisitas T1 192013702 BAB II

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsepsi Siswa tentang Hidrostatis T1 192011701 BAB II

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Layanan Informasi dengan CD Interaktif tentang Narkoba untuk Siswa SMA N 1 Bojong Kabupaten Tegal

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Layanan Informasi dengan CD Interaktif tentang Narkoba untuk Siswa SMA N 1 Bojong Kabupaten Tegal T1 132009083 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Layanan Informasi dengan CD Interaktif tentang Narkoba untuk Siswa SMA N 1 Bojong Kabupaten Tegal T1 132009083 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Layanan Informasi dengan CD Interaktif tentang Narkoba untuk Siswa SMA N 1 Bojong Kabupaten Tegal T1 132009083 BAB V

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tengaran T1 BAB II

0 0 36

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Cara Perawatan Pengguna Narkoba Selama Proses Rehabilitasi T1 BAB II

0 1 28

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja pada Siswa LakiLaki Kelas X SMA N 1 Ampel Kabupaten Boyolali T1 BAB II

0 0 18

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif

0 0 26