Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 292008513 BAB II

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk hasil belajar, pembelajaran IPS, minat belajar, dan metode pembelajaran “Mind Mapping”. 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar

Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002), merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

Proses belajar mengajar merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Hal ini mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010).

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan.kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.


(2)

Menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Sehingga menggambarkan bahwa setiap orang diharapkan akan menjadi individu yang lebih baik setelah melalui proses belajar. Begitu pula dengan dalam kegiatan belajardan mengajar, setelah mengalami belajar siswa beruabah perilakunya disbanding sebelumnya.

Klasifikasi hasil belajar Bloom menurut kajian dari Suprijono (2009) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Pernyataan tentang tingkat keberhasilan siswa sebagai hasil kegiatan belajar, biasanya dilihat dari kemampuan kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan ingatan yang dimiliki baik yang berasal dari pengalaman maupun proses pembelajaran yang telah dilakukan, kemampuan psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan dan bakat yang dimiliki masing.masing siswa, dan kemampuan afektif yang berhubungan dengan sikap dan perilaku siswa dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Seluruh kemampuan tersebut digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi para siswa.

Definisi hasil belajar terkait dengan penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang berupa nilai tes, yang mengukur kemampuan kognitif para siswa. Siswa dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Khususnya dalam aspek kognitif yang menuntut pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa. Untuk mengukur hasil belajar teknik yang biasa digunakan oleh guru adalah teknik tes. Teknik tes dapat berupa tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes


(3)

perbuatan. Pada akhirnya guru dapat mengetahui hasil belajar para siswa dari nilai yang mereka peroleh setelah mengikuti tes.

2.1.2 Pembelajaran IPS 1) Hakikat IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu.ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang.cabang ilmu.ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang.cabang ilmu.ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial (Diah, 2006).

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan yang berkenaan dengan manusia dan masyarakat disekitarnya. Mempelajari bagaimana manusia berhubungan santun dengan yang lainnya berdasarkan proses memadukan konsep dan bahan kajian lama yang bersumber pada nilai.nilai tradisi dengan konsep dan bahan kajian yang baru.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep.konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran (Diah, 2007).

Konsep dalam IPS merupakan bahan kajian utama untuk menelaah berbagai berbagai masalah sosial yang kita hadapi dalam kehidupan sehari.hari. Dengan menggunakan berbagai konsep ilmu sosial untuk memecahkan masalah sosial, yang pada akhirnya dapat kita gunakan untuk mengambil keputusan tentang bagaimana hasil penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.

Pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan siswa mengembangkan nilai.nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan (Supriatna, 2007).


(4)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan mata pelajaran lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip.prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau kemasyarakatan untuk mencapai tujuan.tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat persekolahan (Sardiman, 2004).

Sesuai dengan uraian diatas bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sangat erat kaitannya dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan interaksi dengan sekitarnya. Dengan keterpaduan dari konsep.konsep sosial tersebut, maka pengertian anak dapat lebih mendalam dan minat anak akan meningkat. Sehingga dapat menjadi bekal untuk mereka ketika masuk dalam masyarakat sosial dalam lingkungan di sekitarnya dengan tetap berdasarkan pada prinsip.prinsip yang telah didapatkannya.

2) Tujuan IPS

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

1. Mengenal konsep.konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai.nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari.hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program.program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

Tujuan dari pembelajaran IPS adalah pembelajaran dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya dapat


(5)

mengembangkan kepekaan mental, sikap belajar dan keterampilan dalam menjalani kehidupan ini. Pendidikan IPS dapat digunakan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga dan dapat membawa berbagai dampak yang luas.

Berdasarkan teori.teori mengenai pembelajaran IPS diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang memiliki pendekatan dalam hal.hal yang berkenaan dengan hubungan antar manusia tentang proses yang memfasilitasi dan segala yang diakibatkannya. Digunakan untuk mengenal fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, dan mempelajari bagaimana manusia berhubungan dengan santun dengan yang lainnya baik dalam tatanan lokal maupun dalam konteks global.

2.1.3 Hakikat Minat Belajar 1.) Hakikat Minat Belajar

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2003).

Minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas dapat kita lihat ketika antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat tinggi. Baik dalam memberikan pertanyaan ketika penjelasan yang diberikan oleh guru kurang jelas, aktif dalam aktivitas pembelajaran sesuai dengan instruksi guru.

Minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan. Minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya (Yurmilza, 2011).

Guru harus mempunyai metode belajar yang tepat untuk menarik minat belajar siswa agar hasil belajar mengajar dapat memuaskan, dengan adanya minat maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan


(6)

tercapai. Guru juga harus mempunyai minat untuk belajar, karena kesiapan keduanya merupakan menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam usaha meningkatkan minat belajar, selayaknya guru dan siswa dapat menjadi komponen yang saling mengisi satu sama lain.

2.) Fungsi Minat Belajar

Menurut Yurmilza (2011), fungsi dari minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang peserta didik harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar. Minat belajar yang tinggi, pasti akan membuat siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di kelas.

Menurut Slameto (2003) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, mereka tidak akan belajar dengan sebaik.baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

Dari teori diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa fungsi minat belajar adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu maka menjadi kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat belajar siswa dengan kegiatan yang bermanfaat, khususnya yang berlangsung dalam proses belajar mengajar.

3.) Indikator Minat Belajar

Menurut Harun (2009), ada beberapa indikator minat yang dapat dikenal atau dapat dilihat melalui proses belajar diantaranya:


(7)

1. Ketertarikan untuk membaca buku

Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap belajar tersebut. Siswa yang berminat terhadap suatu bidang pelajaran, maka akan merasa tertarik dalam mempelajarinya dan rajin belajar untuk terus mempelajari semua ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut, mengikuti pelajaran dengan penuh antusias tanpa ada beban pada diri mereka.

2. Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain. Jadi, siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jiwa dan pikirannya terfokus dengan apa yang dipelajarinya.

3. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.

4. Pengetahuan

Selain dari perasaan senang dan perhatian, untuk mengetahui berminat atau tidaknya seorang siswa terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran, maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran serta bagaimana manfaat belajar dalam kehidupan sehari.hari.

Dari kajian diatas, maka demi kelancaran suatu kegiatan belajar mengajar seorang guru harus berusaha meningkatkan minat siswa terhadap belajar. Dalam usaha meningkatkan minat belajar, tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri. Melainkan dari usaha seorang guru yang sungguh.sungguh memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan minat belajar dengan tujuan mampu membantu siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang memuaskan. Karena apabila seorang siswa memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran maka hasil pembelajaran yang akan diperoleh akan lebih maksimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari


(8)

rasa senang, penuh perhatian, dan bersikap aktif. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi tentunya mempunyai perasaan senang ketika mengikuti proses pembelajaran, selalu memperhatikan setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan, dan aktif dalam pembelajaran. Aspek dan indikator minat belajar siswa yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi:

a. Rasa senang

Didalamnya meliputi, siswa dapat memahami bahan belajar dengan rasa senang, siswa belajar tanpa adanya paksaan, siswa mempunyai keinginan untuk dapat mengakses sumber yang lebih banyak dan siswa mampu menyelesaikan tugas dengan rasa senang.

b. Ketertarikan

Didalamnya meliputi, siswa memiliki antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa tertarik untuk menyelesaikan soal.soal pelajaran, siswa antusias untuk mengulang pelajaran di rumah, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c. Perhatian

Didalamnya meliputi, siswa memiliki perhatian untuk tahu terhadap bahan pelajaran, siswa memperhatikan penjelasan dari guru selama proses pembelajaran, siswa mempunyai perhatian untuk menyelesaikan soal.soal pelajaran.

2.1.4 Hakikat Metode Pembelajaran “ a) Hakikat metode

Menurut Djamarah (2002): Pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting perlu diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara.cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri (Slameto, 2003).

Uraian ini membahas kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar seorang anak. Apabila siswa tersebut telah menemukan suatu cara yang


(9)

membuatnya nyaman dan sesuai dengan kebutuhan belajarnya, maka anak tersebut dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajari dan dapat mengatasi permasalahan belajar yang dialami oleh kebanyakan anak.

Selanjutnya dalam Djamarah (2002), pemilihan dan penentuan metode dalam pembelajaran harus memiliki:

(1) Nilai strategi dan metode

Didalam proses pembelajaran sering terjadi interaksi edukatif antara anak didik dan guru. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilikan metode yang kurang tepat. Oleh karena itu metode adalah salah satu cara yang memilliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategis dari metode adalah dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran.

(2) Efektivitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadikan kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, karena itu efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuain metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan.

(3) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap pembelajaran adalah tercapainya tujuan

pembelajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pembelajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujaun guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas.

b) Hakikat pembelajaran

Menurut Sagala (2006), pembelajaran ialah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sedangkan Riyanto (2002) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu proses eksperimantasi. Selalu harus ada yang dipelajari dan karena adanya pengalaman.pengalaman baru.


(10)

Dari kedua pendapat diatas mengenai hakikat pembelajaran, dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan untuk belajar, baik dari teori. teori yang telah dipelajari maupun hasil dari pengalaman ketika melakukan suatu aktifitas yang masih berhubungan dengan aspek pendidikan.

Menurut Sagala (2006), Pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan untuk menyakinkan tentang adanya alasan untuk belajar, dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil.hasil belajar dan tujuan yang akan dicapai.

Dari pendapat diatas, dalam pembelajaran guru harus mampu memilih suatu cara untuk merancang kegiatan pembelajaran sehingga membuat para siswa mempunyai alasan untuk belajar dan mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Mulyana (2005), Dalam pembelajaran guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa, dan umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pretes, proses dan posttes.

Sesuai dengan uraian diatas, maka sudah jelas bahwa tugas utama dari seorang guru adalah membuat lingkungan tempat belajar para siswa nyaman untuk digunakan pada saat proses belajar dan mengajar yang pada akhirnya timbul perubahan yang lebih baik dari para siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari kedua pengertian diatas mengenai metode dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses pelajaran, maka dengan metode pembelajaran yang sesuai siswa akan bersemangat dan suasana kelas akan lebih hidup, sehingga prestasi yang dicapai lebih maksimal.

1) Hakikat Mind Mapping

Metode ini dikembangkan oleh seorang bernama Tony Buzan. Metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran IPS dan bidang keilmuan lainnya. Mind Map adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Pembuatan


(11)

Mind Map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan percikan.percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belah otak kita (Windura, 2010).

Penggunaan metode Mind Map dapat mengatasi permasalahan. permasalahan yang pada dasarnya adalah bersumber dari tidak adanya penggunaan kedua belah otak secara sinergis dan efek yang sering dirasakan oleh siswa biasanya merasa bosan pada saat mengikuti proses pembelajaran dan mencoba menemukan kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya yang tentunya tidak berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

Menurut Buzan (2007), Mind Map adalah caraberpikir kreatif dan efektif dengan cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut yang dapat digunakan sebagai ganti catatan tertulis dan hasilnya lebih cepat untuk diingat. Dan memudahkan untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.

Mind Map merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping.

Mind Mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif (Khan, 2010).

Dalam Mind Map, yang biasa dilakukan adalah dengan membuat pemetaan satu pokok bahasan tiap orang memiliki kebebasan untuk membuat peta pikirannya sendiri. Yang terpenting pembelajar memahami secara keseluruhan


(12)

materi pokok dan penjabarannya. Sehingga data memunculkan keunikan.keunikan secara bebas mengalir dan menyenangkan.

2) Kegunaan Mind Mapping

Kegunaan dari Mind Map menurut Buzan (2007), antara lain:

a) Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas;

b) Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan . pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada;

c) Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat;

d) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan.jalan terobosan kreatif baru;

e) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.

Mind Map merupakan peta yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita untuk menyusun alternatif jawaban dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Kita dapat menyimpan informasi yang ingin disimpan sesuai dengan kebutuhan, karena setiap mind map yang dibuat pasti berbeda.beda, oleh karena itu hanya khusus untuk pembuatnya sendiri.

Menurut Yahya (2010) kegunaan dari Mind Map yaitu untuk membuat catatan yang memberdayakan diri. Metode pencatatan Mind Map yang menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu seseorang dalam mengelola informasi, menambhkan kaitan dan asosiasi, serta menjadikan informasi lebih bertahan lama dalam ingatan.

Dalam pembuatan Mind Map, semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan Mind Map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi catatan yang berwarna.warni, dan mudah diingat yang bekerjanya sama dengan cara kerja alami otak dalam melakukan bebagai hal.

3) Bahan Mind Mapping

Karena Mind Map begitu mudah dan alami, maka bahan.bahan yang diperlukan dalam pembuatan Mind Map sangat sedikit (Windura, 2010), antara lain:


(13)

b) Pena dan pensil berwarna; c) Imajinasi;

d) Otak.

Dalam pembuatan Mind Map tidak perlu mempersiapkan berbagai macam peralatan. Karena pada dasarnya alat.alat yang digunakan sangat sedikit dan banyak ditemui dalam kehidupan sehari.hari. Yang terpenting adalah imajinasi yang akan dituangkan dalam Mind Map tersebut, hal inilah yang membuat Mind map menjadi unik dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

4) Langkah.langkah Membuat Mind Mapping

Dalam buku pintar Buzan (2007), ada tujuh langkah dalam pembuatan Mind Map, antara lain sebagai berikut:

a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

b) Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral, karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.Sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

c) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan

d) Hubungkan cabang.cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua, seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang.cabang ,akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

e) Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan membosankan otak.

f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada MindMap.Setiap kata tunggal atau gambar


(14)

adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa memicu ide dan pikiran baru.

g) Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu kata.

Berdasarkan kajian teori tentang cara pembuatan Mind Mapping di atas, maka dapat dijabarkan untuk pembuatan Mind Mapping dalam pembelajaran untuk para siswa sebagai berikut:

a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong dengan posisi mendatar, kemudian buatlah gambar atau simbol sesuai dengan imajinasi siswa sebagai pusat dengan menulis topik pembelajaran;

b) Dari topik pembelajaran kemudian membuat cabang.cabang utama sesuai dengan sub topik pembelajaran yang akan dibahas dengan menggunakan simbol gambar atau kata kunci yang dipahami oleh siswa;

c) Hubungkan cabang.cabang utama dengan cabang.cabang baru yang semakin spesifik, dari sub topik pembelajaran tingkat dua, tiga ke tingkat selanjutnya; d) Buatlah garis melengkung dengan warna tebal dari cabang utama ke sub.sub topik pembelajaran selanjutnya yang semakin tipis;

e) Simbol gambar atau kata kunci yang dibuat sesuai dengan ide kreatif siswa. Semua Mind Map mempunyai kesamaan, dimulai dari cabang utama yang dijabarkan dengan cabang.cabang yang baru. Diantaranya dapat diberi warna yang bervariasi yang masih dalam satu kesatuan. Untuk lebih terperinci dapat disisipkan gambar sebagai mengganti teks atau dapat juga disertai dengan teks. 5) Cara Kerja Mind Mapping

Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak.kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel.sel saraf yang bercabang.cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang. cabang pohon.

Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan


(15)

dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah (Anton, 2008). Berikut tabel dari fungsi mental yang dimiliki oleh otak kita: Tabel 2.1

Fungsi Mental Otak

Otak Kiri Otak Kanan

Kata Angka Analisa

Logika Urutan Hitungan

Detil

Gambar Warna

Irama Gestalt Dimensi Imajinasi Melamun

Berikut contoh sederhana: Coba bayangkan kata “apel”. Ketika Anda membayangkan sebuah jeruk, maka Anda melihat buah yang berwarna kuning, rasa yang kadang manis sebuah jeruk, dan kadang sedikit asam, atau segelas jus jeruk yang menyegarkan.

Pernahkah ketika mendengar kata jeruk yang terbayang di benak Anda adalah huruf A=P=E=L? Kecil kemungkinan hal itu yang Anda bayangkan. Demikianlah dalam Mind Mapping, Anda cukup menuliskan kata kunci yang mewakili dan gambar yang paling sesuai dengan asosiasi dan preferensi Anda.

Dalam membuat Mind Mapping, juga disarankan menggunakan warna. Cara ini dapat mempermudah Anda untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci . gambar . warna (Muhammad, 2009).

Dengan bimbingan dari guru, siswa akan tertarik untuk membuat Mind Map .nya sendiri. Metode yang menggabungkan kerja otak kanan dan otak kiri yang masing.masing memiliki kelebihan dan memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda.beda. Oleh karena itu, setiap hasilnya dapat berbeda.beda sesuai dengan representasi dari setiap siswa dan mereka dapat menyimpan informasi yang memang mereka butuhkan dengan kreatifitas yang dimiliki masing.masing siswa. Serta dapat membangkitkan ide.ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. 6) Kekurangan Membuat Catatan Linier dan Kelebihan Menggunakan Mind Mapping


(16)

Menurut Yuliatul (2009) dalam, terdapat beberapa kelebihan yang dari Mind Map daripada catatan linier. Kekurangan dari catatan linier, diantaranya:

a. Waktu terbuang untuk menulis kata.kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan;

b. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata.kata yang tidak perlu (kurang lebih 90%);

c. Waktu terbuang untuk cari kata kunci pengingat;

d. Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata.kata yang memisahkan;

e. Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.

Sedangkan kelebihan dari Mind Map, diantaranya: a. Mudah melihat gambaran keseluruhan;

b. Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan;

c. Memudahkan penambahan informasi baru; d. Pengkajian ulang bisa lebih cepat;

e. Setiap peta bersifat unik.

Metode pembelajaran Mind Mapping tentunya dapat membantu guru untuk mengatur waktu pembelajaran yang efisien, tanpa mengabaikan kepentingan siswa untuk dapat memperoleh pembelajaran yang optimal pada saat mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sekolah. Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan memahami sutu materi khususnya mata pelajaran IPS. siswa dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik.topik utama yang mungkin berkembang menjadi subyek baru, dengan penjelasan yang lebih spesifik.

7) Langkah.langkah Metode Pembelajaran Mind Mapping

Secara garis besar menurut Amri (2010), langkah.langkah pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut:

1) Menyampaikan kompetensi 2) Mengemukakan masalah 3) Membagi Kelompok 4) Mencatat alternatif jawaban 5) Presentasi kelompok

6) Guru dan siswa membuat kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping ini terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya cara pembuatan Mind Mapping untuk para siswa dan


(17)

proses pengarahan terhadap siswa ketika melakukan pembahasan topik pembelajaran. Berdasarkan kajian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam metode Mind Mapping dapat dilaksanakan dengan langkah.langkah pembelajaran sebagai berikut:

. Memberikan topik pembelajaran

. Membagi siswa dalam beberapa kelompok . Menentukan kata kunci dari topik pembelajaran . Menambahkan informasi dari setiap kata kunci . Mempresentasikan hasil diskusi

. Memberikan konfirmasi dari hasil diskusi . Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran

Metode Mind Map ini dapat membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tentunya dapat mambangkitkan minat belajar peserta dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS dibutuhkan tingkat penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu mereka agar lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan metode ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua belah otaknya untuk membuat Mind Map yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap siswa, membuat mereka tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dan yang terpenting adalah mereka dapat meningkatkan daya ingatnya pada materi yang telah dipelajari dan dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel.variabel penelitian yang dilakukan: Penelitian pertama yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Kurniawati (2010), yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menghasilkan temuan sebagai berikut: Hasil uji regresi membentuk suatu persamaan garis regresi linier Y =


(18)

34,405 + 0,407X1 + 0,654X2. Nilai Fhitung dari hasil analisis data sebesar 54,355 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh Fhitung sebesar 3,20 diketahui bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel (54,355 > 3,20), maka dapat diketahui bahwa secara bersama.sama metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y) pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Secara individu metode mind mapping (X1) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y), karena nilai thitung = 3,642 > ttabel = 2,01 (3,642 > 2,01) sedangkan keaktifan belajar IPS menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS, yaitu ditunjukkan bahwa nilai thitung = 7,544 > ttabel = 2,01 (7,544 > 2,01). Pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,698, yang artinya bahwa metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta (Y) sebesar 69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah Tugiyati (2010), yang berjudul “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Penguasaan Materi IPS di SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran MindMapping, berhasil meningkatkan partisipasi belajar siswa dan penguasaan materi IPS. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa. Siswa memiliki keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan bekerjasama dengan sesama anggota kelompok untuk membuat Mind Mapping. Peningkatan penguasaan materi IPS dapat dilihat dari perolehan nilai siswa sebelum diberikan tindakan, yakni rata.rata 65 pada siklus I. Pada siklus II nilai rata.rata meningkat menjadi 70. Metode Mind Mapping yang divariasi dengan metode lain mampu meningkatkan penguasaan materi IPS di kelas VII A SMP Muahammadiyah I Kalibawang, karena pembelajaran dengan metode Mind Mapping dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.


(19)

Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Sulistiyaningsih (2011), yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peta pikiran (mind mapping). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata.rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata.rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata.rata 61,2 menjadi 65,8 dengan ketuntasan klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata.rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan kalsikal 84%. Dengan demikian, dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi.


(20)

Penelitian selanjutnya merupakan penelitian yang berkaitan dengan minat belajar. Kurniawati (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru melalui bimbingan kelompok tahun ajaran 2009/2010”. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu berdasarkan pada ciri.ciri atau sifat tertentu yang dapat diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri.ciri atau sifat.sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam eksperimen ini menggunakan model penelitian Quasi Eksperimen yaitu jenis penelitian yang menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru yang berjumlah 28 orang. Sampel penelitian diambil dari siswa yang mempunyai minat belajar matematika rendah dan sedang sebanyak 14 orang. Keempat belas inilah yang menjadi sampel penelitian yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tujuh siswa untuk kelompok eksperimen dan tujuh siswa lainnya untuk kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan adalah Mann.Whitney dengan bantuan SPSS For Windows, dari hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan belajar kelompok dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa pada aspek ketertarikan kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru, karena hasil dari data posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh 0,007 dengan P= 0,007 < 0,050, artinya ada peningkatan minat belajar matematika siswa pada aspek ketertarikan yang sangat signifikan dilihat dari hasil pengukuran pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Nabunome (2010) yang berjudul “Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar PKN siswa kelas IV SD Gugus Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang”. Variabel dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar PKN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang berjumlah 85 siswa.


(21)

Teknik sampel yang digunakan adalah teknik saturated sampling (sampling total). Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah skala minat dan dokumentasi. Skala minat digunakan untuk memperoleh data mengenai minat siswa terhadap pelajaran PKN. Metode dokumentasi digunakan digunakan untuk memperoleh data melalui nilai UTS. Dari hasil analisis yang diperoleh angka koefisien korelasi minat belajar dan prestasi belajar PKN sebesar 0,106 dan P= 0,332. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif namun tidak signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar PKN.

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Kamidin (2011) dengan judul “Pembelajaran dengan penggunaan Peta Konsep dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDN Watukelir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Semester II tahun ajaran 2010/2011”. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian terdiri dari 32 siswa SDN Watukelir. Hasil penelitian penggunaan Peta Konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase dari tidak berminat menjadi cukup berminat saat pembelajaran IPS. Dari prosentase siklus 1 tidak berminat 66% sedangkan pada siklus 2 prosentase tidak berminat turun menjadi 22%. Sedangkan prosentase siklus 1 cukup berminat 34% sedangkan pada siklus 2 prosentase naik menjadi 78% dari gambaran tersebut berarti dari tidak berminat menjadi cukup berminat.

Penelitian yang dilakukan Kurniawati (2010), Tugiyati (2010) dan Sulistiyaningsih (2011) terdapat persamaan yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Penelitian tersebut menunjukkan metode Mind Mapping dapat diterapkan di daerahnya masing. masing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) dan Kamidin (2011) menunjukkan minat belajar dapat ditingkatkan dengan pemberian metode belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nabunome (2010) menunjukkan hubungan positif antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dengan penjelasan tersebut d apat


(22)

dilihat bahwa semua minat belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan penerapannya yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dari hasil.hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode peta pikiran (Mind Mapping) sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran siswa. Hal itu tentunya juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Hasil Belajar dan Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

2.3 Kerangka Pikir

Pada pembelajaran IPS sering ditemukan permasalahan tentang kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena kebanyakan dari siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan karena membutuhkan hafalan.hafalan materi yang perlu dikuasai oleh para siswa unutk menguasai materi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh guru kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, dan dalam proses pembelajaran cenderung guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Pembelajaran dengan metode konvensional seperti itu membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi rendah. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam menumbuhkan minat belajar dan hasil belajar adalah metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Penggunaan metode Mind Mapping dalam pembelajaran akan mempengaruhi minat belajar dan hasil belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran karena metode ini membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan siswa dapat memahami secara keseluruhan materi yang dipelajari melalui Mind Map yang dibuatnya sendiri. Dengan minat belajar yang tinggi, tentunya akan berpengaruh dengan hasil belajar yang diperoleh, karena


(23)

ketertarikan untuk mempelajari materi yang diberikan. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok.pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut: 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :

1. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap minat belajar Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012?


(1)

34,405 + 0,407X1 + 0,654X2. Nilai Fhitung dari hasil analisis data sebesar 54,355 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh Fhitung sebesar 3,20 diketahui bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel (54,355 > 3,20), maka dapat diketahui bahwa secara bersama.sama metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y) pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Secara individu metode mind mapping (X1) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y), karena nilai thitung = 3,642 > ttabel = 2,01 (3,642 > 2,01) sedangkan keaktifan belajar IPS menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS, yaitu ditunjukkan bahwa nilai thitung = 7,544 > ttabel = 2,01 (7,544 > 2,01). Pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,698, yang artinya bahwa metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta (Y) sebesar 69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah Tugiyati (2010), yang berjudul “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Penguasaan Materi IPS di SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping, berhasil meningkatkan partisipasi belajar siswa dan penguasaan materi IPS. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa. Siswa memiliki keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan bekerjasama dengan sesama anggota kelompok untuk membuat Mind Mapping. Peningkatan penguasaan materi IPS dapat dilihat dari perolehan nilai siswa sebelum diberikan tindakan, yakni rata.rata 65 pada siklus I. Pada siklus II nilai rata.rata meningkat menjadi 70. Metode Mind Mapping yang divariasi dengan metode lain mampu meningkatkan penguasaan materi IPS di kelas VII A SMP Muahammadiyah I Kalibawang, karena pembelajaran dengan metode Mind Mapping dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.


(2)

Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Sulistiyaningsih (2011), yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peta pikiran (mind mapping). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata.rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata.rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata.rata 61,2 menjadi 65,8 dengan ketuntasan klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata.rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan kalsikal 84%. Dengan demikian, dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi.


(3)

Penelitian selanjutnya merupakan penelitian yang berkaitan dengan minat belajar. Kurniawati (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru melalui bimbingan kelompok tahun ajaran 2009/2010”. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu berdasarkan pada ciri.ciri atau sifat tertentu yang dapat diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri.ciri atau sifat.sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam eksperimen ini menggunakan model penelitian Quasi Eksperimen yaitu jenis penelitian yang menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru yang berjumlah 28 orang. Sampel penelitian diambil dari siswa yang mempunyai minat belajar matematika rendah dan sedang sebanyak 14 orang. Keempat belas inilah yang menjadi sampel penelitian yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tujuh siswa untuk kelompok eksperimen dan tujuh siswa lainnya untuk kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan adalah Mann.Whitney dengan bantuan SPSS For Windows, dari hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan belajar kelompok dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa pada aspek ketertarikan kelas VIII SMP Islam Sudirman Banyubiru, karena hasil dari data posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh 0,007 dengan P= 0,007 < 0,050, artinya ada peningkatan minat belajar matematika siswa pada aspek ketertarikan yang sangat signifikan dilihat dari hasil pengukuran pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Nabunome (2010) yang berjudul “Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar PKN siswa kelas IV SD Gugus Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang”. Variabel dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar PKN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus Kartini Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang berjumlah 85 siswa.


(4)

Teknik sampel yang digunakan adalah teknik saturated sampling (sampling total). Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah skala minat dan dokumentasi. Skala minat digunakan untuk memperoleh data mengenai minat siswa terhadap pelajaran PKN. Metode dokumentasi digunakan digunakan untuk memperoleh data melalui nilai UTS. Dari hasil analisis yang diperoleh angka koefisien korelasi minat belajar dan prestasi belajar PKN sebesar 0,106 dan P= 0,332. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif namun tidak signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar PKN.

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Kamidin (2011) dengan judul “Pembelajaran dengan penggunaan Peta Konsep dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDN Watukelir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Semester II tahun ajaran 2010/2011”. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian terdiri dari 32 siswa SDN Watukelir. Hasil penelitian penggunaan Peta Konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase dari tidak berminat menjadi cukup berminat saat pembelajaran IPS. Dari prosentase siklus 1 tidak berminat 66% sedangkan pada siklus 2 prosentase tidak berminat turun menjadi 22%. Sedangkan prosentase siklus 1 cukup berminat 34% sedangkan pada siklus 2 prosentase naik menjadi 78% dari gambaran tersebut berarti dari tidak berminat menjadi cukup berminat.

Penelitian yang dilakukan Kurniawati (2010), Tugiyati (2010) dan Sulistiyaningsih (2011) terdapat persamaan yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Penelitian tersebut menunjukkan metode Mind Mapping dapat diterapkan di daerahnya masing. masing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) dan Kamidin (2011) menunjukkan minat belajar dapat ditingkatkan dengan pemberian metode belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nabunome (2010) menunjukkan hubungan positif antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dengan penjelasan tersebut d apat


(5)

dilihat bahwa semua minat belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan penerapannya yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dari hasil.hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode peta pikiran (Mind Mapping) sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran siswa. Hal itu tentunya juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Hasil Belajar dan Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

2.3 Kerangka Pikir

Pada pembelajaran IPS sering ditemukan permasalahan tentang kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena kebanyakan dari siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan karena membutuhkan hafalan.hafalan materi yang perlu dikuasai oleh para siswa unutk menguasai materi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh guru kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, dan dalam proses pembelajaran cenderung guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Pembelajaran dengan metode konvensional seperti itu membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi rendah. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam menumbuhkan minat belajar dan hasil belajar adalah metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Penggunaan metode Mind Mapping dalam pembelajaran akan mempengaruhi minat belajar dan hasil belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran karena metode ini membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan siswa dapat memahami secara keseluruhan materi yang dipelajari melalui Mind Map yang dibuatnya sendiri. Dengan minat belajar yang tinggi, tentunya akan berpengaruh dengan hasil belajar yang diperoleh, karena


(6)

ketertarikan untuk mempelajari materi yang diberikan. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok.pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut: 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :

1. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap minat belajar Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Diduga metode pembelajaran “Mind Mapping” berpengaruh terhadap hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012?


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 292008513 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 292008513 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 292008513 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran “MIND MAPPING” terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 87

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB IV

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB IV

0 0 15

T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Talking Stick Berbantuan Media Konkrit terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 14

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 BAB II

0 0 28