Analisis penghitungan Pajak Penghasilan pasal 21 bagi pegawai tetap (studi kasus di PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Inti KKPA Sei Garo)

(1)

ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Rumianna Fransiska Haloho NIM : 132114117

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Rumianna Fransiska Haloho NIM : 132114117

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ALLAH TUHANKU ITU KEKUATANKU, IA MEMBUAT KAKIKU SEPERTI KAKI RUSA, IA MEMBIARKAN AKU BERJEJAK DI BUKIT-BUKITKU

HABAKUK 3: 19

Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Orangtuaku Adik-adikku Paktua Ronald dan Maktua Ronald


(6)

(7)

(8)

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... x

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Pajak ... 7

B. Penghasilan ... 8

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

2. Pemotong, Penghasilan yang Dipotong, dan Penerima Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

3. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 . 15 4. Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Pegawai Tetap yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 16

5. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Penerima Penghasilan yang Tidak Mempunyai NPWP... 17

6. Saat Terutang ... 17

7. Tarif Pemotongan Pajak dan Penerapannya ... 18

8. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 21

9. Surat Pemberitahuan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

D. Data Penelitian ... 26

E. Cara Pengumpulan Data ... 26


(10)

ix

G. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30

A. Sejarah Perusahaan ... 30

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 31

C. Geografi Perusahaan ... 31

D. Fasilitas Perusahaan ... 33

E. Struktur Organisasi ... 34

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Data... 35

1. Data yang Diperlukan ... 35

2. Pengambilan Sampel ... 35

B. Analisis Data ... 36

C. Pembahasan ... 51

BAB VI PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tarif Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri 20 Tabel 2 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 ... 37 Tabel 3 Contoh Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 atas

Nama Musigit Jabatan Sebagai Asisten Tanaman ... 39 Tabel 4 Perbandingan Hasil Penghitungan PPh Pasal 21

yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo dengan Penghitungan PPh Pasal 21


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1:

Data Penghitungan PPh Pasal 21 PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo dan Penghitungan PPh Pasal 21

Berdasarkan Formulir 1721 – A1 ... 62 LAMPIRAN 2:

Data Perbandingan Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan yang dilakukan Penulis Berdasarkan PER-16/PJ/2016 ... 127 LAMPIRAN 3:

Jumlah Pegawai Tetap PT. Perkebunan Nusantara – V

Kebun Inti/KKPA Sei Garo ... 138 LAMPIRAN 4:

Daftar Sampel Pegawai PT. Perkebunan Nusantara – V

Kebun Inti/KKPA Sei Garo ... 166 LAMPIRAN 5:

Daftar Pertanyaan Wawancara ... 175 LAMPIRAN 6:


(14)

xiii

ABSTRAK

ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara – V kebun Inti/KKPA Sei Garo

Rumianna Fransiska Haloho NIM : 132114117 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Sampel dipilih dengan teknik Purposive Sampling

yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria spesifik. Langkah-langkah untuk penganalisisan data yaitu menganalisis, membandingkan, dan menarik kesimpulan mengenai penghitungan PPh Pasal 21 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo pada jumlah penghasilan bruto tidak mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 dalam rangka penghitungan biaya jabatan. Pada saat penghitungan biaya jabatan perusahaan hanya memasukan komponen gaji, tunjangan PPh, dan premi asuransi sebagai penghasilan bruto.


(15)

xiv

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE CALCULATION OF THE INCOME TAX IN ARTICLE 21 FOR PERMANENT EMPLOYEES

Case Study at PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

Rumianna Fransiska Haloho NIM : 132114117 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

This study aimsed to find out whether the calculation of the Income Tax in Article 21 for permanent employees in PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo would been in accordance with the Regulation of the Director General of Taxation Number PER-16/PJ/2016.

This research was a case study. The data were collected through interviews and documentation. The sample was select by means of the purposive sampling techique it was select on the basis of specific criteria. The steps for analyzing the data were analyzing, comparing, and drawing conclusions about whether the calculation of the Income Tax in Article 21 referred to the Regulation of the Director General of Taxation Number PER-16/PJ/2016.

The results of the study showed that the calculation of the Income Tax in Article 21 made by PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo for the total of the gross income was not refer to the Regulation of the Director General of Taxation Number PER-16/PJ/2016 due to the calculation of the position allowance. The calculation of the occupational expenses company’s only included the components of the salary, PPh allowance, and insurance premiums as gross income


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu penopang pendapatan

nasional yaitu berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70%

dari seluruh penerimaan negara (Muhammad Iqbal:2015). Pajak memiliki

peran yang sangat vital dalam sebuah negara, tanpa pajak kehidupan negara

tidak bisa berjalan dengan baik. Pajak merupakan ujung tombak

pembangunan sebuah negara. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari

kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan

bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara

dan pembangunan nasional.

Anggaran pendapatan negara mempunyai sumber penerimaan yang

terdiri dari penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan pajak dalam

negeri salah satunya adalah dari pajak penghasilan. Pajak Penghasilan Pasal

21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,

dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang

pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

Undang-undang Pajak Penghasilan (PER-16/PJ/2016 Pasal 1 ayat 2).

Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya tentu mempunyai


(17)

lepas yang dipekerjakan guna menjalankan kegiatan operasional perusahaan

sehingga akhirnya dapat menghasilkan pendapatan yaitu laba/rugi.

Perusahaan wajib memotong pajak atas gaji/upah yang diberikan kepada

pegawai sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan. Apabila perusahaan tidak melaksanakan

kewajiban pemotongan pajak maka akan diberikan sanksi sesuai dengan tata

cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 dan wewenang yang diberikan kepada

perusahaan hanya memotong pajak yang terutang bagi pegawai.

Pemotongan atas Pajak Penghasilan Pasal 21 terdapat berbagai metode

penghitungan, yaitu metode gross, metode net, metode gross up, dan metode

non gross up. Perusahaan memiliki hak untuk memilih metode yang

digunakan dan sesuai dengan bentuk usaha yang dijalankan. Sehingga metode

yang digunakan tersebut memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan

maupun bagi pegawai.

Salah satu sistem pemungutan yang diterapkan di Indonesia adalah

With Holding System. Menurut Mardiasmo (2011:8), With Holding System

adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk


(18)

PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo merupakan sebuah perusahaan kelapa sawit, dalam menjalankan kegiatannya tidak

terlepas dari kewajiban-kewajiban pajak termasuk diantaranya kewajiban

untuk melakukan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang.

Perusahaan dalam melakukan penghitungan mengenai pembayaran pajak,

terkadang terjadi selisih antara penghitungan perusahaan dengan

penghitungan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku. Jika penghitungan perusahaan lebih kecil dari pada penghitungan

berdasarkan undang-undang perpajakan, maka terjadi kurang bayar dan

perusahaan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

berlaku.

Pemahaman dari pihak perusahaan terkait dengan penghitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21 harus sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kekurangpahaman dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam

penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. Kesalahan tersebut dapat berupa

kesalahan dalam menentukan pendapatan dan biaya-biaya menurut peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang akan dibahas adalah apakah penghitungan Pajak


(19)

Garo telah mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-16/PJ/2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo telah mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menjadi

bahan evaluasi berkenaan dengan penerapan penghitungan Pajak

Penghasilan yang terutang sehingga dapat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai

perpajakan, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai Undang-undang

yang berlaku dan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain


(20)

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dan

dapat memperdalam pengetahuan peneliti dalam hal perpajakan khususnya

Pajak Penghasilan Pasal 21.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21

secara teoritis yang akan digunakan untuk mendukung pengolahan

data yang diperoleh. Bab ini berisi tentang pengertian pajak,

pengertian penghasilan, dan uraian tentang Pajak Penghasilan

Pasal 21.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subjek dan objek penelitian, data penelitian, cara

pengumpulan data, populasi dan sampel, penjelasan operasional,


(21)

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi mengenai sejarah perusahaan, visi dan misi, dan

struktur organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai deskripsi data, analisis data, dan hasil

penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

diteliti.

Bab VI Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan


(22)

7

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 6 tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009, pasal 1 ayat (1): Pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi beberapa sistem

menurut Mardiasmo (2011:7-8), yaitu:

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak. Ciri-cirinya adalah, wewenang untuk menentukan besarnya

pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak

yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya adalah, wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada


(23)

menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, dan fiskus tidak

ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

B. Penghasilan

Pengertian penghasilan menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun

2008 Pasal 4 ayat (1), pajak penghasilan (PPh) adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Penghasilan pegawai tetap yang bersifat teratur adalah penghasilan

bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan

imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur


(24)

C. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pasal 1 ayat (2) adalah pajak atas

penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran

lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan

atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek

Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Penerimaan penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang

pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerima

atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun,

sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini,

dari pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, termasuk penerima

pensiun (PER-16/PJ/2016 Pasal 1 ayat 7).

2. Pemotong, Penghasilan yang Dipotong, dan Penerima Pajak Penghasilan

Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 (PER-16/PJ/2016 Pasal 2 ayat 1) , meliputi:

a. Pemberi kerja yang terdiri dari, orang pribadi, badan, dan cabang,

perwakilan, atau unit, dalam hal melakukan sebagian atau seluruh


(25)

tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit

tersebut;

b. Bendaharawan atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara

atau pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk institusi

TNI/POLRI, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah,

lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik

Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa

pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan

badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

serta badan yang membayar:

1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi

dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga

ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan

atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama

persekutuannya;

2) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi


(26)

3) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta

pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang; dan/atau

e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi

yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi

serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang

membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk

apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan

dengan suatu kegiatan.

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (PER-16/PJ/2016

Pasal 5 ayat 1) adalah:

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik

berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pesiun

secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

3) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun

tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan

sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak pegawai berhenti bekerja;

4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa

upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau

upah yang dibayarkan secara bulanan;

5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,


(27)

bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,

jasa, dan kegiatan yang dilakukan.

6) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,

uang repsentasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau

penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan

imbalan sejenis dengan nama apapun;

7) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak

teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris

atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai

tetap pada perusahaan yang sama;

8) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus,

atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau

diperoleh mantan pegawai; atau

9) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta

program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai dari

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan.

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau

PPh Pasal 26 (PER-16/PJ/2016 Pasal 3) adalah orang pribadi yang

merupakan:


(28)

2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,

tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli

warisnya;

3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri

dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,

penilai, dan aktuaris;

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang

film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film,

foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,

pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c) Olahragawan;

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,

komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi

jasa kepada suatu kepanitiaan;

g) Agen iklan;


(29)

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau

yang menjadi perantara;

j) Petugas penjaja barang dagangan;

k) Petugas dinas luar asuransi; dan/atau

l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau selling

dan kegiatan sejenis lainnya;

4) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak

merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama;

5) Mantan pegawai; dan/atau

6) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan,

antara lain:

a) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain

perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu

pengetahuan, teknologi, perlombaan lainnya;

b) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau

kunjungan kerja;

c) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu;

d) Peserta pendidikan dan pelatihan; atau


(30)

3. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 (PER-16/PJ/2016

Pasal 9) adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:

1) Pegawai tetap;

2) Penerima pensiun berkala;.

3) Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan

atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu)

bulan kalender telah melebihi Rp4.500.000,00 (empat juta lima

ratus ribu rupiah); dan

4) Bukan pegawai tenaga ahli, yang menerima imbalan yang

bersifat berkesinambungan.

b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp450.000,00 (empat ratus lima

puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau

tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah

satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang

diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi

Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah);

c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku

bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c


(31)

d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan

selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,

dan huruf c.

Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(1) huruf a adalah sebagai berikut:

a. Bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar

penghasilan dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

b. Bagi pegawai tidak tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP;

dan

c. Bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c,

sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto

dikurangi PTKP per bulan.

4. Besarnya Penghasilan Bruto Bagi Pegawai Tetap yang Dipotong PPh

Pasal 21

Besarnya penghasilan bruto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh

Pasal 21 (PER-16/PJ/2016 Pasal 10 ayat 3) adalah jumlah seluruh

penghasilan bruto dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,

setinggi-tingginya Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan

atau Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun; dan

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri


(32)

hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

5. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Penerima Penghasilan yang Tidak

Mempunyai NPWP

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal

21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang

diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak (PER-16/PJ/2016 Pasal 20 ayat 1). Jumlah PPh Pasal 21 yang

harus dipotong adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari

jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang

bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (PER-16/PJ/2016

Pasal 20 ayat 2).

6. Saat Terutang

PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi penerima

penghasilan pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya

penghasilan yang bersangkutan (PER-16/PJ/2016 Pasal 21 ayat 1). PPh

Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi pemotong PPh Pasal 21

dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa Pajak (PER-16/PJ/2016 Pasal

21 ayat 2). Saat terutang untuk setiap Masa Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) adalah bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir

bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan (PER-16/PJ/2016


(33)

7. Tarif Pemotongan Pajak dan Penerapannya

Tarif pemotongan pajak dan penerapannya (PER-16/PJ/2016 Pasal

14) adalah:

a. Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:

1) Pegawai Tetap;

2) Penerima Pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan; dan

3) Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang dibayarkan

secara bulanan.

b. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap Masa

Pajak, kecuali Masa Pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan

penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun, dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah

penghasilan teratur 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas); dan

2) Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak

teratur maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama

1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah

dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.

c. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap Masa Pajak


(34)

1) Atas penghasilan yang bersifat teratur adalah sebesar Pajak

Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a dibagi 12 (dua belas); dan

2) Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar

selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah

penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah

penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a.

d. Dalam hal kewajiban pajak subjektif Pegawai Tetap terhitung sejak

awal tahun kalender dan mulai bekerja setelah bulan Januari,

termasuk pegawai yang sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain,

banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) atau faktor pembagi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) adalah jumlah bulan tersisa dalam tahun kalender sejak

yang bersangkutan mulai bekerja.

e. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk Masa Pajak

terakhir adalah selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas

seluruh penghasilan kena pajak selama 1 (satu) tahun pajak atau

bagian tahun pajak dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada

masa-masa sebelumnya dalam tahun pajak yang bersangkutan.

f. Dalam hal kewajiban pajak subjektif Pegawai Tetap hanya meliputi

bagian tahun pajak maka perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang


(35)

Kena Pajak yang disetahunkan, sebanding dengan jumlah bulan

dalam begian tahun pajak yang bersangkutan.

g. Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember

dan jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kalender

yang bersangkutan lebih besar dari PPh Pasal 21 yang terutang

untuk 1 (satu) tahun pajak maka kelebihan PPh Pasal 21 yang telah

dipotong tersebut dikembalikan kepada Pegawai Tetap yang

bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti pemotongan PPh

Pasal 21, paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berhenti

bekerja.

h. Jumlah Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal

17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh.

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak sebagai berikut:

Tabel 1

Tarif Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah)

5% (lima persen) Di atas Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25%


(36)

Tabel 1

Tarif Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (lanjutan)

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Di atas Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah)

30% (tiga puluh persen) Sumber: Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

8. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016 Pasal

1 adalah sebagai berikut:

a. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib

Pajak orang pribadi.

b. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk

Wajib Pajak yang kawin.

c. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk

seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan

suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008.

d. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk

setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan


(37)

9. Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat

yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,

dan/atau harta kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (PER-01/PJ/2016 Pasal 1 ayat 1).

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan

benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani

serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat

Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Pajak (Undang-Undang KUP Pasal 3 ayat 1).

Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat

Pemberitahuan adalah:

a. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam

penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan

objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan; dan

c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan


(38)

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah

(Undang-Undang KUP Pasal 3 ayat 1):

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari

setelah akhir Masa Pajak;

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;

atau

c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk

melaporkan tentang (Undang-Undang KUP Pasal 3 ayat 1):

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1

(satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek

pajak;

c. Harta dan kewajiban; dan/atau

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau


(39)

Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan

adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

memepertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan


(40)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus yaitu

menggunakan data yang diperoleh langsung dari PT. Perkebunan Nusantara -

V Kebun Inti/KKPA Sei Garo. Hasil dari penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan untuk mewakili seluruh perusahaan di Indonesia karena

penelitian ini hanya menggunakan sampel PT. Perkebunan Nusantara - V

Kebun Inti/KKPA Sei Garo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara -

V Kebun Inti/KKPA Sei Garo dengan waktu penelitian tanggal 16 Februari

2017 sampai dengan 28 Februari 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pegawai tetap di PT. Perkebunan Nusantara

– V Kebun Inti/KKPA Sei Garo. Objek penelitian ini adalah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagai pegawai tetap PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo.


(41)

D. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Gambaran umum PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo.

2. Data mengenai diri pegawai.

3. Data mengenai penghasilan pegawai.

4. Data penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.

5. Bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan

tanya jawab secara langsung kepada pihak yang terkait yaitu krani upah.

Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

secara lebih terperinci yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengambil data-data dari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang

diperlukan untuk penelitian ini.

F. Populasi dan Sampel


(42)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data pegawai yang

berada di PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo. 2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data pegawai tetap yang

berada dilingkungan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan teknik purposive sampling yaitu penarikan sampel

yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang

ditetapkan penulis. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah:

a. Bagi pegawai tetap dengan status kawin dan tidak kawin.

b. Bagi pegawai tetap yang memperoleh penghasilan neto melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan

metode deskriptif komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan.

Perbandingan penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan perusahaan dengan

penghitungan PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Komponen-komponen yang dibandingkan adalah:

1. Cara menentukan penghasilan bruto

Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh penerima


(43)

seluruh jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang

diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan

(PER-16/PJ/2016 Pasal 10 ayat 1).

2. Cara menentukan jumlah penghasilan neto

Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap yang dipotong PPh

Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan

(PER-16/PJ/2016 Pasal 10 ayat 3):

a. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,

setinggi-tingginya Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau

Rp6.000.000 (enam juta rupiah) setahun; dan

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan

hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

3. Cara menentukan Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya PTKP per bulan adalah (PER-16/PJ/2016 Pasal 11 ayat

2):

a. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib

Pajak orang pribadi;

b. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan


(44)

c. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan

untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam

garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

4. Cara menentukan jumlah Penghasilan Kena Pajak

Jumlah Penghasilan Kena Pajak adalah bagi Pegawai Tetap dan

penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto dikurangi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PER-16/PJ/2016 Pasal 10 ayat 2).

5. Cara menentukan besarnya PPh Pasal 21 yang terutang berdasarkan tarif

pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Apabila komponen-komponen di atas terpenuhi, maka penghitungan

PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan telah mengacu


(45)

30

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Pembangunan subsektor Perkebunan merupakan bagian dari

pembangunan sektor pertanian, sedangkan pembangunan pertanian pada

hakekatnya subsistem pembangunan nasional secara keseluruhan.

Keberhasilan pembangunan perkebunan erat kaitannya dengan keberhasilan

subsektor lainnya, dengan demikian pengembangannya harus secara

konsepsional di arahkan menuju terwujudnya sektor pertanian yang tangguh.

Kebun Sei Garo adalah salah satu unit usaha perkebunan Kelapa Sawit

yang merupakan pembangunan subsektor Perkebunan Kelapa sawit yang

berada dibawah pengelolaan PT. Perkebunan Nusantara – V (Persero) Pekanbaru.

Dasar pelaksanaan pembangunan proyek Kebun Sei Garo berdasarkan

Surat Kep.Men.Pertanian No.KB.320/734/Mentan/IX/1983 tanggal 26

September 1983.

PT. Perkebunan Nusantara – V (Persero) diinstruksikan untuk mengembangkan perkebunan Kelapa Sawit di Propinsi Riau, salah satu lokasi

yang dianggap tepat untuk itu adalah daerah Sei Garo Kabupaten Kampar,

untuk merealisasikan proyek dimaksud Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Riau berdasarkan Surat Keputusan No.KPTS.185/IV/1984 tanggal 12 April


(46)

Menteri Kehutanan telah memberikan persetujuan dengan suratnya

No.10/VII-4/1987 tanggal 12 Januari 1987.

B. Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi

Menjadi perusahaan agribisnis terintegrasi yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

2. Misi

Misi PT. Perkebunan Nusantara – V (Persero) adalah:

a. Mengelola agri industri kelapa sawit dan karet secara efisien bersama

mitra untuk kepentingan stakeholder.

b. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, kriteria

minyak sawit berkelanjutan, penerapan standar industri dan

pelestarian lingkungan guna menghasilkan produk yang dapat

diterima oleh pelanggan.

c. Menciptakan keunggulan kompetitif dui bidang SDM melalui

pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan praktek-praktek

terbaik dan sistem manajemen SDM terkini guna meningkatkan

kompetensi inti perusahaan.

C. Geografi Perusahaan

1. Keadaan Wilayah

a. Letak Wilayah.

Kebun Sei Garo terletak diantara 100 O 59 ‘ 47 “ – 100 O 68 ‘

16 “ Bujur Timur dan 0 O 25 ‘ 00 “


(47)

berada di wilayah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Propinsi

Riau, dengan jarak lebih kurang 100 KM sebelah barat kota

Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau.

b. Batas Wilayah

Kebun Sei Garo berada/berkembang dilingkungan 8 (delapan)

perkampungan yang berpenduduk khususnya petani plasma

(Transmigran) dan sebagian pendatang umumnya berasal dari daerah

Sumatera Utara, keberadaan Kebun Sei Garo sangat unik, karena

seluruh areal Kebun Inti Sei Garo berdampingan dengan areal Instansi

PT. Cevron Pasifik Indonesia (PT.CPI).

Adapun batas wilayah Kebun Sei Garo adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pelambaian dan Raharja.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Indrapuri dan Gading

Sari.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sumber Makmur dan Tj.

Sawit.

4) Sebelah Timur berbatasan dengan desa Mukti Sari dan

Trimanunggal.

c. Topografi

Berdasarkan peta Topografi AD tahun 1945 areal Kebun Sei

Garo mempunyai Topografi datar sampai landai dengan kelas lereng 0


(48)

d. Geologi dan Tanah

Menurut peta Thematik bahwa Kebun Sei Garo adalah bahan

batuan endapan resen (aluvium) dengan jenis tanah organosol dan

Glei Humus dari bahan Induk aluvial fisiografis dataran dengan

keadaan sebagian tanah gambut pada kedalaman 0,5 – 2 meter.

D. Fasilitas Perusahaan

1. Sarana Pendidikan/Sosial

a. Sekolah Taman Kanak–kanak (STK) = 1 unit b. Sekolah PDTA /MDA = 2 unit

c. Mesjid/Musholla = 5 unit

d. Gereja = 1 unit

2. Sarana Olah Raga

a. Lapangan tennis = 1 unit

b. Lapangan bola kaki = 1 unit

c. Volleyball = 1 unit

3. Organisasi Sosial

a. Majelis Taklim

b. Badan Koordinator Agama Kristen (BKAK)

c. Ikatan Keluarga Besar Istri (IKBI)

d. Koperasi Karyawan (Kopkar)


(49)

34 E. Struktur Organisasi

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Tahun 2016 Sumber: Bagan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Tahun 2016

Manajer

Masinis Kepala

Asisten Kepala

Asisten Pengolahan

Asisten Pengendalian Mutu

Asisten Teknik Pabrik

Asisten Tanaman Afdeling I

Asisten Tanaman Afdeling II

Asisten Tanaman Afdeling III

Asisten Tanaman Afdeling IV Asisten Administrasi SDM/Umum

Asisten Teknik Umum

Asisten Administrasi Keuangan Asisten Pengolahan


(50)

35

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo adalah untuk mengetahui apakah penghitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-16/PJ/2016.

1. Data yang diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Data diri pegawai yang meliputi: Nama Pegawai, Nomor Pokok Wajib

Pajak, Jabatan Pegawai, Jenis Kelamin, Status (kawin/tidak kawin),

dan Jumlah Tanggungan.

b. Data Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

1) Jumlah penghasilan bruto yang meliputi: gaji pokok, tunjangan

PPh, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, bonus, dan THR.

2) Jumlah pengurangan penghasilan bruto yang meliputi: biaya

jabatan dan iuran pensiun.

3) Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

4) Jumlah PPh Pasal 21 terutang.

2. Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan cara purposive sampling yaitu penarikan sampel yang

dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan


(51)

a. Pegawai dengan status kawin/tidak kawin.

b. Pegawai tetap yang memperoleh penghasilan neto melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Dari kriteria pengambilan sampel tersebut, maka penulis mengambil

sampel sebanyak 195 pegawai dari 513 pegawai di PT. Perkebunan

Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo. Pegawai yang menjadi sampel memenuhi kriteria a yang ditentukan oleh penulis. Pegawai yang tidak

menjadi sampel hanya memenuhi kriteria a sedangkan pegawai tidak

memenuhi kriteria b yaitu pegawai tetap dengan Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) tidak melebihi penghasilan neto.

B. Analisis Data

Perbandingan penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan PT.

Perkebunan Nusantara-V Kebun Inti/KKPA Sei Garo dengan penghitungan

PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Komponen-komponen yang dibandingkan adalah:

1. Cara menentukan jumlah penghasilan bruto.

2. Cara menentukan jumlah penghasilan neto.

3. Cara menentukan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak.

4. Cara menentukan jumlah Penghasila Kena Pajak.


(52)

Tabel 2 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Unsur Perbandingan Menurut PER-16/PJ/2016 Menurut Perusahaan Temuan Cara menentukan jumlah penghasilan bruto

Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah seluruh jumlah penghasilan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 yang diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan (Pasal 10 ayat 1). Gaji ditambah dengan Tunjangan PPh ditambah dengan premi asuransi ditambah dengan bonus. Cara menentukan jumlah penghasilan bruto yang dilakukan perusahaan telah mengacu pada PER-16/PJ/2016. Cara menentukan jumlah penghasilan neto

Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan dan iuran (Pasal 10 ayat 3).

Jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan dan iuran pensiun. Cara menentukan jumlah penghasilan neto yang dilakukan perusahaan telah mengacu pada PER-16/PJ/2016. Cara menentukan jumlah PTKP

Besarnya PTKP per bulan adalah (Pasal 11 ayat 2):

a. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

Besarnya PTKP per bulan adalah: a. Rp4.500.000,00

(empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; Cara menentukan jumlah PTKP yang dilakukan perusahaan telah mengacu pada PER-16/PJ/2016. Sumber: PER-16/PJ/2016


(53)

Tabel 2 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 (lanjutan) Unsur Perbandingan Menurut PER-16/PJ/2016 Menurut Perusahaan Temuan b. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; dan c. Rp375.000,00

(tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

b. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)

tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; dan c. Rp375.000,00

(tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)

tambahan untuk setiap anggota keluarga

sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Cara

menentukan PKP

Jumlah Penghasilan Kena Pajak adalah bagi Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP (Pasal 10 ayat2).

Jumlah penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Cara menentukan PKP yang dilakukan

perusahaan telah mengacu pada PER-16/PJ/2016.

Cara

menentukan PPh Pasal 21

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Cara menentkan PPh Pasal 21 yang

dilakukan perusahaan telah mengacu pada PER-16/PJ/2016. Sumber: PER-16/PJ/2016


(54)

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan penulis

mengambil salah satu contoh nama pegawai sebagai perbandingan

penghitungan PPh Pasal 21. Pegawai atas nama Musigit jabatan sebagai

Asisten Tanaman dipilih sebagai contoh perbandingan penghitungan PPh

Pasal 21 karena penghitungan terlihat jelas bahwa perusahaan kurang tepat

dalam melakukan penghitungan biaya jabatan. Pada saat penghitungan

biaya jabatan perusahaan hanya memasukan gaji, tunjangan PPh, dan

premi asuransi sebagai penghasilan bruto.

Berikut ini adalah contoh perbandingan penghitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan perusahaan dengan penghitungan

yang dilakukan penulis berdasarkan peraturan yang berlaku.

Tabel 3 Contoh Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Nama Musigit jabatan sebagai Asisten Tanaman

Keterangan Berdasarkan Penghitungan

Perusahaan

Berdasarkan Peraturan yang

Berlaku Gaji 103.902.221 103.902.221 Tunjangan PPh 2.461.618 2.461.618

Tunjangan Lainnya 0 0

Honorarium 0 0

Premi Asuransi 6.968.598 6.968.598

Penerimaan Natura 0 0

Bonus 17.586.587 17.586.587 Jumlah Penghasilan Bruto 130.919.024 130.919.024 Biaya Jabatan 5.666.622 6.000.000 Iuran Pensiun 2.122.075 2.122.075 Jumlah Pengurangan 3.544.547 8.122.075 Jumlah Penghasilan Neto 123.130.327 122.796.949 PTKP 63.000.000 63.000.000 PKP 60.130.000 59.796.000 PPh Pasal 21 Terutang 4.019.500 3.969.400 Sumber: Data yang diolah


(55)

Berdasarkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 jumlah

penghitungan penghasilan bruto yang dilakukan penulis sebesar

Rp130.919.024. Jumlah biaya jabatan (5% x Rp130.919.024) sebesar

Rp6.000.0000 dan jumlah iuran pensiun sebesar Rp2.122.075. Jumlah

pengurangan sebesar Rp8.122.075. Jumlah penghasilan neto

(Rp130.919.024 – Rp8.122.075) sebesar Rp122.796.949. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar Rp63.000.000 yang terdiri dari untuk

diri Wajib Pajak orang pribadi sebesar Rp54.000.000, tambahan untuk

Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp4.500.000, dan tambahan untuk 1

orang anak sebesar Rp4.500.000.. Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP)

yang sebesar Rp59.796.000. Maka jumlah PPh Pasal 21 terutang yang

dilakukan penulis sebesar Rp3.969.400. Tarif Pasal 17 UU PPh atas

Penghasilan Kena Pajak adalah PKP sampai dengan Rp50.000.000 dikenai

tarif 5%, PKP diatas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 dikenai

tarif 15%, PKP diatas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000

dikenai tarif 25%, dan PKP diatas 500.000.000 dikenai tarif 30%.

Data lengkap penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang

dilakukan perusahaan dengan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

yang dilakukan penulis terdapat pada lampiran 1 (satu) dalam skripsi ini.

Data lengkap penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang

dilakukan perusahaan dengan hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal

21 yang dilakukan penulis terdapat pada lampiran 1 (satu) dalam skripsi


(56)

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan

perusahaan dengan yang dilakukan penulis terdapat beberapa perbedaan.

Penghitungan yang berbeda terdiri dari jumlah biaya jabatan, jumlah

pengurangan, jumlah penghasilan neto, jumlah Penghasilan Kena Pajak,

dan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang. Berikut ini disajikan tabel

perbandingan hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang


(57)

42 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 1 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 349.214.255 349.214.255 286.214.000 286.214.000 41.553.500 41.553.500 2 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 266.909.969 266.909.969 194.909.000 194.000.000 24.236.350 24.236.350 3 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 289.723.934 289.723.934 231.223.000 231.223.000 29.683.450 29.683.450 4 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 219.517.765 219.517.765 152.017.000 152.017.000 17.802.550 17.802.550 5 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 171.668.415 171.668.415 104.168.000 104.168.000 10.625.200 10.625.200 6 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 179.367.987 179.367.987 107.367.000 107.367.000 11.105.050 11.105.050 7 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 152.623.336 152.623.336 85.123.000 85.123.000 7.768.450 7.768.450 8 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 168.776.933 168.776.933 101.276.000 101.276.000 10.191.400 10.191.400 9 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 145.779.937 145.779.937 73.779.000 73.779.000 6.066.850 6.066.850 10 6.000.000 6.000.000 3.600.000 8.400.000 162.521.154 162.521.154 90.521.000 90.521.000 8.578.150 8.578.150 11 5.666.622 6.000.000 3.544.547 8.122.075 123.130.327 122.769.949 60.130.000 59.796.000 4.019.500 3.969.400 12 5.883.248 6.000.000 3.721.953 8.161.295 127.397.031 127.280.279 59.897.000 59.780.000 3.984.550 3.967.000 13 4.088.179 4.330.882 2.981.463 5.437.598 81.422.751 81.180.048 27.422.000 27.180.000 1.371.100 1.359.000 14 3.865.040 4.107.743 1.780.760 6.192.023 76.205.535 75.962.832 22.205.000 21.962.000 1.110.250 1.098.100 15 4.243.863 4.501.735 2.186.276 6.559.322 83.733.256 83.475.384 29.733.000 29.475.000 1.486.650 1.473.750 16 6.000.000 6.000.000 3.967.516 8.032.484 127.642.658 127.642.658 60.142.000 60.142.000 4.021.300 4.021.300 17 5.295.213 5.849.112 3.299.694 7.844.631 109.691.515 109.137.616 37.691.000 37.137.000 1.884.550 1.856.850 18 5.066.750 5.624.421 3.038.816 7.652.355 105.393.742 104.836.071 51.393.000 50.836.000 2.708.950 2.625.400 19 5.457.910 6.000.000 3.425.426 8.032.484 113.027.543 112.485.453 45.527.000 44.985.000 2.276.350 2.249.250 20 5.500.678 6.000.000 3.468.194 8.032.484 113.769.247 113.269.925 46.269.000 45.769.000 2.313.450 2.288.450 21 4.477.601 4.988.202 2.633.419 6.832.384 93.442.253 92.931.652 30.442.000 29.931.000 1.522.100 1.496.550 22 5.773.342 6.000.000 3.861.400 7.911.942 118.044.510 117.817.852 46.044.000 45.817.000 2.302.200 2.290.850 Sumber: Data yang diolah


(58)

43 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 23 4.693.787 5.185.311 2.843.671 7.035.427 97.162.317 96.670.793 25.162.000 24.670.000 1.258.100 1.233.500 24 5.532.025 6.000.000 3.693.720 7.838.305 113.130.904 112.662.929 41.130.000 40.662.000 2.056.500 2.033.100 25 4.056.215 4.501.612 2.391.187 6.166.640 84.311.003 83.865.606 12.311.000 11.865.000 615.550 593.250 26 5.516.940 6.000.000 3.682.437 7.834.503 112.866.299 112.383.239 40.866.000 40.383.000 2.043.300 2.019.150 27 4.454.919 4.929.059 2.784.909 6.599.069 92.456.254 91.982.114 20.456.000 19.982.000 1.022.800 999.100 28 4.480.625 4.961.906 2.688.737 6.753.794 92.965.615 92.484.334 25.465.000 24.984.000 1.273.250 1.249.200 29 4.661.705 5.151.367 2.823.480 6.989.592 96.527.414 96.037.752 33.527.000 33.037.000 1.676.350 1.651.850 30 5.655.042 6.000.000 3.913.103 7.741.939 115.112.573 114.767.615 43.112.000 42.767.000 2.155.600 2.138.350 31 3.967.506 4.445.962 2.574.788 5.838.680 83.559.025 83.080.569 11.559.000 11.080.000 577.950 554.000 32 3.581.958 4.005.816 2.062.096 5.525.678 75.014.493 74.590.635 21.014.000 20.590.000 1.050.700 1.029.500 33 4.018.656 4.451.802 2.482.433 5.988.025 83.481.169 83.048.023 20.481.000 20.048.000 1.024.050 1.002.400 34 4.423.975 4.832.532 2.953.153 6.303.354 90.755.843 90.347.286 18.755.000 18.347.000 937.750 917.350 35 4.107.405 4.540.552 2.571.182 6.076.775 85.167.406 84.734.259 17.667.000 17.234.000 883.350 861.700 36 3.505.099 3.915.856 2.727.917 4.693.038 74.034.848 73.624.091 20.034.000 19.624.000 1.001.700 981.200 37 4.110.323 4.538.869 2.610.024 6.039.168 85.166.777 84.738.231 17.666.000 17.238.000 883.300 861.900 38 3.871.284 4.298.653 2.389.970 5.779.967 80.620.459 80.193.090 8.620.000 8.193.000 431.000 409.650 39 4.317.561 4.779.305 2.683.477 6.413.389 89.634.454 89.172.710 17.634.000 17.172.000 881.700 858.600 40 4.298.120 4.764.116 2.664.036 6.398.200 89.350.122 88.884.126 17.350.000 16.884.000 867.500 844.200 41 4.532.166 4.961.249 2.956.809 6.536.606 93.117.448 92.688.365 21.117.000 20.688.000 1.055.850 1.034.400 42 4.781.555 5.210.637 3.206.158 6.786.034 97.855.784 97.426.702 25.855.000 25.426.000 1.292.750 1.271.300 43 4.617.251 5.068.018 2.960.390 6.724.879 95.086.252 94.635.485 23.086.000 22.635.000 1.154.300 1.131.750 44 4.519.666 4.924.431 2.019.367 6.424.730 92.468.651 92.063.886 24.968.000 24.563.000 1.248.400 1.228.150 Sumber: Data yang diolah


(59)

44 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 45 4.616.019 5.056.450 2.981.935 6.690.534 94.878.903 94.438.472 27.378.000 26.938.000 1.368.900 1.346.900 46 4.488.001 4.908.802 2.929.937 6.466.866 92.129.983 91.709.182 20.129.000 19.709.000 1.006.450 985.450 47 4.547.654 4.995.046 2.890.793 6.651.907 93.696.407 93.249.015 26.196.000 25.749.000 1.309.800 1.287.450 48 4.356.771 4.757.123 2.880.701 6.233.193 89.309.609 88.909.257 21.809.000 21.409.000 1.090.450 1.070.450 49 4.533.727 4.941.867 3.033.428 6.442.166 92.803.317 92.395.177 25.303.000 24.895.000 1.265.150 1.244.750 50 4.592.560 5.018.267 3.017.203 6.593.624 94.197.431 93.771.724 26.697.000 26.271.000 1.334.850 1.313.550 51 4.453.665 4.879.372 2.887.308 6.445.729 91.567.418 91.141.711 24.067.000 23.641.000 1.203.350 1.182.050 52 3.808.766 4.216.905 2.308.467 5.717.204 79.029.039 78.620.900 7.029.000 6.620.000 351.450 331.000 53 4.392.567 4.814.224 2.817.210 6.389.381 90.316.556 89.895.099 22.816.000 22.396.000 1.140.800 1.119.750 54 4.160.146 4.610.914 2.503.290 6.267.770 86.401.261 85.950.403 14.401.000 13.950.000 720.050 697.500 55 5.143.059 5.593.826 3.487.003 7.249.882 105.077.400 104.626.639 33.077.000 32.626.000 1.653.850 1.631.300 56 4.356.400 4.775.671 2.820.177 6.311.894 89.620.800 89.201.529 17.620.000 17.201.000 881.000 860.050 57 4.814.718 5.218.444 3.338.648 6.694.514 98.078.091 97.674.365 26.078.000 25.674.000 1.303.900 1.283.700 58 4.261.494 4.708.486 2.686.137 6.283.843 88.332.877 87.885.885 16.332.000 15.885.000 816.600 794.250 59 4.492.699 4.921.782 2.917.342 6.497.139 92.367.574 91.938.491 20.367.000 19.938.000 1.018.350 996.900 60 4.019.616 4.463.422 2.385.532 6.097.506 83.614.746 83.170.940 11.614.000 11.170.000 580.700 558.500 61 5.083.810 5.527.617 3.449.726 7.161.710 103.834.422 103.390.615 31.834.000 31.390.000 1.591.700 1.569.500 62 4.314.949 4.726.464 2.814.650 6.226.763 88.714.022 88.302.507 16.714.000 16.302.000 835.700 815.100 63 4.351.094 4.791.525 2.717.010 6.425.609 89.845.329 89.404.898 26.845.000 26.404.000 1.342.250 1.320.200 64 5.204.283 5.641.339 3.570.289 7.275.333 105.988.502 105.551.446 33.988.000 33.551.000 1.699.400 1.677.550 65 4.541.173 4.955.538 3.024.523 6.472.188 93.052.930 92.638.565 21.052.000 20.638.000 1.052.600 1.031.900 66 4.143.838 4.567.708 2.548.908 6.162.638 85.615.395 85.191.525 18.115.000 17.691.000 905.750 884.550 Sumber: Data yang diolah


(60)

45 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 67 4.214.806 4.665.343 2.639.449 6.240.700 87.516.690 87.066.153 15.516.000 15.066.000 775.800 753.300 68 4.153.069 4.596.518 2.577.712 6.171.875 86.201.926 85.758.477 14.201.000 13.758.000 710.050 687.900 69 4.543.942 4.982.130 2.984.936 6.541.136 93.539.652 93.101.464 21.539.000 21.101.000 1.076.950 1.055.050 70 4.153.269 4.585.359 2.652.970 6.085.658 86.053.613 85.621.523 14.053.000 13.621.000 702.650 681.050 71 4.593.445 5.059.442 2.959.361 6.693.526 94.961.308 94.495.311 22.961.000 22.495.000 1.148.050 1.124.750 72 4.810.218 5.235.925 3.204.401 6.841.742 98.302.469 97.876.762 30.802.000 30.376.000 1.540.100 1.518.800 73 4.463.915 4.904.558 2.807.054 6.561.419 91.970.375 91.529.732 24.470.000 24.029.000 1.223.500 1.201.450 74 3.798.104 4.191.787 2.327.282 5.662.609 78.566.821 78.173.138 11.066.000 10.673.000 553.300 533.650 75 4.175.822 4.572.881 2.830.369 6.918.334 85.936.341 84.539.282 18.436.000 17.039.000 921.800 851.950 76 5.201.152 5.651.919 3.544.271 7.308.800 106.180.341 105.729.574 34.180.000 33.729.000 1.709.000 1.686.450 77 3.660.964 4.094.645 2.026.880 5.728.729 76.597.847 76.164.166 13.597.000 13.164.000 679.850 658.200 78 4.331.146 4.750.103 2.755.789 6.325.460 89.095.553 88.676.596 21.595.000 21.176.000 1.079.750 1.058.800 79 4.561.928 4.962.362 3.101.106 6.423.184 93.224.488 92.824.054 21.224.000 20.824.000 1.061.200 1.041.200 80 4.178.817 4.549.325 2.827.600 5.900.542 85.456.467 85.085.958 17.956.000 17.585.000 897.800 879.250 81 4.145.181 4.512.843 2.822.660 5.835.364 84.789.164 84.421.502 12.789.000 12.421.000 639.450 621.050 82 4.293.881 4.656.378 2.989.604 5.560.655 87.529.401 87.166.904 15.529.000 15.166.000 776.450 758.300 83 4.266.099 4.647.856 2.883.016 6.030.939 87.307.932 86.926.175 15.307.000 14.926.000 765.350 746.300 84 4.716.886 5.098.643 3.333.803 6.481.726 95.872.886 95.491.129 23.872.000 23.491.000 1.193.600 1.174.550 85 4.255.133 4.636.890 2.872.050 6.019.973 87.099.592 86.717.835 15.099.000 14.717.000 754.950 735.850 86 4.185.167 4.566.924 2.802.004 5.950.087 85.770.143 85.388.386 13.770.000 13.388.000 688.500 669.400 87 4.147.937 4.512.224 2.825.956 5.834.205 84.774.565 84.410.278 17.274.000 16.910.000 863.700 845.500 88 4.095.283 4.480.977 2.696.260 5.880.000 84.125.242 83.739.548 16.625.000 16.239.000 831.250 811.950 Sumber: Data yang diolah


(61)

46 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 89 4.262.601 4.636.484 2.910.394 5.988.691 87.114.869 86.740.986 15.114.000 14.740.000 755.700 737.000 90 3.867.404 4.237.912 2.516.187 5.589.129 79.539.614 79.169.106 21.039.000 20.669.000 1.051.950 1.033.450 91 4.196.065 4.566.573 2.808.487 5.954.151 85.747.810 85.377.302 13.747.000 13.377.000 687.350 668.850 92 4.206.493 4.583.751 2.855.276 5.934.968 86.117.319 85.740.061 14.117.000 13.740.000 705.850 687.000 93 3.976.443 4.332.692 2.676.554 5.632.581 81.377.499 81.021.250 9.377.000 9.021.000 468.850 451.050 94 4.178.011 4.542.298 2.856.038 5.864.271 85.345.984 84.981.697 17.845.000 17.481.000 892.250 874.050 95 4.105.499 4.458.873 2.810.020 5.753.352 83.776.487 83.424.113 11.776.000 11.424.000 588.800 571.200 96 4.444.788 4.826.545 3.061.705 6.209.628 90.703.023 90.321.266 18.703.000 18.321.000 935.150 916.050 97 3.579.209 3.956.814 2.279.320 5.256.703 74.257.182 73.879.577 2.257.000 1.879.000 112.850 93.950 98 2.866.524 3.233.771 1.560.053 4.540.242 60.502.422 60.135.175 6.502.000 6.135.000 325.100 306.750 99 3.397.302 3.787.397 1.998.279 5.186.420 70.951.616 70.561.521 16.951.000 16.561.000 847.550 828.050 100 3.348.160 3.733.650 1.996.943 5.084.867 69.973.624 69.588.134 6.973.000 6.588.000 348.650 329.400 101 3.374.490 3.772.853 1.956.852 5.190.491 70.664.922 70.266.559 16.664.000 16.266.000 833.200 813.300 102 3.264.851 3.650.931 1.911.012 5.003.770 68.399.925 68.014.845 14.399.000 14.014.000 719.950 700.700 103 3.499.514 3.877.119 2.199.625 5.177.008 72.742.967 72.365.362 742.000 365.000 37.100 18.250 104 3.653.282 4.049.875 2.270.199 5.432.958 75.961.127 75.564.534 3.916.000 3.564.000 198.250 178.200 105 3.768.550 4.178.253 2.337.656 5.609.147 78.365.616 77.955.913 6.365.000 5.955.000 318.250 297.750 106 3.473.630 3.853.051 2.106.475 5.220.206 72.220.243 71.840.822 4.720.000 4.340.000 236.000 217.000 107 3.248.459 3.629.696 1.897.242 4.980.913 67.994.251 67.613.014 4.994.000 4.613.000 249.700 230.650 108 3.587.251 3.976.874 2.220.096 5.344.029 74.583.083 74.193.460 2.583.000 2.193.000 129.150 109.650 109 3.375.364 3.746.434 2.008.209 5.113.589 70.186.163 69.815.093 7.186.000 6.815.000 359.300 340.750 110 3.447.386 3.820.946 2.112.099 5.156.233 71.636.240 71.262.680 17.636.000 17.262.000 881.800 863.100 Sumber: Data yang diolah


(62)

47 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 111 3.403.152 3.731.841 2.176.390 4.958.603 70.006.901 69.678.212 2.506.000 2.178.000 125.300 108.900 112 4.198.062 4.571.945 2.846.845 5.923.162 85.889.611 85.515.728 13.889.000 13.515.000 694.450 675.750 113 3.693.373 4.083.544 2.355.462 5.421.455 76.639.601 76.249.430 4.639.000 4.249.000 231.950 212.450 114 3.604.788 3.993.821 2.253.571 5.345.038 74.920.415 74.531.382 7.420.000 7.031.000 371.000 351.550 115 3.518.987 3.889.504 2.219.098 5.189.393 72.971.203 72.600.686 9.971.000 9.600.000 498.550 480.000 116 3.963.776 4.353.969 2.532.882 5.784.863 81.684.700 81.294.507 14.184.000 13.794.000 709.200 689.700 117 3.821.245 4.185.532 2.498.724 5.508.053 78.566.864 78.202.577 11.066.000 10.702.000 553.300 535.100 118 4.447.751 4.829.508 3.064.668 6.212.591 90.759.318 90.377.561 18.759.000 18.377.000 937.950 918.850 119 4.108.392 4.486.774 2.851.309 5.779.857 84.334.009 83.955.627 16.834.000 16.455.000 841.700 822.750 120 4.065.196 4.446.953 2.682.113 5.830.036 83.490.780 83.109.023 11.490.000 11.109.000 574.500 555.450 121 3.620.580 4.010.085 2.237.497 5.393.168 75.198.027 74.808.522 3.198.000 2.808.000 159.900 140.400 122 3.896.061 4.255.183 2.591.784 5.559.460 79.903.329 79.544.207 12.403.000 12.044.000 620.150 602.200 123 3.893.826 4.265.458 2.510.743 5.648.541 80.032.251 79.660.619 17.032.000 16.660.000 851.600 833.000 124 4.046.762 4.452.212 2.615.868 5.883.106 83.566.579 83.161.129 11.566.000 11.161.000 578.300 558.050 125 4.468.117 4.846.499 3.085.034 6.229.582 91.078.776 90.700.394 19.078.000 18.700.000 953.900 935.000 126 3.114.216 3.485.378 1.792.235 4.807.359 65.271.357 64.900.195 11.271.000 10.900.000 563.550 545.000 127 3.353.671 3.739.632 1.970.588 5.122.715 70.055.886 69.669.925 16.055.000 15.669.000 802.750 783.450 128 3.406.658 3.785.615 2.084.677 5.107.596 70.983.662 70.604.705 3.483.000 3.104.000 174.150 155.200 129 3.698.135 4.084.179 2.376.154 5.406.160 76.663.476 76.277.432 4.663.000 4.277.000 233.150 213.850 130 3.773.639 4.090.390 2.632.307 5.231.722 76.892.833 76.576.082 9.392.000 9.076.000 469.600 453.800 131 3.568.084 3.890.025 2.374.641 5.083.468 73.038.968 72.717.027 10.038.000 9.717.000 501.900 485.850 132 3.515.858 3.887.427 2.318.051 5.085.234 73.034.883 72.663.314 1.034.000 663.000 51.700 33.150 Sumber: Data yang diolah


(63)

48 Tabel 4 Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo

dengan Penghitungan PPh Pasal 21 yang Dilakukan Penulis (lanjutan)

No. Biaya Jabatan Jumlah Pengurangan Penghasilan Neto PKP PPh Pasl 21 terutang Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis Perusahaan Penulis 133 3.726.429 4.049.338 2.580.519 5.195.248 76.114.426 75.791.517 4.114.000 3.791.000 205.700 189.550 134 3.100.685 3.442.267 1.916.182 4.626.770 64.560.148 64.218.566 1.560.000 1.218.000 78.000 60.900 135 3.836.011 4.171.449 2.623.263 5.384.197 78.380.220 78.044.782 10.880.000 10.544.000 544.000 527.200 136 3.239.724 3.602.580 1.988.672 4.853.632 67.560.829 67.197.973 60.000 302.000 3.000 15.100 137 3.777.729 4.126.708 2.500.067 5.404.370 77.478.773 77.129.794 9.978.000 9.629.000 498.900 481.450 138 2.905.682 3.253.651 1.667.953 4.491.380 60.929.609 60.581.640 6.929.000 6.581.000 346.450 329.050 139 2.742.478 3.090.448 1.504.749 4.328.177 57.828.745 57.480.775 3.828.000 3.480.000 191.400 174.000 140 3.951.050 4.286.488 2.739.932 5.497.606 80.567.589 80.232.151 13.067.000 12.732.000 653.350 636.600 141 3.804.092 4.129.408 2.619.509 5.313.991 77.599.478 77.274.162 14.599.000 14.274.000 729.950 713.700 142 3.990.182 4.328.995 2.779.064 5.540.113 81.378.607 81.039.794 9.378.000 9.039.000 468.900 451.950 143 4.067.715 4.403.153 2.856.597 5.614.271 82.784.229 82.448.791 10.784.000 10.448.000 539.200 522.400 144 3.825.305 4.147.287 2.680.901 5.291.691 77.976.021 77.654.039 5.976.000 5.654.000 298.800 282.700 145 3.760.513 4.077.264 2.619.231 5.218.546 76.643.490 76.326.739 4.643.000 4.326.000 232.150 216.300 146 3.600.464 3.917.215 2.459.134 5.058.545 73.602.514 73.285.763 10.602.000 10.285.000 530.100 514.250 147 3.741.611 4.068.326 2.581.531 5.228.406 76.464.831 76.138.116 4.464.000 4.138.000 223.200 206.900 148 3.834.821 4.154.947 2.693.489 5.296.279 78.122.777 77.802.651 6.122.000 5.802.000 306.100 290.100 149 3.833.375 4.168.813 2.622.457 5.379.731 78.331.968 77.996.530 6.331.000 5.996.000 316.550 299.800 150 3.522.487 3.839.238 2.381.235 4.980.490 72.121.018 71.804.267 9.121.000 8.804.000 456.050 440.200 151 3.963.317 4.270.068 2.811.985 5.411.400 80.306.706 79.989.955 12.806.000 12.489.000 640.300 624.450 152 3.906.677 4.232.114 2.722.174 5.416.617 79.551.105 79.225.668 16.551.000 16.225.000 827.550 811.250 153 3.765.889 4.111.494 2.488.227 5.389.156 77.186.325 76.840.720 9.686.000 9.340.000 484.300 467.000 154 4.374.567 4.713.381 3.163.449 5.924.499 88.681.930 88.343.116 16.681.000 16.343.000 834.050 817.150 Sumber: Data yang diolah


(1)

172 Daftar Sampel Pegawai PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Tahun 2016 (Lanjutan)

No. Nama Pegawai NPWP Jabatan Pegawai JK Status Tanggungan

139 Julkarnain 47.604.319.5-216.000 Petugas Analisa L K 2

140 Sri Hartati 68.607.980.7-221.000 Guru TK P TK 0

141 Magdalena Sidabalok 68.607.988.0-221.000 Guru TK P TK 0

142 Syamsudarman 47.446.653.9-216.000 Pembantu Operator Boiler L K 2

143 Rasum 47.446.672.9-216.000 Pembantu Mekanik Klarifikasi L K 1

144 M. Ali 68.619.134.7-221.000 Tukang Las L K 3

145 Usman Bancin 68.619.129.7-221.000 Operator Rebusan L K 3

146 Mulhadi 47.446.654.7-216.000 Pembantu Operator Boiler L K 3

147 Agus Husodo 47.446.666.1-216.000 Operator Loading Ramp L K 3

148 Paiman 68.619.118.0-221.000 Pembantu Petugas Effluent L K 1

149 Amirhot Harahap 47.604.221.3-221.000 Pembantu Operator S. Press L K 3

150 Muliadi 47.604.346.8-216.000 Mekanik Shift L K 3

151 Leston Edy Sinaga 47.446.639.8-216.000 Petugas Thresser L K 3

152 Paino 47.604.213.0-216.000 Pembantu Operator Klarifikasi L K 1

153 Tugiman 47.635.714.0-216.000 Operator Screw Press L K 2

154 Tony Junedi Hutagalung 47.635.742.1-216.000 Operator Screw Press L K 1 155 Janto Nainggolan 47.635.673.8-216.000 Pembantu Operator Water L K 2

156 Muksin HRP 47.635.651.4-221.000 Mandor Inti Sawit L K 3

157 Dedy Hartian 68.619.124.8-221.000 Pembantu Operator Klarifikasi L K 2

158 Musriadi 47.604.229.6-216.000 Operator Boiler L K 2

159 Saut Saverus Simanjorang 68.619.149.5-221.000 Mekanik Rail Track L K 2

160 Yusnan 68.619.137.0-221.000 Pembantu Mekanik Instalasi L K 3

161 Fadhlan Hilmi 47.635.701.7-216.000 Mekanik Rebusan L K 3


(2)

173 Daftar Sampel Pegawai PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Tahun 2016 (Lanjutan)

No. Nama Pegawai NPWP Jabatan Pegawai JK Status Tanggungan

162 Darlis 47.635.713.2-216.000 Pembantu Operator S. Press L K 3

163 Hotman Sitorus 47.635.704.1-216.000 Krani Produksi Pengiriman L K 3 164 Rahmadin 47.446.627.3-216.000 Pembantu Operator Klarifikasi L K 2

165 Johnson Sihombing 47.635.715.7-216.000 Mekanik Kernel L K 3

166 Rudiyono 47.604.224.7-216.000 Pembantu Operator Power L K 2

167 Budi Bakar 47.635.740.5-216.000 Operator Boiler L K 2

168 Irfansyah Siregar 47.635.730.6-216.000 Operator Wheel Loader L K 3

169 Supriadi 47.446.652.1-216.000 Mekanik Loading Ramp L K 3

170 Sulaiman 47.446.626.5-216.000 Mekanik Water Treatment L K 2

171 Syawaluddin Efendi P 47.604.305.4-216.000 Pembantu Operator Loading L K 3 172 Samion Ginting 47.446.631.5-216.000 Pembantu Operator Water L K 3

173 Rizal 68.619.121.4-221.000 Operator Water Treatment L K 3

174 Zamri 47.446.629.9-216.000 Petugas Thresser L K 3

175 Familuddin 47.604.360.9-216.000 Tukang Bubut L K 2

176 Erniwati Sitohang 68.608.106.8-221.000 Krani Askep Admi Laporan P TK 0

177 Maruli Siagian 68.607.917.9-221.000 Operator Siskomdat L K 1

178 Marincon Sinurat 68.414.447.0-221.000 Mandor TU/TB/TK L K 1

179 Ponijo 68.414.512.1-221.000 Pemanen L K 2

180 Sarmaida Nababan 68.414.464.5-221.000 Petugas Pos UKK P TK 0

181 Imelda Sinaga 68.607.921.1-221.000 Koordinator Hama dan Penyakit P TK 0

182 Suparno. I 68.414.467.8-221.000 Pemanen L K 0

183 Saharuddin 47.604.214.8-216.000 Petugas Sortasi L K 3

184 Suwarno 47.604.220.5-216.000 Pembantu Operator Boiler L K 3


(3)

174 Daftar Sampel Pegawai PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Tahun 2016 (Lanjutan)

No. Nama Pegawai NPWP Jabatan Pegawai JK Status Tanggungan

185 Efrizal 47.635.664.7-216.000 Pembantu Operator Hoisting L K 2

186 Rudi Kurniawan 47.604.234.6-216.000 Petugas Transfer Carriage L K 3

187 Anggoro 47.635.718.1-216.000 Pembantu Operator Boiler L K 2

188 Turiman 47.604.217.1-216.000 Operator Hoisting Crane L K 3

189 M. Syafei 47.446.645.5-216.000 Pembantu Operator Boiler L K 3

190 Salmen Rumapea 47.446.656.2-216.000 Operator Power Plant L K 3

191 Ricky Efendi Siidauruk 47.446.643.0-216.000 Pembantu Operator Hoisting L K 2

192 Muhammad Yasin 68.619.130.5-221.000 Mandor Sortasi L K 0

193 MHD E. Batubara 68.619.148.7-221.000 Petugas Sortasi L K 2

194 M. Yamin 68.418.021.9-221.000 Pembantu Operator Hoisting L K 0

195 Veri Valona 47.446.660.4-216.000 Petugas Perawatan Jalan L K 3

Sumber: SPT Tahunan Pasal 21 Tahun 2016 PT. Perkebunan Nusantara – V Kebun Inti/KKPA Sei Garo Keterangan:

JK : Jenis Kelamin L : Laki-laki P : Perempuan K : Kawin TK : Tidak Kawin


(4)

Lampiran 5

Hasil Wawancara

1. Bagaimana cara perusahaan dalam menentukan penghasilan bruto? Jawab: Gaji poko + tunjangan tetap + tunjangan lain-lain + premi. 2. Tunjangan apa saja yang diberikan kepada pegawai tetap?

Jawab: Tunjangan yang diberikan kepada pegawai tetap adalah tunjangan tetap dan tunjangan lain-lain. Tunjangan lain-lain terdiri dari tunjangan sewa rumah, tunjangan listrik, tunjangan bahan bakar, dan tunjangan air). 3. Apakah perusahaan telah menerapkan penghitungan PPh Pasal 21 sesuai

dengan peraturan yang berlaku Tahun 2016? Jika sudah, peraturan apa yang menjadi dasar penghitungan PPh Pasal 21?

Jawab: Perusahaan sudah menerapkan penghitungan PPh Pasal 21 sesuai dengan peraturan yang berlaku tahun 2016, peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-07/PJ/2016.

4. Bagaimana aturan penghitungan biaya jabatan dan aturan Tunjangan Hari Tua yang dilakukan oleh perusahaan?

Jawab: Aturan yang digunakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Bagaimana penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi

setiap pegawai?

Jawab: Penghitungan PTKP dilakukan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku.

6. Bagaimana pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan? Jawab: Pelaporan dilakukan sebelum tanggal 31 Maret.


(5)

7. Apakah pelaporan PPh Pasal 21 tepat sebelum batas waktu yang telah ditentukan atau tidak? Apakah dikenakan sanksi terkait keterlambatan pelaporan PPh?

Jawab: Pelaporan tidak pernah terlambat, apabila pelaporan terlambat diberikan denda berupa pemotongan gaji sebesar Rp100.000.


(6)