Bimbingan konseling dalam Perkembangan p

BAB I PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi pada anak didik yang kesulitan dalam suatu hal yang mengakibatkan keterlibatan dirinya sendiri. Suatu anak akan kesulitan dalam belajar di akibatkan adanya gangguan yang terjadi pada dirinya, mau itu dari segi pemikiran, segi kepribadian maupun segi masalah lingkungan disekitarnya.

Bimbingan pada peserta didik untuk membantu dalam aktivitas pembelajaran di sekolah menjadi hal yang sangat menguntungkan bagi peserta didik. Akibat adanya bimbingan akan mengurangi beban yang ada pada peserta didik dan mempermudah masuknya ilmu yang telah disampaikan oleh pendidik.

Konseling juga membantu peseta didik dalam hal deprsi dan masalah lainnya yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik tersebut. Konseling juga membatu membuka pemikiran peserta didik dan menyegarkan otak bagi anak didik yang sedang menghadapi kesulitan.

Perkembangan peserta didik akan menjadi mudah dilihat dan dirasakan dikarenakan adanya bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.

BAB II BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian belajar

Ketekia kita mempelajari tentang pendekatan dalam suatu pembelajaran, kita harus mengetahui apa itu belajar? Maka dari itu kita haru mengetahui apa arti dari belajar.

Belajar adalah suatu proses perkembangan yang di ciptakan oleh diri sendiri yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pada diri yang berdampak pada perubahan sifat dan perilaku tertentu. Sedangkan Menurut Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif ( 2005) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Belajar menurut para ahli antara lain:

1. Menurut Margaret Gredler, 1994. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan,

dan sikap. Sehingga peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik.

2. Menurut Riberu, 1982. Belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan

salah satu pola lajkuatau memperbaiki salah satu pola laku yang telah dikuasainya. Belajar bisa berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan salah satu pola lajkuatau memperbaiki salah satu pola laku yang telah dikuasainya. Belajar bisa berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan

3. Menurut Skinner, 1985.

Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku yang bersifat progresif.

4. Menurut Thursan Hakim. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

5. Menurut Hilgarde dan Bower.

Mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, pematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.

2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pengertian pendekatan pembelajaran menurut beberapa ahli :

a. Menurut Taufik (2010:12) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pemebelajaran, yang merujuk padapandangan tentang terjadinya sudatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) a. Menurut Taufik (2010:12) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pemebelajaran, yang merujuk padapandangan tentang terjadinya sudatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)

b. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengerlian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh gum bersama siswa.

3. Macam-macam Pendekatan Belajar

Secara umum menurut syaiful bahri Djamarah dan Aswan Dzain pendekatan yang sering digunakan dalm pengajaran meliputi :

1) pendekatan individual;

2) pendekatan kelompok;

3) pendekatan bervariasi;

4) pendekatan edukatif;

5) pendekatan pengalaman;

6) pendekatan pembisaan;

7) pendekatan emosional;

8) pendekatan rasional;

9) pendekatan fungsional;

10) pendekatan keagamaan;

11) pendekatan kebersamaan.

4. Ciri-ciri belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang merupakan perpanduan kegiatan siswa yang melakukan kegiatan belajar serta guru yang melakukan kegiatan pengajaran.

Keterpanduan dua aktivitas yang dilakukan guru dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri. Adapun ciri-ciri belajar mengajar sebagai berikut :

1. Belajar mengajar memiliki tujuan.

2. Ada suatu prosedur.

3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan penggarapan materi yang khusus.

4. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pemberian pengalaman belajar kepada siswa.

5. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pengembangan kecakapan hidup siswa.

6. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.

7. Ada batas waktu.

8. Evaluasi. Pengajaran merupakan pola atau cara yang ditetapkan sebagai penjabaran

hasil kajian strategi. Teknik pengajaran merupakan cara atau teknik mengunakan alat-alat bantu mengajar dan cara-cara menerapkan metode mengajar tersebut.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Pengertian Strategi pembelajaran menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut:

a. Menurut Wina Sanjaya yang dikutif oleh Taufik (2010:13), bahwa strategi- pembelajaru adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sirategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan- keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) strategi mengajar dapat dikatakan sebagai keterampilan-keterampilan tertentu yang telah dikuasai guru dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga merupakan pola perilaku mengajar yang bertujuan membanhr siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

c. Kozna yang dikutif oleh Uno (2008:1) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

2. Macam-macam Srategi Pembelajaran

Strategi belajar dapat dibedakan menjadi 4 macam antara lain sebagai berikut:

1. Strategi Mengulang (Rehearsal) Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal)

dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).

2. Strategi Elaborasi Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan

menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian.(Nur,2000:30). Strategi ini dapat dibedakan menjadi : 1). Notetaking (pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama.Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca,

2) Analogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara cirri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer dan 3) Metode PQ4R 2) Analogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara cirri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer dan 3) Metode PQ4R

3. Strategi Organisasi Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan

materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng- organisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi : 1). Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama, 2). Pemetaan ( mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, 3). Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu : a). Chunking (pemotongan) b). Akronim (singkatan), c). Kata berkait (Link-work) : suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing.

4. Strategi Metakognitif Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri

sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar.(Arends, 1997:260). Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu :

1) pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu,

2) mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. (Nur, 2000:41)

C. METODE PEMBELAJARAN

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengertian Metode pembelajaran menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Taufik (2010:13),metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pernbelajaran. Terdapat beberapa metode pernbelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembeiajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi, i.1) simulasi; (5) laboratorium; (5) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainva.

b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) Metode dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Dan yang Iebih penting lagi adalah jika metode dapat dianggap sebagai suatu proses yang memungkinkan terjadinya belajar, maka metode tentu akan terdiri atas beberapa tahapan.

c. Menurut Uno (2008:2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, -yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang c. Menurut Uno (2008:2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, -yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Adapun jenis-jenis metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Metode ceramah, yakni cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung oleh guru kepada sekelompok siswa.

2. Metode demonstrasi, yaitu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya, maupun tiruan. Metode ini dapat membuat penyajian bahan pelajaran lebih konkret.

3. Metode diskusi, adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi bisa dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, diskusi panel.

4. Metode simulasi, yaitu cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Jenis-jenis simulasi adalah:

a. sosiodrama , yaitu metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial;

b. psikodrama , yaitu metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis;

c. role playing , yaitu metode pembelajaran bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang di arah kan untuk rekreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, c. role playing , yaitu metode pembelajaran bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang di arah kan untuk rekreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual,

5. Metode belajar sambil bermain, yaitu metode belajar yang mengadopsi berbagai permainan. Baik permainan yang sudah ada, maupun yang dibuat sendiri untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan yang mengolah berbagai ranah psikologis siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

D. TEKNIK PEMBELAJARAN

1. Pengertian Teknik Pembelajaran

a. Pengertian Menurut Taufik (2010:14), teknik pembelaiaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

b. Gerlach dan Ely yang dikutif oleh Uno (2008:2) teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai

c. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:21), teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai peluang belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.

d. Wina Senjaya (2008) teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik

2. Macam-macam Teknik Belajar

Seperti halnya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.

1. Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar) Teknik umum adalah cara-cara yang dapat gunakan untuk semua bidang

studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut:

a. teknik ceramah

b. teknik tanya jawab

c. teknik diskusi

d. teknik pemberian pendapat

e. teknik pemberian tugas

f. teknik latihan

g. teknik inkuiri

h. teknik demonstrasi

i. teknik simulasi.

Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.

2. Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu) Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan)

bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang kecil. Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang kecil. Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca,

Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia, hanya menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pembelajaran bahasa (yang ditunjang sejum!ah pendekatan dan prinsip), tetapi menggunakan sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap saat divariasikan.

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

A. PENGERTIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

1) Pengertian dan Teori Belajar

a. Menurut James O, Whittker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.

b. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

c. Belajar Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).

d. Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

e. Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif e. Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif

f. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.

2) Teori Belajar

Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.

Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:

1) Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.

2) Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.

Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:

1) Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.

2) Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.

Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam aliran:

a. Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.

b. Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.

Kajian tentang belajar berdasarkan psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Oleh karena itu, bisa di pahamibila dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan mengarang). Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian pula faktor perbedaan individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis. Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain.

Berbeda dengan kajian diatas, aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan). Cabang dari aliran ini adalah koneksionisme atau asosiasi dan organismic atau gestalt.

Menurut teori asosiasi, setiap stimulus mempunyai hubungan (asosiasi, koneksi) dengan respon tertentu. Belajar dalam hal ini adalah membentuk sejumlah ikatan stimulus-respon pada diri individu. Untuk membentuk asosiasi dalam proses Menurut teori asosiasi, setiap stimulus mempunyai hubungan (asosiasi, koneksi) dengan respon tertentu. Belajar dalam hal ini adalah membentuk sejumlah ikatan stimulus-respon pada diri individu. Untuk membentuk asosiasi dalam proses

Teori koneksionisme menganggap bahwa perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pembiasaan. Pengembangan teori ini sampai kepada munculnya teori kondisioning, yakni classical conditioning (Pavlov) dan operant conditioning (Skinner). Classical conditioning sangat menekankan pentingnya faktor latihan untuk memperoleh respon lain dari suatu stimulus. Teori ini menganggap bahwa latihan yang berulang-ulang dapat menghasilkan suatu perilaku sebagai suatu respon terhadap stimulus, meskipun stimulus itu dalam keadaan biasa mempunyai ikatan dengan respon tertentu yang berbeda dengan respon yang berbeda dengan respon yang dilatihkan atau dibiasakan. Classical conditioning sangat tepat dalam proses mempelajari hal-hal seperti agama, akhlak, adat istiadat, sopan santun, atau bahasa. Pada teori operant conditioning factor hadiah (reward) dalam belajar sangat menonjol. Karena dapat menjadi penguat (reinforcement) terhadap ikatan stimulus- respon. Hadiah itu sendiri ada dua macam, yaitu hadiah yang dating dari luar (extrinsic) seperti pujian, dan hadiah yang dating dari dalam diri sendiri (intrinsic) yakni perasaan puas karena mengetahui bahwa respon yang diberikan terhadap suatu stimulus adalah tepat dan benar.

Teori Gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight (pemahaman atau wawasan) merupakan cirri asasi dari respon manusia yang diberikan dalam menanggapi lingkungan betapapun sederhananya . insight itu sendiri muncul secara tiba-tiba, ketika seseorang dapat melihat atau ketika seseorang dapat memahami inti struktur dalam situasi problematic. Dapat pula dikatakan insight merupakan semacam reorganisasi pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan ide baru, atau memecahkan suatu masalah.

Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman. Mempelajari suatu mata pelajaran, tidak hanya dilakukan dengan mempelajari jawaban soal, tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil atau jawaban menjadi tepat.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata pemanfaatan media pembelajaran harus mempunyai landasan teori tentang belajar. Karena teori-teori ini dapat member penjelasan tentang proses belajar dalam berbagai situasi. Dengan mengetahui proses belajar media yang dimanfaatkan dapat memberi kemungkinan kepada siswa belajar secara efektif dan efisien. Karena belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks serta banyak variable yang mempengaruhi, maka perlu kiranya kita mengetahui juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik terhadap proses maupun hasil belajar.

3) Proses Belajar

Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut: Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.

a. Fase - Fase dalam Proses Belajar

Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :

1) Fase informasi (tahap penerimaan materi)

2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi)

3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :

1) Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)

2) Storage (tahap penyimpanan informasi)

3) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

4) Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

a) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, etekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah

2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,

keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Secara umum kondisi fisikologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi, pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman kerasakan kesulitan melakukan proses belajar, karena saraf pengomtrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak dapat dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.

Oleh karena keadaan keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:

a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;

b. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;

c. Istirahat yang cukup dan sehat. Kedua keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Bahkan dikatakan oleh

Aminnudin Rasyad (2003, h.) pancaindera merupakan ilmu pengetahuan (five sence are the golden gate of knowledge) . Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan arau stimuli dealam proses belajar.

Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yangbersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Setiap manusia atau anak didik pada dasrnya memilki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar, bukan dalam hal jenis. Tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya maisng-masing. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap,bakat, dan kognitif dan daya nalar.

1. Kecerdasan/intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

2. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

2. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

3. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

4. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,

4. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 1991:58). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajari.

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik- teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

5. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.

Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya;berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

6. Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

7. Kognitif dan Daya Nalar

Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir.Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.Penginderaan itu di pengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir.Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.Penginderaan itu di pengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang

Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.Terdapat dua bentuk mengingat yang menarik untuk di perhatikan, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi).Pertama, dalam mengenal kembali (rekognisi), orang berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah di jumpai di masa lampau. Misalnya orang mencari film cerita dalam bentuk video compact disk (VCD) di sebuah rental, pada saat dia mencoba salah satunya, dia ingat bahwa dia pernah menontonnya di televisi, maka ia tidak jadi menyewa. Di sini, ternyata aktivitas mengingat terikat pada kontak kembali antara pengalamannya dengan objek; seandainya tidak ada kontak berarti tidak terjadi mengingat. Dalam mengenal kembali, pada tataran mental seseorang akan muncul tanggapan-tanggapan dan penilaian baru terhadap objek bersangkutan. Tanggapan dan penilaian baru, ini adakalanya memperkuat tanggapan dan penilaian lamanya di saat pertama ia berjumpa dengan objek di masa lampau, dan ada kalanya berbeda dengan tanggapan terdahulunya. Kedua, dalam mengingat kembali (reproduksi), dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan seperti telah dicontohkan di atas (siswa yang berdamawisata).

Berpikir oleh Jalaludin Rakhmat (1985:86) dibagi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik, di sebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan Berpikir oleh Jalaludin Rakhmat (1985:86) dibagi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik, di sebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan