Optimasi Penggunanan Campuran Asam Asetat Dan Fenol Sebagai Antioksidan Pada Karet Alam SIR 2O
OPTIMASI PENGGUNANAN CAMPURAN ASAM ASETAT DAN
FENOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA KARET ALAM SIR 2O
SKRIPSI
TIKA WULANDARI
080822025
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
OPTIMASI PENGGUNANAN CAMPURAN ASAM ASETAT DAN
FENOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA KARET ALAM SIR 2O
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
TIKA WULANDARI
080822025
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
PERSETUJUAN
Judul : OPTIMASI PENGGUNAAN CAMPURAN ASAM
ASETAT DAN FENOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA KARET ALAM SIR 20
Kategori : SKRIPSI
Nama : TIKA WULANDARI
Nomor Induk Mahasiswa : 080822025
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA, MEDAN
Disetujui di, Medan, Juni 2010
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
DR. Thamrin, M.Sc Drs. Syamsul Bachri Lubis, M.Si NIP. 19600704198031003 NIP. 195108181980031002
Menyetujui
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua
DR. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
OPTIMASI PENGGUNAAN CAMPURAN ASAM ASETAT DAN FENOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA KARET ALAM SIR 20
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing - masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
TIKA WULANDARI 080822025
(5)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada orang tua penulis : Ayahanda H. Sugeng Priyadi dan Ibunda Nurhayati T yang tercinta serta adik Prasetya Yudhistira, dan abang Marakim Hasibuan AMd yang telah memberikan bimbingan moril maupun material serta doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga sangat berterima kasih kepada:
1. Kepada Bapak Drs. Syamsul Bachri Lubis, M.Si dan Bapak Dr. Thamrin, M.Sc, selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu, sehingga membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS.
Selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan departemen kimia.
3. Kepada Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, semua dosen dan pegawai departemen kimia FMIPA USU.
4. Kepada Bapak dan Ibu serta karyawan PT. Hadi Baru - Binjai, yang telah memberikan fasilitas alat pengujian mutu karet selama melakukan penelitian. 5. Kepada Bapak dan Ibu serta karyawan Bea Cukai – Belawan, yang telah membantu
penulis dalam pengujian FTIR.
6. Rekan – rekan jurusan kimia ekstensi stambuk 2008 dan teman – teman tridarma 40 yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Adanya kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini sangat dihapkan.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan rahmat dan hidayah-Nya.
Medan, Juni 2010 Penulis
(6)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang optimasi penggunaan campuran asam asetat dan fenol sebagai antioksidan pada karet alam SIR 20. Karet alam SIR 20 ditambahkan antioksidan dengan perbandingan yang telah ditentukan lalu ditambahkan bahan pemvulkanisasi (sulfur dan benzoil peroksida), ZnO, asam stearat dan MBTS lalu digiling sampai homogen pada temperatur 120 oC selama 1 jam. Kompon karet tersebut dicetak dengan menggunakan suhu 140 oC selama 20 menit. Dilakukan pengujian sifat fisika dan kimia karet tersebut. Uji tarik, PRI, viscositas mooney, kadar abu dan FTIR. Pada Uji tarik kekuatan maksimum diperoleh pada penggunaan BHT 5:0, PRI pada BHT : Asam asetat = 1:4 sebesar 75,8 %, Untuk viscositas mooney maksimum ada pada karet alam SIR 20, sedangkan kadar abu diperoleh minimum pada penggunaan karet alam SIR 20 yaitu sebesar 0,61 5.
(7)
OPTIMIZATION USE MIXTURE OF ACETIC ACID AND PHENOL AS ANTIOXIDANTS IN NATURAL RUBBER SIR 20
ABSTACT
Has conducted research on the optimization use mixture of acetic acid and phenols as antioxidants in natural rubber SIR 20. Natural Rubber SIR 20 added with a ratio antioxidant that has been determined and added pemvulkanisasi materials (sulfur and benzoyl peroxide), ZnO, stearic acid and MBTS then grounded until homogeneous at a temperature of 120 oC for 1 hour. Rubber compound is printed by using the temperature of 140 oC for 20 minutes. Testing the physical and chemical properties of rubber. Tensile test, the PRI, Mooney viscosity, ash content and FTIR. In the tensile test the maximum strength was obtained on the use of BHT 5:0, the PRI at BHT: acetic acid = 1:4 by 75.8%, Mooney viscosity maximum to exist in the natural rubber SIR 20, while the ash content obtained by the minimum on the use of natural rubber SIR 20 that is equal to 0.61 5%.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Abstrak iii
Abstract iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
Daftar Singkatan ix
Daftar Lampiran x
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Identifikasi Masalah 4
1.3Pembatasan Masalah 4
1.4Tujuan Penelitian 5
1.5Manfaat Penelitian 5
1.6Lokasi Penelitian 5
1.7Metodologi Penelitian 5
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Karet 7
2.1.1 Struktur Kimia Karet 8
2.1.2 Karet Alam 9
2.1.3 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis 10 2.1.4 Standard Indonesia Rubber (SIR) 10
2.1.5 Bahan Kimia Karet 11
2.2 Antioksidan 13
2.2.1 Radikal Bebas 15
2.2.2 BHT (Butyl Hidroksi Toluena) 16
2.2.3 Asam Asetat 16
2.3 Vulkanisasi 17
2.3.1 Vulkanisasi Sulfur 18
2.3.2 Vulkanisasi Peroksida 19
2.3.3 Fenol 20
2.4 Sifat Fisika Karet 21
2.4.1 Kekuatan Tarik 21
2.4.2 Plastisitas Retensi Indeks 22
2.4.3 Viscositas Mooney 22
2.4.4 Kadar Abu 23
2.4.5 Spektokopi Inframerah Fourier Transform (FTIR) 23
Bab 3. Metodelogi Penelitian 25
(9)
3.2 Bahan – Bahan 26
3.3Prosedur 27
3.3.1 Penyiapan dan Penimbangan Sampel 27 3.3.2 Penggilingan Sampel dialat Extruder 27
3.3.3 Pengepresan Sampel 28
3.3.4 Pencetakan Spesimen Karet 28
3.4 Pengujian Mutu Karet 29
3.4.1 Pengukuran Kekuatan Tarik 29
3.4.2 Penetapan Nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI) 30 3.4.3 Penetapan Viscositas Mooney 31
3.4.4 Penetapan Kadar Abu 32
3.5 Bagan Penelitian 33
3.5.1 Bagan Penelitian Penyiapan dan Penggilingan Sampel 33 3.5.2 Bagan Penelitian Penggilingan Sampel 33 3.5.3 Bagan Penelitian Pengepresan Sampel 34 3.5.4 Bagan Penelitian Pencetakan Spesimen Karet 34 3.5.5 Bagan Penelitian Uji Kekuatan Tarik 35 3.5.6 Bagan Penelitian Uji Plastisitas Retensi Indeks (PRI) 36 3.5.7 Bagan Penelitian Viskositas Mooney 37 3.5.8 Bagan Penelitian Penetapan Kadar Abu 38
Bab 4. Hasil dan Pembahasan 39
4.1 Hasil 39
4.1.1. Pengolahan Data Uji Tarik 41 4.1.2 Pengolahan Data Uji PRI 42 4.1.3 Pengolahan Data Viscositas Mooney 42 4.1.4 Pengolahan Data Kadar Abu 43
4.2 Pembahasan 44
4.2.1. Pembahasan Data Uji Tarik Bahan Pemvulkanisasi Sulfur 44 4.2.2. Pembahasan Data Uji Tarik Bahan Pemvulkanisasi
Benzoil Peroksida 45
4.2.3. Pembahasan Data Uji PRI Bahan Pemvulkanisasi Sulfur 46 4.2.4. Pembahasan Data Uji PRI Bahan Pemvulkanisasi Sulfur 47 4.2.5. Pembahasan Data Uji Viscositas Mooney Bahan
Pemvulkanisasi Sulfur 48 4.2.6. Pembahasan Data Uji Viscositas Mooney Bahan
Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida 49 4.2.7. Pembahasan Data Uji Kadar Abu Bahan Pemvulkanisasi Sulfur 50 4.2.8. Pembahasan Data Uji Kadar Abu Bahan Pemvulkanisasi
Benzoil Peroksida 51
4.2.9. Pembahasan Uji FTIR Bahan Pemvulkanisasi Sulfur 52 4.2.10. Pembahasan Uji FTIR Bahan Pemvulkanisasi
Benzoil Peroksida 52
Bab 5. Kesimpulan dan Saran 53
5.1 Kesimpulan 53
5.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Karet SIR 11
Tabel 3.1 Alat – alat penelitian 25
Tabel 3.2 Bahan – Bahan penelitian 26
Tabel 4.1 Uji sifat fisik Sampel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi
Sulfur 39
Tabel 4.2 Uji sifat fisik Sampel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur monomer Isoprena 8
Gambar 2.2 Rumus bangun Polyisoprena 8
Gambar 2.3 Rumus bangun cis - 1,4 – Polyisoprena 8 Gambar 2.4 Rumus bangun BHT 16 Gambar 2.5 Rumus bangun Asam asetat 17
Gambar 2.6 Rumus bangun Diasetyl peroksida 19
Gambar 2.7 Rumus bangun Dibenzoilperoksida 19
Gambar 2.8 Rumus bangun Dicumylperoxide 20
Gambar 3.1. Bentuk Dumbel menurut standart ASTM 638-72 28 Gambar 4.1 Grafik Uji Kekuatan Tarik Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 44 Gambar 4.2 Grafik Uji Kekuatan Tarik Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 45 Gambar 4.3 Grafik Uji PRI Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 46 Gambar 4.4 Grafik Uji PRI Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 47 Gambar 4.5 Grafik Uji Viscositas Mooney Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 48 Gambar 4.6 Grafik Uji Viscositas Mooney Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 49 Gambar 4.7 Grafik Uji Kadar Abu Vs Sampel
(Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 50 Gambar 4.8 Grafik Uji Kadar Abu Vs Sampel
(12)
DAFTAR SINGKATAN
BHT : Butil Hidroksi Toluena
MBTS : Mercapto diBenzo Tyazol diSulfat Pa : Plastisitas setelah pengusangan mol Po : Plastisitas sebelum pengusangan SIR : Standar Indonesia Rubber PRI : Plastisitas Retensi Indeks ZnO : Zink Oksida
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data Hasil Uji Tarik sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi sulfur 60
Lampiran 2. Data Hasil Uji Tarik sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi benzoil peroksida 61 Lampiran 3 Data Hasil Uji PRI sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi sulfur 62
Lampiran 4. Data Hasil Uji PRI sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi benzoil peroksida 63 Lampiran 5. Data Hasil Uji Viscositas Mooney sampel dengan menggunakan
bahan pemvulkanisasi sulfur 64
Lampiran 6. Data Hasil Uji Viscositas Mooney sampel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida 65 Lampiran 7. Data Hasil Uji Kadar Abu sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi sulfur 66
Lampiran 8. Data Hasil Uji Kadar Abu sampel dengan menggunakan bahan
pemvulkanisasi benzoil peroksida 67
Lampiran 9. Gambar – Gambar Alat Penelitian 68
(14)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang optimasi penggunaan campuran asam asetat dan fenol sebagai antioksidan pada karet alam SIR 20. Karet alam SIR 20 ditambahkan antioksidan dengan perbandingan yang telah ditentukan lalu ditambahkan bahan pemvulkanisasi (sulfur dan benzoil peroksida), ZnO, asam stearat dan MBTS lalu digiling sampai homogen pada temperatur 120 oC selama 1 jam. Kompon karet tersebut dicetak dengan menggunakan suhu 140 oC selama 20 menit. Dilakukan pengujian sifat fisika dan kimia karet tersebut. Uji tarik, PRI, viscositas mooney, kadar abu dan FTIR. Pada Uji tarik kekuatan maksimum diperoleh pada penggunaan BHT 5:0, PRI pada BHT : Asam asetat = 1:4 sebesar 75,8 %, Untuk viscositas mooney maksimum ada pada karet alam SIR 20, sedangkan kadar abu diperoleh minimum pada penggunaan karet alam SIR 20 yaitu sebesar 0,61 5.
(15)
OPTIMIZATION USE MIXTURE OF ACETIC ACID AND PHENOL AS ANTIOXIDANTS IN NATURAL RUBBER SIR 20
ABSTACT
Has conducted research on the optimization use mixture of acetic acid and phenols as antioxidants in natural rubber SIR 20. Natural Rubber SIR 20 added with a ratio antioxidant that has been determined and added pemvulkanisasi materials (sulfur and benzoyl peroxide), ZnO, stearic acid and MBTS then grounded until homogeneous at a temperature of 120 oC for 1 hour. Rubber compound is printed by using the temperature of 140 oC for 20 minutes. Testing the physical and chemical properties of rubber. Tensile test, the PRI, Mooney viscosity, ash content and FTIR. In the tensile test the maximum strength was obtained on the use of BHT 5:0, the PRI at BHT: acetic acid = 1:4 by 75.8%, Mooney viscosity maximum to exist in the natural rubber SIR 20, while the ash content obtained by the minimum on the use of natural rubber SIR 20 that is equal to 0.61 5%.
(16)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimer enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangannya adalah 1,4 poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet
Karet merupakan polimer yang mempunyai sifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai elastomer. Pada saat ini karet digolongkan atas dua bagian yaitu, karet sintetik dan karet alam. Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Contohnya SBR (Strirene Butadiene Rubber). Sedangkan Karet alam diperoleh dengan cara penyadapan pohon Hevea Braziliensis. Karet alam memiliki berbagai keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam getaran.
Bentuk utama karet alam, terdiri dari 97 % cis – 1,4 – poliisoprena, dikenal sebagai Havea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks. Lateks biasanya dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh Vulkanisasi (Steven, MP.2001.).
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan khususnya bagi Indonesia. Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Negara Indonesia termasuk produsen karet alam kedua setelah Malaysia, akan tetapi usaha perkaretan di Indonesia masih tergolong kurang maju, bila dibandingkan dengan perkembangan produksi dan kemajuan teknologi di Negara lain (Tim Penulis, PS.1999.).
(17)
Karet alam SIR 20 berasal dari koagulum. Prinsip tahapan proses pengolahan karet alam SIR 20 adalah sortasi bahan baku, pembersihan dan pencampuran makro, peremahan, pengeringan, pengempalan dan pengemasan (Ompusunggu, M. 1987).
Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi (mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Antioksidan menstabilkan dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan dapat menimbulkan
Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik. Yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol, kumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol dan asam askorbat. Antioksidan sintetik antara lain Butyl Hidroksi Anisol (BHA), Butyl Hidroksi Toluen (BHT). Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan sebagai gejala bahwa efek dua komponen aktif dalam campuran lebih dari jumlah efek masing – masing jika terpisah. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah peroksida (Meronda, G. Rahma. 2008.).
Asam asetat berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam dan berasa asam. Asam asetat dapat mudah bercampur dengan pelarut polar atau non polar lainnya. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia
Fenol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada sebuah cincin benzen. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena kulit menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun (Wood, Keenan. Kleinfer. 1984).
Penilaian spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisis dari beberapa syarat uji yang ditetapkan untuk SIR yaitu penetapan PRI (Plastisitas Retensi Indeks), viskositas mooney dan kadar kotoran, Nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah
(18)
dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 oC menyebabkan PRI menjadi rendah. Viskositas mooney karet alam (Hevea Brasiliensis) menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran dengan kata lain karetnya semakin viskous dan keras (Sumarno Kartowardoyo. 1980).
Beberapa peneliti terdahulu seperti M.A. Abd El-Ghaffar, D.E. El-Nashar, dan E.A.M. Youssef (2003) telah menggunakan antioksidan asam maleat dan diamin phenylene yang divulkanisasikan dalam amina polymer dari karet (NR dan SBR). Beliau menyimpulkan bahwa dalam asam maleat dapat menghambat oksidasi di dalam karet alam dari SBR dan konsentrasi optimum pada penggunaan 1,5 phr (M.A. Abd El-Ghaffar. 2003).
Disamping itu Chakrit Sirisinha, Sireethorn Phoowakeerewiwat, dan Pongdhorn Saeoui (2004) yang telah menggunakan asam stearat dan amina sebagai dasar antioksidan dengan agen pembentuk radikal peroksida ( difenil peroksida) yang menyimpulkan bahwa asam stearat hanya berpengaruh terhadap antioksidan pada karet alam dan secara signifikan mematangkan karet alam sehingga menghasilkan sifat – sifat fisik mekanik dinamik (Chakrit Sirsinha. 2004).
Jiri Tochacek (2004) menggunakan senyawa fenol sebagai antioksidan didalam polipropilen dan mempelajari sifat fisik dan tingkah laku yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh stabilitas polipropilen yang telah menggunakan fenol. Pengaruh ini sangat signifikan yang ditunjukkan dalam peningkatan sifat – sifat mekanik (Jiri Tochacek. 2004).
Dari uraian diatas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti optimasi penggunaan campuran asam asetat dan fenol sebagai antioksidan pada karet alam SIR 20. Sebagai antioksidan pada penelitian ini diharapkan BHT, asam asetat dan fenol dapat menghambat oksidasi pada karet alam sehingga dapat menghindari kerusakan pada karet tersebut.
(19)
Adapun pengujian yang dapat mendukung adalah melihat perubahan kekuatan tarik dan struktur gugus fungsi dengan FTIR. Sifat fisik yang dilakukan antara lain pengujian PRI (Plastisitas Retensi Indeks), viscositas mooney dan kadar abu pada karet alam SIR 20.
1.2Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana pengaruh perbandingan antioksidan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh sulfur?
2.Bagaimana pengaruh perbandingan antioksidan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh benzoil peroksida?
3.Bagaimana pengaruh perbandingan antioksidan asam asetat dengan fenol pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh sulfur?
4.Bagaimana pengaruh perbandingan antioksidan asam asetat dengan fenol pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh benzoil peroksida?
1.3Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Sampel yang digunakan berupa karet alam SIR 20 yang berasal dari pabrik karet PTPN III Rantau Prapat
2. Bahan antioksidan yang digunakan adalah BHT (Butyl Hidroksi Toluena), Asam asetat dan fenol dengan variasi yang telah ditentukan.
3. Bahan pemvulkanisasi yang digunakan adalah sulfur dan benzoil peroksida. 4. Bahan kimia yang mendukung penelitian MBTS, Asam stearat, Zink Oksida
(ZnO)
5. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah Kekuatan tarik, PRI, Viscositas mooney, kadar abu dan FTIR.
(20)
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menyelidiki pengaruh variasi penggunaan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh sulfur
2. Untuk menyelidiki pengaruh variasi penggunaan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh benzoil peroksida
3. Untuk menyelidiki pengaruh variasi penggunaan asam asetat dengan fenol pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh sulfur
4. Untuk menyelidiki pengaruh variasi penggunaan asam asetat dengan fenol pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh benzoil peroksida
1.5Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan bermanfaat untuk :
Mendapatkan informasi tentang kegunaan BHT, Asam asetat dan fenol sebagai antioksidan yang digunaan pada karet alam SIR 20 dengan variasi yang sesuai untuk menentukan sifat kimia dan fisis karet.
1.6Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer, FMIPA USU, Laboratorium PT. Hadi Baru, Jalan Medan – Binjai Km. 16 Diski, Sumatera Utara, dan Laboratorium Bea Cukai Belawan.
1.7Metodologi Penelitian
1. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium.
2. Karet SIR 20 diperoleh dari pabrik karet. Lalu Karet SIR 20 ini dipotong – potong kecil sesuai dengan kebutuhan penelitian.
(21)
3. Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas : - BHT : Asam asetat (5:0 ; 1:4 ; 2:3 ; 4:1)
- Asam asetat : Fenol (5:0 ; 1:4 ; 2:3 ; 4:1) b. Variabel Terikat : - Uji Kekuatan tarik
- Plastisitas Retensi Indeks (PRI) - Viscositas mooney
- Uji Kadar Abu - Uji FTIR
c. Variabel tetap : - Karet Alam SIR 20 - Sulfur
- Benzoil peroksida - Asam stearat - MBTS
- Zink oksida (ZnO) 4. Pengambilan Data
Dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data hasil analisa dari uji tarik, PRI, viscositas mooney, kadar abu dan FTIR.
(22)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karet
Karet adalah sebagai sintetis. Sumber utama barang dagang dari karet adalah melukainya akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea brasiasiliensis (Tim Penulis, PS. 2007)
Karet alam memiliki sifat umum yaitu memiliki warna agak kecoklat – cokltan, dengan berat jenis 0,91 – 0,93. Sifat mekaniknya tergantung dari derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilakan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99 oC, melunak pada suhu 130 oC dan terurai sekitar 200 oC. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencamouran dengan adiktif. Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi sangat jelek. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat dan sebagainya (Ompungsunggu. 1987).
Tanaman karet memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a. Bahan baku karet digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat penghubung dan penahan getar.
(23)
c. Hasil samping tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah batang pohon karet.
d. Mampu membentuk ekologi Hutan
2.1.1 Struktur Kimia Karet
Polyisoprena adalah gabungan dari unit – unit monomer hydrocarbon C5H8 (isoprene) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Karet alam adalah makro molekul polyisoprena yang bergabung dengan ikatan kepala ke ekor. Konfigurasi dari polimer ini adalah konfigurasi ”cis” dengan susunan ruang yang teratur, sehingga rumus dari susunan karet adalah 1,4 cis polyisoprena. Susunan ruang demikian membuat karet mempunyai sifat kenyal. Adapun rumus bangun dari isoprena, polyisoprena dan cis 1,4 polyisoprena dapat dilihat dibawah ini.
CH3
CH2 = C – CH = CH2
Gambar 2.1 Struktur monomer Isoprena
CH3 CH3
- CH2 – C = CH – CH2 – CH2 – C = CH – CH2 – n Gambar 2.2 Rumus bangun Polyisoprena
– CH2 CH2 – C = C
CH3 H n
Gambar 2.3. Rumus bangun cis - 1,4 – Polyisoprena Sumber : Stevens, M.P. 2001
(24)
”n” adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer dalam rantai polimer. Nilai ”n” dalam karet berkisar antara 3000 – 15000. Viskositas karet berkorelasi dengan nilai ”n”. Semakin besar nilai n akan semakin penjang rantai molekul karet menyebabkan viskositas mooney semakin tinggi. Karet yang terlalu keras kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang lebih besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositas mooney-nya terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah.
Adanya ikatan rangkap karbon ( -C=C- ) padas molekul karet memungkinkan dapat terjadi reaksi oksidasi. Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul, sehingga viskositas mooney menurun. Terjadinya pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat Po dan PRI karet jadi rendah. Oksidasi karet oleh udara (O2) akan semakin lambat bila kadar antioksidan alam (protein dan lipida) tinggi serta kadar ion – ion logam dalam karet (Ca, Mg, Cu, Fe, Na, Rb dan Mn) rendah. (Ompusunggu, M. 1987)
2.1.2 Karet Alam
Kualitas dan hasil produk karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang – barang karet buatan manusia.
Secara umum sifat – sifat karet alam adalah sebagai berikut : a. Sifat fisik
1. Warna setelah koagulasi putih hingga coklat.
2. Elatisitas lateks tersebut semakin bertambah setelah vulkanisasi. 3. Larut dalam benzen.
4. Tidak larut dalam air.
5. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
(25)
b. Sifat kimia
1. Mudah teroksidasi oleh udara
2. Bila dibakar lateks alam akan berubah menjadi CO2 dan H2O.
(Yayasan Karet, 1983) 2.1.3 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet alam sulit ditandingi oleh karet sentetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan karet sintetis adalah :
a. Memiliki daya elastisitas dan daya lenting sempurna.
b. Memiliki plastisasi yang baik sehingga pengolahannya mudah. c. Mempunyai daya aus yang tinggi.
d. Tidak mudah panas (low heat bid up), dan e. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan untuk beberapa keadaan : a. Tahan terhadap berbagai zat kimia.
b. Harga cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
c. Pengiriman atau suplai karet sintetis jarang mengalami kesulitan yang sulit diharapkan dari pengiriman atau suplai karet alam. (Tim Penulis, 1999)
2.1.4 Standard Indonesia Rubber (SIR)
SIR adalah singkatan dari Standard Indonesia Rubber yang merupakan karet spesifikasi teknis produksi Indonesia yang salah satunya ditetapkan melalui pengujian karakteristik seperti kadar kotoran, kadar abu, PRI dan untuk SIR tertentu dilakukan pengujian warna, ASHT, viskositas mooney.
(26)
Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI) nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI nya sebesar 80, M untuk nilai PRI antara 60 – 79, dan S untuk nilai PRI antara 30 – 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan ke dalam golongan SIR (Setyamidjaja, Djoehana. 1995).
PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plastemeter.
Tabel 2.1. Spesifikasi Karet SIR
Spesifikasi Standard Indonesian Rubber (SIR)
10 20 50
Kadar Kotoran (% maks) Kadar Abu (% maks)
Kadar zat menguap (% maks) PRI (min)
Po (min)
Indeks warna (Lovibond, maks) ASH-T (maks) Sari aseton Warna kode 0,10 0,75 1,00 50 30 - - - Coklat 0,20 1,00 1,00 40 30 - - - Merah 0,50 1,50 1,00 30 30 - - - Kuning Sumber : Setyamidjaja, Djoehana. 1995
2.1.5 Bahan Kimia Karet
Bahan kimia tersebut terdiri atas : bahan kimia pokok dan bahan kimia tambahan. Bahan kimia pokok adalah bahan kimia yang diperlukan dalam setiap kompon karet, seperti bahan pemvulkanisasi, bahan pencepat, bahan pengaktif, bahan pelunak, bahan antioksidan dan bahan pengisi. Bahan kimia tambahan adalah bahan kimia yang hanya ditambahkan pada pembuatan barang karet tertentu, seperti bahan pewarna, bahan peniup, bahan pencegah pravulkanisasi, bahan pewangi dan bahan penunjang. Disini hanya akan dibahan bahan kimia pokok karet, yaitu :
(27)
a. Bahan Pemvulkanisasi
Proses vulkanisasi dapat berlangsung jika ada bahan pemvulkanisasi. Suatu bahan yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet sehingga terjadi ikatan silang. Bahan Pemvulkanisasi utama adalah belerang (S), dan dapat juga diganti dengan DCP (Dicumyl Peroksida) dan Benzoil Peroksida.
b. Bahan Pemercepat
Reaksi antara hidrokarbon karet dengan belerang lambat, oleh karena itu pada proses vulkanisasi biasa dipakai bahan pemercepat walaupun persen beratnya dalam kompon sangat rendah. Bahan pemercepat adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam jumlah sedikit untuk pempercepat proses vulkanisasi dan mengurangi jumlah pemakaian sulfur yang dipakai. Bahan pemercepat terdiri atas dua bagian yaitu bahan pemercepat organik. Contohnya karbonat, kapur dan magnesium. Sedangkan bahan pemercepat anorganik. Contohnya MBTS (Merkapto Dibenzothylazole Disulfida) dan TMTD (Tetra Metil Tiuram Disulfida). (Sufianto. 2004)
c. Bahan Pengaktif (activator)
Bahan pengaktif adalah bahan yang ditambahkan dalam sistem vulkanisasi yang dipercepat untuk meningkatkan pemercepatan agar sistem mencapai kemampuan penuh dalam membentuk ikatan silang. Umumnya bahan pemercepat tidak dapat bekerja baik tanpa bahan pengaktif. Bahan pengaktif biasanya digunakan adalah oksida – oksida logam. Contoh : ZnO.
d. Bahan Pelunak (Plastizer)
Bahan pelunak berguna untuk menurunkan viskositas karet, agar karet mudah bercampur dengan bahan – bahan kimia lain sewaktu dalam penggilingan sehingga melunakkan karet mentah agar mudah diolah. Contoh : asam stearat.
(28)
Kegunaan lain bahan pelunak, antara lain :
a. Memudahkan dispersi bahan pengisi kedalam kompon karet b. Mempersingkat waktu dan menurunkan suhu pencampuran c. Memudahkan proses pemberian bentuk
e. Bahan Antioksidan
Bahan antioksidan ditambahkan dalam pembuatan kompon agar melindungi karet sebelum dan sesudah vulkanisasi, terhadap pengusangan oleh oksidasi, panas, sinar matahari (ozon) dan pengaruh mekanis. Karet alam telah memiliki bahan antioksidan alami, tetapi karena kadarnya rendah tidak cukup untuk melindungi karet terhadap proses oksidasi. Bila tidak ditambahkan bahan antioksidan tersebut pada karet, maka karet akan mudah lengket dan lunak serta menjadi keras dan retak – retak ataupun rapuh. (Tim Penulis PS. 2007)
f. Bahan Pengisi
Kegunaaan bahan ini adalah meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan tertentu, mengurangi biaya, pengisi aktif dapat menguatkan barang jadi sedangkan pengisi tidak aktif tidak menguatkan barang jadi. Contoh : Carbon Black, Silica dan Silikat bila dilakukan penambahan yang optimum dapat meningkatkan kekerasan, modulus ketahanan sobek, dan tegangan putus.
2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi (mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Zat – zat tersebut mempunyai tujuan untuk mencegah barang – barang karet menjadi usang atau dengan perkataan lain untuk memperpanjang daya tahan dari barang – barang tersebut. Keusangan barang – barang karet dapat dilihat pada robekan – robekannya dan retakan – retakannya yang kecil benar ke berbagai jurusan, satu peristiwa yang berhubungan dengan oksidasi dari karet (Yayasan Karet. 1983.).
(29)
Proses ini dapat dibandingkan dengan besi berkarat yang juga merupakan oksidasi oleh udara. Selanjutnya oksigen dari udara, panas dan cahaya mempercepat proses perusakan karet. Maka barang – barang dari karet hendaknya jangan ditaruh dalam sinar matahari dan jangan dikeringkan disekitar alat pemanas. Tempat yang paling baik untuk menyimpan karet adalah ruangan tertutup, gelap, sejuk dan tidak terlampau kering.
Lagi pula ada beberapa zat yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap perusakan karet, misalnya senyawa – senyawa tembaga, mangan dan besi. Dalam jumlah – jumlah kecil benar zat – zat ini dapat menyebabkan kemunduran kualitas dari campuran karet sehingga dalam waktu singkat tidak dipakai lagi.
Untuk melindungi barang dari karet terhadap oksidasi, maka hampir selalu ditambahkan antioksidan – antioksidan. Antiooksidan dibagi menjadi dua golongan : a. Yang menyebabkan perubahan warna dari barang karet. Ini hanya dapat dipakai
dalam campuran – campuran yang berwarna tua atau hitam.
b. Yang tidak menyebabkan perubahan warna dan dapat dipakai untuk barang – barang yang berwarna muda atau putih.
Faktor-faktor lingkungan seperti panas, sinar ultra violet, ozon, kelembaban udara dan bahan-bahan kimia berdampak pada awet tidaknya lateks karet alami dapat digunakan serta lamanya dapat disimpan. Antioksidan membantu stabilitas sarung tangan selama dalam penyimpanan.
Antioksidan menstabilkan dimilik
Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik, yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol, koumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol, kathekin, dan asam askorbat. Antioksidan
(30)
sintetik antara lain butyl hidroksianisol, butyl hidroksitoluen, propil gallat dan etoksiquin.
Berdasarkan PERMENKES No.722 tahun 1988, antioksidan yang diizinkan penggunaannya adalah Asam askorbat, asam eritorbat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butyl hidroksianisol (BHA), butyl hidroksitoluen (BHT), butyl hidrokinon. (Meronda, G. Rahma, 2008)
2.2.1 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah yang kehilangan satu elektronnya (seharusnya berpasangan) sehingga bermuatan listrik. Untuk menetralkannya, melokul radikal bebas berusaha mengambil satu elektron dari atau mendonasikan elektronnya ke molekul terdekat. Proses ini disebut oksidasi, dan menciptakan radikal bebas baru, yang kemudian akan mencari molekul lain untuk mengambil atau mendonasikan elektron, sehingga terjadi reaksi berantai yang menyebabkan kerusakan beratus-ratus molekul.
Sekitar 5% oksigen yang dihirup manusia diubah ke dalam bentuk radikal bebas. Keberadaan radikal bebas tidak selalu membahayakan, karena merupakan hasil dari metabolisme normal yang penting untuk fungsi tubuh, seperti melawan penyakit atau cedera. Ketika tubuh mengalami kerusakan, sistem pertahanan tubuh akan mengirimkan sel-sel imun ke area yang sakit. Sel-sel ini menghasilkan radikal bebas sebagai upaya untuk menghancurkan zat asing atau kuman penyakit. Seiring dengan perkembangan usia, tubuh terpapar berbagai polutan dari lingkungan seperti asap rokok, sinar matahari, atau asap kendaraan, menyebabkan tubuh penuh dengan radikal bebas. Jumlah radikal bebas yang berlebihan menyebabkan kerusakan karena mengambil komponen penting tubuh, seperti protein, lipid, dan DNA (asam deoksiribronukleat)—molekul pembawa informasi genetik untuk setiap sel hidup. Reaksi ini menyebabkan sel lebih rentan terhadap karsinogen (penyebab kimiawi kanker
(31)
2.2.2 BHT (Butyl Hidroksi Toluena)
BHT dapat menyebabkan liver membesar bila digunakan pada dosis yang tinggi, BHT dapat menyebabkan tumor paru-paru pada tikus, tumor hati serta kandung kemih. BHT tidak diperkenankan untuk pangan bayi dan anak kecil.
BHT dikenal dengan nama resmi Butylated Hydroxytoluene atau bisa juga 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol. Mempunya i rumus molekul C15H24O dengan bobot molekulnya 220,35. BHT mempunyai bentuk kristal padat atau serbuk berwarna putih atau kuning pucat dengan karakteristik bau khas. BHT praktis tidak larut dalam air, propilenglikol, gliserin, larutan alkali hidroksida dan asam mineral encer. Tetapi mudah larut dalam aseton, benzene, etanol(95%), eter, methanol, toluene dan minyak mineral. Lebih larut dalam minyak makan dan lemak dibandingkan dengan butyl hidroksianisol. (Meronda, G. Rahma, 2008)
Gambar 2.4 Rumus bangun BHT
2.2.3 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam Asetat (Acetic Acid) adalah senyawa kimia asam organik, memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Memiliki berat molekul 60,05 g/mol, keasaman (pKa) 4,76 pada 25 oC, titk beku 16,7 oC, titik didih sekitar 117,9° C pada tekanan 1 atm, dan pada konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam.
(32)
Gambar 2.5 Rumus bangun Asam Asetat
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti bisa melarutkan baik dengan senyawa non-polar seperti minyak dan asetat bercambur dengan mudah denga air, asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
Asam asetat digunakan sebagai bahan untuk memproduksi Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil. http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/asam-asetat.
2.3 Vulkanisasi
Vulkanisasi adalah reaksi kimia yang menyebabkan molekul karet yang linear mengalami reaksi sambung silang (crosslinking) sehingga menjadi molekul polimer yang membentuk rangkaian tiga dimensi. Reaksi merubah karet yang bersifat plastis (lembut) dan lemah menjadi karet yang elastis, keras dan kuat. Vulkanisasi disebut juga reaksi pematangan, dan reaksi yang sudah tersambung silang dirujuk sebagai vulkanisasi karet.
(33)
Vulkanisasi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1. Vulkanisasi nonsulfur dengan peroksida, senyawa nitro, kuinon atau senyawa azo sebagai curing agent.
2. Vulkanisasi dengan sulfur, selenium, atau tellurium.
2.3.1 Vulkanisasi Sulfur
Proses vulkanisasi dapat dicapai dengan menggunakan energi radiasi yang tinggi tanpa bahan Kimia vulkanisasi. Beberapa jenis bahan yang diperlukan untuk vulkanisasi terutama tergantung pada jenis karet yang dipakai dalam proses vulkanisasi. Karet-diene, yang molekul polimernya masih mengandung senyawa tidak jenuh dapat divulkanisasi dengan sulfur dan peroksida. Vulkanisasi sulfur lebih disukai karena beberapa alasan :
1. karena mudah menyesuaikan antara serangan vulkanisasi dan masa stabil vulkanisassi
2. fleksibilitasnya tinggi pada saat penyusunan 3. kemungkinan pemanasan udara
4. sifat mekanik yang lebih baik
5. kemungkinan mengatur panjang ikatan silang
Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut: • Kepegasan pantul
Hal ini menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan oleh barang jadi karet yang akan mengalami hentakan berulang-ulang.
(34)
Sifat inilah yang menyebabkan karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan kapal terbang yang sulit disaingi oleh karet sintetik.
• Tegangan putus
• Ketahanan sobek dan kikis • Fleksibilitas pada suhu rendah • Daya lengket ke pabrik atau logam 2.3.2 Vulkanisasi peroksida
Pembentukan ikatan silang dengan peroksida sudah dikenal sangat lama. Berdasarkan stabilitas panas yang dapat diperoleh dengan vulkanisasi peroksida karet diene khususnya NBR jenis vulkanisasi ini sudah dicapai kepentingan yang baik.
Proksida dibedakan menjadi 2: 1. Karboksida kelompok carboksi
Mempunyai beberapa karakteristik :
a. sensitivitas yang rendah terhadap asam b. suhu terdekomposisi rendah
c. memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap oksigen contoh karboksida kelompok karboksi adalah
Contoh senyawa alifatik : CH2 ─ C ─ O ─ O ─ C ─ CH3 ║ ║
O O
Gambar 2.6 Rumus bangun Diasetyl peroksida
Contoh senyawa aromatis :
─C ─ O ─ C ─ ║ ║ O O
(35)
2. Peroksida tanpa kelompok karboksi Mempunyai beberapa karakterisasi :
a. Sensitive terhadap asam, alipatik lebih baik dari pada aromatic b. Suhu terdekomposisi lebih besar
c. Sensitivitas terhadap oksigen lebih rendah Contoh peroksida tanpa kelompok karboksi Contoh senyawa alifatis : di-ter butylperoxide Contoh senyawa aromatis
CH3 CH3 │ │ ─C ─ O ─ C─ ║ ║ CH3 CH3
Gambar 2.8 Rumus bangun Dicumylperoxide (Hofmann.,1989)
2.3.3 Fenol
Fenol (C6H5OH merupakan padatan kristal yang tidak berwarna, memiliki berat jenis 1,07, titik lebur 42,5 – 43oC, titik didih 182 oC, titik nyala 774 oC. Fenol dapat larut dalam alkohol, air, eter, kloroform dan alkali. Jika dalam keadaan tidak murni fenol akan berubah menjadi pink atau merah dan akan mencair jika terkena sinar matahari atau menyerap air dari udara. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena kulit menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun. Asap kayu bakar yang digunakan mengandung zat fenol. Zat inilah yang dapat mencegah timbulnya jamur pada lembaran sheet.
Fenol merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada alkohol karena anion yang dihasilkan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya disebar oleh cincin aromatik. pKa fenol adalah 10. Karena keasamannya, aslinya fenol disebut asam karbolat. Pada tahun 1800-an Joseph Lister, ahli bedah Inggris, mengusulkan agar fenol digunakan sebagai bahan antiseptik rumahsakit. Sebelum itu tidak digunakan antiseptik karena orang mengira bahwa bau – baulah, dan bukan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi (Fessenden. 1982).
(36)
2.4 Pengujian Sifat Fisika
Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Elastisitas menunjukkan hubungan jarak diantara ujung-ujung rantai poliisoprene, lebih tepatnya akar kuadrat dari rata-rata jumlah jarak kuadrat antara jung-ujung rantai akhir.
Pengujian sifat fisika adalah suatu studi terhadap sifat fisika dari karet melalui pengukuran respon terhadap variasi tekanan dan lingkungan. Biasanya pengujian dilaboratorium dilakukan dalam kondisi yang telah ditentukan. Pengujian fisika menjadi sangat diperlukan di banyak industri karet. Bagian penelitian dan pengembangan kimia menggunakan hasil pengujian fisika sebagai pengukuran terhadap akibat dari bahan kimia baru di dalam komponen karet beragam. Karena pengujian fisika digunakan secara luas maka hasilnya harus dilaporkan.
2.4.1 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah gaya yang dikerjakan pada satu luas permukaan suatu specimen sampel yang diperlukan untuk memutuskan specimen tersebut, sering disebut dengan tegangan putus. Satuan dinyatakan dalam Mega Pascal. Alat yang digunakan adalah alat pengukur tensometer atau dynamometer. Karena selama dibawah pengaruh tegangan, specimen alami perubahan bentuk (deformasi) maka defenisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula (Ao) (Stevens, M.P. 2001).
Menggunakan rumus perhitungan :
Ao Load Ao
maks F
t = =
(37)
2.4.2 Plastisitas Retensi Indeks
Nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI) adalah merupakan suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan oksidasi terutama pada suhu tinggi, sedang sebaliknya karet dengan nilai PRI rendah peka tehadap oksidasi dan pada suhu tinggi cepat menjadi lunak.
Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan antara perooksida dan anti oksida dalam karet. Bila antioksidanya lebih banyak, karetnya lebih tahan terhadap oksidasi dan nilai PRI-nya yang tinggi.
Menurut Walujono K dan Soemarno K, PRI menurun juga dapat disebabkan : 1. Pengaruh sinar matahari langsung terutama jika karet dalam keadaan kering 2. Kontaminasi Logam – logam Cu, Fe dan Mn
3. Perendaman yang berlebihan dalam air 4. Pemanasan yang berlebihan
5. Penggilingan yang berlebihan Menggunakan rumus perhitungan
% 100
x Po Pa
PRI= ...Pers. 2.2
Keterangan :
Pa = Plastisitas setelah pengusangan mol Po = Plastisitas sebelum pengusangan PRI = Plastisitas Retensi Indeks
2.4.3 Viskositas Mooney
Uji viskositas mooney dimaksudkan untuk menguji tingkat kekenyalan dan retensi terhadap alur karet. Apabila tingkat kekenyalan dan retensi terhadap alur karet tinggi, maka proses pengolahan karet akan lebih sulit. Hal in berarti produksi akan lambat.
(38)
Viskositas Mooney karet alam (Hevea Brasiliensis) menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran, dengan kata lain karetnya semakin viskos dan keras. Oleh karena itu karet alam dengan BM yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat dengan sifat fisika yang unggul. Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang (cross linking reaction) yang terjadi, sehingga akan meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam. (Reffrizon. 2003)
2.4.4 Kadar Abu
Kadar abu ditentukan dengan menghitung hasil pengabuan suatu sampel karet setelah dipijarkan selama dua jam pada suhu 550oC. Penetapan syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung bahan kimia seperti natrium bisulfat, natrium karbonat, tawas dan yang lain yang biasa digunakan dalam proses pengolahan. Kadar abu dipengaruhi oleh faktor – faktor kontaminasi bahan – bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan.
Menggunakan rumus perhitungan : % 100 x C
B A Abu
Kadar = − ... Pers. 2.3
Keterangan: A = Berat cawan platina + abu B = Berat cawan platina C = Berat potongan uji
2.4.5 Spekroskopi Inframerah Fourier Transform (FTIR)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Penyerapan radiasi
inframerah sesuai dengan perubahan energi yang memiliki orde dari 2 hingga 10 Kkal/mol (Sastrohamidjojo, Hardjono. 1990).
(39)
Cara kerja inframerah dimana sumber cahaya akan memancarkan cahaya inframerah pada semua panjang gelombang. Cahaya dari sitem ini dipecah oleh sistem cermin menjadi dua berkas cahaya, berkas rujukan (referensi) dan berkas contoh. Setelah masing – masing melewati sel rujukan (pelarut murni, jika pelarut itu digunakan dalam contoh, atau kosong jika contoh tidak menggunakan pelarut) dan sel contoh, kedua berkas ini digabung kembali dalam pemenggal (chopper, suatu sistem cermin lain), menjadi satu berkas yang berasal dari kedua berkas itu berselang seling bergantian. Berkas selang – seling ini didifraksikan oleh suatu kisi sehingga berkas itu terpecah menurut panjang gelombang. Detektor mengukur beda intensitas antara kedua macam berkas pada tiap – tiap panjang gelombang dan meneruskan informasi ke perekam, yang akan menghasilkan nilai spektrumnya.
Skala pada dasar spektra adalah bilangan gelombang, yang berkurang dari 4000 cm-1 ke sekitar 670 cm-1. Panjang gelombang atau frekuensi titik minimum suatu pita absorbansi, digunakan untuk mengidentifikasi tiap pita. Pita – pita inframerah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut intensitasnya : kuat (s,stong), menengah (m,medium) dan lemah (w,weak). Suatu pita lemah bertumpang tindih dengan suatu pita kuat disebut bahu (sh,shoulder) (Fessenden. 1982)
(40)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat – Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Tabel 3.1 Alat – alat penelitian
No Nama Alat Merek
1. Aluminium Foil Bagus
2. Biuret Pyrex
3. Blending Mill Parrel Bridge/Shanghai
4. Cawan Platina -
5. Extruder Shimandzu
6. Glass Beaker Pyrex
7. Gunting -
8. Hot Press Shimandzu D6072 Dreiech
9 Kertas Label -
10. Klep -
11. Lab Mill / Gilingan Laboratorium Speed Reducer
12. Masker -
13. Mooney Viscometer Sondas SPRI England 14. Muffle Furnace Barnstead Thermolyne 15. Neraca Analitis Mettler Toledo
16. Oven Salvis Gallenkamp
17. Pembakar Listrik Karl Kolb 18. Pipet Tetes
(41)
19. Pisau Cutter
20. Plat Tipis -
21. Plastik Pembungkus PT. Klip Plastik
22. Plastimer Wallace
23. Sarung Tangan -
24. Spatula -
25. Statif -
26. Stopwatch Citizen
27. Tang -
28. Termometer
29. Wallach Punch Speed Reducer
3.2 Bahan – Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.2 Bahan – Bahan penelitian
No. Nama Bahan Keterangan
1. Asam Asetat P.a. merk
2. Asam Stearat P.a. merk
3. Benzoil Peroksida P.a. merk 4. BHT (Butyl Hidroksi Toluena) P.a. merk
5. Fenol P.a. merk
6. Karet Alam SIR 20 PTPN III Rantau Prapat
7. MBTS P.a. merk
8. Sulfur P.a. merk
(42)
3.3 Prosedur
3.3.1 Penyiapan dan Penimbangan Sampel
1. Dipotong karet alam SIR 20 kecil – kecil.
2. Ditimbang karet beratnya 50 gram dengan menggunakan alat neraca analitik.
3. Dimasukkan kedalam plastik dan diberi label.
4. Ditimbang masing – masing bahan kimia yang diperlukan antara lain : sulfur 0,5 gram, Asan stearat 1,00 gram, MBTS 1,00 gram, dan ZnO 1,00 gram. Dimasukkan masing – masing kedalam plastik dan diberi label. 3.3.2 Penggilingan Sampel dialat Extruder
1. Dihidupkan alat blending yaitu extruder dengan cara alat di cokkan. 2. Dihidupkan heater. Diatur suhu hingga 120 oC. Dibiarkan selama 20 menit 3. Setelah suhu stabil, dibuka katup penutup alat lalu masukkan karet alam
SIR 20 sebanyak 50 gram. Diblending hingga sedikit menyatu dengan menghidupkan rotor.
4. Dimatikan rotor lalu buka katup penutup alat.
5. Dimasukkan bahan kimia yaitu bahan pemvulkanisasi Sulfur, Asam stearat, ZnO, dan MBTS secara perlahan – lahan dengan menggunakan spatula. Dihidupkan rotor.
6. Dimasukkan Bahan antioksidan, untuk percobaan ini menggunakan perbandingan antioksidan BHT : Asam asetat dengan perbandingan 1:4. 7. Dilakukan cara kerja yang sama (proses 1-6) untuk perbandingan
antioksidan yang telah ditetapkan.
8. Ditutup katup penutup alat dan biarkan selama 1 jam.
9. Dilihat apakah campuran sudah homogen. Bila campuran sudah homogen maka proses blending dihentikan.
10.Dibuka katup penutup alat dan dikeluarkan campuran karet alam SIR 20 dengan bahan kimia yang sudah homogen.
(43)
50 mm
100 mm 5 mm
11.Diambil plat yang sudah dilapisi dengan aluminium foil. Diletakkan campuran karet yang telah homogen diatasnya.
3.3.3 Pengepresan Sampel
1. Dicokkan alat hot press. Lalu ditekan tombol On. Ditekan tombol power. Ditunggu sampai 20 menit, diatur suhunya 140 oC.
2. Diambil plat besi tadi lalu dimasukkan keatas Hot Press dengan memutar motor dan menekan tombol down.
3. Ditekan tombol up dan dimatikan motor. 4. Di press selama 20 menit.
5. Ditekan tombol down
6. Diambil sampel dengan menggunakan tang
7. Dibiarkan sampai dingin. Dibuka plat besi dan dilihat hasil campurannya. 8. Digunting campuran karet sesuai bentuknya.
9. Dilakukan cara kerja yang sama tetapi dengan mengagantikan Sulfur dengan Benzoil Peroksida. Serta dengan menggunakan penambahan variasi antioksidan yang telah ditentukan, antara lain:
a. BHT : Asam Asetat = 5:0 ; 1:4 ; 2: 3 ; 4:1 b. Asam Asetat : Fenol = 5:0 ; 1:4 ; 2:3 ; 4:1
3.3.4 Pencetakan Spesimen Karet (Dumbel Karet)
1. Digunting campuran karet sesuai gambar 1. Ketebalan potongan uji 2 ± 0,2 mm
20 mm
(44)
3.4 Pengujian Mutu karet
3.4.1 Pengukuran Kekuatan Tarik
1. Dihidupkan alat Torsee’s Electronic System 2. Dibiarkan selama 1 jam
3. Dijepit sampel dengan menggunakan griff 4. Diatur tegangan, regangan dan satuannya 5. Dihidupkan recorder (ON)
6. Dipasang tinta pencatat
7. Diatur sumbu x (regangan) dan sumbu y (tegangan) serta diatur satuannya 8. Dipasang sampel
9. Ditekan tombol start
10. Dinolkan nilai load dan stroke
11. Dilihat angka di load (tegangan) dan stroke (regangan), bila sampel sudah Putus
12. Distopkan alat bila sampel mencapai maksimum (sampel putus) dan dicatat nilai load dan stoke
13. Dicatat semua nilai load dan stroke untuk semua sampel. Perhitungan Uji Tarik:
Ao Load Ao
Fmaks Tarik
Kekuatan = = ... Pers. 3.1
Keterangan: Load = Tegangan Ao = Luas Spesimen
(45)
3.4.2 Penetapan Nilai Plastisitas Retensi Index (PRI)
1. Ditimbang 5 gram kompon karet alam SIR 20 yang sudah ditambahkan antioksidan, lalu digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak enam kali dengan ketebalan antara 1,6 - 1,8 mm.
2. Lembaran karet tersebut dilipat dua, ditekan perlahan-lahan dengan telapak tangan sehingga mempunyai ketebalan 3,2-3,6 mm
3. Kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat wallace punch sebanyak enam buah potongan uji dengan diameter 13 mm. Seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.2 Bentuk sampel potongan uji PRI
4. Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji (1), sedangkan potongan uji (2) untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan (Pa). Potongan uji harus mempunyai ketebalan antara 3,2-3,6 mm (ketelitian 0,01 mm) dengan garis tengah ± 1,3 mm
5. Diletakkan potongan uji (2) untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan diatas baki dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 140 0C selama 30 menit, kemudian dikeluarkan dan didinginkan sampai suhu kamar. 6. Sementara potongan uji (1) sebanyak tiga buah diletakkan satu persatu
diantara dua lembar kertas sigaret yang berukuran 35 mm x 45 mm selanjutnya diletakkan di atas piringan plastimeter, lalu piringan ditutup. 7. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak keatas
selama 15 detik dan menekan piringan atas
8. Dilanjutkan sampai ketukan berakhir yang ditandai dengan angka jarum mikrometer berhenti bergerak pada nilai plastisitas karet
2
1
2
1
2
(46)
9. Sedangkan potongan uji (2) setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang sama
10. Tiga potongan uji dari setiap contoh diambil rata-ratanya dan dibulatkan
Perhitungan uji PRI :
% 100
x Po Pa
PRI= ... Pers. 3.2
Keterangan :
Pa = Plastisitas setelah pengusangan mol Po = Plastisitas sebelum pengusangan
3.4.3 Penetapan Viskositas Mooney
1. Dipanaskan alat viskosimeter terlebih dahulu salama 1 jam
2. Ditimbang 30 gram kompon karet alam SIR 20 yang telah ditambahkan antioksidan, dipotong dengan menggunakan alat wallace punch sebanyak 2 lembar berbentuk lingkaran sehingga ukuran diameternya sama dengan ukuran diameter rotor.
3. Ditusukkan rotor ke contoh karet pertama yang telah diberi lubang dengan gunting.
4. Contoh kedua diletakkan tepat di atas rotor lalu dimasukkan sama-sama ke stator bawah.
5. Ditutup stator atas dan setelah tertutup stopwatch dihidupkan. 6. Setelah tepat 1 menit, dijalankan rotor.
7. Setiap setengah menit dilihat nilai viskositas pada alat penunjuk.
8. Angka yang ditunjukkan jarum mikrometer setelah menit keempat adalah nilai viskositas karet.
(47)
Perhitungan Viskositas Mooney
VM = ML (1 + 4)’ x 100 0C ……… Pers. 3.3 Keterangan : M = Pembacaan nilai viskositas setelah 4 menit L = Besar rotor yang digunakan
1 = 1 menit waktu pemanasan
4 = waktu 4 menit lamanya pengujian 1000C = Suhu pengujian
3.4.4 Penetapan Kadar Abu
1. Ditimbang masing-masing 5 gram kompon karet alam SIR 20 yang telah ditambahkan antioksidan.
2. Selanjutnya dimasukkan kedalam cawan platina yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.
3. Masing-masing cawan yang berisi karet dipindahkan di atas pembakar (bunsen) gas sampai tidak keluar asap.
4. Lalu pemijaran diteruskan didalam muffle furnace pada suhu 5500 C selama dua jam.
5. Didinginkan cawan yang berisi abu didalam desikator sampai suhu kamar selama 30 menit
6. Kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar abu dinyatakan dalam persen
% 100
x C
B A Abu
Kadar = − ……….. Pers. 3.4
Keterangan: A = Berat cawan platina + abu B = Berat cawan platina C = Berat potongan uji
(48)
3.5 Bagan Penenilitan
3.5.1 Bagan Penelitian Penyiapan dan Penggilingan Sampel
Untuk sampel dengan perbandingan antioksidan BHT : Asam asetat = 1 : 4 Bahan pemvulkanisasi Sulfur
Dipotong kecil - kecil
Ditimbang sebanyak 50 g Dimasukkan kedalam Plastik Ditambahkan 0,5 g Sulfur Ditambahkan 1 g MBTS Ditambahkan 1 g ZnO
Ditambahkan 1 g asam stearat Ditambahkan BHT 0,5 g Ditambahkan Asam asetat 2 g
3.5.2 Bagan Penelitian Penggilingan Sampel
Dimasukkan kedalam alat ekstruder Dihidupkan alat ekstruder
Diatur suhu ekstruder 120 oC
Digiling hingga homogen selama 1 jam Karet Alam
SIR 20
Karet Alam SIR 20 Ukuran Kecil
Karet Alam SIR 20 + Bahan Kimia Diberi Label
Karet Alam SIR 20 + Bahan Kimia Diberi Label
(49)
3.5.3 Bagan Penelitian Pengepresan Sampel
Diletakkan diatas plat tipis, dilapisi aluminium foil Ditutup kembali dengan plat tipis
Dimasukkan kedalam Alat Hot Press Dihidupkan alat hot press
Diatur suhu hot press 140 oC Didiamkan selama 20 menit Didinginkan
Dipisahkan dari cetakan
3.5.4 Bagan Penelitian Pencetakan Spesimen Karet
Digunting sesuai ASTM 638-72
Dilakukan Analisa
Senyawa Kompon Karet
Lembaran Karet
Lembaran Karet
Dumbel Karet
Uji Kekuatan Tarik Uji PRI
Uji Viscositas Mooney Uji Kadar Abu
(50)
3.5.5 Bagan Penelitian Uji Kekuatan Tarik
Dipotong sesuai ASTM 638-72 Diukur panjangnya 10 mm Diukur tebalnya 2 mm
Dihidupkan alat Torsee’s Electronic System Dijepit sampel dengan griff
Diatur load dan stroke
Ditunggu sampai sampel uji putus Dumbel Karet
(51)
3.5.6 Bagan Penelitian Uji Plastisitas Retensi Indeks (PRI)
Digiling dengan alat blending mill sebanyak tiga kali
Dipotong dengan alat wallace punch sebanyak 6 buah potongan uji
Diletakkan satu persatu di antara Diletakkan di atas baki
dua kertas sigaret Dimasukkan dalam oven
pada suhu 140 0C selama Lalu diletakkan di atas piringan 30 menit
plastimeter, kemudian ditutup Diletakkan satu persatu di antara dua kertas sigaret Setelah ketukan pertama piringan Diletakkan di atas bawah plastimeter akan bergerak piringan plastimeter lalu
ke atas ditutup
Setelah ketukan pertama Setelah ketukan kedua jarum piringan bawah bergerak mikrometer akan berhenti ke atas
Setelah ketukan kedua jarum mikrometer berhenti
Nilai Plastisitas Awal
3 buah potongan uji 3 buah potongan uji
Lembaran karet
Nilai Plastisitas Retensi Indeks
(52)
3.5.7 Bagan Penelitian Viskositas Mooney
Dipotong dengan alat wallace punch sebanyak 2 lembar berbentuk lingkaran (Contoh 1 dan 2)
Sebelum pengukuran, alat viskosimeter terlebih dahulu dipanaskan selama 1 jam Contoh 1 di tusukkan kepada rotor Contoh 2 diletakkan di atas rotor lalu dimasukkan bersama-sama ke stator bawah Lalu stator ditutup dan stopwatch dihidupkan Tepat 1 menit, jalankan rotor
Setiap setengah menit, catat nilai viscositas mooneynya.
Angka yang ditunjukkan oleh jarum mikrometer setelah menit ke empat adalah nilai viskositas karet
30 gram karet
(53)
3.5.8 Bagan Penelitian Penetapan Kadar Abu
Dipotong-potong dan dimasukkan dalam cawan platina yang telah dikeringkan dan ditimbang sebelumnya
Dipijarkan dengan menggunakan api bunsen sampai asap hilang
Pemijaran diteruskan di dalam muffle furnace pada suhu 550 0C selama 2 jam (sampai tidak berjelaga lagi)
Cawan Platina didinginkan dalam desikator sampai suhu kamar kemudian ditimbang untuk menentukan kadar abu
Nilai Kadar Abu 5 gram karet
(54)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Uji sifat fisik Sampel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur
Sampel Uji
Kekuatan Tarik (KN/m2)
Uji PRI (%)
Uji
Viscositas Mooney (ML (1+4)’ x 100 oC)
Uji Kadar Abu (%) Karet Alam SIR 20 Perbandingan Antioksidan
Karet Alam SIR 20 264,87 52,63 62 ML (1+4)’ x 100 oC 0,61 Tanpa Antioksidan 147,15 92,63 112ML (1+4)’ x 100oC 3,37
BHT = 5 5562,27 12,5 70ML (1+4)’ x 100 oC 2,35
Asam Asetat = 5 4022,1 2,33 70ML (1+4)’ x 100 oC 3,26 Fenol = 5 5346,45 2,47 47ML (1+4)’ x 100 oC 3,21 BHT : Asam Asetat
= 1 : 4 5139,46 5,56 153ML (1+4)’ x 100
o
C 2,89 BHT : Asam Asetat
= 2 : 3 4924,62 8,57 49ML (1+4)’ x 100 o
C 2,93 BHT : Asam Asetat
= 4 : 1 3835,71 9,68 42ML (1+4)’ x 100 o
C 2,99 Asam Asetat : Fenol
= 1 : 4 3355,02 1,32 64ML (1+4)’ x 100 o
C 2,82 Asam Asetat : Fenol
= 2 : 3 2452,5 3,10 74ML (1+4)’ x 100 o
C 2,75 Asam Asetat : Fenol
= 4 : 1 333,54 5,38 83ML (1+4)’ x 100 o
(55)
Tabel 4.2 Uji sifat fisik Sampel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida
Sampel Uji
Kekuatan Tarik (KN/m2)
Uji PRI (%)
Uji
Viscositas Mooney (ML (1+4)’ x 100 oC)
Uji Kadar Abu (%) Karet Alam SIR 20 Perbandingan Antioksidan
Karet Alam SIR 20 264,87 52,63 62 ML (1+4)’ x 100 oC 0,61 Tanpa Antioksidan 147,15 30 23ML (1+4)’ x 100 oC 3,053
BHT = 5 58,86 12,5 32ML (1+4)’ x 100 oC 4,01
Asam Asetat = 5 78,48 22,22 20ML (1+4)’ x 100 oC 2,68
Fenol = 5 58,86 33,34 20ML (1+4)’ x 100 oC 2,91
BHT : Asam Asetat = 1 : 4
98,1
75,8 28ML (1+4)’ x 100 oC 3,27 BHT : Asam Asetat
= 2 : 3
88,29
55,55 24ML (1+4)’ x 100 oC 3,17 BHT : Asam Asetat
= 4 : 1
156,96
37,5 20ML (1+4)’ x 100 oC 3,12 Asam Asetat : Fenol
= 1 : 4
107,91
40 22ML (1+4)’ x 100 oC 3,01 Asam Asetat : Fenol
= 2 : 3
89,05
40 23ML (1+4)’ x 100 oC 2,70 Asam Asetat : Fenol
= 4 : 1
68,67
(56)
4.1.1. Pengolahan Data Uji Tarik
Telah dilakukan uji tarik terhadap semua jenis sampel dan didapatkan hasil uji tarik untuk setiap sampel. Pengujian dilakukan pada alat “ Torsee’s Electronic System (Universal Testing Machine)”. Alat uji terdiri dari bagian yang digunakan untuk menarik spesimen uji dan pencatat yang dapat menunjukkan besarnya tenaga tarikan yang telah dilakukan dan diteruskan dalam bentuk grafik. Hasil uji didapatkan pengukuran harga stroke (regangan) dan load (tegangan). Harga stroke (regangan) mempunyai satuan mm/menit, sedangkan load (tegangan) satuannya dalam Kgf.
Hasil pengujian ini diolah kembali untuk mendapatkan harga regangan dan tegangan saat putus. Pengolahan data menggunakan rumus seperti dibawah ini
Ao Load Ao
Fmaks Tarik
Kekuatan = =
Sampel spesimen uji menurut ASTM 638-72 mempunyai tebal = 2mm & lebar = 5mm Maka harga Ao = Tebal spesimen x lebar spesimen
= 2 mm x 5 mm = 10 mm2
Untuk sampel Asam asetat perbandingan antioksidan 5 menggunakan bahan pemvulkanisasi Sulfur.
Maka harga 2 0,41 / 2
10 10 , 4
tan Kgf mm
mm Kgf Ao
Load tarik
kekua = = =
Harga ini dirubah untuk menggunakan satuan N/m2, maka diperoleh :
2 2 2 6 2 2 2 6 2 2 6 2 / 1 , 4022 / 4022100 10 0221 , 4 ) / ( 10 ) / ( 81 , 9 41 , 0 / 10 / 81 , 9 / 41 , 0 tan m KN m N m N mm m x mm Kgf N x Kgf x mm m Kgf N x mm Kgf Tarik Kekua = = = = = − − −
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap jenis sampel, hasil pengujian tarik yang lain. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel di lampiran 1. Untuk bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida dapat dilihat di lampiran 2.
(57)
4.1.2 Pengolahan Data nilai Plastisitas Retensi Indeks (PRI)
Telah dilakukan uji plastisitas retensi indeks (PRI) terhadap semua jenis sampel dan didapatkan hasil uji PRI untuk setiap sampel. Pengujian dilakukan pada alat “Plastimeter”.
Pengolahan data menggunakan rumus seperti dibawah ini:
% 100 % 100 x Po Pa x awal s Plastisita nol n pengusanga setelah s Plastisita PRI = =
Untuk sampel Asam asetat perbandingan antioksidan 5 menggunakan bahan pemvulkanisasi Sulfur. % 33 , 2 % 100 86 3 % 100 = = = x x Po Pa PRI
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap jenis sampel, hasil uji PRI yang lain. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel di lampiran 3. Untuk bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida dapat dilihat di lampiran 4.
4.1.3 Pengolahan Data Viskositas Mooney
Telah dilakukan uji Viskositas Mooney terhadap semua jenis sampel dan didapatkan hasil uji Viskositas Mooney untuk setiap sampel. Pengujian dilakukan pada alat “Mooney Viscometer”. Pengolahan data menggunakan rumus seperti dibawah ini: C x ML Mooney itas
Viscos = (1+4)' 100o
Untuk sampel Asam asetat perbandingan antioksidan 5 menggunakan bahan pemvulkanisasi Sulfur. C x ML C x ML Mooney itas Vis o 0 100 )' 4 1 ( 70 100 )' 4 1 ( cos + = + =
(58)
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap jenis sampel, hasil uji viscositas mooney yang lain. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel di lampiran 5. Untuk bahan pemvulkanisasi sulfur dapat dilihat di lampiran 6.
4.1.4 Pengolahan Data Uji Kadar Abu
Telah dilakukan uji kadar abu terhadap semua jenis sampel dan didapatkan hasil uji kadar abu untuk setiap sampel. Pengujian dilakukan pada alat “muffle furnace” pada suhu 550 oC lalu didingainkan pada suhu kamar dan ditimbang. Pengolahan data menggunakan rumus seperti dibawah ini:
% 100 x C B A Abu
Kadar = −
Untuk sampel Asam asetat perbandingan antioksidan 5 menggunakan bahan pemvulkanisasi Sulfur. % 26 , 3 % 100 0040 , 5 1633 , 0 % 100 0040 , 5 7039 , 35 8672 , 35 % 100 = = − = − = x x x C B A Abu Kadar
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap jenis sampel, hasil uji kadar abu yang lain. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel di lampiran 7. Untuk bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida dapat dilihat di lampiran 8.
(59)
4.2 Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Data Uji Tarik Bahan Pemvulkanisasi Sulfur
Gambar 4.1 Grafik Uji Kekuatan Tarik Vs Sampel (Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 264,87 147,15 5562,27 4022,1 5346,45 5139,46 4924,62 3835,71 3355,02 2452,5 333,54 0 300 600 900 1200 1500 1800 2100 2400 2700 3000 3300 3600 3900 4200 4500 4800 5100 5400 5700 6000
A B C D E F G H I J K
SAMPEL K E K U A T A N T A R IK ( K N /m 2 )
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Bila dilihat dari grafik, maka karet alam SIR 20 tanpa antioksidan mempunyai kekuatan tarik sebesar 147,15 KN/m2. Tetapi bila ditambahkan antioksidan BHT, kekuatan tarik semakin meningkat menjadi 5562,27 KN/m2, dimungkinkan karena BHT sudah dikenal sebagai antioksidan umum untuk karet sehingga dapat mempengaruhi kekuatan tarik karet. Bila Asam asetat dan fenol sebagai antioksidan dengan perbandingan 1:4, maka kekuatan tarik semakin tinggi dibandingkan dengan perbandingan 2:3 ataupun 4:1, dimungkinkan karena pemakaian dua buah antioksidan bersamaan dimana mempunyai pengaruh yang kuat buat kekuatan tarik karet.
(60)
4.2.2. Pembahasan Data Uji Tarik Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida
Gambar 4.2 Grafik Uji Kekuatan Tarik Vs Sampel (Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 264,87 147,15 58,86 78,48 58,86 98,1 88,29 156,96 107,91 89,05 68,67 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
A B C D E F G H I J K
SAMPEL K E K U A T A N T A R IK ( K N /m 2 )
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dilihat dari grafik, maka kekuatan tarik menggunakan antioksidan BHT sebesar 58,86 KN/m2 lebih kecil bila di bandingkan dengan campuran antioksidan BHT dan Asam asetat, dimungkinkan karena semakin besar perbandingannya juga mempengaruhi kekuatan tarik semakin besar. Kekuatan tarik campuran antioksidan Asam asetat dan fenol perbandingan 4:1 sebesar 68,67 KN/m2, dimungkinkan karena asam asetat mempengaruhi sifat fisik dari karet dan nilai kekuatan tarik ini mendekati nilai pemakaian antioksidan asam asetat saja sebesar 78,48 KN/m2
(61)
4.2.3. Pembahasan Data Uji PRI Bahan Pemvulkanisasi Sulfur
Gambar 4.3 Grafik UJI PRI Vs Sampel (Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 52,63
92,63
12,5
2,33 2,47 5,56
8,57 9,68 1,32 3,1 5,38 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
A B C D E F G H I J K
SAMPEL P R I (% )
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa hasil PRI dari karet yang menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur tanpa antioksidan sebesar 92,63 % jauh lebih baik bila dilihat pada penggunaan antioksidan asam asetat sebesar 2,33%, kemungkinannya bahwa kandungan asam dapat membuat nilai PRI pada karet menurun. Apabila digunakan campuran asam asetat dan fenol dengan perbandingan 1:4, nilai PRI nya semakin kecil menjadi 1,32%.
(62)
4.2.4. Pembahasan Data Uji PRI Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida
Gambar 4.4 Grafik Uji PRI Vs Sampel (Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 52,63
30
12,5 22,22
33,34 75,8
55,55
37,5 40 40 30
0 10 20 30 40 50 60 70 80
A B C D E F G H I J K
SAMPEL
P
R
I
(%
)
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai PRI yang tinggi ada pada campuran BHT dengan asam asetat pada perbandingan 1:4, kemungkinan yang diperoleh karena BHT merupakan antioksidan yang umum digunakan pada karet ditambah lagi dengan penggunaan asam asetat sehingga nilai PRI meningkat menjadi 75,8%. Jika digunakan antioksidan BHT saja maka nilai PRI nya menurun menjadi 12,5 %.
(63)
4.2.5. Pembahasan Data Uji Viscositas Mooney Bahan Pemvulkanisasi Sulfur
Gambar 4.5 Grafik Viscositas Mooney Vs Sampel (Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 62 112 70 70 47 153 49 42 64 74 83 0 40 80 120 160 200
A B C D E F G H I J K
SAMPEL VI SC O SI T A S M O O N EY
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa campuran BHT dengan asam asetat sebanyak 1:4 mempunyai nilai viscositas mooney yang tinggi sebesar 153, kemungkinannya karena pada proses pencampuran antara BHT dan asam asetat kurang sempurna. Tetapi pada karet dengan antioksidan BHT dan antioksidan asam asetat menunjukkan nilai yang sama sebesar 70.
(64)
4.2.6. Pembahasan Data Uji Viscositas Mooney Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida
Gambar 4.6 Grafik Viscositas Mooney Vs Sampel (Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 62 23 32 20 20 28 24 20 22 23 27 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
A B C D E F G H I J K
SAM PEL VI SC O SI T A S M O O N EY
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat, bahwa terjadi kenaikan nilai viskositas mooney pada sampel BHT : asam asetat dengan perbandingan 1:4, kemungkinan yang diperoleh asam asetat dengan BHT tidak bercampur dengan sempurna sehingga mengakibatkan kenaikan nilai viskositas mooneynya. Pada perbandingan asam asetat dengan fenol, dapat dilihat bahwa semakin banyak asam asetat yang digunakan maka nilai viskositas mooney semakin meningkat.
(65)
4.2.7. Pembahasan Data Uji Kadar Abu Bahan Pemvulkanisasi Sulfur
Gambar 4.7 Grafik Uji Kadar Abu Vs Sampel (Menggunakan Bahan Pemvulkanisasi Sulfur) 0,61
3,37
2,35
3,26 3,21
2,89 2,93 2,99 2,82 2,75 2,67 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
A B C D E F G H I J K
SAMPEL K A D A R A B U ( % )
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa, kadar abu pada karet SIR 20 menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur dan tanpa penggunaan antioksidan mempunyai nilai yang cukup besar yaitu 3,37%, kemungkinan adanya kotoran berupa sisa aluminium foil yang terikut pada proses uji kadar abu.
(66)
4.2.8. Pembahasan Data Uji Kadar Abu Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida
Gambar 4.8 Grafik Uji Kadar Abu Vs Sampel (Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida) 0,61 3,053 4,01 2,68 2,91 3,27 3,17 3,12 3,01 2,7 2,52 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
A B C D E F G H I J K
SAMPEL K A D A R A B U ( % )
A = Karet Alam SIR 20 E = Fenol = 5 I = Asam Asetat : Fenol = 1 : 4 B = Tanpa antioksidan F = BHT : Asam Asetat = 1 : 4 J = Asam Asetat : Fenol = 2 : 3 C = BHT = 5 G = BHT : Asam Asetat = 2 : 3 K = Asam Asetat : Fenol = 4 : 1 D = Asam Asetat = 5 H = BHT : Asam Asetat = 4 : 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunanan benzoil peroksida sebagai bahan pemvulkanisasi kemungkinannya membuat nilai kadar abu pada penggunaan antioksidan BHT menjadi 4,01%. Sedangkan pada antioksidan asam asetat sebesar 2,68, kemungkinannya karena asam asetat ni bersifat asam.
(67)
4.2.9. Pembahasan Uji FTIR Bahan Pemvulkanisasi Sulfur
Dari grafik Uji FTIR pada karet SIR 20 tanpa antioksidan ini terlihat jelas bahwa pada range panjang gelombang 1650-1430 terdapat gugus C=C dimana gugus ini menyerap sangat kuat pada daerah 1375,94 cm-1 , kuat pada daerah 1448,92 cm-1 dan sedang pada panjang gelombang 1664,53 cm-1 .
Pada penggunaan Antioksidan Asam asetat, gugus ini menyerap kuat pada daerah 1850 – 1650 cm-1 disebabkan perubahan besarnya momen dipol. Karena frekuensi rentangan C=O peka terhadap atom – atom yang diikat, maka gugus fungsional tersebut menyerap pada daerah serapan tertentu. Asam karboksilat memiliki harga panjang gelombang sebesar 1710 cm-1 .
4.2.9. Pembahasan Uji FTIR Bahan Pemvulkanisasi Benzoil Peroksida
Dari grafik Uji FTIR pada karet SIR 20 tanpa antioksidan ini terlihat jelas bahwa pada range panjang gelombang 1650-1430 terdapat gugus C=C dimana gugus ini menyerap sangat kuat pada daerah 1375,98 cm-1 , kuat pada daerah 1448,76 cm-1 dan sedang pada panjang gelombang 1664,48 cm-1 dan 1578,99 cm-1 .
(68)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, perhitungan dan pengamatan pada grafik dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh sulfur adalah :
a. Pada uji tarik, penggunaan BHT yang semakin banyak akan menurunkan nilai hasil uji tarik. Sebaliknya penggunaan Asam asetat semakin banyak akan menaikkan nilai hasil uji tarik.
b. Pada uji PRI, penggunaan BHT yang berlebihan akan menaikkan nilai PRI. Sebaliknya PRI dapat menurun jika asam asetat yang digunakan semakin lama semakin bertambah.
c. Pada uji viscositas mooney, terjadinya penurun nilai viscositas mooney apabila penggunaan BHT diperbanyak. Sedangkan penggunaan asam asetat yang berlebih akan membuat nilai viscositas mooney meningkat.
d. Pada uji kadar abu, nilai kadar abu meningkat apabila penggunaan BHT diperbanyak sedangkan penggunaan asam asetat diperkecil.
e. Pada uji FTIR, adanya gugus fungsi C=C pada panjang gelombang 1650-1430cm-1
2. Pengaruh penggunaan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi oleh benzoil peroksida adalah :
a. Pada uji tarik, penggunaan campuran BHT dengan asam asetat perbandingan 2:3, terjadi penurunan nilai uji tarik menjadi 88,29 KN/m2.
(69)
b. Pada uji PRI, penggunaan BHT yang semakin banyak akan menurunkan nilai hasil uji PRI. Sebaliknya penggunaan Asam asetat semakin banyak akan menaikkan nilai hasil uji PRI.
c. Pada uji viscositas mooney, terjadinya penurun nilai viscositas mooney apabila penggunaan BHT diperbanyak. Sedangkan penggunaan asam asetat yang berlebih akan membuat nilai viscositas mooney meningkat.
d. Pada uji kadar abu, nilai kadar abu meningkat apabila penggunaan BHT lebih sedikit sedangkan penggunaan asam asetat diperbanyak.
e. Pada uji FTIR, adanya gugus fungsi C=C pada panjang gelombang 1650-1430cm-1
3. Pengaruh penggunaan asam asetat dengan fenol pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi sulfur adalah :
a. Pada uji tarik, penggunaan fenol yang banyak menyebabkan naiknya hasil uji tarik sedangkan menurunnya hasil uji tarik bila penggunaan asam asetat diperbanyak.
b. Pada uji PRI, penggunaan asam asetat yang berlebihan akan menaikkan nilai PRI. Sebaliknya penggunaan fenol diperkecil.
c. Pada uji viscositas mooney, terjadinya kenaikan nilai viscositas mooney apabila penggunaan asam asetat diperbanyak. Sedangkan penggunaan fenol yang berlebih akan membuat nilai viscositas mooney menurun.
d. Pada uji kadar abu, nilai kadar abu menurun apabila penggunaan asam asetat diperbanyak sedangkan penggunaan fenol diperkecil.
e. Pada uji FTIR, , adanya gugus fungsi C=C pada panjang gelombang 1650-1430cm-1
4. Pengaruh penggunaan BHT dengan asam asetat pada karet SIR 20 yang tervulkanisasi benzoil peroksida adalah :
a. Pada uji tarik, terjadinya penurunan apabila penggunaan asam asetat diperbanyak sedangkan fenol diperkecil penggunaannya.
b. Pada uji PRI, terjadi kenaikan pada perbandingan BHT : Asam asetat = 4:1 menjadi 9,68%.
(70)
c. Pada uji viscositas mooney, terjadinya kenaikan nilai viscositas mooney apabila penggunaan asam asetat diperbanyak. Sedangkan penggunaan fenol yang perkecil.
d. Pada uji kadar abu, nilai kadar abu meningkat apabila penggunaan asam asetat diperbanyak sedangkan penggunaan fenol diperkecil.
e. Pada uji FTIR, adanya gugus fungsi C=C pada panjang gelombang 1650-1430cm-1
5.2 Saran
Diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian untuk mencari penggunaan jenis bahan campuran antioksidan yang lain sehingga menghasilkan sifat karet yang diinginkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebelum diterapkan untuk skala industri.
(71)
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hofmann, Werner. 1980. Rubber Technology Handbook. New York and Canada : Oxford University Press.
Iqmal Tahir, dkk. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan Flavon. Yogyakarta : Makalah Seminar Khemometri UGM.
Meronda, G. Rahma. 2008. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan dan sekuesteran. Makasar : Universitas Hasanuddin.
Montizaan, K.G. 1994. Phenol. Environmental Health Criteria 161. Bilthoven. Netherland: National Institute of Public Health and Environmental Hygiene. Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Sungei Putih : Balai
Penelitian Perkebunan.
Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungei Putih: Balai Penelitian Perkebunan.
Prosiding. 1986. Konferensi Nasional Karet. Volume III. Medan : Balai Penelitian Perkebunan Sungei Putih Pusat Nasional Penelitian Perkaretan.
Reffrizon. 2003. Viscositas Mooney Karet Alam. Medan : USU Press.
Sastroamidjojo, Hardjono. 1990. Spektroskopi Inframerah. Yogjakarta : Universitas Gajah Mada
Setyamidjaja, Djoehana. 1995. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Cetakan Kedua.
Soenarjan, Ir. 1982. Pengolahan Karet. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Perkebunan (LPP).
(1)
91
Gambar : FTIR Asam asetat (Menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur)
(2)
92
Gambar : FTIR BHT : Asam Asetat = 2:3
(Menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur)
Gambar : FTIR BHT : Asam Asetat = 4:1
(3)
93
Ga mbar : FTIR BHT : Asam Asetat = 2:3
(Menggunakan bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida)
(4)
94
Gambar : FTIR Asam asetat : Fenol = 1:4
(Menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur)
Gambar : FTIR Asam asetat : Fenol = 2:3
(5)
95
Gambar : FTIR Asam asetat : Fenol = 4:1
(Menggunakan bahan pemvulkanisasi sulfur)
(6)
96
Gambar : FTIR Asam asetat : Fenol = 2:3
(Menggunakan bahan pemvulkanisasi benzoil peroksida)
Gambar : FTIR Asam asetat : Fenol = 4:1