Tesis Syahrianah Syahran

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

TESIS

Tesis ini disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Syahrianah Syahran

NIM . S850809117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA TESIS

Disusun Oleh:

SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Februari 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Mardiyana, M.Si. Dr. Imam Sujadi, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002 NIP. 19670915 200604 1 001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002


(3)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

Disusun oleh

SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal………

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

NIP. 19530915 197903 1 003

………..

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si.

NIP. 19670116 199402 1 001

……….

Anggota penguji 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002 2. Dr. Imam Sujadi, M.Si

NIP. 19670915 200604 1 001

……….

……….

Surakarta, Maret 2011

Mengetahui: Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS, Pendidikan Matematika,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si.


(4)

commit to user PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Syahrianah Syahran

NIM : S850809117

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul:

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

adalah betul-betul hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, 14 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,

Syahrianah Syahran S850809117


(5)

commit to user ABSTRAK

Syahrianah Syahran. S850809117. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif

Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri se Kota Palangka Raya. Tesis. Komisi Pembimbing: (I) Dr. H. Mardiyana, M.Si. (II) Dr. Imam Sujadi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. (3) Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksprimen semu dengan desain faktorial 2 x 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri se Palangka Raya semester I tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian diperoleh dengan stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel 112 siswa yang terdiri dari siswa-siswi SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, dan SMP Negeri 8 Palangka Raya dan masing-masing sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas eksprimen (pembelajaran kooperatif NHT) dan 1 kelas untuk kelas kontrol (pembelajaran kooperatif STAD). Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa nilai UN SMP mata pelajaran matematika untuk penetapan pengambilan sampel berstrata, nilai leger raport mata pelajaran matematika untuk data kemampuan awal, metode tes untuk data hasil belajar matematika pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel dan metode angket untuk data sikap kepercayaan diri. Sebelum instrumen tes dan angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh 3(tiga) validator. Hasil uji coba menunjukkan bahwa 30 butir soal tes valid dan 40 item angket dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Pada uji coba tes hasil belajar matematika dilakukan uji tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas. Sedangkan pada uji coba angket sikap percaya diri dilakukan uji konsistensi internal dan uji reliabilitas. Instrumen tes yang valid dihitung nilai uji reliabiltas dengan KR-20 diperoleh nilai indeks 0,8311, sedangkan nilai indeks reliabilitas angket 0,8356.

Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data menggunakan


(6)

commit to user

analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi α = 5 %, menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII materi sistem persamaan linear dua variabel (Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel), (2)

terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel ( Fb = 30,5719 > 3,0397 =

Ftabel), dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan

sikap percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel, (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, dan (3) Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. (4) Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah.(5) Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran STAD.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT),

Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievement Divisions


(7)

commit to user ABSTRACT

Syahrianah Syahran. S850809117. The Effectiveness in the Cooperative Learning Model of Numbered Heads Together toward the Learning Results in Mathematics in the Main Topic of Discussion of Two-variable Linear Equation System Viewed from the Self-confidence Levels of the 8th-grade Students of the State Junior Secondary Schools throughout Palangkaraya Municipality. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M. Si. Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M. Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University. 2011.

The objectives of this research are to investigate: (1) whether or not the use of the cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT) is able to result in better learning results in Mathematics than that of the cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD); (2) whether or not the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and whether or not the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-self-confidence; (3) whether or not the learning results in Mathematics of the students who are given the cooperative learning model of NHT are better than those of the students who are given the cooperative learning model of STAD among the students with each with high, medium, and low level of confidence.

This research used the quasi-experiment method with the factorial design of 2 x 3. This research was conducted from July to December 2010. The population of this research was the 8th–grade students of the state junior secondary schools throughout Palangka Raya of the first semester in the Academic Year of 2010/2011. The samples were gathered through the stratified random sampling and the cluster random sampling. The number of the samples was 112 students who were the students of SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, and SMP Negeri 8 of Palangka Raya Municipality and from each of the schools 1 class was taken as the experiment class (for the cooperative learning model of NHT) and another class was taken as the control class (for the cooperative learning model of STAD). The instruments of the research were test at SMP Negeri 2 Palangka Raya. The data were gathered through the methods of documentation in the form of the national examination scores in Mathematics of junior secondary schools to establish the stratified random sampling, the ledger scores in Mathematics for the data on the students’ initial ability, test for the data on the learning results in Mathematics in its basic competence in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System, and questionnaire for the data on the students’ levels of self-confidence. Before the instruments of test and questionnaire were experimented, the validity test on those two instruments was conducted by three competent persons in validation. The test indicated that 30 question items of the test and 40 items in the questionnaire were able to be used as the research instruments. In the experiment on the test to obtain the learning results in


(8)

commit to user

Mathematics the tests on the Index of Difficulty, the Index of Differentiability, and the reliability were conducted while the internal consistency test and the reliability test were conducted on the questionnaire on self-confidence. The reliability test with KR-20 conducted on the test instrument to obtain its validity resulted in the index value of 0.8311 while the reliability test conducted on the questionnaire instrument resulted in the index value of 0.8356. The prerequisite for the data analysis used the Lilliefors Test on the normality test and the Bartlett Test on the homogeneity test. The data were then analyzed by using the two-way Analysis of Variances with unequal cells. The results of the analysis were: (1) there is no difference in the influence of the use between those two learning models toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the 8th-grade students (Fa = 0.5499 < 3.8870 = Ftable); (2) there is a difference

in the influence of the students’ self-confidence levels toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the students each with high, medium, and low level of self-confidence (Fb =

30.5719 > 3.0397 = Ftable); and (3) there is an interaction between the use of the

learning models and the students’ levels of self-confidence toward their learning results in Mathematics in the main topic of discussion Two-variable Linear Equation System (Fab = 3.9947 > 3.0397 = Ftable).

The results of this research are: (1) the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD toward the students’ learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System; (2) the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-confidence; and (3) among the students who are given the cooperative learning model of NHT those with high level of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with medium and low levels of self-confidence and those with medium level of self-self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with low level of self-confidence. (4) Meanwhile, among the students who are given the cooperative learning model of STAD those with high level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with medium level of self-confidence while those with high and medium levels of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with low level of self-confidence. (5) Among the students each with high, medium, and low level of self-confidence the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD.

Keywords: Cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT), cooperative learning model of Student Team Achievement Division,


(9)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan”. (Q.S Al-Insyirah: 6)

“Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu”.

(Q.S Al-Mujadalah: 11)

“Tetaplah berlaku Jujur, karena Jujur menuju Kebaikan, sedangkan Kebaikan menuju Jalan yang lurus”.

(Sabda Rasullullah)

Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tesis ini ku persembahkan kepada:

1. Ayahnda Syahran Badruzzaman (alm) dan Ibunda Djuaimah Santung yang selalu dalam hati dan doa anakmu.

2. Suami tercinta Suharyono dengan tulus dan ikhlas mendoakan, mendukung serta penyemangat untuk keberhasilan dalam penyelesaian studi dan tesis ini.

3. Anaknda tersayang Ayu Haryono Permatasari yang selalu mendoakan dan membantu dalam penyelesaian tesis ini.

4. Saudaraku, kakak, adik-adik serta keponakan-keponakan yang tersayang dengan penuh pengertian , selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dukungan. 5. Temanku Pancarita yang memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk

keberhasilanku.

6. Anak-anak Mahasiswaku (Arini, Saniadora, Irma,Yesi, Norhayati dan Hana) yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan Kelas Kalimantan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan doa serta persayudaraannya.


(10)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmatNya sehingga sehingga tesis yang merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan dan terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatNya.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian laporan hasil penelitian ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan, bimbingan, saran dan bantuan berbagai pihak. Melalui laporan hasil penelitian ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi sampai selesai di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan untuk banyak belajar. 3. Dr. H. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.


(11)

commit to user

4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Dosen Pembimbing II dengan sabar, tekun dan tulus memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi, arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti.

6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah memberikan ijin penelitian di SMP Negeri se Kota Palangka Raya.

7. Kepala SMP Negeri 1, Kepala SMP Negeri 2, Kepala SMP Negeri 6, dan Kepala

SMP Negeri 8 Palangka Raya beserta Bapak dan Ibu Guru yang telah memberikan fasilitas, tenaga, pikiran dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat tersusun.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009/2010 yang selalu memberikan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga hasil penelitian bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 14 Februari 2011


(12)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN……… iv

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT……….. … vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Pemilihan Masalah ………. 9

D. Pembatasan Masalah ……… 10

E. Rumusan Masalah ……….. 10

F. Tujuan Penelitian……… 11

G. Manfaat Penelitian ……… 12

BAB II LANDASAN TEORI ……….. 13

A. Kajian Pustaka ……… 13

1. Hasil Belajar Matematika ………. 13

2. Pembelajaran Kooperatif ……… 15

3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together(NHT) 22 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ... 26


(13)

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan ……… 34

C. Kerangka Berpikir ………. 36

D. Hipotesis Penelitian………. 40

BAB III METODE PENELITIAN ……… 42

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ……….. 42

B. Jenis Penelitian ………. 43

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………… 44

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 45

1. Variabel Penelitian ……… 45

2. Metode Pengumpulan Data ……….. 47

3. Instrumen Penelitian ……… 49

E. Teknik Analisis Data ………. 55

1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis……… 55

2. Uji Keseimbangan ……… 57

3. Uji Hipotesis ……… 59

4. Uji Komparasi Ganda ……….. 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 65

A. Hasil Uji Coba Instrumen………... 67

1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika………. … 67

a. Uji Validitas Isi………... 67

b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal……… 67

c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal………. 68

d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes……… 68

2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri………. 69

a. Uji Validitas Isi……….. 69

b. Uji Konsistensi Internal………. 69

c. Uji Reliabilitas……… 70

B. Deskripsi Data………. 70


(14)

commit to user

2. Data Skor Angket Sikap percaya Diri Siswa………….…… 71

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data……….. 72

1. Uji Keseimbangan ……… 72

2. Uji Normalitas …..……… 74

3. Uji Homogenitas……… 75

D. Hasil Pengujian Hipotesis……… 76

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ……….. 76

2. Uji Lanjut Pasca Anava ……… 77

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ……… 80

1. Hipotesis Pertama ………. 80

2. Hipotesis Kedua……… 81

3. Hipotesis Ketiga ……….. 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……….. 89

A. Kesimpulan………. 89

B. Implikasi ………. 90

C. Saran……… 91

DAFTAR PUSTAKA ..………. 94


(15)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika

SMP Negeri Kota Palangka Raya………..……… 1

Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010……… 2

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT…..………….……… 24

Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual ……….……….. 27

Tabel 3.1 Jadwal penelitian………..……… 42

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian……….………….. 43

Tabel 3.3 Sampel Penelitian……….………… 45

Tabel 3.4 Kategori Angket Sikap Percaya Diri……… 47

Tabel 3.5 Rangkuman Anava Dua Jalan……..……… 61

Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……..……….. 71

Tabel 4.2 Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri…. ………. 71

Tabel 4.3 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika………. 72

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas kemampuan Awal …………..……… 73

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksprimen, Kelas Kontrol, dan Sikap percaya Diri ………..……… 74

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas……… 75 Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak


(16)

commit to user

Sama………….……… 76

Tabel 4.8 Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal…….………... 77

Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom……… 78


(17)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Penentuan Sampel Penelitian ……….. 97

Lampiran 2 RPP Pembelajaran Kelas Eksprimen (NHT)……….. 98

Lampiran 3 RPP Pembelajaran Kelas Kontrol (STAD)………. 109

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ……… 120

Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ……….. 138

Lampiran 6 Soal Uji Coba tes Hasil Belajar matematika……… 141

Lampiran 7 Pedoman Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika……… 149

Lampiran 8 Lembar Validasi Butir Tes Hasil Belajar Matematika…….... 158

Lampiran 9 Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika….. 173

Lampiran 10 Rekap Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ………. 193

Lampiran 11 Rekap Reliabilitas Uji coba Tes hasil Belajar Matematika … 194 Lampran 12 Kisi-kisi Penyusunan Angket Sikap Percaya Diri…………... 195

Lampiran 13 Angket Sikap percaya Diri ………. 196

Lampiran 14 Lembar Validasi Intrumen Angket Sikap Percaya Diri ……. 199

Lampiran 15 Skor Uji Coba Angket Sikap Percaya Diri ………. 211

Lampiran 16 Uji Konsistensi Internal Angket Sikap Percaya Diri ……… 223

Lampiran 17 Uji Reliabilitas Angket Sikap Percaya Diri ……… 224

Lampiran 18 Data Dokumentasi Nilai Awal………. 225

Lampiran 19 Data Induk kelas Eksprimen (NHT)……… 228


(18)

commit to user

Lampiran 21 Rangkuman Perhitungan Pengkategorian Sikap Percaya

Diri ……… 234

Lampiran 22 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika …… 236

Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksprimen ……… 238

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ………… 243

Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ……….. 247

Lampiran 26 Uji Keseimbangan Antara kelas Eksprimen (NHT) dan

Kelas Kontrol (STAD) ……… 249

Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksprimen (NHT)………. 253

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol Pembelajaran STAD………… 258

Lampiran 29 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Tinggi ... 263 Lampiran 30 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Sedang... 267

Lampiran 31 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Rendah …….. 271

Lampiran 32 Uji Homogenitas Sikap Percaya Diri Siswa……… 275

Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran……… 276

Lampiran 34 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama………… 277


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan baik di tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi bahkan termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional pada setiap akhir jenjang pendidikan.

Menurut Kepala Bidang SMP/MTs dan SMA/MA (2009), rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Kota Palangka Raya dari tahun pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2009/2010 ada peningkatan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya

NO. TAHUN PELAJARAN RATAAN

1. 2005/2006 6,18

2. 2006/2007 6,26

3. 2007/2008 6,29

4. 2008/2009 6,31

5. 2009/2010 6,59

Sumber data :Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.

Tetapi, jika dilihat masing-masing dari 16 SMP Negeri Kota Palangka Raya masih ada rataan nilai ujian nasional matematika yang kurang dari 6,00 seperti terlihat pada tabel berikut.


(20)

Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010

NO. Nama Sekolah Rataan NUN

1. SMP NEGERI 1 Palangka Raya 5,55

2. SMP NEGERI 2 Palangka Raya 7,12

3. SMP NEGERI 3 Palangka Raya 7,00

4. SMP NEGERI 4 Palangka Raya 5,60

5. SMP NEGERI 5 Palangka Raya 5,96

6. SMP NEGERI 6 Palangka Raya 7,21

7. SMP NEGERI 7 Palangka Raya 6,12

8. SMP NEGERI 8 Palangka Raya 6,62

9. SMP NEGERI 9 Palangka Raya 5,73

10. SMP NEGERI 10 Palangka Raya 6,22

11. SMP NEGERI 11 Palangka Raya 5,87

12. SMP NEGERI 12 Palangka Raya 8,78

13. SMP NEGERI 13 Palangka Raya 8,15

14. SMP NEGERI 14 Palangka Raya 7,03

15. SMP NEGERI 15 Palangka Raya 6,50

16. SMP NEGERI 16 Palangka Raya 5,92

Sumber Data: Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.

Secara umum tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan yang bersifat (1) formal, yaitu penataan nalar dan pembentukan kepribadian siswa serta (2) informal, yaitu penerapan matematika dan keterampilan matematika. Keduanya perlu dilaksanakan secara profesional sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang memerlukan matematika (Soedjadi, 2000: 138).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 merupakan

penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang dilaksanakan oleh tingkat satuan pendidikan mulai tahun pelajaran 2007. Dalam KTSP 2006, standar kompetensi mata pelajaran


(21)

matematika untuk tujuan pengajaran matematika adalah: (1) melatih cara berpikir dan menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas yang kreatif, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Depdiknas, 2006 : 1).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pelaksanaannya diharapkan sekolah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah yang bersangkutan agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab kebutuhan daerah dimana sekolah tersebut berada. Dengan KTSP diharapkan ada perubahan pola pikir bagi guru dalam mengelola kelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bagaimana supaya guru dapat mengantisipasi dan mengembangkan KTSP yang berbasis kompetensi, reorientasi pembelajaran dari guru menjadi pembelajaran siswa.

Salah satu wujud tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Bersamaan dengan kemajuan IPTEK maka pelaksanaan pembelajaran menjadi kompleks, karena komponen dalam proses pembelajaran turut mempengaruhi hasil belajar antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode, media, guru, dan siswa. Peran guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: latar belakang pendidikannya, kemampuan dalam menyajikan materi, sikap terhadap pendidik (siswa), sarana dan prasarana penunjang lainnya. Demikian juga peserta didik perbedaan individual turut mempengaruhi, seperti tidak semua peserta didik dapat menangkap makna dari materi yang diberikan.


(22)

Dalam KTSP diamanatkan adanya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, dimana belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan daripada untuk mengumpulkan sesuatu. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat membangun pikirannya sesuai dengan apa yang dimilikinya untuk menemukan sesuatu. Setelah diberlakukannya KTSP sekarang ini, secara umum kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah belum banyak guru dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif di dalam kelas.

Guru seharusnya dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, tetapi menurut pengamatan peneliti masih banyak guru yang tidak sepenuhnya melaksanakan KTSP dengan baik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, masih banyak siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran matematika, saat guru bertanya kepada siswa tentang konsep yang baru dipelajari siswa tidak bisa menjawab, diberikan tugas rumah masih ada siswa mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai bahkan ada yang tidak mengerjakannya. Guru dalam proses pembelajaran hanya memberikan rumus-rumus dan contoh soal serta latihan soal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna atau mendiskusikan dengan siswa lain. Sedangkan belajar matematika dengan mengandalkan, mengingat, dan menghafal rumus tanpa dipahami tidak bermakna. Meskipun ada guru yang mencoba menerapkan pembelajaran aktif di dalam kelas, namun masih banyak dilakukan secara klasikal atau diskusi biasa. Pada akhirnya efektifitas pembelajaran aktif yang dilakukan belum optimal dan hasil belajar siswapun kurang memuaskan.


(23)

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti kurang motivasi, kurang percaya diri belajar siswa pada pelajaran matematika. Salah satu yang menjadi kendalanya adalah siswa beranggapan bahwa matematika itu sukar, rumit dan hanya berhubungan dengan angka-angka saja. Oleh karena itu perlu dicarikan jalan keluarnya agar dalam proses pembelajaran matematika siswa terlibat aktif dan memperoleh pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.

Permasalahan di atas menunjukkan diperlukan pula pembenahan pada proses pembelajaran, dalam hal ini dapat berkaitan dengan strategi, model, ataupun metode pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya ditentukan oleh penerapan pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model ataupun metode dalam pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa dari mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman.

Kegiatan-kegiatan pembelajaran juga memuat interaksi antar siswa juga interaksi antara guru dan siswa. Karenanya suasana kelas juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat membangun interaksi dan kerjasama baik dengan teman lain maupun dengan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang memberi fasilitas pada siswa untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu konsep belajar yang sangat menekankan aspek kerjasama, bukan persaingan. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk


(24)

pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran (Wagiran, 2006:26). Model pembelajaran kooperatif ini berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.

Dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran matematika di kelas VIII SMPN Palangka Raya ternyata kondisi pembelajaran matematika masih ada proses pembelajaran cenderung satu arah. Saat pembelajaran berlangsung guru aktif mengajar hanya menyampaikan materi, sementara siswa secara pasif mendengarkan, mencatat, menghafal, dan mengerjakan soal sesuai contoh yang diberikan. Sehingga sebagian besar siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Meskipun demikian ada pula beberapa guru mengatakan sudah melaksanakan pembelajarankooperatif dengan diskusi biasa namun hasil ulangan harian siswa masih ada yang memperoleh di bawah standar ketercapaian yang diinginkan oleh sekolah yaitu, untuk nilai matematika 65 ke atas dan 85 % siswa menguasai indikator secara klasikal. Disamping itu siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik, siswa yang memiliki kemampuan tinggi sajalah yang bisa dan berani berbicara mengemukakan pendapat sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu jawaban dari teman yang bisa mengerjakan. Karena itu guru masih perlu berusaha untuk

menarik minat siswa yang kurang dalam pembelajaran ini, sehingga perlu diupayakan memilih model pembelajaran yang menarik.

Pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah pembelajaran dengan diskusi kelompok dengan pendekatannya menekankan kepada proses belajar siswa aktif penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dikurangi


(25)

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2007:177). Pembelajaran ini berorientasi pada siswa karena guru memegang peran yang sangat dominan mengatur pembelajaran agar siswa belajar aktif seoptimal mungkin. Dari fakta yang ada bahwa dalam proses belajar mengajar matematika, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya siswa.

Komponen lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah diri siswa sendiri. Karakteristik dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain terkait dengan rasa percaya diri, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya sangat membantu dalam belajar matematika untuk mencapai hasil yang baik. Kepercayaan diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengatasi permasalahan dengan langkah tepat, kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut orang lain mengejek dan menyalahkannya. Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi dengan baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor kepercayaan diri siswanya. Interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa terjadi dalam proses pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberhasilan belajar yang dicapaipun tergantung pada beberapa faktor internal diantaranya adalah kemampuan awal siswa, rasa percaya diri yang dimiliki siswa, dan faktor eksternal diantaranya karakteristik mata pelajaran, kompetensi


(26)

guru dan model pembelajaran atau metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Meskipun demikian tepat atau tidaknya suatu model pembelajaran baru terlihat dari keinginan siswa untuk belajar dan terbukti dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan peran siswa belajar lebih aktif sehingga hasil belajarpun akan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah jika pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat hasil belajar akan menjadi baik. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin diakibatkan oleh penguasaan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Mengingat penguasaan kemampuan awal mempunyai peranan yang penting dalam belajar matematika. Terkait hal ini, dapat dilakukan penelitian apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung dari kemampuan awal yang dimiliki siswa.

3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan oleh siswa beranggapan matematika sukar sehingga siswa kurang aktif hanya mengikuti


(27)

pembelajaran begitu saja dan hanya mengorganisasi sendiri apa yang diperolehnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yaitu apakah dengan pemilihan model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini dapat dilakukan penelitian apakah sikap percaya diri ikut serta mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

C. Pemilihan Masalah

Beberapa masalah di atas tidak mungkin dibahas secara bersamaan dalam satu penelitian saja oleh peneliti dengan alasan keterbatasan peneliti. Pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah terkait pada permasalahan nomor 1 dan 4 yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar matematika, yang mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.

D. Pembatasan Masalah

Dari pemilihan masalah di atas, perlu dilakukan pembatasan masalah supaya penelitian dapat dilakukan tidak menyimpang dari sasaran pokok, yaitu:


(28)

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP pada kompetensi dasar materi pokok Sitem Persamaan Linier Dua Variabel (SLPDV)

2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

3. Sikap percaya diri siswa adalah pada sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemilihan dan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi hasil belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang hasil belajar matematikanya lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah?

3. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran, apakah hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya


(29)

diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri yang sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah.

3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Untuk mengetahui


(30)

apakah pada masing-masing model pembelajaran, hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam memilih pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka upaya peningkatan hasil belajar.

2. Memberikan informasi kepada guru, calon guru dalam pembelajaran matematika sikap percaya diri perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. 3. Memberikan masukan bagi penelitian berikutnya yang sejenis.


(31)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar Matematika.

Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika prestasi yang diraih sesuai dengan target yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 700) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Slameto berpendapat prestasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak pada periode tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008:45) hasil belajar adalah taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari uraian di atas, hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai dari usaha yang telah dilakukan untuk menambah pengetahuan, pemahaman di bidang matematika, mengembangkan keterampilan berkaitan dengan matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2)ranah afektif (affective domain), dan (3) psikomotor (psykomotor domain). Ranah kognitif berkenaan


(32)

commit to user

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yaitu kemampuan menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, gerakan refleks dan lain-lain. Ranah kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pendidikan.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi faktor usia, kematangan, pengalaman, minat, motivasi, kepercayaan diri dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa meliputi lingkungan sekolah, masyarakat, bahan pengajaran, sarana dan media.

Untuk belajar dengan baik siswa sangat memerlukan kondisi yang memungkinkan ia dapat melihat, mendengar dan melakukan proses belajar dengan baik karena akan mempengaruhi tingkat kedalaman konsep siswa pada saat proses


(33)

commit to user

pembelajaran berlangsung. Tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa pada saat mengajarkan matematika harus sesuai dengan tingkat kemampuannya. Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dan dapat dengan mudah menyerap materi yang diberikan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat berkenaan dengan materi SPLDV menjadi sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yaitu diantaranya dengan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan penilaian atau evaluasi belajar. Penilaian dalam hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan belajar tetapi juga untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang telah dipelajari oleh siswa.

Jadi, hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah penguasaan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang diukur dengan tes pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel.

2. Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.


(34)

commit to user

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif. Salah satunya yang diungkapkan oleh Slavin (1995:2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain belajar.

Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2006) juga mengungkapkan “Essentially then cooperative learning represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members”.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan pergeseran paradigma pendidikan dari pendekatan berpusat pada guru untuk lebih berpusat pada siswa dalam kelompok kecil. Ini menciptakan peluang bagus bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah dengan bantuan anggota kelompoknya.

Menurut Slavin (1995:5) ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) penghargaan kelompok, (2) tanggung jawab individu, dan (3) kesempatan yang sama untuk sukses. Kelompok akan memperoleh penghargaan jika mencapai kriteria tertentu. Tanggung jawab individu mempunyai makna bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan


(35)

commit to user

tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Beberapa catatan untuk definisi yang diungkapkan oleh Slavin adalah sebagai berikut yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur yang sama, dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) ketergantungan positif, (2) tanggung jawab individu, (3) kemampuan bekerjasama, (4) pengelolaan interaksi kelompok, (5) pengelompokkan heterogen, dan (6) aturan guru ketika siswa dalam kelompok (Jacobs, 1996:17-21). Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, guru harus memperhatikan komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga suatu pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika dalam pelaksanaannya di ruang kelas komponen-komponen tersebut muncul. (Jacobs, 1996:26-27).


(36)

commit to user

1. Menekankan pada penghargaan. Penghargaan ini merupakan kunci untuk mendorong

ketergantungan positif.

2. Penghargaan yang diungkapkan Slavin tidak diberi tingkatan nilai. Tingkatan nilai diperoleh secara individual. Jadi, sementara kelompok memperoleh penghargaan yang sama, setiap anggota kelompok mungkin memperoleh nilai yang berbeda-beda, misalnya satu anggota kelompok memperoleh nilai A, anggota yang lain mungkin memperoleh nilai C.

3. Kemampuan bekerjasama tidak secara eksplisit dilatih.

4. Keheterogenan kelompok didasarkan pada pencapaian skor sebelumnya. 5. Tanggung jawab individu ditekankan pada kuis individual

Menurut Artzt dan Newman (1997:2), pembelajaran kooperatif melibatkan suatu kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim untuk menyelesaikan masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap


(37)

commit to user

anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Nickson (dalam Hudojo, 2005) adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, dimana terjadi transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman siswa terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa. Sehingga menurut Hudojo (2005:33-34) pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Dalam proses pembelajaran, perolehan informasi tidak berlangsung satu arah dari sumber informasi ke penerima informasi, tetapi pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga skemata (jaringan konsep)nya menjadi mutakhir. Ini berarti proses pembelajaran tidak semata-mata pengelolaan siswa, lingkungan dan fasilitas belajarnya. Pengetahuan harus dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman /pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, siswa percaya bahwa


(38)

commit to user

keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman, teman yang lebih mampu membantu teman yang lemah, dan setiap anggota kelompok tetap memberikan sumbangan pada prestasi kelompok dan para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Peklaj Cirila (2006) mengemukakan: A learning situation can be structured in different ways, as an individual, competitive, or cooperative activity. Each of these structures can be used for different learning outcomes (Situasi belajar dapat dibentuk dengan cara yang berbeda, baik dengan sendiri, kompetisi atau kerjasama). Hal ini dapat diungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh Babatunde A.Adeyemi, tahun 2008 yang dipublikasikan pada Journal Internasional yang berjudul Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Sosial Studies”, menyatakan bahwa “the results showed that student exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial.

Agar lebih spesifik, ciri-ciri pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik (Hudojo, 2005:34) antara lain sebagai berikut.

1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.


(39)

commit to user

2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) terjadi. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Banyak model pembelajaran matematika yang didasari oleh teori

konstruktivistik, seperti pembelajaran yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu keaktifan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya itu (Suparno, 1997:65-66). Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Siswa belajar matematika secara kooperatif, antara siswa dengan siswa aktif berdiskusi, dimana diskusi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dapat memperlancar komunikasi matematik secara efektif baik itu metode pemahaman konsep/prinsip maupun alasan-alasan logik (Hudojo, 2005:47). Pembelajaran kooperatif yang dilakukan tidak sekedar belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu. Antara siswa dapat saling bertanya, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan orang lain, memberikan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Menurut Hudojo (2005:48) ciri usaha investigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok digunakan dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Apabila pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan akan melibatkan siswa secara emosional dan sosial selama pembelajaran berlangsung sehingga matematika menjadi lebih menarik dan siswa mau belajar.


(40)

commit to user

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( 2000: 7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya adalah tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Numbered Head Together sebagai tipe dari model pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (Anita Lie 2010: 59). Pada pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.


(41)

commit to user

Selain itu model pembelajaran Numbered Head Together memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Tahapan dalam pembelajaran Numbered Head Together antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000: 28).

Tahap 1: Penomoran.

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

Tahap 2: Mengajukan pertanyaan.

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.

Tahap 3: Berpikir bersama.

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Tahap 4: Menjawab.

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Langkah – langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.


(42)

commit to user

Tabel 2.1 Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT

Guru merancang model pembelajaran ini disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kebutuhan siswa agar berkembang optimal. Dengan demikian proses pembelajaran berlangsung efektif. Sehingga setelah selesai pembelajaran diharapkan ada perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa berkaitan dengan pengetahuan matematika.

No. Langkah – langkah Keterangan

1. Persiapan Guru mempersiapkan RPP dan soal – soal

2. Pembentukan kelompok dan

Penomoran

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dengan jenis kelamin dan kemampuan yang berbeda. Setelah itu memberikan nomor pada setiap siswa berdasarkan banyaknya siswa.

3. Diskusi masalah Guru memberi soal pada siswa dalam

kelompok, kemudian siswa berpikir bersama untuk menyelesaikan soal dan meyakinkan anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban soal tersebut.

4. Memanggil nomor anggota atau

pemberian jawaban

Guru memanggil beberapa nomor untuk menyelesaikan setiap soal dan para siswa memberikan jawaban di depan kelas .

5. Memberikan kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban

akhir dari semua soal yang ada.

6. Memberi penghargaan Guru memberi penghargaan berupa kata –

kata pujian pada siswa dalam kelompok yang menjawab benar.


(43)

commit to user

Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. 2) Masing-masing siswa dalam kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan. 3) Siswa mendiskusikan hasil kerjanya dengan teman satu kelompok.

4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

5) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

6) Siswa dari kelompok lain yang berbeda pendapat mengemukakan pendapatnya. 7) Guru dan siswa mengadakan evaluasi.

8) Memberikan tugas rumah.

9) Menutup pelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompok agar saling membantu untuk menguasai materi yang diberikan. Newman and Thompson (dalam Armstrong) mengemukakan bahwa:” STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, ...” (STAD adalah tehnik pembelajaran


(44)

commit to user

kooperatif yang sukses untuk meningkatkan prestasi akademik, ...). Artinya STAD baik digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

Slavin (1995:71-73) menguraikan STAD menjadi lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar dalam kelompok, kuis, skor perkembangan individual, dan pengakuan atau penghargaan kelompok. Komponen-komponen tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam tahap-tahap pembelajaran model STAD sebagai berikut (Jacobs, 1996:94).

Tahap 1. Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui demonstrasi, buku teks, dan lain-lain. Pada presentasi kelas ini siswa harus menyadari bahwa mereka harus memberikan perhatian penuh pada presentasi materi oleh guru, karena dengan fokus pada presentasi tersebut akan membantu mereka dalam mengerjakan tugas kelompok.

Tahap 2. Kelompok heterogen yang terdiri dari 4 atau 5 orang mempelajari bersama-sama materi yang telah dipresentasikan oleh guru melalui lembar kerja siswa, buku teks atau sumber lainnya. Tujuan utama kelompok adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar, atau lebih khusus, untuk mempersiapkan setiap anggota kelompok menghadapi kuis individual dengan baik

Tahap 3. Siswa menjawab kuis secara individual. Pada tahap ini siswa tidak diperbolehkan untuk membantu siswa yang lain dalam menjawab kuis. Jadi, setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk menjawab kuis.


(45)

commit to user

Tahap 4. Setiap skor siswa pada kuis dan rata-rata mereka pada kuis sebelumnya digunakan untuk menghitung berapa banyak poin yang diberikan seorang anggota kelompok kepada kelompoknya. Poin sumbangan tersebut oleh Slavin disebut sebagai poin perkembangan individual. Kemudian, setiap poin perkembangan individual anggota kelompok dirata-ratakan untuk menentukan skor kelompok. Berdasarkan skor ini setiap kelompok diberi penghargaan berupa sertifikat Good Team, Great Team dan Super Team.

Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual (Slavin, 1995:80)

Skor Kuis Siswa Poin untuk Kelompok

Lebih dari 10 poin dibawah rata-rata sebelumnya *) 10 poin hingga 1 poin dibawah rata-rata sebelumnya Rata-rata sebelumnya sampai 10 poin di atas rata-rata sebelumnya

Lebih dari 10 poin diatas rata-rata sebelumnya

Pekerjaaan sempurna (tidak berdasarkan rata-rata sebelumnya)

5 10 20 30 30

*)Rata-rata sebelumnya merujuk pada skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya.

Tabel Penghargaan Kelompok

Rata-rata Poin Perkembangan Penghargaan

0 < x ≤ 10 10 < x ≤ 20 20 < x ≤ 30

Good Team Great Team Super Team


(46)

commit to user

5. Pengertian Sikap Percaya Diri

Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah mengandung arti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Untuk dapat membentuk cara belajar yang baik diperlukan sikap mental yang baik. Siswa yang memiliki sikap mental yang sehat akan mampu mengatasi kesukaran yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Di samping itu dengan memiliki sikap mental yang sehat, siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan penuh kepuasan dan kegembiraan serta memiliki rasa percaya diri.

Percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri di mana keyakinan tersebut merupakan keyakinan akan akan kemampuan dan kesangupan diri sendiri dalam beraktivitas serta menghadapi bebagai situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini dengan adanya suatu percaya diri, seorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya.

Para orang tua, guru, dan pemimpin pasti setuju bahwa sikap percaya diri adalah penting untuk ditumbuhkan dalam usaha membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sikap percaya diri ini dapat membuat seseorang menjadi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang ia merasa bisa, dan dapat membuatnya berprestasi dalam bidang yang ditekuninya. Kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung semenjak usia dini, dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi


(47)

commit to user

pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. M. Junaidi (2004 : 2) berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi untuk bisa berinteraksi dengan orang lain agar menjadi manusia yang utuh. Sikap percaya diri tidak hanya ditentukan keadaan, yang dihadapi saat ini namun juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa lalu, situasi sekarang dan diharapkan di masa yang akan datang. Samsi Haryanto (1994 : 2) berpendapat kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Jose R. Goris (2007 : 738) contingency model berniat untuk menanggapi situasi tertentu dan individu tertentu. Mereka juga berusaha untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan kualitas kehidupan kerja.

Pendapat Sheenah Hankin (2005 : 1) seseorang bisa percaya diri harus menempuh jalan menuju kebebasan hingga sampai ke suatu tempat yang disebut kematangan emosi. Selanjutnya Gerungan berpendapat sikap-sikap otoriter, sikap over protection dan sikap penolakan anak-anaknya dari pada orang tua dapat menjadi handicamp bagi perkembangan sosial anak-anak. Sedangkan Secrd & Backman dalam Saifudin Azwar (2000 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan prendisposisi tindakan (kognisi) seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya.

Untuk dapat memberikan perhatian rasa ingin tahu perlu dirangsang karena perhatian tersebut akan selalu terpelihara selama pembelajaran berlangsung dan bahkan


(48)

commit to user

akan dapat melekat lebih lama lagi. Rasa ingin tahu dapat dipancing atau dirangsang dengan elemen-elemen yang baru, unik, kontradiktif dan kompleks. Misalnya siswa bersikap percaya diri mempelajari Matematika berarti di dalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dengan senang sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk memahami objek (mata pelajaran Matematika). Menurut Muhammad Asrori (2008 : 199) respon penyesuai diri, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Menurut Slavin (2008 : 36) beberapa kajian telah menemukanbahwa ketika para siswa bekerja

bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok membuat merekamengekspresikan

norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Martin dalam Windy Asmiana (2003 : 1) melakukan penelitian tentang sikap percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boarding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Markku S. Hannula (2004: 1) mengemukakan, ... indicates that the learning of mathematics is influenced by a pupil’s mathematics-related beliefsw, especially self-confidence. Pernyataan menunjukkan


(49)

commit to user

bahwa pembelajaran matematika dipengaruhi oleh keyakinan seorang murid yang terkait matematika, terutama rasa percaya diri.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas disimpulkan setiap percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Ada beberapa Karakteristik Sikap, menurut Magnis Suseno dalam Herman J. Waluyo (2002 : 96) ada tujuh sikap keutamaan yang mendasari kepribadian yang mantap bagi seorang ilmuwan, yaitu kejujuran, menghargai nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, memiliki keberanian moral, memiliki kerendahan hati, serta bersikap realistis dan kritis terhadap berbagai fenomena duniawi manusiawi. Menurut Sax dalam Saifudin Azwar (2000 : 25) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yaitu:

a. Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Orang yang setuju; memihak terhadap suatu objek sikap yang arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju memihak terhadap suatu objek yang arahnya negatif.


(50)

commit to user

b. Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekeuatan sikap terhadap suatu objek belum tentu sama, walaupun arahnya sama. Dua orang sama-sama tidak suka terhadap suatu objek dan sama-sama memiliki sikap yang arahnya negative, namun belum tentu memiliki intensitas yang sama.

c. Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek hanya dapat mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada suatu objek.

d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu obyek. Sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama. e. Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh mana kesiapan

individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan,. Sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap individu terlebih dahulu.

Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap seharusnya mencakup kelima dimensi sikap tersebut, namun hal itu sangat sulit dilakukan, kebanyakan hanya mengungkapkan dimensi arah dan intensitas dari sikap saja, dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap respon individu.

Sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi meliputi: (a) dorongan menghafal simbol-simbol, gambar-gambar maupun rumus-rumus, (b) kemampuan untuk meniru langkah-langkah yang dirasa perlu,


(1)

commit to user

Salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa adalah faktor dari diri siswa. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa sikap percaya diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya bagi guru dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Guru dapat memilih model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan materi pokok yang akan diajarkan. Pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan faktor-faktor yang mungkin turut serta berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Misalnya dengan memperhatikan sikap percaya diri siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka

upaya peningkatan hasil belajar,agar pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan siswa dapat lebih aktif.

b. Guru hendaknya selalu aktif dan inovatif dalam melaksanakan model pembelajaran dengan melakukan persiapan yang lebih baik dan matang.


(2)

commit to user

c. Guru hendahnya dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada agar dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada.

2. Bagi Siswa

a. Hendaknya siswa melakukan persiapan belajar lebih baik dalam mengikuti

pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) ataupun kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD)

b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.

c. Sebaiknya siswa selalu kompak dan bisa bekerja sama dalam belajar kelompok serta tidak takut bertanya jika ada kesukaran dalam memahami materi dan berani menyampaikan ide-ide atau pendapat yang berkaitan dengan matematika dalam belajar.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini mungkin dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Karena penelitian ini hanya terbatas pada materi materi sistem persamaan linear dua variabel saja sehingga sangat dimungkinkan untuk dilakukan penelitian pada materi pokok yang lain.

b. Penelitian ini hanya terbatas dua tipe model pembelajaran kooperatif saja, sehingga peneliti bisa mencoba untuk model-model pembelajaran yang lain. c. Penelitian ini hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang cukup untuk


(3)

commit to user 4. Bagi Kepala Sekolah

a. Supaya menekankan kepada setiap guru agar selalu aktif dan inovatif serta mengikuti perkembangan adanya macam-macam model-model pembelajaran untuk dapat memanfaatkannya secara efektif dalam proses pembelajaran. Antara lain dengan mengikut sertakan guru untuk ikut dalam kegiatan MGMP, seminar ataupun diklat yang berkaitan dengan pembelajaran.

b. Sebaiknya memberi dorongan dan semangat kepada guru untuk meningkatkan

kreativitas dan kemampuannya dalam melakukan proses pembelajaran dengan maksimal.


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, Babatunde. 2008. Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Social Studies. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, V6, N3, p691-708.

Anik Lestari, 2009. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dan Think Pair Share pada Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Tipe Kecerdasan Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.Surakarta. Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Armstrong, Scott. 1998. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude. Journal of Social Studies Reserch.

http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/ Artzt, A. F & C. M. Newman. 1997. How to Use Cooperative Learning in the

Mathematics Class. Second Edition. Reston: NCTM

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. ________. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

________. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Edisi Ke 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

_________, 2006. Kurukulum 2006 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas.

E Zakaria and Z. Iksan. 2006. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education Ed,3(1) 35 – 39.

Herman J. Waluyo 2002 .Filsafat Ilmu, Salatiga : Widya Sari Pres.

Herman Hudoyo, 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang:

Universitas Negeri Malang

Jacobs, G.M., Gan S. L & Jessica Ball. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.


(5)

commit to user

Markku S. Hannula, Hanna Maijala, & Erkki Pehkonen.2004. Development of Understanding and Self-Confindence in Mathematics; Grades 5-8. Departement of Teacher Education, University of Turku, Finland. Vol 3 pp 17-24

Muhammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran, Bandung: C.V. Wacana

Prima.

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muslimin Ibrahim,M.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa university M. Junaidi 2004. Landasan Pendidikan, Surakarta: Muhammadyah University

Press.

Nana Sudjana, 2005 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosda karya.

Peklaj, C. 2006. Cooperative Activity and Its Potential For Learning in Tertiary Education. International Journal of Education Research. Vol. 15-3, p 9. Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:

Karnisius.

Poerwadarminta, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwadi, 2009. Pengaruh Metode Interaktif Terhadap Prestasi Belajar

matematika ditinjau dari Sikap Percaya Diri. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rofiq Setyawan. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saifudin Azwar. 2000. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ---, 2000. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Ilmu. Sheenah Hankin. 2005. Strategi untuk meningkatkan Rasa percaya Diri. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, dan Practice. Massachusetts: Allyn & Bacon.


(6)

commit to user

---. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung : Nusa Media.

Soedjadi. R.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Subandriyo. 2006. Studi tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran

Matematika ditinjau dari Sikap percaya diri Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wina Sanjaya.(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Windy Asmiana. 2003. Perbedaan Percaya diri, Http//digilib.ac.id/gdl diakses 8 Januari 2011.