UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG PUTERA NGAGLIK.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG

PUTERA NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Anita Permata Sari NIM 11104244031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Pendidikan bukan lah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong akan tetapi pendidikan adalah suatru proses menyalakan api pikiran,


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

1.Kedua orang tua saya Bapak Aris Wijanarko dan Ibu Ratna Budi Yanti yang tidak pernah putus memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan segala pengorbanan yang tidak terkira

2. Almamater BK FIP UNY


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI

DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP

HAMONG PUTERA NGAGLIK

Oleh : Anita Permata Sari

11104244031

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan alur putar spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus dan setiap siklus 4 kali pertemuan. S ubyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B sebanyak 28 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sk a la m in a t be la ja r . Teknik analisis data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu dengan mencari jumlah nilai skala dan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik. Peningkatan minat belajar pada siklus I adalah 5 siswa masuk dalam kategori sedang, 19 siswa masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II adalah 22 siswa masuk dalam kategori sedang dan 16 siswa yang masuk dalam kategori tinggi.

Kata kunci : minat belajar, diskusi kelompok


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan rizki-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Tugas Akhir Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar Melalui Diskusi Kelompok pada Kelas VIII SMP HAMONG PUTERA NGAGLIK”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucap terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan yang menyutujui judul dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Muh. Farozin, M,Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti dalam memberikan arahan, saran dan memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Semua dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalaman kepada penulis selama perkulihan. 6. Kedua orang tuaku bapak Aris Wijanarko dan ibu Ratna Budi Yanti serta seluruh


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batas Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II Kajian Teori A. MINAT BELAJAR 1. Pengertian Minat Belajar ... 13

2. Ciri-ciri Minat Belajar ... 14

3. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar ... 15

4. Cara Meningkatkan Minat Belajar ... 20


(11)

xi

B. Diskusi Kelompok

1. Pengertian Diskusi Kelompok ... 22

2. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok ... 24

3. Manfaat Diskusi Kelompok ... 27

4. Kelebihan Diskusi Kelompok ... 28

5. Kelemahan Diskusi Kelompok. ... 30

6. Hal yang diperhatikan pemimpin dalam diskusi kelompok . 31

7. Langkah-langkah diskusi kelompok ... 34

C. Kerangka fikir ... 37

D. Penelitian yang Relevan ... 38

E. Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III Metodologi Penelitian A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Subjek penelitian ... 42

C. Tempat penelitian... 42

D. Desain penelitian ... 43

E. Rancangan Tindakan ... 45

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan data ... 48

G. Uji Validitas dan Relabilitas ... 53

H. Teknik analisa data ... 56

I. Kreteria Keberhasilan Tindakan ... 58

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Waktu dan Waktu Penelitian ... 59

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 62

C. Hasil Penelitian ... 80

D. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar. ... 51

Tabel 2. Skor Skala Minat Belajar ... 52

Table 3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 55

Tabel 4. Kategori Skor Minat Belajar ... 58

Tabel 5. Hasil Minat Belajar Pra Tindakan ... 61

Tabel 6. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus I ... 70

Tabel 7. Peningkatan Minat Belajar dari Pra Tindakan hingga Siklus I 71 Tabel 8. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus II ... 78 Tabel 9. Peningkatan Minat Belajar dari Pra Tindakan hingga Siklus II 79


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Validitas ... 95

Lampiran 2. Rencara Pelaksanaan Layanan ... 97

Lampiran 3. Angket Minat Belajar ... 115

Lampiran 4. Hasil Angket Minat Belajar ... 121

Lampiran 5. Topik Diskusi Kelompok ... 125

Lampiran 6. Hasil Diskusi Kelompok... 127

Lampiran 7. Absen Siswa ... 177


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi diriya melalui proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pengertian UU SISDIKNAS NO 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang memyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akif mengembangkan potensi dirinya auntuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu cara yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut adalah belajar. Diharapkan dengan belajar yang giat dapat memperoleh prestasi yang baik. Menurut Suratinah Titonegoro (2001:13) pengertian prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilian usaha belajar. Prestasi belajar yang dicapai setiap siswa tidak sama, ada yang mencapai prestasi yang tinggi dan ada yang rendah. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: bakat, minat, kecedasan, sarana belajar, motivasi, dan sebagainya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seorang siswa melakukan tidakan yang seharusnya tidak dilakukan maka perlu diketahui penyebabnya. Faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran, antara lain


(16)

2

siswa tidak senang terhadap materi pembelajaran, metode yang digunakan, kondisi badan, masalah pribadi dll.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan karakteristik siswa. Salah satu karakteristik remaja menurut Harlock (1991:208) yaitu masa remaja sebagai periode perubahan yang artinya masa remaja terjadi perubahan diantaranya meninggikan emosi, perubahan yang artinya masa terjadi perubahan diantaranya meningginya emosi, perubahan yang artinya masa perahlian atau perubahan dari anak-anak menuju proses kedewasaan yang ditandai dengan emosi yang masih belum stabil dan masih berusaha untuk menunjukkan identitas diri. Masa perahlian ini berhubungan remaja dengan teman sebaya lebih akrab, mereka bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah bersama teman sebayanya dibandingkan dengan bersama keluarganya. Remaja juga meninggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya. Pergaulan meluas mulai dari terbentuknya kelompok kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah penyesuaian diri. Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantaranya anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya.

Hurlock (1991:208) juga menjelaskan minat remaja terhadap pe juga menjelaskan minat remaja terhadap pendidikan bahwa masa remaja


(17)

3

merupakan masa dimana remaja bersiap kritis terhadap guru dann cara guru mengajarkan. Oleh karena itu, metode layanan yang diberikan disesuaikan dengan karakteristik siswa agar siswa tertarik untuk belajar dikelas. Metodologi pembelajaran memiliki dua aspek yang menonjol yaitu metode dan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk mengajar (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010:1). Metode layanan yang efektif sangat membantu siswa untuk dapat berprestasi dlam kelas dan menumbuhkan rasa semnagat pada siswa itu sendiri.

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah pada saat ini masih berpusat pada guru bimbingan dan koseling, hal tersebut memberikan dampak kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pembimbing, sehingga siswa kurang terlatih untuk aktif dalam proses bimbingan. Siswa juga jarang bekerja secara berkelompok, sebenarnya dalam program dianjurkan untuk belajar kelompok, hanya dalam pelaksanannya kurang adanya pengawasan dalam pelaksanaan program. Bimbingan berpusat pada guru BK kurang bisa memupuk kemampuan siswa untuk bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain padahal seseorang belajar bersosialisasi dari lingkungan sekolah. Sehingga siswa kurang terampil dengan masyarakat luar. Bimbingan konseling membantu memandirikan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Model ceramah masih dominan dilakukan dalam layanan bimbingan. Siswa diam dan mendengarkan tanpa mengerti apa yang baru disampaikan. Terkadang saat bimbingan klasikal dilakukan guru BK


(18)

4

berbicara didepan kelas sedangkan siswa asik mengerjakan tugas mata pelajaran, bahkan siswa keluar kelas dan tidak mengikuti bimbingan dikelas. Siswa menganggap bimbingan tidak penting dalam mempengaruhi nilai akhir.

Metode yang sering digunakan hanya metode ceramah, maka peneliti memberikan metode yang baru yaitu metode diskusi kelompok. Metode diskusi kelompok bisa menjadi alternatif untuk menjadi metode yang baru untuk meningkatkan minat belajar.

Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.

Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dpat tercapai.


(19)

5

Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan canggung, malu, dan takut.

Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah, 2006:89), menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan keterampilan kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c) guna mencapai suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri; dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai. Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan, menarik kesimpulan, mandiri, menganalis dan menilai.

Semiwan (dalam Tukiran, 2013:24) yang menyebutkan bahwa diskusi kelompok dapat mempertinggi peran serta secara perseorangan, mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan memupuk sikap


(20)

6

saling menghargai pendapat orang lain. Kelemahan dari diskusi kelompok yaitu diskusi kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan khusus yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi kelompok juga memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa juga mampu mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung, adakalanya juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi kelompok.

Menurut M. Alisuf Sabri (1995) Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat belajar berkaitan erat dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu. Minat belajar juga dapat diartikan sebagai berikut minat belajar akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.

Minat belajar ini juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar. Minat belajar juga bisa membentuk kebiasaan siswa senang belajar sehingga minat belajar dapat meningkat. Minat belajar yang dimiliki siswa bervariasi. Motivasi, kecerdasan dan minat tidak selalu seiring sejlan dalam mencapai prestasi belajar. Oleh karena itu minat belajar yang tinggi


(21)

7

perlu ditumbuhkan menyeluruh didalam diri siswa khususnya dalam peningkatan prestasi belajar.

Setiap orang tua pasti menginginkan agar setiap anaknya mempunyai prestasi yang membanggakan bagi mereka. Oleh karena itu mereka harus mengetahui bagaimana proses belajar yang baik dan faktor yang mempengruhi. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:21) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :

Faktor yang berasal dalam diri manusia, dapat diklarifikasi menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain : usai, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

Faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, salah satu yaitu minat belajar. Minat belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar. Jika siswa tidak memiliki minat belajar, maka siswa juga akan mempunyai prestasi belajar yang rendah.

Menurut Muhibbin Syah (2001 : 136), minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa membutuhkan gairah atau kecenderungan yang tinggi untuk belajar. Belajar harus dilakukan kalau siswa memiliki gairah untuk melakukan belajar tersebut. Jika siswa tidak memiliki gairah untuk melakukan maka siswa tidak akan mendapatkan yang siswa inginkan.

Pada kenyataannya banyak siswa kelas VIII, yang minat belajarnya turun dikarenakan terlalu menikmati suasana sekolah dan mendapatkan teman teman karib yang sering bermain bersama. Beberapa hal tersebut


(22)

8

yang membuat minat belajar siswa kelas VIII menurun. Jika, dikelas VII siswa masih mempunyai minat belajar yang tinggi karena siswa tersebut masih penyesuaian diri pada sekolah dan masih bersemangat pada belajar. Pada kelas VIII siswa juga sudah mengalami sedikit jenuh pada pelajaran. Jadi siswa kelas VIII mengalami minat belajat siswa rendah.

Demikian halnya dengan apa yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik yang memiliki sifat sifat berbeda-beda. Masing-masing siswa memliki pergaulan tersendiri sehingga terbentuk suatu kelompok yang nilai-nilai sendiri. Masing – masing siswa juga memiliki metode pembelajaran sendiri. Yang terpenting menumbuhkan minat belajar agar mau belajar secara optimal sehingga memperoleh prestasi belajar yang baik.

Dari observasi yang dilakukan peneliti juga didapatkan bahwa minat belajar siswa sekolah tersebut juga sangat menurun dikarenakan siswa terlalu nyaman dengan teman-temannya dan siswa menjadi tidak mempunyai minat untuk belajar. Dilihat dari nilai raport siswa juga menunjukan bahwa nilai raport mereka menurun dari semester kemarin. Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa, siswa tersebut mengatakan bahwa siswa tahu kalau nilainya turun tapi siswa tidak tahu kalau minat belajarnya juga turun, siswa tahunya hanya malas untuk belajar dan ingin main bersama teman-teman.

Dari uraian di atas, peneliti menanggap bahwa permasalahan tersebut perlu untuk diteliti untuk melakukan penelitian dengan judul


(23)

9

“Upaya Meningkatkan Minat Belajar Melalui Metode Diskusi Kelompok Siswa Kelas VIII di SMP Hamong Putera Ngaglik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Banyak siswa yang mengeluhkan metode yang digunakan oleh guru bimbingan koseling yang kurang variatif.

3. Metode diskusi kelompok tidak pernah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam kegiatan bimbingan.

4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Hamong Putra belum melakukan kegiatan untuk meningkatkan Minat Belajar.

5. Banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa minat belajarnya sedang menurun.

6. Metode diskusi kelompok tidak digunakan dalam meningkatkan minat belajar.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian mengenai aspek akan diteliti. Cakupan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan “Metode Diskusi Kelompok”


(24)

10

untuk meningkatkan minat belajar kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Ada perubahan yang terjadi setelah melakukan metode diskusi kelompok ?

2. Bagaimana peningkatan minat belajar terjadi dalam metode diskusi kelompok?

3. Apakah terjadi perubahan dari praktik yang diterapkan dengan metode diskusi kelompok?

4. Apakah terjadi perubahan kearah yang lebih baik dari praktik sebelumnya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

1. Terdapat perubahan setelah melakukan metode diskusi kelompok 2. Adanya peningkatan minat belajar setelah melakukan mtode diskusi

kelompok.

3. Adanya perubahan dari praktik metode diskusi kelompok. 4. Adanya perubahan yang lebih baik dari pratik yang sebelumnya.


(25)

11

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap pengembangan ilmu teknik bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling

1) Sebagai tambahan metode dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling.

2) Sebagai salah satu metode meningkatkan minat belajar siswa melalui metode diskusi kelompok.

3) Memperoleh pengalaman menerapkan metode

diskusi dalam pembelajaran

4) Meningkatkan guru dalam mengajar secara

bervariasi dengan memanfaatkan media

pembelajaran

b. Bagi Peserta Didik

1) Menerima layanan bimbingan dan konseling dengan media yang lebih menyenangkan.


(26)

12

2) Diharapkan bisa membantu siswa untuk

meningkatkan minat belajar.

3) Siswa dapat belajar secara aktif melalui diskusi kelompok sehingga minat belajar terhadap mata pelajaran bimbingan konseling dapat meningkat c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pengetahuan atau ide kepada rekan

seperjuangan dan meningkatkan layanan maupun dalam penulisan penilitian berikutnya.


(27)

13

BAB II KAJIAN TEORI

A. MINAT BELAJAR

B.Pengertian Minat Belajar

Menurut Sukardi (1988:61), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut Sardiman (2007:77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat sesorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat it mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa sesorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard dalam Sardiman (2007:76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisiapsi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitnya dengan belajar Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh ektrnal atau lingkungan. Dalam praktiknya, minat


(28)

14

atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dalam belajar. Dimana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengeskspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.

Dari beberapa gambaran definisi minat belajar diatas, kiranya dapat ditegaskan disini bahwa minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Minat belajar adalah kemauan siswa untuk mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan

C.Ciri-ciri Minat Belajar

Ciri-ciri minat menurut Hurlock (2007:115) adalah

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat disemua bidang beubah selam terjadi perubahan fisik dan metal. Perubahan minat akan berubah dengan bertambahnya usai.pada waktu perumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil.


(29)

15

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. c. Minta bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk

belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Minat yang tumbuh dari rumah, tetap dengan bertambah luasnya lingkup sosial akan menjadi tertarik pada minat orang diluar rumah yang mulai dikenal. d. Perkembangan minat terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental

pengalaman sosial yang terbtas membatasi minat seseorang.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang boleh kelompok budaya mereka dianggap minat sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka. f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional apek sfektif dari minat

menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak

menyenangkan melemahkan minat dan bobot emosional yang menyenangkan mempekuatnya.

g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika disekolah merupakan langkah penting menuju kedudukan yang mengutungkan dan bergensi dunia usaha.


(30)

16

Menurut Slamet (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secar terus menerus.

b. Ada rasa suka dan senag pada sesuatu yang diminati,

c. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminat.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan Menurut Safari (2005:111), terdapat ciri-ciri minat belajar yaitu :

a. kesukaan, b. ketertarikan, c. perhatian, d. keterlibatan

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi


(31)

17

dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

D. Faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat belajar yang ada pada siswa pada dasarnya dipenagruhi oleh banyaknya faktor. Menurut Gorrison (1936:153) menyatakan bahwa :

Some factors that are of spesial importance in the develompt and guidance of the pupils are :

a) The personal of teacher

b) The attitude of the teacher toward the child and the school c) The home influence

d) Various enviromental influnce other that the home and the school

e) The maturity of the chlid

Pendapat diatas menerangkan bahwa faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan dan bimbingan siswa, sikap guru, pengaruh lingkungan rumahdan di sekolah serta kematangan siswa.

Menurut Siti Rahayu Haditono (1983:3) ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar yaitu :

a. Faktor dari dalam : diantaraya keluarga, sekolah, dan faktor masyarakat.

b. Faktor dari luar : diantaranya keluarga, sekolah, dan faktor masyarakat atau lingkungan.

Shaleh dan Wahab (2004:263), menyatakan bahwa, secara garis besar faktor yang dapat mempenagruhi timbulnya minat terhadap sesuatu dapat dikelompok menjadi dua yaitu; (1) bersumber dari individu yang


(32)

18

bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin); (2) berasal dari luar individu mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Seseorang akan berminat dalam belajar manakala ia dapat merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari,baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang dan dirasakan ada kesesuaian dengan kebutuhan yang sedang dihadapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat maupun sebaliknya mematikan minat belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah factor yang berada dalam diri siswa antara lain : a) Kematangan

Kematangan dalam diri siswa dipengaruhi oleh

pertumbuhan mentalnya. Mengajarkan sesuatu pada siswa dapat dikatakan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensipotensi jasmani serta rohaninya telah matang untuk menerima hal yang baru.

b) Latihan dan Ulangan

Oleh karena telah terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuanyang dimiliki siswa dapat menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dapat hilang atau berkurang. Oleh


(33)

19

karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, maka seseorang dapat timbul minatnya pada sesuatu.

c) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong bagi siswa untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang, sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya bagi dirinya

(Purwanto, 2006 : 103-104). 2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah factor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain :

a) Faktor Guru

Seorang guru mestinya mampu menumbuhkan dan

mengembangkan minat diri siswa. Segala penampilan seseorang guru yang tersurat dalam kompetensi guru sangat mempengaruhi sikap guru sendiri dan siswa. Kompetensi itu terdiri dari kompetensi personal yaitu kompetensi yang berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi professional yaitu kemampuan dalam penguasaan segala seluk beluk materi yang menyangkut materi pelajaran, materi


(34)

20

pengajaran maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran. Hal demikian ini dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga mengembangkan minat belajar siswa.

b) Faktor Metode

Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi pelajaran tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan metode yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk memperhatikan dan tertarik untuk belajar

c) Faktor Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa yang akan dating menumbuhkan minat yang besar dalam belajar. (Oemar Hamalik , 2006 : 30-32). Berbagai faktor tersebut saling berhubungan erat dan dapat pula bersama-sama mempengaruhi minat belajar siswa.

E. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Dalam Sardiman ( 2008 : 95 ) cara membangkitkan minat adalah sebagai berikut :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.


(35)

21

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar

Menurut Winkel ( 1983 : 30 ) perasaan merupakan faktor psikis

yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap

semangat/gairah belajar. Dengan melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan terungkap dala “perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Dalam Winkel ( 1983 : 30 ) guru di SMP dan SMA harus membuat siswa senang dalam belajar, dengan cara antara lain :

a. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun tidak terlalu mudah.

c. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar. d. Bervariasi dalam cara pengajarannya, namun tidak berganti-ganti


(36)

22

B. Diskusi Kelompok

1. Pengertian Diskusi Kelompok

Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dpat tercapai.

Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan canggung, malu, dan takut.

Diskusi Menurut Tukiran, dkk (2013: 23-25) ialah proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan dengan tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau memcahkan masalah. Diskusi kelompk dilakukan dengan posisi duduk saling berhadapan (bisa dengan posisi duduk melingkar) agar


(37)

23

proses penyampaian pendapat dan interaksi tiap anggota kelompok dapat terjadi dengan lebih mudah.

Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.

Menurut Tohirin (2007: 291-292), Diskusi Kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok adalah proses interaktif antara dua individu atau lebih yang saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah.

2. Tujuan Diskusi Kelompok

Menurut Roestiyah (2012:6) ada tiga tujuan penggunaan diskusi kelompok, yakni :

a. Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Saat proses diskusi kelompok akan banyak ditemukan perbedaan


(38)

24

pendapatantar siswa, dari situlah siswa akan belajar berfikir logis untuk menentukan pendapat mana yang mendekati kebenaran.

b. Melatih siswa untuk lebih demokratis dengan menyampikan pendapatnya sendiri secara lisan.

c. Membantu siswa belajar berpartisipasi dalam berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah.

Tujuan diskusi kelompok juga diungkap oeh Dinkmeyer dan Muro (dalam Tatiek Romlah, 2006:89), diantaranya: (a) merangsang individu untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri; (b) merangkum pendapat kelompok; (c) didapatnya pandagan baru mengenai hubungan antara manusia.

Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah, 2006:89), juga menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan keterampilan kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c) guna mencapai suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri; dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai. Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan


(39)

25

memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan, menarik kesimpulan, mandiri, menganalis dan menilai.

Tujuan diskusi yang dilakukan guru memiliki tiga tujuan insruksional penting seperti diungkapkan oleh Arends(2008:75). Pertama, diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan membantunya untuk mengonstruksikan pemahamannya sendiri mengenai isi akademik. Diskusi membantu siswa meningkatan kemampuan untuk memahami materi tertentu. Kedua, diskusi bertujuan untuk meningkatkan keterlibatkan dan hubungan siswa. Diskusi memberikan kesempatan pada siswa untuk berbicara dan mengemukakan ide-idenya sendiri di depan umum serta memberikan motivasi pada siswa untuk terlibat dalam wacana di luar kelas. Ketiga, dengan diskusi guru dapat membantu siswa mempelajari bermacam-macam keterampilan komunikasi penting, seperti menyatukan ide-ide dengan jelas, mendengarkan dan merespon orang lain, serta mengajukan pertanyaan kepada orang lain dengan cara yang baik. Tujuan diskusi menurut Arends adalah meningkatkan pemahaman dalam berpikir, berhubungan dengan orang lain, meningkatkan keterampilan komunikasi pada siswa.

Menurut J.J Hasibun dan Moedjiono (2006:23) diskusi kelompok bertujuan agar siswa dapat berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau untuk memecahkan masalah. Tujuan diskusi kelompok dapat dijabarkan sebagai berikut :


(40)

26

a.Memberikan kesempatan siswa agar dapat menyalurkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain.

b.Merangsang siswa agar lebih dapat bersikap terbuka.

c.Melatih siswa agar berpikir kritis dalam menyampaikan pendapat. d.Mengasah siswa untuk menilai kemampuan dan peranan diri

maupun teman-teman.

e.Membantu anak menyadari dan merumuskan berbagai masalah, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran disekolah. f. Melatih anak untuk dapat menerima pendapat atau masukan dari

orang lain.

g.Memberikan motivasi pada anak untuk dapat menerima masukan orang lain.

Tujuan dari diskusi kelompok adalah bisa untuk mendiskusikan dalam konteks pemecahan masalah siswa misalnya menyangkut masalah belajar, penggunaan waktu luang, masalah-masalah karier. (Tohirin,292 : 2007)

Dari beberapa pendapat tentang tujuan diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan yang semakin demokratis ini, metode diskusi mendapat perhatian besar karena memliki arti penting dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri. Dengan demikian, diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitias siswa, serta membina


(41)

27

kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.

3. Manfaat Diskusi Kelompok

Diskusi sebagai metode mengajarkan lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak :

a. Memnafaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa. b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan

kemampuannya.

c. Mendpatkan balikan dari siswa, apak tujuan telah tercapai. d. Membantu siswa belajar berpikir kritis.

e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya.

f. Membatu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang “dlihat”, baik dari ppengalaman sendiri maupun dari pelajran sekolah.

g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih giat. (Hasibuan dkk, 2006:23)

Sedangkan menurut Engkoswara&Entang(1982:71-72)

mengemukakan bahwa secara lebih khusus kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok mempunyai manfaat dalam :

a.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi b.Meningkatkan disiplin.


(42)

28

c.Mengecek hasil pencapaian siswa

d.Mengembangkan semnagat gotong royong dan saling membantu.

e.Meningkatkan motivasi belajar yang sehat.

Dari beberapa pendapat tentang manfaat diskusi kelompok, penulis lebih setuju dengan pendapat Hasibuan dkk, dikarena lebih relevan dan cocok terhadap penelitian ini.

4. Kelebihan Diskusi Kelompok

Sebagai salah satu bentuk dari bimbingan kelompok, diskusi kelompok memiliki kelebihan yang membedakan dengan bentuk bimbingan lain. Siti Hartinah (2009:9) menyatakan keuntungan

menggunakan metode pendekatan kelompok adalah dapat

dikembangkannya sikap-sikap positif anak, seperti toleransi, saling menghargai, kerjasama, tanggungjawab, dan displin. Selain itu, melalui kegiatan kelompok dapat menghilangkan ketegangan emosi, konflik, kekecewaan, curiga, dan iri hati.

Pendapat lain juga diungkapan oleh Semiwan (dalam Tukiran, 2013:24) yang menyebutkan bahwa diskusi kelompok dapat mempertinggi peran serta secara perseorangan, mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan menurut Suryosubroto (2002:185) penggunaan diskusi kelompok memiliki cukup banyak keuntungan, yaitu:


(43)

29

a. Pelaksanaan diskusi kelompok melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

b. Tingkat pengetahuan dan penguasaan materi siswa akan diuji. c. Siswa dilatih untuk berpikir dan bersikap ilmiah.

d. Siswa yang mengajukan dan mempertahankan pendapatnya diharapkan dapat lebih percaya pada kemampuan dirinya. e. Diskusi dapat digunakan sebagai sarana untuk menunjang

usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari diskusi kelompok adalah

a.Mampu menghidupkan susasana kelas b.Siswa menjadi lebih aktif

c.Siswa menjadi bisa menilai diri sendiri dan orang lain. d.Mengembangkan sikap demokratis

e.Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

5. Kelemahan diskusi kelompok

Menurut Suryobroto (2002:185-186) kelemahan dari diskusi kelompok adalah

a. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

b. Diskusi kelompok yang mendalam perlu waktu yang banyak c. Siswa kurang berani mengemukakan pendapat.


(44)

30

d. Jalannya diskusi dapat dikuasi atau didominasi oleh beberapa siswa yang menonjol.

Selain dari pendapat diatas, ada juga pendapat lain dari Wardani (1983:8-9), mengemukakan pendapat bahwa kelemahan diskusi kelompok adalah

a. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang lain.

b. Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal negative seperti : pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpanan yang tidak ditegur dll.

c. Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu dsb) sering tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan ide-idenya, hingga menyebabkan terjadinya frustasi dan penariakn diri.

d. Ada kalanya diskusi hanya didominasi oleh orang-orang tertentu saja.

Dari beberapa pendatan tentang kelemahan diskusi kelompok dapat disimpulkan yaitu diskusi kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan khusus yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi kelompok juga memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa juga mampu mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung, adakalanya juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi kelompok.


(45)

31

6. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam diskusi kelompok.

Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam diskusi kelompok tidak hanya ditujukan kepada anggota kelompok, tetapi juga pemimpi kelompok. Untuk dapat menjalankan peranan pemimpin interaksi melalui diskusi, maka pada umunya guru sebagai pemimpin diskusi perlu memperhatikan tiga hal tersebut, maka menurut Winarno Surakhamd (1980) pemimpin diskusi harus memainkan tiga peranan yaitu :

a. Pemimpin sebagai pngatur lalu lintas berati guru berperan sebagai penengah untuk mengatur jalan, arus, dan arah penfapat dari tiap orang agar tidak terjadi kesimpang siuran, ataupun pembicaraan yang tidak tertuju pada pokok diskusi.

b. Pemimpin sebagai dinding penangkis yaitu setiap kali menerima pertanyaan-pertanyaan dari peserta, ia harus segera menilai mana yang perlu dipantulkan kembali kepada kelompok, sehingga tidak terjadi tnya jawab antara pemimpin diskusi dengan sejumlah kecil anggota diskusi saja.

c. Pemimpin sebagai penunjuk jalannya yaitu bahwa sebagai pemimpin interaksi, salah satu lagi tugas pemimpin tersebut ialah memberi petunjuk-petunjuk umum mengenai kemanjuaan-kemajuan diskusi.


(46)

32

Menurut pendapat Roestiyah, bila mengunakan metode diskusi kelompok, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaannya bisa lancar, yaitu :

a. Instruktur harus memahami dan menguasi sungguh-sungguh masalah yang dilontarkan pada siswa masalah apa yang harus dipecahkan dan dapat memberikan serta mengarahkan jalannya diskusi, bila mugkin terjadi penyelewengan pembicaraan atau menemui jalan buntu.

b. Instruktur harus mampu memberikan garis-garis besar pokok persoalan yang penting, agar siswa terpimpin dapat mengetahui dan memilih pokok-pokok soal yang mana harus diselesaikan lebih dahulu agar tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu. c. Instruktur harus mampu menetapkan jawaban terhadap garis-garis besar persoalan, agar siswa mendapatkan bimbingan dalam merumuskan jawaban itu.

d. Instruktur harus mampu mengetahui dan mengkap jawaban yang telah disetujui bersama. Hal yang telah disetujui bersama. Hal yang telah disetujui dirumuskan sebagai tumpuan pemecahan soal yang berikut, sehingga semua masalah dapat terpecahkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan pemimpin kelompok atau instruktur merupakan aspek yang penting dan tidak dapat diabaikan. Pemimpin kelompok atau


(47)

33

instruksur harus dapat mengarahkan jalannya kegiatan kelompok dengan mengatur jalannya diskusi. Pemimpin kelompok mengatur jalannya diskusi dengan memberikan rangsangan untuk berdidkusi dan berusaha merefleksikan pertanyaan dari anggota yang lain. Pemimpin diskusi atau instruktur dalam mengambil kesimpulan harus menetapkan jawaban terhadap garis-garis besar persoalan, selain hal tersebut yang telah disetujui bersama melalui diskusi kelompok dapat dirumuskan sebagai kesimpulan dalam kelompok. Terkait dengan proses diskusi kelompok, unsur kerahasian merupakan tanggung jawab bersama anggota kelompok diskusi.

7. Langkah-langkah dalam diskusi kelompok

Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah dalam melakasanakan diskusi kelompok. Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono (2006:24) langkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut:

a. Guru memberi pengarahan pada siswa terkait dengan masalah yang akan didiskusikan beserta cara pemecahannya dengan jelas agar dapat dipahami siswa. Masalah tersebut juga dapat ditentukan bersama antara guru dan siswa.

b. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok

diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, penulis, dan pelapor), mengatur posisi duduk, ruangan dan sarana prasarana.


(48)

34

c. Ketika tiap-tiap kelompok berdiskusi, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain (jika kelompok lebih dari satu), menjaga kebersihan, memberi dorongan dan bantuan agar anggota kelompok dapat aktif dalam diskusi.

d. Setelah selesai diskusi, tiap berkelompok melaporkan hasil diskusinya dalam berkelompok yang lebih besar (kelompok kelas) dan dari siswa dari kelompok lain dapat memberikan penjelasan terkait laporan tersebut. Siswa mencatat hasil dari diskusi dan hasil laporan dikumpulkan paga guru.

Langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelompok juga disampaikan oleh Suprihadi Saputro, Zainal Abidin, dan I Wayah Sutarna (2000:184-185), langkah tersebut secara berurutan yakni:

a. Merumuskan masalah secara jelas

b. Dengan pemimpin guru para siswa membentuk kelompok diskusi.

c. Melaksanankan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didikusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. d. Melaporkan hasil diskusi.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru


(49)

35

Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang dikemukakan oleh Soryotobroto (2002:181-182) adalah sebagai berikut:

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahanan seperlunya mengenani cara-cara pemecahannya.

b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor, mengtur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebaginya)

c. Para siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru hanya berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan dengan lancar.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa(terutama dari kelomok lain). Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

e. Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya.


(50)

36

Agar diskusi tersebut dapat berjalan secra efektif, maka perlu juga didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang, yang mencakupi :

a. Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan.

b. Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut, hingga para siswa memiliki latar belakang yang sama.

c. Guru perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagi pemimpin diskusi.

d. Penetapan besar kelompok. e. Pengaturan tempat duduk.

(wardani,1983:7)

Selain itu, wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa dalam diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim yang terbuka” yaitu dalam suasana persahabatanyang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi, ketersedian menerima dan mengenalkan lebih jauh topik diskusi, keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, sehingga kelompok mengangap diskusi sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan.

Berdasarkan pendapatkan diatas, langkah-langkah dalam diskusi kelompok dapat diawali dengan melakukan perumusan masalah yang akan dibahas. Langkah kedua yang dilaksanakan adalah melakukan

pembentukan kelompok diskusi. Langkah selanjutnya adalah


(51)

37

yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil yang telah dilaksanankan. Langkah terakhir yang dilakukan dalam diskusi kelompok adalah melakukan pencatatan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah dilakukan.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran merupakan salah satu metode yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu sulit diterapkan serta cukup efektif untuk mencapai tujuan belajar.Penerapan metode diskusi merupakan sebuah metode yang dapat menggali potensi siswa untuk dapat berpikir kritis, bebas mengembangkan gagasan-gagasannya serta memberi pengalaman langsung sehingga perolehan belajar tidak bersifat verbal semata, melainkan mampu memberi pengalaman yang bersifat konkret. Dengan demikian metode tersebut akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian, maka dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode diskusi secara efektif, cenderung dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran bimbingan konseling. Penerapan metode diskusi menyebabkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori (pikiran) mereka, sehingga secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu dengan diterapkannya metode ini akan membuat perhatian siswa tertarik dalam proses belajar, karena siswa mengalami sendiri, dan terlibat aktif dalam proses


(52)

38

belajar sehingga akan mempermudah siswa tersebut memahami materi pelajaran bimbingan konseling yang dipelajarinya. Diterapkannya metode ini secara efektif dan efesien akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bimbingan konseling.

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Jufri Lanasir (2013) Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi di Kelas III SDN Pembina Salakan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulaua. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II tentang tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan perolehan nilai 46 atau prosentase 76,66 % dan masuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan guru dengan 15 indikator penilaian mendapat nilai 56 atau prosentase 74,66 % dan masuk dalam kategori baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III B SDN Pembina Salakan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan. Adapun saran yang diajukan dari hasil penelitian yaitu metode diskusi kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru yang mengajar dengan menyesuaikan materi yang diajarkan sebagai alternatif meningkatkan minat belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Laras Ayni Widyastuti (2012) yang berjudul pengaruh media permaianan sains terhadap minat belajar sains siswa kelas II SDN Pujokusuman 2 dan SDN Pujokusuman 3 Yogyakarta. Penelitian menunjukkan adanya pengaruh permainan sains terhadap minat


(53)

39

belajar sains. Peningkatan skor minat belajar sains pada kelas ekperimen setelah perlakuan(permainan sains) sebanyak 16,61. Sementara itu, peningkatan rerata skor minat belajar sains pada kelas kontrol setelah perlakuan (permainan sains) sebanyak 5,67. Dengan demikian, peningkatan rerata skor pada kela eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rerata skor pada kelas kontrol.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan hipotesis tindakan dari penelitian tindakan ini adalah Metode Diskusi Kelompok dapat meningkatkan minat belajar pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik.


(54)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Tim Pelatihan Penelitian Tindakan UNY yang dikutip oleh Sujati (2002:2) mengartikan penelitian tindakan sebagai salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampunan dalam mendeteksi dan memcahkan masalah. Penelitian tindakan merupakan metode penelitian yang menarik perhatian orang-orang yang bergerak dibidang ilmu sosial dan humaniora.

Menurut elliot dalam Suwarsih madya (2006:9-10) penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan kualitas tindakan didalamnya. Seluruh proses diagnosis, perancanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh telah menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dan perkembangan profesional.

Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran. Grindy dan Kemmis yang dikutip Suwarsih Madya (1994: 12) menyebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah peningkatan praktik, peningkatan atau pengembangan profesional, pemahamanpraktek oleh praktisinya dan peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek.

Fokus penelitian ini terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh penelitian, kemudian diuji cobakan dan dievaluasi apakah


(55)

41

tindakan itu dapat memcahkan masalah yang dihadapi siswa. Selain itu, pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menghasilkan beberapa peningkatan dan perbaikan, diantaranya adalah :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas pengunaan media, alat bantu mengajar, dan sumber belajar lainnya. 2. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan

alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak disekolah

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa disekolah. 5. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa

di sekolah

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu pembelajaran dikelas.

(Suhardjono, 2007:61)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengupayakan peningkatan minat belajar di SMP Hamong Putera Ngaglik melalui diskusi kelompok, maka berdasarkan pendapat diatas, peneliti memilih untuk melakukan penelitian tindakan. Jenis penelitian ini dianggap cocok untuk mengatasi permasalahan mengenai meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, melalui pendekatan penelitian kelas ini peneliti ingin mengupayakan


(56)

42

peningkatan minat belajar siswa melalui diskusi kelompok. Hal ini tersebut dilakukan tentunya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dikelas, seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa salah satu hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas adalah peningkatan perbaikan terhadap mutu pembelajaran dikelas.

B.

Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (1993:116) menyebutkan bahwa yang dimaksud subjek penelitian adalah suatu benda, hal, atau orang, tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subjek merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subjek itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh penliti.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Dikatakan Purposive Sampling karena peneliti langsung tentukan sampelnya yaitu semua siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 23 laki-laki dan 5 perempuan.


(57)

43

C.

Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik yang terletak di Desa Gentan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016

D.

Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, menggunakan desain penelitian Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang menggunakan siklus sistem spiral terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi (Dede Rahmat Hidayat & Aip Badrujaman,2012:12). Ada empat komponen penelitian yang terdapat pada model ini, yaitu:

1. Merencanakan tindakan. 2. Melaksanakan tindakan

3. Melakukan pengamatan/observasi 4. Refleksi hasil pengamatan

Adapun visualisasi bagan model penelitian yang disusun oleh Kemmis dan McTaggart tersaji pada gambar berikut ini:


(58)

44

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan

Gambar 1 di atas terdiri dari siklus I dan II, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi untuk mengetahui dampak atau hasil tindakan yang telah dilakukan.Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat hasil yang signifikan yang tercermin melalui perubahan kemampuan komunikasi lisan siswa.

Pada penelitan tindakan kelas, jika siklus I belum berhasil, maka peneliti akan melalakukan tindakan siklus II. Tahap pada siklus II sama dengan yang dilakuakan pada siklus I, hanya dalam silkus II peneliti terlebih dahulu mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I.

Pada penelitian dengan desain Kemmis & McTaggart ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru. Bentuk kerjasama dalam penelitian ini guru secara bersama-sama


(59)

45

dengan peneliti adalah sebagai pemberi tindakan.

E.

Rancangan Tindakan

1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan, terlebih dahulu peneliti perlu melakukan beberapa langkah pra tindakan, agar peneliti dapat mengetahui kondisi awal peserta sebelum diberi tindakan. Langkah- langkah yang dilakukan peneliti pada pra tindakan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik dan melakukan wawancara pada guru Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui kondisi subyek yang akan diberi tindakan.

b. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi untuk menyamakan persepsi terkait tindakan yang akan diberikan kepada siswa.

c. Peneliti bersama guru B i m b i n g a d a n K o n s e l i n g memberi materi untuk memancing siswa agar berpendapat dan mengeluarkan kemampuan komunikasi lisannya, lalu peneliti mengobservasi untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

d. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi tentang pelaksanaan tindakan.


(60)

46

2.

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru Bimbingan dan Konseling mendiskusikan materi yang akan berikan kepada siswa. Materi yang sudah ada diberiakan oleh guru untuk dikoreksi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini melakukan penerapan metode diskusi kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar. Berikut ini pokok - pokok kegiatan yang akan dilaksanakan dalam diskusi kelompok :

1) Tahap Persiapan

a) Menjelaskan aturan diskusi kelompok

b) Membagi siswa menjadi kelomopok-kelompok kecil c) Menentukan pemimpin kelompok dan anggota kelompok d) Membagi materi yang akan didiskusikan

e) Menghentikan diskusi kelompok

f)

Mempresentasikan hasil diskusi

2) Tahap Observasi

Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok.


(61)

47

3) Tahap Refleksi

Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan metode diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket untuk mengukur peningkatan angket. Semua data terkumpul segera dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi adalah suatu kegiatan untuk melihat dampak dari tindakan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari rencana tindakan yang telah ditetapkan.

3. Siklus II

Pada sikluskedua ini, tindakan yang diberikan dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang terdapat pada siklus I. Kekurangan - kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II dengan menggunakan materi yang berbeda dari siklus sebelumnya. Namun, lembar observasi yang digunakan masih sama seperti siklus I.

1) Tahap Perencanaan

Membahas tindakan sebelumnya dan membahas kekurangan -

kekurangan pada siklus I, kemudian merancang kegiatan siklus II. Memastikan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Kegiatan selanjutnya hampir sama dengan siklus pertama, hanya materinya yang akan diganti.


(62)

48

2) Tahap Observasi

Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

3) Tahap Refleksi

Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan metode diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket untuk mengukur peningkatan angket. Semua data terkumpul segera dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi adalah suatu kegiatan untuk melihat dampak dari tindakan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari rencana tindakan yang telah ditetapkan.

F.

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Sugiyono (2008: 193) dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan berbagai cara dalam upaya menumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data meliputi skala minat belajar, observasi, dan wawancara.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 137) instrumen penelitian yaitu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih


(63)

49

cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah skala minat belajar, pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Menurut Sugiyono (2012: 149), titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variable-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penyusunan instrumen untuk meningkatkan meningkatkan minat belajar melalui tehnik diskusi kelompok pada siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera sebagai berikut:

1. Skala Minat Belajar

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Pada skala, responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atas pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban yang sudah disediakan.

Moh. Nazir (2003: 328) menjelaskan prosedur pembuatan skala adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti,yang terdiri dari item yang cukup terang disukai dan cukup terang tidak disukai. b. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok

responden yang cukup representatif dari populasi yang akan diteliti.

c. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item apabila ia menyenangi (+) atau tidak menyukai (-). Responsi tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberi indikasi menyenangi diberi skor tertinggi tidak ada masalah misalnya untuk


(64)

50

memberikan angka empat untuk yang tinggi dan skor untuk yang terendah dan sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperhatikan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” yang disebut disenangi tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.

d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.

e. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan skor tinggi dan skor rendah dalam skor total.

Dalam skala responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban yang tergantung dari data penelitian yang diperlukan oleh peneliti. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka. Langkah-langkah untuk membuat angket perilaku minat belajar adalah sebagai berikut:

a. Membuat definisi operasional

Menurut kajian teori yang terdapat di bab II maka dapat didefinisi konsep minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Definisi operasional : minat belajar adalah kemauan siswa untuk mendapatkan ilmu yang di ciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan

b. Membuat kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil (Suharsimi Arikunto, 2010: 205).


(65)

51

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar

c. Penyusunan item

Skala yang dimodifikasi dari skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

Sub Variabel Indikator Jumlah Nomor Item

Kesukaan Gairah siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar

disekolah.

4 1,2,3,4

Respon siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar

disekolah

4 5,6,7,8

Ketertarikan Perhatian saat mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah

4 9,10,11,12

Konsentrasi siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar

disekolah.

4 13,14,15,16,

Perhatian Keterlibatan siswa disaat mengikuti kegiatan belajar

mengajar

4 17,18,19,20

Kemauan siswa untuk mengerjakan tugas.

4 21,22,23,24

Kemauan siswa untuk mencari buku penunjang yang lain saat

menemui kesulitan.

3 25,26,27

Keterlibatan Kesadaran tentang belajar di rumah 4 28,29,30,31 Langkah siswa setelah ia tidak

masuk sekolah

3 32,33,34

Kesadaran siswa untuk mengisi waktu luang

3 35,36,37

Kesadaran siswa untuk bertanya 3 38,39,40


(66)

52

orang tentang fenomena sosial. Setiap pernyataan skala prsosial dilengkapi empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk skala minat belajar adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Skor Skala Minat Belajar

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 156) observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera. Observasi terdiri dari dua jenis yaitu : a. Observas non sistematis, yang dilakukan oeh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Peneliti menggunakan jenis observasi non sistematis untuk dapat memudahkan penliti mengobservasi siswa saat peneliti melakukan tindakan.

Pilihan Jawaban Skor

Favourable (+)

Sangat Sesuai (SS) 4

Sesuai (S) 3

Tidak Sesuai (TS) 2


(67)

53

G.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data atau mengukur data tersebut valid (Sugiyono, 2013: 173). Suharsimi Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi/konten dan uji validitas item. Menurut Saifuddin Azwar (2007: 45), validitas isi merupakan validitas yang diukur melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau pendapat dari ahli (expert judgement). Hal ini dilakukan setelah instrumen disusun sesuai dengan kisi-kisi instrumen berdasarkan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli. Pada penelitian ini expert judgment yang dimaksud yaitu dosen pembimbing dengan keahlian di bidang bimbingan dan konseling.

Untuk validitas item, pada penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi item total (rᵢₓ) yang biasa juga disebut indeks daya beda item (Saifuddin Azwar, 2007: 162). Bila koefisien korelasinya rendah mendekati angka 0, berarti fungsi item tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak


(68)

54

baik. Batasan minimal koefisien korelasi item total sebesar 0.30, namun apabila dengan batas tersebut item yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0.25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Adapun hasil uji validitas item adalah sebagai berikut, skala minat belajar terdiri dari 40 pernyataan. Skala di uji cobakan terhadap 28responden. Hasil uji coba menggunakan koefisien item total di sajikan dalam tabel berikut:

Table 3. Hasil Uji Coba Instrumen

NO. PERNYATAAN

Koefisien Korelasi Item Total

KETERANGAN

1 Butir 1 .550 Valid

2 Butir 2 .731 Valid

3 Butir 3 .528 Valid

4 Butir 4 .551 Valid

5 Butir 5 .436 Valid

6 Butir 6 .561 Valid

7 Butir 7 .623 Valid

8 Butir 8 .669 Valid

9 Butir 9 .731 Valid

10 Butir 10 .510 Valid

11 Butir 11 .521 Valid

12 Butir 12 .466 Valid

13 Butir 13 .527 Valid

14 Butir 14 .583 Valid

15 Butir 15 .461 Valid

16 Butir 16 .711 Valid

17 Butir 17 .687 Valid


(69)

55

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus reliabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Nurul Zuriah, 2006: 192). Pada penelitian ini, akan dilakukan uji reliabilitas instrument dan uji reliabilitas item. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α). Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, seperti angket

19 Butir 19 .561 Valid

20 Butir 20 .545 Valid

21 Butir 21 .725 Valid

22 Butir 22 .691 Valid

23 Butir 23 .472 Valid

24 Butir 24 .647 Valid

25 Butir 25 .545 Valid

26 Butir 26 .539 Valid

27 Butir 27 .692 Valid

28 Butir 28 .490 Valid

29 Butir 29 .552 Valid

30 Butir 30 .624 Valid

31 Butir 31 .829 Valid

32 Butir 32 .648 Valid

33 Butir 33 .448 Valid

34 Butir 34 .568 Valid

35 Butir 35 -.161 Gugur

36 Butir 36 .700 Valid

37 Butir 37 .472 Valid

38 Butir 38 .457 Valid

39. Butir 39 .211 Gugur


(70)

56

atau soal berbentuk uraian (Suharsimi Arikunto. 2010: 239). Suatu instrument dindikasi memiliki reliabilitas apabila koefisien alpha cronbach lebih besar atau sama dengan 0.70 dengan bantuan program SPSS For Windows Seri 16.0.

Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus

alpha cronbach, diperoleh hasil bahwa skala minat belajar memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,948 dari total 40 item. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala minat belajar memiliki reliabilitas yang tinggi .

H.

Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan dideskripsikan dalam data konkrit, berdasarkan skor minimal, skor maksimal sehingga diperoleh nilai rata-rata. Disamping itu, untuk menentukan validitas instrumen maka dikonsultasikan dengan ahli (pembimbing). Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar valid berdasarkan bukti empiris.

Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa digunakan skala. Penentuan kategori kecenderungan dan tiap-tiap variabel didasarkan pada norma atau ketentuan kategori. Merujuk pada penjelasan Saifuddin Azwar (2010: 107-119) berikut ini adalah langkah-langkah pengkategorisasian minat belajar dalam penelitian ini :


(71)

57

a. Menentukan skor tertinggi dan terendah Skor Tertinggi = 4 x 38 = 152

Skor Terendah = 1 x 38 = 38

b. Menghitung mean ideal (M) yaitu (skor tertinggi+skor terendah) M = ½ (152+ 38)

= ½ (190) = 95

c. Menghitung standar deviasi (SD) SD = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

SD = 1/6 (152-38) = 1/6 (114) = 19

Batas antara kategori tersebut adalah (M+1SD) = 114 dan (M-1SD) = 76

Kategori untuk Minat Belajar diamati pada table 5 berikut ini: Tabel 4. Kategori Skor Minat Belajar

Batas (Interval) Rumus Kategori

Skor < 76 < (M-1SD) minat belajarRendah

76≤ Skor ≤ 114 (M-1SD) s/d (M+1SD) minat beajarSedang


(72)

58

I.

Kriteria Keberhasilan Tindakan

Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis penelitian tindakan kelas. Dua siklus yang peneliti gunakan terdiri dari empat tindakan. Peneliti akan menghentikan penelitian apabila terdapat peningkatan skor minat belajar dan siswa memiliki skor diatas 77


(73)

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan disertai dengan analisis data dan pembahasan tentang upaya meningkatkan minat belajar melalui diskusi kelompok pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2016 di SMP Hamong Putera Ngaglik.

A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Hamong Putera Ngaglik terletak di Gentan, Sinduharjo, ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Letak sekolah berada di satu lingkungan dengan SD N Gentan. Sekolah ini terletak dipinggir jalan yang statergis. Sekolah ini mempunyai 6 kelas terdiri dari kelas VII A, VII B, VIII A, VIII B, IX A dan IX B. Kondisi fisik sekolah dapat dikatakan baik, keadaan sekolah nampak bersih dan terawat. Fasilitas sekolah juga menunjang seperti perpustakaan, koperasi sekolah, lapangan olah raga, kantin dan mushola.Peneliti mengambil setting di kelas VIII B karena menurut hasil observasi dan wawancara guru kelas menunjukkan bahwa minat belajar kelas tersebut rendah.


(74)

60

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 2016 sampai tanggal 13 Juni 2016. Berikut penjabaran dan tanggal pelaksanaan kegiatan pada penelitian ini:

a. Pemberian pra tindakan : 20 Mei 2016

b. Pelaksanakan tindakan siklus I : 21,23, 25 dan 27 Mei 2016

c. Pemberian refleksi I : 27 Mei 2016

d. Pelaksanaan tindakan siklus II : 3, 8,10, dan 13 Juni 2016

e. Pemberian refleksi II : 13 Juni 2016

3. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP HAMONG PUTERA. Subyek penelitian ini terdiri dari 28 siswa yaitu 23 orang siswa laki- laki dan 5 siswa perempuan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling sebelum penelitian dilaksanakan didapat data bahwa minat belajar siswa rendah. Minta belajar siswa adalah kemauan siswa untuk mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.


(75)

61

Sebelum melaksanakan pemberian tindakan, terlebih dahulu dilakukan observasi dan pemberian angkat pra tindakan sebagai data awal terhadap minat belajar siswa-siswi kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik. Data yang diperoleh oleh peneliti dari sekolah menyatakan bahwa siswa-siswi di kelas VIII B masih mempunyai minat belajar yang rendah. Hal ini dilihat juga dapat dilihat dari hasil pra tindakan skala minat belajar sebagaimana terangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. Hasil Minat Belajar Pra Tindakan

NO NAMA SKOR KRITERIA NO NAMA SKOR KRITERIA

1 RAP 68 Rendah 15 WMSD 105 Sedang

2 YA 69 Rendah 16 DAS 101 Sedang

3 AK 71 Rendah 17 IDR 105 sedang

4 SN 75 Rendah 18 MN 70 Rendah

5 ADTP 74 Rendah 19 DS 74 Rendah

6 PCD 75 Rendah 20 FQAAS 101 Sedang

7 AY 72 Rendah 21 AHA 75 Rendah

8 MRPD 70 Rendah 22 ICN 72 Rendah

9 MSI 83 Sedang 23 SKR 75 Rendah

10 NDS 80 Sedang 24 REW 71 Rendah

11 AO 91 Sedang 25 YAK 76 Rendah

12 DTP 98 Sedang 26 AMTS 74 Rendah

13 NWR 93 Sedang 27 SF 69 Rendah

14 ADG 101 Sedang 28 FR 73 Rendah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa minat belajar setiap siswa berbeda-beda. Dapat dilihat dari 28 siswa, 18 siswa memiliki minat belajar kategori Rendah dan 10 siswa memiliki minat belajar kategori Sedang.


(76)

62

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

1. Siklus I

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti dan guru Bimbingan dan Konseling mendiskusi tindakan yang akan dilakasanakan. Tindakan ini adalah diskusi kelompok. Guru Bimbingan dan konseling dan peneliti mendiskusikan materi apa yang akan kepada siswa yang bisa untuk meningkat minat belajar dengan dasar teori yang ada di BAB II.

2) Peneliti dan guru Bimbingan dan Konselingmenentukan jadwal pelaksanaan penelitian. Waktu pertemuan tindakan siklus I adalah tanggal 21,23, 25 dan 27 Mei 2016 dengan alokasi waktu 40 menit. Pelaksaan berada di ruang kelas VIII B.

3) Peneliti menyiapkan Rencana Pemberian

Layanan (RPL) bimbingan klasikal dan

materi yang akan diberikan. Materi akan yang akan diberikan adalah Cara menyukai pembelajaran, Membuat kelas menjadi nyaman, Mengatur waktu belajar di rumah, dan Menumbuhkan motivasi sekolah. 4) Peneliti menyiapkan alat yang akan dipakai untuk

melakukan kegiatan diskusi kelompok.


(77)

63

mendokumentasikan aktivitas pada saat proses penelitian berlangsung.

b. Tahap Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak empat pertemuan. Setiap pertemuan membahas materi dengan durasi 4 0 menit. Materi diberikan oleh siswa-siswi untuk didiskusikan. Pada pertemuan pertama siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tema yang sama.

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik dilaksanakan mulai tanggal 21 Mei 2016. Pertemuan pertama dilaksanakan pada jam pertama dengan durasi 40 menit. Waktu pelaksanakan telah disepakati oleh peneliti, guru Bimbingan dan Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -kelompok kecil. Satu kelas menjadi 7 kelompok. Satu kelompok berisi 3-4 siswa.


(1)

176

Kelompok 7 Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati Muh Rizal Putra Riphki Eko Nugroho

Berkomunikasi yang baik dengan guru

 Menyakan tugas dengan baik

 Tidak memotong membicaraan


(2)

177

LAMPIRAN 7.


(3)

(4)

179

LAMPIRAN 8.


(5)

(6)