Viskositas Mooney karet alam Hevea Brasiliensis menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai
molekulnya. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul BM hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran, dengan
kata lain karetnya semakin viskos dan keras. Oleh karena itu karet alam dengan BM yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat dengan sifat
fisika yang unggul. Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang cross linking reaction yang terjadi, sehingga
akan meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam. Reffrizon. 2003
2.4.4 Kadar Abu
Kadar abu ditentukan dengan menghitung hasil pengabuan suatu sampel karet setelah dipijarkan selama dua jam pada suhu 550
o
C. Penetapan syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak
mengandung bahan kimia seperti natrium bisulfat, natrium karbonat, tawas dan yang lain yang biasa digunakan dalam proses pengolahan. Kadar abu dipengaruhi oleh
faktor – faktor kontaminasi bahan – bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan.
Menggunakan rumus perhitungan : 100
x C
B A
Abu Kadar
− =
.................. Pers. 2.3
Keterangan: A = Berat cawan platina + abu B = Berat cawan platina
C = Berat potongan uji
2.4.5 Spekroskopi Inframerah Fourier Transform FTIR
Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Penyerapan radiasi
inframerah sesuai dengan perubahan energi yang memiliki orde dari 2 hingga 10 Kkalmol Sastrohamidjojo, Hardjono. 1990.
Universitas Sumatera Utara
Cara kerja inframerah dimana sumber cahaya akan memancarkan cahaya inframerah pada semua panjang gelombang. Cahaya dari sitem ini dipecah oleh sistem cermin
menjadi dua berkas cahaya, berkas rujukan referensi dan berkas contoh. Setelah masing – masing melewati sel rujukan pelarut murni, jika pelarut itu digunakan
dalam contoh, atau kosong jika contoh tidak menggunakan pelarut dan sel contoh, kedua berkas ini digabung kembali dalam pemenggal chopper, suatu sistem cermin
lain, menjadi satu berkas yang berasal dari kedua berkas itu berselang seling bergantian. Berkas selang – seling ini didifraksikan oleh suatu kisi sehingga berkas itu
terpecah menurut panjang gelombang. Detektor mengukur beda intensitas antara kedua macam berkas pada tiap – tiap panjang gelombang dan meneruskan informasi
ke perekam, yang akan menghasilkan nilai spektrumnya.
Skala pada dasar spektra adalah bilangan gelombang, yang berkurang dari 4000 cm
-1
ke sekitar 670 cm
-1
. Panjang gelombang atau frekuensi titik minimum suatu pita absorbansi, digunakan untuk mengidentifikasi tiap pita. Pita – pita inframerah dalam
sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut intensitasnya : kuat s,stong, menengah m,medium dan lemah w,weak. Suatu pita lemah bertumpang tindih
dengan suatu pita kuat disebut bahu sh,shoulder Fessenden. 1982
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat – Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Tabel 3.1 Alat – alat penelitian No
Nama Alat Merek
1.
Aluminium Foil Bagus
2. Biuret
Pyrex
3. Blending Mill
Parrel BridgeShanghai
4. Cawan Platina
-
5. Extruder
Shimandzu
6. Glass Beaker
Pyrex
7. Gunting
-
8. Hot Press
Shimandzu D6072 Dreiech
9 Kertas Label
-
10. Klep
-
11.
Lab Mill Gilingan Laboratorium Speed Reducer
12. Masker
-
13. Mooney Viscometer
Sondas SPRI England
14. Muffle Furnace
Barnstead Thermolyne
15.
Neraca Analitis Mettler Toledo
16.
Oven Salvis Gallenkamp
17. Pembakar Listrik
Karl Kolb
18. Pipet Tetes
Universitas Sumatera Utara
19. Pisau Cutter
20.
Plat Tipis -
21. Plastik Pembungkus
PT. Klip Plastik
22. Plastimer
Wallace
23. Sarung Tangan
-
24. Spatula
-
25. Statif
-
26. Stopwatch
Citizen
27. Tang
-
28. Termometer
29. Wallach Punch
Speed Reducer
3.2 Bahan – Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.2 Bahan – Bahan penelitian No.
Nama Bahan Keterangan
1. Asam Asetat
P.a. merk
2.
Asam Stearat P.a. merk
3. Benzoil Peroksida
P.a. merk
4. BHT Butyl Hidroksi Toluena
P.a. merk
5. Fenol
P.a. merk
6.
Karet Alam SIR 20 PTPN III Rantau Prapat
7.
MBTS P.a. merk
8. Sulfur
P.a. merk
9. ZnO
P.a. merk
Universitas Sumatera Utara
3.3 Prosedur
3.3.1 Penyiapan dan Penimbangan Sampel
1. Dipotong karet alam SIR 20 kecil – kecil.
2. Ditimbang karet beratnya 50 gram dengan menggunakan alat neraca
analitik.
3. Dimasukkan kedalam plastik dan diberi label.
4. Ditimbang masing – masing bahan kimia yang diperlukan antara lain :
sulfur 0,5 gram, Asan stearat 1,00 gram, MBTS 1,00 gram, dan ZnO 1,00
gram. Dimasukkan masing – masing kedalam plastik dan diberi label.
3.3.2 Penggilingan Sampel dialat Extruder
1. Dihidupkan alat blending yaitu extruder dengan cara alat di cokkan.
2. Dihidupkan heater. Diatur suhu hingga 120
o
C. Dibiarkan selama 20 menit
3. Setelah suhu stabil, dibuka katup penutup alat lalu masukkan karet alam
SIR 20 sebanyak 50 gram. Diblending hingga sedikit menyatu dengan
menghidupkan rotor.
4. Dimatikan rotor lalu buka katup penutup alat.
5. Dimasukkan bahan kimia yaitu bahan pemvulkanisasi Sulfur, Asam
stearat, ZnO, dan MBTS secara perlahan – lahan dengan menggunakan
spatula. Dihidupkan rotor.
6. Dimasukkan Bahan antioksidan, untuk percobaan ini menggunakan
perbandingan antioksidan BHT : Asam asetat dengan perbandingan 1:4.
7. Dilakukan cara kerja yang sama proses 1-6 untuk perbandingan
antioksidan yang telah ditetapkan.
8. Ditutup katup penutup alat dan biarkan selama 1 jam.
9. Dilihat apakah campuran sudah homogen. Bila campuran sudah homogen
maka proses blending dihentikan.
10. Dibuka katup penutup alat dan dikeluarkan campuran karet alam SIR 20
dengan bahan kimia yang sudah homogen.
Universitas Sumatera Utara
50 mm
100 mm 5 mm
11. Diambil plat yang sudah dilapisi dengan aluminium foil. Diletakkan
campuran karet yang telah homogen diatasnya.
3.3.3 Pengepresan Sampel